HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM …repository.unjaya.ac.id/2613/2/Wiwit Murvita...
Transcript of HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM …repository.unjaya.ac.id/2613/2/Wiwit Murvita...
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD AL-BARAAKAH SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
WIWIT MURVITA LUANA NPM : 3208144
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2015
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil’alamiin... puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat, berkah, anugerah, dan kasih sayang-Nya serta kelancaran
dalam setiap langkah untuk menyelesaikan karya ilmiah ini, terima kasih Ya Allah...
atas doa-doa yang telah Engkau jawab dan rencana indah yang telah Engkau
persiapkan. (maaf hamba terlalu banyak mengeluh Ya Allah...)
Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda yang selalu memberi motivasi,
dukungan dan doa yang tak pernah putus untuk kelancaran ananda dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. (Maaf yo mak, pa, kakak belum biso buat mak dengan
papa bangga dan bahagia)
Untuk seluruh keluarga tercinta, adek ari (abeng), nenek, datuk, pak de
sublik, pak de ma’in, tante evi, om edi, tante ani, om alan, om anggi, busu ririn dan
adek-adek sepupu, terima kasih atas doa dan dukungan semuanya. Akhirnya
selesai!!! (Kakak balek... ^o^)
Terima kasih kepada pak Tejo, terima kasih atas semangat dan motivasi yang
bapak berikan kepada saya. Terima kasih atas kesabaran bapak dalam membimbing
saya. Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak. (terima kasih telah memberi
saya semangat ketika saya terpuruk pak...)
Terima kasih kepada ibu khristin, terima kasih atas pelajaran yang ibu
berikan kepada saya. Terima kasih telah mengajarkan banyak hal kepada saya bu.
(Maaf ya bu, saya telah merepotkan ibu)
Untuk abang Danis, terima kasih atas doa dan dukungannya! (makasih selalu
mengingatkan untuk beristighfar dan bersyukur, thank you for lend me your shoulder
while i’m crying...)
Untuk para sahabat tercinta, Riri, Rio, Risna dan Linda... makasih untuk
dukungannya. (makasih Riri udah bantuin banyak banget, maaf sering ganggu
istirahatnya, maaf selalu ngerepotin... T.T)
Temen-temen ELF (Ririn, Ria, Ardiani, Etha, Icah, Egga, Wiwit, Arzi unnie,
Ferry oppa) yang selalu ngedoain dan selalu kasih dukungan berupa doa dan poto-
poto dari oppadeul tercinta. (ELPEU JJANG!!! Uri ddo mannajja! Saranghae...)
vi
Temen-temen kelas C (Tami, Renny, Ester, Fitri, Retno, Fanny) terima kasih
atas kebersamaan dan kenangannya. Sukses buat kalian. Terima kasih atas doa dan
semangatnya! (Akhirnya saya kelar juga! ^0^)
사란하는 오빠들에게 감사합니다. 오빠들은 저한테 격려와 스트레스가 풀린
사람입니다. 저는 오빠들의 음악은/노래는 항상 들거예요. 정말 감사하고 영원히
사랑합니다.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul : hubungan pengetahuan dengan sikap ibu
dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun
di PAUD Al-Baraakah Sleman.
Penelitian ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan
berbagai pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan
ini peneliti dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep., Ns., MNg selaku ketua Program studi ilmu
Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan
izin dan kesempatan untuk melaksanakan studi pembuatan penelitian ini.
3. Ida Nursanti, S.Kep.,Ns.,MPH, selaku dewan penguji, atas semua masukan, kritik
dan saran yang sangat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
4. Ns. Sutejo, M. Kep, Sp. Kep. J, selaku dosen pembimbing I, atas semua
bimbingan, waktu, ilmu, saran dan kesabaran bapak dalam membimbing saya
selama ini.
5. Khristina Dias Utami, S.Kep.,Ns. selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas
semua bimbingan, waktu, ilmu, nasehat, kesabaran dan semangat yang ibu berikan
kepada saya.
6. Seluruh civitas akademik Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
7. Orang tua dan seluruh keluarga peneliti yang telah memberikan doa, kasih sayang
dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
8. Sahabat dan teman-teman peneliti yang telah memberikan dorongan dan semangat
untuk menyelesaikan penelitian ini
.
viii
Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan dan perbaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, juga
semua pihak yang membacanya, khususnya dalam menambah ilmu keperawatan jiwa
anak.
Yogyakarta, September 2015
Wiwit Murvita Luana
ix
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................... iii HALAMAN MOTTO .................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii INTISARI ......................................................................................................... xiv ABSTRACT ...................................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7 E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 11 1. Perkembangan Psikososial Anak ........................................... 11 2. Stimulasi Psikososial .............................................................. 15 3. Pengetahuan ……………………………………….. ............. 21 4. Sikap …………………………………… ............................... 24 5. Ibu ……………………………………............................. ..... 26
B. Kerangka Teori ............................................................................. 29 D. Kerangka Konsep ......................................................................... 30 E. Hipotesis ........................................................................................ 30 BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. 31 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 31 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 31 D. Variabel Penelitian ..................................................................... 32 E. Definisi Operasional .................................................................. 33 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data .......................................... 33 G. Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 36 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 38 I. Etika Penelitian .......................................................................... 40 J. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 40
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .................................................................................... 43 B. Pembahasan ......................................................................................... 49 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 62 B. Saran .................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 29 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ................................................................... 30
xii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 33 Tabel 3.2 Distribusi Butir-Butir Pengetahuan Ibu ........................................ 34 Tabel 3.3 Distribusi Butir-Butir Sikap Ibu .................................................... 35 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu .......................................... 44 Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Ibu .......................................................... 45 Tabel 4.3 Crosstab Karakteristik Ibu Dengan Pengetahuan Ibu ................... 45 Tabel 4.4 Sikap Ibu ....................................................................................... 46 Tabel 4.5 Crosstab Karakteristik Ibu Dengan Sikap Ibu .............................. 47 Tabel 4.6 Crosstab Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu ................... 48
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Lembar Konsultasi
xiv
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD AL-BARAAKAH SLEMAN
INTISARI
Wiwit Murvita Luana1, Sutejo2, Khristina Dias U 3
Latar belakang: Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai kondisi, baik dari dalam anak itu sendiri ataupun dari lingkungan sekitarnya. Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan anak, terutama pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak. Jika pengetahuan ibu baik dan sikap ibu positif dalam menstimulasi anak, maka perkembangan anak akan menjadi optimal. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang secara emosional dan psikososial dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasi. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman Metode: Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan di (PAUD) Al-Baraakah Sleman Yogyakarta pada tanggal 14-16 Agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan rumus kendal tau. Hasil: Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup (41,5%) tentang pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun, sebagian besar ibu memiliki sikap positif (56,1%) dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman. Nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman Kata Kunci: Anak Usia 3-5 Tahun, Pengetahuan dengan Sikap Ibu, dan Stimulasi Perkembangan Psikososial 1 Mahasiswa PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 DosenJurusan Keperawatan Poltekes KemenKes Yogyakarta 3 Dosen PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xv
RELATIONSHIP KNOWLEDGE WITH ATTITUDE OF MOTHER INSIDE GIVING PSYCHOSOCIAL DEVELOPMENT STIMULATION
IN CHILDREN AGES 3-5 YEARS AT PAUD AL-BARAAKAH SLEMAN
ABSTRACT
Wiwit Murvita Luana1, Sutejo2, Khristina Dias U 3 Background: The development of children is influenced by a variety of conditions, both from within the child itself or from the surrounding environment. The role of parents is very important in the development of children, especially the knowledge and attitudes of mothers in child development stimulation. If the mother's knowledge is good and positive attitude in stimulating the child's mother, then it would be optimal according to emotional and psychosocial child development. Children who are purposeful and regular stimulation will grow faster than children who have little or no stimulation. Objective: To determine the relationship of knowledge with the attitude of the mother in giving psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years at PAUD Al-Baraakah Sleman Methods: This study used quantitative research and cross-sectional study design. The study was conducted at (ECD) Al-Baraakah Sleman Yogyakarta on 14 to 16 August 2015. The population in this study were all mothers of children aged 3-5 years with a sampling technique using total sampling. The instrument used was a questionnaire, analysis of the data used is the analysis of univariate and bivariate analysis using the formula Kendal Tau. Results: Most of the mothers have enough knowledge (41.5%) of the mothers knowledge in giving psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years, most mothers have a positive attitude (56.1%) in the provision of psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years at PAUD Al-Baraakah Sleman. Rated Ρ value <0.05 (0.001 < 0.05). Conclusions: There is a relationship between knowledge and mother attitude in giving psychosocial stimulation of development in children aged 3-5 years at PAUD Sleman Al-Baraakah Keywords: 3-5 Years Childhood, Knowledge and mother attitudes, and Psychosocial Development Stimulation 1 Student of Nursing Study Programme of Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta 2 Lecturer Department of Nursing Poltekes MoH Yogyakarta 3 Lecturer of Nursing Study Programme Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah individu yang unik dan merupakan bagian dari makhluk sosial
yang memerlukan perhatian khusus untuk memaksimalkan perkembangan anak.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran
dan struktur organ dalam serta otak. Perkembangan berkaitan dengan perubahan
kualitatif dan kuantitatif, yang bersifat progresif, teratur dan koheren (Hurlock,
2011). Pengetahuan tentang perkembangan anak belum banyak diketahui oleh
orang tua terutama ibu, sehingga hanya sedikit orang tua (ibu) yang bisa
memantau atau mendeteksi secara dini apakah anaknya mengalami gangguan atau
keterlambatan dalam perkembangannya atau tidak. Masa kanak-kanak merupakan
masa yang sangat penting yang akan menentukan hasil proses perkembangan anak
selanjutnya. Agar anak dapat berkembang secara optimal diperlukan situasi yang
mendukung (Santrock, 2007).
Menurut Wong (2009), tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan
dan tiap tahapan mempunyai ciri yang berbeda. Salah satu tahap tumbuh kembang
anak adalah usia prasekolah (3-5 tahun). Usia prasekolah mempunyai karakteristik
sebagai persiapan anak sebelum memasuki usia sekolah, kemampuan interaksi
dengan orang lain dan orang dewasa, menggunakan bahasa untuk menunjukkan
kemampuan mental. Keberhasilan penerimaan pada tahap tumbuh kembang
sebelumnya penting bagi anak prasekolah (3-5 tahun), untuk memperbaiki tugas-
tugas yang sudah dikuasai pada masa toddler.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai kondisi, baik dari dalam
anak itu sendiri ataupun dari lingkungan sekitarnya. Tercapainya perkembangan
anak yang optimal, berarti kebutuhan dasar anak harus terpenuhi yang meliputi
kebutuhan fisik/biomedik, kebutuhan emosi/kasih sayang, dan kebutuhan
stimulasi atau pendidikan. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur
akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak
mendapatkan stimulasi (Santrock, 2007).
2
Perkembangan anak merupakan pola perubahan yang dimulai pada tahapan
awal kehidupan dan berlanjut seumur hidup. Peran aktif orang tua (ibu) terhadap
perkembangan anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih
berada di bawah usia lima tahun atau balita. Orang tua salah satunya adalah ibu,
merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam tahap
perkembangan seorang anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama
dalam keluarga sehingga ibu perlu menyadari untuk mengasuh anak secara baik
dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Peran ibu dalam proses
perkembangan anak sangat penting, karena dengan keterampilan ibu yang baik
maka diharapkan pemantauan anak dapat dilakukan dengan baik. Orang tua (ibu)
adalah orang pertama yang mengajak anak untuk berkomunikasi, sehingga anak
mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain menggunakan bahasa.
Lingkungan keluarga adalah faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
(Hidayat, 2006).
Menurut Hidayat (2006), kurangnya peran ibu dalam memenuhi kebutuhan
dasar anak seperti mengajak anak main bersama, mendampingi anak belajar atau
membiarkan anaknya diasuh oleh pengasuh akan memberikan dampak yang
kurang baik bagi perkembangan anak itu sendiri. Apabila peran ibu tidak berhasil
dalam memenuhi perkembangan anak, maka anak akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Masa prasekolah merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai masa
akhir bayi hingga usia 5 atau 6 tahun, anak usia prasekolah akan belajar menjadi
mandiri dan merawat diri sendiri, mereka mengembangkan keterampilan kesiapan
sekolah (mengikuti perintah, mengenal huruf dan belajar berhitung), serta bermain
bermain dengan teman sebaya. Kelas 1 Sekolah Dasar menandai berakhirnya
periode masa prasekolah (Santrock, 2007).
Menurut teori psikososial yang dikemukakan oleh Erikson, tahap
perkembangan Erikson yang ketiga terjadi selama masa prasekolah yaitu, inisiatif
versus rasa bersalah (initiative versus guilty). Anak prasekolah yang memasuki
dunia sosial akan menghadapi banyak tantangan dari pada ketika mereka masih
bayi. Perilaku yang aktif seperti bermain dengan teman sebaya, berbicara dengan
3
orang yang lebih tua, atau banyak bertanya tentang hal yang ada disekitarnya
bertujuan untuk menghadapi tantangan ini. Anak diminta memikirkan tanggung
jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan. Anak akan belajar
mengembangkan rasa tanggung jawab yang lebih berat dan meningkatkan inisiatif
dalam dirinya. Meskipun demikian rasa bersalah dapat muncul, jika anak tidak
bertanggung jawab dan merasa sangat cemas. Erikson memiliki pandangan positif
terhadap tahap ini, ia percaya bahwa sebagian besar rasa bersalah dengan cepat
digantikan oleh rasa ingin berprestasi. Tahapan perkembangan yang harus dicapai
oleh anak usia pra sekolah pada teori Erikson ini salah satunya adalah anak sudah
mampu bergaul dengan teman sebayanya, bahkan orang dewasa diluar lingkungan
keluarganya seperti lingkungan tempat disekitar anak tersebut tinggal (Santrock,
2007).
Kebutuhan stimulasi merupakan upaya anak untuk memperkenalkan suatu
pengetahuan atau keterampilan baru, upaya peningkatan kecerdasan anak.
Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon bayi masih janin karena di dalam
kandungan janin sudah dapat bernafas, mendengar, menendang, menggeliat,
bergerak, menelan dan menghisap jempol (Siswono, 2004).
Menurut Rusmi (2008), stimulasi perkembangan anak adalah upaya ibu atau
keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih
sayang. Aktifitas bermain dan suasana cinta sangat penting untuk merangsang
seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan
berkomunkasi serta perasaan pikiran anak. Pakar dan konsultan tumbuh kembang
anak menjelaskan bahwa rangsangan atau stimulasi sejak dini merupakan salah
satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak.
Faktor eksternal yang mempengaruhi kecerdasan seorang anak yaitu kualitas
asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.
Rasio prevalensi untuk keterlambatan perkembangan psikososial anak pada
tahun 2002 telah dilaporkan dalam batasan yang luas di Amerika Serikat. Menurut
penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden
keterlambatan perkembangan psikososial anak yang lebih tinggi daripada anak
dengan riwayat sosial ekonomi menengah ke atas. Studi Cochrane terakhir telah
4
melaporkan data keterlambatan perkembangan psikososial anak pada anak usia
prasekolah. Prevalensi keterlambatan perkembangan psikososial anak usia 3-5
tahun adalah 5-8%. Prevalensi keterlambatan perkembangan psikososial anak
prasekolah di indonesia belum pernah diteliti secara luas. Kendalanya dalam
menentukan kriteria keterlambatan perkembangan psikososial anak (Dinda, 2009).
Data usia anak prasekolah (3-5 tahun) di Departemen Kesehatan RI pada
tahun 2010 di Indonesia mencapai 23 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2011
mencapai 23.009.874 jiwa dan tahun 2012 diperkirakan mencapai 23.352.721
jiwa. Jumlah tersebut menunjukan jumlah anak usia pra sekolah mengalami
peningkatan yang signifikan dan membutuhkan bimbingan untuk mencapai
perkembangan yang optimal (Anonim, 2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan di sekolah pendidikan anak usia dini
(PAUD) Al-Baraakah, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
pada tanggal 23 April 2015, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala
Sekolah dan diperoleh data 45 orang anak usia 3-5 tahun. 1 orang anak sudah
tidak memiliki ibu (meninggal) dan tinggal bersama ayahnya, 3 orang anak
tinggal bersama kakek neneknya, dan 41 orang anak tinggal dan diasuh oleh ibu
dan ayahnya. Untuk anak kelompok bermain usia 2 tahun 8 bulan sampai usia 4
tahun mengikuti kegiatan di PAUD mulai dari pukul 07.30 WIB hingga pukul
10.00 WIB. Anak usia 4-5 tahun mengikuti kegiatan di PAUD mulai dari pukul
07.30 WIB hingga pukul 11.00 WIB sedangkan anak usia 5-6 tahun mengikuti
kegiatan di PAUD mulai pukul 07.30 WIB hingga pukul 11.30 WIB. PAUD Al-
Baraakah hanya menyediakan kelas reguler.
Kemampuan interaksi sosial pada anak menjadi prioritas tersendiri, hal ini
dimaksudkan agar anak mampu berkomunikasi baik dengan teman sebaya
maupun orang dewasa dilingkungan belajar dan bermainnya. Kepala sekolah juga
mengatakan bahwa para pengajar PAUD Al- Baraakah dituntut untuk aktif dalam
memberikan stimulus kepada anak agar tujuan dari pengajar sampai pada sasaran.
Selain dituntut memiliki kemampuan untuk tekun dan teliti dalam memberikan
stimulus kepada anak, pengajar juga memiliki standar kompetensi pendidikan
yang mencukupi.
5
Peneliti juga mewawancarai 11 ibu yang sedang menunggu anaknya, 11 ibu
mengatakan anak-anaknya memang lebih senang berada di PAUD karena
temannya banyak dan anak-anak tersebut menjadi lebih aktif. Salah seorang ibu
mengatakan anaknya juga jadi sering bertanya jika ada sesuatu yang menarik
perhatiannya. Hal ini membuat sang ibu senang karena sebelumnya anaknya
cukup pendiam. Ibu lainnya mengatakan bahwa awal masuk PAUD anaknya
merasa minder untuk bergabung dengan teman-temannya karena jari tangannya
yang sebelah kiri tidak lengkap dan takut diejek oleh teman-temannya. Hal ini
membuat ibu sedikit khawatir karena anaknya menjadi pasif dan lebih senang
menyendiri, namun para pengajar sangat membantu anaknya agar mau bergabung
dengan teman-temannya. Ibu merasa sangat senang ketika anaknya menjadi aktif
saat bertemu teman-temannya di PAUD.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 11 ibu yang sedang
menunggu anaknya di sekolah PAUD Al- Baraakah, menjelaskan bahwa
pendidikan anak yang diperoleh dari sekolah PAUD sangat memberikan dampak
positif bagi anak terutama dalam hal komunikasi anak terhadap lingkungan sosial,
anak menjadi lebih aktif untuk bertanya tentang semua hal yang ingin diketahui
oleh anak. Perbedaan yang ibu rasakan sangat terasa karena sebelum memasuki
sekolah PAUD anak kurang aktif.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial
pada anak usia 3-5 tahun diperoleh hasil dari 11 ibu yang diwawancarai terdapat 8
ibu yang mengetahui tentang pemberian stimulasi perkembangan pada anak usia
3-5 tahun. Hasil wawancara dari sikap 11 ibu hanya ada 3 ibu yang bisa
menjelaskan bagaimana sikap ibu dalam memberikan stimulasi pada anak. Ibu
mengatakan ketika anak melakukan kesalahan ibu akan lebih sering memarahi
anak tanpa mengarahkan mana yang benar dan mana yang salah.
Hasil observasi peneliti ada lebih dari 10 anak dari 20 anak yang mudah
diajak berkomunikasi ketika ditanya nama dan kelas berapa, dan ada beberapa
anak yang memilih diam ketika ditanya namanya. Anak lainnya ada yang
menyendiri dan duduk menyendiri sambil menyaksikan teman-temannya bermain
6
dari pada bergabung, bahkan ketika diajak berbicara pun cenderung malu dan
pergi untuk pindah ketempat lain. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor
utamanya adalah stimulus yang diberikan selama belajar belum bisa di terima
dengan baik oleh anak atau bahkan pengajar yang memang harus menggunakan
metode lain dalam hal memberikan stimulus. Anak yang cenderung lebih suka
menyendiri biasanya hanya melihat teman-temannya bermain, jika tidak ada
teman yang mengajak maka anak tidak akan bergabung dengan temannya. Peran
ibu dan juga pengajar sangat penting agar anak bias mencapai perkembangan
sosial yang optimal. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik
melakukan kegiatan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-
5 tahun di PAUD Al- Baraakah kabupaten sleman provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah
sleman?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian
stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-
Baraakah sleman.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan
psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al- Baraakah Sleman.
7
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-
Baraakah Sleman.
c. Diketahuinya sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan
psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi profesi keperawatan jiwa anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi pada
perawat mengenai kesehatan jiwa anak serta pengetahuan dan sikap ibu
tentang stimulasi perkembangan psikososial anak, sehingga dapat
menentukan metode yang tepat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan
sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak
usia 3-5 tahun
2. Bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan membantu dalam
menentukan topik yang masih berhubungan bagaimana cara menstimulasi
perkembangan anak yang sesuai dengan umurnya dan disarankan
menggunakan penelitian kualitatif untuk wawancara lebih mendalam, serta
mengendalikan faktor pengganggu untuk melihat hasil pengetahuan dan sikap
ibu dalam menstimulasi anak usia 3-5 tahun.
3. Bagi ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun
Perlunya menambah wawasan dan bahan masukan khususnya bagi ibu yang
mempunyai anak usia 3-5 tahun atau prasekolah dengan cara melakukan
pengecekan pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulan minimal satu
kali sehingga perkembangan anak menjadi optimal, atau mengikuti program
yang diadakan oleh PAUD Al-Baraakah sebulan sekali di minggu pertama
untuk membahas tentang tumbuh kembang anak dan bagaimana cara
mengatasinya.
8
4. Bagi institusi Pendidikan Anak Usia Dini
Sumber informasi bagi para pengajar di PAUD untuk memberikan stimulasi
kepada anak didiknya pada saat anak sedang tidak bersama orang tua atau
sedang tidak berada dilingkungan keluarganya dan pihak PAUD dapat
bekerja sama dengan orang tua dan berbagi informasi tentang perkembangan
anak secara psikososial serta stimulasi perkembangan yang diberikan kepada
anak didiknya sesuai dengan usia anak.
E. Keaslian Penelitian
1. Pramusinta (2002) mengenai “Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu
usia remaja tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik
anaknya dibawah usia dua tahun”. Penelitian menggunakan design cross
sectional. Responden 26 ibu dan anak umur dibawah dua tahun. Ibu diperiksa
pengetahuan dan sikap tentang stimulasi perkembangan anak serta anak
diperiksa status nutrisi, status kesehatan dan perkembangan motorik. Analisa
dengan korelasi non-parametrik, man whitney test, korelasi dan regresi
logistik. Hubungan signifikan antara status kesehatan dan perkembangan
motorik, tetapi hubungan tidak signifikan antara status gizi dan
perkembangan motorik. Analisis multivariat menunjukan hubungan
signifikan antara status gizi dan status kesehatan dengan perkembangan
motorik sedangkan hubungan tidak signifikan antara pengetahuan dan sikap
terhadap perkembangan motorik. Persamaan penelitian yaitu menggunakan
rancangan design cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif.
Perbedaannya yaitu populasi 41 orang anak dan pengambilan sampel
menggunakan total sampling. Untuk uji validitas menggunakan korelasi
product moment dan uji reliabilitas menggunakan korelasi alpha cronbach.
Serta perbedaan pada variabel terikatnya yaitu sikap ibu dalam pemberian
stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun.
2. Lestari (2003) mengenai “Hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan
anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja
9
puskesmas Jatinom Klaten”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan ibu tentang perkembangan anak menggunakan kuesioner dan
perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun menggunakan test Denver II
(DDST). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan rancangan cross sectional. Responden 57 pasang ibu dan anak
usia 3-5 tahun. Penilaian perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun
dengan menggunakan tes Denver II yang terbanyak adalah normal dan tingkat
pengetahuan ibu tentang perkembangan anak termasuk kriteria baik. Tidak
ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan ibu tentang
perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun.
Persamaan penelitian yaitu menggunakan rancangan design cross sectional.
Perbedaannya yaitu pada variabel terikat stimulasi perkembangan psikososial
pada anak usia 3-5 tahun, menggunakan kuesioner pengetahuan dan untuk
mengetahui sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan anak usia 3-5
tahun yang kemudian di uji kevalidannya menggunakan korelasi product
moment dan uji reliabilitasnya menggunakan alpha cronbach.
3. Hotmaria (2010) mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang
Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia
3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian
stimulasi perkembangan anak dengan perkembangan motorik kasar anak usia
3-5 tahun. Penelitian dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala pada tahun 2010
dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling
dengan jumlah sampel 32 orang ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Spearmen. Hasil penelitian
didapatkan nilai signifikansi (p)=0,782 (p>0,05) untuk hubungan
pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik kasar anak dan didapatkan
nilai p=0,569 (p>0,05) untuk hubungan sikap ibu terhadap perkembangan
motorik kasar anak sehingga dinyatakan tidak ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap ibu tentang stimulasi perkembangan dengan
10
perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Pengetahuan dan sikap ibu
tidak mendukung perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Oleh
karena itu perlu mengidentifikasi hubungan faktor lain seperti status
kesehatan anak, kecukupan energi, atau aktivitas anak dengan perkembangan
motorik kasar anak. Persamaan penelitian yaitu sama-sama mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam memberikan stimulasi
perkembangan pada anak usia prasekolah, perbedaannya penelitian ini
menggunakan pengambilkan sampel dengan total sampling dengan total
sampel 41 orang responden dan pada tempat penelitian yaitu di PAUD Al-
Baraakah Sleman. Hasil penelitian ada hubungan antara pengetahuan dengan
sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak
usia 3-5 tahun dengan nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05).
43
BAB lV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PAUD Al-Baraakah terletak di Jl. Damai, Mudal, Sariharjo, Ngaglik
Sleman Yogyakarta yang dikepalai oleh ibu Eko Nurwidayanti, S.S. PAUD ini
didirikan pada tanggal 17 Februari 2008 dan dibawah pembinaan Kementerian
Agama. PAUD Al-Baraakah memiliki guru berjumlah 11 orang dan memiliki
visi dan misi yaitu “Membangun Pondasi Anak yang Cerdas, Kreatif dan
Berakhlak Mulia.” Sarana dan prasarana diPAUD Al-Baraakah memiliki
bangunan utama (ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, dan
perpustakaan), mushola, arena bermain lengkap, dan memiliki alat peraga
lengkap. Jumlah kelas di PAUD Al-Baraakah 5 kelas yaitu 1 kelas untuk
kelompok bermain, 2 kelas untuk TK kecil dan 2 kelas untuk TK besar.
Jumlah murid di PAUD Al-Baraakah yang berusia 3-5 tahun yaitu 45
orang. Dari hasil keterangan kepala sekolah 1 orang anak tidak memiliki ibu
(meninggal), dan 3 orang anak tinggal bersama kakek dan neneknya, sisanya
41 anak tinggal dan di asuh oleh ayah dan ibu mereka. Untuk pembagian kelas,
PAUD Al-Baraakah membagi kelas menjadi 3 kelompok yaitu kelas kelompok
bermain dengan usia anak 2 tahun 8 bulan sampai dengan 4 tahun memiliki
total murid 21 orang, kelas TK kecil dengan usia anak 4-5 tahun memiliki total
murid 45 orang, dan kelas TK besar dengan usia anak 5-6 tahun memiliki total
murid 40 orang. Total murid di PAUD Al-Baraakah Sleman Yogyakarta adalah
106 anak.
Prestasi yang telah dicapai oleh PAUD Al-Baraakah yaitu sebagai
penyelenggara Seminar Nasional Keluarga Pembelajar (2009), Penyelenggara
Seminar Nasional Anak, Media dan Bagaimana Peran Orangtua (2010),
Penyelenggara Polisi Sahabat Anak (2009. 2010 dan 2011) (bekerja sama
dengan DITLANTAS POLDA Daerah Istimewa Yogyakarta), Penyelenggara
Seminar Internasional “Membangun Pendidikan Berkarakter dan Berbudaya”
44
bekerja sama dengan P4TK Kementerian Pendidikan Nasional (2011). Prestasi
yang telah dicapai oleh siswa PAUD Al-Baraakah salah satunya yaitu Juara 1
Senam Sehat Ceria Anak Nasional Kabupaten Sleman (2012) dan Juara 2
Fashion Show, Semarak Muharram Al-Azhar (2012).
Kegiatan extrakurikuler yang diadakan di PAUD Al-Baraakah yang diikuti
oleh siswa yaitu drumband, olah vokal, melukis, iqra, tari, baca tulis dan
berhitung. Kegiatan interaktif yang diadakan oleh PAUD Al-Baraakah yaitu
renang, kunjungan educatif, outbond, rekreasi, konsultasi psikologis setiap
hari, pemeriksaan kesehatan anak (siswa PAUD Al-Baraakah) setiap bulan,
dan kajian keluarga sakina serta pertemuan wali murid setiap bulan minggu
pertama.
2. Distribusi frekuensi karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-
Baraakah Sleman
Hasil penelitian mengenai karakter ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-
Barakah Sleman, diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al- Baraakah Slemantahun 2015
Karakter Frekuensi (f) Prosentasi (%) Umur 20-35 Tahun 32 78 >35 Tahun 9 22 Total 41 100
Pekerjaan Bekerja 19 46,3 Tidak Bekerja (IRT) 22 53,7 Total 41 100
Pendidikan SMA 19 46,3 Perguruan Tinggi 22 53,7 Total 41 100
Jumlah Anak ≤ 2 19 46,3 > 2 22 53,7 Total 41 100
45
Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik usia ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu usia 20-35 tahun sebanyak 78%. Sebagian besar pekerjaan
ibu sebagai ibu rumah tangga sebanyak 53,7%. Sebagian besar pendidikan ibu
yaituperguruan tinggi sebanyak 53,7% dansebagian besar jumlah anak ≤ 2
orang anak sebanyak 53,7%.
3. Gambaran Pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan
psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman
Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-
Barakah Sleman diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Slemantahun 2015
Pengetahuan Frekuensi Prosentasi (%) Baik 13 31,7 Cukup 17 41,5 Kurang 11 26,8 Jumlah 41 100
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besargambaran
pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada
anak usia 3-5 tahun memiliki pengetahuan cukup sebanyak 41,5%.
Tabel 4.3 Tabulasi silang karakteristik ibu dengan pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015
Karakteristik Pengetahuan Total Baik Cukup Kurang
N % N % N % N % Umur 20-35 10 24,4 13 31,7 9 22,0 32 78,0 >35 3 7,3 4 9,8 2 4,9 9 22,0 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0 Pekerjaan Bekerja 7 17,1 7 17,1 5 12,2 19 46,3 Tidak Bekerja (IRT) 6 14,6 10 24,4 6 14,6 22 53,7 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0
46
Karakteristik Pengetahuan
Total Baik Cukup Kurang
N % N % N % N % Pendidikan Perguruan Tinggi 9 22,0 7 17,1 6 14,6 22 53,7 SMA 4 9,8 10 24,4 5 12,2 19 46,3 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0 Jumlah Anak ≤2 7 17,1 9 22,0 3 7,3 19 46,3 > 2 6 14,6 8 19,5 8 19,5 22 53,7 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berusia
20-35 tahun adalah responden dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak
31,7%. Responden yang bekerja adalah responden yang memiliki pengetahuan
baik dan cukup yaitu masing-masing sebanyak 17,1% dan responden yang
tidak bekerja adalah responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 14,6%.
Sebagian besar responden yang berpendidikan SMA memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 24,4%. Sedangkan sebagian besar responden
yang memiliki jumlah anak ≤ 2 adalah responden dengan pengetahuan cukup
yaitu sebanyak 22%.
4. Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada
anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman
Hasil penelitian pada sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan
psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-Barakah Sleman
diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4 Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015
Sikap Frekuensi Prosentasi (%) Negatif 18 43,9 Positif 23 56,1
Jumlah 41 100
47
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besaribu yang
memiliki sikap positifdalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial
pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah sebanyak 56,1%.
Tabel 4.5 Tabulasi silang karakteristik ibu dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015
Karakteristik Sikap
Total Negatif Positif
N % N % N % Umur 20-35 14 34,1 18 43,9 32 78 >35 4 9,8 5 12,2 9 22 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0 Pekerjaan Bekerja 8 19,5 11 26,8 19 46,3 Tidak Bekerja (IRT) 10 24,4 12 29,3 22 53,7 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0 Pendidikan Perguruan Tinggi 9 22 13 31,7 22 53,7 SMA 9 22 10 24,2 19 46,3 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0 Jumlah_anak ≤ 2 11 26,8 11 26,8 22 53,7 > 2 7 17,1 12 29,3 19 46,3 Total 18 43,9 23 56,1 41 100,0
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berumur
20-35 tahun memiliki sikap positif yaitu sebanyak 43,9%. Sebagian besar
responden yang tidak bekerja memiliki sikap negatif yaitu sebanyak 29,3%.
Responden yang berpendidikan perguruan tinggi adalah responden dengan
sikap positif yaitu sebanyak 31,7%. Sedangkan responden yang memiliki
anak> 2 sebagian besar memiliki sikap positif yaitu sebanyak 29,3%.
5. Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-
Baraakah Sleman
Tabulasi silang pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di sekolah PAUD Al-
Barakah Sleman disajikan pada tabel berikut:
48
Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman tahun 2015
Sikap Ibu Tingkat pengetahuan ibu
τ Baik Cukup Kurang Total
n % n % n % n % Negatif 1 2,4 10 24,4 7 17,1 18 43,9
0,423 0,001 Positif 12 29,3 7 17,1 4 9,8 23 56,1 Total 13 31,7 17 41,5 11 26,8 41 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besarresponden
yang memiliki sikap positif dalam pemberian stimulasi perkembangan
psikososial pada anak usia 3-5 tahun adalah responden dengan pengetahuan
baik yaitu sebanyak 29,3% dan responden yang memiliki sikap negatif dalam
pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun
responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24,4%.
Berdasarkan hasil uji statistik untuk mengetahui korelasi antara variabel
bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Kendal Tau ( ) dengan
menggunakan SPSS versi 19 didapat nilai Kendal Tau ( )sebesar 0,423dan
nilai ρ value < 0,001. Karena nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05)maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam
pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di
PAUD Al-Baraakah
49
B. Pembahasan
1. Distribusi frekuensi karakteristik ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al- Baraakah Sleman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik usia ibu dalam
pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di
PAUD Al-Baraakah Sleman sebagian besar ibu memiliki usia 20-35. Rentang
usia tertentu baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Hal ini disebabkan
karena umur 20-35 tahun merupakan usia reproduksi dimana seorang wanita
memasuki masa dewasa dan sudah memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan dengan tenang. Pernyataan ini didukung oleh teori Hurlock (2005)
yang menyatakan bahwa usia 20-35 tahun merupakan usia yang disebut
sebagai "masa dewasa" dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa
ini diharapkan orang telah marnpu untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dengan tenang secara emosional. Sedangkan Glick (2007)
menyatakan bahwa apabila uia terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat
menjalankan peran orang tua terhadap perkembangan anak secara optimal
karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.
Orang tua pada masa dewasa dituntut untuk memulai kehidupannya
dalam memerankan peran ganda seperti suami/istri, orang tua dan peran dalam
dunia kerja dan mengembangkan sikap-sikap baru, termasuk berperan dalam
perkembangan anak (Glick, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Harentina dan Yusiana (2008), dimana mayoritas orang tua yang memiliki
anak usia prasekolah pada rentang usia 20-35 tahun yaitu sebanyak52,63%
dimana umur mempengaruhi peran orang tua dalam perkembangan anak.
Dalam penelitian Yusiana (2008) menyatakan bahwa umur orang tua sangat
berpengaruh terhadap perkembangan psikososial anak, pada ibu yang berusia
20-35 tahun akan lebih memperhatikan perkembangan anaknya, pada usia
iniorang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk
mewujudkan gagasan dan ide-idenya (Petranto, 2006)
50
Pramusinta (2002) mengenai “Hubungan antara pengetahuan dan sikap
ibu usia remaja tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan
motorik anaknya dibawah usia dua tahun”. Penelitian menggunakan design
cross sectional. Responden 26 ibu dan anak umur dibawah dua tahun. Ibu
diperiksa pengetahuan dan sikap tentang stimulasi perkembangan anak serta
anak diperiksa status nutrisi, status kesehatan dan perkembangan motorik.
Analisa dengan korelasi non-parametrik, man whitney test, korelasi dan regresi
logistik. Hubungan signifikan antara status kesehatan dan perkembangan
motorik, tetapi hubungan tidak signifikan antara status gizi dan perkembangan
motorik. Analisis multivariat menunjukan hubungan signifikan antara status
gizi dan status kesehatan dengan perkembangan motorik sedangkan hubungan
tidak signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap perkembangan motorik.
Persamaan penelitian yaitu menggunakan rancangan designcross
sectionaldengan jenis penelitian kuantitatif. Perbedaannya yaitu populasi 41
orang anak dan pengambilan sampel menggunakan total sampling. Untuk uji
validitas menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas
menggunakan korelasi alpha cronbach. Serta perbedaan pada variabel
terikatnya yaitu sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan
psikososial pada anak usia 3-5 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Pramusinta (2002) mengenai “Hubungan
antara pengetahuan dan sikap ibu usia remaja tentang stimulasi perkembangan
dengan perkembangan motorik anaknya dibawah usia dua tahun”. Hasil analisa
diketahui bahwa tidak hubungan tidak signifikan antara pengetahuan dan sikap
terhadap perkembangan motorik. Ibu dengan usia yang masih muda, belum
banyak memperoleh pengetahuan sehingga pada ibu muda sikap terhadap
perkembangan motorik juga masih belum cukup baik.
Berdasarkan tabelpekerjaan ibu (tabel 4.1) yaitu sebagian besar ibu tidak
bekerja (ibu rumah tangga) yaitu 53,7%. Status ibu bekerja tentu saja memiliki
dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya anak
balita. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak
negatif.Dampak positif ibu bekerja dapat dilihat dari efek yang didapat apabila
51
anak mereka dititipkan di tempat penitipan anak.Mereka yang dititipkan di
tempat penitipan anak yang memperkerjakan pengasuh terlatih, memiliki
interaksi sosialyang baik, perkembangan kognitif yang pesat, dan lebih aktif
jika dibandingkan dengan anak yang hanya berada di rumah bersama ibunya
yang tidak bekerja (McIntosh dan Bauer, 2006).Gershaw (1998) dalam
McIntosh dan Bauer (2006) mengatakan bahwa, anak dengan ibu yang bekerja
memiliki tingkat intelejensi lebih tinggi.
Sedangkan dampak negatif adalah seorang ibu yang bekerja tidak
memiliki waktu yang banyak untuk melakukan pemberian stimulasi terhadap
anaknya, ibu yang bekerja lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja
daripada menghabiskan waktu bermain dengan anaknya. Peran ibu yang dalam
sebuah keluarga adalah pemberi aman dan sumber kasih sayang, tempat
mencurahkan isi hati, mengatur kehidupan rumah tangga, membimbing
kehidupan rumah tangga, mendidik dari segi emosional dan penyimpan tradisi
(Ratnayati, 2012).
Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat relatif tetap maka ibu
memainkan peranan sangat penting terhadap proses perkembangan anak.Ibu
mempunyai peranan dalam proses sosialisasi, antara lain ibu merupakan
kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi secara tetap, dalam
kelompokdemikian perkembangan anak dapat diikuti dengan seksama oleh
orang tuanya dan penyesuaian secarapribadi dalam hubungan sosial lebih
mudah terjadi.Ibu mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena
anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat
melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak..
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu yaitu sebagian besar ibu lulusan
perguruan tinggi sebanyak 53,7%. Pendidikan ibu sangat mempengaruhi
perkembangan anak, pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, karena pengetahuan
dipengaruhi pendidikan formal. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pendidikan sangat mempengaruhi
seseorang dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam membangun
52
kesehatan. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap
sesorang (Kuntjoroningrat, 2008).
Tingkat pendidikan seseorangberhubungan dengan kemampuanmenerima
informasi dan berhubungandengan sikap mereka dalam
memperolehpengetahuan. Tingkat pendidikan jugamemiliki pengaruh terhadap
pemahamanseseorang dalam masalah yang sedangdihadapi. Ibu yang memiliki
pendidikan tinggi kemungkinan besar akan lebih mengerti apa saja yang
diperlukan dalam menghadapi perkembangan anak (Herlina, 2014).
Utami (2008) menyatakan bahwa pola asuh orangtua dalam membimbing
anak untuk mencapai tugasperkembangan psikososialnya dengan baik, tidak
terlepas dari tingkat pendidikanorangtua yang menunjang dari pengetahuan
orangtua tentang pemahaman pola asuh yangbaik dalam pecapaian
perkembangan psikososial pada anak prasekolah (Mirza Maulana,2007).
Pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor keluarga dan adat
istiadatyang penting dalam perkembangan anak, karena dengan pendidikan
yang baik, makaorang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhananak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan
anaknya, perilakunya dan sebagainya.Setiap rangsangan yang diterima seorang
anak, akan membawapengaruh pada perkembangan dimasa yang akan
datang(Soetjiningsih, 2008).
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah anak dalam keluarga
sebanyak anak ≤ 2 orang anak yaitu 53,7%, jumlah anak dalam keluarga akan
mempengaruhi kurangnya kasih sayang kepada anak. Menurut Seotjiningsih
(2012), jumlah anak yang banyak dalam suatu keluarga akan menyebabkan
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, serta berkurangnya
kebutuhan lain yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.
Hasil penelitian yang dilalukan oleh Lestari (2003) mengenai “Hubungan
pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan
psikomotor anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Jatinom Klaten”.
Menunjukkan bahwa ibu dengan jumlah anak yang cukup banyak dalam
53
keluarga kemungkinan besar akan mempengaruhi perkembangan anak. Hal
tersebut disebabkan karena tidak maksimalnya ibu dalam merawat anak.
2. Gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besargambaran
pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada
anak usia 3-5 tahun memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 41,5%.
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan
pandai.Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran (Bakhtiar, 2004).
Sedangkan menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irmila
(2015) dengan judul hubungan peran orang tua terhadap perkembangan
psikososial anak usia prasekolah yang menyatakan bahwa pola asuh orang tua
erat kaitanya dengan pengetahuan orang tua dalam perkembangan psikososial
anak usia sekolah adalah dengan memberikan stimulasi agar anak
berkembangan sesuai perkembangan umurnya.
Berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang berusia 20-35 tahun adalah responden dengan pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 31,7%. Responden yang bekerja adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik dan cukup yaitu masing-masing sebanyak 17,1%.
Sebagian besar responden yang berpendidikan SMA memiliki pengetahuan
cukup yaitu sebanyak 24,4%. Sedangkan responden yang memiliki jumlah
anak ≤ 2 sebagian besar adalah responden dengan pengetahuan cukup yaitu
sebanyak 22%.
Dalam penelitian ini, kuesioner yang paling mendominasi dan memiliki
nilai tertinggi adalah pada pertanyaan mengenai lingkungan rumah yang
banyak suara tidak ada hubungan dengan perkembangan anak, sebagian besar
responden menjawab bahwa pernyataan tersebut salah, sedangkan pada butir
54
kuesioner yang memiliki nilai paling rendah adalah pada pernyataan bahwa
stimulasi yang berlebihan akan menyebabkan anak terampil, pernyataan
tersebut membuktikan bahwa pengetahuan ibu mengenai perkembangan anak
cukup baik.
Menurut Notoatmodjo (2010), semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang harus
diperkenalkan. Pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya, untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup tinggi mengenai
perkembangan psikososial anak, akan lebih peduli terhadap perkembangan
anaknya. Yustinus (2006) menyatakan bahwa seorang anak sangat
membutuhkanperan seorang ibu yang memberikan perhatian dan kasih sayang,
seorang ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik saja tetapi tetapi memenuhi
kebutuhan psikologis anaknya. Dengan demikian seorang ibu dituntut untuk
mengetahui dan mempengaruhi kebutuhan fisik maupun psikis anak. Teori
Freud dalam Wong (2009) menyatakan bahwa gangguan perkembangan
psikososial dimasa dewasa tergantung pada usia perkembangan sebelumnya.
Perkembangan psikososial ini dapat dilakukan orang tua terutama ibu
dengan memberikan stimulasi pada anak, pemberian stimulasi akan lebih
efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya. Tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori
motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan
perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-
tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya, tetapi bila rangsangan itu
terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang
dan anak akan menangis (Wong, 2009).
Seorang ibu juga memberi rangsangan sosial bagi perkembangananak.
Sejak masa bayi pendekatan ibu dan percakapan dengan ibumemberi
rangsangan bagi perkembangan anak, kemampuan bicara danpengetahuan
55
lainnya. Setelah anak masuk sekolah, ibu menciptakansuasana belajar yang
menyenangkan agar anak senang belajar dirumah, membuat PR (pekerjaan
rumah) di rumah. Anak akan belajar lebih giat bila disuruh belajar dengan
ucapan yang halus daripada bila disuruh belajar dengan bentakan. Dengan
didampingi ibuyang penuh kasih sayang akan memberi rasa aman yang
diperlukan setiapanggota keluarga (Yustinus, 2006).
3. Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang memiliki sikap
positifdalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5
tahun di PAUD Al-Baraakah sebanyak 56,1%. Sikap merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek.
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Azwar, 2013).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besarresponden yang
berumur 20-35 tahun memiliki sikap positif yaitu sebanyak 43,9%. Sebagian
besar responden yang tidak bekerja memiliki sikap negatif yaitu sebanyak
29,3%. Responden yang berpendidikan perguruan tinggi adalah responden
dengan sikap positif yaitu sebanyak 31,7% dan responden yang berpendidikan
SMA adalah responden dengan sikap negatif yaitu sebanyak 24,2%.
Sedangkan sebagian besar responden yang memiliki anak > 2 memiliki sikap
positif yaitu sebanyak 29,3%.
Pada saat peneliti melakukan penelitian di salah satu rumah ibu yang
menjadi responden penelitian, setelah ibu melakukan kuesioner peneliti sempat
berbincang dengan ibu. Ibu tersebut mengeluh karena anaknya jika dimintai
bantuan oleh ibunya anak selalu menolak. Anak akan membantu ibunya jika
ibu sudah marah. Hasil observasi peneliti saat itu adalah cara komunikasi ibu
yang cenderung kasar dan dengan nada suara tinggi yang membuat anak tidak
mau menuruti perkataan ibunya. Lalu peneliti mencoba berkomunikasi dengan
anak tersebut dengan nada yang halus dan meminta tolong dengan perkataan
56
yang sopan untuk mengambilkan tutup pulpen yang jaraknya dekat dengan
anak tersebut. Hasilnya anak tersebut dengan cepat mengambil tutup pulpen
dan memberikannya kepada peneliti.
Hasil kuesioner juga menunjukkan kuesioner yang memiliki nilai paling
tinggi adalah pada pernyataan mengenai mengajari anak berdoa sebelum
makan dan sesudah minum, sedangkan pada pernyataan yang memiliki nilai
paling rendah adalah pernyataan mengenai perasaan tidak senang apabila anak
bermain lumpur dan pasir. Berdasarkan jawaban tersebut diatas menunjukkan
jika sikap ibu memiliki sikap yang cukup baik dalam menghadapi
perkembangan psikososial anak. Hal ini sejalan dengan teori Hurlock (2011)
menyatakan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Ada tiga faktor yang dapat berpengaruh pada terbentuknya sikap, yaitu
kebutuhan seseorang, informasi tentang obyek atau subyek yang dimiliki, dan
kelompok dimana ia bergabung. Mengubah kebutuhan seseorang merupakan
masalah yang sulit karena kebutuhan seseorang tidak langsung dapat diraba
(konkret). Dalam mempengaruhi sikap, metode yang dapat dilakukan adalah
dengan memberikan informasi atau mengubah ikatannya dengan kelompok.
Pembentukan sikap melalui pemberian informasi dipengaruhi oleh sumber
datangnya informasi, bentuk dan isi informasi, serta situasi saat informasi itu
diberikan (Niven, 2002).
Sikap inisiatif merupakanusaha untuk menjadikan sesuatu yang belum
nyata menjadi nyata, sehingga pada usia iniorang tua dapat mengasuh anaknya
dengan cara mendorong anak untuk mewujudkangagasan dan ide-idenya.
Semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa inimengalami
hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak
kurangbaik bagi dirinya (Yustinus, 2006).
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih
jelasnya,yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan
anak, termasukcaranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma,
memberikan perhatian dan kasihsayang serta menunjukkan sikap dan perilaku
57
yang baik sehingga dijadikancontoh/panutan bagi anaknya. Pada dasarnya
orang tua menginginkan anaknya untuktumbuh menjadi orang yang matang
dan dewasa secara sosial, sehingga apapunpengasuhan yang diterapkan orang
tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai haltersebut, sayangnya pola
asuh yang diterapkan orang tua tidak selamanya efektif.Terkadang malah
dampaknya bagi anak bukannya baik tapi buruk. Pola asuh yang
terlaluprotektif atau memanjakan anak tentu menyebabkan anak menjadi tidak
kreatif atauselalu tergantung pada orang lain (Marfuan, 2007 dalam Utami,
2008).
Bila ada hubungan erat antara orang tua dan anak dengan pola asuhyang
tepat maka fungsi lainnya pada anak pun akan berkembang dengan baik pula.
Polaasuh yang diberikan dengan berlandasan kasih sayang yang diberikan
kepada anak danpendekatan lahiriah adalah unsur utama bagi perkembangan
psikososial, perasaan danjiwa anak (Theodor H & J.H. Von Wimpffen, 2005).
Pola asuh yang efektif harus sejalandengan meningkatnya pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik dalam potensi sosial,psikomotorik dan kemampuan
afektifnya (Hilmansya, 2007 dalam Utami, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hotmaria (2010) mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang
Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-
5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sikap ibu dapat mempengaruhi perkembangan anak, semakin ibu memiliki
sikap yang baik dalam perkembangan anaknya maka semakin baik pula
perkembangan yang terjadi pada anak.
4. Hubunganantara pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian
stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD
Al-Baraakah Sleman
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar
responden yang memiliki sikap positif dalam pemberian stimulasi
perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun adalah responden dengan
pengetahuan baik yaitu sebanyak 29,3% dan responden yang memiliki sikap
58
negatif dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-
5 tahun responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24,4%.
Hal ini disebabkan karena Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh
faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan
pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka
orang tersebut akan semakin luas pada pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah tidak mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi
dapat diperoleh melalaui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini yang akan menimbulkan sikap makna positif terhadap objek tertentu.
Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan & Dewi, 2011).
Masih adanya sikap ibu yang negatif tetapi memiliki pengetahuan baik
kemungkinan disebabkan karena banyaknya jumlah anak dalam keluarga,
menurut Seotjiningsih (2012), jumlah anak yang banyak dalam suatu keluarga
yang keadaan sosial ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya
perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Sedangkan pada keluarga
dengan jumlah anak yang banyak dan keadaan sosial ekonomi kurang, akan
menyebabkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, serta
berkurangnya kebutuhan lain yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.
Berdasarkan hasil uji statistik untuk mengetahui korelasi antara variabel
bebas dengan variabel terikat menggunakan uji Kendal Tau ( ) dengan
menggunakan SPSS versi 19 didapat nilai Kendal Tau ( )sebesar 0,423 dan
nilai ρ value < 0,001. Karena nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05)maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam
pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di
PAUD Al-Baraakah.
59
Anak prasekolah yang memasuki dunia sosial akan menghadapi banyak
tantangan dari pada ketika mereka masih bayi. Perilaku yang aktif seperti
bermain dengan teman sebaya, berbicara dengan orang yang lebih tua, atau
banyak bertanya tentang hal yang ada disekitarnya bertujuan untuk
menghadapi tantangan ini. Anak diminta memikirkan tanggung jawab terhadap
tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan. Anak akan belajar
mengembangkan rasa tanggung jawab yang lebih berat dan meningkatkan
inisiatif dalam dirinya. Meskipun demikian rasa bersalah dapat muncul, jika
anak tidak bertanggung jawab dan merasa sangat cemas. Erikson memiliki
pandangan positif terhadap tahap ini, ia percaya bahwa sebagian besar rasa
bersalah dengan cepat digantikan oleh rasa ingin berprestasi. Tahapan
perkembangan yang harus dicapai oleh anak usia pra sekolah pada teori
Erikson ini salah satunya adalah anak sudah mampu bergaul dengan teman
sebayanya, bahkan orang dewasa diluar lingkungan keluarganya seperti
lingkungan tempat disekitar anak tersebut tinggal (Santrock, 2007).
Menurut Rusmi (2008), stimulasi perkembangan anak adalah upaya ibu
atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan
kasih sayang.Aktifitas bermain dan suasana cinta sangat penting untuk
merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorikhalus dan
kasar, kemampuan berkomunkasi serta perasaan pikiran anak. Pakar dan
konsultan tumbuh kembang anak menjelaskan bahwa rangsangan atau
stimulasi sejak dini merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat penting
dalam menentukan kecerdasan anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi
kecerdasan seorang anak yaitu kualitas asupan gizi, pola pengasuhan yang
tepat dan kasih sayang terhadap anak.
Tindakan memberikan stimulasi yang diberikan pada anak bertujuan
untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau
sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas untuk
merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, berbicara, berfikir,
kemandidian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan orangtua dan keluarga setiap
60
ada kesempatan atau sehari hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan
prinsip stimulasi (Suherman, 2000).
Anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal diperlukan interaksi
ibu dan anak secara timbal balik dan stimulasi yang optimal. Stimulasi
merupakan rangsangan yang datangnya dari luar. Stimulasi psikososial
merupakan serangkaian dari interaksi dalam mengarahkan anak untuk memiliki
kemampuan psikososial, merupakan salah satu cara untuk memberikan
pengalaman dan pendidikan bagi anak. Stimulasi psikososial diberikan
diantaranya melalui aktivitas bermain, bernyanyi dan menggambar
(Chandriyani, 2009).
Caldwell dan Bradley (cit, Chandriyani, 2009) menyebutkan bahwa
pemberian stimulasi psikososial pada anak dapat berupa rangsangan dalam
bentuk penyediaan mainan, stimulasi belajar, keterlibatan ibu terhadap anak.
Ada delapan rangsangan psikososial anak usia 3–5 tahun yang datang dari
lingkungan di luar individu anak, meliputi: stimulasi belajar, stimulasi bahasa,
lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik,modeling,
pengalaman, hukuman.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hotmaria (2010) mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang
Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-
5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap Ibu tentang Stimulasi
Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di
Kelurahan Kwala Bekala. Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang baik
mengenai perkembangan anak, akan menyebabkan ibu memiliki sikap yang
baik pula dalam memperhatikan perkembangan anaknya sehingga akan
berdampak terhadap cepat atau lambatnya perkembangan anak tersebut.
61
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain pada saat
dilakukan penelitian terdapat responden yang melakukan diskusi pada saat
mengisi kuesioner sehingga kemungkinan memiliki jawaban yang sama, selain
itu pada saat pengisian kuesioner ada beberapa orang anak yang ikut duduk
bersama ibu, sehingga ibu tidak fokus dalam mengisi kuesioner. Masih terdapat
ibu dengan sikap yang negatif yang disebabkan karena ibu yang bekerja
sehingga ibu kurang memperhatikan perkembangan anaknya.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Karakteristik usia ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial
pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Barokah Sleman menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu memiliki usia 20-35 tahun, ibu tidak bekerja (ibu rumah
tangga), ibu lulusan perguruan tinggi dan jumlah anak dalam keluarga
sebanyak anak ≤ 2 orang anak.
2. Gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan
psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman sebagian
besar memiliki pengetahuan cukup.
3. Sikap ibu dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia
3-5 tahun di PAUD Al-Baraakah Sleman sebagian besarmemiliki sikap positif.
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian
stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-
Baraakah Sleman dengan nilai Kendal Tau ( )sebesar 0,423 dan nilai ρ value <
0,001. Karena nilai ρ value <0,05 (0,001<0,05).
B. Saran
1. Bagi profesi keperawatan jiwa anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi pada
perawat mengenai kesehatan jiwa anak serta pengetahuan dan sikap ibu
tentang stimulasi perkembangan psikososial anak, sehingga dapatmenentukan
metode yang tepat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap ibu
dalam pemberian stimulasi perkembangan psikososial pada anak usia 3-5
tahun
63
2. Bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan membantu dalam
menentukan topik yang masih berhubungan bagaimana cara menstimulasi
perkembangan anak yang sesuai dengan umurnya dan disarankan
menggunakan penelitian kualitatif untuk wawancara lebih mendalam, serta
mengendalikan faktor pengganggu untuk melihat hasil pengetahuan dan sikap
ibu dalam menstimulasi anak usia 3-5 tahun.
3. Bagi ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun
Perlunya menambah wawasan dan bahan masukan khususnya bagi ibu yang
mempunyai anak usia 3-5 tahun atau prasekolah dengan cara melakukan
pengecekan pertumbuhan dan perkembangan anak setiap bulan minimal satu
kali sehingga perkembangan anak menjadi optimal, atau mengikuti program
yang diadakan oleh PAUD Al-Baraakah sebulan sekali di minggu pertama
untuk membahas tentang tumbuh kembang anak dan bagaimana cara
mengatasinya.
4. Bagi institusi Pendidikan Anak Usia Dini
Sumber informasi bagi para pengajar di PAUD untuk memberikan stimulasi
kepada anak didiknya pada saat anak sedang tidak bersama orang tua atau
sedang tidak berada dilingkungan keluarganya dan pihak PAUD dapat
bekerja sama dengan orang tua dan berbagi informasi tentangperkembangan
anak secara psikososial serta stimulasi perkembangan yang diberikan kepada
anak didiknya sesuai dengan usia anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2011). Stimulasi Optimalkan Potensi Kecerdasan Anak. http//:info.anakcerdas.blogsome.com.Stimulasi_Optimalkan_Potensi_Kecerdasan_Anak/2/1/2011.7 Mei 2013.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______. (2013). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bakhtiar, P. (2004). Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Jakarta: Salemba.
Chandriyani. 2009. Nilai Anak, Stimulasi Psikososial, dan Perkembangan Kognitif anak usia 2-5 tahun pada Keluarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen fakultas Ekologi Manusia IPB.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
DepKes, RI. (2007). Jarak Kelahiran Pada Ibu. Jakarta: Balai Pustaka
Dinda, A. (2009). Internet. Faktor Risiko Gangguan Keterlambatan Perkembangan pada Anak Prasekolah. http://speechclinic.wordpress.com/2009/12/13/Faktor-Risiko-Gangguan-keterlambatan-perkembangan-Pada-Anak-Prasekolah.12 desember 2011.
Glick. (2007). Women’s Employment and Its Relation to Children’s Health andSchooling in Developing. Cornel University
Hellburg Teodor dan J.H von Wimpffen, ed (2005). Hari Pertama Perkembangan Bayi Sehat. Cetakkan ke-12. CV. Jakarta: Muliasari.
Herawati, M. (2009). Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Herentina, T & Yusiana, A. M, (2012). Peran Orang Tua Dalam Kegiatan Bermain Dalam Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah (5-6 Tahun). Diperolah pada tanggal 23 Agustus 2015 dari http://ced.petra.ac.id/index.php/stikes/article/download/18615/18378.
Herlina (2014). Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan Diri Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tesis UI.
Hhtp/rofiqahmad.wordpres.com/2008/01/24.21:45
Hidayat, A. A. (2006). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Hotmaria, Y. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Kwala Bekala. Naskah Publikasi. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Irmila (2015). Hubungan Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah. Jurnal Kesehatan.
Kuntjoroningrat, S. (2001). Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Jakarta: UI Press.
Latifah, M., Alfiasari, & Hernawati, N. (2009). Kualitas Tumbuh Kembang, Pengasuhan Orang Tua, dan Faktor resiko Komunitas pada Anak Usia Prasekolah wilayah Pedesaan di Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling, vol 2 no 2 hal 143-1543.
Lestari. (2003). Hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan anak dengan perkembangan psikomotor anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Jatinom Klaten. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM.
M, Dewi dan Wawan A. (201). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
McIntosh dan Bauer. (2006). Working Mother Vs Stay At Home Mother. The Impact on Children. Marrieta College
Mirzal. (2007). Konsep Dasar Psikososial. http://www.syechaceh.wordpress.com. [diakses tanggal 20 Agustus 2015]
Monks A. M. P. Knoers., Siti Rahayu Haditono. (2006). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: UGM Press.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Niven. Neil. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
___________. (2010). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
Nursalam, (2001), Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
________. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Petranto I., 2006. Rasa Percaya Diri Anak adalah pantulan Pola Asuh Orang Tua. http://www.dampakpolaasuh.co.uk/ [Diakses tanggal 12 Agustus 2015. Jam14.30]
Potter, Patricia A. & Perry, Anne G. (2005). Basic Nursing, Theory & Practice, Second Edition. Mosby Year Book. USA.
Pramusinta. (2002). Hubungan antara dan sikap ibu usia remaja tentang stimulasi perkembangan dengan perkembangan motorik anaknya dibawah usia dua tahun di dusun majegan, sleman, yogyakarta. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM.
Ratnayati . (2012). Peran Penting Seorang Ibu Bagi Perkembangan Anak. Jurnal. STKIP PGRI Lampung Timur. vol. 1, no. 1, hal 23-29.
Ridwan, M. (2001). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Rusmi, K. (2010) Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak. Edisi Kesebelas. Buku 1. Jakarta: Erlangga
Siswono, S. (2004). Tumbuh kembang anak dalam pencapaian potensi sumber daya manusia yang tangguh. Pidato pengukuhan guru besar Universitas Indonesia. Jakarta: BP FK UI.
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang anak. Jakarta: EGC
Stuart, GW & Laraia .(2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing – Eight edition. Mosby Year Book. Missouri.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman. (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Susanto, N. (2010). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Digibooks.
Taufik, M. (2007). Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara.
Theodor H & J. H. Von Wimpffen. (2005). Perkembangan Bayi Sehat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Utami S R. (2008. Pola Asuh Tepat Untuk Semua Tipe Anak. http://www.Khasanah- Nakita.co.id [Diakses tanggal 21 Agustus 2015. Jam 16.07]
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Werdiningsih, A. T. A. 2010. Peran Ibu dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah. Jurnal. vol. 5, no. 1, hal 82-98.
Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. volume 1. Jakarta: EGC.
Yustinus (2006). Kesehatan Maternal. Yogyakarta: Kanisius