Hukum Waris Dalam Islam

30
LAPORAN AGAMA ISLAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : 1. Andri Putriasi (20110320124) 2. Yusuf Al Farisi (201103200125) 3. Rahmi Azizah (20110320126) 4. Khoirunnisa Eka K.M.M (20110320128) 5. Agustin Prihannisa Astiti (20110320129) Dosen : Mir’atun Nisa

Transcript of Hukum Waris Dalam Islam

Page 1: Hukum Waris Dalam Islam

LAPORAN AGAMA ISLAM

HUKUM WARIS ISLAM

Oleh :

1. Andri Putriasi (20110320124)

2. Yusuf Al Farisi (201103200125)

3. Rahmi Azizah (20110320126)

4. Khoirunnisa Eka K.M.M (20110320128)

5. Agustin Prihannisa Astiti (20110320129)

Dosen :

Mir’atun Nisa

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2012

Page 2: Hukum Waris Dalam Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya

maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Hukum Waris Islam.

Penulisan laporan adalah merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata

kuliah Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam Penulisan

laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini,

khususnya kepada :

1. Ibu Mir’atun Nisa serta segenap jajarannya yang telah memberikan

kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti

perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Rekan-rekan semua di PSIK Tahun Akademik 2011, khususnya rekan satu

kelompok yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan laporan ini, mengikuti

perkuliahan maupun dalam menyelesaikan laporan ini.

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan dalam penulisan laporan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan sepantasnya

pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan

ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

PENULIS

2

Page 3: Hukum Waris Dalam Islam

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap masalah yang dihadapi oleh manusia ada hukumya (wajib, sunat,

haram, mubah), di samping ada pula hikmahnya atau motif hukumnya. Namun,

hanya sebagian kecil saja masalah-masalah yang telah ditunjukan oleh Al-

Qur’an atau sunnah dengan keterangan yang jelas dan pasti (clear dan fix

statement), sedangkan sebagian besar masalah-masalah itu tidak disinggung

dalam Al-Qur’an atau sunnah secara eksplisit, atau disinggung tetapi tidak

dengan keterangan yang jelas dan pasti.

Hal yang demikian itu tidak berarti Allah dan Rasul-nya lupa atau

lengah dalam mengatur syariat Islam tetapi justru itulah menunjukan kebijakan

Allah dan Rasul-nya yang sanggat tinggi atau tepat dan merupakan blessing in

disguise bagi umat manusia. Sebab masalah-masalah yang belum atau tidak

ditunjukkan oleh Al-Qur’an atau sunnah itu diserahkan kepada pemerintah,

ulama atau cendekiawan Muslim, dan ahlul hilli wal ‘aqdi (orang-orang yang

punya keahlian menganalisa dan memecahkan masalah) untuk melakukan

pengkajian atau ijtihad guna menetaplan hukumnya, yang sesuai dengan

kemaslahatan masyarakat dan perkemmbangan kemajuannya.

Masalah-masalah yang menyangkut warisan seperti halnya masalah-

msalah lain yang dihadpi manusia ada yang sudah dijelaskan permasalahannya

dalam Al-Qur’an atau sunnah dengan keterangan yang kongkret, sehingga tidak

timbul macam-macam interpretasi, bahkan mencapai ijma’ (konsensus) di

kalangan ulama dan umat Islam. Misalnya kedudukan suami istri, bapak, ibu

dan anak (lelaki atu perempuan) sebagai ahli waris yang tidak bisa tertutup oleh

ahli waris lainnya dan juga hak bagiannya masing-masing.

Selain dari itu masih banyak masalah warisan yang dipersoalkan atau

diperselisihkan. Misalnya ahli waris yang hanya terdiri dari dua anak

perempuan. Menurut kebanyakan ulama, kedua anak perempuan tersebut

mendapat bagian dua pertiga, sedangkan menurut Ibnu Abbas, seorang ahli

tafsir terkenal, kedua anak tersebut berhak hanya setengah dari harta pusaka.

Demikian pula kedudukan cucu dari anak perempuan sebagai ahli waris, sebagai

3

Page 4: Hukum Waris Dalam Islam

ahli waris jika melalui garis perempuan, sedangkan menurut syiah, cucu baik

melalui garis lelaki maupun garis perempuan sama-sama berhak dalam warisan.

Penyebab timbulnya bermacam-macam pendapat dan fatwa hukum

dalam berbagai masalah waris adalah cukup banyak. Tetapi ada dua hal yang

menjadi penyebab utamanya, yakni :

1. Metode dan pendekatan yang digunakan oleh ulama dalam melakukan ijtihad

berbeda; dan

2. Kondisi masyarakat dan waktu kapan ulama melakukan ijtihad juga berbeda.

Hal-hal tersebut itulah yang menyebabkan timbulnya berbagai mazhab

atau aliran dalam hukum fiqh Islam, termasuk hukum waris. Maka dengan

maksud mempersatukan dan memudahkan umat Islam dalam mencari kitab

pegangan hukum Islam, Ibnu Muqqafa (wafat tahun 762 M) menyarankan

Khalifah Abu Ja’far al-Mansur agar disusun sebuah Kitab Hukum Fiqh Islam

yang lengkap berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah,dan ra’yu yang sesuai dengan

keadilan dan kemaslahatan umat. Khalifah Al-Mansur mendukung gagasan

tersebut. Namun gagasan tersebut tak mendapat respon yang positif dari ulama

pada waktu itu, karena ulama tak mau memaksakan pahamnya untuk diikuti

umat, karena mereka menyadari bahwa hasil ijtihadnya belum tentu benar.

Imam Malik juga pernah didesak oleh Khalifah Al-Mansur dan Harun al-Rasyid

untuk menyusun sebuah kitab untuk menjadi pegangan umat Islam, karena

setiap bangsa atau umat mempunyai pemimpin-pemimpin yang lebih tahu

tentang hukum-hukum yang cocok dengan bangsa atau umatnya.

4

Page 5: Hukum Waris Dalam Islam

BAB II

ISI

A. SEBAB-SEBAB MENDAPAT WARISAN

Salah satu hal yang terpenting dalam mempelajari hukum waris Islam adalah

menyangkut waris, bila ditinjau dari segi asal kata perkataan waris berasal dari kata

bahasa arab, yaitu warits, secara grammatical berarti yang ditinggal atau yang kekal,

maka dengan demikian apabila dihubungan dengan persoalan hukum waris, perkataan

waris tersebut berarti orang-orang yang berhak untuk menerima pusaka dari harta

yang ditinggalkan si mati, dan popular diistilahkan dengan ahli waris.

Apabila dianalisis ketentuan hukum waris Islam, yang menjadi sebab seseorang

itu mendapatkan warisan dari si mayit dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1. Karena hubungan perkawinan

Seseorang dapat memperoleh harta warisan (menjadi ahli waris) disebabkan

karena adanya hubungan perkawinan antara si mayit dengan orang tersebut, yang

termasuk dalam klasifikasi ini adalah suami atau istri dari si mayit.

2. Karena adanya hubungan darah

Seseorang dapat mendapatkan harta warisan (menjadi ahli waris) disebabkan

adanya hubungan nasab atau hubungan darah/kekeluargaan dengan si mayit, yang

termasuk dalam klasifikasi ini seperti ibu, bapak, kakek, nenek, anak, cucu, cicit,

saudara, anak saudara, dll.

3. Karena memerdekakan si mayit

Seseorang dapat mendapatkan harta warisan dari si mayit disebabkan orang

tersebut memerdekakan si mayit dari perbudakan, dalam hal ini dapat saja seorang

laki-laki atau seorang perempuan.

5

Page 6: Hukum Waris Dalam Islam

4. Karena sesama Islam

Seorang muslim yang meninggal dunia, dan ia tidak meninggalkan ahli waris

sama sekali (punah) maka harta warisannya diserahkan keapda baitul mal, dan

lebih lanjut akan dipergunakan untuk kepentingan kaum muslimin.

B. RUKUN WARIS

Menurut bahasa sesuatu dianggap rukun apabila posisinya kuat dan

dijadikan sandaran. Menurut istilah rukun adalah keberadaan sesuatu yang

menjadi bagian atas keberadaan sesuatu yang lain dengan kata lain, rukun

adalah sesuatu yang keberadaanya mampu menggambarkan sesuatu yang lain,

baik sesuatu itu hanya bagian dari sesuatu yang lain maupun yang

mengkhususkan sesuatu itu.

Dengan demikian hukum waris adalah sesuatu yang harus ada untuk

mewujudkan bagia harta waris dimana harta waris tidak akan ditemukan bila

tidak ada rukun-rukunnya.

Rukun-rukun waris ada tiga, yaitu :

a) Pewaris

Yang dimaksud dengan pewaris adalah orang yang meninggal

dunia yang hartanya diwarisi oleh ahli warisnya. Istilah pewaris ini

dalam kepustakaan sering pula disebut mewarrits.

b) Ahli Waris

Yang dimaksud ahli waris adalah orang yang mendapatkan warisan

dari pewaris, baik karena hubungan kekerabatan maupun karena

perkawinan.

c) Warisan

Yang dimaksud dengan warisan adalah sesuatu yang ditinggalkan

oleh orang yang meninggal dunia baik berupa benda bergerak

maupun benda tidak bergerak. Dalam kepustakaan istilah warisan

tersebut sering pula disebut dengan irts, mirats, mauruts, turats, dan

tirkah.

6

Page 7: Hukum Waris Dalam Islam

C. SYARAT WARIS

1. Meninggal dunianya pewaris

Yang dimaksud dengan meninggal dunia di sini ialah baik meninggal dunia

hakiki (sejati), meninggal dunia hukmi (menurut putusan hakim) dan

meninggal dunia taqdiri (menurut dugaan). Tanpa ada kepastian bahwa

pewaris meninggal dunia, warisan tidak boleh dibagi-bagikan kepada ahli

waris.

2. Hidupnya ahli waris

Hidupnya ahli waris juga harus jelas pada saat pewaris meninggal dunia.

Ahli waris merupakan pengganti untuk mengawasi warisan yang ditinggal

oleh pewaris. Perpindahan hak tersebut diperoleh melalui jalan kewarisan.

Oleh karena itu, sesudah pewaris meninggal dunia, ahli warisnya harus

benar-benar hidup.

3. Mengetahui status pewarisan

Agar seseorang dapat mewarisi harta yang meninggal dunia, haruslah jelas

hubungan antara keduanya. Misalnya, hubungan suami istri, hubungan

orang tua-anak, dan hubungan saudara, baik sekandung, sebapak maupun

seibu.

D. PEMBAGIAN WARIS

1) Ahli Waris

Pembagian waris diberikan kepada ahli waris, ahli waris dibagi

menjadi dua ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan.

- Ahli waris laki-laki berjumlah 10 yaitu :

1. Anak laki-laki

2. Cucu atau cicit laki-laki dan generasi di bawahnya

3. Ayah

4. Kakek dan generasi di atasnya

5. Saudara laki-laki

6. Anak laki-laki saudara laki-laki selain dari ibu

7. Saudara laki-laki ayah atau paman

8. Anak laki-laki paman

7

Page 8: Hukum Waris Dalam Islam

9. Suami

10. Orang atau budak yang dimerdekakan

- Ahli waris perempuan berjumlah 10 yaitu :

1. Anak perempuan

2. Cucu dan cicit perempuan serta generasi di bawahnya

3. Ibu

4. Nenek seibu

5. Nenek seayah

6. Saudara perempuan sekandung

7. Saudara perempuan seayah

8. Saudara perempuan seibu

9. Istri

10. Perempuan yang membebaskan budak

2) Pembagian waris:

1. Bagian tetap pertama (1/2)

Para ahli waris yang menerima bagian ½ ada 5 orang yaitu suami, istri/suami,

saudara pereampuan seayah, cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki, dan

saudara perempuan kandung.

a. Suami

Suami mendapat bagian ½ dengan syarat suami tidak bersama dengan

keturunan si mayit (istri) yaitu anak, cucu dan generasi di bawahnya.

b. Seorang anak perempuan

Seorang anak mendapat bagian ½ dengan syarat :

tidak bersama dengan anak laki-laki, jika bersama anak laki-laki anak

perempuan tersebut mendapatkan bagian lunak (sisa).

tidak brsama dengan anak perempuan lainnya (tunggal).

c. Cucu perempuan dari anak laki-laki

Cucu perempuan dari anak laki-laki dan generasi di bawahnya memperoleh

bagian ½ dengan syarat:

tidak bersama-sama dengan saudara laki-laki dan anak pamannya yang

sederajat (mu’ashib). Jika ia bersama dengan mu’ashibnya berarti dia

mendapatkan bagian lunak (sisa).

8

Page 9: Hukum Waris Dalam Islam

Tidak bersama dengan saudara perempuan lainnya dan anak

perempuaan pamannya yang sederajat.

Tidak bersama dengn keturunan si mayityang derajatnya lebih tinggi.

d. Saudara perempuan kandung

Saudara perempuan kandung mendapat bagian ½ dengan syarat:

Tidak bersama saudara laki-laki sekandung.

Tidak bersama saudara perempuan sekandung.

Tidak bersama dengan ahli waris keteurunan si mayat yaitu anak,cucu,

perempuan dari anak laki-laki dan keturunan di bawahnya.

Tidak bersama dengan ahli waris leluhur si mayit dari golongan laki-

laki, yaitu ayah atau kakek.

e. Saudara perempuan seayah

Saudara perrempuan seayah memperoleh bagian ½ dengan syarat:

Tidak bersama dengan saudara laki-lakinya yang seayah.

Tidak bersama dengan saudara perempuan seayah yang lain.

Tidak bersama dengan keturunan si mayit.

Tidak bersama dengan ahli waris leluhur mayit dari golongan laki-laki.

Tidak bersamadengan saudara sekandung baik laki-laki maupun

perempuan.

Contoh: seseorang meninggal dunia dia meninggalkan suami,ibu, dan paman. Dalam

hal ini suami memperoleh ½ karena suami tidak bersama dengan ahli waris keturunan

si mayit, ibu mendapatka 1/3 dan paman mendapatkan harta warisan sisa (lunak).

2. Bagian tetap kedua (1/4)

Ahli waris yang mendapatkan bagian ¼ adalah suami dan istri

a. Suami

Suami akan mendapatkan bagian ¼ dengan syarat bersamaan dengan

keturunan si mayit (anak, cucu laki-laki dan perempuan dari anak laki-laki),

baik keturunan darinya atau keturunan dari suami lainnya.

b. Istri

Istri merupakan ahli waris yang mendapatkan bagian ¼, baik istri berjumlah

satu atau lebih. Dengan syarat ia mewarisi harta peninggalan tidak bersama-

sama dengan ahli waris keturunan si mayit.

9

Page 10: Hukum Waris Dalam Islam

Contoh:

Seseorang meninggal dunia meninggalkan ahli waris: istri, ibu, 2 orang saudara laki-

laki seibu dan seorang saudara laki-laiki seayah.dalam hal ini istri mendapat ¼ karena

dia mewaarisi harta peninggalannya tidak bersama dengan keturunan si mayit. Ibu

mendapatkan bagian 1/6 karena terdapat 2 orng saudara laki-laki. 2 saudara laki-laki

seibu mendapatkan bagian 1/3, sedangkan saudara laki-laki seayah mendapatkan

bagian sisa warisan secara lunak.

3. Bagian tetap tiga (1/8)

Al-Quran menyebutkan bagian 1/8 hanya ada pada satu tempat yaitu pada bagian

yang menjelaskan warisan untuk istri (baik satu maupun lebih). Allah berfirman “ jika

kamu menpunyai anak, maka para istri menperoleh 1/8 dari harta yang kamu

tinggalkan.” (an-Nisaa’ :12)

Untuk mendapatkan bagian warisan 1/8 istri harus memenuhi satu syarat yaitu

istri harus mearisi bersama-sama keturunan si mayit, baik itu keturunan darinya atau

buakn.

Contohnya: seseorang meninggal dunia, meninggalkan 4 orang istri, ibu, anak

perempuan, dan saudara laki-laki sekandung. Dalam hal ini 4 istri mendapatkan 1/8

secara bersama2. Ibu mendapatkan bagian 1/6. Anak perempuan mendapatkan bagian

½ da saudara laki-laki mendapatkan sisa warisan secara lunak.

4. Bagian tetap keempat (2/3)

Ahli waris ayang mendapatkan bagian warisan 2/3 ada empat orang. Semua

adalah dari golongan perempuan yaitu anak perempuan, cucu perempuan dari anak

laki-laki, saudara-saudara perempuan sekandung, dan saudara-saudara perempuan

seayah.

a. 2 orang anak perempuan atau lebih

2 orang anak perempuan atau lebih mendapatkan bagian 2/3 apabiala

memenuhi sayarat sebagai berikut:

Hendaknya anak perempuan berjumlah labih dari 2 orang atau lebih

10

Page 11: Hukum Waris Dalam Islam

2 orang anak perempuan atau lebih tersebbut, tidak mewarisi

bersama-sama dengan anak laki-laki.

b. 2 cucu perempuan atau lebih daria anak laki-laki

2 cucu perempuan atau lebih daria anak laki-laki dapat menerima bagian

warisan 2/3 apabila telah memenuhi 3 sayarat yaitu:

Hendaknya berjumlah 2 orang atau lebih.

Tidak bersama-sama ahli waris yang lain yaitu cucu laki-laki dari anak

laki-laki yang sederajat dengannya (saudara laki-laki,cucu perempuan

dan anak laki-laki paman). Pabila 2 cucu perempuan tersebut bersama

ahli waris yang lain maka 2 cucu perempuan tersebut memperoleh

bagian lunak (sisa).

Tidak bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit yang lebih

tinggi derajatnya, yaitu anak laki-laki atau cucu laki-laki dari anak

laki-laki,anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki.

c. 2 orang saudara perempuan sekandung atau lebih

2 orang saudara perempuan sekandung atau lebih mewarisi harta warisan 2/3

dengan syarat:

Minimal berjumlah 2 orang atau lebih.

Mereka tidak bersama-sama saudara laki-laki kandung. Bila mereka

bersama drngan saudara laki-laki sekandung, mereka mewarisi bagian

lunak (sisa)

Tidak bersama-sama bengan ahli waris keturunan si mayit baik laki-

laki, maupum perempuan.

- Jika mereka mewarisi harta bersama dengan ahli waris keturunan si

mayit yaitu anak laki-laki atau cucu laki-laki dari anak laki-laki,

maka mereka terhalang oleh ahli waris keturunan si mayit (tidak

memperoleh warisan).

- Namun jika mereka mereka mewarisi bersama-sama ahli waris

perempuan (anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-

laki), mereka tidak dapat memperoleh bagian 2/3, tetapi mereka

mendapat bagian lunak sisa warisan.

Tidak bersama dengan ahli waris leluhur si mayit yaitu ayah dan

kakek.

11

Page 12: Hukum Waris Dalam Islam

- Jika bersama dengan ahli waris leluhurnya yaitu ayah maka mereka

terhalang oleh ayah.

- Namun biala leluhurnya adalah kakek maka mereka akan mewrisi

bagian lunak sisia dari harta waris.

d. 2 orang saudara perempuan seayah atau lebih

2 orang saudara perempuan seayah dapat mewarisi 2/3 dari harta warisan, jika

memenuhi lima syarat yaitu:

Saudara perempuan seayah berjumalah 2 orang atau lebih.

Mereka mewarisi tidak bersama-sama bengan mu’ashibnya (saudara

laki-laki seayah), jika mereka bersama dengan mu’ashibnya, niscaya

mereka mewarisi harta peninggalan dengan jalan pembagian sisa

lunak.

Mereka mewarisi tidak bersama-sama dengan keturunan si mayit, baik

laki-laki maupun perempuan.

- Jika mereka mewarisi bersama-sama dengan ahli waris laki-laki,

niscaya mereka akan terhalang oleh ahli waris itu.

- Jika mereka mewarisi bersama-dengan ahli waris yang perempuan,

maka mereka akan memperoleh bagian lunak sisa warisan.

Mereka tidak mewarisi bersama-sama dengan ahli waris leluhur si

mayit, yaitu ayah atau kakek. Jika bersama dengan ayah dan kakek

mereka akan terhalang dan tidak mendapetkan warisan.

Tidak bersama-sama dengan saudara sekandung, laki-laki dan

perempuan. Karena mereka akan terhalang oleh saudara laki-laki

sedkandung dan saudaraperempuan sekandung.

Contoh:

Seseorang meninggal dunia, meninggalakan ahli waris: 2 orang saudara perempuan

sekandung, 2 orang saudara perempuan seayah, seorang saudara laki-laki sekandung

dan paman. Dalam hal ini 2 orang saudara perempuan sekandung mendapatkan bagian

2/3, 2 orang saudara perempuan seayah dan seorang saudara laki-laki seayah

mendapatkan bagian lunak atau sisa dan paman tidak mendapatkan apa-apa dari harta

warisan karena ia telah terhalang oleh saudara laki-laki seayah.

5. Bagian tetap kelima (1/3)

12

Page 13: Hukum Waris Dalam Islam

Ahli waris yang menerima bagian warisan 1/3 ada 2 orang yaitu ibu dan saudara-

saudara laki-laki dan perempuan seibu.

1. Ibu

Ibu dapat mewarisi 1/3 dari harta waris secara utuh, bila telah memenuhi 3

syarat yaitu:

Tidak bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit, yaitu anak

laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki serta

keturunan di bawahnya, cucu perempuan dari anak laki-laki. Jika ibu

mewarisi harta warisan bersama-sama dengan ahli waris keturunan si

mayit maka ibu memperoleh bagian 1/6.

2. Anak-anak ibu (saudara laki-laki dan saudara perempuan)

Anak –anak ibu memperoleh bagian 1/3 apabila memenuhi syarat sebagai

berikut:

Hendknya anak-anak ibu berjumlah 2 atau lebih, keduanya laki-laki

ataupun perempuan atau seorang laki-laki dan seorang perempuan,

atau lebih dari itu.

Tidak mewarisi bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit,

yaitu anak laki-laki atau anak perempuan, atau cucu laki-laki dari anak

laki-laki,atau anak perempuan dari anak laki-laki. Jika ibu bersama-

sama dengan ahli waris keturunan si mayit, maka ibu tidak

mendapatkan harta waris, karena ibu terhalang oleh ahli waris

keturunan si mayit.

Tidak mewarisi bersama-sama dengan ahli waris leluhur si mayit dari

golongan laki-laki, yaitu ayah, kakek dan generasi diatasnya. Jika

anak-anak ibu mewarisi bersama dengan ayah atau kakek, maka anak-

anak ibu tidak mendapatkan bagian dari harta waris, karena terhalang

oleh ayah atau kakek.

Contohnya:

Seorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: istri, ibu, 2 orang saudara laki-

laki seibu, dan sudara laki-laki sekandung. Dalam hal ini, istri memperoleh bagian

1/4, ibu memperoleh 1/6, 2 saudara laki-laki seibu memperoleh 1/3, dan saudara laki-

laki sekandung memperoleh bagian sisa lunak.

13

Page 14: Hukum Waris Dalam Islam

6. Bagian tetap keenam (1/6)

Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/6 ada 7 orang yaitu ayah, ibu, kakek,

nenek, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan seayah, dan anak-

anak ibu (baik laki-laki maupun perempuan).

a. Ayah

Ayah mewariai bagian 1/6 dari harta waris, jika telah memenuhi syarat, yaitu

ia mewarisi bersama-sama dengn ahli waris keturunan si mayit,baik laki-laki

mupun perempuan.

- Jika ahli waris keturunannya adalah laki-laki, maka ayah hanya

memperoleh bagian 1/6.

- Namun, jika ahli warisnya keturunnanya adalah perempuan, ayah

memperoleh bagian 1/6 dan sisa bagian lunak.

b. Ibu

Ibu dapat mewarisi 1/6 dari harta waris setelah memenuhi syarat, yaitu ibu

mewarisi bersama-sama ahli waris keturunan si mayit atau beberapa

(berkumpulnya 2 orang atau lebih saudara laki-laki atau permpuan, atau salah

satu dari mereka.

c. Kakek

Kakek dapat mewrisi 1/6 dari harta waris setelah memenuhi syarat, yaitu :

Dalam mewarisi, kakek bersama-sama dengan ahli waris keturunan si

mayit, yaitu anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak

laki-laki, dan cucu perempuan dari anak laki-laki.

Dalam mewarisi, akaek tidak bersama-sama dengan ayah, jika ia

bersama-sama dengan ayah maka ayah akan menghalanginya.

Sehingga kakek tidak mendapatkan harta waris.

d. Seorang cucu perempuan atau lebih

Seorang cucu perempuan atau lebih mendapatkan bagian 1/6 dengan syarat:

Tidak bersama-sama dengan mu’ashibnya yang sederajat dengan cucu

laki-laki dari anak laki-laki.

Tidak bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit yang

derajatnya lebih tiggi, kecuali mewarisinya bersama-sama dengan anak

14

Page 15: Hukum Waris Dalam Islam

perempuan atau cucu perampuan yang derajatnya lebih tinggi, maka

dalam hal ini cucu perempuan mendapatkan bagian 1/6.

e. Seorang saudara perempuan seayah atau lebih

Seorang saudara perempuan seayah atau lebih dapat mewarisi bagian tetap 1/6

bila memenuhi syarat sebagai berikut:

Hendaknya dia bersama-sama dengan saudara perampuan sekandung

yang mewarisi bagian tetap 1/2 , dengan demikian saudara permpuan

seayah menmewarisi bagian 1/6, sebagai penyampurna bagian 2/3

bersama-sama dengan saudara perempuan sekandung.

Tidak bersama-sama dengan mu’ashibnya (yaitu saudara laki-laki

seayah).

f. Anak ibu (saudara laki-laki dan perempuan seibu)

Anak ibu dapat mewarisi dengan bagian 1/6 dengan syarat:

Dia tidak bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit secara

mutlak. Jika bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit,

maka anak ibu tidak mendapatkan apa-apa karena terhalang olehnya.

Dia tidak bersama-sama dengan ahli waris leluhur dari golongan laki-

laki, yaitu ayah dan kakek serta leluhur lainnya. Apabila anak ibu

mewarisi bersama dengan ahli waris leluhur si mayit, maka anak ibu

tidak mendapatkan apa-apa karena telah terhalang oleh leluhurnya.

Anak ibu hanya sendiri

g. Nenek

Nenek (ibunya ibu, ibunya ayah, neneknya ibu, neneknya ayah) dapat

mewarisi 1/6 bagian warisan dengan syarat, ia tidak mewarisi bersama-sama

dengan ibu. Ika ada ibu nenek tidak mendapatkan apa-apa karena telah

terhalang oleh ibu.

Contohnya:

Seseorang meninggal dunia , meninggalkan 3 ahli waris dari nenek : ibunya

ibu, ibunya ayah, ibu dari ayahnya ayah dan saudara laki-laki sekandung.

Dalam hal ini ibunya ibu mendapatkan bagian 1/6, ibunya ayah 1/6, saudara

laki-laki sekandung memperoleh bagian sisa secara lunak. Dan ibu dari

15

Page 16: Hukum Waris Dalam Islam

ayahnya ayah tidak memperoleh bagian harta waris karena telah terhalang oleh

kedua nenek. Yang hubungan kekerabatannya dekat dengan si mayit.

BAB III

PENUTUP

A. REFLEKSI PEMBACAAN

16

Page 17: Hukum Waris Dalam Islam

Dari hasil pembahasan mengenai “Hukum Waris Islam” dapat diambil sedikit

wacana bahwa dalam hukum islam, khususnya hukum mengenai waris dalam islam

terdapat banyak sekali ketentuan dan juga bermacam-macam waris. Pembahasan

dalam laporan ini yang terarah pada beberapa sebab mendapatkan warisan yang

diantaranya adalah mengenai ketentuan-ketentuan dalam mendapatkan warisan dari si

mayit (yang meninggal dunia). Adanya rukun waris dalam hukum waris islam,

dengan demikian hukum waris adalah sesuatu yang harus ada untuk mewujudkan

bagian harta waris dimana harta waris tidak akan ditemukan bila tidak ada rukun-

rukunnya. Pembahasan mengenai syarat waris yaitu tentang adanya bukti-bukti

meninggal dunia, ahli waris, dan status pewarisan. Dibahas juga mengenai pembagian

waris yaitu tentang keadilan dalam pembagian warisan.

Dengan selesainya laporan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada

Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, serta semua pihak yang telah membantu dan

berperan penting dalam penyelesaian laporan ini, dan tidak lupa kami ucapkan banyak

terimakasih kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan tugas ini,

semoga kami dapat memahami bahwa dalam hukum waris islam itu sangat

mementingkan keadailan dengan kebenaran dan kejelasan. Semoga dalam laporan ini

penulis maupun pembaca dapat memahami dengan jelas mengenai apa itu hukum

waris isalam, dan insyaAllah akan bermanfaat hingga akhir perjalanan perjuangan

pendidikan kami. Kritik dan saran tentunya sangat dibutuhkan demi perbaikan

kualitas kerja kami.

B. KESIMPULAN

Ditinjau dari segi asal kata perkataan waris berasal dari kata bahasa arab, yaitu

warits, secara grammatical berarti yang ditinggal atau yang kekal, maka

dengan demikian apabila dihubungan dengan persoalan hukum waris,

perkataan waris tersebut berarti orang-orang yang berhak untuk menerima

17

Page 18: Hukum Waris Dalam Islam

pusaka dari harta yang ditinggalkan si mati, dan popular diistilahkan dengan

ahli waris.

Sebab seseorang itu mendapatkan warisan dari si mayit dapat diklasifikasikan

sebagai berikut : Karena hubungan perkawinan, karena adanya hubungan

darah, karena memerdekakan si mayit, karena sesama islam.

Rukun waris ada 3 diantaranya : Adanya ahli waris, pewaris, dan warisan yang

di bagikan.

Syarat – syarat waris : Meninggal dunianya pewaris, hidupnya ahli waris, dan

mengetahui status pewarisan.

Pembagian waris

Ahli Waris

Pembagian waris diberikan kepada ahli waris, ahli waris dibagi

menjadi dua ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan.

- Ahli waris laki-laki berjumlah 10 yaitu :

11. Anak laki-laki

12. Cucu atau cicit laki-laki dan generasi di bawahnya

13. Ayah

14. Kakek dan generasi di atasnya

15. Saudara laki-laki

16. Anak laki-laki saudara laki-laki selain dari ibu

17. Saudara laki-laki ayah atau paman

18. Anak laki-laki paman

19. Suami

20. Orang atau budak yang dimerdekakan

- Ahli waris perempuan berjumlah 10 yaitu :

11. Anak perempuan

12. Cucu dan cicit perempuan serta generasi di bawahnya

13. Ibu

14. Nenek seibu

15. Nenek seayah

16. Saudara perempuan sekandung

17. Saudara perempuan seayah

18

Page 19: Hukum Waris Dalam Islam

18. Saudara perempuan seibu

19. Istri

20. Perempuan yang membebaskan budak.

2) Pembagian waris:

Bagian tetap pertama (1/2)

Para ahli waris yang menerima bagian ½ ada 5 orang yaitu suami, istri/suami,

saudara pereampuan seayah, cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki, dan

saudara perempuan kandung.

Bagian tetap kedua (1/4)

Ahli waris yang mendapatkan bagian ¼ adalah suami dan istri.

Bagian tetap tiga (1/8)

Al-Quran menyebutkan bagian 1/8 hanya ada pada satu tempat yaitu pada bagian

yang menjelaskan warisan untuk istri (baik satu maupun lebih). Allah berfirman “ jika

kamu menpunyai anak, maka para istri menperoleh 1/8 dari harta yang kamu

tinggalkan.” (an-Nisaa’ :12)

Untuk mendapatkan bagian warisan 1/8 istri harus memenuhi satu syarat yaitu

istri harus mearisi bersama-sama keturunan si mayit, baik itu keturunan darinya atau

buakn.

Bagian tetap keempat (2/3)

Ahli waris ayang mendapatkan bagian warisan 2/3 ada empat orang. Semua

adalah dari golongan perempuan yaitu anak perempuan, cucu perempuan dari anak

laki-laki, saudara-saudara perempuan sekandung, dan saudara-saudara perempuan

seayah.

Bagian tetap kelima (1/3)

Ahli waris yang menerima bagian warisan 1/3 ada 2 orang yaitu ibu dan saudara -

saudara laki-laki dan perempuan seibu.

Bagian tetap keenam (1/6)

19

Page 20: Hukum Waris Dalam Islam

Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/6 ada 7 orang yaitu ayah, ibu, kakek,

nenek, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara perempuan seayah, dan anak-

anak ibu (baik laki-laki maupun perempuan).

DAFTAR PUSTAKA

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar,mesir, 2004. Akhkamul

waris (hukum waris). Jakarta : Senayan Abadi

20

Page 21: Hukum Waris Dalam Islam

Budiono, A. Rachmad, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam Di

Indonesia, 1999, Citra Aditya Bakti, Bandung

21