HUBUNGAN BUDAYA K3 DENGAN KESELAMATAN KERJA PADA …
Transcript of HUBUNGAN BUDAYA K3 DENGAN KESELAMATAN KERJA PADA …
HUBUNGAN BUDAYA K3 DENGAN KESELAMATAN KERJA PADA
PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. UKINDO (AEP GROUP)
BLANKAHAN KAB. LANGKAT TAHUN 2017
SKRIPSI
OLEH
DESTI APRIANI
NIM : 131000263
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN BUDAYA K3 DENGAN KESELAMATAN KERJA PADA
PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. UKINDO (AEP GROUP)
BLANKAHAN KAB. LANGKAT TAHUN 2017
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
DESTI APRIANI
NIM : 131000263
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
BUDAYA K3 DENGAN KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA
PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. UKINDO (AEP GROUP) BLANKAHAN
KAB. LANGKAT TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
diberikan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Medan, Oktober 2017
Yang membuat pernyataan
Desti Apriani
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
iii
ABSTRAK
Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan tidak
diharapkan namun bisa dicegah. Data BPJS Ketenagakerjaan tahun 2015 angka
kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 105.182 kasus, untuk meminimalkan
angka kecelakaan kerja adalah dengan menerapkan Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang dapat menurunkan angka kecelakaan kerja sehingga
keselamatan pekerja dilindungi. Maka dengan ini saya ingin meneliti hubungan
antara Budaya K3 dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan.
Penelitian ini dilakukan dengan studi korelasi (Correlation Study), yaitu
hubungan Budaya K3 dengan Keselamatan Kerja. Populasi penelitian sebanyak
85 orang dan sampel diambil secara proportional stratified sebanyak 46 orang.
Variabel independen yang diteliti adalah Komitment Top Management, Peraturan
dan Prosedur K3, Komunikasi Pekerja, Kompetensi Pekerja, Lingkungan kerja,
dan Keterlibatan Pekerja dalam K3, dengan variabel dependen yaitu Keselamatan
Kerja yang dianalisis dengan uji chi square (p<0,05).
Hasil analisis uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Komitment Top Management, Peraturan dan Prosedur K3, Lingkungan Kerja,
Keterlibatan Pekerja dengan Keselamatan Kerja (p<0,05), dan tidak ada hubungan
antara komunikasi pekerja dan kompetensi pekerja dengan keselamatan kerja
(p>0.05).
Saran untuk meningkatkan Budaya K3 di perusahaan yaitu Pihak
manajemen menerapkan peraturan K3 secara tertulis dan tertempel di area kerja,
dan melakukan pengawasan yang ketat, diperlukan komunikasi yang baik antara
pihak manajerial dengan pekerja,dan selalu memberi informasi terbaru kepada
pekerja terkait Keselamatan Kerja, mengadakan program edukasi dan training
secara berkesinambungan bagi pekerja mengenai keselamatan kerja untuk
menambah kemampuan pekerja dalam bekerja.
Kata kunci : Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Keselamatan
Kerja, Kecelakaan Kerja
Universitas Sumatera Utara
iv
ABSTRACT
Accident is unwanted and unexpected but is able to be prevented.
Data Employment year 2015 BPJS numbers work accident in Indonesia reached
105,182 cases, to minimize the number of work accidents is by implementing a
culture of safety and occupational health that can decrease the number of
accidents of work so that the safety of workers is protected. So with this I want
to examine the relationship between the safety culture with Safety in
Pt. Ukindo Blankahan.
This study is a correlation study (correlation study), that safety culture
with safety work. Populasi studies as man as 85 people and proportionl staratified
sample taken as many 46 people. Independent vari able examined was the
commitment of Top Management, Hse rules and procedures, Communications
Workers, the competence of workers, the working environment,and the
involvement and safety workers, the dependent variable safety analyzed using
by chi square test (p < 0.05).
The result of chi square test shows that there is relation between Top
Management Commitment, safety rules and Procedure, working environment,
involvement of workers with Safety (p < 0.05), and there is no relationship
between the communications workers and the competence of workers
with safety (p > 0.05).
There are some Suggestions for improving the culture of
the company that the management has to apply the rules of OHS in writing and
tack the rules around working area, and conducts strict supervision, needed good
communication between the managerial with workers, and always provide latest
information related to worker safety, conduct education program and continuous
training for workers about work safety to increase the ability of workers in work.
Keywords: Safety Culture, Safety, Accident
Universitas Sumatera Utara
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Hubungan Budaya K3 dengan Keselamatan Kerja Di PT. Ukindo
Blankahan (AEP Group) kab. Langkat Tahun 2107” merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulis banyak menerima
bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu. SH, M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dra. Lina Tarigan, Apt. MS sebagai Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji,
terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama
penulisan skripsi.
5. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Dosen Pembimbing II dan Anggota
Penguji, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis
selama penulisan skripsi.
Universitas Sumatera Utara
vi
6. Ir. Kalsum, M. Kes dan Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes sebagai Anggota
Penguji, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis
selama penulisan skripsi.
7. Prof.dr., Sorimuda Sarumpaet, MPH, Selaku Dosen Penasehat Akademik
selama penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
9. Pimpinan dan Seluruh Pekerja di PT. Ukindo Blankahan, terima kasih atas
bimbingan dan bantuan bapak dan ibu yang sudah terlibat secara langsung
dalam penulisan skripsi.
10. Kepada orang tua Ikuten Sitepu (+) dan terkhusus kepada ibu tercinta
Herawaty Br Ginting, yang selalu memberikan doa, perhatian dan semangat
kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Oktober 2017
Penulis
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
RIWAYAT HIDUP xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.3.1 Tujuan Umum 7
1.3.2 Tujuan Khusus 7
1.4 Hipotesa Penelitian 8
1.5 Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9
2.1.1 Pengertian SMK3 9
2.1.2 Tujuan SMK3 10
2.1.3 Proses SMK3 11
2.1.4 Kategori Penerapan SMK3 dalam Organisasi 13
2.2 Pengertian Budaya 14
2.2.1 Budaya 14
2.2.2 Budaya Organisasi 16
2.2.3 Budaya Perusahaan 16
2.2.4 Budaya Kerja 18
2.3 Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja 20
2.3.1 Pengertian Budaya K3 20
2.3.2 Komponen Budaya K3 24
2.4 Kecelakaan Kerja 27
2.4.1 Pengertian Kecelakaan Kerja 27
2.4.2 Penyebab Kecelakaan Kerja 28
2.4.3 Kerugian Akibat Kecelakaan 31
2.4.4 Pencegahan Kecelakaan 32
Universitas Sumatera Utara
viii
2.5 Keselamatan dan Kesehatan kerja 34
2.5.1 Pedoman Penerapan K3 40
2.6 Keselamatan kerja 42
2.6.1 Pengertian Keselamatan kerja 42
2.6.2 Aspek-aspek Keselamatan Kerja 43
2.6.3 Tujuan Keselamatan Kerja 44
2.7 Kerangka Konsep 46
BAB III METODE PENELITIAN 47
3.1 Jenis Penelitian 47
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian 47
3.2.1 Lokasi Penelitian 47
3.2.2 Waktu Penelitian 47
3.3 Populasi dan Sampel 47
3.3.1 Populasi 47
3.3.2 Sampel 47
3.4 Definisi Operasional 49
3.5 Tehnik Pengumpulan Data 49
3.5.1 Data Primer 49
3.5.2 Data Sekunder 50
3.6 Tehnik Pengolahan data 50
3.7 Aspek Pengukuran 51
3.8 Metode Analisis data 52
3.8.1 Analisis Univariat 52
3.8.2 Analisis Bivariat 53
BAB IV HASIL PENELITIAN 54
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 54
4.1.1 Identitas Perusahaan 54
4.1.2 Deskripsi Kegiatan Perusahaan 54
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan 54
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan 55
4.1.5 Kebijakan K3 Perusahaan dan Lingkungan Hidup 57
4.2 Hasil Penelitian 58
4.2.1 Identitas Pekerja 58
4.2.1.1 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur 58
4.2.1.2 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan Terakhir 59
4.2.1.3 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Masa Kerja 59
4.2.2 Komponen Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja 60
4.2.2.1 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Komitmen
Top Management 60
4.2.2.2 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Peraturan dan
Prosedur K3 61
4.2.2.3 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Komunikasi pekerja 62
Universitas Sumatera Utara
ix
4.2.2.4 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Kompetensi Pekerja 63
4.2.2.5 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Lingkungan Kerja 64
4.2.2.6 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Keterlibatan pekerja 65
4.2.2.7 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Keselamatan Kerja 67
4.2.3 Komponen Budaya K3 yang Berhubungan Dengan Keselamatan Kerja 69
4.2.3.1 Hubungan Komitment Management dengan Keselamatan Kerja 70
4.2.3.2 Hubungan Peraturan dan Prosedur K3 dengan Keselamatan
Kerja 71
4.2.3.3 Hubungan Komunikasi Pekerja dengan Keselamatan Kerja 71
4.2.3.4 Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Keselamatan Kerja 72
4.2.3.5 Hubungan Lingkungan Kerja dengan Keselamatan Kerja 72
4.2.3.6 Hubungan Keterlibatan Pekerja dengan Keselamatan Kerja 72
BAB V PEMBAHASAN 74
5.1 Hubungan Komitment Top Management dengan Keselamatan Kerja 74
5.2 Hubungan Peraturan dan Prosedur K3 dengan Keselamatan Kerja 75
5.3 Hubungan Komunikasi Pekerja dengan Keselamatan Kerja 77
5.4 Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Keselamatan Kerja 78
5.5 Hubungan Lingkungan Kerja dengan Keselamatan Kerja 79
5.6 Hubungan Keterlibatan Pekerja dengan Keselamatan Kerja 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 83
6.1 Kesimpulan 83
6.2 Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur pada Pekerja di PT.
Ukindo Blankahan Tahun 2017 58
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada
Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 59
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja di
PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 60
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Komitmen Top
Management pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun
2017 60
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Peraturan dan
Prosedur K3 pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun
2017 61
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Komunikasi Pekerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 62
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Kompetensi Pekerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 63
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lingkungan Kerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 64
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Keterlibatan
Pekerja pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 65
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden keseluruhan
komponen Budaya K3 pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan
Tahun 2017 65
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Keselamatan Kerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 67
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keselamatan Kerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 69
Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Komitment Top
Management dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo
Blankahan Tahun 2017 70
Universitas Sumatera Utara
xi
Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Peraturan dan Prosedur K3
dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun
2017 70
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Pekerja
dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun
2017 71
Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kompetensi Pekerja
dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun
2017 71
Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Kerja dengan
Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017 72
Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Pekerja
dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun
2017 72
Tabel 4.19 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Variabel Bebas Dengan
Variabel Terikat Dengan Menggunakan Uji Chi Square 73
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 47
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Ukindo Blankahan 56
Universitas Sumatera Utara
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner ..................................................................................... 87
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ..................................................................... 90
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 91
Lampiran 5. Dokumentasi ................................................................................ 92
Lampiran 6. Master Data .................................................................................. 100
Lampiran 7. Output SPSS ................................................................................ 115
Universitas Sumatera Utara
xiv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Desti Apriani, lahir pada 09 April 1995 di Simpang Lau
Gunung. Beragama Kristen Protestan, Suku Karo, dan berasal dari Desa Simpang
Lau Gunung Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Penulis merupakan anak
ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan Ikuten Sitepu(+) dan Herawaty br
Ginting.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Swasta Masehi Lau
Gunung Kabupaten Langkat pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2007,
kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sei
Bingai pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010. Setelah menamatkan
Sekolah Menengah Pertama, penulis melanjutkan Sekolah Menegah Atas di SMA
Negeri 1 Sei Bingai pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun
2013 penulis menempuh pendidikan tinggi pada Program Studi S-1 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara dan selesai pada tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti
sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik tingkat
regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara
kompetitif. Industrialisasi tidak terlepas dari sumber daya manusia yang dimana
setiap manusia diharapkan dapat menjadi sumber daya pakai dan mampu
membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan. Untuk
memenuhi kebutuhan ini, salah satunya adalah penggunaan mesin-mesin modern
sehingga pada saat sekarang ini interaksi antara manusia dan mesin merupakan
hal biasa yang terjadi dalam kegiatannya. Penggunaan mesin dan alat-alat berat
tentunya membutuhkan pengawasan dari pihak manajemen serta kesadaran dari
pekerja itu sendiri (Rina, 2016).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian bahwa Perindustrian diselenggarakan berdasarkan asas kepentingan
nasional, demokrasi ekonomi, kepastian berusaha, pemerataan persebaran,
persaingan usaha yang sehat dan keterkaitan industri.
Menjawab tantangan persaingan industri yang semakin tinggi penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di industri merupakan aspek yang sangat
penting. Berbagai standar dan dokumen dibuat untuk mengatur mengenai
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Hal ini diharapkan agar industri tidak
Universitas Sumatera Utara
2
hanya berfokus terhadap kualitas produk dan keutungan semata tetapi juga harus
mempertimbangkan aspek lingkungan serta manusia yang dalam hal ini adalah
tenaga kerja itu sendiri. Hal ini dapat diwujudkan dalam penerapan program-
program keselamatan dan kesehatan bagi tenaga kerja dan dibudayakan dalam
lingkungan tempat kerja terkandung dalam budaya perusahaan itu sendiri.
Menurut Reason (1997) program keselamatan dan kesehatan kerja
sebaiknya dimulai dari tahap yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
salah satu aspek perlindungan tenaga kerja melalui penerapan teknologi
pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Menurut
Leach dan Kenny (2000) salah satu penyebab perusahaan tidak berkembang
adalah karena pengusaha dan top manajemen tidak mau mengakui bahwa mereka
perlu membentuk kembali budaya perusahaan atau mengambil cara baru dalam
mengatur orang pada suatu tahap awal yang menjadi titik kritis dalam sejarah
perusahaan. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, bahwa budaya
keselamatan dan kesehatan kerja dapat terbentuk dari beberapa faktor dominan
yaitu komitmen top manajemen, peraturan dan prosedur K3, komunikasi,
kompetensi pekerja, keterlibatan pekerja, dan lingkungan kerja (Wieke, 2012).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.33 Tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan sumber Radioaktif mendefinisikan
bahwa budaya keselamatan adalah paduan sifat dari sikap organisasi yang
memberikan perhatian dan prioritas utama pada masalah-masalah keselamatan.
Penerapan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan juga
Universitas Sumatera Utara
3
merupakan salah satu syarat dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Selain sebagai aspek perlindungan terhadap ketenagakerjaan, penerapan budaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga berpengaruh terhadap nilai investasi,
kualitas dan kuantitas produk dan jasa, kelangsungan usaha serta daya saing
sebuah negara.
Di Indonesia telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja antara lain sebagai berikut : Undang-Undang No.1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja di jelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas nasional serta
terjamin keselamatannya .
International Labor Organization (ILO) mencatat tahun 2013, 1 pekerja di
dunia meninggal setiap 1 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja
mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka
kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2
juta kasus setiap tahun. Masalah kesehatan potensial pada pekerja menurut
Departemen Kesehatan adalah kecelakaan kerja, Penyakit Akibat Kerja. Setiap
pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan
kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut bergantung dari
jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan
lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-tenaga pelaksana.
Jumlah kasus kecelakaan tahun 2011-2014 yang paling tinggi tahun 2013 yaitu
Universitas Sumatera Utara
4
35.917 kasus kecelakaan, dimana pada tahun 2011 terjadi 9.891 kasus, tahun 2012
terjadi 21.735 kasus dan tahun 2014 terjadi 24.910 kasus.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan bahwa kasus kecelakaaan peserta
program Jaminan Kecelakaan Kerja tahun 2015 mencapai 105.182 kasus.
Meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, angka ini masih
terbilang cukup tinggi mengingat bahwa masih adanya kasus-kasus kecelakaan
yang tidak tercatat atau dilaporkan. Diantara banyaknya jumlah industri masih
terdapat industri yang belum menerapkan budaya K3 secara maksimal.
Penelitian mengenai budaya keselamatan kerja mulai dilakukan pada
industri manufaktur (Cheyne et al., 1998; Oliver et al., 2002), tetapi masih sangat
jarang pada industri konstruksi. Mohamed (2002) melakukan penelitian yang
berjudul hubungan antara budaya keselamatan kerja dengan perilaku pekerja dan
menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara budaya keselamatan kerja
dengan perilaku pekerja.
Penelitian Ratna Wardani dkk (2012) di Kediri yang berjudul hubungan
budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja dari 59
responden sebagian besar budaya K3 pekerja di bagian isntalasi PG Mritjan
Kediri memiliki kategori baik sejumlah 32 responden yaitu 54,2%. Dari 59
responden sebagian besar pekerja di bagian instalasi PG Mritjan Kediri memiliki
kategori produktivitas baik sejumlah 54 responden yaitu 91,5%. Ada hubungan
antara budaya K3 dengan produktivitas kerja pekerja di bagian instalasi PG
Mritjan Kediri. Dimana apabila pekerja menerapkan budaya K3 dengan benar
maka produktivitas akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
5
Penelitian Wieke Yuni Christina, dkk (2012) yang berjudul pengaruh
budaya keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja proyek konstruksi
adalah budaya keselamatan kerja harus dimulai dari top management terhadap
masalah masalah keselamatan kerja, selanjutnya pelaksanaan konstruksi prosedur
keselamatan kerja memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja
proyek konstruksi. Karena semakin tinggi budaya keselamatan dan kesehatan
kerja yang diterapkan oleh top management, maka akan semakin tinggi pula
kinerja suatu proyek konstruksi. Kesimpulan diambil sesuai dengan penelitian
pustaka yang menyatakan bahwa budaya keselamatan dan kesehatan kerja harus
dimulai dari top management.
Penelitian Elliyanuar (2016) yang berjudul hubungan antara budaya K3
dengan safe behavior pekerja gerindra dengan responden penelitian sebanyak 33
orang dari populasi 58 orang. Hasil penelitian menunjukan kebijakan K3 di PT
Barata Indonesia (persero) sudah sesuai dengan PP No. 50 tahun 2012 tentang
penerapan SMK3 dan sudah menerapkan peraturan dan prosedur K3. Hasil uji
statistik korelasi pearson menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sedang
antara komunikasi K3, Keterlibatan pekerja dan lingkungan sosial kerja dengan
safe behavior (sig<0,05).
PT. UKINDO Blankahan bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan
produsen minyak kepala sawit, dimana tandan buah segar kelapa sawit diolah
menjadi crude palm oil yang sudah berstandart ISPO (Indonesia Sustainable Palm
Oil), selain itu PT. UKINDO merupakan satu-satunya PT di Sumatera Utara yang
mengolah tandan kosong menjadi bio massa yang diekspor ke China untuk
Universitas Sumatera Utara
6
dijadikan sebagai jok pesawat. Selain itu, PT.UKINDO menghasilkan tenaga
listrik dari hasil permentasi limbah yang dilakukan untuk digunakan kepentingan
PT, dan sebagian di jual ke pihak PLN.
Berdasarkan data angka kecelakaan yang terjadi di PT. UKINDO tahun
2014 terjadi 4 kasus kecelakaan, tahun 2015 terjadi 2 kasus kecelakaan, dan pada
tahun 2016 terjadi 1 kali kecelakaan, dan semua kecelakaan terjadi pada pekerja
yang bekerja di bagian proses pengolahan CPO, dimana jenis kecelakaannya
adalah perlukaan pada jari dan tangan yang harus dijahit dan terjepit lori yang
menyebabkan adanya Lost Time Injury (LTI), sedangkan pada p ada tahun 2010
dan 2011 PT. UKINDO meraih penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident).
Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan perusahaan telah
memenuhi persyaratan dan indikator dalam budaya K3 di perusahaan seperti
komitmen top management membuat kebijakan K3, peraturan dan prosedur kerja
yang aman, mengkomunikasikan kepada pekerja, serta berusaha menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi pekerja. Tetapi fakta di lapangan
masih ditemukan pekerja yang tidak memahami dengan baik kebijakan K3 yang
telah dibuat, pekerja telah mengetahui prosedur kerja tetapi tidak benar-benar
melaksanakannya, serta lingkungan kerja yang tidak kondusip dan aman. Tidak
semua pekerja memiliki kesadaran akan hal tersebut sehingga budaya K3
belum dapat dikatakan menjadi budaya di kalangan pekerja dalam menjaga
keselamatan dirinya sendiri yang menyebabkan tiga tahun terakhir adanya kasus
kecelakaan kerja, sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 telah meraih penghargaan
Universitas Sumatera Utara
7
Kecelakaan nihil. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melihat bagaimana
hubungan budaya K3 dengan keselamatan kerja di PT UKINDO Tahun 2017.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah penelitian ini
adalah “ bagaimana hubungan budaya K3 dengan keselamatan kerja pada pekerja
pabrik kelapa sawit di PT. UKINDO Blankahan Kabupaten Langkat pada tahun
2017.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan budaya K3 dengan keselamatan kerja pada pekerja
pabrik kelapa sawit di PT. Ukindo Blankahan Kab. Langkat pada tahun 2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara Komitmen Top Management dengan
Keselamatan Kerja di PT UKINDO
2. Mengetahui hubungan antara Peraturan Dan Prosedur K3 dengan
Keselamatan Kerja di PT UKINDO
3. Mengetahui hubungan antara Komunikasi Pekerja dengan Keselamatan
Kerja di PT UKINDO
4. Mengetahui hubungan antara Kompetensi Pekerja dengan Keselamatan
Kerja di PT UKINDO
5. Mengetahui hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Keselamatan Kerja
di PT.UKINDO
Universitas Sumatera Utara
8
6. Mengetahui hubungan antara Keterlibatan Pekerja dengan Keselamatan
Kerja di PT. UKINDO
1.4 Hipotesa Penelitian
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif
budaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan keselamatan kerja pada pekerja
pabrik kelapa sawit di PT. Ukindo Blankahan Kabupaten Langkat Tahun 2017
dimana semakin baik budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan
maka semakin baik pula keselamatan kerjanya.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Instansi/Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi PT. Ukindo Blankahan untuk dapat
menerapkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan
ilmu dan penelitian lebih lanjut.
1.5.3 Bagi Peneliti
Memberi pengalaman langsung bagi penulis untuk melaksanakan penelitian
serta penerapan dan pengembangan ilmu yang didapat di perkuliahan.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.1.1 Pengertian SMK3
Menurut Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem manajemen K3 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif. Menurut OHSAS
18001, sistem manajemen merupakan suatu set elemen-elemen yang saling terkait
untuk menetapkan kebijakan sasaran dan untuk mencapai objektif tersebut.
Sistem Manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara
sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui
proses perencanaan, penerapan, pengukuran, dan pengawasan (Ramli, 2010).
Sistem manajemen K3 terdiri dari dua unsur pokok yaitu proses manajemen dan
elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan bagaimana sistem
manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan elemen merupakan
komponen-komponen kunci yang terintegrasi satu dengan lainnya membentuk
satu kesatuan manajemen. Elemen-elemen ini mencakup antara lain tanggung
jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan
sumber daya. Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan,
Universitas Sumatera Utara
10
objektif, dan program K3 (Ramli, 2010). Semua sistem manajemen K3 bertujuan
untuk mengelola risiko K3 yang ada dalam perusahaan agar kejadian yang tidak
diinginkan atau dapat menimbulkan kerugian dapat dicegah. Menurut Dan
Petersen dalam bukunya Safety Management, mengelola K3 sama dengan
mengelola aspek lain dalam perusahaan dengan menggunakan pendekatan
manajemen modern mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan
pengawasan.
2.1.2 Tujuan SMK3
Berbagai sistem manajemen K3 tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Sebagai ukur kinerja K3 dalam organisasi, SMK3 digunakan untuk menilai
dan mengukur kinerja penerapan K3 dalam organisasi. Dengan
membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan persyaratan tersebut,
organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3. Pengukuran ini
dilakukan melalui audit sistem manajemen K3. Di Indonesia diberlakukan
Permenaker No. 05 tahun 1996 tentang audit Sistem Manajemen K3 yang
menetapkan kriteria untuk mengukur kinerja K3 perusahaan.
2. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi, SMK3 sebagai
pedoman atau acuan dalam mengembangkan sistem manajemen K3.
3. Sebagai dasar penghargaan (awards), SMK3 digunakan sebagai dasar untuk
pemberian penghargaan K3 atas pencapaian kinerja k3, penghargaan K3
diberikan oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya
seperti Sword of honour dari British Safety Council, Five Star Safety Rating
system dari DNV atau National Safety Council Awards, dan SMK3 dari
Universitas Sumatera Utara
11
Depnaker. Penghargaan K3 diberikan atas pencapaian kinerja K3 sesuai
dengan tolok ukur masing-masing. Karena bersifat penghargaan, maka
penilaian hanya berlaku untuk periode tertentu.
4. Sebagai sertifikasi, SMK3 digunakan untuk sertifikasi penerapan
manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga
sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi. Sistem
sertifikasi dewasa ini telah berkembang secara global karena dapat diacu
diseluruh dunia.
Mengingat banyaknya sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh
berbagai institusi tersebut, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus
memberi sertifikat atas pencapainnya. Disini lahirlah sistem penilaian kinerja K3
yang disebut OHSAS 18000 (Occupational Health And Safety Assessment Series).
Sistem ini disertifikasi melalui lembaga sertifikasi, dan diakui secara global.
OHSAS 18001 pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 dan kemudian
disempurnakan pada tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem
Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001
sebagai standar atau persyaratan SMK3 dan OHSAS 18002 sebagai pedoman
pengembangan dan penerapannya (Ramli, 2010).
2.1.3 Proses SMK3
Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (plan-do-check-action)
yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan dan tindakan perbaikan.
Dengan demikian, sistem manajemen K3 akan berjalan terus menerus secara
berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung. Sistem Manajemen
Universitas Sumatera Utara
12
K3 dimulai dari penetapan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan
komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan K3
selanjutnya dikemabngkan dalam perecanaan. Tanpa perencanaan yang baik,
proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan tidak efektif.
Berdasarkan hasil perencanaan tersebut dilanjutkan dengan penerapan dan
operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan
berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara
keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh
manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan
kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang dapat
mempengaruhi pelaksanaanya (Ramli, 2010).
Menurut UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 87,
setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan manajemen
perusahaan. Undang-undang ini tidak menyebutkan apa SMK3 yang harus
dijalankan. Yang penting adalah menerapkan SMK3 dilingkungannya masing-
masing. Untuk mengetahui suatu organisasi telah menerapkan SMK3 dengan baik
perlu dilakukan pengawasan oleh instansi berwenang. Salah satu mekanisme
pengawasan adalah dengan melaukan audit SMK3 melalui lembaga yang ditunjuk
oleh pemerintah. Hasil audit menggambarkan bagaimana tingkat penerapan
SMK3 dalam organisasi yang selanjutnya digunakan sebagai bagian dari
pengawasan dan pembinaan misalnya pemberian penghargaan bagi organisasi
yang memiliki kinerja K3 yang baik (Ramli,2010).
Universitas Sumatera Utara
13
2.1.4 Kategori Penerapan SMK3 dalam Organisasi
Implementasi SMK3 dalam organisasi bertujuan untuk meningkatkan
kinerja K3 dengan melaksanakan upaya K3 secara efisien dan efektif sehingga
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau dikurangi.
Organisasi yang menerapkan SMK3 program implementasi tertata dalam
kerangka kesisteman yang baik sehingga hasil yang diperoleh juga lebih baik.
Penerapan SMK3 (OHSMS) di dalam organisasi dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. SMK3 Virtual (Virtual OHSMS), artinya organisasi telah memiliki elemen
SMK3 dan melakukan langkah pencegahan yang baik, namun tidak memiliki
sistem yang mencerminkan bagaimana langkah pengamanan dan
pengendalian risiko dijalankan.
2. SMK3 salah arah (Misguided OHSMS), artinya organisasi telah memiliki
elemen SMK3 yang baik, tetapi salah arah dalam mengembangkan langkah
pencegahan dan pengamanny. Akibatnya, isu atau potensi bahaya yang
bersifat kritis bagi organisai terlewatkan.
3. SMK3 Acak (Random OHSMS),artinya organisasi yang telah menjalankan
program pengendalian dan pencegahan risiko yang sesuai dengan realita yang
ada dalam organisasi, namun tidak memiliki elemen-elemen manajemen K3
yang diperlukan untuk memastikan bahwa proses pencegahan dan
pengendalian tersebut berjalan dengan baik. Elemen K3 yang digunakan
bersifat acak dan tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
14
4. SMK3 Komprehensif (Comprehensive OHSMS), artinya organisai yang
menerapkan dan mengikuti proses kesisteman yang baik. Elemen SMK3
dikembangkan berdasarkan hasil identifiaksi risiko, dilanjutkan dengan
menetapkan langkah pencegahan dan pengamanan, serta melalui proses
manajemen untuk menjamin penerapnnya secara baik (Ramli,2010).
Lingkup penerapan SMK3 berbeda antara suatu organisasi dengan lainnya
yang ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Ukuran organisasi
2. Lokasi kegiatan
3. Kondisi budaya organisasi
4. Jenis aktivitas organisasi
5. Kewajiban hukum yang berlaku bagi organisasi
6. Lingkup dan bentuk SMK3 yang telah dijalankan
7. Kebijakan K3 organisasi
8. Bentuk dan jenis risiko atau bahaya yang dihadapi (Ramli, 2010).
2.2 Pengertian Budaya
2.2.1 Budaya
Peneliti memulai kajian terhadap konsep budaya dengan pendapat
Koentjaraningrat (2004) mengenai istilah budaya berasal dari kata bahasa latin
colere yang berarti mengolah atau mengerjakan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dalam bahasa Inggris, budaya disebut culture. Kotter dan Haskett (1992)
menyatakan bahwa perhatian masyarakat akademik terhadap budaya berasal dari
Universitas Sumatera Utara
15
studi antropologi sosial yang pada akhir abad ke-19 melakukan studi terhadap
masyarakat primitif, seperti Eskimo, Afrika, dan penduduk asli Amerika
Budaya adalah sebuah kerangka pikir (construct) yang menjelaskan
tentang keyakinan, perilaku, pengetahuan, kesepakatan-kesepakatan, nilai-nilai,
tujuan, yang kesemuanya itu membentuk pandangan hidup (way of life)
sekelompok orang (R.D’Andrade, dalam Sobirin, Achmad, 2007) (Sjahril, 2012).
Kroeber and Kluckhohn (dalam Sobirin, Achmad, 2007) selanjutnya
memberi pengertian budaya yang dianggap lebih komprehensif yaitu budaya
terdiri dari pola-pola fikir, cara berpendapat dan bereaksi yang diperoleh dan
disebarluaskan melalui berbagai macam simbol termasuk didalamnya yang
dimanisfestasikan dalam bentuk artefak yang semuanya itu merupakan hasil
pencapaian dari sekelompok orang, sedangkan esensi dasar atau inti dari budaya
terdiri dari gagasan-gagasan tradisional, yang diderivasi dan dipilih berdasarkan
pengalaman sejarah, serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya (Sjahril, 2012).
Menurut Taliziduhu Ndaha dalam bukunya budaya organisasi
mengemukakan pendapat Edward burnett yang menyatakan, “culture or
civilization, take in its wide technographic sense, is that complex whole which
includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities
and habits acquired by men as a member of society (budaya mempunyai
pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan/percaya,
seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya
yang didapat sebagai anggota masyarakat)” (Khaerul, 2012).
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.2 Budaya Organisasi
Budaya organisasi didefinisikan sebagai norma, nilai-nilai, asumsi,
kepercayaaan filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya yang dikembangkan
dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang
disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkannya dalam
aktivitas organisasi sehingga memengaruhi pola fikir, sikap, dan perilaku anggota
organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai
tujuan organisasi ( Sjahril, 2012). Menurut Stoner (1995), mengatakan budaya
organisasi sebagai suatu cognitive framework yang meliputi sikap, nilai, norma
prilaku, dan harapan-harapan yang disumbangkan oleh anggota organisasi.
Menurut Luthans (1998), budaya organisasi merupakan norma dan nilai-
nilai yang mengarahkan seseorang pada perilaku anggota organisasi. Setiap
anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh
lingkungannya. Menurut Monde dan Noe (1996) dalam Sjahrial (2012), budaya
organisasi adalah dari Shared value, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan dalam
suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk
menciptakan norma-norma perilaku. Budaya organisasi juga mencakup nilai-nilai
dan standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan
menentukan arah organisasi secara keseluruhan.
2.2.3 Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan merupakan seperangkat asumsi dasar yang diciptakan
dan dianut bersama untuk mengarahkan perilaku organisasional dalam beradaptasi
dengan lingkungan luar maupun integrasi internal. Budaya perusahaan diciptakan
Universitas Sumatera Utara
17
oleh para pendiri perusahaan, dan kadang kala dibantu oleh kelompok kecil
sebagai pemimpin awal. Implementasi budaya dipelopori oleh pendiri atau para
pemimpin untuk memberi keteladanan pada anggota organisasi, baik anggota atau
karyawan awal maupun karyawan baru. Budaya perusahaan adalah moral yang
mengarah perilaku organisasional secara bertanggung jawab dan membangun citra
positif organisasi (poerwanto, 2008).
Budaya perusahaan bisa dikatakan sebagai suatu sistem dari nilai bersama,
yang akan dipakai sebagai pedoman dalam bertindak oleh anggota-anggota
organisasi (Ardana, Komang, dkk, 2009).
Budaya perusahaan yang terbentuk ditentukan oleh beberapa unsur
berikut:
1. Lingkungan usaha, yaitu lingkungan tempat perusahaan itu beroperasi akan
menetukan tindakan yang harus dikerjakan perusahaan tersebut untuk
mencapai keberhasilan. Lingkungan usaha mencakup hal berikut :
a. Nilai (Values), yaitu konsep dasar dan keyakinan suatu organisasi
b. Panutan/keteladanan, yaitu orang-orang yang menjadi panutan atau teladan
karyawan lainnya karena keberhasilannya
c. Upacara-upacara (rites and ritual), yaitu acara-acara rutin yang
diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberi penghargaan
pada karyawannya
d. Network, yaitu jaringan komunikasi informal dalam perusahaan yang dapat
menjadi sarana penyebaran nilai-nilai budaya perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Budaya perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor kebijakan perusahaan
(corporate wisdom), jati diri perusahaan (corporate identity), dan gaya
perusahaan (corporate style).
a. Kebijakan perusahaan (Corporate wisdom) ditunjang oleh filosofi
perusahaan (serangkaian nilai yang menjelaskan cara perusahaan
berhubungan dengan pelanggan, produk, atau pelayananya, cara karyawan
berhubungan satu sama lain, bersikap, berperilaku, berpakaian, dan
sebagainnya, serta segala sesuatu yang bisa memengaruhi semangat),
keterampilan yang dimiliki, dan pengetahuan yang terakumulasi dalam
perusahaan.
b. Jati diri perusahaan (corporate identity) ditunjang oleh citra perusahaan,
kredo (semboyan) perusahaan, dan proyeksi perusahaan atau sesuatu yang
ditonjolkan perusahaan.
c. Gaya perusahaan (corporate style) di tunjang oleh profil karyawan,
pengembangan SDM, dan masyarakat perusahaan (corporate community)
atau cara berpenampilan perusahaan tersebut di lingkungan perusahaan
lainnya.
2.2.4 Budaya Kerja
Menurut Triguno (1996), budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari
pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan suatu kekuatan
pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau
organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-
cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja. Budaya
Universitas Sumatera Utara
19
kerja organisasi adalah manajemen yang meliputi pengemabangan, perencanaan,
produksi dan pelayanan suatu produk yang berkualitas dalam arti optimal,
ekonomis dan memuaskan.
Menurut Salamoen (1990) dalam Sjahrial (2012), budaya kerja perusahaan
adalah merupakan anggapan-anggapan, nilai-nilai dan norma-norma yang hidup
dan dianut secara sadar oleh pendukungnya yaitu seluruh jajaran pegawai pada
perusahaan yang bersangkutan. Budaya kerja yang sudah matang serta telah
berurat berakar akan merupakan landasan atau pondasi dari sistem dan proses
manajemen pada perusahaan yang bersangkutan. Budaya kerja secara umum
sebagai kelompok pikiran dasar atau program mental yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kerjasama manusia yang dimiliki oleh
suatu golongan masyarakat.
Budaya kerja dapat dibagi menjadi :
1. Sikap terhadap pekerjaan yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan
kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan
dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan
sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.
2. Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, tanggung jawab,
berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajarai tugas
dan kewajibannya, suka membantu sesama karyawan, atau sebaliknya
(Sjahril, 2012).
Universitas Sumatera Utara
20
2.3 Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Budaya K3)
2.3.1 Pengertian Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Budaya K3)
Budaya keselamatan kerja merupakan salah satu komponen penting dari
budaya organisasi yang membahas keselamatan kerja individu, pekerjaan dan hal-
hal yang diutamakan oleh organisasi mengenai keselamatan kerja. Istilah budaya
keselamatan (safety culture) pertama kali tertera dalam laporan yang dibuat oleh
International Nuclear Safety Advisory Group (INSAG) pada tahun 1987 yang
membahas peristiwa Chernoblv. Atas dasar itu, Internasional Atom Energy
Agency (IAEA) menyusun konsep atau model dan metode pengukuran Budaya
Keselamatan untuk instalasi nuklir, sehingga budaya keselamatan menjadi dikenal
secara internasional, khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Pertama yang diajukan oleh INSAG definisi budaya keselamatan adalah
gabungan dari karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu yang
menetapkan bahwa sebagai prioritas utama, masalah keselamatan instalasi nuklir
memperoleh perhatian yang sesuai dengan kepentingannya. Pengertian di atas
mengkaitkan budaya keselamatan dengan sikap seseorang dan kebiasaannya
dengan gaya organisasi. Usulan kedua selanjutnya adalah ternyata bahwa hal
tersebut biasanya merupakan sesuatu yang tidak nyata/berwujud; sehingga tidak
akan menghasilkan manisfestasi yang nyata/berwujud; dan oleh karena itu
persyaratan utama adalah mengembangkan cara-cara untuk menggunakan
manisfestasi nyata/berwujud untuk menguji apa yang mendasarinya. INSAG
berpendapat bahwa prosedur yang baik dan praktek yang baik tidak memadai bila
hanya dilaksanakan secara mekanis. Hal ini mengakibatkan adanya usulan ketiga
Universitas Sumatera Utara
21
bahwa budaya keselamatan menuntut semua tugas yang penting untuk
keselamatan harus dilaksanakan dengan benar, hati-hati, pemikiran dan
pengetahuan penuh dan pengambilan keputusan yang baik dan bertanggung
jawab.
Menurut ACSNI budaya keselamatan adalah bagian dari sikap (attitude),
keyakinan (belief), dan tata nilai (norm) organisasi pada K3. Budaya keselamatan
merupakan sikap dalam organisasi dan individu yang menekankan pentingnya
keselamatan. Budaya keselamatan mempersyaratkan agar semua kewajiban yang
berkaitan dengan keselamatan harus dilaksanakan secara benar, dan penuh rasa
tanggung jawab (Yusri, 2011).
Budaya keselamatan kerja menurut Uttal (1983) dalam Andi (2005)
merupakan gabungan nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang berinteraksi
dengan struktur organisasi dan sistem pengendalian yang membentuk norma-
norma perilaku. Menurut reason (1997) mengungkap bahwa, budaya keselamatan
kerja yang baik dapat membentuk perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja
yang diwujudkan melalui perilaku aman dalam melakukan pekerjaan.
Tuner (1992) dalam Andi (2005) budaya keselamatan kerja merupakan
kumpulan kepercayaan, norma, sikap, peraturan dan praktek-praktek sosial serta
teknis yang ditujukan untuk mengurangi kondisi yang dapat membahayakan
pekerja, manajer, pelanggan dan anggota masyarakat. Cooper (2001) dalam Andi
(2005) menyatakan bahwa, budaya keselamatan merupakan interelasi dari tiga
elemen, yaitu organisasi, pekerja, dan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya keselamatan harus dilaksanakan oleh seluruh sumber daya yang ada, pada
Universitas Sumatera Utara
22
seluruh tingkatan dan tidak hanya berlaku untuk pekerja saja. Indikator
pelaksanaan budaya keselamatan tergantung dari visi dan misi organisasi.
Indikator tersebut tidak dapat ditetapkan dengan paten karena budaya keselamatan
suatu hal yang abstrak, dimana di setiap organisasi memiliki budaya yang
berbeda. Budaya keselamatan dibentuk oleh komitmen manajemen, peraturan dan
prosedur, komunikasi, keterlibatan pekerja, kompetensi, dan lingkungan sosial
pekerja yang dapat dilihat dari persepsi pekerja (Cooper dalam Andi, 2005).
Dalam suatu organisasi, budaya keselamatan merupakan bagian dari budaya
organisasi yang harus memperhitungkan faktor pengambil kebijakan, manajer dan
pekerja dalam mewujudkan keselamatan yang terintegrasi. Ada tiga hal yang
penting dalam membangun budaya keselamatan. Pertama adanya tata nilai
keselamatan; kedua adanya pola perilaku yang sama; ketiga keselamatan adalah
tanggung jawab semua orang dalam organisasi. Isi yang muncul adalah cara untuk
membentuk budaya keselamatan yang kuat secara berkelanjutan, sehingga
keselamatan menjadi tanggung jawab utama atau fokus utama pada seluruh jenis
kegiatan.
Menurut Reason (1997) budaya keselamatan berfungsi antara lain:
1. Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan yang dilakukan
individu
2. Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan
3. Mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur dalam semua tahap
4. Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan / kekurangan sekecil
apapun yang terjadi utk menghindari terjadinya kecelakaan.
Universitas Sumatera Utara
23
The Management System for Facilities and Activities Safety Requirements
menyatakan bahwa setiap organisasi harus menggunakan sistem manajemen
yang digunakan untuk mempromosikan dan mendukung budaya keselamatan,
dengan cara:
a. Memastikan pemahaman yang sama tentang aspek- aspek kunci budaya
keselamatan didalam organisasi.
b. Menyediakan sarana kepada organisasi untuk mendukung tim dan
perorangan untuk melaksanakan tugas mereka dengan selamat dan sukses,
dengan memperhitungkan interaksi antara perorangan, teknologi dan
organisasi.
c. Menekankan sikap bertanya dan belajar pada semua tingkat organisasi.
d. Menyediakan sarana kepada organisasi untuk terus menerus menerapkan,
mengembangkan dan memperbaiki budaya keselamatannya.
Dimana untuk penerapan budaya keselamatan dijabarkan menjadi 5
karakteristik budaya keselamatan sebagai berikut:
a. Keselamatan adalah nilai yang diketahui dengan jelas.
b. Kepemimpinan untuk keselamatan adalah jelas
c. Pertanggungjawaban untuk keselamatan adalah jelas
d. Keselamatan merupakan penggerak pembelajaran
e. Keselamatan terintegrasi pada semua aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
24
2.3.2 Komponen Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Budaya K3)
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa
budaya keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari beberapa komponen, yaitu
sebagai berikut:
1. Komitmen Top Management
Menurut Reason (1997) dalam Wieke (2012), program keselamatan kerja
hendaklah dimulai dari awal, dalam hal ini dimulai dari tingkat teratas organisasi
(top management) perusahaan tersebut. Untuk memulai program keselamatan
kerja, top management dapat merumuskan suatu kebijakan yang menunjukkan
komitmen terhadap masalah keselamatan kerja. Langkah awal ini selanjutnya
akan menentukan pengambilan kebijakan berikutnya dalam hal keselamatan kerja.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Cheyne et al., 1998; Mohamed 2002;
Pipitsupaphol, 2003) menunjukkan bahwa faktor komitmen merupakan salah satu
faktor utama budaya keselamatan kerja, dimana tanpa dukungan dari pihak
manajemen sangatlah sulit untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan
program keselamatan kerja. Komitmen top manajemen dapat berupa perhatian
terhadap keselamatan pekerja, tindakan-tindakan terhadap bahaya yang
mengancam keselamatan kerja, tindakan proaktif yang merupakan pencegahan
atau antisipasi terhadap bahaya seperti melengkapi pekerja dengan perlengkapan
pelindung keselamatan kerja, pemberian pelatihan keselamatan kerja, pengawasan
terhadap keselamatan pekerja maupun tindakan reaktif yang dilakukan bila terjadi
kecelakaan kerja seperti menyediakan obat-obatan, maupun mengantarkan ke
Universitas Sumatera Utara
25
rumah sakit (Cheyne et al., 1998; Davies et al., 2001; Harper and Koehn, 1998;
Mohamed, 2002; Pipitsupaphol, 2003; Reason, 1997; Tony, 2004).
2. Peraturan dan prosedur K3
Peraturan dan prosedur keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
dapat meminimalisasi kecelakaan yang diakibatkan adanya kondisi tidak aman
(Pipitsupaphol, 2003) karena dapat memberikan gambaran dan batasan yang jelas
terhadap penerapan program keselamatan kerja pada tempat kerja. Mohamed
(2002) mengungkapkan bahwa peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang
diterapkan oleh perusahaan hendaknya mudah dipahami dan tidak sulit untuk
diterapkan pada tempat kerja, ada sangsi yang tegas bila peraturan dan prosedur
keselamatan kerja dilanggar, dan ada perbaikan secara berkala sesuai dengan
kondisi tempat kerja. Permasalahan yang sering muncul adalah perusahaan
menerapkan peraturan dan prosedur yang tidak sesuai dengan keadaan proyek
konstruksi, maupun sulit diterapkan pada pekerjaan, sehingga hal tersebut
mendorong pekerja untuk melanggar peraturan dan prosedur keselamatan kerja
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
3. Komunikasi K3
Program keselamatan kerja hendaknya didukung oleh sistem manajemen
informasi yang baik dalam hal pengumpulan dan penyampaian informasi, yang
meliputi adanya jalur informasi yang baik dari pihak manajemen kepada para
pekerja maupun sebaliknya dari pekerja tentang kondisi tidak aman kepada pihak
manajemen (Davies et al., 2001; Hinze and Gambatese, 2003; Reason, 1997;
Tony, 2004). Informasi terbaru sangatlah penting, terutama yang berhubungan
Universitas Sumatera Utara
26
dengan peraturan dan prosedur keselamatan kerja yang terbaru, dan keadaan
bahaya di lingkungan proyek.
4. Kompetensi pekerja
Kompetensi pekerja seringkali berhubungan dengan kemampuan,
pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman pekerja. Mohamed (2002)
menjabarkan kompetensi pekerja secara menyeluruh sebagai pengetahuan,
pengertian, dan tanggung jawab pekerja terhadap pekerjaannya, maupun
pengetahuan terhadap resiko dan bahaya yang mengancam pekerja dalam
melakukan pekerjaannya. Kompetensi pekerja terhadap keselamatan kerja
seringkali dinilai dari pengetahuan, pengertian serta penerapan peraturan dan
prosedur keselamatan kerja, juga dari penerapan atas pelatihan keselamatan kerja
yang diperoleh (Davies et al., 2001). Pekerja dengan tingkat kompetensi yang baik
diharapkan dapat meminimalisasi resiko terjadinya kecelakaan kerja dan dapat
membantu meningkatkan kompetensi pekerja yang lain terhadap keselamatan
kerja.
5. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang baik hendaknya membuat pekerja merasa aman dan
tidak merasa canggung dalam melakukan pekerjaannya. Mohamed (2002)
mengemukakan pada tempat kerja sedapat mungkin dibentuk suatu lingkungan
kerja yang kondusif, seperti budaya tidak saling menyalahkan bila ada tindakan
berbahaya atau kecelakaan yang terjadi pada pekerja, tidak memberikan tekanan
berlebihan terhadap pekerja dalam melakukan pekerjaaannya. Keadaan
lingkungan kerja yang kondusif dapat mendukung penerapan program
Universitas Sumatera Utara
27
keselamatan kerja dengan optimal bila seluruh pekerja mengutamakan program
keselamatan kerja, dan dengan lingkungan kerja yang semakin kondusif
diharapkan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
6. Keterlibatan pekerja dalam K3
Cheyne et al.(1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa keterlibatan
pekerja pada program keselamatan kerja sangatlah penting sebagai bentuk
kesadaran pekerja terhadap program keselamatan kerja. Pekerja yang menyadari
pentingnya program keselamatan kerja akan menerapkannya dengan sepenuh hati
dan tanpa paksaan, dan merasa bahwa program keselamatan kerja merupakan hak
pekerja bukan merupakan kewajiban dalam melakukan pekerjaannya (Harper,
Koehn, 1998).
2.4 Kecelakaan Kerja
2.4.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.
Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih kriminal di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya.
Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material
ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.
Menurut Suma’mur (2014), kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubungan
dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti,
bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Maka hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
28
1. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau
2. Kecelakaan terjadi pasa saat pekerjaan sedang dilakukan.
Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya,
sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat
perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan-kecelakaan di
rumah atau waktu rekreasi atau cuti, dan lain-lain adalah diluar makna kecelakaan
akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan
perusahaan.
2.4.2 Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan ada sebabnya, cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan
di berbagai negara tidak sama. Namun ada kesamaan umum, yaitu, bahwa
kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab :
1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (=unsafe
human acts). Contoh :
a. Kurang pengetahuan dan keterampilan
b. Tidak memakai/salah memakai alat pelindung diri
c. Bekerja tidak berkonsentrasi
d. Kelelahan atau kelesuan
e. Posisi kerja yang tidak aman/tidak sesuai
2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (= unsafe conditions). contoh :
a. Mesin tidak diberi pagar pengaman
b. Desain mesin dan peralatan yang tidak aman
c. Ventilasi yang tidak memenuhu syarat
Universitas Sumatera Utara
29
d. Pagar pengaman yang tidak berfungsi
e. Kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman dan berbahaya (panas, bising,
pencahayaan atau ventilasi tidak memadai, debu, gas, radiasi, uap)
f. Tata area kerja yang tidak baik.
Menurut Suma’mur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang
terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan kerja (usia,
lama/pengalaman kerja, kurangnya kecakapan dan lambat nya mengambil
keputusan), disiplin kerjan, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan
kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang
disebabkan oleh pekerja dan sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani,
sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau
bekerja sama, dan kurang sabar. Kurang kecakapan untuk mengerjakan
sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan, kurang sehat
fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.
2. Faktor mekanik dan lingkungan, keadaan dan alat-alat dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Kesalahan letak mesin, tidak dilengkapinya alat pelindung
diri, alat pelindung tidak dipakai, alat-alat kerja yang rusak. Lingkungan kerja
berpengaruh besar kepada moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan
kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah
tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja,
cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang
kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruang kerja terdapat
Universitas Sumatera Utara
30
debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak bekerja,
pencahayaan yang tidak sempurna, misalnya ruangan gelap, terdapat
kesilauan, dan tidak ada pencahayaan setempat.
Mekanisme terjadinya kecelakaan menurut H.W. Heinrich (1920), diuraikan
dengan “domino sequence” (5 rangkaian penyebab terjadinya kecelakaan
kerja) yaitu :
1. Ancestry and social evirotment faktor, yaitu faktor keturunan (sifat yang jelek/
sikap mental yang tidak baik) dan pengaruh lingkungan.
2. Fault of person, merupakan keadaan yang menyebabkan seseorang
mengadakan kesalahan-kesalahan :
a. Pendidikan yang rendah/pengetahuan rendah dan keterampilan
b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik
c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik tidak memenuhi syarat.
3. Unsafe action and conditions, peristiwa karena kesalahan pekerja.
4. Accidents, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan umumnya disertai
oleh berbagai kerugian.
5. Injury, kecelakaan mengakibatkan cidera (luka ringan/berat/parah), cacat dan
bahkan kematian.
Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya
kecelakaan sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian, bahwa 80-
85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada
suatu pendapat, bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan
adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh
Universitas Sumatera Utara
31
perencanaan pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin,
pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana, atau
petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan (Suma’mur, 2014).
Kecelakaan-kecelakaan diselidiki dengan maksud sebagai berikut :
1. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan.
2. Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa
Tanggung jawab tentang terjadinya kecelakaan berkaitan dengan hak
kompensasi kecelakaan, penindakan atau hukuman bagi pelanggaran ketentuan-
ketentuan keselamatan, tindakan lain terhadap yang bersalah, dan lain-lain.
Penyelidikan tentang tanggung jawab ini sangat membantu dalam pencegahan
terulangya kecelakaan (suma’mur, 2014).
2.4.3 Kerugian Akibat Kecelakaan
Menurut suma’mur 2014, kecelakaan menyebabkan lima jenis
kerugian, yaitu :
1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi
3. Keluhan dan kesedihan
4. Kelainan dan cacat
5. Kematian
Kerugian-kerugian dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan
bagi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan-kecelakaan besar dengan kerugian-
kerugian besar biasanya dilaporkan, sedangkan kecelakaan-kecelakaan kecil tidak
dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa-peristiwa kecelakaan kecil adalah 10 kali
Universitas Sumatera Utara
32
kejadian kecelakaan-kecelakaan besar. Maka dari itu, kecelakaan-kecelakaan kecil
menyebabkan kerugian-kerugian yang besar pula, mana kala dijumlah kan secara
keseluruhan.
Menurut Ramli (2010) kerugian akibat kecelakaan dibagi kategorikan atas
kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan
dan membawa dampak terhadap organisasi seperti biaya pengobatan dan
kompensasi dan kerusakan sarana produksi, sedangkan kerugian tidak langsung
adalah kerugian yang tidak terlihat atau tersembunyi seperti kerugian jam kerja,
kerugian produksi, kerugian sosial dan kerugian citra dan kepercayaan konsumen.
2.4.4 Pencegahan Kecelakaan
Dalam meningkatkan keselamatan kerja perlu dilakukan pencegahan
kecelakaan kerja. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi kerja pada umunya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri,
tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan
pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak
resmi misalnya mengenai konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higine umum, atau alat-alat prlindungan diri.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau
penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-
tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis
dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologi, dan keadaan-keadaan
fisik yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-
sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain
untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
Universitas Sumatera Utara
34
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan jika
tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama
efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaan lah
kecelakaan kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu
perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan
kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
Jelaslah bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerja
sama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai
pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan
sudah barang tentu pengusaha dan buruh.
2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001).
Menurut Husni (2005), bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
melindungi pekerja/buruh guna mewujudkan kinerja yang optimal. Upaya tersebut
dilakukan dengan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan gizi
dan juga bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan
Universitas Sumatera Utara
35
masalah. Kemudian perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan
perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah produksi.
Menurut Sculler dan Jackson (Yuli, 2005), apabila perusahaan dapat
melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka
perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan.
7. Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara
substansial.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan dan dilaksanakan di
setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang
didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu :
1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha
sosial.
2. Adanya sumber bahaya.
Universitas Sumatera Utara
36
3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus
maupun hanya sewaktu-waktu.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri,
karena didalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang
undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.
Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang
mengandung banyak aspek, misalnya; hukum, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan secara
bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja.
Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Yang
dimaksud petugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang
mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen
Tenaga Kerja.
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
mengatur bahwa :
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas Nasional.
2. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya.
Universitas Sumatera Utara
37
3. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
4. Bahwa berhubungan dengan itu pula perlu diadakan segala upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja.
5. Bahwa pembinaan itu perlu diwujudkan dalam Undang-Undang yang memuat
ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik, dan teknologi.
Prinsip dasar ilmu K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah, karena semua
kecelakaan pasti ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan maka
kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan (Ramli, 2010). Prinsip ini mendasari
berkembangnya ilmu dalam bidang K3, seperi pengertahuan mengenai berbagai
jenis bahaya, perilaku manusia, kondisi tidak aman, tindakan tidak aman, penyakit
akibat kerja, kesehatan kerja dan hygiene industri. Prinsip bahwa semua
kecelakaan dapat dicegah sangat penting untuk memberi dorongan dalam
melakukan upaya pencegahan (Ramli, 2010). Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib
dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak terkait lainnya.
Di Indonesia banyak peraturan perundangan yang menyangkut Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, beberapa diantaranya :
1. Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
diberlakukan pada tanggal 12 Januari 1970 yang memuat berbagai
persyaratan tentang Keselamatan Kerja. Dalam undang-undang ini, ditetapkan
Universitas Sumatera Utara
38
mengenai kewajiban pengusaha, kewajiban dan hak tenaga kerja serta syarat-
syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi.
2. Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dalam
perundangan mengenai ketenagakerjaan ini salah satunya memuat
tentang keselamatan kerja yaitu:
a. Pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan tenaga
kerja.
b. Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melaksanakan Sistem Manajemen
K3 yang terintegrasi dengan manajemen organisasi lainnya (Ramli,
2010).
Masalah K3 hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab moral untuk
melindungi keselamatan sesama manusia. Karena itu K3 bukan sekedar
pemenuhan perundangan atau kewajiban, tetapi merupakan tanggung jawab moral
setiap pelaku bisnis untuk melindungi keselamatan pekerjanya. Tempat kerja yang
baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan
serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Oleh karena itu, kondisi K3
dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam
perusahaan. Jika kinerja K3 baik, dapat dipastikan bahwa kondisi
ketenagakerjaan dalam perusahaan tersebut juga berjalan baik dan sebaliknya
(Ramli, 2010).
Universitas Sumatera Utara
39
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan
kesehatan kerja menurut Kondarus dalam Dahlawy (2008), memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,
maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di
dalam industri maupun di luar industri.
b. Menerapkan program keselamatan dan kesehatan untuk meningkatkan
kesejahteraan.
c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat
pekerjaan.
d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.
e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan
meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.
Sedangkan menurut American Medical Association K3 dalam Dahlawy
(2008), mempunyai tujuan:
a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja.
b. Menyediakan tempat yang aman, baik secara fisik, mental dan emosional
pekerja dalam bekerja.
c. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi bagi mereka
yang mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja.
d. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan perorangan termasuk
memperoleh dokter pribadi di manapun bila mungkin.
Universitas Sumatera Utara
40
Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatan bahwa sasaran utama dari K3
adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, dan peningkatan
kesehatan. Dengan demikian perlindungan atas keselamatan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaanya, diharapkan pekerja dapat bekerja secara aman, sehat,
dan produktif (Dahlawy, 2008).
2.5.1 Pedoman Penerapan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun
demikian setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan
aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut merupakan
beberapa pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Komitmen dan kebijaksanaan
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja haris memiliki komitmen dan
kebijaksanaan. Komitmen keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu
perusahaan dalam bekerja sama dengan pekerja. Tinjauan awal keselamatan
dan kesehatan kerja merupakan kerja sama yang dilakukan yaitu yang
berkaitaan dengan:
a. Identifikasi kondisi dan sumber daya
b. Pengetahuan dan peraturan perundangan K3
c. Membandingkan penerapan
d. Meninjau sebab-akibat
e. Efisiensi dan efektifitas
Perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwujudkan dalam :
Universitas Sumatera Utara
41
1. Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada posisi
yang dapat menentukan keputusan perusahaan.
2. Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain
yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan
kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi
5. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis
yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan
visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan
kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.
2. Perencanaan
Dalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan
system keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik.
Perencanaan K3 meliputi beberapa komponen yaitu:
a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai
potensi kecelakaan atau gangguan kesehatan.
b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat
dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
42
2.6 Keselamatan Kerja
2.6.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 2014).
Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Keselamatan kerja menyangkut
segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi,
baik barang, maupun jasa. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang
bekerja. Keselamatan kerja adalah dari,oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta
orang lainnya, dan juga masyarakat umumnya. UndangUndang No. 1 Tahun 1970
menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang
berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta
cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan
perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
produktifitas.
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
(Simajuntak,1994).
Universitas Sumatera Utara
43
2.6.2 Aspek-aspek Keselamatan kerja
Miner dalam Sarina (2011) mengemukakan beberapa aspek keselamatan
kerja, yaitu:
1. Pelatihan Kseselamatan Kerja
Program pelatihan untuk karyawan baru dan tidak terbiasa melakukan hal-hal
yang termasuk dalam isi program keselamatan yang dipertimbangkan. Teknik
yang digunakan untuk pelatihan keselamatan misalnya ceramah,
peragaan, film, dan simulasi kecelakaan.
2. Kontes dan Publisitas Keselamatan
Publisitas keselamatan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, yakni
poster, buklet, nota khusus, dan artikel terbitan perusahaan.Selain itu, juga
dapat dilakukan kontes untuk membantu perkembangan keselamatan.
Misalnya dengan melakukan pertandingan antar departemen yang
memiliki potensi kecelakaan yang sama.
3. Pengontrolan Lingkungan Kerja
Perancangan tempat kerja dan peralatan yang digunakan merupakan
pendekatan utama, untuk mencegah kecelakaan dan yang paling efektif.
Peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective
Equipment (PPE) yang wajib disediakan oleh perusahaan kontraktor untuk
semua karyawan seperti pakaian kerja, sepatu kerja, kacamata kerja,
penutup telinga, sarung tangan, helm, masker, jas hujan, sabuk pengaman,
tangga, dan P3K. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan,
yaitu lokasi pekerjaan dan merokok saat bekerja. Kebersihan tempat bekerja
Universitas Sumatera Utara
44
di kantor maupun di lokasi pekerjaan, ikut menentukan hasil kerja bagi
pekerja.
4. Pemeriksaan dan Disiplin
Beberapa bentuk pemeriksaan, misalnya dalam menyediakan peringatan
awal terhadap kecelakaan dan menyediakan surat panggilan OSHA (Occupational
Safety and Health Administration). Pemeriksaan dilakukan oleh pengawas,
anggota komite keselamatan, atau diwakilkan oleh pihak asuransi yang menangani
kebijakan kompensasi pegawai perusahaan (Sarina, 2011).
2.6.3 Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja menurut Suma’mur (2014) adalah sebagai
berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahtera hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di indonesia, keselamatan kerja
dinilai seperti berikut :
1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat
dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik
adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
45
2. Analisis kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk
atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data konpensasinya dewasa ini seolah-
olah relatif rendah dibandingkan dengan banyaknya jam kerja tenaga kerja.
3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor
kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasi misalnya sektor industri disertai
bahaya-bahaya potensial seperti keracunan-keracunan ledakan kimia,
kecelakaan-kecelakaan oleh karena mesin, kebakaran, ledakan, dan lain-lain.
Sasaran-sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja, yang padanya
dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan (Suma’mur, 2014).
Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial ekonomi dan kultural yang
sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti
kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain erat bersangkut paut
dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Keselamatan harus ditanamkan sejak anak
kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan
kerja merupakan satu bagian dari keselamatan pada umumya. Masyarakat harus
dibina penghayatan keselamatannya ke arah yang jauh lebih tinggi. Proses
pembinaan ini tidak pernah ada habis-habisnya sepanjang kehidupan manusia
(Suma’mur, 2014).
Universitas Sumatera Utara
46
2.7 Kerangka Konsep
Budaya K3
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
1. Komitmen Top Manajemen
2. Peraturan dan Prosedur K3
3. Komunikasi Pekerja
4. Kompetensi Pekerja
5. Lingkungan Kerja
6. Keterlibatan Pekerja
Keselamatan Kerja
Universitas Sumatera Utara
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan metode penelitian studi korelasi
(Correlations Study) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) dengan variabel
dependen (Keselamatan Kerja).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di pabrik kelapa sawit PT UKINDO
Blankahan yang terletak di Desa Blankahan, Kecamatan Kuala Kabupaten
Langkat Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang dilakukan mulai April 2017 – selesai.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. UKINDO Blankahan
yang berjumlah 85 orang.
3.3.2 Sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi yang ada,
digunakan rumus Slovin menurut Hussein Umar (2002) yaitu:
Universitas Sumatera Utara
48
Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel dari penelitian ini adalah :
Jumlah sampel dari penelitian ini sebanyak 46 pekerja.
Jumlah anggota sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara
Proportional stratified sampling yaitu menggunakan rumus :
Maka jumlah anggota sampel berdasarkan tempat kerja adalah :
Universitas Sumatera Utara
49
3.4. Definisi Operasional
1. Komitmen top manajemen adalah perhatian perusahaan terhadap
keselamatan pekerja di sertai dengan tindakan pencegahan terhadap bahaya
yang mengancam keselamatan kerja seperti melengkapi pekerja dengan
perlengkapan pelindung keselamatan kerja.
2. Peraturan dan prosedur keselamatan kerja adalah suatu hal yang dapat
meminimalisasi kecelakaan dengan memberikan gambaran dan batasan yang
jelas terhadap keselamatan kerja pada tempat kerja.
3. Komunikasi pekerja adalah penyampaian informasi yang meliputi adanya
jalur informasi yang baik dari pihak manajemen kepada para pekerja maupun
sebaliknya dan antar sesama pekerja di tempat kerja.
4. Kompetensi pekerja adalah kemampuan, pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman pekerja dan tanggung jawab pekerja terhadap pekerjaannya.
5. Lingkungan kerja adalah seluruh stasiun yang ada di pabrik pengolahan
kelapa sawit.
6. Keterlibatan pekerja adalah keikutsertaan seluruh pekerja dalam kegiatan
keselamatan dan kesehatan kerja
7. Keselamatan kerja adalah kondisi dimana pekerja pernah atau tidak
mengalami kecelakaan pada saat bekerja.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
Data primer di peroleh dengan menggunakan kuesioner. Tipe skala
yang digunakan untuk mengukur kedua variabel pada penelitian ini adalah
Universitas Sumatera Utara
50
skala ordinal, selain itu peneliti juga menggunakan skala nominal yang hanya
dibatasi untuk data informasi responden. Penggunaan skala ordinal dalam
penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui ada atau tidak ada budaya
K3 di perusahaan dengan pernyataan yang ada dalam kuesioner. Kuesioner
yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berasal dari indikator-indikator dari kedua variabel yang bersangkutan untuk
kemudian dijawab oleh responden.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan berupa buku perusahaan atau
company profile untuk mengetahui gambaran umum perusahaan PT. UKINDO
Blankahan.
3.6 Teknik Pengelolaan Data
Seluruh data yang terkumpul dari data primer akan diolah melalui tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Menyunting data (data editing)
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner.
2. Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode setiap variable yang telah dikumpulkan untuk
memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
51
3. Memasukan data (data entry)
Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan klarifikasi.
4. Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk memastikan data
tersebut tidak ada yang salah, sehingga data tersebut telah siap diolah dan
dianalisis.
3.7 Aspek Pengukuran
Teknik pengukuran skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Guttman dalam bentuk checklist. Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat
jawaban yang tegas (Sugiyono, 2016). Kuesioner pada variabel Budaya K3
dengan pendapat ada–tidak ada dan ya-tidak, dan kuesioner pada variabel
keselamatan kerja adalah pernah-tidak pernah mengalami kecelaakan kerja.
Penentuan skor dari setiap pertanyaan adalah sebagai berikut :
a. Variabel Komponen Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Komitment Top Manajemen
a. Ada : diberi skor 1
b. Tidak ada : diberi skor 0
2. Peraturan dan Prosedur K3
a. Ya : diberi skor 1
b. Tidak : diberi skor 0
3. Komunikasi Pekerja
a. Ada : diberi skor 1
b. Tidak ada : diberi skor 0
Universitas Sumatera Utara
52
4. Kompetensi Pekerja
a. Ya : diberi skor 1
b. Tidak : diberi skor 0
5. Lingkungan Kerja
a. Ada : diberi skor 1
b. Tidak ada : diberi skor 0
6. Keterlibatan Pekerja dalam K3
a. Ada : diberi skor 1
b. Tidak ada : diberi skor 0
b. Variabel Keselamatan Kerja
1. Tidak Pernah : diberi skor 0
2. Pernah : diberi skor 1
3.8 Metode Analisi Data
Dalam suatu penelitian, analisi data merupakan salah satu langkah yang
penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian
masih mentah dan belum memberikan informasi. Data-data tersebut dianalisis
mengunakan Program Statistic Package For The Social Science (SPSS).
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Dimana pada umumnya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat
merupakan prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan
untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
53
3.8.2 Analisis Bivariat
Statistik bivariat untuk menganalisa hubungan antar dua variabel yaitu
variabel Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dan variabel Keselamatan
Kerja. Hubungan budaya keselamatan dan kesehatan kerja dan keselamatan kerja
akan dianalisa dengan menguji hipotesa penelitian. Hasil analisa akan diperoleh
variabel budaya keselamatan dan kesehatan kerja manakah yang berhubungan
secara statistik dengan variabel keselamatan kerja. Jenis data adalah kategorik
maka tehnik analisis yang digunakan adalah chi square. Dari hasil perhitungan
statistik antara variabel yang diteliti yakni dengan melihat nilai p. Bila hasil
perhitungan statistik nilai p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
kedua variabel.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Identitas Perusahaan
Nama Perusahaan adalah PT. Ukindo Blankahan dengan jenis Badan
Hukum adalah Perseroan Terbatas (PT). Alamat kantor perusahaan di Jl.
Diponegoro Kav. 11, Medan 20152. Bidang usaha atau kegiatan yang ada berupa
Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik kelapa Sawit dengan status pemodalan
Penanaman Modal Asing (PMA) dari Macau. Lokasi kebun dan lokasi pabrik
berada di Desa Blankahan, Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
4.1.2 Deskripsi Kegiatan Perusahaan
Jenis kegiatan yang dilakukan Perusahaan Perkebunan PT. Ukindo
Blankahan berupa pemeliharaan tanaman kelapa sawit, pemanenan tandan buah
segar kelapa sawit, dan pengolahan minyak kelapa sawit.
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi Perusahaan
To be a world class agribusiness company. A leading company with
operational excellence standards that bring out maximum prosperity for all
stakeholders.
2. Misi Perusahaan
3M+, Managing people, Managing Plantation, Managing Infrastructure +
Good Coporate Citizenship.
Universitas Sumatera Utara
55
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah bagian yang mengambarkan hubungan
kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk
pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian
tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena
akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab.
Bentuk struktur organisasi setiap perusahaan berbeda-beda, sesuai dengan
tingkat kebutuhan dan jenis perusahaan. Selain itu, sifat perusahaan, ukuran
perusahaan, penyebaran daerah operasi, jenis usaha, bentuk badan hukum,
produk yang dihasilkan juga berpengaruh pada struktur organisasi.
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Ukindo Blankahan adalah
struktur organisasi fungsional. Dikatakan fungsional adalah karena struktur
organisasi berdasarkan pembagian tugas yang dilakukan menurut fungsinya
masing-masing, dengan adanya spesialisasi tugas pada setiap unit organisasi
sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan langsung kepada bawahan dengan
posisi tertentu sesuai dengan fungsinya. Struktur orgnanisasi tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
Universitas Sumatera Utara
56
Universitas Sumatera Utara
57
4.1.5 Kebijakan Perusahaan K3 dan Lingkungan hidup (K3LH)
Anglo Eastern Plantations Group adalah perusahaan perkebunan yang
memiliki menyadari bahwa karyawan adalah asset perusahaan dan keselamatan
dari karyawan adalah prioritas utama, dan juga menyadari arti pentingnya
lingkungan hidup bagi keberlanjutan kehidupan umat manusia. Untuk itu didalam
menjalankan usahanya, Anglo Eastern Plantations Group memiliki kebijakan yang
berlaku di lingkungan AEP Group :
1. Mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia terkait
lingkungan hidup dan keselamatan kesehatan kerja dan juga seluruh peraturan
internal AEP Group yang disepakati dan ditetapkan.
2. Menerapkan sistem manajemen yang meendukung penerapan undang-undang
dan peraturan yang ada, misalnya :ISO 9000, ISO 14001, dan SMK3.
3. Meminimalisasikn faktor-faktor yang menimbulkan pencemaran terhadap
air,tanah, dan udara.
4. Tidak memperbolehkan metode pembakaran untuk pembukaan lahan baru
maupun pemusnahan limbah/sampah (Zero Burning).
5. Selalu berusaha umtuk menerapkan metode 3R (reduce, reuse dan recyle)
untuk pengelolaan limbah/sampah.
6. Melakukan identifikasi Nilai Konservasi Tinggi untuk areal baru dn yang
berpotensi memiliki areal konservasi dengan melibatkan tim eksternal
independen.
7. Meningkatkan pemahaman seluruh personil terhadap arti pentingnya K3 dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
58
8. Memberikan sosialisasi pemahaman kepada masyarakat sekitar dan seluruh
rekanan tentang kepedulian lingkungan dan konservasi.
9. Melakukan pemantauan secara periodik terhadap implementasi kebijakan ini
dan melakukan evaluasi untuk memastikan relevansi dari kebijakan ini
terhadap perkembangan perusahaan, perkebunan dan industri persawitan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Identitas Responden
Data identitas responden mencakup distribusi menurut jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir dan masa kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
maka identitas responden dapat diuraikan sebagai berikut:
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Pengukuran usia pada pekerja PT. Ukindo Blankahan dilakukan untuk
mengetahui berapa orang usia yang paling dominan bekerja sehingga
dikategorikan menjadi usia ≤35 tahun dan usia >35 tahun. Hasil pengukuran
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur pada Pekerja di PT.
Ukindo Blankahan Tahun 2017.
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Umur (Tahun)
1. ≤35 tahun
2. >35 tahun
Total
26
20
46
56,5
43,5
100
Universitas Sumatera Utara
59
Berdasarkan tabel 4.1 di atas mayoritas pekerja berumur ≤35 tahun
sebanyak 26 orang (56,5%), dan seluruh responden tergolong kedalam usia
produktivitas, usia produktif antara 15 - 65 tahun (Depnaker, 2016)
4.2.1.2 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pengukuran pendidikan terakhir pada pekerja PT. Ukindo Blankahan
dilakukan untuk mengetahui pendidikan terakhir apa yang paling banyak bekerja
sehingga dikategorikan menjadi SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Hasil pengukuran
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada
Pekerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017
Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi pekerja berdasarkan
pendidikan terakhir mayoritas pekerja memiliki pendidikan SMA yaitu sebanyak
33 orang (71,7%), berpendidikan Sarjana yaitu sebanyak 10 orang (21,7%),
berpendidikan SMP yaitu sebanyak 3 orang (6,6%).
4.2.1.3 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Masa Kerja
Pengukuran masa kerja pada pekerja di PT. Ukindo Blankahan dilakukan
untuk mengetahui masa kerja yang paling dominan bekerja. Hasil pengukuran
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Pendidkan terakhir
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Sarjana
0
3
33
10
0
6,6
71,7
21,7
Total 46 100
Universitas Sumatera Utara
60
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja pada Pekerja di PT.
Ukindo Blankahan Tahun 2017.
Berdasarkan tabel 4.3 mayoritas pekerja memiliki masa kerja ≤8 tahun
yaitu sebanyak 26 orang (56,5%).
4.2.2 Komponen Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4.2.2.1 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Komitment Top
Management.
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Komitment Top
Management pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan tahun 2017
Pertanyaan Ada Tidak Ada Total
n % n % n %
1. Perhatian Perusahaan terhadap
masalah K3
2. Perusahaan akan
memberhentikan pekerjaan
yang membahayakan
3. Ada usaha peningkatan kinerja
keselamatan kerja pada periode
tertentu
4. Ada pengawasan terhadap
keselamatan kerja pekerja
5. Perusahaan memberikan
perlengkapan K3
6. Perusahaan memberikan
pelatihan K3
38 82,6
30 65,2
27 58,7
32 69,6
41 89,1
39 84,8
8 17,4
16 17,4
19 34,8
14 30,4
5 10,9
7 15,2
46 100
46 100
46 100
46 100
46 100
46 100
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban pekerja
tentang Komitmen Top Management. Pada pertanyaan pertama mayoritas pekerja
menjawab ada yaitu sebanyak 38 orang (82,6%). Pada pertanyaan kedua
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Masa kerja (Tahun)
1. ≤8 tahun
2. >8 tahun
Total
26
20
46
56,5
43,5
100
Universitas Sumatera Utara
61
mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 30 orang (65,2%). Pada
pertanyaan ketiga mayoritas responden menjawab ada yaitu sebanyak 27 orang
(58,7%). Pada pertanyaan keempat mayoritas pekerja menjawab ada yaitu
sebanyak 32 orang (69,6%). Pada pertanyaan kelima mayoritas pekerja menjawab
ada yaitu sebanyak 41 orang (89,1%). Pada pertanyaan keenam mayoritas pekerja
menjawab ada yaitu sebanyak 39 orang (84,8%).
4.2.2.2 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Peraturan dan
Prosedur K3
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Peraturan dan
Prosedur K3 tentang pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan
tahun 2017
Pertanyaan Ya Tidak Total
n % n % n %
1. Peraturan dan prosedur K3
sangat diperlukan
2. Prosedur K3 mudah diterapkan
pada pekerjaan saya
3. Ada sanksi terhadap
pelanggaran prosedur K3
4. Peraturan dan prosedur K3
diperbaiki secara berkala
5. Peraturan dan prosedur K3
mudah dimengerti
45 97,8
40 87,0
26 56,5
24 52,2
36 78,3
1 2,2
6 13,0
20 43,5
22 47,8
10 21,7
46 100
46 100
46 100
46 100
46 100
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban pekerja
tentang Peraturan dan Prosedur K3. Pada pertanyaan pertama mayoritas pekerja
menjawab ya yaitu sebanyak 45 orang (97,8%). Pada pertanyaan kedua mayoritas
pekerja menjawab ya yaitu sebanyak 40 orang (87,0%). Pada pertanyaan ketiga
mayoritas pekerja menjawab ya yaitu sebanyak 26 orang (56,5%). Pada
pertanyaan keempat mayoritas pekerja menjawab ya yaitu sebanyak 24 orang
Universitas Sumatera Utara
62
(52,2%). Pada pertanyaan kelima mayoritas pekerja menjawab ya yaitu sebanyak
36 orang (78,3%).
4.2.2.3 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Komunikasi pekerja
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Komunikasi Pekerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan tahun 2017
Pertanyaan Ada Tidak Ada Total
n % n % n %
1. Pekerja mendapat informasi
terbaru mengenai masalah K3
2. Pekerja mendapat informasi
terbaru mengenai masalah K3
3. Saya mendapat informasi
mengenai kecelakaan kerja
yang terjadi
4. Adanya komunikasi yang baik
antara pekerja dan pihak
manajerial
5. Adanya komunikasi yang baik
antara sesama pekerja
37 80,4
41 89,1
26 56,5
43 93,5
45 97,8
9 19,6
5 10,9
20 43,5
3 6,5
1 2,2
46 100
46 100
46 100
46 100
46 100
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban pekerja
tentang Komunikasi Pekerja. Pada pertanyaan pertama mayoritas pekerja
menjawab ada yaitu sebanyak 37 orang (80,4%). Pada pertanyaan kedua
mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 41 orang (89,1%). Pada
pertanyaan ketiga mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 26 orang
(56,5%). Pada pertanyaan keempat mayoritas pekerja menjawab ada yaitu
sebanyak 43 orang (93,5%). Pada pertanyaan kelima mayoritas pekerja menjawab
ada yaitu sebanyak 45 orang (97,8%).
Universitas Sumatera Utara
63
4.2.2.4 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Kompetensi Pekerja
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Kompetensi Pekerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan tahun 2017
Pertanyaan Ya Tidak Total
n % n % n %
1. Pekerja mengerti tanggungjawab
terhadap K3
2. Pekerja mengerti sepenuhnya
resiko dari pekerjaannya
3. Pekerja mampu melakukan
pekerjannya dengan cara aman
4. Pekerja tidak melakukan
pekerjaan diluar tanggungjawab
nya
5. Pekerja mampu memenuhi seluruh
peraturan dan prosedur K3
42 91,3
43 93,5
45 97,8
44 95,7
35 76,1
4 6,9
3 6,5
1 2,2
2 4,3
11 23,9
46 100
46 100
46 100
46 100
46 100
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban pekerja
tentang Kompetensi Pekerja. Pada pertanyaan pertama mayoritas pekerja
menjawab ya yaitu sebanyak 42 orang (91,3%). Pada pertanyaan kedua mayoritas
pekerja menjawab ya yaitu sebanyak 43 orang (93,5%). Pada pertanyaan ketiga
mayoritas pekerja menjawab ya yaitu sebanyak 45 orang (97,8%). Pada
pertanyaan keempat mayoritas pekerja menjawab ya yaitu sebanyak 44 orang
(95,7%). Pada pertanyaan kelima mayoritas pekerja menjawab ya yaitu sebanyak
35 orang (76,1%).
Universitas Sumatera Utara
64
4.2.2.5 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Lingkungan Kerja
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Lingkungan Kerja pada
Pekerja di PT. Ukindo Blankahan tahun 2017
Pertanyaan Ada Tidak Ada Total
n % n % n %
1. Pekerja mengutamakan K3
2. Pekerja tidak bosan dengan
pekerjaanya yang berulang-
ulang
3. Pekerja termotivasi karena
program K3
4. Pekerja puas dengan
keamanan lingkungan kerja
(alat pengaman, kebersihan,
pencahayaan)
5. Pekerja tidak saling
menyalahkan bila terjadi
kecelakaan
42 91,3
39 84,8
38 82,6
39 84,8
43 93,5
4 8,7
7 15,2
8 17,4
7 15,2
3 6,5
46 100
46 100
46 100
46 100
46 100
Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban pekerja
tentang Lingkungan Kerja. Pada pertanyaan pertama mayoritas pekerja menjawab
ada yaitu sebanyak 42 orang (91,3%). Pada pertanyaan kedua mayoritas pekerja
menjawab ada yaitu sebanyak 39 orang (84,8%). Pada pertanyaan ketiga
mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 38 orang (82,6%). Pada
pertanyaan keempat mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 39 orang
(84,8%). Pada pertanyaan kelima mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak
43 orang (93,5%).
Universitas Sumatera Utara
65
4.2.2.6 Distribusi Jawaban pekerja Berdasarkan Keterlibatan pekerja
dalam K3
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Keterlibatan Pekerja
dalam K3 pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan tahun 2017
Pertanyaan Ada Tidak Ada Total
n % n % n %
1. Pekerja dilibatkan dalam
perencanaan program K3
2. Pekerja melaporkan jika
terjadi kecelakaan atau situasi
yang bahaya
3. Pekerja diminta mengingatkan
pekerja lain tentang bahaya
dan K3
4. Pekerja dilibatkan dalam
penyampaian informasi
24 52,2
39 84,8
28 60,9
46 100
22 47,8
7 15,2
19 39,1
46 100
46 100
46 100
46 100
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi jawaban pekerja
tentang Keterlibatan Pekerja dalam K3. Pada pertanyaan pertama mayoritas
pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 24 orang (52,2%). Pada pertanyaan kedua
mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 39 orang (84,8%). Pada
pertanyaan ketiga mayoritas pekerja menjawab ada yaitu sebanyak 28 orang
(60,9%). Pada pertanyaan keempat seluruh pekerja menjawab ada yaitu sebanyak
46 orang (100%).
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Pekerja Keseluruhan
Komponen Budaya K3 pada Pekerja di PT. Ukindo
Blankahan tahun 2017
Komponen Budaya K3 Frekuensi Persentase (%)
Komitment Top Management 1. Ada
2. Tidak ada
Total
26
20
46
56,5
43,5
100
Universitas Sumatera Utara
66
Peraturan dan Prosedur K3 1. Ya
2. Tidak
Total
Komunikasi Pekerja 1. Ada
2. Tidak ada
Total
Kompetensi Pekerja 1. Ya
2. Tidak
Total
Lingkungan Kerja 1. Ada
2. Tidak Ada
Total
Keterlibatan Pekerja dalam k3 1. Ada
2. Tidak Ada
Total
25
21
46
35
11
46
41
5
46
21
25
46
23
23
46
45,7
54,3
100
76,1
23,9
100
89,1
10,9
100
45,7
54,3
100
50,0
50,0
100
Dari tabel 4.10 di atas dapat dilihat mayoritas pekerja menjawab secara
keseluruhan mengenai ada komitmen top management sebanyak 26 orang
(56,5%), sedangkan yang menjawab tidak ada sebanyak 20 orang (43,5%), dan
mengenai peraturan dan prosedur K3 pekerja menjawab ya sebanyak 21 orang
(45,7%), sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 25 orang (54,3%), dan
mengenai Komunikasi pekerja mayoritas pekerja menjawab ada sebanyak 35
orang (76,1%), sedangkan yang menjawab tidak ada sebanyak 11 orang (23,9%),
mengenai Kompetensi pekerja mayoritas pekerja menjawab ya sebanyak 41 orang
(89,1%), sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 5 orang (10,9%),dan
mengenai lingkungan kerja pekerja menjawab ada sebanyak 21 orang (45,7%),
sedangkan yang menjawab tidak ada sebanyak 25 orang (54,3%), mengenai
Universitas Sumatera Utara
67
Keterlibatan Pekerja dalam K3 pekerja menjawab ada sebanyak 23 orang
(50,0%), sedangkan yang menjawab tidak ada sebanyak 23 orang (50,0%).
4.2.2.7 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Keselamatan Kerja
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Pekerja Berdasarkan Keselamatan Kerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan tahun 2017
Jenis Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase (%)
Terjatuh
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Tertimpa benda jatuh
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Tertumbuk atau terkena
benda, keuali benda jatuh
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Terjepit oleh benda
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Gerakan melebihi kemampuan
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Pengaruh suhu tinggi
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Terkena arus listrik 1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
2
44
46
2
44
46
0
46
46
3
43
46
0
46
46
1
45
46
2
44
46
4,3
95,7
100
4,3
95,7
100
0
100
100
6,6
93,4
100
0
100
100
2,2
97,8
100
4,3
95,7
100
Universitas Sumatera Utara
68
Kontak dengan bahan
berbahaya atau radiasi
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
Jenis kecelakaan lain yang
belum masuk klarifikasi
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Total
2
44
46
4
42
46
4,3
95,7
100
8,7
91,3
100
Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat distribusi frekuensi tentang
Keselamatan Kerja yang digolongkan pernah dan tidak pernah mengalami
kecelakaan kerja. Jenis kecelakaan yang pertama yaitu terjatuh mayoritas pekerja
menjawab tidak pernah sebanyak 44 orang (95,7%). Jenis kecelakaan yang kedua
yaitu tertimpa benda jatuh mayoritas pekerja menjawab tidak pernah sebanyak 44
orang (95,7%). Jenis kecelakaan yang ketiga yaitu tertumbuk atau terkena benda,
kecuali benda jatuh seluruh pekerja menjawab tidak pernah sebanyak 46 orang
(100%). Jenis kecelakaan yang keempat yaitu terjepit oleh benda mayoritas
pekerja menjawab tidak pernah sebanyak 43 orang (93,4 %). Jenis kecelakaan
yang kelima yaitu gerakan melebihi kemampuan seluruh pekerja menjawab tidak
pernah sebanyak 46 orang (100%). Jenis kecelakaan yang keenam yaitu pengaruh
suhu tinggi mayoritas pekerja menjawab tidak pernah sebanyak 45 orang (97,8%).
Jenis kecelakaan yang ketujuh yaitu terkena arus listrik mayoritas pekerja
menjawab tidak pernah sebanyak 44 orang (95,7%). Jenis kecelakaan yang
kedelapan yaitu kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi mayoritas pekerja
menjawab tidak pernah sebanyak 44 (95,7%). Jenis kecelakaan yang kesembilan
yaitu kecelakaan lainnya yang belum masuk klasifikasi mayoritas pekerja
menjawab tidak pernah sebanyak 42 (91,3%), dan yang termasuk jenis kecelakaan
Universitas Sumatera Utara
69
lainnya adalah tertusuk benda tajam pada pekerja bagian sortasi yang
menggunakan alat tajam sebagai alat bantu untuk menurunkan tandan kelapa
sawit dari atas truk.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pekerja Berdasarkan Keselamatan Kerja
pada Pekerja di PT. Ukindo Blankahan tahun 2017
Keselamatan Kerja Frekuensi Persentase (%)
1. Pernah
2. Tidak Pernah
16
30
34,8
65,2
Total 46 100
Dari tabel 4.13 di atas dapat dilihat mayoritas pekerja menjawab tidak
pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 30 orang (65,2%), sedangkan yang
pernah sebanyak 16 orang (34,8%).
4.2.3 Komponen Budaya K3 yang Berhubungan Dengan Keselamatan
Kerja di PT. Ukindo Blankahan Tahun 2017
Untuk mengetahui hubungan antara Budaya K3 yaitu Komitment Top
Management, Peraturan dan Prosedur K3, Komunikasi Pekerja, Kompetensi
Pekerja, Lingkungan Kerja, dan Keterlibatan pekerja dalam K3 terhadap
Keselamatan Kerja dengan menggunakan uji chi square dapat dilihat sebagai
berikut.
Universitas Sumatera Utara
70
4.2.3.1 Hubungan Komitment Top Management dengan Keselamatan
Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
Tabel 4.13 Distribusi Pekerja Berdasarkan Komitment Top Management
dengan Keselamatan Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun
2017
No Komitmen
Top
management
Keselamatan Kerja P Value
Pernah Tidak Pernah Total
n % n % N %
1. Ada 5 10,9 21 45,6 26 56,5 0,027
2. Tidak ada 11 23,9 9 19,6 20 43,5
Total 16 34,8 30 65,2 46 100
Berdasarkan tabel 4.13. di atas, hasil penelitian diperoleh dengan nilai ρ=
0,027 (ρ<0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara komitment
top management dengan keselamatan kerja, semakin kecil nilai ρ<0,05 maka
semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0,027 maka hubungan
komitment top management dengan keselamatan kerja semakin besar.
4.2.3.2 Hubungan Peraturan dan Prosedur K3 dengan Keselamatan
Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
Tabel 4.14 Distribusi Pekerja Berdasarkan Peraturan dan Prosedur K3
dengan Keselamatan Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun
2017
No Peraturan dan
Prosedur K3
Keselamatan Kerja P Value
Pernah Tidak Pernah Total
n % n % N %
1. Ya 1 2,2 24 52,2 25 54,4 0.,000
2. Tidak 15 32,6 6 13,0 21 45,6
Total 16 34,8 30 65,2 46 100
Berdasarkan tabel 4.14. di atas, hasil penelitian diperoleh dengan nilai ρ=
0,000 (ρ<0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara peraturan
dan prosedur K3 dengan keselamatan kerja, semakin kecil nilai ρ<0,05 maka
Universitas Sumatera Utara
71
semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0,000 maka hubungan
Peraturan dan Prosedur K3 dengan Keselamatan Kerja semakin besar.
4.2.3.3 Hubungan Komunikasi Pekerja dengan Keselamatan Kerja di
PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
Tabel 4.15 Distribusi Pekerja Berdasarkan Komunikasi Pekerja dengan
Keselamatan Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
No Komunikasi
Pekerja
Keselamatan Kerja P Value
Pernah Tidak Pernah Total
n % n % N %
1. Ada 12 26,1 23 50,0 35 76,1 0,585
2. Tidak ada 4 8,7 7 15,2 11 23,9
Total 16 34,8 30 65,2 46 100
Berdasarkan tabel 4.15. di atas, hasil penelitian diperoleh dengan nilai
ρ=0,585 (ρ>0,05), hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara
komunikasi pekerja dengan keselamatan kerja, Semakin kecil nilai ρ<0,05 maka
semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0,585 maka hubungan
komunikasi pekerja dengan keselamatan kerja semakin kecil.
4.2.3.4 Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Keselamatan Kerja di
PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
Tabel 4.16 Distribusi Pekerja Berdasarkan Kompetensi Pekerja dengan
Keselamatan Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
No Kompetensi
Pekerja
Keselamatan Kerja P Value
Pernah Tidak Pernah Total
n % n % N %
1. Ya 14 30,4 27 58,7 41 89,1 0,576
2. Tidak 2 4,4 3 6,5 5 10,9
Total 16 34,8 30 65,2 46 100
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, hasil penelitian diperoleh dengan nilai ρ=
0,576 (ρ>0,05), hal ini menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara
kompetensi pekerja dengan keselamatan kerja , Semakin kecil nilai ρ<0,05 maka
Universitas Sumatera Utara
72
semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0,576 maka hubungan
kompetensi pekerja dengan keselamatan kerja semakin kecil.
4.2.3.5 Hubungan Lingkungan Kerja dengan Keselamatan Kerja di
PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
Tabel 4.17 Distribusi Pekerja Berdasarkan Lingkungan Kerja dengan
Keselamatan Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
No Lingkungan
Kerja
Keselamatan Kerja P Value
Pernah Tidak Pernah Total
n % n % N %
1. Ada 3 6,5 18 39,1 21 45,7 0,018
2. Tidak ada 13 28,3 12 26,1 25 54,3
Total 16 34,8 30 65,2 46 100
Berdasarkan tabel 4.17. di atas, hasil penelitian diperoleh dengan nilai ρ=
0,018 (ρ<0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara lingkungan
kerja dengan keselamatan kerja, semakin kecil nilai ρ<0,05 maka semakin besar
hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0,018 maka hubungan lingkungan kerja
dengan keselamatan kerja semakin besar.
4.2.3.6 Hubungan Keterlibatan Pekerja dalam K3 dengan Keselamatan
Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun 2017
Tabel 4.18 Distribusi Pekerja Berdasarkan Keterlibatan Pekerja dalam K3
dengan Keselamatan Kerja di PT.Ukindo Blankahan Tahun
2017
No Keterlibatan
Pekerja
dalam K3
Keselamatan Kerja P Value
Pernah Tidak Pernah Total
n % n % N %
1. Ada 3 6,5 20 43,5 23 50,0 0,005
2. Tidak ada 13 28,3 10 21,7 23 50,0
Total 16 34,8 30 65,2 46 100
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, hasil penelitian diperoleh dengan nilai ρ =
0,005 (ρ<0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara keterlibatan
Universitas Sumatera Utara
73
pekerja dalam K3 dengan keselamatan kerja, semakin kecil nilai ρ<0,05 maka
semakin besar hubungannya. Sehingga dari nilai ρ=0,005 maka hubungan
keterlibatan pekerja dengan keselamatan kerja semakin besar.
Tabel 4.20. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Variabel Bebas Dengan
Variabel Terikat Dengan Menggunakan Uji Chi Square
No Variabel Pvalue Ket
1. Komitment Top Management 0,027 S
2. Peraturan dan Prosedur K3 0,000 S
3. Komunikasi Pekerja 0,585 TS
4. Kompetensi Pekerja 0,576 TS
5. Lingkungan Kerja 0,018 S
6 Keterlibatan Pekerja 0,005 S
Keterangan : TS : Tidak Signifikan
S : Signif
Universitas Sumatera Utara
74
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Komitment Top Management dengan Keselamatan Kerja
Berdasarkan tabel 4.14 analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil dari
penelitian diperoleh nilai ρ=0,027 (ρ<0,05), semakin kecil nilai ρ<0,05 maka
semakin besar hubungannya. Hasil penelitian menunjukkan Komitmen Top
Management memiliki hubungan yang signifikan dengan Keselamatan Kerja.
Semakin tinggi Komitment Top management terhadap K3 akan mengakibatkan
semakin tinggi pula Keselamatan Kerja, sebaliknya semakin rendah Komitment
Top Managemnet terhadap K3 akan mengakibatkan semakin rendah pula
keselamatan kerja. Berdasarkan penelitian terhadap pekerja bahwa aspek yang
paling berhubungan adalah perusahaan memberikan perlengkapan K3 yang wajib
digunakan saat bekerja, dimana para pekerja merasa aman dan nyaman melakukan
pekerjaannya ketika dirinya dilindungi dengan adanya perlengkapan K3, selain itu
pengawasan juga dilakukan di setiap bagian pekerjaan untuk memastikan pekerja
bekerja sesuai dengan prosedur yang ada untuk menghindari kecelakaan kerja.
Komitment diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang tertulis, jelas, mudah
dimengerti, dan diketahui oleh seluruh pekerja. Namun, komitment tidak hanya
dalam bentuk kebijakan tertulis saja, butuh dukungan dan upaya nyata dari pihak
manajemen atau pimpinan untuk membuktikan bahwa perusahaan benar-benar
berkomitment terhadap keselamatan kerja. Upaya nyata tersebut dapat
ditunjukkan dengan sikap dan segala tindakan yang berhubungan dengan
keselamatan kerja (Ramli, 2010). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Grimaldi
Universitas Sumatera Utara
75
dan Simons (1975), bahwa sebuah kebijakan K3 harus dimulai dari Top
management, diwujudkan dengan perhatian terhadap K3 dan diperhatian terhadap
tindakan-tindakan bahaya yang mengancam K3. Komitment Top management
dapat dilihat dari sudut pandang pekerja, salah satu cara yang digunakan yaitu
dengan melihat persepsi pekerja dari komitment manajement (o’Toole, 2002).
Penelitian Karina Zain (2013) persepsi pekerja unit hull constructions
terhadap komitmen manajemen di PT. Dok dan perkapalan tergolong baik
(76,7%). Dapat diartikan bahwa manajemen telah berkomitmen terhadap
keselamatan kerja, mendukung, dan mewujudkan secara nyata. Hal tersebut
ditunjukkan oleh pihak manajement dalam hal perwujudan nyata kebijakan,
tersedianya fasilitas, dan sumber daya, salah satu contohnya berupa penyediaan
perlengkapan K3.
Penelitian yang dilakukan oleh Cooper (2000), yang mendapatkan hasil
bahwa komitment top manajemen berhubungan dengan perilaku pada saat tertentu.
Upaya yang perlu dilakukan oleh pihak manajemen untuk mempertahankan
persepsi pekerja yang tergolong baik terhadap komitment top manajemen yaitu
dengan lebih aktif dalam K3 yang ditunjukkan dalam memberikan keteladanan K3
yang lebih baik dan melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan
K3.
5.2 Hubungan Peraturan dan Prosedur K3 dengan Keselamatan Kerja
Berdasarkan tabel 4.15 analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil
penelitian diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), semakin kecil nilai p<0,00 maka
semakin besar hubungannya. Hasil penelitian diperoleh nilai p=0,000 maka
Universitas Sumatera Utara
76
hubungan peraturan dan prosedur K3 dengan Keselamatan Kerja semakin besar.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa peraturan dan prosedur K3 memiliki
hubungan yang signifikan dengan Keselamatan Kerja. Bentuk dari peraturan dan
prosedur K3 di PT. Ukindo Blankahan yaitu mengatur tentang izin kerja dan
prosedur kerja, dalam hal peraturan dan prosedur K3 sudah diperbaiki secara
berkala karena sesuai dengan Peraturan PerUndang-Undangan yang di keluarkan
oleh pemerintah mengenai peraturan dan prosedur K3, dan setiap pekerjaan sudah
ditetapkan peraturan dan prosedur K3 yang sesuai untuk meningkatkan
keselamatan kerja. Peraturan dan prosedur K3 sangat diperlukan dan mudah
dimengerti oleh pekerja, dengan mensosialisasikan semua peraturan dan prosedur
K3 dengan bahasa yang mudah dimengerti pekerja sehingga mempermudah
pekerja untuk melaksanakan peraturan dan prosedur K3 tersebut.
Peraturan merupakan suatu hal yang mengikat dan telah disepakati,
sedangkan prosedur merupakan rangkaian dari suatu tempat tata kerja yang
berurutan, tahap dami tahap serta jelas menunjukkan jalan atau arus (flow) yang
harus ditempuh dari mana pekerjaan dimulai. Tujuan dari dibentuknya peraturan
dan prosedur keselamatan kerja yaitu untuk mengendalikan bahaya yang ada
ditempat kerja, untuk melindungi pekerja dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan, dan untuk mengatur perilaku pekerja, sehingga nantinya tercipta
budaya keselamatan yang baik (Ramli, 2010). Dasar dari Budaya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah sikap dan persepsi pekerja terhadap keselamatan
kerja, yang nantinya menjadi salah satu gambaran perilaku pekerja terhadap
Universitas Sumatera Utara
77
pelaksanaan peraturan dan prosedur K3 dalam rangka mengendalikan sumber
potensi bahaya (Ferraro, 2002).
Hasil penelitian Karina Zain (2013) persepsi pekerja di unit Hull
Construction secara statistik tidak terdapat hubungan antara variabel peraturan
dan prosedur K3 dengan perilaku K3, sedangkan penelitian Andi, dkk (2005),
mendapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh antara peraturan dan prosedur K3
terhadap perilaku K3. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan karena
faktor lain di luar variabel penelitian, perbedaan karakteristik individu yang dapat
mempengaruhi persepsi pekerja terhadap keselamatan kerja terutama persepsi
mengenai peraturan dan prosedur K3, dapat diartikan bahwa peraturan dan
prosedur yang ada mudah dimengerti, dikomunikasikan dan disosialisasikan
kepada pekerja. Seharusnya peraturan dan prosedur K3 tidaklah terlalu rumit
sehingga mudah untuk dipahami, mudah diterapkan dengan benar, diberlakukan
sanksi jika ada pelanggaran dan perlu adanya perbaikan secara berkala sesuai
dengan kondisi tempat kerja (Mohamed, 2002).
5.3 Hubungan Komunikasi Pekerja dengan Keselamatan Kerja
Berdasarkan tabel 4.16 analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil
penelitian diperoleh nilai p=0,585 (p>0,05), semakin kecil nilai p<0,05 maka
semakin besar hubungannya. Hasil dari penelitian diperoleh nilai p=0,585 maka
hubungan Komunikasi Pekerja dengan Keselamatan Kerja semakin kecil. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi Pekerja tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan Keselamatan Kerja.
Universitas Sumatera Utara
78
Berdasarkan penelitian di PT. Ukindo Blankahan pekerja menyatakan
bahwa sebagian besar pekerja tidak mendapat informasi mengenai kecelakaan
kerja yang terjadi, karena pihak manajerial menutupi hal tersebut, sebaiknya
diinformasikan kepada pekerja agar tidak terjadi kecelakaan yang sama dan
seluruh pekerja belum mendapat informasi terbaru mengenai masalah K3.
Berdasarkan teori tujuan dari adanya komunikasi yaitu untuk menyampaikan
informasi di dalam organisasi, sehingga antara komunikator dengan penerima
informasi dapat dengan jelas mengerti apa yang diinginkan komunikator terutama
tindakan apa yang diharapkan oleh organisasi. Komunikasi tersebut dapat
berlangsung secara satu arah, dua arah, di antara manajer dengan pekerja, pekerja
dengan pekerja,manajer dengan manajer, atau departemen dengan departement
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kedua belah pihak (Cooper, 2001).
Penelitian ini tidak selaras dengan penelitian Karina zain (2013) terdapat
hubungan yang cukup kuat antara variabel komunikasi pekerja dengan perilaku
K3, dan penelitian Wieke (2012) terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara
variabel komunikasi pekerja dengan kinerja pekerja. Perbedaan hasil penelitian ini
dapat disebabkan karena perbedaan persepsi pekerja terhadap keselamatan kerja
terutama persepsi mengenai Komunikasi Pekerja.
5.4 Hubungan Kompetensi Pekerja dengan Keselamatan Kerja
Berdasarkan tabel 4.17 analisis bivariat menunjukkan bahwa hasil
penelitian diperoleh nilai p=0,576 (p>0,05), semakin kecil nilai p<0,05 maka
semakin besar hubungannya. Hasil penelitian diperoleh nilai p=0,576 maka
hubungan Kompetensi Pekerja dengan Keselamatan Kerja semakin kecil. Temuan
Universitas Sumatera Utara
79
penelitian menunjukkan bahwa Kompetensi Pekerja tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan Keselamatan Kerja. Berdasarkan penelitian di PT. Ukindo
Blankahan menyatakan pekerja belum seluruhnya mampu memenuhi seluruh
peraturan dan prosedur K3 dikarenakan peraturan dan prosedur K3 yang ada susah
untuk dimengerti oleh pekerja, jika pekerja mengerti akan resiko dari
pekerjaannya maka pekerja akan melakukan pekerjaannya dengan serius dan tidak
ragu-ragu dalam bekerja. Berdasarkan teori Kompotensi pekerja seringkali
berhubungan dengan kemampuan, pengetahuan, keterampilan,dan pengalaman
pekerja. Mohammed (2002) menjabarkan kompotensi pekerja secara menyeluruh
sebagai pengetahuan, pengertian, dan tanggung jawab pekerja terhadap
pekerjaannya, maupun pengetahuan terhadap resiko dan bahaya yang mengancam
pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
5.5 Hubungan Lingkungan Kerja dengan Keselamatan Kerja
Budaya K3 merupakan kombinasi dari sikap, norma, dan persepsi pekerja
terhadap keselamatan kerja (Clarke 2000). Mohammed (2002) mengemukakan
pada perusahaan sedapat mungkin dibentuk suatu lingkungan kerja kondusif salah
satunya budaya tidak saling menyalahkan bila terjadi kecelakaan pada pekerja.
Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan analisis bivariat menunjukkan bahwa
hasil penelitian diperoleh nilai p=0,018 (p<0,05), semakin kecil nilai p<0.,05
maka semakin besar hubungannya. Hasil penelitian diperoleh nilai p=0,018 maka
hubungan Lingkungan Kerja dengan Keselamatan Kerja semakin besar. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa Lingkungan Kerja memiliki hubungan yang
signifikan dengan Keselamatan Kerja. Berdasarkan hasil pengumpulan data,
Universitas Sumatera Utara
80
Lingkungan kerja di PT. Ukindo Blankahan terlihat pada saat terjadi kecelakaan,
dimana budaya saling menyalahkan sangat rendah, dan mengutamakan K3,
pekerja tidak bosan melakukan pekerjaannya yang berulang-ulang dimana dengan
melakukan pekerjaannya berulang-ulang diharapkan para pekerja menjadi ahli
dibidangnya sehingga akan meningkatkan keselamatan kerja karena
meminimalisir terjadinya kesalahan kerja.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheyne, et al.
(1998) dan penelitian Karina Zain (2013) terdapat hubungn yang cukup signifikan
antara variabel lingkungan kerja dengan perilaku K3,dalam hal ini persepsi
pekerja di unit construction terhadap Lingkungan kerja di PT. Dok dan Perkapalan
Surabaya tergolong dalam kategori baik (83,6%).
5.6 Hubungan Keterlibatan Pekerja dengan Keselamatan Kerja
Budaya keselamatan akan menjadi lebih efektif apabila komitmen
manajemen dilaksanakan secara nyata dan terdapat keterlibatan langsung dari
pekerja dalam keselamatan kerja. Keterlibatan pekerja dalam keselamatan kerja
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, berupa keaktifan pekerja dalam
kegiatan K3, memberikan masukan mengenai adanya kondisi berbahaya
dilingkungan, menjalankan dan melaksanakan kegiatan dengan cara yang aman,
memberikan msukan dalam penyusunan prosedur dan cara kerja aman,dan
mengingatkan pekerja lain mengenai bahaya K3 (Ramli, 2010).
Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan hasil analisis bivariat menunjukkan
bahwa hasil penelitian diperoleh nilai p=0,005 (p<0,05), semakin kecil nilai
p<0,05 maka semakin besar hubungannya. Hasil penelitian diperoleh nilai
Universitas Sumatera Utara
81
p=0,005 maka hubungan Keterlibatan Pekerja dengan Keselamatan Kerja semakin
besar. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Keterlibatan Pekerja dalam K3
memiliki hubungan yang signifikan dengan Keselamatan Kerja. Berdasarkan hasil
penelitian, aspek yang paling berhubungan adalah pekerja melaporkan jika terjadi
kecelakaan kerja atau situasi yang bahaya, dimana dengan adanya pencatatan
diharapkan adanya perhatian khusus pada suatu pekerjaan untuk menghindari
kecelakaan yang sama. Bentuk dari program K3 di PT. Ukindo Blankahan
meliputi training, safety meeting. Keterlibatan pekerja dalam keselamatan kerja
dapat diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan dan keaktifan dalam program K3.
Salah satu contohnya yaitu dalam penyusunan prosedur kerja, maka akan timbul
rasa dalam diri pekerja bahwa prosedur yang telah disusun merupakan tanggung
jawab pekerja, karena pekerja ikut berperan serta dalam proses penyusunanya,
hasilnya pekerja akan berperilaku aman sesuai dengan prosedur yang telah
mereka buat dan sepakati bersama, dan keselamatan kerja akan meningkat.
Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi,dkk
(2005), mendapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh antara keterlibatan pekerja
dalam keselamatan kerja, sedangkan penelitian Karina Zain (2013) tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel Keterlibatan Pekerja dengan perilaku
K3, hal ini dapat dilihat dari persepsi pekerja di unit hull Construction terhadap
pelaksanaan keterlibatan pekerja dalam keselamatan kerja tergolong dalam
kategori cukup (52,1%), dapat dikatakan bahwa keterlibatan pekerja terhadp
keselamtan kerja belum maksimal dan perlu ditingkatkan. Perbedaan hasil
Universitas Sumatera Utara
82
penelitian ini disebabkan karena faktor lain di luar variabel penelitian, perbedaan
karakteristik individu yang dapat mempengaruhi persepsi pekerja.
Penelitian Wieke (2012) menunjukkan bahwa keterlibatan pekerja
memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap kinerja proyek konstruksi.
Konstribusinya adalah sebesar 0,348. Semakin tinggi Keterlibatan Pekerja dalam
K3 akan mengakibatkan semakin tinggi pula kinerja karyawan, sebaliknya
semakin rendah keterlibatan pekerja dalam K3 akan mengakibatkan semakin
rendah pula kinerja karyawan.
Universitas Sumatera Utara
83
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian hubungan Budaya K3 dengan Keselamatan Kerja di PT.
Ukindo Blankahan diperoleh yaitu :
1. Ada hubungan yang signifikan antara Komitment top Management, Peraturan
dan Prosedur K3, Lingkungan Kerja dan Keterlibatan Pekerja dalam K3
dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Komunikasi Pekerja dan
Kompetensi Pekerja dengan Keselamatan Kerja di PT. Ukindo Blankahan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan yang diperoleh
maka peneliti memberikan saran :
1. Pihak manajemen menerapkan peraturan K3 secara tertulis dan tertempel di
area kerja,dan melakukan pengawasan yang ketat.
2. Untuk meningkatkan keselamatan kerja diperlukan komunikasi yang baik
antara pihak manajerial dengan pekerja,dan selalu memberi informasi terbaru
kepada pekerja terkait Keselamatan Kerja.
3. Mengadakan program edukasi dan training secara berkesinambungan bagi
pekerja mengenai keselamatan kerja untuk menambah kemampuan pekerja
dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
84
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Alifen, R & Chandra, A. 2005. Model Persamaan Struktural Budaya
Keselamatan Kerja Pada Perilaku Pekerja Di Proyek Konstruksi. Jurnal
Tehnik Sipil. Vol 12, no. 3. (http://journals.itb.ac.id/index.php/jts/article/vi
ew/2668, diakses 09 maret 2017).
Budaya Keselamatan Terjermahan Dokumen IAAC Safety Report 75-Insag- 4,
Safety Culture. 2015. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (diaskes tanggal 12
maret 2017).
Cheyne, A., Cox, S., Oliver, A. & Tomas, JM. (1998). Modelling Safety
Climate in the Prediction of Levels of Safety Activity. Work and
Stress. Vol 12(3), pp255-271 (diakses 09 mei 2017).
Christina, W. Y, Djahfar, L & Thoyib, A. 2012. Pengaruh Budaya Keselamatan
dan Kesehatan Keja (K3) terhadap Kinerja Proyek Konstruksi. Vol 6, no 1,
ISSN 19785658. (http://www.rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/vi
ewFile/193/204, diakses tanggal 11 maret 2017).
Chandra, A. 2005, Pengaruh Budaya Keselamatan Kerja pada Perilaku Pekerja
terhadap Keselamatan Kerja, Surbaya, Indonesia. Tesis Magister tekhnik,
universitas Kristen Petra, surabaya, (diakses tanggal 20 juli 2017).
Cooper, D., 2002, Safety Culture – A Model for Understanding & Quantifying
Difficult Concept, Professional Safety, 47(6), 3036, (diakses 25 mei
2017).
Dokumen.tips/document/budaya_k3.academia.com (diaskes 10 maret 2017).
Depnakertrans. 2009. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta. Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.
(diakses 23 maret 2017).
Effendy, S. 2012. Budaya Organisasi Budaya Perusahaan Budaya Kerja. Medan.
USU Press.
Eoh,J. (2001). Pengaruh Budaya Perusahaan, Gaya Manajemen dan
Pengembangan Tim terhadap Kinerja Karyawan, Studi Kasus di PT
Semen Gresik dan PT Semen Kupang. Jakarta, Universitas Indonesia.
(diakses 10 juli 2017).
Hadipoetra, S. 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Jakarta.
Yayasan Patra Terbiyyah Nusantara.
Heni, Y. 2011. Improving Our Safety Culture Cara Cerdas Membangun Budaya
Keselamatan Yang Kokoh. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Universitas Sumatera Utara
85
Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kesehatan RI. 2015. ISSN 2442-7659
(diaskes 08 februari 2017).
International Atomic Energy Agency, Quality Assurance for Safety in Nuclear
Power Plants and Other Nuclear Installations, Code and Safety Guides
Q1–Q14, Safety Series No. 50-C/SGQ, IAEA, Vienna, Austria (1996,
diakses 10 juli 2017
International Nuclear Safety Advisory Group, Safety Culture, Safety Series No.
75-INSAG-4, IAEA, Vienna, Austria (1991), diakses 10 juli 2017
Juwitasari, E.R. 2016. Hubungan Budaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Dengan Save Behavior Pekerja Gerindra. Skripsi. Universitas Airlangga
(http://repository.unair.ac.id/29731/1/1.%20halaman%20depan.pdf, diakses
10 maret 2017).
Kurniasih, D, Rachmadita, R. 2013 Pengukuran Budaya K3 Pada Tingkat Non
Manajerial Dengan Menggunakan Cooper’s Reciprocal Safety Culture
Model Di Pt. X. Jurnal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Jurusan
Teknik Desain dan Manufaktur. Diaskses 10 juli 2017
Kania, D. Hanifah, E. 2016. Analisis Faktor Budaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Pada Penanganan Kargo Di Bandara Soekarno Hatta
International Airport. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(JMTranslog) - Vol. 03 No. 1, (diakses 10 juli 2017).
Lisnanditha, D. 2012. Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Keselamatan Kerja, dan
Iklim Keselamatan Kerja terhadap Perilaku Keselamatan Kerja Studi
Kasus di PT Krama Yudha Ratu Motor. Skripsi. Universitas Indonesia.
(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318379SYudithia20Lisnanditha.pdf,
diakses 14 maret 2017).
Mulyono, K. 2013. Pengaruh Budaya k3 dan Gaya Kepemimpinan terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Pada Divisi Operasi Tambang Di
PT newmont Nusa tenggara. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen Vol. 9
No.1, hal. 71-8, (diakses 10 juli 2017).
Mohamed, S. 2002. Safety Climate in Construction Site Environment. Journal
of Construction Engineering and Management, pp.375-384, (diakses 10
juli 2017).
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Peraturan Keselamatan dan Kesehatan kerja edisi Ke Lima. 2006.
Persson, D,K. Iaea Safety Standards On Management Systems And Safety
Culture. Jurnal International Atomic Energy Agency, Department of
Nuclear Energy, Austria, (diakses 10 juli 2017).
Universitas Sumatera Utara
86
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta. Dian Rakyat.
Ridley, J. 2014. Ikhtisar Keselamatan dan Kesehatan Kerja edisi Ketiga.Jakarta.
Erlangga.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung.
Alfabet.
Suma’mur. 2014. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta. PT.
Toko Gunung Agung.
Ssp.hubud.dephub.go.id >news>budaya Keselamatan Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia Program Keselamatan Penerbangan Nasional. com
(diakses 12 maret 2017).
Suyono, K. Z, Nawawinetu, D. 2013. Hubungan antara Faktor Pembentuk Budaya
Keselamatan dengan Safety Behavior di PT DOK dan Perkapalan
Surabaya Unit Hull Contruction. The Indonesian Journal of Occupational
safety and Health. Vol 12. Hal 67-74. (http://journal.unair.ac.id/hubungan-
antara-faktor-pembentuk- budaya- keselamatan - kerja - dengan-safety
behavior-di-pt-dok-dan-perkapalan-surabaya-unit-hull-constraction-article-
6719-media-39-category-3.html, diakses 15 maret 2017).
Suprian, D. 2016 Pengaruh Manajemen K3 Dan Budaya K3 Terhadap Kinerja
Pekerja Proyek (Studi Kasus Proyek Pembangunan Cengkareng Business
City Lot 5). Jurnal Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta kampus
UI Depok. Diakses 15 maret 2017
The Management System for Facilities and Activities IAEA Safety Standart for
protecting people and environment.
(http://wwwpub.iaea.org/MTCD/publication/PDF/pub1252web.pdf,
diakses 5 april 2017).
Tony. 2004. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Perusahaan
Konstruksi. Skripsi. Petra Christian University. (http://dewey.petra.ac.id/ca
talog/ft_viewer.php?fname=jiunkpe/s2/sip5/2004/jiunkpe-ns-s2-2004-
01502003-22865-safety-abstract_toc.pdf, diaskes 7 april 2017).
Wardani, R, Ardiantoko, E & Yudhana, A. 2012. Hubungan Budaya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja di Bagian
Instalansi PG. Mritjan Kediri. Jurnal. Stikes Surya Mitra Husada Kediri.
(http://publikasi.stikesstrada.ac.id/hubungan - budaya - kesehatan dan
keselamatan-kerja-k3-terhadap-produktivitas-kerja-di-bagian-instalasi-
pgmritjan-kediri/, diakses 11 maret 2017).
www.safetyshoes.com/tag/4-klasifikasi-kecelakaan-kerja-menurut-munurut-ilo/
(diakses 06 April 2017).
Universitas Sumatera Utara
87
Lampiran 1. Kuesioner
Responden yang terhormat,
Dalam rangka penelitian skripsi mengenai hubungan budaya keselamatan kerja
dengan keselamatan kerja dari para pekerja, yang sedang saya lakukan pada
program studi Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Sumatera Utara, saya
memohon kesedian waktu anda sejenak untuk dapat mengisi kuesioner yang
terdiri dari Dua (2) bagian ini. Jawaban anda sangat berguna bagi peneliti ini dan
hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih atas kesediaan dan
kerjasamanya.
BAGIAN PERTAMA
DEMOGRAPHY QUESTIONS
Bertujuan mengetahui profil demografi responden.
Jenis kelamin?
a. Laki-laki b. Perempuan
Berapa usia Anda saat ini?
Pendidikan terakhir anda?
a. SD c. SMU
b. SMP d. Sarjana
Masa kerja...?
BAGIAN KEDUA
GUTTMAN SCALE QUESTION
Berikan tanda X hanya pada satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan
kondisi anda saat ini. Pernyataan ini mengenai budaya keselamatan kerja yang
terdiri dari komitmen top manajemen terhadap K3, peraturan dan prosedur K3,
Kompetensi Pekerja, Lingkungan Kerja, dan keterlibatan pekerja dalam K3.
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat
saudara.
Universitas Sumatera Utara
88
No Pernyataan Ada Tidak
ada
Komitment Top Management
1 Perhatian Perusahaan terhadap masalah K3
2 Perusahaan akan memberhentikan pekerjaan
yang membahayakan
3 Ada usaha peningkatan kinerja keselamatan
kerja pada periode tertentu
4 Ada pengawasan terhadap keselamatan kerja
pekerja
5 Perusahaan memberikan perlengkapan K3
6 Perusahaan memberikan pelatihan K3
Peraturan dan Prosedur K3 Ya Tidak
7 Peraturan dan prosedur keselamatan kerja
sangat diperlukan
8 Prosedur K3 diterapkan pada pekerjaan saya
9 Ada sanksi terhadap pelanggaran prosedur K3
10 Peraturan dan prosedur K3 diperbaiki secara
berkala
11 Peraturan dan prosedur K3 mudah dimengerti
Komunikasi Pekerja Ada Tidak
Ada
12 Saya mendapat informasi terbaru mengenai
masalah K3
13 Saya puas dengan penyampaian informasi
pekerjaan kepada saya
14 Saya mendapat informasi mengenai kecelakaan
kerja yang terjadi
15 Adanya komunikasi yang baik antara pekerja
dan pihak manajerial
16 Adanya komunikasi yang baik antara sesama
pekerja
Kompetensi Pekerja Ya Tidak
17 Saya mengerti tanggungjawab terhadap k3
18 Saya mengerti sepenuhnya resiko dari
pekerjaannya
19 Pelatihan memberikan saya pengertian yang
jelas terhadap K3
20 Saya tidak pernah melakukan pekerjaan diluar
tanggungjawabnya
21 Saya mampu memenuhi seluruh peraturan dan
prosedur K3
Universitas Sumatera Utara
89
Lingkungan Kerja Ada Tidak
ada
22 Pekerja mengutamakan K3
23 Pekerja tidak bosan dengan pekerjaanya yang
berulang-ulang
24 Pekerja termotivasi karena program K3
25 Pekerja puas dengan keamanan lingkungan
kerja (alat pengaman, kebersihan, pencahayaan)
26 Pekerja tidak saling menyalahkan bila terjadi
kecelakaan
Keterlibatan Pekerja dalam K3 Ada Tidak
ada
27 Pekerja dilibatkan dalam perencanaan program
K3
28 Pekerja melaporkan jika terjadi kecelakaan atau
situasi yang bahaya
29 Pekerja diminta mengingatkan pekerja lain
tentang bahaya dan K3
30 Pekerja dilibatkan dalam penyampaian
informasi
(Sumber wieke yuni christina 2012)
Kuesioner Keselamatan Kerja
Pernyataan Pernah Tidak
pernah
pernah kah anda mengalami kecelakaan seperti :
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali
benda jatuh
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan berbahaya atau
radiasi
i. Jenis lain kecelakaan lainnya yang belum
masuk klasifikasi tersebut
(Suma’mur, 2014)
Universitas Sumatera Utara
90
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
91
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian
Universitas Sumatera Utara
92
Lampiran 4. Master Data Budaya K3
N
o
J
K
U Kat
U
P
T
M
K
Kat
M
K
K
T
1
K
T
2
K
T
3
K
T
4
K
T
5
K
T
6
T
T
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
T
T
K
P
1
K
P
2
K
P
3
K
P
4
K
P
5
T
T
K
O
1
K
O
2
K
O
3
K
O
4
K
O
5
T
T
1 1 41 2 3 15 2 1 1 0 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
2 1 35 1 3 6 1 0 0 1 0 1 1 3 1 0 1 1 1 4 0 1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 4
3 1 40 2 3 7 1 1 0 1 1 1 0 4 1 1 0 0 0 2 0 1 0 0 1 2 1 0 1 1 1 4
4 1 39 2 3 13 2 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
5 1 35 1 4 6 1 1 1 1 0 1 0 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
6 1 37 2 3 12 2 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 0 0 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
7 1 22 1 4 10 2 1 0 1 1 1 1 5 1 1 0 1 0 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
8 1 23 1 4 7 1 0 0 0 1 0 1 2 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
9 1 34 1 3 8 1 1 1 0 1 1 1 5 1 1 0 0 1 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4
10 1 24 1 4 2 1 1 1 0 1 1 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5 0 0 1 1 1 3
11 1 32 1 4 12 2 1 0 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
12 1 40 2 3 4 1 1 1 0 0 1 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
13 1 37 2 3 10 2 0 0 1 0 0 1 2 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
14 1 45 2 3 12 2 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
15 1 32 1 3 11 2 1 1 1 1 1 1 6 1 1 0 1 0 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4
16 1 40 2 2 15 2 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5
17 1 35 1 3 6 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 0 0 3 0 0 0 1 1 2 1 1 1 1 0 4
18 1 40 2 3 9 2 1 0 1 1 0 1 4 1 1 0 0 1 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4
Universitas Sumatera Utara
93
19 1 39 2 3 13 2 0 0 0 1 1 1 3 1 1 0 1 1 4 1 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 5
20 1 35 1 3 6 1 1 1 0 1 1 0 4 1 0 1 1 1 4 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5
21 1 37 2 3 8 1 1 0 0 0 1 1 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
22 1 21 1 3 10 2 1 0 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 0 1 0 1 1 3 0 1 1 1 1 4
23 1 23 1 3 7 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 0 0 1 3 0 1 0 0 1 2 0 1 1 1 1 4
24 1 35 1 3 8 1 1 1 0 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
25 1 24 1 4 2 1 1 1 0 0 1 1 6 1 1 0 0 1 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
26 1 32 1 3 12 2 1 0 1 0 1 1 4 1 1 0 0 1 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
27 1 41 2 4 4 1 1 1 0 1 1 0 4 1 1 1 0 0 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
28 1 37 2 4 2 1 1 0 1 1 0 0 3 1 0 1 1 0 3 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
29 1 45 2 3 12 2 1 0 0 0 1 1 3 1 1 0 0 1 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4
30 1 33 1 4 5 1 1 1 0 1 1 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
31 1 35 1 4 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
32 1 24 1 3 2 1 1 1 0 0 1 1 4 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
33 1 32 1 3 12 2 0 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 4 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
34 1 41 2 3 4 1 1 1 1 0 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5
35 1 37 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 0 1 0 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4
36 1 40 2 2 9 2 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5
37 1 33 1 3 9 2 1 1 1 1 1 1 6 0 0 1 0 1 2 0 0 0 1 1 2 1 1 1 1 0 4
38 1 37 2 3 8 1 0 0 1 1 0 1 3 1 0 1 0 1 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4
39 1 24 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 5
40 1 32 1 3 12 2 1 1 0 1 1 0 4 1 1 0 0 1 3 0 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 5
41 1 33 1 3 9 2 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 1 1 5 1 1 0 0 1 3 1 1 1 1 1 5
42 1 35 1 3 8 1 1 0 0 0 1 1 3 1 1 0 0 1 3 1 1 1 1 1 5 1 0 0 1 1 3
Universitas Sumatera Utara
94
43 1 24 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 0 3
44 1 32 1 3 12 2 1 1 0 1 1 1 5 1 1 0 0 1 3 1 1 0 1 0 3 1 1 1 0 0 3
45 1 41 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 0 1 0 3 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 1 5
46 1 48 2 3 5 1 0 0 1 1 1 0 3 1 1 0 0 1 3 0 0 0 1 1 2 1 1 1 1 0 4
Universitas Sumatera Utara
95
N
o
L
1
L
2
L
3
L
4
L
5
T
T
K
E
T1
K
E
T2
K
E
T3
K
E
T4
T
T
J
T
H
T
B
J
T
T
B
T
O
B
G
M
K
P
S
T
T
A
L
K
B
B
J
K
L
T
T
K
K
K
A
T
KT
K
A
T
P
K
A
T
KP
K
A
T
KO
K
A
T
L
K
A
T
KET
1 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 1
2 0 0 1 1 1 3 1 1 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 2
3 0 1 1 1 1 4 1 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 2
4 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 2
5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 2
6 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2 2
7 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 2
8 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 1 2 2
9 1 1 1 0 1 4 1 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 2
10 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 1 2 2
11 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 2 1 2 2 2 2
12 1 1 1 1 1 5 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 2 1 2 2 2 1
13 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 2 2 2 1
14 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 2
15 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 1
16 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 2 2 2 2
17 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 2 2 1
18 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 2 2 2 2 1
19 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 2 2 2
20 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 2
Universitas Sumatera Utara
96
21 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 1
22 0 0 1 1 1 3 1 1 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 1 2 1 2
23 0 1 1 1 1 4 1 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 2
24 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 2
25 1 0 1 0 1 3 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 1 2
26 1 0 1 1 0 3 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 1 2
27 1 1 0 0 1 3 1 1 1 1 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 2 1 2
28 1 0 0 0 1 2 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 2 2 2 2 1 2
29 1 0 1 0 1 3 1 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 2 2 2 1 2
30 1 0 0 1 1 3 1 1 1 1 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 1 2
31 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2
32 1 1 1 1 1 5 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 1
33 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 1
34 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 2 2 2
35 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 1
36 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 2
37 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 2 2 1
38 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 1
39 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 2 2 2
40 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2
41 1 1 1 1 1 5 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 2 2 1
42 1 1 1 1 1 5 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 1 2 1
43 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 2 1 2 2
44 1 1 0 0 1 3 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 1 1 1 1
Universitas Sumatera Utara
97
45 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2
46 1 1 1 0 0 3 0 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 2 1 1
Universitas Sumatera Utara
98
Keterangan Master Data
Jk : Jenis Kelamin
U : Umur
Kat U : kategori umur
PT : Pendidikan Terakhir
MK : Masa Kerja
Kat MK : kategori Masa kerja
KT1 : Komitment top manajement 1
KT2 : Komitment top manajement 2
KT3 : Komitment top manajement 3
KT4 : Komitment top manajement 4
KT5 : Komitment top manajement 5
KT6 : Komitment top manajement 6
TT : Total
P1 : Peraturan dan prosedur K3 1
P2 : Peraturan dan prosedur K3 2
P3 : Peraturan dan prosedur K3 3
P4 : Peraturan dan prosedur K3 4
P5 : Peraturan dan prosedur K3 5
KP1 : Komunikasi Pekerja 1
KP2 : Komunikasi Pekerja 2
KP3 : Komunikasi Pekerja 3
KP4 : Komunikasi Pekerja 4
KP5 : Komunikasi Pekerja 5
KO1 : Kompetensi Pekerja 1
KO2 : Kompetensi Pekerja 2
KO3 : Kompetensi Pekerja 3
Universitas Sumatera Utara
99
KO4 : Kompetensi Pekerja 4
KO5 : Kompetensi Pekerja 5
L1 : Lingkungan Kerja 1
L2 : Lingkungan Kerja 2
L3 : Lingkungan Kerja 3
L4 : Lingkungan Kerja 4
L5 : Lingkungan Kerja 5
KET1 : Keterlibatan Pekerja 1
KET2 : Keterlibatan Pekerja 2
KET3 : Keterlibatan Pekerja 3
KET4 : Keterlibatan Pekerja 4
JTH : Terjatuh
TBJ : Tertimpa benda jatuh
TTB : Tertumbuk atau terkena benda, kecuali benda jatuh
TOB : Terjepit Oleh Benda
GMK : Gerakan Melebihi Kemampuan
PST : Pengaruh suhu tinggi
TAL : Terkena arus listrik
KBB : Kontak dengan bahan berbahaya dan radiasi
JKL : Jenis kecelakaan lainnya
KK : Keselamatan Kerja
KATKT : Kategori Komitment Top Mnagement
KATP : Kategori Peraturan dan prosedur K3
KATKP : Kategori Komunikasi Pekerja
KATKO : Kategori Kompetensi Pekerja
KATL : Kategori Lingkungan Kerja
KATKET : Kategori Keterlibatan Pekerja
Universitas Sumatera Utara
100
Lampiran 5. Hasil Output
Frequencies Univariat
Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Laki
-
Laki
46 100,0 100,0 100,0
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 21 1 2,2 2,2 2,2
22 1 2,2 2,2 4,3
23 2 4,3 4,3 8,7
24 5 10,9 10,9 19,6
32 6 13,0 13,0 32,6
33 3 6,5 6,5 39,1
34 1 2,2 2,2 41,3
35 7 15,2 15,2 56,5
37 6 13,0 13,0 69,6
39 2 4,3 4,3 73,9
40 5 10,9 10,9 84,8
41 4 8,7 8,7 93,5
45 2 4,3 4,3 97,8
48 1 2,2 2,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kategori Umur
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid ≤35 Tahun 26 56,5 56,5 43,5
>35 Tahun 20 43,5 43,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Smp 3 6,6 6,6 6,6
Sma 33 71,7 71,7 78,4
Sarjana 10 21,7 21,7 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
101
Masa Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid 2 7 15,2 15,2 15,2
4 4 8,7 8,7 23,9
5 2 4,3 4,3 28,3
6 4 8,7 8,7 37,0
7 3 6,5 6,5 43,5
8 6 13,0 13,0 56,5
9 4 8,7 8,7 65,2
10 3 6,5 6,5 71,7
11 1 2,2 2,2 73,9
12 8 17,4 17,4 91,3
13 2 4,3 4,3 95,7
15 2 4,3 4,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kategori Masa Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid ≤8 Tahun 26 56,5 56,5 43,5
>8 Tahun 20 43,5 43,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komitment 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 8 17,4 17,4 17,4
1 38 82,6 82,6 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komitment 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 16 34,8 34,8 34,8
1 30 65,2 65,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komitment 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 19 41,3 41,3 41,3
1 27 58,7 58,7 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
102
Komitment 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 14 30,4 30,4 30,4
1 32 69,6 69,6 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komitment 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 5 10,9 10,9 10,9
1 41 89,1 89,1 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komitment 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 7 15,2 15,2 15,2
1 39 84,8 84,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kategori Komitment Top Management
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Ada 20 43,5 43,5 43,5
Ada 26 56,5 56,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Peraturan Dan Prosedur K3 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 1 2,2 2,2 2,2
1 45 97,8 97,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
Peraturan Dan Prosedur K3 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 6 13,0 13,0 13,0
1 40 87,0 87,0 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
103
Peraturan Dan Prosedur K3 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 20 43,5 43,5 43,5
1 26 56,5 56,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Peraturan Dan Prosedur K3 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 22 47,8 47,8 47,8
1 24 52,2 52,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
Peraturan Dan Prosedur K3 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 10 21,7 21,7 21,7
1 36 78,3 78,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kategori Peraturan
Frequenc
y Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 21 45,7 45,7 45,7
Ya 25 54,3 54,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komunikasi 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 9 19,6 19,6 19,6
1 37 80,4 80,4 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komunikasi 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 5 10,9 10,9 10,9
1 41 89,1 89,1 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
104
Komunikasi 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 20 43,5 43,5 43,5
1 26 56,5 56,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komunikasi 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 6,5 6,5 6,5
1 43 93,5 93,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Komunikasi 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 1 2,2 2,2 2,2
1 45 97,8 97,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kategori Komunikasi
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Ada 11 23,9 23,9 23,9
Ada 35 76,1 76,1 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kompetensi Pekerja 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 4 8,7 8,7 8,7
1 42 91,3 91,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kompetensi Pekerja 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 6,5 6,5 6,5
1 43 93,5 93,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
105
Kompetensi Pekerja 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 1 2,2 2,2 2,2
1 45 97,8 97,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kompetensi Pekerja 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 2 4,3 4,3 4,3
1 44 95,7 95,7 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kompetensi Pekerja 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 11 23,9 23,9 23,9
1 35 76,1 76,1 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kategori Kompetensi
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 5 10,9 10,9 10,9
Ya 41 89,1 89,1 100,0
Total 46 100,0 100,0
Lingkungan 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 4 8,7 8,7 8,7
1 42 91,3 91,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Lingkungan 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 7 15,2 15,2 15,2
1 39 84,8 84,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
106
Lingkungan 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 8 17,4 17,4 17,4
1 38 82,6 82,6 100,0
Total 46 100,0 100,0
Lingkungan 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 7 15,2 15,2 15,2
1 39 84,8 84,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
Lingkungan 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 3 6,5 6,5 6,5
1 43 93,5 93,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kategori Lingkungan
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Ada 25 54,3 54,3 54,3
Ada 21 45,7 45,7 100,0
Total 46 100,0 100,0
Keterlibatan Pekerja Dalam K3 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 22 47,8 47,8 47,8
1 24 52,2 52,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
Keterlibatan Pekerja Dalam K3 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 7 15,2 15,2 15,2
1 39 84,8 84,8 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
107
Keterlibatan Pekerja dalam K3 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 18 39,1 39,1 39,1
1 28 60,9 60,9 100,0
Total 46 100,0 100,0
Keterlibatan Pekerja dalam K3 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 46 100,0 100,0 100,0
Kategori Keterlibatan Pekerja
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Ada 23 50,0 50,0 50,0
Ada 23 50,0 50,0 100,0
Total 46 100,0 100,0
Terjatuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 44 95.7 95.7 95,7
1 2 4.3 4.3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Tertimpa Benda Jatuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 44 95,7 95,7 95,7
1 2 4,3 4,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Tertumbuk Atau Terkena Benda, Terkecuali Benda Jatuh
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 46 100,0 100,0 100,0
Terjepit Oleh Benda
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 43 93,4 93,4 93,4
1 3 6,6 6,6 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
108
Gerakan Melebihi Kemampuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 46 100,0 100,0 100,0
Pengaruh Suhu Tinggi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 45 97,8 97,8 97,8
1 1 2,2 2,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
Terkena Arus Listrik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 44 95,7 95,7 95,7
1 2 4,3 4,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Kontak Dengan Bahan Bahaya Atau Radiasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 44 95,7 95,7 95,7
1 2 4,3 4,3 100,0
Total 46 100,0 100,0
Jenis Kecelakaan Lain Yang Belum Masuk Klasifikasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 42 91,3 91,3 91,3
1 4 8,7 8,7 100,0
Total 46 100,0 100,0
Keselamatan Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah 16 34,8 34,8 34,8
Tidak
Pernah 30 65,2 65,2 100,0
Total 46 100,0 100,0
Universitas Sumatera Utara
109
Analisis Bivariat
Kategori Komitment Top Management * Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja Total
Tidak Pernah
Perna
h
Katkomit
ment
Tidak
Ada
Count 9 11 20
% Within
Katkomitment 45,0% 55,0% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 30,0% 68,8% 43,5%
% Of Total 19,6% 23,9% 43,5%
Ada Count 21 5 26
% Within
Katkomitment 80,8% 19,2% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 70,0% 31,3% 56,5%
% Of Total 45,6% 10,9% 56,5%
Total Count 30 16 46
% Within
Katkomitment 65,2% 34,8% 100,0%
% Within Keselamtan
Kerja 100,0%
100,0
% 100,0%
% Of Total 65,2% 34,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp.
Sig. (2-
Sided)
Exact
Sig. (2-
Sided)
Exact Sig.
(1-Sided)
Pearson Chi-
Square 6,376(B) 1 ,012
Continuity
Correction(A) 4,897 1 ,027
Likelihood Ratio 6,458 1 ,011
Fisher's Exact
Test ,015 ,013
Linear-By-Linear
Association 6,237 1 ,013
N Of Valid Cases 46
A Computed Only For A 2x2 Table
B 0 Cells (,0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum Expected
Count Is 6,96.
.
Universitas Sumatera Utara
110
Kategori Peraturan * Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja Total
Tidak Pernah Pernah
Katperatu
ran
Tidak Count 6 15 21
% Within
Katperaturan 28,6% 71,4% 100,0%
% Within
Keselamatan Kerja 20,0% 93,8% 45,7%
% Of Total 13,0% 32,6% 45,6%
Ya Count 24 1 25
% Within
Katperaturan 96,0% 4,0% 100,0%
% Within
Keselamatan Kerja 80,0% 6,3% 54,3%
% Of Total 52,2% 2,2% 54,4%
Total Count 30 16 46
% Within
Katperaturan 65,2% 34,8% 100,0%
% Within
Keselamatan 100,0% 100,0% 100,0%
% Of Total 65,2% 34,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp.
Sig. (2-
Sided)
Exact
Sig. (2-
Sided)
Exact
Sig. (1-
Sided)
Pearson Chi-
Square
22,875(B
) 1 ,000
Continuity
Correction(A) 19,999 1 ,000
Likelihood Ratio 25,916 1 ,000
Fisher's Exact
Test ,000 ,000
Linear-By-Linear
Association 22,378 1 ,000
N Of Valid Cases 46
A Computed Only For A 2x2 Table
B 0 Cells (,0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum Expected
Count Is 7,30
Universitas Sumatera Utara
111
Kategori Komunikasi * Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja Total
Tidak
Pernah Pernah
Katko
munik
asi
Tidak
Ada
Count
7 4 11
% Within Katkomunikasi 63,6% 36,4% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 23,3% 25,0% 23,9%
% Of Total 15,2% 8,7% 23,9%
Ada Count 23 12 35
% Within Katkomunikasi 65,7% 34,3% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 76,7% 75,0% 76,1%
% Of Total 50,0% 26,1% 76,1%
Total Count 30 16 46
% Within Katkomunikasi 65,2% 34,8% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 100,0% 100,0% 100,0%
% Of Total 65,2% 34,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp.
Sig. (2-
Sided)
Exact
Sig. (2-
Sided)
Exact Sig.
(1-Sided)
Pearson Chi-
Square ,016(B) 1 ,900
Continuity
Correction(A) ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,016 1 ,900
Fisher's Exact
Test 1,000 ,585
Linear-By-Linear
Association ,016 1 ,901
Xxn Of Valid
Cases 46
A Computed Only For A 2x2 Table
B 1 Cells (25,0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum Expected
Count Is 3,83.
Universitas Sumatera Utara
112
Kategori Kompetensi Pekerja * Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja Total
Tidak Pernah
Perna
h
Katkom
petensi
Tidak Count 3 2 5
% Within Katkompetensi 60,0% 40,0% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 10,0% 12,5% 10,9%
% Of Total 6,5% 4,4% 10,9%
Ya Count 27 14 41
% Within Katkompetensi 65,9% 34,1% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 90,0% 87,5% 89,1%
% Of Total 58,7% 30,4% 89,1%
Total Count 30 16 46
% Within Katkompetensi 65,2% 34,8% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 100,0%
100,0
% 100,0%
% Of Total 65,2% 34,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp.
Sig. (2-
Sided)
Exact
Sig. (2-
Sided)
Exact Sig.
(1-Sided)
Pearson Chi-
Square ,067(B) 1 ,795
Continuity
Correction(A) ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,066 1 ,797
Fisher's Exact
Test 1,000 ,576
Linear-By-Linear
Association ,066 1 ,797
N Of Valid Cases 46
A Computed Only For A 2x2 Table
B 2 Cells (50,0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum Expected
Count Is 1,74.
Universitas Sumatera Utara
113
Kategori Lingkungan * Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja Total
Tidak
Pernah Pernah
Katlin
gkung
an
Tidak
Ada
Count
12 13 25
% Within Katlingkungan 48,0% 52,0% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 40,0% 81,3% 54,3%
% Of Total 26,1% 28,3% 54,3%
Ada Count 18 3 21
% Within Katlingkungan 85,7% 14,3% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 60,0% 18,8% 45,7%
% Of Total 39,1% 6,5% 45,7%
Total Count 30 16 46
% Within Katlingkungan 65,2% 34,8% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 100,0% 100,0% 100,0%
% Of Total 65,2% 34,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp.
Sig. (2-
Sided)
Exact
Sig. (2-
Sided)
Exact Sig.
(1-Sided)
Pearson Chi-
Square 7,156(B) 1 ,007
Continuity
Correction(A) 5,590 1 ,018
Likelihood Ratio 7,598 1 ,006
Fisher's Exact
Test ,012 ,008
Linear-By-Linear
Association 7,001 1 ,008
N Of Valid Cases 46
A Computed Only For A 2x2 Table
B 0 Cells (,0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum Expected
Count Is 7,30.
Universitas Sumatera Utara
114
Kategori Keterlibatan Pekerja * Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja Total
Tidak
Pernah Pernah
Katkete
rlibatan
Pekerja
Tidak
Ada
Count
10 13 23
% Within
Katketerlibatan 43,5% 56,5% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 33,3% 81,3% 50,0%
% Of Total 21,7% 28,3% 50,0%
Ada Count 20 3 23
% Within
Katketerlibatan 87,0% 13,0% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 66,7% 18,8% 50,0%
% Of Total 43,5% 6,5% 50,0%
Total Count 30 16 46
% Within
Katketerlibatan 65,2% 34,8% 100,0%
% Within Keselamatan
Kerja 100,0% 100,0% 100,0%
% Of Total 65,2% 34,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp.
Sig. (2-
Sided)
Exact
Sig. (2-
Sided)
Exact Sig.
(1-Sided)
Pearson Chi-
Square 9,583(B) 1 ,002
Continuity
Correction(A) 7,763 1 ,005
Likelihood Ratio 10,136 1 ,001
Fisher's Exact
Test ,005 ,002
Linear-By-Linear
Association 9,375 1 ,002
N Of Valid Cases 46
A Computed Only For A 2x2 Table
B 0 Cells (,0%) Have Expected Count Less Than 5. The Minimum Expected
Count Is 8,00.
Universitas Sumatera Utara
115
Lampiran 6. Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara dengan Pekerja Bagian Proses 1
Gambar 2. Wawancara dengan Pekerja Bagian Proses 1
Universitas Sumatera Utara
116
Gambar 3. Wawancara dengan Pekerja Bagian Proses 1
Gambar 4. Wawancara dengan Pekerja Bagian Administrasi
Universitas Sumatera Utara
117
Gambar 5. Wawancara dengan Pekerja Bagian Biomas 1
Gambar 6. Wawancara dengan Pekerja Bagian Biomas 1
Universitas Sumatera Utara
118
Gambar 7. Wawancara dengan Pekerja Bagian Workshop
Gambar 8. Wawancara dengan Pekerja Bagian Workshop
Universitas Sumatera Utara
119
Gambar 9. Wawancara dengan Security
Gambar 10. Wawancara dengan Pekerja Bagian Lab
Universitas Sumatera Utara