Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas...

9
DATA IBU HAMIL YANG MENDERITA KEK DI KABUPATEN SIGI TAHUN 2012 NO NAMA PUSKESMAS JUMLAH 1 Biromaru 186 2 Tinggede 34 3 Marawola 42 4 Kaleke 11 5 Baluase 37 6 Dombu 20 7 Dolo 63 8 Pandere 18 9 Kamaipura 30 10 Palolo 42 11 Banpres 35 12 Kulawi 63 13 Lindu 7 14 Gimpu 23 15 Kanteu 34 JUMLAH 645 Sumber : data dinas kesehatan kabupaten sigi

Transcript of Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas...

Page 1: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Biromaru

DATA IBU HAMIL YANG MENDERITA KEK DI KABUPATEN SIGI TAHUN 2012

NO NAMA PUSKESMAS JUMLAH1 Biromaru 1862 Tinggede 343 Marawola 424 Kaleke 115 Baluase 376 Dombu 207 Dolo 638 Pandere 189 Kamaipura 3010 Palolo 4211 Banpres 3512 Kulawi 6313 Lindu 714 Gimpu 2315 Kanteu 34

JUMLAH 645Sumber : data dinas kesehatan kabupaten sigi

Page 2: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Biromaru

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DENGAN RISIKO KEK PADA IBU

HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BIROMARU TAHUN 2012

Page 3: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Biromaru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat

digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil (Harahap, 2007).

Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya masih

didominasi oleh masalah gizi kurang atau KEK. Ibu hamil merupakan salah satu

kelompok rawan kekurangan energi kronik (KEK), karena terjadi peningkatan

kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. KEK adalah suatu kondisi kurang gizi

disebabkan rendahnya konsumsi energi dalam makanan sehari-hari yang berlangsung

menahun sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Supariasa, 2002).

Status gizi ibu hamil pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Untuk kesehatan ibu selama

kehamilan maupun pertumbuhan dan aktifitas diferensiasi janin, maka ibu dalam

keadaan hamil harus cukup mendapat makanan bagi dirinya sendiri maupun bagi

janinnya (Paath dkk, 2001). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme

energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.

Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, dan pertumbuhan

komposisi dan metabolisme tubuh ibu, sehingga kekurangan zat gizi tertentu saat hamil

dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurnah (Lubis, 2003). Masa hamil adalah

masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai zat gizi yang jauh lebih banyak dari

pada yang diperlukan dalam keadaan biasa (Moehji, 2003).

Angka kematian ibu dan bayi serta bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) yang tinggi, pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu

hamil dengan status gizi buruk atau mengalami (Kurang Energi Kronik) KEK

cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih

besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan berat badan yang normal

(Saimin, 2008).

Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang

lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil

normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kematian saat persalinan, pendarahan,

Page 4: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Biromaru

pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan.

Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan

lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Selain itu juga ibu

hamil dengan KEK akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena

rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, serta

masalah perilaku. Seoarang ibu hamil juga memerlukan tambahan zat gizi besi rata-rata

20 mg perhari, sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata

26 mg perhari (Lubis, 2003).

Kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu merupakan tiga faktor

utama yang sangat mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena

itu setiap individu berhak dan harus selalu menjaga kesehatan yang merupakan modal

utama agar dapat hidup produktif, bahagia dan sejahtera. Salah satu indikator untuk

mengukur derajat kesehatan yang optimal antara lain dengan melihat unsur kualitas

hidup serta unsur-unsur kematian yang mempengaruhinya, yaitu kesakitan dan status

gizi. Kurang gizi berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat

berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan,

menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian (Hermawan, 2003).

Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, keterediaan pangan, faktor sosial

ekonomi, budaya dan politik (Anonim, 2008). Adanya krisis ekonomi yang

berkepanjangan menyebabkan banyak keluarga tidak lagi mampu memperoleh

makanan yang layak baik karena harga yang melambung tinggi maupun karena jumlah

pendapatan yang menurun. Sebagian besar populasi yang kurang gizi selama krisis

ekonomi disebabkan oleh ketidakamanan pangan pada skala rumah tangga terutama

pada masyarakat miskin (Arisman, 2004 a).

Pendidikan merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam status sosial

ekonomi. Pada perempuan semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka

kematian bayi dan ibu (Timmreck, 2005). Pada tingkat pendidikan yang relatif tinggi,

pekerja perempuan lebih mampu memiliki akses terhadap pekerjaan dan pendapatan

yang lebih baik karena proses seleksi yang relatif lebih terbuka (Sianturi, 2002). Pada

umumnya jika tingkat pendapatan naik jumlah dan jenis makanan akan membaik pula

(Suhardjo dkk, 2002). Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang

menyebabkan orang-orang tak mampu membeli bahan pangan dalam jumlah yang

dibutuhkan. Rendahnya pendapatan mungkin disebabkan karena tidak adanya pekerjaan

Page 5: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Biromaru

dalam hal ini pengangguran karena susahnya memperoleh lapangan pekerjaan yang

tetap sesuai dengan yang diinginkan (Anonim, 2002).

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi. Dalam kondisi sosial ekonomi yang baik banyak kegiatan rutin bagi

seorang ibu rumah tangga di lakukan oleh pembantu. Akan tetapi tidak menutup

kemungkinan bagi ibu rumah tangga yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang

rendah, karena dengan jarang bahkan tidak adanya kegiatan yang dilakukan

kesehariannya dan hanya mengharapkan dari suami sebagai kepala keluarga sehingga

mengakibatkan tidak adanya hal rutin yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga.

Para peneliti juga menyatakan bahwa wanita yang berperan sebagai pekerja, sekaligus

sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga, umumnya memiliki kesehatan yang lebih

baik. (Surasmo, 2002).

Prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) 2007

diperkirakan sebesar 13,6 %. Sedangkan prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang

Energi Kronis (KEK) di Indonesia tahun 2009 adalah sebesar 21,6 %. Prevalensi risiko

KEK 23,1% pada WUS yang miskin dan 17,3% pada WUS yang tidak miskin

(Harahap, 2007).

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi, tahun 2012 kabupaten Sigi

menunjukkan bahwa ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK)

adalah sebesar 645 jiwa. Dari 15 puskesmas yang ada di Kabupaten Sigi masing-

masing prevalensi ibu hamil yang menderita KEK yaitu Pusekesmas Biromaru

sebanyak 186 jiwa, Puskesmas Tinggede sebanyak 34 jiwa, Puskesmas Marawola

sebanyak 42 jiwa, Puskesmas Kaleke sebanyak 11 jiwa, Puskesmas Baluase sebanyak

37 jiwa, Puskesmas Dombu sebanyak 20 jiwa, Puskesmas Dolo sebanyak 63 jiwa,

Puskesmas Pandere sebanyak 18 jiwa, Puskesmas Kamaipura sebanyak 30 jiwa,

Puskesmas Palolo sebanyak 42 jiwa, Puskesmas Banpres sebanyak 35 jiwa, Puskesmas

Kulawi sebanyak 63 jiwa, Puskesmas Lindu sebanyak 7 jiwa, Puskesmas Gimpu

sebanyak 23 jiwa, dan Puskesmas Kanteu sebanyak 34 jiwa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi tersebut

bahwa kejadian KEK tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Biromaru. Oleh

karena itu untuk mengurangi jumlah ibu hamil dengan risiko KEK, maka penulis

tertarik melakukan panelitian tentang “Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan

Risiko KEK pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru Tahun 2012”

Page 6: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Kek Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Biromaru

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat sosial ekonomi dengan risiko KEK pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Biromaru tahun 2012?

1.3 Batasan Masalah

Variabel Independent (bebas) dari penelitian ini adalah tingkat sosial ekonomi (X)

sedangkan variabel dependent (terikat) adalah risiko KEK pada ibu hamil (Y).

1.4 Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat sosial ekonomi dengan risiko KEK

pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biromaru tahun 2012.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan risiko KEK pada

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biromaru.

2. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan risiko KEK pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Biromaru.

3. Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan risiko KEK pada

ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biromaru.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan tentang hubungan pendapatan keluarga dengan risiko KEK pada

ibu hamil dan merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti berikutnya.

1.5.2 Manfaat Institusi

Sebagai sumbangan referensi dan kepustakaan Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas

Tadulako.

1.5.3 Manfaat Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi dalam

menyusun dan merencanakan tindakan kesehatan yang lebih berdaya guna untuk

pencegahan dan penanggulangan KEK pada ibu hamil.