repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/34807/2/151224050_full.pdf · i KAJIAN PRAGMATIK KONTEKS...
Transcript of repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/34807/2/151224050_full.pdf · i KAJIAN PRAGMATIK KONTEKS...
i
KAJIAN PRAGMATIK KONTEKS EKSTRALINGUISTIK
DALAM PERTUTURAN DOSEN PEMBIMBING DENGAN MAHASISWA
BIMBINGANNYA : STUDI KASUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
Oktaviano Aditya Murti
(151224050)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya mengucap syukur atas Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkatnya, saya persembahkan karya ini untuk :
Ayah dan ibu saya, Fl. Haryadi Kusmanto, S.Pd. dan Elisabeth Budi Murni
yang selalu memberikan saya semangat dalam pengerjaan karya ini.
Kakak saya, Claudius Hendra Agatama, S.Pd.,Gr. yang memberikan saya
masukan untuk segera menyelesaikan studi saya.
Simbah putri saya, Alm. Nyi. Legiarsih yang menjadi motivasi saya untuk
menjani kehidupan saya dengan sebaik-baiknya.
Teman-teman dan pacar saya, Elizabeth Firda Maharani yang selalu
memberikan saya semangat untuk menyelesaikan karya ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai
kesusahannya sediri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
-Matius 6:23-
Bekerja keras dalam diam. Biarkan kesuksesan yang membuat kebisingan.
-Panglima TNI Gatot Nurmantyo-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Murti, Oktaviano Aditya. 2019. Kajian Pragmatik Konteks Ekstralinguistik
dalam Pertuturan Dosen Pembimbing dengan Mahasiswa
Bimbingannya : Studi Kasus. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,
USD.
Penelitian ini membahas mengenai kajiam pragmatik konteks
ekstralinguistik dalam pertuturan dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di prodi PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma pada tahun
akademik 2018/2019. Tujuan dalam pembuatan skripsi ini yakni, (1)
mendekripsikan elemen-elemen yang terkandung dalam konteks ekstralinguistik,
antaralain konteks sosial, konteks sosietal, konteks kultural, dan konteks situasi
yang digunakan oleh dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di
program studi PBSI, Universitas Sanata Dharma. (2) mendeskripsikan mengenai
fungsi yang diperankan oleh konteks ekstralinguistik antara lain, konteks sosial,
konteks sosietal, konteks kultural, dan konteks situasi yang digunakan dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di prodi PBSI, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sumber data dalam
penelitian yakni, dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program
studi PBSI, Universitas Sanata Dharma, sedangkan data berupa cuplikan-cuplikan
pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiwa bimbingannya yang
mengandung elemen dan fungsi konteks di program studi pendidikan bahasa
Indonesia. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
simak dengan teknik Simak libat cakap (SLC), teknik simak libat bebas cakap
(SLBC), teknik catat, dan teknik rekam. Dalam menganalisis data, peneliti
menggunakan teknik analisis dalam penelitian ini yakni, analisis dekskriptif.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) elemen dari konteks ekstralinguistik
antarlain, konteks sosial, konteks sosietal, konteks kultural, konteks situasi yang
dilakukan oleh dosen pembimbing dengan mahasiwa bimbingannya di program
studi PBSI, Universitas Sanata Dharma, terbagi menjadi elemen yang konsisten
hadir dan tidak konsisten hadir, (2) terdapat fungsi-fungsi yang yang ada dalam
konteks ekstralinguistik seperti pada konteks sosial yakni, memberikan informasi
sebab terjadinya tuturan, memberikan informasi tambahan. Fungsi yang
diperankan konteks sosietal yakni, memberikan informasi mengenai tingkat
kekuasaan, memberikan penjelasan mengenai informasi. Fungsi yang diperankan
konteks kultural yakni, memberikan keterangan atau informasi mengenai
awalmula terjadinya pertuturan, memberi informasi atau pengetahuan yang
dimiliki peserta tutur, memberikan keterangan yang bersifat teratur, memberikan
keterangan, memberi informasi tambahan. Fungsi yang diperankan konteks situasi
yakni, memberikan penjelasan secara terperinci, memberikan informasi lanjutan,
memberikan penegasan dalam sebuah pertuturan.
Kata Kunci : konteks ekstralinguistik, elemen konteks, fungsi konteks. Konteks
sosial, konteks sosietal, konteks kultural, konteks situasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Murti, Oktaviano Aditya. 2019. A Pragmatic Discourse of Extralinguistic Context in
The Conversation between an Advisor and Their Students: a Case Study.
Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University
This research is discussed about a pragmatic discourse of extralinguistic context
in the conversation between an advisor and their students in Indonesian Language
Literary Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata
Dharma University academic period 2018//2019. The aims of this research are (1) to
describe the elements contained in the extralinguistic context, such as social context,
societal context, cultural context, and situational context used by an advisor and their
students in Indonesian Language Literary Education Study Program, Sanata Dharma
University. (2) to describe the function of extralinguistic context by extralinguistic
contexts such as social context, societal context, cultural context, and situational context
used by an advisor and their students in Indonesian Language Literary Education Study
Program, Sanata Dharma University.
This research is qualitative research. The sources of the data in this research are
the advisor and their students in Indonesian Language Literary Education Study Program,
Sanata Dharma University, while the data that are in form of a conversation between an
advisor and their students contain the element and the function of the context in
Indonesian Language Literary Education Study Program. The methods that were used in
this research are Simak Libat Cakap (SLC) Technique, Simak Libat Bebas Cakap (SLBC)
technique, writing technique, and recording technique. In analyzing the data, the
researcher uses the analysis technique which is Descriptive Analysis.
The result of this research are (1) the elements of extralinguistic context such as
social context, societal context, cultural context, and situational context which done by an
advisor and their students in Indonesian Language Literary Education Study Program,
Sanata Dharma University, which divided into elements that consistently appear and
elements that inconsistently appear, (2) there are some functions of extralinguistic context
as in social context such as providing information about the cause of the speech and
providing additional information. The functions of societal context are providing
information about the echelon and providing information about sosietal knowledge The
functions of cultural context are providing information or knowledge about the beginning
of the speech, providing the speaking participants’ information or knowledge, providing
regular information, providing the information of the speech, and providing additional
information. The functions of situational context are providing a detailed explanation,
providing additional information, and giving affirmation in a speech.
Keyword: extralinguistic context, elements of the context, function of the context. social
context, societal context, cultural context, situational context.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Kajian Pragmatik
Konteks Ekstralinguistik dalam Pertuturan Dosen Pembimbing dengan
Mahasiswa Bimbingannya : Studi Kasus” dengan lancar dan baik. Skripsi ini
disusun sebagai pemenuhan salah satu syarat menyelesaikan studi dalam
kurikulum pendidikan bahasa dan sastara Indonesia (PBSI), Jurusan Bahasa dan
Seni (JPBSI), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa proses dalam pembuatan skripsi ini melibatkan
banyak pihak yang berada di sekitar peneliti. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku ketua program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan sangat sabar memberikan kami motivasi, saran, dan peringatan untuk
tidak melakuan plagiasi yang sangat berharga bagi peneliti.
4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku trianggulator yang bersedia membantu
peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah mendidik peneliti selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan bagi peniliti untuk mengerjakan penelitian ini dan mencari
literatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTO ............................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah ................................................................................................. 6
1.6 Sistematika Penelitian ..................................................................................... 9
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ..................................................................... 11
2.1 Penelitian yang Relevan .................................................................................. 11
2.2 Landasan Teori ................................................................................................ 16
2.2.1 Komunikasi .................................................................................................. 16
2.2.2 Pragmatik ..................................................................................................... 17
2.2.3 Konteks ........................................................................................................ 18
2.2.4 Elemen dan Fungsi Konteks Sosial .............................................................. 19
2.2.5 Elemen dan Fungsi Konteks Situasi ............................................................. 24
2.2.6 Elemen dan Fungsi Konteks Kultural .......................................................... 26
2.2.7 Elemen dan Fungsi Konteks Sosietal ........................................................... 29
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 36
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 36
3.2 Sumber Data dan Data .................................................................................... 37
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37
3.4 Instrumen Penelitian........................................................................................ 40
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ................................................................... 41
3.6 Trianggulasi Data ............................................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 43
4.1 Deskripsi Data ................................................................................................. 43
4.1.1 Elemen Konteks Sosietal.............................................................................. 45
4.1.1.1 Elemen OOEMAUBICARA ..................................................................... 46
4.1.1.2 Elemen OOEMUBICAA .......................................................................... 49
4.1.1.3 Pola Elemen Konteks Sosietal .................................................................. 51
4.1.1.4 Fungsi Konteks Sosietal ............................................................................ 54
4.1.2 Elemen Konteks Sosial ................................................................................ 57
4.1.2.1 Elemen OOEMUBICAA .......................................................................... 59
4.1.2.2 Pola Elemen Konteks Sosial ..................................................................... 60
4.1.2.3 Fungsi Konteks Sosial ............................................................................... 62
4.1.3 Elemen Konteks Kultural ............................................................................. 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4.1.3.1 Elemen SPEAKING .................................................................................. 65
4.1.3.2 Pola Elemen Konteks Kultural .................................................................. 67
4.1.3.3. Fungsi Konteks Kultural .......................................................................... 68
4.1.4 Elemen Konteks Situasi ............................................................................... 71
4.1.4.1 Elemen yang Mengandung Lima Elemen ................................................. 72
4.1.4.2 Pola Elemen Konteks Situasi .................................................................... 73
4.1.4.3 Fungsi Konteks Situasi .............................................................................. 75
4.2 Hasil Analisis .................................................................................................. 77
4.2.1 Elemen Konteks .......................................................................................... 78
4.2.1.1 Elemen Konteks Sosietal .......................................................................... 78
4.2.1.1.1 Elemen OOEMAUBICARA .................................................................. 80
4.2.1.1.2 Elemen OOEMUBICAA ....................................................................... 83
4.2.1.2 Elemen Konteks Sosial ............................................................................. 86
4.2.1.2.1 Elemen OOEMUBICAA ....................................................................... 86
4.2.1.3 Elemen Konteks Kultural .......................................................................... 90
4.2.1.3.1 Elemen SPEAKING ............................................................................... 90
4.2.1.4 Elemen Konteks Situasi ............................................................................ 93
4.2.1.4.1 Konteks yang Mengandung 5 Elemen ................................................... 94
4.2.2 Fungsi Konteks ............................................................................................ 97
4.2.2.1 Fungsi Konteks Sosietal ............................................................................ 97
4.2.2.1.1 Fungsi Memberi Informasi Tingkat kekuasaan...................................... 98
4.2.2.1.2 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan ............................................. 101
4.2.2.1.3 Fungsi Memberikan Penjelasan Informasi ............................................. 104
4.2.2.2 Fungsi Konteks Sosial ............................................................................... 106
4.2.2.2.1 Fungsi Memberikan Informasi Sebab Tuturan ...................................... 106
4.2.2.2.2 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan ............................................. 109
4.2.2.3 Fungsi Konteks Kultural ........................................................................... 111
4.2.2.3.1 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan ............................................ 111
4.2.2.3.2 Fungsi Memberikan Keterangan Pengetahuan....................................... 114
4.2.2.3.3 Fungsi Memberikan Keterangan Informasi ........................................... 116
4.2.2.4 Fungsi Konteks Situasional ....................................................................... 118
4.2.2.4 .1 Fungsi Memberikan Penjelasan Terperinci ........................................... 118
4.2.2.4.2 Fungsi Memberikan Penegasan.............................................................. 122
4.2.2.4.3 Fungsi Memberikan Informasi Lanjutan ................................................ 126
4.3 Pembahasan .................................................................................................... 128
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 134
5.1 Simpulan ........................................................................................................ 134
5.2 Saran ................................................................................................................ 137
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 138
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I pendahuluan ini memaparkan: a) Latar belakang, b) rumusan masalah. c)
tujuan penelitian, d) manfaat penelitian, e) batasan istilah, f) sistematika
penelitian. Paparan selengkapnya didipaparkan sebagai berikut :
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan tidak terbatas sebagai mahluk yang memiliki akal budi
tetapi juga sebagai mahluk sosial. Secara lebih mudahnya manusia tak pernah
luput dari interaksi dengan sesamanya atau yang sering disebut dengan bersosial.
Mahluk sosial merupakan mahluk yang sering melakukan interaksi timbal balik
atau interaksi dilingkungan tempat dihidupnya. Dalam berinteraksi dengan
lingkungan atau sesamanya manusia wajib menggunakan bahasa, baik bahasa
yang diucapkan atau verbal, maupun bahasa yang tidak diucapkan atau non
verbal. Dalam berkomunikasi manusia perlu adanya konsep memahami sebuah
tuturan, individu atau manusia sebagai mahluk sosial tidak cukup hanya
memperhatikan tuturan kebahasaan yang diucapkan penuturnya. Individu saat
dalam proses interaksi sangat dianjurkan apabila memperhatikan segala aspek non
kebahasaan yang ada diluar tuturan. Dalam cabang ilmu linguistik hal-hal seperti
yang dijelaskan diatas dibahas atau di pelajari secara lebih lanjut pada cabang
ilmu pragmatik. Pragmatik secara lebih jelas merupakan ilmu bahasa yang
mempelajari pemakaian dan penggunaan bahasa, yang pada dasarnya harus
ditentukan oleh konteks situasi tutur di dalam masyarakat wahana kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang mewadahi dan melatar belakanginya (Rahardi, 2003:15). Dalam kajian-
kajian yang terkandung dalam ilmu pragmatik banyak hal yang terkait langsung
dengan fungsi utama bahasa, sebagai sarana penghubung (alat komunikasi).
Secara umum komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi baik
pesan, ide, maupun gagasan dari satu pihak kepada pihak yang lain. Berhubungan
dengan hal itu kajian pragmatik terarah pada permasalahan yang terkandung
dalam komunikasi, secara lebih sempit terarah pada permasalahan pemakaian
bahasa di dalam suatu pertuturan yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Lingkungan tempat manusia bersosial dengan sesamanya terselip beberapa
hal yang mengandung unsur diluar kebahasaan atau yang disebut sebagai
ekstralinguistik yang mempunyai penanda utamanya yakni konteks. Konteks
merupakan semua latar belakang pengetahuan yang di asumsikan sama-sama
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur serta mendukung intepretasi mitra tutur atas
apa yang disampaikan oleh penutur dalam proses bertutur (Rahardi, 2005:51).
Dalam pertuturan-pertuturan yang di lakukan antara dosen pembimbing dan
mahasiswa bimbingannya, peneliti sering menjumpai bahwa konteks yang
terkandung dalam sebuah pertuturan memiliki pengaruh yang cukup besar pada
maksud ujaran yang disampaikan pada proses berkomunikasi. Dalam ilmu
pragmatik, konteks memiliki beberapa jenis, diantaranya yakni konteks sosial,
kontek kultural, konteks sosietal, dan konteks situasional.
Lingkungan sebagai tempat yang dihuni manusia untuk hidup tak luput
dari dunia pendidikan sebagai wadah pengembangan diri manusia muda menjadi
manusia yang beradab. Pada sistem penyelenggaraan pendidikan khususnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tingkat perguruan tinggi tidak pernah luput dari interaksi dosen pembimbing
dengan mahasiswa bimbingannya saat sedang berkonsultasi terkait permasalahan
dalam skripsi. Peneliti beberapa kali mengamati baik secara sengaja maupun tidak
disengaja pertuturan antara mahasiswa dan dosen pembimbing skripsinya di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019. Latar
belakang mahasiswa, tingkatan sosial mahasiswa dalam masyarakat dan situasi
saat terjadi komunikasi menimbulkan pertuturan yang berbeda. Dalam pertuturan
yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen pembimbingnya peneliti mengamati
bahwa pertuturan yang dilakukan pada saat itu memiliki maksud dan tujuan yang
berbeda. Dalam kegiatan bertutur yang terdapat pengamatan peneliti diatas,
apabila partisipan (penutur dan mitra tutur) memperhatikan konteks maka
pertuturan akan berjalan dan menghasilkan maksud yang dinginkan atau dituju.
Setelah melakukan beberapa pengamatan pada pertuturan yang terjadi
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya saat sedang
melakukan kosultasi perihal permasalahan yang ada dalam skripsi peneliti merasa
tertarik untuk mengamati secara lebih lanjut konteks dengan subjek penelitian
dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya. Hal-hal yang menyebabkan
peneliti memilih dosen dan mahasiswa bimbingannya sebagai objek penelitian
yakni, peneliti menganggap pertuturan dosen dengan mahasiswa bimbingannya
memiliki ciri khas tersendiri yang pasti akan sangat berbeda apabila dibandingkan
dengan pertuturan-pertuturan masyarakat dilingkungan lain. Sebagai contoh di
rumah sakit (dokter dengan pasiennya), di pasar (pedagang dengan pembelinya)
dan di tempat pengadilan (pengacara dengan kliennya). Peneliti memiliki harapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pada penelitian ini supaya menambah wawasan dan memberikan sumbangsih ilmu
pada penelitian berikutnya terkait pertuturan dosen dengan mahsiswa
bimbingannya. Peneliti ingin mengetahui pula secara lebih dalam mengenai
konteks apa saja yang dapat memberi pengaruh terjadinya pertuturan antara dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, penelitian ini
berfokus pada permasalahan sebagai berikut :
a. Apa saja elemen konteks ekstralinguistik dalam pertuturan dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019?
b. Apa saja fungsi konteks ekstralinguitik dalam pertuturan dosen pembimbing
dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan elemen konteks ekstralinguistik yang terkandung dalam
pertuturan dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program
studi PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Mendeskripsikan fungsi konteks ekstralinguistik yang terkandung dalam
pertuturan dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program
studi PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian kajian pragmatik dalam perturan pertuturan dosen pembimbing
dengan mahasiswa bimbingannya di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019 diharapkan dapat memberi manfaat bagi
beberapa pihak yang bersangkutan saat pembuatan maupun pasca pembuatan
penelitian ini. Adapun manfaat yang diperoleh dari pembuat penelitian ini
sebagai berikut :
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapakan oleh peneliti dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pragmatik terkhusus yang berkaitan dengan teori penanda
wujud dan penanda fungsi konteks ekstralinguistik dalam memahami sebuah
maksud dalam berkomunikasi khususnya dosen pembimbing dan mahasiswa
bimbingannya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi atau penunjang dalam melakukan kegiatan berkomunikasi antara
penutur dan mitra tutur ( dosen dan mahasiswa) sehingga dalam petuturan yang
dilakukan dapat tersampaikan maksud dan tujuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapakan oleh peneliti agar bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa dan dosen agar dapat membantu memberikan gambaran
secara lebih jelas mengenai penanda wujud dan fungsi konteks ekstralinguistik
dalam kegiatan berkomunikasi. Hal-hal kecil seperti itu perlu diperhatikan secara
lebih atau khusus agar dalam kegiatan berkomunikasi dapat terciptanya
pemahaman yang baik dalam memahami maksud tuturan.
1.5 Batasan Istilah
Peneliti memberikan batasan-batasan istilah agar penelitian ini memiliki
konsep yang jelas dan dapat digunakan dalam penelitian ini. Batasan istilah yang
digunakan sebagai berikut :
a. Komunikasi
Alan (1996:10) dalam Nadar (2009:10) berkomunikasi ialah kegiatan sosial dan
sebagaimana kegiatan sosial yang lain, kegiatan berkomunikasi ini hanya akan
dapat dilaksanakan apabila ada pihak lain yang terlibat. Dalam penjelasan yang
telah di jelaskan oleh ahli diatas komunikasi merupakan kegiatan sosial, yang
terjadi apabila ada interaksi antara dua pihak baik komunikan maupun
komunikator dalam proses sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
b. Pragmatik
Yule (2006:3) mengatakan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari
tentang makna atau maksud yang disampaikan penutur atau penulis dan
ditafsirkan oleh pembaca. Pandangan pragmatik menurut ahli diatas memiliki
arti bahwa pragmatik merupakan ilmu yang membahas mengenai arti tuturan
secara khusus yakni makna atau maksud yang terkandung di dalam tuturan dalam
masyarakat saat sedang melakukan proses interaksi sosial.
c. Konteks
Rahardi (2005:51) mendifinisikan konteks merupakan semua latar belakang
pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur yang
mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu dalam
proses bertutur. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh ahli diatas konteks
yakni latar belakang suatu pengetahuan yang dimiliki oleh dua pihak yang
sedang melakukan komunikasi, baik komunikator dan komunikan dengan tingkat
pengetahuan yang sama sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya kesalahan dalam menafsirkan suatu pertuturan.
d. Konteks Ekstralinguistik
Rahardi (2016:3) memberikan penjelasan bahwa konteks ekstralinguistik hal-hal
diluar kebahasaan berdasarkan yang melatarbelakangi dalam sebuah pertuturan.
Berdasarkan pendapat ahli diatas ektralinguistik dapat didefinisikan sebagai hal-
hal yang terkandung dalam pertuturan tetapi memiliki makna diluar kebahasaan
yang melatar belakangi sebuah pertuturan yang terjadi pada sebuah komunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
e. Konteks Sosial
Mey (1993) dalam Rahardi (2003:15) mengungkapkan konteks sosial merupakan
konteks kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan
interaksi antar anggota masyarakat dengan latar belakang sosial budaya yang
sangat tertentu sifatnya. Dalam pendapat ahli diatas konteks sosial dapat diartikan
sebagai konteks yang hadir sebagai dampak yang terjadi dari adanya interaksi
antar masyarakat yang menimbulkan adanya komunikasi dengan menitikberatkan
pada konteks situasi dan konteks budaya yang melatarbelakangi sebuah
pertuturan.
f. Konteks Situasi
Leech (1993) dalam Rahardi (2003:18) mendifinikasi bahwa konteks situasi
adalah aneka macam kemungkinan latarbelakang pengetahuan (Background
Knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh penutur maupun
mitra tutur, serta aspek-aspek non kebahasaan lainya yang menyertai, mewadahi,
serta melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Berdasarkan pendapat
yang telah dikemukakan oleh ahli diatas konteks situasi merupakan makna dari
peruturan yang dipengaruhi oleh lingkungan langsung tempat adanya
komunikasi.
g. Konteks Kultural
Halliday (1989:49) menyebutkan bahwa “Context cultural is the institusional and
ideological background that give value to the text and constrain its
interpretation”. Memiliki arti, latar belakang intitusional dan idelogis yang
memberikan nilai pada tuturan yng harus diiterpretasikan karena menggambarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
budaya. Berdasarkan pendapat ini konteks kultural didefinsikan sebagai konteks
yang berpatokan pada suatu nilai atau norma yang mempresentasikan kepercayaan
didalam kebudayaan tertentu.
h. Konteks Sosietal
Mey (1993) dalam Rahardi (2003:15) mengungkapkan konteks sosietal
merupakan konteks yang faktor penentuanya adalah kedudukan sosial relative
(relative social rank) setiap anggota masyarakat di dalam institusi-institusi yang
ada pada masyarakat atau lingkungan sosial tertentu. Berdasarkan pendapat ahli
di atas dapat diartikan bahwa konteks sosial dapat muncul apabila adanya
kekuasaan (power) yang dilakukan oleh komunikator terhadap komunikan.
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab yang diuraikan
secara sistematis sebagai berikut :
Bab I berisikan pendahaluan yang didalamnya mencangkup latar belakang
masalah pada penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab II berisikan mengenai
kajian pustaka mencangkup penelitian yang relevan dan landasan teori yang
dipakai dalam penelitian ini, serta memaparkan kerangka berpikir. Bab III
berisikan hal-hal seperti metodologi penelitian yang mencangkup jenis penelitian,
sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrument yang dipakai dalam
penelitian ini, dan teknis analisis data. Bab IV berisikan mengenai hasil yang
sudah didapat pada penelitian ini, pembahasan mengenai fungsi dan kajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
konteks ekstralinguistik dalam pertuturan antara dosen pembimbing dan
mahasiswa bimbingannya di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada Tahun Akademik 2018/2019. Bab V sebagai bab paling akhir
memaparkan kesimpulan-kesimpulan dari penelitian ini dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
Bab studi kepustakaan ini memaparkan a) penelitian yang relevan dengan
penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti sekarang dan b) Landasan teori. Teori
yang digunakan pada penelitian ini yakni komunikasi, definisi pragmatik dan
konteks secara luas, elemen konteks sosial, konteks situasi, konteks kultural,
konteks sosietal beserta fungsi-fungsi yang terkandung dalam elemen-elemen
konteks tersebut. Adapun penjabaran studi kepustakaan tersebut yakni sebagai
berikut:
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam ilmu linguistik terdapat beberapa cabang ilmu salah satunya yakni
pragmatik. Pragmatik dalam ilmu bahasa sudah tidak asing lagi, karena ilmu
pragmatik sudah banyak diteliti oleh ahli bahasa sebagai subjek yang
bersangkutan dengan ilmu ini. Ilmu pragmatik yang memiliki kajian makna dan
maksud dalam pertuturan yang menarik, membuat peneliti merasa tertantang dan
menimbulkan keinginan yang besar untuk meneliti mengenai ilmu ini secara lebih
dalam dan mengenal berbagai hal yang bersangkutan dengan ilmu konteks. Pada
penelitian yang dilakukan sekarang, peneliti menemukan beberapa penelitian
terdahulu dan relevan untuk menunjang keberhasilan dalam pembuatan dan
sebagai bahan referensi yang penting bagi penelitian ini. Penelitian yang
ditemukan oleh peneliti yakni penelitian oleh Pricilia Felicia Elu (2018), Kritiana
Jayanti Andang(2018), Filipus Wai Lawet (2018), Lastri Rindiyantika (2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Peneliti-peneliti yang sudah disebutkan diatas merupakan peneliti yang meneliti
dengan menggunakan topik yang sama dalam penelitiannya. Dalam penelitian
terdahulu yang relevan tersebut yakni sama-sama membahas atau meneliti
mengenai elemen dan fungsi konteks dalam suatu pertuturan untuk menentukan
makna atau maksud saat terjadinya pertuturan atau komunikasi dalam anggota
masyarakat.
Penelitian yang relevan pertama yakni penelitian milik saudari Priscilia
Felicia Elu (Alumnus PBSI angkatan 2014, Universitas Sanata Dharma) yang
berjudul “ Kajian Elemen dan Fungsi Konteks Sosio-Kultural dalam Menentukan
Maksud Berbahasa Para Mahasiswa Berlatar Belakang Kultur Jawa Prodi PBSI
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada semester Gasal Tahun Akademik
2017/2018.”. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh saudari Pricilia Felicia
Elu, beliau mendeskripsikan mengenai apa saja variasi elemen dan bagaimana
fungsi yang terkandung dalam konteks sosio-kultural dalam menentukan maksud
tuturan atau berbahasa para mahasiswa berkultur Jawa di Prodi PBSI Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta pada semester Gasal Tahun Akademik 2017/2018.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh saudari Pricilia Felicia Elu memiliki
beberapa persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
sekarang. Persamaan yang paling terlihat, terdapat pada topik yang dikaji, yakni
sama-sama meneliti mengenai elemen dan fungsi konteks, sedangkan perbedaan
yang cukup terlihat pula pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
sekarang dengan peneliti yang terdahalu yakni terletak pada piranti analisis dan
objek yang diteliti, dimana peneliti terdahulu menggunakan konteks sosio kultural
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sebagai piranti yang digunakakn untuk menganalisis sedangkan pada penelitian
yang dilakukan sekarang menggunakan piranti analisis konteks yang tidak
terbatas pada satu piranti saja, tetapi berbagai macam yakni, konteks sosial,
konteks situasi, konteks kultural, dan konteks sosietal.
Penelitian kedua yang dianggap relevan oleh peneliti sekarang yakni milik
saudari Kristiana Jayanti Andang yang berjudul “ Kajian Elemen dan Fungsi
Konteks Situasi dalam Menentukan Maksud Berbahasa Mahasiswa dan Dosen di
Prodi PBSI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik
2017/2018”. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh saudari Kristiana Jayanti
Andang (alumnus prodi PBSI angkatan 2014, Universitas Sanata Dharma)
tersebut mendeskripsikan mengenai apa sajakah elemen dan fugsi konteks yang
terkandung dalam konteks situasi serta dapat menentukan makna atau maksud
berbahasa dengan dengan objek penelitian yakni mahasiswa dengan dosen di
prodi PBSI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akdemik 2017/2018.
Setelah menilik penelitian yang telah dilakukan oleh saudari Kristiana Jayanti
Andang terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang sekarang. Persamaan yang cukup mencolok pada
penelitian tersebut dengan penelitian yang sekarang adalah memiliki bahan kajian
yang sama yakni elemen dan fungsi yang terkandung dalam konteks situasi.
Beberapa hal yang menjadi perbadaan antara penelitian yang sekarang dan
terdahulu yaknin terletak pada teknik analisis berserta objek penelitiannya. Hal-
hal yang membuat berbeda yakni pada penelitian Kristina Jayanti Andang hanya
menggunakan satu kajian konteks situasi., tetapi pada penelitian yang sekrang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
peneliti tidak hanya menggunakan satu kajian konteks melainkan empat konteks
diantaranya konteks situasi, konteks sosial, konteks kultural dan konteks sosietal.
Penelitian ketiga yang dianggap relevan yakni penelitian yang dimiliki
oleh saudari Lastri Rindiyantika (alumnus PBSI angkatan 2014, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta) berjudul “Kajian Elemen dan Fungsi Konteks
Sosietal dalam Menentukan Maksud Berkomunikasi antara Mahasiswa dan Dosen
FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018”.
Dalam penelitian yang dilakukan pula oleh saudari Lastri Rindiyantika
mengangkat mengenai deskripsi tentang apa saja elemen dan bagaimana fungsi
konteks sosietal dalam menentukan maksud berkomunikasi antara mahasiswa dan
dosen FKIP di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian yang
terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya memiliki beberapa
persamaan dan perbedaan yang cukup dominan. Dalam penelitian tersebut
persamaan terdapat pada kesamaan topik yang dibahas yakni mengenai elemen
dan fungsi konteks, sedangkan perbedaan pada penelitian terdahulu dengan
penelitian yang sekarang yakni pada piranti analisis dan penggunaan objeknya.
Dalam penelitianya saudari Lastri Rindiyantika menggunakan konteks sosietal
sebagai piranti analisis sedangkan peneliti pada penelitian yang sekarang
menggunakan piranti analisis konteks dan macam-macamnya.
Penelitian relevan yang terakhir yakni penelitian milik saudara Pilipus Wai
Lawet (alumnus PBSI angkatan 2014, Universitas Sanata Dharma) berjudul
“Kajian Elemen Konteks dan Fungsi Konteks Sosial dalam Menentukan Maksud
Berkomunikasi antar Mahasiswa dan Dosen Non-FKIP Universitas Sanata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018”. Dalam penelitian yang
dilalukan oleh saudara Filipus Wai Lawet membahas serta dan mendeskripsikan
mengenai apa itu elemen dan bagaimana fungsi konteks sosial dalam menentukan
maksud dan makna dalam komunikasi antara mahasiswa dan dosen non-FKIP.
Penelitian yang dilakukan oleh Filipus Wai Lawet memilik beberapa persamaan
dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sekarang.
Persamaan dapat dilihat dari kesamaan bahan yang dibahas yakni mengenai
elemen dan konteks, sedangakan perbedaan terletak pada piranti analisis dan
objek kajiannya. Dalam penelitiannya Filipus Wai Lawet memakai konteks sosial
sebagai piranti atau alat analisisnya, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh peneliti yang sekarang membahas mengenai konteks dan berbagai macam
yang dimiliki oleh konteks. Objek yang digunakan turut berbeda, pada penelitian
yang dilakukan oleh saudara Filipus Wai Lawet yakni mahasiswa dan dosen non-
FKIP, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang terdapat pada
mahasiswa dan dosen di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP.
Berdasarkan penelitian relevan yang telah disebutkan dan jelaskan diatas,
terdapat berbagai macam kesamaan dan perbedaan yang cukup kentara antara
keempat penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
sekarang. Persamaan pada penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang
terdapat pada pembahasan mengenai konteks beserta elemen dan fungsinya.
perbedaan yang dilakukan oleh penelitian terdahulu dengan penelitian yang
sekarang yakni, dalam penelitian terdahulu terbatas pada satu macam konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
saja, tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sekarang memiliki
bahasan materi yang lebih luas yakni berbagai macam konteks diantaranya
konteks sosial, konteks situasi, konteks kultural, dan terakhir konteks sosietal.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yakni merupakan seperangkat desfinisi, konsep, yang telah
disusun dan digunakan dalam sebuah penelitian. Landasan teori dalam sebuah
penelitian digunakan sebagai pondasi yang kokoh dalam penelitian ini. Landasan
teori yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
2.2.1 Komunikasi
Alan dalam Nadar (2009:10) berkomunikasi ialah kegiatan sosial dan
sebagaimana kegiatan sosial yang lain, kegiatan berkomunikasi ini hanya akan
dapat dilaksanakan apabila ada pihak lain yang terlibat. Berdasarkan penjelasan
yang telah di jelaskan oleh ahli diatas komunikasi merupakan kegiatan sosial,
yang terjadi apabila ada interaksi antara dua pihak baik komunikan maupun
komunikator dalam proses sosial. Mulyana dan Rahmat (2014:2) mengatakan
secara lebih luas bahwa komunikasi sebagai apa yang terjadi apabila makna
diberikan pada sebuah perilaku.
Berdasarkan kedua pendapat dari ahli diatas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa komukasi merupakan kegiatan penerimaan pesan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih (komunikator dan komunikan) sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami dan merangsang adanya timbal balik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dalam komunikasi adanya timbal balik sangatlah penting, karena komunikasi
dianggap berhasil apabila munculnya timbal balik dari lawan bicara.
2.2.2 Pragmatik
Stephen C. Levinson (1983) dalam Rahardi (2003: 6) menuturkan
pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara
bahasa dengan konteks tuturannya. Secara lebih lanjut, Yule (2006:3) berpendapat
pula dalam teori yang beliau cetuskan pragmatik adalah ilmu yang mempelajari
tentang makna atau maksud yang disampaikan penutur (atau penulis) dan
ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Berdasarkan pendapat yang dimiliki
oleh ahli diatas dapat diartikan bahwa pragmatik yakni cabang ilmu lingustik yang
mempelajari hubungan antara maksud dari suatu tuturan. Begitu pula melalui
pendapatnya, Rahardi (2003:15) menuturkan pragmatik secara lebih jelas dan
mendalam yakni pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian
dan penggunaan bahasa, yang dasarnya selalu harus ditentukan oleh konteks
situasi tutur di dalam masyarakat dan wahana kebudayaan yang mewadahi serta
melatarbelakanginya.
Melihat dari berbagai definisi pragmatik menurut beberapa pakar, peneliti
menarik kesimpulan bahwa pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari
atau mengkaji unsur-unsur diluar hal-hal kebahasaan (maksud atau makna).
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang sekarang, teori
pragmatik digunakan sebagai kajian ilmu yang mendasar dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.2.3 Konteks
Menurut Rahardi (2005:51) konteks adalah semua latar belakang
pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur
serta mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang disampaikan oleh penutur
dalam proses bertutur. Pendapat yang disampaikan oleh ahli diatas konteks yakni
latar belakang suatu pengetahuan yang dimiliki oleh dua pihak yang sedang
melakukan komunikasi, baik komunikator dan komunikan dengan tingkat
pengetahuan yang sama sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik tanpa
adanya kesalahan dalam menafsirkan suatu pertuturan. Kemudian secara lebih
lanjut Mulyana (2005:21) mengungkapkan bahwa konteks merupakan situasi atau
latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan
alasan terjadinya suatu dialog atau pembicaran yang hadir melatarbelakangi
peristiwa tutur. Ditambahkan pula oleh Ida Bagus (2015:5) Konteks merupakan
“sesuatu yang ada sebelum dan atau sesudah sebuah kata, frasa, atau bahkan
ujaran yang lebih panjang (dari frasa, yaitu klausa, kalimat) atau teks”. Jadi,
konteks itu bisa berarti “yang melingkupi”.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli diatas peneliti dapat memahami hal
yang dimaksud dengan konteks dan mengambil kesimpulan bahwa konteks
merupakan hal-hal yang mendasar dan turut mempengaruhi atau melingkupi suatu
pertuturan di dalam masyarakat. Berpatokan dari kesimpulan tersebut konteks
hadir melatarbelakangi pertuturan yang terjadi antara penutur dan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.2.4 Elemen dan Fungsi Konteks Sosial
Dalam tautannya dengan komunikasi, konteks sosial memiliki andil yang
dominan dalam sebuah pertuturan. Konteks sosial (Social context) menurut Mey
(1993) dalam Rahardi (2003:15) merupakan konteks kebahasaan yang timbul
sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi antar anggota masyarakat
dengan latar belakang sosial dan budaya yang sangat tertentu sifatnya. Hal yang
dimaksudkan Mey dalam definisinya yakni konteks sosial merupakan konteks
yang hadir sebagai dampak yang terjadi dari adanya interaksi antar masyarakat
yang menimbulkan adanya komunikasi dengan menitikberatkan pada konteks
situasi dan konteks budaya yang melatarbelakangi sebuah pertuturan.
Poedjosoedarmo (1985) dalam Baryadi (2015:24) menyatakan, beberapa
faktor yang dapat memberikan pengaruh pada penggunaan bahasa disebut konsep
memoteknik OOEMAUBICARA, yaitu (1) O1= orang ke satu atau penutur, (2)
O2 = orang ke dua atau mitra tutur, (3) E= emosi, (4) M= maksud dan tujuan
percakapan, (5) A= adanya O3 dan barang-barang lain disekeliling adegan
percakapan, (6) U= urutan tutur, (7) B= bab yang dipercakapkan; pokok
pembicaraan, (8) I= instrumen tutur atau sarana tutur, (9) C= citarasa tutur, (10)
A= adegan tutur, (11) R= register tutur/ genre, (12) A= aturan atau norma
kebahasaan. Dalam penjelasan komponen OOEMAUBICARA oleh ahli diatas,
keseluruhan komponen akan di bahas oleh peneliti sebagai berikut :
a. O1 (Orang kesatu atau penutur)
O1 merupakan diri seorang penutur yang dapat dilihat dari latar belakang
kehidupan penutur. Hal yang dimaksud penjelasan diatas yakni bersangkutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dengan bagaimana kondisi fisik dari penutur, mental yang dimiliki oleh penutur
dan kemahiran berbahasa yang dimiliki penutur itu sendiri. Latar belakang yang
dimaksudkan yakni jenis kelamin penutur, asal daerah, strata dalam kelas sosial
masyarakat, umur dan profesi yang dimiliki oleh penuntur.
b. O2 (Mitra tutur)
O2 yang dimaksud dalam komponen OOEMAUBICARA ini yakni orang kedua
dalam suatu pertuturan. Dalam sebuah interaksi sosial, komunikasi tidak akan
terjadi dengan sempurna apabila tidak ada orang kedua. Orang kedua atau mitra
tutur dalam sebuah komunikasi dijadikan sebuah subjek untuk memberikan
timbal balik pada tuturan yang dilakukan oleh O1.
c. E (Emosi)
Emosi penutur turut memberikan pengaruh yang cukup besar dalam sebuah
bentuk pentuturan. Apabila seseorang yang sedang mengalami gugup, marah,
akan melontarkan ujaran atau pertuturan yang dapat dikatakan kurang teratur.
Beda halnya dengan seseorang yang sedang merasa tenang dan senang akan
mengeluarkan ujaran yang baik atau teratur.
d. M (Maksud atau tujuan percakapan)
Maksud atau tujuan pertuturan turut memberikan pengaruh dalam sebuah
pertuturan yang dilakukan oleh seseorang. Maksud penutur memberikan
pengaruh dalam pemilihan bahasa, tingkat tutur, ragam, dialek, idiolek, dan
pemilihan ungkapan-ungkapan tertentu untuk menunjang maksud yang ingin
disampaikan secara lebih jelas, atau pemilihan unsur suprasegmental tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
e. A ( Adanya O3 atau orang ke tiga)
Hal yang dimaksud dalam “ adanya O3” yakni kehadiran orang lain pada suatu
ujaran. Dalam suatu ujaran, isi dari pembicaran dapat berganti bentuknya dari apa
yang seharunya terjadi apabila ada seseorang yang secara tidak sengaja hadir
dalam dialog yang dilakukan oleh O1 dan O2. Pergantian bentuk atau
pengubahan tersebut terjadi karena ada beberapa alasan yang terjadi, diantaranya
karena ingin mengikut sertakan O3 dalam sebuah percakapan, ingin
menyembunyikan sesuatu dari O3 dan sebagainya.
f. U (Urutan bicara)
Urutan bicara, berhubungan dengan siapa yang harus memulai pembicaraan
terlebih dahulu, dan siapa yang harus berbicara kemudian. Hal seperti ini dalam
masyarakat memiliki aturan namun berdasarkan norma dari budaya setempat.
Biasanya dalam masyarakat seseorang yang memiliki strata sosial yang lebih
tinggi atau orang yang dianggap dituakan harus berbicara terlebih dahulu.
g. B ( Bab yang akan dibicarakan)
Bab yang dibicarakan mempengaruhi hal apa yang akan dibicarakan dalam
sebuah percakapan. Hal ini tidak berarti setiap pokok pembicaraan harus dibahas
secara detil tetapi dapat dibahas menggunakan ragam bahasa tertentu. Namun,
dalam sebuah percakapan yang memiliki topik pembicaraan tertentu sehingga
mengharuskan penggunaan kode-kode dalam berbahasa apabila mereka ingin
membicarakan hal itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
h. I (Intrument atau sarana tutur)
Instrument tutur dapat memberikan pengaruh pada bentuk ujaran. Instrument
tutur atau sarana tutur merupakan sarana yang digunakan saat menyampaikan
tuturan. Misalnya saja, bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan menggunakan
mulut atau disampaikan secara oral (lisan), sedangkan bahasa tulis menggunakan
huruf-huruf yang dituliskan dengan alat tulis.
i. C (Citarasa penutur)
Hal yang dimaksud dengan citarasa yakni nada bicara yang secara keseluruhan
dapat memberikan pengaruh pada O1 juga berpengaruh pada ragam tutur yang
diucapkan oleh O1. Dalam hal ini citra rasa memiliki beberapa ragam bahasa
seperti bahasa santai, bahasa formal, dan bahasa indah.
j. A (Adegan tutur)
Adegan tutur berkaitan erat dengan tempat, waktu dan peristiwa yang
melatarbelakangi suatu pertuturan. Adegan tutur akan mempengaruhi bentuk-
bentuk suatu ujaran. Contoh yang dilihat peneliti dalam komponen Adegan tutur
ini dalam kehidupan sehari-hari yakni pada percakapakan di tempat-tempat
ibadah, rumah sakit, dan ruang dosen saat mahasiswa sedang melaksanakan
konsultasi. Percakapan-percakapan yang terjadi pada tempat-tempat tersebut
biasanya tidak banyak bercanda, volume suara tidak terlalu keras, sopan, serius,
dan khidmat.
k. R (Register atau bentuk wacana)
Terdapat beberapa bentuk wacana yang telah dimiliki dalam masyarakat seperti
surat-menyurat dinas, percakapan dengan menggunakan telepon, pidato, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
masih banyak lagi. Dalam wacana beberapa macam bentuk wacana diatas
bentuknya sudah baik dan diketahui oleh banyak masyarakat. Apabila ada
seseorang yang melanggar kaidah-kaidah bentuk wacana tersebut, maka
masyarakat akan memberikan reaksi yang kurang baik pada penutur.
l. A (Aturan)
Aturan kebahasaan ini berkaitan dengan norma kebahasaan yang dimilliki pada
masyarakat. Setiap daerah memiliki norma-norma yang berlaku pada
masyarakat. Sebagai contoh struktur pembicaraan yang jelas, tidak menanyakan
hal-hal yang bersifat pribadi, dan menghindar kata-kata yang bersifat tabu dapat
memberikan penilaian yang baik pada O1 (penutur).
Berdasarkan peristiwa tutur yang terjadi tak terkecuali pada konteks sosial,
selain untuk berkomunikasi tetapi juga untuk menyampaikan maksud-maksud
tertentu. Hal-hal layaknya gagasan yang ingin disampaikan tetapi tidak
diwakilkan menggunakan kata-kata akan dapat diketahui jika memahami pada
konteks yang tejadi. Fungsi konteks, pada konteks sosial dibahas sebagai berikut:
a. Memberikan informasi yang jelas.
b. Memberikan informasi situasi dan kondisi peserta tutur.
c. Memberikan informasi sebab terjadinya tuturan.
d. Memberikan informasi tambahan.
Berdasarkan pada teori dari ahli diatas berserta pembahasaan yang telah
dituliskan dibawahnya peneliti mengartikan fungsi konteks sosial sebagai
penghubung antara pertuturan O1 dan O2 dengan berpatokan pada latarbelakang
sosial yang sama. Sehingga dalam sebuah pertuturan partisipan (penutur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mitra tutur) tidak mengalami kesalahan dalam memahami isi dari sebuah
pertuturan, dan membantu dalam ngerti topik pembicaraan secara lebih dalam.
2.2.5 Elemen dan Fungsi Konteks Situasi
Leech (1993) dalam Rahardi (2003:18) mengungkapkan konteks situasi
tuturan merupakan aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan
(Background Knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh
penutur maupun mitra tutur, serta aspek-aspek non kebahasaan lainnya yang
menyertai, mewadahi, serta melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu.
Dalam pendapat yang telah disampaikan oleh ahli diatas, Leech ingin menegaskan
bahwa dalam sebuah percakapan kedua belah pihak (penutur dan mitra tutur)
telah memiliki latar belakang pengetahuan yang sama. Sehingga dalam pertuturan
yang terjadi latar belakang yang sama dapat dijadikan sebagai sarana atau media
yang terbentuknya komunikasi yang baik dan pemaknaan maksud dari tuturan.
Halliday dan Hasan (1992) dalam Baryadi (2015:18) menyatakan bahwa
konteks situasi adalah lingkungan langsung dimana konteks itu benar-benar
berfungsi. Berdasarkan pernyataan ahli diatas konteks situasi yakni merupakan
keseluruhan lingkungan dimana teks itu diproduksi baik secara lisan (verbal)
maupun secara tulisan (non-verbal).
Hakikat elemen konteks situasi dan jenis-jenisnya dinyataka oleh Leech
(1993) dalam Baryadi (2015:31) yakni menggunakan komponen-komponen
penentu dalam konteks situasi berbahasa yang dijadikan penentu dalam berbahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Berikut penjelasan mengenai komponen-komponen penentu yang terkandung
dalam konteks situasional :
a. Penyapa (yang menyapa) dan pesapa (yang disapa)
Penyapa merupakan seseorang atau individu yang melakukan aktivitas sosial
yakni menyapa, sedang pesapa merupakan individu yang menerima sapaan dari
pesapa. Penyapa dan pesapa merupan individu yang terlibat dalam sebuah
komunikasi. Penyapa memilki arti penulis atau pembicara, sedang pesapa
merupakan seseorang yang disebut sebagai pendengar atau pembaca.
b. Konteks sebuah tuturan
Konteks sebuah tuturan mecangkup aspek lingkungan fisik dan sosial yang
terkait dengan sebuh tuturan. Dalam hal ini latar belakang pengetahuan yang
sama berperan karena tingkat latar belakang pengetahuan yang sama dapat
membantu penutur dan mitra tutur dalam memahami suatu pertuturan.
c. Tujuan tuturan
Tujuan tuturan merupakan hal-hal yang disampaikan oleh penutur maupun mitra
tutur, diantaranya bertanya, meminta, menyuruh, memberitahu dan sebagainya.
dalam hal ini tujuan tuturan dapat diartikan sebagai hal yang ingin disampaikan
guna melengkapi proses berkomunikasi.
d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar
Tuturan dapat artikan sebagai aktivitas ujar. Hal yang dimaksud yakni pragmatik
memang membahas mengenai hal-hal yang bersifat konkret atau benar-benar
terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
e. Tuturan sebagai tindak verbal
Hal yang dimaksud tuturan sebagai tindak verbal yakni tuturan muncul karena
adanya tindakan yang dilakukan secara verbal (oral) dan secara gramatikal. Hasil
dari kegiatan ini yakni berupa kalimat, tetapi apabila dipandang secara pragmatik
berupa tuturan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur.
Setiap tuturan yang terjadi selain untuk menyampaikan atau menerima pesan,
tentu memiliki tujuan lain. Hal-hal tersebut dapat ditentukan dari konteks tuturan
yang melingkupi percakapan yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur
dan dapat langsung diterima dengan baik tanpa adanya kesalahan dalam
memahami pertuturan.
Berdasarkan pembahasan mengenai konteks ini, khususnya konteks situasi
akan jelaskan mengenai fungsi yang diperankan oleh konteks situasi. Namun
secara linguistik fungsi dipahami sebagai peran sebuah bahasa dalam pertuturan.
Dalam sebuah pertuturan fungsi situasi di tunjukan melalui pemberian penjelasan
secara terperinci dalam sebuah pertuturan, memberikan informasi lanjutan,
memberikan penegasan dalam sebuah pertuturan agar mitra tutur memahami apa
yang dikemukakan oleh penutur, dan memberikan keterangan mengenai keadaan
atau kondisi mitra tutur.
2.2.6 Elemen dan Fungsi Konteks Kultural
Halliday (1989:49) menyebutkan bahwa “cultural context is the
institusional and idelogical background that give value to the text and constraint
it’s interpretation”. Hal tersebut memiliki arti konteks kultural sebagai latar
belakang institusional dan idelogis yang memberikan nilai pada tuturan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
harus diinterpretasikan karena menggambarkan kebudayaan tertentu. Sistem nilai
dalam masyarakat menggambarkan pola-pola tertentu dari kebudayaan yang ada
di dalam masyarakat. Sistem nilai di dalam lingkup masyarkat memiliki andil
yang cukup besar. Sistem nilai merupakan hal yang dapat menentukan benar dan
salah, serta baik maupun buruk seseorang apabila mentaati norma-norma yang
tersedia atau tidak.
Berikutnya Hymes dalam Baryadi (2015:19) merumuskan faktor-faktor
mengenai komponen penentu dalam pertuturan yakni SPEAKING. SPEAKING
dijelaskan oleh peneliti sebagai seberikut :
a. S ( Setting and Scene)
Hal yang dimaksud Setting yakni latar belakang. Setting atau latar mencangkup
suatu tempat dan waktu saat terjadinya sebuah tuturan. Berbeda dengan setting,
scene atau suasana merupakan latar suasana yang menunjukan latar psikologis
yang mengacu pada pertuturan yang dilakukan oleh penutur dan mitra tutur.
b. P ( Participant)
Partisipan menunjuk pada pihak-pihak diluar penutur yang terlibat dalam sebuah
percakapan. Hal-hal tersebut dapat diartikan sebagai pendengar, pesapa, dan
penerima.
c. Ends
Hal yang dimaksud ends adalah tujuan penutur dalam kegiatan bertutur.
d. Act of squence
Act of Squence mencangkup pada bentuk pesan dan isi pesan dalam sebuah
pertuturan. Bentuk ujaran dimaksudkan dalam pertuturan yakni berkenaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dengan kata-kata yang dipilih serta digunakan dalam bertutur. Isi ujaran yakni
berkenaan pula dengan hubungan yang terkait antara apa yang dikatakan dengan
topik yang sedang dibicarakan.
e. K (Key)
Menitik beratkan pada nada, cara, dan perasaan saat sedang bertutur, di mana
suatu pesan disampaikan. Penyampaian pertuturan tersebut dapat menggunakan
perasaan senang, nada yang tinggi atau halus, dengan tenang ataupun terbata-
bata, sombong, mengejek dan sebagainya, maupun dapat ditunjukan dengan
menggunakan bahasa tubuh dan bahasa isyarat lainnya.
f. I (Instrumentalities)
Berkaitan dengan sarana, media untuk menyampaikan suatu pertuturan baik lisan
dan tulisan. Mengacu pada penggunaan jalur bahasa yang tepat dan juga mengacu
pada kode-kode yang akan digunakan.
g. N ( Norms)
Bertumpu pada norma-norma yang berlaku pada pertuturan guna dapat
berinteraksi dan dapat menaati kaidah-kaidah yang terkandung didalamnya.
Apabila dalam seseorrang penutur tidak mengindahkan kaidah-kaidah tersebut
maka masyarakat akan memberikan penilian negatif pada diri penutur.
h. G (Genres)
Genres diartikan sebagai macam penyampaian pertuturan yang dilakukan oleh
penutur baik lisan maupun tertulis. Contoh genres dalam pertuturan yakni
disampaikan melalui narasi, puisi, doa, ceramah, pidato, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Berdasarkan pembahasan mengenai konteks kultural, akan dijelaskan pula
fungsi dari konteks kultural yang terdapat dalam pertuturan antara dosen
pembimbing dan mahasiswa bimbingannya di Prodi PBSI FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2017/2018. Dalam penelitian ini
fungsi konteks kultural yang dapat ditemukan antara lain, memberikan keterangan
situasi dan kondisi perserta tutur, memberi informasi atau keterangan pengetahuan
yang dimiliki oleh peserta tutur (penutur dan mitra tutur), memberikan keterangan
atau informasi mengenai awalmula terjadinya pertuturan dan pengetahuan peserta
tutur, memberikan keterangan yang bersifat teratur pada sebuah tuturan,
memberikan keterangan atau informasi sebab tuturan yang terjadi atau sebelum
peristiwa tutur terjadi, kemudian memberi informasi tambahan mengenai peserta
tutur.
2.2.7 Elemen dan Fungsi Konteks Sosietal
Mey dalam Rahardi (2003:15) mengutarakan pendapatnya mengenai
konteks sosietal yakni, konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan sosial
relatif (relative social rank) setiap anggota masyarakat di dalam institusi-institusi
yang ada pada masyarakat dan lingkungan sosial tertentu. Konteks sosietal dapat
terbentuk karena adanya hubungan vertikal, sebagai contoh yakni hubungan
dalam komunikasi antara penutur dan mitra tutur dengan faktor penentu atasan
dan bawahan.
Konteks sosietal, timbul dari adanya kekuatan (power) yang berasal dari
“rasa memiliki” kedudukan seseorang. Salah satu contoh yakni pertuturan antara
dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya. Dosen memiliki kekuasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
untuk memberikan perintah pada mahasiswa merevisi skripsi hasil tulisannya agar
penelitiannya nantinya menjadi lebih baik.
Poedjosoedarmo dalam Baryadi (2015:24) menyatakan, beberapa faktor
yang dapat memberikan pengaruh pada penggunaan bahasa disebut konsep
memoteknik OOEMAUBICARA, yaitu (1) O1= orang ke satu atau penutur, (2)
O2 = orang ke dua atau mitra tutur, (3) E= emosi, (4) M= maksud dan tujuan
percakapan, (5) A= adanya O3 dan barang-barang lain disekeliling adegan
percakapan, (6) U= urutan tutur, (7) B= bab yang dipercakapkan; pokok
pembicaraan, (8) I= instrumen tutur atau sarana tutur, (9) C= citarasa tutur, (10)
A= adegan tutur, (11) R= register tutur/ genre, (12) A= aturan atau norma
kebahasaan. Dalam penjelasan komponen OOEMAUBICARA oleh ahli diatas,
keseluruhan komponen akan di bahas oleh peneliti sebagai berikut :
a. O1 (Orang kesatu atau penutur)
O1 merupakan diri seorang penutur yang dapat dilihat dari dan latar belakang
kehidupan penutur. Hal yang dimaksud penjelasan diatas yakni bersangkutan
dengan bagaimana kondisi fisik dari penutur, mental yang dimiliki oleh penutur
dan kemahiran berbahasa yang dimiliki penutur itu sendiri. Latar belakang yang
dimaksudkan dalam yakni jenis kelamin penutur, asal daerah, strata dalam kelas
masyarakat, umur dan profesi yang dimiliki oleh penuntur.
b. O2 (Mitra tutur)
O2 yang dimaksud dalam komponen OOEMAUBICARA ini yakni orang kedua
dalam suatu pertuturan. Dalam sebuah interaksi sosial, komunikasi tidak akan
terjadi dengan sempurna apabila tidak ada orang kedua. Orang kedua atau mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tutur dalam sebuah komunikasi dijadikan sebuah subjek untuk memberikan
timbal balik pada tuturan yang dilakukan oleh O1.
c. E (Emosi)
Emosi penutur turut memberikan pengaruh yang cukup besar dalam sebuah
bentuk pentuturan. Apabila seseorang yang sedang mengalami gugup, marah,
akan melontarkan ujaran atau petuturan yang dapat dikatakan kurang teratur.
Beda halnya dengan seseorang yang sedang merasa tenang dan senang akan
mengeluarkan ujaran yang baik atau teratur.
d. M (Maksud atau tujuan percakapan)
Maksud atau tujuan pertuturan turut memberikan pengaruh dalam sebuah
pertuturan yang dilakukan oleh seseorang. Maksud penutur memberikan
pengaruh dalam pemilihan bahasa, tingkat tutur, ragam, dialek, idiolek, dan
pemilihan ungkapan-ungkapan tertentu untuk menunjang maksud yang ingin
disampaikan secara lebih jelas, atau pemilihan unsur suprasegmental tertentu.
e. A ( Adanya O3 atau orang ke tiga)
Hal yang dimaksud dalam “ adanya O3” yakni kehadiran orang lain pada suatu
ujaran. Dalam suatu ujaran, isi dari pembicaran dapat berganti bentuknya dari apa
yang seharunya terjadi apabila ada seseorang yang secara tidak sengaja hadir
dalam dialog yang dilakukan oleh O1 dan O2. Pergantian bentuk atau
pengubahan tersebut terjadi karena ada beberapa alasan yang terjadi, diantaranya
karena ingin mengikut sertakan O3 dalam sebuah percakapan, ingin
menyembunyikan sesuatu dari O3 dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
f. U (Urutan bicara)
Urutan bicara, berhubungan dengan siapa yang harus memulai pembicaraan
terlebih dahulu, dan siapa yang harus berbicara kemudian. Hal seperti ini dalam
masyarakat memiliki aturan namun berdasarkan norma dari budaya setempat.
Biasanya dalam masyarakat seseorang yang memiliki strata sosial yang lebih
tinggi atau orang yang dianggap dituakan harus berbicara terlebih dahulu.
g. B ( Bab yang akan dibicarakan)
Bab yang dibicarakan mempengaruhi hal apa yang akan dibicarakan dalam
sebuah percakapan. Hal ini tidak berarti setiap pokok pembicaraan harus dibahas
secara detil tetapi dapat dibahas menggunakan ragam bahasa tertentu. Namun,
dalam sebuah percakapan yang memiliki topik pembicaraan tertentu sehingga
mengharuskan penggunaan kode-kode dalam berbahasa apabila mereka ingin
membicarakan hal itu.
h. I (Intrument atau sarana tutur)
Instrument tutur dapat memberikan pengaruh pada bentuk ujaran. Instrument
tutur atau sarana tutur merupakan sarana yang digunakan saat menyampaikan
tuturan. Misalnya saja, bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan menggunakan
mulut atau disampaikan secara oral (lisan), sedangkan bahasa tulis menggunakan
huruf-huruf yang dituliskan dengan alat tulis.
i. C (Citarasa penutur)
Hal yang dimaksud dengan citarasa yakni nada bicara yang secara keseluruhan
dapat memberikan pengaruh pada O1 juga berpengaruh pada ragam tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
diucapkan oleh O1. Dalam hal ini citra rasa memiliki beberapa ragam bahasa
seperti bahasa santai, bahasa formal, dan bahasa indah.
j. A (Adegan tutur)
Adegan tutur berkaitan erat dengan tempat, waktu dan peristiwa yang
melatarbelakangi suatu pertuturan. Adegan tutur akan mempengaruhi bentuk-
bentuk suatu ujaran. Contoh yang dilihat peneliti dalam komponen Adegan tutur
ini dalam kehidupan sehari-hari yakni pada percakapakan di tempat-tempat
ibadah, rumah sakit, dan ruang dosen saat mahasiswa sedang melaksanakan
konsultasi. Percakapan-percakapan yang terjadi pada tempat-tempat tersebut
biasanya tidak banyak bercanda, volume suara tidak terlalu keras, sopan, serius,
dan khidmat.
k. R (Register atau bentuk wacana)
Terdapat beberapa bentuk wacana yang telah dimiliki dalam masyarakat seperti
surat-menyurat dinas, percakapan dengan menggunakan telepon, pidato, dan
masih banyak lagi. Dalam wacana beberapa macam bentuk wacana diatas
bentuknya sudah baik dan diketahui oleh banyak masyarakat. Apabila ada
seseorang yang melanggar kaidah-kaidah bentuk wacana tersebut, maka
masyarakat akan memberikan reaksi yang kurang baik pada penutur.
l. A (Aturan)
Aturan kebahasaan ini berkaitan dengan norma kebahasaan yang dimilliki pada
masyarakat. Setiap daerah memiliki norma-norma yang berlaku pada masyarakat.
Sebagai contoh struktur pembicaraan yang jelas, tapi pembicaraan, tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi, dan menghindar kata-kata yang bersifat
tabu dapat memberikan penilaian yang baik pada O1 (penutur).
Berlandaskan peristiwa tutur yang terjadi, selain digunakan untuk
berkomunikasi pertuturan juga digunakan sebagai sarana menyampaikan maksud
tertentu. Gagasan-gagasan yang disampaikan tetapi kurang dapat terwakilkan
hanya dengan kata-kata dapat terlihat apabila memahami kontek pertuturan yang
sedang terjadi. Fungsi-fungsi dari konteks sosietal dapat disebutkan sebagai
berikut, memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh
penutur dan mitra tutur, memberikan penjelasan mengenai informasi yang dimiliki
seorang penutur dan mitra tutur, memberikan keterangan pentingnya kekuasaan
dalam pertuturan, memberikan informasi tambahan.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian ini berjudul “Kajian Pragmatik Konteks Ekstralinguistik dalam
Pertuturan Dosen Pembimbing dengan Mahasiswa Bimbingannya di Program
Studi PBSI FKIP Universits Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik
2018/2019” menggunakan teori kajian pragmatik dan konteks. Konteks yang
digunakan dalam penelitian ini mencangkup beberapa macam, diantaranya
konteks sosial, konteks situasi, konteks kultural, dan konteks sosietal. Beberapa
konteks yang telah disebutkan sebelumnya, kemudian akan digunakan sebagai
piranti analisis pada penelitian ini dengan memperhatikan elemen apa saja yang
terkandung didalamnya dan fungsi apa saja yang terkandung dalam pertuturan
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Tahun Akademik 2018/2019. Kerangka
berpikir pada penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka yang terkait
dengan penelitian ini.
linguistik
Pragmatik
Konteks
Konteks
Ekstralinguistik
Konteks Sosial
Konteks Situasi
Konteks
Kultural Konteks Sosietal
Pertuturan antara Dosen Pembimbing dengan Mahasiwa Bimbingannya di Pogram
Studi PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik
2018/2019
Mengetahui fungsi
konteks ekstralinguistik
dalam pertuturan antara
dosen pembimbing
dengan mahasiswa
bimbingannya.
Mengetahui elemen
konteks ekstralinguistik
dalam pertuturan antara
dosen pembimbing
dengan mahasiswa
bimbingannya.
Kajian Pragmatik Konteks Ekstralinguistik dalam Pertuturan antara Dosen Pembimbing
dengan Mahasiswa Bimbingannya di Program Studi PBSI FKIP Universitas sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan untuk mengetahui konteks
ekstralinguistik (fungsi dan elemen) dalam pertuturan antara dosen pembimbing
dengan mahasiswa bimbingannya di Program Studi PBSI FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarata Tahun Akademi 2018/2019 yakni penelitian
deskriptif kualitatif. Sugiyono (2017:8) penelitian kualitatif adalah pendekatan
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitan kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Metode penelitian yang digunakan yakni studi kasus sesuai yang
dituturkan oleh Robert K. Yin (2014:18) yakni, suatu inkuiri empiris yang
menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas
antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan dimana multisumber
bukti dimanfaatkan. Studi kasus berguna, karena peneliti ingin memahami suatu
permasalahan atau situsi tertentu dengan mendalam, khususnya pada konteks yang
terdapat dalam pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di program studi PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019. Studi kasus yang digunakan yakni studi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kasus observasi, karena teknik pengumpulan data didapatkan melalui observasi,
peran serta atau pelibatan.
3.2 Sumber Data dan Data
Hal yang dimaksudkan sebagai sumber data dalam penelitian ini yakni
subyek, yang memungkinkan data dapat diperoleh. Sumber data pada penelitian
ini terdapat pada dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di Program
Studi PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019.
Noor (2011) dalam Rahayu (2017:137) mengatakan data adalah informasi
yang diterima sebagai suatu kenyataan atau fenomena empiris wujudnya dapat
merupakan seperangkat ukuran (kuantitatif berupa angka-angka) atau berupa kata-
kata (Kualitatif).
Berdasarkan pendapat ahli diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
data merupakan hal-hal yang mencangkup informasi dan dapat diterima sebagai
suatu hal yang bersifat fakta atau kenyataan. Penelitian ini, data berupa konteks
yang terdapat dalam pertuturan, baik elemen dan fungsi yang terkandung dalam
pertuturan antara dosen pembimbing dan mahasiswa bimbingannya di PBSI FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019 dengan
menggunakan penanda konteks ekstralinguistik.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yakni metode simak, karena
peneliti hanya menyimak pertuturan-pertuturan yang terjadi antara dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pembimbing dan mahasiswa bimbingannya. Dalam pertuturan yang terjadi antara
dosen pembimbing dan mahasiswa bimbingannya, peneliti tidak terlibat
didalamnya melainkan hanya sekedar menyimak. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua berdasarkan tahap
penggunaannya, yakni “teknik dasar” dan ”teknik lanjutan” (Sudaryanto,
2015:201-202).
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik dasar
berwujud teknik sadap. Dalam penelitian ini, hal- hal yang membuat teknik sadap
disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak yakni pada hakikatnya
penyimakan dilakukan dengan teknik sadap agar data yang diambil dapat
berwujud orisinil dan tidak dibuat-buat.
Praktik selanjutnya Mahsun (2007:93) menyatakan teknik sadap ini diikuti
oleh teknik lanjutan yakni teknik simak libat cakap, catat, dan teknik rekam.
Keempat teknik tersebut dapat digunakan secara bersama-sama jika penggunaan
bahasa yang disadap itu berwujud lisan. Dalam penelitian yang dilakukan
sekarang peneliti menjelaskan mengenai simak libat cakap, simak bebas libat
cakap, teknik catat, dan teknik rekam sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. Teknik Simak Libat Cakap (SLC)
Teknik Simak Libat Cakap disebut juga teknik “SLC”. Peneliti, dalam teknik ini
terlibat langsung dalam pertuturan, jadi peneliti terlibat langsung dalam dialog
sekaligus sebagai pengamat penggunaan bahasa. Keterlibatan peneliti dalam
teknik ini ada dua macam, pertama terlibat secara aktif. Dikatakan “aktif” apabila
peneliti juga ikut angkat bicara dalam pertuturan, sedangkan keterlibatan
“reseptif” apabila peneliti tidak ikut angkat bicara dan hanya mendengarkan
pertuturan yang terjadi. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik
simak libat cakap (SLC) reseptif, karena peneliti menginginkan data yang bersifat
orisinil tanpa ada campur tangan dari orang ke tiga.
b. Teknik Lanjutan II (Teknik Simak Bebas Libat Cakap)
Teknik Simak Bebas Libat cakap disebut juga teknik “SLBC”. Peneliti berperan
sebagai pengamat bahasa, peneliti tidak terlibat dalam proses pertuturan yang
sedang berlangsung, jadi peneliti tidak ikut serta dalam dialog. Dalam teknik ini,
peneliti hanya mendengarkan apa yang dikatakan (dan bukan apa yang
dibicarakan) oleh penutur dan mitra tutur. Dalam penilitian ini telah dibahas
apabila peneliti tidak ikut serta dalam dialog yang dilakukan oleh penutur dan
mitra tutur (Dosen dan mahasiswa bimbingannya).
c. Teknik Catat
Teknik lanjutan yang dilakukan setelah menerapkan metode simak dengan teknik
lanjutan diatas. Teknik catat digunakan sebagai teknik pendukung dari teknik
lanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
d. Teknik Rekam
Teknik rekam dimungkinkan terjadi jika bahasa diteliti yakni bahasa yang masih
dituturkan oleh pemilikinya (tuturan langsung). Tenik rekam dalam penelitian ini
menggunakan voice recorder yang terdapat pada aplikasi telfon genggam yang
dimiliki oleh pemilik. Namun teknik rekam ini juga dapat digunakan dengan
menggunakan kamera dalam setelan video yang terdapat pula pada aplikasi telfon
genggam. Perpaduan antara kedua aplikasi tersebut diharapkan dapat
menghasilkan data yang lebih jelas, baik verbal maupun non verbal.
3.4 Intrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 305) yang menjadi instrument pada penelitian
kualitatif ini yakni peneliti sendiri. Human Intrument diartikan peneliti harus
menjadi pusat penelitiannya sendiri sehingga dapat menetapkan fokus pada
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, dan membuat temuan dari analisis yang telah
dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, karena menggunakan Human
Instrument maka peneliti wajib memahami secara dalam mengenai teori-teori
pragmatik dan konteks untuk menjadi pedoman pokok dalam menganalisis data.
Peneliti berperan sebagai instrument dalam penelitian, maka harus
divalidasi terlebih dahulu. Sugiyono (2017:240) menjelaskan validasi terhadap
peneliti meliputi pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan pada bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode
padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan
tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan. Objek sasaran
penelitian itu, kesejatian atau identitasnya ditentukan berdasarkan tingkat kadar
kesepadanannya, keselarasannya, kesesuaiannya, kecocokannya, atau kesamaan
dengan alat penentu yang besangkutan yang sekaligus menjadi standard atau
pembaku-nya (Sudaryanto, 2015:15).
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif. Dalam penelitian ini tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis
data yaitu mengklasifikasi data yang mengandung elemen-elemen dan fungsi
konteks sosial, koteks situasi, konteks kultural, dan konteks sosietal. Pada
penelitian ini data diidentifikasi berdasarkan teori elemen konteks, menafsirkan
data berdasarkan identifiaksi, dan menguji data melalui trianggulasi.
3.6 Trianggulasi Data
Sugiyono (2010:330) trianggulasi data adalah teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Penelitian ini menggunakan jenis trianggulasi
penyidik yang dilakukan oleh peneliti guna melakukan pengecekan data penelitian
yang telah diolah sebelumnya. Dalam penelitian proses trianggulasi dilakukan
oleh pakar yang sesuai dengan bidangnya untuk memeriksa keabsahan data dan
hasil analisis data pada penelitian ini. Melalui trianggulasi data, peneliti dapat
mengetahui apakah data dan hasil analisis data sesuai dengan pendapat pakar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dituliskan pada bagian studi pustaka serta dapat digunakan sebagai pembanding
dari beberapa teori mengenai pragmatik khususnya konteks guna mengetahui hasil
dari analisis data yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti sangat perlu
seorang ahli yang memiliki pengalaman yang cukup mumpuni dibidang ini,
sehingga untuk mengecek keabsahan data peneliti bekerja sama dengan Prof. Dr.
Pranowo, M.Pd. sebagai trianggulator pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
Bab IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengkaji mengenai
tiga hal, yakni (1) deskripsi data, (2) hasil analisis data, (3) pembahasan. Deskripsi
data ini, peneliti memaparkan mengenai data hasil penelitian. Selanjutnya hasil
analisis data berdasarkan sub kategorinya. Setelah membahasa mengenai deskripsi
data dan hasil analisis data, kemudian peneliti membahasa mengenai pembahasan
dari hasil analisis data. Ketiganya dipaparkan sebagai berikut :
4.1 Deskripsi Data
Data dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan konteks
yang terkandung dalam pertuturan, baik elemen dan fungsi yang terdapat dalam
pertuturan dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi
PBSI FKIP Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019 dengan jangka
waktu pengambilan data 30 November 2018 hingga 20 Januari 2019. Data yang
didapatkan, diambil berdasarkakn elemen dan fungsi konteks antara dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI FKIP
Universitas Sanata Dharma. Data yang diambil sebanyak 50 pertuturan yang
mengandung konteks, baik elemen dan fungsi serta melibatkan 5 dosen dan 21
mahasiswa sebagai sumber data. Berdasarkan analisis elemen konteks yang
terdapat pada pertuturan, peneliti menemukan beberapa elemen yang terdapat
pada konteks, berikut merupakan data yang telah dianalisis oleh peneliti :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 4.1
No Jenis Konteks Elemen yang
Ditemukan
1 Konteks Sosietal OOEMAUBICARA
2 Konteks Sosial OOEMUBICAA
3 Konteks Kultural SPEAKING
4 Konteks Situasi Penyapa dan
pesapa, Konteks
sebuah
tuturan,Tujuan
tuturan, Tuturan
sebagai bentuk
tindakan atau tindak
ujar, Tuturan
sebagai tindak
verbal.
Selain elemen, peneliti mememukan beberapa fungsi yang terdapat pada
konteks. Berikut merupakan fungsi yang terdapat pada data yang telah di analisis
oleh peneliti :
Tabel 4.2
No. Jenis Konteks Fungsi Konteks
1 Konteks Sosietal 1. Memberikan informasi mengenai tingkat
kekuasaan yang dimiliki oleh penutur
dan mitra tutur.
2. Memberikan penjelasan mengenai
informasi yang dimiliki seorang penutur
dan mitra tutur.
3. Memberikan informasi tambahan.
2 Konteks Sosial 1. Memberikan informasi sebab terjadinya
tuturan.
2. Memberikan informasi tambahan.
3 Konteks Kultural 1. Memberi informasi atau keterangan
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta
tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Memberikan keterangan atau informasi
mengenai awalmula terjadinya pertuturan
dan pengetahuan peserta tutur.
3. Memberikan keterangan yang bersifat
teratur pada sebuah tuturan.
4. Memberikan keterangan atau informasi
sebab tuturan yang terjadi atau sebelum
peristiwa tutur terjadi.
5. Memberi informasi tambahan mengenai
peserta tutur.
4 Konteks Situasi 1. Memberikan penjelasan secara terperinci
dalam sebuah pertuturan.
2. Memberikan informasi lanjutan.
3. Memberikan penegasan dalam sebuah
pertuturan agar mitra tutur memahami
apa yang dikemukakan oleh penutur.
Berikut sampel data cuplikan-cuplikan tuturan yang mengandung konteks
baik fungsi, dan elemen yang terdapat pada konteks dalam menentukan maksud-
maksud pertuturan yang dilakukan oleh dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di program studi pendidikan bahasa sastra Indonesia FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
4.1.1 Elemen Konteks Sosietal
Berdasarkan data cuplikan-cuplikan pertuturan yang mengandung konteks
yang berpatokan pada pendapat yang kemukakan oleh ahli yang bernama
Poedjosoedarmo (1985) dalam Baryadi (2015:24). Berikut merupakan elemen
yang dominan hadir pada data yakni, O1= orang ke satu, O2 = orang ke dua, E=
emosi, M= maksud dan tujuan percakapan, U= urutan tutur, B= pokok
pembicaraan, I= instrumen tutur, C= citarasa tutur, A= adegan tutur, A= aturan
atau norma. Namun ada dua elemen yang jarang ditemui dalam data yakni, A=
adanya O3 atau barang lain disekeliling percakapan dan R= register atau bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
wacana yang jarang ditemui pada data yang diambil oleh peneliti. Peneliti
memberikan sampel bagan elemen konteks sosietal dalam pertuturan yang terjadi
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Tabel 4.3
Data Tuturan berdasarkan Elemen Konteks Sosietal
No. Subkategori Pengamatan
1 O1= orang ke satu selalu ada
2 O2= orang ke dua selalu ada
3 E= emosi selalu ada
4 M= maksud dan tujuan
percakapan
selalu ada
5 A= orang ketiga tidak selalu
ada
6 U= Urutan tutur selalu ada
7 B= bab yang dibicarakan selalu ada
8 I= instrumen tutur selalu ada
9 C= citra rasa selalu ada
10 A= adegan tutur selalu ada
11 R= register/ bentuk wacana tidak selalu
ada
12 A= aturan / norma selalu ada
4.1.1.1 Elemen OOEMAUBICARA
Data berikut memiliki kelengkapan teori yang merujuk pada pendapat atau
teori yang dikemukakan oleh Poedjosoedarmo dalam Baryadi (2015:24). O1:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
merupakan pribadi dari penutur, O2: orang yang diajak berbicara oleh penutur
atau mitra tutur, E merupakan emosi yang dimiliki oleh penutur maupun mitra
tutur, M yakni maksud atau tujuan dari percakapan, A yakni adanya O3 atau
orang ketiga dalam percakapan yang dilakukan oleh O1 dan O2, U merupakan
urutan berbicara mana yang lebih dahulu berbicara dan kemudian siapa yang
akan menanggapi, B yakni bab atau pokok dalam sebuah pembicaraan, I
merupakan intrumen atau sarana tutur apa yang digunakan, C merupakan citarasa
dalam pembicaraan tersebut yang dibedakan menjadi ragam bahasa formal,
ragam bahasa santai dan sebagainya, A merupakan adegan tutur bentuk wacana
yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan peristiwa tutur, R register atau bentuk
wacana yang ada dalam peristiwa tutur, A, aturan atau norma yang terdapat
dalam peristiwa tutur.
Data Elemen konteks O,O,E, M, A, U, B, I, C, A, R, A
A: Jadi ini yang saya sampaikan dari kemarin segera dibuat, lalu serahkan
keloker itu tulisan-tulisan anda, iya saya baca gitu.
B: Iya pak.
A: Kalau belum- belum gini sih, malah ngopo (ngapain).. (nada tertawa)
A: Ya, saya beri konsultasi, nanti ada kemajuan, silahkan print lalu berikan di
loker.
B, C : Iya pak.
(Konteks tuturan : Pertuturan tersebut terjadi di ruang dosen PBSI Universitas
Sanata Dharma. Dalam percakapa terlihat ada 3 orang partisipan yakni satu
orang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan dua
mahasiswa angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari
Yogyakarta pula.Tujuan pembicaraan tersebut yakni memerintahkan mahasiswa
untuk segera membuat dan mengumulkan hasil tulisan skripsi. Percakapan terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 13.30 dengan suasana pembicaraan
yang cukup tegang).
Berdasarkan data diatas, terdapat kelengkapan elemen konteks dari
OOEMAUBICARA. Elemen konteks yang terkandung yakni, (1) O1 merupakan
seorang dosen yang berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta
berusia sekitar 50an. O2 adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta
yang menempuh studi di program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
yang berusia sekitar 20an. E adalah warna emosi yang terkandung dalam
pertuturan tersebut yakni tegang karena dosen terlihat sedikit marah sedangkan
mahasiswa terlihat gugup karena melihat dosen yang terlihat sedikit marah. M
yakni dosen sebagai O1 memerintahkan mitra tuturnya untuk segera
menyelesaikan skripsi dan segera dikumpulkan agar bisa segera di koreksi serta
diiberikan masukan-masukan. A adalah adanya O3 pada pertuturan tersebut
yakni seorang mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta yang berusia 20an dan
berjenis kelamin perempuan serta menempuh studi di progam studi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia.
U dalam pertuturan tersebut diawali oleh O1 yang merupakan seorang
dosen dan ditanggapi kemudian oleh O2 yang merupakan seorang mahasiswa. B
yakni merupakan bab yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut, dalam
pertuturan tersebut membahas mengenai O1 yang memerintahkan O2 dan O3
untuk segara membuat dan mengumpulkan skripsi hasil tulisannya dan tidak
hanya sekedar konsultasi belaka. I dalam sampel data tersebut yakni
menggunakan bahasa lisan dan secara langsung.C adalah cita rasa, dalam sampel
data tersebut yakni menggunakan ragam bahasa yang formal. Kemudian A yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
merupakan adegan tutur dalam pertuturan tersbut di ruang dosen PBSI Universitas
Sanata Dharma pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 13.30. R yang
merupaka register atau bentuk wacana dalam sebuah pertuturan, dalam pertuturan
tersebut bentuk wacananya merupakan tuturan yang terjadi secara dialog atau
bergantian. A atau aturan dalam pertuturan ini adalah penutur kadang
menggunakan nada yang tinggi dalam bertutur terhadap mitra tuturnya.
4.1.1.2 Elemen OOEMUBICAA
Data berikut merujuk pada pendapat yang diutarakan oleh
Poedjosoedarmo dalam Baryadi (2015:24). O1: merupakan pribadi dari penutur.
O2 merupakan orang yang diajak berbicara oleh penutur atau mitra tutur. E
merupakan emosi yang dimiliki oleh penutur maupun mitra tutur. M yakni
maksud atau tujuan dari percakapan. U merupakan urutan berbicara mana yang
lebih dahulu berbicara dan kemudian siapa yang akan menanggapi. B yakni bab
atau pokok dalam sebuah pembicaraan. I merupakan intrumen atau sarana tutur
apa yang digunakan. C merupakan citarasa dalam pembicaraan tersebut yang
dibedakan menjadi ragam bahasa formal, ragam bahasa santai dan sebagainya. A
merupakan adegan tutur bentuk wacana yang berkaitan dengan tempat, waktu,
dan peristiwa tutur. A, aturan atau norma yang terdapat dalam peristiwa tutur.
Data Elemen Konteks O,O,E,M,A,U,B,I,C,A,A
A: Kalau membuat tabel dari satu sampe sepuluhkan maksud e opo, ngono kan?
Esesinnya bagaimana...
B: Berarti ini nanti perpoint diuraikan seperti itu?
A: Lha iya semua harus seperti itu, jangan Cuma memindahkan dari buku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(Konteks tuturan : Percakapn terjadi di ruang dosen PBSI saat mahasiswa
sedang melakukan konsultasi pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.30
dengan suasana percakapan yang santai. Percakapan tersebut memiliki 2 orang
partisipan yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta dengan seeorang mahasiswi yang berasal dari Klaten. Percakapan
tersebut membahas mengenai masukan dari dosen untuk membenahi pembuatan
tabel dan diuraikan).
Berdasarkan data pertuturan tersebut, terdapat beberapa elemen konteks
yang telah dikemukakan oleh Poedjosoedarmo (1985). O1 sebagai penutur
merupakan seorang dosen yang berasal dari Yogyakarta, sedangkan O2 sebagai
mitra tutur sebagai lawan bicara dari penutur merupakan seorang mahasiswi yang
berasal dari Klaten. E sebagai emosi yang terdapat pada pertuturan tersebut cukup
santai, dengan maksud pembicaraan untuk memberikan masukan-masuka tertentu
penutur pada mitra tutur mengenai skripsinya. U sebagai urutan pembicaraan pada
cuplikan data diatas diawali penutur atau O1 yang merupakan dosen dan memiliki
usia yang lebih tua sekitar 55 tahun dan kemudian ditanggapi oleh mitra tutur
yang seorang mahasiswi yang berusia 20 tahun. B sebagai bab yang
diperbincangkan dalam pertuturan yakni, berupa masukan oleh penutur pada mitra
tutur untuk membenahi bentuk tabel dan menguraikan penjelasan secara lebih
baik. I sebagai instrumen atau sarana tutur yang digunakan oleh penutur dan mitra
tutur, berupa tuturan langsung serta lisan. Dalam pertuturan yang terdapat pada
cuplikan data tersebut, terlihat adanya C atau citra rasa pertuturan yang
menggunakan bahasa formal. A atau adegan pertuturan yang dilakukan oleh
penutur dan mitra, terjadi di ruang dosen PBSI saat mahasiswa sedang melakukan
konsultasi pada hari Selasa 18 Desember 2018, pada pukul 10.30. A selanjutnya
sebagai aturan yang terjadi dalam pertuturan tersebut termasuk dalam keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
baik dan menggunakan bahasa yang sopan serta tidak menggunakan nada yang
tinggi.
4.1.1.3 Pola Elemen Konteks Sosietal
Pola elemen merupakan sesuatu hal yang terkandung dari suatu hal yang
terdapat pada elemen. Pola elemen terbentuk berdasarkan elemen yang hadir pada
sebuah pertuturan. Berdasarkan data tuturan yang telah dicantumkan di subbab
sebelumnya terdapat tiga kategori pola yang terdiri dari, dua belas elemen, sebelas
elemen dan sepuluh elemen. Berikut elemen yang terdapat pada cuplikan tuturan.
Tabel 4.4
Data Pola Elemen Konteks Sosietal
No. Subkategori Pengamatan
Data Tuturan
1. Pola yang mengandung 12 elemen
(O,O,E,M,A,U,B,I,C,A,R,A) ditemukan
2 Pola yang mengandung 11 elemen
(O,O,E,M,U,B,I,C,A,R,A) ditemukan
3 Pola yang mengandung 10 elemen
(O,O,E,M,U,B,I,C,A,A) ditemukan
4.1.1.3.1 Pola yang Mengandung 10 Elemen Konteks
Berdasarkan sepuluh elemen konteks yang terdapat pada tuturan,
terbentuk pola O,O,E,M,U,B,I,C,A,A, dikarenakan ada dua elemen berupa
adanya Orang Ketiga dan register yang tidak hadir. Berikut merupakan sampel
data pertuturan yang mengandung sepuluh elemen konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Data Tuturan
A : Engga perlu, engga perlu.
(Konteks tuturan : tuturan terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Selasa 15 Januari 2018, Pukul 11.45 dengan suasana tutur
yang santai. Pertuturan terjadi antara dua orang partisipan yakni seorang
dosen yang berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta yang berusia
55 tahun dengan mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan
yang berasal dari Medan yang berusia 20 tahun. Percakapan tersebut membahas
mengenai masukan-masukan yang dapat membantu dalam penulisan skripsi
mahasiswa.)
O1 yang berlatar belakang dosen yang berasal dari Yogyakarta dan
berusia sekitar 58 tahun. O2 merupakan seorang mahasiswi yang berasal dari
Medan. E sebagai emosi yang terdapat pada pertuturan tersebut tergolong santai.
M atau maksud tuturan tersebut merupakan pemberikan masukan pada penulisan
diawali oleh O1 yang berusia lebih tua dan berlatar belakang seorang dosen dan
ditanggapi oleh O2 yang berusia sekitar 20 berlatar belakang mahasiswa. B atau
pokok pembahasan dalam pertuturan tersebut yakni, mengenai masukan-masukan
yang dapat membantu dalam penulisan skripsi mahasiswa. I sebagai instrumen
yang digunakan dalam pertuturan yakni, secara lisan dan langsung. C sebagai cita
rasa dalam pertuturan menggunakan bahasa non formal tetapi tetap sopan. A
sebagai adegan tutur, terjadi diruang dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada
A : Yak dalam bahasa non verbal itu ada tuturan verbalkan? Ada verbal ada
non verbal..
B : Iya betul Pak..
A : Yang verbal kamu tulis seperti apa? Kamu kutip dulu, yang non
verbalnya, tangan guru sambil digerak-gerakan. Itu caranya.
B : Oh, jadi enggak perlu yang detail gitu ya Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
hari Selasa, 15 Januari 2018, Pukul 11.45. A sebagai aturan atau norma, penutur
berbicara sopan dan tidak menggunakan nada yang tinggi dalam bertutur.
4.1.1.3.2 Pola yang Mengandung Elemen 11 Konteks
Berdasarkan sebelas elemen konteks yang terdapat pada tuturan,
terbentuk pola O,O,E,M,U,B,I,C,A,R,A, dikarenakan ada satu elemen berupa
Adanya orang ketiga yang tidak hadir dalam pertuturan. Berikut merupakan
sampel data pertuturan yang mengandung sebelas elemen konteks.
Data tuturan
A : Ini dibetulkan ya, beberapa masih salah silahkan di uraiakan, diberikan
pengantar lalu bagian perinci ini diberikan a b c. Menambah pengetahuan
itu kalimat siapa? Subyeknya siapa? Ra ono ya kan? (tidak ada ya kan ?)
B : Iya Pak.
A : Lha ini hampir semua sama ini. Pragmatik konteks itu hampir semua sama,
ini tidak bolehya.
B : Ya Pak.
A : Masing-masing biarkan berimajinasi dengan hasilnya sendiri-sendiri. Ya
memang disitu kekhasannya. Jadi bagaimana, masing -masing
mendefinisikan praoprasional atau batasan tertentu, lha itu skripsinya
mahasiswa. Lha nek podo bagaimana ?(ya kalau sama bagaimana?). Tidak
lulus nanti. Fatal itu fatal. Ya to?
B : Iya Pak.
(Konteks Tuturan: Percakapan terjadi antara 2 partisipan, O1 yakni seorang
dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari
Yogyakarta. Tujuan dari percakapan tersebut yakni memberikan pembenahan
mengenani skripsi yang ditulis mahasiswa seperti kalimat, penomoran dan materi
yang tidak boleh plagiasi. Percakapan tersebut terjadi pada hari Jumat, 14
Desember 2018, Pukul 09.30. suasana dalam percakapan tersebut terlihat cukup
santai).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
O1 merupakan seseorang yang berlatar belakang dosen yang berasal dari
Yogyakarta dan berusia sekitar 55 tahun. O2 meruapakan seorang mahasiswi yang
berasal dari Yogyakarta dan berusia sekitar 20 tahun. Dalam pertuturan tersebut
terdapat elemen E atau emosi yang cukup santai. Elemen M atau maksud
percakapan yakni penutur memberikan sebuah pembenahan megenai skripsi
mahasiswi. U sebagai urutan bicara dimulai penutur yang berlatar belakang
seorang dosen kemudian ditanggapi oleh mahasiswi. B sebagai bab yang
dibicarakan dalam pertuturan tersebut, mengenai skripsi yang ditulis mahasiswa
seperti kalimat, penomoran dan materi yang tidak boleh plagiasi. Instrument yang
digunakan pada pertuturan tersebut menggunaan instrument langsung dan
menggunakan tuturan lisan. Dalam tuturan tersebut terdapat C sebagai citra rasa
tuturan yang menggunakan bahasa non formal. Adegan dalam tuturan tersebut
terjadi di ruang dosen PBSI, pada hari Jumat, 14 Desember 2018, Pukul 09.30
dengan menggunakan register atau elemen R yang berbentuk dialog. A sebagai
aturan atau norma pada pertuturan tersebut, baik penutur dan mitra tutur
menggunakan bahasa yang baik, sopan, dan tidak menggunakan nada yang tinggi
dalam bertutur.
4.1.1.4 Fungsi Konteks Sosietal
Berdasarkan data yang termasuk dalam konteks sosietal yang telah
dianalisis, peneliti menemukan empat fungsi dari konteks sosietal yang terdapat
dalam menentukan maksud pertuturan antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa bimbingannya di program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2018/2019. Namun, fungsi yang sering hadir atau dominan muncul dalam sebuah
pertuturan yakni memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan yang
dimiliki oleh penutur dan mitra tutur, sehingga digunakan sebagai sampel data
dalam konteks sosietal ini.
Tabel 4.5
Data Tuturan Fungsi yang Digunakan Oleh Konteks Sosietal
No. Subkategori Pengamatan
1 Memberikan informasi mengenai tingkat
kekuasaan yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur.
ditemukan
2 Memberikan penjelasan mengenai informasi
yang dimiliki seorang penutur dan mitra tutur. ditemukan
3 Memberikan informasi tambahan. ditemukan
4.1.1.4.1 Fungsi Memberikan Informasi Terhadap Tingkat Kekuasaan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang menjelaskan
atau memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh
seseorang baik penutur maupun mitra tutur. Berikut merupakan fungsi
memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh penutur
dan mitra tutur dalam menentukan maksud berkomunikasi antara dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI, FKIP,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Data Fungsi Memberikan Informasi Mengenai Tingkat Kekuasaan
A: Jadi ini yang saya sampaikan dari kemarin segera dibuat, lalu serahkan
keloker itu tulisan-tulisan anda, iya saya baca gitu.
B: Iya Pak.
A: Kalau belum- belum gini sih, malah ngopo (ngapain).. (nada tertawa)
A: Yaa, saya beri konsultasi, nanti ada kemajuan, silahkan print lalu berikan di
loker.
B, C : Iya Pak.
(Konteks tuturan : Pertuturan tersebut terjadi di ruang dosen PBSI Universitas
Sanata Dharma. Dalam percakapa terlihat ada 3 orang partisipan yakni satu
orang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan dua
mahasiswa angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari
Yogyakarta pula. Tujuan pembicaraan tersebut yakni memerintahkan mahasiswa
untuk segera membuat dan mengumulkan hasil tulisan skripsi. Percakapan terjadi
pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 13.30 dengan suasane pembicaraan
yang cukup tegang).
Berdasarkan data tuturan diatas, tuturan dilakukan oleh seorang dosen
yang berasal dari Yogyakarta berusia sekitara 55 tahun, berjenis keleamin laki-
laki dengan dua orang mahasiswi yang berasal dari Yogyakarta, yang berusia
sekitar 20 tahun. O1 dalam pertuturan tersebut memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dari pada O2 dan O3, oleh karena itu O1 lebih bebas dalam berbicara pada
mitra tuturnya. Tuturan tersebut menggunakan ragam bahasa yang formal dan
sarana bahasa lisan atau langsung, karena pertuturan tersebut terjadi di ruang
dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada hari Selasa 18 Desember 2018,
Pukul 13.30 WIB. Maksud dan tujuan daria adanya pertuturan yakni
memerintahkan mahasiswa untuk segera membuat dan mengumulkan hasil tulisan
skripsi. Pertuturan yang terjadi antara O1, O2, dan O3 menunjukan adanya
konteks sosietal, yakni Konteks yang faktor penentunya ialah adanya kekuasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dan kedudukan. Elemen yang menunjukan adanya kontek sosietal yakni
perpatokan pada teoeri Poedjosoemarmo (1985) yang memeperlihatan adanya
urutan berbicara yang dilakukan oleh O1 dan bab yang diperbincangkan yang
bersifat memerintah karena adanya kekuasaan. Dalam pertuturan tersebut O1
yang berlatar belakang sebagai dosen, ia memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada O2 dan O3 sehingga dapat memulai perbincangan terlebih dahulu serta
dapat memerintah O2 dan O3.
Konteks tuturan yang terdapat di atas, mengandung fungsi memberikan
informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur.
Hal ini disebabkan karena, tuturan dosen dan mahasiswa memperbincangkan
mengenai skripsi serta dosen memberikan perintah kepada mahasiswa agar segera
menyelesaikan dan mengumpulkan hasil tulisan skripsi milikinya di loker agar
dapat segera dikoreksi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat di garis bawahi
bahwa perintah timbul dari adanya kekuasaan, dosen dapat memerintah
mahasiswa karena dosen memiliki kekuasaan yang lebih besar dari mahasiswa.
4.1.2 Elemen Konteks Sosial
Berdasarkan data cuplikan-cuplikan pertuturan yang mengandung konteks
yang berpatokan pada pendapat yang kemukakan oleh ahli yang bernama
Poedjosoedarmo (1985) dalam Baryadi (2015:24). Berikut merupakan elemen
yang dominan hadir pada data yakni, O1= orang ke satu, O2 = orang ke dua, E=
emosi, M= maksud dan tujuan percakapan, U= urutan tutur, B= pokok
pembicaraan, I= instrumen tutur, C= citarasa tutur, A= adegan tutur, A= aturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
atau norma. Berdasarkan analisis, terdapat dua elemen yang jarang ditemui dalam
data yakni, A= adanya O3 atau barang lain disekeliling percakapan dan R=
register atau bentuk wacana yang jarang ditemui pada data yang diambil oleh
peneliti. Peneliti memberikan sampel bagan elemen konteks sosial dalam
pertuturan yang terjadi antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Tabel 4.6
Data Tuturan berdasarkan Elemen Konteks Sosial
No. Subkategori Pengamatan
1 O1= orang ke satu selalu ada
2 O2= orang ke dua selalu ada
3 E= emosi selalu ada
4 M= maksud dan tujuan percakapan selalu ada
5 A= orang ketiga tidak selalu ada
6 U= Urutan tutur selalu ada
7 B= bab yang dibicarakan selalu ada
8 I= instrumen tutur selalu ada
9 C= citra rasa selalu ada
10 A= adegan tutur selalu ada
11 R= register/ bentuk wacana tidak selalu ada
12 A= aturan / norma selalu ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.1.2.1 Elemen OOEMUBICAA
Data berikut memiliki kelengkapan teori yang merujuk pada pendapat atau
teori yang dikemukakan oleh Poedjosoedarmo dalam Baryadi (2015:24). O1:
merupakan pribadi dari penutur, O2: orang yang diajak berbicara oleh penutur
atau mitra tutur. E merupakan emosi yang dimiliki oleh penutur maupun mitra
tutur. M yakni maksud atau tujuan dari percakapan. U merupakan urutan berbicara
mana yang lebih dahulu berbicara dan kemudian siapa yang akan menanggapi. B
yakni bab atau pokok dalam sebuah pembicaraan. I merupakan intrumen atau
sarana tutur apa yang digunakan. C merupakan citarasa dalam pembicaraan
tersebut yang dibedakan menjadi ragam bahasa formal, ragam bahasa santai dan
sebagainya. A merupakan adegan tutur bentuk wacana yang berkaitan dengan
tempat, waktu, dan peristiwa tutur.
Data Elemen Konteks O,O,E,M,U,B,I,C,A,A
A Mau ngapain?
B: Mau konsul revisian yang kemarin Pak.
A: Ya sudah kalau sudah dipersiapkan.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Senin 10 Desember 2018, Pukul 09.30 dengan suasana
percakapan yang santai. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni
seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan
mahasiswi angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari Turi,
Sleman. Percakapan tersebut membahas mengenai tujuan O2 datang pada O1).
Berdasarkan data pertuturan tersebut, terdapat beberapa elemen konteks
yang telah dikemukakan oleh Poedjosoedarmo (1985). O1 sebagai penutur
merupakan seorang dosen yang berasal dari Yogyakarta, sedangkan O2 sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mitra tutur sebagai lawan bicara dari penutur merupakan seorang mahasiswi yang
berasal dari Turi, Sleman. E sebagai emosi yang terdapat pada pertuturan tersebut
cukup santai, dengan maksud pembicaraan O1 bertanya tujuan kedatangan O2
kepadanya. U sebagai urutan pembicaraan pada cuplikan data diatas diawali
penutur atau O1 yang merupakan dosen dan memiliki usia yang lebih tua sekitar
58 tahun dan kemudian ditanggapi oleh mitra tutur yang seorang mahasiswi yang
berusia 20 tahun. B sebagai bab yang diperbincangkan dalam pertuturan yakni,
guna menanyakan maksud dari tujuan kedatangan O2 kepada O1. I sebagai
instrumen atau sarana tutur yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur, berupa
tuturan langsung serta lisan. Dalam pertuturan yang terdapat pada cuplikan data
tersebut, terlihat adanya C atau citra rasa pertuturan yang menggunakan bahasa
formal. A atau adegan pertuturan yang dilakukan oleh penutur dan mitra, terjadi di
ruang dosen PBSI saat mahasiswa sedang melakukan konsultasi pada hari Senin
10 Desember 2018, Pukul 09.30 WIB. A selanjutnya sebagai aturan yang terjadi
dalam pertuturan tersebut termasuk dalam keadaan baik dan menggunakan bahasa
yang sopan serta tidak menggunakan nada yang tinggi.
4.1.2.2 Pola Elemen Konteks Sosial
Pola elemen merupakan sesuatu hal yang terkandung dari suatu hal yang
terdapat pada elemen. Pola elemen terbentuk berdasarkan elemen yang hadir pada
sebuah pertuturan. Berdasarkan data tuturan yang telah dicantumkan di subbab
sebelumnya terdapat satu elemen yang terdapat pada tuturan tersebut. Berikut data
elemen yang terdapat pada cuplikan tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 4.7
Jumlah Data Pola Elemen Konteks Sosial
No. Subkategori Jumlah Data
Tuturan
1 Pola yang mengandung 10 elemen
(O,O,E,M,U,B,I,C,A,A) ditemukan
4.1.2.2.1 Pola yang Mengandung 10 Elemen Konteks
Berdasarkan sepuluh elemen konteks yang terdapat pada tuturan,
terbentuk pola O,O,E,M,U,B,I,C,A,A, dikarenakan ada dua elemen berupa
adanya orang ketiga dan register yang tidak hadir. Berikut merupakan sampel data
pertuturan yang mengandung sepuluh elemen konteks.
Data Tuturan
A : Masukannya apa kemarin? Sudah kamu perbaiki belum?
B : Masukanya itu menghilangkan pendapat ahli yang lain. Seperti itu Pak.
Kemarin sama Kak Priska.
A : Tapi belum saya koreksi ya?
B : Iya belum dikoreksi Pak.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Rabu, 5 Desember 2018, Pukul 10.30 dengan suasana yang santai. Percakapan
tersebut dilakukan oleh seseorang, yakni seorang dosen PBSI yang berjenis
kelamin lali-laki berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi angkatan 2015 yang
berasal dari Labuan Bajo. Percakapan tesebut membahas mengenai skripsi
mahasiswa yang telah diberi masukan pada waktu sebelumnya).
O1 merupakan seorang dosen yang berasal dari Yogyakarta, melakukan
komunikasi dengan O2 yang berlatar belakang mahasiswa dan berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Labuan Bajo serta berusia sekitar 20 tahun. Emosi dalam pertuturan tersebut
tergolong santai dengan maksud, penutur bertanya pada mitra tutur mengenai
masukan-masukan yang terdapat pada skripsi mmigra tutur minggu lalu. Urutan
berbicara pada pertuturan tersebut yakni diawali oleh penutur yang berlatar
belakang sebagai dosen yang berusia 58 tahun, kemudian ditanggapi oleh mitra
tutur yang berlatar belakang sebagai mahasiswa. Bab yang dibicarakan pada
pertuturan ini megenai skripsi yang beum sempat direvisi kembali. Pertuturan di
atas menggunakan bahasa yang formal dan menggunakan tuturan lisan, karena
dilakukan di ruang dosen PBSI USD pada hari Rabu 5 Desember 2018, Pukul
10.30 WIB. Pertuturan tersebut tergolong sopan dan baik karena, penutur dan
mitra tutur menggunakan kata-kata yang sopan dan tidak menggunakan nada yang
tinggi saat bertutur.
4.1.2.3 Fungsi Konteks Sosial
Berdasarkan 10 data yang termasuk dalam konteks sosial yang telah
dianalisis, peneliti menemukan empat fungsi dari konteks sosial yang terdapat
dalam menentukan maksud berkomunikasi antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa bimbingannya di program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019. Berdasarkan data yang telah dianalisis, fungsi yang sering hadir atau
dominan muncul dalam sebuah pertuturan yakni, memberikan informasi sebab
terjadinya tuturan sehingga digunakan sebagai contoh data dalam konteks sosietal
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 4.8
Jumlah Data Tuturan Fungsi yang Digunakan Oleh Konteks Sosial
No. Subkategori Pengamatan
1 Memberikan informasi sebab
terjadinya tuturan
ditemukan
2 Memberikan informasi tambahan. ditemukan
4.1.2.3.1 Fungsi Memberikan Informasi Sebab Terjadinya Tuturan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang menjelaskan
atau memberikan informasi mengenai sebab terjadinya tuturan seseorang penutur
dengan mitra tutur. Berikut merupakan sampel fungsi memberikan informasi
mengenai sebab terjadinya tuturan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur
dalam menentukan maksud berkomunikasi antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI, FKIP, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data Fungsi Memberikan Informasi Sebab Terjadinya Tuturan
A: Oke, ini garapanmu masih banyak yang salah e mbak.
B: Oh nggih Pak
A: Ya tapi bukan hanya punyamu, yang lain juga satu tim.
(Konteks tuturan : Pertuturan terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Jumat, 14 Desember 2018, Pukul 09.30 dengan suasana yang
santai. Pertuturan terjadi antara dua orang yakni seorang dosen berjenis kelamin
laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015
yang berjenis kelamin perempuan dan berasal dari Sleman. Percakapan tersebut
membahas mengenai kesalahan pada pembuatan skripsi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Berdasarkan data tuturan diatas, tuturan dilakukan oleh seorang dosen
yang berasal dari Yogyakarta berusia sekitara 55 tahun, berjenis kelamin laki-laki
dengan mahasiswi yang berasal dari Sleman yang berusia sekitar 20 tahun. O1
dalam pertuturan tersebut memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada O2,
oleh karena itu O1 lebih bebas dalam berbicara pada mitra tuturnya. Tuturan
tersebut menggunakan ragam bahasa yang formal dan sarana bahasa lisan serta
langsung, karena pertuturan tersebut terjadi di ruang dosen PBSI Universitas
Sanata Dharma pada hari Jumat 14 Desember 2018, Pukul 09.30 WIB. Maksud
dan tujuan dari pebicaraan tersebut yakni memberi tahu kepada mitra tutur bahwa,
skripsi yang ia kerjakan masih salah atau kurang tepat.
Pertuturan yang terjadi antara O1 dan O2 menunjukan adanya konteks
sosial, yang faktor penentunya yakni munculnya komunikasi dan interaksi antar
anggota masyarakat dengan latar belakang sosial dan budaya. Berdasarkan
pertuturan tersebut tidak ditemukan elemen A sebagai adanya orang ketiga, karena
dalam pertuturan tersebut tidak terdapat orang ketiga yang hadir dalam pertuturan
tersebut. Adapun dalam tuturan tersebut tidak terdapat elemen R atau register,
disebabkan tuturan dapat dikatakan blum mapan sehingga tidak terdapat elemen
register. Tuturan dikatakan mapan apabila memiliki bentuk isi, pendahuluan, dan
penutup. Pertuturan tersebut dapat digolongkan dalam fungsi memberikan
informasi sebab terjadi pertuturan karena, dalam pertuturan tersebut terdapat
konteks sosial yang sebelumnya O1 atau dosen telah mengoreksi hasil kerja miliki
rekan satu tim dari O2 sehingga menimbulkan sebuah pertuturan yang berlatar
belakang pada hasil kerja yang telah di koreksi oleh O1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4.1.3 Elemen Konteks Kultural
Berdasarkan konteks tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemukan
delapan elemen konteks. Konteks pertuturan tersebut dianalisis menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Hymes dalam Baryadi (2015:19) yakni SPEAKING.
Berikut merupakan elemen-elemen SPEAKING yang dikemukakan oleh Hymes,
S ( Setting and Scene), P (Participant), E (Ends), A (Act of Squence), K (Key), I
(Instrumentalities) , N ( Norms), G (Genres). Berikut merupakan rincian jumlah
data yang miliki oleh konteks kultural dari data peneliti:
Tabel 4.9
Jumlah Data Tuturan berdasarkan Elemen Konteks Kultural
No. Elemen Konteks Jumlah Data
1 S ( Setting and Scene), selalu ada
2 P (Participant), selalu ada
3 E (Ends) selalu ada
4 A (Act of Squence) selalu ada
5 K (Key) selalu ada
6 I (Instrumentalities) selalu ada
7 N ( Norms) selalu ada
8 G (Genres) selalu ada
4.1.3.1 Elemen SPEAKING
Data berikut memiliki kelengkapan elemen yang cetuskan oleh Dell Hymes
(1974) dalam Baryadi (2015:19). Berikut merupakan elemen-elemen SPEAKING
yang dikemukakan oleh Hymes, S ( Setting and Scene), P (Participant), E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(Ends), A (Act of Squence), K (Key), I (Instrumentalities) , N ( Norms), G
(Genres).
Elemen Konteks S,P,E,A,K,I,N,G
A: Ini pasti kepotong. Dowo dowo yaa ini. Ini rumusan masalahnya kok media?
Bagaimanakah pengembangan media pembelajaran?
B: Modul Pak maksudnya.
A: Lha ya modul orang skripsimu judul e modul kok.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.20 WIB dengan susana pembicaraan yang
cukup santai. Percakapan ini dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen
berjenis kelamin laki-laki berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi
angkatan 2015 berasal dari NTT. Percakapan tersebut membahas mengenai
kesalahan objek penelitian yang digunakan pada skripsi tersebut).
Berdasarkan cuplikan data, pertuturan mengandung elemen SPEAKING
yang lengkap. Setting pada pertuturan tersebut dilakuan di ruang di ruang dosen
PBSI USD pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.20 WIB dengan susana
pembicaraan yang cukup santai. Participant pertuturan tersebut dilakukan oleh
dua orang yakni, seseorang berjenis kelamin pria yang berasal dari Yogyakarta
dan berlatar belakang dosen serta berusia sekitar 55 tahun dengan seorang
mahasiswi yang berasal dari NTT. Ends adalam pertuturan tersebut membahas
mengenai mengenai kesalahan objek penelitian yang dilakukan oleh mitra tutur.
Act Squence dalam pertuturan ini menggunakan bahasa yang sopan dan tidak
berkata-kata kasar. Dalam pertuturan tersebut terdapat elemen K atau key yang
menunjukan bahwa penutur terlihat sedikit kesal sedangkan mitra tutur terlihat
gugup. Intrument tutur yang digunakan dalam pertuturan ini yakni ,bertutur secara
langsung dan lisan dan terdapat Norms atau norma yang cukup baik karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
penutur menggunakan bahasa yang sopan namun kadang-kdang menggunakan
nada yang tinggi dalam bertutur kata. Genres pertuturan tersebut yakni dialog
langsung.
4.1.3.2 Pola Elemen Konteks Kultural
Pola elemen merupakan sesuatu hal yang terkandung dari suatu hal yang
terdapat pada elemen. Pola elemen terbentuk berdasarkan elemen yang hadir pada
sebuah pertuturan. Berdasarkan sampel data tuturan yang telah dicantumkan di
subbab sebelumnya terdapat satu elemen yang terdapat pada tuturan tersebut.
Berikut sampel elemen yang terdapat pada cuplikan tuturan.
Tabel 4.10
Jumlah Data Pola Elemen Konteks Kultural
No. Subkategori Jumlah Data
Tuturan
1 Pola yang mengandung 8 elemen
(S,P,E,A,K,I,N,G)
ditemukan
4.1.3.2.1 Pola yang Mengandung Delapan Elemen Konteks
Berdasarkan data yang dianalisi terdapat 8 elemen yang terkandung
dalam sebuah pertuturan yang dilakukan oleh penutur dan mitra tuturnya. Berikut
merupakan pertuturan yang mengandung elemen S,P,E,A,K,I,N,G.
Data Tuturan
A: Dah gek kamu kerjakan terus dikumpulkan lagi.
B: Oh iya kalau ini. Pak, kemarin kan ada revisi mengenai daftar pustaka,
jadinya seperti ini Pak?
A: Ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
B: Makasih ya Pak ya.
A: Ya, sama-sama.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Senin, 10 Desember 2018, Pukul 09.30 dengan suasana tuturan yang
santai.Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari Turi, Sleman.Percakapan membahas mengenai peritah
untuk segera menyelesaikan skripsinya untuk segera di konsultasikan kembali).
Berdasarkan data tesebut dapat dilihat bahwa tuturan tersebut mengandung
8 elemen SPEAKING. Berikut merupakan penjelasannya, S(Setting), percakapan
terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari Senin, 10 Desmber 2018, Pukul 09.30
dengan suasana tuturan yang santai. P (Participant, seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari Turi. E ( ends), membahas mengenai peritah untuk segera
menyelesaikan skripsinya untuk segera di konsultasikan kembali. A (act squence)
penutur berkata dengan halus dan pemilihan kata yang baik sehingga tidak dicap
kasar dalam bertutur pada mitra tutur, K ( key) : penutur dan mitra tutur terlihat
santai. I (Instrumentalities) penutur dan mitra tutur bertutur secara langsung dan
lisan. N (Norms) penutur menggunakan bahasa yang sopan dan tidak berkata
kasar pada mitra tutur. G ( Genres) atau genre dalam pertuturan tersebut
berbentuk dialog.
4.1.3.3 Fungsi Konteks Kultural
Berdasarkan 10 data yang termasuk dalam konteks Kulural yang telah
dianalisis, peneliti menemukan empat fungsi dari konteks kultural yang terdapat
dalam, konteks menentukan maksud berkomunikasi antara dosen pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dengan mahasiswa bimbingannya di program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019. Namun, fungsi sering hadir atau dominan muncul dalam sebuah
pertuturan yakni, memberi informasi tambahan mengenai peserta tutur.
Tabel 4.11
Jumlah Data Tuturan Fungsi yang Digunakan Oleh Konteks Kultural
No. Subkategori Pengamatan
1. Memberi informasi atau keterangan
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta
tutur.
ditemukan
2 Memberikan keterangan atau informasi
mengenai awalmula terjadinya
pertuturan dan pengetahuan peserta
tutur.
ditemukan
3 Memberikan keterangan yang bersifat
teratur pada sebuah tuturan.
ditemukan
4 Memberikan keterangan atau informasi
sebab tuturan yang terjadi atau sebelum
peristiwa tutur terjadi.
ditemukan
5 Memberi informasi tambahan mengenai
peserta tutur.
ditemukan
4.1.3.3.1 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang memberi
informasi tambahan mengenai peserta tutur. Berikut merupakan fungsi
memberikan informasi tambahan mengenai peserta tutur dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
bimbingannya di program studi PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data Fungsi Memberikan Informasi Tambahan
B: Permisi Pak.
A: Ini punyamu ?
B: Iya Pak.
Do: Ini nanti dibetulkan ya, ini di pindahkan ke teksnya aja silahkan di copy.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.30 dengan suasana cukup tegang.
Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni oleh seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berasal dari Klaten dengan seorang dosen berjenis kelamin laki-
laki yang berasal dari Yogyakarta. Pembahasan mengenai kepemilikian proposal
dengan awalan permisi sebagai konteks budaya yang melatar belakangi).
Berdasarkan data tuturan diatas, tuturan dilakukan oleh seorang dosen
yang berasal dari Yogyakarta berusia sekitara 55 tahun, berjenis keleamin laki-
laki dengan seorang mahasiswi yang berasal dari Klaten dan berusia sekitar 20
tahun. Setting dalam pertuturan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.30 WIB. Pertuturan tersebut terjadi antara
dua partisipan (participant) yakni seorang mahasiswi PBSI angkatan 2015 berasal
dari Klaten dengan seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta. Topik pertuturan tersebut membahas mengenai pertanyaan penutur
pada mitra tutur tentang kepemilikian. Dalam pertuturan tersebut penutur dan
mitra tutur menggunakan bahasa yang sopan serta tidak berkata kasar pada mitra
tutur. Dalam pertutura tersebut penutur dan mitra tutur terlihat santai dan
menggunakan istrumen tutur langsung serta lisan. Norma yang berlaku dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pertuturan tersebut yakni pertuturan diawalin dengan ucapan permisi yang
menandai konteks budaya dan pertuturan menggunakan nada tidak tinggi serta
betutur secara sopan. Pertuturan tersebut memiliki genre dialog.
4.1.4 Elemen Konteks Situasi
Berdasarkan data cuplikan-cuplikan pertuturan yang mengandung
konteks yang berpatokan pada pendapat yang kemukakan oleh ahli yang bernama
Leech (1993) dalam Baryadi (2015:31). Berikut merupakan elemen yang hadir
dalam pertuturan yang telah dianalisis peneliti, penyapa (yang menyapa) dan
pesapa (yang disapa), Konteks sebuah tuturan, Tujuan tuturan, Tuturan sebagai
bentuk tindakan atau tindak ujar, Tuturan sebagai tindak verbal peneliti
memberikan bagan elemen konteks kutural dalam pertuturan yang terjadi antara
dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
akademik 2018/2019.
Tabel 4.12
Jumlah Data Tuturan berdasarkan Elemen Konteks Situasi
No. Subkategori Pengamatan
1 Penyapa (yang menyapa) dan
pesapa (yang disapa).
selalu ada
2 Konteks sebuah tuturan. selalu ada
3 Tujuan tuturan . selalu ada
4 Tuturan sebagai bentuk
tindakan atau tindak ujar.
selalu ada
5 Tuturan sebagai tindak verbal. selalu ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.1.4.1 Elemen yang Mengandung Lima Elemen
Data berikut memiliki kelengkapan teori yang merujuk pada pendapat
atau teori yang dikemukakan oleh Geoffrey N. Leech (1993) dalam Baryadi
(2015:31).
Konteks Situasi yang Mengandung Lima Elemen
A: Dah sana kembali keteman- temanmu kamu bimbing dalam diskusi.
B: Oh iya Pak, terimakasih.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.30 dengan suasana pertuturan yang santai.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berasal dari Klaten, Percakapan tesebut yakni mengandung
perintah penutur kepada mitra tutur untuk segera kembali ketemannya untuk
segera membimbing diskusi temennya).
Berdasarkan pertuturan tersebut, data yang diberikan mengandung elemen
yang lengkap. Elemen tersebut yakni, Penyapa (yang menyapa) merupakn
seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta. Pesapa
(yang disapa) merupakan seorang mahasiswi PBSI angkatan 2015 berasal dari
Klaten. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD
pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.30 WIB dengan suasana pertuturan
yang santai. Tujuan tuturan Percakapan tesebut yakni mengandung perintah
penutur kepada mitra tutur untuk segera kembali ketemannya untuk segera
membimbing diskusi temannya. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar
pada tuturan tersebut yakni memerintah. Dalam pertuturan tersebut elemen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tuturan sebagai tindak verbanya yakni mitra tutur menjawab “ Oh iya pak,
terimakasih.” karena sudah dirasa mengerti.
4.1.4.2 Pola Elemen Konteks Situasi
Pola elemen merupakan sesuatu hal yang terkandung dari suatu hal yang
terdapat pada elemen. Pola elemen terbentuk berdasarkan elemen yang hadir pada
sebuah pertuturan. Berdasarkan data tuturan yang telah dicantumkan di subbab
sebelumnya terdapat satu kategori pola yang terdiri dari Lima elemen. Berikut
sampel elemen yang terdapat pada cuplikan tuturan.
Tabel 4.13
Jumlah Data Pola Elemen Konteks Situasi
No. Subkategori Jumlah Data
Tuturan
1. Penyapa dan pesapa, Konteks sebuah
tuturan,Tujuan tuturan, Tuturan sebagai
bentuk tindakan atau tindak ujar,
Tuturan sebagai tindak verbal.
ditemukan
4.1.4.2.1 Pola yang Mengandung Lima Elemen
Berikut merupakan dari pertuturan yang memiliki atau mengandung
lima elemen yang dicetuskank oleh Leech dalam Baryadi (2015:31). Penyapa
dalam penelitian ini dapat mengacu pada pembicara atau penulis, sedangkan
pesapa dapat diartikan sebagai pendengar atau pembaca. Konteks sebuah tuturan
mecangkup aspek lingkungan fisik dan sosial yang terkait dengan sebuh tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tujuan tuturan merupakan hal-hal yang disampaikan oleh penutur maupun mitra
tutur, diantaranya bertanya, meminta, menyuruh, memberitahu dan sebagainya.
Tuturan dapat artikan sebagai aktivitas ujar, hal yang dimaksud yakni pragmatik
memang membahas mengenai hal-hal yang bersifat konkret atau benar-benar
terjadi. tuturan sebagai tindak verbal yakni tuturan muncul karena adanya
tindakan yang dilakukan secara verbal (oral) dan secara gramatikal.
Konteks yang Mengandung Lima Elemen
B: Misi Pak.
A: Ya.
B: Mau konsul Pak.
A: Topikmu apa itu?
B: Topik saya kesantunan berbicara para tokoh publik dalam acara republik
sentilan sentilun di Metro tv edisi Juli 2017.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Puku 09.40 dengan suasana santai. Percakapan
dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
Bantul. Percakapan tersebut dimulai dengan ucapan salam dan membahas
mengenai topik yang ada skripsi mahasiswi).
Berdasarkan data diatas, pertuturan tersebut mengandung lima elemen
yang dicetuskan oleh Leech dalam Baryadi (2015:31) yakni, penyapa (yang
menyapa) adalah seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari Bantul sedangkan
pesapa (yang disapa):seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki berasal dari
Yogyakarta. Konteks sebuah tuturan trsebut terjadi diruang dosen PBSI USD pada
hari Kamis, 17 Januari 2018, Puku 09.40 dengan suasana santai. Percakapan
tersebut dimulai dengan ucapan salam dan membahas mengenai topik yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
skripsi mahasiswi. Tujuan tuturan dalam pertutura tersebut yakni mitra tutur ingin
berkonsultasi mengenai skripsi. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar
tergolong jenis bertanya. Tuturan sebagai tindak verbal dalam pertuturan tersebut
yakni mitra tutur menjawab “ Topikmu apa itu?” guna memahami maksud
percakapan.
4.1.4.3 Fungsi Konteks Situasi
Berdasarkan 10 data yang termasuk dalam konteks situasi yang telah
dianalisis, peneliti menemukan empat fungsi dari konteks sosial yang terdapat
dalam menentukan maksud berkomunikasi antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa bimbingannya di program studi pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019. Dalam data tersebut fungsi yang sering hadir atau dominan muncul
dalam sebuah pertuturan yakni, memberikan penjelasan secara terperinci dalam
sebuah pertuturan.
Tabel 4.14
Jumlah Data Tuturan Fungsi yang Digunakan Oleh Konteks Situasi
No. Subkategori Pengamatan
1 Memberikan penjelasan secara
terperinci dalam sebuah pertuturan. ditemukan
2 Memberikan informasi lanjutan. ditemukan
3 Memberikan penegasan dalam sebuah
pertuturan agar mitra tutur memahami
apa yang dikemukakan oleh penutur.
ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4.1.4.3.1 Fungsi Memberikan Penjelasan Secara Terperinci
Fungsi jenis ini, merupakan fungsi yang memberikan informasi
berupada penjelasan yang terperinci dalam sebuah pertuturan yang terjadi antara
penutur dengan mitra tutur. Berikut merupakan fungsi memberikan penjelasan
secara terperinci dalam sebuah pertuturan, dalam pertuturan antara dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI, FKIP,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data Fungsi Memberikan Penjelasan Secara Terperinci
A: Ini mana yang kalimat kamu? Menulis dapat menambah kecerdasan misalnya?
Mana? Ha? Uraianmu kan belum ada.
B: Iya Pak.
A: Uraikan satu persatu!
(Konteks tuturan : Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen
yang berasal dari Yogyakarta dan berjenis kelamin laki-laki dengan mahasiswi
PBSI angatan 2015 yang berjenis kelamin perempuan dan berasal dari Sumba.
Percakapan membahas mengenai letak uraian mengenai sumber yang
dicantumkan pada skripsi mahasiswi namun belum diuraikan secara lebih lanjut
hingga menimbulkan pertuturan lainnya. Percakapan tersebut terjadi diruang
dosen PBSI USD dengan suasana yang cukup tegang, pada hari Selasa 18
Desember 2018, Pukul 09.45 WIB).
Berdasarkan cuplikan data di atas, tuturan tersebut mengandung elemen
yang telah di kemukakan oleh Leech dalam Baryadi (2015:31). Penyapa (yang
menyapa) merupakan seorang dosen yang berasal dari Yogyakarta dan berjenis
kelamin laki-laki berusia sekitar 55 tahun. Pesapa (yang disapa) yakni, seprang
mahasiswi PBSI angatan 2015 yang berjenis kelamin perempuan, berusia sekitar
20 tahun dan berasal dari Sumba. Konteks sebuah tuturan pada tuturan tersebut
terjadi diruang dosen PBSI USD dengan suasana yang cukup tegang, pada hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 09.45 WIB. Tujuan tuturan dalam pertuturan
tersebut yakni, membahas mengenai letak uraian mengenai sumber yang
dicantumkan pada skripsi mahasiswi namun belum diuraikan secara lebih lanjut
hingga menimbulkan pertuturan lainnya. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau
tindak ujar dalam pertututuran tesebut yakni, bertanya. Tuturan sebagai tindak
verbal dalam pertuturan tesebut yakni, mitra tutur menjawab “Iya Pak” karena
sudah memahami maksud yang diucapkan penutur.
Konteks tuturn yang terdapat di atas, mengandung fungsi memberikan
penjelasan secara terperinci dalam sebuah pertuturan. Hal ini disebabkan karena,
dosen memberikan saran atau masukan untuk mahasiswa yang kurang tepat dalam
mengerjakan skripsi.
4.2 Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, peneliti dapat
mendeskripsikan dan membahas secara lebih mendalam mengenai data yang telah
di bahas sebelumnya. Pembahasan dan pendeskripsian mengenai elemen serta
fungsi dalam pertuturan dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di
prodi PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019. Secara berurutan akan dijelaskan berdasarkan rumusan masalah yang
telah ditentukan. Peneliti menjelaskan dan mendeskripsikan mengenai elemen,
pola, dan fungsi yang terdapat pada bagian pembahasan penelitian. Berikut
merupakan hasil penelitian terkait kajian elemen dan fungsi konteks dalam
pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma, Tahun akademik 2018/2019.
4.2.1 Elemen Konteks
Rahardi (2005:51) mendifinisikan konteks merupakan semua latar
belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra
tutur yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur
itu dalam proses bertutur. Elemen diartikan sebagai hal yang mendasari atau
bagian-bagian yang terdapat dalam suatu hal. Berdasarkan pendapat tersebut
peneliti menyimpulkan elemen konteks merupakan hal-hal yang mendasari dari
adanya sebuah pertuturan. Berikut merupakan elemen-elemen yang terdapat
dalam konteks :
4.2.1.1 Elemen Konteks Sosietal
Poedjosoedarmo (1985) merumuskan mengenai konsep elemen tutur
berdasarkan pengembangan konsep yang dicetuskan Dell Hymes. Elemen yang
dikembangkan oleh Poedjosoedarmo yakni, OOEMAUBICARA. Penjelasan dan
kepanjangan yang dimiliki setiap komponen OOEMAUBICARA sebagai berikut.
O1 merupakan diri seorang penutur yang dapat dilihat dari dan latar belakang
kehidupan penutur. O2 (Mitra tutur), O2 yang dimaksud dalam komponen
OOEMAUBICARA ini yakni orang kedua dalam suatu pertuturan.
E (Emosi), Emosi penutur turut memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam sebuah bentuk pentuturan. M (Maksud atau tujuan percakapan), maksud
atau tujuan pertuturan turut memberikan pengaruh dalam sebuah pertuturan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
dilakukan oleh seseorang. A ( Adanya O3 atau orang ke tiga), hal yang dimaksud
dalam “ adanya O3” yakni kehadiran orang lain pada suatu ujaran. U (Urutan
bicara), rutan bicara, berhubungan dengan siapa yang harus memulai pembicaraan
terlebih dahulu, dan siapa yang harus berbicara kemudian.
B ( Bab yang akan dibicarakan), bab yang dibicarakan mempengaruhi hal
apa yang akan dibicarakan dalam sebuah percakapan. I (Intrument atau sarana
tutur), Instrument tutur dapat memberikan pengaruh pada bentuk ujaran. C
(Citarasa penutur), hal yang dimaksud dengan citarasa yakni nada bicara yang
secara keseluruhan dapat memberikan pengaruh pada O1 juga berpengaruh pada
ragam tutur yang diucapkan oleh O1. Dalam hal ini citra rasa memiliki beberapa
ragam bahasa seperti bahasa santai, bahasa formal, dan bahasa indah. A (Adegan
tutur), adegan tutur berkaitan erat dengan tempat, waktu dan peristiwa yang
melatarbelakangi suatu pertuturan. R (Register atau bentuk wacana), terdapat
beberapa bentuk wacana yang telah dimiliki dalam masyarakat seperti surat-
menyurat dinas, percakapan dengan menggunakan telepon, pidato, dan masih
banyak lagi. A (Aturan), aturan kebahasaan ini berkaitan dengan norma
kebahasaan yang dimilliki pada masyarakat. Elemen Poedjsoedarmo (1985)
dijadikan sebuah dasar oleh peneliti untuk menganalisis data tuturan antara dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Tahun akademik
2018/2019. Berikut merupakan analisis data berpatokan pada teori yang
dikemukakan oleh Mey (1993) dalam Rahardi (2003:15) yakni konteks sosietal
merupakan konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan sosial relatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
(relative social rank) setiap anggota masyarakat di dalam institusi-institusi yang
ada pada masyarakat dan lingkungan sosial tertentu..
4.2.1.1.1 Elemen OOEMAUBICARA
Berdasarkan data tuturan, data yang tergolong konteks Sosietal.
Peneliti menemukan data yeng merujuk pada teori yang dimiliki oleh
Poedjosoedarmo (1985) dan mengandung dua belas elemen.
Data Tuturan 1
A: Jadi ini yang saya sampaikan dari kemarin segera dibuat, lalu serahkan
keloker itu tulisan-tulisan anda, iya saya baca gitu.
B : Iya Pak.
A : Kalau belum- belum gini sih, malah ngopo (ngapain).. (nada tertawa)
A : Yaaa, saya beri konsultasi, nanti ada kemajuan, silahkan print lalu berikan di
loker.
B, C : Iya Pak.
( Konteks tuturan : Pertuturan tersebut terjadi di ruang dosen PBSI Universitas
Sanata Dharma. Dalam percakapa terlihat ada 3 orang partisipan yakni satu
orang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan dua
mahasiswa angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari
Yogyakarta pula.Tujuan pembicaraan tersebut yakni memerintahkan mahasiswa
untuk segera membuat dan mengumulkan hasil tulisan skripsi. Percakapan terjadi
pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 13.30 dengan suasane pembicaraan
yang cukup tegang).
Konteks tuturan tersebut dilakukan oleh O1 yakni seorang dosen yang
berusia 55 tahun dan berasal dari Yogyakarta dengan O2, O3 yang
berlatarbelakang mahasiswi, berusia 20 tahun serta berasal dari Yogyakarta.
Emosi yang terdapat dalam pertuturan tersebut tergolong cukup tegang. Maksud
pembicaraan yang terdapat pada pertuturan tersebut yakni O1 yang seorang dosen
memberikan perintah pada O2 dan O3 yang berlatar belakang mahasiswi. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pertuturan tersebut terdapat seorang mahasiswi yang berasal dari Yogyakarta
sebagai elemen adanya orang ketiga.
Urutan pertuturan yang terdapat dalam pertuturan tersebut diawali oleh
penutur atau O1 yang berlatarbelakang sebagai dosen dan ditanggapi oleh O2,O3
yang berlatar belakang sebagai mahasiswi. Bab pembicaraan dalam pertuturan
tersebut yakni, perintah O1 pada O2 dan O3 untuk untuk segara membuat dan
mengumpulkan skripsi hasil tulisannya dan tidak hanya sekedar konsultasi belaka.
Instrument percakapan pertuturan tersebut yakni, langsung dan pertuturan lisan.
Dalam pertuturan tersebut menggunakan bahasa yayng formal, karena pertuturan
tersebut terjadi diruang dosen PBSI hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 13.30
WIB. Register pada pertuturan tersebut berbentuk dialog. Tuturan antara O1
deengan mitra tuturnnya, baik O2 dan O3 mengandung konteks sosietal karena
terlihat adanya kedudukan yang berbeda antara O1 dan O2.
Data Tuturan 2
A: Sudah ? Kalimatnya ya. Haduh EYDnya nggak ada subjek predikatnya
saya nggak mau, nggak mau tahu. Kita harusnya sudah substansial. Ibu
ambil contoh salah satu dari kalian. Punya regina paling banyak. Dengan
kegiatan membaca kita tidak ada koma. Dalam ini Stefani juga begitu.
Wah, terus kok ada spasi-spasi harusnya kan spasinya.... Bu Rishe tidak
mau pakai Tarigan 87 lagi, yang terbaru mereka 2008. Itu aja udah paling
tua itu. Ngerti ?
B : Iya bu.
A : Kita itu maksimal itu sepuluh tahun. Harja Sujana kalau dia terlalu lama
ambil dari jurnal aja. Jelas ?
B, C: Iya Bu.
(Konteks Tuturan : Percakapan terjadi di ruang kaprodi PBSI Universitas
Sanata Dharma. Percakapan tersebut terdapat beberapa partisipan yakni
Seorang dosen berjenis kelamin perempuan yang berasal dari Yogyakarta dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dua mahasiswi PBSI angkatan 2015, satu orang yang berasal dari Cilacap, dan
satu orang lainnya berasal dari Pontianak. Percakapan tersebut membahasa
mengenai skripsi mahasiswa yang mengalam banyak kesalahan EYD dan
penggunaan sumber yang terlalu tu. Percakapan terjadi pada hari Selasa, 18
Desember 2018, Pukul 13.00 dengan susana yang cukup tegang).
Pertuturan tersebut dilakukan oleh O1 yang berlatar belakang seorang
dosen yang berusia sekitar 45 tahun dan berasal dari Yogyakarta dengan O2 yang
merupakan mahasiswi dan berasal Cilacap, O3 yang berasal dari Pontianak serta
keduanya berusia sekitar 20 tahun. Emosi yang terdapat dalam pertuturan tersebut
yakni, O1 terlihat marah sedangkan, O2 dan O3 terihat gugup. Maksud
pembicaraan pertuturan tersebut yakni, O1 memberikan pembenahaan mengenai
skripsi mahasiswa (O2 dan O3) yang mengalami beberapa kesalahan. Terdapat
O3 dalam pertutura tersebut yakni, seorang mahasiswi yang berasal dari
Pontianak dan berusia sekitar 20 tahun.
Urutan berbicara pada pertuturan tersebut yakni dilakukan oleh O1 yang
berlatar belakang dosen dan dilanjutkan kemudian ditanggapi oleh O2, O3 yang
yang berlatar belakang seorang mahasiswi. Pertuturan tersebut membahas
mengenai skripsi yang kurang tepat. Pertuturan tersebut menggunakan bahasa
yang formal dan memiliki bentuk wacana dialog atau percakapan. Pertuturan yang
dilakukan oleh O1,O2, dan O3 terlihat mengandung konteks sosital yakni, adanya
sebuah kedudukan antara dosen dengan mahasiswanya.
4.2.1.1.2 Elemen OOEMUBICAA
Dalam analisis data yang telah dilakukan peneliti, data mengandung
elemen sebanyak sepuluh. Konteks yang mengandung sepuluh elemen berjumlah.
Elemen yang tidak hadir dalam pertuturan ini yakni, A sebagai adanya Orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ketiga dan R sebagi bentuk wacana dalam suatu pertuturan. Berikut disajikan
analisis data yang terdapat sebelas elemen konteks dan subkategorinya :
Data Tuturan 1
A: Kalau saya suka dengan judul ini ya, tapi disesuaikan ya, sesuaikan
dengan judul yang diubah ya.
B: Iya pak, iya.
A: Ini modulnya modul apa? Moso (Masa) modul kemampuan? Coba
dirubah!
B: Ini modul menulis, berati kurang pas ya Pak?
A: Lha iya salah, berarti.
(Konteks tuturan : Percakapn terjadi diruang dosen PBSI saat mahasiswa
sedang melakukan konsultasi pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.30
dengan suasana percakapan yang santai. Percakapan tersebut memiliki 2 orang
partisipan yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta dengan seeorang mahasiswi yang berasal dari Klaten. Percakapan
ini membahas mengenai skripsi mahasiswa yang kurang pas dalam pemilihan
sumber).
Pertuturan tersebut mengandung sepuluh elemen dari dua belas elemen
yang terdapat pada OOEMAUBICARA. Data tersebut di jelaskan sebagai berikut,
O1 yang merupakan seorang dosen yang berasal dari Yogyakarta dengan usia
sekitar 55 tahun. O2 merupakan seorang mahasiswi yang berasal dari Klaten dan
memiliki usia sekitar 20 tahun. Emosi atau suasana dalam pertuturan tersebut
tergolong santai dengan maksus tutura yakni memberikan saran guna
memperbaiki sumber yang terdapat penulisan skripsi mahasiswa (O2).
Urutan berbicara pada pertuturan tersebut diawali oleh seorang dosen (O1)
dan ditanggapi oleh mahasiswa (O2). Dalam pertuturan tersebut terdapat adanya
konteks sosietal dengan salah satu faktor utamanya yakni suatu kedudukan
seseorang. Bab pembicaraan yang terdapat dalam pertuturan tersebut yakni, O1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
memberikan masukan mengenai skripsi mahasiswa yang kurang pas dalam
pemilihan sumber. Istrumen yang digunakan dalam pertuturan tersebut yakni,
secara lisan dan langsung. Pertuturan tersebut menggunakan bahasa yang formal,
karena terjadi di ruang dosen PBSI saat mahasiswa sedang melakukan konsultasi
pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.30 WIB. Norma yang terdapat
dalam pertuturan tersebut yakni, pertuturan menggunakan nada tidak tinggi serta
betutur secara sopan.
Data Tuturan 2
A : Yak dalam bahasa non verbal itu ada tuturan verbal kan? Ada verbal ada
non verbal..
B : Iya betul pak..
A : Yang verbal kamu tulis seperti apa? Kamu kutip dulu, yang non
verbalnya tangan guru sambil digerak-gerakan. Itu caranya.
B : Oh.. jadi enggak perlu yangg detail gitu yaa pak?
A : Engga perlu, engga perlu..
(Konteks Tuturan : Percakapan terjadi diruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Selasa 15 Januari 2018, Pukul 11.45 dengan suasana tutur
yang santai. Pertuturan terjadi antara dua orang partisipan yakni seorang
dosen yang berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari
Medan Percakapan tersebut membahasa mengenai masukan-masukan yang
dapat membantu dalam penulisan skripsi mahasiswa).
Pertuturan tersebut dilakukan oleh dua partisipan, O1 yakni seorang dosen
yang berasal dari Yogyakarta dan berusia sekitar 58 tahun, sedangkan O2 atau
mitra tutur merupakan seorang mahasiswi, yang berasal dari Medan serta berusia
sekitar 20 tahun. Emosi atau suasana yang terdapat dalam pertuturan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
yakni santai dengan maksud pembicaraan memberikan saran berupa masukan
guna memperbaiki skripsi.
Urutan berbicara dalam pertuturan tersebut yakni, diawali oleh O1 yang
berlatar belakang seorang dosen, kemudia di lanjutkan oleh O2 yang berlatar
belakang seorang mahasiswa. Dalam pertuturan tersebut terdapat adanya konteks
sosietal dengan salah satu faktor utamanya yakni suatu kedudukan seseorang. Bab
yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut yakni, mengenai masukan-masukan
yang dapat membantu dalam penulisan skripsi mahasiswa. Istrumen yang
digunakan dalam pertuturan yang dilakukan oleh penutur dan mitratutur tersebut
adalah instrumen lisan dan langsung. Dalam pertutuarn tersebut menggunakan
bahasa yang formal, karena terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Selasa, 15 Januari 2018, Pukul 11.45 WIB. Norma dalam
pertuturan tersebut yakni, penutur dan mitra tutur berbicara sopan dan tidak
menggunakan nada yang tinggi dalam bertutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4.2.1.2 Elemen Konteks Sosial
Berdasarkan data cuplikan-cuplikan pertuturan yang mengandung konteks
yang berpatokan pada pendapat yang kemukakan oleh ahli yang bernama
Poedjosoedarmo (1985) dalam Baryadi (2015:24). Berikut merupakan elemen
yang dominan hadir pada data yakni, O1= orang ke satu, O2 = orang ke dua, E=
emosi, M= maksud dan tujuan percakapan, U= urutan tutur, B= pokok
pembicaraan, I= instrumen tutur, C= citarasa tutur, A= adegan tutur, A= aturan
atau norma. Namun ada dua elemen yang jarang ditemui dalam data yakni, A=
adanya O3 atau barang lain disekeliling percakapan dan R= register atau bentuk
wacana yang jarang ditemui pada data yang diambil oleh peneliti. Peneliti
memberikan hasil analisis elemen konteks sosial dalam pertuturan yang terjadi
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019 dengan berpatokan pada teori Mey (1993)
dalam Rahardi (2003:15) konteks sosial merupakan konteks kebahasaan yang
timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi antar anggota
masyarakat dengan latar belakang sosial dan budaya yang sangat tertentu sifatnya.
4.2.1.2.1. Elemen O O E M U B I C A A
Berdasarkan elemen konteks yang terdapat pada tuturan, terbentuk pola
O,O,E,M,U,B,I,C,A,A, dikarenakan ada dua elemen berupa adanya orang ketiga
dan register yang tidak hadir. Berikut merupakan data pertuturan yang
mengandung sepuluh elemen konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Data Tuturan 1
A: Mau ngapain?
B: Mau konsul revisian yang kemarin Pak.
A: Ya sudah kalau sudah dipersiapkan.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Senin 10 Desember 2018, Pukul 09.30 dengan suasana
percakapan yang santai. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni
seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan
mahasiswi angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari Turi,
Sleman. Percakapan tersebut membahas mengenai tujuan O2 datang pada O1).
Pertuturan tersebut dilakuan oleh dua orang yakni O1 yang berlatarbelakang
seorang dosen, berusia sekitar 58 tahun dan berasal dari Yogyakarta dengan O2
yang berlatar belakang mahasiswi yang berusia sekitar 20 tahun serta berasal dari
Sleman. Emosi yang terdapat daam pertuturan tersebut yakni tergolong santai
dengan maksud pembicaraan adalah bertanya tujuan O2 daatanf pada O1.
Urutan berbicara yang terdapat dalam pertuturan tersebut diawali oleh O1
yang berlatar belakang dosen dan kemudian ditanggapi oleh O2 yang
berlatarbelakang mahasiswi. Dalam pertuturan tesebut dapa dilihat adanya
kontetks sosial, karena dalam pertuturan tersebut penutur dan mitra tutur
melakukan kegiatan bersosial dengan saling bercakap dan bertanya. Bab yang
dibicarakan dalam pertuturan tersebut yakni O1 bertanya pada mahasiswa tujuan
datang pada O1. Intrumen yang digunakan dalam pertuturan tersebut yakni
secaara lisan dan langsung. Dalam pertuturan tersebut O1 dan O2 menggunkan
bahasa yang formak, karena pertuturan tersebut terjadi di ruang dosen PBSI
Universitas Sanata Dharma pada hari Senin 10 Desember 2018, Pukul 09.30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Norma yang terdapat dalam pertuturan tersebut yakni, tergolong sopan karena
baik O1 dan O2 tidak berkata kasar maupun menggunakan bahasa yang kasar.
Data Tuturan 2
A: Oke, ini garapanmu masih banyak yang salah e mbak.
B: Oh nggih Pak
A: Ya tapi bukan hanya punyamu, yang lain juga satu tim.
(Konteks Tuturan : Pertuturan terjadi diruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Jumat 14 Desember 2018, Pukul 09.30 dengan suasana yang
santai.Pertuturan terjadi antara dua orang yakni seorang dosen berjenis kelamin
laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015
yang berjenis kelamin perempuan dan berasal dari Sleman. Percakapan tersebut
membahas mengenai kesalahan pada pembuatan skripsi).
Pertuturan tersebut dilakukan oleh dua partisipan, yakni O2 yang
berlatarbelakang seorang dosen, berusia sekitar 55 tahun dan berasal dari
Yogyakarta dengan O2 yang berlatarbelakang seorang mahasiswi, berusia 20
tahun, serta berasal dari Sleman. Emosi dalam pertuturan tersebut tergolong santai
dengan maksud pembicaraan memberi tahun apabila skripsi yang ditulis oleh O2
megalami kesalahan dalam pengerjaan.
Urutan berbicara yang terdapat papda pertuturan tersebut diawali oleh O1
yang berlatarbelakang dosen kemudia ditanggai oleh O2 yang berlatar belakang
mahasiswi. Bab yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut yakni, mengenai
kesalahan pada pembuatan skripsi. Istrumen dalam pertuturan tersebut yakni,
menggunakan pertuturan yang lisan dan langsung. Dalam pertuturan tersebut
menggunakan bahasa yang formal, karena pertuturan tersebut terjadi di ruang
dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada hari Jumat, 14 Desember 2018,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Pukul 09.30 WIB. Norma yang terdapat dalam pertuturan tersebut tergolong baik,
karena pertuturan menggunakan nada tidak tinggi serta betutur secara sopan.
Data Tuturan 3
A: Iki opo? Baru?
B: Iyaaa Pak.
A: Ini apa? Proposal? Kan saya belum baca! Ya sudah ini saya terima, tapi ini
sudah kelihatan ini yang salah ini. Ini nomer, nomer perincian atau subab?
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi diruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Selasa 11 Desember 2018. Pukul 14.00 dengan suasana yang
cukup tegang. Percakapan terjadi antara dua orang yakni seorang dosen yang
berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan dan berasal dari Karo. Percakapan
tersebut membahas mengenai proposal skripsi yang langsung dikonsulkan tanpa
diberikan pada dosen pada hari sebelumnya).
Pertuturan tersebut dilakuan oleh dua orang yakni O1 yang
berlatarbelakang seorang dosen, berusia sekitar 55 tahun dan berasal dari
Yogyakarta dengan O2 yang berlatar belakang mahasiswi yang berusia sekitar 20
tahun serta berasal dari Karo. Emosi yang terdapat daam pertuturan tersebut yakni
tergolong santai dengan maksud pembicaraan adalah membahas menganai Urutan
berbicara yang terdapat dalam pertuturan tersebut diawali oleh O1 yang berlatar
belakang dosen dan kemudia ditanggapi oleh O2 yang berlatarbelakang
mahasiswi.
Berdasarkan pertuturan tesebut dapat dilihat adanya kontetks sosial, karena
dalam pertuturan tersebut penutur dan mitra tutur melakukan kegiatan bersosial
dengan saling bercakap. Bab yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut yakni
membahas mengenai proposal skripsi yang langsung dikonsulkan tanpa diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
pada dosen pada hari sebelumnya. Intrumen yang digunakan dalam pertuturan
tersebut yakni secara lisan dan langsung. Dalam pertuturan tersebut O1 dan O2
menggunkan bahasa yang formal, karena pertuturan tersebut terjadi percakapan
terjadi diruang dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada hari Selasa, 11
Desember 2018 pukul 14.00 dengan suasana yang cukup tegang. Norma yang
terdapat dalam pertuturan tersebut yakni, tergolong sopan karena baik O1 dan O2
tidak berkata kasar maupun menggunakan bahasa yang kasar.
4.2.1.3 Elemen Konteks Kultural
Berdasarkan konteks tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemukan
delapan elemen konteks. Konteks pertuturan tersebut dianalisis menggunakan
teori yang dikemukakan oleh Hymes (1974) dalam Baryadi (2015:19) yakni
SPEAKING. Berikut merupakan elemen-elemen SPEAKING yang dikemukakan
oleh Hymes, S ( Setting and Scene), P (Participant), E (Ends), A (Act of
Squence), K (Key), I (Instrumentalities) , N ( Norms), G (Genres). Peneliti
memberikan hasil analisis data elemen konteks kultural dalam pertuturan yang
terjadi antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program
studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019 berdasarkan teori Halliday dan Hasan
dalam Baryadi (2015:18) sebagai pegangan teori yang menyatakan bahwa konteks
situasi adalah lingkungan langsung dimana konteks itu benar-benar berfungsi.
4.2.1.3.1 Elemen S P E A K I N G
Berdasarkan delapan elemen konteks yang terdapat pada tuturan,
terbentuk pola S,P,E,A,K,I,N,G dikarenakan kelengkapan elemen yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dalam pertuturan tersebut. Berikut merupakan data pertuturan yang mengandung
delapan elemen konteks.
Data tuturan 1
B: Misi Pak.
A: Ya.
B: Mau konsul Pak.
A: Iya.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Pukul 09.40 dengan suana percakapan yang santai.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 yang berasal dari Bantul dengan seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta. Percakapan tersebut diawalin
dengan sapaan permisi yang menandai konteks budaya dalam pertuturan tersebut
dan membahas keiginan konsultasi untuk keperluan skripsi).
S (Setting) dalam percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis 17 Januari 2018, Pukul 09.40 WIB dengan suana percakapan yang santai.
P (Participant) seorang mahasiswi PBSI angkatan 2015 yang berasal dari Bantul,
berusia sekitar 20 tahun dengan seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta, berusia sekitar 58 tahun. E ( ends) atau bab yang
dibicarakan membahas keiginan konsultasi untuk keperluan skripsi. A (act
squence) penutur mernggunakan bahasa yang sopan dan tidak berkata kasar pada
mitra tutur serta K ( key) penutur dan mitra tutur terlihat santai. I
(Instrumentalities) pertuturan menggunakan tuturan lisan dan langsung dan N
(Norms) pertuturam diawalin dengan ucapan permisi yang menandai konteks
budaya dan bertutur secara sopan. G ( Genres) dalam pertuturan tersebut yakni
dialog.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Data tuturan 2
A: Kajian teorinya ya itu? Kajian teori itu yang berkaitan dengan judul dan sub-
sub masalah , kalau yang lain-lain tadi boleh masuk, tapi kamu tambahkan
yang opo?
B: Sub sub masalah yang tadi itu?
A: Ho.o yang sub-sub masalah.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Pukul 09.40 dengan suana percakapan yang santai.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 yang berasal dari Bantul dengan seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta. Percakapan tersebut membahas
mengenai isi sub-sub msalah yang terdapat pada skripsi).
S (Setting) dalam percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Pukul 09.40 dengan suana percakapan yang santai. P
(Participant) dalam pertuturan tersebut yakni, seorang mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari Bantul dengan seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-
laki yang berasal dari Yogyakarta. E (ends) dalam pertuturan membahas mengenai
isi sub-sub masalah. A (act squence) dalam pertutran tersebut tergolong sopan dan
tidak berkata kasar pada mitra tutur. K ( key) dalam pertuturan tersebut yakni
penutur dan mitra tutur terlihat santai. I (Instrumentalitie) yang digunakan
penutur dan mitra tutur bertutur secara langsung dan lisan. N (Norms) : penutur
berkata sopan dan tidak menggunakan nada yang tinggi tetapi menggunakan
sedikit bahasa daerah secara latar belakang budaya penutur dan G (Genres) dalam
pertuturan berbentuk dialog.
Data tuturan 3
A: Ini misalnya tujuan bercerita ? ini punya siapa?
B: Penulis Pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
A: Wah ya gak bisa seperti itu. Ya udah benahi semuanya dulu yang benar, dan
optimal.
B: Iya makasih Pak.
(Konteks tuturan : Percakapan tejadi diruang dosen PBSI USD pada hari Selasa
18 Desember 2018, Pukul 09.45 dengan suasana yang cukup tegang. Percakapan
dilakukan oleh seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI angkatan 2015 yang berasal dari
Sumba. Percakapan membahas mengenai kesalahan dalam persepsi mahasiswa
karena menggunakan pedapatnya sendiri).
S (Setting) dalam percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa 18 Desember 2018, Pukul 09.45 dengan suasana yang cukup tegang. P
(Participant) percakapan dilakukan oleh seorang dosen PBSI berjenis kelamin
laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari Sumba. E ( ends) atau tujuan percakapan yakni,
membahas mengenai kesalahan dalam persepsi.
A (act squence) dalam pertutuan tesebut yakni, penutur menggunakan
bahasa yang sopan dan tidak berkata kasar pada mitra tutur. K ( key) penutur
terlihat sedikit kesal sedangkan mitra tutur terlihat gugup. I (Instrumentalities)
dalam pertuturan tersebut yakni penutur dan mitra tutur bertutur secara langsung
dan lisan. N (Norms) dalam pertuturan tersebut tergolong baik karena, penutur
tidak berkata kasar namun kadang mengunakan nada yang tinggi dengan G
(Genres) atau bentuk wacana berbentuk dialog.
4.2.1.4 Elemen Konteks Situasi
Halliday dan Hasan dalam Baryadi (2015:18) menyatakan bahwa konteks
situasi adalah lingkungan langsung dimana konteks itu benar-benar berfungsi.
Hakikat elemen konteks situasi dan jenis-jenisnya dinyatakan oleh Leech dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Baryadi (2015:31) yakni menggunakan komponen-komponen penentu dalam
konteks situasi berbahasa yang dijadikan penentu dalam berbahasa. Berikut
penjelasan mengenai komponen-komponen penentu yang terkandung dalam
konteks situasional :
Penyapa (yang menyapa) dan pesapa (yang disapa), konteks sebuah
tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar, tuturan
sebagai tindak verbal. Peneliti memberikan bagan elemen konteks situasi dalam
pertuturan yang terjadi antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
4.2.1.4.1 Konteks yang Mengandung Lima Elemen
Berdasarkan lima elemen konteks yang terdapat pada tuturan, penyapa
(yang menyapa) dan pesapa (yang disapa), konteks sebuah tuturan, tujuan tuturan,
tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar, tuturan sebagai tindak verbal
dikarenakan kelengkapan elemen yang terdapat dalam pertuturan tersebut. Berikut
merupakan data pertuturan yang mengandung lima elemen konteks.
Data tuturan 1
A: Lha ini persektifnya. Ini uraiannya harus panjang.
B: Berarti stalisitika yang tadi itu harus dijabarkan Pak?
A: Lha iyaa, ini itu intinya dek.
B: Iya Pak.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Senin, 11 Desember 2018, Pukul 2018 dengan susana cukup tegang. Percakapan
dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang
berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Karo. Percakapan membahasa mengenai masukan-masukan bagi skripsi
mahasiswi yang masih kurang tepat).
Penyapa (yang menyapa) yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), seorang mahasiswi angkatan
2015 berasal dari Karo. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi di ruang
dosen PBSI USD pada hari Senin, 11 Desember 2018, Pukul 2018 dengan susana
cukup tegang. Membahas mengenai masukan-masukan bagi skripsi mahasiswi
yang masih kurang tepat.
Tujuan tuturan, memberikan masukan kepada mitra tutur megenai isi
materi dalam skirpsi. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar,
menjelaskan. Tuturan sebagai tindak verbal, mitra tutur menjawab
dengan”Berarti stalisitika yang tadi itu harus dijabarkan Pak?” dan memahaminya.
Data tuturan 2
B: Misi Pak.
A: Ya.
B: Mau konsul Pak.
A: Topikmu apa itu?
B: Topik saya kesantunan berbicara para tokoh publik dalam acara republik
sentilan sentilun di Metro tv edisi Juli 2017.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Puku 09.40 dengan suasana santai. Percakapan
dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
Bantul. Percakapan tersebut dimulai dengan ucapan salam dan membahas
mengenai topik yang ada skripsi mahasiswi).
Penyapa (yang menyapa), seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
Bantul. Pesapa (yang disapa), seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
berasal dari Yogyakarta. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi diruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dosen PBSI USD pada hari Kamis, 17 Januari 2018, Puku 09.40 dengan suasana
santai. Percakapan tersebut dimulai dengan ucapan salam dan membahas
mengenai topik yang ada dalam skripsi mahasiswi.
Tujuan tuturan, mitra tutur ingin berkonsultasi mengenai skripsi. Tuturan
sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar, bertanya. Tuturan sebagai tindak
verbal, mitra tutur menjawab “ Topikmu apa itu?” guna memahami maksud
percakapan.
Data tuturan 3
A: Dah sana kembali keteman- temanmu kamu bimbing dalam diskusi.
B: Oh iya Pak, terimakasih.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.30 dengan suasana pertuturan yang santai.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berasal dari Klaten, percakapan tesebut yakni mengandung
perintah penutur kepada mitra tutur untuk segera kembali ketemannya untuk
segera membimbing diskusi temennya).
Penyapa (yang menyapa), seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang
berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berasal dari Klaten. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi
diruang dosen PBSI USD pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.30
dengan suasana pertuturan yang santai.
Tujuan tuturan, percakapan tesebut yakni mengandung perintah penutur
kepada mitra tutur untuk segera kembali ketemannya untuk segera membimbing
diskusi temennya. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
memerintah. Tuturan sebagai tindak verbal, mitra tutur menjawab “ Oh iya pak,
terimakasih.” karena sudah dirasa mengerti.
4.2.2 Fungsi Konteks
Fungsi atau kegunaan sesuatu, merupakan hal yang teliti dalam penelitian
ini. Dasar yang diterapkan dalam penelitian ini yakni, merujuk pada teori Rahardi
yang mengungkapkan semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama
sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Berdasarkan pernyataan tersebut
peneliti menjabarkan hasil analisis data yang diperoleh sebagai berikut :
4.2.2.1 Fungsi Konteks Sosietal
Dasar dalam fungsi konteks ialah semua latar belakang pengetahuan yang
diasumsikan sama sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur (Rahardi, 2005:51).
Berdasarkan konteks tersebut, peneliti menemukan 3 fungsi yang diperankan oleh
konteks sosietal. Berdasarkan 10 data konteks sosietal yang telah dianalisis, fungsi
sosial yang ditemukan yakni, memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan
yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur, Memberikan penjelasan mengenai
informasi yang dimiliki, memberikan informasi tambahan. Analisis konteks
tuturan tersebut berguna dalam menenuntukan makud berbicara yang dimiliki
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Tahun akademik 2018/2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
4.2.2.1.1 Fungsi Memberikan Informasi Mengenai Tingkat Kekuasaan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang menjelaskan
atau memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh
seseorang baik penutur maupun mitra tutur. Berikut merupakan sampel fungsi
memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh penutur
dan mitra tutur dalam menentukan maksud bertutur antara dosen pembimbing
dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI, FKIP, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data Tuturan 1
A :Ini punyamu ?
B : Iya Pak.
A : Ini nanti dibetulkan ya, ini di pindahkan keteksnya aja silahkan di copy.
B :Oh ya.
A :Fontnya 11 ya? Bukan 12.
B :Apa Pak?
A :Ini kurang pas bentuknya, silahkan dibetulkan.
B :Tapi ini memakai 4 4 3 3.
A :Ya tapi salah, kamu lain dari pada yang lain. Silahkan dibetulkan, lihat
punya temenmu ya.
B : Oh ya Pak.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua partisipan yakni seorang
berjenis kelamin laki-laki, berprofesi sebagai dosen yang berasal dari Yogyakarta
dengan seorang mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan
berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Tujuan dari percakapan tersebut yakni
membahas mengenai kesalahan penggunaan font dalam skripsi yang ditulis oleh
mahasiswa. Percakapan tersebut terjadi pada hari Selasa 18 Desember 2018,
Pukul 10.30 dengan suasana pertuturan yang terliihat cukup santai).
Konteks pertuturan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni penutur (O1)
berlatar belakang seorang dosen yang berasal dari Yogyakarta, berusia sekitar 55
tahun dengan seorang mahasiwi yang berasal dari Klaten, dan berusia sekitar 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
tahun. Emosi yang terkandung dalam pertuturan tersebut termasuk santai dengan
maksud pembicaraan, memberikan saran atau masukan pada O2 untuk
membenahi skripsinya.
Urutan berbicara pada pertuturan tersebut yakni diawali oleh seorang
dosen, kemudian ditanggapi oleh mahasiswa. Pertuturan yang terjadi antara O1,
O2, menunjukan adanya konteks sosietal, yakni konteks yang faktor penentunya
adanya kekuasaan dan kedudukan. Bab yang diperbincangkan dalam pertuturan
tersebut ialah mengenai ukuran font dan margin yang salah pada skripsi
mahasiswa. Instrumen dalalm percakapan diatas menggunakan secara lisan dan
langsung, pertuturan tersebut menggunakan bahasa formal, karena pertuturan
tesebut terjadi di ruang dosen PBSI pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul
10.30 WIB. Bentuk wacana dalam pertuturan tersebut ialah dialog langsun,
dengannorma yang baik karena baik penutur dan mitra tutur berbicara jelas dan
sopan. Konteks tuturan tersebut mengandung fungsi memberikan informasi
mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki, dengan alasan O1 sebagai dosen dapat
lebih leluasa memberikan perintah pada O2 yang berlatar belakang mahsiswi.
Pertuturan tersebut dapat digolongkan dalam fungsi informasi mengenai
tingkat kekuasaan karena, dalam pertuturan tersebut terdapat adanya konteks
sosietal yang merujuk pada power atau kekuasaan yang diperankan oleh O1
(dosen) dengan bukti pertuturan “Ini kurang pas bentuknya, silahkan dibetulkan”
dan “Ya tapi salah, kamu lain dari pada yang lain. Silahkan dibetulkan, lihat
punya temenmu ya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Data Tuturan 2
A : Jadi ini yang saya sampaikan dari kemarin segera dibuat, lalu serahkan
keloker itu tulisan-tulisan anda, iya saya baca gitu.
B : Iya Pak.
A : Kalau belum- belum gini sih, malah ngopo (ngapain).. (nada tertawa)
A : Yaaa, saya beri konsultasi, nanti ada kemajuan, silahkan print lalu berikan di
loker.
B, C : Iya Pak.
(kontesks tuturan : Pertuturan tersebut terjadi di ruang dosen PBSI Universitas
Sanata Dharma. Dalam percakapa terlihat ada 3 orang partisipan yakni satu
orang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan dua
mahasiswa angkatan 2015 berjenis kelamin perempuan yang berasal dari
Yogyakarta pula. Tujuan pembicaraan tersebut yakni memerintahkan mahasiswa
untuk segera membuat dan mengumulkan hasil tulisan skripsi. Percakapan terjadi
pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 13.30 dengan suasane pembicaraan
yang cukup tegang).
Berdasarkan data tuturan diatas, tuturan dilakukan oleh seorang dosen
yang berasal dari Yogyakarta berusia sekitara 55 tahun, berjenis keleamin laki-
laki dengan dua orang mahasiswi yang berasal dari Yogyakarta, yang berusia
sekitar 20 tahun. O1 dalam pertuturan tersebut memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dari pada O2 dan O3, oleh karena itu O1 lebih bebas dalam berbicara pada
mitra tuturnya. Tuturan tersebut menggunakan ragam bahasa yang formal dan
sarana bahasa lisan atau langsung, karena pertuturan tersebut terjadi di ruang
dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada hari Selasa 18 Desember 2018,
Pukul 13.30 WIB. Maksud dan tujuan daria adanya pertuturan yakni
memerintahkan mahasiswa untuk segera membuat dan mengumulkan hasil tulisan
skripsi. Pertuturan yang terjadi antara O1, O2, dan O3 menunjukan adanya
konteks sosietal, yakni Konteks yang faktor penentunya ialah adanya kekuasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dan kedudukan. Elemen yang menunjukan adanya kontek sosietal yakni
perpatokan pada teoeri Poedjosoemarmo (1985) yang memeperlihatan adanya
urutan berbicara yang dilakukan oleh O1 dan bab yang diperbincangkan yang
bersifat memerintah karena adanya kekuasaan. Dalam pertuturan tersebut O1
yang berlatar belakang sebagai dosen, ia memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada O2 dan O3 sehingga dapat memulai perbincangan terlebih dahulu serta
dapat memerintah O2 dan O3.
Konteks tuturan yang terdapat di atas, mengandung fungsi memberikan
informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur.
Hal ini disebabkan karena, tuturan dosen dan mahasiswa memperbincangkan
mengenai skripsi serta dosen memberikan perintah kepada mahasiswa agar segera
menyelesaikan dan mengumpulkan hasil tulisan skripsi milikinya di loker agar
dapat segera dikoreksi.
4.2.2.1.2 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi konteks yang memberikan adanya
informasi tambahan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Berdasarkan
fungsi ini, pertuturan menjabarkan beberapa hal yang ada sebagai informasi
tambahan dalam konteks sosietal.
Data tuturan 1
A: Kalau saya suka dengan judul ini ya, tapi disesuaikan ya. Sesuaikan dengan
judul yang diubah ya.
B : Iya Pak, iya.
A : Ini modulnya modul apa? Moso (Masa) modul kemampuan? Coba dirubah!
B : Ini modul menulis, berati kurang pas ya Pak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
A : Lha iya salah, berarti.
( Konteks tuturan : Percakapn terjadi di ruang dosen PBSI saat mahasiswa
sedang melakukan konsultasi pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.30
dengan suasana percakapan yang santai. Percakapan tersebut memiliki 2 orang
partisipan yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta dengan seeorang mahasiswi yang berasal dari Klaten. Percakapan
ini membahas mengenai skripsi mahasiswa yang kurang pas dalam pemilihan
sumber).
Pertuturan terjadi antara O1 yang berlatar belakang dosen yang berasal dari
Yogyakarta, berusia sekitar 55 tahun dengan O2 yang berlatar belakang
mahasiswi yang berasal dari Klaten dan berusia sekitar 20 tahun. Tuturan
menggunakan bahasa yang formal karena terjadi di ruang dosen PBSI saat
mahasiswa sedang melakukan konsultasi pada hari Selasa, 18 Desember 2018,
Pukul 10.30 WIB. Elemen yang menunjukan adanya kontek sosietal yakni
perpatokan pada teori Poedjosoemarmo (1985) yang memeperlihatkan adanya
urutan berbicara yang dilakukan oleh O1 dan bab yang diperbincangkan yang
bersifat memerintah karena adanya kekuasaan. Dalam pertuturan tersebut O1
yang berlatar belakang sebagai dosen, ia memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada O2. O1 yang berlatar belakang dosen memerintahkan O2 untuk
memperbaiki skripsi yang ditulis oleh O2.
Konteks tuturan yang terdapat di atas, mengandung fungsi informasi
tambahan oleh penutur dan mitra tutur. Hal ini disebabkan karena, tuturan dosen
dan mahasiswa diawali oleh dosen dan kemudian ditanggapi oleh mahasiswi, di
pertuturan tersebut diperlihatkan urutan berbicara, serta memperlihatkan adanya
kekuasaan yang terdapat dalam pertuturan tersebut karena dosen dapat
menggunakan kekuasaanya dengan memerintah mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Data Tuturan 2
A : Nanti diubah aja ya judulnya. Menjadi menulis kreatif jurusan sastranya tidak
usah masuk, jadi menulis kreatif dengan mengangkat cerita rakyat
tradisional dari daerah Sumba.
B : Iya Pak.
A : Terus pada mahasiswa angkatan dan semester ini nanana segala macem
masukan aja pada teks latar belakang.
A : Ini isinya tidak boleh sama dengan yang lain.
(Konteks Tuturan : Percakapan tejadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 09.45 dengan situasi yang
santai.Percakapan terjadi antara seorang dosen yang berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis
kelamin perempuan yang berasal dari Sumba. Pembahasan percakapan tersebut
yakni pembenahan mengenai judul skripsi mahasiswa).
Pertuturan terjadi antara O1 yang berlatar belakang dosen yang berasal
dari Yogyakarta, berusia sekitar 55 tahun dengan O2 yang berlatar belakang
mahasiswi yang berasal dari Sumba dan berusia sekitar 20 tahun. Tuturan
menggunakan bahasa yang formal karena terjadi di ruang dosen PBSI saat
mahasiswa sedang melakukan konsultasi pada hari Selasa 18 Desember 2018,
Pukul 09.45 WIB. Suasana percakapan tersebut tergolong santai, dengan ururan
berbicara yang diawali oleh seorang dosen, kemudian ditanggapi oleh mahasiswa.
Maksud pertuturan tersebut yakni, membahas masukan untuk judul skripsi
mahasiswa.
Konteks tuturan yang terdapat di atas, dapat digolongkan dalam fungsi
memberikan informasi tambahan oleh penutur dan mitra tutur. Hal ini disebabkan
karena tidak jauh berbeda dari urain data 1, yang mengungkapkan tuturan dosen
dan mahasiswa memperlihatkan adanya urutan berbicara yang diawali oleh dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
kemudian ditanggapi oleh mahasiwa. Pertuturan tersebut memperlihatkan adanya
sebuah perintah yang diperankan oleh O1 (Dosen). Berdasarkan pertuturan
tersebut, O1 (dosen) dapat memerintah karena memiliki keuasaan yang lebih
tinggi dari pada mahasiswa, sehingga dapat digolongkan dalam konteks sosietal
yang berpatokan pada kekuasan.
4.2.2.1.3 Fungsi Memberikan Penjelasan Mengenai Informasi
Fungsi ini merupakan jenis fungsi konteks yang memberikan
penjelasan mengenai informasi yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Dalam
fungsi ini menjabarkan beberapa hal, yang terdapat dalam konteks sosietal.
Data Tuturan 1
B: Kemaren kan bapak juga memerintahkan saya untuk membuat lembar
obervasi, lah kan kalau seperti itu model lembar observasinya seperti apa
Pak?
A: Nah, ini lembar observasinya gini ya, pada prinsipnya lembar observasi
intinyaa mengamati, kamu aja ya yang nulis! aku tak mikir.
B: Oh iya Pak iyaaaa. (nada tertawa)
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Jumat, 15 Januari 2018, Pukul 11.30 dengan suasana
percakapan yang santai. Percakapan tersebut terdapat 2 orang partisipan yakni
seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Bogor. Percakapan tersebut membahas mengenai perintah dosen kepada
mahasiswa untuk menulis apa yang dia ucapkan).
Pertuturan tersebut dilakukan oleh seorang mahasiswa PBSI angkatan
2015 berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Bogor dan berusia sekitar 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
tahun dengan seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta. Suasana yanng terdapat dalam pertuturan tergolong santai, karena
memiliki maksud memerintah.
Urutan berbicara dalam pertuturan tersebut yakni dimulai oleh dosen lalu
ditanggapi oleh mahasiswa. Bab yang diperbicangkan dalam pertuturan tersebut
yakni, membahas mengenai perintah dosen kepada mahasiswa untuk menulis
apa yang dia ucapkan. Instrumen tutur yang digunakan dalam percakapan tersebut
yakni secara lisan dan langsung serta pertuturan menggunakan bahasa non formal
tetapi sopan. Pertuturan tersebut terjadi diruang dosen PBSI Universitas Sanata
Dharma pada hari Jumat, 15 Januari 2018, Pukul 11.30 WIB dengan suasana
percakapan yang santai. Norma dalam percakapan tersebut yakni, penutur
berbicara sopan dan menggunakan nada yang halus untuk menghormati mitra
tutur yang lebih tua. Konteks tuturan yang terdapat di atas, mengandung fungsi
memberikan penjelasan mengenai informasi yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur.
Berdasarkan pertuturan tersebut, dapat digolongkan dalam fungsi
memberikan penjelasan mengenai informasi yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur dengan alasan, pada tuturan tersebut memuat beberapa informasi yakni O2
(dosen ) merupakan seorang dengan ilmu yang lebih tinggi dari pada O1
(Mahasiswa). Terdapat pula suatu perintah yang menjadi salah satu patokan
adanya konteks sosial dengan latar belakang kekuasaan dengan bukti tuturan
“Nah, ini lembar observasinya gini ya, pada prinsipnya lembar observasi intinyaa
mengamati, kamu aja ya yang nulis! aku tak mikir”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
4.2.2.2 Fungsi Konteks Sosial
Berdasarkan data yang telah peneliti analisis, peneliti menemukan 2
fungsi yang diperankan oleh konteks sosial. Berdasarkan 10 data konteks sosial
yang telah dianalisis, fungsi sosial yang ditemukan yakni, memberikan informasi
sebab terjadinya tuturan, memberikan informasi tambahan. Analisis konteks
tuturan tersebut berguna dalam menenuntukan fungsi berbicara pertuturan antara
dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Tahun
akademik 2018/2019.
4.2.2.2.1 Fungsi Memberikan Informasi Sebab Terjadinya Tuturan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang menjelaskan
atau memberikan informasi mengenai sebab terjadinya tuturan seseorang penutur
dengan mitra tutur. Berikut merupakan sampel fungsi memberikan informasi
mengenai sebab terjadinya tuturan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur
dalam menentukan elemen dan fungsi pertuturan antara dosen pembimbing
dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI, FKIP, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data Tuturan 1
A: Perhatikan lagi ya proposalnya. Nah kamu terus jangan lupa nah ini, Punya
Black... Apa kamu udah ketemu?
B: Kemarin itu ada beberapa baru lihat refrensi-refrensi dari skripsi kakak tingkat.
A: Lha ini persektifnya... Ini harus uraiannya harus panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
(Konteks Tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI pada hari Selasa, 11
Desember 2018, Pukul 14.00 dengan suasana cukup tegang. Percakapan tersebut
dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi PBSI angkatan 2015 yang
berasal dari Karo. Percakapan tersebut terjadji karena dosen mengingatkan
mahasiswi untuk memperhatikan proposal skripsinya secara cermat).
Pertuturan ini dilakukan oleh dua pertisipan, yakni O1 berlatar belakang
seorang dosen yang berusia sekitar 55 tahun dan berasal dari Yogyakarta dengan
O2 yang berlatar belakang seorang mahasiswi, yang berasal dari Karo serta
berusia 20 tahun. Emosi yang terdapat dalam pertuturan tersebut tergolong
tegang, dengan maksud pembicaraan O1 sebagai dosen memberikan masukan
kepada O2 (mahasiswi) untuk memeperhatikan proposal skripsinya secara lebih
cermat.
Urutan berbicara yang terdapat papda pertuturan tersebut diawali oleh O1
yang berlatarbelakang dosen kemudia ditanggai oleh O2 yang berlatar belakang
mahasiswi. Bab yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut yakni, mengai
masukan dosen agar mahasiswi lebih memperhatikan proposal skripsinya untuk
meminimalisir kesalahan. Istrumen dalam pertuturan tersebut yakni,
menggunakan pertuturan yang lisan dan langsung. Dalam pertuturan tersebut
menggunakan bahasa yang formal, karena pertuturan tersebut terjadi di ruang
dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada hari hari Selasa, 11 Desember 2018,
Pukul 14.00 WIB. Norma yang terdapat dalam pertuturan tersebut tergolong baik,
karena betutur secara sopan. Dalam pertuturan tesebut dapat dilihat adanya
kontetks sosial, karena dalam pertuturan tersebut penutur dan mitra tutur
melakukan kegiatan bersosial dengan saling bercakap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Berdasarkan pertuturan tersebut dapat digolongkan dalam fungsi sebab
terjadinya tuturan karena, dalam pertuturan tersebut terdapat suatu pertanyaan
yang diperankan oleh O1 (dosen) “ Nah kamu terus jangan lupa nah ini, punya
Black... Apa kamu udah ketemu?” hingga memicu perbincangan lebih dalam dari
pertuturan tersebut.
Data Tuturan 2
A : Ini teknikmu ada berapa?
B : Ada 3 Pak.
A : Obervasi terus apa?
B : Teknik catat bebas libat cakap, rekam, dan catat.
(konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 6 Desember 2018, Pukul 11.00 dengan suasana santai. Percakapan
lakukan oleh seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI angkatan 2018 yang berasal dari
NTT. Percakapan terjadi karena membahas mengenai apa saja teknik
pengambilan data yang dipakai pada skripsi O2).
Pertuturan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni, O1 yang
berlatarbelakang seorang dosen yang berasal dari Yogyakarta dan berusia sekitar
55 tahun dengan O2 yang berlatar belakang seorang mahasiswi, yang berasal dari
NTT, serta berusia sekitar 20 tahun. Suasana atau emosi yang terdapat dalam
pertuturan tersebut tergolong santai dengan maksud pembicaraan bertanya
mengenai teknik pengambilan yang dipakai.
Urutan berbicara yang terdapat pada pertuturan tersebut diawali oleh O1
yang berlatarbelakang dosen kemudian ditanggai oleh O2 yang berlatar belakang
mahasiswi. Bab yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut yakni, membahas
mengenai apa saja teknik pengambilan data yang dipakai pada skripsi O2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Istrumen dalam pertuturan tersebut yakni, menggunakan pertuturan yang lisan dan
langsung. Dalam pertuturan tersebut menggunakan bahasa yang formal, karena
pertuturan tersebut terjadi di ruang dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada
hari Kamis, 6 Desember 2018, Pukul 11.00 WIB. Norma yang terdapat dalam
pertuturan tersebut tergolong baik, karena betutur secara sopan. Dalam pertuturan
tesebut dapat dilihat adanya kontetks sosial, karena dalam pertuturan tersebut
penutur dan mitra tutur melakukan kegiatan bersosial dengan saling bercakap.
Berdasarkan data pertuturan tersebut, dapat digolongkan pula dalam fungsi
memberikan informasi sebab terjadinya pertuturan yang terdapat dalam konteks
sosial karena, terdapat adanya kesamaan pengetahuan antara O1 dan O2 yang
terdapat dalam pertuturan tersebut. Terdapat pula adanya pertanyaan yang
memicu perbincangan lebih dalam yang diawali O1 terhadap O2.
4.2.2.2.2 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang menjelaskan
atau memberikan informasi tambahan pada penutur dengan mitra tutur. Berikut
merupakan sampel fungsi memberikan informasi tambahan oleh penutur dan
mitra tutur dalam pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di program studi PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data tuturan 1
B: Pak ini proposalnya bisa dijadikan skripsi atau tidak?
A: Yaaa bisa. Bisa sekali.
B: Oh yaaa. Terimaksih Pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
(Konteks Tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 6 Desember 2018, Pukul 11.00 dengan suasana santai. Percakapan
lakukan oleh seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari
Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI angkatan 2018 yang berasal dari
NTT. Percakapan tersebut membahas mengenai proposal skripsi yang dibuat oleh
O1 dapat menjadi skripsi atau tidak).
Pertuturan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni, O1 yang berlatar
belakang seorang mahasiswa yang berasal NTT, dan berusia sekitar 20 tahun dan
O2 yang berlatar belakang seorang dosen, berasal dari Yogyakarta dan berusia
sekitar 58 tahun. Suasana atau emosi yang terdapat dalam pertuturan tersebut
tergolong santai dengan maksud pembicaraan mengenai proposal O1 dapat
dijadikan skirpsi atau tidak.
Urutan berbicara yang terdapat pada pertuturan tersebut diawali oleh O1
yang berlatarbelakang dosen kemudian ditanggai oleh O2 yang berlatar belakang
mahasiswi. Bab yang dibicarakan dalam pertuturan tersebut yakni proposal skripsi
yang dibuat oleh O1 dapat menjadi skripsi atau tidak. Istrumen dalam pertuturan
tersebut yakni, menggunakan pertuturan yang lisan dan langsung. Pertuturan
tersebut menggunakan bahasa yang formal, karena pertuturan tersebut terjadi di
ruang dosen PBSI Universitas Sanata Dharma pada hari Kamis, 6 Desember 2018,
Pukul 11.00 WIB. Norma yang terdapat dalam pertuturan tersebut tergolong baik,
karena betutur secara sopan. Dalam pertuturan tesebut dapat dilihat adanya
kontetks sosial, karena dalam pertuturan tersebut penutur dan mitra tutur
melakukan kegiatan bersosial dengan saling bercakap.
Berdasarkan data pertuturan yang telah ditulis di atas dapat digolongkan
dalam konteks sosial karena, adanya kesamaan pengentahuan yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
O1 dan O2. Pertuturan tersebut dapat digolongkan pula dalam fungsi memberi
informasi tambahan yang terdapat dalam konteks sosial karena dalam pertuturan
tersebut terdapat dialog, “Pak ini proposalnya bisa dijadikan skripsi atau tidak?”
dan “Yaaa bisa. Bisa sekali” yang terselip adanya kuasa, dari O2 yang berprofesi
sebagai dosen untuk memberikan keputusan mengenai proposal tersebut dapat
dijadikan skripsi atau tidak.
4.2.2.3 Fungsi Konteks Kultural
Berdasarkan data yang telah peneliti analisis, peneliti menemukan 5
fungsi yang diperankan oleh konteks kultural. Berdasarkan data konteks kultural
yang telah dianalisis, fungsi kultural yang ditemukan yakni, memberikan
informasi sebab terjadinya tuturan, memberikan informasi tambahan dan memberi
informasi atau keterangan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta tutur. Analisis
konteks tuturan tersebut berguna dalam menenuntukan fungsi berbicara
pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, Tahun akademik 2018/2019.
4.2.2.3.1 Fungsi Memberikan Informasi Tambahan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang memberi
informasi tambahan mengenai peserta tutur. Berikut merupakan sampel fungsi
memberikan informasi tambahan mengenai peserta tutur dalam menentukan
maksud berkomunikasi antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
bimbingannya di program studi PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data tuturan 1
A: Kajian teorinya ya itu? Kajian teori itu yang berkaitan dengan judul dan sub-
sub masalah , kalau yang lain-lain tadi boleh masuk, tapi kamu tambahkan
yang opo?
B: Sub sub masalah yang tadi itu?
A: Ho.o yang sub-sub masalah.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Pukul 09.40 dengan suana percakapan yang santai.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 yang berasal dari Bantul dengan seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta. Percakapan tersebut membahas
mengenai isi sub-sub msalah yang terdapat pada skripsi).
S (Setting) dalam percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Pukul 09.40 dengan suana percakapan yang santai. P
(Participant) dalam pertuturan tersebut yakni, seorang mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari Bantul dengan seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-
laki yang berasal dari Yogyakarta. E (ends) dalam pertuturan membahas mengenai
isi sub-sub masalah. A (act squence) dalam pertutran tersebut tergolong sopan dan
tidak berkata kasar pada mitra tutur. K ( key) dalam pertuturan tersebut yakni
penutur dan mitra tutur terlihat santai. I (Instrumentalitie) yang digunakan penutur
dan mitra tutur bertutur secara langsung dan lisan. N (Norms) : penutur berkata
sopan dan tidak menggunakan nada yang tinggi tetapi menggunakan sedikit
bahasa daerah secara latar belakang budaya penutur dan G (Genres) dalam
pertuturan berbentuk dialog.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Berdasarkan data tersebut, pertuturan dapat digolongkan dalam konteks
kultural karena, konteks kultural didefinsikan sebagai konteks yang berpatokan
pada suatu nilai atau norma yang mempresentasikan kepercayaan di dalam
kebudayaan tertentu. Pertuturan tersebut mengandung tuturan yang terdapat
bahasa-bahasa daerah seperti ho.o (iya) dan opo (apa) sehingga data tersebut
dapat digolongkan pula dalam fungsi memberikan informasi tambahan berupa
kedua penutur yang sedang melakukan dialog atau pertuturan adalah orang
bersuku Jawa.
Data tuturan 2
B: Misi Pak.
A: Ya.
B: Mau konsul Pak.
A: Iya.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Pukul 09.40 dengan suasana percakapan yang santai.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 yang berasal dari Bantul dengan seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta. Percakapan tersebut diawalin
dengan sapaan permisi yang menandai konteks budaya dalam pertuturan tersebut
dan membahas keiginan konsultasi untuk keperluan skripsi).
S (Setting) dalam percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Pukul 09.40 WIB dengan suana percakapan yang santai.
P (Participant) seorang mahasiswi PBSI angkatan 2015 yang berasal dari Bantul,
berusia sekitar 20 tahun dengan seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta, berusia sekitar 58 tahun. E ( ends) atau bab yang
dibicarakan membahas keiginan konsultasi untuk keperluan skripsi. A (act
squence) penutur mernggunakan bahasa yang sopan dan tidak berkata kasar pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
mitra tutur serta K (key) penutur dan mitra tutur terlihat santai. I
(Instrumentalities) pertuturan menggunakan tuturan lisan dan langsung dan N
(Norms) pertuturam diawalin dengan ucapan permisi yang menandai konteks
budaya dan bertutur secara sopan. G (Genres) dalam pertuturan tersebut yakni
dialog.
Berdasarkan data tersebut, pertuturan dapat digolongkan pada kontek
kultural karena terdapat suatu budaya di dalamnya. Budaya yang terdapat dalam
pertuturan tersebut yakni melakukan salam atau mengucapkan permisi sebelum
memasuki atau meminta izin terhadap seseorang.
4.2.2.3.2 Fungsi Memberi Informasi atau Keterangan Pengetahuan
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang memberi
informasi atau keterangan pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan mitra
tutur. Berikut merupakan sampel fungsi memberikan informasi atau keterangan
pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dalam pertuturan antara
dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI,
FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data tuturan 1
A: Ini pasti kepotong. Dowo dowo yaa ini. Ini rumusan masalahnya kok media?
Bagaimanakah pengembangan media pembelajaran?
B: Modul Pak maksudnya.
A: Lha ya modul orang skripsimu judul e modul kok..
(konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.20 dengan suasana pembicaraan yang
cukup santai. Percakapan ini dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen
berjenis kelamin laki-laki berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
angkatan 2015 berasal dari NTT. Percakapan tersebut membahas mengenai
kesalahan objek penelitian yang digunakan pada skripsi tersebut).
S (Setting, )percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari Selasa,
18 Desember 2018, Pukul 10.20 WIB dengan susana pembicaraan yang cukup
santai. P (Participant), dalam percakapan ini dilakukan oleh dua orang yakni
seorang dosen berjenis kelamin laki-laki berasal dari Yogyakarta dengan seorang
mahasiswi angkatan 2015 berasal dari NTT. E (ends), membahas mengenai
kesalahan objek penelitian.
A (act squence), penutur menggunakan bahasa yang sopan dan tidak
berkata kasar pada mitra tutur. K ( key), penutur terlihat sedikit kesal sedangkan
mitra tutur terlihat gugup. I (Instrumentalities), penutur dan mitra tutur bertutur
secara langsung dan lisan. N (Norms), penutur menggunakan bahasa yang sopan
namun kadang-kadang menggunakan nada yang tinggi dalam bertutur kata. G
(Genres) dalam pertuturan tesebut yakni, dialog langsung.
Berdasarkan data di atas, pertuturan dapat digolongkan dalam fungsi
memberikan informasi atau keterangan pengentahuan. Pertuturan tersebut terdapat
beberapa dialog yang menggunakan bahasa daerah seperti dowo-dowo (panjang-
panjang) sehingga memberikan informasi mengenai penutur yang bersuku Jawa.
Data tuturan 2
A: Teman-teman diajak bersama ya. Ini kan Jawa Tengah to, nah itu apa saja
anda cari ya. Cerita rakyat yang berkembang di Jawa Tengah itu apa, ya to.
Kalau Malin Kundang bagaimana?
B: Bukan, saya menemukan baru 4 sih pak. Salatiga terus Gunung Amber atau
apa, Jaka Kentil.
A: Ya makanya anda cari yang termasuk cerita rakyat Jawa Tengah itu apa aja,
anda cari ya masuk apa saja. Sudah semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
B: Lalu yang dimasukkan ke modul itu hanya beberapa cerita yang saya pilih kan
Pak?
Do: Ya anda menemukan berapa dulu.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 09.30 dengan suasana yang santai. Percakpan
dilakukan oleh daua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-lki
berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis
kelamin laki-laki berasal dari Yogyakarta. Percakapan tersebut membahas
mengenai sumber cerita rakyat yang digunakan sebagai refrensi pada penulisan
skripsi).
S (Setting), percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari Selasa,
18 Desember 2018, Pukul 09.30 dengan suasana yang santai. P (Participant),
seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-lki berasal dari Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI angkatan 2015 berjenis kelamin laki-laki berasal dari
Yogyakarta. E ( ends), membahas mengenai sumber cerita rakyat yang digunakan
sebagai refrensi pada penulisan skripsi.
A (act squence) ,dosen memerintahkan mahasisw untuk segera mencari
cerita rakya untk keperluan skripnya. K ( key), penutur dan mitra tutur delam
keadaan percakapaan yang santai. I (Instrumentalities), penutur dan mitra tutur
bertutur secara langsung dan lisan. N (Norms), penutur dan mitra tutur bercakap
dengan bahasa yang sopan, tidak menggunakan nada yang tinggi dan terselip
candaan-candaan. G ( Genres), dialog langsung.
4.2.2.3.3 Fungsi Memberikan Keterangan Informasi
Fungsi ini merupakan jenis fungsi pada konteks yang memberi
keterangan atau informasi sebab tuturan yang terjadi atau sebelum peristiwa tutur
terjadi. Berikut merupakan sampel fungsi memberi keterangan atau informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
sebab tuturan yang terjadi atau sebelum peristiwa tutur terjadi dalam pertuturan
antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi
PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data tuturan 1
A: Ini bukan stalistika tapi hanya pragmatik ya mbak.
B: Disini penelitiannya saya bagi Pak.
A: Yo ora.. Cuma pakai pragmatik saja.
(konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Senin, 11 Desember 2018, Pukul 2018 dengan susana cukup tegang. Percakapan
dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang
berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
Karo. Percakapan tersebut membahas mengenai batasan istilah yang digunakan
oleh mahasiswi dalam skripsinya).
S (Setting), percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari Senin,
11 Desember 2018, Pukul 2018 dengan susana cukup tegang. P (Participant),
Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-
laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015
berasal dari Karo. E ( ends), percakapan tersebut membahas mengenai batasan
istilah yang digunakan oleh mahasiswi dalam skripsinya yang kurang tepat.
A (act squence), penutur mengunakan bahasa yang sopan dalam bertutur
sembari memberikan masukan pada skripsi mahasiswi. K ( key), Penutur terlihat
sedikit kesal sedangkan mitra tutur terlihat gugup. I (Instrumentalities), Penutur
dan mitra tutur bertutur secara langsung dan lisan. N (Norms), penutur tidak
menggnakan G ( Genres), dialog langsung.
Data yang terdapat di atas, tidak jauh berbeda dari data 1, karena di dalam
pertuturan tersebut terdapat beberapa bahasa daerah yang dapat digolongkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
fungsi memberikan keterangan informasi. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat
bahwa O1 yan sedang melakukan pertuturan yakni merupakan orang dengan suku
dan kebudayaan Jawa.
4.2.2.4 Fungsi Kontek Situasional
Berdasarkan data yang termasuk dalam konteks situasi yang telah
dianalisis, peneliti menemukan tiga fungsi dari konteks situasi yang terdapat
dalam, konteks pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, FKIP,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
4.2.2.4.1 Fungsi Memberikan Penjelasan Secara Terperinci
Fungsi jenis ini, merupakan fungsi yang memberikan informasi
berupa penjelasan yang terperinci dalam sebuah pertuturan yang terjadi antara
penutur dengan mitra tutur. Berikut merupakan fungsi memberikan penjelasan
secara terperinci dalam sebuah pertuturan, dalam pertuturan antara dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi PBSI, FKIP,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data tuturan 1
A: Ini judulnya pegembangan modul digital untuk pembelajaran pada cerita
fantasi untuk siswa kelas 7 SMP, ini tahunnya gak usah masuk ya, dengan
memanfaatkan cerita rakyat dst. Nanti bagian tahunnya dimasukan dalam
teksnya ya.
B: Oh iya baik.
A: Biar nanti judulnya tidak terlalu panjang .
B: ya Pak baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
(Kontek tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.20 dengan suasana pertuturan yang cukup
santai. Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari NTT. Percakapan berisikan mengenai masukan-masukan
berupa pemendekan judul dan penjabaran melalui latar belakang pada sebuah
skripsi).
Penyapa (yang menyapa, seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), Yogyakarta dengan
mahasiswi PBSI angkatan 2015 yang berasal dari NTT.Konteks sebuah tuturan.
percakapan terjadi diruang dosen PBSI USD pada hari Selasa 18 Desember 2018,
Pukul 10.20 dengan suasan pertuturan yang cukup santai.
Tujuan tuturan, percakapan berisikan mengenai masukan-masukan berupa
pemendekan judul dan penjabaran melalui latar belakang pada sebuah skripsi.
Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar yakni memerintah. Tuturan
sebagai tindak verbal: mitra tutur memahi maksud yang diucapkan penutur
dengan menjawab “Oh iya baik”.
Data yang dicantumkan di atas dapat tergolong dalam konteks situasi,
karena terdapat kesamaan pengetahuan yang terdapat dalam O1 dan O2.
Berdasarkan pertuturan tersebut, data dapat digolongkan dalam fungsi
memberikan penjelasan secara terperinci, karena dalam pertuturan tersebut
terdapat kegiatan menanya yang dilakukan oleh O1 sehingga dapat memperjelas
hal-hal yang tersirat di dalamnya.
Data tuturan 2
A: Kalau diubah, dan yang kamu maksud jenis opo?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
B: Jenis-jenis?
A: Contoh konkretnya !
B: Contoh konkretnya itu, misalkan imperatif biasa, seperti permintaan,
ajakan seperti itu Pak. Kalau yang formal itu hanya ada 2 yaitu imperatif
aktif dan pasif. Kalau aktif itu ya seperti transitif dan intransitif gitu Pak.
A: Lucu.
(Konteks Tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 6 Desember 2018, Pukul 10.30 dengan suasana tuturan yang santai.
Percakapan tersebut membahas mengenai contoh konkret yang topik yang
dibahas dalam skripsi mahasiswi yang dianggap kurang tepat oleh penutur.
Percakapan tesebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen yang berjenis
kelamin laki-laki dan berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 yang berasal dari NTT).
Penyapa (yang menyapa), seorang dosen yang berjenis kelamin laki-laki
dan berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 yang berasal dari NTT. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi
diruang dosen PBSI USD pada hari Kamis, 6 Desember 2018, Pukul 10.30
dengan suasana tuturan yang santai. Tujuan tuturan, peneliti bertanya mengenai
apa mengenai isi materi skripsi yang membingungkan.
Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar, percakapan tersebut
membahas mengenai contoh konkret yang topik yang dibahas dalam skripsi
mahasiswi yang dianggap kurang tepat oleh penutur. Tuturan sebagai bentuk
tindakan atau tindak ujar: bertanya dan mencoba memahami. Tuturan sebagai
tindak verbal, karena memahami keinginan penutur mitra tutur menjawab
”Contoh konkretnya itu, misalkan imperatif biasa, seperti permintaan, ajakan
seperti itu Pak. Kalau yang formal itu hanya ada 2 yaitu imperatif aktif dan pasif.
Kalau aktif itu ya seperti transitif dan intransitif gitu Pak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Berdasarkan data di atas, pertuturan dapat digologkan dalam dalam fungsi
memberi penjelasan secara terperinci, karena dalam pertuturan tersebut terdapat
kesamaan pengetahuan menegnai hal yang dibahas antara O1 dan O2. Hal-hal
yang dibahas dapat memperlihatkan tingkat pengetahuan yang sama antara O1
dan O2 sehingga pertuturan dapat dilakukan dengan lancar.
Data tuturan 3
B: Misi Pak.
A: Ya.
B: Mau konsul Pak.
A: Topikmu apa itu?
B: Topik saya kesantunan berbicara para tokoh publik dalam acara republik
sentilan sentilun di Metro tv edisi Juli 2017.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Kamis, 17 Januari 2018, Puku 09.40 dengan suasana santai. Percakapan
dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
Bantul. Percakapan tersebut dimulai dengan ucapan salam dan membahas
mengenai topik yang ada skripsi mahasiswi).
Penyapa (yang menyapa), seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
Bantul. Pesapa (yang disapa), seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
berasal dari Yogyakarta. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi diruang
dosen PBSI USD pada hari Kamis, 17 Januari 2018, Puku 09.40 dengan suasana
santai. Percakapan tersebut dimulai dengan ucapan salam dan membahas
mengenai topik yang ada skripsi mahasiswi.
Tujuan tuturan, mitra tutur ingin berkonsultasi mengenai skripsi. Tuturan
sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar, bertanya. Tuturan sebagai tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
verbal, mitra tutur menjawab “Topikmu apa itu?” guna memahami maksud
percakapan.
Pertuturan yang cantumkan tersebut, dapat digolongkan menjadi fungsi
yang memberi penjelasan secara terperinci, karena dalam pertuturan tersebut
terdapat kesamaan pengetahuan yang terdapat oleh O1 dan O2. Bukti pertuturan
yang terdapat yakni, “Topikmu apa itu?” dan “Topik saya kesantunan berbicara
para tokoh publik dalam acara republik sentilan sentilun di Metro tv edisi Juli
2017”.
4.2.2.4.2 Fungsi Memberikan Penegasan dalam Sebuah Pertuturan
Fungsi jenis ini, merupakan fungsi yang memberikan penegasan
dalam sebuah pertuturan yang terjadi antara penutur dengan mitra tutur. Berikut
merupakan fungsi memberikan penegasan dalam sebuah pertuturan, dalam
pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di
program studi PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
akademik 2018/2019.
Data Tuturan 1
A: Ini mana yang kalimat kamu? Menulis dapat menambah kecerdasan
misalnya? Mana? Ha? Uraianmu kan belum ada.
B: Iya Pak.
A: Uraikan satu persatu!
(konteks tuturan : Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen
yang berasal dari Yogyakarta dan berjenis kelamin laki-laki dengan mahasiswi
PBSI angatan 2015 yang berjenis kelamin perempuan dan berasal dari Sumba.
Percakapan membahas mengenai letak uraian mengenai sumber yang
dicantumkan pada skripsi mahasiswi namun belum diuraikan secara lebih lanjut
hingga menimbulkan pertuturan lainnya. Percakapan tersebut terjadi diruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
dosen PBSI USD dengan suasana yang cukup tegang, pada hari Selasa, 18
Desember 2018, Pukul 09.45 WIB).
Penyapa (yang menyapa), seorang dosen yang berasal dari Yoggyakarta
dan berjenis kelamin laki-laki. Pesapa (yang disapa), mahasiswi PBSI angatan
2015 yang berjenis kelamin perempuan dan berasal dari Sumba. Konteks sebuah
tuturan, percakapan tersebut terjadi diruang dosen PBSI USD dengan suasana
yang cukup tegang, pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 09.45 WIB.
Tujuan tuturan, percakapan membahas mengenai letak uraian mengenai
sumber yang dicantumkan pada skripsi mahasiswi namun belum diuraikan secara
lebih lanjut hingga menimbulkan pertuturan lainnya. Tuturan sebagai bentuk
tindakan atau tindak ujar, bertanya. Tuturan sebagai tindak verbal, mitra tutur
menjawab “Iya Pak” karena sudah memahami maksud yang diucapkan penutur.
Data yang telah dianalisis tersebut, menunjukan adanya fungsi
memberikan penegasan dalam pertuturan, karena dalam petuturan tersebut
terdapat penegasan yang terdapat dalam pertuturan ditunjukan dengan bukti “Ini
mana yang kalimat kamu? Menulis dapat menambah kecerdasan misalnya?
Mana? Ha? Uraianmu kan belum ada”.
Data Tuturan 2
A: Saya gak mau kalau hanya diberi tau terus datang lagi tanya ini
bagaimana, jadi kalau datang kesini bawa produk yaaa. Dengan begitu
anda akan selesai kalo hanya begini anda tidak akan selesai . bingung ya
kan.. isinnya hanya bingung... tetapi bingungnya itu harus dengan produk,
silahkan tuliskan nanti Pak Kun yang mengomentari ya.
A: Begitu saja . ok?
B: Yaa.. terimakasih Pak.
(Konteks tuturan : Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen
berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
mahasiswi PBSI angkatan 2015 berasal dari Yogyakarta. Percakapan tersebut
terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari Jumat, 11 Desember 2018, pukul
13.30 dengan suasana percakapan yang cukup tegang. Percakapan tersebut
berisikan penjelasan dosen yang enggan untuk memberikan konsultasi karena
mahasiswa tidak membawa hasil tulisan skripsi sebagai bukti proses yang
konkret).
Penyapa (yang menyapa), seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang
berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berasal dari Yogyakarta. Konteks sebuah tuturan, percakapan
tersebut terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari Jumat, 11 Desember 2018,
pukul 13.30 WIB dengan suasana percakapan yang cukup tegang.
Tujuan tuturan, percakapan tersebut berisikan penjelasan dosen yang
enggan untuk memberikan konsultasi karena mahasiswa tidak membawa hasil
tulisan skripsi sebagai bukti proses yang konkret. Tuturan sebagai bentuk
tindakan atau tindak ujar, menjelaskan. Tuturan sebagai tindak verbal, mitra
tutur menjawab “Yaa.. terimakasih Pak. “ karena sudah memahami maksud dari
penutur.
Berdasarkan data yang dicantumkan tersebut, pertuturan dapat
digolongkan dalam fungsi memberikan penegasan dalam sebuah pertuturan,
karena terdapat dialog “Saya gak mau kalau hanya diberi tau terus datang lagi
tanya ini bagaimana, jadi kalau datang kesini bawa produk yaaa. Dengan begitu
anda akan selesai kalo hanya begini anda tidak akan selesai. bingung ya kan..
isinnya hanya bingung... Tetapi bingungnya itu harus dengan produk, silahkan
tuliskan nanti Pak Kun yang mengomentari ya”. Fungsi tersebut terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
penegasan dan terdapat konteks situasi dengan adanya kesamaan pengetahuan
yang terdapat pada penutur dan mitra tutur.
Data tuturan 3
A: Bagian penutup misalnya, ini apa? Ya silahkan uraikan. Langkah-langkah
perhitungannya. Ya sudah silahkan diuraikan sendiri.
B: Iya Pak.
(Konteks Tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.20 dengan suasan pertuturan yang cukup
santai. Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen PBSI berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari NTT. Percakapan berisi mengenai perintah penutur untuk
mitra tutur agar menguraikan pertuturan dengan lebih baik lagi ).
Penyapa (yang menyapa), seorang dosen PBSI berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), mahasiswi PBSI angkatan
2015 yang berasal dari NTT. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi diruang
dosen PBSI USD pada hari Selasa 18 Desember 2018, Pukul 10.20 dengan suasan
pertuturan yang cukup santai.
Tujuan tuturan Percakapan dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen
PBSI berjenis kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan mahasiswi
PBSI angkatan 2015 yang berasal dari NTT. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau
tindak ujar: bertanya. Tuturan sebagai tindak verbal, setelah mendengarkan
penutur yang berbicara karena merasa paham mitra tutur menjawab “ Iya Pak”.
Berdasarkan data tuturan yang dicantumkan, terdapat pula penegasan
yang di tuturkan oleh O1 yang berupa dialog “Bagian penutup misalnya, ini apa?
Ya silahkan uraikan. Langkah-langkah perhitungannya. Ya sudah silahkan
diuraikan sendiri”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
4.2.2.4.3 Fungsi Memberikan Informasi Lanjutan
Fungsi jenis ini, merupakan fungsi yang memberikan informasi
lanjutan dalam sebuah pertuturan yang terjadi antara penutur dengan mitra tutur.
Berikut merupakan data fungsi memberikan informasi lanjutan dalam sebuah
pertuturan, dalam pertuturan antara dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di program studi PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.
Data tuturan 1
A: Dah sana kembali keteman- temanmu kamu bimbing dalam diskusi.
B: Oh iya Pak, terimakasih.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.30 dengan suasana pertuturan yang santai.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen berjenis
kelamin laki-laki yang berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berasal dari Klaten. Percakapan tesebut yakni mengandung
perintah penutur kepada mitra tutur untuk segera kembali ketemannya untuk
segera membimbing diskusi temennya).
Penyapa (yang menyapa): seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang
berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), seorang mahasiswi PBSI
angkatan 2015 berasal dari Klaten. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi
diruang dosen PBSI USD pada hari Selasa, 18 Desember 2018, Pukul 10.30
dengan suasana pertuturan yang santai.
Tujuan tuturan, percakapan tesebut yakni mengandung perintah penutur
kepada mitra tutur untuk segera kembali ketemannya untuk segera membimbing
diskusi temennya. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar, memerintah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Tuturan sebagai tindak verbal, mitra tutur menjawab “ Oh iya pak, terimakasih.”
Karena sudah dirasa mengerti.
Berdasarkan pertuturan yang terdapat di atas, data dapat digolongkan
menjadi fungsi memberikan informasi lanjutan karena dalam pertuturan terdapat
sebuah perintah yang dilakukan O1 kepada O2 dengan tuturan “Dah sana kembali
keteman- temanmu kamu bimbing dalam diskusi”. O1 dalam pertuturan tersebut
memberikan perintah agar pertuturan tersebut tidak berhenti dan di bagikan pada
temannya dalam sebuah diskusi.
Data Tuturan 2
A: Lha ini persektifnya. Ini uraiannya harus panjang.
B: Berarti stalisitika yang tadi itu harus dijabarkan Pak?
A: Lha iyaa, ini itu intinya dek.
B: Iya Pak.
(Konteks tuturan : Percakapan terjadi di ruang dosen PBSI USD pada hari
Senin, 11 Desember 2018, Pukul 2018 dengan susana cukup tegang. Percakapan
dilakukan oleh dua orang yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki yang
berasal dari Yogyakarta dengan seorang mahasiswi angkatan 2015 berasal dari
Karo. Percakapan membahasa mengenai masukan-masukan bagi skripsi
mahasiswi yang masih kurang tepat).
Penyapa (yang menyapa) yakni seorang dosen berjenis kelamin laki-laki
yang berasal dari Yogyakarta. Pesapa (yang disapa), seorang mahasiswi angkatan
2015 berasal dari Karo. Konteks sebuah tuturan, percakapan terjadi di ruang
dosen PBSI USD pada hari Senin, 11 Desember 2018, Pukul 2018 dengan susana
cukup tegang. Membahas mengenai masukan-masukan bagi skripsi mahasiswi
yang masih kurang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Tujuan tuturan, memberikan masukan kepada mitra tutur megenai isi
materi dalam skirpsi. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar,
menjelaskan. Tuturan sebagai tindak verbal, mitra tutur menjawab
dengan”Berarti stalisitika yang tadi itu harus dijabarkan Pak?” dan memahami
pertuturan tersebut
4.3 Pembahasan
Setelah peneliti menganalisis data terkait elemen dan fungsi konteks, baik
konteks sosial, konteks situasi, konteks budaya serta konteks sosietal dalam
pertuturan yang dilakukan oleh dosen pembimbing dengan mahasiswa
bimbingannya di PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
akademik 2018/2019. Data yang telah dianalisis akan dibahas untuk mengentahui
elemen dan fungsi yang terdapat dalam pertuturan tersebut. Dalam subbab
pembahasan ini, peneliti memaknai mengenai elemen dan fungsi apa saja yang
terkandung dalam sebuah konteks, baik konteks sosial, situasi, kultural, maupun
sosietal.
Berdasarkan konteks sosietal yang merujuk pada teori OOEMAUBICARA
yang telah di kemukakan oleh Poedjosoedarmo (1985) dalam Baryadi (2015:24).
Data yang mengandung konteks sosietal, yaitu adanya suatu kedudukan atau
kekeuasaan yang terdapat dalam elemen konteks. Berdasarkan data yang telah
dianalisis, berikut merupakan elemen yang terdapat dalam data (1) O1
(merupakan diri seorang penutur), (2) O2 (Mitra tutur), (3) E (Emosi), emosi
penutur. (4) M (Maksud atau tujuan percakapan), maksud atau tujuan pertuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
(5) A (atau Adanya O3 atau orang ke tiga). (6) U (Urutan bicara), berhubungan
dengan siapa yang harus memulai pembicaraan terlebih dahulu, dan siapa yang
harus berbicara kemudian. (7) B (Bab yang akan dibicarakan), bab yang
dibicarakan dalam sebuah percakapan. (8) I (Intrument atau sarana tutur), (9) C
(Citarasa penutur). (10) A (Adegan tutur), adegan tutur berkaitan erat dengan
tempat, waktu dan peristiwa yang melatarbelakangi suatu pertuturan. (11) R
(Register atau bentuk wacana), (12) A (Aturan) kebahasaan ini berkaitan dengan
norma.
Hasil analisis konteks yang terdapat dalam pertuturan, peneliti menemukan
pola elemen konteks sosietal dalam pertuturan antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa bimbingannya di PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
tahun akademik 2018/2019. Pola elemen dari data yang telah dianalisi oleh
peneliti dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni pola yang mengandung
dua belas elemen, sebelas elemen, dan sepuluh elemen. Pola yang mengandung
dua belas elemen yakni, pola OOEMAUBICARA yang terdapat kelengkapan dari
teori yang telah di kemukakan oleh Poedjosoedarmo (1985). Pola yang
membentuk sebelas elemen yakni, pola OOEMUBICARA tanpa kehadiran
elemen A sebagai adanya orang ketiga dalam pertuturan. Pola yang membentuk
10 elemen yakni, pola OOEMUBICAA tanpa kehadiran elemen A sebagai adanya
orang ketiga dalam pertuturan dan R sebagai register atau bentuk wacana.
Berdasarkan data yang mengandung konteks sosial, pertuturan tersebut
terdapat satu pola elemen konteks sosial yang berada dalam analisis data yakni,
OOEMUBICAA yang merujuk pada pendapat Poedjosoedarmo (1985) dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Baryadi (2015:24). Pola elemen tesebut tersebut terbentuk karena tidak hadirnya
elemen A sebagai adanya O3 dan R atau register sebagai bentuk wacana.
Data yang megandung konteks kultural di dalamnya, peneliti menemukan
hasil analisis pertuturan yang mengandung elemen lengkap. Berdasarkan konteks
kultural yang merujuk pada teori yang telah dikemukakan oleh Hymes (1974)
dalam Baryadi (2015:19) yakni SPEAKING. Berikut merupakan elemen-elemen
SPEAKING yang dikemukakan oleh Hymes, S (Setting and Scene), P
(Participant), E (Ends), A (Act of Squence), K (Key), I (Instrumentalities) , N (
Norms), G (Genres). Merujuk pada data pertuturan tesebut pola elemen konteks
kultural yang terdapat dalam data yakni, SPEAKING. Berdasarkan data yang
telah dianalisis semua elemen turut hadir dan membentuk pola tersebut.
Dalam data yang megandung konteks situasional, yang berjumlah 10 data
tuturan, peneliti menemukan hasil analisis mengandung elemen yang lengkap.
Dalam konteks situasional yang merujuk pada teori yang telah di kemukakan oleh
Leech (1993) dalam Baryadi (2015:31). Berikut merupakan elemen dikemukakan:
a. Penyapa (yang menyapa) dan pesapa (yang disapa)
Penyapa merupakan seseorang atau individu yang melakukan aktivitas sosial
yakni menyapa, sedang pesapa merupakan individu yang menerima sapaan
dari pesapa.
b. Konteks sebuah tuturan
Konteks sebuah tuturan mecangkup aspek lingkungan fisik dan sosial yang
terkait dengan sebuh tuturan.
c. Tujuan tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Tujuan tuturan merupakan hal-hal yang disampaikan oleh penutur maupun
mitra tutur, diantaranya bertanya, meminta, menyuruh, memberitahu dan
sebagainya.
d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar
Tuturan dapat artikan sebagai aktivitas ujar.
e. Tuturan sebagai tindak verbal
Hal yang dimaksud tuturan sebagai tindak verbal yakni tuturan muncul
karena adanya tindakan yang dilakukan secara verbal (oral) dan secara
gramatikal.
Berdasarkan data pertuturan tesebut pola elemen konteks situasi yang terdapat
dalam data yakni, terdapat lima elemen dan lengkap. Semua elemen yang merujuk
pada teori yang telah dikemukakan oleh Leech (1993) dalam Baryadi (2015:31)
baik konteks sebuah tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau
tindak ujar, tuturan sebagai tindak verbal turut hadir dalam data cuplikan
pertuturan dan membentuk pola yang lengkap.
Setelah mengetahui elemen yang terdapat dalam konteks dalam data,
peneliti kemudian menganalisis fungsi yang terdapat dalam pertuturan antara
dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di PBSI FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2018/2019. Fungsi konteks sosietal
yang terdapat dalam data yang telah dianalisis oleh peneliti yaitu, memberikan
informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur,
memberikan penjelasan mengenai informasi yang dimiliki seorang penutur dan
mitra tutur, memberikan informasi tambahan. Fungsi memberikan informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur terdapat 5
data, fungsi memberikan penjelasan mengenai informasi yang dimiliki seorang
penutur dan mitra tutur terdapat 4 data, sedangkan fungsi memberikan informasi
tambahan terdapat 1 data.
Fungsi konteks sosial yang terdapat dalam data cuplikan pertuturan
tersebut, yaitu memberikan informasi sebab terjadinya tuturan, dan memberikan
informasi tambahan. Fungsi memberikan informasi sebab terjadinya tuturan
terdapat 9 data, sedangkan fungsi memberikan informasi tambahan terdapat 1
data.
Fungsi konteks kultural yang terdapat dalam data yang telah dianalisis
yaitu, memberi informasi atau keterangan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta
tutur, memberikan informasi tambahan, memberikan keterangan atau informasi
mengenai awalmula terjadinya pertuturan dan pengetahuan peserta tutur,
memberikan keterangan yang bersifat teratur pada sebuah tuturan, memberikan
keterangan atau informasi sebab tuturan yang terjadi atau sebelum peristiwa tutur
terjadi. Fungsi memberi informasi atau keterangan pengetahuan yang dimiliki
oleh peserta tutur terdapat 2 data, memberikan informasi tambahan terdapat 3
data, memberikan keterangan atau informasi mengenai awalmula terjadinya
pertuturan dan pengetahuan peserta tutur terdapat 2 data, memberikan keterangan
yang bersifat teratur pada sebuah tuturan terdapat 1 data. Fungsi yang terakhir
memberikan keterangan atau informasi sebab tuturan yang terjadi atau sebelum
peristiwa tutur terjadi terdapat 2 data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Fungsi konteks situasi dalam data terebut yaitu, fungsi memberikan
penjelasan secara terperinci dalam sebuah pertuturan, memberikan informasi
lanjutan, memberikan penegasan dalam sebuah pertuturan agar mitra tutur
memahami apa yang dikemukakan oleh penutur. Fungsi memberikan penjelasan
secara terperinci dalam sebuah pertuturan terdapat 4 data, fungsi memberikan
penegasan dalam sebuah pertuturan agar mitra tutur memahami apa yang
dikemukakan oleh penutur terdapat 4 data. Terakhir fungsi memberi informasi
lanjutan terdapat 2 data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
BAB V
PENUTUP
Dalam bab V (lima) ini, akan dijabarkan mengenai dua sub bab. Sub bab yang
pertama yakni berisikan mengenai kesimpulan, dan yang kedua merupakan saran.
Kesimpulan yang diuraikan dalam penelitian ini yakni, berisi mengenai
rangkuman atau ringkasan hasil keseluruhan dari penelitian ini. Dalam sub bab
saran akan di sajikan berbagai hal, yang sekiranya perlu di cermati pada penelitian
berikutnya.
5.1 Simpulan
Penelitian ini berisikan uraian mengenai elemen dan fungsi konteks yang
terdapat dalam pertuturan yang dilakukan oleh dosen pembimbing dengan
mahasiswa bimbingannya di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik
2018/2019. Elemen dan fungsi kontek yang terdapat dalam pertuturan antara
dosen pembimbing dan mahasiswa bimbingannya dipaparkan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis yang telah di uraikan dalam bab IV, peneliti
menemukan bahwa elemen konteks yang terdapat dalam pertuturan antara dosen
pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya di program studi pendidikan
bahasa dan sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma Tahun akademik
2018/2019 memiliki empat konteks dengan elemen konteks yang berbeda pula.
Elemen kontek di uraikan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Dalam konteks sosietal dan konteks sosial pertuturan mengandung elemen
(O1) orang ke satu (penutur), (O2) orang ke dua (mitra tutur), (E) emosi, (M)
aksud dan tujuan percakapan, (A) adanya orang ketiga , (U) rutan tutur, (B) bab
yang dibicarakan, (I) intrumen tutur, (C) cita rasa, (A) adegan tutur, (R) register
atau bentuk wacana, (A) aturan atau norma. Namun, ada dua elemen yang jarang
atau tidak tutur hadir dalalm sebuah pembicaraan yakni (A) adanya orang ketiga,
dan (R) register Apabila dalam hasil analisis data terdapat elemen yang tidak
konsisten hadir dalam sebuah tuturan, berarti dapat simpulkan adanya
ketidaksesuaian atau ketidak cocokan antara teori yang telah di kemukakan oleh
Poedjosoerdarmo dengan hasil analisis data yang telah dilakukan.
Dalam konteks kultural pertuturan mengandung elemen yakni (S) setting
atau latar pembicaraan, (P) participant atau peserta tutur, (E) ends atau tujuan
dalam pertuturan tersebut, (A) act squences yakni sebagai bentuk dan isi tuturan,
(K) key atau cara penyampaian dalam tuturan, (I) instrument atau sarana tutur
yang digunakan, (N) norms atau norma yang terdapat dalam pertuturan dan (G)
genres atau ragam. Berdasarkan hasil analisis data tuturan ditemukan semua
elemen dengan tidak ada satupun yang tidak turut hadir, oleh karena itu dapat
disimpulkan terdapat kecocokan atau kesamaan dengan teori yang telah
dikemukakan oleh Dell Hymes.
Dalam konteks situasional pertuturan mengandung elemen yakni penyapa
dan pesapa, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai tindak verbal.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terdapat kecocokan data dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
teori yang telah dikemukakan oleh Leech, karena semua elemen hadir dalam
pertuturan yang telah dianalisis peneliti
Berdasarkan hasil analisis pada bab IV, peneliti menemukan beberapa
fungsi pertuturan yang terdapat dalam konteks baik konteks sosietal, konteks
sosial, konteks kultural dan konteks situasi dalam pertuturan antara dosen
pembimbing dan mahasiswa bimbingannya di program studi pendidikan bahasa
dan sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sanata Dharma tahun akademik
2018/2019 sebagai berikut. Fungsi yang diperankan oleh konteks sosietal yakni,
(1) memberikan informasi mengenai tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh penutur
dan mitra tutur. (2) Memberikan penjelasan mengenai informasi yang dimiliki
seorang penutur dan mitra tutur. (3) Memberikan informasi tambahan.
Fungsi yang diperankan oleh konteks sosial yakni, (1) memberikan
informasi sebab terjadinya tuturan. (2) Memberikan informasi tambahan.
Fungsi yang diperankan oleh konteks kultural yakni, (1) Memberi
informasi atau keterangan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta tutur. (2)
Memberikan keterangan atau informasi mengenai awalmula terjadinya pertuturan
dan pengetahuan peserta tutur. (3) Memberikan keterangan yang bersifat teratur
pada sebuah tuturan. (4) Memberikan keterangan atau informasi sebab tuturan
yang terjadi atau sebelum peristiwa tutur terjadi. (5) Memberi informasi tambahan
mengenai peserta tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan
beberapa saran. Berikut merupakan beberapa saran yang diberikan oleh peneliti :
1. Dalam penelitian ini peneliti hanya menemukan beberapa fungsi di setiap
konteknya. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan fungsi
konteks yang lebih memadahi baik pada konteks sosietal, konteks sosial,
konteks kultural, konteks situtasi.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada mahasiswa,
dosen dan khalayak umum guna secara nyata memperhatikan dan
menggunakan elemen dan fungsi konteks yang terdapat dalam konteks
sosietal, kontek sosial, konteks kultural, dan konteks situasi dalam proses
komunikasi, sehingga dapat menunjang proses komunikasi yang lebih baik.
3. Penelitian ini merupakan penelitia mengenai elemen dan fungsi konteks, yang
data tuturanya berupa pertuturan antara mahasiswa dengan dosen di prodi
PBSI FKIP Universitas Sanata Dharma. Peneliti berharap ada penelitian
lanjutan dengan subjek penelitian yang lebih beragam seperti dirumah bordil
atau tempat pelacuran, panti jompo, panti asuhan dan sebagainya guna
memperkaya wawasan dan semakin mempertajam ilmu mengenai fungsi dan
elemen konteks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Ridwan dkk., (2015). Wacana Bahasa Indonesia “Konteks Wacana”.
Baryadi, Praptomo. 2015. Teori-teori Linguistik Pascastruktural. Yogyakarta: PT
Kanisius.
Brown, Gillian dan Yule , George. 1983. Analisis Wacana. 1996. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse: A resource book for student.
London and New York: Routledge.
Halliday, M.A.K Ruqaiya hasan. 1994. Bahasa Konteks dan Teks: Aspek-aspek
Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. (Terjemahan Asruddin
Barori. Tou). Yogyakarta: UGM Press.
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. England: Pearson Education
Limited.
Mahsun. 2005.Metode Penelitian Bahasa. PT Grafindo Persada.
Mey, Jacob L.1993. Pragmatics An Introduction.London.Blackwell
Mulyana, M.Hum.2005. Kajian Wacana.Yogyakarta. Tiara Wacana.
Nadar, FX. 20019. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Putrayasa, Ida Bagus. 2015. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak
Kurikulum 1984. Yogyakarta: PT Kanisius.
______________________. 1994. PELLBA 7: Pertemuan Linguistik Lembaga
Bahasa Atmajaya: Ketujuh. Yogyakarta: Kanisius.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Imu Pragmatik. Malang: Dioma.
______________.2005.Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
_______________dkk. 2016. Pramatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.
Jakarta: Erlangga.
Rahayu, Geovani Futut Puji. 2017. Maksud Tuturan Imperatif Pada Tuturan Guru.
Sudaryanto. 2005. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta:Sanata
Dharma University Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif,
Kulalitatif dan R&D.Bandung. Alfabeth.
Supardi, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia dalam Konteks. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pngembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Jakarta 1988.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Verschueren, Jef. 1998. Understanding Pragmatics. New York: Oxford
University Press Inc.
Yin, Robert K. 2014. Case Study Research Design and Method. Thausand
Oaks,CA: Sage.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
DATA PENELITIAN
KAJIAN PRAGMATIK KONTEKS EKSTRALINGUISTIK
DALAM PERTUTURAN DOSEN PEMBIMBING DENGAN MAHASISWA BIMBINGANNYA: STUDI KASUS
Oleh : Oktaviano Aditya Murti (151224050)
Pembimbing: Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.,
Pentunjuk triangguliasi:
1. Triangguliasi memberikan tanda centang (V) pada kolom ya/tidak untuk menggambarkan penilaian anda.
2. Berilah catatan pada kolom komentar untuk membantu kebeneran dari hasil analisis.
Keterangan dalam Pengkodean:
Ma : Mahasiswa 1
Ma2: Mahasiswa 2
Do : Dosen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
No Data Elemen Fungsi Konteks
sosial
Konteks
sosietal
Konteks
situasi
Konteks
kultural
Trianggulasi Komentar
Tuturan Konteks Setuju Tidak
setuju
1. Ma : Selamat
siang Bu, saya
mau konsultasi
mengenai judul
skripsi saya.
Do : Jangan
sekarang, saya
mau
mengerjakan
laporan
keuangan dulu.
Ma : oh iya
Bu.
Percakapan terjadi
dilorong kampus,
lebih tepatnya di
depan ruang rapat
dosen PBSI antara
dosen pembimbing
dengan mahasiswa
bimbingannya di
Univesitas Sanata
Dharma
Yogyakarta.
Percakapan
tersebut antara dua
orang partisipan
yang terdiri dari
dosen yang berasal
dari Sleman, D.I.
Yogyakarta
sedangkan
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
S (Setting) :
di lorong
kampus
depan ruang
rapat dosen.
P
(Participant)
: ada dua
orang
partisipan
yakni Dosen
PBSI berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari Sleman,
D.I.
Yogyakarta
dan
mahasiswa
PBSI
Menerangkan
tujuan
pertuturan
yang
dilakukan oleh
partisipan.
Keterangan : memberikan
informasi
tambahan
berupa
kekuasan dari
mitra tutur
kepada
penutur.
Terdapat
adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiswa
Adanya
kekuasaan
yang
ditunjukan
oleh dosen
terhadap
mahasiswa
dengan
melakukan
penolakan.
Situasi
terjadi saat
mahasiwa
untuk
melakukan
konsultasi
judul skripsi.
Ucapan
selamat
siang bu,
sebagai
pembuka
obrolan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Lombok, NTB.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Selasa, 4
Desember 2018,
pukul l3.20 .
Percakapan
tersebut terjadi
dengan suasana
yang santai tetapi
formal.
angkatan
2015 berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Lombok,
NTB.
E ( ends) :
Tujuan
percakapan
yakni
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 hendak
berkonsultasi
mengenai
judul skripsi
yang akan
ditelitinya.
A (act
squence) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan karena
berbicara
dengan
dosen.
K ( key) :
penutur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mitra tutur
terlihat santai
dalam
bertutur.
I
(Instrumental
ities) : dalam
percakapan
penutur dan
mitra tutur
bercakap
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur
menuruti
perkataan
dari mitra
tutur yang
tidak bisa
memberikan
waktu untuk
berkonsultasi
pada waktu
itu.
G ( Genres) :
berbentuk
dialog dengan
ragam santai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tetapi formal.
2. Do : Ini
modulnya
modul apa?
Moso (masa)
modul
kemampuan?
Coba dirubah.
Ma: Ini modul
menulis, berati
kurang pas ya
pak?
Do: Lha iya
salah, berarti.
Mungkin
modul
pembelajaran
menulis kreatif
ya to?
Ma: Iya pak.
Do: Berarti
udah mgerti
salahnya to?
(sambil
menunjuk
proposal)
Percakapan terjadi
di ruangan dosen
program studi
PBSI FKIP
Universitas Sanata
Dharma antara
dosen dengan
mahasiswa
bimbingannya saat
sedang
berkonsultasi.
Pertuturan yang
tersebut dilakukan
dosen yang
bersuku Jawa serta
berasal dari D.I.
Yogyakarta
berjenis kelamin
laki-laki serta
memiliki gelar
Doktor pada
bidangnya dan
mahsiswa PBSI
angkatan 2015
bersuku Jawa
berasal dari Klaten
berjenis kelamin
S (Setting) :
percakapan
terjadi di
ruangan
dosen PBSI
FKIP
Universitas
Sanata
Dharma
Yogyakarta.
P
(Participant)
: dua orang
antara dosen
PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki dengan
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan.
E ( ends) :
Menerangkan
tujuan
percakapan
yang terjadi.
Keterangan: percakapan
antara penutur
dan mitra tutur
serta
menunjukan
informasi
tambahan
berupa
kekuasan dari
penutur
kepada mitra
tutur.
Adanya
interaksi yang
dilakukan
secara verbal
oleh dosen
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Adanya
kekuasaan
karena dosen
dapat
memutuskan
mana yang
benar dan
yang salah “
Ma: Ini
modul
menulis,
berati
kurang pas
ya pak?
Do: Lha iya
salah,
berarti”.
Situasi
pertturan
dilakukan
dengan
suasana
yang cukup
tegang
dengan
tuturan
secara
verbal.
budaya yang
ada dalam
pertuturan
tersebut
berwujud
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
dengan kata
” Moso”
yang
mendakan
dosen
merupakan
suku Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
M: Oya pak. perempuan.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.30.
Percakapan yang
terjadi terlihat
dengan suasana
semi formal.
percakapan
yang terjadi
memiliki
tujuan
berkonsultasi
mengenai
skripsi hasil
tulisannya.
A (act
squence) :
mitra tutur
(mahasiswa)
menggunakan
bahasa yang
sopan karena
sedang
bertutur
dengan dosen
atau yang
dihormati.
K ( key) :
penutur
terlihat santai
namun mitra
tutur terlihat
gugup.
I
(Instrumental
ities) : dalam
percakapan
yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
penutur dan
mitra tutur
menggunakan
percakapan
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur
bersikap
memerintah
karena
memiliki
kuasa dan
mitra tutur
menurutinya.
G ( Genres)
: berbentuk
dialog dengan
ragam semi
formal.
3. Do: Untuk
semuanya ini,
yang saya
tandai,
silahkan
parafrasekan
sendiri.
Parafrase
dengan bahasa
sendiri. Jangan
Percakapan terjadi
di ruangan dosen
program studi
PBSI FKIP
Universitas Sanata
Dharma antara
dosen dengan
mahasiswa
bimbingannya saat
sedang
S (Setting) :
percakapan
terjadi di
ruangan
dosen PBSI
FKIP
Universitas
Sanata
Dharma
Menerangkan
tujuan
percakapan
yang terjadi .
Keterangan: menunjukan
informasi
tambahan
berupa
Terdapat
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
terdapat
keuasaan
yang
dimiliki oleh
dosen
terdapat
mahasisiwan
ya dengan
dengan
memberikan
situasi dalam
pertuturan
tergolong
tegang dan
dilakukan
dengan
bahasa
verbal.
saat dosen
berbicara
mahasiwa
berkata “iya
pak” dan
menunduk
yang
mencermink
an budaya,
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
cuma mengutip
tapi
memecahkan
dengan
bahasamu
sendiri !
Ma : Iya pak.
Do: Darimana
diambil?
Ma: Dari buku,
dari itu lho
pak.. emhhh
karya ilmiah
dri UPY.
Do: Kalau
pakai karya
ilmiah, anda
harus
menyebutkan
sumber yang
jelas.
Do: Kalau
sebuah sub bab
tidak
mencantumkan
sumbernya
berarti itu
omong kosong.
Padahal ini
kutipan dari
yang lain, tidak
berkonsultasi.
Pertuturan yang
tersebut dilakukan
dosen yang
bersuku Jawa serta
berasal dari D.I.
Yogyakarta
berjenis kelamin
laki-laki serta
memiliki gelar
Doktor pada
bidangnya dan
mahsiswa PBSI
angkatan 2015
bersuku Jawa
berasal dari Klaten
berjenis kelamin
perempuan.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.30.
Percakapan yang
terjadi terlihat
dengan suasana
semi formal.
Yogyakarta.
P
(Participant)
: dua orang
antara dosen
PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki dengan
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan.
E ( ends) :
percakapan
yang terjadi
memiliki
tujuan
berkonsultasi
mengenai
skripsi hasil
tulisan
mahasiswa
A (act
squence) :
mitra tutur
(mahasiswa)
menggunakan
bahasa yang
kekuasan dari
penutur
kepada mitra
tutur.
perintah menghormat
i yang lebih
tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tau asalnya.
tidak bisa
seperti ini.
Ma; Iya pak
(sambil
menunduk).
sopan karena
sedang
bertutur
dengan dosen
atau yang
dihormati.
K ( key) :
penutur
terlihat santai
namun mitra
tutur terlihat
gugup.
I
(Instrumental
ities) : dalam
percakapan
yang terjadi
penutur dan
mitra tutur
menggunakan
percakapan
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur
bersikap
memerintah
karena
memiliki
kuasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mitra tutur
menurutinya.
G ( Genres)
: berbentuk
dialog dengan
ragam semi
formal.
4. Ma: Permisi.
Do: Punya
kmu yang
mana?
Ma: Yang
penelitian buku
ajar digital.
Do : Oke, yang
ini bukan?
Ma :Bukan
bukan
Do: Lha
jenengmu
sopo?
(namamu siapa
?)
Do: Yang
mana?
Ma: Oh yang
ini pak.
D: Hemmmm,
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni dosen
prodi PBSI
bergelar doktor
yang berasal dari
D.I. Yogyakarta,
berjenis kelamin
laki-laki dan
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
Sumba, NTT,
berjenis kelamin
perempuan
percakapan
tersebut dilakukan
di ruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma.
Percakapan
dilakukan dengan
tujuan
berkonsultasi
S (Setting) :
percakapan
terjadi di
ruang dosen
prodi PBSI
Univesitas
Sanata
Dharma.
P
(Participant)
: percakapan
antara
mahasiswa
angkatan
2015 prodi
PBSI berjenis
kelamin
perempuan
dengan dosen
prodi PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki.
Memberikan
fungsi
penegasan.
Terdapat
adanya
interaksi yang
dilakukan
dosen dengan
mahasiwa.
Kekuasaan
yang
terdapat
dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
pada dosen
bertanya
dengan nada
sedikit tinggi
terhadap
mahasiwa.
Situasi yang
terdapat
yakni,
pertuturan
dilakukan
dengan
bahasa
verbal di
ruang dosen
dengan
suasana
santai.
budaya yang
terdapat
yakni
terdapat
pada salam
pembuka
yang
dilakukan
mahasiswa
dan kata dari
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
dengan kata
“ : Lha
jenengmu
sopo?” yang
menandakan
kultur Jawa
yang
dimiliki oleh
dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
nanti diubah
aja ya
judulnya.
menjadi
menulis kreatif
jurusan
sastranya tidak
usah masuk ,
jadi menulis
kreatif dengan
mengangkat
cerita rakyat
tradisional dari
daerah Sumba.
Ma: Iya pak.
(sambil
mengangguk)
perihal skripsi.
Percakapan
tersebut terjadi
pada Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 09.45.
Percakapan yang
terjadi terlihat
dengan suasana
semi formal.
E ( ends) :
tujuan
percakapan
tersebut yakni
berkonsultasi
mengenai
skripsi yang
ditulis
mahasiswa
dan
menegaskan
beberapa ha.
A (act
squence) :
penutur(maha
siswa)
menggunakan
bahasa yang
sopan karena
sedang
bertutur
dengan dosen
atau yang
dihormati
K ( key) :
penutur
terlihat gugup
sedangkan
mitra tutur
terlihat
santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
I
(Instrumental
ities) Dalam
percakapan
yang terjadi
penutur dan
mitra tutur
menggunakan
percakapan
secara
langsung dan
lisan. N
(Norms) :
Penutur
bertutur
secara sopan
dan tidak
memotong
pembiacaraan
dati mitra
tutur yang
lebih tua.
G ( Genres) :
Berbentuk
dialog dengan
ragam semi
formal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
5. Ma: Ini sudah
boleh mulai
penelitian ya
Pak?
Do : Lha ya
boleh.
Ma: Oh ya
Pak, ini
judulnya sudah
fix seperti itu
Pak?
Do: Ya sudah
gitu saja, nanti
dibenahi kalau
sudah
penulisan
laporanmu
sudah seberapa
jauh.
Ma: Emhh
kalau,
pengembangan
itu ada
trianggulasinya
enggak ya
Pak?
Do: Ada.
Ma: Oh tetap
ada?
Ma: Ini kan
Percakapan terjadi
di ruang dosen
prodi PBSI
Univeritas Sanata
Dhara Yogyakarta
antara mahasiswa
PBSI angkatan
2015 yang berasal
dari Sleman, D.I.
Yogyakarta
berjenis kelamin
perempuan dan
Dosen prodi PBSI
yang berasal dari
D.I.Yogyakarta
berjenis kelamin
laku-laki.
Percakapan
tersebut memiliki
tujuan
berkonsultasi
mengenai skripsi
yang telah ditulis
oleh mahasiswa.
Percakapan
tersebut terjadi
pada Senin tanggal
10 Desember 2018,
Pukul 09.30.
suasan yang terjadi
pada percakapan
tersebut tergolong
S (Setting) :
percakapan
terjadi di
ruang dosen
PBSI
Universitas
Sanata
Dharma.
P
(Participant)
: pertuturan
tersebut
dilakukan
oleh
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berasal
dari Sleman,
D.I
Yogyakarta
yang berjenis
kelamin
perempuan
serta dosen
prodi PBSI
USD berasal
bersuku Jawa
yang berjenis
kelamin laki-
laki.
E ( ends) :
Memberikan
informasi
lanjutan.
interaksi
terjadi antara
dosen
pembimbing
dengan
mahasiwa
bimbingan
miliknya.
kekuasaan
terdapat
pada dosen
yang dapat
memutuskan
mana yang
benar dan
salah dan
memberikan
perintah
pada
mahasiwa.
tuturan
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
tuturan
secara verbal
serta
bersuasana
santai.
budaya yang
terdapat
dalam
pertuturan
tersebut
yakni
bertutur kata
secara sopan
dan halus
tanpa
menggunaka
n kata kata
yang kasar
dan bernada
tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
empat
ketrampilan
berbahasa
fokusnya di
membaca po
kemarin? Atau
pada lingkup
empat
keterampilan
berbahasa?
Do: Lha kamu
disini mau
membatasi
apa?
Ma: Kalau
membaca saja
apakah bisa?
Do: Ya boleh
saja.
cukup santai. tujuan dari
percakapan
tersebut yakni
mahasiswa
berkonsultasi
mengenai
skripsi yang
telah ia tulis.
A (act
squence) :
penutur(maha
siswa)
menggunakan
bahasa yang
sopan karena
sedang
bertutur
dengan dosen
atau yang
dihormati
K ( key) :
penutur dan
mitra tutur
terlihat
santai.
I
(Instrumental
ities) : Dalam
percakapan
yang terjadi
penutur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mitra tutur
menggunakan
percakapan
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
Penutur
bertutur
secara sopan
dan tidak
memotong
pembiacaraan
dati mitra
tutur yang
lebih tua serta
dihormati
G ( Genres) :
Berbentuk
dialog dengan
ragam
suasana
santai.
6. Ma: Permisi
Pak.
Do: Ya ini
punyamu cara
mengusahakan
nya
bagaimana?
Percakapan terjadi
antara seorang
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari
Balikpapan dengan
S (Setting) :
percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI
Universitas
Sanata
Memberikan
informasi
tambahan
berupa
penegasan.
terdapat
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa
bimbingannya.
kekuasaan
yang
terdapat
dalam
pertuturan
tersebut
yakni, dosen
memberikan
Situasi
dalam
pertuturan
tersebut
dilakukan
dengan
bahasa
verbal dan
budaya yang
terdapat
dalam
pertuturn
tersebut
yakni, pada
salalm
pembuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(sambil
melihat
proposal
skripsi).
Ma: Kamu
hampir setiap
hari kan
berkomunikasi
mungkin bisa
lewat personal
chat atau
melalui group
kelas seperti
itu.
Do : Oh ya ya.
Jadi
komunikasi
lewat WA
(whatsapp)ya
to? Kamu
lakukan secara
group atau
secara
individual?
Tetapi yang
terpenting,
supaya kamu
bisa menjaring
data sebanyak
mungkin,
ketika ke
group kamu
lemparkan
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
D.I. Yogyakarta.
Percakapan
tersebut terjadi
diruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta.
Tujuan dari
percakapan
tersebut yakni
berkonsultasi
mengenai skripsi
mahasiswa yang
terkendala dalam
pengambilan data.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Kamis, 6
Desember 2018,
Pukul 09.20.
suasana yang
terjadi pada
percakapan
tersebut cukup
santai.
Dharma.
P
(Participant)
: percakapan
terjadi antara
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari balik
papan dengan
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
D.I.
Yogyakarta.
E ( ends) :
Tujuan dari
percakapan
tersebut yakni
berkonsultasi
mengenai
skripsi
mahasiswa
yang
terkendala
masukan
kepada
mahasiwa
mengenai
skirpsinya.
suasana
yang santai.
yang
dilakukan
oleh
mahasiswa
dan
pertuturan
sopan yang
dilakukan
oleh dosen
dan
mahasiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
persoalan,
tetapi
persoalan-
persoalan yang
dilemparkan
itu yang kira-
kira bisa
memancing
data.
Ma : Oh ya
Pak
dalam
pengambilan
data.
A (act
squence) :
percakapan
berjalan baik,
penutur
bertutur
secara sopan
karena
menghormati
mitra tutur.
K ( key) :
penutur dan
mitra tutur
terlihat
santai. I
(Instrumental
ities) :
penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur tidak
mencela
ataupun
membantah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pertuturan
yang
dilakukan
oleh mitra
tutur serta
bertutur
secara sopan.
G ( Genres) :
Berbentuk
dialog dengan
ragam semi
formal.
7. Ma: Itu
rumusan
masalahnya
ada 2 gapapa
ya pak?
Do: Iya gitu
saja sudah
apek kok
punyamu
(bagus kok
punyamu).
Ma: Iya Pak.
Do: Nanti
tujuannya
disesuaikan.
Sosiolinguistik
fariasi bahasa,
bahasa
Percakapan terjadi
antara seorang
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari
Balikpapan dengan
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
D.I. Yogyakarta.
Percakapan
tersebut terjadi
diruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
Yogyakarta.
S (Setting) :
percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI
Universitas
Sanata
Dharma.
P
(Participant)
: percakapan
terjadi antara
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
Memberikan
informasi
tambahan
berupa
penegasan.
terdapat
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
terdapat
power/
kekuasaan
yang
dimiliki oleh
dpsen
terhadap
mahasiswa,
karena dosen
dapat
menentukan
yang bagus
dan tidak,
serta
memberikan
masukan
pada skripsi
mahasiswa.
pertuturan
tersebut
tergolong
dalam
suasana
santai daan
menggunaka
n pertuturan
verbal.
dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
dengan
contoh “ Iya
gitu saja
sudah apek
kok
punyamu “
sebagai
tanda ciri
dosen
tersebut
merupakan
seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
program, ini
coba
divinisinya
jangan hanya
mengandalkan
kamus, tetapi
baca bukunya
Chaedar
Alwasilah
tentang
sosiolinguistik
itu, judulnya
sosiologi
bahasa. Ya gek
teruske (ya
buruan
dilanjutkan).
Ma: Iya
terimakasih
Pak.
Do: Itu
kerjakan
sampe bab 3
nanti
konsultasi lagi
.
Ma: Oh iya
baik Pak.
Tujuan percakapan
yang dilakukan
oleh pertisipan
yakni berkonsultasi
mengenai skripsi
yang mahasiswa
tulis dan
mengalami
kebingunan
mengenai sumber-
sumber refrensi
yang dipakainya.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Kamis, 6
Desember 2018,
Pukul 09.20.
suasana yang
terjadi pada
percakapan
tersebut cukup
santai.
dari balik
papan dengan
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
D.I.
Yogyakarta.
E ( ends) :
Tujuan dari
percakapan
tersebut yakni
berkonsultasi
mengenai
skripsi
mahasiswa
yang
terkendala
dalam
sumber-
sumber
refrensi yang
dipakai
dalaml
skripsinya.
A (act
squence) :
percakapan
berjalan baik,
penutur
bersuku
Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bertutur
secara sopan
karena
menghormati
mitra tutur.
K ( key) :
penutur dan
mitra tutur
terlihat
santai.
I
(Instrumental
ities) :
penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur tidak
mencela
ataupun
membantah
pertuturan
yang
dilakukan
oleh mitra
tutur serta
bertutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
secara sopan.
G ( Genres) :
Berbentuk
dialog dengan
ragam semi
formal.
8. Ma: Permisi
Pak.
Do: Kalian
mau ngapain
kesini?
Ma: Mau tanya
mengaenai
skripsi Pak.
Do: Ya udah
mana serahkan
dulu, sudah
dibuat to?
Ma 1: Iya
sudah pak.
Do: Kalau
konsultasi
berikan dulu
itu, kalau
sekarang
diberikan ke
saya. Kalau
datang kesini
hanya
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
antara dua orang
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari D.I.
Yogyakarta dan
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
D.I.Yogyakarta
pula.
Tujuan percakapan
yang dilkukan
pertisipan yakni
berkonsultasi dan
memberikan
masukan mengenai
skripsi yang dibuat
atau ditulis oleh
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
ruangan
dosen PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
pada Selasa
11 Desember
2018, Pukul
13.30.
P
(Participant)
: Percakapan
terjadi antara
tiga orang
dua
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
dan seorang
Memberikan
informasi
tambahan
berupa
penegasan.
terdapat
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiswa
bimbingannya
terdapat
kekuasaan
atau power
yang
dimiliki oleh
dosen
pembimbing
terhadap
mahasiwa
dengan cara
memberi
perintah.
situasi
tersebut
terdapat di
ruang dosen
PBSI,
dengan
suasana
yang cukup
santai dan
menggunaka
n bahasa
verbal.
budaya yang
terdapat
dalam
pertuturan
tersebut
yakni
mengucapka
n salam
sebelum
mengutaarak
an
pembicaraan
dan terdapat
bahasa
daerah yang
diucapkan
oleh dosen
dengan
contoh “
ngopo” yang
menandakan
terdapat
kultur Jawa
pada dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
konsultasi
ngopo?
(ngapain). Jadi,
kan saya
pernah
menjelaskan
kamu segera
selesaikan bab
1 2 3
memindah dari
proposal,
dilengkapi dan
sebagainya.
Lha yang itu
diserahkan
dulu
Ma2: Lha ini
kan kami dari
kemarin juga
sedang proses
untuk
menyepurnaka
n itu kan pak,
nah dalam
proses kami
menyempurnak
an itu ada
beberapa ada
kendala..
Do: Lha itu
nanti kalau
kalian sudah
membuat
mahasiswa.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Selasa 11
Desember 2018,
Pukul 13.30
dengan suasana
yang cukup santai.
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
E ( ends) :
Tujuan dari
percakapan
tersebut yakni
penutur
bertanya
kepada mita
tutur untuk
memberikan
pencerahan
kepadanya
agar
mengurangi
kebingungan.
A (act
squence) :
penutur
mernggunaka
n bahasa
yang sopan
dan tidak
berkata kasar
pada mitra
tutur.
K ( key) :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
produk dulu,
sebelum anda
membuat
kemajuan saya
gak mau.
penutur
terlihat gugup
sedangkan
mitra tutur
terlihat
santai.
I
(Instrumental
ities) :
penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur tidak
mencela
ataupun
membantah
pertuturan
yang
dilakukan
oleh mitra
tutur serta
bertutur
secara sopan
G ( Genres)
: percakapan
berbentuk
dialog dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
saling
bersahutan
baik O1, O2,
dan O3
sedangkan
suasana
dalam
percakapan
tersebut
terlihat cukup
santai.
9. Ma: Saya
kemarin baru
terpikir sama
program yang
kemarin saya
pakai. Yang
nanti saya
gunakan untuk
modul, lha kan
modul itu kan
nanti saya
menjelaskan
sedikit.
Do: Ada
program? Ya
nanti kamu
jelaskan.
Program
penulisan
kreatif ini
bagaimana...
Percakapan tejadi
antara dua
partisipan yakni
satu orang
mahasiswa
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan berasal
dari NTT namun
berdomisili di
Yogyakarta dan
seorang dosen
PBSI yang berjenis
kelamin laki-laki
serta berasal dari
Yogyakarta di
ruangan dosen
PBSI USD.
Percakapan
memiliki tujuan
penutur ingin
S (Setting) :
percakapan
terjadi di
ruang dosen
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, pukul
10.20 dengan
suasana yang
cukup santai.
P
(Participant)
: Percakapan
tejadi antara
dua partisipan
yakni satu
orang
mahasiswa
angkatan
Memberikan
informasi
secara lebih
jelas dan
terperinci serta
memberikan
penegasan.
terdapat
interaksi
antara dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
dalam
pertuturan
tersebut
melekat
kekuasaan
pada diri
dosen karena
faktor
profesi
terhadap
mahasiwa.
Kekuasaan
tersebut
ditandai
dengan
dosen yang
memiliki
kekuasaan
lebih besar
dapat
memerintah
pertuturan
tersebut
menggunaka
n tuturan
verbal dan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
cukup santai.
pertuturan
tersebut
terjadi
dengan
sopan dan
tidak ada
kata-kata
yang kasar
yg dilakukan
oleh dosen
dan
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Ini diuraikan...
Bukan
pengertian 1 2
3 4 5 itu,
bukan.. tapi
uraikan. Ini
baiknya ada
krakakteristik
modulnya
untuk apa
maksudnya
dan
sebagainya..
Fungsi modul
ini masih
kutipan semua,
tidak boleh ,
kutipan aja
tidak boleh.
tapi diuraikan
ini menurut
pandangan
siapa... nanti
diulas lagi. Ya
begitu ya
model
uraiannya..
Sudah cukup
gitu ya nanti
tinggal diuat
kesimpulan. Ini
lama-lama tapi
kan bagus,,
rencananya
berkonsultasi
mengenai skripsi
yang telah ia
kerjakan pada
mitra tutur.
Percakpan tersebut
terjadi pada hari
Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.20
dengan suasana
pertuturan yang
cukup santai.
2015 berjenis
kelamin
perempuan
berasal dari
NTT namun
berdomisili di
Yogyakarta
dan seorang
dosen PBSI
yang berjenis
kelamin laki-
laki serta
berasal dari
Yogyakarta
E ( ends) :
percakapan
tersebut
memiliki
tujuan
penutur ingin
berkonsultasi
mengenai
skripsi yang
telah ia
kerjakan pada
mitra tutur.
A (act
squence) :
penutur
mernggunaka
n bahasa
yang sopan
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tapi bagus, ini
bagian inti mau
seperti apa tapi
harus diuraikan
dulu, nanti klo
belom
diuraikan. Ya
bisa salah
semua.
Ma : Iya Pak.
dan tidak
berkata kasar
pada mitra
tutur.
K ( key) :
penutur
terlihat gugup
sedangkan
mitra tutur
terlihat
santai.
I
(Instrumental
ities) :
penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur tidak
menyela
ataupun
membantah
pertuturan
yang
dilakukan
oleh mitra
tutur serta
bertutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
secara sopan.
G ( Genres) :
percakapan
berbentuk
dialog, dan
terlihat
memiliki
suasana yang
cukup santai.
10. Do: Ini apa?
proposal? Kan
saya belum
baca. Ya sudah
ini saya terima,
tapi ini sudah
kelihatan yang
salah ini. Ini
nomer, nomer
perincian atau
subab?
Ma: Nomer
perincian.
Do: Kalau
nomer
perincian pakai
nomer subab
atau abc?
Ma: Kemarin
waktu
seminar....
Percakapan terjadi
di ruang dosen
prodi PBSI
Universitas Sanata
Dharma.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua partisipan
yakni antara dosen
prodi PBSI
berjenis kelamin
lak-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari
Medan.
Tujuan dalam
percakapan
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
prodi PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Selasa 11
Desember
2018, Pukul
14.00. Dalam
percakapan
tersebut
terlihat
suasana yang
tegang.
P
(Participant)
: Percakapan
tersebut
dilakukan
Memberikan
informasi
situasi dan
kondisi
peserta tutur.
interaksi
terjadi antara
dosen dan
mahasiwa
memperbincan
gkan
mengenai
skripsi milik
mahasiswa.
dalam
pertuturan
tesebut
terdapat
kekuasaan
yang
dimiliki oleh
dosen
terhadap
mahasiswa,
karena dosen
dapat
memberikan
masukan
dan perintah
pada
mahasiswa.
pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
dengan
bahasa
verbal dan
bersuasana
cukup
tegang.
dalam
pertuturan
tersebut
mahasiswa
menjawab
pertuturan
dosen
dengan lirih
dan sopan
karena
merasa
hormat
dengan
dosen yang
mempunyai
umur lebih
tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Do: Bukan
waktu seminar,
sekarang
masuk skripsi
kecuali
perincian
subbab itu
menggunakan
nomer atau
perincian abc?
Ma: Perincian
abc.
Do: Nahh, kalu
ini bukan
subbab, ini a ,
sebenernya
salah waktu
seminar.. ini b
atau 1, 2. Ini
bukan subab
tapi perincian
masalah.
Ngerti ya?
Ma: Iyaaa
Pak.
tersebut adalah
membasa skripsi
mahasiswa yang
mengalami
kesalahan dalam
penomoran dan
memberikan
pembetulan pada
hasil tersebut
tersebut.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Selasa 11
Desember 2018,
Pukul 14.00.
Dalam percakapan
tersebut terlihat
suasana yang
tegang.
oleh dua
partisipan
yakni antara
dosen prodi
PBSI berjenis
kelamin lak-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
dengan
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari Medan.
E ( ends) :
Tujuan dalam
percakapan
tersebut
adalah
membasa
skripsi
mahasiswa
yang
mengalami
kesalahan
dalam
penomoran
dan
memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pembetulan
pada hasil
tersebut
tersebut.
A (act
squence) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan dan
tidak berkata
kasar pada
mitra tutur.
K ( key) :
Penutur
terlihat
sedikit marah
sedangkan
mitra tutur
terlihat
gugup.
I
(Instrumental
ities) :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
N (Norms) :
penutur
sedikit
kurang baik
karena
menyela
pembicaraan
mitra tutur,
dan kadang
menggunakan
nada yang
sedikit lebih
tinggi pada
saat
membahas
topik
percakapan.
G ( Genres) :
Pembicaraan
berbentuk
dialog, dan
terlihat
memiliki
suasana yang
tegang.
11. Do: Teknik
pegumpulan
datamu apa
saja?
Ma: Teknik
catat
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua partisipan
O1: seorang
berjenis
kelamin laki-
laki,
berprofesi
sebagai dosen
yang berasal
Memberikan
informasi
mengenai
tingkat
kekuasaan
yang dimiliki
oleh penutur
pertuturan
tersebut
terdapat
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen
pembimbing
dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
kekuasaan
yang
melekat
pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI,
menggunaka
n tuturan
dalam
petuturan
tersebut
mahasiwa
menggunaka
n bahasa
yang sopan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Do : Yang
utama yang
mana?
Ma: Catat.
Do : Yang
pertama itu kan
observasi kan?
Kamu
melakukan
observasi to?
Di kelas to itu?
Ma: iya
Do: Observasi
lalu kamu
sambil
mencatat untuk
mendukung ya
direkam. Itu
kamu sertakan
di instrumen
kemudian
pertama itu
nanti observasi
itu kamu
sertakan
rambu-
rambunya.
Rambu-rambu
observasi. Tau
to?
Ma: Iya pak.
yakni seorang
berjenis kelamin
laki-laki,
berprofesi sebagai
dosen yang berasal
dari Yogyakarta
dengan seorang
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari NTT.
Tujuan dalam
percakapan
tersebut adalah
membahas skripsi
mahasiswa yang
mengalami
kesalahan dalam
intrument
pengambilan data.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Rabu 5
Desember 2018,
Pukul 11.00.
Tampak suasana
yang cukup santai
dalam percakapan
tesebut.
dari
Yogyakarta.
O2: seorang
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari NTT.
E: O1
bingung
apabila teknik
pengambiln
data tidak
menggunakan
observasi dah
hanya
mencatat.
M:
membahas
skripsi
mahasiswa
yang
mengalami
kesalahan
dalam
intrument
pengambilan
dan mitra
tutur.
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
pada dosen
terhadap
mahasiswa
karena dosen
dapat
memberikan
masukan dan
menentukan
mana yang
salah dan
benar dalam
skripsi
mahasiswa.
verbal dan
bersuasana
cukup santai.
dan
mencermink
an adat
ketimuran
serta
menghormat
i orang ang
lebih tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
data.
A: -
U: urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B:
Pembenahaan
Intrument
pengambilan
data pada
skripsi.
I: perckapan
menggunakan
bahasa lisan
dan secara
langsung.
C: Ragam
bahasa
formal.
A: Adegan
tutur terjadi
diruang dosen
pada hari,
Rabu 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Desember
2018, Pukul
11.00.
R: tuturan
bersifat santai
dan
berbentuk
dialog.
A: penutur
berbicara
jelas dan
sopan pada
mitra tutur.
(OOEMUBIC
ARA)
12. Do: Ini
punyamu ?
Ma: Iya Pak.
Do: Ini nanti
dibetulkan ya,
ini di
pindahkan
keteksnya aja
silahkan di
copy.
Ma: Oh ya.
Do: Fontnya
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua partisipan
yakni seorang
berjenis kelamin
laki-laki,
berprofesi sebagai
dosen yang berasal
dari Yogyakarta
dengan seorang
mahasiswa PBSI
O1: Seorang
berjenis
kelamin laki-
laki,
berprofesi
sebagai dosen
yang berasal
dari
Yogyakarta.
O2: Seorang
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
Memberikan
informasi
mengenai
tingkat
kekuasaan
yang dimiliki
oleh penutur
dan mitra
tutur.
dalam
perututran
tersebut terjadi
interaksi
terjadi antara
dosen dengan
mahasiswa
dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
kekuasan
yang
dimiliki oleh
dosen
pembimbing
terhadap
mahasiswa
dengan cara
memerintah
mahasiswa
dengan
pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
cukup santai
dan
menggunaka
n tuturan
verbal dan
langsung.
dalam
pertuturan
tersebut
tuturan
menggunaka
n kata-kata
yang sopan
dan
mencerminta
n budaya
ketimuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
11 ya? Bukan
12.
Ma: Apa pak?
Do: Ini kurang
pas bentuknya,
silahkan
dibetulkan.
Ma: Tapi ini
memakai 4 4 3
3.
Do: Ya tapi
salah, kamu
lain dari pada
yang lain.
Silahkan
dibetulkan,
lihat punya
temenmu ya.
Ma: Oh ya pak.
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan berasal
dari Klaten, Jawa
Tengah.
Tujuan dari
percakapan
tersebut yakni
membaha
mengenai
kesalahan
penggunaan font
dalam skripsi yang
ditulis oleh
mahasiswa.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
pertuturan yang
terliihat cukup
santai.
kelamin
perempuan
berasal dari
Klaten, Jawa
Tengah.
E: santai
M: Tujuan
dari
percakapan
tersebut yakni
membahas
mengenai
kesalahan
penggunaan
font dalam
skripsi yang
ditulis oleh
mahasiswa.
A:-
U: urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B:
pembenahan
mengenai
tuturan “ Ini
nanti
dibetulkan
ya, ini di
pindahkan
keteksnya
aja silahkan
di copy.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
ukuran font
dan margin
yang salah
pada skripsi
mahasiswa.
I: perckapan
menggunakan
bahasa lisan
dan secara
langsung.
C: Ragam
bahasa
formal.
A: adegan
tutur terjadi
di ruang
dosen PBSI
USD pada
hari Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.30.
R: tuturan
bersifat
cukup santai
dan
berbentuk
dialog.
A: penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
berbicara
jelas dan
sopan pada
mitra tutur.
(OOEMUBIC
ARA)
13. Do: Jadi ini
yang saya
sampaikan dari
kemarin segera
dibuat, lalu
serahkan
keloker itu
tulisan-tulisan
anda, iya saya
baca gitu.
Ma: Iya pak.
Do: Kalau
belum- belum
gini sih, malah
ngopo
(ngapain)..
(nada tertawa)
Do: Yaaa, saya
beri konsultasi,
nanti ada
kemajuan,
silahkan print
lalu berikan di
loker.
Pertuturan tersebut
terjadi di ruang
dosen PBSI
Universitas Sanata
Dharma.
Dalam percakapa
terlihat ada 3 orang
partisipan yakni
satu orang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
dua mahasiswa
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari
Yogyakarta pula.
Tujuan
pembicaraan
tersebut yakni
memerintahkan
mahasiswa untuk
segera membuat
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2:
mahasiswa
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari
Yogyakarta.
E: sedikit
marah.
M: Tujuan
pembicaraan
tersebut yakni
memerintahk
an mahasiswa
Memberikan
informasi
mengenai
tingkat
kekuasaan
yang dimiliki
oleh penutur
dan mitra
tutur.
dalam
pertuturan
tersebut terjadi
interaksi
antara dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
pertuturan
tersebut
terdapat
kekuasaan
yang
melekat
pada diri
dosen karena
faktor
profesi.
Kekuasaan
dalam
pertuturan
tersebut
dosen dapat
memberi
peritah pada
mahasiswa
untuk segera
menyelesaik
an
skripsinya
dan
dimasukan
pada loker.
pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
cukup
tegang, dan
menggunaka
n bahasa
verbal.
dalam
pertuturan
tersebut
terselip
beberapa
bahasa
daerah yang
dituturkan
oleh dosen
dengan bukti
tuturan “
Kalau
belum-
belum gini
sih, malah
ngopo”
menandakan
dosen
merupakan
seseorang
yang
berkultur
Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Ma1, Ma2 : iya
pak.
dan mengumulkan
hasil tulisan
skripsi.
Percakapan terjadi
pada hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 13.30
dengan suasane
pembicaraan yang
cukup tegang.
untuk segera
membuat dan
mengumulka
n hasil tulisan
skripsi.
A:
Mahasiswa
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari
Yogyakarta.
U: : Urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B: O1
memerintahk
a O dan O3
untuk segara
membuat dan
mengumpulk
an skripsi
hasil
tulisannya
dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
hanya
sekedar
konsultasi
belaka.
I: perckapan
menggunakan
bahasa lisan
dan secara
langsung.
C: Ragam
bahasa
formal.
A: adegan
tutur terjadi
di ruang
dosen PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Selasa 18
Desember
2018, Pukul
13.30.
R: tuturan
terjadi secara
dialog dan
terlihat
suasana yang
cukup egang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
A: penutur
kadang
menggunakan
nadan yang
tinggi dalam
bertutur.
(OOEMAUBI
CARA)
14. Do: Ini
dibetulkan ya,
beberapa
masih salah
silahkan di
uraiakan,
diberikan
pengantar lalu
bagian perinci
ini diberikan a
b c.
Menambah
pengetahuan
itu kalimat
sapa?
Subyeknya
siapa? Ra ono
ya kan? (tidak
ada ya kan ?)
Ma:Iya pak.
Do: Lha ini
hampir semua
sama ini.
Percakapan tejadi
antara 2 partisipan
yakni seorang
dosen PBSI
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari
Yogyakarta.
Tujuan dari
percakapn tersebut
yakni memberikan
pembenahan
mengenani skripsi
yang ditulis
mahasiswa seperti
kalimat,
penomoran dan
O1: seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2:
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari
Yogyakarta.
E: santai
M:
memberikan
pembenahan
Memberikan
informasi
mengenai
tingkat
kekuasaan
yang dimiliki
oleh penutur
dan mitra
tutur.
Dalam
pertuturan
tersebut terjadi
interaksi
secara
langsung
antara dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Pertuturan
tersebut
terdapat
kekuasaan
yang
melekat
pada diri
dosen karena
faktor
profesi,
dengan cara
memberi
perintah
pada
mahasiswa.
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI,
menggunaka
n bahasa
verbal dan
lansung serta
suasana
pertuturan
yang cukup
santai.
Dalam
pertuturan
tersebut
terselip
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
yakni “
Subyeknya
siapa? Ra
ono ya kan?”
yang
menandakan
dosen
tersebut
terdapat
kultur Jawa
yang
melekat
pada dirinya.
Mahasiswa
menjawab
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pragmatik
konteks itu
hampir semua
sama , ini tidak
bolehya.
Ma; Ya pak.
Do: Masing-
masing biarkan
berimajinasi
dengan
hasilnya
sendiri-sendiri.
Ya memang
disitu
kekhasannya.
Jadi bagaimana
masing -
masing
mendefinisikan
praoprasional
atau batasan
tertentu, lha itu
skripsinya
mahasiswa.
Lha nek podo
bagaimana
?(ya kalau
sama
bagaimana?).
Tidak lulus
nanti. Fatal itu
fatal. Ya to?
materi yang tidak
boleh plagiasi.
Percakapan
tersebut terjadi
pada hari Jumat, 14
Desember 2018,
Pukul 09.30.
suasana dalam
percakapan
tersebut terlihat
cukup santai.
pada skripsi.
A:-
U: Urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B:
pembenahan
mengenani
skripsi yang
ditulis
mahasiswa
seperti
kalimat,
penomoran
dan materi
yang tidak
boleh
plagiasi.
I: Perckapan
menggunakan
bahasa lisan
dan secara
langsung.
C: Ragam
bahasa
sopan apa
yang
dituturkan
oleh dosen
yang
mencermink
an budaya
ketimuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Ma: Iya pak. formal.
A: adegan
tutur terjadi
di ruang
dosen PBSI
pada hari
Jumat 14
Desember
2018, Pukul
09.30.
R: tuturan
terjadi secara
dialog dan
terlihat
suasana yang
cukup santai.
A: penutur
telihat sopan
dan tidak
menggunkan
nada yang
tinggi saat
berbicara.
(OOEMUBIC
ARA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
15. Do: Sudah ?
Kalimatnya ya.
Haduh
EYDnya nggak
ada subjek
predikatnya
saya nggak
mau, nggak
mau tahu. Kita
harusnya sudah
substansial. Ibu
ambil contoh
salah satu dari
kalian. Punya
regina paling
banyak.
Dengan
kegiatan
membaca kita
tidak ada
koma. Dalam
ini Stefani juga
begitu. Wah,
terus kok ada
spasi-spasi
harusnya kan
spasinya.... Bu
Rishe tidak
mau pakai
Tarigan 87
lagi, yang
terbaru mereka
2008. Itu aja
udah paling
Percakapan terjadi
di ruang kaprodi
PBSI Universitas
Sanata Dharma.
Percakapan
tersebut terdapat
beberapa partisipan
yakni Seorang
dosen berjenis
kelamin
perempuan yang
berasal dari D.K.I
Jakarta dengan dua
mahasiswa PBSI
angkatan 2015,
satu orang yang
berasal dari
Cilacap, dan satu
orang lainnya
berasal dari
Pontianak.
Percakapan
tersebut
membahasa
mengenai skripsi
mahasiswa yang
mengalam banyak
kesalahan EYD
dan penggunaan
sumber yang
terlalu tu.
Percakapa terjadi
pada hari Selasa 18
O1: seorang
dosen yang
menjabat
sebagai
kaprodi PBSI
berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari D.K.I
Jakarta.
O2: seorang
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015, yang
berasal dari
Cilacap.
E: marah.
Karena
melihat hasil
tulisan skripsi
mahasiswa
bimbinganny
a yang
terdapat
beberapa
kesalahan.
M: maksud
dari
pembicaraan
tersebut yakni
memberika
pembenahaan
Memberikan
penjelasa n
informasi
secara rinci.
Keterangan: Memberikan
informasi
mengenai
tingkat
kekuasaan
yang dimiliki
oleh penutur
dan mitra
tutur.
Pertuturan
tersebut
terdapat
interaksi
langsung
antara dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Pertuturan
tersebut
terdapat
kuasaan atau
yang
dimiliki oleh
dosen
terhadap
mahasiswa,
kekuasaan
tesebut
berwujud
perintah
dosen
terhadap
mahasiwa
bimbinganny
a.
Tuturan
tersebut
dilakukakan
secara
langsung
dan secara
verbal di
ruang
kaprodi
PBSI dengan
suasana
cukup
tegang.
Tuturaan
tersebut
terdapat
budaya
menghomati
orang yang
lebih tua,
karena
dalam
pertuturan
tersebut
mahasiswa
tidak
menyela
sedikitpun
pembicaraan
dosen dan
bertutur
secara sopan
tanpa nada
yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tua itu. Ngerti
?
Ma1: Iya bu.
Do: Kita itu
maksimal itu
sepuluh tahun.
Harja Sujana
kalau dia
terlalu lama
ambil dari
jurnal aja. Jelas
?
Ma 1, Ma2:
Iya Bu.
Desember 2018,
Pukul 13.00
dengan susana
yang cukup tegang.
mengenai
skripsi
mahasiswa
yang
mengalami
beberapa
kesalahan.
A: seorang
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
Pontianak.
U : Urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi
B:
pembenahan
mengenai
skripsi yang
kurang tepat.
I: pertuturan
dilakukan
secara lisan
dan langsung.
C: Ragam
bahasa formal
dan tidak
formal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
bercampur.
A: adegan
tutur terjadi
di ruang
Kaprodi PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Selasa,
18 Desember
2018, Pukul
13.00.
R: -
A: penutur
berbicara
dengan nada
yang cukup
tinggi hingga
mitra tutur
merasa segan
dan gugup.
(OOEMAUB
ICAA)
16. Do: Yak dalam
bahasa non
verbal itu ada
tuturan verbal
kan? Ada
verbal ada non
verbal..
Ma: Iya betul
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
pada hari Selasa
15 Januari 2018,
Pukul 11.45
dengan suasana
O1: seorang
dosen yang
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
O2:
mahasiswa
Memberikan
informasi
tambahan.
Pertuturan
tersebut terjadi
interaksi
langsung
antara dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
Pertuturan
tersebut
terlihat
adanya
kekuasan
dari dosen
terhadap
mahasiswa
dengan cara
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen,
menggunkan
tuturan
secara verbal
suasana
tuturan yang
Dalam
pertuturan
tersebut
kedua
partisipan
menggunaka
n bahasa
yang sopan
dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pak..
Do: Yang
verbal kamu
tulis seperti
apa? Kamu
kutip dulu,
yang non
verbalnya
tangan guru
sambil
digerak-
gerakan. Itu
caranya.
Ma: Oh.. jadi
enggak perlu
yangg detail
gitu yaa pak?
Do: Engga
perlu, engga
perlu..
tutur yang santai.
Pertuturan terjadi
antara dua orang
partisipan yakni
seorang dosen
yang berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari
Medan.
Percakapan
tersebut
membahasa
mengenai
masukan-masukan
yang dapat
membantu dalam
penulisan skripsi
mahasiswa.
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari Medan.
E: Santai
M:
memberikan
masukan
pada
penulisan
skripsi
mahasiswa.
A: -
U: Urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B:
membahasa
mengenai
masukan-
masukan
yang dapat
membantu
dalam
penulisan
skripsi
bimbingannya memberikan
masukan dan
memberi
perintah
pada
mahasiswa.
cukup santai. menggunaka
n nada yang
tinggi saat
berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mahasiswa.
I: pertuturan
dilakukan
secara lisan
dan langsung.
C: pertuturan
menggunakan
bahasa non
formal tetapi
sopan.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Selasa
15 Januari
2018, Pukul
11.45 dengan
suasana tutur
yang santai.
R:-
A: Aturan
penutur
berbicara
sopan dan
tidak
menggunakan
nada yang
tinggi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
bertutur.
(OOEMUBIC
AA)
17. Ma: Kemaren
kan bapak juga
memerintahkan
saya untuk
membuat
lembar
obervasi, lah
kan kalau
seperti itu
model lembar
observasinya
seperti apa
pak?
Do: Nah, ini
lembar
observasinya
gini ya, pada
prinsipnya
lembar
observasi
intinyaa
mengamati,
kamu aja ya
yang nulis! aku
tak mikir.
Ma: Oh iya
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
pada hari Jumat, 15
Januari 2018,
Pukul 11.30
dengan suasana
percakapan yang
santai.
Percakapan
tersebut terdapat 2
orang partisipan
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari Bogor.
Percakapan
tersebut
membahas
O1: dengan
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Bogor.
O2: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
E: santai.
M:
membahas
mengenai
perintah.
A:-
U: Urutan
Memberikan
informasi
mengenai
tingkat
kekuasaan
yang dimiliki
oleh penutur
dan mitra
tutur.
Pertuturan
tersebut
terlihat adanya
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbinganya.
Pertuturan
tersebut
terlihat
adabnya
kekuasaan
yang di
perlihatkan
oleh dengan
dengan cara
memberikan
masukan dan
perintah
pada
mahasiswa.
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang
doseng PBSI
dengan
suasana
pertuturan
yang cukup
santai.
Dalam
Pertuturan
tersebut
dilakukan
secara sopan
yang
memperlihat
kan cara
berbicara
dengan adat
ketimuran
yang
mencermink
an perilku
yang santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pak iyaaaa. mengenai perintah
dosen kepada
mahasiswa untuk
menulis apa yang
dia ucapkan.
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B: membahas
mengenai
perintah
dosen
kepada
mahasiswa
untuk
menulis apa
yang dia
ucapkan.
I : pertuturan
dilakukan
secara lisan
dan langsung.
C: pertuturan
menggunakan
bahasa non
formal tetapi
sopan.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI
Universitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Sanata
Dharma pada
hari Jumat,
15 Januari
2018, Pukul
11.30 dengan
suasana
percakapan
yang santai.
R:-
A: : Aturan
penutur
berbicara
sopan dan
menggunakan
n nada yang
halus untuk
menghormati
mitra tutur
yang lebih
tua.
(OOEMUBIC
AA)
18. Do: Kalau saya
suka dengan
judul ini ya,
tapi
disesuaikan ya,
sesuaikan
dengan judul
yang diubah
Percakapn terjadi
diruang dosen
PBSI saat
mahasiswa sedang
melakukan
konsultasi pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2: seeorang
Memberikan
informasi
tambahan.
Pertuturan
tersebut
terlihat adanya
interaksi yang
terjadi antara
dosen
pembimbing
dengan
Pertuturan
tersebut
melekat
adaya
kekuasaan
pada diri
dosen karena
faktor
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
yang cukup
santai dan
Dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
budaya
ketimuran
yang
memperlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
ya.
Ma: Iya pak,
iya.
Do: Ini
modulnya
modul apa?
Moso (Masa)
modul
kemampuan?
Coba dirubah!
Ma: Ini modul
menulis, berati
kurang pas ya
Pak?
Do: Lha iya
salah, berarti.
Pukul 10.30
dengan suasana
percakapan yang
santai.
Percakapan
tersebut memiliki 2
orang partisipan
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
seeorang
mahasiswi yang
berasal dari
Klaten.
Percakapan ini
membahas
mengenai skripsi
mahasiswa yang
kurang pas dalam
pemilihan sumber.
mahasiswi
yang berasal
dari Klaten.
E: santai
M:
memberikan
untuk
mengubah
sumber
refrensi
mengenai
modul lain..
A: -
U: Urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B:
Percakapan
ini membahas
mengenai
skripsi
mahasiswa
yang kurang
pas dalam
pemilihan
sumber.
I: pertuturan
dilakukan
secara lisan
dan langsung.
mahasiswa
bimbingannya.
profesi. menggunaka
n pertuturan
secara
verbal.
kan budaya
santun
dengan cara
bertutur
secara
sopan.
Pertuturan
tersebut
terselip pula
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
yang
menandakan
bila dosen
merupakan
seseorang
yang
berkultur
Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
C: pertuturan
menggunakan
bahasa yang
formal.
A: Percakapn
terjadi
diruang dosen
PBSI saat
mahasiswa
sedang
melakukan
konsultasi
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.30 dengan
suasana
percakapan
yang santai
R:-
A: pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
(OOEMUBIC
AA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
19. Do: Kalau
membuat tabel
dari satu sampe
sepuluhkan
maksud e opo,
ngono kan?
Esesinnya
bagaimana...
Ma:Berarti ini
nanti perpoint
diuraikan
seperti itu?
Do: Lha iya
semua harus
seperti itu,
jangan Cuma
memindahkan
dri buku.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI saat
mahasiswa sedang
melakukan
konsultasi pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
percakapan yang
santai.
Percakapan
tersebut memiliki 2
orang partisipan
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
seeorang
mahasiswi yang
berasal dari
Klaten.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai masukan
dari dosen untuk
membenahi
pembuatan tabel
dan diuraikan.
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2: seorang
mahasiswi
yang berasal
dari Klaten.
E: santai
M: masukan
untk skripsi
mahsiswa.
A: -
U: Urutan
berbicara
dimulai oleh
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B:
Percakapan
tersebut
membahas
mengenai
masukan dari
dosen untuk
membenahi
pembuatan
tabel dan
diuraikan.
Memberika
informasi
tambahan.
Pertuturan
tersebut
terlihat adanya
interaksi yang
terjadi antara
dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Dalam
pertuturan
tersebut
terlihat
adanya
kekuasaan
atau power
yang
melekat
pada dosen,
kekuasaan
tersebut
berwujud
mengenai
dapat
memutuskan
benar dan
salah, serta
memberikan
masukan
pada
mahasiswa.
Pertuturan
tesebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang cukup
santai dan
menggunaka
n pertuturan
secara
verbal.
Dalam
pertuturan
tesebut
terselip
beberapa
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
pembimbing
dengan
contoh “
Kalau
membuat
tabel dari
satu sampe
sepuluhkan
maksud e
opo, ngono
kan?
Esesinnya
bagaimana?”
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
I: pertuturan
dilakukan
secara lisan
dan langsung.
C: pertuturan
menggunakan
bahasa yang
formal.
A: Percakapn
terjadi
diruang dosen
PBSI saat
mahasiswa
sedang
melakukan
konsultasi
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.30 dengan
suasana
percakapan
yang santai
R:-
A: pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
(OOEMUBIC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
AA)
20. Do: Nanti
diubah aja ya
judulnya.
Menjadi
menulis kreatif
jurusan
sastranya tidak
usah masuk ,
jadi menulis
kreatif dengan
mengangkat
cerita rakyat
tradisional dari
daerah Sumba.
Ma: Iya pak.
Do: Terus pada
mahasiswa
angkatan dan
semest er ini
nanana segala
macem
masukan aja
pada teks latar
belakang.
Do: Ini isinya
tidak boleh
Percakapan tejadi
ruang dosen PBSI
Universitas Sanata
Dharma pada hari
Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 09.45
dengan situasi
yang santai.
Percakapan terjadi
antara seorang
dosen yang
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari
Sumba.
Pembahasan
percakapan
tersebut yakni
pembenahan
O1: antara
seorang
dosen yang
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2:
mahasiswa
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari Sumba.
E: santai
M:
memberikan
pembenahan
judul.
A:-
U: Urutan
berbicara
dimulai oleh
Memberikan
informasi
tambahan.
Pertuturan
tersebut
terlihat adanya
interaksi
langsung yang
terjadi amtara
dosen dengan
mahasisa
bimbingannya.
Dalam
pertuturan
tersebut
terlihat
adanya
power atau
kekuasaan
yang
diperlihatkan
oleh dosen
pembimbing
dengan cara
memberiikan
perintah
pada
mahasiswa
bimbinganny
a dengan
contoh
pertuturan “
Nanti diubah
aja ya
judulnya.
Menjadi
menulis
kreatif
jurusan
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
PBSI,
dengan
suasana
cukup santai
dan
menggunaka
n pertuturan
langsung
dan secara
verbal.
Dalam
pertuturan
tesebut,
pertuturan
menggunaka
n bahasa
yang sopan
dan tidak
terlontar
kata-kata
kasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sama dengan
yang lain lho.
Ma: Oh iya
iya.
mengenai judul
skripsi mahasiswa.
dosen lalu
ditanggapi
oleh
mahasiswi.
B:
Pembahasan
percakapan
tersebut yakni
pembenahan
mengenai
judul skripsi
mahasiswa.
I: pertuturan
dilakukan
secara lisan
dan langsung.
C: pertuturan
menggunakan
bahasa yang
formal.
A:
Percakapan
tejadi ruang
dosen PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Selasa 18
Desember
2018, Pukul
09.45 dengan
situasi yang
santai.
sastranya
tidak usah
masuk , jadi
menulis
kreatif
dengan
mengangkat
cerita rakyat
tradisional
dari daerah
Sumba”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
R:-
A: pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
(OOEMUBIC
AA)
21. Do: Mau
ngapain?
Ma: Mau
konsul revisian
yang kemarin
Pak.
Do: Ya sudah
kalau sudah
dipersiapkan.
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
pada hari Senin 10
Desember 2018,
Pukul 09.30
dengan suasana
percakapan yang
santai.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua orang
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswi
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan yang
berasal dari Turi,
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
O2:
mahasiswi
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
yang berasal
dari Turi,
Sleman.
E: Tenang
M: bertanya
tujuan O2
datang pada
O1.
A: -
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
secara
langsung oleh
dosen dengan
mahasiswa.
Dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
kekuasaan
yang
melekat
pada dosen,
dengan
tindakan
mempersilah
kan
mahasiswa
untuk
berkonsultas
i mengenai
skripsinya.
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
yang santai,
serta
menggunaka
n tuturan
langsung
secara
verbal.
Pertuturan
tersebut
terdapat rasa
sungkan
yang
dilakukan
oleh dosen
apabila
menolak
mahasiswa
yang ingim
berkonsultas
i, sehingga
memperbole
hkannya
berkonsultas
i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Sleman.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai tujuan
O2 datang pada
O1.
U: O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B: bertanya
pada
mahasiswa
tujuan datang
pada O1.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C: pertuturan
menggunakan
bahasa yang
formal.
A:
Percakapan
terjadi di
ruang dosen
PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Senin 10
Desember
2018, Pukul
09.30 dengan
suasana
percakapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
yang santai.
R:-
A: :
pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
(OOEMUBIC
AA)
22. Do: Oke, ini
garapanmu
masih banyak
yang salah e
mbak.
Ma: Oh nggih
Pak
Do: Ya tapi
bukan hanya
punyamu, yang
lain juga satu
tim.
Pertuturan terjadi
diruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
pada hari Jumat 14
Desember 2018,
Pukul 09.30
dengan suasana
yang santai.
Pertuturan terjadi
antara dua orang
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
angkatan 2015
yang berjenis
kelamin
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2: seorang
mahasiswi
angkatan
2015 yang
berjenis
kelamin
perempuan
dan berasal
dari Sleman.
E: kesal
M: memberi
tahu
kesalahan.
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
secara
langsung yang
terjadi antra
dosen dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Pertuturan
tersebut
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
terdapat
pada diri
dosen,
karena dapat
memutuskan
mana yang
benar dan
yang salah
pada skripsi
yang
dikerjakan
oleh
mahasiswa.
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang santai,
dan
menggunaka
n tuturan
verbal sacara
langsung.
Pertuturan
terselip
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh
mahasiswa,
dengan
contoh
tuturan “ Oh
nggih Pak”
yang
memperlihat
kan adanya
rasa hormat
dengan
orang yang
lebih tua
dalam kultur
Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
perempuan dan
berasal dari
Sleman.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai
kesalahan pada
pembuatan skripsi.
A:-
U: O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
Percakapan
tersebut
membahas
mengenai
kesalahan
pada
pembuatan
skripsi.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C: pertuturan
menggunakan
bahasa yang
formal.
A: Pertuturan
terjadi
diruang dosen
PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Jumat 14
Desember
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2018, Pukul
09.30 dengan
suasana yang
santai.
R:-
A: :
pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
(OOEMUBIC
AA)
23. Do: Iki opo?
Baru?
Ma: Iyaaa pak..
Do: Ini apa?
Proposal? Kan
saya belum
baca! Ya sudah
ini saya terima,
tapi ini sudah
kelihatan ini
yang salah ini..
ini nomer,
nomer
perincian atau
subab?
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI Universitas
Sanata Dharma
pada hari Selasa 11
Desember 2018.
Pukul 14.00
dengan suasana
yang cukup tegang.
Percakapan terjadi
antara dua orang
yakni seorang
dosen yang
berjenis kelamin
laki-laki dan
berasal dari
Yogyakarta dengan
O1: seorang
dosen yang
berjenis
kelamin laki-
laki dan
berasal dari
Yogyakarta.
O2:
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 berjenis
kelamin
perempuan
dan berasal
dari Karo.
E: marah.
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan
Pertuturan
tersebut
memperlihatka
n interaksi
yang
dilakukan oleh
dosen dengan
mahasiswa.
Pertuturan
terdapat
kekuasaan
yang
melekat
pada diri
dosen karena
faktor
profesi yang
ia miliki,
kekuasaan
ditunjukan
dengan
memperbole
hkan atau
tidak
mahasiswa
dalam
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
yang cukup
tegang serta
bertuturan
secara
langsung
dan
menggunaka
n tuturan
verbal.
Pertuturan
terselip
bahasa
daerah yang
memperlihat
kan budaya
yang
dimiliki oleh
dosen,
dengan
contoh
tuturan “ Iki
opo? Baru?
“. Dosen
tersebut
menggunaka
n bahasa
Jawa, oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
perempuan dan
berasal dari Karo.
percakapan
tersebut membahas
mengenai proposal
skripsi yang
langsung
dikonsulkan tanpa
diberikan pada
dosen pada hari
sebelumnya.
M:
mengungkap
kan kekesalan
A:-
U: O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
percakapan
tersebut
membahas
mengenai
proposal
skripsi yang
langsung
dikonsulkan
tanpa
diberikan
pada dosen
pada hari
sebelumnya.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C: pertuturan
menggunakan
bahasa yang
formal.
A:
berkonsultas
i serta
memberikan
masukan-
masukan
untuk skrips
mahasiswa.
sebab itu
dosen dapat
dikatakan
melekat
kulltur Jawa
pada dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI
Universitas
Sanata
Dharma pada
hari Selasa 11
Desember
2018. Pukul
14.00 dengan
suasana yang
cukup tegang.
R: -
A: pertuturan
menggunakan
nada tinggi.
24. Do: Cari
bukunya.
Ma: Bukunya
yang mana bu
?
Do: Ya
silahkan dicari
di Jackson
Nuna kan ada
sumbernya, itu
ada bukunya
Pak Wid. Cari
bukunya Pak
Widhiartanto
ya. Yang ini
Pertuturan terjadi
diruang kaprodi
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 13.00
dengan suasana
yang cukup tegang.
Percakapan terjadi
antara dua orang
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin
perempuan yang
berdomisili
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin
perempuan
yang
berdomisili
Yogyakarta
O2:
mahasiswi
angkatan
2015 yang
berasal dari
Pontianak.
E: kesal
M:
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
terjadi antara
dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa.
Dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
kekuasaan
yang
dimiliki oleh
dosen
dengan cara
memberikan
perintah
pada
mahasiswa
untuk
mencari
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
tuturan yang
cukup
tegang, serta
menggunaka
n tuturan
verbal secara
langsung.
Dalam
pertuturan
mahasiswa
menanggapi
dosen yang
sedang
marah
dengan
sopan
karena
menghormat
i dosen yang
berusia lebih
tua dari
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
coba, tuh
Tarigan
menyimak aja
udah keluar
yang baru
tahun 2013,
yang ini udah.
Bagaimana
tingkat
keterbacaan
wacana buku
teks bukan
dalam buku
teks.
Yogyakarta dengan
mahasiswi
angkatan 2015
yang berasal dari
Pontianak.
percakapan
tersebut
membahasa
mengenai perintah
seorang dosen
untuk mahasiswa
agar mencari buku
sumber untuk
skripsinya.
memerintah
A: -
U: O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
percakapan
tersebut
membahasa
mengenai
perintah
seorang
dosen untuk
mahasiswa
agar mencari
buku sumber
untuk
skripsinya.
I : pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C:
percakapan
menggnakan
bahassa non
formal.
A: Pertuturan
terjadi
diruang
buku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
kaprodi PBSI
USD pada
hari Selasa
18 Desember
2018, Pukul
13.00 dengan
suasana yang
cukup tegang.
R:-
A: pertuturan
memerintah
menggunakan
nada tinggi.
25. Do:
Masukannya
apa kemarin?
Sudah kamu
perbaiki
belum?
Ma:
Masukanya itu
menghilangkan
pendapat ahli
yang lain.
Seperti itu Pak.
Kemarin sama
Kak Priska.
Do: Tapi
belum saya
koreksi ya?
Ma: Iya belum
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Rabu 5
Desember
2018,Pukul 10.30
dengan suasana
yang santai.
percakapan
tersebut dilakukan
oleh orang yakni
seorang dosen
PBSI yang berjenis
kelamin lali-laki
berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswi
angkatan 2015
yang berasal dari
O1: oleh
orang yakni
seorang
dosen PBSI
yang berjenis
kelamin lali-
laki berasal
dari
Yogyakarta.
O2:
mahasiswi
angkatan
2015 yang
berasal dari
Labuan Bajo.
E: tenang .
M: bertanya
kelanjutan
pengerjaan
skripsi.
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan
Pertuturan
tersebut
memperlihatka
n adanya
interksi
dilakukan oleh
dosen dengan
mahasiswa.
Pertuturan
tersebut
memperlihat
kan adanya
kekuasaan
yang
dimiliki oleh
dosen
dengan cara
memberikan
masukan .
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
tuturan yang
santai, dan
menggunkan
tuturan
verbal secara
langsung.
Pertuturan
tersebut
memperlihat
kan budaya
saling
menghormat
i dengan
bertutur
secara sopan
dan halus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dikoreksi Pak.
Labuan Bajo.
Percakapan
tesebut membahas
mengenai skripsi
mahasiswa yang
telah diberi
masukan pada
waktu sebelumnya.
A: -
U: O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
Percakapan
tesebut
membahas
mengenai
skripsi
mahasiswa
yang telah
diberi
masukan
pada waktu
sebelumnya.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C:
percakapan
menggnakan
bahasa
formal.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pada hari
Rabu 5
Desember
2018,Pukul
10.30 dengan
suasana yang
santai.
R:-
A: pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
(OOEMUBIC
AA)
26. Do : Ini
nantinya kan
kamu jadikan
proposal
skripsi opo
ndak (apa
tidak)?
Ma: Iya, saya
jadikan
proposal
skripsi.
Do: Inikan
hasil
penelitianmu
kan?
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Rabu 5
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
santai.
percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
O2: seorang
mahasiswi
angkatan
2015 yang
berasal dari
Labuan Bajo.
E : tenang
M: O1
bertnya terkai
prposal skipsi
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
ditunjukan
oleh dosen dan
mahasiswa.
Pertuturan
terdapat
adanya
power atau
kekuasaan
yang
melekat
pada diri
dosen karena
faktor
kekuasaan
yang
dimiliki,
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang santai,
pertuturan
tersebut
dilakukan
langsung
dan secara
verbal.
Pertuturan
tersebut
terselip
bahasa
daerah yang
dituturkan
oleh dosen ,
yang
menunjukan
dosen
memiliki
kultur Jawa
yang
melekat
pada dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Ma: Ini teori
macam-macam
tuturan.
Do: Tidak
perlu kamu
sajikan seperti
itu, yang perlu
kamu sajikan
hanya aneka
macam
imperatif.
seorang mahasiswi
angkatan 2015
yang berasal dari
Labuan Bajo.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai
kebingungan dosen
mengenai proposal
yang akan
dilanjutkan
menjadi skripsi
atau tidak.
yang akan
dilanjutkan
menjadi
skripsi atau
tidak.
A: -
U : O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
Percakapan
tersebut
membahas
mengenai
kebingungan
dosen
mengenai
proposal yang
akan
dilanjutkan
menjadi
skripsi atau
tidak.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
percakapan
menggnakan
bahasa
formal.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Rsbu 5
Desember
2018, Pukul
10.30 dengan
suasana
santai.
R:-
A: pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
27. Do: Perhatikan
lagi yaa
proposalnya..
nah kamu terus
jangan lupa..
nah ini,, punya
black... apa
kamu udah
ketemu?
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI pada hari
Selasa 11
Desember 2018,
Pukul 14.00
dengan suasana
cukup tegang.
O1: seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2:
mahasiswi
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan.
Memberikan
informasi
situasi dan
Pertuturan
memperlihatan
adanya
interkasi yang
dilakukan oleh
dosen dan
mahasiswa
bimbingannya.
Pertuturan
tersebut
memperlihat
kan adanya
kekuasaan
yang
melekat
pada diri
dosen karena
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang cukup
tegang, dan
tuturan
Pertuturan
menggunaka
n bahasa
yang sopan
dan tidak
kasar, serta
memperlihat
kan kultur
ketimuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Ma: Kemarin
itu ada
beberapa baru
lihat refrensi-
refrensi dari
skripsi kakak
tingkat.
Do: Lha ini
persektifnya...
ini harus
uraiannya
harus panjang..
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua orang
yakni seorang
dosen PBSI
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
Karo.
percakapan
tersebut terjadji
karena dosen
mengingatkan
mahasisw untuk
memperhatikan
proposal skripsinya
secara cermat.
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
Karo.
E: kesal
M:
mengingatka
n mahasiswa.
A: -
U: O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
percakapan
tersebut
terjadji
karena dosen
mengingatka
n mahasisw
untuk
memperhatik
an proposal
skripsinya
secara
cermat.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
kondisi
peserta tutur.
faktor
profesi, serta
dosen dapat
memberikan
perintah
pada
mahasiswa.
dituturkan
secara
langsung
dan verbal.
yang santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
C:
percakapan
menggnakan
bahasa
formal.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI pada
hari Selasa 11
Desember
2018, Pukul
14.00 dengan
suasana
cukup tegang.
R:-
A; pertuturan
menggunakan
nada tinggi.
28. Do: Kalau
penelitian
terdahulu yang
relevan ada
berapa butir
ini?
Ma:Ada tiga
Pak.
Do: Trus
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis, 6
Desember 2018,
Pukul 11.00
dengan suasana
santai.
Percakapan
lakukan oleh
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2: seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen dengan
mahasiswa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekuasaan
yang
dimiliki oleh
dosen
terhadap
mahasiswa.
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
dengan
dengan
suasana
tutuan yang
santai dan
menggunaan
tuturan
verbal secara
Pertuturan
menggunnak
an bahasa
yang sopan
karena
mahasiswa
dan dosen
saling
menghormat
i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
prinsipmu
bagaimana?
Kekhasan yang
terdapat pada
penelitianmu
ini apa? Ada
pada paragraf
mana? Disini?
Bukan yaa?
Ma:Bagian
paragraf kedua
Pak.
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2018 yang berasal
dari NTT.
Percakapan
membahas
mengenai letak
penelitian
terdahulu yang
terdapat pada
proposal skripsi
mahasiswa.
2018 yang
berasal dari
NTT.
E: santai
M: bertanya
pada
mahasiswi
letak
kekhasan
penelitian
yang
mahasiswi
buat.
A:-
U: : O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
Percakapan
membahas
mengenai
letak
penelitian
terdahulu
yang terdapat
pada proposal
skripsi
mahasiswa.
I: pertuturan
langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C:
percakapan
menggnakan
bahasa
formal.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Kamis, 6
Desember
2018, Pukul
11.00 dengan
suasana
santai.
R:-
A: pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
29. Do: Ini
teknikmu ada
berapa?
Ma: Ada 3
Pak.
Do: Obervasi
terus apa?
Ma: Teknik
catat bebas
libat cakap,
rekam, dan
catat.
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis, 6
Desember 2018,
Pukul 11.00
dengan suasana
santai.
Percakapan
lakukan oleh
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2018 yang berasal
dari NTT.
Percakapan terjadi
karena membahas
mengenai apa saja
teknik
pengambilan data
yang dipakai pada
skripsi O2.
O1: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
O2: seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
2018 yang
berasal dari
NTT.
E: santai
M: ingin
mengetahui
teknik
pengumupula
n data apa
saja yang
digunakan
dalam skripsi
O2.
A:-
U: : O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
diberi
respond oleh
O2.
B:
Percakapan
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan.
Memberikan
informasi
tambahan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Dalam
pertuturan
tersebut
terlihat
adanya
kekeuasaan
yang
melekat
pada dosen
sehingga
dosen dapat
bertanya
dengan
leluasa
kepada
mahasiswan
ya.
Pertuturan
tersebut
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang santai
serta
bertutur
secara
langsung
dan
menggunaka
n tuturan
verbal.
Pertuturan
tersebut
dilakukan
dengan
sopan karena
mengikuti
norma yang
ada,
menghormat
i lawan
bicara dan
orang yeng
memiliki
usia lebih
tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
terjadi karena
membahas
mengenai apa
saja teknik
pengambilan
data yang
dipakai pada
skripsi O2.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C:
percakapan
menggnakan
bahasa
formal.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Kamis, 6
Desember
2018, Pukul
11.00 dengan
suasana
santai.
R:-
A: pertuturan
menggunakan
nada tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
tinggi serta
betutur secara
sopan.
30. Ma: Pak ini
proposalnya
bisa dijadikan
skripsi atau
tidak?
Do: Yaaa bisa.
Bisa sekali.
Ma: Oh yaaa.
Terimaksih
pak.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis, 6
Desember 2018,
Pukul 11.00
dengan suasana
santai.
Percakapan
lakukan oleh
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2018 yang berasal
dari NTT.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai proposal
skripsi yang dibuat
oleh O1 dapat
menjadi skripsi
O1: seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
2018 yang
berasal dari
NTT.
O2: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
E: santai
M: bertanya
mengenai
proposal O1
dapat
dijadikan
skirpsi atau
tidak.
A:-
U: : O1
Bertutur
terlebih
dahulu lalu
Memberikan
informasi
sebab
terjadinya
tuturan.
Memberikan
informasi
tambahan.
Pertuturan
memperihatka
n interaksi
antara dosen
dengan
mahasiswa.
Pertuturan
tersebut
terdapat
kekuasaan
yang
melekat
pada dosen,
karena dosen
dapat
memutuskan
mana yang
benar dan
mana yang
salah.
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
dengan
suasana
pertuturan
yang santai,
dan
dilakukan
secara
langsung
serta
menggunaka
n tuturan
verbal.
Dalam
pertuturan
terdapat
budaya
mengucapka
n terima
kasih yang
dilakukan
oleh
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
atau tidak. diberi
respond oleh
O2.
B:
Percakapan
tersebut
membahas
mengenai
proposal
skripsi yang
dibuat oleh
O1 dapat
menjadi
skripsi atau
tidak.
I: pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung.
C:
percakapan
menggnakan
bahasa
formal.
A:
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Kamis, 6
Desember
2018, Pukul
11.00 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
suasana
santai.
R:-
A: Pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
31. Ma: Permisi
Pak
Do: Ini
punyamu ?
Ma: Iya Pak
Do: Ini nanti
dibetulkan ya,
ini di
pindahkan ke
teksnya aja
silahkan di
copy.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
cukup tegang.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni oleh
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2015 berasal dari
Klaten dengan
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
Pembahasan
mengenai
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.30
P
(Participant)
: seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 berasal
dari Klaten
dengan
seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
Memberi
informasi
tambahan
mengenai
peserta tutur.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen dengan
mahasiswa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekuasaan
yang
melekat
pada dosen
karena
faktor
profesinya
yang beliau
miliki.
Kekuasaan
diperlihatkan
dengan
memberikan
perintah
pada
mahasiswa
mengenai
skripsinya.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasan yang
cukup
tegang, dan
tuturan
dilakukan
secara verbal
serta
langsung.
Dalam
pertuturan
budaya
diperlihatkan
oleh
mahasiswa
dengan
mengucapka
n salam atau
pernisi
sebelum
mengganngu
atau
memulai
pembelajara
n.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kepemilikian
proposal dengan
awalan permisi
sebagai konteks
budaya yang
melatar belakangi.
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
E ( ends) :
Pembahasan
mengenai
kepemilikian
proposal
dengan
awalan
permisi
sebagai
konteks
budaya yang
melatar
belakangi.
A (act
squence) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan dan
tidak berkata
kasar pada
mitra tutur.
K ( key) :
penutur dan
mitra tutur
terlihat
santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
I
(Instrumental
ities) :
pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung
N (Norms) :
pertuturam
diawalin
dengan
ucapan
permisi yang
menandai
konteks
budaya dan
pertuturan
menggunakan
nada tidak
tinggi serta
betutur secara
sopan.
G ( Genres) :
dialog
32. Ma: Misi Pak.
Do: Ya.
Ma: Mau
konsul Pak.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis 17
Januari 2018,
Pukul 09.40
dengan suana
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Kamis 17
Memberi
informasi
tambahan
mengenai
peserta tutur.
Pertuturan
yang terjadi
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen dengan
Pertuturan
yang tejadi
memperlihat
kan adanya
kekuasaan
yang
dimiliki oleh
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang santai,
Dalam
pertuturan
terlihat
adanya
budaya
mengucapka
n salam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Do: iya..... percakapan yang
santai.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua orang
yakni seorang
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
Bantul dengan
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta.
Percakapan
tersebut diawalin
dengan sapaan
permisi yang
menandai konteks
budaya dalam
pertuturan tersebut
dan membahas
keiginan konsultasi
untuk keperluan
skripsi.
Januari 2018,
Pukul 09.40
dengan suana
percakapan
yang santai.
P
(Participant)
: seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
Bantul
dengan
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
E ( ends) :
membahas
keiginan
konsultasi
untuk
keperluan
skripsi.
A (act
squence) :
penutur
mernggunaka
n bahasa
mahasiswa
bimbingannya.
dosen
pembimbing
terhadap
mahasiswa
dengan cara
memperbole
hkan atau
tidak
memperbole
hkan
mahasiswa
untuk
konsultasi.
dan tuturan
dilakukan
secara
langsung
serta secara
verbal.
dilakukan
oleh
mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
yang sopan
dan tidak
berkata kasar
pada mitra
tutur
K ( key) :
penutur dan
mitra tutur
terlihat santai
I
(Instrumental
ities) :
pertuturan
menggunakan
tuturan lisan
dan langsung
N (Norms) :
pertuturam
diawalin
dengan
ucapan
permisi yang
menandai
konteks
budaya dan
bertutur
secara sopan.
G ( Genres)
: dialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
33. Do: Fontnya
11 ya? Bukan
12?
Ma: Apa Pak?
Do: Ini kurang
pas bentuknya
, silahkan
dibetulkan.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
yang cukup tegang.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua orang
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiwi
PBSI angkatan
2015 berasal dari
Klaten.
Percakapan tesebut
membahas
mengenai ukuran
font yang salah di
dipersilahkan
untuk
memperbaikinya.
S (Setting) :
Percakapan
terjadi di
ruang dosen
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.30 dengan
suasana yang
cukup tegang.
P
(Participant)
: seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
dengan
seorang
mahasiwi
PBSI
angkatan
2015 berasal
dari Klaten
E ( ends) :
mempersilah
kan
memperbaiki
Memberikan
informasi
sebab tuturan
yang terjadi
atau sebelum
peristiwa tutur
terjadi
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen
pembimbing
dengan
mahasiswa.
Dalam
pertuturan
terlihat
adanya
kekuasaan
yang
melekat
pada dosen
Pertuturan
tersebut
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
cukup
tegang, dan
dilakukan
secara
langsung
menggunaka
n tuturan
verbal.
Pertuturan
dilakukan
dengan
sopan tanpa
berkata-kata
kasar, karena
menghormat
i lawab
bicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
ukuran font
yang salah.
A (act
squence) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan dan
tidak berkata
kasar pada
mitra tutur.
K ( key) :
penutur
terlihat
sedikit kesal
sedangkan
mitra tutur
terlihat
gugup.
I
(Instrumental
ities) :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur
berkata
secara sopan
dan
mempersilah
kan mitra
tutur
memperbaiki
tulisannya
sebagai
konteks
budaya yang
melatar
belakanginya.
G ( Genres) :
dialog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
34. Do: Kajian
teorinya ya itu?
Kajian teori itu
yang berkaitan
dengan judul
dan sub-sub
masalah , kalau
yang lain-lain
tadi boleh
masuk, tapi
kamu
tambahkan
yang opo?
Ma: Sub sub
masalah yang
tadi itu?
Do: Ho.o yang
sub-sub
masalah..
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis 17
Januari 2018,
Pukul 09.40
dengan suana
percakapan yang
santai.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua orang
yakni seorang
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
Bantul dengan
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai isi sub-
sub msalah yang
terdapat pada
skripsi.
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Kamis 17
Januari 2018,
Pukul 09.40
dengan suana
percakapan
yang santai
P
(Participant)
: seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
Bantul
dengan
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
E ( ends) :
membahas
Memberi
informasi
tambahan
mengenai
peserta tutur.
Pertuturan
memperlihatka
n interaksi
antara dosen
dengan
mahsiswa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
melekat
pada dosen
dengan cara
memberikan
perintah
pada
mahasiswa.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang santai.
Pertuturan
dilakukan
langsung
dan secara
verbal.
Pertuturan
tersebut
terselib
adanya
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
dengan kata
“ opo, dan
Ho,o” yang
menandakan
pada diri
dosen
melekat
kultur Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mengenai isi
sub-sub
masalah.
A (act
squence) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan dan
tidak berkata
kasar pada
mitra tutur.
K ( key) :
penutur dan
mitra tutur
terlihat
santai.
I
(Instrumental
ities) :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
N (Norms) :
penutur
berkata sopan
dan tidak
menggunakan
nada yang
tinggi tetapi
menggunakan
sedikit bahasa
daerah secara
latar belakang
budaya
penutur.
G ( Genres)
: dialog.
35. Do: Ini
misalnya
tujuan
bercerita ? ini
punya sapa?
Ma: Penulis
Pak.
Do: Wah ya
gak bisa seperti
itu. Ya udah
benahi
semuanya dulu
yang benar,
dan optimal.
Percakapan tejadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 09.45
dengan suasana
yang cukup tegang
Percakapan
dilakukan oleh
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
S (Setting) :
Percakapan
tejadi diruang
dosen PBSI
USD pada
hari Selasa 18
Desember
2018, Pukul
09.45 dengan
suasana yang
cukup tegang
P
(Participant)
: Percakapan
dilakukan
Memberikan
informasi
sebab tuturan
yang terjadi.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakukan oleh
dosen dengan
mahasiswa.
Pertuturan
tersebut
memperlihat
kan adanya
kekuasaan
yang
melekat
pada diri
dosen
karena
faktor
profesi,
kekeuasaan
tersebut
ditunjukan
dengan
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang cukuup
tegang.
Pertuturan
tersebut
dilakukan
secara
langsung
dan
menggunaka
n tuturan
Dalam
pertuturan
terdapat
budaya
mengucapka
n terima
kasih yang
dilakukan
oleh
mahasiswa
usai
konsultasi
dengan
dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Ma: Iya
makasih pak.
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2015 yang berasal
dari Sumba.
Percakapan
membahas
mengenai
kesalahan dalam
persepsi
mahasiswa karena
menggunakan
pedapatnya sendiri.
oleh seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
dengan
seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
Sumba.
E ( ends) :
membahas
mengenai
kesalahan
dalam
persepsi.
A (act
squence) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan dan
tidak berkata
kasar pada
dosen
memberikan
perintah
pada
mahasiswa.
verbal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
mitra tutur.
K ( key) : :
Penutur
terlihat
sedikit kesal
sedangkan
mitra tutur
terlihat
gugup.
I
(Instrumental
ities) :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur
tidakberkata
kasar namun
kadang
mengunakan
nada yang
tinggi.
G ( Genres) :
Pembicaraan
berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dialog,
36. Do: Dah gek
kamu kerjakan
terus
dikumpulkan
lagi.
Ma: Oh iya
kalau ini. Pak,
kemarin kan
ada revisi
mengenai
daftar pustaka,
jadinya seperti
ini Pak?
Do: Ya.
Ma: Makasih
ya Pak ya.
Do: Ya, sama-
sama.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Senin 10
Desember 2018,
Pukul 09.30
dengan suasana
tuturan yang santai.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
Turi, Sleman.
Percakapan
membahas
mengenai peritah
untuk segera
menyelesaikan
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Senin 10
Desember
2018, Pukul
09.30 dengan
suasana
tuturan yang
santai.
P
(Participant)
: seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
dengan
mahasiswi
PBSI
angkatan
Memberikan
keterangan
yang bersifat
teratur pada
sebuah
tuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakukan leh
dosen dengan
mahasiswa
bimbingannya.
Pertuturan
tersebut
memperlihat
kan adanya
kekuasaan
yang
melekat
pada dosen
dengan cara
memberikan
perintah
pada
mahasiswa.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasan
tuturan yang
santai.
Pertuturan
dilakukan
secara
langsung
dan
menggunaka
n tuturan
verbal.
Pertuturan
tersebut
terselip
beberapa
bahasa
daerah yakni
bahasa Jawa
yang
dilakukan
oleh dosen
terhadap
mahasiswa
dengan
contoh
tuturan “
Dah gek
kamu
kerjakan
terus
dikumpulkan
lagi” yang
menandakan
adanya
kultur Jawa
yang
melekat
pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
skripsinya untuk
segera di
konsultasikan
kembali.
2015 yang
berasal dari
Turi.
E ( ends) :
membahas
mengenai
peritah untuk
segera
menyelesaika
n skripsinya
untuk segera
di
konsultasikan
kembali.
A (act
squence) :
penutur
berkata
dengan halus
dan
pemilihan
kata yang
baik sehingga
tidak dicap
kasar dalam
bertutur,
K ( key) :
penutur dan
mitra tutur
terlihat
dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
santai.
I
(Instrumental
ities) :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan
N (Norms) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan dan
tidak berkata
kasar pada
mitra tutur.
G ( Genres) :
dialog
37. Do: Ini pasti
kepotong.
Dowo dowo
yaa ini. Ini
rumusan
masalahnya
kok media?
Bagaimanakah
pengembangan
media
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.20
dengan susana
pembicaraan yang
cukup santai.
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.20 dengan
Memberikan
keterangan
atau informasi
mengenai
awalmula
terjadinya
pertuturan.
Pertutuan
memperlihatka
n adanya
interaksi yang
dilakuka oleh
dosen dengan
mahasiswa.
Dalam
pertuturan
terdapat
adanya
kekuasaan
yang ada
pada diri
dosen karena
faktor
profesi.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang cukup
santai.
Pertuturan
dilakuka
Dalam
pertuturan
terselip
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
yakni
“dowo-
dowo” yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pembelajaran?
Ma: Modul
Pak
maksudnya.
Do: Lha ya
modul orang
skripsimu
judul e modul
kok..
Percakapan ini
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki berasal
dari Yogyakarta
dengan seorang
mahasiswi
angkatan 2015
berasal dari NTT.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai
kesalahan objek
penelitian yang
digunakan pada
skripsi tersebut.
susana
pembicaraan
yang cukup
santai.
P
(Participant)
: Percakapan
ini dilakukan
oleh dua
orang yakni
seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki berasal
dari
Yogyakarta
dengan
seorang
mahasiswi
angkatan
2015 berasal
dari NTT.
E ( ends) :
membahas
mengenai
kesalahan
objek
penelitian.
A (act
squence) :
Kekuasaan
tersebut
ditunjukan
dengan
dosen dapat
memutuskan
mana yang
bensar dan
salah dalam
skripsi
mahsiswa.
secara
langsung
dan
menggunaka
n tuturan
verbal.
menandakan
melekatnya
kultur Jawa
pada diri
dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan dan
tidak berkata
kasar pada
mitra tutur.
K ( key) :
Penutur
terlihat
sedikit kesal
sedangkan
mitra tutur
terlihat
gugup.
I
(Instrumental
ities) :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan
N (Norms) :
penutur
menggunakan
bahasa yang
sopan namun
kadang-
kdang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menggunakan
nada yang
tinggi dalam
bertutur kata.
G ( Genres) :
dialog
langsung
38. Do: Teman-
teman diajak
bersama ya ...
Ini kan Jawa
Tengah to, nah
itu apa saja
anda cari ya.
Cerita rakyat
yang
berkembang di
Jawa Tengah
itu apa, ya to.
Kalau Malin
Kundang
bagaimana?
Ma: Bukan,
saya
menemukan
baru 4 sih pak.
Salatiga terus
Gunung
Amber atau
apa, Jaka
Kentil.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 09.30
dengan suasana
yang santai.
Percakpan
dilakukan oleh
daua orang yakni
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-lki
berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswa PBSI
angkatan 2015
berjenis kelamin
laki-laki berasal
dari Yogyakarta.
Percakapan
tersebut membahas
S (Setting) :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
09.30 dengan
suasana yang
santai.
P
(Participant)
: seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
lki berasal
dari
Yogyakarta
dengan
mahasiswa
PBSI
Memberi
informasi atau
keterangan
pengetahuan
yang dimiliki
oleh peserta
tutur.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memberikan
masukan dan
menentukan
mana yang
benar dan
salah salam
skripsi
mahasiswa.
Pertuturan
terjadi
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
tuturan yang
santai.
Pertuturan
menggunaka
n tuturan
secara verbal
dan
langsung.
Pertuturan
ini
memperlihat
kan ada
norma
kesopnan
yang
dilakukan
oleh
partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Do: Ya
makanya anda
cari yang
termasuk cerita
rakyat jawa
tengah itu apa
aja, anda cari
ya masuk apa
saja. Sudah
semua.
Ma: Lalu yang
dimasukkan ke
modul itu
hanya
beberapa cerita
yang saya pilih
kan Pak?
Do: Ya anda
menemukan
berapa dulu.
mengenai sumber
cerita rakyat yang
digunakan sebagai
refrensi pada
penulisan skripsi.
angkatan
2015 berjenis
kelamin laki-
laki berasal
dari
Yogyakarta.
E ( ends) :
membahas
mengenai
sumber cerita
rakyat yang
digunakan
sebagai
refrensi pada
penulisan
skripsi.
A (act
squence) : Do
memerintahk
an Ma untuk
segera
mencati cerita
rakya untk
keperluan
skripnya.
K ( key)
:penutur dan
mitra tutur
delam
keadaan
percakapaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang santai
I
(Instrumental
ities) :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan
N (Norms) :
penutr dan
mitra tutur
bercakap
dengan
bahasa yang
sopan, tidan
menggunakan
nada yang
tinggi dan
terselip
candaan-
candaan.
G ( Genres) :
dialog
langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
39. Do: Ini bukan
stalistika tapi
hanya
pragmatik ya
mbak..
Ma: Disini
penelitiannya
saya bagi Pak..
Do: Yo ora..
Cuma pakai
pragmatik
saja..
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI USD pada
hari Senin, 11
Desember 2018,
Pukul 2018 dengan
susana cukup
tegang.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
angkatan 2015
berasal dari Karo.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai batasan
istilah yang
digunakan oleh
mahasiswi dalam
skripsinya.
S (Setting) :
Percakapan
terjadi di
ruang dosen
PBSI USD
pada hari
Senin, 11
Desember
2018, Pukul
2018 dengan
susana cukup
tegang.
P
(Participant):
Percakapan
dilakukan
oleh dua
orang yakni
seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
dengan
seorang
mahasiswi
angkatan
2015 berasal
dari Karo
E ( ends) :
Memberikan
keterangan
atau informasi.
Keterangan: Mengenai
awalmula
terjadinya
pertuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah
hanya
menggunaka
n pragmatik
saja.
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengn
suasana
tuturan yang
cukup
tegang.
Pertuturan
mengguanka
n tuturan
verbal
diucapkan
secara
langsung.
Pertuturan
tersebut
tersellip
adanya
bahasa
daerah yang
diucapkan
oleh dosen
dengan
contoh “
mbak” dan
“yo ora”
yang
merupakan
kata-kata
dari bahasa
Jawa, yang
menandakan
Dosen
memiliki
kultur Jawa
yang
melekat
pada dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Percakapan
tersebut
membahas
mengenai
batasan
istilah yang
digunakan
oleh
mahasiswi
dalam
skripsinya
yang kurang
tepat.
A (act
squence)
:penutur
mengunakan
bahasa yang
sopan dalam
bertutur
sembari
memberikan
masukan
pada skripsi
mahasiswi.
K ( key) :
Penutur
terlihat
sedikit kesal
sedangkan
mitra tutur
terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
gugup.
I
(Instrumental
ities) : :
Penutur dan
mitra tutur
bertutur
secara
langsung dan
lisan.
N (Norms) :
penutur tidak
menggnakan
G ( Genres) :
dialog
langsung.
40. Do: Nah untuk
yang ini kamu
cari bukunya..
nah sekarang
sudah bisa
membuat to.
Itu kamu lihat
kakak tingkat
yang
bimbingan
saya juga,
kripsinya
hampir mirip
nanti kamu
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI USD pada
hari Senin, 11
Desember 2018,
Pukul 2018 dengan
susana cukup
tegang.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
berjenis kelamin
S (Setting) :
Percakapan
terjadi di
ruang dosen
PBSI USD
pada hari
Senin, 11
Desember
2018, Pukul
2018 dengan
susana cukup
tegang.
P
Memberi
informasi atau
keterangan
pengetahuan
yang dimiliki
oleh peserta
tutur (penutur
dan mitra
tutur).
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
dengan
suasan
pertuturan
yang cukup
tegang.
Pertuturan
dilakukan
secara
langsung
dan secara
Pertuturan
yang
dilakukan
terselip
bahasa
daerah yang
dituturan
oleh dosen,
dengan
contoh kata
“ ketok e”
yang
mendankan
adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
lihat
kerangkanya
juga ya itu,
orang Timur
juga kok.
Ma: Angkatan
berapa ya Pak?
Do: Satu tahun
diatasmu ketok
e..
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
angkatan 2015
berasal dari Karo.
Percakapan tersbut
membahas
mengenai perintah
penutur kepada
mitra tutur untuk
refrensi yang sudah
ia berikan.
(Participant)
: Percakapan
dilakukan
oleh dua
orang yakni
seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
dengan
seorang
mahasiswi
angkatan
2015 berasal
dari Karo.
E ( ends) :
Percakapan
tersbut
membahas
mengenai
perintah
penutur
kepada mitra
tutur untuk
refrensi yang
sudah ia
berikan.
A (act
squence) :
verbal. kultur Jawa
yang
melekat pda
diri dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Do
memerintah
Ma untuk
segera
mengecek
skrisi
mahasiswa
angkatan
sebelumnya
guna
dijadikakn
refrensi
dalam skripsi
Ma.
K ( key) :
Penutur
terlihat
sedikit kesal
sedangkan
mitra tutur
terlihat
gugup.
I
(Instrumental
ities) :
penutur
betutur secara
langsung
dengan lisan.
N (Norms) :
penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
bahasa yang
baik, namun
kadang-
kdang terselip
nada yang
tinggi dalam
bercakap.
G ( Genres) :
dialog
langsung.
41. Do: Lha ini
persektifnya...
ini harus
uraiannya
harus panjang..
Ma:Berarti
stalisitika yang
tadi itu harus
dijabarkan
pak?
Do: Lha iyaa,
ini itu intinya
dek..
Ma: Iya Pak..
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI USD pada
hari Senin, 11
Desember 2018,
Pukul 2018 dengan
susana cukup
tegang.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
angkatan 2015
berasal dari Karo.
Percakapan
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
Pesapa (yang
disapa):
seorang
mahasiswi
angkatan
2015 berasal
dari Karo.
Konteks
sebuah
tuturan
Memberikan
keterangan
atau informasi
mengenai
awalmula
terjadinya
pertuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
cukup
tegang dan
dituturkan
secara
verbal.
Dalam
pertuturan
terselip
bahasa
daerah, dan
terlihat
menggunank
n bahasa
yang sopan
karena
saling
menghormat
i lama
bicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
membahasa
mengenai
masukan-masukan
bagi skripsi
mahasiswi yang
masih kurang tepat.
Tujuan
tuturan :
Percakapan
terjadi di
ruang dosen
PBSI USD
pada hari
Senin, 11
Desember
2018, Pukul
2018 dengan
susana cukup
tegang.
Membahas
mengenai
masukan-
masukan bagi
skripsi
mahasiswi
yang masih
kurang tepat.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
menjelaskan.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
mitra tutur
menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
dengan”Berar
ti stalisitika
yang tadi itu
harus
dijabarkan
pak?” dan
memahaminy
a.
42. Ma: Misi Pak.
Do: Ya.
Ma: Mau
konsul Pak.
Do: Topikmu
apa itu?
Ma: Topik
saya
kesantunan
berbicara para
tokoh publik
dalam acara
republik
sentilan
sentilun di
Metro tv edisi
Juli 2017.
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis, 17
Januari 2018, Puku
09.40 dengan
suasana santai.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
angkatan 2015
berasal dari Bantul.
Percakapan
tersebut dimulai
dengan ucapan
salam dan
membahas
mengenai topik
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
mahasiswi
angkatan
2015 berasal
dari Bantul
Pesapa (yang
disapa):seora
ng dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-
laki berasal
dari
Yogyakarta
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
Memberikan
keterangan
yang bersifat
teratur pada
sebuah
tuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
bertanya
mengenai
topik yang
terdapat
pada skripsi
mahasiswa..
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang santai.
Pertuturan
dilakukan
secara
langsung
dan verbal.
Dalam
pertuturan
tersebut
terdapat
budaya
mengucapka
n salam
untuk
mengawali
pembicaraan
yang
dilakukan
oleh
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
yang ada skripsi
mahasiswi.
PBSI USD
pada hari
Kamis, 17
Januari 2018,
Puku 09.40
dengan
suasana
santai.
Percakapan
tersebut
dimulai
dengan
ucapan salam
dan
membahas
mengenai
topik yang
ada skripsi
mahasiswi.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
bertanya.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
mitra tutur
menjawab “
Topikmu apa
itu?” guna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
memahami
maksud
percakapan.
43. Do: Dah sana
kembali
keteman-
temanmu kamu
bimbing dalam
diskusi.
Ma: Oh iya
Pak,
terimakasih.
Percakapan terjadi
di ruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
pertuturan yang
santai.
Percakapan
tersebut dilakukan
oleh dua orang
yakni seorang
dosen berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2015 berasal dari
Klaten,
Percakapan tesebut
yakni mengandung
perintah penutur
kepada mitra tutur
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
Pesapa (yang
disapa):seora
ng mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 berasal
dari Klaten.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
Memberikan
informasi
lanjutan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
cukup santai,
pertuturan
dilakukan
secara
langsung
dan verbal.
Dalam
pertuturan
terdapat
budaya
mengucapka
n terima
kasih yang
dilakukan
oleh
mahasiswa
usai
konsultasi
mengenai
skripsinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
untuk segera
kembali
ketemannya untuk
segera
membimbing
diskusi temennya.
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.30 dengan
suasana
pertuturan
yang santai.
Percakapan
tesebut yakni
mengandung
perintah
penutur
kepada mitra
tutur untuk
segera
kembali
ketemannya
untuk segera
membimbing
diskusi
temennya.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
memerintah.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
mitra tutur
menjawab “
Oh iya pak,
terimakasih.”
Karena sudah
dirasa
mengerti.
44. Do: Ini mana
yang kalimat
kamu?
Menulis dapat
menambah
kecerdasan
misalnya?
Mana? Ha?
Uraianmu kan
belum ada.
Ma: Iya Pak.
Do: Uraikan
satu persatu!
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
yang berasal dari
Yoggyakarta dan
berjenis kelamin
laki-laki dengan
mahasiswi PBSI
angatan 2015 yang
berjenis kelamin
perempuan dan
berasal dari
Sumba.
Percakapan
membahas
mengenai letak
uraian mengenai
sumber yang
dicantumkan pada
skripsi mahasiswi
namun belum
diuraikan secara
lebih lanjut hingga
menimbulkan
Penyapa
(yang
menyapa):
s.eorang
dosen yang
berasal dari
Yogyakarta
dan berjenis
kelamin laki-
laki
Pesapa (yang
disapa):maha
siswi PBSI
angatan 2015
yang berjenis
kelamin
perempuan
dan berasal
dari Sumba.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Memberikan
penegasan
dalam sebuah
pertuturan.
Keterangan: Percakapan
terjadi agar
mitra tutur
memahi apa
yang
dikemukakan
oleh penutur.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang cukup
tegang dan
dilakukan
secara
verbal.
Pertuturan
dilakukan
dengan
sopan tanpa
berkata-kata
kasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
pertuturan lainnya.
Percakapan
tersebut terjadi
diruang dosen
PBSI USD dengan
suasana yang
cukup tegang, pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 09.45.
Percakapan
tersebut
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
dengan
suasana yang
cukup tegang,
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
09.45.
Percakapan
membahas
mengenai
letak uraian
mengenai
sumber yang
dicantumkan
pada skripsi
mahasiswi
namun belum
diuraikan
secara lebih
lanjut hingga
menimbulkan
pertuturan
lainnya.
Tuturan
sebagai
bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
tindakan atau
tindak ujar:
bertanya.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
mitra tutur
menjawab
“Iya Pak”
karena sudah
memahami
maksud yang
diucapkan
penutur.
45. Do: Saya gak
mau kalau
hanya diberi
tau terus
datang lagi
tanya ini
bagaimana,
jadi kalau
datang kesini
bawa produk
yaaa.. dengan
begitu anda
akan selesai
kalo hanya
begini anda
tidak akan
selesai .
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
berjenis kelamin
laki-laki yang
berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2015 berasal dari
Yogyakarta.
Percakapan
tersebut terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
Pesapa (yang
disapa):seora
ng mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 berasal
Memberikan
penegasan
dalam sebuah
pertuturan
Keterangan : agar mitra
tutur memahi
apa yang
dikemukakan
oleh penutur.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang cukup
tegang.
Pertuturan
dilakukan
secara verbal
dan
langsung.
Pertuturan
terdapat
budaya
mengucapka
n terima
kasih yang
dilakkan
oleh
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
bingung ya
kan.. isinnya
hanya
bingung...
tetapi
bingungnya itu
harus dengan
produk,
silahkan
tuliskan nanti
Pak Kun yang
mengomentari
ya.
Begitu saja .
ok?
Ma: Yaa..
terimakasih
Pak..
hari Jumat 11
Desember 2018,
pukul 13.30
dengan suasana
percakapan yang
cukup tegang.
Percakapan
tersebut berisikan
penjelasan dosen
yang enggan untuk
memberikan
konsultasi karena
mahasiswa tidak
membawa hasil
tulisan skripsi
sebagai bukti
proses yang
konkret.
dari
Yogyakarta.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Percakapan
tersebut
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Jumat 11
Desember
2018, pukul
13.30 dengan
suasana
percakapan
yang cukup
tegang.
Percakapan
tersebut
berisikan
penjelasan
dosen yang
enggan untuk
memberikan
konsultasi
karena
mahasiswa
tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
membawa
hasil tulisan
skripsi
sebagai bukti
proses yang
konkret.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
menjelaskan.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
mitra tutur
menjawab
“Yaa..
terimakasih
Pak..
“ karena
sudah
memahami
maksud dari
penutur.
46. Do: Ini
judulnya
pegembangan
modul digital
untuk
pembelajaran
pada cerita
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.20
dengan suasan
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
Pemberian
penjelasan
secara
terperinci
dalam sebuah
pertuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang santai.
Pertuturan
memperlihat
kan norma
kesantunan
yang
dilakukan
oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
fantasi untuk
siswa kelas 7
SMP, ini
tahunnya gak
usah masuk ya,
dengan
memanfaatkan
cerita rakyat
dst. Nanti
bagian
tahunnya
dimasukan
dalam teksnya
ya.
Ma: Oh iya
baik.
Do: Biar nanti
judulnya tidak
terlalu panjang
.
Ma: Iya Pak
baik.
pertuturan yang
cukup santai.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
NTT.
Percakapan
berisikan mengenai
masukan-masukan
berupa
pemendekan judul
dan penjabaran
melalui latar
belakang pada
sebuah skripsi.
laki yang
berasal dari
Yogyakarta.
Pesapa (yang
disapa):Yogy
akarta dengan
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
NTT.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.20 dengan
suasan
pertuturan
yang cukup
santai.
Percakapan
berisikan
Keterangan:
Memberikan
penegasan
dalam sebuah
pertuturan
agar mitra
tutur memahi
apa yang
dikemukakan
oleh penutur.
mahasiwa. dengan cara
memerintah.
Pertuturan
menggunaka
n tuturan
verbal.
pertisipan
dengan
bertutur
secara
sopan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mengenai
masukan-
masukan
berupa
pemendekan
judul dan
penjabaran
melalui latar
belakang
pada sebuah
skripsi
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
memerintah,
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
mitra tutur
memahi
mamksud
yang
diucapkan
penutur
dengan
menjawab
“Oh iya
baik”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
47. Do: Bagian
penutup
misalnya, ini
apa? Ya
silahkan
uraikan.
Langkah-
langkah
perhitungannya
. Ya sudah
silahkan
diuraikan
sendiri.
Ma: Iya Pak.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 10.20
dengan suasan
pertuturan yang
cukup santai.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin laki-laki
yang berasal dari
Yogyakarta dengan
mahasiswi PBSI
angkatan 2015
yang berasal dari
NTT.
Percakapa berisi
mengenai perintah
penutur untuk
mitra tutur agar
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
Pesapa (yang
disapa):maha
siswi PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
NTT.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
Memberikan
penegasan
dalam sebuah
pertuturan
agar mitra
tutur memahi
apa yang
dikemukakan
oleh penutur.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
PBSI dengan
suasana
pertuturan
yang cukup
santai.
Pertuturan
dilakukan
dengan
tuturan
verbal.
Pertuturan
dilakukan
denan sopan,
dan
mahasiswa
tidak
menyela
tuturan yang
dilakukan
oleh dosen
karena
menghormat
i dosen yang
berusia lebih
tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
menguraikan
pertuturan dengan
lebih baik lagi.
PBSI USD
pada hari
Selasa 18
Desember
2018, Pukul
10.20 dengan
suasan
pertuturan
yang cukup
santai.
Percakapan
dilakukan
oleh dua
orang yakni
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin laki-
laki yang
berasal dari
Yogyakarta
dengan
mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
NTT.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
bertanya.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
setelah
mendengarka
n penutur
yang
berbicara
karena
merasa
paham mitra
tutur
menjawab “
Iya pak.”.
48. Do: Kalau
diubah, dan
yang kamu
maksud jenis
opo?
Ma: Jenis -
jenis?
Do: Contoh
konkretnya !
Ma: Contoh
konkretnya itu,
misalkan
imperatif biasa,
seperti
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis, 6
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
tuturan yang santai.
Percakapan
tersebut membahas
mengenai contoh
konkret yang topik
yang dibahas
dalam skripsi
mahasiswi yang
dianggap kurang
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen yang
berjenis
kelamin laki-
laki dan
berasal dari
Yogyakarta.
Pesapa (yang
disapa):
seorang
mahasiswi
PBSI
angkatan
Pemberian
penjelasan
secara
terperinci
dalam sebuah
pertuturan.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
dilakukan di
ruang dosen
dengan
suasana
tuturan yang
cukup santai.
Tuturan
dilakukan
secara
langsung
dan secara
verbal.
Pertuturan
terselib
bahasa
daerah yang
dilakukan
oleh dosen
dengan
contoh
tuturan “
Kalau
diubah, dan
yang kamu
maksud jenis
opo?”
menandakan
dosen
memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
permintaan,
ajakan seperti
itu Pak. Kalau
yang formal itu
hanya ada 2
yaitu imperatif
aktif dan pasif.
Kalau aktif itu
ya seperti
transitif dan
intransitif gitu
Pak.
Do: Lucu.
tepat oleh penutur.
Percakapan tesebut
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
yang berjenis
kelamin laki-laki
dan berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2015 yang berasal
dari NTT.
2015 yang
berasal dari
NTT.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Percakapan
terjadi
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Kamis, 6
Desember
2018, Pukul
10.30 dengan
suasana
tuturan yang
santai.
Percakapan
tersebut
membahas
mengenai
contoh
konkret yang
topik yang
dibahas
dalam skripsi
mahasiswi
yang
dianggap
kultur Jawa
yang
melekat
pada dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
kurang tepat
oleh penutur.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
bertanya dan
mencoba
memahami.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
karena
memahami
keinginan
penutur mitra
tutur
menjawab ”
Contoh
konkretnya
itu, misalkan
imperatif
biasa, seperti
permintaan,
ajakan
seperti itu
Pak. Kalau
yang formal
itu hanya ada
2 yaitu
imperatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
aktif dan
pasif. Kalau
aktif itu ya
seperti
transitif dan
intransitif
gitu Pak.”
49. Do: Kalau
fungsi, kalau
diganti fungsi
gimana? Jadi
fungsi apa
sajakah yang
digunakan
dosen. Ini
guru apa
dosen? Dosen
kepada
mahasiswa?
Ma: Guru eh
dosen Pak.
Do: Berarti
dosen terhadap
mahasiswa.
Jadi dibuat
lebih
fungsional,
katakan saja
pertama wujud
atau bentuk
gitu ya mbak
ya.
Percakapan terjadi
diruang dosen
PBSI USD pada
hari Kamis, 6
Desember 2018,
Pukul 10.30
dengan suasana
tuturan yang santai.
Percakapan tesebut
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
yang berjenis
kelamin laki-laki
dan berasal dari
Yogyakarta dengan
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2015 yang berasal
dari NTT.
Percakapan yang
dilakukan oleh
penutur dan mitra
tutur membahas
mengenai
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen yang
berjenis
kelamin laki-
laki dan
berasal dari
Yogyakarta.
Pesapa (yang
disapa):seora
ng mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 yang
berasal dari
NTT.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Percakapan
terjadi
Memberikan
penegasan
dalam sebuah
pertuturan.
Keterangan: agar mitra
tutur memahi
apa yang
dikemukakan
oleh penutur.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen.
Pertuturan
dilakukan
oleh dosen
dan
mahasiwa di
ruang dosen
PBSI dnegan
suasana
tuturan yang
santai.
Tuturan
dilakukan
secara
verbal, dan
santai.
Pertuturan
dilakukan
dengan
sopan yang
mendakan
budaya
ketimuran
dan terdpat
kata “ yang
dituturkan
oleh dosen
yang
menandakan
adanya
kultur Jawa
yang
melekat
pada diri
dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
masukan-masukan
dosen untuk skripsi
mahasiwi yang
kurang teapt dalam
pemilihan subjek
penelitian.
diruang dosen
PBSI USD
pada hari
Kamis, 6
Desember
2018, Pukul
10.30 dengan
suasana
tuturan yang
santai.
Percakapan
yang
dilakukan
oleh penutur
dan mitra
tutur
membahas
mengenai
masukan-
masukan
dosen untuk
skripsi
mahasiwi
yang kurang
teapt dalam
pemilihan
subjek
penelitian.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
tindak ujar:
bertanya.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
dirassa
memahami
pertuturan
yang
dituturkan
oleh dosen
mitra tutur
menjawab
“Guru eh
dosen Pak.“.
50. Do: Liburan
sudah harus
beres BAB 1.
Sekarang
nggak libur.
Udah ya kamu
bawa ini
semuaya. Ada
Yang mau
ditanyakan?
Gita sini. Ini
sudah
divalidasi sama
Pak Pe belum?
Ya divalidasi
aja nanti
divalidasi dulu
satu. Kamu
Pertuturan terjadi
diruang kaprodi
PBSI USD pada
hari Selasa 18
Desember 2018,
Pukul 13.00
dengan suasana
yang cukup tegang.
Percakapan
dilakukan oleh dua
orang yakni
seorang dosen
PBSI berjenis
kelamin
perempuan yang
berdomilisi
Yogyakarta dengan
Penyapa
(yang
menyapa):
seorang
dosen PBSI
berjenis
kelamin
perempuan
yang
berdomilisi
Yogyakarta
Pesapa (yang
disapa):seora
ng mahasiswi
PBSI
angkatan
2015 yang
Pemberian
penjelasan
secara
terperinci
dalam sebuah
pertuturan.
Keterangan : Memberikan
keterangan
mengenai
keadaan
penutur atau
kondisi mitra
tutur.
Pertuturan
memperlihatka
n adanya
interaksi
antara dosen
dengan
mahasiwa.
Pertuturan
memperlihat
kan adanya
kekeuasaan
yang
diperankan
oleh dosen
dengan cara
memerintah.
Pertuturan
terjadi di
ruang dosen
PBSI dengn
suasana
tuturan yang
cukup
tegang dan
dilakukan
secara verbal
dan
langsung.
Dalam
pertuturan
tersebut
terselip
bahaa daerah
yang
dilakukan
oleh dosen
dengan
contoh kata
”lali” dan
Piye” yang
mendakan
terdapat
kultur Jawa
yang
melekat
pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
punya teman
guru nggak ?
Kalau nggak
gurumu dulu
itu siapa. Ini
tinggal kurang
divalidasi saja.
Jelas? Terus
ibu Tanya
kamu kemarin
ndak datang
pas acara apa
gitu?
Lali?.Evaluasi
ya?
Kok bisa
nggak tau ki
piye?
Ma: Lhaa
nggak ada
yang ngasih
tau e bu.
seorang mahasiswi
PBSI angkatan
2015 yang berasal
dari Cilacap.
percakapan
tersebut berisikan
perintah penutur
kepada mitra tutur
untuk segera
menyelesaikan hal-
hal terkait skripsi
yang dikerjakan
mahsiswi dan
pertanyaan atas
keteledoran
mahasiswi yang
tidak hadir dalam
evaluasi.
berasal dari
Cilacap.
Konteks
sebuah
tuturan
Tujuan
tuturan :
Pertuturan
terjadi
diruang
kaprodi PBSI
USD pada
hari Selasa
18 Desember
2018, Pukul
13.00 dengan
suasana yang
cukup tegang.
Percakapan
tersebut
berisikan
perintah
penutur
kepada mitra
tutur untuk
segera
menyelesaika
n hal-hal
terkait skripsi
yang
dikerjakan
mahsiswi dan
dosen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
pertanyaan
atas
keteledoran
mahasiswi
yang tidak
hadir dalam
evaluasi.
Tuturan
sebagai
bentuk
tindakan atau
tindak ujar:
memerintah
dan bertanya.
Tuturan
sebagai
tindak verbal:
karena sudah
memahmi
pertuturan
mitra tutur
menjawab “
Lhaa nggak
ada yang
ngasih tau e
bu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
BIOGRAFI PENULIS
Oktaviano Aditya Murti lahir di Sleman pada tanggal 1
Oktober 1996. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan
suami istri Fl. Haryadi Kusmanto, S.Pd. dengan Elisabeth
Budi Murni, dan merupakan adik dari C. Hendra Agatama,
S.Pd.,Gr. Penulis merupakan alumnus dari SD Kanisius
Kotabaru Yogyakarta pada tahun 2009. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP N 2 Depok, Sleman hingga
2012 dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 2 Ngaglik, Sleman
hingga tahun 2015. Usai menyelesaikan pendidikan strata menengah atas, penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma, dan tercatat sebagai
mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun
2015. Masa akhir studi di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dilalui dengan
menulis tugas akhir yang berjudul “Kajian Pragmatik Konteks Ekstralinguistik
dalam Pertuturan Dosen Pembimbing dengan Mahasiswa Bimbingannya: Studi
Kasus”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI