Hubungan Metode Mengajar Karyawisata Pada Mata Pelajaran Geografi Dengan Minat Belajar Siswa Kela
-
Upload
fevrya-ia-langkahku -
Category
Documents
-
view
276 -
download
2
Transcript of Hubungan Metode Mengajar Karyawisata Pada Mata Pelajaran Geografi Dengan Minat Belajar Siswa Kela
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam kehidupan manusia, karena
kehadiran manusia sebagai mahluk yang senantiasa berkembang yang tidak lain
perkembangan tersebut adalah proses pendidikan. Oleh karena itu disadari
sepenuhnya bahwa masalah pendidikan adalah maslah peningktan kualitas manusia
yang pada gilirannya persoalan kualitas bangsa yang berkualitas.
Persoalan peningkatan kulaitas adalah bagaimana meningkatakan proses
belajar mengajar agar berlangsung lebig efektif dan bermakna sesuai dengan tujuan
pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang telah dirumuskan dalam kurikulum
pendidikan. Sehingga peserta didik dapat mengaktualisasikan potensi dirinya yang
menyangkut kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena pendidikan
berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilah pendidikan sangat
tergantung pada manusianya.
Anonimnya dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional telah tercantum tentang tujuan Pendidikan Nasional, adalah :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sikdinas, 2003: 6).
1
Sementara itu, minat sebagai salah satu komponen dalam proses belajar
mengajar besar pengaruhnya terhadap belajar sebagai suatu daya untuk
memperhatikan, melakukan konsentrasi terhadap pelajaran atau bidang-bidang study
yang sedang diikuti daslam mengundang rasa senang, gairanh dan semangat belajar
sehingga efektifitas pelajaran dapat dicapai dengan baik.
Begitu pula sebaliknya, kurangnya minat terhadap pelajaran akan
menumbuhkan kesan kurang senang terhadap berbagai aktifiatas di sekolah secara
keseluruhan. Rasa benci, dendanm, mogok belajar, acuh tak acuh, bolos dan malas ke
sekolah atau dengan kata lain mengalami kesulitan belajar.
Guru sebagai salah satu faktor pendukung dalam pencapaian hasil belajar
hendaknya senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar yang berhasil
guna dan berdaya guna. Untuk merealisasikan hal tersebut, pengajar memerlukan
pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip mengajar sebagai dasar dalam
menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar yang salah satunya adalah memilih
penyajian bahan pelajaran yang tepat.
Untuk mengetahui seberapa besar adanya hubunga metode mewngajar dengan
minat belajar siswa dianggap perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Metode Mengajar Karyawisata pada Mata Pelajaran Geografi dengan
Minat Belajar Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Majene”.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti
sebagai berikut :
1. Seberapa besar minat belajar siswa Kelas II SMP Negeri 3 Majene mata pelajaran
geografi yang diajar tanpa menggunakan metode belajar karayawisata?
2. Seberapa besar minat belajar siswa Kelas II SMP Negeri 3 Majene mata pelajaran
geografi yang diajar dengan menggunakan metode belajar karyawisata?
3. Apakah hubungan yang signifikan antara metode mengajar karyawisata dengan
mata pelajaran Geografi terhadap minat belajar siswa Kelas II SMP Negeri 3
Majene?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diutarakan, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh gambaran minat belajar siswa Kelas II SMP Negeri 3 Majene
terhadap mata pelajaran geografi yagn diajar tanpa menggunakan metode belajar
karyawisata.
2. Untuk memperoleh gambaran minat belajar siswa Kelas II SMP Negeri 3 Majene
terhadap mata pelajaran geografi yang diajar dengan menggunakan metode beljar
karyawisata.
3. Untuk mengetahui terdapatnya hubungan yang signifikan antara metode mengajar
karyawisata pada mata pelajaran geografi terhadap minat belajar siswa Kelas II
SMP Negeri 3 Majene.
3
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi para siswa untuk membiasakan diri belajar secara aktif,
minimal mencari dan menemukan sendiri jawaban dari setiap permasalahan yang
ditemukan dalam belajar.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru, khususnya guru bidang studi geografi
mengenai pentingnya memilih metode mengajar yang efektif dalam mengajar.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan strategi pembelajaran geografi
khususnya pada sekolah lanjutan tingkat pertama.
4. Untuk bahan bacaan kepustakaan dan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk
jenis penelitian yang relevan.
5. Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian pokok bahasan yang lain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Metode Mengajar
Sumber daya manusia yang berkualitas yang memapu menghadapi persaingan
di masa yang akan datang merupakan program utama pemerintah, khususnya dalam
jalur pendidikan. Untuk itu diperlukan manusia yang tidak hanya mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mempunyai kemampuan berfikir rasional,
kritis dan kreatif. Untuk membentuk manusia yang berkualitas maka salah satunya
manusia perlu mempelajari geografi.
Mata pelajaran geografi adalah salah satu bidang studi dari jenjang pendidikan
dasar hingga perguruan tinggi memegang peranan penting dalm menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas. Menyadari akan pentingnya geografi seorang guru
harus berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif pada proses belajar mengajar.
Untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar tidak terlepas dari strategi belajar
mengajar seorang guru. Karena adanya keanekaragaman materi pelajaran maka
seoarang guru perlu menggunakan metode mengajar yang tepat. Mengenai metode
mengajar Suryosubroto (1997:43) mengemukakan bahwa: “Metode mengajar adalah
salah stu cara yang diperlukan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsung pengajaran. Oleh karena itu, metode mengajar berperan sebagai alat
untuk menciptakan proses belajar mengajar.
5
Selain tergantung dari strategi belajar mengajar, pemilihan metode mangajar
tergantung dari keefektifan pengajaran itu. Menurut Russefendi (1988: 282) efektif
bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan. Denga kata lain, tujuannya
tercapai. Makin tinggi kekuatan untuk dapat menghasilkan sesuatu, makin efektif
metode itu”.
Penggunaan metode mengajar yang tepat dapat mengarahkan siswa mencapai
tujuan mengajar yang diharapkan, agar peserta didik tidak merasa jenuh dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa metode mengajar adalah suatu
cara yang diperlukan oleh guru dalam mengadakan intraksi dengan siswa dalam
proses belajar mengajar.
2. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan intraksi unsur-unsur manusiawi
adaslah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan
sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan
seperangkat teori dan pengalamannya guru gunakan untuk bagaimana
mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Salah satu usaha yang tidak guru tinggalkan adalah bagaimana memahami
kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah
suatu hal yang aneh tapi nyata dan memang betul dipikirkan oleh seorang guru.
6
Dari hasil analisis yang dilakukan lahirlah pemahaman tentang kedudukan
metode sebagai alat motivasi ekstrinsik sebagai pengajaran dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Metode sebagai salah satu komponen pengajaran, menempati peranan yang
tidak kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak
ada satupun kegiatan kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode
pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat
motivasi ektrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut
sardiman, A.M. (1988:90) adalah: “Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi
sebagai alat perangsang dari lur yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode karena mereka
menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan satu
metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan
bagi anak didik. Proses pengajaran pun tampak kaku. Anak didik terlihat kurang
bergairah belajar kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik.
Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru
mengdapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik
dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
7
Akhirnya, daspat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepay dan
bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motviasi ekstrinsik dalm kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan beljar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan
yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat ada yang sedang dan ada yang
lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak dididik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat dicapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut di atas,
memerlukan trategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk
sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru
menggunakan metode demonstrasi atau metode karyawisata atau yang sesuai dengan
materi yang dibawakan.
Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah, N. K. (1989:
1) :
Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efeisien, mengenan pada tujuan yang diharapkan. Salah stu langkah memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
8
c. Metode sebagai alat untuk mencapi tujuan
Tujuan adalah salah satu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana arah kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar untuk
sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu sama artinya
perbuatan sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan sama
halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukat untuk menyeleksi mana kegiatan yang
harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk mencapai
keinginan yang dicita-citakan.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen
metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan
metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran menuju tujuan.
Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka
metode yng digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dengan
tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan
pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apalah
artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.
Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan
balajr mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai
tujuan pengajaran.
9
3. Pemilihan dan Penentuan Metode
Metode mcngajar yang guru gunakan dalam setiap kali pcrtcmuan dikeIas
bukanlah asal pakai tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan
perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekali terlibat guru merumuskan lebih
dari satu tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari
satu. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu,
sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan
yang lain.
a. Nilai strategi metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan.
Di dalamnya ter:jadi interaksi edukatif an tara guru dan anak didik, ketika guru
mcnyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kclas. Bahan pelajaran yang
guru berikan itu akan kunmg memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik
bila menyampaikan menggunakan strategi yang kurang tepat. Di sinilah kehadiran
metode menempati posisi penting dalam menyampaikan bal1an pelajaran.
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa wemperhatikan permainan metode
justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman
membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan
metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang
kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan
dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa
10
metode adalah suatu cara yang mcmiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar
mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegialan
belajar mengaiar.
b. Efektititas penggunaan metode
Kctika anak tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik
membuat kegaduhan, ketika anak didik menwljukkan kelusuan, ketika minat anak
didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan
yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan faktor penyebabnya
dan berusaha mencari jawaban yang tepat. Karena bila tidak, maka apa yang guru
sampaikan akan sia-sia. Boleh jadi dari sekian keadaan tersebut, salah satu
penyebabnya adalah faktor metode. Karenanya, efektifitas penggunaan metode patut
dipertanyakan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak
bahan pelajaran yang telah terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan
metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas,serta
situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ccramah sementara
tujuan pengajarannya adalah agar anak didik memperagakan shalat, adalah kegiatan
belajar mengajar yang kurang kondusif Seharusnya penggunaan metode dapat
menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannnya tujuan harus menyesuaikan diri
dengan metode.
11
Karena efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara
metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen
pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. sebagai persiapan
tertulis.
c. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah
tercapaianya tujuan pengajaran. Apapun yang termasuk perangkat program
pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak
dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik pun diwajibkan mempunyai
kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti perintah guru. Kedua
unsur manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu
kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan
metode yang bagaimana akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan
dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, tujuan pengajaran adalah agar
anak didik dapat menuliskan sebagaimana dari ayat-ayat dalam surat AI-Fatiha, maka
guru tidak tepat menggunakan metode diskusi, tetapi yang tepat adalah metode
latihan.
12
Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan
penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari
masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah
mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran yang akan
dibahas dalam uraian-uraian selanjutnya.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
Dalam pandangan yang sudah diakui kebenaranya mengatakan, bahwa setiap
metode mempunyai sifat masing-masing baik mengenai kebaikan-kebaikannya
maupun mengenai kelemahan-kelemahannya. Guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika
memahami sifat-sifat masing-masing metode terscbut.
Winamo Surakhmad (1990: 97) mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh beberapa aktor, sebagai berikut:
1) Anak didik
Anak adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah,
gurulah. yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru akan
berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang dengan kehidupan
yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacan-macan. Demikian juga halnya
mengenai jenis kelamin mereka ada yang berjenis kelamin laki-Iaki dan ada yang
berjenis kelamin perempuan. Poster tubuh mereka ada yang tinggi, sedang dan ada
pula yang rendah. Pendek kata, dari apek fisik ini selalu ada perbedaan dan
13
persamaan pada setiap anak didik.
Jika pada aspek biologis di atas ada persamaan dan perbedaan, maka pada
aspek intelektual juga ada perbedaan. Pada ahli berpendapat bahwa secara intelektual,
anak didik selalu menunjukkan perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan
anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan
lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan guru. Tinggi
atau rendahnya kreatifitas anak didik dalam mengolah kesan dari bahan, pelajaran
yang baru diterima bisa dijadikan tolak ukur dari kecerdasan seorang anak.
Kecerdasan seorang anak terlihat seiring dengan meningkatnya kematangan usia
anak. Daya pikir anak bergerak dari cara berpikir konkrit ke arah cara berpikir
abstrak.
Dari aspek psikologis sudah diakui ada juga perbedaan. Di sekolah, prilaku
anak didik selalu menunjukkan perbedaan, ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada
yang sukar bicara, ada yang tertutup (introver), ada yang terbuka (ekstrover), ada yang
pemurung, ada yang periang, dan sebagainya.
Perbedaan individual anak didik' pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologl sebagaimana yang disebutkan di atas, mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kreatif dalam sekon yang relatif lama demi tercapainya tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan secara operasionaL Dengan demikian jelas,
kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode pengajaran.
14
2) Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran, berbagai jenis fungsinya. Secara hierarki
tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan instruksional
Atau tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan intermedier
(antara), yang paling lansung dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada proses
pembelajaran harus berdasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Perumusan tujuan, misalnya, akan mempengaruhi kemampuan yang
bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses pengajaran pun dipengaruhinya.
Demikian juga penyesuaian metode yang harns guru gunakan di kelas. Metode yang
guru pilih harys sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri
setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus tunduk kepada kehendak tujuan dan
bukan sebaliknya. Karena itu kernampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh
tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.
3) Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama
dari hari ke hari pada waktu ke waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi
belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruang sekolah. Maka guru dalam hal
ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. Di
lain waktu, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin di capai oleh
tujuan, maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik dibagi ke dalam
beberapa kelompok belajar di bawah pengawasan dan bimbingan guru. Di
15
sana .semua anak didik dalam kelompok masing-masing diserahi tugas oleh guru
untuk memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini tentu saja guru telah memilih
metode belajar untuk membelajarkan anak didiknya, yaitu metode problem solving
.demikianlah, situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar.
4) Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik
di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode
mengajar. Ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA, misalnya kurang mendukung
penggunaan metode eksprimen atau metode demonstrasi. Demikian juga halnya
ketiadaan mempunyai fasilitas olah raga, tentu sukar bagi guru menerapkan metode
latihan. Justru itu, kemampuan suatu metode mengajar akan terlihat jika faktor lain
mendukungnya.
5) Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru misalnya
kurang suka berbicara, seseorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan,
berbeda dengan guru yang bukan sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan
guru smjana bukan pendidikan dan keguruan di bidang penguasaan ilmu pendidikan
dan keguruan. Guru yang sarjana pendidikan keguruan barangkali lebih banyak
menguasai metode-metode mengajar, karena memang dia dicetak sebagai tenaga ahli
di bidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam
16
memilih dan menentukan metode. Itulah yang biasanya dirasakan oleh mereka yang
bukan berlatar bclakang pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman
belajar yang memadai sungguhpun begitu, baik dia berlatar belakang pendidikan guru
maupun tidak, dan sarna-sama minim pengalarnan mengajar di kelas, cenderung
sukar mimilih metode yang tepat. Tetapi ada juga yang tepat memilihnya, namun
dalam pelaksanaannya menemui kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan
dangkalnya penguasaan atas metode yang digunakan. Dengan demikian, dapatlah
dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar
adalah permasalah intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar.
4. Metode Mengajar Karyawisata
Kadang-kadang dalam proses belaiar mengajar siswa perlu diajak keluar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar
rekreasi, tetapi. untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
kenyataarmya. Karena itu, dikatakan teknik karyawisata adalah cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar
sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau daerah parawisata,
daerah laut, bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan,
meseum, dan sebagainya. Banyak istilah yang digunakann, tetapi maksudnya sama
dengan karyawisata, seperti widyawisata, study-tour, dan sebagainya. Karyawisata
ada dalam waktu singkat, dan ada pula dalam waktu beberapa hari atau waktu
panjang.
Menurut Roestiyah N.K (2001: 86) tentang teknik karyawisata yang efektif,
maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-Iangkah sebagai berikut:
17
a. Masa persiapan perlu perlu menetapkan: - Perumusan tujuan intruksional yang jelas- Pertimbangan pemilihan teknik ini- Keperluan menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi,
untuk merundingkan segala sesuatunya- Penyusunan perencanaan yang masak, membagi Lugas-tugas dan
menyiapkan sarana- Pembagian siswa dalam kelompok, mengirim utusan
b. Masa pelaksanaan karyawisata: - Pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas
lainnya - Memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama - Mengawasi petugas-petugas Pada setiap seksi - Memberi petunjuk bila perlu
c. Masa kembali dari karyawisata - Mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil dari karyawisata - Menyusun laporan, atau paper atau kesimpulan yang diperoleh
Metode karyawisata mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai
berikuf:
a. Kelebihan metode karyawisata
- Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modem yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
- Membuat apa yang dipelajari disekolah lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan di masyarakat.
- Menumbuhkan pada diri siswa tentang kecintaan pada lingkungan.
- Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreatifitas siswa.
- Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
- Sebagai bahan referensi tentang sumber daya alam suatu daerah.
b. Kelebihan metode karyawisata
- Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk
18
disediakan oleh siswa atau sekolah.
- Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.
- Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar tak
terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karyawisata.
- Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas dari
pada tujuan utama sedang unsur studinya menjadi terabaikan.
- Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan
mereka kepada kegitan studi yang menjadi permasalahan.
5. Minat Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa “ Minat adalah
perhatian, kesukaan (kecenderungan hati pada sesuatu, keinginan). (Poerwadarminta,
1976: 650). Selanjutnya Ali dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan
tentang minat adalah “Kecenderungan hati yang tinggi terhadapa sesuatu, gairah;
keinginan”. (Ali, 1995: 656). Sedangkan menurut Poerba (1981: 214) pengertian
minat berarti “Kesediaan jiwa yang aktif untuk menerima sesuatu dari luar”.
Persoalan minat dapat juga dikaitkan dengan persoalan motivasi. Minat
diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara siatuasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Mcnurut Bernad Berelson dan Gavy A. Standar mengatakan bahwa; "Minat
dan motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan
19
energi, mendorong kegiatan dan mengarahkan, menyalurkarn prilaku ke arah
mencapai kebutuhan yang memberi kepuasaan atau mengurangi ketidakseimbangan".
Pendapat di atas menekankan bahwa minat dan motivasi mempakan keadaan
jiwa, mental sseorang yang memberikan reaksi agar seseorang melakukan sesuatu
aktifitas tertcntu. Hal terscbut relevan dengan pendapat Moikijat yang menyatakan
bahwa "Motivasi adalah pengaruh sesuatu kekuatan yang menimbulkan perilaku".
Minat merupakan dorongan yang timbul pada diri sescorang sadar atau tidak
sadar melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha seseorang atau
kelompok orang tertentu bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai sesuatu
yang dikehendakinya. Minat merupakan keinginan-keinginan, dorongan-dorongan
yang timbul dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan.
Minat yang diperoleh dari hasil-hasil belajar itu adalah sama dengan cara-cara
yang diperoleh siswa dalam mempelajari keterampilan (skill), ilmu pengetahun dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya. Hal mana, bahwa prinsip-prinsip yang berlaku dalam
proses belajar, adalah berlaku pula bagi minat dan, sikap itu bersifat lebih tampak,
misalnya kebutuhan-kebutuhan yang tidak disadari, perasaan agresif, keinginan-
keinginan dan lain sebagainya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa yang periu
diperhatikan sebagai berikut:
20
a. Kebutuhan
Minat dari seseorang anak adalah merupakan petunjuk langsung dari
kebutuhan anak tersebut. Seseorang yang membutuhkan penghargaan status
misalnya, maka anak tersebut akan mengembangkan minatnya itu pada semua
aktifitasnya baik dalam sekolah maupun luar sekolah, sebagai upaya untuk merasakan
kebutuhan itu.
Seyogyanya sekolah memberi kesempatan kepada para siswa, agar mereka
menyalurkan minatnya itu melalui aktifitas di sekolah. Hal ini bertujuan agar tidak
menimbulkan suatu pelanggaran moral, dan sikap siswa dapat diterima dalam
bermasyarakat.
b. Keinginan dan cita-cita
Suatu petunjuk untuk dapat mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi
kebutuhan dan sikapnya, adalah dapat diketahui dengan melalui cita-cita anak dan
periman atau imitasi dari kelakuan orang dewasa yang dikagumi.
Muhibbin Syah (1995: 53) menyatakan; "Keinginan anak-anak masih muda
(kanak-kanak) pada umumnya bersifat material. Akan tetapi ketika dewasa seseorang
rnaka keinginan-keinginan tersebut berbuah dan berkisar pada perbaikan
kepribadiannya, ambisi, kesopanan dan aspirasi-aspirasi terhadap suatu jabatan".
c. Lingkungan masyarakat
Pengaruh lingkungan masyarakat dalam menumbuhkan minat sescorang
sangat menentukan sebab lingkungan baik akan bersifat efektif, dalam arti
21
merangsang minat individu, apabila individu memandang bahwa lingkungannya itu
berarti butuh dirinya.
Oleh karena itu lingkungan akan berarti bagi ingidividu. hanya apabila ada
hubungannya dengan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. kebutuhan-
kebutuhan dan sesuai dengan minat individu.
B. Kcrangka Pikir
Dalam kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran yang akan diajarkan harus
sesui dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran
geografi maka guru harus berusaha meningkatkan efektifitas minat, dan perhatian
siswa dalam belajar. Oleh karena itu diperlukan teknik adanya penyajian pengajaran
yang menarik dan strategi pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan
mudah dipahami dan tidak membosankan salah satu cara yang ditempuh adalah
bagaimana metode yang digunakan oleh secrang guru terse but.
Guru dalam menyampaikan materi kepada siswa atau muridnya selain
mcnguasai bahan yang diajarkan juga harns memilih metode mengajar yang cocok
dengan materi agar mereka tertarik dan mengerti atas materi yang diajarkan.
Dalam pembahasan materi pokok bahasan flora dan fauna salah satu metode
mengajar yang dapat menumbuhkan minat mengajar siswa yaitu metode karyawisata.
Dimana dalam metode ini siswa diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Siswa diberikan kebebasan untuk menemukan sendiri flora dan fauna
yang berada pada komunitas tertentu.
22
Gambar I. Skema Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
Bcrdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
"Ada hubungan yang signifikan antara metode mengajar karyawisata pada Mata
Peajaran Geografi terhadap minat belajar siswa kelas II SMP Negeri 3 Majene".
23
MATERI PEMBELAJARAN
TANPA METODE KARYAWISATRA
DENGAN METODE KARYAWISATA
SISWA SISWA
MINAT
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Surahmad (1990: 149) memberikan batasan pengertian tentang metode
eksperimen ini dengan mengemukakan bahwa “dalam arti luas, bereksperimen
adalah mengadakan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu yang akan
menegaskan bagaimana kedudukan hubungan kausal variabel-variabel yang
diselidiki”.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa hal yang mendasar dalam metode
eksperimen adalah adanya percobaan atau diberikannya perlakuan terhadap suatu
variabel. Hal inilah yang membedakan metode eksperimen dengan metode
penelitian lainnya. Consuelo G. Sevilla dalam Tuwu (1993: 94) mengemukakan
bahwa “pemanipulasian variabel merupakan karakteristik yang membedakan
semua penelitian eksperimen dengan penelitian-penelitian lainnya”. Dalam
penelitian eksperimen terdapat berbagai pola yang dapat digunakan. Salah satu
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola Matched Group Design.
Hal yang terpenting dalam penelitian eksperimen adalah pengontrolan
terhadap variabel lain yang bisa mempengaruhi variabel penelitian. Untuk itulah
dalam pola Matched Group Design semua faktor yang dapat mempengaruhi
24
perlakuan atau treatment harus dimatched sebelum dilakukan eksperimen. Faktor-
fakor yang diseimbangkan tersebut adalah :
1. Jumlah subyek kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Perbandingan antara jumlah subyek laki-laki dengan subyek
wanita pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Dalam penelitian ini, terlebih dahulu diadakan mean matching (uji
kesamaan mean) dan variance matching (uji kesamaan variabel) hasil pre-test
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Langkah ini dilakukan
dengan berpedoman pada yang dikatakan oleh Hadi (1991: 476).
Group Matching dapat dilakukan melalui beberapa jalan. 1. Dengan mempersamakan dari group-group yang turut dalam eksperimen: 2. Dengan menseimbangkan variabelitas (varians) daripada group-group eksperimen dan kelompok kontrol: 3. Dengan mengetes perbedaan-perbedaan group-group yang dicoba baik dalam mean maupun variabelitasnya.
Berdasarkan pola penelitian yang digunakan maka desain penelitian yang
digunakan adalah desain kontrol group pre-test – post-test yang digambarkan
sebagai berikut :
E = 01 x 02
P = 01 02
Keterangan :
E = Simbol untuk kelompok eksperimen
P = Simbol untuk kelompok kontrol
01 = Simbol pre-test yang diberikan sebelum diberikan perlakuan
25
02 = Simbol post-test yang diberikan sebelum diberikan perlakuan
(Arikunto, 1990 :276)
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
Oleh Sudjana (1987: 23) variabel diartikan sebagai “ciri dari individu,
obyek, peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif”. Dalam
penelitian, variabel dapat dibedakan menjadi dua kategori yakni variabel bebas da
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dimanipulasi atau
diberi perlakuan untuk mengetahui intensitasnya atau pengaruhnya terhadap
variabel lain atau variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
timbul sebagai akibat dari variabel bebas.
Oleh karena penelitian ini adalah penelitian eksperimen, maka yang
menjadi variabel bebas adalah perlakuan yang berbeda antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen. Dalam hal ini kelompok eksperimen diberikan
perlakuan khusus berupa pembelaran mata pelajaran geografi dengan metode
karya wisata, sedangkan kelompok kontrol diberikan proses pembelajaran tanpa
metode karya wisata. Kemudian variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat
belajar siswa Kelas II SMP Negeri 3 Majene.
26
2. Definisi Operasional
Menurut Suryabrata (1987: 83) bahwa definisi operasional variabel adalah
defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang didefinisikan dan dinyatakan dalam
bentuk kata-kata serta menunjukkan proses atau perbuatan yang dapat diamati.
Dalam penelitian ini yang didefinisikan secara operasional adalah variabel
bebas yakni pemberian layanan bimbingan keterampilan belajar dan variabel
terikat yaitu hasil belajar. Rumusan selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Metode karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajak siswa ke tempat atau obyek tertentu di luar sekolah
untuk mempelajari berkenaan dengan materi pelajaran geografi.
2. minat belajar adalah keinginan atau dorongan yang timbul dari
dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan hipotesis penelitian
maka dilakukan penelitian terhadap populasi. Oleh Hadi (1986: 220)
dikemukakan bahwa “Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk
diselidiki. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling
sedikit mempunyai satu sifat yang sama”.
Selanjutnya Sudjana (1984: 5) mengemukakan pula bahwa populasi
adalah “totalitas semua nilai yang mungkin, hasil hitung pengukuran kualitatif
27
dari karakteristik tertentu mengenai kesimpulan obyek yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan anggota dari obyek penelitian yang memiliki karakteristik yang sama
atau relatif sama.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa
Kelas II SMA Negeri 3 Mejene yang terdaftar pada tahun ajaran 2006-2007
sebanyak 112 orang.
2. Sampel
Menurut Hadi (1987) bahwa “sampel adalah sebahagian dari populasi”
Pemilihan sampel sangat penting sebab untuk meneliti seluruh populasi dengan
sensus, tentunya membutuhkan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit. Namun
demikian penarikan sampel dalam penelitian, diupayakan agar refresentatif
mewakili seluruh populasi.
Arikunto (1987: 34) berpendapat bahwa “apabila populasi obyek kurang
dari 100, lebih baik diambil semua, dan jika populasinya besar dapat diambil 10 –
15 % atau 20 – 25 % atau lebih tergantung dari kemampuan peneliti”.
Berdasarkan pendapat di atas, dan kondisi obyektif tempat penelitian
menunjukkan populasi yang lebih dari 100, maka pada penelitian ini ditarik
sampel dengan mengambil refsentasi seimbang dari masing-masing kelas..
28
Akan tetapi, pada bagian desain penelitian telah diuraikan bahwa apabila
pola yang digunakan adalah Matched Group Design, maka semua faktor yang
diperkirakan memberi pengaruh harus dimatched sebelum eksperimen dilakukan,
maksudnya harus diseimbangkan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Untuk itu maka sampel dibagi dua yakni kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang telah diseimbangkan. Tentang pola Matched Group
Design ini Hadi (1991: 275) mengemukakan bahwa :
Matched Group Design atau disingkat pola M-G, bertitik tolak pada group matching. Sebelum suatu eksperimen dilakukan, terlebih dahulu diadakan matching antara group eksperimen dan group kontrol : antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol diseimbangkan lebih dahulu sehingga keduanya berangkat dari titik tolak sama.
Kedua kelompok tersebut diseimbangkan jumlahnya dan hasilnya sebagai
berikut :
Tabel 2 : Hasil penyeimbangan jumlah subyek kelompok eksperimen
Dan kelompok kontrol.
No. EksperimenJenis Kelamin
JumlahLaki-Laki Perempuan
1
2
Kelompok kontrol
Kelompok Eksperimen
14
14
24
24
38
38
Jumlah 28 48 76
29
D. Teknik Eksperimen
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka dalam penelitian ini
digunakan angket. Baik pada pre-test maupun post-test. Oleh Abimanyu (1980: 65)
angket diartikan sebagai suatu teknik untuk memperoleh data dengan cara
menggunakan sejumlah pertanyaan secara tertulis yang disampaikan kepada orang
lain yang mungkin mengetahui dengan baik tentang diri orang yang akan kita peroleh
datanya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (1987: 124) dalam redaksi
kalimat yang berbeda mengemukakan bahwa “angket atau kuisioner adalah untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal
yang diketahui. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angket pada
dasamya terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh responden
secara tertulis pula.
E. Pelaksanaan Eksperimen
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan eksperimen ini adalah
sebagai berikut :
1. Pemberian pre-test yang dimaksudkan untuk mengetahui minat belajar
siswa sebelum dilakukan perlakukan.
30
2. Pemberian materi pelakaran kepada kelompok eksperimen dengan
metode karya wisata, dan kelompok kontrol dengan tanpa metode karya
wisata.
3. Pemberian post-test pada kedua kelompok yakni kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pemberian post-test ini dimaksudkan
untuk melihat tingkat minat belajar siswa setelah diberikan perlakuan berbeda
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalita Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berada pada distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data ini
dilakukan terhadap data-data pre-test maupun post-test pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Untuk menganalisa data dari kelompok sampel, maka langkah-langkah
yang ditempuh menurut Sudjana (1992: 293) adalah menghitung frekuensi
teoritik (Ei) dan mengetahui frekuensi nyata setiap variabel (Orangi) dari sampel
yang ada pada setiap kelas interval.
Frekuensi Orangi adalah jumlah individu dari sampel yang ada dalam
setiap kelas interval, sedangkan frekuensi Ei diperoleh dari hasil n dengan peluang
atau luas di bawah kurva normal untuk interval bersangkutan.
2. Uji kesamaan dua rata-rata (Mean Matching) untuk data pre-test
31
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian dahulu bahwa salah
satu persyaratan apabila penelitian eksperimen menggunakan Matching Group
Design adalah kedua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mempunyai mean yang sama pada pre-test.
3. Uji kesamaan dua varian (variance matching) untuk data pre-test
Uji kesamaan dua varians dilakukan karena uji kesamaan mean belum
menjamin variabilitas kedua kelompok sudah sama. Statistik yang digunakan
menguji kesamaan varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tentang
tingkat penyesuain diri siswa sebelum diberi perlakuan.
4. Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis di atas maka mean hipotesis dari skor-skor
penyesuaian diri siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah
diberikan post-test harus diketahui. Untuk selanjutnya mean dari kedua kelompok
tersebut diuji dengan rumus :
(Sudjana, 1992: 239)
Dimana :
X1 , X2 = Mean kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
n1 , n2 = Jumlah subyek pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
s = Simpangan baku gabungan kedua kelompok
32
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 1983. Interaksi Belajar Mengajar Jilid I. Ujungpandang: FIP IKIP Ujungpandang
Ali, Muhammad 1995 Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 1987 Prosedur Penelitian cet. 3 Jakarta: Bina Aksara
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta:. PT. Grasindo.
Hadi, Sutrisno, 1988. Statistik Jilid 4. Yogyakarta: Andi Offset.
Hadi, Sutrisno. 1986. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamalik, Oemar 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: PT.Slnar Baru Algesindo .
Hamalik, Oemar 2002. Penddidikan Guru Bedasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. R-"mi Aksara.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasan, M. E. 2003. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kuswanto, 2004. Pengetahuan Sosial Geografi untuk Kelas 2 SMP dan MTS. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo.
Nasution, S .2000. Be/ajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nasution, S 2000. Didaktik Asas-asasAlengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nasution, S 2001. Asas-asas Kurikulum. Bandung: PT. Rineka Cipta Aditya Bakti
Nasution, S. 1995. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bruni Aksara.
Roestiyah ", 2001. Strategi Belajar lvfenajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
33
Roestiyah, 2001 Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soemantoi, W. 2002. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi. Jakarta: Bumi Aksara
Sujana. 1992. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.
Surakhmad, Winamo. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung
Suryabrata, Sumadi. 1987. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Syah Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya: Handung.
Tuwu, Alimuddin (Penertjemah). 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia
34