HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) … · Faktor-faktor K3 yang dianalisis adalah...
Transcript of HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) … · Faktor-faktor K3 yang dianalisis adalah...
HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)
Oleh
TRISNA LESTARI
H24103083
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ABSTRAK
Trisna Lestari. H24103083. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan (Studi kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor). Di bawah bimbingan Erlin Trisyulianti. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas utama suatu perusahaan, namun sayangnya tidak semua perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan. Potensi kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat besar yaitu terganggunya proses produksi dan perbaikan alat produksi yang rusak karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja karyawan.
PTPN VIII Gunung Mas menerapkan program K3 karena perusahaan menyadari bahwa setiap karyawan berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan sewaktu bekerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat yang dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun dan membesarkan usahanya.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengkaji penerapan program K3, (2) Mengkaji produktivitas kerja karyawan, dan (3) Menganalisis hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Faktor-faktor K3 yang dianalisis adalah pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin, serta peningkatan kesadaran K3. Penelitian dilakukan di bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas selama tiga bulan, yaitu dari bulan Januari-Maret 2007. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner, wawancara dan pengamatan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis hubungan. Analisis hubungan antara penerapan K3 dengan produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan metode uji korelasi Rank Spearman dengan menggunakan software SPSS 13.0 for windows.
Berdasarkan persepsi responden rataan skor untuk penerapan K3 sebesar 0,366 sedangkan rataan skor untuk produktivitas kerja karyawan sebesar 0,372. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor K3 yang diuji memiliki hubungan yang positif, sangat nyata dan berkorelasi kuat dengan produktivitas kerja karyawan dengan nilai korelasi sebesar 0,743.
HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
TRISNA LESTARI
H24103083
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
(Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
TRISNA LESTARI
H24103083
Menyetujui, Mei 2007
Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 4 Mei 2007 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 29 Juli 1985. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan H. Maman Suparman dan
Hj. Elly Nurlela.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Melati pada tahun 1991,
kemudian melanjutkan ke SD Negeri Pasir Hayam tahun 1991-1997. Sejak tahun
1997-2000 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cianjur,
kemudian pada tahun 2000-2003 melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2
Cianjur dan masuk program IPA. Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama masa studi penulis aktif sebagai staf Direktorat Administrasi,
Keuangan dan Kesekretariatan (AK2) Centre of Management (COM@) periode
2004/2005, panitia di beberapa kegiatan kampus, peserta seminar dan pelatihan.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi yang berjudul “Hubungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja Karyawan
(Studi Kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor) di bawah
bimbingan Erlin Trisyulianti S.TP., M.Si.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hendaknya kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja
Karyawan (Studi kasus : Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor).
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas
utama dalam suatu perusahaan, namun sayangnya tidak semua perusahaan
memahami akan arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana cara
mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan. Potensi
kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat besar diantaranya
yaitu terganggunya proses produksi dan perbaikan alat produksi yang rusak
karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan kesempatan mendapatkan
keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja karyawan. Memperhatikan hal
tersebut, maka penerapan K3 dalam suatu perusahaan perlu dikaji karena
penerapan K3 dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga
produktivitas perusahaan juga akan meningkat.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang-orang dan lembaga yang secara langsung maupun
tidak langsung telah memberikan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini, yaitu :
1. Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis.
2. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Eko Rudy Cahyadi, S.Hut, MM atas
kesediaannya untuk menjadi dosen penguji.
3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen,
seluruh staf dosen pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM
IPB.
4. Ir. Dedi Kusramdani selaku Sinder pabrik PTPN VIII Gunung Mas, pak Dudi,
ibu Henny, pak Dadan, mas Wawan dan staf-staf lainnya yang selalu
memberikan pengarahan kepada penulis selama penelitian berlangsung.
5. Kedua orang tuaku H. Maman Suparman dan Hj. Elly Nurlela yang telah
membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang. Terima kasih telah
menjadi orang tua yang terbaik untukku.
6. Kakak-kakakku (Kang Indra, Teh Indri, Kak Ayep dan Teh Iis) dan
keponakanku yang lucu-lucu (Zahra dan Razan) atas doa, kasih sayang yang
selalu mengiringi serta semangat yang tiada henti.
7. Keluarga Agus Sukarman S.Ip atas doa, kasih sayang dan dukungannya.
8. Rama Ramdani Wijaya atas kasih sayang, doa, pengertian dan dukungannya.
9. Teman-teman satu bimbingan (Riri, Tata, Yudi dan Kak Aldi) dan
teman-teman seperjuangan (Irma, ipeh dan Indras) atas segala semangat,
dukungan, doa, serta tawa canda yang mewarnai perjuangan kita.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani (Nunu, Meza, Vebby dan Nadya)
dan teman-teman manajemen 40 untuk kebersamaan selama empat tahun ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh
penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Mei 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ................................................................................iii
KATA PENGANTAR ............................................................................iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................vi
DAFTAR TABEL .................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan ................................................................................. 5
2.1.1. Pengertian ......................................................................... 5 2.1.2. Faktor-faktor Kecelakaan ................................................. 5 2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................. 8 2.2.1. Pengertian ......................................................................... 8 2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..................... 10 2.2.3. Sistem Manajemen K3 .................................................... 11 2.2.4. Program K3 ..................................................................... 12 2.2.5. Landasan Hukum K3 ...................................................... 15 2.3. Produktivitas ............................................................................. 16 2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................. 18
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran .................................................................. 19 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 22 3.3. Pengumpulan Data ..................................................................... 22 3.4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 22 3.4.1. Uji Validitas .................................................................... 22 3.4.2. Uji Reliabilitas ................................................................ 23 3.4.3. Skala Likert ..................................................................... 24 3.4.4. Analisis Data ................................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan.................................................... 29
4.1.1. Sejarah Perusahaan ......................................................... 29 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ................................................ 30
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... 30 4.1.4. Sumberdaya Manusia ...................................................... 31 4.1.5. Kegiatan Pengolahan Teh Hitam .................................... 31 4.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................... 35
4.3. Evaluasi K3 .............................................................................. 39 4.4. Analisis Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner ....... 40 4.4.1. Hasil Uji Validitas Kuisioner ........................................... 40 4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner ...................................... 41 4.5. Karakteristik Responden ............................................................ 41 4.5.1. Jenis Kelamin ................................................................... 41 4.5.2. Usia .................................................................................. 42 4.5.3. Tingkat Pendidikan .......................................................... 42 4.5.4. Masa Kerja ...................................................................... 43
4.6. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..................... 44 4.6.1. Pelatihan Keselamatan ..................................................... 44 4.6.2. Publikasi Keselamatan ..................................................... 47 4.6.3. Kontrol Lingkungan Kerja ............................................... 49 4.6.4. Pengawasan dan Disiplin ................................................. 51 4.6.5. Peningkatan Kesadaran K3 .............................................. 54 4.6.6. Gambaran Umum K3 ...................................................... 56
4.7. Analisis Produktivitas Kerja ..................................................... 57 4.7.1. Kemauan Kerja ............................................................... 57 4.7.2. Kemampuan Kerja .......................................................... 58 4.7.3. Lingkungan Kerja ............................................................ 59 4.7.4. Kompensasi ...................................................................... 59 4.7.5. Jaminan Sosial.................................................................. 60 4.7.6. Hubungan Kerja ............................................................... 61 4.7.7. Gambaran Umum Produktivitas Kerja Karyawan .......... 61
4.8. Analisis Hubungan K3 dengan Produktivitas Kerja ................... 62
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 66 1. Kesimpulan ......................................................................................... 66 2. Saran .................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 68
LAMPIRAN ........................................................................................... 70
DAFTAR TABEL
1. Bobot nilai jawaban responden ............................................................... 24 2. Nilai skor rataan ...................................................................................... 25 3. Kriteria erat dan tidaknya hubungan antara variabel dan rentang nilai korelasi ......................................................................... 28 4. Jumlah karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas ............. 31 5. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach .......................................... 41 6. Hasil jawaban responden mengenai pelatihan keselamatan .................... 45 7. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan .................... 47 8. Hasil jawaban responden mengenai kontrol lingkungan kerja ............... 50 9. Hasil jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin ................ 52 10. Hasil jawaban responden mengenai peningkatan kesadaran K3 ............. 55 11. Faktor-faktor K3 bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas .............. 57 12. Hasil jawaban responden mengenai kemauan kerja ................................ 58 13. Hasil jawaban responden mengenai kemampuan kerja .......................... 58 14. Hasil jawaban responden mengenai lingkungan kerja ............................ 59 15. Hasil jawaban responden mengenai kompensasi .................................... 60 16. Hasil jawaban responden mengenai jaminan sosial ................................ 60 17. Hasil jawaban responden mengenai hubungan kerja .............................. 61 18. Produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas ......................................................................... 62 19. Hubungan faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja ......................... 63
No
DAFTAR GAMBAR
1. Biaya perusahaan akibat kecelakaan kerja ................................................ 6 2. Sistem model manajemen K3 ................................................................... 12 3. Kerangka pemikiran penelitian ................................................................. 20 4. Tahapan penelitian .................................................................................... 21 5. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin .................................. 42 6. Karakteristik responden berdasarkan usia ................................................. 42 7. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ......................... 43 8. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja ...................................... 43
No Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner penelitian ................................................................................. 70 2. Struktur organisasi PTPN VIII Gunung Mas ............................................ 74 3. Diagram proses pengolahan teh hitam CTC ............................................ 76 4. Penerapan K3 di PTPN VIII Gunung Mas ................................................ 77 5. Uji validitas kuisioner ............................................................................... 79 6. Uji reliabilitas kuisioner ............................................................................ 81 7. Hasil uji korelasi Rank Spearman ............................................................. 83
No Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk
mengoptimalkan seluruh sumberdaya yang dimiliki dalam menghasilkan
produk berkualitas tinggi agar mampu bertahan dalam persaingan dengan
perusahaan lain. Kualitas produk yang dihasilkan tidak terlepas dari peranan
sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi
dalam perusahaan seperti modal, mesin dan material dapat bermanfaat
apabila telah diolah oleh sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia sebagai
tenaga kerja tidak terlepas dari masalah-masalah yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja. Hal ini berkaitan dengan
perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja maupun
lingkungan kerja. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan
kesimpulan, setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal, setara dengan satu
orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang
meninggal dua kali lebih banyak dibandingkan wanita, karena mereka lebih
mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan kecelakaan di
tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena
sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun
(ILO, 2003 dalam Suardi, 2005).
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata-mata
tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab semua
pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Berdasarkan
PEMNAKER 05/MEN/1996, perusahaan yang memperkerjakan tenaga
kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan mempunyai potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program
yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan
antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuan dari
dibuatnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya menjadi prioritas
utama dalam suatu perusahaan, namun sayangnya tidak semua perusahaan
memahami akan arti pentingnya K3 dan mengetahui bagaimana cara
mengimplementasikannya dengan baik dalam lingkungan perusahaan.
Potensi kerugian perusahaan akibat lemahnya implementasi K3 sangat besar
diantaranya yaitu terganggunya proses produksi dan perbaikan alat produksi
yang rusak karena kecelakaan kerja serta perusahaan kehilangan kesempatan
mendapatkan keuntungan karena rendahnya produktivitas kerja karyawan.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benar-benar menjaga
keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan
dan pimpinan perusahaan. Perkebunan teh Gunung Mas merupakan unit
produsen teh hitam CTC (Crushing, Tearing, Curling) yang telah
memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dan HCCP (Hazard Critical Control
Point). PTPN VIII Gunung Mas menerapkan K3 karena perusahaan
menyadari bahwa setiap karyawan berhak untuk mendapatkan jaminan
keselamatan dan kesehatan sewaktu bekerja. Perlindungan tenaga kerja dari
bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat
dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja
produktif, sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan meningkat
yang dapat mendukung keberhasilan bisnis perusahaan dalam membangun
dan membesarkan usahanya. Memperhatikan hal tersebut, maka penerapan
K3 dalam suatu perusahaan perlu dikaji karena penerapan K3 dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga produktivitas
perusahaan juga akan meningkat.
1. 2. Perumusan Masalah
Penerapan K3 yang baik disamping memberikan perlindungan
terhadap kecelakaan kerja dan mencegah kerugian yang besar bagi
perusahaan, juga akan meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja.
Karyawan akan merasa diperhatikan oleh perusahaan, sehingga sebagai
imbalannya merekapun akan bekerja dengan lebih baik. Atas dasar tersebut
rumusan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan program K3 di bagian pengolahan PTPN VIII
Gunung Mas, Bogor?
2. Bagaimana gambaran produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan
PTPN VIII Gunung Mas, Bogor?
3. Bagaimana hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja
karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor?
1. 3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji penerapan program K3 di bagian pengolahan PTPN VIII
Gunung Mas, Bogor.
2. Mengkaji produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII
Gunung Mas, Bogor.
3. Menganalisis hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja
karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas.
1. 4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
2. Menambah wawasan dan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya
yang mengambil tema tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
1. 5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih terarah
dan mudah dipahami, mencakup masalah :
1. Penelitian ini dilakukan di PTPN VIII Gunung Mas, Bogor yang
difokuskan pada bagian pengolahan.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dianalisis meliputi lima
faktor yaitu : pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol
lingkungan kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran
K3.
3. Produktivitas kerja karyawan yang dikaji adalah produktivitas kerja
karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor yang
meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Kecelakaan
2. 1. 1. Pengertian
Kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak
dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah
diatur (Sulaksmono dalam Santoso, 2004).
Menurut Sugeng (2005), kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan
terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya
kerja.
2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu
kecelakaan yang terjadi diluar tempat kerja yang berkaitan dengan
adanya hubungan kerja.
Keadaan hampir celaka (near-accident) adalah suatu kejadian
atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang
sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses (Sugeng, 2005).
Kecelakaan terjadi tanpa diduga dan tidak diharapkan tetapi
kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan ini
menurut Bennett NBS dalam Santoso (2004) merupakan tanggung
jawab para manajer lini, penyelia, mandor, kepala dan juga kepala
urusan.
2. 1. 2. Faktor-faktor Kecelakaan
Teori Domino Heinrich (1931) dalam Suardi (2005)
menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera
terdapat lima faktor yang secara berurutan digambarkan sebagai lima
domino yang berdiri sejajar, yaitu : kebiasaan, kesalahan seseorang,
perbuatan dan kondisi tak aman (hazard), kecelakaan serta cedera.
Heinrinch mengemukakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
kuncinya adalah dengan memutuskan rangkaian sebab-akibat.
Misalnya, dengan membuang hazard satu domino diantaranya.
Frank E. Bird Peterson (1967) dalam Suardi (2005)
memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori
manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan
yaitu : manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan
kerugian. Birds mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan
kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Setiap satu kecelakaan berat disertai
oleh 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan yang
menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir
celaka. Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja
dengan membandingkan biaya langsung dan biaya tak langsung adalah
1 : 5 – 50, dan digambarkan sebagai gunung es dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Biaya Perusahaan Akibat Kecelakaan Kerja (Bird, 1967)
Menurut Bennett dalam Santoso (2004) terdapat empat faktor
bergerak dalam satu kesatuan berantai yang dapat menyebabkan
kecelakaan, yaitu : lingkungan, peralatan, bahaya dan manusia.
Ada beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara, 2001)
diantaranya yaitu :
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya
yang kurang diperhitungkan keamanannya.
b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a) Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik.
b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b) Ruang kerja yang kurang cahaya.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b) Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang
baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a) Kerusakan alat indera dan stamina pegawai yang tidak stabil.
b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang
rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah,
motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh dan kurang
pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas
kerja yang membawa resiko bahaya.
Menurut Dessler (1997), ada tiga alasan dasar kecelakaan di
tempat kerja yaitu :
1. Kejadian yang bersifat kebetulan.
2. Kondisi tidak aman :
a. Peralatan pelindung yang tidak memadai.
b. Peralatan rusak.
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin
atau peralatan.
d. Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh.
e. Penerangan yang tidak memadai.
f. Ventilasi tidak memadai.
3. Tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan :
a. Membuang bahan-bahan
b. Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman.
c. Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik.
d. Menggunakan peralatan yang tidak aman.
e. Menggunakan prosedur yang tidak aman.
f. Mengambil posisi tidak aman.
g. Mengangkat secara tidak tepat.
h. Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih,
dan permainan kasar.
2. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. 2. 1. Pengertian
Berdasarkan pendapat Leon C. Megginson (1981:364) dalam
Mangkunegara (2001) istilah keselamatan mencakup kedua istilah
resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan kerja
menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan
merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan
pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan
perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang
membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental,
emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko
kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang
bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang
dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.
Keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologis-
fisikal meliputi penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja seperti cedera,
kehilangan nyawa atau anggota badan. Kondisi-kondisi psikologis
diakibatkan oleh stres pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas
rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap menarik diri, kurang
perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan
untuk mudah putus asa terhadap hal-hal yang remeh. (Rivai, 2006)
Kesehatan kerja menurut Darmanto (1999) merupakan
spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan
usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta
terhadap penyakit umum. Status sehat seseorang menurut Blum (1981)
dalam Sugeng (2005) ditentukan oleh empat faktor yaitu :
1) Lingkungan, berupa lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial
budaya.
2) Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan dan tingkah laku
3) Pelayanan kesehatan, meliputi : promotif, preventif, perawatan,
pengobatan, pencegahan kecacatan dan rehabilitasi
4) Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Keselamatan kerja menurut American Society of Safety
Engineers (ASSE) dalam Sugeng (2005) diartikan sebagai bidang
kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang
ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.
2. 2. 2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2001), tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya dan seefektif mungkin.
3. Semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
gizi pegawai.
5. Meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
7. Setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Menurut Rivai (2006), tujuan dan pentingnya keselamatan
kerja meliputi :
1. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari
kerja yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih
berkomitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang
lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat
dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya
citra perusahaan.
Perusahaan yang dapat menurunkan tingkat dan beratnya
kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan
dengan stres serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja
para pekerjanya, maka perusahaan tersebut akan semakin efektif
(Rivai, 2006).
Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2001)
adalah sebagai berikut :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.
2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang
bekerja pada lingkungan yang berbahaya.
3. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penerangan yang
cukup dan menyejukkan serta mencegah kebisingan.
4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya
penyakit.
5. Memelihara kebersihan, ketertiban dan keserasian lingkungan
kerja.
6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja
pegawai.
2. 2. 3. Sistem Manajemen K3
Pendekatan sistem pada manajemen K3 dimulai dengan
mempertimbangkan tujuan keselamatan kerja, teknik dan peralatan
yang digunakan, proses produk dan perencanaan tempat kerja
(Mangkunegara, 2001). Sistem manajemen K3 adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya lingkungan kerja
yang aman, efisien dan produktif ( Santoso, 2004).
Tujuan sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja, yang
terintegrasi dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tenaga kerja yang sehat, aman,
efisien dan produktif (Sugeng, 2005).
Gambar 2. Sistem model manajemen K3 (Pemnaker 05/MEN/1996)
2. 2. 4. Program K3
Menurut Suardi (2005), program manajemen tentang
keselamatan dan kesehatan kerja meliputi :
a. Kepemimpinan dan administrasinya.
b. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terpadu.
c. Pengawasan.
d. Analisis pekerjaan dan procedural.
e. Penelitian dan analisis pekerjaan.
f. Latihan bagi tenaga kerja.
g. Pelayanan kesehatan kerja.
h. Penyediaan alat pelindung diri.
i. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
j. Sistem pemeriksaan.
k. Laporan dan pendataan.
Berikut ini adalah program K3 dari International Loss Control
Institute (ILCI) atau Det Norske Veritas (DNV), yaitu :
1. Kepemimpinan dan administrasi (Leadership and
administration).
2. Pelatihan kepemimpinan (Leadership training).
Perbaikan berlanjut
Komitmen dan kebijaksanaan
Perencanaan
Penerapan Pengukuran dan evaluasi
Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen
3. Inspeksi dan perawatan terencana (Planned inspections and
maintenance).
4. Prosedur dan analisa tugas krisis (Critical task analysis and
procedures).
5. Penyelidikan kecelakaan atau insiden (Accident/incident
investigation).
6. Observasi atau pemantauan tugas (Task observation).
7. Kesiagaan menghadapi keadaan darurat (Emergency
Preparedness).
8. Peraturan dan izin kerja (Rules and work permits).
9. Analisa kecelakaan/insiden (Accident/incedent analysis).
10. Pelatihan pengetahuan dan keterampilan (Knowledge and skill
training).
11. Alat pelindung keselamatan diri (Personal protective equipment).
12. Pengontrolan kesehatan dan kebersihan (Health and hygiene
control).
13. Evaluasi sistem (System evaluation).
14. Pengelolaan rekayasa dan perubahan (Engineering and change
management).
15. Komunikasi perorangan (Personal communications).
16. Komunikasi kelompok (Group communications).
17. Promosi umum (General promotion).
18. Penerimaan dan penempatan pegawai (Hiring and placement).
19. Pengelolaan barang dan jasa (Material and services
management).
20. Keselamatan diluar jam kerja (Off the job safety).
Semua program K3 ini harus dikontrol implementasinya secara
periodik, baik secara intern maupun secara ekstern (Sugeng, 2005).
Ada dua aspek yang digunakan untuk mengatasi masalah K3, yaitu
Safety Psychology dan Industrial Clinical Psychology (Miner dalam
Ilham, 2002). Safety Psychology menitikberatkan pada usaha
mencegah kecelakaan itu terjadi, dengan meneliti kenapa dan
bagaimana kecelakaan terjadi. Industrial Clinical Psychology
menitikberatkan pada kinerja karyawan yang menurun, sebab-sebab
penurunan dan bagaimana mengatasinya.
Faktor-faktor dari kedua aspek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Safety Psychology terdiri dari enam faktor, yaitu :
1) Laporan dan Statistik Kecelakaan
Laporan dan statistik mengenai jumlah kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja. Dengan adanya laporan dan statistik kecelakaan
kerja, perusahaan akan memiliki gambaran mengenai potensi
terjadinya kecelakaan kerja dan cara mengantisipasinya.
2) Pelatihan Keselamatan
Pelatihan yang diadakan perusahaan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
3) Publikasi dan Kontes Keselamatan
Publikasi keselamatan kerja bertujuan untuk mengingatkan
memotivasi karyawan agar menyadari akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja. Kontes keselamatan kerja
bertujuan untuk memotivasi karyawan agara selalu menerapkan
K3 sewaktu bekerja.
4) Kontrol terhadap Lingkungan Kerja
Kontrol lingkungan kerja bertujuan untuk melindungi
karyawan dari bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi
dan menciptakan kondisi atau lingkungan kerja yang aman dan
nyaman.
5) Inspeksi dan Disiplin
Inspeksi dan disiplin adalah pengawasan terhadap lingkungan
kerja dan perilaku kerja karyawan.
6) Peningkatan Kesadaran K3
Peningkatan kesadaran K3 merupakan usaha perusahaan dalam
mensukseskan program K3. Adanya komitmen yang kuat dan
perhatian yang besar dari manajemen perusahaan dapat
memotivasi karyawan untuk mengutamakan keselamatan dan
kesehatannya sewaktu bekerja.
b. Industrial Clinical Psychology terdiri dari dua faktor, yaitu :
1) Konseling
Pembimbingan yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan kembali motivasi kerja karyawan setelah
diketahui adanya penurunan produktivitas dari karyawan
tersebut.
2) Employee Assistance Program
Pembimbingan secara intensif yang dilakukan untuk
menangani berbagai macam masalah yang dihadapi karyawan
terutama yang berhubungan dengan perilaku karyawan.
2. 2. 5. Landasan Hukum K3
Dasar-dasar hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Indonesia telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri dan Surat Edaran (Sugeng, 2005), sebagai berikut :
1. Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/2003
2. UUD 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2
3. Undang-undang Keselamatan Kerja No.1/1970
4. Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992
5. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja No.14/1993
6. Keputusan Presiden tentang Penyakit yang timbul Karena
Hubungan Kerja No.22/1993
7. Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja No.7/1964
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
No.2/1980
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Kewajiban melaporkan
Penyakit Akibat Kerja No.1/1981
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja No.3/1982
11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor fisika di
tempat kerja No.51/1999
12. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor kimia di
udara lingkungan kerja No.1/1997.
2. 3. Produktivitas
Produktivitas mempunyai beberapa pengertian, secara filosofis
produktivitas mempunyai pengertian sebagai sikap mental yang selalu
berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini (Umar, 2003). Secara umum
produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input).
Produktivitas kerja merupakan hal yang sangat menarik karena
mengukur hasil kerja manusia dengan segala masalahnya. Pengukuran
produktivitas kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per
orang per jam kerja diterima secara luas, namun dari sudut pandang atau
pengawasan harian, pengukuran tersebut pada umumnya tidaklah
memuaskan, karena adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk
memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu digunakan
metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun), pengeluaran
diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah
kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya
yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Produktivitas kerja dipengaruhi
oleh beberapa faktor dan dapat dilihat dari kemauan kerja yang tinggi,
kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang
nyaman, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum,
jaminan sosial yang memadai, dan hubungan kerja yang harmonis
(Sinungan, 2005).
Menurut Simanjuntak dalam Umar (2003) faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kualitas dan kemampuan fisik pekerja yang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan
fisik pekerja yang bersangkutan.
2. Sarana pendukung kerja mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan
tenaga kerja. Lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi,
sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja serta suasana dalam lingkungan itu sendiri, sedangkan
kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem pengupahan dan
jaminan sosial serta jaminan kelangsungan kerja.
3. Supra sarana, meliputi kebutuhan pemerintah, hubungan industrial dan
kemampuan dalam mencapai sistem kerja yang optimal.
Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah dalam Umar
(2003) ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja,
yaitu :
a. Sikap kerja.
b. Tingkat keterampilan.
c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan.
d. Manajemen produktivitas.
e. Efisiensi tenaga kerja.
f. Kewiraswastaan.
Menurut Dewan Produktivitas Nasional, faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas pada tingkat mikro dibagi menjadi dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : produk,
pabrik dan perlengkapannya, teknologi, sumberdaya manusia, manajemen,
sistem organisasi, metode kerja, bahan dan energi. Sedangkan faktor
eksternal meliputi : kebijaksanaan pemerintah, kondisi politik, sosial,
ekonomi dan hankam serta tersedianya sumberdaya alam.
2. 4. Penelitian Terdahulu
Ilham (2002) melakukan penelitian tentang Hubungan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT. Good
Year Indonesia. Dalam penelitiannya Ilham menggunakan uji korelasi Rank
Spearman. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai korelasi yang
didapat semuanya bernilai positif, nyata dan berkorelasi kuat. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap faktor K3 yang diteliti mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap peningkatan motivasi kerja karyawan sehingga
perubahan-perubahan yang nyata akan menyebabkan perubahan pada tingkat
motivasi karyawan.
Mahardika (2005) melakukan penelitian tentang Pengaruh
Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. PLN
(Persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat pengatur Beban (UBS
P3B) region Jawa Timur dan Bali. Analisis data dengan menggunakan
analisis regresi berganda dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
program K3 mempunyai pengaruh postitif terhadap kinerja karyawan
sehingga penerapan program K3 yang baik akan meningkatkan kinerja
karyawan.
Hasil penelitian Saputra (2004) mengenai Analisis Pengaruh Sistem
Kompensasi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Departemen Produksi
PT. Unitex Tbk. Bogor dengan menggunakan analisis korelasi Rank
Spearman menunjukkan bahwa semua variabel sistem kompensasi finansial
dan non finansial berhubungan positif dengan variabel produktivitas kerja
karyawan. Komponen-komponen kompensasi yang dikaji adalah gaji, upah
lembur, tunjangan, bonus, seragam kerja, fasilitas, kondisi fisik, lingkungan
kerja, cuti/izin khusus, Jamsostek dan program K3.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PTPN VIII Gunung Mas adalah salah satu perusahaan yang telah
menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini menunjukkan
bahwa PTPN VIII Gunung Mas sangat memperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja karyawannya. Setelah melakukan kesepakatan dengan pihak
manajemen PTPN VIII Gunung Mas, ditetapkan hanya lima faktor
keselamatan kerja yang dapat dianalisis yaitu : pelatihan keselamatan,
publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja, pengawasan dan
disiplin, serta peningkatan kesadaran K3. Sedangkan produktivitas kerja
dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan yang terdiri dari kemauan kerja, kemampuan kerja, lingkungan
kerja, kompensasi, jaminan sosial dan hubungan kerja. Penelitian diawali
dengan mengetahui bagaimana penerapan program K3 di PTPN VIII
Gunung Mas melalui wawancara langsung, pengamatan dan beberapa
dokumen perusahaan. Penelitian dilakukan pada divisi yang berkaitan
dengan penerapan K3 yaitu bagian pengolahan. Karyawan dibagian
pengolahan dituntut memiliki produktivitas kerja yang tinggi karena di
bagian ini kualitas produk ditentukan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dengan menggunakan
uji korelasi Rank Spearman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja karyawan. Dengan
adanya program K3 karyawan merasa aman dan nyaman dalam
menyelesaikan pekerjaannya sehingga diharapkan produktivitas kerja
karyawan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka
pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan tahapan penelitian
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penerapan Program K3
Faktor-faktor K3 : 1. Pelatihan Keselamatan 2. Publikasi Keselamatan
Kerja 3. Kontrol Lingkungan Kerja 4. Pengawasan dan Disiplin 5. Peningkatan Kesadaran K3
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja : 1. Kemauan Kerja 2. Kemampuan Kerja 3. Lingkungan Kerja 4. Kompensasi 5. Jaminan Sosial 6. Hubungan Kerja
Adanya rasa aman dalam bekerja sehingga produktivitas kerja karyawan
meningkat
Hubungan antara program K3 dengan produktivitas kerja
Produktivitas Kerja Karyawan
Bagian Pengolahan
PTPN VIII Gunung Mas
TIDAK
YA
Gambar 4. Tahapan Penelitian
Penentuan Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah
Penentuan Obyek Penelitian
Penentuan Topik Penelitian
Pra Penelitian
Teknik pengambilan sampel dan pengumpulan data : • Metode sensus • Wawancara • Studi Pustaka
Metode dan Analisis Data • Analisis deskriptif • Metode Uji Korelasi
Rank Spearman
Penyusunan Kuisioner
Uji Coba Kuisioner Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
OK
3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PTPN VIII Gunung Mas atas dasar
pertimbangan bahwa PTPN VIII Gunung Mas telah menerapkan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan kesediaan dari perusahaan
untuk dijadikan tempat penelitian. Pelaksanaan penelitian selama tiga bulan
dari bulan Januari sampai Maret 2007.
3. 3. Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu, data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan,
penyebaran kuisioner dan wawancara langsung kepada para karyawan
divisi pengolahan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi literatur, baik dari tulisan, referensi
yang relevan, data dari perusahaan maupun sumber-sumber lain yang
menunjang penelitian. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan,
struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, faktor-faktor K3
dan produktivitas karyawan.
Responden yang dipilih adalah para karyawan pada bagian
pengolahan. Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah total
sampling, yaitu mengambil sampel dari seluruh populasi karyawan pada
bagian pengolahan yang berjumlah 75 orang karyawan.
3. 4. Pengolahan dan Analisis Data
3. 4.1. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi 1989).
Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai
berikut (Umar, 2002) :
a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur,
yaitu dengan cara :
1. Mencari definisi dan rumusan konsep serta literatur
2. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan
konsep yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan
dengan para ahli lain. Pendapat para ahli lain ini kemudian
disarikan kedalam bentuk rumusan yang operasional.
3. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian
mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari
jawaban yang diperoleh peneliti membuat kerangka konsep
dan membuat pertanyaan operasional.
4. Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian
mengenai aspek-aspek konsep yang menyusun pertanyaan
yang operasional.
b. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden.
c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
d. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan atau
pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus
Product Moment, yaitu :
( ) ( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNr ……………..............…(1)
Keterangan :
N = Jumlah responden X = Skor masing-masing pernyataan Y = Skor total
e. Tahap selanjutnya membandingkan angka korelasi yang diperoleh
dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai r > r tabel,
maka pernyataan tersebut valid atau signifikan dalam penelitian
ini, angka kritik tabel korelasi untuk nilai r adalah r (N-2; α).
3. 4. 2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui kekonsistenan,
keterandalan dan kestabilan alat ukur didalam mengukur gejala yang
sama (Umar, 2002). Pengukuran dilakukan dengan uji reliabilitas
teknik Alpha Cronbach, yaitu teknik pengukuran dengan mencari
reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan
rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 10-100 atau
bentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya dapat dilakukan
dengan dengan menggunakan koefisien alpha (α) dari Cronbach.
Rumus ini dapat ditulis sebagai berikut :
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= ∑
2
2
11 11 t
bK
Krσ
σ............................................................... (2)
Dimana :
r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan σ2
t = varian total Σσ2
b = jumlah varian butir
Rumus varian yang digunakan :
( )
nnX
X∑ ∑−=
22
2σ ................................................................... (3)
Dimana : n = jumlah responden X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
3. 4. 3. Skala Likert
Skala pengukuran yang digunakan pada setiap jawaban
responden adalah dengan Skala Likert. Cara penilaian terhadap hasil
jawaban kuesioner dengan Skala Likert dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bobot Nilai Jawaban Responden Jawaban responden Bobot nilai
Sangat setuju/Sangat mengetahui/Sangat baik 5
Setuju/Mengetahui/Baik 4
Cukup setuju/Cukup mengetahui/Cukup baik 3
Tidak setuju/Tidak mengetahui/Kurang 2
Sangat tidak setuju/Sangat tidak mengetahui/Sangat kurang
1
3. 4. 4. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang diarahkan
untuk menjelaskan data secara umum dengan menggunakan
persentase dan rataan yang disajikan dalam bentuk tabel dan
kemudian diinterpretasikan. Faktor-faktor K3 dan produktivitas kerja
karyawan dibagi menjadi lima kategori. Masing-masing kategori
ditentukan berdasarkan rumus rentang kriteria (Umar, 2003) yaitu :
Rs = m
m )1( − .................................................................(4)
dimana : m = jumlah alternatif jawaban tiap item
(5 – 1)
5
Rs = 0,8
Nilai skor rataan dihasilkan dari perkalian antara bobot nilai
jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban responden,
kemudian dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai skor
rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki rentang
skala yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2 Nilai Skor Rataan Skor Rataan Keterangan 1,00 – 1,80 Sangat buruk 1,90 – 2,60 Buruk 2,70 – 3,40 Cukup baik 3,50 – 4,20 Baik 4,30 – 5,00 Sangat Baik
Menurut Pratisto (2004) korelasi Rank Spearman digunakan
untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu
dengan variabel yang lain berdasarkan rankingnya, termasuk dalam
statistik non-parametik. Metode uji korelasi Rank Spearman
digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non-parametrik
khususnya untuk data ordinal yaitu data yang mempunyai skala
pengukuran berjenjang.
Rs =
)1(6
1 2
2
−−= ∑
nnd
r is
22
222
.2 ∑∑∑ ∑ ∑−+
=yx
dyxr i
s
Tahapan kerja pengolahan data kuesioner menggunakan korelasi
Rank Spearman adalah sebagai berikut (Umar, 2003) :
1. Memberi skor pada masing-masing jawaban responden
berdasarkan bobot tertentu pada setiap jawaban dengan skala
Likert.
2. Memindahkan jawaban dari lembar kuesioner ke lembar tabulasi
dan menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan
program komputer Microsoft Excel.
3. Memindahkan data ke lembar kerja untuk diolah dan dianalisis
dengan menggunakan program komputer SPSS 13 for windows,
menggunakan model uji korelasi pada statistik non parametrik
khusus data ordinal, yaitu data yang mempunyai skala
pengukuran berjenjang dan merupakan pengamatan dari variabel
X dan variabel Y. Rumus koefisien korelasi Rank Spearman
yang digunakan adalah sebagai berikut :
................................................................(5)
Keterangan :
sr = Koefisien korelasi Rank Spearman
2id = Selisih antara peringkat X dan Y
n = Jumlah sampel
Bila banyak terdapat angka bernilai sama, maka rumus yang
digunakan adalah:
..............................................................(6)
dimana :
∑∑ −−
= xTnnx12
32
∑∑ −−
= yTnny12
32
12
3xx
xttT −
=∑
12
3yy
y
ttT
−=∑
Keterangan :
T = Faktor koreksi.
xt = Banyaknya observasi untuk X tertentu yang sama.
yt = Banyaknya observasi untuk Y tertentu yang sama.
Besarnya nilai r terletak antara -1 < r < 1, artinya :
r = +1 Hubungan X dan Y sempurna positif ( mendekati 1,
hubungan sangat kuat dan positif ).
r = -1 Hubungan X dan Y sempurna negatif ( mendekati -1,
hubungan sangat kuat dan negatif ).
r = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada
hubungan.
Pengujian signifikansi koefisien korelasi Rank Spearman pada
taraf nyata tertentu adalah membandingkan nilai – p (probability-
value) dengan taraf nyata atau α yang digunakan. Kriteria keputusan
adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai – p < 0,05 , maka korelasi nyata pada α = 0,05
2. Jika nilai – p < 0,01 , maka korelasi nyata pada α = 0,01 (sangat
nyata)
Koefisien korelasi Rank Spearman (rs) menunjukkan kuat
tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Skala hubungan
kedua peubah berdasarkan batasan champion yang digunakan untuk
mengkategorikan nilai rs yaitu sebagai berikut :
1. 0,00 sampai 0,25 atau 0,00 sampai -0,25 disebut no association,
yaitu kondisi yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara
variabel X dan variabel Y.
2. 0,26 sampai 0,50 atau -0,26 sampai -0,50 disebut moderately low
association, yaitu kondisi yang menunjukkan hubungan yang
lemah antara variabel X dan variabel Y.
3. 0,51 sampai 0,75 atau -0,51 sampai -0,75 disebut moderately
high association, yaitu kondisi yang menunjukkan adanya
hubungan yang agak kuat antara variable X dan varibel Y.
4. 0,76 sampai 1,00 atau -0,76 sampai -1,00 disebut sebagai high
association yaitu kondisi yang menunjukkan hubungan yang kuat
antara variabel X dan variabel Y.
Tabel 3. Kriteria erat dan tidaknya hubungan antara variabel dan rentang nilai korelasi
Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 - <0,20 Sangat rendah
0,20 - <0,40 Rendah
0,40 - <0,60 Sedang
0,60 - <0,80 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0 : Program K3 tidak berhubungan dengan produktivitas kerja
karyawan
H1 : Program K3 berhubungan dengan produktivitas kerja karyawan
Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 0,01 (1%). Angka ini
dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara
dua variabel dan cukup banyak digunakan dalam penelitian tentang
ilmu-ilmu sosial. Hasil perbandingan nilai r hitung tersebut
dikonsultasikan dengan tabel r yang digunakan dalam memutuskan
apakah pendapat diterima atau ditolak. Kriteria pengujian hubungan
observasi ( H0 ) adalah sebagai berikut :
Tolak H0 jika r hitung > r tabel
Tolak H1 jika r hitung < r tabel
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PTPN VIII Gunung Mas didirikan pada tahun 1910 oleh
sebuah maskapai Perancis dengan nama “Goenoeng Mas Prancoise
Nederlandise De Culture Et De Commerce”. Pada tahun 1954
pengelolaannya dialihkan kepada perusahaan Belanda, yaitu “NV.
Tiedemen K Van Kerchem (TVK)” yang mempunyai kantor pusat di
Bandung. Pada tahun 1958 perkebunan Gunung Mas diambil alih
oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dimasukkan dalam PPN
Baru Kesatuan Jabar II. Pada tahun 1963 diadakan reorganisasi dan
perkebunan Gunung Mas dimasukkan dalam PPN Antan VII. Mulai
tanggal 1 Agustus 1971 status PNP XII berubah nama yaitu PT
Perkebunan XII (Persero). Selanjutnya terhitung mulai tanggal 11
Maret 1996, PT Perkebunan XII berubah nama menjadi PT
Perkebunan Nusantara VIII (penggabungan dari PTP XI, PTP XII
dan PTP XIII).
PTPN VIII Gunung Mas merupakan salah satu unit usaha
PTPN VIII yang berlokasi di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Lokasi Perkebunan Gunung Mas terdiri dari tiga daerah
pertanaman (Afdeling), yaitu Gunung Mas I (Afdeling I), Gunung
Mas II (Afdeling II) dan Cikopo Selatan I (Afdeling III). Kantor
induk dan pabrik pengolahan berada di Gunung Mas I, sedangkan
kantor pusat berada di jalan Sindangsirna no 4 Bandung.
Bidang usaha dari PTPN VIII Gunung Mas adalah
membudidayakan dan mengolah komoditi hasil perkebunan berupa
teh dan kina. Pabrik pengolahan teh terdiri dari : unit pengolahan teh
hitam Crushing Tearing Curling (CTC) dan unit pengepakan teh
celup. Selain itu PTPN VIII Gunung Mas juga mengelola
Wisata Agro.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PTPN VIII Gunung Mas yaitu menjadi BUMN yang
tangguh dalam bidang agribisnis dan agroindustri untuk memuaskan
stakeholder (pelanggan, pemilik saham dan karyawan) serta peduli
dan berwawasan lingkungan.
Misi PTPN VIII Gunung Mas adalah sebagai berikut :
1. Sebagai BUMN mempunyai Misi :
a. Menghasilkan Devisa maupun Rupiah bagi Negara dengan
cara seefisien-efisiennya.
b. Memenuhi fungsi sosial, yang diantaranya berupa
pemeliharaan/penambahan lapangan pekerjaan bagi Warga
Negara Indonesia (WNI).
c. Memelihara kekayaan alam berupa pemeliharaan dan
peningkatan kesuburan tanah, sumber dan tata air serta
tanamannya.
2. Agent of Development (Wahana Pembangunan)
3. Pengabdian Kepada Masyarakat (pembinaan ekonomi lemah dan
koperasi)
Dalam hal ini perusahaan telah melaksanakan peningkatan
kesejahteraan tidak hanya terbatas bagi karyawan, akan tetapi
masyarakat di sekitarnya, antara lain pengolahan Wisata Agro,
bantuan kepada ekonomi lemah dan koperasi.
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Perkebunan Gunung Mas dipimpin oleh seorang administratur
yang bertanggung jawab kepada direksi PTPN VIII. Administratur
dalam menjalankan tugasnya menggunakan sistem organisasi garis
yang membagi kekuasaan di dalam setiap tingkat. Kekuasaan
didelegasikan menjadi suatu tanggungjawab bagi pemegangnya,
sekaligus memberikan wewenang untuk menentukan kebijakan tugas
yang dibebankan.
Pelaksanaan tugas Administratur sehari-hari dibantu oleh
seorang Sinder Kepala, seorang Sinder Tata Usaha Kantor (TUK),
seorang Sinder Pabrik/Pengolahan, seorang Sinder Teknik, seorang
Sinder Wisata Agro dan tiga orang Sinder Afdeling. Struktur
organisasi PTPN VIII Gunung Mas untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Lampiran 2.
4.1.4. Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia adalah faktor yang paling berperan dalam
proses produksi atau pengolahan. Oleh karena itu, dibutuhkan tenaga
kerja yang berkualitas dengan memiliki keahlian, keterampilan dan
disiplin kerja yang tinggi disetiap unit kerja perusahaan. Tenaga
kerja yang berkualitas akan berdampak pada produktivitas kerja yang
meningkat yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas
perusahaan. Tenaga kerja yang ada di PTPN VIII Gunung Mas pada
umumnya berasal dari sekitar perkebunan, yang memiliki kriteria
kerja dari pekerja kasar sampai pekerja untuk proses produksi,
kecuali beberapa orang staf yang direkrut dari kantor pusat PTPN
VIII di Bandung. Karyawan yang dimiliki PTPN VIII Gunung Mas
terdiri dari karyawan tetap dan karyawan borongan. Jumlah
karyawan PTPN VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah karyawan PTPN VIII Gunung Mas bulan Februari tahun 2007
Bagian Karyawan Tetap (orang)
Karyawan Borongan (orang)
Kantor Induk Wisata Agro Pengolahan Teknik Gunung Mas I Gunung Mas II Cikopo Selatan Staf/Pimpinan
49 63 57 46 196 151 184 11
7 25 18 11 105 77 85 -
Jumlah 757 328 Sumber : Bagian TUK PTPN VIII Gunung Mas, Februari 2007.
4.1.5. Kegiatan Pengolahan Teh Hitam
Di Indonesia terdapat dua proses pengolahan teh hitam yaitu,
sistem ortodok dan sistem CTC. PTPN VIII Gunung Mas
menerapkan sistem Crushing Tearing Curling (CTC) dalam
pengolahan teh hitamnya. Proses produksi teh hitam Crushing
Tearing Curling (CTC) dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengolahan
pucuk teh untuk menjadi produk jadi yang berupa teh hitam dimulai
dari penerimaan pucuk segar, pembeberan, analisa petik dan pucuk,
pelayuan, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi dan
pengepakan. Proses pengolahan teh hitam tersebut diuraikan sebagai
berikut :
1. Penerimaan Pucuk Segar
Pucuk teh yang akan diolah didatangkan dari tiap-tiap afdeling
menggunakan truk, penerimaan pucuk teh ini membutuhkan
waktu selama 1 - 2 jam dalam sehari. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kuantitas dan kualitas pucuk yang akan diolah, serta
menjamin dan memastikan bahwa pucuk teh bisa dilayukan
sehingga siap untuk digiling.
2. Pembeberan
Pembeberan merupakan proses awal dari pelayuan. Pucuk teh
dibeberkan di atas Withering Trough (WT). pada tahap
pembeberan, dialirkan angin yang berasal dari fan (kipas angin).
Isi setiap mesin WT 20–30 kg/m² dengan tebal hamparan pucuk
daun teh segar dalam WT ± 30 cm. Pembeberan bertujuan
untuk memecahkan gumpalan pucuk teh untuk memudahkan
sirkulasi udara.
3. Pelayuan
Pelayuan merupakan tahap awal dimana pucuk dipersiapkan
untuk diolah lebih lanjut. Pelayuan bertujuan untuk menurunkan
kadar air pucuk daun teh menjadi 68% - 74%. Pelayuan akan
menyebabkan perubahan senyawa-senyawa kimia yang
terkandung di dalam daun. Pelayuan berlangsung selama 10 – 24
jam. Proses pelayuan dihentikan apabila kerataan tingkat
kelayuan telah mencapai 90% ditandai dengan lemasnya daun
dan jika digenggam tidak menimbulkan patah pada tangkai
maupun daun.
4. Analisa Petik dan Analisa Pucuk
Analisa petik dan pucuk bertujuan untuk mengetahui berapa
analisa pucuk yang memenuhi syarat dan untuk menentukan
berapa upah yang diterima oleh pemetik. Analisa petik dilakukan
dengan cara mengambil pucuk yang telah dibeberkan pada
Withering Trough masing-masing bagian satu titik lalu aduk rata
kemudian ditimbang ±100 gram dan berlangsung selama
satu jam.
5. Penggilingan dan Oksidasi Enzimetis
Penggilingan dan fermentasi bertujuan untuk menghancurkan
pucuk teh layu menjadi partikel kecil, sehingga mempunyai cita
rasa yang diinginkan dalam kondisi yang terkendali, sesuai
standar dan bebas kontaminasi. Pucuk layu dimasukkan kedalam
Green Leaf Sifter (GLS) yang berfungsi untuk memisahkan
pucuk dari benda asing dengan cara diayak. Setelah pucuk bebas
dari benda asing, lalu pucuk dihancurkan dan dipotong oleh
mesin Barbara Leaf Conditioner (BLC) dengan ukuran masih
kasar. Hasil gilingan dari BLC diteruskan ke mesin Crushing
Tearing Curling (CTC) yang berfungsi untuk memotong,
menyobek dan menggulung daun. CTC terdiri atas tiga mesin
CTC I, CTC II, CTC III.
Proses oksidasi enzimatis membuat teh yang telah digiling dari
mesin CTC mengalami perubahan warna dari hijau tua menjadi
coklet tua. Setelah itu bubuk teh dihamparkan pada mesin
Fermenting Unit (FU) dengan tebal hamparan 6 – 10 cm. Lama
proses oksidasi enzimatis ditentukan oleh Green Dhool Test yaitu
suatu pengujian untuk menilai rasa, aroma dan warna air seduhan
sebagai penentu lama proses yang optimal. Proses oksidasi
enzimatis berlangsung selama 60 – 100 menit dengan hasil akhir
menunjukkan perubahan pada warna bubuk teh dari hijau
berangsur menjadi coklat kehitaman.
6. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksidasi
enzimatis, membunuh mikroorganisme, dan menurunkan kadar
air sampai 2,5%-3%. Proses pengeringan dilakukan selama
15 – 18 menit menggunakan mesin Fluidized Bed Dryer (FBD),
udara panas dialirkan masuk ke dalam dengan suhu antara
100 - 120º C sedangkan suhu yang keluar dari FBD (outlet)
berkisar antara 80 - 105º C. Mesin lain yang digunakan pada
proses pengeringan adalah Heat Exchanger (HE) yang berfungsi
menghasilkan udara panas bersih yang bercampur dengan udara
segar dari ruangan. Bubuk teh hasil pengeringan berwarna hitam
mengkilat, kering dan tidak menggumpal serta memiliki aroma
yang khas.
7. Sortasi
Sortasi bertujuan memisahkan bubuk teh berdasarkan berat dan
ukuran pertikel sehingga diperoleh jenis teh yang memiliki
ukuran dan bentuk yang seragam sesuai dengan standar yang
diinginkan oleh konsumen. Lama waktu yang dibutuhkan
antara 1 – 2 jam. Ruangan sortasi bersuhu 20 – 25º C dan RH
50% - 60% agar tidak terjadi penurunan mutu bubuk teh kering
karena sifatnya yang Hidrocopis mudah meyerap air. Proses
sortasi teh hitam CTC dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur A
(Halus) dan jalur B (kasar). Tujuannya untuk memproses ulang
teh yang tidak memenuhi syarat mutu pada jalur A dan diulang
pada jalur B. Bubuk teh dari pengeringan masuk ke mesin Midle
Tone untuk memisahkan teh kasar dan halus.
Bagian yang kasar masuk ke mesin Mini Crusher (B) dan bagian
halus masuk ke mesin Vibro Blank (A). Vibro Blank berfungsi
untuk memisahkan daun dan serat, bagian yang berwarna hitam
dari daun, sedangkan coklat dari batang. Bagian yang lolos
masuk ke mesin Vibro Mesh yang berfungsi untuk memisahkan
daun dan serta jenisnya. Setelah itu masing-masing jenis teh
dimasukkan ke mesin Chotta Sifter Conveyor untuk meratakan
ukuran. Untuk memisahkan teh berdasarkan berat jenis dan debu
teh dimasukkan ke mesin Suction Winower. Pada suction
winower terdapat empat keluaran bubuk teh, pintu satu dan dua
berukuran berat, sedangkan pintu tiga dan empat berukuran
ringan. Untuk memastikan teh bersih dari serat setelah keluar dari
suction winower teh masuk ke mesin Vibrek, lalu ditimbang
kemudian disimpan di peti miring.
8. Pengepakan
Pengepakan merupakan akhir proses pekerjaan di pabrik sebelum
barang tersebut dikirim ke pembeli. Jenis teh yang akan dikemas
dikeluarkan dari peti miring melalui conveyor ke Tea Bulker. Tea
Bulker berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
sebelum pengepakan. Jika persediaan teh dalam Tea Bulker
mencukupi, maka dilakukan pengepakan dengan mengeluarkan
bubuk teh melalui corong pengeluaran. Bubuk teh dikemas dalam
Paper Sack yang beratnya 0,7 Kg dilapisi dengan fail untuk
mencegah kenaikan kadar dalam teh kering. Bubuk teh di kemas
sambil ditimbang kemudian dipadatkan menggunakan tea
bag packer selama 15 detik. Kemudian dipadatkan (press)
menggunakan bag shaver, sehingga ketebalannya menjadi sekitar
20 cm. Waktu yang dibutuhkan pada proses pengemasan sekitar
dua jam tiap kali produksi.
4.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
PTPN VIII Gunung Mas merupakan perusahaan perkebunan yang
telah menerapkan K3. PTPN VIII Gunung Mas merupakan industri yang
memiliki resiko kecelakaan rendah. Penerapan K3 di PTPN VIII Gunung
Mas bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada karyawan dan
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. PTPN VIII Gunung Mas menerapkan K3 berdasarkan pada peraturan-
peraturan berikut :
1. Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/2003
2. PEMNAKER 05/MEN/1996
3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PTPN VIII dengan Serikat
Pekerja Perkebunan (SP-BUN) periode 2004-2005, dengan rincian
sebagai berikut :
1) Pasal 49 tentang Perlengkapan Keselamatan Kerja
(1) Perusahaan menyediakan perlengkapan keselamatan kerja
sebagai inventaris untuk karyawan yang bekerja pada unit kerja
yang membahayakan menurut sifat pekerjaannya sesuai dengan
undang-undang keselamatan kerja.
(2) Perusahaan akan mentaati petunjuk dan anjuran dari petugas
(pegawai pengawas ketenagakerjaan) mengenai alat-alat
keselamatan kerja seperti alat-alat pengaman dan sebagainya.
2) Pasal 50 tentang Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan dan karyawan wajib menyelenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja serta menjalankan program K3
sebagai bagian integral dari perusahaan.
4. Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 tahun 1970
Tujuan penerapan K3 di PTPN VIII Gunung Mas menitikberatkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja sehingga perusahaan dapat
mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat adanya kecelakaan kerja. Selain
itu, penerapan K3 juga dimaksudkan untuk memenuhi standar dari
konsumen. Adapun program K3 yang telah diterapkan di PTPN VIII
Gunung Mas diantaranya yaitu :
a. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi
karyawan yang bertujuan untuk melindungi karyawan dari bahaya dan
penyakit yang mungkin terjadi akibat kerja. APD yang disediakan
perusahaan disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan
karyawan yang terdiri dari :
a) Pakaian kerja
Pakaian kerja yang dimaksud adalah pakaian yang digunakan
karyawan pada bagian pengolahan. Penggunaan pakaian ini
bertujuan untuk melindungi para karyawan dan menjaga kebersihan
produk sehingga kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga.
b) Sepatu karet
Sepatu karet yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu sepatu karet
biasa dan sepatu boot. Sepatu boot digunakan untuk karyawan pabrik
yang bekerja sebagai petugas kebersihan. Sedangkan sepatu karet
biasa digunakan untuk semua karyawan pabrik selain petugas
kebersihan.
c) Penutup kepala
Penutup kepala digunakan untuk melindungi karyawan dari debu
atau kotoran akibat dari proses produksi dan untuk menjaga
kebersihan produk.
d) Masker
Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan karyawan
dari debu selama proses produksi.
e) Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk menjaga kebersihan tangan
karyawan sehingga produk yang dihasilkan terjaga kebersihannya.
f) Penutup telinga
Penutup telinga digunakan untuk menjaga karyawan dari kebisingan
selama proses produksi sehingga karyawan dapat terhindar dari
gangguan pendengaran. Penutup telinga digunakan khusus bagi
karyawan yang bekerja di bagian penggilingan dan pengeringan.
Perusahaan juga menyediakan APD bagi para pengunjung yang ingin
melihat proses pembuatan teh, hal ini dilakukan agar kualitas produk
tetap terjaga selain itu juga untuk melindungi pengunjung dari debu
atau kotoran selama melihat proses produksi. APD dibersihkan setiap
hari dan diganti setiap satu tahun sekali. APD yang digunakan di
PTPN VIII Gunung Mas dapat dilihat pada Lampiran 4.
b. Penyediaan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja
Perusahaan menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan
kerja berupa Alat Pemadam Api Ringan (APAR), tombol bahaya
(alarm), tandu, dan kotak P3K. APAR, tombol bahaya (alarm), dan kotak
P3K terdapat di setiap ruangan pabrik. APAR disediakan untuk
mengantisipasi terjadinya kebakaran di pabrik. Tombol bahaya (alarm)
berfungsi untuk memberitahukan seluruh karyawan apabila terjadi
kejadian yang membahayakan. Kotak P3K disediakan sebagai upaya
pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja seperti luka ringan
dan tergores benda tajam. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran 4.
c. Pelatihan keselamatan kerja
Perusahaan telah mengadakan beberapa jenis pelatihan mengenai
keselamatan kerja yang bertujuan untuk melatih karyawan dalam
mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Jenis pelatihan keselamatan
kerja yang telah diadakan di PTPN VIII Gunung Mas diantaranya yaitu :
a) Pelatihan penggunaan peralatan kerja
b) Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan kerja
c) Pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran
d) Pelatihan ahli keselamatan kerja bagi atasan/sinder yang
diselenggarakan oleh Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N).
d. Asuransi
Perusahaan memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik kepada karyawan tetap maupun karyawan borongan. Bentuk
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan perusahaan
kepada karyawan tetap adalah mendaftarkan karyawan tetap menjadi
anggota Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Sedangkan untuk
karyawan borongan bentuk jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
yang diberikan adalah dengan menanggung seluruh biaya pengobatan
dan perawatan apabila terjadi kecelakaan kerja.
e. Fasilitas dan Sarana Kesehatan
Perusahaan bekerjasama dengan kantor direksi pusat dan dinas
kesehatan mengadakan general check up (pemeriksaan seluruh anggota
tubuh) bagi para karyawan setiap satu tahun sekali yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kesehatan karyawan. Pemeriksaaan kesehatan
meliputi : rontgen dan cek darah. Perusahaan menyediakan Unit
Kesehatan Kerja (UKK) gratis bagi para karyawan yang dikelola oleh
tenaga medis yang telah berpengalaman. Unit Kesehatan Kerja (UKK)
dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.3. Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PTPN VIII
Gunung Mas dilakukan melalui proses audit Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). Audit ini bertujuan untuk mengukur sampai sejauh mana
penerapan K3 dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan audit di PTPN
VIII Gunung Mas dilakukan oleh pihak luar (eksternal) maupun dari dalam
perusahaan sendiri (internal). Audit eksternal dilakukan oleh SUCOFINDO
setiap satu tahun sekali. Selain itu untuk audit eksternal juga dilakukan
Etichal Tea Partnership (ETP) oleh Price Waterhouse Cuper (PWC) setiap
tiga tahun sekali.
Audit eksternal tersebut meliputi pemeriksaan:
a. Kebersihan lingkungan kerja
Kebersihan lingkungan kerja yang diperiksa adalah kebersihan mesin-
mesin, kebersihan tempat kerja, tata letak ruangan, saluran pembuangan
air dan kebersihan peralatan kerja.
b. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan karyawan sewaktu bekerja
harus sesuai dengan standar keselamatan kerja. Sebelum bekerja
karyawan harus menggunakan APD dengan lengkap mulai dari pakaian
kerja, sepatu, penutup kepala, masker dan sarung tangan.
c. Ketersediaan peralatan keselamatan
Perusahaan wajib memiliki peralatan keselamatan yang digunakan untuk
mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan di lingkungan kerja. Peralatan
keselamatan yang diperiksa adalah tanggal kadaluarsa Alat Pemadam
Api Ringan (APAR) karena potensi kecelakaan yang mungkin terjadi di
bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas adalah kebakaran. Selain itu
juga pemeriksaaan dilakukan pada tombol bahaya (alarm) dan pintu
keluar darurat.
d. Kesehatan karyawan
Pihak eksternal melakukan pemeriksaan kesehatan berdasarkan data
kesehatan karyawan yang dimiliki perusahaan. Apabila ada karyawan
yang mengidap suatu penyakit maka karyawan tersebut harus menjalani
pengobatan atau dimutasikan.
Audit internal dilakukan setiap hari oleh petugas khusus yang disebut
tim GMP (Good Manufacturing Practice). Tugas dari tim GMP adalah
memeriksa pelaksanaan sistem K3 dengan menggunakan form isian (GMP
plan) apabila pelaksanaan sistem K3 telah sesuai dengan prosedur maka
form isian tersebut diberi checklist dan apabila tidak sesuai prosedur maka
tim GMP memeriksa penyebabnya dan memperbaiki apabila ada yang rusak
atau tidak lengkap.
Pemeriksaan tim GMP meliputi :
a. GMP karyawan dan pengunjung
b. GMP bangunan dan fasilitas
c. GMP peralatan dan mesin
d. GMP proses
e. GMP pengendalian hama
f. GMP Barang Berbahaya dan Beracun (B3)
g. GMP fasilitas umum
4.4. Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
4.4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dapat memberikan jawaban yang sesuai
dan dapat mengukur aspek-aspek yang ingin diukur. Uji validitas
menggunakan rumus korelasi Product Moment dan hasilnya akan
dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. Uji
validitas dilakukan dengan cara uji coba kuesioner yang disebarkan
kepada 30 orang responden. Setelah dilakukan uji validitas terdapat
40 pertanyaan yang valid, artinya seluruh pertanyaan tersebut
memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut (r hitung > r tabel,
dimana r tabel =0,361 untuk n = 30 pada selang kepecayaan 95%).
Hasil dari pengujian validitas dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.4.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran suatu instrumen relatif konsisten apabila instrumen
tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek penelitian.
Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha Cronbach.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik Alpha Cronbach
didapatkan (r alpha > r tabel, dimana r tabel = 0,361 untuk n = 30
pada selang kepercayaan 95%). Nilai ini jauh lebih besar dari r tabel
pada selang kepercayaan 95%, maka kuesioner yang disebarkan
dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini.
Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan
skala alpha 0 sampai 1 yang dapat dilihat pada Tabel 5. Reliabilitas
suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai alpha > 0,6
(Nugroho, 2005). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 5. Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach Alpha Tingkat Reliabilitas
00,00 – 0,20 Kurang Reliabel > 0,20 – 0,40 Agak Reliabel > 0,40 – 0,60 Cukup Reliabel > 0,60 – 0,80 Reliabel > 0,80 – 1,00 Sangat Reliabel
4.5. Karakteristik Responden
4.5.1. Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan
bagian pengolahan yang berjumlah 75 orang. Sebagian besar
karyawan di bagian pengolahan adalah pria 63 orang (84%) dimana
pada bagian ini kekuatan fisik sangat dibutuhkan dan resiko
kecelakaan kerjanya relatif tinggi dibandingkan bagian lain. Sisanya
wanita sebanyak 12 orang (16%). Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.
63
12
0
10
20
30
40
50
60
70
Jumlah (orang)
Laki-laki Perempuan
Jenis Kelamin
Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
4.5.2. Usia
Usia responden paling banyak diantara 31 - 40 tahun yang
temasuk usia produktif yaitu sebanyak 33 orang (44%). Sedangkan
responden yang berusia di atas 50 tahun menempati posisi paling
sedikit yaitu enam orang (8%). Hal ini dikarenakan banyak karyawan
yang pensiun sebelum usia 50 tahun dan di usia ini produktivitas
kerja karyawan akan semakin berkurang. Karakteristik responden
berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 6.
16
33
20
6
0
5
10
15
20
25
30
35
Jumlah (orang)
20-30 31-40 41-50 >50
Usia (tahun)
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
4.5.3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan karyawan paling banyak adalah lulusan
SMP yaitu sebanyak 30 orang (40%) dan lulusan Sarjana menempati
posisi paling sedikit yaitu satu orang (1,3%). Hal ini terjadi karena
secara keseluruhan pekerjaan yang harus dilakukan tidak menuntut
keahlian tinggi, karena karyawan mampu menjalankan pekerjaan
dengan keterampilan dan pengalaman yang telah didapatkan. Posisi
yang diduduki oleh lulusan SMP hanya sebagai karyawan biasa
(buruh). Sedangkan lulusan sarjana dapat menduduki kepala bagian
atau di PTPN VIII Gunung Mas dikenal dengan istilah Sinder.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada Gambar 7.
2730
15
2 10
5
10
15
20
25
30
Jumlah (orang)
SD SMP SMA D3 Sarjana
Tingkat Pendidikan
Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
4.5.4. Masa kerja
Loyalitas dari karyawan sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari
lamanya masa kerja 11-15 tahun adalah yang terbesar sebanyak 28
orang (37,3%). Sementara yang memiliki persentase terkecil adalah
karyawan baru dengan masa kerja kurang dari 5 tahun yaitu
sebanyak enam orang (8%). Karakteristik responden berdasarkan
masa kerja dapat dilihat pada Gambar 8.
6
18
28
23
0
5
10
15
20
25
30
Jumlah (orang)
1 - 5 th 6 - 10 th 11 - 15 th >15 th
Masa Kerja (tahun)
Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
4. 6. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal
yang seharusnya menjadi perhatian utama bagi perusahaan. Adanya sistem
K3 yang baik akan menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, tenaga
kerja yang sehat dan produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas
kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian, dalam penelitian ini
perlu dilakukan analisis untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap
pelaksanaan K3 dan persepsi karyawan terhadap produktivitas kerja.
Faktor-faktor K3 yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi : pelatihan
keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan kerja,
pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3.
4.6.1. Pelatihan Keselamatan
Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah
laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan
dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan
pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi dan membantu
pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar
berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya (Rivai, 2006). Pelatihan
merupakan salah satu faktor yang yang diperlukan oleh karyawan
untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Pelatihan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan-pelatihan yang
berkaitan dengan keselamatan kerja. Adanya pelatihan keselamatan
yang diberikan oleh perusahaan akan membuat karyawan bekerja
dengan lebih berhati-hati dan dapat melindungi diri dari kecelakan
kerja yang mungkin terjadi. Hasil jawaban responden mengenai
penerapan pelatihan K3 dapat dilihat pada Tabel 6.
Karyawan PTPN VIII Gunung Mas telah mengikuti tiga jenis
pelatihan K3 diantaranya yaitu pelatihan khusus untuk ahli K3,
pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja, dan pelatihan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Rataan skor
sebesar 3,60 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
mengetahui adanya pelatihan khusus untuk ahli K3 dan manajer
perusahaan. Pelatihan khusus bagi ahli K3 dan manajer dilakukan
untuk memperbaiki atau meningkatkan sistem manajemen K3 di
perusahaan. Pelatihan khusus bagi ahli K3 diselenggarakan oleh
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), atasan
atau sinder yang mengikuti pelatihan ditunjuk langsung oleh kantor
direksi pusat PTPN VIII melalui surat tugas yang diberikan oleh
kantor direksi pusat PTPN VIII.
Tabel 6. Hasil jawaban responden mengenai pelatihan keselamatan No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Perusahaan mengadakan pelatihan khusus untuk ahli K3 dan manajer
0 6 30 27 12 3,60 Baik
2 Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja
0 7 25 33 10 3,61 Baik
3 Perusahaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
0 4 19 33 19 3,89 Baik
4 Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan
0 8 27 26 14 3,63 Baik
5 Pelatihan memberikan banyak informasi tentang pekerjaan anda
0 7 28 25 15 3,64 Baik
Total 32 129 145 70 3,67 Baik
Rataan skor sebesar 3,61 menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan telah mendapatkan pelatihan penggunaan alat-alat
keselamatan kerja yaitu penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan tombol bahaya
(alarm) yang berfungsi untuk memberitahukan apabila terjadi suatu
kejadian yang membahayakan karyawan. Pelatihan penggunaan
alat-alat keselamatan kerja diberikan agar karyawan dapat
menggunakan alat-alat tersebut jika terjadi kecelakaan di lingkungan
pabrik.
Rataan skor sebesar 3,89 menunjukkan bahwa karyawan telah
mengikuti pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran. Pelatihan ini berupa simulasi dimana seolah-olah terjadi
kebakaran dan karyawan diberi pengarahan untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran. Pengarahan meliputi tata letak
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan tombol bahaya (alarm) serta
cara penggunaannya dan jalur evakuasi menuju pintu darurat apabila
terjadi kebakaran. Pelatihan diikuti oleh seluruh karyawan pabrik
jadi semua karyawan berperan dalam pelatihan ini. Pelatihan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran diberikan agar
karyawan dapat menyelamatkan diri apabila terjadi kebakaran.
Sebagian besar karyawan menyatakan bahwa mereka
merasakan manfaat dari pelatihan yang diberikan oleh perusahaan,
dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,63. Manfaat yang diperoleh
yaitu mereka mendapatkan pelatihan untuk pencegahan kecelakaan
sehingga timbul rasa aman dan nyaman sewaktu bekerja sehingga
karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Rataan
skor sebesar 3,64 menunjukkan bahwa pelatihan yang mereka jalani
memberikan banyak informasi tentang pekerjaan mereka. Adanya
pelatihan keselamatan membuat karyawan mengetahui tingkat resiko
dari pekerjaan yang dilakukannya dan mengetahui potensi
kecelakaan yang mungkin terjadi di lingkungan kerja. Hal ini sangat
penting karena dengan semakin banyaknya informasi yang
didapatkan mengenai pekerjaannya karyawan akan mendapatkan
gambaran tentang pekerjaan yang akan mereka lakukan sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja adalah kecil. Total rataan
skor dari semua pernyataan mengenai pelatihan keselamatan sebesar
3,67. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan
keselamatan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan
dengan baik.
4.6.2. Publikasi Keselamatan Kerja
Publikasi dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan
dengan pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan mengenai
keselamatan kerja karyawan yang berupa spanduk dan poster.
Propaganda seperti poster-poster keselamatan kerja dapat
mengurangi tindakan-tindakan tidak aman (Dessler, 1997). Publikasi
dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada karyawan
mengenai pentingnya K3. Hasil jawaban responden mengenai
publikasi keselamatan kerja dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil jawaban responden mengenai publikasi keselamatan No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya
0 9 25 33 8 3,53 Baik
2 Di lingkungan perusahaan terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja
0 8 28 24 15 3,61 Baik
3 Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan
0 9 25 26 15 3,63 Baik
4 Atasan anda memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat
0 11 26 21 17 3,59 Baik
Total 37 104 104 55 3,59 Baik
PTPN VIII Gunung Mas merupakan industri yang memiliki
tingkat resiko kecelakaan yang relatif rendah dibandingkan industri
lainnya. Adanya tanda-tanda peringatan di lingkungan kerja
dimaksudkan untuk melindungi karyawan agar terhindar dari
kecelakaan dan cedera akibat kerja. Rataan skor sebesar 3,53
menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan mengetahui adanya
tanda peringatan yang dipasang oleh perusahaan. Tanda-tanda
peringatan atau larangan yang terdapat di lingkungan pabrik PTPN
VIII Gunung Mas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Sebagian besar responden menyatakan bahwa terdapat
pesan-pesan keselamatan kerja di lingkungan perusahaan dengan
rataan skor sebesar 3,61. Pesan-pesan keselamatan kerja berupa
spanduk dan poster mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) yang dipasang di lingkungan pabrik PTPN VIII Gunung Mas
dapat dilihat pada Lampiran 4. Pesan-pesan keselamatan kerja ini
merupakan salah satu usaha perusahaan untuk mengingatkan
karyawan akan pentingnya keselamatan kerja.
Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya
pekerjaan dan potensi terjadinya kecelakaan akibat kerja pada waktu
pertama kali karyawan masuk kerja. Karyawan berhak untuk
mengetahui tingkat resiko dari pekerjaan yang dilakukannya. Hal ini
sangat penting karena dengan semakin banyak informasi yang
diperoleh karyawan tentang tingkat resiko dari pekerjaan yang
dilakukannya, maka karyawan mempunyai gambaran tentang cara
mencegah dan mengantisipasi apabila terjadi kecelakaan kerja.
Rataan skor sebesar 3,63 menunjukkan bahwa sebagian besar
karyawan mengetahui tingkat bahaya dari pekerjaan yang
dilakukannya.
Salah satu usaha pencegahan kecelakaan adalah dengan
memotivasi karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan
kesehatannya sewaktu bekerja. Unsur pimpinan seperti sinder dan
mandor sangat berperan untuk selalu mengingatkan bawahannya
agar bekerja dengan hati-hati. Rataan skor sebesar 3,59 menunjukkan
sebagian besar karyawan menyatakan bahwa atasan mereka
memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman
dan sehat. Berdasarkan Tabel 7 total rataan skor dari seluruh
pernyataan mengenai publikasi keselamatan kerja sebesar 3,59. Hal
ini menunjukkan publikasi keselamatan kerja di lingkungan pabrik
PTPN VIII Gunung Mas adalah baik.
4.6.3. Kontrol Lingkungan Kerja
Kontrol lingkungan kerja dalam penelitian ini adalah
pemeriksaaan atau pengendalian yang berhubungan dengan kondisi
lingkungan kerja diantaranya yaitu : suhu ruangan kerja, penerangan,
kebersihan tempat kerja, ketersediaan perlengkapan keamanan dan
keselamatan kerja serta fasilitas P3K di lingkungan kerja. Mendesain
tempat kerja dan peralatan kerja yang digunakan merupakan
pendekatan yang banyak dilakukan untuk pencegahan kecelakaan
dan juga merupakan salah satu pendekatan yang paling efektif
(Cascio, 1998). Hasil jawaban responden mengenai kontrol
lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 8.
Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan memakai Alat
Pelindung Diri (APD) sewaktu bekerja. Alat-alat pelindung diri yang
dipakai harus disesuaikan dengan tempat kerja dan tingkat resiko
pekerjaan masing-masing karyawan. Standar APD yang dipakai oleh
karyawan pabrik teh yaitu : masker, tutup kepala, sarung tangan dan
sepatu. Rataan skor sebesar 4,00 menunjukkan sebagian besar
karyawan menyatakan bahwa perusahaan menyediakan alat
pelindung diri untuk bekerja. Kondisi fisik lingkungan kerja meliputi
suhu ruangan, penerangan dan kebersihan lingkungan kerja. Rataan
skor sebesar 3,48 menunjukkan bahwa suhu ruangan di tempat kerja
mereka cukup baik. Adanya pengatur suhu ruangan di setiap ruangan
dimaksudkan agar kelembaban udara tetap terjaga, dapat dilihat pada
Lampiran 4. Penerangan yang baik dapat menghindari kesalahan
dalam bekerja dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja serta
memberikan rasa nyaman dalam melakukan pekerjaan. Rataan skor
sebesar 3,56 menunjukkan bahwa penerangan di tempat kerja adalah
baik.
Tabel 8. Hasil jawaban responden mengenai kontrol lingkungan kerja.
No Pernyataan STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
Rataan Skor
Kategori
1 Perusahaan menyediakan alat pelindung diri untuk bekerja
0 1 21 30 23 4 Baik
2 Suhu ruangan di tempat kerja anda cukup baik
0 7 35 23 10 3,48 Baik
3 Penerangan di tempat kerja anda cukup memuaskan
0 5 32 29 9 3,56 Baik
4 Ruangan tempat kerja anda cukup bersih
0 6 24 30 15 3,72 Baik
5 Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di lingkungan kerja anda
0 5 19 37 14 3,80 Baik
6 Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja
0 5 18 36 16 3,84 Baik
Total 29 149 185 87 3,73 Baik
PTPN VIII Gunung Mas sangat memperhatikan kebersihan
lingkungan karena kebersihan lingkungan kerja sangat
mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Kebersihan lingkungan
kerja harus selalu dijaga karena merupakan tanggung jawab seluruh
karyawan. PTPN VIII Gunung Mas memiliki petugas kebersihan
khusus yang setiap hari membersihkan peralatan, mesin dan tempat
kerja yang dilakukan sebelum maupun sesudah proses produksi.
Adanya tempat sampah dan wastafel yang disediakan perusahaan di
setiap ruangan dimaksudkan agar kebersihan lingkungan kerja tetap
terjaga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Rataan
skor sebesar 3,72 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
menyatakan lingkungan kerja mereka bersih.
Sebagian besar karyawan menyatakan perusahaan
menyediakan perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja dapat
dilihat dari rataan skor sebesar 3,80. Alat-alat keamanan dan
keselamatan kerja yang disediakan perusahaan yaitu pemadam api
dan tandu yang dapat digunakan apabila terjadi keadaan darurat.
Kecelakaan ringan seperti luka kecil, tergores benda tajam, tertimpa
barang dan cedera kecil lainnya sangat besar kemungkinannya terjadi
di pabrik oleh karena itu tersedianya fasilitas P3K di lingkungan
pabrik sangat diperlukan. Sebagian besar karyawan menyatakan
fasilitas P3K tersedia di lingkungan pabrik, dengan rataan skor
sebesar 3,84. Untuk lebih jelasnya kotak P3K dapat dilihat pada
Lampiran 4. Berdasarkan hasil jawaban responden dari pernyataan-
pernyataan pada Tabel 8 diperoleh total rataan skor sebesar 3,73 ini
berarti bahwa kontrol lingkungan kerja di PTPN VIII Gunung Mas
dilaksanakan dengan baik.
4.6.4. Pengawasan dan disiplin
Pengawasan yang dimaksud adalah pemeriksaan secara
seksama mengenai pelaksanaan peraturan dan tugas. Disiplin kerja
adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi
dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran
dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahan dan
norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2006). Disiplin merupakan
kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang ditetapkan perusahaan.
Adanya pengawasan terhadap lingkungan kerja dan perilaku kerja
karyawan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Hasil
jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil jawaban responden mengenai pengawasan dan disiplin No Pernyataan STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
Rataan Skor
Kategori
1 Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
0 8 30 21 16 3,60 Baik
2 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
0 6 27 27 15 3,68 Baik
3 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
0 9 18 39 9 3,64 Baik
4 Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya
0 5 23 40 7 3,65 Baik
5 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin
0 6 14 41 14 3,84 Baik
6 Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan keselamatan kerja.
0 8 25 32 10 3,59 Baik
Total 42 137 200 71 3,67 Baik
Sebelum proses produksi dimulai terlebih dahulu dilakukan
pengecekan mesin-mesin dan peralatan kerja yang bertujuan agar
mesin atau peralatan kerja yang akan digunakan layak pakai. Rataan
skor sebesar 3,60 menunjukkan bahwa pengecekan mesin-mesin atau
peralatan kerja telah dilakukan dengan baik. Perusahaan selalu
memperhatikan kondisi mesin dan peralatan kerja yang akan
digunakan karena hal itu mempengaruhi proses produksi. Pihak
perusahaan juga selalu melakukan pengecekan alat-alat keselamatan
kerja yaitu Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang diperiksa
tanggal kadaluarsanya setiap satu tahun sekali sehingga apabila
terjadi kebakaran alat pemadam api tersebut dapat bekerja dengan
baik. Rataan skor sebesar 3,68 menunjukkan bahwa pengecekan alat-
alat keselamatan dilakukan dengan baik.
Alat Pelindung Diri (APD) wajib dipakai ketika bekerja
terutama di tempat-tempat yang memiliki resiko kecelakaan kerja
tinggi. APD dapat melindungi diri dari kecelakaan atau penyakit
akibat kerja, setidaknya dengan menggunakan APD dapat
memperkecil resiko yang timbul akibat dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Rataan skor sebesar 3,64 menunjukkan bahwa sebagian
besar karyawan menyatakan bahwa perusahaan mewajibkan
penggunaan APD saat bekerja. Meskipun perusahaan mewajibkan
penggunaan APD namun masih saja ada karyawan yang tidak
menggunakan APD sewaktu bekerja, padahal penggunaan APD itu
manfaatnya untuk karyawan sendiri.
Penggunaan bahan kimia beracun dan berbahaya dapat
mengancam kesehatan karyawan. PTPN VIII Gunung Mas
melakukan pengawasan terhadap penggunaan bahan-bahan beracun
dan berbahaya dapat dilihat dari rataan skor sebesar 3,65 yang
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui
perusahaan telah melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan
beracun dan berbahaya dengan baik. Pemeriksaan kesehatan
dilakukan pertama kali sebelum bekerja dan pada pabrik PTPN VIII
Gunung Mas pemeriksaan kesehatan dilakukan satu tahun sekali
yaitu meliputi tes darah dan rontgen. Rataan skor sebesar 3,59
menunjukkan sebagian besar responden menyatakan perusahaan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan baik.
Peraturan-peraturan keselamatan kerja merupakan dasar
penerapan K3 di lingkungan pabrik PTPN VIII Gunung Mas.
Peraturan ini dibuat dengan tujuan untuk menghindarkan karyawan
dari kecelakaan kerja, selain itu juga untuk melindungi aset-aset
perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerusakan. Rataan skor
sebesar 3,59 menunjukan bahwa karyawan mengetahui dan
melaksanakan peraturan keselamatan kerja dengan baik. Berdasarkan
hasil jawaban responden dari pernyataan-pernyataan pada Tabel 9
diperoleh total rataan skor sebesar 3,67, ini berarti pengawasan dan
disiplin karyawan pabrik di PTPN VIII Gunung Mas tergolong baik.
4.6.5. Peningkatan Kesadaran K3
Kurangnya kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan
kerja merupakan tantangan perusahaan untuk mendorong karyawan
agar memperhatikan keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja.
Manajemen puncak harus memberikan dukungan aktif pada program
keselamatan agar program itu tetap hidup dan aktif (Flippo, 1984).
Komitmen yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen
perusahaan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja
dapat memotivasi karyawan untuk memperhatikan keselamatan dan
kesehatannya sewaktu bekerja. Hasil dari jawaban responden
mengenai peningkatan kesadaran K3 dapat dilihat pada Tabel 10.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memperhatikan
masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan
perusahaan. Rataan skor sebesar 3,65 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mengetahui perusahaan memberikan perhatian yang
besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
dengan menerapkan program K3 di lingkungan pabrik. Perusahaan
menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja, artinya
setiap karyawan harus mengutamakan keselamatan dan kesehatannya
sewaktu bekerja. Rataan skor sebesar 3,67 menunjukkan sebagian
besar karyawan mengetahui bahwa perusahaan mengutamakan
keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan.
Tabel 10.Hasil jawaban responden mengenai peningkatan kesadaran K3
No Pernyataan STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
Rataan Skor
Kategori
1 Perusahaan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
0 9 22 30 14 3,65 Baik
2 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja
0 4 27 34 10 3,67 Baik
3 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja anda
0 7 24 25 19 3,75 Baik
4 Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya
0 9 24 29 13 3,61 Baik
5 Perusahaan menginginkan masukan-masukan dari anda terkait dengan masalah K3
0 10 22 34 9 3,56 Baik
6 Perusahaan menginginkan anda ikut aktif dalam penerapan program K3
0 5 29 34 7 3,57 Baik
Total 44 148 186 72 3,63 Baik
PTPN VIII Gunung Mas menanggung seluruh biaya
pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan kerja, artinya
perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan. Rataan skor sebesar 3,75 menunjukkan sebagian besar
karyawan setuju dengan pernyataan tersebut. Kesadaran akan
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja harus ada dalam diri
karyawan itu sendiri misalnya dengan penggunaan APD saat bekerja
terutama apabila bekerja di tempat yang berbahaya. Rataan skor
sebesar 3,61 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan
menggunakan APD saat bekerja terutama di tempat yang berbahaya,
artinya karyawan menyadari akan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Penerapan K3 dapat terlaksana dengan baik apabila ada
komunikasi dua arah antara pihak perusahaan dengan karyawan.
Rataan skor sebesar 3,56 yang menunjukkan bahwa masukan-
masukan yang disampaikan karyawan mengenai masalah K3 sangat
dibutuhkan oleh perusahaan. Rataan skor sebesar 3,57 menunjukkan
bahwa keikutsertaan karyawan dalam pelaksanaan K3 sangat
diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil jawaban responden
dari seluruh pernyataan pada Tabel 10 diperoleh total rataan skor
sebesar 3,67. Artinya peningkatan kesadaran K3 di lingkungan
pabrik PTPN VIII Gunung Mas adalah baik.
4.6.6. Gambaran Umum K3
Secara umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bagian
pengolahan PTPN VIII Gunung Mas dikategorikan baik dapat dilihat
dari total rataan skor sebesar 3,66. Hal ini menunjukkan bahwa
program K3 yang diterapkan perusahaan dilaksanakan dengan baik
oleh karyawan. Sebagian besar karyawan telah mengetahui
pelatihan-pelatihan yang diadakan perusahaan dan merasakan
manfaat dari pelatihan tersebut. Pelaksanaan publikasi keselamatan
kerja dinilai cukup baik oleh karyawan. Pelaksanaan kontrol
lingkungan kerja dinilai baik oleh karyawan, begitu pula dengan
pelaksanaan pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran
K3. Adanya program K3 membuat karyawan merasa aman dan
nyaman dalam menyelesaikan pekerjaaannya. Untuk lebih jelasnya
faktor-faktor K3 bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Faktor-faktor K3 bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor
No
Faktor – faktor K3
Item(I)
Total Skor (T)
Rataan Skor
T/(N x I)
Kategori
1 Pelatihan keselamatan
5 1378 3,67 Baik
2 Publikasi keselamatan
4 1077 3,59 Baik
3 Kontrol lingkungan kerja
6 1680 3,73 Baik
4 Pengawasan dan disiplin
6 1650 3,67 Baik
5 Peningkatan kesadaran K3
6 1636 3,64 Baik
Total 27 7421 3,66 Baik
4.7. Analisis Produktivitas Kerja
Produktivitas perusahaan ditentukan oleh produktivitas kerja
karyawan. Apabila produktivitas kerja karyawan meningkat maka
produktivitas perusahaan juga ikut meningkat. Produktivitas kerja karyawan
dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan yang meliputi enam faktor yaitu : kemauan kerja, kemampuan
kerja, lingkungan kerja, kompensasi, jaminan sosial dan hubungan kerja.
4.7.1. Kemauan Kerja
Kemauan kerja adalah dorongan yang ada dalam diri tenaga
kerja untuk meningkatkan poduktivitas kerjanya. Kemauan kerja dari
seorang karyawan dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang
diberikan kepada perusahaan yaitu dengan bekerja sungguh-sungguh,
adanya kesadaran dari dalam diri karyawan untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan
mengikuti setiap kegiatan yang diadakan perusahaan. Rataan skor
sebesar 3,61 menunjukkan tingginya kemauan kerja karyawan.
Artinya karyawan tidak akan bekerja tanpa adanya kemauan kerja
yang kuat. Hasil jawaban responden mengenai kemauan kerja dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil jawaban responden mengenai kemauan kerja No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Anda sangat menyukai pekerjaan ini dan berusaha untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
0 8 28 28 11 3,56 Baik
2 Anda bersedia mematuhi peraturan kerja
0 6 25 35 9 3,63 Baik
3 Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan perusahaan.
0 7 24 33 11 3,64 Baik
Total 21 77 96 31 3,61 Baik
4.7.2. Kemampuan Kerja
Pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki karyawan. Produktivitas akan meningkat,
bila karyawan mampu menjalankan pekerjaan mereka dengan baik.
Hal ini juga harus didukung oleh keterampilan kerja karyawan.
Kemampuan kerja karyawan dapat dilihat dari datang ke tempat
kerja tepat waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan
tepat waktu. Rataan skor sebesar 3,69 menunjukkan bahwa
kemampuan kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung
Mas adalah baik. Hasil jawaban responden mengenai kemampuan
kerja dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil jawaban responden mengenai kemampuan kerja No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Anda selalu datang ke tempat kerja tepat waktu dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
0 6 23 32 14 3,72 Baik
2 Anda dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
0 6 25 32 12 3,67 Baik
Total 12 48 64 26 3,69 Baik
4.7.3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja mendukung pekerjaan yang dilakukan
karyawan. Adanya tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja
membuat karyawan bekerja dengan lebih berhati-hati karena
lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan motivasi
kerja karyawan sehingga produktivitas kerja karyawan meningkat.
Rataan skor sebesar 3,76 menunjukkan bahwa lingkungan kerja
karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas adalah baik.
Hasil jawaban responden mengenai lingkungan kerja dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil jawaban responden mengenai lingkungan kerja No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Pemberian tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat anda berhati-hati dalam bekerja.
0 7 28 24 26 3,65 Baik
2 Lingkungan kerja yang sehat dan aman akan meningkatkan semangat kerja.
0 4 21 30 20 3,88 Baik
Total 11 49 54 46 3,76 Baik
4.7.4. Kompensasi
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai
pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Kompensasi
merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan baik secara
langsung (finansial) maupun tidak langsung (non-finansial). Gaji
yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan dan
bonus yang diterima karyawan sebagai imbalan atas prestasi kerjanya
akan meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja sehingga
produktivitas kerja karyawan meningkat. Rataan skor sebesar 3,66
menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan perusahaan sudah
baik dan memuaskan. Hasil jawaban responden mengenai
kompensasi dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil jawaban responden mengenai kompensasi No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Perusahaan memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan.
0 4 23 34 14 3,77 Baik
2 Perusahaan memberikan bonus kepada karyawan yang berprestasi.
0 7 29 29 10 3,56 Baik
Total 11 52 63 24 3,66 Baik
4.7.5. Jaminan Sosial
Adanya jaminan sosial yang diberikan perusahaan membuat
karyawan bekerja lebih produktif karena karyawan merasa
perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatannya
sewaktu bekerja. Seluruh karyawan bagian pengolahan PTPN VIII
Gunung Mas mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
yaitu menjadi anggota Jamsostek bagi karyawan tetap. Sedangkan
bagi karyawan borongan perusahaan menanggung seluruh biaya
pengobatan dan perawatan apabila terjadi kecelakaan kerja. Rataan
skor sebesar 3,94 menunjukkan bahwa karyawan merasa puas atas
jaminan sosial yang diberikan perusahaan. Hasil jawaban responden
mengenai jaminan sosial dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil jawaban responden mengenai jaminan sosial No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
0 6 12 36 21 3,96 Baik
2 Perusahaan memberikan asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan bagi karyawan.
0 3 15 42 15 3,92 Baik
Total 9 27 78 36 3,94 Baik
4.7.6. Hubungan Kerja
Hubungan kerja yang terjalin baik antara atasan, bawahan dan
rekan kerja sangat penting untuk menciptakan situasi kerja yang
nyaman. Hubungan kerja yang harmonis dapat dilihat dari
kemampuan karyawan untuk bekerjasama dengan orang lain dan
kemauan untuk bertanya serta meminta bantuan kepada rekan kerja.
Rataan skor sebesar 3,68 menunjukkan bahwa hubungan kerja yang
terjalin antara karyawan adalah baik. Hubungan yang terjalin baik
tersebut membuat karyawan betah bekerja di perusahaan. Hasil
jawaban responden mengenai hubungan kerja dapat dilihat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Hasil jawaban responden mengenai hubungan kerja No Pernyataan STS
(1) TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
Rataan Skor
Kategori
1 Anda mampu bekerjasama dengan orang lain.
0 6 21 35 13 3,73 Baik
2 Anda selalu bertanya dan meminta bantuan kepada teman apabila mengalami kesulitan dalam bekerja.
0 3 25 43 4 3,64 Baik
Total 9 46 78 17 3,68 Baik
4.7.7. Gambaran Umum Produktivitas Kerja Karyawan
Tabel 18 mendeskripsikan secara umum bahwa produktivitas
kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas di
kategorikan baik dengan total skor rataan sebesar 3,72. Hal ini berarti
pada dasarnya karyawan sudah memiliki produktivitas kerja yang
tinggi. Namun perlu diingat bahwa kondisi yang dinamis dan
perubahan lingkungan kerja mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan sehingga dapat mengakibatkan produktivitas kerja
karyawan menurun, oleh karena itu produktivitas kerja karyawan
harus selalu ditingkatkan agar produktivitas perusahaan juga
meningkat.
Tabel 18. Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas
No Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas
Kerja
Item(I)
Total Skor (T)
Rataan Skor
T/(N x I)
Kategori
1 Kemauan Kerja 3 812 3,61 Baik 2 Kemampuan
Kerja 2 554 3,69 Baik
3 Lingkungan Kerja 2 565 3,76 Baik 4 Kompensasi 2 550 3,66 Baik 5 Jaminan Sosial 2 591 3,94 Baik 6 Hubungan Kerja 2 553 3,68 Baik Total 13 3625 3,72 Baik
4.8. Analisis Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja
Analisis hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
produktivitas kerja karyawan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi
Rank Spearman. Nilai korelasi positif (+) menunjukkan hubungan yang
positif antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan
sedangkan nilai korelasi negatif (-) menunjukkan hubungan yang
berlawanan antara faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja karyawan.
Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0,01 (taraf kepercayaan
99%). Nilai peluang (P) merupakan nilai kesalahan yang mungkin terjadi.
Nilai peluang yang semakin kecil dibandingkan nilai α (P<α) menunjukkan
hubungan yang semakin nyata antara faktor-faktor yang diuji. Apabila nilai
probabilitas atau peluang < α (P=0,00 < α=0,01) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang sangat nyata antara faktor-faktor K3 dengan
produktivitas kerja karyawan. Sedangkan apabila nilai peluang > α
(P > 0,01) menunjukkan bahwa faktor yang diuji tidak memiliki hubungan
yang signifikan pada taraf kepercayaan (99 %). Apabila rs > r tabel maka
berdasarkan hipotesis penelitian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya
terdapat hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan.
Sedangkan apabila rs < r tabel maka berdasarkan hipotesis penelitian H1
ditolak dan H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara K3 dengan
produktivitas kerja karyawan. Hubungan antara faktor-faktor K3 dengan
produktivitas kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Hubungan faktor-faktor K3 dengan produktivitas kerja No Faktor K3 Nilai
Korelasi (rs)
Nilai Peluang
(P)
α Nilai Kritis
Korelasi Spearman (r tabel)
Hubungan dengan
Produktivitas Kerja
Karyawan 1 Pelatihan
keselamatan 0,668 0,00 0,01 0,425 Sangat nyata,
positif, kuat 2 Publikasi
keselamatan 0,639 0,00 0,01 0,425 Sangat nyata,
positif, kuat 3 Kontrol
lingkungan kerja
0,732 0,00 0,01 0,425 Sangat nyata, positif, kuat
4 Pengawasan dan disiplin
0,775 0,00 0,01 0,425 Sangat nyata, positif, kuat
5 Peningkatan kesadaran K3
0,744 0,00 0,01 0,425 Sangat nyata, positif, kuat
**) Korelasi signifikan untuk taraf kepercayaan 99%
Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS 13.0
for windows antara faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dengan
produktivitas kerja karyawan dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan
hasil uji korelasi tersebut, diketahui bahwa semua faktor K3 memiliki
hubungan yang positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja
karyawan dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif yaitu rs=0,743 dengan
tingkat kepercayaan 99%, db=73, r tabel = 0,425. Dapat dilihat bahwa rs > r
tabel maka berdasarkan hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya
terdapat hubungan antara K3 dengan produktivitas kerja karyawan.
Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α
(P=0,00 < α=0,01) dengan derajat keeratan hubungan berada pada kategori
kuat (0,60 – <0,80).
Pelatihan keselamatan memiliki hubungan positif dan sangat nyata
dengan produktivitas kerja karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang
positif yaitu sebesar 0,668. Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari
nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dengan derajat keeratan berada pada
kategori kuat (0,60 – <0,80). Pelatihan keselamatan yang diadakan
perusahaan bertujuan untuk melatih karyawan dalam menghindari terjadinya
kecelakaan kerja dan melindungi diri apabila terjadi kecelakaan kerja.
Adanya pelatihan keselamatan membuat karyawan menjadi semakin terlatih
dan terampil serta lebih berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya.
Publikasi keselamatan kerja merupakan ajakan untuk melaksanakan
K3 melalui pemberian informasi-informasi dan pesan-pesan keselamatan
kerja. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, publikasi keselamatan
kerja memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja
karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,639.
Hubungan yang sangat nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α
(P=0,00 < α=0,01) dengan derajat keeratan hubungan kuat yaitu pada
rentang (0,60 − <0,80). Publikasi keselamatan kerja memiliki nilai korelasi
yang paling rendah dari keempat faktor lainnya, hal ini dikarenakan
publikasi yang dilakukan oleh perusahaan tidak efektif dapat dilihat dari
gambar dan pesan-pesan keselamatan kerja yang kurang menarik dan
penempatannya tidak strategis. Padahal adanya informasi-informasi dan
pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan kerja akan memotivasi
karyawan untuk bekerja dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatannya.
Kontrol lingkungan kerja merupakan usaha perusahaan agar kondisi
tempat kerja sesuai dengan standar keselamatan dan kesehatan karyawan.
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, kontrol lingkungan kerja
memiliki hubungan positif dan sangat nyata dengan produktivitas kerja
karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang diperoleh positif yaitu
sebesar sebesar 0,732. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai
peluang < α (P=0,00 < α=0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat
(0,60 – <0,80). Hal ini menunjukkan kontrol lingkungan kerja dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Lingkungan kerja yang aman,
nyaman dan memadai akan mendukung pelaksanaan kerja karyawan serta
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan sehingga karyawan akan
bekerja semakin produktif.
Pengawasan dan disiplin merupakan usaha untuk mengetahui seberapa
besar ketaatan karyawan dalam mematuhi peraturan K3. Hubungan positif
dan sangat nyata antara pengawasan dan disiplin dengan produktivitas kerja
karyawan, dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,775.
Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α (P=0,00 < α=0,01)
dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60 – <0,80). Pengawasan dan
disiplin memiliki nilai korelasi yang paling tinggi dari keempat faktor yang
lainnya, karena pada umumnya karyawan akan bekerja dengan baik atau
dapat bekerja lebih baik lagi apabila diawasi.
Kesadaran akan K3 merupakan hal yang harus dikembangkan dalam
suatu perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Peningkatan
kesadaran K3 mempunyai hubungan yang positif dan sangat nyata dengan
produktivitas kerja karyawan, ditunjukkan dengan nilai korelasi yang positif
sebesar 0,744. Hubungan yang nyata dapat dilihat dari nilai peluang < α
(P=0,00 < α=0,01) dan derajat keeratan hubungannya kuat (0,60 – <0,80).
Penerapan K3 dalam suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan
menjamin keselamatan dan kesehatan setiap karyawan. Adanya rasa aman
dan tenang dalam bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan penelitian dan hasil analisis pada pembahasan
penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Secara umum penerapan K3 di bagian pengolahan PTPN VIII gunung Mas
tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari total rataan skor sebesar 3,66
yang menunjukkan bahwa faktor-faktor K3 yang dianalisis yaitu meliputi
pelatihan keselamatan, publikasi keselamatan kerja, kontrol lingkungan
kerja, pengawasan dan disiplin serta peningkatan kesadaran K3 telah
dilaksanakan dengan baik.
2) Secara umum produktivitas kerja karyawan bagian pengolahan PTPN VIII
Gunung Mas tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari total rataan skor
sebesar 3, 72 yang artinya karyawan mempunyai produktivitas kerja yang
tinggi.
3) Hubungan antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
produktivitas kerja karyawan adalah positif, sangat nyata dan berkorelasi
kuat. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi yang positif sebesar 0,743.
Semua faktor K3 memiliki hubungan yang positif, sangat nyata dan
berkorelasi kuat dengan produktivitas kerja karyawan. Pengawasan dan
disiplin memiliki nilai korelasi tertinggi yaitu sebesar 0,775 menunjukkan
bahwa faktor ini memiliki hubungan yang paling kuat dengan
produktivitas kerja karyawan dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
Kemudian diikuti oleh peningkatan kesadaran K3 dengan nilai korelasi
sebesar 0,744, kontrol lingkungan kerja sebesar 0,732, pelatihan
keselamatan sebesar 0,668, dan publikasi keselamatan kerja memiliki nilai
korelasi terendah sebesar 0,639.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Perusahaan perlu memberikan sanksi yang tegas kepada karyawan yang
melanggar aturan-aturan K3. Hal ini dimaksudkan agar karyawan lebih
disipin dan juga untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau kerusakan
akibat kerja.
2. Perusahaan perlu meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan baik, karena komitmen
yang kuat dan perhatian yang besar dari manajemen perusahaan mengenai
masalah K3 dapat memotivasi karyawan untuk memperhatikan
keselamatan dan kesehatannya sewaktu bekerja.
3. Perusahaan perlu meningkatkan fasilitas dan sarana kerja yang dapat
menunjang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Cascio, W.F. 1998. Managing Human Resources – Productivity Quality of Work
Life, Profits. Edisi ke- 5. McGraw-Hill., United States. Darmanto, R. 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Flippo, E. B. 1984. Manajemen Personalia. Terjemahan. Penerbit Erlangga,
Jakarta. Ilham. 2002. Analisis Hubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan
Motivasi Kerja Karyawan di PT. Good Year Indonesia. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mahardika. 2005. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan di PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UBS P3B) Region Jawa Timur dan Bali. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mangkunegara, A.A. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT
Remaja Rosda Karya, Bandung. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia, Jakarta. Nugroho, A.B. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. PT Alex Media Komputindo, Jakarta. Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori
ke Praktik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi
Pustaka, Jakarta. Saputra. 2004. Analisis Pengaruh Sistem Kompensasi terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan Departemen Produksi PT. Unitex Tbk. Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Singarimbun, M dan Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Sinungan, M. 2005. Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta. Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit
PPM, Jakarta. Sugeng, A.M., dkk. 2005. Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Umar, H. 2003. Riset Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Umar, H. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
No : KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS HUBUNGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN (Studi Kasus Karyawan Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas Bogor)
Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui hubungan antara
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan produktivitas karyawan bagian pengolahan di PTPN VIII Gunung Mas Bogor.
Kuesioner ini semata-mata ditujukan untuk keperluan ilmiah dan penyelesaian
tugas akhir studi, oleh karena itu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara berikan tidak akan berkaitan dengan penilaian kinerja Anda.
Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner
ini dengan lengkap, jujur dan sesuai dengan keadaan sebenarnya agar informasi ilmiah yang disajikan nantinya dapat dipertanggungjawabkan.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terimakasih.
Nama : Trisna Lestari
NIM : H24103083 Jurusan : Manajemen FEM IPB
Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3. Usia : 20 - 30 tahun 41 - 50 tahun
31 - 40 tahun > 50 tahun
4. Pendidikan terakhir : SD Sederajat D3
SMP Sederajat S1
SMA Sederajat
5. Masa kerja : 1 - 5 tahun 11 - 15 tahun
6 -10 tahun > 15 tahun
Lanjutan Lampiran 1.
Daftar Pertanyaan
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pelatihan Keselamatan
No. Pernyataan SS S CS TS STS 1 Perusahaan mengadakan pelatihan khusus
untuk ahli K3 dan manajer
2 Perusahaan memberikan pelatihan penggunaan alat-alat keselamatan kerja
3 Perusahaan memberikan pelatihan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran
4 Anda merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan perusahaan
5 Pelatihan memberikan banyak informasi tentang pekerjaan anda
Publikasi Keselamatan Kerja
No Pernyataan SS S CS TS STS 6 Pemasangan tanda peringatan di tempat
yang berpotensi bahaya
7 Di lingkungan perusahaan terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja
8 Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan
9 Atasan anda memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat
Lanjutan Lampiran 1. Kontrol Lingkungan Kerja
No. Pernyataan SS S CS TS STS10 Perusahaan menyediakan alat pelindung
diri untuk bekerja
11 Suhu ruangan di tempat kerja anda cukup baik
12 Penerangan di tempat kerja anda cukup memuaskan
13 Ruangan tempat kerja anda cukup bersih
14 Perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja tersedia di lingkungan kerja anda
15 Perusahaan mempunyai fasilitas P3K di tempat kerja
Pengawasan dan Disiplin No Pernyataan SS S CS TS STS 16 Sebelum peralatan kerja dan mesin-mesin
digunakan dilakukan pengecekan terlebih dahulu
17 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
18 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
19 Perusahaan memberikan pengawasan terhadap bahan-bahan beracun dan berbahaya
20 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin
21 Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan keselamatan kerja
Peningkatan Kesadaran K3 No. Pernyataan SS S CS TS STS 22 Perusahaan memberikan perhatian yang
besar terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
23 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja
24 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja anda
25 Penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di tempat yang berbahaya
26 Perusahaan menginginkan masukan-masukan dari anda terkait dengan masalah K3
27 Perusahaan menginginkan anda ikut aktif dalam penerapan program K3
Lanjutan Lampiran 1.
Produktivitas Kerja Karyawan
No. Pernyataan SS S CS TS STS28 Anda sangat menyukai pekerjaan ini dan
berusaha untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
29 Anda bersedia mematuhi peraturan kerja 30 Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan perusahaan.
31 Anda selalu datang ke tempat kerja tepat waktu dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
32 Anda dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik
33 Pemberian tanda peringatan dan tanda bahaya di tempat kerja membuat anda berhati-hati dalam bekerja.
34 Lingkungan kerja yang sehat dan aman akan meningkatkan semangat kerja.
35 Perusahaan memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan karyawan.
36 Perusahaan memberikan bonus kepada karyawan yang berprestasi.
37 Perusahaan sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
38 Perusahaan memberikan asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan bagi karyawan.
39 Anda mampu bekerjasama dengan orang lain.
40 Anda selalu bertanya dan meminta bantuan kepada teman apabila mengalami kesulitan dalam bekerja.
Lampiran 2. Struktur Organisasi PTPN VIII Gunung Mas.
Administratur
Sinder Kepala Sinder TUK Sinder Pabrik Sinder Teknik Sinder Wisata Agro
Sinder Afdeling Asisten Sinder TUK Asisten Sinder Pabrik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18 19
20
21
22 2423
25
26
27
28
29
30
31
32 36
37
33
34
35
38
39
40
41
42 43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
5556
Lanjutan Lampiran 2. Keterangan Gambar : 1. Mandor besar (mabes) Panen. 29. Mandor Layuan. 2. Mandor Panen. 30. Mandor Giling. 3. Mabes Rawat. 31. Mandor Pengeringan. 4. Mandor Pestisida 32. Mabes Kering. 5. Mandor Penyiangan. 33. Mandor Sortasi. 6. Mandor Pangkas. 34. Mandor Ngepak. 7. Pelaksana. 35. Pelaksana 8. JTU Kepala. 36. JTU Kepala. 9. JTU Timbang. 37. Pembantu JTU. 10. Petugas Kesehatan. 38. Mabes Bengkel Umum. 11. JTU Kesehatan. 39. Mandor Bengkel Umum. 12. Petugas Umum. 40. Mandor Listrik. 13. JTU Sekretaris. 41. Mabes Bangunan. 14. JTU Personalia. 42. Mandor Bangunan. 15. Satpam. 43. Mandor Jalan. 16. Petugas Tanaman. 44. Pelaksana. 17. JTU Tanaman. 45. JTU Kepala. 18. Petugas Kas. 46. Pembantu JTU. 19. Petugas Gudang. 47. JTU Kepala. 20. Pelayan Gudang. 48. Pembantu JTU. 21. Petugas Tarin. 49. Retribusi. 22. JTU TUP. 50. Koordinator Wisata Agro. 23. JTU Tarin. 51. Pengawas Wisma Bungalow. 24. Operator. 52. Pengawas tea corner. 25. Mabes Tea Bag. 53. Pengawas PD. 26. Mandor Tea bag. 54. Pengawas Operasional. 27. Mabes Basah. 55. Pengawas cleaning service. 28. Mandor Meber. 56. Pelaksana.
Lampiran 3 Diagram Proses Pengolahan Teh Hitam CTC
Waktu (jam) Simbol Diagram Deskripsi Proses
1-2
Penerimaan pucuk segar
10-24
Pembeberan
10-24
Pelayuan
1
Analisa petik dan
analisa pucuk
2-3
Penggilingan dan fermentasi
13’-18’
Pengeringan
1-2
Sortasi
2
Pengepakan
22,33 - 34,58 8 5 8 1 1 TOTAL
Keterangan : = Operasi = Transportasi = Inspeksi = Menunggu = Penyimpanan
Lampiran 4. Penerapan K3 di PTPN VIII Gunung Mas
A. Gambar Alat Pelindung Diri (APD)
APD Karyawan Bagian Proses APD Karyawan Bagian Kebersihan
B. Gambar Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
APAR Tombol Bahaya Kotak P3K
C. Klinik Kesehatan
Unit Kesehatan Kerja (UKK)
Lanjutan Lampiran 4.
D. Tanda-tanda Peringatan, Larangan dan Pesan-pesan Keselamatan Kerja
E. Alat Pengatur Suhu, Tempat Sampah dan Wastafel
Lampiran 5. Uji Validitas Kuisioner
ASPEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
No. rhitung rtabel (α = 5%; n=30) Keterangan
1. 0,737 0,361 Valid
2. 0,732 0,361 Valid
3. 0,780 0,361 Valid
4. 0,819 0,361 Valid
5. 0,795 0,361 Valid
6. 0,777 0,361 Valid
7. 0,808 0,361 Valid
8 0,809 0,361 Valid
9. 0,820 0,361 Valid
10. 0,715 0,361 Valid
11. 0,747 0,361 Valid
12. 0,608 0,361 Valid
13. 0,717 0,361 Valid
14. 0,786 0,361 Valid
15. 0,792 0,361 Valid
16. 0,416 0,361 Valid
17. 0,716 0,361 Valid
18. 0,713 0,361 Valid
19. 0,622 0,361 Valid
20. 0,756 0,361 Valid
21. 0,676 0,361 Valid
22. 0,692 0,361 Valid
23. 0,726 0,361 Valid
24. 0,839 0,361 Valid
25. 0,691 0,361 Valid
26. 0,689 0,361 Valid
27. 0,656 0,361 Valid
Lanjutan Lampiran 5.
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
No. rhitung rtabel (α = 5%; n=30) Keterangan
1. 0,454 0,361 Valid
2. 0,433 0,361 Valid
3. 0,394 0,361 Valid
4. 0,447 0,361 Valid
5. 0,418 0,361 Valid
6. 0,416 0,361 Valid
7. 0,433 0,361 Valid
8 0,395 0,361 Valid
9. 0,397 0,361 Valid
10. 0,418 0,361 Valid
11. 0,694 0,361 Valid
12. 0,535 0,361 Valid
13. 0,465 0,361 Valid
Lampiran 6. Uji Reliabilitas Kuisioner
ASPEK K3 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items .960 .962 27
Item Statistics Mean Std. Deviation N K3_1 3.83 .913 30K3_2 3.83 .874 30K3_3 4.33 .758 30K3_4 4.30 .702 30K3_5 4.27 .868 30K3_6 3.83 .874 30K3_7 4.33 .758 30K3_8 4.30 .702 30K3_9 4.27 .868 30K3_10 4.17 .747 30K3_11 3.83 .913 30K3_12 3.90 .803 30K3_13 4.33 .758 30K3_14 4.30 .702 30K3_15 4.27 .868 30K3_16 4.27 .868 30K3_17 4.20 .887 30K3_18 3.73 .944 30K3_19 3.67 .711 30K3_20 4.00 .947 30K3_21 4.20 .610 30K3_22 4.33 .758 30K3_23 4.30 .702 30K3_24 4.27 .868 30K3_25 4.13 .900 30K3_26 3.73 .944 30K3_27 3.73 .785 30
Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items
110.67 242.506 15.573 27 Alpha = 0,960
Kesimpulan α > 0,80-1,00 (Sangat Reliabel)
Lanjutan Lampiran 6.
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized
Items N of Items .880 .882 13
Item Statistics Mean Std. Deviation N P1 4.17 .747 30P2 3.83 .913 30P3 3.90 .803 30P4 4.33 .758 30P5 4.30 .702 30P6 4.27 .868 30P7 4.20 .887 30P8 3.73 .944 30P9 3.67 .711 30P10 4.00 .947 30P11 4.20 .610 30P12 4.17 .592 30P13 3.47 .681 30
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items 52.23 43.357 6.585 13
Alpha = 0,880
Kesimpulan α > 0,80 – 1,00 (Sangat Reliabel)
Lampiran 7. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman
Hubungan K3 dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1.000 .743**. .000
75 75.743** 1.000.000 .
75 75
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
K3
PRODUKTIVITAS
Spearman's rhoK3
PRODUKTIVITAS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Hubungan Pelatihan Keselamatan dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1.000 .668**. .000
75 75.668** 1.000.000 .
75 75
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
PELATIHAN
PRODUKTIVITAS
Spearman's rhoPELATIHAN
PRODUKTIVITAS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Hubungan Publikasi Keselamatan Kerja dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1.000 .639**. .000
75 75.639** 1.000.000 .
75 75
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
PKK
PRODUKTIVITAS
Spearman's rhoPKK
PRODUKTIVITAS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Lanjutan Lampiran 7.
Hubungan Kontrol Lingkungan Kerja dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1.000 .732**. .000
75 75.732** 1.000.000 .
75 75
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
KLK
PRODUKTIVITAS
Spearman's rhoKLK
PRODUKTIVITAS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Hubungan Pengawasan dan Disiplin dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1.000 .775**. .000
75 75.775** 1.000.000 .
75 75
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
PD
PRODUKTIVITAS
Spearman's rhoPD
PRODUKTIVITAS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Hubungan Peningkatan Kesadaran K3 dengan Produktivitas Kerja
Correlations
1.000 .744**. .000
75 75.744** 1.000.000 .
75 75
Correlation CoefficientSig. (2-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (2-tailed)N
PKK3
PRODUKTIVITAS
Spearman's rhoPKK3
PRODUKTIVITAS
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.