I12gus_BAB II. Tinjauan Pustaka

13
TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Dewasa Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial. Wahlquist (1997) menegaskan bahwa pada fase remaja seseorang mengalami perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial dan tanggung jawab. Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan terhadap pola asupan makanan dan asupan minuman ke arah yang kurang baik. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media, terutama iklan di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya “terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007). Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi

description

,.

Transcript of I12gus_BAB II. Tinjauan Pustaka

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja dan Dewasa

Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan

usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada

kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah

pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial.

Wahlquist (1997) menegaskan bahwa pada fase remaja seseorang mengalami

perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial dan tanggung jawab.

Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan

terhadap pola asupan makanan dan asupan minuman ke arah yang kurang baik.

Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan

psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh

oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja

dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media, terutama iklan di televisi. Teman

sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan.

Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya

“terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007).

Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari

bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran

yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa

adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang

dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan

orang dewasa lainnya.

Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa

dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur

18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis

yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini

merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan

harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga

60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas

nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia

dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan

dengan masa remaja.

Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat

(menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi

5

psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan

kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga

akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut

dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan

psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).

Air sebagai Zat Gizi Esensial

Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

manusia. Asupan air yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan masalah

bagi tubuh. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Bayi normal berkisar

70-75% berat badan, pada bayi prematur sebesar 80%, sebelum pubertas

sebesar 65-70%, dan orang dewasa 50-60% dari berat badan (Santoso et al.

2011). Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi

dalam proses vital tubuh, antara lain:

Pelarut dan alat angkut

Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa

monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-bahan

lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan

hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai

pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan

ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.

Pelumas

Air berperan sebagai pelumas dalam sendi-sendi tubuh.

Katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,

termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau

menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih

sederhana.

Fasilitator pertumbuhan

Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan, dalam hal

ini air berperan sebagai zat pembangun.

Pengatur suhu

Air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh karena

kemampuan air untuk menyalurkan panas. Sebagian panas yang dihasilkan

dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada

37°C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh.

6

Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera

disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan

melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu

mendinginkan diri melalui penguapan air.

Kebutuhan Air

Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air

individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan

kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk

orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas

permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Kebutuhan yang

dipengaruhi oleh aktivitas fisik, kelompok umur, berat badan, iklim atau suhu

(ekologi) serta diet (asupan air pangan) akan berpengaruh terhadap jenis

makanan dan minuman yang diasupan air dan jumlah asupan air yang menjadi

salah satu tolak ukur pemenuhan kebutuhan air seseorang (Hardinsyah et al.

2009).

The National Research Council (NRC) (1989) dalam Manz dan Wentz

(2003) merekomendasikan asupan air 1,5 mL/kkal untuk bayi dan 1mL/kkal

untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu NRC (1989) dalam Sawka et al. (2005)

juga merekomendasikan asupan air harian yaitu sekitar 1 mL/kkal energi yang

dikeluarkan.

Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6 L

pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air

meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik

sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas

memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Secara rata-rata tubuh

orang dewasa akan kehilangan 2,5 L air/harinya. Sekitar 1,5 L air tubuh keluar

melalui urin, 500 mL melalui keluarnya keringat, 400 mL keluar dalam bentuk

uap air melalui proses respirasi (pernapasan) dan 100 mL keluar bersama

dengan feses (Irawan 2007).

Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum saat merasa

haus. Air harus diminum saat bangun pagi untuk memperbaiki dehidrasi yang

dihasilkan selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk

menyediakan serta menggantikan air yang akan keluar menjadi keringat. Air juga

harus diminum oleh orang yang sembelit dan tidak cukup makan buah dan

sayur.

7

Keseimbangan Air Tubuh

Keseimbangan air ditentukan antara air yang masuk ke dalam tubuh dan

air yang dikeluarkan dari tubuh. Air yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari

makanan dan minuman serta pertukaran zat bahan yang sudah berada dalam

tubuh. Air dikeluarkan dari tubuh melalui air seni, keringat dan dalam penguapan

air melalui pernapasan paru-paru (Harper 1986). Pengeluaran air tubuh dapat

berupa keluaran air wajib dan keluaran air kehendak sendiri (alektif). Keluaran air

wajib yaitu keluaran air berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses. Keluaran

air alektif yaitu pengeluaran air tubuh yang biasanya dipengaruhi oleh suhu dan

aktivitas fisik (Santoso et al. 2011).

Keseimbangan air tercapai apabila volume asupan air sama dengan

keluaran air. Asupan dan keluaran air dapat berupa asupan atau keluaran wajib

dan asupan atau keluaran alektif. Keseimbangan air tubuh dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh

No Sumber air tubuh Jumlah

(mL)

No Pengeluaran air tubuh Jumlah

(mL)

1. Minuman 550-1500 1. Urin/Ginjal 500-1400

2. Makanan 700-1000 2. Keringat/kulit 450-900

3. Hasil metabolisme 200-300 3. Pernapasan/paru 350

4. Tinja 150

Total 1450-2800 Total 1450-2800

Sumber: Santoso et al. (2011)

Laporan yang dipublikasikan oleh WHO (2007) menunjukkan bahwa

jumlah air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk

mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi

normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita.

Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus menerus

membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika bernafas.

Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi urin dan ketika buang air

besar. Tolak ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari

urin. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan urin yang tidak

berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan urin yang kuning

dan seseorang yang terdehidrasi berat menghasilkan urin berwarna jingga

(orange).

Kehilangan air dari tubuh terutama melalui ginjal (urin) dan saluran

pencernaan (feses) disebut dengan sensible/measurable water loss. Kehilangan

8

air melalui paru paru dan kulit disebut dengan invisible water loss. Ginjal

merupakan organ utama yang mengatur kehilangan air kentara (Whitmire 2004).

Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang harus

memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL per hari, dalam bentuk

air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan kehilangan

250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL kehilangan air

yang tidak disadari dari kulit dan paru-paru dari invisible water loss.

Tubuh kehilangan air terutama melalui urin, tinja, pernapasan, dan

penguapan yang biasanya tidak disadari oleh tubuh. Orang yang tinggal di iklim

panas biasanya kehilangan beberapa liter tambahan keringat sehari. Tubuh

mendapatkan asupan air sebagian besar dari air yaitu sekitar 75% sampai 80%

dan sisanya 20-25% dari makanan. Pada saat haus, tubuh sudah mengalami

dehidrasi. Dibandingkan mengukur dari rasa haus, warna urin dan frekuensi

buang air kecil adalah alat ukur yang lebih baik. Urin yang berwarna kuning

emas, gelap atau kuning jeruk bisa menjadi tanda dehidrasi (Biali 2007).

Manz dan Wentz et al. (2003) menyatakan bahwa asupan air merupakan

total air dari makanan dan minuman serta air metabolik. Briggs dan Calloway

(1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus diganti dengan air yang

diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang terkandung dalam

makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.

Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan

yang sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan

sayuran segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol, dan daun selada.

Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa asupan air seseorang dipenuhi dalam

beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL

per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu dan sebagainya. Air dalam

makanan padat menyumbangkan 750 mL.

Total asupan air pada penelitian Hellert et al. (2001) diperoleh dari air

yang terkandung dalam makanan, minuman serta air oksidasi. Hasil penelitian

Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa secara keseluruhan total asupan air

meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu dari 1114 g/hari pada anak umur 2-

3 tahun air meningkat menjadi 1891 g/hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun

serta 1676±386 g/hari untuk anak wanita umur 9-13 tahun. Total asupan air yang

berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari

hasil oksidasi sebesar 12-13%.

9

Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz

dan Wentz (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak dan orang dewasa

sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya

diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005) tentang

keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa menyatakan

bahwa total asupan air tidak berbeda antara orang muda dan dewasa. Mereka

juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air.

Tubuh dalam jumlah yang terbatas akan memproduksi air melalui proses

oksidasi. Studi pada kelompok dewasa laki-laki dengan berat 70 kg, dengan

asupan energi 2900 kkal rata-rata membutuhkan air sebesar 2900 mL/hari. Jika

produksi air dalam tubuh sebesar 250 mL, maka selebihnya kebutuhan air harus

dipenuhi dari minuman dan makanan (Kleiner 1999).

Minum air yang cukup penting untuk menghindari dehidrasi dan dari hasil

penelitian menunjukkan jenis minuman yang diminum tidak berpengaruh

signifikan. Berdasarkan hasil penelitian antara subyek yang asupan minumannya

berupa air putih dengan asupan minuman dari berkafein atau jus tidak memiliki

perbedaan yang signifikan terhadap status hidrasi. Air dalam bentuk yang paling

murni dapat memberikan manfaat lain seperti suplemen fluorida, tapi bukan satu-

satunya cara untuk menghindari dehidrasi (Grandjean 2003).

Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi

Greenleaf (1992) dalam Shirreffs (2003) menyebutkan Euhydration

adalah keadaan atau situasi keseimbangan air. Hyperhydration adalah keadaan

keseimbangan air positif (kelebihan air) dan hypohydration adalah keadaaan

dalam keseimbangan air negatif (kekurangan air). Dehydration adalah proses

kehilangan air dari tubuh, sedangkan rehydration adalah proses mendapatkan air

tubuh.

Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air

dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan

(Thompson et al. 2008). Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat

kehilangan air yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun

akibat kedua hal di atas. AFIC (2000) menyebutkan bahwa rasa haus merupakan

pertanda seseorang sedang mengalami dehidrasi. Banyak orang

mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan air.

Meskipun demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru

saja mengalami dehidrasi.

10

Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia

bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami

sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari

kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung

tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai

berpikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan

menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai

indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih

sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru

timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).

Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai

kerusakan fungsi ginjal. Menurut AFIC (2000) tanda-tanda dehidrasi adalah

sebagai berikut:

Dehidrasi tingkat ringan: haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan

kering.

Dehidrasi tingkat sedang: detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah

rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumenya kurang.

Dehidrasi tingkat berat: muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah

bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah

yang tidak lancar) dan sebagainya.

Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi

sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2%

akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan.

Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada

pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan

menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu

tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% berat badan dapat

mengakibatkan otot kaku serta colapse. Pada kehilangan 11% berat badan

dapat menimbulkan penurunan volume darah serta dapat berakibat pada

kegagalan fungsi ginjal.

Pengukuran Status Hidrasi

Dokter dapat mendiagnosa kondisi dehidrasi berdasarkan tanda-tanda

dan gejala seperti buang air kecil sedikit atau jarang, mata cekung, kulit yang

tidak elastis serta ketika mengalami dehidrasi tekanan darah cenderung rendah,

jantung berdetak lebih cepat dari kondisi normal. Untuk memperkuat diagnosis

11

dan menentukan tingkat dehidrasi, perlu menjalani tes lain seperti tes darah dan

analisis urin. Pada tes darah, contoh darah dapat digunakan untuk memeriksa

sejumlah faktor seperti tingkat elektrolit tubuh, terutama natrium dan kalium serta

seberapa baik kerja ginjal. Pada urinalisis pengujian dilakukan pada urin untuk

dapat menentukan status dehidrasi dan derajat dehidrasi (Mayo 2011).

Manz dan Wentz (2005) menjelaskan beberapa indikator yang sering

digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain parameter keseimbangan

air (contoh: asupan air), perubahan berat badan atau total air tubuh, indikator

plasma, serta indikator urin. Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa

pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity

(USG) dan osmolalitas plasma. USG diasumsikan sama dengan densitas urin

yang diukur dengan menimbang volume urin selama 24 jam. Pengukuran

osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah sampel kemudian

disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai osmolalitasnya dengan

osmometer. Nilai USG yang normal adalah 1,006-1,020, sedangkan osmolalitas

plasma yang normal adalah 280-300 mOsm/kg.

Metode yang dapat digunakan dalam untuk penilaian kecukupan air bagi

tubuh yaitu penurunan berat badan (body mass loss), air tubuh total (total body

water) dengan pemeriksaan isotop (D2O), analisis aktivitas neutron, multiple

frequency bioelectrical impedance, volume darah, perubahan volume darah,

perubahan volume plasma, osmolaritas plasma, berat jenis urin, osmolaritas urin,

konduktivitas urin, volume urin 24 jam, warna urin, variabel tambahan (urine

dipsticks), pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi, rasa haus (ratings of

thirst). Metode yang memiliki tingkat akurasi tinggi yaitu metode isotop, analisis

aktivitas neutron, osmolaritas plasma atau urin, perubahan volume plasma.

Metode ini memerlukan biaya, keahlian serta risiko yang tinggi, sehingga metode

yang sering digunakan yaitu penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin

24 jam, warna urin serta rasa haus.

Metode berat jenis urin memiliki kolerasi kuat dengan metode osmolaritas

urin, warna urin juga berkolerasi kuat dengan berat jenis urin (r2=0,80) maupun

osmolaritas urin (r2=0,82). Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium, metode

yang digunakan adalah berat jenis urin, sedangkan pada tingkat masyarakat,

metode warna urin dapat digunakan untuk penilaian kecukupan air. Kekuatan

dan kelemahan metode penilaian kecukupan air dapat dilihat pada Tabel 2.

12

Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air

No Metode Biaya Waktu

analisis

Keahlian

yang

diperlukan

Ketepatan Portabilitas

alat

Risiko

bagi

subyek

1 Berat jenis

urin

Sedang Singkat Sedang Sedang Ya Rendah

2 Penurunan

berat badan

Rendah Singkat Minimal Sedang Ya Rendah

3 Volume urin

24jam

Rendah Lama Minimal Sedang Tidak Rendah

4 Warna urin Rendah

5 Rasa haus Rendah Singkat Minimal Rendah Ya Rendah

Sumber: Santoso et al. (2011)

Faktor Risiko Dehidrasi

Jenis kelamin

Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan air.

Berdasarkan Dietary Recommendation International (DRI), kebutuhan laki-laki

terhadap air (2,4-3,7 L) lebih besar daripada kebutuhan wanita (2,1-2,7 L). Hal ini

karena, aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih banyak daripada

wanita sehingga dibutuhkan air yang lebih banyak untuk menggantikan air yang

keluar akibat aktivitas tersebut (Didinkaem 2006).

Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki lebih banyak

daripada wanita. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga

menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan laki-laki karena

massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian

yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa asupan air laki-laki lebih

banyak dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Wanita mengontrol

kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan

kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000).

Usia

Hal ini berkaitan dengan perkembangan tubuh, semakin tinggi usia

seseorang semakin banyak air yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan

metabolisme dan aktivitas yang dilakukan oleh tubuh (Didinkaem 2006). Pada

masa remaja fungsi pengaturan keseimbangan air berada dalam kondisi yang

cukup baik artinya semua sistem organ yang terlibat telah mengalami

pematangan yang sempurna dibanding masa anak-anak. Adanya keadaan yang

dapat mengancam keseimbangan air, normalnya dapat diatasi dengan baik

13

melalui fungsi ginjal, sehingga pada kondisi sehat remaja tidak mengalami

dehidrasi (Hardinsyah 2009).

Status gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan air, penyerapan dan utilisasi

zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi akan menentukan apakah

seseorang tersebut memiliki status gizi baik atau tidak (Riyadi 2003).

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat, yaitu

antropometri, klinis, biokimia, dan asupan air pangan (Riyadi 2003). WHO (2007)

membedakan status gizi menjadi kurus, normal, dan gemuk. Klasifikasi terhadap

status gizi tersebut didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Perhitungan ini

dilakukan dengan cara membagi berat badan (kg) dengan hasil kuadrat tinggi

badan (m). Status gizi dikategorikan kurus dengan nilai IMT <18,5 (kg/m2),

normal 18,5-24,9 (kg/m2), serta gemuk ≥ 25 (kg/m2).

Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pada obesitas, air tubuh total

lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas, kandungan air di

dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot sehingga

orang obesitas lebih mudah kekurangan air dibandingkan dengan orang yang

tidak obesitas.

Aktivitas fisik

Kehilangan air melalui keringat dapat meningkat mencapai 3 L/jam

selama aktivitas berat dan di lingkungan yang panas dan jika asupan air yang

tidak mencukupi dapat menimbulkan hypohydration persistent. Volume air yang

direkomendasikan umumnya antara 100-150% dari volume yang hilang untuk

menggantikan kehilangan air setelah melakukan aktivitas fisik (Sharp 2007).

AFIC (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, air yang dibutuhkan

meningkat karena tubuh banyak kehilangan air, sehingga diperlukan

penggantian air secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak

aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang

dibutuhkan. Tambahan 1-2 gelas air, biasanya cukup untuk olahraga yang

singkat, tetapi bila olahraga dalam durasi yang lama maka perlu jumlah air

minum tambahan. Banyak air yang dibutuhkan tergantung dari banyaknya

keringat selama olah raga, biasanya 2-3 gelas dalam sejam sudah cukup,

kecuali ketika udara sangat panas. Lebih baik menggantikan air dengan air

14

elektrolit agar elektrolit tubuh yang hilang (Natrium) bersama keringat dapat

tergantikan.

Selama aktivitas ringan di lingkungan yang dingin atau sedang, tingkat

berkeringat hanya mencapai 100 mL/jam, namun selama aktivitas berat di

lingkungan panas, beberapa individu dapat berkeringat mencapai lebih dari

3.000 mL/jam. Tingkat berkeringat tinggi (misalnya 1,5 L/jam) dapat

menyebabkan kondisi dehidrasi yang signifikan dan cenderung mengalami

gangguan kerja (Murray 2007). WHO/Food and Agriculture Organization (FAO)

(2002) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka

metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi.

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam

dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL

merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan

dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

PAL = PAR × Alokasi waktu tiap aktivitas

24 jam

Keterangan:

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap

jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL menurut WHO/FAO (2002)

tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Ringan (sedentary lifestyle) 1,40-1,69

Sedang (active or moderately active lifestyle) 1,70-1,99

Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2,00-2,40

Sumber: WHO/FAO (2002)

Wilayah ekologi

Suhu lingkungan tempat seseorang tinggal akan mempengaruhi fisiologis

tubuh, yaitu dalam upaya untuk merespon dengan baik agar dapat

mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Suhu lingkungan yang tinggi

menyebabkan suhu tubuh seseorang meningkat dan tubuh melakukan adaptasi

dengan lingkungan dengan cara mengekskresikan keringat. Apabila ekskresi

keringat terjadi secara terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan air yang

cukup maka dapat menyebabkan dehidrasi (Hardinsyah et al. 2009).

15

Ahrens (2007) dalam Hardinsyah et al. (2009) menyatakan bahwa

apabila suhu tubuh meningkat maka kelenjar hipotalamus mengaktifkan

mekanisme regulasi panas tubuh. Salah satu cara penurunan suhu tubuh adalah

penguapan. Pada tubuh manusia, penguapan terjadi melalui pernapasan dan

keringat. Saat penguapan banyak air dan elektrolit yang hilang sehingga terjadi

ketidakseimbangan air dalam tubuh.

Udara yang panas dan lembab dapat membuat tubuh berkeringat

sehingga membutuhkan tambahan air. Kondisi udara dalam ruangan yang panas

juga dapat membuat kulit kehilangan kelembabannya. Ketinggian lebih dari 2500

meter (8200 kaki) dapat menyebabkan peningkatan urinasi dan proses bernapas

menjadi lebih cepat, sehingga lebih banyak air yang terbuang (Didinkaem 2006).

Saat berada di udara dingin, biasanya seseorang jarang merasa haus.

Seseorang biasanya tidak minum ketika tidak merasa haus. Saat kekurangan

asupan air itulah tubuh kita akan terkena dehidrasi. Air tubuh akan banyak hilang

saat berada di tempat berudara dingin, hal ini disebabkan oleh proses

pernapasan. Tubuh juga dipaksa bekerja keras untuk menghangatkan badan.

Keringat cepat menguap ketika berada di tempat berudara dingin dan kering.

Dua pertiga komposisi tubuh terdiri atas air. Ketika jumlah air dalam tubuh

berkurang beberapa persen saja, kita akan berisiko terserang dehidrasi.

Seseorang yang berdiam di tempat berudara dingin, ia akan berisiko kehilangan

air sebesar 3-8% dari total berat badan (Robert 2005).

Pengetahuan gizi

Pranadji (1988) mendefinisikan pengetahuan secara sederhana sebagai

informasi yang disimpan dalam ingatan diperoleh seseorang melalui pendidikan

formal, informal, serta non-formal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada

akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang (Khomsan 2000).

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan terjadi setelah penginderaan terhadap suatu obyek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Khomsan

(2000), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan

gizi seseorang.

16

Suhu tubuh

Suhu di dalam tubuh (suhu inti) hampir selalu konstan, kecuali pada

orang yang menderita demam. Ketika membicarakan suhu tubuh seseorang,

biasanya diartikan sebagai suhu bagian dalam yang dinamakan suhu inti, bukan

suhu kulit atau jaringan di bawah kulit. Suhu inti dalam keadaan normal selalu

diatur dengan tepat berkisar rata-rata tidak lebih dari 1oF.

Pada suhu permukaan akan meningkat dan turun sesuai dengan suhu di

sekitarnya. Ketika membicarakan pengaturan suhu tubuh, kita hampir selalu

menghubungkan dengan suhu inti dan bila kita menghubungkan dengan

kemampuan kulit untuk melepaskan panas sekitarnya, biasanya kita menyatakan

suhu permukaan. Untuk menghitung jumlah total panas yang disimpan didalam

tubuh yang digunakan adalah suhu tubuh rata-rata dengan diperkirakan dengan

rumus:

Suhu tubuh rata-rata = 0,7 suhu internal + 0,3 suhu permukaan

Suhu tubuh dapat berubah pada waktu kerja dan pada suhu lingkungan

ekstrem, karena mekanisme pengaturan suhu tidak 100% efektif. Bila dihasilkan

panas berlebihan pada tubuh akibat kerja yang berat suhu rektum dapat

meningkat sampai setinggi 101-104oF. Sebaliknya pada keadaan sangat dingin

dapat turun sampai 98oF (Gibson 2002).

Suhu tubuh dipertahankan antara 36-37,5oC. pada sebagian besar orang

dalam sehari terjadi perubahan antara suhu yang rendah pada pagi hari dan

tinggi pada siang hari dengan suhu minimum dalam beberapa jam dan

maksimum pada sore hari. Pola tersebut bersifat khas pada setiap individu dan

tidak menunjukkan variasi dalam musim. Hal ini tidak berubah bila seseorang

bekerja pada malam hari. Pada wanita terdapat variasi dalam bulanan. Suhu

selama setengah siklus pertama menstruasi menjadi rendah dibandingkan

dengan selama setengah kedua. Terdapat kenaikan yang tiba tiba sekitar 0,5oC

pada saat terjadinya ovulasi (Gibson 2002).

Tubuh memerlukan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam keadaan

dingin. Karena persepsi individu tentang haus dan butuh untuk minum akan

tertahan saat dingin, dehidrasi terjadi saat asupan air ke tubuh berkurang.

Dehidrasi menyebabkan menurunnya ketahanan mental, menurunnya kapasitas

kerja, menurunkan kemampuan tekanan darah saat suhu tubuh turun (Nugroho

2009).