Hyperemesis Gravidarum
-
Upload
rey-dudutz -
Category
Documents
-
view
94 -
download
1
Transcript of Hyperemesis Gravidarum
Trigger 1
Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli kandungan
dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu. Setiap kali makan dan
minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa lemas dan aktifitas sehari-
hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir terasa kering. Pasien juga mengatakan
takut terhadap kehamilannya yang pertama dan banyak bertanya pada perawat tentang kondisi
janinnya. Hasil pemeriksaan fisik : TTV : TD = 110/80 mmHg, HR = 86 x/menit, RR = 20 x/menit, T = 37 0C. saat ini perawat sedang menyusun rencana keperawatan terhadap Ny. J.
DEFINISI
Williams (2006) menyatakan bahwa mual dan muntah merupakan keluhan yang paling
sering selama paruh pertama kehamilan yang dimulai antara terlambat haid dan berlanjut
sampai usia kehamilan 14 minggu, biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi mungkin berlanjut
sepanjang hari. Mual muntah ini termasuk sebagai tanda dugaan hamil yang terjadi pada
awal kehamilan (Manuaba, 1999).
Kebanyakan mual-mual terjadi pada pagi hari, sehingga dinamakan pusing pagi, tetapi
mungkin saja terjadi kapanpun. Mual-mual di pagi hari lebih umum daripada di saat yang
lain, karena perut mengandung kumpulan asam lambung yang diendapkan pada malam hari
(Jones, 2005). Hiperemesis gravidarum diartikan sebagai gejala mual dan muntah yang
berlebihan yang berat, dapat berlangsung sampai dengan umur kehamilan 4 bulan sehingga
pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo,
1997).
Sindrom hiperemesis ini juga dapat didefinisikan sebagai muntah-muntah yang cukup berat
pada wanita hamil sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis
akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan, hipokalemia
(Williams, 2006).
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak kehamilan) dapat juga diartikan sebagai
mual dan muntah yang berkembang sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dan
keadaaan umum menjadi buruk, seperti dehidrasi dan penurunan berat badan (Taber, 1997).
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
Penyebab hipermesis gravidarum sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia
1
(Prawirohardjo, 1997). Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang dikemukakan oleh
Prawirohardjo (1997) adalah adalah primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.
a. Factor hormonal
1. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan
bahwa faktor hormon memegang peranan penting, karena pada kedua keadaan tersebut
hormon Chorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Hiperemsis gravidarum tampaknya
berkaitan dengan kadar hCG yang tinggi atau meningkat pesat (Goodwin, et al., 1994; Van de
Ven, 1997, dalam Williams, 2001). Sindrom hiperemesis gravidarum ini mungkin juga
disebabkan oleh kadar hormon estrogen yang meningkat (Prawirohardjo, 1997).
Bagaimana HCG dapat menyebabkan HEG masih belum jelas, tetapi mekanismenya diduga
karena efek yang pada proses sekresi disaluran pencernaan bagian atas ( GIT ) atau adanya
stimulasi fungsi tiroid karena kesamaan structural untuk thyroid stimulating hormone
( TSH ).
Estrogen dan progesteron telah lama terlibat dalam etiologi mual dan mutah, meskipun
teori ini tidak sepenuhnya sesuai dengan insidensi gejala di trimester pertama pada sebagian
besar wanita, karena kadar hormon ini terus meningkat setelah melewati trimester pertama
(Tiran, 2008).
2. Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme, biasanya bersifat sementara dan diduga sebagai salah satu factor
penyebab HEG. HCG diduga sebgai penyebab sementara terjadinya kenaikan kadar hormone
tiroid. hCG adalah homolog untuk tiroid stimulating hormone ( TSH ) dan berfungsi sebagai
TSH agonis yang lemah. Oleh karena itu terjadi peningkatan totaltri-iodothyronine ( T3 ) dan
Tiroksin ( T4 ) dalam darah. Pada saat yang sama, kadar TSH dalam darah akan berkurang,
mungkin karena umpan balik negative yang merupakan pengaruh T3 dan T4 pada pituitary
dalam mensekresikan TSH.
3. Progesterone
Para peneliti telah mencari hubungan antara HEG dan progesterone. Dalam tinjauan
literature dijelaskan bahwa mereka dengan mual dan muntah pada awal kehamilan memiliki
tingkat progesterone secara signifikan lebih rendah. Pada kehamilan yang mendapatkan
progesterone selama fase luteal tidak menunjukkan peningkatan insiden HEG, sehingga
kadar progesteronnya tinggi ( endogen atau eksogen saja ) tidak menyebabkan HEG.
4. Estrogen
Mual adalah efek samping yang umum dari pengobatan estrogen, mendukung hipotesis
bahwa mungkin estrogen kausal yang berkaitan dengan HEG. Estrogen memiliki pengaruh
2
terhadap beberapa mekanisme yang dapat memodulasi factor yang menyebabkan HEG.
Tingkat estrogen yang tinggi mengakibatkan waktu pencernaan di susu lebih lambat dan
pengosongan lambung akan mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang tinggi.
Pergeseran pH dalam GIT bisa mengakibatkan manifestasi dari infeksi Helicobacter pilori
subklinis, yang dapat berhubungan dengan gejala gastrointestinal.
b. Factor organik
1. Masuknya vili khorialis dalam sirkuasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
Alergi merupakan respons dari jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai salah satu
faktor organik penyebab hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 1997).
2. Frigo, et al. (1998, dalam Williams, 2006) mengungkapkan adanya keterkaitan terhadap
Helicobacter pylori (penyebab ulkus peptikum) dengan hiperemesis gravidarum. Hayakawa,
et al. (2000, dalam Tiran, 2008) menemukan adanya ganom Helicobacter pylori dalam saliva
wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum dan menyatakan bahwa infeksi
Helicobacter pylori merupakan faktor penting dalam patogenesis hiperemesis gravidarum,
meskipun bukan penyebab tunggal dari penyakit ini.
c. Factor psikologis
1. Hiperemesis gravidarum juga ditemukan pada wanita yang memiliki riwayat kehamilan yang
jelek, memiliki bayi dengan jenis kelamin yang tidak diinginkan, kehamilan yang tidak
diinginkan, atau kakhawatiran akan kehilangan pekerjaan (Bennet & Brown, 1999).
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, tidak
jarang dengan memberikan suasana baru dapat membantu ibu mengurangi frekuensi mual
dan muntah (Prawirohardjo, 1997).
2. Komplikasi kehamilan yang paling sering disertai dengan gangguan psikologis adalah
hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 1997). Faktor psikologik juga merupakan faktor
predisposisi dari penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut pada tanggung jawab menjadi ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup
(Prawirohardjo, 1997).
Prawirohardjo (1997) berpendapat bahwa muntah-muntah yang berlebihan merupakan
komponen reaksi psikologik terhadap situasi tertentu dengan kehidupan wanita. Tanpa itu
biasanya wanita hamil muda hanya akan menderita rasa mual dan muntah sedikit-sedikit
(emesis gravidarum).
3
Faktor psikologi yang signifikan terindikasi yaitu wanita yang terpisah dari keluarganya,
dengan symptom dari hiperemesis yang mereka alami berkurang ketika kembali ke
lingkungan keluarganya (Smith, et al., 2006). Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak
direncanakan atau karena beban pekerjaan atau financial akan menyebabkan penderitaan
batin, ambivelensi dan konflik yang dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan
atau memperparah gejala yang sudah ada. Kecemasan berdasarkan pengalaman kehamilan
sebelumnya, terutama akan datangnya hiperemesis gravidarum atau preeclampsia, dapat
memperburuk rasa sejahtera (Tiran, 2008).
d. Factor fisiologi
1. Faktor predisposisi lain untuk hiperemesis gravidarum adalah keletihan, janin wanita, ulcus
pepticum, mual dan muntah di kehamilan sebelumnya, penggunaan pil kontrasepsi saat
prakonsepsi, mual pramenstruasi, merokok, stress, cemas, dan takut, masalah sosio-
ekonomi, kesulitan dalam membina hubungan, dan wanita yang memiliki keluarga atau ibu
yang mengalami mual dan muntah saat hamil (Tiran, 2008).
2. Faktor fisiologi yang menyebabkan muntah antara lain perubahan karbohidrat dan
metabolism lemak, situasi korpus luteum, faktor genetic, adaptasi saluran gastrointestimal,
faktor imunologis, dampak pada kemampuan mencium atau melihat, migren dan sakit
kepala, distensi, trauma atau infeksi uterus, kandung kemih atau pelvis ginjal, dan gangguan
apparatus vestibular (Tiran, 2008).
Derajat hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi atas beberapa derajat sesuai dengan tanda dan gejala yang
dialaminya,
yaitu :
a. Derajat 1
Muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali/hari, dan mencegah dari masuknya
makanan atau minuman selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun (2-3 kg dalam 1-2 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat
sampai 100x permenit, tekanan darah sistolik menurun, tekanan kulit menurun dan mata
cekung
b. Derajat 2
Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi kecil dan cepat,
suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit kuning. Berat badan turun dan mata menjadi
cekung, tekanan darah turun, pengentalan darah, urin berkurang, dan sulit BAB. Pada napas
dapat tercium bau aseton
4
c. Derajat 3
Keadan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai koma,
nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah turun. Pada cabang bayi dapat
terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan
mental. Keadaan ini akibat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika
sampai ditemukan kuning berarti sudah ada gangguan hati.
5
PATOFISIOLOGI
Factor predisposisi , organic, dan psikologik, factor hormonal
Perangsangan pada hypothalamus
Aktivasi dan stimulasi CT2
Mual, muntah
Cadangan lemak cairan ex. Sel MK : kekurangan iritasi asam Na & Cl hilang mll muntah
Dan KH habis shift cairan cairan & elektrolit pd selaput aliran balik vena kejantung
Glukosa oksidasi lemak ke intra sel lendir esophagus curah jantung
Darah tdk smpurna pembengkakan lidah kering aktivasi mekanisme
Glukosa otak penimbunan sel2 otak pe sensasi kecap homeostatic
Pusing, As. Aseton pe TIK penekanan pd syaraf nafsu makan pe TD
Skt kepala dlm darah sakit kepala, pusing pe kesadaran deteksi reseptor
MK : perubahan pd jantung
Nutrisi kurang dari pusat vasomotor
Kebutuhan tubuh vasokontriksi perifer
MK : penurunan
Badan lemas perfusi
Aktivitas terganggu
MK : Intoleransi Aktivitas
6
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat
yaitu :
1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama, dengan gejala muntah berlangsung terus,
makan berkurang, berat badan menurun, kulit dehidrasi, tonus kulit lemah, nyeri daerah
epigastrium, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, lidah kering, mata nampak
cekung;
2. Hiperemesis gravidarum tingkat dua, gejalanya penderita tampak lebih lemah, gejala
dehidrasi makin nampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor,
tekanan darah turun dan nadi meningkat, berat badan makin menurun, mata ikterik,
gejala hemokonsentrasi makin nampak, urine berkurang, badan aseton dalam urine
meningkat, terjadinya gangguan buang air besar, mulai tampak gejala gangguan
kesadaran (menjadi apatis), nafas berbau aseton;
3. Hiperemesis gravidarum tingkat tiga, ditandai dengan gejala muntah berkurang, keadaan
umum semakin menurun, tekanan darah turun, nadi meningkat, suhu naik, keadaan
dehidrasi semakin jelas, gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus, gangguan
kesadaran umum dalam bentuk, samnolen sampai koma, komplikasi susunan saraf pusat
(enselofati Wernicke), nistagmus-perubahan ke arah bola mata, diplopia-gambar tampak
ganda dan perubahan mental (Manuaba, 1998).
Penurunan nafsu badan yang dirasakan oleh wanita yang mengalami hiperemesis
gravidarum berkaitan dengan peningkatan kadar hormon pada arena posterma, suatu organ
circumventricular pada bagian dasar ventricle keempat yang terlatak di luar penghalang otak darah
(blood-brain barrier) (Whitehead, et al., 1992 dalam Wesson, 2002). Area ini biasa dikenal sebagai
zona pemicu chemoreceptor (chemoreceptor trigger zone), yang tidak hanya mencakup muntah,
tetapi juga perubahan selera makan, efek hilangnya selera makan (anorexic), keseimbangan energi
dan fungsi-fungsi lainnya (Borison, 1989 dalam Wesson, 2002).
Pada minggu - minggu kehamilan pertama pada sebagian wanita hamil merasakan seperti
memakan logam yang sudah lama, rasa ini akan merusak rasa makanan dan mengganggu bagi
wanita yang mengalami gejala mual muntah sedang sampai berat (O’Brien & Naber, 1995 dalam
Wesson, 2002). Salah satu partisipan dari penelitian yang dilakukan oleh O’Brien & Zhou (1992,
dalam Wesson, 2002) menyatakan bahwa ia merasa seperti mendapatkan rasa logam yang benar-
benar ada dalam mulutnya dan tidak bisa hilang sehingga bahkan membuat minum air menjadi
7
sangat tidak menyenangkan. Ptyalisme, atau air liur yang berlebih sering menyertai hiperemesis
gravidarum dan beberapa wanita membutuhkan tempat untuk menampung air liur mereka tersebut
(Gardner, 1997).
Ptyialisme (kelebihan ludah) pada ibu hamil terjadi sejak usia gestasi 8 minggu dan biasanya
disebabkan oleh hormon kehamilan (Bennet & Brown, 1999). Prawihardjo (1997) menyatakan
bahwa ptyalisme terjadi karena ketidaksanggupan wanita tersebut menelan air ludahnya sebagai
akibat dari mual.
Pada awal kehamilan, tubuh akan memproduksi sejumlah progesteron dan estrogen yang
cenderung melemaskan semua jaringan otot halus di seluruh tubuh, termasuk saluran pencernaan.
Akibatnya kadang-kadang makanan berjalan lambat di dalam sistem pencernaan, sehingga perut
terasa kembung dan panas. Rasa panas di perut akibat melemasnya cincin otot yang memisahkan
kerongkongan dengan lambung. Akibatnya, makanan dan cairan yang keras serta asam dapat masuk
ke kerongkongan dari lambung. Asam lambung ini merangsang dinding kerongkongan yang peka
sehingga menyebabkan rasa panas. Untuk menghindarinya usahakan makan sedikit-sedikit tapi
sering. Hindari posisi membungkuk dengan melekukkan pinggang (O’Brien & Naber 1992, dalam
Tiran 2008).
Kaltenbach (1891, dalam Wesson, 2002) menyatakan bahwa para wanita yang mengalami
penyakit kehamilan tingkat berat, yaitu hiperemeses gravidarum, secara tidak wajar dan secara
simbolik mengalami atau mengungkapkan perasaan benci mereka terhadap kehamilan dan
kebencian terhadap suami dan bayi yang mereka kandung dan menganggapnya sebagai suatu emosi
yang kuat. Hal ini terjadi karena pergolakan hormon, hampir semua wanita hamil secara emosional
labil dan cenderung goyah (Stoppard, 2007). Williams (2006) menyatakan bahwa pada awal
kehamilan, sebagian besar wanita mengeluh kelelahan dan ingin tidur terus menerus. Keadaan ini
biasanya mereda dengan sendirinya pada bulan keempat kehamilan dan tidak memiliki makna
tertentu. Hal ini mungkin disebabkan oleh efek mengantuk yang ditimbulkan oleh progesterone.
Wesson(2002) menyatakan bahwa wanita yang megalami tingkat lelah yang paling tinggi adalah
wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum.
8
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ketika seorang wanita datang dengan keluhan mual dan muntah , riwayat berikut harus
dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat kehamilan atau kondisi
patologis ini.
1. Riwayat
a. Frekuensi muntah
b. Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
c. Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian, danreaksinya)
d. Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)
e. Riwayat gangguan makan
f. Riwayat diabetes
g. Pembedahan abdomen sebelumnya
h. Frekuensi istirahat
i. Kecemasan dalam kehamilan
j. Dukungan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya )
b. Suhu badan , denyut nadi, dan pernafasan.
c. Turgor kulit
d. Kelembapan membrane mukosa
e. Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah – pecah )
f. Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ, dan nyeri tekan
g. Pengkajian pertumbuhan janin
3. Laboratorium
a. Pemeriksaan keton dalam urin.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
4. Imaging
a. USG ( dengan menggunakan waktu yang tepat ) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multiple, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
9
PENATALAKSANAAN MEDIS
Jarang ada terapi untuk mual dan muntah pada kehamilan yang menyebabkan calon ibu
benar-benar terbebas dari keluhan mual dan muntah ini (Williams, 2006). Secara keseluruhan
penatalaksanaan untuk hiperemesis gravidarum harus tergantung pada angka kesakitan yang
dirasakan ibu, pengaruh yang kuat pada kualitas kehidupan seorang wanita dan aman bagi bayi.
Penatalaksanaan dimulai dari perubahan pola makan dan pola hidup sampai penggunaan
supplement vitamin, terapi antiemetic, sampai pada hospitalisasi. Penatalaksaan umum dimulai dari
intervensi nonfarmakologi, terapi obat-obatan diperlukan jika mual dan muntah tidak dapat diatasi.
Pertimbangan yang ada yaitu dengan pendekatan terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi,
petugas kesehatan harus mengerti bahwa penatalaksanaan yang adekuat dengan menggabungkan
terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi ( Smith, et al., 2006).
Terapi nonfarmakologi
1. Pengobatan psikologis
Pendekatan psikologik sangat penting dalam pengobatan hiperemsis gravidarum.
Bantuan moral dengan meyakinkan wanita bahwa gejala-gejala yang terjadi wajar dalam
kehamilan muda dan akan hilang dengan sendirinya menjelang kehamilan 4 bulan sangat
penting artinya (Prawirohardjo, 1997).
Kasus-kasus yang berat perlu dirawat dan ditempatkan di dalam kamar isolasi.
Dengan demikian wanita yang bersangkutan dibebaskan dari lingkungan yang mungkin
menjadi sumber kecemasan baginya. Memang suatu kenyataan bahwa gejala-gejala yang
dialami mulai berkurang, bahkan kadang-kadang penderita sudah tidak muntah lagi sebelum
terapi dimulai, atau sebelum pengaruh terapi dapat diharapkan (Prawirohardjo, 1997).
Ketika dirawat dan dilakukan isolai, petugas dapat memberikan komunikasi,
informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan untuk
mengurangi stress yang dialami ibu (Manuaba, 1998). Konsultasi pada psikiater juga
terkadang diperlukan bila ibu mengalami depresi, dicurigai mengalami kekerasan dalam
rumah tangga, atau memiliki penyakit jiwa (Quinlan & Hill, 2003).
Penderita hiperemesis gravidarum harus didukung secara psikologis, termasuk
penentaraman hati, mungkin konseling keluarga dan individu, dan mengurangi pekerjaan
harian dan rangsangan lingkungan (Mesics, 2008).
2. Makan porsi kecil tapi sering
Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi dengan makan porsi kecil tapi
sering dan berhenti sebelum kenyang dan menghindari makanan yang mungkin akan
10
memicu atau memperparah gejala (Williams, 2006). Rekomendasi umum yang dapat dipilih
adalah makan makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah lemak, menghindari
makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi tablet besi (Mesics, 2008).
Mesics (2008) juga merekomendasikan makan dalam porsi kecil tapi sering setiap 2
sampai 3 jam, minum minuman mengandung gas diantara makanan lebih baik daripada
dengan makanan untuk menghindari distensi lambung: makan rendah lemak, tinggi protein,
menghindari makanan berminyak dan makanan asin untuk rasa.
3. Perubahan tingkah laku
Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang menderita
hiperemesis gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan mencari
udara segar, menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok gigi segera setelah
makan, dan berdiri sesaat setelah makan akan mengurangi muntah (Mesics, 2008)
Menghindari bau sangat penting dilakukan. Terlalu sensitif terhadap bau terjadi
pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon estrogen. Bau yang menusuk
hidung umumnya adalah bau makanan tapi kadang-kadang juga bau parfum atau bahan
kimia. Meminimalkan bau dan peningkatan udara segar adalah kunci untuk menghindari
mual (Mesics, 2008).
4. Penggunaan akupresure dan jahe
Murphy dan Chez (2000, dalam Williams, 2006) mengkaji terapi-terapi alternatif
antara lain penggunaan akupuntur pada titik P6 dan bubuk jahe yang diberikan 250 mg 3-4
kali sehari. Smith, et al. (2006) juga menyatakan terapi alternatif yang biasa digunakan
adalah penggunaan jahe, peppermint, dan daun raspberry. Jahe memiliki keuntungan
sebagai sebuah terapi alternatif untuk penatalaksanaan variasi mual dan muntah dalam
kehamilan. Dosis yang biasa digunakan untuk jahe adalah 1-2 gr/hari peroral 3-4 dibagi
perdosis selama 3 minggu.
5. Pemijatan
Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan serotonin dan dopamine dan
menurunkan kadar kortisol, dapat membantu secara umum untuk relaksasi dan penurunan
stress. Pemijatan taktil dengan lembut, lambat dapat dilakukan pada tangan dan kaki atau
pada seluruh tubuh (Mesics, 2008). Mesics (2008) juga menyebutkan bahwa pemijatan taktil
dapat membantu untuk meningkatkan relaksasi, melapangkan pikiran dan memberikan
pemikiran kepada ibu bahwa tubuhnya dapat berfungsi kembali. Pemijatan taktil merupakan
terapi alternatif dan saling melengkapi untuk hiperemesis gravidarum.
11
Smith, et al. (2006) menyatakan bahwa ada alternatif pengobatan lain yang dapat
digunakan untuk pengobatan hiperemesis gravidarum. Tetapi walaupun terapi dan produk
alternatif sering diuraikan sebagai “yang alami”, kemujaraban dan keamanan produk tidak
diatur oleh FDA. Herbal dan zat kimia lebih sering dipertimbangkan lebih aman untuk umum,
walaupun demikian, kepercayaan bukanlah dasar yang ilmiah. Wanita memilih produk
herbal yang tidak mepunyai catatan keamanan yang tersedia pada resep yang ada, mungkin
karena kesalahan kepercayaan bahwa alami adalah sama dengan aman.
Terapi farmakologi
Tujuan dari perawatan hiperemesis gravidarum adalah mengurangi mual dan
muntah, menggantikan cairan dan elektrolit, meningkatkan gizi dan berat badan ibu (Tiran,
2008).
1. Hospitalisasi
Jika mual dan muntah yang dialam diikuti oleh dehidrasi, diperlukan perawatan di
rumah sakit untuk rehidrasi dan penggantian vitamin dan mineral yang disebut sebagai
terapi antiemetik. Setelah ketonuria dan mual dan muntah teratasi, perlu perawatan di
rumah, salah satunya adalah obat-obatan per oral (Mesics, 2008). Dalam keadaan muntah
yang berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita hiperemesis gravidarum sebaiknya dirawat
sehingga dapat mencegah komplikasi dari hiperemesis gravidarum (Mansjoer, 2001).
2. Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
adalah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Obat-Obatan yang Digunakan dalam Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
(Quinlan & Hill, 2003)
12
Rusydi (2004) menyatakan bahwa NaCl-Kaen MG 3 hidup lebih efektif dibandingkan dengan
standar hidup dalam perawatan hyperemesis gravidarum kelas dua.
3. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil, malah
mengakibatkan keadaan ibu bertambah buruk sehingga diperlukan pertimbangan untuk
melakukan penghentian kehamilan. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik yang dapat menyebabkan
penghentian kehamilan dapat dilakukan (Prawirohardjo, 1997; Manuaba, 1998).
13
Pengobatan dan perawatan
Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan harus segera diberikan (Soejoenoes,
2005).
Individu yang terkena harus dirawat di rumah sakit segera untuk memulihkan dan mengganti
cairan elektrolit intravena. Makanan harus diberikan melalui mulut (peroral) sampai muntah
berhenti dan dehidrasi membaik. Makanan mungkin diberikan melalui usus (pemberian makanan
secara interal) atau melalui suntikan (secara parenteral) (Edelman dan Judith, 2010).
Metoclopramid adalah antagonis dopamin D2 yang digunakan sebagai antiemetik.
Mekanisme kerja metoclopramid adalah dengan memblok reseptor dopamin dan (bila diberikan
pada dosis yang lebih tinggi) juga memblok reseptor serotonin di chemoreseptor trigger zone di
sistem saraf pusat, meningkatkan respon jaringan di saluran pencernaan atas terhadap asetilkolin
14
sehingga meningkatkan motilitas dan kecepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi
pankreas, bilier, atau lambung; meningkatkan tonus spingter esophagus bagian bawah (Anonima,
2010).
Ondansetron adalah suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan
kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan dengan
sitostatika dan radioterapi. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengatagonisasi
reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreseptor trigger zone di area postrema otak dan mungkin
juga pada eferen vagal saluran cerna ( Sulistia dan Gunawan, 2007). Sedativa yang diberikan adalah
Fenobarbital. Dianjurkan pemberian vitamin B1 dan B6 tambahan. Dalam keadaan lebih berat
berikan antiemetikseperti metoklopramid, disiklomin, hidroklorida, atau klorpromazin (Mansjoer,
2001).
Obat antiemetik misalnya proklorperazine (Compazine), prometazin hidroklorida
(Phenergen), dimenhidrinat (Gravol atau Dramamine), doksilamin suksinat (Diclectin), dan piridoksin
sering digunakan pada kehamilan (Hackar, 2001).
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada hiperemesis gravidarum antara lain :
Depresi, hampir umum.
Dehidrasi meningkatkan risiko ketoasidosis diabetikum pada penderita dengan diabetes tipe
1.
Gangguan elektrolit seperti yang terlihat pada setiap pasien dengan muntah terus-menerus,
alkalosis, hipokalemia dan hiponatremia. d. gizi buruk dan disertai ketosis, anemia,
hypoalbuminemia (Edward, 2010). Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat,
alkalosis, kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan
hubungan keluarga, menarik diri dan depresi
Dapat terjadi epistaksis pada minggu ke 15 kehamilan : dikarenakan kurangnya
intake/masukan vitamin K disebabkan karena emesis yang berat dan ketidakmampuannya
untuk mencernakan makanan padat dan cairan. Penggantian vitamin K, parameter koagulasi
kembali ke normal.
Komplikasi yang mengancam kehidupan meliputi ruptur oesophageal berkaitan dengan
muntah yang berat, Encephalopathy Wernicke's, mielinolisis pusat pontine, retinal
haemorrhage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan
pertumbuhan di dalam kandungan, dan kematian janin.
15
ASKEP
Trigger 1
Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli kandungan
dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu. Setiap kali makan dan
minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa lemas dan aktifitas sehari-
hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir terasa kering. Pasien juga mengatakan
takut terhadap kehamilannya yang pertama dan banyak bertanya pada perawat tentang kondisi
janinnya. Hasil pemeriksaan fisik : TTV : TD = 110/80 mmHg, HR = 86 x/menit, RR = 20 x/menit, T = 37 0C. saat ini perawat sedang menyusun rencana keperawatan terhadap Ny. J.
Pengkajian
Tgl. Pengkajian :
Jam Pengkajian :
Ruang/Kelas :
No. Register :
Tgl. MRS :
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
N a m a : Ny. J N a m a :
U m u r : 24 tahun U m u r :
Jenis Kelamin : perempuan Jenis Kelamin :
A g a m a : A g a m a :
Pendidikan : Pekerjaan :
Pekerjaan : A l a m a t :
Gol. Darah : Hubungan dengan Klien :
A l a m a t :
II. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
16
Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli
kandungan dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Setiap kali makan dan minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan
terasa lemas dan aktifitas sehari-hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir
terasa kering. Pasien juga mengatakan takut terhadap kehamilannya yang pertama dan
banyak bertanya pada perawat tentang kondisi janinnya.
III. DIAGNOSA MEDIS
Hyperemesis Gravidarum
IV. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu, BB 65 kg, TB 160 cm datang ke poli
kandungan dengan keluhan mual dan muntah berlebihan sejak 2 minggu yang lalu. Setiap
kali makan dan minum langsung dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa
lemas dan aktifitas sehari-hari menjadi terganggu. Ny. J sering merasa haus dan bibir terasa
kering. Pasien juga mengatakan takut terhadap kehamilannya yang pertama dan banyak
bertanya pada perawat tentang kondisi janinnya.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL) : klien mengatakan setiap kali makan dan minum langsung
dimuntahkan, nafsu makan juga menurun, badan terasa lemas dan aktifitas sehari-hari
menjadi terganggu.
2. Riwayat Psikologi
Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
pasien juga mengatakan takut terhadap kehamilannya yang pertama dan sering bertanya
pada perawat tentang janinnya.
b. Gaya Komunikasi
c. Pola Pertahanan
d. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
17
e. Kondisi emosi / perasaan klien
1. Riwayat Sosial
2. Riwayat Spiritual
3. Riwayat obstertri ginekologi : Ny. J, G1PooooAbooo usia 24 tahun hamil 8 minggu.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
GCS 4,5,6
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah (TD) : 110/80 mmHg
- HR :86 x/menit
- Suhu :370C
- Respiratory Rate (RR) :20 x/menit
- TB : 160 cm
- BB : 65 kg
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
b. Hidung
c. Mulut
d. Telinga
4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher
a. Kepala
b. Leher
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
6. Pemeriksaan Abdomen
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
a. Genetalia Pria
Inspeksi :
Palpasi
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Inspeksi dan palpasi Hernia :
18
b. Pada Wanita
Inspeksi
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi
b. Palpasi
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan : PR
11. Pemeriksan Fungsi Penglihatan PR
12. Pemeriksan Fungsi Neurologis PR
13. Pemeriksan Kulit/Integument
14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
PEMERIKSAAN RADIOLOGI : -
I. TINDAKAN DAN TERAPI
Saat ini perawat sedang menyusun rencana keperawatn terhadap Ny. J
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
Ds :
1. Klien sering merasa haus
2. Bibir terasa kering.
3. Badan klien terasa lemas
Do :
1. TTV :
- Tekanan Darah (TD) :
110/80 mmHg
- HR :86 x/menit
- Suhu :370C
- Respiratory Rate
(RR) :20 x/menit
- BB : 65 kg
Factor
predisposisi,organic,dan
psikologik,factor hormonal
Perangsangan pada
hypothalamus
aktivasi dan stimulasi
CT2
mual dan muntah
kekurangan volume
cairan dan elektrolit
sering merasa haus
Kekurangan volume cairan
19
bibir nampak kering
Ds :
1. Klien mengatakan badan terasa
lemas
2. Klien juga mengatakan aktivitas
sehari-hari menjadi terganggu.
Do :
1. TTV :
- Tekanan Darah (TD) :
110/80 mmHg
- HR :86 x/menit
- Respiratory Rate
(RR) :20 x/menit
Factor
predisposisi,organic,dan
psikologik,factor hormonal
Perangsangan pada
hypothalamus
aktivasi dan stimulasi
CT2
mual dan muntah
cadangan lemak dan
KH habis
glukosa darah
menurun
glukos otak menurun
pusing, sakit kepala
badan terasa lemas
aktivitas terganggu
intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
Prioritas diagnose keperawatan :
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
20
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi, implementasi dan
evaluasi
1. Kekurangan volume
cairan b/d kehilangan
cairan aktif
Tujuan : Setelah dilakukan
askep selam 3 x 24 jam
diharapkan cairan dan
elektrolit klien dapat
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Klien tidak muntah lagi
BB stabil dan TTV
normal
^ intervensi dan rasional
1. Timbang BB badan
setiap hari dengan
menggunakan alat yang
sama
R : penimbangan BB perlu
dilakukan secara rutin
untuk mengetahui
kesesuaian BB dengan umur
kehamilan. Pada klien
dengan hyperemesis
gravidarum penurunan BB
dapat terjadi karena
muntah berlebihan.
1. Kaji dan laporkan
warna, jumlah dan
frekuensi emesis.
R : memberikan data
berkenaan dengan semua
kondisi. Peningkatan kadar
hormone hCG, perubahan
metabolism karbohidrat,
dan penurunan motilitas
lambung memperberat
mual muntah pada
trimester awal kehamilan.
2. Catat intake dan output
secara akurat .
R : mual dapat
21
mengakibatkan kehilangan
asam lambung atau
produksi alkalin pada
gastrointestinal bawah.
Pengkajian output yang
tepat akan membantu
menentukan tindakan
selanjutnya guna
mempertahankan
keseimbangan asam basa
dan keadaan elektrolit yang
tidak seimbang.
3. Mulai pemberian terapi
nutrisi parental sesuai
program yang
ditetapkan dan pantau
aliran infus dengan
cermat.
R : nutrisi parental
membantu saluran GI untuk
istirahat sementara klien
mendapatkan nutrisi yang
adekuat, sehingga
keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat dikoreksi
serta mencegah komplikasi
yang berat seperti asidosis
metabolic serta kematian
janin dan ibu.
4. Istirahatkan klien
ditempat yang nyaman.
R : istirahat akan
menurunkan kebutuhan
energy yang menyebabkan
22
metabolism meningkat,
sehingga tidak merangsang
terjadinya mual dan
muntah.
5. Beri cairan IV sesuai
order yang terdiri atas
elektrolit, glukosa dan
vitamin.
R : mencegah kekurangan
cairan dan memperbaiki
keseimbangan asam basa,
perubahan kadar elektrolit,
dan hipovitaminosis.
6. Tes urin terhadap
aseton, albumin dan
glukosa.
R : menetapkan data dasar
yang dilakukan secara rutin
untuk mendeteksi situasi
potensial risiko tinggi
seperti ketidakadekuatan
intake karbohidrat, diabetic
ketoasidosis dan hipetensi
dalam kehamilan.
2. Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan
askep selama 1 x 24 jam, kien
dapat melakukan aktivitas
sesuai dengan yang ditoleransi.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan
peningkatan
kemampuan dalam
beraktivitas sesuai
kemampuan.
^ intervensi
1. Anjurkan klien untuk
membatasi aktivitas
dengan istirahat yang
cukup.
R : menghemat energy dan
menghindari pengeluaran
tenaga terus menerus
dapat meminimalkan
kelelahan uterus.
23
Klien tidak merasa
lemas.
2. Anjurkan klien untuk
menghindari
mengangkat beban
berat
R : aktivitas yang ditoleransi
sebelumnya mungkin tidak
dimodifikasi untuk klien
yang berisiko.
3. Bantu klien beraktivitas
secara bertahap jika
muntah berkurang.
R : aktivitas bertahap
meminimalkan terjadinya
trauma serta meringankan
klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
4. Anjurkan tirah baring
yang dimodifikasi sesuai
indikasi
R : tingkat aktivitas mungkin
perlu dimodifikasi sesuai
indikasi.
5. Bantu klien memenuhi
kebersihan diri seperti
mandi dan mengganti
pakaian.
R : kebersihan diri dapat
meningkatkan kenyamanan
dan menumbuhkan kondisi
sehat.
DAFTAR PUSTAKA
24
Wibowo B, Soejoenas A. hyperemesis Gravidarum. Dalam : Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 1999 : 275-80
Cunningham F.G. MacDonald, gant. Gastrointestinal disorders, In Williams Obstertrics 21 ed.
Prentice Hall International inc, USA, 2001 ; 1275-6
Mochtar R. Hiperemesis Gravidarum. Sinopsis Obstertri Fisiologi dan Patologi. Edisi kedua. EGC,
Jakarta, 1998 ; 195-7
Taber B. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC, Jakarta, 1994. 232-4
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Bina Pustaka Jakarta, 1999
Obstertri PAtologi. Bagian Obstertri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,
Bandung.
Gabbe GS, Niebyl RJ, Simpson LJ. Obstertrics. Normal and Problem Pregnancies. Fourth Edition.
Churchill Livingstone, 2002
POGI, Standar Pelayanan Medik Obstertri dan Ginekologi, Jakarta 2006
Doengoes, Marilynn E, 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC
Nanda 2012 - 2014
Nic Noc
Arif, Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta : Media Acculapius
25