HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN...
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN
HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN
PATROLI SATLANTAS POLRESTA
Untuk Memenuhi
PROGRAM STUDI S
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN
HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN
PATROLI SATLANTAS POLRESTA
SURAKARTA
SKRIPSI
emenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Ambarwati
NIM. S11002
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN
HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN
Sarjana Keperawatan
1 KEPERAWATAN
HUBUNGAN ANTAR
SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN
HIDUP DASAR (BHD) DI
PATROLI
Untuk M
PROGRAM
i
ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN
POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN
HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN
PATROLI SATLANTAS POLRESTA
SURAKARTA
SKRIPSI
Memenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Ambarwati
NIM. S11002
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
PENGETAHUAN DENGAN
POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN
UNIT LAKA DAN
Sarjana Keperawatan
1 KEPERAWATAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR
(BHD) DI UNIT LAKA DAN PATROLI SATLANTAS
POLRESTA SURAKARTA
Oleh :
Ambarwati
NIM. S11002
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 30 Juli 2015 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Pendamping,
Galih Setia Adi, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201188089
Pembimbing Utama,
Atiek Murharyati,S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 200680021
Penguji,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201279102
Surakarta, 30 Juli 2015
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201279102
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ambarwati
NIM : S11002
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim
penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, 13 Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Ambarwati
NIM. S11002
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-
Nya.Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang bantuan hidup
dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta” sebagai tugas
akhir dalam menyelesaikan studi di program S-1 keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak
mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.Pada
kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada:
1. Drs. Agnes Sri Harti, M. Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku penguji yang banyak
memberikan masukan serta saran yang bermanfaat dalam penyusunan skrisi
ini.
4. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kepselaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama
proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
v
5. Maria Wisnu Kanita, S.Kep., Ns selaku pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama
proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
6. Galih Setia Adi, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Segenap dosen Program Studi S-1 Keperawatan dan staf pengajar STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi ilmu dan bimbingan.
8. Kedua orang tua tersayang (Bapak Suradi dan Ibu Sukarsi) yang telah
memberikan semangat, dukungan,doa sertakasih sayang selama ini.
9. Keluarga tercinta Eko, Triyanto, Suroso, Dyah, Teti dan Gregorius yang
selalu memberikan semangat dan dukungan.
10. Sahabat Rini, Santi, Zia, Anisa, Umi, Fikres, Tatik yang telah memberikan
bantuan, dukungan dan semangat.
11. Teman – teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan angkatan 2011
yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
12. Ketua Satlantas Polresta Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya terutama dalam bidang ilmu keperawatan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 13 Juli 2015
Peneliti
Ambarwati
vi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiii
ABSTRACT ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ............................................................... 4
1.3. Tujuan penelitian.................................................................. 5
1.3.1. Tujuan umum ............................................................. 5
1.3.2. Tujuan khusus ............................................................. 6
1.4. Manfaat penelitian................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan ......................................................................... 8
2.2. Sikap..................................................................................... 14
2.3. Bantuan hidup dasar ............................................................. 19
2.4. Polisi lalu lintas .................................................................... 29
2.5. Kerangkateori ...................................................................... 31
2.6. Kerangka konsep ................................................................. 32
vii
2.7. Hipotesis .............................................................................. 32
2.8. Keaslian penelitian ............................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan rancangan penelitian ............................................. 34
3.2. Populasi dan sampel ............................................................. 34
3.2.1. Populasi ...................................................................... 34
3.2.2. Sampel ........................................................................ 35
3.3. Tempat dan waktu penelitian ............................................... 35
3.3.1. Tempat penelitian ....................................................... 35
3.3.2. Waktu penelitian ........................................................ 35
3.4. Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran .......... 36
3.5. Alat penelitian dan cara pengumpula data ........................... 37
3.5.1. Alat penelitian ............................................................ 37
3.5.2. Cara pengumpulan data .............................................. 40
3.6. Pengolahan data dan analisa data ........................................ 43
3.6.1. Pengolahan data ......................................................... 43
3.6.2. Analisa data ................................................................ 44
3.7. Etika penelitian .................................................................... 45
3.7.1. Informed consent ........................................................ 45
3.7.2. Anonymity (tanpa nama) ............................................ 46
3.7.3. Confidentiality (kerahasiaan) .................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Analisa univariat ................................................................... 47
4.1.1. Karakteristik responden ............................................. 47
4.1.2. Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD .............. 48
4.1.3. Sikap polisi lalu lintas tentang BHD .......................... 49
4.2. Analisa bivariat ..................................................................... 49
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik responden ........................................................ 51
5.1.1. Usia responden ........................................................... 51
5.1.2. Tingkat pendidikan responden ................................... 53
viii
5.1.3 Jenis kelamin responden ............................................ 53
5.2. Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD ......................... 54
5.3 Sikap polisi lalu lintas tentang BHD .................................... 56
5.4 Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu
lintas tentang BHD ............................................................... 57
BAB V I PENUTUP
6.1. Kesimpulan .......................................................................... 60
6.1.1. Karakteristik responden ............................................. 60
6.1.2. Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD .............. 60
6.1.3. Sikap polisi lalu lintas tentang BHD .......................... 60
6.1.4. Analisa hubungan pengetahuan dengan sikap polisi
lalu lintas tentang BHD .............................................. 61
6.2. Saran ..................................................................................... 61
6.2.1. Keperawatan ............................................................... 61
6.2.2. Kepolisian .................................................................. 61
6.2.3. Peneliti lain ................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor tabel Judul table Halaman
2.1 Keaslian penelitian 32
3.1 Variabel, definisi operasional, dan skala operasional 36
4.1 Usia responden 47
4.2 Jenis kelamin responden 48
4.3 Tingkat pendidikan responden 48
4.4 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD 48
4.5 Sikap polisi lalu lintas tentang BHD 49
4.6 Hasil uji korelasi spearman rank 49
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Judul gambar Halaman
2.1 Pemeriksaan kesadaran korban 21
2.2 Berteriak minta tolong 22
2.3 Meletakkan tangan pada sternum 24
2.4 Menyatukan kedua tangan 24
2.5 Posisi lengan tegak lurus dan meluruskan siku 25
2.6 Melakukan penekanan dada 25
2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26
2.8 Memberikan bantuan nafas mulut ke mulut 27
2.9 Posisi pemulihan 29
2.10 Kerangka teori 31
2.11 Kerangka konsep 32
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor lampiran Keterangan
1. Surat permohonan ijin studi pendahuluan
2. Surat permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas
3. Surat balasan uji validitas dan reliabilitas
4. Surat permohonan ijin penelitian
5. Surat balasan telah selesai melakukan penelitian
6. Lembar permohonan menjadi responden
7. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
8. Kuesioner penelitian karakteristik responden
9. Kuesioner penelitian pengetahuan tentang BHD
10. Kuesioner penelitian sikap tentang BHD
11. Hasil analisa SPSS uji validitas dan reliabilitas
12. Hasil analisa SPSS uji normalitas
13. Hasil analisa SPSS univariat
14. Hasil analisa SPSS bivariat
15. Master data
16. Dokumentasi
17. Lembar konsultasi
18. Jadwal penelitian
xii
DAFTAR SINGKATAN
AHA : American Heart Association
BHD : Bantuan Hidup Dasar
BLS : Basic Life Support
EMS : Emergency Medical Service
RJP : Resusitasi Jantung Paru
WHO : World Health Organization
xiii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Ambarwati
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Polisi Lalu Lintas
tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Unit Laka dan Patroli
Satlantas Polresta Surakarta
ABSTRAK
Tingginya angka kecelakaan lalu lintas mengakibatkan tingginya angka
kematian. Bantuan Hidup Dasar dapat menekan angka kematian pada korban
henti jantung dan henti nafas akibat kecelakaan lalu lintas. Polisi lalu lintas yang
bertugas sebagai penanganan kecelakaan lalu lintas penting untuk memiliki
pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas
tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.
Desain penelitian yang digunakan adalahdescriptif corelational dengan
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling jenuh sebanyak 60 responden yang bekerja di unit
laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
penyebaran kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan bantuan komputer. Penelitian ini menggunakan uji korelasi
Spearman Rank.
Hasil penelitian didapatkan korelasi Spearman Rank 0,818 dengan p
value 0,000 (p value< 0,05), dengan demikian kekuatan hubungan antara
pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit
laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta termasuk dalam kategori sangat kuat.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna
antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di
unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.
Kata kunci : Pengetahuan, sikap, BHD, polisi lalu lintas
Daftar Pustaka : 36 (2003 – 2014)
xiv
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Ambarwati
Correlation between Traffic Police’s Knowledge and Their Attitude of Basic
Life Support (BLS) at the Accident Investigation Squad and Patrol Squad of the
Traffic Unit of Police Department of Surakarta
ABSTRACT
The high number of traffic accidents lead to high number of mortalities.
Basic Life Support can reduce mortality on the victims of cardiac arrest and
stopped breathing due to traffic accidents. Traffic police who handle traffic
accidents must have knowledge of Basic Live Support. The objective of this
research is to investigate the correlation between the traffic police’s knowledge
level and their attitude of Basic Life Support at the Accident Investigation Squad
and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta.
This research used the descriptive correlational method with cross
sectional design. The samples of research were 60 respondents working at the
accident investigation squad and patrol squad of traffic unit of police department
of Surakarta and were taken by using the saturation sampling technique. The data
of research were collected through questionnaire and analyzed by using the
Spearman’s Rank Correlation.
The result of Spearman’s Rank correlation was 0.018 and the p-value
was 0.000 which was less than 0.05, meaning that the correlation between traffic
police’s knowledge and their attitude of Basic Live Support at the Accident
Investigation Squad and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of
Surakarta.
Thus, there was a correlation between the traffic police’s knowledge and
their attitude of Basic Live Support at the Accident Investigation Squad and
Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta.
Keywords: Knowledge, attitude, Basic Life Support (BLS), traffic police References: 36 (2003 – 2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
disengaja dan tidak disangka kejadiannya, melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau
kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas bisa berupa korban mati, luka
berat dan luka ringan (Nur,2011). Menurut Dinas Perhubungan, kecelakaan
lalu lintas menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah
serangan jantung dan stroke. Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) meramalkan pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas akan menjadi
faktor pembunuh manusia paling besar kelima di dunia (Wahyu,
Muhammad & Irhamah, 2012).
Data WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 67% korban
kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yakni 22 – 50 tahun.
Terdapat 400.000 korban dibawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan
raya, dengan rata – rata angka kematian 1.000 anak – anak dan remaja setiap
harinya. Bahkan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian
anak – anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun(Badan Intelijen
Negara Republik Indonesia, 2013).
2
Data dari Korlantas Polri jumlah kecelakaan di Indonesia selama
tahun 2012 mencapai 177.949 kecelakaan dimana korban meninggal dunia
mencapai 29.544 jiwa. Jumlah kecelakaan pada tahun 2012 tersebut
meningkat 8% dari angka kecelakaan pada tahun 2011 yang mencapai
109.776 kecelakaan. Pelaku kecelakaan lalu lintas terbanyak berasal dari
masyarakat usia produktif yaitu usia 26 – 30 tahun dimana masyarakat usia
produktif tersebut mendominasi 28% atau setara dengan 35.072 orang dari
total pelaku kecelakaan lalu lintas di Indonesia (Badan Intelijen Negara
Republik Indonesia, 2013).
Propinsi Jawa Tengah merupakan propinsi yang angka kecekakaan
lalu lintas masih tinggi. Tahun 2011 data dari Badan Pusat Statistik
menunjukan bahwa dari 108.696 kecelakaan yang terjadi di Indonesia.
Propinsi Jawa Tengah angka kecelakaannya sebesar 17.764 kejadian
kecelakaan dari 33 propinsi. Kecelakaan di Indonesia pada tahun 2011
sebanyak16,34% terjadi di Propinsi Jawa Tengah (Badan Pusat Statistik,
2012).
Menurut penelitian Sayekti, Rahadyan &Vitalis (2008) kota Surakarta
angka kecelakaan lalu lintas masih cukup tinggi. Data kejadian kecelakaan
di wilayah kota Surakarta pada tahun 2012 kejadian kecelakaan sebesar 583
kejadian, 67 meninggal dunia, 1 luka berat, dan 599 kejadian luka ringan.
Pada tahun 2013 kejadian kecelakaan sebesar 533 kejadian 69 meninggal
dunia, 2 luka berat dan 544 luka ringan. Pada tahun 2014 dari bulan Januari
– November kejadian kecelakaan sebanyak 473 kejadian kecelakaan, 62
3
meninggal dunia, 2 luka berat dan 475 kejadian luka ringan (Satlantas
Polresta Surakarta, 2014).
Keadaan para korban kecelakaan dapat semakin buruk atau berujung
pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Satu jam pertama adalah
waktu yang sangat penting dalam pertolongan penyelamatan korban
kecelakaan yaitu dapat menekan sampai 85% dari angka kematian.
Pertolongan yang dimaksud disini adalah BHD (Pamaya, 2014).
BHD dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti
jantung dan henti nafas (Hardisman, 2014). Setiap orang harusnya
memilikiketrampilan BHD, ketrampilan dan penerapan BHD tergantung
pada pelatihan, pengalaman dan kepercayan diri (AHA, 2010).
Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana tugas pokok yang berada di
bawah Kapolres, yang melaksanakan tugaspelaksanaan patroli jalan raya
serta penanganan kecelakaan lalu lintas sebagaimana tertulis dalam
peraturan kepala kepolisian negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat kepolisian resor
dan kepolisian sektor. Peraturan ini menunjukkan bahwa keterampilan BHD
menjadi penting untuk diketahui oleh polisi dalam upaya menjalankan tugas
yang telah diembankan kepada aparat kepolisian lalu lintas (Elda Lunera
Hutapea, 2012).
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 1
Desember 2014 di Satlantas Polresta Surakarta dengan melakukan
4
wawancara dari 10 polisi didapatkan polisi yang mengetahui Bantuan Hidup
Dasar (BHD) sebanyak 3 orang. Berdasarkan wawancara yang ditinjau dari
sikap, 8 dari 10 polisi mengatakan tidak melakukan kompresi dada maupun
bantuan nafas buatan kepada korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami
henti nafas karena polisi beranggapan nyawa pasien lebih utama untuk
diselamatkan dengan segera membawanya ke rumah sakit.
Penelitian yang dilakukan Pamaya dkk (2014) tentang hubungan
karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan Bantuan Hidup
Dasar (BHD) menunjukan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan
dari masing-masing karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat
pengetahuan BHD di Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan dan sikap sangat berkaitan erat satu
dengan lainnya dan memegang peranan penting dalam berperilaku secara
utuh.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik meneliti dan mencari
tahu adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu
lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas
Polresta Surakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab kematian yang cukup tinggi
berdasarkan data – data yang sudah dijelaskan diatas.Jumlah kematian
akibat kecelakaan lalu lintas sebenarnya dapat ditekan apabila penolong
5
kecelakaan lalu lintas memiliki pengetahuan dan sikap yang baik dalam
memberikan BHD kepada korban henti nafas dan henti jantung.Berdasarkan
rumusan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian :
1. Bagaimana karakteristik responden ?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD di unit
laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta ?
3. Bagaimana sikap polisi lalu lintas tentang BHD di unit laka dan patroli
Satlantas Polresta Surakarta ?
4. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengansikap polisi lalu
lintas tentang BHDdi unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap
polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan
patroli Satlantas Polresta Surakarta
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan
Hidup Dasar (BHD).
3. Mengetahui sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar
(BHD).
6
4. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap
polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan
patroli Satlantas Polresta Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Keperawatan
Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mendapatkan informasi
pengetahuan dan sikap polisi lalu lintas tentang BHD sehingga tenaga
keperawatan dapat melakukan program peningkatan pengetahuan aparat
kepolisian tentang hal tersebut sehingga nantinya akan mengurangi jumlah
korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal di rumah sakit.
1.4.2 Kepolisian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acunan aparat kepolisian
untuk memberikan pelatihan BHD kepada polisi lalu lintas sehingga akan
meningkatkan kualitas profesi aparat kepolisian lalu lintas dalam melayani
masyarakat.
1.4.3 Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menabah literatur dan pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya tentang BHD.
1.4.4 Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumber data dan acuan
bagi peneliti berikutnya dalam melaksanakan penelitian BHD yang lebih
luas respodennya.
7
1.4.5 Peneliti
Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti tentang BHD.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian pengetahuan
Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011),
pengetahuan merupakan hasil “tahu“ dan ini terjadi setelah orang
mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut makin luas pula
pengetahuannya.Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup didalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat, (Notoatmodjo dalam Wawan &
Dewi, 2011) yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan
9
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehention)
Memahami artinya sebagai sesuatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana
dapat menginterprestasikan secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi apapun kondisi rill
(sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi
atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sistesis yang dimaksud menujukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam
sesuatu keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
10
2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo yang dikutip
Wawan & Dewi (2011) adalah sebagai berikut :
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang
lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin –
pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
11
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian.
2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Budiman & Agus,
2014) yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik
formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan
adalah sebuah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang
tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya, namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula.
2. Informasi / media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, informasi juga
dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,
12
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu.Informasi dapat dijumpai pada kehidupan sehari – hari yang
diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta
diteruskan melalui komunikasi. Informasi mencakup data, teks,
gambar, suara, kode, program komputer dan basis data.
3. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan tradisi yang dilakukan orang – orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
individu baik fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut, hal ini terjadi adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
13
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan ketrampilan
profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan.
6. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia muda individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat.
2.1.5 Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Arikunto dalam kutipan Wawan & Dewi (2011)
pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kuatitatif, yaitu :
1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%
2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : Hasil presentase < 56%
14
2.2 Sikap
2.2.1 Pengertian sikap
1. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, objek atau isu (Azwar dalam Wawan & Dewi,
2011).
2. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek (Notoatmodjo dalam
Wawan & Dewi, 2011).
3. Thomas & Znaniecki dalam Wawan & Dewi (2011) menegaskan
bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya
kondisi internal psikologis yang murni dari individu. Tetapi sikap
lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.
2.2.2 Komponen sikap
Wawan & Dewi ( 2011) mengatakan bahwa ada 3 komponen yang
membentuk sikap yaitu :
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal – hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek
sikap. Rasa senang merupkan hal yang positif sedangkan rasa tidak
15
senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah
sikap, yaitu positif dan negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap,
yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
2.2.3 Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo dalam Wawan &
Dewi, 2011) :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah sesuatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga,
16
saudaranya, dsb).
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
2.2.4 Sifat sikap
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan &
Dewi, 2011).
1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
2.2.5 Ciri – ciri sikap
Ciri – ciri sikap menurut (Wawan & Dewi, 2011) :
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.
2. Sikap dapat berubah – ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang – orang bila terdapat keadaan – keadaan
dan syarat – syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan sesuatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
17
merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi – segi motivasi dan segi – segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan – kecakapan atau
pengetahuan – pengatahuan yang dimiliki orang.
2.2.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap
antara lain (Wawan& Dewi, 2011) :
1. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meningkatkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut menjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dinggap penting.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah.Karena kebudayaanlah yang memberi
corak pengalaman individi – individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa
Dalam pemberitahuan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif cenderung dipengarui oleh sikap penulisnya,
18
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah
mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi
sikap.
6. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme ego.
2.2.7 Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
sikap seseorang.Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak
diungkap.Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang
positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada obyek sikap, pernyataan ini disebut dengan pernyataan
yang favourable.Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal
negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun
kontra terhadap obyek sikap.pernyataan seperti ini disebut dengan
pernyataan yang tidak favourable.
Skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas
pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.
19
Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak
semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung
sama sekali obyek sikap (Azwar dalam Wawan & Dewi 2011).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/
pernyataan responden terhadap suatu obyek.Secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan pernyataan - pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan
pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo dalam Wawan &
Dewi, 2011).
2.2.8 Kriteria tingkat sikap
Menurut Arikunto dalam kutipan Siti Aspuah (2013), jika
presentase jawaban benar antara 76% - 100% termasuk kategori baik, 56%
- 75% termasuk ketegori cukup dan < 56% termasuk kategori kurang.
2.3 Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Menurut American Heart Association(AHA), 2010
2.3.1 Pengertian
Bantuan Hidup Dasar adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan
untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada
korban henti jantung dan henti nafas.Intervensi ini terdiri dari pemberian
kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). AHA 2010
mengeluarkan panduan perubahan standarisasi algoritma baru
penatalaksanaan BLS (Basic Life Support) dari urutan A-B-C sekarang
20
menjadi C-A-B untuk pasien henti jantung.
2.3.2 Indikasi
1. Henti napas
a. Tanda – tanda: Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan
dada dan aliran udara pernapasan dari korban.
b. Penyebab : Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas,
epiglotitis, Overdosis obat-obatan, tersengat listrik, infark
miokard, tersambar petir dan koma akibat berbagai macam kasus.
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam
darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan
darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan
bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah henti jantung.
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi
henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan
otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu
(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti
jantung.
2.3.3 Tujuan
1. Menyelamatkan kehidupan.
2. Mencegah keadaan menjadi buruk.
3. Mempercepat kesembuhan.
21
2.3.4 Langkah – langkah
1. Danger (bahaya)
Memastikan keamanan baik penolong, korban maupun
lingkungan, biasanya disingkat dengan 3A (tiga aman).Keamanan
penolong harus lebih diutamakan sebelum mengambil keputusan
untuk menolong korban agar tidak menjadi korban kedua atau korban
berikutnya.
2. Memeriksa respon klien
Memastikan keadaan pasien baik dengan menepuk atau
menggoyang bahu dengan lembut dan mantap untuk mencegah
pergerakan yang berlebihan dan berteriak “apakah anda baik – baik
saja ?” jika korban berespon atau terbangun, tinggalkan pada posisi
seperti pada saat ditemukan dan hindari kemungkinan resiko cedera
lain yang bisa terjadi. Minta bantuan dari tim gawat darurat, jika
sendirian tinggalkan korban sementara kemudian lakukan observasi
dan kaji ulang secara teratur.
Gambar 2.1 : Periksa kesadaran korban (Rudolph, at al, 2010).
22
3. Panggil bantuan
Jika korban tidak memberikan respon terhadap panggilan segera
meminta bantuan dengan cara berteriak minta tolong untuk segera
mengaktifkan sistem gawat darurat / Emergency Medical Service
(EMS).
Gambar 2.2 : Berteriak Minta Tolong (Rudolph, at al, 2010).
4. Pengaturan posisi
a. Posisi pasien
Posisi terlentang pada permukaan keras dan rata, jika
korban ditemukan tidak dalam posisi terlentang maka
terlentangkanlah posisi korban dengan teknik log roll yaitu
menggulingkan korban secara bersamaan dari kepala, leher dan
bahu.
b. Posisi penolong
Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu korban agar
dapat memberikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) secara efektif
tanpa harus mengubah posisi atau menggeser lutut.
23
5. Circulation
Terdiri atas dua tahapan yaitu :
a. Kaji nadi
Memastikan ada tidaknya nadi korban ditentukan dengan
meraba arteri karotis yang berada di daerah leher korban (arteri
karotis) dengan menggunakan dua jari tangan (jari telunjuk dan
tengah) diletakkan pada pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser kira – kira 2 - 3 cm ke sisi
kanan atau kiri (sebaiknya sisi yang terdekat dengan
penolong).Jika dalam 10 detik nadi karotis sulit dideteksi
kompresi dada harus segera dilakukan.
b. Kompresi dada
Bila nadi karotis tidak teraba, segera melakukan siklus 30
kompresi dan 2 ventilasi dengan teknik sebagai berikut :
1) Penolong berlutut sejajar bahu korban.
2) Posisi badan penolong tepat diatas dada pasien, bertumpu
pada kedua tangan.
3) Penolong meletakkan salah satu tumit telapak tangan pada
setengah sternum, diantara dua papila mammae jari – jari
tangan disatukan dan saling mengunci dan memastikan
tekanan tidak dilakukan diatas tulang rusuk korban. Posisi
lengan tegak lurus siku tidak boleh menekuk posisi lengan
tegak lurus dengan badan korban.
24
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dada
lurus kebawah secara teratur dengan kecepatan 100 kali per
menit (hampir 2 kali per detik) dengan kedalaman adekuat.
Kompresi dada dilakukan cepat dan dalam (push and
hard) dengan kedalaman yang adekuat, yaitu :
a) Dewasa 2 inchi (5 cm) rasio 30 : 2 (satu atau dua penolong).
b) Anak 1/3 diameter antero-posterior dada (± 5 cm) rasio 30 :
2 (satu penolong) dan 15 : 2 (dua penolong).
c) Bayi 1/3 diameter antero-posterior dada (± 4 cm)rasio 30 : 2
(satu penolong) dan 15 : 2 (dua penolong).
Gambar 2.3 : Meletakkan tangan pada sternum (Rudolph, at al, 2010).
Gambar 2.4 : Menyatukan kedua tangan(Rudolph, at al, 2010).
25
Gambar 2.5 : Posisi lengan tegak lurus dan meluruskan siku
(Rudolph, at al, 2010).
Gambar 2.6 : Melakukan penekanan dada(Rudolph, at al, 2010).
6. Airway control
a. Penolong memastikan jalan nafas bersih dan terbuka sehingga
memungkinkan pasien dapat diberi bantuan nafas, langkah ini
terdiri atas dua tahapan yaitu :
1) Membersihkan jalan nafas
Membuka mulut dengan cara jari silang (cross finger), ibu
jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut
korban.
2) Memeriksa adanya sumbatan pada jalan nafas, jika
ditemukan sumbatan benda cair bersihkan dengan teknik
26
finger swab(sapuan jari) yaitu menyusuri rongga mulut
dengan dua jari, bisa dilapisi dengan kasa atau potongan kain
untuk menyerap cairan. Jika ditemukan sumbatan benda
padat, dapat dikorek keluar dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan. Teknik ini harus dilakukan
dengan hati – hati karena dapat mendorong sumbatan
semakin kedalam.
b. Membuka jalan nafas
Setelah jalan nafas dipastikan bebas dari sumbatan benda
asing, jalan nafas korban harus dibuka dengan cara meletakkan
satu tangan pada dahi korban lalu mendorong dahi korban
kebelakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka
yang dikenal dengan teknik head tilt. Pembukaan jalan nafas
dapat ditambah dengan menggunakan teknik chin lift yaitu
mengangkat dagu,namun jika korban di curigai terdapat trauma
servikal dapat menggunakan teknik jaw thrust yaitu dengan
mengangkat dagu menggunakan dua tangan sehingga rahang
gigi bawah berada lebih kedepan dari pada rahang gigi atas.
Gambar 2.7 :Teknik head tilt - chin lift dan jaw thrus(Rudolph, at al, 2010).
27
7. Breathing support
Bantuan nafas dapat dilakukan dengan cara memberikan
hembusan nafas sebanyak dua hembusan. Waktu yang dibutuhkan
untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 detik – 2 detik dan volume
udara yag dihembuskan adalah 400-600 ml (10 ml / kg) atau sampai
dada korban tampak mengembang.
Bantuan nafas dilakukan dengan cara :
a. Mulut ke mulut
Teknik ini merupakan cara yang cepat dan tepat untuk
memberikan udara ke paru – paru korban. Penolong memberikan
bantuan nafas langsung kemulut korban dengan cara mulut
penolong harus dapat menutup seluruh mulut korban dengan baik
agar tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan nafas
penolong juga harus menutup lubang hidung koran dengan jari –
jari untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.
Gambar 2.8 : Memberi bantuan pernafasan dari mulut ke mulut
(Rudolph, at al, 2010).
b. Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha bantuan nafas
dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada mulut
28
mengalami luka yang berat. Teknik ini sama dengan mulut ke
mulut, perbedaannya pada saat memberikan hembusan pada
hidung korban penolong harus menutup mulut korban.
c. Ventilasi mulut ke mask
d. Ventilasi mulut ke bag-value-mask
Setelah dilakukan pemberian 2 kali hembusan nafas
(ventilasi) maka penolong segera melanjutkan kembali
pemberian kompresi dada 30 kali dan ventilasi 2 kali sampai 5
siklus.
8. Evaluasi (penilaian ulang)
Sesudah pemberian 5 siklus kompresi dan ventilasi (kira –
kira 2 menit), penolong kemudian melakukan evaluasi dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jika tidak ada nadi karotis, penolong kembali melanjutkan
kompresi dan ventilasi dengan rasio sesuai kebutuhan seperti
yang sudah dijelaskan diatas sebanyak 5 siklus.
b. Jika ada nadi tetapi tidak ada nafas penolong memberikan
bantuan nafas sebanyak 10 – 12 kali per menit.
c. Jika nafas ada dan nadi sudah teraba tetapi pasien belum sadar
posisikan korban pada posisi pemulihan (recovery position) agar
jalan nafas tetap terbuka.
29
Gambar 2.9 : Posisi pemulihan (recovery position) (Rudolph, at
al, 2010).
2.4 Polisi Lalu Lintas
2.4.1 Pengertian polisi lalu lintas
Polisi lalu lintas adalah aparat yang bertugas melaksanakan
Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas),
pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,
penyidikan kecelakaan lalulintas dan penegakan hukum di bidang lalu
lintas sebagaimana tertulis dalam peraturan kepala kepolisian negara
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 pasal 59 ayat 2 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan
Kepolisian Sektor.
2.4.2 Tugas polisi lalu lintas
Tata kerja kepolisian lalu lintas tertulis dalam Tata kerja kepolisian
lalu lintas tertera pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia mengeluarkan peraturan nomor 23 tahun 2010 pasal 59 ayat tiga
(3) yang berbunyi :
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Satlantas menyelenggarakan fungsi:
30
1. Pembinaan lalu lintas kepolisian.
2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral,
dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas.
3. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka
penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,
kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas).
4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
serta pengemudi.
5. Pelaksanaan patroli jalan raya, penindakan pelanggaran serta
penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum,
dan menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya.
6. Pengamanan atau penyelamatan masyarakat pengguna
jalan,perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.
31
2.5 Kerangka Teori
Keterangan : Diteliti
: Tidak di teliti
Gambar 2.10 : Kerangka teori
Sumber : Wawan & Dewi (2011), Elda L H (2012), Budiman & Agus, (2014).
Faktor yang
mempengaruhi tingkat
pengetahuan :
- Pendidikan
- Informasi / media
massa
- Sosial budaya dan
ekonomi
- Lingkungan
- Pengalaman
- Usia
Kecelakaan
Sikap
Tingkat Pengetahuan
Polisi lalu lintas BHD
Faktor yang
mempengaruhi sikap :
- Pengalaman
pribadi
- Pengaruh orang
lain yang
dianggap penting
- Pengaruh
kebudayaan
- Media masa
- Lembaga
32
2.6 Kerangka Konsep
Variable bebas variable terikat
Gambar 2.11 : Kerangka konsep
2.7 Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi
lalu lintas tentang BHD
Ha : Ada hubungan tingkat antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu
lintas tentang BHD
2.8 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang terkait dalam penelitian yang akan diteliti yaitu :
Tabel 2.1 : Keaslian penelitian
No Nama
Peneliti Judul Metode Hasil
1 Dede
Kharisma
Yanti Bala,
Abdul
Rakhmat,
Junaidi
2014
Gambaran
Pengetahuan
dan
Pelaksanaan
Bantuan Hidup
Dasar Perawat
Gawat Darurat
di Instalasi
Gawat Darurat
(IGD) RSUD
Labuang Baji
Desain penilitian
menggunakan deskritif
dengan metode survey
dengan cara
mengajukkan
pertanyaan kepada
responden
dengan menggunakan
kuesioner serta ceklis
observasi.Populasi
dalam penelitian ini
Hasil penelitian
dari 23 responden
yang memiliki
pengetahuan
tentang bantuan
hidup dasar baik
yaitu sebanyak 19
orang (82,6%),
sedangkan
pengetahuan
kurang sebanyak
Pengetahuan BHD Sikap
33
Makassar adalah semua perawat
yang melakukan
tindakan keperawatan
di ruang Instalasi
Gawat Darurat,
penarikan sampel
dengan metode
sampling
jenuh berjumlah 23
responden.
4 orang (17,4 %).
dan dari 23
responden yang
melaksanakan
teknik pelaksanaan
bantuan hidup
dasar baik yaitu
sebanyak 19
orang (82,6%),
sedangkan
pelaksana bantuan
hidup dasar kurang
sebanyak 4 orang
(17,4 %).
2
Elda Lunera
Hutapea.
2012
Gambaran
Tingkat
Pengetahuan
Polisi Lalu
Lintas tentang
Bantuan Hidup
Dasar (BHD)
di kota Depok
Penelitian ini
menggunakan desain
penelitiandeskriptif
sederhana. Penyebaran
kuesioner dilakukan
secara random.Jumlah
sampel yang digunakan
yaitu 46polisi lalu
lintas.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
50% persen memeliki
pengetahuan yang
kurang, 30,4%
responden memiliki
pengetahuan cukup,
19,6% responden
memiliki pengetahuan
buruk.
3 Pamaya
Emilia
Lumangkun,
Lucky T.
Kumaat,
Sefti
Rompas
2014
Hubungan
Karakteristik
Polisi Lalu
Lintas Dengan
Tingkat
Pengetahuan
Bantuan Hidup
Dasar (BHD)
Di Direktorat
Lalu Lintas
Polda
Sulawesi Utara
Desain penelitian ini
adalah deskriptif
korelatif yaitu
penelitian yang
bertujuan untuk
mengungkapkan
hubungan korelatif
antara variabel, dengan
pendekatan cross
sectional. Sampel
penelitian
menggunakan rumus
total sampling dari total
populasi 39 orang
anggota PJR Direktorat
Lalu Lintas Polda
Sulawesi Utara.
Hasil penelitian ini
menunjukan tidak
terdapat hubungan
yang signifikan dari
masing-masing
karakteristik polisi
lalu lintas dengan
tingkat pengetahuan
BHD di Direktorat
Lalu Lintas Polda
Sulawesi Utara.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatifdenganjenisrancangandescriptifcorelationalyaitupenelitian yang
dilakukanuntukmengetahuitingkathubunganduavariabelataulebih,
tanpamelakukanperubahantambahanataumanipulasiterhadap data
yangsudahada.
Penelitianinimenggunakanpendekatancrosssectionalyaitujenispenelitian
yang menekankanwaktupengukuranatauobservasi data
variabelindependendandependenhanyasatu kali padasatusaat.Padajenisini
variabel independendandependendinilaisecarasimultanpadasuatusaat,
jikatidakadatindaklanjut.Studiiniakandiperolehprevalensiatauefeksuatufeno
mena (variabeldependen) dihubungkanpenyebab (variabelindependen)
(Nursalam, 2009).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalahkeseluruhansubjekpenelitian.
Apabilaseseoranginginmenelitisemuaelemen yang
adadalamwilayahpenelitian, makapenelitinyamerupakanpenelitipopulasi
35
(Sugiyono, 2009).Populasipadapenelitianini adalah semua anggota polisi
lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta yang berkerja di unit laka dan unit
patroli berjumlah 60
orang.Penelitimengambilduabagiantersebutkarenakeduabagiantersebutbert
ugasterjunlangsungkelalulintasdanmenanganilangsungapabilaterjadikecela
kaanlalulintas.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel pada penelitian iniadalah
semua anggota polisi lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta yang bekerja
di unit laka dan unit patroli yaitu 60 orang, dengan menggunakan
tekniksampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi
sebagai sampel (Sugiyono, 2009).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Polisi lalu lintas yang bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Polisi lalu lintas yang sedang dinas di luar kota.
2. Polisi lalu lintas yang tidak masuk dinas.
3.3 Tempat dan waktu penelitian
3.3.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Satlantas Polresta Surakarta.
36
3.3.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2015
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1 : Variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator
Penilaian
Skala
Ukur
Variabel independen
Pengetahuan
BHD
Merupakan pengetahuan polisi lalu
lintas tentang BHD
Kuesioner B
(kuesioner
pengetahuan
tentang
BHD) berisi
25
pertanyaan
dengan
jawaban
benar, salah
1. Kategori
baik yaitu
menjawab
benar
dengan
rentang
nilai15-20
2. Kategori
cukup
yaitu
menjawab
benar
dengan
rentang
nilai14-11
3. Kategori
kurang
yaitu
menjawab
benar
dengan
retang nilai
<11
Ordinal
Variabel dependen
Sikap BHD
Merupakansikappolisilalulintastentang
BHD
Kuesioner C
(kuesioner
sikap
tentang
BHD) berisi
25
pertanyaan
dengan
jawaban
1. Kategori
baik yaitu
apabila
menjawab
60-80
2. Kategori
cukup baik
apabila
menjawab
Ordinal
37
sangat
setuju,
setuju, tidak
setuju dan
sangat tidak
setuju
44-59
3. Kategori
kurang
apabila
menjawab
< 44
Variabel perancu
Usia Usia seseorang terhitung saat
dilahirkan sampai meninggal
Kuesioner
A
(kuesioner
data
demografi)
1. 20 – 40
tahun
2. 41 – 60
tahun
Interval
Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir Kuesioner
A
(kuesioner
data
demografi)
1. SMA
2. Sastra 1
(S1)
Ordinal
Jenis
Kelamin
Perbedaan kelamin antara laki – laki
dan perempuan
Kuesioner
A
(kuesioner
data
demografi)
1. Laki – laki
2. Perempuan
Nominal
3.5 Alat Penelitian dan cara pengumpulan data
3.5.1 Alat penelitian
Alat penelitianiniadalahkuesioner.
Kuesioneradalahteknikpengumpulan data yang
dilakukandengancaramemberiseperangkatpertanyaandanpernyataantertulis
kepadarespondenuntukdijawab (Wiratna, 2014).Kuesioner yang
digunakanadalahkuesionertertutupdimanasudahdisediakanjawabannyasehi
nggarespondentinggalmemilih (Nursalam, 2009).
1. Kuesioner A (kuesioner karakteristik responden)
Terdiri dari nomor responden, usia responden, pendidikan
terakhir responden dan jenis kelamin responden.
38
2. Kuesioner B (kuesioner pengetahuan tentang BHD)
Kuesioneriniberisi 20 pernyataandenganjawabanbenar 16soal
(nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19 dan 20)
danjawabansalah 4 (nomor 2, 6, 11 dan 15),
jikajawabanbenarmendapatnilai 1
danjikajawabansalahtidakmendapatnilaiatau0(Sugiyono,
2009).Dikatakanbaikapabilaresponden mampumenjawabbenar15 –
20, cukup apabila menjawab benar 14 – 11 dan kurang apabila
menjawab benar<11 (Wawan& Dewi, 2011).
3. Kuesioner C (kuesioner sikap tentang BHD)
Kuesioner ini berisi 20 pernyataan dengan pernyataan
favorable 14 (nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 16 dan 18)
dan pernyataanunfavorable 6 (8, 11, 15, 17, 19 dan 20).Penilaian
menggunakan skalalikert untuk pernyataanfavorable jawaban sangat
setuju skor 4, setuju skor 3, tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju
skor 1.Pernyataanunfavorable jawaban sangat setuju skor 1, setuju
skor 2, tidak setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4 (Sugiyono,
2009).Kategori baik yaitu apabila menjawab benar 60-80, cukup
apabila menjawab benar 44-59 dan kurang apabila menjawab benar <
44 (Siti, 2013).
4. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir –
butir dalam suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu
39
variabel (Wiratna, 2014).Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan
di Satlantas Polres Karanganyar dengan mengambil 30 orang
responden.Uji validitas menggunakan rumus product Moment, yaitu
(Aziz, 2014) :
rhitung =
Keterangan :
rhitung = koefisien korelasi
ƩXi = jumlah skor item
ƩYi = jumlah skor total (item)
N = jumlah responden
Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai
t hitung < t tabel berarti tidak valid.
Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang BHD
pada 30 responden, didapatkan hasil dari 25 item pernyataan, 20 item
diantaranya dinyatakan valid karena nilai t hitung > t tabel dengan
taraf signifikasi 5% (0,361). 20 item pernyataan yang valid yaitu
nomor 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10,12,13,14,16,17,18,20,21,22,23,24 dan 25.
Sama halnya dengan kuesioner pengetahuan tentang BHD, pada
kuesioner sikap tentang BHD juga dilakukan uji validitas. Dari 25
item pernyataan, 20 item diantaranya dinyatakan valid yaitu item
pernyataannomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
20, 21, 22, dan 24. Item pernyataan dari kedua kuesioner yang
n (ƩXY) – (ƩX) . (ƩY)
√[ n. ƩX2 – (ƩX)
2] . [ n. ƩY
2 – (ƩY)
2]
40
dinyatakan tidak valid, selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item
pernyataan kuesioner penelitian ini.
5. Uji reliabilitas
Adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali – kali dalam
waktu yang berlainan (Nursalam, 2009). Peneliti ini menggunakan uji
reliabilitas dengan rumus alpha cronbach (Wiratna, 2014) dengan
tingkat kepercayaan α = 5% :
Keterangan :
r = koefisien reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Ʃ��2 = total varians butir
�2t = total varians
Jika didapatkan nilai alpha cronbach > 0,60 maka reliabel.
Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan dari 20 kuesioner
pengetahuan tentang BHD didapatkan nilai alpha cronbach 0,963
sedangkan 20 kuesioner sikap tentang BHD didapatkan nilai alpha
cronbach 0,905. Dari kedua kuesioner tersebut dinyatakan reliable
karena nilai alpha cronbach > 0,60, yang berarti kedua kuesioner
tersebut layak digunakan.
k
(k – 1) r 1 -
Ʃó�2
ó2t
41
3.5.2 Cara pengumpulan data
1. Data primer
Data yang diperolehdarirespondenmelaluikuesioner (Wiratna,
2014).Dalampenelitianini data primer
didapatkandaripengisiankuesioner karakteristik, kuesioner
pengetahuandansikaptentang BHD yang
diisiolehpolisilalulintasbagian unit laka dan unit patroli di
SatlantasPolresta Surakarta.
2. Data sekunder
Data yang diperolehdarisumber yang
tidaklangsungmemberikan data padapengumpul data (Wiratna,
2014).Dalampenelitianini
datasekunderdidapatkandariSatlantasPolresta yaitu data laka lantas
Surakarta dari tahun ketahun,buku terkait dengan teori penelitian,
jurnal penelitian yang mendukung dan terkait dengan penelitian,
dansumber lain dari internet yang dapat dipercaya.
3. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi beberapa
tahap yaitu :
a. Tahap orientasi
1) Peneliti mempersiapkan beberapa materi dan konsep yang
mendukung penelitian yang akan diteliti dengan membaca
atau mencari beberapa literatur, misalnya dari jurnal penelitian
maupun buku.
42
2) Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap polisi lalu lintas tentang BHD di
Satlantas Polresta Surakarta dengan membawa surat pengantar
dari Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
3) Peneliti mengkonsultasikan ke pembimbing utama dan
pembimbing pendamping setelah itu menyusun proposal
dengan judul yang sudah disetujui.
4) Peneliti melakukan sidang proposal dan dinyatakan telah layak
untuk melakukan pengambilan data oleh pembimbing utama
dan pembimbing pendamping.
5) Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian dari Prodi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan
diserahkan kebagian koordinator Satlantas Polresta Surakarta.
b. Tahap pelaksanaan
1) Peneliti menentukan objek penelitian yaitu mengambil
populasi dari seluruh polisi lalu lintas yang bekerja di unit
patroli dan unit laka.
2) Peneliti mengambil sampel dari semua populasi dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yang didapatkan sampel sebanyak
60 responden.
43
3) Peneliti pengambilan data dengan menyebar kuesioner untuk
mengetahui karakteristik, pengetahuan dan sikap polisi lalu
lintas tentang BHD. Sebelum kusioner disebar peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta menyerahkan
informed consent kepada responden, jika responden bersedia
menjadi responden maka harus menandatangani informed
consentyang telah disediakan oleh peneliti.
4) Peneliti mengumpulkan dan mengecek kelengkapan data dari
kuesioner yang telah diisi responden.Peneliti menemukan 3
responden yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap,
sehingga peneliti mengkonfirmasi kembali jawaban yang
dipilih responden.
c. Tahap akhir
Data yang sudah lengkap diolah menggunakan komputer
program SPSS versi 15.0 dan peneliti membuat laporan hasil
penelitian.
3.6 Pengolahan data dan analisa data
3.6.1 Pengolahan data
1. Editing
Peneliti mengecek kembali kelengkapan data dari kuesioner
karakteristik, pengetahuan dan sikap yang telah diisi oleh
responden.Peneliti tidak menemukan responden yang tidak mengisi
kuesioner secara lengkap.
44
2. Coding
Peneliti memberi kode pada variabel pengetahuan, sikap,
usiapendidikan dan jenis kelaminyang akan diteliti agar mempermudah
entri dan analisa data.Kodepada penelitian ini sesuai yang telah
dijelaskan pada definisi operasional yaitu dengan memberi kode angka
1,2,3.
3. Entridata
Peneliti memasukan data dari setiap responden yang telah
diberi kode kedalam program komputer untuk diolah.Peneliti
memasukkan data untuk diolah setelah data itu terkumpul semua.
4. Tabulasi
Penelitimelakukan tabulasi silang pada variabel pengetahuan,
sikap dan karakteristik responden.Dalam penelitian ini peneliti
melakukan tabulasi silang seperti karakteristik responden dengan
pengetahuan responden, karakteristik responden dengan sikap
responden dan pengetahuan responden dengan sikap responden.
3.6.2 Analisa data
1. Analisa univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk distribusi yang dinarasikan (Wiratna, 2014).Analisa univariat
dilakukan untuk menjelaskan variabel pengetahuan, sikap dan
karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan terakhir dan
45
jenis kelamin yang dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi
dengan ukuran presentase atau proporsi.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua
variabel, analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel.
a. Uji normalitas
Untuk menentukan uji analisis statistik, maka diperlukan
perhitungan uji normalitas data. Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.
Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas menggunakan one
sample kolmogorovsmirnov. Dari hasil perhitungantingkat
pengetahuan BHD, didapatkan nilai probability (p) = 0,00.
Sedangkan sikap polisi lalu lintas tentang BHD didapatkan nilai
probality (p) = 0,01, karena nilai probability kedua variabel kurang
dari 0,05 maka kedua variabel tidak berdistribusi normal
(Arikunto, 2008).
b. Uji korelasi non parametrik
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
sikap polisi lalu lintas tentang BHD dilakukan uji Spearman Rank.
Karena dua variabel berskala ordinal dan data tidak berdistribusi
normal(Aziz, 2014).
Inteprestasi hasil uji statistik bila :
46
1) pvalue> α(0,05) maka H0diterima atau Haditolak, yangberarti
tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap
BHD(Agus,2013).
2) pvalue ≤ α(0,05) maka H0ditolak atau Haditerima, yangberarti
ada hubungan pengetahuan dengan sikap BHD (Agus,2013).
3.7 Etika penelitian
Masalah etika yang perlu diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :
3.7.1 Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah
agar subjek mengerti maksud tujuan penelitian dan mengetahui
dampaknya. Jika responden bersedia maka harus menandatangani lembar
persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak responden (Aziz, 2014).
3.7.2 Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
peneltian yang akan disajikan (Aziz, 2014).
47
3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang yang akan dilaporkan
pada hasil riset (Aziz, 2009).
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit
laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Berdasarkan data yang diambil
selama 22 hari penelitian yaitu pada tanggal 27 Februari 2015 sampai 20 Maret
2015 dengan 60 responden yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan
penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik responden
Analisa yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi data
dari respondenberikut klasifikasi karakteristik responden:
1. Usia responden
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik usiaresponden di unit laka
dan patroliSatlantas Polresta Surakarta.
(N=60)
No Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)
1 20–40 39 65,0
2 41–60 21 35,0
Total 60 100
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berada pada usia 20-40 tahun (Dewasa awal).
49
2. Tingkat pendidikan responden.
Tabel 4.2Distribusi frekuensi karakteristik tingkat pendidikan
responden di unit laka dan patroliSatlantas Polresta Surakarta.
(N=60)
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SMA 54 90,0
2 Sastra 1 (S1) 6 10,0
Total 60 100
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwasebagian besar responden
berpendidikan terakhir SMA.
3. Jenis kelamin responden
Tabel 4.3Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin responden di
unit laka danpatroliSatlantas Polresta Surakarta.
(N=60)
Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin laki - laki.
4.1.2 Tingkat pengetahuan responden tentang BHD
Tabel 4.4Tingkat pengetahuanresponden tentang BHD di unit laka dan
patroli Satlantas Polresta Surakarta.
(N=60)
No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 18 30,0
2 Cukup 31 51,7
3 Kurang 11 18,3
Total 60 100
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan cukup tentang BHD.
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki – laki 58 96,7
2 Perempuan 2 3,3
Total 60 100
50
4.1.3 Sikap respondententang BHD
Tabel 4.5 Sikap responden tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas
Polresta Surakarta.
(N=60)
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 22 36,7
2 Cukup 36 60,0
3 Kurang 2 3,3
Total 60 100
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap cukup.
4.2 Analisa Bivariat
Analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas
tentang BHD.
Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD di unit laka dan
patroli Satlantas Polresta Surakarta
(N=60)
Sikap
No Baik Cukup Kurang Total (r) p
1 Pengetahuan Baik 18 0 0 18 0,818 0,000
2 Cukup 4 27 0 31
3 Kurang 0 9 2 11
Total 22 36 2 60
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistik pengolahan data yang
menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rank menghasilkan nilai
probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05 maka dapat
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan
bermakna antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentangBantuan
Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.
51
Berdasarkan uji korelasi Spearman Rank nilair = 0,818 maka
kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas
tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta
Surakarta dalam kategori sangat kuat (Nanang Martono, 2010).
52
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
polisi lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu
lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Penelitian ini seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu
lintas tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Penelitian
ini telah dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2015 sampai 20 Maret 2015
dengan 60 responden yang telah memenuhi kriteria. Hasil penelitian ini
menguraikan karakteristik responden, tingkat pengetahuan polisi lalu lintas
tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta, sikap polisi lalu
lintas tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta dan
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD
di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.
5.1 Karakteristik responden
5.1.1 Usia responden
Menurut Hurlock (2006) tingkatan usia dewasa awal berada antara
usia 20 – 40 tahun dan dewasa tengah 41 – 60 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berada pada usia 20 -
53
40 tahun (Dewasa awal), yaitu sebanyak 39 responden atau 65,0%. Potter
& Perry (2009) menjelaskan bahwa pada masa dewasa awal perubahan -
perubahan kognitif tentunya belum terjadi. Individu pada masa dewasa
awal sangat mampu untuk menerima ataupun mempelajari hal baru,
semakin muda usia seseorang maka kemampuan mengingat akan semakin
baik. Secara fisik dewasa awal menampilkan pribadi yang sempurna dalam
arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek – aspek fisiologis telah
mencapai posisi puncak.
Dewasa awal memiliki daya tahan serta taraf kesehatan yang prima
sehingga untuk melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif,
energik, cepat dan proaktif (Santrock, 2007).Pada masa dewasa awal ini
individu telah mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan
kapasitas berfikir abstrak, logis dan rasional.Hasil penelitian ini
menggambarkan kesesuai dengan teori bahwa sebagian besar responden
yang memiliki pengetahuan dan sikap baik dancukup tentang BHD berada
pada usia 20 – 40 tahun (dewasa awal) dibandingkan dengan usia 41 – 60
tahun (dewasa tengah).
Hasil penelitian terkait usia ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suharty,Lucky dan Franly(2014)dimana pengetahuan baik
dan cukup yang diteliti terdapat lebih banyak pada tahapan usia dewasa
awal dibandingkan dengan usia dewasa tengah. Sesuai juga dengan
penelitian yang dilakukan Elda Lunera Hutapea (2012) yang juga
54
menyatakan responden yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak
pada tahapan usia dewasa awal dibandingkan pada usia dewasa tengah.
5.1.2 Tingkat pendidikan responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di unit laka dan patroli
Satlantas Polresta Surakarta yang berjumlah 60 responden didapatkan hasil
bahwa sebagian besar polisi lalu lintas berpendidikan terakhir SMA yaitu
sebanyak 54 responden atau 90,0%. Polisi yang mempunyai latar belakang
pendidikan SMA mayoritas berpengetahuan dan bersikap cukup tentang
BHD.
Menurut teori Wawan & Dewi (2011) semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah seseorang tersebut menerima informasi.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Pendidikan adalah sebuah proses
mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Salah
satu yang berperan dalam pengetahuan seseorang adalah pendidikan,
seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah
mendapatkan informasi dan menerima hal – hal baru yang berpengaruh
pada sikap positif (Budiman & Agus, 2004; Herijulianti, 2003).
5.1.3 Jenis kelamin responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di unit laka dan patroli
Satlantas Polresta Surakarta yang berjumlah 60 responden didapatkan hasil
55
bahwa sebagian besar polisi lalu lintas berjenis kelamin laki - laki yaitu
sebanyak 58 responden atau 96,7%. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Pamaya (2014) yang menyatakan sebagian besar
polisi lalu lintas berjenis kelamin laki-laki.Hasil penelitian ini lebih
banyak laki-laki karena pada umumnya polisi lebih banyak laki – laki
dibandingkan perempuan.
5.2 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di
unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.
Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas di unit laka dan patroli
Satlantas Polresta Surakartaterbanyak pertama adalah kategori cukup
sebanyak 31 responden atau 51,7%, tingkat pengetahuan terbanyak kedua
adalah kategori baik sebanyak 18responden atau 30%dan pengetahuan
terbanyak ketiga adalah kategori kurang sebanyak 11 respondenatau 18,3%.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi
melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
mata dan telinga (melihat dan mendengar).Pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman, umur, tingkat
pendidikan, informasi, penghasilan dan sosial budaya (Notoatmojo, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa pengetahuan yang dimiliki polisi lalu lintas tentang BHD sebagian
56
besar memiliki pengetahuan cukup hal ini dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan responden. Sebagian besar responden yang berpengetahuan
cukup tentang BHD mempunyai latar belakang pendidikan SMA.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi.
Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan dimana seseorang
yang berpendidikan tinggi orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya (Wawan & dewi, 2011).
Pengetahuan cukup tentang BHD selain dipengaruhi oleh
pendidikan dapat juga dipengaruhi oleh faktor informasi. Banyak polisi lalu
lintas yang belum terpapar informasi tentang BHD hal ini ditandai dari data
pengisian kuesioner responden, yaitu sebanyak 31 responden sudah
mengetahui tentang pengertian BHD tetapi sebanyak 31 responden tersebut
masih belum memahami tentang circulation dan breathing support.Semakin
banyak informasi yang didapat akan menambah pengetahuan seseorang,
karena dengan pengetahuan akan menimbulkan kesadaran yang akhirnya
seseorang akan bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
(Notoatmojo, 2007).
Berdasarkan sumber dari kepolisian Satlantas Polresta Surakarta
hanya ada beberapa polisi yang sudah mendapatkan informasi tentang BHD
yaitu berupa pelatihan BHD dari petugas kesehatan. Dari beberapa respoden
yang sudah mendapatkan informasi berupa pelatihan BHD memiliki
pengetahuan baik tentang BHD. Hasil penelitian terkait pelatihan ini sesuai
57
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christie Lontoh (2013) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh pelatihan teori Bantuan Hidup Dasar
(BHD) terhadap tingkat pengetahuan.
5.3 Sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan
patroli Satlantas Polresta Surakarta.
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek (Wawan & Dewi, 2011).Sikap
adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
tertentu. Sikap seseorang dipengaruhi oleh : pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama dan faktor emosional.
Sikap polisi lalu lintas tentang BHD didapatkan hasil sebagian
besar responden memiliki sikap cukup tentang BHD yaitu sebanyak 36
responden atau 60%. Hal ini ditandai dari data pengisian kuesioner
responden, yaitu sebanyak 24 responden masih banyak yang beranggapan
bahwa tindakan BHD itu hanya menunda korban untuk dibawa ke rumah
sakit responden juga beranggapan BHD itu hanya dilakukan jika jarak
korban kerumah sakit cukup jauh dan responden juga masih banyak yang
beranggapan bahwa dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan BHD tidak
akan menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas.
Hal ini terjadi karena responden masih banyak yang belum
terpapar informasi tentang BHD sehingga masih banyak responden yang
58
memiliki sikap negatif terhadap pernyataan – pernyataan diatas.
Pembentukan sikap tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki seseorang
semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin positif seseorang
itu bersikap karena dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang
akhirnya seseorang akan bertindak sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya (Notoatmojo, 2007).
Tiga komponen yang dapat membentuk sikap antara lain
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Komponen
kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal – hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.(Wawan & Dewi,
2011). Menurut Notoadmojo (2007) setelah seseorang mengetahui stimulus
atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap sesuai stimulus
atau objek tersebut.
5.4 Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas
tentangBantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta
Surakarta.
Secara teori sikap seseorang terdiri dari tiga komponen yaitu
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif (Wawan &
Dewi, 2011). Proses sikap seseorang dimulai dari pengetahuan yang
dimiliki. Pengetahuan seseorang dapat menentukan sikap orang tersebut dan
sikap dapat menjadi awalan suatu perilaku (Isti Chahyani, 2012). Beberapa
59
penelitian telah membuktikan teori tersebut, sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Ahmad Ikhlasul Amal (2013) yang mengatakan ada
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu dalam pencegahan
keracunan pada anak usia 1- 5 tahun di kelurahan Karangrejo Semarang.
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistik pengolahan data yang
menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rank menghasilkan nilai
probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05 maka dapat
disimpulkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap polisi
lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas
Polresta Surakarta.
Pengetahuan dan sikap sangat berkaitan erat satu dengan lainnya
dan memegang peranan penting dalam berperilaku secara utuh(Notoatmodjo,
2003).Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).BHD dapat menekan
angka kematian sampai 85 % akibat kecelakaan lalu lintas (Pamaya, 2014)
BHD penting untuk diketahui oleh polisi lalu lintas karena polisi lalu lintas
bertugas menangani kecelakaan lalu lintas sehingga akan sering menolong
korban kecelakaan lalu lintas. Pengetahuan polisi akan mempengaruhi sikap
polisi sedangkan pengetahuan dan sikap polisi akan menjadi awalan suatu
perilaku dalam pemberian penanganan BHD pada korban kecelakaan lalu
lintas.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang BHD di anggota kepolisian lalu lintas
60
sehingga akan meningkatkan kualitas profesi aparat kepolisian lalu lintas
dalam melayani masyarakat khususnya tentang penanganan korban
kecelakaan lalu lintas yang memerlukan pemberian bantuan BHD.
61
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
6.1.1 Karakteristik responden
Sebagian besar responden berada pada usia 20 – 40 (dewasa awal),
sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki dan sebagian besar
responden berpendidikan terakhir SMA.
6.1.2 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD
Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar
(BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar
berada pada kategori cukup.
6.1.3 Sikap polisi lalu lintas tentang BHD
Sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka
dan patroli Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar berada pada
kategori cukup.
62
6.1.4 Analisa hubungan pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang
BHD.
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas
tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas
Polresta Surakarta.
6.2 Saran
6.2.1 Keperawatan
1. Pelatihan tentang BHD harus dilakukan, khususnya kepada polisi lalu
lintas untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang BHD.
2. Pelayanan keperawatan diharapkan dapat mengadakan training atau
penyegaransecara berkala tentangcara pemberian BHD kepada
anggota polisi lalu lintas.
6.2.2 Kepolisian
1. Institusi kepolisian diharapkan dapat bekerja sama dengan instansi
kesehatan untuk menambah pengetahuan BHD dengan cara
mengadakan pelatihan BHD untuk seluruh anggota polisi lalu lalu
lintas.
2. Perlu ditambahkannya pendidikan tentang BHD dalam akademi
kepolisian.
6.2.3 Peneliti lain
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan topik
penelitian terkait tentang BHD, dengan cara mencari korelasi
63
hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku polisi lalu lintas
tentang BHD.
2. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian dengan
wawancara secara mendalam untuk dapat menggali informasi lebih
dalam tentang pengetahuan BHD.
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul Hidayat.(2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data.Jakarta : Salemba Medika
Agus Riyanto. (2013). Statistik Deskriptif.Yogyakarta : Nuha Medika
Agus Riyanto. (2013). Statistik Inferensial.Yogyakarta : Nuha Medika
Ahmad Ikhlasul Amal. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan
Sikap Ibu Dalam Pencegahan Keracunan Pada Anak Usia 1-5 Tahun.
Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah.
American Heart Association (AHA).(2010). Adult Basic Life Support : Guidelines
for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
diakses 9 desember 2014, dari
http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S685.
American Heart Association (AHA).(2010). Adult Basic Life Support :
International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment
Recommendations. diakses 9 desember 2014,
http://circ.ahajournals.org/content/122/16_suppl_2/S298.
American Heart Association (AHA).(2010). CPR Overview : Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
diakses 9 desember 2014, dari
http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S676.
American Heart Association (AHA).(2010). Pediatric Basic Life Support :
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. diakses 9 desember 2014, dari
http://circ.ahajournals.org/content/122/16_suppl_2/S298.
Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Intelijen Negara Republik Indonesia.(2013). Kecelakaan Lalu Lintas
Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga. Diakses 9 Desember 2014, dari
http://www.bin.go.id/awas/detail/197/4/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-
menjadi-pembunuh-terbesar-ketiga.
Badan Pusat Statistik. (2012). Banyaknya Kecelakaan Lalu lintas dan Nilai
Kerugiannya di Wilayah Polda Jawa Tengah.diakses 9 desember 2014,
darihttp://jateng.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=articled
=691:04-10-15&catid=47:sosial-2012<emid=88
Budiman, Agus, R. (2014). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika.
Christie Lontoh, Maykel Kiling & Djon Wongkar.(2013). Pengaruh Pelatihan
Teori Bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru
Siswa- Siswi SMA Negeri 1 Toili.Ejournal keperawatan.Vol 1. No1
Dede Kharisma Yanti Bala, Abdul Rakhmat & Junaidi.(2014). Gambaran
Pengetahuan dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Perawat Gawat
Darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Labuang Baji
Makassar.Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.Vol 4. No 4
Depkes, RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia.Departemen Republik Indonesia.
Jakarta
Elda Lunera Hutapea. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas
tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di kota Depok. Skripsi.Universitas
Indonesia.Depok.
Hardisman. (2014).Gawat Darurat Medis Praktis.Yogyakarta : Gosyen Publishing
Herjajulianti E dkk.(2003). Pendidikan Kesehatan Gigi.Jakarta : EGC
Hurlock, B. E. (2007). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Suatu
Rentang Kehidupan. Bandung : Airlangga
Isti Chahyani. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Mahasiswa
Reguler FIK UI Terhadap RUU Keperawatan.Skripsi.Universitas
Indonesia.Depok.
Nanang Martono. (2010). Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program
SPSS.Yogykarta : Gava Media
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku.Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam.(2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Nur Setiaji Pamungkas. (2011). Analisis Karakteristik Kecelakaan dan Faktor –
fakktor kecelakaan pada jalan bebas hambatan. Teknik.Vol 6. No 2.
Pamaya Emilia Lumangkun, Lucky T. Kumaat &Sefti Rompas.(2014). Hubungan
Karakteristik Polisi Lalu Lintas dengan Tingkat pengetahuan Bantuan
Hidup Dasar.E-Jurnal Keperawatan.Vol 2. No.2
Potter & Perry. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Jakarta : EGC.
Rudolph W. Koster, Michael A. Baubin, Leo L. Bossaert, Antonio Caballero,
Pascal Cassan, Maaret Castren, at al. (2010). European Resuscitation
Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 2.Adult basic life
support and use of automated external defibrillators.Resuscitation.diakses
9 desember 2014, dari http://www.resus.org.uk/pages/gl2010.pdf
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Siti Aspuah. (2013). Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian
Kesehatan.Yogyakarta : Nuha Medika
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta CV
Suharty Dahlan, Lucky kumaat & Franly Onibala. (2014). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Tingkat
Pengetahuan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Wori Kecamatan Wori
Kabupaten Minahasa Utara.E-journal keperawatan.Vol 2. No 1
Sayekti Udi Utama, Rahadyan Magetsari, Vitalis Pribadi. (2008). Estimasi
Prevalensi Kecelakaan Lalu Lintas dengan Metode Capture -
Recapture.Berita Kedokteran Masyaraka.Vol. 24. No. 1
V. Wirtna Sujarweni. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan.Yogyakarta :
Gava Media
Wahyu Wulan Fitriah, Muhammad Mashuri & Irhamah.(2012). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota
Surabaya dengan Pendekatan Bagging Regresi Logistik Ordinal.Jurnal
sains dan seni ITS.Vol.1.No.1.
Wawan, A & Dewi M. (2011).Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Prilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika