HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unila.ac.id/29727/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN …digilib.unila.ac.id/29727/3/SKRIPSI TANPA BAB...
HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DENGAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN
LAPANGAN (PPL) DI BALAI PENYULUHAN PERTANIAN,
PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K)
JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
M. NUZUL MUBAROKAH
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN INFORMATION & COMMUNICATION
TECHNOLOGY USAGE AND EXTENSION WORKERS PERFORMANCE
AT BP3K JATI AGUNG REGENCY
SOUTH LAMPUNG DISTRICT
By
M. Nuzul Mubarokah
The study aims to analyze the level of Information and Communication
Technology (ICT) usage, the level of Extension Workers performance, the factors
related to the use of ICT and the relation between the use of ICT and the
performance of Extension Workers in Agricultural Extension Centers, Fisheries
and Forestry (BP3K) Jati Agung, South Lampung District. This study was
conducted at BP3K Jati Agung Regency, South Lampung District with 17
respondents of Extension Workers. The research method used is a census method.
Methods of analysis used were descriptive analysis and Rank Spearman
correlation. The results showed that Extension Workers have a high rate of ICT
utilization and a high performance level. The use of ICT has a significant
relationship with the performance of Extension Workers and factors related to the
use of ICT are age, education, income, and cosmopolitan.
Key words: Extension workers, ICT, performance
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DENGAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN
LAPANGAN (PPL) DI BALAI PENYULUHAN PERTANIAN,
PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K)
JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
Oleh
M. Nuzul Mubarokah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), untuk mengetahui tingkat kinerja
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan TIK dan untuk mengetahui hubungan antara
penggunaan TIK dengan kinerja PPL di BP3K Jati Agung Lampung Selatan.
Penelitian ini dilakukan di BP3K Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan dengan
17 responden PPL (sensus). Metode penelitian yang digunakan adalah metode
sensus dengan analisis deskriptif dan korelasi Rank Spearman untuk menguji
hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan PPL memiliki tingkat penggunaan TIK
yang tinggi dan tingkat kinerja yang tinggi. Penggunaan TIK memiliki hubungan
nyata dengan kinerja PPL. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
TIK adalah umur, pendidikan, penghasilan dan kekosmopolitan.
Kata kunci: Kinerja, Penyuluh pertanian lapangan, TIK
HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DENGAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN
LAPANGAN (PPL) DI BALAI PENYULUHAN PERTANIAN,
PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP3K)
JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
Oleh
M. NUZUL MUBAROKAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 21 Juni 1994 dari pasangan Bapak
Henry dan Ibu Nyayu Rita Hayati. Penulis adalah anak kedua dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan studi Taman Kanak-kanak (TK) di TK Annisa
Palembang pada tahun 2001, tingkat Madrasah Ibtidayah
(MI) Daarul Aitam Palembang pada tahun 2007, tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Negeri 16 Palembang pada tahun 2010, dan tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada
tahun 2013. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif sebagai
anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Pertanian Universitas
Lampung tahun 2013-2014, anggota Bidang Kewirausahaan di Himpunan
Mahasiswa Agribisnis (HIMASEPERTA) tahun 2013-2014, anggota bidang
Hubungan Masyarakat (HUMAS) di UKM-F Lembaga Studi Mahasiswa
Pertanian (LS MATA) Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2014-2015,
diamanahkan sebagai Pengurus Departemen Penerangan di Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Komisariat Pertanian Universitas Lampung tahun 2014-2015,
sebagai Bendahara Panitia Khusus (PANSUS) Pemilihan Raya (PEMIRA)
Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2014-2015, sebagai Pengurus
Departemen Pengembangan Profesi di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Pertanian Universitas Lampung tahun 2015-2016, sebagai anggota
Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA) tahun 2015-2016, sebagai
Sekretaris Bidang Kewirausahaan di Himpunan Mahasiswa Agribisnis
(HIMASEPERTA) tahun 2015-2016, sebagai Koordinator Duta Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 2015-2016, sebagai anggota
Bidang Hubungan Mayarakat (HUMAS) di Badan Pengurus Pusat Ikatan Senat
Mahasisa Pertanian Indonesia (BPP ISMPI) tahun 2015-2016, sebagai Wakil
Sekretaris Umum Bidang Hubungan Masyarakat di Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) Komisariat Pertanian Universitas Lampung tahun 2016-2017, sebagai
Kepala Bidang Kewirausahaan di Himpunan Mahasiswa Agribisnis
(HIMASEPERTA) tahun 2016-2017 dan saat ini penulis sedang diamanahkan
sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Pertanian
Universitas Lampung periode 2017-2018. Selama masa perkuliahan, penulis juga
diamanahkan menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Teknologi Informasi dan
Multimedia di semester ganjil tahun ajaran 2016/2017, dan Asisten Dosen (Wakil
Koordinator) pada mata kuliah Praktik Pengenalan Pertanian (Homestay) di Desa
Cintamulya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2017.
Penulis juga menjadi penerima beasiswa Bidik Misi tahun 2013-2016. Pada 2014
penulis mengikuti kegiatan Homestay selama satu minggu di Dusun II, Desa
Pancasila, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Tahun 2015
mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Tunggal Warga,
Kecamatan Banjar Agung, Kabupaten Tulang Bawang dan selanjutnya pada Juli-
Agustus 2016, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kelompok Tani
Mekartani Jaya di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Barat, Provinsi Jawa Barat.
SANWACANA
Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Penggunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dengan Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Balai
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan”. Penulis menyadari skripsi ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, arahan, bimbingan, motivasi dan doa dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Dame Trully Gultom, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pertama
atas arahan, bimbingan, masukan dan nasihat kepada penulis dalam
penyusunan skripsi.
2. Bapak Ir. Suarno Sadar, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua dalam
penyusunan skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, masukan dan
nasihat kepada penulis.
3. Ibu Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku Dosen Penguji atas masukan, saran,
dan arahan yang telah diberikan dalam penyempurnaan skripsi kepada
penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Sumaryo Gs., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
arahan, bimbingan, masukan dan nasihat selama kegiatan akademik penulis.
5. Ibu Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Ir Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
arahan dan bimbingan selama kagiatan kemahasiswaan penulis.
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
8. Bapak Robinsis, SP., selaku Ketua UPT Tanaman Pangan dan Hortikultura,
Bapak Legino, A.Md., selaku Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan, Ibu
Laksamana Dewi, SP., selaku Penyuluh Supervisi di BP3K Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan atas bantuan, izin dan informasi bagi
penulis selama melaksanakan penelitian.
9. Seluruh Dosen di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
atas semua ilmu, bimbingan dan nasihat yang telah diberikan selama penulis
menempuh ilmu di Universitas Lampung.
10. Seluruh Karyawan di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.
11. Mama dan Papa yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat
baik moril dan materil serta do’a ikhlas tak terputus untuk kesuksesan
penulis. Sebuah laporan ini yang hanya bisa penulis persembahkan untuk
membalas jasa-jasa yang sudah Mama dan Papa berikan selama perkuliahan.
12. Keluarga besar tercinta, M. Malikul Mulki, Aswan Irfan Ryansyah, Nenek
Masripah (Mak Wek), Nenek Suinah (Mbik), Sanjungan, Lina, Adindi, Batin
dan Uncu yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam penyusunan
skripsi.
13. Sahabat-sahabat “Pagun Sekelik”, Okta Saputra, M. Reza Azhar, Dhanar
Yoga P., Doni Pranata, M. Pandu P., Febriko Fajar A., Reki Septian P., dan
Haryadi yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi.
14. Kawan-kawan seperjuangan HMI Komisariat Pertanian Universitas Lampung
Arbi Fajri Pratama, Citra Rianzani, M. Safrizal Anwar, Ryan Farkhan, M.
Yogi Hadi Atmadja, Tsuraya Khairunnisa, Fery, Fadila Shafira, Rini Yunita
Sari, Linda Maya Sari, Ayu Aprilia Mansi, Panji, Reza, Khomayo dan
Adinda-adinda pengurus yang memberikan bantuan, semangat dan motivasi
kepada penulis.
15. Sahabat-sahabat Agribisnis 2013 Yoga Nandatama, Riandari Irsa, Azil
Agustino, Diqa Aulia, Ahmad Miftahudin, Fadiah Diah L., Erika Dwi
Alviana, Fitria Dwi Rahma P., Anita Eviana, Indah, Suci RN., Resta Gita P.,
Bella Aldila, Kamal Satria, Dwi Ega P., Shintia Sinaga, Onah Sunarya,
Mentari Diasti P., Kiki, Rizki R., Ahmad Rohim, Ibrohim S., M. Nabil
Setiawan, Fitri Yuni L., Asti, Hesti Permata S., Dila Sefa L. dan sahabat-
sahabat Agribisnis 2013 lainnya atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan
yang telah diberikan.
16. Bang Sandi, Bang Azhari, Bang Riza, Bang Cerry, Bang Bre, Bang Fahmi,
Bang Didit, Bang Graha, Bang Agasi, Bang Wildan, Bang Eky, Bang Ghani,
Bang Nadhif, Bang Jul, Bang Riki, Bang Innaka, Bang Dolly, Mba Icul, Mba
Pipit, Mba Ica, Mba Clara, Uni Rofiiqoh, Mba Karina, Mba Dewi dan Mba
Parastri yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi kepada
penulis.
17. Keluarga besar Bidik Misi Universitas Lampung, HMI Komisariat Pertanian
Universitas Lampung, HIMASEPERTA, LS-MATA Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Lampung dan ISMPI yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi penulis.
18. Kanda, Yunda dan Adinda Jurusan Agribisnis 2010, 2011, 2012, 2013, 2014
dan 2015 yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
19. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi
semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi banyak
pihak. Semoga Allah SWT membalas budi baik berbagai pihak atas segala yang
telah diberikan kepada penulis.
Bandar Lampung, 8 Desember 2017
Penulis,
M. Nuzul Mubarokah
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................. 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 9
A. Kondisi dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................ 9
1. Sejarah dan Perkembangan Lokasi Penelitian ............... 9
2. Keadaan Wilayah ........................................................... 10
3. Keadaan Sumber Daya Manusia dan Potensi Lahan
Pertanian .......................................................................... 11
4. Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia di BP3K
Jati Agung Lampung Selatan ......................................... 13
5. Kegiatan BP3K Jati Agung Lampung Selatan………… 14
6. Tugas dan Fungsi BP3K Jati Agung Lampung Selatan . 15
7. Visi dan Misi BP3K Jati Agung Lampung Selatan ........ 16
B. Tinjauan Pustaka .................................................................. 17
1. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) ................. 17
2. Penggunaan TIK ............................................................. 19
3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
TIK .. ............................................................................... 21
4. Kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapang) .................... 25
5. Teori Determinisme Teknologi ...................................... 27
6. Penelitian Terdahulu ....................................................... 29
C. Kerangka Pemikiran ............................................................. 34
D. Hipotesis ................................................................................ 38
vi
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 39
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................... 39
B. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian dan Responden ............ 43
C. Metode Penelitian ................................................................. 44
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data……………….... 44
E. Metode Analisis Data ............................................................ 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 48
A. Deskripsi faktor-faktor yang diduga terdapat hubungan
dengan penggunaan TIK ...................................................... 48
1. Umur Responden (X1) ................................................... 48
2. Tingkat Pendidikan Formal (X2) ................................... 49
3. Tingkat Penghasilan (X3) .............................................. 49
4. Tingkat Motivasi (X4) ................................................... 51
5. Tingkat Kekosmopolitan (X5) ....................................... 52
6. Tingkat Persepsi (X9) .................................................... 54
B. Deskripsi Tingkat Penggunaan TIK (Y1) ............................ 56
1. Durasi Penggunaan TIK ................................................ 56
2. Frekuensi Penggunaan TIK ........................................... 60
3. Ragam Penggunaan TIK ................................................ 62
C. Deskripsi Tingkat Kinerja PPL (Y2) .................................... 65
1. Persiapan Penyuluh Pertanian ....................................... 65
2. Pelaksanaan Penyuluh Pertanian ……………………... 66
3. Evaluasi dan Pelaporan Penyuluh Pertanian
Lapangan ....................................................................... 67
D. Pengujian Hipotesis .............................................................. 70
1. Hubungan Faktor-faktor Penggunaan TIK ...................... 70
2. Hubungan Antara Penggunaan TIK dengan Kinerja
PPL di BP3K Jati Agung Lampung Selatan ................... 78
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 81
A. Kesimpulan ........................................................................... 81
B. Saran ………………………………………………............. 82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 83
LAMPIRAN ..................................................................................... 86
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi, luas panen, dan produktivitas komoditas jagung
di Provinsi Lampung menurut kabupaten/kota pada
tahun 2014 ……………………………………………….… 5
2. Data penyuluh pertanian BP3K di Kabupaten Lampung
Selatan …….…………………………………..…………… 6
3. Persentase penduduk menurut kelompok umur tahun 2015 . 11
4. Luas panen dan produksi komoditas padi, jagung dan ubi kayu
di Kecamatan Jati Agung tahun 2015 …………..…………. 12
5. Penelitian terdahulu ………………………………………. 30
6. Variabel, definisi operasional, indikator, pengukuran/interval
dan kategori pengukuran ………………………………..…. 42
7. Sebaran umur PPL di BP3K Jati Agung Lampung Selatan .. 48
8. Sebaran pendidikan formal PPL di BP3K Jati Agung
Lampung Selatan ………………………………….………. 49
9. Tingkat penghasilan PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan …………………………………………………...… 50
10. Tingkat motivasi PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan ………………………………………………...…… 51
11. Tingkat kekosmopolitan PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan ………….………………………………………..… 52
12. Tingkat persepsi penyuluh pertanian lapangan di BP3K
Jati Agung Lampung Selatan dilihat dari setiap indikator
pengukuran ………………….………...…………………… 54
13. Tingkat persepsi PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan ……………..………………………...…………….. 55
14. Rekapitulasi faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan
pengunaan TIK PPL ……..………………..……………….. 56
15. Tingkat durasi penggunaan TIK PPL di BP3K Jati Agung
Lampung Selatan …………………………………...….….. 57
16. Tingkat frekuensi penggunaan TIK PPL di BP3K Jati Agung
Lampung Selatan ………...…………………………….….. 60
17. Tingkat penggunaan TIK PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan ……………………………………………………... 64
18. Tingkat persiapan PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan …………………………………………………...… 65
19. Tingkat pelaksanaan PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan ………………………………………………...…… 66
viii
20. Tingkat evaluasi dan pelaporan PPL di BP3K Jati Agung
Lampung Selatan ………...………………………...……… 68
21. Tingkat kinerja PPL di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan ……………...……………………………...………. 69
22. Hasil analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan TIK ……………………………………...……. 70
23. Hasil analisis hubungan antara penggunaan TIK dengan
kinerja PPL ............................................................................ 78
24. Data responden ………………….…………………………. 87
25. Data responden mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan penggunaan TIK ……………………………...…… 88
26. Data responden mengenai penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi (Y1) dan kinerja penyuluh pertanian
lapangan (Y2) ……………………………………..……….. 94
27. Hasil MSI faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ………… 95
28. Hasil MSI penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi ………………………………………………… 100
29. Hasil MSI kinerja penyuluh pertanian lapangan ……….….. 101
30. Hasil analisis hubungan antara umur dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi ……………….……… 102
31. Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi …...……. 102
32. Hasil analisis hubungan antara penghasilan dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ...………. 102
33. Hasil analisis hubungan antara motivasi dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi ………………………. 103
34. Hasil analisis hubungan antara kekosmopolitan dengan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ………… 103
35. Hasil analisis hubungan antara persepsi dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi ………………………. 103
36. Hasil analisis hubungan antara penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi dengan kinerja penyuluh pertanian …….… 104
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sub-sistem penyuluhan dalam komunikasi pembangunan
(Mardikanto, 2010).………...…………………………...…. 2
2. Struktur organisasi BP3K Jati Agung Lampung Selatan ….. 13
3. Bagan kerangka pemikiran ……………….……………...… 37
4. Perbedaan penghasilan PPL PNS dan PPL THL TBPP
Menurut rata-rata penghasilan PPL……………...………… 50
5. Perbedaan tingkat motivasi PPL PNS dan PPL THL TBPP.. 52
6. Perbedaan tingkat kekosmopolitan PPL PNS dan PPL THL
TBPP……………………………………………………….. 53
7. Perbedaan tingkat persepsi PPL PNS dan PPL THL TBPP.. 55
8. Sebaran durasi (jam/hari) penggunaan TIK menurut PPL
PNS …………………………………………..……………. 57
9. Sebaran durasi (jam/hari) penggunaan TIK menurut PPL
THL …………………………………………..……………. 58
10. Perbedaan tingkat durasi penggunaan TIK PPL PNS dan PPL
THL TBPP………………………...……………………….. 59
11. Sebaran frekuensi (hari/minggu) penggunaan TIK menurut
PPL PNS …………………………………………...……… 61
12. Sebaran frekuensi (hari/minggu) penggunaan TIK menurut
PPL THL …………………………………………...……… 61
13. Perbedaan tingkat frekuensi penggunaan TIK PPL PNS dan
PPL THL TBPP…………...……………………………….. 62
14. Ragam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
penyuluh pertanian lapangan di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan ……………………...…………………………....… 63
15. Perbedaan tingkat penggunaan TIK PPL PNS dan PPL THL
TBPP…………………………………………..…………… 64
16. Perbedaan tingkat persiapan PPL PNS dan PPL THL TBPP 66
17. Perbedaan tingkat pelaksanaan PPL PNS dan PPL THL
TBPP……………………………………………………….. 67
18. Perbedaan tingkat evaluasi dan pelaporan PPL PNS dan PPL
THL TBPP………………………………………………..... 68
19. Perbedaan tingkat kinerja PPL PNS dan PPL THL TBPP.... 69
20. Hasil tabulasi silang antara penggunaan TIK dengan
umur ……………………………………………………..... 72
21. Hasil tabulasi silang antara penggunaan TIK dengan
pendidikan ………………………………………………..... 73
x
22. Hasil tabulasi silang antara penggunaan TIK dengan
penghasilan ………………………………..……………..... 74
23. Hasil tabulasi silang antara penggunaan TIK dengan
motivasi ……………………………...…………………..... 75
24. Hasil tabulasi silang antara penggunaan TIK dengan
kekosmopolitan ………………………………………….... 76
25. Hasil tabulasi silang antara penggunaan TIK dengan
persepsi …………………………………………………..... 77
26. Hasil tabulasi silang antara penggunaan TIK dengan
kinerja PPL …………………………………..…………..... 79
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional.
Sektor pertanian memberikan sumbangan produk domestik bruto sebesar
13,52 % terhadap produk domestik bruto di Indonesia pada tahun 2015. Data
ini menyebabkan sektor pertanian menduduki produk domestik bruto kedua
paling besar setelah sektor industri pengolahan (20,84%) (Badan Pusat
Statistik, 2016).
Produk domestik bruto yang besar di sektor pertanian Indonesia memberikan
arti bahwa sektor ini masih harus dikembangkan untuk mewujudkan tujuan
dan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu menciptakan masyarakat adil dan
makmur sejahtera. Pengembangan sektor pertanian sudah dilakukan
pemerintah dengan berbagai kebijakan misalnya pada tahun 1978, Departemen
Pertanian mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan program
memperbanyak produksi benih unggul, khususnya padi dan palawija,
kemudian program memperluas dan memperbanyak jumlah balai benih dan
kebun bibit. Sampai kebijakan terbaru yaitu Program Upaya Khusus Padi
Jagung Kedelai (UPSUS PAJALE) pada tahun 2015 yang berupaya untuk
mensukseskan kedaulatan pangan. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak
2
terlepas dari peran penyuluhan pertanian yaitu sebagai wadah untuk
menyampaikan informasi dari pemerintah kepada petani di lapangan agar
kebijakan dapat sukses dan berjalan dengan baik.
Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pendidikan non formal yang
ditujukan kepada masyarakat tani, khususnya yang tinggal di pedesaan agar
mereka tahu, mau, dan mampu melaksanakan anjuran atau teknologi baru
sehingga mereka dapat meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraannya (Saputro dkk.,
2012). Penyuluhan pertanian dalam komunikasi pembangunan memiliki peran
sentral sebagai fasilitator yakni menyampaikan informasi dari luar yakni sub
sistem ilmuwan kepada sistem sosial masyarakat pengguna (petani).
Penyuluhan pertanian dalam hal ini menuntut penyuluh mampu
berkomunikasi dan memanfaatkan media penunjang yang ada sehingga
penyuluhan dapat berjalan efektif dan efisien (Gambar 1).
Gambar 1. Sub-sistem penyuluhan dalam komunikasi pembangunan
(Mardikanto, 2010).
3
Salah satu permasalahan penyuluhan pertanian dalam pelaksanaannya adalah
sumber daya manusia yaitu keterbatasan tenaga penyuluh pertanian baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya (Kementerian Pertanian, 2014).
Berdasarkan penelitian Juwita Sari (2015) di Kecamatan Pagelaran Kabupaten
Pringsewu tentang kinerja penyuluh pertanian menyimpulkan bahwa kinerja
penyuluh pertanian masih dalam kategori cukup. Penelitian yang sama oleh
Santi (2016) di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu menyimpulkan
bahwa kinerja penyuluh pertanian masih tergolong rendah. Hal ini
menunjukkan kinerja penyuluh pertanian masih kurang maksimal dalam
melakukan kegiatan penyuluhan.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 01/Permentan/OT.140/1/2008
tentang Pedoman Pembinaan Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu
Penyuluh Pertanian (TBPP) menerangkan bahwa dalam upaya melakukan
percepatan pembangunan pertanian antara lain ditempuh melalui revitalisasi
penyuluhan pertanian dengan kebijakan satu desa satu penyuluh guna
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya dengan
merekrut Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian
(TBPP). Pada penelitian Santi (2016) di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu menerangkan jumlah penyuluh pertanian (11 orang) belum
sebanding dengan jumlah desa (23 desa) yang ada sehingga menyebabkan
masing-masing penyuluh pertanian mendapat dua hingga tiga desa. Hal ini
menunjukkan kebijakan satu penyuluh satu desa belum berjalan secara
maksimal.
4
Undang-undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pasal 31 ayat 1
mengamanatkan perlunya meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan
dan kinerja penyuluh melalui sarana dan prasarana memadai agar penyuluhan
dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien. Penyuluh dituntut tahu dan
menguasai materi penyuluhan dan berbagai informasi pertanian dengan cepat
dan tepat sehingga penyuluh harus dapat mengikuti perkembangan akses
informasi melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
TIK merupakan teknologi yang menggabungkan komputasi dengan jalur
komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video
(informasi) (William dan Sawyer dalam Supriyadi dan Kiswanto, 2010). TIK
dalam penyuluhan pertanian memiliki peran sebagai alat bantu menerima dan
menyampaikan informasi bidang pertanian yang digunakan oleh PPL untuk
melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Berdasarkan kebijakan pemerintah
dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/OT.140/2/2013 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Informasi Penyuluhan Pertanian di Lingkungan
Kementerian Pertanian menerangkan bahwa penggunaan teknologi informasi
bertujuan dalam rangka percepatan informasi penyuluhan pertanian agar
efektif dan efisien. Sistem jaringan yang terkoneksi diharapkan mampu
meningkatkan produktivitas kerja penyuluh dan penyuluhan, dalam pelayanan
yang efisien, cepat, mudah, akurat, murah, aman, terpadu dan akuntabel. Oleh
karena itu pemerintah menerapkan sistem manajemen informasi penyuluh
pertanian yang dilakukan melalui pelayanan dengan memanfaatkan teknologi
informasi.
5
Menurut Sumardjo dkk., (2010) TIK memiliki peranan yang sangat penting
untuk mendukung kegiatan pembangunan pertanian berkelanjutan.
Pembangunan pertanian dengan memanfaatkan TIK merupakan hal yang
saling berpengaruh satu sama lain (determinisme). Pemanfaatan TIK adalah
salah satu faktor yang paling penting dalam peningkatan produksi dengan
memaksimalkan informasi pertanian sehingga dapat mendorong ke arah
pembangunan yang diharapkan. Misalnya produksi pertanian yang tinggi
pada komoditas jagung di Provinsi Lampung (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi, luas panen, dan produktivitas komoditas jagung di Provinsi
Lampung menurut kabupaten/kota pada tahun 2014
No. Kabupaten/Kota Produksi (ton) Luas Panen
(ha)
Produktivitas
(ton/ha)
1 Lampung Barat 962 235 4,093
2 Tanggamus 17.651 3.441 5,129
3 Lampung Selatan 632.137 121.985 5,182
4 Lampung Timur 516.412 99.025 5,214
5 Lampung Tengah 268.949 51.805 5,191
6 Lampung Utara 103.243 24.262 4,255
7 Way Kanan 49.418 11.369 4,346
8 Tulang Bawang 6.448 1.501 4,295
9 Pesawaran 71.645 14.070 5,092
10 Pringsewu 31.403 6.326 4,964
11 Mesuji 447 95 4,705
12 Tulang Bawang Barat 2.492 569 4,379
13 Pesisir Barat 13.488 3.254 4,145
14 Bandar Lampung 231 45 5,133
15 Metro 4.460 903 4,939
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
Tabel 1 menunjukkan Kabupaten Lampung Selatan memiliki total produksi
632.137 ton dan luas panen seluas 121.985 ha. Kabupaten Lampung Selatan
memiliki jumlah produksi dan luas panen yang terbesar dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Lampung, namun tingkat produktivitasnya
6
masih belum optimal dan berada pada urutan ketiga setelah Kabupaten
Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Tengah.
Salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang menjadi sentra
produksi jagung adalah Kecamatan Jati Agung. Kecamatan Jati Agung
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penyuluh kedua terbanyak di
Kabupaten Lampung Selatan (Tabel 2).
Tabel 2. Data penyuluh pertanian BP3K di Kabupaten Lampung Selatan
No. BP3K Penyuluh Pertanian Total
Penyuluh Jumlah
Desa PNS THLTBPP
1 Natar 10 8 18 22
2 Jati Agung 7 10 17 21
3 Tanjung Bintang - 9 9 16
4 Tanjung Sari 5 6 11 8
5 Katibung 5 7 12 12
6 Merbau Mataram 4 8 12 -
7 Way Sulan 3 3 6 8
8 Sidomulyo 7 8 15 16
9 Candipuro 6 1 7 14
10 Way Panji 3 2 5 4
11 Kalianda 9 5 14 28
12 Rajabasa 4 4 8 -
13 Palas 8 8 16 21
14 Sragi 8 1 9 -
15 Penengahan 8 4 12 22
16 Ketapang 10 5 15 19
17 Bakauheni 4 3 7 -
Sumber: Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
(BP4K) Kabupaten Lampung Selatan, 2015
Berdasarkan Tabel 2 penyuluh pertanian di BP3K Jati Agung Lampung
Selatan berjumlah 17 orang. BP3K Jati Agung Lampung Selatan memiliki
jumlah penyuluh pertanian kedua terbanyak setelah Kecamatan Natar di
Kabupaten Lampung Selatan, namun Kecamatan Jati Agung memiliki
sebaran penyuluh pertanian THLTBPP yang jumlahnya paling banyak.
Berdasarkan hasil pra turun lapangan, penyuluh pertanian THL TBPP
7
memiliki umur yang lebih muda (rata-rata 34,70 tahun) dibandingkan dengan
penyuluh pertanian PNS (rata-rata 47,42 tahun). Menurut Soekartawi (1988),
semakin muda umur semakin cepat melakukan adopsi inovasi walaupun
sebenarnya masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.
Adopsi inovasi yang dimaksud adalah penggunaan TIK bagi Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL). Jumlah penyuluh pertanian di Kecamatan Jati
Agung Lampung Selatan belum sebanding dengan 21 desa yang ada di
Kecamatan Jati Agung, sehingga menyebabkan masih terdapat penyuluh
pertanian yang mendapatkan dua desa untuk wilayah cakupan kerja penyuluh.
Hal tersebut merupakan permasalahan yang dapat berkaitan dengan kinerja
penyuluh pertanian yang ada di BP3K Jati Agung Lampung Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat penggunaan TIKoleh PPL?
2. Apa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan TIK oleh PPL?
3. Bagaimanakah tingkat kinerja PPL?
4. Apakah terdapat hubungan antara penggunaan TIK dengan kinerja PPL?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini bertujuan menganalisis:
1. Penggunaan TIK oleh PPL
8
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan penggunaan TIK oleh
PPL
3. Kinerja PPL
4. Hubungan antara penggunaan TIK oleh PPL dengan kinerja PPL
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian sebagai berikut:
1. Bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah yang sedang diteliti.
5. Bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah dan Perkembangan Lokasi Peneilitian
BP3K Kecamatan Jati Agung sudah ada sejak tahun 1976 dengan nama
BPP (Balai Penyuluhan Pertanian). Semula BPP Kecamatan Jati Agung
masih dalam wilayah Kecamatan Kedaton (Kedaton dan Tanjung
Bintang). Pada tahun 1983 menjadi BPP Tanjung Bintang, dengan
wilayah Natar dan Tanjung Bintang. Tahun 1995 menjadi BPP Tanjung
Bintang dengan wilayah Tanjung Bintang dan Jati Agung. Tahun 2002
menjadi BPP Jati Agung yang memiliki 21 desa binaan. Mulai tahun 2012
BPP berubah nama menjadi BP3K sampai saat ini.
BP3K Kecamatan Jati Agung berlokasi di Desa Fajar Baru Jalan RA.
Basyid Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan
Jati Agung terletak paling utara Kabupaten Lampung Selatan dan
terbentuk berdasarkan Undang- Undang No. 22 Tahun 1999, surat Menteri
dalam Negeri No.: 188.138/173/POUD tanggal 17 Juni 1999 perihal
petunjuk pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1999 dan surat
Keputusan Gubernur/KDH TK.I Lampung tanggal 13 Agustus 1999 No.
81 Tahun 1999 meresmikan Kecamatan Jati Agung dengan Ibu Kota
10
Marga Agung. Kecamatan Jati Agung terdiri dari 21 desa, 516 RT (Rukun
Tetangga), 122 RW (Rukun Warga), dan 126 dusun. Batas geografis
Kecamatan Jati Agung dengan wilayah lain yaitu:
A. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sekampung Udik,
Kabupaten Lampung Timur
B. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupeten Lampung Selatan dan Kotamadya Bandarlampung
C. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan
D. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur (Badan
Pusat Statistik, 2016)
2. Keadaan Wilayah
Topografi wilayah Kecamatan Jati Agung pada umumnya terdiri dari lahan
datar dan sedikit bergelombang yang berada pada ketinggian 47-110 mdpl.
Topografi wilayahnya datar dengan luas 1801,23 km2. Jenis tanah
Padsolik merah kuning dengan pH tanah berkisar anatar 4,90-5,90.
Kemiringan tanah kurang dari 5%. Keadaan iklim di Jati Agung termasuk
iklim basah. Rata-rata curah hujan per tahun dan per bulan berturut-turut
adalah 2.188,90 mm/tahun dan 182,40 mm/bulan. Bulan basah jatuh pada
bulan Januari-Maret dan November-Desember bulan lembab terjadi pada
bulan April-Mei, serta bulan kering adalah Juni-Oktober (Badan Pusat
Statistik, 2016).
11
3. Keadaan Sumber Daya Manusia dan Potensi Lahan Pertanian
Kecamatan Jati Agung memiliki jumlah penduduk sebanyak 110.180 jiwa.
Jumlah penduduk laki-laki adalah 55.628 jiwa (50,48%) dan jumlah
penduduk perempuan adalah 54.552 jiwa (49,51%). Jika berdasarkan
jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Persentase penduduk menurut kelompok umur tahun 2015
Kelompok Umur Klasifikasi
Persentase
(tahun) (%)
0-14 Belum produktif 30,11
15-64 Produktif 66,85
>65 Tidak produktif 6,63
Jumlah 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Jati
Agung berada pada kelompok umur produktif 15-64 tahun yaitu sebesar
66,85%. Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan tenaga kerja produktif di Kecamatan Jati Agung cukup tinggi.
Kecamatan Jati Agung merupakan kecamatan yang memiliki berbagai
komoditas tanaman, begitu juga dengan penggunaan lahan yang meliputi
persawahan, peladangan, perkebunan, pemukiman, lahan dan lain-lain.
Komoditi pertanian yang paling banyak diusahakan di Kecamatan Jati
Agung ini adalah padi, jagung dan ubi kayu sebagaimana terlihat pada
Tabel 4.
12
Tabel 4. Luas panen dan produksi komoditas padi, jagung dan ubi kayu di
Kecamatan Jati Agung tahun 2015
Penggunaan Lahan Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton)
Padi 5.251 27.692
Jagung 6.000 28.040
Ubi Kayu 2.500 50.840
Jumlah 13.751 106.572
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Tabel 4 memperlihatkan bahwa jagung mempunyai luas panen terbesar di
Kecamatan Jati Agung. Luas panen dan produksi jagung di Kecamatan
Jati Agung adalah 6.000 Ha dan 28.040 ton.
Keadaan sumber daya manusia terkait di bidang pertanian di Kecamatan
Jati Agung cukup lengkap. Terdapat beberapa kelembagaan yang
terbentuk dalam upaya pengembangan bidang pertanian, yaitu:
1) Kelompok Tani Tanaman Pangan dan Hortikultura ada 264 kelompok
dengan jumlah anggota 9.044 orang dan luas lahan 10.326 Ha,
perkebunan rakyat kelapa sawit, kelapa, dan kakao dengan luas
2.771,50 Ha.
2) Kelompok tani ternak ada 15 kelompok dengan jumlah anggota 215
orang dengan ternak yang diusahakan yaitu sapi, kambing, ayam ras
dan ayam buras.
3) Kelompok pembudidaya ikan ada 5 kelompok dengan jumlah anggota
45 orang dan luas kolam 7,25 Ha.
4) Kelompok Wanita Tani (KWT) ada 18 kelompok dengan jumlah
anggota 360 orang, dengan jenis usaha budidaya jamur tiram, sayuran
dan olahan pangan lokal.
13
4. Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia di BP3K Jati Agung
Lampung Selatan
BP3K Jati Agung memiliki struktur organisasi yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijakan pemimpin daerah dengan otonomi daerah yang
berlaku pada setiap pemerintahan daerah. Struktur organisasi pada BP3K
ini berbentuk lini dimana kekuasaan dan tanggung jawab berjalan dari atas
kebawah. Berikut ini struktur organisasi BP3K Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan.
Gambar 2. Struktur organisasi BP3K Jati Agung Lampung Selatan
Gambar 2 menunjukkan struktur organisasi yang ada di BP3K Jati Agung
Lampung Selatan. Masing-masing pengurus memiliki tugas-tugas tertentu
yang menjadi tanggung jawab dan fungsinya
1) Sumber Daya Petugas PPL:
a. Kepala BP3K : 1 Orang
b. Tenaga Administrasi (TU) : 3 Orang
c. PPL Supervisi : 1 Orang
d. Penyuluh PNS : 7 Orang
Kepala BP3K
Petugas OPT Penyuluh Supervisi
Penyuluh Pertanian
Tenaga Administrasi
14
e. Penyuluh THL-TBPP : 10 Orang
2) Sarana dan Prasarana
a. Gedung BP3K memiliki Kepala BP3K, ruang tata usaha, Aula,
perpustakaan, ruang komputer, kamar mandi serta rumah dinas
b. Kendaraan operasional PPL roda dua ada sembilan buah
5. Kegiatan BP3K Jati Agung Lampung Selatan
BP3K sebagai balai dalam sektor pertanian memiliki perencanaan dan
program kegiatan yang bertujuan untuk memajukan petani dengan
melakukan suatu upaya dan usaha untuk terus mewujudkan tujuan
bersama. Kegiatan yang pernah dilakukan antara lain :
1) BP3K Model/ difasilitasi
2) Pelaksanaan PRA (Participatory Rural Appraisal)
3) Penyusunan RKPP (Rencana Kerja Penyuluh Pertanian) dan programa
4) Penyusunan media informasi
5) Pembuatan data base
6) Pertemuan dan pelatihan PPL
7) Pelaksanaan kursus tani
8) Penyusunan RDKK (Rencana Definitif Kelompok Tani)
9) Penumbuhan kelompok tani
10) Penilaian kelas kelompok tani
11) Lumbung pangan
12) Tunda jual dan cadangan pangan
13) Lomba insentifikasi tanaman pangan tingkat kecamatan
15
14) Desa Model
15) Kolam Terpal/Fiber
16) Peningkatan Kapasitas BP3K sebagai posko
17) Optimal Lahan dan GP-PTT (Gerakan Penerapan Pengolahan
Tanaman Terpadu) PAJALE.
6. Tugas dan Fungsi BP3K Jati Agung Lampung Selatan
BP3K mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan daerah
dibidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di tingkat
kecamatan. Fungsi BP3K Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan
adalah:
1) Penyusunan programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
ditingkat Kecamatan yang sejalan dengan programa penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan Kabupaten.
2) Melaksanakan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
berdasarkan program penyuluhan.
3) Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi,
pembiayaan dan pasar.
4) Memfasilitas pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku
utama dan pelaku usaha.
5) Melaksanakan peningkatan kapasitas PNS, Penyuluh Swadaya dan
Penyuluh Swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.
16
6) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan metode penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan bagi pelaku utama dan pelaku
usaha secara berkelanjutan.
7) Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
7. Visi dan Misi BP3K Jati Agung Lampung Selatan
Visi BP3K Kecamatan Jati Agung adalah menjadi lembaga penyuluhan
yang handal, mandiri, dan profesional dalam memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat tani guna mendukung ketahanan pangan dan
peningkatan kesejahteraan petani. Misi BP3K Kecamatan Jati Agung
Lampung Selatan sendiri terbagi menjadi lima yaitu:
1) Mengembangkan lembaga penyuluhan, serta meningkatkan kualitas
dan kuantitas sarana prasarana penyuluhan.
2) Meningkatkan kompetensi tenaga penyuluh pertanian, perikanan dan
kehutanan di dalam memberikan pelayanan konsultasi agribisnis
kepada para petani.
3) Mengembangkan sistem pemberdayaan petani, kelembagaan petani,
dan usaha petani yang berdaya saing.
4) Meningkatkan kerjasama dan jejaring pelatihan pertanian dengan
lembaga terkait.
5) Meningkatkan kualitas pengelolaan administrasi, penatausahaan dan
rumah tangga serta sistem informasi dan publikasi yang akuntabel.
17
B. Tinjauan Pustaka
1. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
Teknologi informasi menurut Haag dan Keen (1996) dalam Supriyadi dan
Kiswanto (2010) adalah seperangkat alat yang membantu pekerjaan
dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan
pemrosesan informasi. Kadir dan Triwahyuni (2003) menjelaskan bahwa
teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi
(komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa
data, suara dan video.
Menurut Supriyadi dan Kiswanto (2010), teknologi informasi dapat
didefinisikan sebagai hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian
informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman
informasi akan lebih cepat, lebih luas sebarannya dan lebih lama
penyimpanannya. Lebih rinci penjelasan dari kedua teknologi yang
mendasari teknologi informasi yaitu:
1) Teknologi komputer adalah semua yang berhubungan dengan
komputer, termasuk peralatan-peralatan yang berhubungan dengan
komputer seperti printer dan laptop.
2) Teknologi komunikasi adalah teknologi yang berhubungan dengan
komunikasi jarak jauh, contohnya telepon, televisi, dan radio.
Beberapa peralatan tersebut juga termasuk komputer, sebab di dalam
peralatan tersebut telah ditanamkan komputer berupa cip, yaitu
mikroprosesor dan perlu diketahui bahwa teknologi informasi tidak
18
harus mutlak berupa komputer yang saling terhubung dengan
komputer yang lainnya melalui peralatan telekomunikasi, tetapi dapat
juga berupa peralatan elektronika yang menyajikan informasi.
TIK mengacu pada penggunaan peralatan elektronik (terutama komputer)
untuk memproses suatu kegiatan tertentu. TIK mempunyai kontribusi
yang potensial untuk berperan dalam mencapai manfaat ekonomi, sosial
dan lingkungan yang signifikan. TIK memiliki peranan yang sangat
penting untuk mendukung tersedianya informasi pertanian yang relevan
dan tepat waktu dalam mendukung kegiatan pembangunan pertanian
berkelanjutan (Sumardjo dkk., 2010).
Menurut Maureen (2009) yang dikutip oleh Sumardjo dkk., (2010)
informasi pertanian merupakan salah satu faktor yang paling penting
dalam produksi dan tidak ada yang menyangkal bahwa informasi pertanian
dapat mendorong ke arah pembangunan yang diharapkan. Integrasi yang
efektif antara TIK dalam sektor pertanian akan menuju pada pertanian
berkelanjutan melalui penyimpanan informasi pertanian tepat waktu dan
relevan yang dapat memberikan informasi yang tepat kepada petani dalam
proses pengambilan keputusan berusahatani untuk meningkatkan
produktivitasnya. TIK dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan
cepat terhadap informasi pasar, input produksi, tren konsumen, yang
secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi mereka.
Informasi pasar, praktek pengelolaan ternak dan tanaman baru, penyakit
dan hama tanaman/ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang
19
pasar dan harga pasar input maupun output pertanian sangat penting untuk
efisiensi produk secara ekonomi. Penyuluh dalam hal ini berperan sebagai
fasilitator harus turut mengetahui informasi pertanian tersebut dalam
pengembangan kapasitas penyuluh untuk membantu memberikan
informasi kepada petani berdasarkan kebutuhan di lapangan.
2. Penggunaan TIK
Menurut Servaes (2007) dalam Sumardjo dkk., (2010) perkembangan TIK
seperti komputer dan teknologi komunikasi, khususnya internet dapat
digunakan untuk menjembatani informasi dan pengetahuan yang tersebar
di antara yang menguasai informasi dan yang tidak menguasai informasi.
Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses
terhadap peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi
layanan pemerintah, memperbesar partisipasi secara langsung dari “used-
to-be-silent-public” (masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam
proses demokrasi. TIK merupakan alat yang membantu untuk berbagi
informasi, namun pada kenyataan di lapangan dalam penelitian
Prawiranegara (2016) tingkat kapabilitas petani mengelola inovasi masih
rendah dan kualitas informasi masih dalam kategori sedang.
Blumler (1979) dalam Morissan dkk., (2010), mengemukakan sejumlah
gagasan mengenai jenis-jenis kegiatan yang dilakukan khalayak (audience
activity) ketika menggunakan media, yang mencakup:
1) Kegunaan (utility), media memiliki kegunaan dan orang dapat
memanfaatkan kegunaan media.
20
2) Kehendak (intentionality), hal ini terjadi ketika motivasi menentukan
konsumsi media.
3) Seleksi (selectivity), penggunaan media oleh khalayak mencerminkan
ketertarikan atau prefensinya.
4) Tidak terpengaruh hingga terpengaruh (imperviounusness to
influence), khalayak menciptakan makna terhadap isi media yang akan
mempengaruhi apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, namun mereka
juga secara aktif sering menghindar terhadap jenis pengaruh media
tertentu.
Helmy dkk., (2013) dalam penelitiannya menyatakan persepsi penyuluh
pertanian terhadap sifat inovasi cyber extension menunjukkan hubungan
yang relatif erat dan nyata terhadap kompetensi penyuluh pertanian
melalui kemampuan operasional komputer, kemampuan mengakses
jaringan internet, dan mempertahankan komitmen terhadap pembangunan
pertanian. Penelitian lainnya oleh Elian dkk., (2014) menemukan bahwa
penggunaan internet oleh penyuluh pertanian masih tergolong rendah.
Faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan penggunaan internet adalah
karakteristik individu dan kebutuhan informasi penyuluh. TIK dalam hal
ini menjadi menarik untuk diperhatikan terlepas dari fungsi fasilitasi yang
dijalankan. Penyuluh yang faktanya masih tergolong rendah dalam
memanfaatkan internet dan menunjukkan hubungan dalam meningkatkan
kompetensi penyuluh pertanian. Kapasitas penyuluh dalam hal ini
menjadi poin penting agar kompetensinya terus meningkat seiring
perkembangan TIK.
21
Menurut De Fleur (1989) dalam Elian dkk., (2014) bahwa untuk melihat
perilaku penggunaan dilihat dari tiga alat ukur yaitu total waktu rata-rata
yang digunakan dalam sehari, pilihan acara dan frekuensi. Penggunaan
TIK oleh PPL adalah intensitas manggunakan TIK seperti radio, televisi,
telepon, handphone/smartphone, laptop dan komputer dalam pelaksanaan
kegiatan penyuluhan atau gambaran berapa lama dan sering penyuluh
pertanian yang menggunakan TIK. Penggunaan merujuk pada tiga alat
ukur yaitu durasi, frekuensi dan ragam informasi yang diakses.
3. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan TIK
1) Karakteristik Individu
Karakteristik individu merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri seseorang yang
berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya.
Karakter tersebut terbentuk oleh faktor biologis yang mencakup genetik,
sistem syaraf serta sistem hormonal dan faktor sosio-psikologis berupa
komponen-komponen konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan
afektif (Rakhmat, 2008).
Soekartiwi (1988) juga menjelaskan cepat tidaknya proses adopsi
inovasi, tergantung dari faktor intern dari orang yang mengadopsi itu
sendiri. Beberapa hal tersebut antara lain: umur, pendidikan, pola
hubungan (kosmopolitan/lokalitas), sikap terhadap perubahan,
motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme sistem kepercayaan tertentu
(diagtotisme), dan karakteristik psikologi. Slamet (1978)
mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses adopsi
22
inovasi karakteristik individu yakni umur, pendidikan, pendapatan, dan
pola hubungan (kosmopolitan).
Setyonegoro (1974) mengelompokkan usia manusia dalam tiga
kategori yakni usia dewasa muda (18-25 tahun), usia dewasa penuh
(25-60 tahun) dan usia lanjut (>60 tahun). Menurut Soekartiwi (1988),
pola hubungan adalah apakah seseorang berada dalam lingkup pola
hubungan kosmopolitas atau lokalitas. Biasanya orang yang berada
dalam pola hubungan yang kosmopolitas akan lebih cepat melakukan
adopsi inovasi. Artinya orang-orang yang termasuk dalam pola
hubungan kosmopolitas terbuka akan informasi-informasi baru dan
aktif menari informasi-informasi di luar lingkungan diri sendiri.
Menurut teori Herzberg dalam Siagian (2004), motivasi terbagi atas
intrinsik dan ektrinsik. Motivasi yang berasal dari intrinsik merupakan
kepuasan yang didasarkan pada dalam diri seseorang yakni
keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, sifat
pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung jawab, kemajuan dalam karir
dan pertumbuhan profesional dan intelektual. Motivasi yang berasal
dari ektrinsik artinya motivasi yang bersifat dari luar diri seseorang
misalnya kebijaksanaan organisasi, pelaksanaan kebijakan, hubungan
interpersonal dan kondisi kerja.
Pada penelitian Elian dkk., (2014) menggunakan beberapa indikator
dalam variabel karakteristik individu yakni umur, pendidikan,
penghasilan dan ketersediaan teknologi. Penelitian tersebut
23
menyimpulkan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
internet pada variabel karakteristik individu adalah umur dan
ketersediaan teknologi.
2) Persepsi
Persepsi menurut Rakhmat (2008) adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. DeVito (2011)
menerangkan penafsiran dan evaluasi yang dilakukan seseorang
terhadap suatu pesan atau informasi yang dimulai dengan penyaringan
stimulus, memberikan makna serta membentuk interpretasi
berdasarkan pertimbangan interpersonal yang dipengaruhi masa lalu,
kebutuhan, keinginan sistem nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor fungsional
dan faktor struktural. Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
diantaranya kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan faktor-faktor personal
seseorang. Faktor struktural yang mempengaruhi persepsi adalah faktor-
faktor yang berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang timbul
pada sistem syaraf individu. Jadi faktor struktural lebih condong pada
sistem fisiologis manusia yang membentuk persepsi (Rakhmat, 2008).
Persepsi dalam penggunaan TIK dapat dinilai melalui sejauh mana
inovasi atau dapat dikatakan suatu teknologi baru akan memberikan
keuntungan daripada teknologi lama yang digantikannya. Jika
memang benar teknologi baru memberikan keuntungan yang relatif
24
lebih besar dari nilai yang dihasilkan oleh teknologi lama, maka
kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan cepat. Persepsi
penyuluh dalam hal ini berdasarkan teori sifat adopsi inovasi
(Soekartawi, 1988) yaitu:
a. Kompatibilitas (kesesuaian), seringkali teknologi baru yang
menggantikan teknologi lama tidak saling mendukung, namun
banyak juga dijumpai penggantian teknologi lama dengan
teknologi baru yang merupakan kelanjutan saja. Jika seperti itu,
maka kecepatan adopsi inovasi akan berjalan relatif cepat. Hal ini
disebabkan pengetahuan orang yang mengadopsi sudah terbiasa
untuk menerapkan teknologi lama yang tidak berbeda dengan
teknologi baru. Artinya bila perubahan dengan adanya teknologi
baru tersebut tidaklah frontal, maka orang yang mengadopsi cukup
mampu untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk adopsi
inovasi tersebut.
b. Kompleksitas (kerumitan), makin mudah teknologi baru dapat
dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi inovasi yang
dilakukan adopter. Oleh karena itu agar proses adopsi inovasi
dapat berjalan cepat, maka penyajian inovasi harus lebih
sederhana.
c. Triabilitas (kemudahan dicoba), merupakan kesamaan dari kata
kemudahan. Artinya semakin mudah teknologi baru tersebut
dilakukan, maka relatif cepat proses adopsi inovasi yang dilakukan
adopter.
25
d. Observabilitas (kemudahan diamati), banyak adopter yang cukup
sulit untuk diajak mengerti mengadopsi inovasi dari teknologi
baru, walaupun teknologi baru tersebut telah memberikan
keuntungan karena telah dicoba di tempat lain. Masalahnya
sekarang adalah bagaimana memberikan pengertian itu semudah
mungkin agar adopter dapat mengerti sehingga mampu dan mau
melakukan adopsi inovasi.
4. Kinerja PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)
Departemen Pertanian (2006) menerangkan penyuluhan adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan adalah
masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun,
peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan serta keluarga
intinya. Pelaku usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau
koorporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola
usaha pertanian, perikanan dan kehutanan.
Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh penyuluh pertanian. Penyuluh
pertanian pada pelaksanaan di lapangan dikenal sebagai PPL. PPL di
lingkup pertanian umumnya adalah pegawai negeri sipil (PNS) dan
26
sebagian lagi masih berstatus honorer atau di lapangan dikenal dengan
PPL tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian (THL TBPP)
(Saputro dkk., 2012).
Jahi dan Leilani (2006) berpendapat penyuluh adalah salah satu unsur
penting yang diakui peranannya dalam memajukan pertanian di Indonesia.
Penyuluh yang siap dan memiliki kemampuan dengan sendirinya
berpengaruh pada kinerjanya. Kinerja adalah prestasi yang dicapai
karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu organisasi.
Kinerja seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu: (a)
bahwa kinerja merupakan fungsi dari karakteristik individu, karakteristik
tersebut merupakan variabel penting yang mempengaruhi perilaku
seseorang termasuk penyuluh pertanian dan (b) bahwa kinerja penyuluh
pertanian merupakan pengaruh dari situasional di antaranya terjadi
perbedaan pengelolaan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di
setiap kabupaten yang menyangkut beragamnya aspek kelembagaan,
ketenagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaan.
Peraturan Menteri Pertanian No. 91/Permentan/OT.140/9/2013 tentang
Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian, penilaian kinerja penyuluh
pertanian diukur melalui tiga indikator yaitu:
1) Persiapan Penyuluhan Pertanian:
a. Membuat data potensi wilayah dan agro ekosistem;
b. Memandu (pengawalan dan pendampingan) penyusunan RDKK;
c. Penyusunan programa penyuluhan pertanian desa dan kecamatan;
27
d. Membuat Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP).
2) Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian:
a. Melaksanakan desiminasi/penyebaran materi penyuluhan sesuai
kebutuhan petani;
b. Melaksanakan penerapan metoda penyuluhan pertanian di wilayah
binaan;
c. Melakukan peningkatan kapasitas petani terhadap akses informasi
pasar, teknologi, sarana prasarana, dan pembiayaan;
d. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan petani dari
aspek kuantitas dan kualitas;
e. Menumbuhkan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi petani
dari aspek kuantitas dan kualitas;
3) Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian
a. Melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian;
b. Membuat laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian.
5. Teori Determinisme Teknologi
Teori Determinisme Teknologi dikemukakan pertama kali oleh Marshall
McLuhan pada tahun 1962 dalam tulisannya The Guttenberg Galaxy:
The Making of Typographic Man. Ide dasar teori ini adalah perubahan
yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk
pula keberadaban manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu
bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat, dan teknologi
28
tersebut mengarahkan manusia bergerak dari satu abad teknologi ke
teknologi yang lain (Nurudin, 2011).
Dikutip dari Wikipedia (2016), determinisme teknologi adalah sebuah
teori yang menegaskan bahwa perubahan yang terjadi dalam
perkembangan teknologi sejak zaman dahulu sampai saat ini memberikan
pengaruh yang besar terhadap masyarakat. Perkembangan teknologi
seperti reka baru atau bisa juga disebut inovasi, penemuan-penemuan baru,
dan hal-hal lain yang bertujuan mengembangkan teknologi untuk
mempermudah kegiatan-kegiatan manusia, memberikan pengaruh yang
besar kepada perkembangan nilai-nilai sosial dan kehidupan dalam
masyarakat.
Teknologi membentuk individu untuk bagaimana cara berpikir,
berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya
mengarahkan manusia untuk begerak dari satu abad teknologi ke teknologi
lain. McLuhan berpendapat bahwa budaya dibentuk oleh bagaimana cara
kita berkomunikasi. Hal ini terdapat beberapa hal yang dapat disimak,
yakni penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan
budaya, perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk
kehidupan manusia, kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi dan
akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan membentuk
dan memengaruhi kehidupan kita sehari-hari (Nurudin, 2011).
29
6. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi dan
penuntun penentuan metode untuk menganalisis data penelitian (Tabel 3).
30
Tabel 5. Penelitian terdahulu
No. Penulis (Tahun)/
Sumber Tulisan
Tema Penelitian Metode Temuan Utama
1. Juwita Sari (2015)/
Jurnal Ilmu-ilmu
Agribisnis.
Persepsi Petani Terhadap
Kinerja Penyuluh dalam
Pengembangan Padi Organik
di Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu.
Metode analisis menggunakan
analisis deskriptif kualitatif,
Rank Spearman, dan Mann
Whitney.
Persepsi petani terhadap kinerja penyuluh dalam
pengembangan padi organik termasuk dalam klasifikasi
sedang, faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan
persepsi petani terhadap kinerja penyuluh dalam
pengembangan padi organik yaitu umur, pengetahuan
petani, lama berusahatani, dan interaksi sosial petani.
Tidak ada perbedaan persepsi petani padi organik dan
anorganik terhadap kinerja penyuluh
2. Y. Sapari (2009)/
Jurnal Komunikasi
Pembangunan.
Pemanfaatan Media
Komunikasi Prima Tani,
Aksebilitas Kelembagaan Tani
dan Persepsi Petani tentang
Teknologi Agribisnis
Industrial Pedesaan.
Analisis deskriptif yang
digunakan adalah frekuensi,
rataan, persentase, rataan skor.
Untuk melihat hubungan antar
peubah menggunakan Rank
Spearman.
Karakteristik petani mempunyai derajat hubungan nyata
dengan persepsi mereka tentang teknologi AIP, dlihat
dari aspek biofisik, ekonomi dan sosial. Pemanfaatan
media komunikasi berhubungan nyata dengan persepsi
petani tentang teknologi AIP. Aksebilitas kelembagaan
tani berhubungan nyata dengan persepsi petani tentang
teknologi AIP.
3. Santi (2016)/
Skripsi Agribisnis
UNILA
Tingkat Peranan Penyuluh
Tanaman Pangan di BP3K
Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu
Metode penelitian adalah
metode survei dengan analisis
data deskriptif dan kuantitatif.
Tingkat kinerja penyuluh pertanian di BP3K Gadingrejo
termasuk dalam klasifikasi rendah.
4. Narso (2012)/
Jurnal Penyuluhan.
Persepsi Penyuluh Pertanian
Lapang tentang Parannya
dalam Penyuluhan Pertanian
Padi di Provinsi Banten.
Metode yang digunakan adalah
metode survei. Menggunakan
analisis deskriptif dan analisis
korelasi Rank Spearman.
Persepsi PPL tentang perannya yang memiliki skor
tertinggi berturut-turut adalah peran dalam memilih dan
menerapkan metode penyuluhan, peran sebagai
pendamping, dan peran sebagai fasilitator, sedangkan
tiga peran dengan skor rendah berturut-turut adalah
peran penyuluh sebagai pendidik, peran sebagai
motivator dan peran sebagai ahli teknik pertanian.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani
adalah karakteristik penyuluh, lingkungan fisik,
lingkungan sosial ekonomi dan motivasi.
31
Tabel 5. Lanjutan
No. Penulis (Tahun)/
Sumber Tulisan
Tema Penelitian Metode Temuan Utama
5. Dame Trully
Gultom (2016)/
IJSBAR.
Peran Media Komunikasi
Cyber Extension dalam
Memperkuat Petani
Hortikultura Menghadapi
Globalisasi di Provinsi
Lampung, Indonesia
Metode yang digunakan adalah
metode survei. Manggunakan
analisis deskriptif dan
inferensial dengan Mann
Whitney Test dan Rank
Spearman.
Petani hortikultura di Provinsi Lampung tidak siap
menghadapi globalisasi karena karakteristik individu yang
rendah. Tidak ada perbedaan karakteristik individu petani
hortikultura di Provinsi Lampung, namun tingkat
kosmopolitan, pengalaman usahatani, dan motivasi terdapat
perbedaan di Kabupaten Tanggamus dengan di Kabupaten
Lampung Barat. Ada hubungan antara karakteristik
individu dengan prilaku komunikasi dalam menggunakan
sumber informasi berbasis TIK, tetapi tidak terdapat
hubungan dalam menggunakan sumber informasi
konvensional. Untuk memperkuat petani hortikultura dalam
menggunakan media komunikasi cyber extention untuk
menghadapi globalisasi adalah dengan pendidikan
bagaimana menggunakan sumber informasi berbasis TIK
dengan melibatkan pemangku kepentingan di desa.
6. Novi Elian (2014)/
Jurnal Komunikasi
Pembangunan
Penggunaan Intenet dan
Pemanfaatan Informasi
Pertanian oleh Penyuluh
Pertaninan di Kabupaten
Bogor Wilayah Barat.
Metode yang digunakan adalah
metode survei. Manggunakan
analisis deskriptif dan analisis
uji korelasi Rank Spearman.
Penggunaan internet oleh responden tergolong rendah.
Faktor-faktor yang memiliki hubungan nyata dengan
penggunaan internet adalah karakteristik individu (umur
dan ketersediaan alat teknologi komunikasi), dan kebutuhan
informasi penyuluh (informasi teknologi pengolahan hasil,
pemasaran dan iklim). Pemanfaatan informasi oleh
responden terjadi ketimpangan, lebih dari separuh
responden hanya membagikan informasi ke sesama
penyuluh dan sebagian lagi dibagikan kepada petani dan
disimpan untuk pribadi.
32
Tabel 5. Lanjutan
No. Penulis
(Tahun)/
Sumber Tulisan
Tema Penelitian Metode Temuan Utama
7. Zahron Helmy
(2013)/ Jurnal
Agro Ekonomi.
Hubungan Kompetensi
Penyuluh dengan
Karakteristik Pribadi,
Persepsi Penyuluh terhadap
Sifat Inovasi Cyber
Extension.
Metode yang digunakan adalah
metode survei yang bersifat
deskriptif korelasi. Analisis
statistik yang digunakan adalah
Korelasi Rank Spearman.
Persepsi penyuluh pertanian relatif rendah terhadap cyber
extensión sebagai satu alternatif sistem penyuluhan
pertanian melalui jaringan internet. Persepsi penyuluh
pertanian terhadap sifat inovasi cyber extensión,
menunjukkan hubungan yang relatif erat terhadap
dukungan kelembagaan. Persepsi penyuluh pertanian
terhadap sifat inovasi cyber extensión menunjukkan
hubungan yang relatif erat dan nyata terhadap kompetensi
penyuluh pertanian melalui kemampuan operasional
komputer, kemampuan mengakses jaringan internet, dan
kemampuan mempertahankan komitmen terhadap
pembangunan pertanian.
8. Retno Sri
Hartati
Mulyandari
(2011)/
Disertasi IPB
Cyber Extension sebagai
Media Komunikasi dalam
Pemberdayaan Petani
Sayuran.
Metode yang digunakan adalah
metode survei. Analisis data
mencakup analisis deskriptif dan
inferensial. Analisis inferensial
berupa analisis koefisien korelasi
Pearson Product Moment (r) dan
uji t.
Petani di Jabar memiliki tingkat pengetahuan dan
keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi
yang secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan petani
di Jatim meskipun tidak didukung oleh program
pengembangan akses sistem informasi berbasis teknologi
informasi (telecenter). Cyber extension dimanfaatkan oleh
petani sayuran sebagai sarana komunikasi dan berbagi
informasi, promosi usahatani, serta untuk akses informasi
produksi dan teknologi pertanian. Faktor dominan yang
memberikan pengaruh nyata terhadap perilaku dalam
memanfaatkan teknologi informasi adalah karakteristik
individu (tingkat kekosmopolitan petani). Faktor dominan
yang secara nyata memberikan pengaruh positif terhadap
tingkat pemanfaatan cyber extension adalah karakteristik
individu dan perilaku (sikap dan keterampilan) petani
dalam memanfaatkan teknologi informasi. Selanjutnya,
33
Tabel 5. Lanjutan
No. Penulis (Tahun)/
Sumber Tulisan
Tema Penelitian Metode Temuan Utama
tingkat keberdayaan petani dipengaruhi secara dominan
oleh perilaku dalam memanfaatkan teknologi informasi,
tingkat pemanfaatan cyber extension, karakteristik
individu (tingkat kekosmopolitan), persepsi terhadap
karakteristik cyber extension, dan faktor lingkungan
(ketersediaan sarana teknologi informasi).
9. Darojat
Prawiranegara
(2016)/
Sosiohumaniora
Pengaruh Kualitas Informasi
Berbasis Cyber terhadap
Kapabilitas Petani Sayuran
Mengelola Inovasi di Jawa
Barat
Metode yang digunakan adalah
metode survei. Analisis data
yang digunakan adalah analisis
kualitatif dan kuantitatif, serta
uji regresi.
Tingkat kapabilitas petani mengelola inovasi masih
rendah dan persepsi terhadap kualitas informasi
dinyatakan sedang. Penilaian petani terhadap informasi
yang berkualitas secara berurutan adalah: (1) informasi
harga; (2) informasi berupa hasil penelitian; (3)
informasi pemasaran; dan (4) informasi kebijakan
pertanian. Karakteristik kualitas informasi yang terdiri
atas relevansi, kepahaman, akurasi, kehandalan,
keaktualan, kelengkapan dan ketepatwaktuan, secara
serempak berpengaruh terhadap kapabilitas petani
mengelola inovasi.
10. Rudi Lantang Janis
(2014)/ Cocos
Kinerja Penyuluh Pertanian
di Wilayah Kerja Badan
Pelaksana Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan
Kehutanan (BP4K)
Kabupaten Kepulauan
Sangihe.
Metode yang digunakan adalah
metode survei dengan sampel
penyuluh pertanian PNS.
Analisis data menggunakan
analisis deskriptif dan regresi
linier.
Tingkat kinerja penyuluh pertanian tergolong tinggi.
Pendidikan dan keterampilan, disiplin dan etos kerja,
kegiatan kunjungan penyuluh pertanian, serta motivasi
berpengaruh nyata bagi peningkatan kinerja penyuluh
pertanian
34
C. Kerangka Pemikiran
Pembangunan nasional sangat bergantung pada sektor pertanian. Sektor
pertanian menyumbangkan produk domestik bruto kedua terbesar setelah
sektor industri dan pengolahan (Badan Pusat Statistik, 2016). Besarnya data
ini tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan pemerintah untuk pembangunan
sektor pertanian. Salah satu yang berperan untuk mensukseskan kebijakan
tersebut adalah kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian
merupakan suatu sistem pendidikan non formal yang ditujukan kepada
masyarakat tani, khususnya yang tinggal di pedesaan agar mereka tahu, mau,
dan mampu melaksanakan anjuran atau teknologi baru sehingga mereka dapat
meningkatkan produksi, produktivitas, dan pendapatan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraannya (Saputro dkk., 2012). Penyuluhan
pertanian dalam komunikasi pembangunan memiliki peran sentral sebagai
fasilitator yakni menyampaikan informasi dari luar yakni sub sistem ilmuwan
kepada sistem sosial masyarakat pengguna (petani).
Kegiatan penyuluhan pertanian di lapangan dilakukan oleh penyuluh
pertanian. Selain melaksanakan kegiatan penyuluhan, penyuluh memiliki
peranan sebagai penghubung antara pemerintah sebagai pemegang kebijakan
dan peneliti sebagai penemu inovasi dengan petani sebagai pelaksana
kebijakan dan pengguna inovasi. Saat ini di lapangan masih terdapat masalah
terkait jumlah penyuluh dengan jumlah desa yang ada, misalnya pada
penelitian Santi (2016) menerangkan jumlah penyuluh yang tidak sebanding
dengan jumlah desa yang ada. Hal ini juga terjadi pada lokasi yang akan
35
diteliti di Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan. Jumlah penyuluh di
Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan sebanyak 17 orang, sedangkan
jumlah desa sebanyak 21 desa sehingga kondisi ini menyebakan penyuluh
pertanian memiliki dua wilayah desa dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Peningkatan kualitas penyuluh melalui sarana dan prasarana merupakan salah
satu kebijakan pemerintah dalam rangka melaksanakan penyuluhan yang
efektif dan efisien (Kementerian Pertanian, 2014). Salah satu sarana dan
prasarana dalam peningkatan kualitas penyuluh adalah penggunaan TIK. TIK
memiliki peranan yang sangat penting untuk mengakses dan menyampaikan
informasi pertanian. Penggunaan TIK mempengaruhi cara penyuluh
melakukan kegiatan penyuluhan (determinisme teknologi). TIK membentuk
bagaimana cara individu berfikir dan berperilaku sehingga mempengaruhi
kinerja penyuluh pertanian.
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang menjadi unit pengukuran
yakni menentukan tingkat penggunaan TIK. Penentuan variabel tingkat
penggunaan TIK berdasarkan teori De Fleur dalam Elian dkk., (2014) yang
melihat perilaku penggunaan diukur melalui tiga faktor yakni total waktu
rata-rata yang digunakan dalam sehari (durasi), pilihan acara/ ragam (diolah
secara deskriptif) dan frekuensi. Variabel lain yang menjadi unit pengukuran
yakni menentukan faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan
penggunaan TIK. Variabel faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan
pengunaan TIK ditentukan berdasarkan teori Slamet (1978) yakni adalah
umur, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, dan kekosmopolitan
36
serta ditambah motivasi berdasarkan teori Harzberg dalam Siagian (2004) dan
persepsi berdasarkan teori Soekartawi (1988). Variabel terakhir yakni
menentukan tingkat kinerja PPL. Penentuan tingkat kinerja PPL berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian No. 91/Permentan/OT.140/9/2013 tentang
Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian dengan indikator persiapan
penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian dan evaluasi dan
pelaporan penyuluhan pertanian. Penelitian ini juga akan menguji hubungan
antara variabel-variabel tersebut. Variabel-variabel tersebut yakni menguji
hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan TIK
dengan tingkat penggunaan TIK dan hubungan antara tingkat penggunaan
teknologi komunikasi dengan kinerja PPL (Gambar 2).
37
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (X):
Gambar 3. Bagan kerangka pemikiran
Penggunaan TIK oleh PPL (Y1):
1. Durasi
2. Frekuensi
3. Ragam penggunaan jenis TIK
Umur (X1)
Tingkat pendidikan formal
(X2)
Tingkat penghasilan (X3)
Motivasi (X4)
Kekosmopolitan (X5)
Persepsi PPL terhadap TIK
(X6)
Kinerja PPL (Y2):
1. Persiapan penyuluhan pertanian
2. Pelaksanaan penyuluhan pertanian
3. Evaluasi dan pelaporan penyuluhan
pertanian
38
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat diturunkan beberapa
hipotesis:
1. Terdapat hubungan yang nyata antara umur dengan penggunaan TIK.
2. Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan formal dengan
penggunaan TIK.
3. Terdapat hubungan yang nyata antara tingkat penghasilan dengan
penggunaan TIK.
4. Terdapat hubungan yang nyata antara motivasi dengan penggunaan TIK.
5. Terdapat hubungan yang nyata antara kekosmopolitan dengan penggunaan
TIK.
6. Terdapat hubungan yang nyata antara Persepsi PPL dengan penggunaan
TIK PPL.
7. Terdapat hubungan yang nyata antara penggunaan TIK PPL dengan
kinerja PPL.
39
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel-
variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang
berhubungan dengan tujuan penelitian. Variabel X dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat penggunaan TIK. Faktor-
faktor yang berhubungan dengan tingkat penggunaan TIK adalah:
1. Umur (X1) adalah lamanya waktu hidup responden pada saat penelitian
dilaksanakan.
2. Tingkat pendidikan formal (X2) adalah tingkat pembelajaran tertinggi
yang diikuti penyuluh di bangku sekolah formal.
3. Tingkat penghasilan (X3) adalah pendapatan perbulan yang diperoleh PPL
dari pekerjaan penyuluh dan pekerjaan sampingan.
4. Motivasi (X4) adalah dorongan penyuluh pertanian menggunakan TIK
dalam rangka melaksanakan kagiatan penyuluhan.
5. Kekosmopolitan (X5) adalah PPL yang terbuka akan informasi-informasi
baru dan aktif mencari informasi-informasi di luar lingkungan diri sendiri.
6. Persepsi (X6) adalah penilaian penyuluh dalam menggunakan TIK untuk
kegiatan penyuluhan pertanian. Persepsi PPL terhadap TIK terdiri atas
kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas dan observabilitas.
40
Variabel Y1 dalam penelitian ini adalah penggunaan TIK oleh PPL di BP3K
Jati Agung, Lampung Selatan. Penggunaan TIK adalah intensitas akses atau
gambaran berapa lama dan sering penyuluh pertanian menggunakan TIK
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi tentang pertanian.
Indikator untuk menentukan tingkat penggunaan teknologi komunikasi adalah:
1. Durasi penggunaan TIK adalah lamanya waktu yang digunakan penyuluh
pertanian untuk menggunakan TIK guna memenuhi kebutuhan
menyampaikan dan memperoleh informasi tentang pertanian dalam satu
hari.
2. Frekuensi penggunaan TIK adalah seberapa sering penyuluh menggunakan
TIK untuk menyampaikan dan memperoleh informasi tentang pertanian
dalam satu minggu.
3. Ragam penggunaan jenis TIK adalah banyaknya jenis teknologi
komunikasi yang digunakan PPL untuk berkomunikasi dalam
menyampaikan dan memperoleh informasi seperti laptop, komputer,
telepon, handphone, smartphone, radio, dan televisi. Data indikator ragam
penggunaan TIK diolah secara deskriptif.
Variebel Y2 dalam penelitian ini adalah tingkat kinerja PPL di BP3K Jati
Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Tingkat kinerja PPL adalah gambaran
prestasi atau hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai
penyuluh dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Penilaian kinerja penyuluh berdasarkan Peraturan
Menteri Petnanian No. 91/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman
Evaluasi Kinerja Penyuluh Pertanian, diukur melalui tiga indikator yaitu:
41
1. Persiapan penyuluhan pertanian adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keberhasilan penyuluh dalam persiapan penyuluhan pertanian.
2. Pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keberhasilan penyuluh dalam melaksanakan
penyuluhan pertanian penyuluh pertanian
3. Evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keberhasilan penyuluh dalam melakukan evaluasi
dan laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian.
Berdasarkan variabel-variabel dan definisi operasional yang digunakan pada
penelitian ini, maka disusun variabel, definisi operasional, indikator-indikator,
pengukuran/interval dan kategori pengukuran yang disajikan pada Tabel 6.
42
Tabel 6. Variabel, definisi operasional, indikator, pengukuran/interval dan
kategori pengukuran
Variabel Definisi
Operasional
Indikator Pengukuran/
Interval
Kategori
Pengukuran
1. Umur (X1) Lamanya
waktu hidup
responden
pada saat
penelitian
dilaksanakan.
- 44,67-55,00 Tinggi
- 34,34-44,67 Sedang
- 24,00-34,33 Rendah
2. Tingkat
pendidikan
formal (X2)
Tingkat
pembelajaran
tertinggi
yang diikuti
penyuluh di
bangku
sekolah
formal pada
saat
penelitian
dilaksanakan
a. Sarjana 17-18 tahun Tinggi
b. Diploma 15 tahun Sedang
c. SMA 12 tahun Rendah
3. Tingkat
penghasilan (X3)
Pendapatan
perbulan
yang
diperoleh
penyuluh
pertanian
dari
pekerjaan
penyuluh dan
pekerjaan
sampingan.
- 4.266–5.800 Tinggi
- 2.733–4.266 Sedang
- 1.200–2.733
*disajikan
dalam
ribuan
rupiah
Rendah
4. Motivasi (X4) Sesuatu yang
mendorong
penyuluh
pertanian
untuk
melakukan
tindakan.
a. Intrinsik
b. Ekstrinsik
7,87-9,55
6,17-7,86
4,47-6,16
31,63-35,79
27,46-31,62
23,27-27,45
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
5. Kekosmopolitan
(X5)
PPL yang
terbuka akan
informasi-
informasi
baru dan
aktif mencari
informasi-
informasi di
luar
lingkungan
diri sendiri.
-
-
-
10,54–12,31
8,79–10.54
7,01–8,78
Tinggi
Sedang
Rendah
43
Tabel 6. Lanjutan
Variabel Definisi
Operasional
Indikator Pengukuran/
Interval
Kategori
Pengukuran
6. Persepsi
PPL (X6)
Penilaian
penyuluh
pertanian terhadap
TIK digunakan
dalam bidang
pertanian.
a. Kompatibilitas
(kesesuaian)
b. Kompleksitas
(kerumitan/
Kemudahan)
c. Triabillitas
(kemudahan
dicoba)
d. Observabilitas
(kemudahan
diamati)
26,02–28,92
23,11–26,02
20,20–23,12
18,10–22,26
13,94–18,10
9,78–13,94
17,40–21,36
13,43–17,39
9,46 – 13,42
16,86–21,39
12,32–16,85
7,77–12,31
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
7. Tingkat
pengguna
an TIK
PPL (Y1)
Prilaku PPL
dalam
menggunakan TIK
yang dihitung
dalam satuan
waktu dan ragam
TIK.
a. Durasi
penggunaan TIK
(jam/hari)
b. Frekuensi
penggunaan TIK
(hari/minggu)
c. Ragam
penggunaan TIK
(deskriptif)
5,68 – 7,33
4,01 – 5,67
2,33 – 4,00
5,51 – 7,00
4,01 – 5,50
2,50 – 4,00
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
8. Tingkat
kinerja
PPL (Y2)
Prestasi yang
dicapai penyuluh
dalam
melaksanakan
tugasnya.
a. Persiapan
penyuluhan
pertanian
b. Pelaksanaan
penyuluhan
pertanian
c. Evaluasi dan
pelaporan
penyuluhan
pertanian
9,20–9,90
8,49–9,19
7,78–8,48
21,52-24,51
18,53-21,51
15,52–18,52
5,38–7,05
3,69–5,37
2,00–3,68
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
B. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian dan Responden
Penelitian ini dilakukan di BP3K Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan. Penentuan lokasi secara sengaja (purposive). Dasar petimbangan
pemilihan lokasi penelitian adalah Kecamatan Jati Agung merupakan salah
satu kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki jumlah
penyuluh pertanian kedua terbanyak setelah Kecamatan Natar di
Kabupaten Lampung Selatan, namun Kecamatan Jati Agung memiliki
44
sebaran penyuluh pertanian THLTBPP yang jumlahnya paling banyak
(Tabel 2). Secara geografis lokasi Kecamatan Jati Agung terletak di
wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan berbatasan dengan Kotamadya
Bandar Lampung. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan April 2017.
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh PPL di BP3K Jati Agung
Lampung Selatan yang berjumlah 17 orang (7 PPL PNS dan 10 PPL
THLTBPP).
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti adalah metode sensus. Metode ini
merupakan riset survei yaitu peneliti mengambil seluruh anggota populasi
sebagai respondennya, dengan demikian sensus menggunakan total
sampling, artinya jumlah total populasi diteliti (Kriyantono, 2009).
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti mencakup data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui perantara. Data primer
secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
langsung dari responden baik melalui wawancara atau pengisian
kuesioner. Data sekunder merupakan data yang sudah dipublikasikan,
namun tidak khusus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan yang
45
sedang ditangani. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi
kepustakaan.
Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi tiga metode
(Fathoni, 2011), yaitu:
1. Kuesioner, merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui.
2. Wawancara (interview), merupakan percakapan antara peneliti dengan
seseorang yang berhadap mendapatkan informasi, dan informan atau
seorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu
obyek.
3. Studi Kepustakaan, merupakan suatu cara untuk memperoleh data
yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian adalah analisis
deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab
tujuan satu dan tiga, sedangkan analisis inferensial digunakan untuk
menjawab tujuan dua dan empat. Analisis inferensial pada penelitian ini
menggunakan analisis Rank Spearman.
Pengukuran koefisien korelasi pada penelitian ini adalah menguji apakah
terdapat hubungan antara faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan
penggunaan TIK dengan penggunaan TIK, serta hubungan penggunaan
46
TIK oleh PPL dengan kinerja PPL. Pengujian ini menggunakan statistik
non parametrik Rank Spearman dengan bantuan program aplikasi SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) versi 16.00. Pengukuran
koefisien Rank Spearman (Siegel, 1986) terdapat rumus:
rs ∑ di
ni
n n
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi
di = Perbedaan pasangan setiap peringkat
n = Jumlah sampel
Rumus rs ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa dalam penelitian
ini akan melihat korelasi (keeratan hubungan) antara variabel-variabel dari
peringkat dan dibagi dalam klasifikasi tertentu. Hal ini sesuai dengan
fungsi rs yang merupakan ukuran asosiasi dua variabel yang berhubungan,
diukur sekurang-kurangnya dengan skala ordinal (berurutan), sehingga
objek atau individu yang dipelajari dapat diberi peringkat dalam rangkaian
berurutan. Bila terdapat rank kembar dalam variabel maka diperlukan
faktor koreksi T (Siegel, 1986) dengan rumus:
rs ∑ ∑ y ∑ di
√∑ ∑ y
∑ n n
∑
∑ y n n
∑ y
∑ t t
Keterangan:
n = Jumlah responden
t = Banyak observasi yang berangka sama pada suatu peringkat tertentu.
T = Faktor koreksi
Σ 2 = Jumlah kuadrat variabel independen yang dikoreksi
Σy2 = Jumlah kuadrat variabel dependen yang dikoreksi
47
Σ Jumlah faktor koreksi variabel indepnden
Σ y Jumlah faktor koreksi variabel dependen
Selanjutnya dilakukan uji signifikan, pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai koefisien kolerasi (rs) hitung dengan harga kritis rs
pada Tabel P. Kriteria pengambilan keputusan:
1) Jika rs hitung < rs tabel pada α 0,05, maka terima Ho. Berarti tidak
terdapat hubungan yang nyata antara variabel dependen dan variabel
independen.
2) Jika rs hitung ≥ rs tabel pada α 0,05 maka tolak Ho. Berarti terdapat
hubungan yang nyata antara variabel dependen dan variabel
independen.
81
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpilkan bahwa:
1. Tingkat penggunaan TIK PPL di BP3K Jati Agung Lampung Selatan
termasuk dalam kategori tinggi.
2. Faktor-faktor yang berhubung dengan penggunaan TIK PPL di BP3K Jati
Agung Lampung Selatan adalah umur, pendidikan, penghasilan dan
kekosmopolotan.
3. Tingkat kinerja PPL di BP3K Jati Agung Lampung Selatan termasuk
dalam kategori tinggi.
4. Terdapat hubungan antara penggunaan TIK dengan kinerja PPL di BP3K
Jati Agung Lampung Selatan. Semakin tinggi penggunaan TIK maka
semakin tinggi kinerja PPL.
82
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka saran yang dapat
diberikan yaitu:
1. PPL perlu mengikuti pelatihan TIK agar tidak hanya menggunakan
Handphone saja melainkan juga mampu menggunakan alat TIK dan
aplikasi lain dalam pelaksanaan penyuluhan.
2. Bagi peneliti lain, dapat melakukan penelitian lebih mendalam terkait
perilaku penggunaan aplikasi alat-alat TIK yang dipakai dan perilaku
akses informasi pertanian yang digunakan PPL.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K)
Lampung Selatan. 2015. Data Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Kabupaten Lampung Selatan. BP4K Kabupaten Lampung
Selatan. Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Palawija Provinsi Lampung
Tahun 2010-2014. BPS Provinsi Lampung. Bandarlampung.
________________. 2016a. Statistik Daerah Kecamatan Jati Agung. BPS
Kabupaten Lampung Selatan. Lampung Selatan.
________________. 2016b. Pendapatan Nasional Indonesia 2011-2015. BPS
Indonesia. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2006. Undang-undang Republik Indonesia No. 16 Tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Deptan. Jakarta.
DeVito, J.A. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Karisma Publishing Group.
Tanggerang.
Elian, N., D.P. Lubis dan P.A. Rangkuti. 2014. Penggunaan Internet dan
Pemanfaatan Informasi Pertanian oleh Penyuluh Pertanian di Kabupaten
Bogor Wilayah Barat. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Vol.12, No.2:
104-109.
Fathoni, A. 2011. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka
Cipta. Jakarta.
Gultom, D.T., Sumardjo, S. Sarwoprasodjo, dan P. Muljono. 2016. The Role of
Cyber Extension Communication Media in Strengthening Horticulture
Farmers in Facing Globalization in Lampung Province, Indonesia.
IJSBAR. Vol. 26, No. 2: 104-117.
Helmy, Z., Sumardjo, N. Purnaningsih dan P. Tjitropranoto. 2013. Hubungan
Kompetensi Penyuluh dengan Karakteristik Pribadi, Persepsi Penyuluh
terhadap Dukungan Kelembagaan dan Persepsi Penyuluh terhadap Sifat
Inovasi Cyber Extension. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 31 No. 1: 1-18.
Jahi, A. dan A. Leilani. 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa
Kabupaten Provinsi Jawa Barat. Jurnal penyuluhan. Vol 2 (2) : 99-106.
Janis, R.L. 2014. Kinerja Penyuluhan Pertanian di Wilayah Kerja Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K)
Kabupaten Kepulauan Sangahie. Jurnal Cocos. Vol 4 No. 4: 20-41.
Kadir, A. dan T.C. Triwahyuni. 2003. Pengenalan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Kementerian Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
01/Permentan/OT. 140/1/2008 Tentang Pedoman Tenaga Harian Lepas
(THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian. Kementan. Jakarta.
__________________. 2013a. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
91/Permentan/OT. 140/9/2013 Tentang Pedoman Evaluasi Peranan
Penyuluh Pertanian. Kementan. Jakarta.
__________________. 2013b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
16/Permentan/OT. 140/2/2013 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
Informasi Penyuluh Pertanian (SMIPP) di Lingkungan Kementerian
Pertanian. Kementan. Jakarta.
__________________. 2014. Kebijakan Pembangunan Pertanian 2015-2019.
Kementan. Jakarta.
Kriyantono, R. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.
Mardikanto, T. 2010. Komunikasi Pembangunan. UNS Press. Surakarta.
Morissan, M.A., A.C. Wardhani dan F. Hamid. 2010. Teori Komunikasi Massa.
Ghalia Indonesia. Bogor.
Mulyandari, R.S.H. 2011. Cyber Extension sebagai Media Komunikasi dalam
Pemberdayaan Petani Sayuran. (Skripsi). IPB. Bogor.
Narso, A. Saleh, P.S. Asngari dan P. Muljono. 2012. Persepsi Penyuluh
Pertanian Lapang tentang Perannya dalam Penyuluhan Pertanian Padi di
Provinsi Banten. Jurnal Penyuluhan. Vol. 8, No. 1: 92-102.
Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Prawiranegara, D. 2016. Pengaruh Kualitas Informasi Berbasis Cyber terhadap
Kapabilitas Petani Sayuran Mengelola Inovasi di Jawa Barat. Jurnal
Sosiohumaniora. Vol. 18, No. 2: 166-172.
Rakhmat, J. 2008. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Santi. 2016. Tingkat Peranan Penyuluh Tanaman Pangan di BP3K Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. (Skripsi). Universitas Lampung.
Lampung.
Sapari, Y. 2009. Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani, Aksebilitas
Kelembagaan Tani dan Persepsi Petani tentang Teknologi Agribisnis
Industrial Pedesaan. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Vol. 7 No. 1.
Saputro, S.G., I. Listiana dan D.T. Gultom. 2012. Dasar-Dasar Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian. Anugrah Utama Raharja. Bandarlampung.
Sari, J., I. Nnurmayasari dan H. Yanfika. 2015. Persepsi Petani Terhadap Kinerja
Penyuluh dalam Pengembangan Padi Organik di Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmu-ilmu Agribisnis. Vol. 3, No. 4: 432-
439.
Setyonegoro, K. 1974. Transeksual Ditinjau Dari Segi Psikiatri. Depertemen
Kehakiman RI. Jakarta.
Siagian, S.P. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Siegel, S. 1986. Statistik Non-Parametrik. PT Gramedia. Jakarta.
Slamet, M. 1978. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian Bogor. IPB Press.
Bogor.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta.
Sumardjo, L.M. Baga dan R.S.H. Mulyandari. 2010. Cyber Extension Peluang
dan Tantangannya dalam Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. IPB Press.
Bogor.
Supriyadi, E. dan M.H. Kiswanto. 2010. Teknologi Informasi dan Komunikasi.
CV Sinar Mandiri. Jakarta.
Wikipedia. 2016. Determinisme Teknologi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Determinisme_teknologi. Diakses 8
November 2016.