HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROFESIONAL DENGAN …eprints.ums.ac.id/31848/9/02. Naskah Publikasi.pdftahun...

15
HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROFESIONAL DENGAN KUALITAS PELAYAN PADA PERIAS PENGANTIN DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: YUNITA PERMATA SARI NIM F 100 050 034 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROFESIONAL DENGAN …eprints.ums.ac.id/31848/9/02. Naskah Publikasi.pdftahun...

0

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROFESIONAL DENGAN

KUALITAS PELAYAN PADA PERIAS PENGANTIN

DI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

YUNITA PERMATA SARI

NIM F 100 050 034

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

1

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROFESIONAL DENGAN

KUALITAS PELAYAN PADA PERIAS PENGANTIN

DI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh:

YUNITA PERMATA SARI

NIM F 100 050 034

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

ii

4

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROFESIONAL DENGAN KUALITAS

PELAYAN PADA PERIAS PENGANTIN

DI SURAKARTA

Yunita Permata Sari

Moh. Amir

yunita_permatasari @ yahoo.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi

Kebutuhan masyarakat akan jasa penata rias pengantin tidak akan pernah

berhenti, karena hal itu merupakan tuntutan kebutuhan manusia dewasa yang

senantiasa terikat dengan tali perkawinan. Salah satu upaya pelayanan di bidang

Tata Rias Pengantin adalah tersedianya tenaga perias pengantin yang memadai

baik jumlah maupun kualitasnya masih sangat terbatas. Kualitas pelayanan

memegang peran penting dalam dunia usaha jasa rias pengantin. Persaingan yang

semakin ketat dalam bidang jasa rias pengantin membuat perias pengantin dituntut

untuk memiliki kualitas pelayanan yang optimal. Akan tetapi dalam kenyataan

tidak semua perias pengantin memiliki sikap profesional. Tujuan penelitian ini,

yaitu ingin mengetahui: (1) Hubungan antara sikap profesional dengan kualitas

pelayanan pada perias pengantin di Surakarta. (2) Peran sikap profesional

terhadap kualitas pelayanan pada perias pengantin di Surakarta. (3) Tingkat sikap

profesional dan kualitas pelayanan pada perias pengantin di Surakarta. Hipotesis

dalam penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara sikap profesional dengan

kualitas pelayanan pada perias pengantin di Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah para perias pengantin yang berjumlah

333 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah para perias pengantin yang ada di

Surakarta, dengan jumlah sampel 70 orang. Alat ukur dalam penelitian ini

meggunakan skala yaitu skala sikap profesional dan skala kualitas pelayanan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment.

Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada

hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap professional dengan kualitas

pelayanan. Maksudnya, semakin tinggi sikap profesional, maka semakin tinggi

kualitas pelayanan. Sebaliknya, semakin rendah sikap professional, maka semakin

rendah pula kualitas pelayanan subjek. (2) Peran sikap profesional terhadap

kualitas pelayanan pada perias pengantin di Surakarta sebesar 0,157 atau 15,7%.

Hal ini berarti masih terdapat beberapa variabellain yang mempengaruhi kualitas

pelayanan sebesar 84.3% diluar variabel sikap profesional. (3) Tingkat sikap

profesional termasuk kategori tinggi dan kualitas pelayanan pada perias pengantin

di Surakarta termasuk kategori sedang.

Kata kunci : Sikap profesional dan kualitas pelayanan

1

PENDAHULUAN

Kebutuhan masyarakat akan

jasa penata rias pengantin tidak akan

pernah berhenti, karena hal itu

merupakan tuntutan kebutuhan

manusia dewasa yang senantiasa

terikat dengan tali perkawinan.

Keadaan ini akan memberi manfaat

yang sangat besar kepada para penata

rias pengantin di Indonesia yang

sangat kaya dengan berbagai jenis tata

rias pengantin nasional, internasional,

tradisional maupun modifikasi. Fakta

menunjukkan adanya pergeseran

dalam pelayanan jasa tata rias

pengantin dari yang bersifat

tradisional menjadi inovatif. Namun

hal itu tidak akan mengurangi minat

masyarakat untuk tetap menghargai

seni budaya leluhurnya terutama

dalam hal tata rias pengantin.

Salah satu upaya pelayanan di

bidang Tata Rias Pengantin adalah

tersedianya tenaga perias pengantin

yang memadai baik jumlah maupun

kualitasnya masih sangat terbatas.

Untuk menghasilkan perias pengantin

yang berkualitas dan profesional,

maka disusun Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia Tata Rias

Pengantin yang dapat dijadikan

sebagai acuan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan dan profesionalisme

perias pengantin diberlakukannya

Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia Tata Rias Pengantin, maka

lembaga pendidikan Tata Rias

Pengantin dapat menggunakannya

sebagai rujukan untuk menghasilkan

perias pengantin yang profesional dan

mampu memberikan pelayanan

kepada masyarakat (Depnaker, 2007).

Kualitas pelayanan memegang

peran penting dalam dunia usaha jasa

rias pengantin, karena sepanjang

tahun dibutuhkan oleh konsumen.

Usaha jasa rias pengantin agar banyak

digunakan konsumen perlu menjaga

kualitas pelayanan. Sugiarto (2003)

berpendapat bahwa kualitas pelayanan

pada dasarnya berpusat pada upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan

konsumen serta ketepatan

penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan konsumen.

Persaingan yang semakin ketat

dalam bidang jasa rias pengantin

membuat perias pengantin dituntut

untuk memiliki kualitas pelayanan

yang optimal. Akan tetapi dalam

kenyataan tidak semua perias

pengantin memiliki sikap profesional.

2

Hal ini dapat diketahui melalui hasil

wawancara dengan salah satu perias di

Surakarta yaitu Ibu EK (Wawancara,

5 April 2014). Dari hasil wawancara

tersebut dapat diketahui bahwa

sebagian besar perias pengantin yang

belum memiliki nama atau belum

terkenal ada kecenderungan memiliki

sikap profesional yang rendah.

Rendahnya sikap profesional perias

pengantin dapat diketahui dari

perilaku perias pengantin yang

terlambat datang merias saat merias

konsumen, kurang dapat

mengendalikan emosi saat merias

pengantin, dan kurang siap saat

konsumen membutuhkan perlengkapan

rias pengantin. Perilaku perias

pengantin tersebut, selain merugikan

diri perias pengantin juga merugikan

konsumen. Konsumen merasa

dirugikan dan tidak puas dengan

pelayanan yang diberikan oleh perias

pengantin. Sedangkan perias

pengantin akan mengalami kerugian

karena konsumen ada kemungkinan

tidak menggunakan jasa perias

tersebut.

Hal tersebut dapat dipahami

mengingat kualitas pelayanan

merupakan suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan sikap dan

perilaku yang diberikan perias

pengantin dalam memberikan

pelayanan dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan dari

pemakai jasa atau konsumen. Perias

pengantin berusaha untuk

memberikan kualitas yang unggul dan

lebih tinggi dari perias pengantin lain

secara konsisten, sehingga dapat

memenangkan persaingan dalam

bisnis.

Dampak konsumen yang

menerima kualitas jasa sesuai dengan

harapan akan merasa puas dan

memungkinkan untuk menggunakan

kembali jasa tersebut. Sebaliknya

kualitas jasa yang diterima kurang

memuaskan membuat pengguna tidak

lagi menggunakan jasa tersebut

(Kurniasari dan Hadi, 2012). Kualitas

pelayanan dapat membentuk

kepercayaan individu untuk

menggantungkan dirinya pada pihak

lain yang terlibat dalam pertukaran

karena individu mempunyai

keyakinan kepada pihak lain tersebut,

sehingga kualitas pelayanan mampu

menciptakan dan mempertahankan

konsumen (Deshpande dan Zaltman,

2007). Apabila masyarakat tidak

3

menggunakan jasa, khususnya jasa

rias pengantin, maka berdampak pada

perias pengantin ditinggalkan oleh

pengguna jasanya.

Banyak faktor yang

mempengaruhi kualitas pelayanan.

Gronross (dalam Siswanti, 2004)

menjelaskan ada enam faktor yang

mempengaruhi kualitas pelayanan,

yaitu profesionalisme dan keahlian,

sikap dan perilaku, hal yang mudah

dicapai dan fleksibel, reliabel dan sifat

dapat dipercaya, penemuan kembali,

dan reputasi dan kredibilitas.

Sikap profesional terhadap

pekerjaan juga diperlukan untuk

meningkatkan produktivitas kerja.

Ariyani (2008) berpendapat bahwa

profesionalisme menunjukkan ide,

aliran, isme, yang bertujuan untuk

mengembangkan profesi agar profesi

dilaksanakan secara profesional

mengacu kepada norma-norma,

standar, dan kode etik, serta

memberikan pelayanan yang terbaik

kepada klien. Profesional dapat

diartikan sebagai pandangan untuk

selalu berfikir, berpendirian, bersikap

dan bekerja sungguh-sungguh, kerja

keras, bekerja sepenuh waktu,

disiplin, jujur, loyalitas tinggi dan

penuh dedikasi demi keberhasilan

pekerjaannya.

Berdasarkan penjelasan di atas

dapat dipahami adanya permasalahan

tentang kualitas pelayanan pada perias

pengantin. Kualitas pelayanan

merupakan hal penting yang perlu

mendapat perhatian, mengingat

kualitas pelayanan khususnya bagi

perias pengantin sebagai upaya untuk

mempertahankan dan mengembangkan

usaha. Salah satu faktor yang

mempengaruhi kualitas pelayanan

yaitu sikap profesional.

Kualitas pelayanan pada

dasarnya berpusat pada upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan

konsumen serta ketepatan

penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan konsumen. Menurut Wykof

dan Lovelock (dalam Sugiarto, 2003),

kualitas pelayanan adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atau tingkat keunggulan

tersebut untuk memenuhi keinginan

konsumen.

Kualitas pelayanan adalah

pengalaman yang tidak berwujud

(intangible) yang diterima oleh tamu

bersamaan dengan produk yang

berwujud (tangible) dari suatu produk

4

yang dibeli. Kualitas merupakan suatu

kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses,

dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan. Service quality

merupakan bagian utama strategi

perusahaan dalam rangka meraih

keunggulan yang berkesinambungan

berkaitan dengan harapan konsumen

(Kolanović dkk., 2008).

Kualitas pelayanan dapat

diketahui melalui skala kualitas

pelayanan melalui aspek-aspek yang

dikemukakan oleh Zeitham, Valerie,

dan Berry (1996) mengemukakan

bahwa ada lima aspek yang kualitas

pelayanan, yaitu jaminan (assurance),

empati (emphaty), keandalan

(reliability), daya tanggap

(responsiveness), dan bukti langsung

(tangibles).

Faktor-faktor yang mempenga-

ruhi kualitas pelayanan yaitu

profesionalisme, sikap dan perilaku,

hal yang mudah dicapai dan fleksibel,

reliabel dan sifat dapat dipercaya,

penemuan kembali, reputasi dan

kredibilitas.

Kata profesi berasal dari

bahasa Yunani “pbropbaino” yang

berarti menyatakan secara publik dan

dalam bahasa Latin disebut

“professio” yang digunakan untuk

menunjukkan pernyataan yang dibuat

oleh seorang yang bermaksud

menduduki jabatan publik. Para

politikus Romawi harus melakukan

“Professio” didepan publik yang

dimaksudkan untuk menetapkan

bahwa kandidat bersangkutan

memenuhi persyaratan yang

diperlukan untuk menduduki jabatan

publik. Sebagai contoh sumpah para

dokter yang akan menjalankan

profesinya menggambarkan suatu

janji publik untuk mengabdikan

dirinya sebagaimana mestinya. Salah

satu konotasi profesi merujuk pada

suatu pekerjaan yang dilakukan atas

dasar suatu janji publik atau sumpah.

Individu akan menjalankan tugas

sebagaimana mestinya dan akan

membangkitkan diri individu untuk

tugas tersebut. Profesi itu memerlukan

keterampilan yang menggambarkan

bahwa seseorang itu dalam hal

melaksanakan tugasnya (Sagala,

2008).

Sikap profesional diungkap

melalui skala psikologis dengan

aspek-aspek sikap profesional

menurut Soeprihanto (2001) adalah:

5

pengetahuan dan keterampilan,

inisiatif, kerjasama, kehadiran,

disiplin, dan kejujuran.

Pembentukan dan perubahan

sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh

faktor yang ada dalam diri individu

dan faktor diluar diri individu yang

keduanya saling berinteraksi. Proses

ini akan berlangsung selama

perkembangan individu.

Hipotesis yang peneliti

diajukan yaitu ”Ada hubungan positif

antara sikap profesional dengan

kualitas pelayanan pada perias

pengantin di Surakarta.“

METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini

adalah para perias pengantin yang

berjumlah 333 orang dengan jumlah

sampel penelitian 70 orang

Karateristik sampel dengan

teknik quota sampling ini antara

lain: (a) Bekerja sebagai perias

pengantin yang ada di Surakarta. (b)

Jenis Kelamin : Pria dan Wanita. (c)

Usia diatas 30 tahun.

Analisis data dalam penelitian

ini menggunakan korelasi product

moment, dengan alasan penelitian ini

adalah untuk mencari hubungan

antara variabel bebas dengan

variabel tergantung. Data yang

diperoleh menggunakan program

Statistical Product and Service

Solustion (SPSS) versi 15.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan

tehnik analisis product moment dari

pearson diperoleh nilai koefisien

korelasi (r) sebesar 0,397 dengan p =

0,001 (p ≤ 0.01) yang berarti ada

hubungan positif yang sangat

signifikan antara sikap professional

dengan kualitas pelayanan.

Maksudnya, semakin tinggi sikap

profesional, maka semakin tinggi

kualitas pelayanan. Sebaliknya,

semakin rendah sikap profesional,

maka semakin rendah pula kualitas

pelayanan subjek.

Hasil ada hubungan antara

sikap professional dengan kualitas

pelayanan tersebut sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Dewi

(2013). Namun pada penelitian Dewi

(2013), subjek penelitian adalah

pasien rawat inap dan pegawai di

RSUD DR. Abdoer Rahem Kabupaten

Situbondo dan fokus penelitian

6

tentang apakah ada pengaruh

profesionalisme pegawai terhadap

kualitas pelayanan kepada pasien

rawat inap yang dimana dalam

organisasi pemerintahan tentu perlu

adanya peningkatan profesional dari

setiap lini pegawainya untuk

mendapatkan hasil pelayanan yang

berkualitas khususnya dalam

pelayanan kepada pasien rawat inap

yang selama ini dibutuhkan semua

lapisan masyarakat. Profesionalisme

dapat diukur melalui dua

indikatoryaitu kemampuan pegawai,

dan etika profesi pegawai. Sedangkan

kualitas pelayanan dapat diukur

melalui lima indikator kualitas

pelayanan yaitu team work (kerja

tim), kesesuaian skill dengan

pekerjaan, perasaan tertekan dalam

bekerja, konflik batin, dan keraguan

dalam tugas. Hasil penelitian

menyimpulkan ada pengaruh

profesonalisme pegawai terhadap

kualitas pelayanan kepada pasien

rawat inap di RSUD dr.Abdoer

Rahem Kabupaten Situbondo. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi tingkat

profesionalisme pegawai maka

cenderung semakin tinggi kualitas

pelayanan kepada pasien rawat inap,

sebaliknya semakin rendah tingkat

profesionalisme pegawai maka

cenderung semakin rendah kualitas

pelayanan kepada pasien rawat inap.

Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa tinggi rendahnya kualitas

pelayanan rawat inap di pengaruhi

oleh tingkat profesionalisme pegawai.

Profesional kerja merupkan

tuntutan yang harus terpenuhi dalam

setiap bidang kerja.termasuk orang-

orang yang bekerja sebagai perias

pengantin.Konsep profesionalisme

modern dalam melakukan suatu

pekerjaan seperti dikemukakan oleh

Lekatompessy (2003), berkaitan

dengan dua aspek penting, yaitu aspek

struktural dan aspek sikap. Aspek

struktural karakteristiknya merupakan

bagian dari pembentukan tempat

pelatihan, pembentukan asosiasi

profesional dan pembentukan kode

etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan

dengan pembentukan jiwa

profesionalisme. Setiap profesi yang

memberikan pelayanan jasa pada

masyarakat harus memiliki kode etik,

yang merupakan seperangkat prinsip–

prinsip moral yang mengatur tentang

perilaku profesional.

7

Beberapa kriteria suatu

profesi yang dikemukakan oleh Hoyle

(dalam Sagala, 2008) antara lain (1)

hakekat suatu profesi adalah

mengutamakan layanan sosial; (2)

suatu profesi dilandasi dengan

memiliki sejumlah pengetahuan yang

sistematis; (3) suatu profesi punya

derajat otonomi yang tinggi; (4) suatu

profesi yang dikatakan telah memiliki

otonomi kalau orang itu dapat

mengatur dirinya sendiri dan dapat

mengontrol fungsinya sebagai orang

bertanggung jawab sendiri secara ilmu

pengetahuan, dan (5) suatu profesi

harus punya kode etik; (6) suatu

profesi umumnya mengalami

pertumbuhan terus menerus. Eric

Hoyle juga menekankan bahwa

profesi ditandai oleh otonomi dan

mempunyai dedikasi yang tinggi

terhadap tanggung jawab profesinya.

Sikap profesional diungkap

melalui skala psikologis dengan

aspek-aspek sikap profesional

menurut Soeprihanto (2001) adalah:

pengetahuan dan keterampilan,

inisiatif, kerjasama, kehadiran,

disiplin, dan kejujuran. Semakin

tinggi skor yang diperoleh subjek,

maka semakin tinggi sikap

profesional subjek atau sebaliknya.

Sikap profesional ini dapat

meningkatkan kualitas pelayanan

yang diberikan konsumen.

Memberikan pelayanan yang

berkualitas kepada pelanggan

merupakan hal penting yang

mempengaruhi kinerja kompetitif

organisasi dan kualitas maupun

produktifitas yang tinggi. Pelayanan

berawal dari desain produk dan

termasuk didalamnya interaksi dengan

pelanggan, dengan tujuan memberikan

kepuasan dalam memenuhi kebutuhan

pelanggan. Jika harapan pelanggan

terpenuhi, pelanggan mungkin lebih

puas, membuat komentar yang

menyenangkan orang lain atau

menjadi pelanggan yang berulang.

Sebagai akibatnya, untuk

meningkatkan daya saing organisasi

maka pegawai atau sumber daya

manusia dalam organisasi harus

bekerja lebih keras untuk

meningkatkan pelayanan kepada

pihak pengguna atau konsumen.

Kontribusi atau sumbangan

efektif variabel sikap professional

terhadap kualitas pelayanan kualitas

pelayanan dapat diketahui melalui

hasil r². Berdasarkan hasil analisis

8

data diperoleh sumbangan sikap

professional terhadap kualitas

pelayanan sebesar 0,157 atau 15,7%.

Hal ini berarti masih terdapat

beberapa variabel lain yang

mempengaruhi kualitas pelayanan

sebesar 84,3% diluar variabel sikap

professional seperti konsep diri,

motivasi kerja, lingkungan kerja.

Setiap penelitian memiliki

kelemahan, dalam penelitian ini

mempunyai kelemahan, yaitu

pengumpulan data. Data dalam

penelitian ini dengan dua cara yaitu

ada yang ditunggui dan ditinggal saat

pengisian skala. Pengumpulan data

yang ditinggal memungkinkan subjek

penelitian tidak mengisi sendiri atau

mengisi jawaban asal-asalan. Pada

penelitian selanjutnya, dalam

pengisian skala maka subjek yang

mengisi skala ditunggui dan di

dampingi pada waktu pengisian skala.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan

menguji hubungan sikap profesional

dengan kualitas pelayanan dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

(1) Ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara sikap professional

dengan kualitas pelayanan.

Maksudnya, semakin tinggi sikap

profesional, maka semakin tinggi

kualitas pelayanan. Sebaliknya,

semakin rendah tinggi sikap

profesional, maka semakin rendah

pula kualitas pelayanan subjek. (2)

Peran sikap profesional terhadap

kualitas pelayanan pada perias

pengantin di Surakarta sebesar 0,397

atau 15,7%. Hal ini berarti masih

terdapat beberapa variabellain yang

mempengaruhi kualitas pelayanan

sebesar 84.3% diluar variabel sikap

profesional. (3) Tingkat sikap

profesional termasuk kategori tinggi

dan kualitas pelayanan pada perias

pengantin di Surakarta termasuk

kategori sedang.

Berdasarkan hasil kesimpulan

dapat diberikan saran kepada

masyarakat, subjek penelitian, dan

peneliti selanjutnya.

Bagi masyarakat disarankan

untuk memiliki kemampuan menilai

professional jasa, khususnya jasa

perias pengantin. Cara yang dapat

dilakukan yaitu melihat cara kerja

perias pengantin dapat menyesuaikan

keinginan konsumen apa tidak

ataumelihat hasil riasan perias dapat

9

sesuai dengan yang diharapkan oleh

konsumen.

Bagi subjek yang berprofesi

sebagai perias pengantin, mengingat

hasil penelitian untuk sikap

profesional termasuk kategori sedang,

maka saran yang dapat diberikan

kepada subjek, diantaranya sebagai

berikut: (a) Pengetahuan dan

keterampilan, subjek dapat

meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan dengan cara ikut kursus

atau ikut lomba tata rias. Selain itu,

perias pengantin juga dapat mencari

model-model rias pengantin daerah,

nasional, internasional dan muslim

melalui majalah, internet, atau surat

kabar. (b) Inisiatif, disarankan bagi

subjek untuk meningkatkan inisiatif

dengan cara saat ada konsumen

memperkenalkan model baru sehingga

konsumen tertarik dengan jasa perias

pengantin. (c) Kerja sama, perias

pengantin disarankan untuk dapat

bekerja sama dengan perias lain.

Misalnya apabila perias pengantin

dibutuhkan perias lain diharapkan

mau membantu. (d) Kehadiran,

disarankan subjek penelitian selalu

ada saat dibutuhkan oleh konsumen.

(e) Disiplin, disarankan bagi subjek

untuk tepat waktu saat digunakan oleh

konsumen. (f) Kejujuran, disarankan

bagi subjek untuk menjelaskan

mengenai harga dari awal pemesanan

konsumen.

Bagi peneliti lain, penelitian ini

dapat di gunakan sebagai bahan

perbandingan dan menambah wacana

pemikiran untuk mengembangkan,

memperdalam, dan memperkaya

khasanah teoritis dengan penelitian

yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Metode Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rhineka Cipta

Ariyani, S. 2008. Kerja dan

Profesionalisme.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_______. 2012. Reliabilitas dan

Validitas. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Depnaker. 2007. Penetapan SKKNI

Sektor Pemasyarakatan,

Sosial Dan Perorangan Sub

Sektor Tata Rias Pengantin

Bidang Rias Pengantin Solo

Puteri. Jakarta: Depnaker.

Deshpande, F dan Zaltman, P. 2007.

Defining The Port Service

Quality Model By Using The

10

Factor Analysis. Journal

Vol. 29, No. 1. pp.24-38.

Dewi, Ayu Retno Kumala. 2013.

Pengaruh Profesionalisme

Pegawai Terhadap Kualitas

Pelayanan Kepada Pasien

Rawat Inap di RSUD DR.

Abdoer Rahem Kabupaten

Situbondo. Artikel Ilmiah.

Hal 1-8. Jember: Universitas

Jember

Kolanović, I., Skenderović, J. dan

Zenzerović, Z. 2008.

Defining The Port Service

Quality Model by Using The

Factor Analysis. Pomorstvo,

god. 22, br. 2 (2008), str.

283-297 283

Kurniasari, A dan Hadi,C. 2012.

Penilaian Kualitas Pelayanan

Jasa Oleh Konsumen Bengkel

Resmi Sepeda Motor Honda

AHASS UD. Ramayana Motor

Surabaya. Jurnal Psikologi

Industri dan Organisasi. Vol.1

No.02. Hal. 71-76.

Lekatompessy, J.E. 2003. Hubungan

Profesionalisme dengan

konsekuensinya: Komitmen

Organisasional, Kepuasan

Kerja, Prestasi Kerja dan

Keinginan Berpindah (Studi

Empiris di Lingkungan

Akuntan Publik). Jurnal Bisnis

dan Akuntansi, Vol.5,

No.1,April, hlm.69–84

Sagala, Syaiful. 2008. Kemampuan

Profesional Guru dan Tenaga

Kependidikan. Bandung:

Alfabeta.

Siswanti, T. 2004. Hubungan antara

Orientasi Keagamaan dan

Persepsi Terhadap Kualitas

Pelayanan dengan Loyalitas

Nasabah BMT “Tumang”.

Skripsi (tidak diterbitkan).

Surakarta: Fakultas Psikologi

UMS

Sugiarto, E. 2003. Psikologi

Pelayanan dalam Industri

Jasa. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Soeprihanto, J. 2001. Penilaian

Kinerja dan pengembangan

Karyawan. Yogyakarta: BPFE

Walgito, Bimo. 2003. Pengantar

Psikologi Umum. Yogyakarta:

Andi Offset

Zeitham, Valerie dan Berry. 1996.

The Behavioral Consequances

of Service Quality. Journal of

Marketing 60, 31-60