BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Pengertian ...
I12gus_BAB II. Tinjauan Pustaka
-
Upload
yeni-chie-aneuk-tuleut -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of I12gus_BAB II. Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja dan Dewasa
Yulianasari (2009) yang mengacu pada WHO (1995) mengkategorikan
usia remaja berada pada kisaran umur 10-19 tahun dan dewasa berada pada
kisaran umur 20-59 tahun. Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah
pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial.
Wahlquist (1997) menegaskan bahwa pada fase remaja seseorang mengalami
perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial dan tanggung jawab.
Satu hal yang penting akibat perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan
terhadap pola asupan makanan dan asupan minuman ke arah yang kurang baik.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh
oleh lingkungan. Lebih jauh, kebiasaan makan dan minum pada remaja
dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media, terutama iklan di televisi. Teman
sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan.
Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya
“terkucil” dan akan merusak rasa percaya diri (Mann & Stewart 2007).
Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari
bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang
dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan
orang dewasa lainnya.
Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa
dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur
18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini
merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga
60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas
nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia
dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan
dengan masa remaja.
Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat
(menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi
5
psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan
kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga
akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut
dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan
psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).
Air sebagai Zat Gizi Esensial
Air merupakan komponen yang yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Asupan air yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan masalah
bagi tubuh. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Bayi normal berkisar
70-75% berat badan, pada bayi prematur sebesar 80%, sebelum pubertas
sebesar 65-70%, dan orang dewasa 50-60% dari berat badan (Santoso et al.
2011). Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi
dalam proses vital tubuh, antara lain:
Pelarut dan alat angkut
Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-bahan
lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat gizi dan
hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu, air sebagai
pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan
ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.
Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam sendi-sendi tubuh.
Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,
termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih
sederhana.
Fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan, dalam hal
ini air berperan sebagai zat pembangun.
Pengatur suhu
Air memegang peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh karena
kemampuan air untuk menyalurkan panas. Sebagian panas yang dihasilkan
dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada
37°C. Suhu ini paling cocok untuk bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh.
6
Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera
disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan
melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu
mendinginkan diri melalui penguapan air.
Kebutuhan Air
Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan air
individu dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu tubuh dan
kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk
orang sehat dapat didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas
permukaan tubuh (Proboprastowo & Dwiriyani 2004). Kebutuhan yang
dipengaruhi oleh aktivitas fisik, kelompok umur, berat badan, iklim atau suhu
(ekologi) serta diet (asupan air pangan) akan berpengaruh terhadap jenis
makanan dan minuman yang diasupan air dan jumlah asupan air yang menjadi
salah satu tolak ukur pemenuhan kebutuhan air seseorang (Hardinsyah et al.
2009).
The National Research Council (NRC) (1989) dalam Manz dan Wentz
(2003) merekomendasikan asupan air 1,5 mL/kkal untuk bayi dan 1mL/kkal
untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu NRC (1989) dalam Sawka et al. (2005)
juga merekomendasikan asupan air harian yaitu sekitar 1 mL/kkal energi yang
dikeluarkan.
Kebutuhan air akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6 L
pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air
meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik
sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas
memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Secara rata-rata tubuh
orang dewasa akan kehilangan 2,5 L air/harinya. Sekitar 1,5 L air tubuh keluar
melalui urin, 500 mL melalui keluarnya keringat, 400 mL keluar dalam bentuk
uap air melalui proses respirasi (pernapasan) dan 100 mL keluar bersama
dengan feses (Irawan 2007).
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum saat merasa
haus. Air harus diminum saat bangun pagi untuk memperbaiki dehidrasi yang
dihasilkan selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk
menyediakan serta menggantikan air yang akan keluar menjadi keringat. Air juga
harus diminum oleh orang yang sembelit dan tidak cukup makan buah dan
sayur.
7
Keseimbangan Air Tubuh
Keseimbangan air ditentukan antara air yang masuk ke dalam tubuh dan
air yang dikeluarkan dari tubuh. Air yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari
makanan dan minuman serta pertukaran zat bahan yang sudah berada dalam
tubuh. Air dikeluarkan dari tubuh melalui air seni, keringat dan dalam penguapan
air melalui pernapasan paru-paru (Harper 1986). Pengeluaran air tubuh dapat
berupa keluaran air wajib dan keluaran air kehendak sendiri (alektif). Keluaran air
wajib yaitu keluaran air berasal dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses. Keluaran
air alektif yaitu pengeluaran air tubuh yang biasanya dipengaruhi oleh suhu dan
aktivitas fisik (Santoso et al. 2011).
Keseimbangan air tercapai apabila volume asupan air sama dengan
keluaran air. Asupan dan keluaran air dapat berupa asupan atau keluaran wajib
dan asupan atau keluaran alektif. Keseimbangan air tubuh dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Volume air menurut sumber dan pengeluaran tubuh
No Sumber air tubuh Jumlah
(mL)
No Pengeluaran air tubuh Jumlah
(mL)
1. Minuman 550-1500 1. Urin/Ginjal 500-1400
2. Makanan 700-1000 2. Keringat/kulit 450-900
3. Hasil metabolisme 200-300 3. Pernapasan/paru 350
4. Tinja 150
Total 1450-2800 Total 1450-2800
Sumber: Santoso et al. (2011)
Laporan yang dipublikasikan oleh WHO (2007) menunjukkan bahwa
jumlah air yang diperlukan (termasuk air yang diambil dari makanan) untuk
mempertahankan keseimbangan air untuk rata-rata orang dewasa dalam kondisi
normal adalah 2,9 L/hari untuk laki-laki dan 2,2 L/hari untuk wanita.
Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus menerus
membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika bernafas.
Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi urin dan ketika buang air
besar. Tolak ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air adalah warna dari
urin. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan urin yang tidak
berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan urin yang kuning
dan seseorang yang terdehidrasi berat menghasilkan urin berwarna jingga
(orange).
Kehilangan air dari tubuh terutama melalui ginjal (urin) dan saluran
pencernaan (feses) disebut dengan sensible/measurable water loss. Kehilangan
8
air melalui paru paru dan kulit disebut dengan invisible water loss. Ginjal
merupakan organ utama yang mengatur kehilangan air kentara (Whitmire 2004).
Hartanto (2007) menyatakan bahwa pada keadaan normal, seseorang harus
memenuhi asupan air rata-rata sebanyak 2000-2500 mL per hari, dalam bentuk
air maupun makanan padat. Jumlah tersebut untuk menggantikan kehilangan
250 mL air dari feses, 800-1500 mL dari urin, dan hampir 600 mL kehilangan air
yang tidak disadari dari kulit dan paru-paru dari invisible water loss.
Tubuh kehilangan air terutama melalui urin, tinja, pernapasan, dan
penguapan yang biasanya tidak disadari oleh tubuh. Orang yang tinggal di iklim
panas biasanya kehilangan beberapa liter tambahan keringat sehari. Tubuh
mendapatkan asupan air sebagian besar dari air yaitu sekitar 75% sampai 80%
dan sisanya 20-25% dari makanan. Pada saat haus, tubuh sudah mengalami
dehidrasi. Dibandingkan mengukur dari rasa haus, warna urin dan frekuensi
buang air kecil adalah alat ukur yang lebih baik. Urin yang berwarna kuning
emas, gelap atau kuning jeruk bisa menjadi tanda dehidrasi (Biali 2007).
Manz dan Wentz et al. (2003) menyatakan bahwa asupan air merupakan
total air dari makanan dan minuman serta air metabolik. Briggs dan Calloway
(1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus diganti dengan air yang
diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang terkandung dalam
makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.
Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan
yang sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan
sayuran segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol, dan daun selada.
Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa asupan air seseorang dipenuhi dalam
beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL
per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu dan sebagainya. Air dalam
makanan padat menyumbangkan 750 mL.
Total asupan air pada penelitian Hellert et al. (2001) diperoleh dari air
yang terkandung dalam makanan, minuman serta air oksidasi. Hasil penelitian
Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa secara keseluruhan total asupan air
meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu dari 1114 g/hari pada anak umur 2-
3 tahun air meningkat menjadi 1891 g/hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun
serta 1676±386 g/hari untuk anak wanita umur 9-13 tahun. Total asupan air yang
berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari
hasil oksidasi sebesar 12-13%.
9
Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz
dan Wentz (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak dan orang dewasa
sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sementara 20% sisanya
diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005) tentang
keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa menyatakan
bahwa total asupan air tidak berbeda antara orang muda dan dewasa. Mereka
juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total asupan air.
Tubuh dalam jumlah yang terbatas akan memproduksi air melalui proses
oksidasi. Studi pada kelompok dewasa laki-laki dengan berat 70 kg, dengan
asupan energi 2900 kkal rata-rata membutuhkan air sebesar 2900 mL/hari. Jika
produksi air dalam tubuh sebesar 250 mL, maka selebihnya kebutuhan air harus
dipenuhi dari minuman dan makanan (Kleiner 1999).
Minum air yang cukup penting untuk menghindari dehidrasi dan dari hasil
penelitian menunjukkan jenis minuman yang diminum tidak berpengaruh
signifikan. Berdasarkan hasil penelitian antara subyek yang asupan minumannya
berupa air putih dengan asupan minuman dari berkafein atau jus tidak memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap status hidrasi. Air dalam bentuk yang paling
murni dapat memberikan manfaat lain seperti suplemen fluorida, tapi bukan satu-
satunya cara untuk menghindari dehidrasi (Grandjean 2003).
Dehidrasi dan Gejala Dehidrasi
Greenleaf (1992) dalam Shirreffs (2003) menyebutkan Euhydration
adalah keadaan atau situasi keseimbangan air. Hyperhydration adalah keadaan
keseimbangan air positif (kelebihan air) dan hypohydration adalah keadaaan
dalam keseimbangan air negatif (kekurangan air). Dehydration adalah proses
kehilangan air dari tubuh, sedangkan rehydration adalah proses mendapatkan air
tubuh.
Dehidrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi kekurangan air
dan elektrolit tubuh yang dapat berakibat serius dan berpotensi mematikan
(Thompson et al. 2008). Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat
kehilangan air yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun
akibat kedua hal di atas. AFIC (2000) menyebutkan bahwa rasa haus merupakan
pertanda seseorang sedang mengalami dehidrasi. Banyak orang
mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan air.
Meskipun demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru
saja mengalami dehidrasi.
10
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusia
bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami
sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari
kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung
tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai
berpikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan
menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai
indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih
sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru
timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).
Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai
kerusakan fungsi ginjal. Menurut AFIC (2000) tanda-tanda dehidrasi adalah
sebagai berikut:
Dehidrasi tingkat ringan: haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan
kering.
Dehidrasi tingkat sedang: detak jantung makin cepat, pusing, tekanan darah
rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumenya kurang.
Dehidrasi tingkat berat: muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah
bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah
yang tidak lancar) dan sebagainya.
Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi
sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2%
akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan.
Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada
pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan
menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu
tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% berat badan dapat
mengakibatkan otot kaku serta colapse. Pada kehilangan 11% berat badan
dapat menimbulkan penurunan volume darah serta dapat berakibat pada
kegagalan fungsi ginjal.
Pengukuran Status Hidrasi
Dokter dapat mendiagnosa kondisi dehidrasi berdasarkan tanda-tanda
dan gejala seperti buang air kecil sedikit atau jarang, mata cekung, kulit yang
tidak elastis serta ketika mengalami dehidrasi tekanan darah cenderung rendah,
jantung berdetak lebih cepat dari kondisi normal. Untuk memperkuat diagnosis
11
dan menentukan tingkat dehidrasi, perlu menjalani tes lain seperti tes darah dan
analisis urin. Pada tes darah, contoh darah dapat digunakan untuk memeriksa
sejumlah faktor seperti tingkat elektrolit tubuh, terutama natrium dan kalium serta
seberapa baik kerja ginjal. Pada urinalisis pengujian dilakukan pada urin untuk
dapat menentukan status dehidrasi dan derajat dehidrasi (Mayo 2011).
Manz dan Wentz (2005) menjelaskan beberapa indikator yang sering
digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain parameter keseimbangan
air (contoh: asupan air), perubahan berat badan atau total air tubuh, indikator
plasma, serta indikator urin. Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa
pengukuran status hidrasi dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity
(USG) dan osmolalitas plasma. USG diasumsikan sama dengan densitas urin
yang diukur dengan menimbang volume urin selama 24 jam. Pengukuran
osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah sampel kemudian
disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai osmolalitasnya dengan
osmometer. Nilai USG yang normal adalah 1,006-1,020, sedangkan osmolalitas
plasma yang normal adalah 280-300 mOsm/kg.
Metode yang dapat digunakan dalam untuk penilaian kecukupan air bagi
tubuh yaitu penurunan berat badan (body mass loss), air tubuh total (total body
water) dengan pemeriksaan isotop (D2O), analisis aktivitas neutron, multiple
frequency bioelectrical impedance, volume darah, perubahan volume darah,
perubahan volume plasma, osmolaritas plasma, berat jenis urin, osmolaritas urin,
konduktivitas urin, volume urin 24 jam, warna urin, variabel tambahan (urine
dipsticks), pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi, rasa haus (ratings of
thirst). Metode yang memiliki tingkat akurasi tinggi yaitu metode isotop, analisis
aktivitas neutron, osmolaritas plasma atau urin, perubahan volume plasma.
Metode ini memerlukan biaya, keahlian serta risiko yang tinggi, sehingga metode
yang sering digunakan yaitu penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin
24 jam, warna urin serta rasa haus.
Metode berat jenis urin memiliki kolerasi kuat dengan metode osmolaritas
urin, warna urin juga berkolerasi kuat dengan berat jenis urin (r2=0,80) maupun
osmolaritas urin (r2=0,82). Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium, metode
yang digunakan adalah berat jenis urin, sedangkan pada tingkat masyarakat,
metode warna urin dapat digunakan untuk penilaian kecukupan air. Kekuatan
dan kelemahan metode penilaian kecukupan air dapat dilihat pada Tabel 2.
12
Tabel 2 Kekuatan dan kelemahan metode penilaian kecukupan air
No Metode Biaya Waktu
analisis
Keahlian
yang
diperlukan
Ketepatan Portabilitas
alat
Risiko
bagi
subyek
1 Berat jenis
urin
Sedang Singkat Sedang Sedang Ya Rendah
2 Penurunan
berat badan
Rendah Singkat Minimal Sedang Ya Rendah
3 Volume urin
24jam
Rendah Lama Minimal Sedang Tidak Rendah
4 Warna urin Rendah
5 Rasa haus Rendah Singkat Minimal Rendah Ya Rendah
Sumber: Santoso et al. (2011)
Faktor Risiko Dehidrasi
Jenis kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan air.
Berdasarkan Dietary Recommendation International (DRI), kebutuhan laki-laki
terhadap air (2,4-3,7 L) lebih besar daripada kebutuhan wanita (2,1-2,7 L). Hal ini
karena, aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih banyak daripada
wanita sehingga dibutuhkan air yang lebih banyak untuk menggantikan air yang
keluar akibat aktivitas tersebut (Didinkaem 2006).
Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki lebih banyak
daripada wanita. Pada remaja wanita yang mengalami pubertas juga
menunjukkan persentase air yang lebih rendah dibandingkan laki-laki karena
massa lemak yang tinggi (Novak 1989 dalam Pivarnik & Palmer 1994). Penelitian
yang dilakukan Viktor (2007) menunjukkan bahwa asupan air laki-laki lebih
banyak dari makanan dan minuman dibandingkan wanita. Wanita mengontrol
kelebihan energi sebagai lemak simpanan, sedangkan laki-laki menggunakan
kelebihan energinya untuk mensintesis protein (WHO 2000).
Usia
Hal ini berkaitan dengan perkembangan tubuh, semakin tinggi usia
seseorang semakin banyak air yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan
metabolisme dan aktivitas yang dilakukan oleh tubuh (Didinkaem 2006). Pada
masa remaja fungsi pengaturan keseimbangan air berada dalam kondisi yang
cukup baik artinya semua sistem organ yang terlibat telah mengalami
pematangan yang sempurna dibanding masa anak-anak. Adanya keadaan yang
dapat mengancam keseimbangan air, normalnya dapat diatasi dengan baik
13
melalui fungsi ginjal, sehingga pada kondisi sehat remaja tidak mengalami
dehidrasi (Hardinsyah 2009).
Status gizi
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan air, penyerapan dan utilisasi
zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi akan menentukan apakah
seseorang tersebut memiliki status gizi baik atau tidak (Riyadi 2003).
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat, yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan asupan air pangan (Riyadi 2003). WHO (2007)
membedakan status gizi menjadi kurus, normal, dan gemuk. Klasifikasi terhadap
status gizi tersebut didasarkan pada Indeks Massa Tubuh (IMT). Perhitungan ini
dilakukan dengan cara membagi berat badan (kg) dengan hasil kuadrat tinggi
badan (m). Status gizi dikategorikan kurus dengan nilai IMT <18,5 (kg/m2),
normal 18,5-24,9 (kg/m2), serta gemuk ≥ 25 (kg/m2).
Santoso et al. (2011) menyatakan bahwa pada obesitas, air tubuh total
lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas, kandungan air di
dalam sel lemak lebih rendah daripada kandungan air di dalam sel otot sehingga
orang obesitas lebih mudah kekurangan air dibandingkan dengan orang yang
tidak obesitas.
Aktivitas fisik
Kehilangan air melalui keringat dapat meningkat mencapai 3 L/jam
selama aktivitas berat dan di lingkungan yang panas dan jika asupan air yang
tidak mencukupi dapat menimbulkan hypohydration persistent. Volume air yang
direkomendasikan umumnya antara 100-150% dari volume yang hilang untuk
menggantikan kehilangan air setelah melakukan aktivitas fisik (Sharp 2007).
AFIC (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, air yang dibutuhkan
meningkat karena tubuh banyak kehilangan air, sehingga diperlukan
penggantian air secara cepat untuk mencegah dehidrasi. Semakin banyak
aktivitas yang dilakukan oleh tubuh, maka akan semakin banyak air yang
dibutuhkan. Tambahan 1-2 gelas air, biasanya cukup untuk olahraga yang
singkat, tetapi bila olahraga dalam durasi yang lama maka perlu jumlah air
minum tambahan. Banyak air yang dibutuhkan tergantung dari banyaknya
keringat selama olah raga, biasanya 2-3 gelas dalam sejam sudah cukup,
kecuali ketika udara sangat panas. Lebih baik menggantikan air dengan air
14
elektrolit agar elektrolit tubuh yang hilang (Natrium) bersama keringat dapat
tergantikan.
Selama aktivitas ringan di lingkungan yang dingin atau sedang, tingkat
berkeringat hanya mencapai 100 mL/jam, namun selama aktivitas berat di
lingkungan panas, beberapa individu dapat berkeringat mencapai lebih dari
3.000 mL/jam. Tingkat berkeringat tinggi (misalnya 1,5 L/jam) dapat
menyebabkan kondisi dehidrasi yang signifikan dan cenderung mengalami
gangguan kerja (Murray 2007). WHO/Food and Agriculture Organization (FAO)
(2002) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka
metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi.
Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam
dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL
merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan
dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
PAL = PAR × Alokasi waktu tiap aktivitas
24 jam
Keterangan:
PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL menurut WHO/FAO (2002)
tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
Kategori Nilai PAL
Ringan (sedentary lifestyle) 1,40-1,69
Sedang (active or moderately active lifestyle) 1,70-1,99
Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2,00-2,40
Sumber: WHO/FAO (2002)
Wilayah ekologi
Suhu lingkungan tempat seseorang tinggal akan mempengaruhi fisiologis
tubuh, yaitu dalam upaya untuk merespon dengan baik agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup. Suhu lingkungan yang tinggi
menyebabkan suhu tubuh seseorang meningkat dan tubuh melakukan adaptasi
dengan lingkungan dengan cara mengekskresikan keringat. Apabila ekskresi
keringat terjadi secara terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan air yang
cukup maka dapat menyebabkan dehidrasi (Hardinsyah et al. 2009).
15
Ahrens (2007) dalam Hardinsyah et al. (2009) menyatakan bahwa
apabila suhu tubuh meningkat maka kelenjar hipotalamus mengaktifkan
mekanisme regulasi panas tubuh. Salah satu cara penurunan suhu tubuh adalah
penguapan. Pada tubuh manusia, penguapan terjadi melalui pernapasan dan
keringat. Saat penguapan banyak air dan elektrolit yang hilang sehingga terjadi
ketidakseimbangan air dalam tubuh.
Udara yang panas dan lembab dapat membuat tubuh berkeringat
sehingga membutuhkan tambahan air. Kondisi udara dalam ruangan yang panas
juga dapat membuat kulit kehilangan kelembabannya. Ketinggian lebih dari 2500
meter (8200 kaki) dapat menyebabkan peningkatan urinasi dan proses bernapas
menjadi lebih cepat, sehingga lebih banyak air yang terbuang (Didinkaem 2006).
Saat berada di udara dingin, biasanya seseorang jarang merasa haus.
Seseorang biasanya tidak minum ketika tidak merasa haus. Saat kekurangan
asupan air itulah tubuh kita akan terkena dehidrasi. Air tubuh akan banyak hilang
saat berada di tempat berudara dingin, hal ini disebabkan oleh proses
pernapasan. Tubuh juga dipaksa bekerja keras untuk menghangatkan badan.
Keringat cepat menguap ketika berada di tempat berudara dingin dan kering.
Dua pertiga komposisi tubuh terdiri atas air. Ketika jumlah air dalam tubuh
berkurang beberapa persen saja, kita akan berisiko terserang dehidrasi.
Seseorang yang berdiam di tempat berudara dingin, ia akan berisiko kehilangan
air sebesar 3-8% dari total berat badan (Robert 2005).
Pengetahuan gizi
Pranadji (1988) mendefinisikan pengetahuan secara sederhana sebagai
informasi yang disimpan dalam ingatan diperoleh seseorang melalui pendidikan
formal, informal, serta non-formal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih pangan, yang pada
akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi seseorang (Khomsan 2000).
Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan terjadi setelah penginderaan terhadap suatu obyek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Khomsan
(2000), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam memilih pangan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan
gizi seseorang.
16
Suhu tubuh
Suhu di dalam tubuh (suhu inti) hampir selalu konstan, kecuali pada
orang yang menderita demam. Ketika membicarakan suhu tubuh seseorang,
biasanya diartikan sebagai suhu bagian dalam yang dinamakan suhu inti, bukan
suhu kulit atau jaringan di bawah kulit. Suhu inti dalam keadaan normal selalu
diatur dengan tepat berkisar rata-rata tidak lebih dari 1oF.
Pada suhu permukaan akan meningkat dan turun sesuai dengan suhu di
sekitarnya. Ketika membicarakan pengaturan suhu tubuh, kita hampir selalu
menghubungkan dengan suhu inti dan bila kita menghubungkan dengan
kemampuan kulit untuk melepaskan panas sekitarnya, biasanya kita menyatakan
suhu permukaan. Untuk menghitung jumlah total panas yang disimpan didalam
tubuh yang digunakan adalah suhu tubuh rata-rata dengan diperkirakan dengan
rumus:
Suhu tubuh rata-rata = 0,7 suhu internal + 0,3 suhu permukaan
Suhu tubuh dapat berubah pada waktu kerja dan pada suhu lingkungan
ekstrem, karena mekanisme pengaturan suhu tidak 100% efektif. Bila dihasilkan
panas berlebihan pada tubuh akibat kerja yang berat suhu rektum dapat
meningkat sampai setinggi 101-104oF. Sebaliknya pada keadaan sangat dingin
dapat turun sampai 98oF (Gibson 2002).
Suhu tubuh dipertahankan antara 36-37,5oC. pada sebagian besar orang
dalam sehari terjadi perubahan antara suhu yang rendah pada pagi hari dan
tinggi pada siang hari dengan suhu minimum dalam beberapa jam dan
maksimum pada sore hari. Pola tersebut bersifat khas pada setiap individu dan
tidak menunjukkan variasi dalam musim. Hal ini tidak berubah bila seseorang
bekerja pada malam hari. Pada wanita terdapat variasi dalam bulanan. Suhu
selama setengah siklus pertama menstruasi menjadi rendah dibandingkan
dengan selama setengah kedua. Terdapat kenaikan yang tiba tiba sekitar 0,5oC
pada saat terjadinya ovulasi (Gibson 2002).
Tubuh memerlukan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam keadaan
dingin. Karena persepsi individu tentang haus dan butuh untuk minum akan
tertahan saat dingin, dehidrasi terjadi saat asupan air ke tubuh berkurang.
Dehidrasi menyebabkan menurunnya ketahanan mental, menurunnya kapasitas
kerja, menurunkan kemampuan tekanan darah saat suhu tubuh turun (Nugroho
2009).