Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecurangan...
Transcript of Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecurangan...
1
Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecurangan Akademik
Pada Siswa SMA Negeri 1
Teras Boyolali
PENGANTAR
Pendidikan merupakan usaha orang dewasa secara sadar untuk
membimbing dan mengembangkan kepribadian setara
kemampuan dasar anak didik dalam bentuk lembaga formal
maupun informal (Sukaini 2013) Pemerintah merumuskan dalam
UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional UU
ini menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar dapat
tercapainya cita-cita pendidikan nasional yang diharapkan bersama
yaitu tujuan Pendidikan Nasional berfungsi untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa sebagai sarana berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab pasal 3 UU
RI NO 202003 (dalam Zuriah 2007)
Dalam pengembangan kemampuan dasar anak didik lembaga
formal dan informal memiliki ketentuan agar peserta didik
mendapatkan hasil yang memuaskan dalam proses pendidikan
Menurut Sukaini (2013) diantaranya peserta didik diberikan
pelatihan seperti tugas-tugas yang harus dikerjakan sebagai
penambah nilai yang nantinya akan digabungkan dengan aspek-
aspek yang lain peserta didik diwajibkan mengikuti tatap muka
2
dengan guru dan mengikuti tes akhir sebagai ketentuan untuk
mendapatkan kelulusan Dalam proses belajar untuk mencapai
hasil yang diinginkan peserta didik mengunakan berbagai macam
cara agar memperoleh hasil yang memuaskan Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan kejujuran atau ketidak jujuran
(kecurangan) Untuk mendapatkan hasil atau nilai yang baik dapat
memicu munculnya kecurangan akademik selain itu cara ini
dianggap paling mudah dan tidak memerlukan usaha yang sulit
(Dirottsaha 2009)
Fenomena yang terjadi di kalangan peserta didik mereka
menginginkan hasil yang baik tanpa harus bersusah payah atau
berusaha Hal ini yang dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya
kecurangan akademik yang tidak sejalan dengan harapan
pendidikan nasional berdasar pada pancasila sebagai dasar
kepribadian bangsa Indonesia berkaitan dengan moral ilmu dan
amal (Wahyudin 2006)
Rendahnya moral di kalangan pendidikan berdampak
munculnya beberapa kasus tentang kecurangan akademik yang
sangat memprihatinkan Survei yang dilakukan terhadap 298
mahasiswa kependidikan di salah satu LPTK (Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan) menggambarkan kecurangan akademik
yang terjadi di indonesia (Rangkuti amp Deasyanti 2010) Hasil
survei menunjukkan kecurangan akademik yang dilakukan
mahasiswa saat ujian dan tergolong sering (lebih dari dua kali)
selama setahun terakhir antara lain menyalin hasil jawaban dari
mahasiswa yang posisinya berdekatan selama ujian tanpa disadari
3
mahasiswa lain tersebut (168) membawa dan menggunakan
bahan yang tidak diijinkancontekan ke dalam ruang ujian (141)
dan kolusi yang terencana antara dua atau lebih mahasiswa untuk
mengkomunikasikan jawabannya selama ujian berlangsung
(245) Sementara itu kecurangan akademik yang dilakukan saat
mengerjakan tugas antara lain menyajikan data palsu (27)
mengijinkan karyanya dijiplak orang lain (101) menyalin
bahan untuk karya tulis dari buku atau terbitan lain tanpa
mencantumkan sumbernya (104) dan mengubah memanipulasi
datapenelitian(4)(httpedukasikompasianacom20120530ke
curanganakademikpadamahasiswa kependidikan467121html)
Kecurangan akademik dapat diartikan sebagai perilaku yang
dilakukan siswa dengan sengaja meliputi pelanggaran peraturan-
peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas memberikan
keuntungan pada siswa lain dalam ujian atau tugas dengan cara
yang tidak jujur pengurangan keakuratan yang diharapkan pada
peformasi siswa (Siti 2009) Sementara menurut Hendricks (dalam
Siti 2009) kecurangan akademik didefinisikan sebagai bagian
bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan secara tidak jujur
termasuk didalamnya mencontek plagiarisme mencuri dan
memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik
Callahan dan Taylor (dalam Money 2008) memandang
kecurangan akademik sebagai perilaku yang tidak etis yang
dilakukan secara sengaja
Sama seperti lembaga pendidikan yang lain pada umumnya
SMA 1 Teras Boyolali berusaha menanamkan nilai-nilai kejujuran
4
dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk
kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013
pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali
kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik
adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti
mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi
di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian
berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di
sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum
belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara
yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras
Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh
siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian
seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan
tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri
juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar
Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan
penelitian ini pada siswa yang beragama Islam
Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik
sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang
melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang
akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak
paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila
perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak
kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang
5
disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang
mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu
kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar
(fundamental) pendidikan
Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan
akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik
dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya
Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik
pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai
kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang
ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)
Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas
tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh
terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister
1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)
merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada
suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang
dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan
sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai
implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa
(Mangunwijaya 1986)
Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di
yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik
dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan
dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran
6
terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan
bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam
Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan
ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti
dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa
seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan
mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat
diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama
atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika
religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan
terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat
menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik
(Dirottsaha 2009)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)
tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara
religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang
signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran
akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek
siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida
(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan
bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun
perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk
7
mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan
akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau
pendidikan
Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan
salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan
mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian
ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan
catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian
mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui
apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain
berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini
2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya
karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi
prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik
masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
2
dengan guru dan mengikuti tes akhir sebagai ketentuan untuk
mendapatkan kelulusan Dalam proses belajar untuk mencapai
hasil yang diinginkan peserta didik mengunakan berbagai macam
cara agar memperoleh hasil yang memuaskan Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan kejujuran atau ketidak jujuran
(kecurangan) Untuk mendapatkan hasil atau nilai yang baik dapat
memicu munculnya kecurangan akademik selain itu cara ini
dianggap paling mudah dan tidak memerlukan usaha yang sulit
(Dirottsaha 2009)
Fenomena yang terjadi di kalangan peserta didik mereka
menginginkan hasil yang baik tanpa harus bersusah payah atau
berusaha Hal ini yang dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya
kecurangan akademik yang tidak sejalan dengan harapan
pendidikan nasional berdasar pada pancasila sebagai dasar
kepribadian bangsa Indonesia berkaitan dengan moral ilmu dan
amal (Wahyudin 2006)
Rendahnya moral di kalangan pendidikan berdampak
munculnya beberapa kasus tentang kecurangan akademik yang
sangat memprihatinkan Survei yang dilakukan terhadap 298
mahasiswa kependidikan di salah satu LPTK (Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan) menggambarkan kecurangan akademik
yang terjadi di indonesia (Rangkuti amp Deasyanti 2010) Hasil
survei menunjukkan kecurangan akademik yang dilakukan
mahasiswa saat ujian dan tergolong sering (lebih dari dua kali)
selama setahun terakhir antara lain menyalin hasil jawaban dari
mahasiswa yang posisinya berdekatan selama ujian tanpa disadari
3
mahasiswa lain tersebut (168) membawa dan menggunakan
bahan yang tidak diijinkancontekan ke dalam ruang ujian (141)
dan kolusi yang terencana antara dua atau lebih mahasiswa untuk
mengkomunikasikan jawabannya selama ujian berlangsung
(245) Sementara itu kecurangan akademik yang dilakukan saat
mengerjakan tugas antara lain menyajikan data palsu (27)
mengijinkan karyanya dijiplak orang lain (101) menyalin
bahan untuk karya tulis dari buku atau terbitan lain tanpa
mencantumkan sumbernya (104) dan mengubah memanipulasi
datapenelitian(4)(httpedukasikompasianacom20120530ke
curanganakademikpadamahasiswa kependidikan467121html)
Kecurangan akademik dapat diartikan sebagai perilaku yang
dilakukan siswa dengan sengaja meliputi pelanggaran peraturan-
peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas memberikan
keuntungan pada siswa lain dalam ujian atau tugas dengan cara
yang tidak jujur pengurangan keakuratan yang diharapkan pada
peformasi siswa (Siti 2009) Sementara menurut Hendricks (dalam
Siti 2009) kecurangan akademik didefinisikan sebagai bagian
bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan secara tidak jujur
termasuk didalamnya mencontek plagiarisme mencuri dan
memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik
Callahan dan Taylor (dalam Money 2008) memandang
kecurangan akademik sebagai perilaku yang tidak etis yang
dilakukan secara sengaja
Sama seperti lembaga pendidikan yang lain pada umumnya
SMA 1 Teras Boyolali berusaha menanamkan nilai-nilai kejujuran
4
dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk
kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013
pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali
kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik
adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti
mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi
di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian
berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di
sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum
belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara
yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras
Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh
siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian
seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan
tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri
juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar
Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan
penelitian ini pada siswa yang beragama Islam
Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik
sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang
melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang
akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak
paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila
perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak
kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang
5
disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang
mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu
kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar
(fundamental) pendidikan
Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan
akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik
dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya
Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik
pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai
kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang
ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)
Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas
tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh
terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister
1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)
merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada
suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang
dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan
sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai
implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa
(Mangunwijaya 1986)
Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di
yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik
dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan
dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran
6
terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan
bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam
Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan
ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti
dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa
seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan
mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat
diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama
atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika
religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan
terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat
menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik
(Dirottsaha 2009)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)
tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara
religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang
signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran
akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek
siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida
(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan
bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun
perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk
7
mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan
akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau
pendidikan
Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan
salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan
mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian
ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan
catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian
mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui
apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain
berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini
2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya
karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi
prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik
masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
3
mahasiswa lain tersebut (168) membawa dan menggunakan
bahan yang tidak diijinkancontekan ke dalam ruang ujian (141)
dan kolusi yang terencana antara dua atau lebih mahasiswa untuk
mengkomunikasikan jawabannya selama ujian berlangsung
(245) Sementara itu kecurangan akademik yang dilakukan saat
mengerjakan tugas antara lain menyajikan data palsu (27)
mengijinkan karyanya dijiplak orang lain (101) menyalin
bahan untuk karya tulis dari buku atau terbitan lain tanpa
mencantumkan sumbernya (104) dan mengubah memanipulasi
datapenelitian(4)(httpedukasikompasianacom20120530ke
curanganakademikpadamahasiswa kependidikan467121html)
Kecurangan akademik dapat diartikan sebagai perilaku yang
dilakukan siswa dengan sengaja meliputi pelanggaran peraturan-
peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas memberikan
keuntungan pada siswa lain dalam ujian atau tugas dengan cara
yang tidak jujur pengurangan keakuratan yang diharapkan pada
peformasi siswa (Siti 2009) Sementara menurut Hendricks (dalam
Siti 2009) kecurangan akademik didefinisikan sebagai bagian
bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan secara tidak jujur
termasuk didalamnya mencontek plagiarisme mencuri dan
memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik
Callahan dan Taylor (dalam Money 2008) memandang
kecurangan akademik sebagai perilaku yang tidak etis yang
dilakukan secara sengaja
Sama seperti lembaga pendidikan yang lain pada umumnya
SMA 1 Teras Boyolali berusaha menanamkan nilai-nilai kejujuran
4
dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk
kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013
pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali
kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik
adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti
mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi
di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian
berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di
sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum
belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara
yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras
Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh
siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian
seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan
tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri
juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar
Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan
penelitian ini pada siswa yang beragama Islam
Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik
sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang
melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang
akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak
paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila
perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak
kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang
5
disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang
mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu
kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar
(fundamental) pendidikan
Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan
akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik
dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya
Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik
pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai
kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang
ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)
Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas
tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh
terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister
1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)
merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada
suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang
dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan
sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai
implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa
(Mangunwijaya 1986)
Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di
yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik
dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan
dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran
6
terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan
bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam
Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan
ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti
dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa
seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan
mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat
diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama
atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika
religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan
terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat
menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik
(Dirottsaha 2009)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)
tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara
religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang
signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran
akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek
siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida
(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan
bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun
perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk
7
mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan
akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau
pendidikan
Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan
salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan
mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian
ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan
catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian
mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui
apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain
berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini
2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya
karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi
prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik
masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
4
dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk
kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013
pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali
kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik
adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti
mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi
di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian
berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di
sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum
belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara
yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras
Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh
siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian
seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan
tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri
juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar
Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan
penelitian ini pada siswa yang beragama Islam
Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik
sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang
melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang
akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak
paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila
perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak
kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang
5
disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang
mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu
kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar
(fundamental) pendidikan
Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan
akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik
dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya
Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik
pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai
kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang
ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)
Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas
tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh
terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister
1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)
merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada
suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang
dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan
sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai
implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa
(Mangunwijaya 1986)
Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di
yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik
dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan
dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran
6
terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan
bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam
Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan
ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti
dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa
seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan
mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat
diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama
atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika
religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan
terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat
menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik
(Dirottsaha 2009)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)
tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara
religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang
signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran
akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek
siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida
(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan
bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun
perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk
7
mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan
akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau
pendidikan
Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan
salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan
mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian
ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan
catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian
mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui
apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain
berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini
2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya
karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi
prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik
masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
5
disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang
mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu
kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar
(fundamental) pendidikan
Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan
akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik
dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya
Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik
pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai
kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang
ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)
Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas
tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh
terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister
1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)
merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada
suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang
dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan
sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai
implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa
(Mangunwijaya 1986)
Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di
yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik
dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan
dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran
6
terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan
bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam
Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan
ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti
dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa
seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan
mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat
diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama
atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika
religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan
terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat
menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik
(Dirottsaha 2009)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)
tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara
religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang
signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran
akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek
siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida
(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan
bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun
perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk
7
mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan
akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau
pendidikan
Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan
salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan
mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian
ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan
catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian
mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui
apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain
berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini
2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya
karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi
prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik
masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
6
terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan
bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam
Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan
ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti
dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa
seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan
mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat
diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama
atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika
religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan
terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat
menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik
(Dirottsaha 2009)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)
tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik
siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara
religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang
signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya
semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran
akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek
siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida
(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan
bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun
perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk
7
mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan
akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau
pendidikan
Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan
salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan
mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian
ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan
catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian
mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui
apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain
berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini
2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya
karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi
prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik
masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
7
mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan
akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau
pendidikan
Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan
salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan
mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian
ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan
catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian
mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui
apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain
berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini
2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya
karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi
prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik
masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
8
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kecurangan Akademik
Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik
adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat
merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun
individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan
akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan
oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)
McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan
akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi
atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam
melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja
ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan
dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas
dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku
seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain
kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)
Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde
(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan
atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan
melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-
material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam
Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku
yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
9
Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang
telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk
yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu
berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima
informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar
norma-norma agama dan menggunakan material-material atau
informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari
kelonggaran dalam proses evaluasi
Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik
Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut
Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan
memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang
lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan
menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan
berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi
Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa
kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada
penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah
sebagai berikut
a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau
menerima informasi dari orang lain
1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy
atau disalin oleh orang lain
2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin
dari pihak yang bersangkutan
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
10
3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika
sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain
4) Mengerjakan tugas untuk orang lain
5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui
oleh pihak yang bersangkutan
6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian
berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban
b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan
dan menggunakan material-material yang dilarang
1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan
bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya
2) Mencuri data
3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)
4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa
menyebutkan sumbernya
5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil
yang sesuai)
6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang
dilarang pada saat ujian
c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam
proses evaluasi
1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan
tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang
lain)
2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan
menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau
membujuk
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
11
3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk
mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan
untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran
ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau
pembebasan ujian)
4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di
perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau
dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)
bagian tertentu dalam buku
5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai
hasil pekerjaan masing-masing
6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian
7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar
8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik
Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang
dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)
a Faktor-faktor kontekstual
1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan
tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul
apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan
masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas
2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan
sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
12
integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya
perilaku-perilaku curang dalam pendidikan
3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam
pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian
sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak
tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas
sehingga pelaku tidak jera
4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang
sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara
simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk
memunculkan perilaku curang dalam pendidikan
b Faktor-faktor individual
1) Usia
Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan
lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari
pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga
menjadi penyebabnya
2) Jenis kelamin
Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan
pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini
disebabkan individu perempuan lebih banyak
mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila
perbuatanya diketahui orang lain
3) Indeks prestasi
Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan
individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
13
dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan
nilai-nilai akademik
4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )
Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung
menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan
sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap
beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak
mendapatkan sanksi yang memberatkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku
kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)
yaitu
a Ketegangan atau kecemasan seperti
1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi
kegagalan dan keberhasilan
2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes
3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam
ujian atau tes
b Situasi yang tidak menguntungkan seperti
1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak
2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak
3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari
yang sama
c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang
sekelompok (peer group)
d
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
14
Religiusitas
Pengertian Religiusitas
Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara
individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam
hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan
dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu
berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang
atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama
manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)
Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan
ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister
(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai
keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran
ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu
menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya
kedalam kehidupannya sehari-hari
Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan
religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk
pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang
bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan
lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock
(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu
keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-
ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan
Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
15
individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan
sehari-harinya
Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah
dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh
Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap
keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke
dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah
pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan
yang bersifat internal
Aspek ndash Aspek Religiusitas
Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala
religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari
Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi
keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan
pengalaman diantaranya
a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima
dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya
Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat
surga para nabi dan sebagainya
b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik
dimension)
Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya
menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
16
c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan
tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci
merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan
dan sebagainya
d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan
sebagainya
e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial
Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan
sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan
sebagainya
Efek dari religiusitas
Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas
yaitu
a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik
akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah
agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik
dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
17
b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan
mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu
Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan
akanada balasannya nanti setelah dia mati
c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu
yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan
kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama
orang yang memeluk agama yang dipercaya
Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada
siswa SMA 1 Teras Boyolali
Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan
ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang
kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai
keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam
diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan
individu terhadap agamanya artinya individu telah
menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga
berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal
ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan
religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur
internalisasi agama itu dalam individual
Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku
bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan
tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting
adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
18
semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari
moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya
dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan
hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat
sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan
sehari-hari
Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi
dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang
mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai
dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan
tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan
batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku
sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama
yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada
norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan
aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan
yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek
yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan
dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan
seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan
agama yang dianutnya
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang
akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang
Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa
optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam
menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran
agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
19
lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai
kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung
jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)
Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai
dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik
Hipotesis
H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras
Boyolali
HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan
kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai
cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling
digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang
diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan
oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung
satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan
jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup
kelas IPA dan IPS
Uji Beda Item
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total
biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
20
yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya
melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk
dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks
daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang
lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan
dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus
rix =
nXXnii
XiiX
)( )(
)n( )(-
2222
Keterangan
i = skor item
X = Skor skala
n = Banyaknya subjek
Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara
komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total
correlation
Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut
2
2
1)1(
t
b
k
k
Keterangan
Alpha Cronbach
k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
21
2
b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel
2
t varians total butir pertanyaan tiap variabel
Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan
secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga
pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik
Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada
ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut
dikatakan reliabel (Ghozali 2005)
Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk
mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk
mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer
dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan
menggunakan formula korelasi product moment
Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka
rumusnya adalah sebagai berikut
)()()(
))(()(
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan
rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)
sum X Jumlah nilai X
sum Y Jumlah nilai Y
sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X
sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y
sum XY Jumlah Perkalian X dan Y
n Jumlah Subjek Penelitian
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
22
Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon
sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam
penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan
memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item
dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item
terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2
= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak
setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban
berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4
3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)
berjenjang 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 41
Sebaran Item Skala Religiusitas
No Aspek
religiusitas
Favorable Unfavorable Total
Item
Baku
1 Keyakinan
1 2 3 7 8
9
4 5 6 10 11
12
12
2 Peribadatan
13 14 15
19 20
16 17 18 22
23
10
3 Penghayatan
21 25 26
27 31 32 33
24 28 29 30
34 35 36
14
4 Pengetahuan
Agama
37 38 39
43 44 45
40 41 42 46
47
10
5 Pegamalan
49 50 51
55 56
48 52 53 54
57
10
Total Item
Baku
56
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
23
Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan
semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin
rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin
buruk religiusitasnya
Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik
Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang
dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari
orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma
keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan
akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan
berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable
Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative
jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =
sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban
berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4
5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang
5 4 3 2 1
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
24
Tabel 42
Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik
No Aspek kecurangan
akademik
Favorable Unfavorable Total
1 Berbuat curang dengan
memperolehmemberikan
atau menerima informasi
dari orang lain
1 2 3 7 8 4 5 6 10
11 10
2 Berbuat curang dengan
melanggar norma-norma
keagamaan
9 13 14
15 19
12 16 17
18 22 10
3 Berbuat curang dengan
cara mencari kelonggaran
dalam proses evaluasi
20 21 25
26 27
23 24 28
29 30 10
Total 30
Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh
menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan
sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk
seseorang
HASIL PENELITIAN
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak
terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan
product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier
Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160
sebagai berikut
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
25
Variabel Religiusitas
Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
religiusitas (lihat tabel 45)
Tabel 45
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran
Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Religiusitas 88 201 269 24018 18569
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor
paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar
deviasi 18569
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi
tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada
masing-masing item adalah 7 (Tujuh)
Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem
valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara
mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid
= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya
kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai
berikut
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
26
i = 468
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 227 le x le 273
Tinggi 180le x 227
Sedang 133 le x 180
Rendah 86 le x 133
Sangat Rendah 39 le x 86
Tabel 46
Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas
No Interval Kategori Mean F Presentase
()
1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795
2 180 le x 226 Tinggi 18 205
3 133 le x 179 Sedang 0
4 86 lex 132 Rendah 0
5 39 le x 85 Sangat Rendah 0
Jumlah 88 100
SD = 18569 Min = 201 Max = 269
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
27
Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek
memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi
dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada
kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor
religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase
205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada
kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang
memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase
0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek
berada pada kategori sangat tinggi (795)
Kecurangan Akademik
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal
maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala
Kecurangan akademik (lihat tabel 47)
Tabel 47
Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran
Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std Deviation
Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089
Valid N (listwise) 88
Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh
skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan
skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan
standar deviasi 8089
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
28
Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel
skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu
sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah
pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor
maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi
dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor
minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah
dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor
tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat
dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut
i = 128
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sangat Tinggi 68 le x le 80
Tinggi 55 le x 68
Sedang 42 le x 55
Rendah 29 le x 42
Sangat Rendah 16 le x 29
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
29
Tabel 48
Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik
No Interval Kategori Mean F Presentase ()
1 68 le x le 80 Sangat Tinggi
2 55 le x 67 Tinggi
3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261
4 29 le x 41 Rendah 51 579
5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16
Jumlah 88 100
SD = 8089 Min = 20Max = 56
Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek
memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki
skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi
dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik
pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki
skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi
dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar
subjek berada pada kategori rendah (579)
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk
menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi
tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
30
perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program
SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49
Tabel 49
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Religiusitas Kecurangan Akademik
N 88 88
Normal Parametersa 24018 3617 3633
18569 8089 8088
Most Extreme Differences 122 076 075
073 051 050
-122 -076 -075
Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713
Asymp Sig (2-tailed) 143 689
a Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49
diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel
religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas
(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai
signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak
normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai
K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi
sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan
akademik yang memiliki distribusi normal
Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data
yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
31
perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut
Tabel 410
Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel
Sum of Squares df
Mean Square F Sig
Religiuisitas kecurangan akademik
Between Groups
(Combined) 3018375 43 70195 1152 319
Linearity 276696 1 276696 4540 038
Deviation from Linearity
2741679 42 65278 1071 409
Within Groups 2803625 46 60948
Total 5822000 89
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity
sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan
hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah
linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation
from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti
penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier
Analisis korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam
analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara
hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat
pada Tabel 49 berikut ini
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
32
Tabel 411
Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas
dengan Kecurangan Akademik Correlations
Religiusitas Kecurangan Akademik
x Pearson Correlation 1 -164
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
y Pearson Correlation -164 1
Sig (1-tailed) 063
N 88 88
Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh
koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik
r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada
hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan
kecurangan akademik
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas
yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan
akademik
Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas
dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali
didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan
kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt
000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
siswa SMA N 1 Teras Boyolali
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
33
Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas
dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan
bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r
tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal
ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara
religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku
menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)
Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan
yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik
maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang
sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain
yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu
sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi
sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas
dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti
dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi
kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek
menjadi salah satu penyebabnya
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau
indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan
beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya
kecurangan akademik
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
34
Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan
teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap
sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka
tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki
nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat
bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti
yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya
diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu
akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada
jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun
berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama
belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan
orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan
sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama
belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun
tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak
menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga
Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa
berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795
sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada
pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat
dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada
kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan
siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan
program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
35
dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama
ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya
Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata
langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik
Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan
akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase
261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada
kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor
kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16
Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti
mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi
ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri
siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik
dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat
mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang
sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul
karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan
kecurangan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri
1 Teras diperoleh kesimpulan
1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
36
Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya
maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan
akademik yang terjadi
2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang
hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di
dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras
Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas
dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori
sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik
didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261
berada dalam kategori sedang
Saran- Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut
a Bagi pihak sekolah
Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk
mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system
belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan
pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga
siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan
akademik dapat ditekan atau dikurangi
b Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan
akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan
kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan
materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal
belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
37
menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus
berbuat curang
c Bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang
memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain
yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan
individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun
peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika
melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data
diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih
dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya
subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan
benar
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
38
DAFTAR PUSTAKA
Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim
Pancasila Bandung Sinar baru
Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia
Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal
Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta
________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta
Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female
differences in self-report cheating Practical Assessment
ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013
httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209
Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar
Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal
of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January
diambil pada tanggal 12 oktober 2014
Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic
Dishonesty Handbook of the teaching of psychology
Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta
Kanisius
Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning
Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas
islam Indonesia
Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
39
Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi
Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna
Foundationhttpsampoernafoundationord191208
Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc
Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo
PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan)Jakarta Erlangga
Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude
Of And Justification For Academic Dishonesty Among College
Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student
development35(march) 212-26
_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade
micDishonesty 311212
Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada
Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty
httpwwwcharactercountsorg120209
Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba
Humanika
Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII
Press
IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20
120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan
htm24 juni 2013
Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas
AnakJakarta Gramedia
Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S
amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung
Alfabeta
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
40
McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in
Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp
Behavior 11(3) 219-132
McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic
integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7
httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709
Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational
Psychology A learning-centered Approach to classroom
Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon
Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the
impact of a student development approach Diambil dari
wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013
Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-
Ruzz media
Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)
Individual Differences In Student Cheating Journal of
educational psychology 88 229-241
Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self
efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada
mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah
Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah
Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan
Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan
Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas
Sumatra utara
Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran
Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
41
Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga
Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan
Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun
XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470
Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan
Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media
Group
Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta
Taylor S E (2006) Health Psychology America New York
McGraw-HillCompanies Sixth Edition
Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta
UniversitasTerbuka
Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa
Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang