Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap
-
Upload
justin-morris -
Category
Documents
-
view
52 -
download
1
description
Transcript of Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP PENATALAKSANAAN KLIEN PRILAKU BUNUH DIRI
DI RSJ.Prof. Dr. HB. SA’ANIN PADANG TAHUN 2009
Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Dalam menyelesaikan Pendidikan
Diploma DIII Keperawatan Stikes Perintis Bukittinggi
OLEH :
ISMAEL2061480
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES PERINTIS BUKITTINGGI
1
TAHUN 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang
mengkontribusi fungsi integrasi( stuard and sundeen, 1998). Pasien
atau klien dapat berupaya individu, keluarga kelompok organisasi
atau komonitas.
Salah satu masalah yang dihadapi klien dalam keperawatan
adalah prilaku bunuh diri, dan bentuk penyelesaian dari masalah
prilaku bunuh diri adalah memberikan penatalaksanaan yang
sesuai dengan kebutuhan klien
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri
dan dapat mengakiri kehiduapan. Di amerika serikat dilaporkan
25.000 tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebat
kematian yang kesebelas . Rasio kejadian bunuh diri antara pria
dan wanita adalah tiga berbanding satu ( Keliat budi Ana 1994 )
Sedangkan Indonesia lebih dari 90% orang dewasa yang
mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri mempunyai hubungan
dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu resiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif,
penyalahguaan zat, dan skizofrenia ( Stuard and Sundent, 1998 )
2
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping
yang Maladaptif. Selain itu bunuh diri merupakan tindakan
integritas merusak diri atau mengakiri kehidupan. Situasi gawat
pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang
tanpa rencana yang spesifik untuk bunuh diri.
Dan ciri-ciri klien bunuh diri adalah pasien pernah mencoba
bunuh diri, keinginan bunuh diri dinyatakan keterangan-keteragan,
klien cemas, klien baru mengalami kehilangan.
Oleh karena itu, perawat harus memerlukan ciri karakteristis
yang baik dan bagus dalam penatalaksaan klien dengan prilaku
bunuh diri. Karena Sebagai mana diketahui karakteristik adalah
salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan
batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan
( Purwato heri, 2000 )
Untuk itu upaya yang dilakukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan adalah perawat harus ditingkatkan sumber daya
manusianya. Dengan melakukakan-melakukan penataran serta
meningkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi agar sesuai
dengan tangung jawab dan wewenang serta etika profesional yang
sesui dengan perkembangan zaman yang selalu menuntut
pelayanan kesehatan yang prima dalam mewujutkan hal tersebut
diperlukan teknik, sikap dalam penatalaksaan terhadap klien
dengan prilaku bunuh diri.
3
Dari pengamatan saat dinas di RSJ HB sa`anin Padang, Pada
khususnya perawat yang dinas dibagian rawat inap cenderung
hanya memantau pasien sekilas saja, tanpa memperhatikan pasien
semaksimal mungkin, seperti tidak mengidentifikasi benda-benda
asing yang dapat membahayakan pasien contoh nya sepray,
tempat tidur yang dapat dimanfaatkan untuk objek bunuh diri,
begitu juga halnya kepada keluarga pasien, perawat jarang sekali
menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya penatalaksanaan
atau pengobatan yang diberikan kepada klien sehubungan dengan
pencegahan bunuh diri.
Sedangkan klien yang berprilaku bunuh diri ada peneliti
temui, tetapi sebagian rumah sakit tidak mencatat angka klien
yang berprilaku bunuh diri . peneliti juga melihat buku laporan
diruangan-diruangan yang ada di RS Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang,
tetapi peneli tidak menemui angka klien yang berprilaku bunuh diri
di rumah sakit. peneliti hanya ingin menemukan apakah ada
hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien dengan
prilaku tsb. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam
membantu proses kesembuhan klien atau mencegah terjadinya
resiko prilaku bunuh diri diperlukan sekali penatalaksanaan yang
tepat dari dari perawat.
Mengingat sangat pentingnya peran parawat terhadap
penatalaksaaan klien dengan prilaku bunuh diri, maka penulis
4
tertarik menggali bagaimana hubungan karakteristik perawat
dalam penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
1.2 Rumusan masalah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis ingin melihat apakah ada
hubangan karakteristik perawat terhadap penatalaksaan klien
dengan prilaku bunuh diri di RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun
2009
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan karakteristik
perawat meliputi tingkat pendidikan, usia dan lama kerja
terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di
Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun
2009
1.3.2Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengedentifikasi karakteristik parawat meliputi usia,
tingkat pendidikan dan lama kerja Perawat di Ruang rawat
anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009
1.3.2.2 Mengidentifikasi hubungan tingkat usia pearawat
terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di
Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun
2009.
1.3.2.3 Mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat
terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri di
5
Ruang rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun
2009
1.3.2.4 Mengidentifikasi hubungan lama kerja perawat terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di Ruang
rawat anap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tahun 2009.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan
karakerisik perawat terhadap penatalaksanaaan klien dengan
prilaku bunuh diri.
1.4.2 Bagi institusi Pendidikan
Sebagai bahan dan ajuan dalam mengembangkan ilmu
pengetauan bagi peserta didik khususnya pada pendidikan
DIII keperawatan dan juga sebagai bahan penelitian
selanjutnya.
1.4.3Bagi lahan
Sebagai masukan bagi RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang
mengenai hubungan karakreristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
6
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Tinjauan teoritis
2.1.1 Pengertian karakteristik
Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nalai-
nilai yang menjadi filosopi atau pandangan dunia yang utuh,
memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang
konsisten terhadap nilai-nilai itu dengan mengenerasikan
pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai ( Notoatmodjo,
2003 : 207 )
Karakteristik adalah merupakan salah satu aspek kepribadian
yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak
pada kelakuan dan perbuatan ( Purwato Heri 2000 )
Manusia diciptakan dengan unik, berbeda satu sama lain dan
tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskpun mereka
persis kembar idetik. Oleh karena itu individu pasti memiliki
karakter yang berbeda dengan individu yang lainnya. Perbedaan
individu ini dinamakan kodrat manusia yang bersifat alami.
2.1.2 Perawat
7
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
dalam bidang keperawatan dan memberikan wewenang untuk
melaksanakan pelayanan atau asuhan asuhan keperawatan di
ruang rawat ( Dep Kes 1999 )
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi karakteristik perawat
2.1.3.1. Umur
Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau
maturitas parawat. Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis
dalam melakukan tugas maupun kedewasaan psikologis, semakin
bertambah lanjut usia seseorang semakin meningkat pula
kedewasaan seseorang demikian juga psikologisnya akan
menunjukan kematangan jiwa.
Meningkatnya umur seseorang, akan meningkat pula
kebijaksaan dan kemampuan seseorang dalam mengambil
keputusan berfikir rasional.
Kinerja akan meningkat dan kepuasan kerja tercapai.
Karayawan yang masih muda tuntutan kepuasan kerja dapat
tercipta karena adanya persepsi yang positif terhadap suatu yang
berkaitan dengan pekerjaannya( Hasibun 2009 )
Selanjutnya bertolak belakang dengan pendapat Brow dalam
amerika serikat ad ( 2000 ) mengatakan bahwa usia 25 hingga 30
tahun dan antar 45 hingga 54 sering timbul ketidak puasan dalam
bekerja .
2.1.3.2 Tingkat Pendidikan
8
Menurut siagian ( 2000 ) Mengatakan bahwa pendidikan
merupakan yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan
kualitas kepribadian seseorang dimana semakin tinggi pendidikan
semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan
kerampilan.
Pendapat Gipson ( 2000 ) mengatakan bah pendidikan yang
tinggi pada umumnya menyebabkan seseorang lebih mampu dan
bersedia posisi dan bertanggung jawab.
Selain itu Marquis ( 2000 ) mengatakan bahwa untuk
mengembangkan antara lain program sertifikasi dan pendidikan
keperawatan berlanjut. Latar belakang pendidikan mempengaruhi
kinerja.
2.1.3.3 Lama kerja.
Siagian ( 2000 ) menyimpulkan bahwa makin lama kinerja
kerja seseorang maka akan semakin terampil dan pengalaman
menghadapi masalah dalam pekerjaannya. Lama kerja seseorang
perawat pada instalasi yaitu dari mulai perawat resmi sebagai
karyawan rumah sakit tersebut.
Gipson ( 1996 ) mengatakan lama kerja dapat mempengaruhi
kinerja dan kepuasan kerja.
Maryoto ( 1990 ) berpendapat apabila seseorang bekerja
belum cukup lama sedikit banyaknya akan mengakibatkan hal–hal
yang kurang baik antara lain belum menghawati pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya. Masa kerja seseorang yang terlalu
9
lama dalam suatu organisasi juga merupakan gejala yang tidak
sehat. Akibat yang mingkin timbul antara lain adalah rasa bosan
karena pekerjaan sama dalam waktu yang lama, sifat pasif dan
mundurnya motifasi dan inisitif dalam bekerja serta mempengaruhi
kreatifitas seseorang karena tidak ada tantangan yang berarti.
Kepuasan kerja relatif tinggi pada waktu permulaan bekerja
menurun secara berangsur-angsur selama 5-6 tahun dan
selanjutnya kepusan meningkat mencapai puncak setelah 20
tahun.
2.1.3. 4.Lingkungan
Faktor lingkungan juga memegang peranan penting dalam
kepuasan kerja antara lain.
a. Penghargaan terhahdap usaha yang telah dilaksanakan
b. Pengetahuan tentang kegiatan dan tindakan
c. Rasa percaya diri.
d. Kesempatan dan dukungan yang terdukung
e. Keamanan pekerjaan
f. Adil dan konsisten terhadap keputusan dalam melaksanakan
tindakan
g. Kondisi kerja yang kundusif ( Nursalam 2002 )
2.1.4.Bunuh diri
Bunuh diri merupakan kematian yang di perbuat oleh sangaja
pelaku sendiri secara sengaja ( Harold Kaplan, 1998, jiwa darurat )
10
Pikiran bunuh diri dan usaha percobaan bunuh diri merupakan
kasus yang sering menampilkan diri di IGD, tema umum yang
menyebabkan bunuh diri termasuk kasus yang membuat penderita
yang amat sangat dan rasa putus asa dan tak berdaya, konflik
antara hidup dan stres yang tak tertahankan, penyempitan dari
jalan keluar yang dilihat pasien serta serta keinginan untuk
melarikan diri dari hal itu. Pikiran bunuh diri terjadi pada seseorang
yang rentan dalam reaksi terhadap beraneka stres pada tiap umur
dan terus merupakan gagasan untuk jangka waktu lama tanpa
suatu usaha percoban bunuh diri.
2.1.5.1 Faktor-faktor resiko bunuh diri
Faktor resiko bunuh diri dibagi 3
2.1.5.1.1Faktor resiko populasi
a. Pria
b. Usia lanjut / usia lebih tua
c. Individu yang mengisolasi
d. Kulit putih
e. Indian amerika
2.1.5.1..2. Faktor resiko individual
a. Rasa putus asa ( terutama pada pasien yang depresi mayor )
keridak berdayaan, kesepian, letih, nyeri psikologis yang
dirasakan tidak tertanggungkan
b. Gangguan psikiatrik
11
c. Gangguan mood mayor ( baik primer atau pun sekunder, 50
% dari seluruh kasus bunuh diri ) khususnya dengan tanda–
tanda negatif atau proses pikir menyempit , 15% masa hidup
beresiko bunuh diri
d. Alkohollisme ( angka bunuh diri sebesar 50 kali dibanding
normal 25% dari seluruh kasus bunuh diri ), sebagian besar
pasien kronis, sebagian besar pria, sering setelah hubungan
pribadi dengan orang lain 13 – 9 % resiko masa hidup, lebih
tinggi lagi, apabila terdapat depresi dan dukungan sosial
yang kurang ( umum dialami oleh banyak pasien ).
Kecanduan obat – obatan ( 10 % mati karena bunuh diri )
e. Skizofrenia, khususnya ketika mengalami kesepian, depresi,
skizofrenia kronis, atau diseratai waham kejar atau dengan
halusinasi perintah yang merusak diri sendiri 10 % atau lebih
resiko untuk hidup.
f. Lain-lain : Psikosis akibat kondisi organik : gangguan
kepribadian lambang, anti sosial ) gangguan panik dengan
komorboditas depresi
2.1.5.1.3. Faktor resiko lain
a. Masa liburan, musim semi, masa perayaan – perayaan
b. Pengukuran biokimia yangmemunkinkan potensi bunuh diri
penurunan cairan serebro spinal 5 H/AA ( 5
Hydroxyindolecetic )
2.1.5.2. Tiga kategori prilaku bunuh diri
12
2.1.5.2. 1. Ancamam bunuhdiri
Peringatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut
mungkin menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak ada
akan berada disekitar kita lebih lama lagi atau mungkn juga
mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian
hadiah, merevisi wasiat dan sebagainya, pesan–pesan ini
harus dipertimbangkan dalam kontek peristiwa kehidupan
terakhir ancaman menunjukan ambivaensi seseorang
tentang kematian, kurang respon positif dapat ditafsirkan
sebagai dukungan untuk untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
2.1.5.2. 2. Upaya bunuh diri.
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan
individu yang dapat mengarahkan kepada kematian apabila
tidak dicegah.
2.1.5.2. 3. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan
yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika
tanda-tanda tersebut tidak diketahui cepat pada waktunya
( stuart and Sundeen, 1998 )
13
2.1.5.3. Ciri-ciri pasien yang berpotensi bunuh diri
Seperti dari percobaan bunuh diri tidak dapat diantisipasi,
sekalipun dengan kemajuan pengetahuan saat ini predikasi
yang akurat masih sulit diperoleh, kemungkinan bunuh diri
dapat terjadi apabila.
2.1.5.3.1. Pasien pernah mencoba bunuh diri terlihat diruangan
gawat darurat, bangsal, perawatan dan
sebagainya.
2.1.5.3.2. Keinginan bunuh diri dinyatakan terang-terangan
maupun tidak,atau berupa ancaman “ kamu tidak akan
saya ganggu lebih lama lagi “ ( Sering dikatakan kepada
keluarga )
2.1.5.3.3. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau
cemas
2.1.5.3.4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna ( misalnya
pasangan pekerjaan, haraga diri )
2.1.5.3.5. Perubahan prilaku yang tidak terduga, menyampaikan
pesan-pesan, pembicaraan serius dan mendalam dengan
kerabat , membagi-bagikan harta/barang – barang
miliknya.
2.1.5.3.6. Perubahan sikap yang mendadak, tiba-tiba gembira,
marah atau menarik diri. ( David A. Tomb, 2004 )
2.1.6. Penatalaksaan pada klien prilaku bunuh diri
14
2.1.6.1. Kembangkan ikatan terapeutik dengan pasien. Lakuakn
dengan penuh perhatian dan rasa penerimaan. Usahakan
mengerti alasan pasien ingin mati. Biarkan pasien
mengekpresikan kemarahannya, pikiran-pikiran “yang tidak
dapat diterima” Perasaan ditolak dan keputus asaan. Pasien-
pasien seperti ini sering merasa tidak dimengerti dan
terperangkap dan tetapi tidak mampu meminta pertolongan .
kurangi nyeri psikologis sedapat mungkin.
2.1.6.2. Pasien sering bingung dan memiliki fokus pikir yang
sempit, hadapkan dengan hal-hal yang realita. Jangan
mengecilkan keseriusan pasien dalam usaha bunuh diri.
Jangan pernah setuju untuk merahasikan rencana bunuh diri.
2.1.6.3. Bantulah pasien dengan melewati. Masa berduka karena
kehilangan. Jangan memberi alasan untuk membenarkan
gejala-gejala yang dialami pasien ( misal. Saya juga pernah
merasakan hal yang sama ). Dan juga juga potensi untuk
bunuh diri juga dapat berubah dengan cepat. Nilailah
kembali kondisi pikiran pasien dengan sering.
2.1.6.4. menggunakan sumber daya dari komunitas. Lihatlah
keluarga dan prang-orang yang bermakna dalampengobatan
pasien. Gunakan terapi keluarga bila sesuai dengan
kebutuhan. Kurangi solusi sosial dan penarikan diri secara
aktif. Membantu membuat perubahan-perubahan dalam
lingkungan yang patologis dari pasien. Jangan kehilangan
15
kontak dengan pasien. Pantau dengan teliti selama musim
liburan. Bersikap aktif tetapi tetap menuntut pasien untuk
berrtangung jawab terhadap hidupnya.
2.1.6.5. Semua ancaman bunuh diri secara verbal dan non verbal
harus ditanggapi secara serius. Laporkan segera mungkindan
lakukan tindak pengaman. Dan jauhkan semua benda yang
berbahaya dari lingkungan dekt pasien. Dan jika pasien
beresiko tinggi untuk bunuh diri, obserfasi secara ketat,
bahkan ketika dia berada ditempat tidur atau menggunakan
kamarmandi
2.1.6.6. Observasi dengan cermat ketika pasien minum
obat.periksa mulut pasien memastikan bahwa obat telah
ditelan.berikan obat dalam bentuk cair apabila
memungkinkan
2.1.7. Penelitian terkait
Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian yang terkait
dengan peneliti lakukan yaitu hubungan karakteristik perawat
terhadap penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri.
2.1.8. Kerangka penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kerangka dengan
konsep sendiri agar mempermudah menentukan variabel yang
akan diteliti.
Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan pada bagan
berikut
16
Variabel independen Variabel dependen
Karakteristik Perawat Penatalaksanaan Klien Bunuh
diri
a. Usia a. Dilakukan
b. Pendidikan b. Tidak dilakukan
c. Lama kerja
Keterangan : DitelitiDari keterangan diatas dapat dijelaskan karakeristik perawat
dalam penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri meliputi
umur, tingkat pendidikan dan lama kerja dalam penelitian ini
penulis ingin melihat penataksanaan oleh perawat apakah sudah
dilakukan atau tidak dilakukan menurut standar.
2.1.9. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi
Operasional
Alat
ukur
Cara
ukur
Skala
ukur
Hasil ukur
Variabel
Indepen
den
Umur
Lama hidup
yang dihitung
sejak mulai
lahir sampai
usia saat
Kuesi
oner
Lang
sung
dijaw
ab
Ordin
al
1. Dewasa
awal 21-
39 th
2. Tengah
baya 40 –
50
3. Tua > 50
17
penelitian. th
Tingkat
Pendidika
n
Latar belakang
pendidikan
kesehatan
formal terakhir
saat diakukan
penelitian
Wawa
ncara
Lang
sung
dijaw
ab
Ordin
al
1. Rendah
SPK
2. Tinggi DIII
dan S1.
Lama
kerja
Masa yang
telah dilewati
oleh perawat
dalam bekerja
Wawa
ncara
Lang
sung
dijaw
ab
Ordin
al
1. Baru
bekerja 0 -
10 tahun
2. Sudah
lama
bekerja >
10 th
Variabel
Depende
n
Penerapa
n
penatalak
sanaan
Suatu
tindakan yang
diberikan
perawat
kepada klien
berdasarkan
ketentuan
Kuesi
oner
dan
Obser
vasi
Lang
sung
dijaw
ab
dan
meng
amati
Ordin
al
1. Dilakukan
sesuai
standar ≥
80 %
2. Tidak
dilakukan
sesuai
standar <
80 %
18
yang telah
ditentukan
2.1.10. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaa klien
dengan bunuh prilaku bunuh diri
Ha : Ada hubungan karakteristik terhadap penatalaksaan klien
dengan prilaku bunuh diri.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Disain Penelitian
Penelitian ini mengunakan deskriptif kolerasi yang memilih
hubungan antara dua variabel yaitu karakteristik dan
19
penatalaksaan perawat pada klien bunuh diri di RSJ
Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dimana peneliti memilih pendekatan
inferensial dengan tujuan untuk menganalisa data dengan istilah
yang bermakna,
Ang memungkinkan peneliti memutuskan, apakah hasil studi
merupakan hasil dari faktor yang direncanakan dalam desain studi
teori yang ditentukan secara kebetulan dengan menggunakan skor
– skor P ( 0,05 ) yang didapatkan melalui uji statistik perbedaan
dua proposi = Chi – Square test ( Notoadmodjo.s 2002 : 145 )
3.2. Kerangka kerja
Karakteristik Variabel Desain yang digunakanperawat terhadap independen desain korelatifpenanatalaksanaaan Karakteristik klien dengan prilaku Perawatbunuh diri Variabel
dependenPenatalaksanaanKlien dengan prilaku bunuh diri
Teknik pengambilan Sampel penelitian Populasi adalah 59 orang Sampel adalah total adalah 59 orang yang bertugasSampling di ruangan rawat inap RSJ
Prof.Dr.HB.Sa`anin
Padang
Hasil :
20
1. Ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang 2009
2. Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang 2009
3.3. Populasi sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
akan diteliti ( Notoatmodjo.s.2002 ) yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah perawat yang dinas di bagian rawat inap di RSJ
Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang yang berjumlah 69 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
( Notoadmodjo 2003 : 79 ). Sampel dalam penelitian ini adalah
semua perawat yang dinas dibagian rawat inap RS
Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang dengan jumlah 30 orang dengan
menggunakan teknik total sampling.
3.4. Cara pengumpulaan data
3.4.1 Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah koesionner dengan cara di cheklis dan mengisi
data demografi : nama/initial, lama kerja dan usia, sedangkan
untuk mengetahui variabel independen tentang penatalaksaan
yang dilakukan perawat terhadap klien, peneliti menggunakan
21
lembaran observasi yang berisi 34 item dalam bentuk lembaran
cheklis lika dilakukan diberi nilai 2 dan jika tidak dilakukan diberi
nilai 1 dan yang akan di observasi oleh responden menyangkut
pada penggunaan penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri
yang dilakukan perawat, fase yang dilakukan perawat dan sikap
penatalaksaan klien dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan
perawat
3.4.2 Prosedur pengumpulan data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba
kuesioner terhadap 3 orang responden yang memenuhi kriteria
untuk diteliti nanti. Tujuan uji coba kuesioner untuk melihat apakah
kuesiner dapat dipahami oleh responden.
Setelah uji coba dilaukan peneliti menentukan responden
yang sesuai dengan kriteria sampel kemudian dilakukan
pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner kepada
responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner selama 10 –
15 menit dan responden didampingi selama pengisian. Setelah
diiisi dikumpulkan kelengkapan dan kelengkapannya diperiksa oleh
peneliti. Setelah itu peneliti langsung melakukan observasi kepada
perawat tersebut sesuai dengan item yang telah diterapkan.
3.5 Cara pengolahan data dan analisa data.
3.5.1 Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
3.5.1.1 Coding
22
Peneliti dengan melakukan kegiatan mengklasifikasikan data
dan pemberian kode untuk masing – masing kelas sesuai dengan
tujuan dikumpulkan data
3.5.1.2 Editing
Penyuntungan data dilakukan sebelum proses pemasukan
dan sebaiknya dilakukan agar data yang salah satu meragukan
masih dapat ditelusuri kembali pada responden
3.5.1.3. Scoring
Untuk lembaran observasi ditetapkan nilai skor 2 jika
dilakukan dan nilai skor : 1 jika tidak dilakukan. Sedangkan untuk
kuesioner yang ada karakteristik perawat dikatagorikan untuk
umur dewasa awal = ( 21-39 Th ) Tengah baya = ( 40-50 Th )dan
Tua = > 50 Th dan untuk tingkat pendidikan SPK = ( Rendah ) D III
dan S 1 =( Tinggi ) dan untuk lama kerja 0-10 Th =( Baru ) dan
untuk >10= ( Lama )
3.5.1.4. Membuat stuktur data
Struktur data dikembangkan sesuai dengan analisis yang
akan dilakukan.
3.5.1.5. Memasukkan data
Dalam kegiatan ini diperhatikan atau analisis yang akan
dilakukan.
3.5.1.6. Cleaning
23
Pembersihan data perlu dilakukan dan ternyata terdapat
kesalahan dalam melakukan data, lakukan pembentukan dan
pengecekan ulang kuesioner.
3.5.2 Analisa data
3.5.2.1 Analisa Univariat
Setelah data dikumpulkan dan data diolah dengan menggunakan
analisa distribusi frekwensi dan statistik deskriptif untuk melihat
katagori variabel independen dan depeden untuk katagori
dependen yaitu persiapan dan pelaksaan penerapan penatalaksaan
klien dengan prilaku bunuh diri ditetapkan :
1. Dilakukan sesuai standar ≥ 80 %
2. Tidak dilakukan sesuai standar < 80 %
Data diolah dengan menggunakan rumus :
FP = × 100 %
N
Ket : P = persentase
F = Fekwensi
N = Jumlah e Responden
( Arikunto. 1993 )
3.5.2.2 Analisa bivariat
24
Analisis dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik
perawat terhadap penatalaksaan dengan klien prilaku bunuh diri.
Penguji hipotesis untuk mengambil keputusan tentang apakah
hipotesis yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau
diterima dengan menggunakan uji statistik chi square, untuk
melihat kemaknaan perhitunngan statistik digunakan batasan
kemaknaan 0,05 sehingga P ≤ 0,05 maka secara statistik disebut “
bermakna “ dan jika P > 0,05 maka hasil hubungan tersebut ‘tidak
bermakna”
Analisa data dilakukan dengan uji statistik dengan
menggunakan rumus chi square
∑( 0 – E )2
. X2 = E
Ketarangan : X2 = Chi square
∑ = Jumlah baris dan kolom
E = Nilai yang diharapkan
3.6. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin
Padang dengan perbandingan bahwa dirumah sakit ini merupakan
salah satu instalasi pendidikan sehingga memudahkan untuk
mencari responden yang sesuai.
Lokasi penelitian ini adalah di ruang rawat inap
RSJ.Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang yaitu di seluruh ruang rawat inap
yang terdiri dari Ruang Geges, Flamboyan, Cendrawasih, Melati,
25
Merpati,Villa Anggrek ( VIP ) dan IGD. Penelitian ini Akan dilakukan
pada bulan Agustus 2009.
3.7. Etika penelitian
Setelah mendapat surat dari pendidikan, peneliti melapor
kepada direktur RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang Tentang tujuan
penelitian dilakukan. Setelah mendapat izin dari Direktur, peneliti
melaporkan ke DIKLAT dan meminta surat pengantar penelitian
untuk kesemua ruangan rawat inap RSJ Prof.Dr.HB.Sa`anin Padang,
peneliti memberikan surat tentang rencana dan tujuan peneliti
kepada responden, setiap responden berhak untuk menolak atau
menyetujui menjadi responden, bagi mereka yang setuju diminta
untuk menandatangani lembaran persetujuan yang telah
disediakan.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
Penelitian hubungan karakteristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri yang dilakukan di
ruangan inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang mulai tanggal 30 juli
2009 – 10 Agustus 2009 dengan jumlah responden 30 orang yang
sesuai dengan kriteria sample yang telah ditentukan. Penelitian ini
berisikan tentang karakteristik perawat dan penatalaksaan klien
dengan prilaku bunuh diri. Setelah data dikumpul dan kemudian
diolah dan disajikan dalam bentuk diagram dan tabel dibawah ini.
4.1.1. Karakteristik Perawat
27
4.1.1.1. Menurut Usia
Diagram 4.1Distribusi Frekuensi Usia Responden Perawat di ruangan
rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009
27
90%
310%
0
20
40
60
80
100
Dewasa awal (21-39Th)
Tengah baya(40-50Th)
Frekuensi
Persetase
Diagram diatas dapat dilihat bahwa usia perawat yang paling
banyak saat jadi responden adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu dewasa
awal sebanyak 90 %
4.1.1.2. Tingkat pendidikan
Diagram 4.2Distribusi frekuensi Responden menurut Tingkat pendidikan di
RuangRawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin
Padang Juli - Agustus 2009
9
30%
21
70%
0
10
20
30
40
50
60
70
SPK DIII/S1
Frekuensi
Persentase
28
Diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden tingkat pendidikan nya adalah DIII dan S1 yaitu 21
orang atau 70%.
4.1.1.3. Menurut Lama Kerja
Diagram 4.3Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Kerja di Ruang
rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009
12
40%
18
60%
0
10
20
30
40
50
60
Baru(0-10 Th) Lama(>10 Th)
Frekuensi
Persentasi
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar Lama
kerja Responden adalah > 10 tahun yaitu 18 orang atau 60 %
4.1.2. Penatalaksanaan prilaku bunuh diri.
Diagram 4.3Distribusi frekuensi Penatalaksanaan Perawat terhadap prilaku
bunuh diri di Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin
Padang Juli - Agustus 2009
29
25
83%
5
16%
0
1020
30
40
5060
70
8090
Dilakukan Tidakdilakukan
Frekuensi
Persentasi
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa Penatalaksanaan
Perawat terhadap Penatalaksaan klien bunuh diri terbanyak adalah
83% atau 25 orang melakukan dan 16% atau 5 orang tidak
melakukan penatalaksanaan.
4.1.2.1. Hubungan Karakteristik Perawat Terhadap
Penatalaksanaan klien prilaku bunuh diri menurut usia Perawat.
Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik perawat
terhadap penatalaksanaan klien prilaku bunuh diri menurut usia,
maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square
dengan derajat kemaknaan α= 0.05
4.1.2.1.1. Menurut usia
30
Tabel. 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan
Karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut Usia
di Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009
Karakteri
stik
Penatalaksanaan
Total %Dilakuka
n (f)%
Tidak
Dilakuka
n (f)
%
Dewasa
awal22 73,33 5 16,66 27 90
Tengah
baya3 10 0 0 3 10
Total 25 83,33 5 16,66 30 100
Batas kemaknaan α = 0,05
Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )
= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )
= 1
1 → X2 = 3,841
X2 = E
E)0( −
∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total
E sel A = 30
2725× = 22,5
E sel B = 30
275× = 4,5
31
E sel C = 30
325 × = 2,5
E sel D = 30
35× = 0,5
SEL 0 E 0 - E (0 - E)2
E
E 2)0( −
A 22 22,5 -0,5 0,25 0,01
B 5 4,5 0,5 0,25 0,05
C 3 2,5 0,5 0,25 0,1
D 0 0,5 -0,5 0,25 0,25
X2 h 0,41
Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2
h = 0,41. setelah itu untuk menentukan hubungan antara
karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :
X2 > nilai kritis = Ho ditolak
X2 < nilai kritis = Ho diterima.
Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h < X2 t yaitu 0,41
< 3,841 Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi kesimpulannya
tidak ada hubungan antara karakteristik tingkat usia terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri.
4.1.2.1.2. Menurut Tingkat Pendidikan
32
Tabel. 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan
Karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut tingkat Pendidikandi Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin
Padang Juli - Agustus 2009
Karakteris
tik
Penatalaksanaan T
o
t
al
%Dilakuka
n (f)%
Tidak
Dilakuka
n (f)
%
Tinggil 16 53,33 5 16,662
170
Rendah 9 30 0 0 9 30
Total 25 83,33 5 0,663
0100
Batas kemaknaan α = 0,05
Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )
= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )
= 1
1 → X2 = 3,841
X2 = E
E)0( −
∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total
E sel A = 30
2125× = 17,5
E sel B = 30
215× = 3,5
33
E sel C = 30
925 × = 7,5
E sel D = 30
95× = 1,5
SEL 0 E 0 - E (0 - E)2
E
E 2)0( −
A 16 17,50 -1,5 2,25 0,12
B 5 3,50 1,5 2,25 0,64
C 9 7,50 1,5 2,25 0,3
D 0 1,50 1,5 2,25 1,5
X2 h 2,56
Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2
h = 2,56. setelah itu untuk menentukan hubungan antara
karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :
X2 > nilai kritis = Ho ditolak
X2 < nilai kritis = Ho diterima.
Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h < X2 t yaitu 2,56
< 3,841 Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi kesimpulannya
tidak ada hubungan antara karakteristik Perawat menurut tingkat
tingkat pendidikan terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku
bunuh diri.
34
4.1.2.1.3. Menurut Lama kerja
Tabel. 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan
Karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri Menurut Pengalaman Lama kerja
di Ruang rawat inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang Juli - Agustus 2009
Karakteri
stik
Penatalaksanaan
Tot
al%
Dilakuka
n (f) %
Tidak
Dilakuka
n (f)
%
Baru 9 30 3 10 12 40Sudah
Lama
16 53,33 2 6,66 18 60
Total 25 30,53 5 16,66 30 100
Batas kemaknaan α = 0,05
Df ( nilai Kritis ) = ( Kolom - 1 ) ( Baris – 1 )
= ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )
= 1
1 → X2 = 3,841
X2 = E
E)0( −
∑ Total kolom X Total baris ∑ n Total
E sel A = 30
1225 × = 10
E sel B = 30
125× = 2
35
E sel C = 30
1825 × = 6,66
E sel D = 30
185× = 3
SEL 0 E 0 - E (0 - E)2
E
E 2)0( −
A 9 10 -1 1 0,1
B 3 2 1 1 0,5
C 16 6,66 9,34 87,23 13,09
D 3 3 0 o 0
X2 h 13,69
Dari pengolahan data diatas didapat nilai kritis X2 t = 3,841 dan X2
h = 13,69 setelah itu untuk menentukan hubungan antara
karakreteristik perawat terhadap umur dapat dilihat dari :
X2 > nilai kritis = Ho ditolak
X2 < nilai kritis = Ho diterima.
Dari data diatas telah didapatkan bahwa X2 h > X2 t yaitu 13,69 >
3,841 Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya
adalah ada hubungan antara Karakteristik pengalaman kerja
terhadap penatalaksanaan klien bunuh diri.
4.2. Pembahasan.
36
4.2.1.Karakteristik4.2.1.1 Diagram diatas dapat dilihat bahwa usia
perawat yang paling banyak saat jadi responden adalah usia ( 21 –
39 Th ) yaitu dewasa awal sebanyak 90 % dan selebihnya tengah
baya sebanyak 10 % yang berusia ( 40 – 50 Th ).
4.2.1.2. Diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden tingkat pendidikan nya adalah DIII dan S1 yaitu
21 orang atau 70%.
4.2.1.1.3. Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
Lama kerja Responden adalah > 10 tahun yaitu 18 orang
atau 60 %
4.2.3. Hubungan karakteristik perawat terhadap penatalaksanaan
klien dengan prilaku bunuh diri.
4.2.3.1.Dari penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang di ruang
rawat inap RSJ Prof.Dr.HB. Sa’anin didapat pada diagram 4.1
dan tabel 4.1. bahwa sebagian responden adalah dewasa
awal sebanyak 90 % yang berusia ( 21 – 39 Th ) dan
selebihnya tengah baya sebanyak 10 % yang berusia ( 40 –
50 Th ). Dan pada tabel 4.1 dilihat bahwa tidak ada hubungan
keraktristik usia terhadap penatalaksanaan klien dengan
prilaku bunuh diri.. Menurut ( Hasibun 2000 ) Umur berkaitan
erat dengan tingkat kedewasa atau maturitas perawat,
meningkatnya umur seseorang akan meningkat pula
kebijaksanaan dan kemampuan berfikir rasional. Disini
peneliti berasumsi bahwa seseorang yang tingkat usianya
37
lebih tinggi atau tua dia lebih mewakilkan melakukan
tindakan ke yang lebih muda dan dari segi pemikiran usia tua
lebih memikirkan waktunya untuk menghadapi pensium dan
sebaliknya usia muda adalah usia yang sangat produktif
dalam melakukan tndakan atau kegiatan jadi kesimpulannya
adalah usia muda yang berumur 21 -39 tahun lebih baik
untuk melakukan tindakan penatalaksanaan klien dengan
prilaku bunuh diri tetapi peneliti memukan tidak ada
hubungan karakteristik menurut usia terhadap penatalaksaan
klien dengan prilaku bunuh diri.
4.2.3.2. Pada diagram 4.2 terlihat bahwa sebagian besar latar
pendidikan perawat inap adalah tinggi yaitu tamatan DIII dan
S1 yaitu sebanyak 21 orang atau 70%, disini terlihat bahwa
perawat yang dinas diruang rawat inap adalah berkategori
tinggi. Dan dilihat pada tabel 4.2 tidak ada hubungan
karakteristik perawat menurut tingkat pendidikan terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di ruang
rawat inap. Menurut Siagian 2000 mengatakan bahwa
pendidikan merupakan yang berfungsi mengembangkan
kemampuan dan yang kualitas kepribadian seseorang
seorang dimana semakin tinggii tingkat pendidikan
seseorang semakin besar keinginan untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan. Peneliti menemukan dari
hasil yang didapat tidak ada hubungan karakteristik tingkat
38
pendidikan dengan penatalaksanaan klien dengan prilaku
bunuh diri. Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan pada
DIII atau S1 adalah sangat baik atau dikatagorikan tinggi,
Karena pada tingkat pendidikan tersebut meraka sudah
mengenal atau sudah diajarkan terhadap teori – teori dan
konsep yang baik untuk melakukan tindakan kepasien
terhadap penatalaksanaan bunuh diri di Rumah Sakit dan
sebaliknya pada pada pendidikan tingkat SPK adalah
pendidikan yang dikategorikan rendah, disini dilihat bahwa
Perawat yang tamatan SPK umumnya tidak diajarkan teori
dan konsep terhadap penatalaksaaan klien dengan prilaku
bunuh diri dan disi perawat menemukan tidak ada hubungan
tingkat pendidikan terhadap penatalaksanaan klien dengan
prilaku bunuh diri.
4.2.3.3. Pada diagram.4.3 terlihat bahwa sebagian besar
karakteristik perawat menurut lama kerja sebanyak 60% atau
18 orang. Dan pada tabel 4.3 terlihat bahwa ada hubungan
karakteristik perawat menurut lama kerja, jadi disini dapat
dihubungkan bahwa lama kerja seseorang perawat
mempengaruhi terhadap penatalaksanaan klien dengan
prilaku bunuh diri, Disini peneliti berasumsi bahwa lama kerja
berkaitan dengan keahlian, karena semakin tinggi frekuensi
tingkat lama kerja seseorang maka tindakan yang akan
dilakukan semakin mudah untuk dilakukan seperti
39
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri. Sesuai
menurut teory Siagin ( 2000 ) menyimpulkan bahwa semakin
lama kinerja seseorang maka akan semakin terampil dan
pengalaman menghadapi masalah dalam pekerjaannya.
4.3. Keterbatasan Peneliti
4.3.1. Dari segi alat kuesioner
Kuesioner peneliti ini baru pertama kali di rancang sendiri
oleh peneliti, oleh karena itu mungkin jauh dari kesempurnaan.
Kuesioner yang peneliti gunakan perlu di uji validitas dan
reabilitasnya.
4.3.2. Dari segi waktu
Peneliti mempunyai dalam membagi waktu antara wak
PMPKL dan Praktek Klinik di RS dengan waktu penelitian karena
tempat penelitian jauh dari tempat perkuliahan atau kampus
40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tanggal 30 juli 2009 – 10
Agustus 2009 bahwa hubungan karakteristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien dengan prilaku bunuh diri di ruang rawat
inap RSJ.Prof.Dr.HB. Sa’anin Padang dengan 30 responden, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1. Sebagian besar responden adalah usia ( 21 – 39 Th ) yaitu
dewasa awal sebanyak 90 %, sebagian besar tingkat
pendidikan adalah DIII dan S1 yaitu 21 orang atau 70% dan
sebagian besar pengalaman kerja adalah ( > 10) tahun yaitu
18 orang atau 60 %..
5.1.2. Penatalaksanaan perawat pada klien prilaku bunuh diri
dilakukan adalah 83%
5.1.3.Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien prilaku bunuh terhadap tingkat usia
perawat dengan hasil
nilai chi squarenya adalah X2 = X2 h < X2 t yaitu 0,41 < 3,841
5.1.4.Tidak ada hubungan karakteristik perawat terhadap
penatalaksanaan klien prilaku bunuh dengan Tingkat
Pendidikan dengan hasil
41
nilai chi squarenya adalah. X2 h < X2 t yaitu 2,56 < 3,841
5.1.5. Ada hubungan karakteristik perawat terhadap
penatalaksanan klien prilaku bunuh dengan dengan hasil
nilai chi squarenya adalah. X2 h > X2 t yaitu 13,69 > 3,841
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang
dikemukakan diatas ada beberapa saran yang ingin peneliti
sampaikan antara lain :
5.2.1. Kepada institusi pelayanan kesehatan khususnya RS
Diharapkan agar terus meningkatkan upaya promotif
khususnya terhadap keluarga dan klen dengan cara
melibatkan keluarga dan klien dalam acara seminar atau
diskusi yang yang menyangkut dengan penatalaksanaan klien
prilaku bunuh diri.
5.2.2. Diharapkan pada peneliti yang lain untuk dapat melanjutkan
penelitian ini dengan meneliti penatalaksanaan pada klien
prilak bunuh diri
5.2.3. Dan diharapkan juga kepada kampus supaya untuk
kedepannya jadwal penelitian tidak bersamaan dengan jadwal
kegiatan dikampus.
42
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1993. Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta.
David. Tomb,2000. Buku saku Psikistri, Jakarta : EGC
Depkes RI, 1990. Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010, Jakarta : EGC
Gipson, James, 2000. Organisasi Prilaku Struktur, Proses, Edisi 5, Jakarta : Erlangga
Harold, Kaplan, 1998. jiwa darurat, jakarta : Media Medika
Hasibun, Malayu SP, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara
Keliat budi ana, 1994. Asuhan Keperawatan Pada klien Bunuh diri, Jakarta
43
Marquis, 2000. Pendidikan Keperawatan, Jakarta
Maryanto, 1990. Pengumpulan Sumber Daya Manusia, Surabaya
Notoadmojo, Soekitjo, 2000. Metode Penelian dan Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam, 2002. Metodelogi Riset Keperawatan, Jakarta.:Cv Informatika
Purwarto, Heri, 1999. Penelitian Keperawatan, Jakarta, Rhineka Cipta.
Siagian, Sondang, 2000. Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi, Cetakan kedua, Jakarta : PT agung.
Stikes Perintis, 2008, Pedoman Penulisan KTI, Bukittinggi
Stuart dan sudeen, 1998 Keperawatan Jiwa : EGC
44
45
46