Hyperemesis Gravidarum

35
Trigger 1 Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli kandungan dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu. Setiap kali makan dan minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa lemas dan aktifitas sehari-hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir terasa kering. Pasien juga mengatakan takut terhadap kehamilannya yang pertama dan banyak bertanya pada perawat tentang kondisi janinnya. Hasil pemeriksaan fisik : TTV : TD = 110/80 mmHg, HR = 86 x/menit, RR = 20 x/menit, T = 37 0 C. saat ini perawat sedang menyusun rencana keperawatan terhadap Ny. J. DEFINISI Williams (2006) menyatakan bahwa mual dan muntah merupakan keluhan yang paling sering selama paruh pertama kehamilan yang dimulai antara terlambat haid dan berlanjut sampai usia kehamilan 14 minggu, biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi mungkin berlanjut sepanjang hari. Mual muntah ini termasuk sebagai tanda dugaan hamil yang terjadi pada awal kehamilan (Manuaba, 1999). Kebanyakan mual-mual terjadi pada pagi hari, sehingga dinamakan pusing pagi, tetapi mungkin saja terjadi kapanpun. Mual-mual di pagi hari lebih umum daripada di saat yang lain, karena perut mengandung kumpulan asam lambung yang diendapkan pada malam hari (Jones, 2005). Hiperemesis gravidarum diartikan sebagai gejala mual dan muntah yang berlebihan yang berat, dapat berlangsung sampai dengan umur kehamilan 4 bulan sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo, 1997). Sindrom hiperemesis ini juga dapat didefinisikan sebagai muntah-muntah yang cukup berat pada wanita hamil sehingga 1

Transcript of Hyperemesis Gravidarum

Page 1: Hyperemesis Gravidarum

Trigger 1

Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli kandungan

dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu. Setiap kali makan dan

minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa lemas dan aktifitas sehari-

hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir terasa kering. Pasien juga mengatakan

takut terhadap kehamilannya yang pertama dan banyak bertanya pada perawat tentang kondisi

janinnya. Hasil pemeriksaan fisik : TTV : TD = 110/80 mmHg, HR = 86 x/menit, RR = 20 x/menit, T = 37 0C. saat ini perawat sedang menyusun rencana keperawatan terhadap Ny. J.

DEFINISI

Williams (2006) menyatakan bahwa mual dan muntah merupakan keluhan yang paling

sering selama paruh pertama kehamilan yang dimulai antara terlambat haid dan berlanjut

sampai usia kehamilan 14 minggu, biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi mungkin berlanjut

sepanjang hari. Mual muntah ini termasuk sebagai tanda dugaan hamil yang terjadi pada

awal kehamilan (Manuaba, 1999).

Kebanyakan mual-mual terjadi pada pagi hari, sehingga dinamakan pusing pagi, tetapi

mungkin saja terjadi kapanpun. Mual-mual di pagi hari lebih umum daripada di saat yang

lain, karena perut mengandung kumpulan asam lambung yang diendapkan pada malam hari

(Jones, 2005). Hiperemesis gravidarum diartikan sebagai gejala mual dan muntah yang

berlebihan yang berat, dapat berlangsung sampai dengan umur kehamilan 4 bulan sehingga

pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo,

1997).

Sindrom hiperemesis ini juga dapat didefinisikan sebagai muntah-muntah yang cukup berat

pada wanita hamil sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis

akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan, hipokalemia

(Williams, 2006).

Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak kehamilan) dapat juga diartikan sebagai

mual dan muntah yang berkembang sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dan

keadaaan umum menjadi buruk, seperti dehidrasi dan penurunan berat badan (Taber, 1997).

ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO

Penyebab hipermesis gravidarum sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Tidak ada

bukti bahwa penyakit ini disebabkan faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia

1

Page 2: Hyperemesis Gravidarum

(Prawirohardjo, 1997). Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang dikemukakan oleh

Prawirohardjo (1997) adalah adalah primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.

a. Factor hormonal

1. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan

bahwa faktor hormon memegang peranan penting, karena pada kedua keadaan tersebut

hormon Chorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Hiperemsis gravidarum tampaknya

berkaitan dengan kadar hCG yang tinggi atau meningkat pesat (Goodwin, et al., 1994; Van de

Ven, 1997, dalam Williams, 2001). Sindrom hiperemesis gravidarum ini mungkin juga

disebabkan oleh kadar hormon estrogen yang meningkat (Prawirohardjo, 1997).

Bagaimana HCG dapat menyebabkan HEG masih belum jelas, tetapi mekanismenya diduga

karena efek yang pada proses sekresi disaluran pencernaan bagian atas ( GIT ) atau adanya

stimulasi fungsi tiroid karena kesamaan structural untuk thyroid stimulating hormone

( TSH ).

Estrogen dan progesteron telah lama terlibat dalam etiologi mual dan mutah, meskipun

teori ini tidak sepenuhnya sesuai dengan insidensi gejala di trimester pertama pada sebagian

besar wanita, karena kadar hormon ini terus meningkat setelah melewati trimester pertama

(Tiran, 2008).

2. Hiperparatiroidisme

Hiperparatiroidisme, biasanya bersifat sementara dan diduga sebagai salah satu factor

penyebab HEG. HCG diduga sebgai penyebab sementara terjadinya kenaikan kadar hormone

tiroid. hCG adalah homolog untuk tiroid stimulating hormone ( TSH ) dan berfungsi sebagai

TSH agonis yang lemah. Oleh karena itu terjadi peningkatan totaltri-iodothyronine ( T3 ) dan

Tiroksin ( T4 ) dalam darah. Pada saat yang sama, kadar TSH dalam darah akan berkurang,

mungkin karena umpan balik negative yang merupakan pengaruh T3 dan T4 pada pituitary

dalam mensekresikan TSH.

3. Progesterone

Para peneliti telah mencari hubungan antara HEG dan progesterone. Dalam tinjauan

literature dijelaskan bahwa mereka dengan mual dan muntah pada awal kehamilan memiliki

tingkat progesterone secara signifikan lebih rendah. Pada kehamilan yang mendapatkan

progesterone selama fase luteal tidak menunjukkan peningkatan insiden HEG, sehingga

kadar progesteronnya tinggi ( endogen atau eksogen saja ) tidak menyebabkan HEG.

4. Estrogen

Mual adalah efek samping yang umum dari pengobatan estrogen, mendukung hipotesis

bahwa mungkin estrogen kausal yang berkaitan dengan HEG. Estrogen memiliki pengaruh

2

Page 3: Hyperemesis Gravidarum

terhadap beberapa mekanisme yang dapat memodulasi factor yang menyebabkan HEG.

Tingkat estrogen yang tinggi mengakibatkan waktu pencernaan di susu lebih lambat dan

pengosongan lambung akan mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang tinggi.

Pergeseran pH dalam GIT bisa mengakibatkan manifestasi dari infeksi Helicobacter pilori

subklinis, yang dapat berhubungan dengan gejala gastrointestinal.

b. Factor organik

1. Masuknya vili khorialis dalam sirkuasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta

resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.

Alergi merupakan respons dari jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai salah satu

faktor organik penyebab hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 1997).

2. Frigo, et al. (1998, dalam Williams, 2006) mengungkapkan adanya keterkaitan terhadap

Helicobacter pylori (penyebab ulkus peptikum) dengan hiperemesis gravidarum. Hayakawa,

et al. (2000, dalam Tiran, 2008) menemukan adanya ganom Helicobacter pylori dalam saliva

wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum dan menyatakan bahwa infeksi

Helicobacter pylori merupakan faktor penting dalam patogenesis hiperemesis gravidarum,

meskipun bukan penyebab tunggal dari penyakit ini.

c. Factor psikologis

1. Hiperemesis gravidarum juga ditemukan pada wanita yang memiliki riwayat kehamilan yang

jelek, memiliki bayi dengan jenis kelamin yang tidak diinginkan, kehamilan yang tidak

diinginkan, atau kakhawatiran akan kehilangan pekerjaan (Bennet & Brown, 1999).

Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, tidak

jarang dengan memberikan suasana baru dapat membantu ibu mengurangi frekuensi mual

dan muntah (Prawirohardjo, 1997).

2. Komplikasi kehamilan yang paling sering disertai dengan gangguan psikologis adalah

hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 1997). Faktor psikologik juga merupakan faktor

predisposisi dari penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut

terhadap kehamilan dan persalinan, takut pada tanggung jawab menjadi ibu, dapat

menyebabkan konflik mental yang memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak

sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup

(Prawirohardjo, 1997).

Prawirohardjo (1997) berpendapat bahwa muntah-muntah yang berlebihan merupakan

komponen reaksi psikologik terhadap situasi tertentu dengan kehidupan wanita. Tanpa itu

biasanya wanita hamil muda hanya akan menderita rasa mual dan muntah sedikit-sedikit

(emesis gravidarum).

3

Page 4: Hyperemesis Gravidarum

Faktor psikologi yang signifikan terindikasi yaitu wanita yang terpisah dari keluarganya,

dengan symptom dari hiperemesis yang mereka alami berkurang ketika kembali ke

lingkungan keluarganya (Smith, et al., 2006). Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak

direncanakan atau karena beban pekerjaan atau financial akan menyebabkan penderitaan

batin, ambivelensi dan konflik yang dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan

atau memperparah gejala yang sudah ada. Kecemasan berdasarkan pengalaman kehamilan

sebelumnya, terutama akan datangnya hiperemesis gravidarum atau preeclampsia, dapat

memperburuk rasa sejahtera (Tiran, 2008).

d. Factor fisiologi

1. Faktor predisposisi lain untuk hiperemesis gravidarum adalah keletihan, janin wanita, ulcus

pepticum, mual dan muntah di kehamilan sebelumnya, penggunaan pil kontrasepsi saat

prakonsepsi, mual pramenstruasi, merokok, stress, cemas, dan takut, masalah sosio-

ekonomi, kesulitan dalam membina hubungan, dan wanita yang memiliki keluarga atau ibu

yang mengalami mual dan muntah saat hamil (Tiran, 2008).

2. Faktor fisiologi yang menyebabkan muntah antara lain perubahan karbohidrat dan

metabolism lemak, situasi korpus luteum, faktor genetic, adaptasi saluran gastrointestimal,

faktor imunologis, dampak pada kemampuan mencium atau melihat, migren dan sakit

kepala, distensi, trauma atau infeksi uterus, kandung kemih atau pelvis ginjal, dan gangguan

apparatus vestibular (Tiran, 2008).

Derajat hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum terbagi atas beberapa derajat sesuai dengan tanda dan gejala yang

dialaminya,

yaitu :

a. Derajat 1

Muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali/hari, dan mencegah dari masuknya

makanan atau minuman selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak ada

nafsu makan, berat badan turun (2-3 kg dalam 1-2 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat

sampai 100x permenit, tekanan darah sistolik menurun, tekanan kulit menurun dan mata

cekung

b. Derajat 2

Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi kecil dan cepat,

suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit kuning. Berat badan turun dan mata menjadi

cekung, tekanan darah turun, pengentalan darah, urin berkurang, dan sulit BAB. Pada napas

dapat tercium bau aseton

4

Page 5: Hyperemesis Gravidarum

c. Derajat 3

Keadan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai koma,

nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah turun. Pada cabang bayi dapat

terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan

mental. Keadaan ini akibat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika

sampai ditemukan kuning berarti sudah ada gangguan hati.

5

Page 6: Hyperemesis Gravidarum

PATOFISIOLOGI

Factor predisposisi , organic, dan psikologik, factor hormonal

Perangsangan pada hypothalamus

Aktivasi dan stimulasi CT2

Mual, muntah

Cadangan lemak cairan ex. Sel MK : kekurangan iritasi asam Na & Cl hilang mll muntah

Dan KH habis shift cairan cairan & elektrolit pd selaput aliran balik vena kejantung

Glukosa oksidasi lemak ke intra sel lendir esophagus curah jantung

Darah tdk smpurna pembengkakan lidah kering aktivasi mekanisme

Glukosa otak penimbunan sel2 otak pe sensasi kecap homeostatic

Pusing, As. Aseton pe TIK penekanan pd syaraf nafsu makan pe TD

Skt kepala dlm darah sakit kepala, pusing pe kesadaran deteksi reseptor

MK : perubahan pd jantung

Nutrisi kurang dari pusat vasomotor

Kebutuhan tubuh vasokontriksi perifer

MK : penurunan

Badan lemas perfusi

Aktivitas terganggu

MK : Intoleransi Aktivitas

6

Page 7: Hyperemesis Gravidarum

MANIFESTASI KLINIS

Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat

yaitu :

1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama, dengan gejala muntah berlangsung terus,

makan berkurang, berat badan menurun, kulit dehidrasi, tonus kulit lemah, nyeri daerah

epigastrium, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, lidah kering, mata nampak

cekung;

2. Hiperemesis gravidarum tingkat dua, gejalanya penderita tampak lebih lemah, gejala

dehidrasi makin nampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor,

tekanan darah turun dan nadi meningkat, berat badan makin menurun, mata ikterik,

gejala hemokonsentrasi makin nampak, urine berkurang, badan aseton dalam urine

meningkat, terjadinya gangguan buang air besar, mulai tampak gejala gangguan

kesadaran (menjadi apatis), nafas berbau aseton;

3. Hiperemesis gravidarum tingkat tiga, ditandai dengan gejala muntah berkurang, keadaan

umum semakin menurun, tekanan darah turun, nadi meningkat, suhu naik, keadaan

dehidrasi semakin jelas, gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus, gangguan

kesadaran umum dalam bentuk, samnolen sampai koma, komplikasi susunan saraf pusat

(enselofati Wernicke), nistagmus-perubahan ke arah bola mata, diplopia-gambar tampak

ganda dan perubahan mental (Manuaba, 1998).

Penurunan nafsu badan yang dirasakan oleh wanita yang mengalami hiperemesis

gravidarum berkaitan dengan peningkatan kadar hormon pada arena posterma, suatu organ

circumventricular pada bagian dasar ventricle keempat yang terlatak di luar penghalang otak darah

(blood-brain barrier) (Whitehead, et al., 1992 dalam Wesson, 2002). Area ini biasa dikenal sebagai

zona pemicu chemoreceptor (chemoreceptor trigger zone), yang tidak hanya mencakup muntah,

tetapi juga perubahan selera makan, efek hilangnya selera makan (anorexic), keseimbangan energi

dan fungsi-fungsi lainnya (Borison, 1989 dalam Wesson, 2002).

Pada minggu - minggu kehamilan pertama pada sebagian wanita hamil merasakan seperti

memakan logam yang sudah lama, rasa ini akan merusak rasa makanan dan mengganggu bagi

wanita yang mengalami gejala mual muntah sedang sampai berat (O’Brien & Naber, 1995 dalam

Wesson, 2002). Salah satu partisipan dari penelitian yang dilakukan oleh O’Brien & Zhou (1992,

dalam Wesson, 2002) menyatakan bahwa ia merasa seperti mendapatkan rasa logam yang benar-

benar ada dalam mulutnya dan tidak bisa hilang sehingga bahkan membuat minum air menjadi

7

Page 8: Hyperemesis Gravidarum

sangat tidak menyenangkan. Ptyalisme, atau air liur yang berlebih sering menyertai hiperemesis

gravidarum dan beberapa wanita membutuhkan tempat untuk menampung air liur mereka tersebut

(Gardner, 1997).

Ptyialisme (kelebihan ludah) pada ibu hamil terjadi sejak usia gestasi 8 minggu dan biasanya

disebabkan oleh hormon kehamilan (Bennet & Brown, 1999). Prawihardjo (1997) menyatakan

bahwa ptyalisme terjadi karena ketidaksanggupan wanita tersebut menelan air ludahnya sebagai

akibat dari mual.

Pada awal kehamilan, tubuh akan memproduksi sejumlah progesteron dan estrogen yang

cenderung melemaskan semua jaringan otot halus di seluruh tubuh, termasuk saluran pencernaan.

Akibatnya kadang-kadang makanan berjalan lambat di dalam sistem pencernaan, sehingga perut

terasa kembung dan panas. Rasa panas di perut akibat melemasnya cincin otot yang memisahkan

kerongkongan dengan lambung. Akibatnya, makanan dan cairan yang keras serta asam dapat masuk

ke kerongkongan dari lambung. Asam lambung ini merangsang dinding kerongkongan yang peka

sehingga menyebabkan rasa panas. Untuk menghindarinya usahakan makan sedikit-sedikit tapi

sering. Hindari posisi membungkuk dengan melekukkan pinggang (O’Brien & Naber 1992, dalam

Tiran 2008).

Kaltenbach (1891, dalam Wesson, 2002) menyatakan bahwa para wanita yang mengalami

penyakit kehamilan tingkat berat, yaitu hiperemeses gravidarum, secara tidak wajar dan secara

simbolik mengalami atau mengungkapkan perasaan benci mereka terhadap kehamilan dan

kebencian terhadap suami dan bayi yang mereka kandung dan menganggapnya sebagai suatu emosi

yang kuat. Hal ini terjadi karena pergolakan hormon, hampir semua wanita hamil secara emosional

labil dan cenderung goyah (Stoppard, 2007). Williams (2006) menyatakan bahwa pada awal

kehamilan, sebagian besar wanita mengeluh kelelahan dan ingin tidur terus menerus. Keadaan ini

biasanya mereda dengan sendirinya pada bulan keempat kehamilan dan tidak memiliki makna

tertentu. Hal ini mungkin disebabkan oleh efek mengantuk yang ditimbulkan oleh progesterone.

Wesson(2002) menyatakan bahwa wanita yang megalami tingkat lelah yang paling tinggi adalah

wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum.

8

Page 9: Hyperemesis Gravidarum

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Ketika seorang wanita datang dengan keluhan mual dan muntah , riwayat berikut harus

dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat kehamilan atau kondisi

patologis ini.

1. Riwayat

a. Frekuensi muntah

b. Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )

c. Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian, danreaksinya)

d. Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)

e. Riwayat gangguan makan

f. Riwayat diabetes

g. Pembedahan abdomen sebelumnya

h. Frekuensi istirahat

i. Kecemasan dalam kehamilan

j. Dukungan keluarga

2. Pemeriksaan fisik

a. Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya )

b. Suhu badan , denyut nadi, dan pernafasan.

c. Turgor kulit

d. Kelembapan membrane mukosa

e. Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah – pecah )

f. Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ, dan nyeri tekan

g. Pengkajian pertumbuhan janin

3. Laboratorium

a. Pemeriksaan keton dalam urin.

b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN

c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH

4. Imaging

a. USG ( dengan menggunakan waktu yang tepat ) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya

gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.

9

Page 10: Hyperemesis Gravidarum

PENATALAKSANAAN MEDIS

Jarang ada terapi untuk mual dan muntah pada kehamilan yang menyebabkan calon ibu

benar-benar terbebas dari keluhan mual dan muntah ini (Williams, 2006). Secara keseluruhan

penatalaksanaan untuk hiperemesis gravidarum harus tergantung pada angka kesakitan yang

dirasakan ibu, pengaruh yang kuat pada kualitas kehidupan seorang wanita dan aman bagi bayi.

Penatalaksanaan dimulai dari perubahan pola makan dan pola hidup sampai penggunaan

supplement vitamin, terapi antiemetic, sampai pada hospitalisasi. Penatalaksaan umum dimulai dari

intervensi nonfarmakologi, terapi obat-obatan diperlukan jika mual dan muntah tidak dapat diatasi.

Pertimbangan yang ada yaitu dengan pendekatan terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi,

petugas kesehatan harus mengerti bahwa penatalaksanaan yang adekuat dengan menggabungkan

terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi ( Smith, et al., 2006).

Terapi nonfarmakologi

1. Pengobatan psikologis

Pendekatan psikologik sangat penting dalam pengobatan hiperemsis gravidarum.

Bantuan moral dengan meyakinkan wanita bahwa gejala-gejala yang terjadi wajar dalam

kehamilan muda dan akan hilang dengan sendirinya menjelang kehamilan 4 bulan sangat

penting artinya (Prawirohardjo, 1997).

Kasus-kasus yang berat perlu dirawat dan ditempatkan di dalam kamar isolasi.

Dengan demikian wanita yang bersangkutan dibebaskan dari lingkungan yang mungkin

menjadi sumber kecemasan baginya. Memang suatu kenyataan bahwa gejala-gejala yang

dialami mulai berkurang, bahkan kadang-kadang penderita sudah tidak muntah lagi sebelum

terapi dimulai, atau sebelum pengaruh terapi dapat diharapkan (Prawirohardjo, 1997).

Ketika dirawat dan dilakukan isolai, petugas dapat memberikan komunikasi,

informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan untuk

mengurangi stress yang dialami ibu (Manuaba, 1998). Konsultasi pada psikiater juga

terkadang diperlukan bila ibu mengalami depresi, dicurigai mengalami kekerasan dalam

rumah tangga, atau memiliki penyakit jiwa (Quinlan & Hill, 2003).

Penderita hiperemesis gravidarum harus didukung secara psikologis, termasuk

penentaraman hati, mungkin konseling keluarga dan individu, dan mengurangi pekerjaan

harian dan rangsangan lingkungan (Mesics, 2008).

2. Makan porsi kecil tapi sering

Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi dengan makan porsi kecil tapi

sering dan berhenti sebelum kenyang dan menghindari makanan yang mungkin akan

10

Page 11: Hyperemesis Gravidarum

memicu atau memperparah gejala (Williams, 2006). Rekomendasi umum yang dapat dipilih

adalah makan makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah lemak, menghindari

makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi tablet besi (Mesics, 2008).

Mesics (2008) juga merekomendasikan makan dalam porsi kecil tapi sering setiap 2

sampai 3 jam, minum minuman mengandung gas diantara makanan lebih baik daripada

dengan makanan untuk menghindari distensi lambung: makan rendah lemak, tinggi protein,

menghindari makanan berminyak dan makanan asin untuk rasa.

3. Perubahan tingkah laku

Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang menderita

hiperemesis gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan mencari

udara segar, menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok gigi segera setelah

makan, dan berdiri sesaat setelah makan akan mengurangi muntah (Mesics, 2008)

Menghindari bau sangat penting dilakukan. Terlalu sensitif terhadap bau terjadi

pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon estrogen. Bau yang menusuk

hidung umumnya adalah bau makanan tapi kadang-kadang juga bau parfum atau bahan

kimia. Meminimalkan bau dan peningkatan udara segar adalah kunci untuk menghindari

mual (Mesics, 2008).

4. Penggunaan akupresure dan jahe

Murphy dan Chez (2000, dalam Williams, 2006) mengkaji terapi-terapi alternatif

antara lain penggunaan akupuntur pada titik P6 dan bubuk jahe yang diberikan 250 mg 3-4

kali sehari. Smith, et al. (2006) juga menyatakan terapi alternatif yang biasa digunakan

adalah penggunaan jahe, peppermint, dan daun raspberry. Jahe memiliki keuntungan

sebagai sebuah terapi alternatif untuk penatalaksanaan variasi mual dan muntah dalam

kehamilan. Dosis yang biasa digunakan untuk jahe adalah 1-2 gr/hari peroral 3-4 dibagi

perdosis selama 3 minggu.

5. Pemijatan

Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan serotonin dan dopamine dan

menurunkan kadar kortisol, dapat membantu secara umum untuk relaksasi dan penurunan

stress. Pemijatan taktil dengan lembut, lambat dapat dilakukan pada tangan dan kaki atau

pada seluruh tubuh (Mesics, 2008). Mesics (2008) juga menyebutkan bahwa pemijatan taktil

dapat membantu untuk meningkatkan relaksasi, melapangkan pikiran dan memberikan

pemikiran kepada ibu bahwa tubuhnya dapat berfungsi kembali. Pemijatan taktil merupakan

terapi alternatif dan saling melengkapi untuk hiperemesis gravidarum.

11

Page 12: Hyperemesis Gravidarum

Smith, et al. (2006) menyatakan bahwa ada alternatif pengobatan lain yang dapat

digunakan untuk pengobatan hiperemesis gravidarum. Tetapi walaupun terapi dan produk

alternatif sering diuraikan sebagai “yang alami”, kemujaraban dan keamanan produk tidak

diatur oleh FDA. Herbal dan zat kimia lebih sering dipertimbangkan lebih aman untuk umum,

walaupun demikian, kepercayaan bukanlah dasar yang ilmiah. Wanita memilih produk

herbal yang tidak mepunyai catatan keamanan yang tersedia pada resep yang ada, mungkin

karena kesalahan kepercayaan bahwa alami adalah sama dengan aman.

Terapi farmakologi

Tujuan dari perawatan hiperemesis gravidarum adalah mengurangi mual dan

muntah, menggantikan cairan dan elektrolit, meningkatkan gizi dan berat badan ibu (Tiran,

2008).

1. Hospitalisasi

Jika mual dan muntah yang dialam diikuti oleh dehidrasi, diperlukan perawatan di

rumah sakit untuk rehidrasi dan penggantian vitamin dan mineral yang disebut sebagai

terapi antiemetik. Setelah ketonuria dan mual dan muntah teratasi, perlu perawatan di

rumah, salah satunya adalah obat-obatan per oral (Mesics, 2008). Dalam keadaan muntah

yang berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita hiperemesis gravidarum sebaiknya dirawat

sehingga dapat mencegah komplikasi dari hiperemesis gravidarum (Mansjoer, 2001).

2. Pemberian obat-obatan

Obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

adalah dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Obat-Obatan yang Digunakan dalam Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

(Quinlan & Hill, 2003)

12

Page 13: Hyperemesis Gravidarum

Rusydi (2004) menyatakan bahwa NaCl-Kaen MG 3 hidup lebih efektif dibandingkan dengan

standar hidup dalam perawatan hyperemesis gravidarum kelas dua.

3. Penghentian kehamilan

Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil, malah

mengakibatkan keadaan ibu bertambah buruk sehingga diperlukan pertimbangan untuk

melakukan penghentian kehamilan. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria, dan

perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik yang dapat menyebabkan

penghentian kehamilan dapat dilakukan (Prawirohardjo, 1997; Manuaba, 1998).

13

Page 14: Hyperemesis Gravidarum

Pengobatan dan perawatan

Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat

mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan harus segera diberikan (Soejoenoes,

2005).

Individu yang terkena harus dirawat di rumah sakit segera untuk memulihkan dan mengganti

cairan elektrolit intravena. Makanan harus diberikan melalui mulut (peroral) sampai muntah

berhenti dan dehidrasi membaik. Makanan mungkin diberikan melalui usus (pemberian makanan

secara interal) atau melalui suntikan (secara parenteral) (Edelman dan Judith, 2010).

Metoclopramid adalah antagonis dopamin D2 yang digunakan sebagai antiemetik.

Mekanisme kerja metoclopramid adalah dengan memblok reseptor dopamin dan (bila diberikan

pada dosis yang lebih tinggi) juga memblok reseptor serotonin di chemoreseptor trigger zone di

sistem saraf pusat, meningkatkan respon jaringan di saluran pencernaan atas terhadap asetilkolin

14

Page 15: Hyperemesis Gravidarum

sehingga meningkatkan motilitas dan kecepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi

pankreas, bilier, atau lambung; meningkatkan tonus spingter esophagus bagian bawah (Anonima,

2010).

Ondansetron adalah suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan

kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan dengan

sitostatika dan radioterapi. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengatagonisasi

reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreseptor trigger zone di area postrema otak dan mungkin

juga pada eferen vagal saluran cerna ( Sulistia dan Gunawan, 2007). Sedativa yang diberikan adalah

Fenobarbital. Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan. Dalam keadaan lebih berat

berikan antiemetikseperti metoklopramid, disiklomin, hidroklorida, atau klorpromazin (Mansjoer,

2001).

Obat antiemetik misalnya proklorperazine (Compazine), prometazin hidroklorida

(Phenergen), dimenhidrinat (Gravol atau Dramamine), doksilamin suksinat (Diclectin), dan piridoksin

sering digunakan pada kehamilan (Hackar, 2001).

KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada hiperemesis gravidarum antara lain :

Depresi, hampir umum.

Dehidrasi meningkatkan risiko ketoasidosis diabetikum pada penderita dengan diabetes tipe

1.

Gangguan elektrolit seperti yang terlihat pada setiap pasien dengan muntah terus-menerus,

alkalosis, hipokalemia dan hiponatremia. d. gizi buruk dan disertai ketosis, anemia,

hypoalbuminemia (Edward, 2010). Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat,

alkalosis, kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan

hubungan keluarga, menarik diri dan depresi

Dapat terjadi epistaksis pada minggu ke 15 kehamilan : dikarenakan kurangnya

intake/masukan vitamin K disebabkan karena emesis yang berat dan ketidakmampuannya

untuk mencernakan makanan padat dan cairan. Penggantian vitamin K, parameter koagulasi

kembali ke normal.

Komplikasi yang mengancam kehidupan meliputi ruptur oesophageal berkaitan dengan

muntah yang berat, Encephalopathy Wernicke's, mielinolisis pusat pontine, retinal

haemorrhage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan

pertumbuhan di dalam kandungan, dan kematian janin.

15

Page 16: Hyperemesis Gravidarum

ASKEP

Trigger 1

Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli kandungan

dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu. Setiap kali makan dan

minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa lemas dan aktifitas sehari-

hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir terasa kering. Pasien juga mengatakan

takut terhadap kehamilannya yang pertama dan banyak bertanya pada perawat tentang kondisi

janinnya. Hasil pemeriksaan fisik : TTV : TD = 110/80 mmHg, HR = 86 x/menit, RR = 20 x/menit, T = 37 0C. saat ini perawat sedang menyusun rencana keperawatan terhadap Ny. J.

Pengkajian

Tgl. Pengkajian :

Jam Pengkajian :

Ruang/Kelas :

No. Register :

Tgl. MRS :

I. IDENTITAS

1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab

N a m a : Ny. J N a m a :

U m u r : 24 tahun U m u r :

Jenis Kelamin : perempuan Jenis Kelamin :

A g a m a : A g a m a :

Pendidikan : Pekerjaan :

Pekerjaan : A l a m a t :

Gol. Darah : Hubungan dengan Klien :

A l a m a t :

II. KELUHAN UTAMA

1. Keluhan Utama Saat MRS

16

Page 17: Hyperemesis Gravidarum

Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli

kandungan dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu.

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian

Setiap kali makan dan minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan

terasa lemas dan aktifitas sehari-hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir

terasa kering. Pasien juga mengatakan takut terhadap kehamilannya yang pertama dan

banyak bertanya pada perawat tentang kondisi janinnya.

III. DIAGNOSA MEDIS

Hyperemesis Gravidarum

IV. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli

kandungan dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu. Setiap

kali makan dan minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa

lemas dan aktifitas sehari-hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir terasa

kering. Pasien juga mengatakan takut terhadap kehamilannya yang pertama dan banyak

bertanya pada perawat tentang kondisi janinnya.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Tidak ada

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL) : klien mengatakan setiap kali makan dan minum langsung

dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa lemas dan aktifitas sehari-hari

menjadi terganggu.

2. Riwayat Psikologi

Riwayat Psikologi

a. Status Emosi

pasien juga mengatakan takut terhadap kehamilannya yang pertama dan sering bertanya

pada perawat tentang janinnya.

b. Gaya Komunikasi

c. Pola Pertahanan

d. Dampak di Rawat di Rumah Sakit

17

Page 18: Hyperemesis Gravidarum

e. Kondisi emosi / perasaan klien

1. Riwayat Sosial

2. Riwayat Spiritual

3. Riwayat obstertri ginekologi : Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

GCS 4,5,6

2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

- Tekanan Darah (TD) : 110/80 mmHg

- HR :86 x/menit

- Suhu :370C

- Respiratory Rate (RR) :20 x/menit

- TB : 160 cm

- BB : 65 kg

3. Pemeriksaan Wajah

a. Mata

b. Hidung

c. Mulut

d. Telinga

4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher

a. Kepala

b. Leher

5. Pemeriksaan Thoraks/dada

a. PEMERIKSAAN PARU

b. PEMERIKSAAN JANTUNG

6. Pemeriksaan Abdomen

7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal

a. Genetalia Pria

Inspeksi :

Palpasi

Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :

Inspeksi dan palpasi Hernia :

18

Page 19: Hyperemesis Gravidarum

b. Pada Wanita

Inspeksi

8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang

9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal

a. Inspeksi

b. Palpasi

10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan : PR

11. Pemeriksan Fungsi Penglihatan PR

12. Pemeriksan Fungsi Neurologis PR

13. Pemeriksan Kulit/Integument

14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik

PEMERIKSAAN RADIOLOGI : -

I. TINDAKAN DAN TERAPI

Saat ini perawat sedang menyusun rencana keperawatn terhadap Ny. J

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

Ds :

1. Klien sering merasa haus

2. Bibir terasa kering.

3. Badan klien terasa lemas

Do :

1. TTV :

- Tekanan Darah (TD) :

110/80 mmHg

- HR :86 x/menit

- Suhu :370C

- Respiratory Rate

(RR) :20 x/menit

- BB : 65 kg

Factor

predisposisi,organic,dan

psikologik,factor hormonal

Perangsangan pada

hypothalamus

aktivasi dan stimulasi

CT2

mual dan muntah

kekurangan volume

cairan dan elektrolit

sering merasa haus

Kekurangan volume cairan

19

Page 20: Hyperemesis Gravidarum

bibir nampak kering

Ds :

1. Klien mengatakan badan terasa

lemas

2. Klien juga mengatakan aktivitas

sehari-hari menjadi terganggu.

Do :

1. TTV :

- Tekanan Darah (TD) :

110/80 mmHg

- HR :86 x/menit

- Respiratory Rate

(RR) :20 x/menit

Factor

predisposisi,organic,dan

psikologik,factor hormonal

Perangsangan pada

hypothalamus

aktivasi dan stimulasi

CT2

mual dan muntah

cadangan lemak dan

KH habis

glukosa darah

menurun

glukos otak menurun

pusing, sakit kepala

badan terasa lemas

aktivitas terganggu

intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

Prioritas diagnose keperawatan :

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

20

Page 21: Hyperemesis Gravidarum

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi, implementasi dan

evaluasi

1. Kekurangan volume

cairan b/d kehilangan

cairan aktif

Tujuan : Setelah dilakukan

askep selam 3 x 24 jam

diharapkan cairan dan

elektrolit klien dapat

terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien tidak muntah lagi

BB stabil dan TTV

normal

^ intervensi dan rasional

1. Timbang BB badan

setiap hari dengan

menggunakan alat yang

sama

R : penimbangan BB perlu

dilakukan secara rutin

untuk mengetahui

kesesuaian BB dengan umur

kehamilan. Pada klien

dengan hyperemesis

gravidarum penurunan BB

dapat terjadi karena

muntah berlebihan.

1. Kaji dan laporkan

warna, jumlah dan

frekuensi emesis.

R : memberikan data

berkenaan dengan semua

kondisi. Peningkatan kadar

hormone hCG, perubahan

metabolism karbohidrat,

dan penurunan motilitas

lambung memperberat

mual muntah pada

trimester awal kehamilan.

2. Catat intake dan output

secara akurat .

R : mual dapat

21

Page 22: Hyperemesis Gravidarum

mengakibatkan kehilangan

asam lambung atau

produksi alkalin pada

gastrointestinal bawah.

Pengkajian output yang

tepat akan membantu

menentukan tindakan

selanjutnya guna

mempertahankan

keseimbangan asam basa

dan keadaan elektrolit yang

tidak seimbang.

3. Mulai pemberian terapi

nutrisi parental sesuai

program yang

ditetapkan dan pantau

aliran infus dengan

cermat.

R : nutrisi parental

membantu saluran GI untuk

istirahat sementara klien

mendapatkan nutrisi yang

adekuat, sehingga

keseimbangan cairan dan

elektrolit dapat dikoreksi

serta mencegah komplikasi

yang berat seperti asidosis

metabolic serta kematian

janin dan ibu.

4. Istirahatkan klien

ditempat yang nyaman.

R : istirahat akan

menurunkan kebutuhan

energy yang menyebabkan

22

Page 23: Hyperemesis Gravidarum

metabolism meningkat,

sehingga tidak merangsang

terjadinya mual dan

muntah.

5. Beri cairan IV sesuai

order yang terdiri atas

elektrolit, glukosa dan

vitamin.

R : mencegah kekurangan

cairan dan memperbaiki

keseimbangan asam basa,

perubahan kadar elektrolit,

dan hipovitaminosis.

6. Tes urin terhadap

aseton, albumin dan

glukosa.

R : menetapkan data dasar

yang dilakukan secara rutin

untuk mendeteksi situasi

potensial risiko tinggi

seperti ketidakadekuatan

intake karbohidrat, diabetic

ketoasidosis dan hipetensi

dalam kehamilan.

2. Intoleransi aktivitas b/d

kelemahan

Tujuan : setelah dilakukan

askep selama 1 x 24 jam, kien

dapat melakukan aktivitas

sesuai dengan yang ditoleransi.

Kriteria hasil :

Klien menunjukkan

peningkatan

kemampuan dalam

beraktivitas sesuai

kemampuan.

^ intervensi

1. Anjurkan klien untuk

membatasi aktivitas

dengan istirahat yang

cukup.

R : menghemat energy dan

menghindari pengeluaran

tenaga terus menerus

dapat meminimalkan

kelelahan uterus.

23

Page 24: Hyperemesis Gravidarum

Klien tidak merasa

lemas.

2. Anjurkan klien untuk

menghindari

mengangkat beban

berat

R : aktivitas yang ditoleransi

sebelumnya mungkin tidak

dimodifikasi untuk klien

yang berisiko.

3. Bantu klien beraktivitas

secara bertahap jika

muntah berkurang.

R : aktivitas bertahap

meminimalkan terjadinya

trauma serta meringankan

klien dalam memenuhi

kebutuhannya.

4. Anjurkan tirah baring

yang dimodifikasi sesuai

indikasi

R : tingkat aktivitas mungkin

perlu dimodifikasi sesuai

indikasi.

5. Bantu klien memenuhi

kebersihan diri seperti

mandi dan mengganti

pakaian.

R : kebersihan diri dapat

meningkatkan kenyamanan

dan menumbuhkan kondisi

sehat.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: Hyperemesis Gravidarum

Wibowo B, Soejoenas A. hyperemesis Gravidarum. Dalam : Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 1999 : 275-80

Cunningham F.G. MacDonald, gant. Gastrointestinal disorders, In Williams Obstertrics 21 ed.

Prentice Hall International inc, USA, 2001 ; 1275-6

Mochtar R. Hiperemesis Gravidarum. Sinopsis Obstertri Fisiologi dan Patologi. Edisi kedua. EGC,

Jakarta, 1998 ; 195-7

Taber B. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC, Jakarta, 1994. 232-4

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Bina Pustaka Jakarta, 1999

Obstertri PAtologi. Bagian Obstertri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,

Bandung.

Gabbe GS, Niebyl RJ, Simpson LJ. Obstertrics. Normal and Problem Pregnancies. Fourth Edition.

Churchill Livingstone, 2002

POGI, Standar Pelayanan Medik Obstertri dan Ginekologi, Jakarta 2006

Doengoes, Marilynn E, 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC

Nanda 2012 - 2014

Nic Noc

Arif, Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta : Media Acculapius

25