Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecurangan...

41
1 Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecurangan Akademik Pada Siswa SMA Negeri 1 Teras Boyolali PENGANTAR Pendidikan merupakan usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian, setara kemampuan dasar anak didik dalam bentuk lembaga formal maupun informal (Sukaini, 2013). Pemerintah merumuskan dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. UU ini menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar dapat tercapainya cita-cita pendidikan nasional yang diharapkan bersama yaitu, tujuan Pendidikan Nasional berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa, terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai sarana berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, pasal 3 UU RI NO 20/2003 (dalam Zuriah, 2007). Dalam pengembangan kemampuan dasar anak didik lembaga formal dan informal, memiliki ketentuan agar peserta didik mendapatkan hasil yang memuaskan dalam proses pendidikan. Menurut Sukaini (2013) diantaranya peserta didik diberikan pelatihan seperti tugas-tugas, yang harus dikerjakan sebagai penambah nilai yang nantinya akan digabungkan dengan aspek- aspek yang lain, peserta didik diwajibkan mengikuti tatap muka

Transcript of Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecurangan...

1

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecurangan Akademik

Pada Siswa SMA Negeri 1

Teras Boyolali

PENGANTAR

Pendidikan merupakan usaha orang dewasa secara sadar untuk

membimbing dan mengembangkan kepribadian setara

kemampuan dasar anak didik dalam bentuk lembaga formal

maupun informal (Sukaini 2013) Pemerintah merumuskan dalam

UU RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional UU

ini menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar dapat

tercapainya cita-cita pendidikan nasional yang diharapkan bersama

yaitu tujuan Pendidikan Nasional berfungsi untuk meningkatkan

kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa sebagai sarana berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia berilmu cakap kreatif mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab pasal 3 UU

RI NO 202003 (dalam Zuriah 2007)

Dalam pengembangan kemampuan dasar anak didik lembaga

formal dan informal memiliki ketentuan agar peserta didik

mendapatkan hasil yang memuaskan dalam proses pendidikan

Menurut Sukaini (2013) diantaranya peserta didik diberikan

pelatihan seperti tugas-tugas yang harus dikerjakan sebagai

penambah nilai yang nantinya akan digabungkan dengan aspek-

aspek yang lain peserta didik diwajibkan mengikuti tatap muka

2

dengan guru dan mengikuti tes akhir sebagai ketentuan untuk

mendapatkan kelulusan Dalam proses belajar untuk mencapai

hasil yang diinginkan peserta didik mengunakan berbagai macam

cara agar memperoleh hasil yang memuaskan Ada beberapa cara

yang dapat dilakukan yaitu dengan kejujuran atau ketidak jujuran

(kecurangan) Untuk mendapatkan hasil atau nilai yang baik dapat

memicu munculnya kecurangan akademik selain itu cara ini

dianggap paling mudah dan tidak memerlukan usaha yang sulit

(Dirottsaha 2009)

Fenomena yang terjadi di kalangan peserta didik mereka

menginginkan hasil yang baik tanpa harus bersusah payah atau

berusaha Hal ini yang dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya

kecurangan akademik yang tidak sejalan dengan harapan

pendidikan nasional berdasar pada pancasila sebagai dasar

kepribadian bangsa Indonesia berkaitan dengan moral ilmu dan

amal (Wahyudin 2006)

Rendahnya moral di kalangan pendidikan berdampak

munculnya beberapa kasus tentang kecurangan akademik yang

sangat memprihatinkan Survei yang dilakukan terhadap 298

mahasiswa kependidikan di salah satu LPTK (Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan) menggambarkan kecurangan akademik

yang terjadi di indonesia (Rangkuti amp Deasyanti 2010) Hasil

survei menunjukkan kecurangan akademik yang dilakukan

mahasiswa saat ujian dan tergolong sering (lebih dari dua kali)

selama setahun terakhir antara lain menyalin hasil jawaban dari

mahasiswa yang posisinya berdekatan selama ujian tanpa disadari

3

mahasiswa lain tersebut (168) membawa dan menggunakan

bahan yang tidak diijinkancontekan ke dalam ruang ujian (141)

dan kolusi yang terencana antara dua atau lebih mahasiswa untuk

mengkomunikasikan jawabannya selama ujian berlangsung

(245) Sementara itu kecurangan akademik yang dilakukan saat

mengerjakan tugas antara lain menyajikan data palsu (27)

mengijinkan karyanya dijiplak orang lain (101) menyalin

bahan untuk karya tulis dari buku atau terbitan lain tanpa

mencantumkan sumbernya (104) dan mengubah memanipulasi

datapenelitian(4)(httpedukasikompasianacom20120530ke

curanganakademikpadamahasiswa kependidikan467121html)

Kecurangan akademik dapat diartikan sebagai perilaku yang

dilakukan siswa dengan sengaja meliputi pelanggaran peraturan-

peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas memberikan

keuntungan pada siswa lain dalam ujian atau tugas dengan cara

yang tidak jujur pengurangan keakuratan yang diharapkan pada

peformasi siswa (Siti 2009) Sementara menurut Hendricks (dalam

Siti 2009) kecurangan akademik didefinisikan sebagai bagian

bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan secara tidak jujur

termasuk didalamnya mencontek plagiarisme mencuri dan

memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik

Callahan dan Taylor (dalam Money 2008) memandang

kecurangan akademik sebagai perilaku yang tidak etis yang

dilakukan secara sengaja

Sama seperti lembaga pendidikan yang lain pada umumnya

SMA 1 Teras Boyolali berusaha menanamkan nilai-nilai kejujuran

4

dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk

kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013

pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali

kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik

adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti

mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi

di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian

berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di

sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum

belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara

yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras

Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh

siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian

seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan

tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri

juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar

Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan

penelitian ini pada siswa yang beragama Islam

Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik

sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang

melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang

akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak

paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila

perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak

kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang

5

disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang

mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu

kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar

(fundamental) pendidikan

Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan

akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik

dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya

Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik

pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai

kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang

ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)

Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas

tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh

terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister

1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)

merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada

suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang

dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan

sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai

implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa

(Mangunwijaya 1986)

Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di

yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik

dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan

dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran

6

terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan

bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam

Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan

ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti

dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa

seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan

mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat

diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama

atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika

religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan

terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat

menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik

(Dirottsaha 2009)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)

tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara

religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang

signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya

semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran

akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek

siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida

(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan

bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun

perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk

7

mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan

akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau

pendidikan

Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan

salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan

mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian

ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan

catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian

mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui

apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain

tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain

berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini

2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya

karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi

prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik

masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

2

dengan guru dan mengikuti tes akhir sebagai ketentuan untuk

mendapatkan kelulusan Dalam proses belajar untuk mencapai

hasil yang diinginkan peserta didik mengunakan berbagai macam

cara agar memperoleh hasil yang memuaskan Ada beberapa cara

yang dapat dilakukan yaitu dengan kejujuran atau ketidak jujuran

(kecurangan) Untuk mendapatkan hasil atau nilai yang baik dapat

memicu munculnya kecurangan akademik selain itu cara ini

dianggap paling mudah dan tidak memerlukan usaha yang sulit

(Dirottsaha 2009)

Fenomena yang terjadi di kalangan peserta didik mereka

menginginkan hasil yang baik tanpa harus bersusah payah atau

berusaha Hal ini yang dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya

kecurangan akademik yang tidak sejalan dengan harapan

pendidikan nasional berdasar pada pancasila sebagai dasar

kepribadian bangsa Indonesia berkaitan dengan moral ilmu dan

amal (Wahyudin 2006)

Rendahnya moral di kalangan pendidikan berdampak

munculnya beberapa kasus tentang kecurangan akademik yang

sangat memprihatinkan Survei yang dilakukan terhadap 298

mahasiswa kependidikan di salah satu LPTK (Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan) menggambarkan kecurangan akademik

yang terjadi di indonesia (Rangkuti amp Deasyanti 2010) Hasil

survei menunjukkan kecurangan akademik yang dilakukan

mahasiswa saat ujian dan tergolong sering (lebih dari dua kali)

selama setahun terakhir antara lain menyalin hasil jawaban dari

mahasiswa yang posisinya berdekatan selama ujian tanpa disadari

3

mahasiswa lain tersebut (168) membawa dan menggunakan

bahan yang tidak diijinkancontekan ke dalam ruang ujian (141)

dan kolusi yang terencana antara dua atau lebih mahasiswa untuk

mengkomunikasikan jawabannya selama ujian berlangsung

(245) Sementara itu kecurangan akademik yang dilakukan saat

mengerjakan tugas antara lain menyajikan data palsu (27)

mengijinkan karyanya dijiplak orang lain (101) menyalin

bahan untuk karya tulis dari buku atau terbitan lain tanpa

mencantumkan sumbernya (104) dan mengubah memanipulasi

datapenelitian(4)(httpedukasikompasianacom20120530ke

curanganakademikpadamahasiswa kependidikan467121html)

Kecurangan akademik dapat diartikan sebagai perilaku yang

dilakukan siswa dengan sengaja meliputi pelanggaran peraturan-

peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas memberikan

keuntungan pada siswa lain dalam ujian atau tugas dengan cara

yang tidak jujur pengurangan keakuratan yang diharapkan pada

peformasi siswa (Siti 2009) Sementara menurut Hendricks (dalam

Siti 2009) kecurangan akademik didefinisikan sebagai bagian

bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan secara tidak jujur

termasuk didalamnya mencontek plagiarisme mencuri dan

memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik

Callahan dan Taylor (dalam Money 2008) memandang

kecurangan akademik sebagai perilaku yang tidak etis yang

dilakukan secara sengaja

Sama seperti lembaga pendidikan yang lain pada umumnya

SMA 1 Teras Boyolali berusaha menanamkan nilai-nilai kejujuran

4

dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk

kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013

pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali

kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik

adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti

mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi

di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian

berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di

sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum

belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara

yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras

Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh

siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian

seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan

tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri

juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar

Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan

penelitian ini pada siswa yang beragama Islam

Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik

sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang

melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang

akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak

paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila

perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak

kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang

5

disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang

mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu

kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar

(fundamental) pendidikan

Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan

akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik

dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya

Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik

pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai

kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang

ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)

Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas

tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh

terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister

1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)

merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada

suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang

dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan

sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai

implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa

(Mangunwijaya 1986)

Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di

yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik

dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan

dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran

6

terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan

bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam

Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan

ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti

dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa

seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan

mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat

diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama

atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika

religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan

terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat

menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik

(Dirottsaha 2009)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)

tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara

religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang

signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya

semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran

akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek

siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida

(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan

bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun

perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk

7

mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan

akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau

pendidikan

Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan

salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan

mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian

ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan

catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian

mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui

apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain

tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain

berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini

2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya

karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi

prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik

masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

3

mahasiswa lain tersebut (168) membawa dan menggunakan

bahan yang tidak diijinkancontekan ke dalam ruang ujian (141)

dan kolusi yang terencana antara dua atau lebih mahasiswa untuk

mengkomunikasikan jawabannya selama ujian berlangsung

(245) Sementara itu kecurangan akademik yang dilakukan saat

mengerjakan tugas antara lain menyajikan data palsu (27)

mengijinkan karyanya dijiplak orang lain (101) menyalin

bahan untuk karya tulis dari buku atau terbitan lain tanpa

mencantumkan sumbernya (104) dan mengubah memanipulasi

datapenelitian(4)(httpedukasikompasianacom20120530ke

curanganakademikpadamahasiswa kependidikan467121html)

Kecurangan akademik dapat diartikan sebagai perilaku yang

dilakukan siswa dengan sengaja meliputi pelanggaran peraturan-

peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas memberikan

keuntungan pada siswa lain dalam ujian atau tugas dengan cara

yang tidak jujur pengurangan keakuratan yang diharapkan pada

peformasi siswa (Siti 2009) Sementara menurut Hendricks (dalam

Siti 2009) kecurangan akademik didefinisikan sebagai bagian

bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan secara tidak jujur

termasuk didalamnya mencontek plagiarisme mencuri dan

memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik

Callahan dan Taylor (dalam Money 2008) memandang

kecurangan akademik sebagai perilaku yang tidak etis yang

dilakukan secara sengaja

Sama seperti lembaga pendidikan yang lain pada umumnya

SMA 1 Teras Boyolali berusaha menanamkan nilai-nilai kejujuran

4

dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk

kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013

pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali

kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik

adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti

mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi

di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian

berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di

sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum

belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara

yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras

Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh

siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian

seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan

tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri

juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar

Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan

penelitian ini pada siswa yang beragama Islam

Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik

sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang

melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang

akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak

paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila

perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak

kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang

5

disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang

mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu

kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar

(fundamental) pendidikan

Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan

akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik

dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya

Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik

pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai

kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang

ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)

Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas

tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh

terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister

1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)

merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada

suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang

dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan

sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai

implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa

(Mangunwijaya 1986)

Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di

yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik

dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan

dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran

6

terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan

bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam

Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan

ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti

dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa

seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan

mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat

diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama

atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika

religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan

terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat

menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik

(Dirottsaha 2009)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)

tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara

religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang

signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya

semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran

akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek

siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida

(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan

bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun

perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk

7

mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan

akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau

pendidikan

Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan

salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan

mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian

ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan

catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian

mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui

apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain

tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain

berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini

2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya

karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi

prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik

masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

4

dalam proses belajar tetapi pada kenyataannya bentuk-bentuk

kecurangan akademik juga dapat ditemukan dalam proses belajar

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Juli 2013

pada Bapak Porwadi selaku guru di SMA 1 Teras Boyolali

kecenderungan anak-anak yang melakukan kecurangan akademik

adalah anak laki-laki Bentuk-bentuk kecurangan itu seperti

mencontek saat ujian membuat catatan kecil yang di simpan rapi

di tempat kotak pensil bertanya kepada teman pada saat ujian

berlangsung bertukar jawaban dengan teman yang duduk di

sebelahnya dan dengan berbagai macam alasan seperti belum

belajar atau soal ujian yang terlalu sulit Menurut hasil wawancara

yang peneliti lakukan terhadap salah satu guru di SMA 1 Teras

Boyolali kecurangan yang terjadi kebanyakan dilakukan oleh

siswa laki-laki yang tidak pernah mengikuti acara kerohanian

seperti ibadah sholat bersama sholat jumat bersama dan

tadarusan Akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswi putri

juga dapat melakukan sebuah kecurangan dalam proses belajar

Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti mengkrucutkan

penelitian ini pada siswa yang beragama Islam

Mulyawati dkk (2010) berpendapat kecurangan akademik

sendiri mempunyai dampak negatif terhadap individu yang

melakukannya baik disadari maupun tidak Individu yang curang

akan menjadi tidak paham terhadap inti pendidikannya tidak

paham terhadap materi-materi yang dipelajarinya akibatnya bila

perilaku ini diteruskanindividu pada akirnya menjadi tidak

kompeten dan tidak dapat bertanggung jawab terhadap ilmu yang

5

disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang

mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu

kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar

(fundamental) pendidikan

Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan

akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik

dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya

Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik

pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai

kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang

ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)

Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas

tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh

terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister

1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)

merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada

suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang

dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan

sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai

implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa

(Mangunwijaya 1986)

Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di

yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik

dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan

dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran

6

terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan

bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam

Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan

ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti

dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa

seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan

mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat

diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama

atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika

religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan

terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat

menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik

(Dirottsaha 2009)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)

tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara

religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang

signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya

semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran

akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek

siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida

(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan

bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun

perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk

7

mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan

akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau

pendidikan

Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan

salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan

mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian

ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan

catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian

mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui

apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain

tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain

berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini

2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya

karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi

prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik

masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

5

disandangnya Alhadza (2004) mengemukakan alasan yang

mendasar mengenai mengapa kecurangan akademik terjadi yaitu

kecurangan akademik karena dilanggarnya nilai-nilai dasar

(fundamental) pendidikan

Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kecurangan

akademik menurut Handricks (2004) kecurangan akademik

dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat diprediksi diantarannya

Faktor individual yaitu usia jenis kelamin prestasi akademik

pendidikan orang tua dan aktifitas ekstrakurikuler Nilai-nilai

kejujuran kebenaran dan keadilan merupakan salah satu hal yang

ada dalam suatu ajaran agama (Sukaini 2013)

Didalam agama yang diyakini ada ajaran yang membahas

tentang kejujuran bertingkahlaku sehingga ini berpengaruh

terhadap beberapa tindakan yang dilakukan seseorang (Dister

1988) Religiusitas menurut Thouless (dalam Dister 2000)

merupakan sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk pada

suatu lingkungan yang luas dari lingkungan yang bersifat ruang

dan waktu yaitu lingkungan rohani Religiusitas merupakan

sesuatu hal yang ada dalam diri kita dan kita yakini sebagai

implementasi kepercayaan kita terhadap Tuhan yang Maha Esa

(Mangunwijaya 1986)

Religiusitas merupakan implementasi ajaran agama yang di

yakini kedalam kehidupan sehari-hari Dalam proses akademik

dapat terjadi perilaku kecurangan akademik Hal ini bertentangan

dengan ajaran agama tentang moral dan kejujuran pelangaran

6

terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan

bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam

Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan

ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti

dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa

seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan

mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat

diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama

atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika

religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan

terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat

menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik

(Dirottsaha 2009)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)

tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara

religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang

signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya

semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran

akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek

siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida

(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan

bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun

perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk

7

mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan

akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau

pendidikan

Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan

salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan

mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian

ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan

catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian

mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui

apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain

tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain

berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini

2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya

karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi

prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik

masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

6

terhadap norma agama akan mendapatkan sanksi yang merugikan

bagi pemeluk agama yang mempercayainya Contohnya dalam

Agama Islam dijelaskan di Al Quran ketika seseorang dekat dan

ingat kepada-NYA maka akan selalu takut melakukan dosa seperti

dalam surat AL-Muthaffifin ayat 7-17 menjelaskan bahwa

seseorang yang berbuat curang akan dicatat oleh Allah dan

mendapatkan balasan yang setimpal Dengan mendirikan shalat

diharapkan mampu mencegah perbuatan yang dilarang oleh agama

atau perilaku yang menyimpang dalam agama (Sukaini 2013) Jika

religiusitas seseorang pemeluk agama tinggi akan menekan

terjadinya kecurangan akademik sehingga religiusitas dapat

menjadi salah satu faktor yang menekan kecurangan akademik

(Dirottsaha 2009)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukaini (2013)

tentang hubungan antara religiusitas dengan kejujuran akademik

siswa kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara

religiusitas dengan kejujuran akademik siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Ngaglik Sleman Jadi ada hubungan negatif yang

signifikansi antara religiusitas dengan kejujuran akademik artinya

semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kejujuran

akademik yang berdasarkan bentuk-bentuk perilaku mencontek

siswa ketika ujian Tetapi survei yang dilakukan oleh Halida

(Litbang Media Group) tahun 2007 menghasilkan kesimpulan

bahwa mayoritas anak didik baik di bangku sekolah dasar maupun

perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk

7

mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan

akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau

pendidikan

Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan

salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan

mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian

ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan

catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian

mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui

apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain

tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain

berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini

2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya

karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi

prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik

masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

7

mencontek Survei tersebut menemukan bahwa kecurangan

akademik terjadi atau muncul disebabkan lingkungan sekolah atau

pendidikan

Dari penelitian sebelumnya religiusitas di hubungkan dengan

salah satu bentuk kecurangan akademik yaitu mencontek dan

mengetahui tingkat kejujuran akademik namun dalam penelitian

ini lebih membahas kecurangan akademik seperti Penggunaan

catatan pada saat ujian menyalin jawaban orang lain ketika ujian

mengunakan metode-metode yang tidak jujur untuk mengetahui

apa yang akan diujikan menyalin jawaban ujian dari orang lain

tanpa sepengetahuan yang bersangkutan membantu orang lain

berperilaku curang dan ada beberapa bentuk lainnya (Sukaini

2013) Akan tetapi kecurangan akademik terjadi bukan hanya

karena pengaruh religiusitas yang rendah adannya orientasi

prestasi yang kuat serta peer group sehingga kecurangan akademik

masih sering dilakukan (Dirottsaha 2009)

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras Boyolali

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kecurangan Akademik

Barbara (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik

adalah perilaku-perilaku curang dalam pendidikan yang dapat

merugikan individu baik perilaku curang tersebut maupun

individu lain yang dikenakan perilaku curang tersebut Kecurangan

akademik adalah bentuk ketidak jujuran akademik yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar (Sukaini 2013)

McCabe Trevino dkk (2001) menjelaskan bahwa kecurangan

akademik merupakan suatu tindakan seorang siswa memanipulasi

atau melakukan pelangaran peraturan yang ditentukan dalam

melaksanakan ujian atau tugas yang diberikan secara segaja

ataupu tidak sengaja Tindakan tersebut bertujuan menguntungkan

dirinya agar mendapatkan keberhasilan dalam melakukan tugas

dan ujian yang diberikan pengajar terhadap siswa Dalam perilaku

seperti plagiarism ataupun pelanggaran hak-hak orang lain

kaitannya dalam dunia pendidikan (Dirottsaha 2009)

Sementara perilaku curang menurut Anthanasou amp Olasehinde

(2002) adalah berbuat curang dengan memperoleh memberikan

atau menerima informasi dari orang lain berbuat curang dengan

melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-

material atau informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi Taylor (dalam

Money 2008) memandang kecurangan akademis sebagai perilaku

yang tidak etis yang dilakukan secara sengaja

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

9

Dari beberapa bentuk perilaku curang dalam pendidikan yang

telah dijabarkan sebelumnya dengan mengacu pada bentuk-bentuk

yang dikemukakan oleh Anthanasou amp Olasehinde (2002) yaitu

berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau menerima

informasi dari orang lain berbuat curang dengan melanggar

norma-norma agama dan menggunakan material-material atau

informasi yang dilarang dan berbuat curang dengan cara mencari

kelonggaran dalam proses evaluasi

Bentuk-Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut

Athanasou amp Olasehinde (2002) adalah berbuat curang dengan

memperoleh memberikan atau menerima informasi dari orang

lain berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan

menggunakan material-material atau informasi dari orang lain dan

berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi

Anthanasou amp Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa

kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada

penelitian Newstead dkk (1996) Pengelompokan tersebut adalah

sebagai berikut

a Berbuat curang dengan memperoleh memberikan atau

menerima informasi dari orang lain

1) Mengijinkan pekerjaan atau tugas milik pribadi untuk di-copy

atau disalin oleh orang lain

2) Menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin

dari pihak yang bersangkutan

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

10

3) Menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika

sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain

4) Mengerjakan tugas untuk orang lain

5) Menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui

oleh pihak yang bersangkutan

6) Kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian

berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban

b Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan

dan menggunakan material-material yang dilarang

1) Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan

bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya

2) Mencuri data

3) Memalsukan acuan daftar pustaka (referensi)

4) Meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa

menyebutkan sumbernya

5) Mengubah data (memanipulasi data untuk mendapatkan hasil

yang sesuai)

6) Membawa material-material (contoh catatan atau buku) yang

dilarang pada saat ujian

c Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam

proses evaluasi

1) Terlibat dalam proses penjokian ( orang lain mengerjakan

tugas milik sendiri ataupun mengerjakan ujian untuk orang

lain)

2) Memaksa untuk mendapatkan perlakuan khusus dengan

menawarkan atau memberi bantuan dengan menyuap atau

membujuk

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

11

3) Berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk

mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan

untuk mendapatkan kemudahan tambahan waktu pengajaran

ujian penambahan waktu penyelesaian tugas atau

pembebasan ujian)

4) Dengan sengaja menyembunyikan buku jurnal atau artikel di

perpustakaan agar orang lain tidak dapat menggunakan atau

dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting)

bagian tertentu dalam buku

5) Mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk menandai

hasil pekerjaan masing-masing

6) Memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian

7) Menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar

8) Melakukan tindakan pengancaman atau pemerasan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecurangan Akademik

Secara garis besar faktor yang memengaruhi perilaku curang

dalam pendidikan ada 2 hal (Mc Cabe 2001)

a Faktor-faktor kontekstual

1) Peraturan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan

tersebut Perilaku curang dalam pendidikan dapat timbul

apabila peraturan dan sanksi yang dikenakan berkaitan dengan

masalah ini longgar atau tidak mengikat secara tegas

2) Penerimaan individu terhadap kebijakan atau peraturan

sekolah Individu yang dengan sadar menghormati kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah akan menjaga

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

12

integritasnya dalam hal tersebut akan menekan munculnya

perilaku-perilaku curang dalam pendidikan

3) Sanksi dan hukuman terhadap perilaku curang dalam

pendidikan Perlakuan yang tidak setimpal dalam pemberian

sanksi pada individual yang diketahui berbuat curang tidak

tegas Sanksi yang dikenakan sebagai hukuman tidak tegas

sehingga pelaku tidak jera

4) Adanya konformitas perilaku dengan teman sebaya yang

sekelompok (peer group) Teman yang berbuat curang secara

simbolik juga memberikan sugesti pada individu untuk

memunculkan perilaku curang dalam pendidikan

b Faktor-faktor individual

1) Usia

Kecenderungan munculnya perilaku curang dalam pendidikan

lebih banyak dilakukan pada individu-individu junior dari

pada individu-individu senior Kematangan pola fikir juga

menjadi penyebabnya

2) Jenis kelamin

Perilaku curang dalam pendidikan lebih banyak ditemukan

pada individu laki-laki dari pada perempuan Hal ini

disebabkan individu perempuan lebih banyak

mempertimbangkan citra diri yang akan rusak apabila

perbuatanya diketahui orang lain

3) Indeks prestasi

Individu dengan indeks prestasi rendah diasosiasikan dengan

individu dengan prestasi akademik rendah Perilaku curang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

13

dalam pendidikan cenderung muncul untuk meningkatkan

nilai-nilai akademik

4) Religiusitas (nilai-nilai religius yang di anut )

Individu yang memiliki religiusitas yang lemah cenderung

menggangap kecurangan dalam pendidikan itu merupakan

sesuatu yang wajar dan sering dilakukan mereka mengangap

beberapa perilaku curang dalam pendidikan tidak

mendapatkan sanksi yang memberatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku

kecurangan akademik dalam pendidikan (Sujanah amp wulan1994)

yaitu

a Ketegangan atau kecemasan seperti

1) Menganggap bahwa ujian atau tes adalah alat mengevaluasi

kegagalan dan keberhasilan

2) Adanya tekanan untuk berhasil dalam ujian atau tes

3) Adanya tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi dalam

ujian atau tes

b Situasi yang tidak menguntungkan seperti

1) Penyelenggaran ujian atau tes yang mendadak

2) Materi ujian atau tes yang diselenggarakan terlalu banyak

3) Adanya beberapa ujian atau tes yang diujikan pada hari

yang sama

c Pengaruh atau persetujuan dari teman sebaya yang

sekelompok (peer group)

d

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

14

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Menurut Ancok (2008) religiusitas adalah bagaimana cara

individu menunjukkan aspek-aspek religi yang dihayati dalam

hatinya Pada umumnya religi atau agama memiliki aturan-aturan

dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dan semua itu

berfungsi untuk mengikat serta menguntungkan diri seseorang

atau kelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan sesama

manusia dan alam sekitarnya (Jalaluddin 2005)

Menurut Nur dan Rini 2010 religiusitasadalah tingkatan

ketertarikan seorang individu terhadap agamanya Menurut Dister

(dalam Sukaini 2013) mengartikan religiusitas sebagai

keberagaman yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang Sedangkan religiusitas merupakan ukuran

ketertarikan seseorang terhadap agamanya individu

menginternalisasikan ketertarikan dalam agama yang di yakininya

kedalam kehidupannya sehari-hari

Menurut Thouless (dalam Dister 1988) mendefinisikan

religiusitas sebagai sikap terhadap dunianya sikap yang menunjuk

pada pada suatu lingkungan yang luas dari pada lingkungan yang

bersifat ruang dan waktu merupakan pengambaran lingkungan

lebih luas yaitu lingkungan rohani Sedangkan menurut Hurlock

(1973) bahwa religiusitas tersusun dalam dua unsur yaitu

keyakinan terhadap ajaran agama dan unsur pelaksanaan ajaran-

ajaran yang dilakukan oleh individu dalam kehidupannya (Nur dan

Rini 2010) Religiusitas adalah tingkatan ketertarikan seorang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

15

individu terhadap suatu agama yang di tunjukan dalam kehidupan

sehari-harinya

Dari beberapa pengertian tentang religiusitas yang telah

dijabarkan dan mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh

Nur dan Rini (dalam Glockamp Stark 2010) religiusitas adalah sikap

keberagamaan yang berarti adannya unsur internalisasi agama ke

dalam diri seseorang Dapat dikatakan religiusitas lebih mengarah

pada keyakinan dan kepercayaan seseorang individu kepada Tuhan

yang bersifat internal

Aspek ndash Aspek Religiusitas

Religiusitas dapat diketahui dengan menggunakan skala

religiusitas yang disusun berdasarkan aspek-aspek religiusitas dari

Glock dan Strak (dalam Nur dan Rini 2010) yang meliputi dimensi

keyakinan peribadatan penghayatan pengetahuan agama dan

pengalaman diantaranya

a Dimensi keyakinan (the ideological dimension)

Dimensi keyakinan adalah sejauh mana seseorang menerima

dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya

Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan adanya malaikat

surga para nabi dan sebagainya

b Dimensi peribadatan dan praktik agama ( the ritualistik

dimension)

Dimensi ini adalah sejauh mana seseorang menunaikan

kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya Misalnya

menunaikan shalat zakat puasa haji dan sebagainya

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

16

c Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimension)

Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah

dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan

tentram saat berdoa tersentuh mendengar ayat kitab suci

merasa takut berbuat doas merasa senang doanya terkabulkan

dan sebagainya

d Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan

memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam

kitab suci atau hadis pengetahuan tentang fikih dan

sebagainya

e Dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension)

Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran

agama mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosial

Misalnya mendermakan sebagian harta untuk keagamaan dan

sosial menjenguk orang sakit mempererat silahturahmi dan

sebagainya

Efek dari religiusitas

Menurut Jalalludin (2005) ada efek seseorang memiliki religiusitas

yaitu

a) Individu yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik

akan memiliki kepribadian yang baik karena dalam sebuah

agama mengajarkan apa yang dilarang dan apa yang baik

dilakukan dan tidak bertentangan dengan norma yang ada

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

17

b) Individu yang mempunyai religiusitas yang baik akan

mengontrol semua perbuatan yang dilakukan individu

Individu percaya dalam setiap perbuatan yang dia lakukan

akanada balasannya nanti setelah dia mati

c) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas karena individu

yang memiliki keyakinan yang sama secara psikologis merasa

memiliki kesamaan dalam satu kesatuan Rasa iman dan

kepercayaan akan membina rasa solidaritas terhadap sesama

orang yang memeluk agama yang dipercaya

Hubungan Religiusitas dengan Kecurangan Akademik pada

siswa SMA 1 Teras Boyolali

Religiusitas adalah realisasi dari ajaran agama yang di terapkan

ke dalam hidup kita sebagai bentuk percaya terhadap agama yang

kita yakini Dister (1988) mengartikan religiusitas sebagai

keberagamaan yang berarti adanya internalisasi agama ke dalam

diri seseorang religiusitas menunjuk pada kadar keterikatan

individu terhadap agamanya artinya individu telah

menginternalisasikan dan menghayati ajaran agamanya sehingga

berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya Hal

ini diselaraskan dengan pendapat (Dister 1988) yang mengartikan

religiusitas sebagai keberagaman yang berarti adanya unsur

internalisasi agama itu dalam individual

Menurut Ahyadi (1991) kehidupan beragama dengan perilaku

bermoral sukar dipisahkan Kehidupan bermoral adalah sikap dan

tingkah laku yang baik sedangkan tujuan agama yang penting

adalah membentuk manusia bermoral dalam masyarakat Hampir

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

18

semua kehidupan bermoral dalam masyarakat berasal dari

moralitas agama kepercayaan kepada agama yang dianutnya

dengan penghayatan dan pengalaman didalam mengembangkan

hubungannya dengan Tuhan dengan perasaan ikhlas hormat

sukarela dan takjub kemudian di praktekkan dalam tindakan

sehari-hari

Dister (1988) mengatakan bahwa penurunan moral yang terjadi

dalam masyarakat modern adalah karena lengah dan kurang

mengindahkan agama Jika kemajuan dalam masyarakat disertai

dengan keimanan dan ketentuan dalam beragama niscaya akan

tercipta kedamaian dalam hidup karena memberikan ketenangan

batin sehingga dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku

sikap dan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan oleh agama

yang diyakininya Saat seseorang melakukan perbuatan curang ada

norma-norma yang dilanggarnya seperti norma kesusilaan dan

aturan agama dalam agama kecurangan merupakan suatu tindakan

yang dapat dikatakan sebagai dosa karena ada beberapa aspek

yang membahas tentang penghayatan dalam menjalankan larangan

dan perintah agama Kecurangan dianggap ketidak taatan

seseorang terhadap perintah atau larangan yang sudah ditetapkan

agama yang dianutnya

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa religiusitas seseorang

akan memberikan pengaruh terhadap pikiran dan perasaan orang

Dengan agama manusia akan mendapatkan kepercayaan diri rasa

optimis serta perasaan tenang Manusia akan lebih tahan dalam

menghadapi cobaan jika dia menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama dalam kehidupannya Dengan religiusitas manusia merasa

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

19

lebih dekat dengan Tuhan sehingga perilakunya akan lebih sesuai

kepada norma agama yang di anutnya dan akan lebih bertanggung

jawab serta jujur dengan apa yang dia lakukan (Ahyadi 1991)

Religiusitas dapat berpengaruh terhadap tindakan yang tidak sesuai

dengan moralitas dalam masyarakat seperti kecurangan akademik

Hipotesis

H0 = rxylt0 Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa siswi SMA Negeri 1 Teras

Boyolali

HI = rxyge0 Ada hubungan signifikan antara tingkat religiusitas dengan

kecurangan akademik siswa siswi SMANegeri 1 Teras Boyolali

METODE PENELITIAN

Teknik pengambilan sampel dalm penelitian ini memakai

cluster sampling Menurut Sugiyono (2008) cluster sampling

digunakan untuk group yang berbeda-beda dalam individu yang

diacak dalam populasi kelompok diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel Cluster sampling digunakan

oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen (mengandung

satu ciri) sehingga sampel dapat diambil secara acak dengan

jumlah subjek sebanyak 88 siswa yang terdiri dari beberapa grup

kelas IPA dan IPS

Uji Beda Item

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-total

biasanya digunakan batasan rixge 030 (Azwar 2012) Apabila item

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

20

yang mencapai koefisien korelasi item-total ge 030 jumlahnya

melebihi jumlah item yang dispesifikasikan dalam rencana untuk

dijadikan skala maka dapat dipilih item-item yang memiliki indeks

daya diskriminasi tertinggi Sebaliknya apabila jumlah item yang

lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan

dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria

misalnya menjadi 025 sehingga jumlah item yang diinginkan

dapat tercapai (Azwar 2012) dengan rumus

rix =

nXXnii

XiiX

)( )(

)n( )(-

2222

Keterangan

i = skor item

X = Skor skala

n = Banyaknya subjek

Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian validitas menggunakan teknik corrected item-total

correlation

Reliabilitas instrumen dapat diketahui dengan menghitung

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut

2

2

1)1(

t

b

k

k

Keterangan

Alpha Cronbach

k banyaknya butir pertanyaan setiap variabel

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

21

2

b jumlah varians butir pertanyaan tiap variabel

2

t varians total butir pertanyaan tiap variabel

Dalam penelitian ini perhitungan uji reliabilitas dilakukan

secara komputasi dengan menggunakan software SPSS sehingga

pengujian reliabilitas butir dilakukan dengan menggunakan teknik

Cronbachs Alpha Dasar pengambilan keputusan didasarkan pada

ketentuan bahwa apabila nilai alpha gt 06 maka variabel tersebut

dikatakan reliabel (Ghozali 2005)

Tehnik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

product moment dengan alasan bahwa metode ini tepat untuk

mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y Untuk

mempermudah analisis korelasi dipergunakan bantuan komputer

dengan software statistik (SPSS) versi 16 for windows dengan

menggunakan formula korelasi product moment

Apabila nantinya menggunakan korelasi pearson maka

rumusnya adalah sebagai berikut

)()()(

))(()(

2222 YYnXXn

YXXYnrxy

Keterangan

rxy Koefisien korelasi antara dua variabel (X dan Y)

sum X Jumlah nilai X

sum Y Jumlah nilai Y

sum Xsup2 Jumlah Kuadrat X

sum Ysup2 Jumlah Kuadrat Y

sum XY Jumlah Perkalian X dan Y

n Jumlah Subjek Penelitian

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

22

Menurut Idrus (2009) metode angket merupakan daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar

orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon

sesuai dengan permintaan Angket yang diguanakan dalam

penelitian ini adalah angket yang menggunakan skala ordinal dan

memeiliki item-item yang berbentuk pernyataan positif (favorable)

dan pernyataan negative (unfavorable) dan berjumlah 56 item

dengan teknik penskalaan semantic differential Setiap item

terdapat tujuh alternative jawaban yaitu 1 = Sangat tidak setuju 2

= Tidak setuju 3 = Kurang setuju 4 = Ragu-ragu dan 5 = Agak

setuju 6 = Setuju 7 = Sangat setuju Nilai setiap jawaban

berjenjang 1-7 pernyataan positif (favorable) berjenjang 7 6 5 4

3 2 1 Dan pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

berjenjang 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 41

Sebaran Item Skala Religiusitas

No Aspek

religiusitas

Favorable Unfavorable Total

Item

Baku

1 Keyakinan

1 2 3 7 8

9

4 5 6 10 11

12

12

2 Peribadatan

13 14 15

19 20

16 17 18 22

23

10

3 Penghayatan

21 25 26

27 31 32 33

24 28 29 30

34 35 36

14

4 Pengetahuan

Agama

37 38 39

43 44 45

40 41 42 46

47

10

5 Pegamalan

49 50 51

55 56

48 52 53 54

57

10

Total Item

Baku

56

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

23

Semakin tinggi skor religiusitas yang diperoleh menunjukkan

semakin baik religiusitas seseorang dan sebaliknya semakin

rendah skor religusitas yang diperoleh menunjukkan semakin

buruk religiusitasnya

Dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik

Angket ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (berbuat curang

dengan memperoleh memberikan atau menerima informasi dari

orang lain) (berbuat curang dengan melanggar norma-norma

keagamaan) (Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi) Jumlah keseluruhan item kecurangan

akademik adalah 30 item dan penyusunan item tersebut dilakukan

berdasarkan bentuk favourable dan unfavourable

Berbentuk pernyataan positif (favorable) dan pernyataan

negatif (unfavorable) setiap item memiliki lima alternative

jawaban yaitu 1 = tidak pernah 2 jarang 3 = kadang-kadang 4 =

sering dan 5 = sangat sering Adapun nilai dari setiap jawaban

berjenjang 1-5 pernyataan positif(favorable) berjenjang 1 2 3 4

5 Dan pernyataan yang bersifat negative (unfavorable) berjenjang

5 4 3 2 1

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

24

Tabel 42

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan

akademik

Favorable Unfavorable Total

1 Berbuat curang dengan

memperolehmemberikan

atau menerima informasi

dari orang lain

1 2 3 7 8 4 5 6 10

11 10

2 Berbuat curang dengan

melanggar norma-norma

keagamaan

9 13 14

15 19

12 16 17

18 22 10

3 Berbuat curang dengan

cara mencari kelonggaran

dalam proses evaluasi

20 21 25

26 27

23 24 28

29 30 10

Total 30

Semakin tinggi skor kecurangan akademik yang diperoleh

menunjukkan adanya kecurangan akademik seseorang dan

sebaliknya semakin rendah skor kecurangan akademik yang

diperoleh menunjukkan semakin rendah kecurangan akademilk

seseorang

HASIL PENELITIAN

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi tidak

terpenuhi yang meliputi uji normalitas dengan mengunakan

product moment pada SPSS sedangkan uji linieritas pada

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik linier

Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160

sebagai berikut

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

25

Variabel Religiusitas

Berikut adalah hasil perhitungan nilai ratandashrata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

religiusitas (lihat tabel 45)

Tabel 45

Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran

Skala Religiusitas Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Religiusitas 88 201 269 24018 18569

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala religiusitas paling rendah adalah 201 dan skor

paling tinggi adalah 269 rata-ratanya adalah 24018dengan standar

deviasi 18569

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala religius digunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi

tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah pilihan pada

masing-masing item adalah 7 (Tujuh)

Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 7 x 39 aitem

valid = 273 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara

mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 39 aitem valid

= 39 Dengan adanya skor tertinggi skor terendah dan banyaknya

kategori maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai

berikut

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

26

i = 468

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 227 le x le 273

Tinggi 180le x 227

Sedang 133 le x 180

Rendah 86 le x 133

Sangat Rendah 39 le x 86

Tabel 46

Kategorisasi hasil pengukuran skala religiusitas

No Interval Kategori Mean F Presentase

()

1 227 le x le273 Sangat Tinggi 24018 70 795

2 180 le x 226 Tinggi 18 205

3 133 le x 179 Sedang 0

4 86 lex 132 Rendah 0

5 39 le x 85 Sangat Rendah 0

Jumlah 88 100

SD = 18569 Min = 201 Max = 269

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

27

Berdasarkan tabel 46 di atas dapat dilihat bahwa 70 subjek

memiliki skor religiusitas yang berada pada kategori sangat tinggi

dengan presentase 795 subjek memiliki skor religiusitas pada

kategori sedang 0 sedangkan ada18 subjek memiliki skor

religiusitas yang berada pada kategori tinggi dengan presentase

205 dan tidak ada subjek yang memiliki skor religiusitas pada

kategori rendah dengan 0 serta tidak ada juga subjek yang

memiliki skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase

0 Jadi dapat dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek

berada pada kategori sangat tinggi (795)

Kecurangan Akademik

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-Rata minimal

maksimal dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala

Kecurangan akademik (lihat tabel 47)

Tabel 47

Statistik Diskriptif Hasil Pengukuran

Skala Kecurangan Akademik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Kecurangan Akademik 88 20 56 3617 8089

Valid N (listwise) 88

Berdasarkan tabel 45 tampak skor empirik yang diperoleh

skor pada skala kecurangan akademik paling rendah adalah 20 dan

skor paling tinggi adalah 56 rata-ratanya adalah 3617 dengan

standar deviasi 8089

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

28

Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel

skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori yaitu

sangat tinggi tinggi sedang rendah dan sangat rendah Jumlah

pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima) Maka skor

maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi

dengan jumlah soal yaitu 5 x 16 aitem valid = 80 dan skor

minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah

dengan jumlah soal 1 x 16 aitem valid = 16 Dengan adanya skor

tertinggi skor terendah dan banyaknya kategori maka dapat

dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i = 128

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut

Sangat Tinggi 68 le x le 80

Tinggi 55 le x 68

Sedang 42 le x 55

Rendah 29 le x 42

Sangat Rendah 16 le x 29

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

29

Tabel 48

Kategorisasi hasil pengukuran skala kecurangan akademik

No Interval Kategori Mean F Presentase ()

1 68 le x le 80 Sangat Tinggi

2 55 le x 67 Tinggi

3 42 le x 54 Sedang 3617 23 261

4 29 le x 41 Rendah 51 579

5 16 le x 28 Sangat Rendah 14 16

Jumlah 88 100

SD = 8089 Min = 20Max = 56

Berdasarkan tabel 48 di atas dapat dilihat bahwa 0 subjek

memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori

sangat tinggi dengan presentase 0 sedangkan 0 subjek memiliki

skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi

dengan presentase 0 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 dan 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik

pada kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki

skor religiusitas yang sangat rendah dengan presentase 16 Jadi

dapat dikatakan bahwa kecurangan akademik sebagian besar

subjek berada pada kategori rendah (579)

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal

tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus One SamplendashKolmogorovndashSmirnov Test yaitu untuk

menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi

tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal dan untuk

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

30

perhitungannya dibantu dengan menggunakan komputer program

SPSS versi 16 Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 49

Tabel 49

Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kecurangan Akademik

N 88 88

Normal Parametersa 24018 3617 3633

18569 8089 8088

Most Extreme Differences 122 076 075

073 051 050

-122 -076 -075

Kolmogorov-Smirnov Z 1148 713

Asymp Sig (2-tailed) 143 689

a Test distribution is Normal

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 49

diatas kedua variabel memiliki signifikansi pgt005 Variabel

religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 1148 dengan probabilitas

(p) atau signifikansi sebesar 0143 (pgt005) Oleh karena nilai

signifikansigt005 maka distribusi data religiusitas adalah tidak

normal Pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai

K-S-Z sebesar 0713 dengan probabilitas (p) atau signifikasi

sebesar 0689 Dengan demikian hanya variabel kecurangan

akademik yang memiliki distribusi normal

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data

yaitu variabel bebas dan variabel terikat Dengan kata lain

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

dan varibel terikat saling berhubungan atau tidak Untuk

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

31

perhitungannya uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 160 dapat dilihat pada tabel 48 berikut

Tabel 410

Hasil Uji Linearitas ANOVA Tabel

Sum of Squares df

Mean Square F Sig

Religiuisitas kecurangan akademik

Between Groups

(Combined) 3018375 43 70195 1152 319

Linearity 276696 1 276696 4540 038

Deviation from Linearity

2741679 42 65278 1071 409

Within Groups 2803625 46 60948

Total 5822000 89

Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F Linearity

sebesar 4540 dengan sig=0038 (plt005) yang menunjukkan

hubungan antara religiusitasdengan kecurangan akademik adalah

linear Berdasarkan penyimpangan juga diketahui F Deviation

from Linearity = 1071 dengan sig = 0409 (p gt 005) yang berarti

penyimpangan dari linearitas tidak signifikan yang berarti linier

Analisis korelasi

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linieritas Perhitungan dalam

analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 160 Hasil korelasi antara

hubungan religiusitas dengan kecurangan akademik dapat dilihat

pada Tabel 49 berikut ini

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

32

Tabel 411

Hasil Uji Korelasi antara Religiusitas

dengan Kecurangan Akademik Correlations

Religiusitas Kecurangan Akademik

x Pearson Correlation 1 -164

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

y Pearson Correlation -164 1

Sig (1-tailed) 063

N 88 88

Correlation is significant at the 005 level (1-tailed)

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara religiusitas dengan kecurangan akademik

r = -0164 dengan sig = 0063 (p lt 005) yang berarti tidak ada

hubungan yang negatif signifikan antara religiusitas dengan

kecurangan akademik

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas

yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku kecurangan

akademik

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas

dengan kecurangan akademik siswa SMA Negeri Teras Boyolali

didapatkan hasil bahwa korelasi antara religiusitas dengan

kecurangan akademik r = -0164 dengan sig = 0063(p lt

000)dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

negatif signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

siswa SMA N 1 Teras Boyolali

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

33

Maka hasil hipotesisnya adalah H0 diterima dan H1 ditolak

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukaini (2013) yang meneliti tentang religiusitas

dengan kejujuran akademik Dan hasil penelitiannya disebutkan

bahwa nilai koefisien korelasi adalah sebesar rxy -0311 dari r

tabel sebesar 0025 dengan signifikan sebesar 0012 dari 005 Hal

ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara

religiusitas dengan kejujuran akademik yang dilihat dari perilaku

menyontek siswa ketika ujian (Sukaini 2013)

Jika dalam penelitian sebelumnya dikatakan ada hubungan

yang signifikan antara religiusitas dengan kecurangan akademik

maka pada penelitian ini hasilnya tidak mendukung penelitian yang

sebelumnya yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik Ada faktor-faktor lain

yang mungkin dapat lebih mempengaruhi kecurangan akademik itu

sendiri Seperti masa perkembangan remaja yang mempengaruhi

sikap remaja menjadi tidak menentu dengan adanya konformitas

dari teman sebaya (Santrock 2007) Dari hasil wawancara peneliti

dengan beberapa siswa peer group dapat juga mempengaruhi

kecurangan akademik misalnya rasa takut mendapat nilai jelek

menjadi salah satu penyebabnya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

beberapa subjek mereka berpendapat bahwa subjek tidak mau

indeks prestasinya menurun sehingga berusaha menggunakan

beraneka cara untuk mendapatkan nilai baik termasuk di dalamnya

kecurangan akademik

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

34

Selain itu adanya konformitas yang dilakukan subjek dengan

teman sebayanya yang membuat sebuah kecurangan dianggap

sebagai suatu hal yang biasa walaupun pada kenyataannya mereka

tahu itu dilarang oleh agama saat peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa subjek pada tanggal 3 maret 2014 yang memiliki

nilai kecurangan akademik yang sedang mereka berpendapat

bahwa dosa atau hukuman itu belum akan terjadi sekarang Seperti

yang di kemukakan oleh (Skinner 1953) bahwa hukuman biasanya

diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu

akan tetapi sebuah hukuman hanya akan efektif jika diberikan pada

jangka pendek setelah individu melakukan sesuatu Namun

berbeda dalam aturan agama punishment dalam sebuah agama

belum dapat dirasakan dalam waktu yang dekat jadi dimungkinkan

orang yang memiliki religiusitas yang tinggi dapat juga melakukan

sebuah kecurangan karena hukuman yang diberikan oleh agama

belum akan terjadi dalam jangka waktu yang dekat Jadi walaupun

tingkat religiusitas subjek berada pada kategori sangat tinggi tidak

menutup kemungkinan kecurangan akademik akan terjadi juga

Dari hasil data variabel religiusitas dapat dilihat 70 siswa

berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 795

sedangkan ada 18 subjek memiliki skor religiusitas yang berada

pada kategori tinggi dengan presentase 205 Jadi dapat

dikatakan bahwa religiusitas sebagian besar subjek berada pada

kategori sangat tinggi (795) Ditemukan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap tingginya tingkat religiusitas dikalangan

siswa SMAN 1 Teras Boyolali adalah karena keberhasilan

program penanaman moral dan nilai-nilai keagamaan yang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

35

dilakukan oleh sekolah dengan cara mengadakan doa bersama

ataupun sholat jamaah bersama dan kegiatan rohani lainnya

Meskipun dengan tingginya religiusitas siswa tidak semata-mata

langsung menurunkan tingkat kecurangan akademik

Dapat dilihat juga bahwa 23 subjek memiliki skor kecurangan

akademik yang berada pada kategori sedang dengan presentase

261 14 subjek yang memiliki skor kecurangan akademik pada

kategori rendah dengan 579 ada 14 subjek yang memiliki skor

kecurangan akademik yang sangat rendah dengan presentase 16

Pada saat melakukan wawancara dengan subjek peneliti

mendapatkan bahwa kurang siapnya siswa dalam menghadapi

ujian dan dan tidak adanya komitmen belajar yang kuat dalam diri

siswa menjadi salah satu penyebab kecurangan akademik

dikalangan siswa tinggi Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(Saha 2009) orientasi prestasi yang dimiliki siswa membuat

mereka lebih mementingkan sebuah hasil yang baik ketimbang

sebuah proses Sehingga perilaku curang dikalangan siswa muncul

karena mereka mengharapkan nilai yang baik dengan melakukan

kecurangan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA Negeri

1 Teras diperoleh kesimpulan

1 Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara

religiusitas dengan kecurangan akademik pada siswa SMA

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

36

Negeri 1 Teras yang berarti semakin tinggi religiusitasnya

maka tidak akan ada korelasi terhadap rendahnya kecurangan

akademik yang terjadi

2 Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti tentang

hubungan antara religiusitas dengan kecurangan akademik di

dapatkan rata-rata tingkat religiusitas siswa SMA N 1 Teras

Boyolali sebesar 24018 pada kategori skala religiusitas

dengan persentase 795 yang berarti berada dalam kategori

sangat tinggi sedangkan pada skala kecurangan akademik

didapatkan rata-rata sebesar 3617 dengan persentase 261

berada dalam kategori sedang

Saran- Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan kesimpulan di atas maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut

a Bagi pihak sekolah

Mengevaluasi kembali metode yang dilakukan untuk

mengurangi kecurangan akademik seperti membuat system

belajar dan cara mengajar yang menyenangkan dan menekankan

pentingnya sebuah proses belajar bukan sebuah hasilSehingga

siswa tidak tertarik untuk berbuat curang dantingkat kecurangan

akademik dapat ditekan atau dikurangi

b Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan

akademik dapat merugikan dirinya sendiri percaya dengan

kemampuan diri sendiri dan lebih baik lagi mempersiapkan

materi-materi yang akan diujikan dengan cara membuat jadwal

belajar menyusun skala prioritas agar lebih siap lagi

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

37

menghadapi ujian dan mendapatkan hasil yang baik tanpa harus

berbuat curang

c Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya masih banyak faktor lain yang

memengaruhi religiusitas terhadap kecurangan akademik

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut

penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain

yang dapat digunakan adapun faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya kecurangan akademik seperti faktor kontekstual dan

individual seperti usia jenis kelamin indeks prestasi ataupun

peer group Disarankan pada peneliti selanjutnya agar ketika

melakukan penelitian dan sampai pada tahap pengambilan data

diharapkan sebelum subjek mengisi skala peneliti dapat terlebih

dahulu menjelaskan mengenai tujuan penelitian agar nantinya

subjek dapat benar-benar menjawab pernyataan dengan baik dan

benar

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

38

DAFTAR PUSTAKA

Ancok D amp Fuad N (2008) Psikologi Islami Yogyakarta Pustaka

Pelajar

Ahyadi A A (1991) Psikologi Agama Kepribadian Muslim

Pancasila Bandung Sinar baru

Alhadza A (2004) Masalah menyontek (Cheating) di Dunia

Pendidikan httpwwwdepdiknasgoidJurnal

Arikunto S (2003) Manajemen penelitian Jakarta Rineka Cipta

________ (2010) Manajemen Penelitian Jakarta Rineka Cipta

Athanasou J A amp Olasehinde O (2002) Male and female

differences in self-report cheating Practical Assessment

ResearchampEvaluation8(5) Diambil pada 21 juli 2013

httppareonlinenetgetynaspv=8ampn=5130209

Azwar S (2010) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

________ (2012) Metode penelitian Yogyakarta Pustaka Pelajar

Barbara N M (2006) Article first published online 21 FEB Journal

of Clinical PsychologyVolume 28 Issue 1 pages 9ndash13 January

diambil pada tanggal 12 oktober 2014

Cizek K (2003) Preventing Detecting And Addressing Academic

Dishonesty Handbook of the teaching of psychology

Dister N S (1988) Pengalaman dan Motivasi Beragama Jakarta

Kanisius

Dirottsaha (2009) Hubungan anatara Orientasi Belajar (Learning

Goal Orientation) dengan Kecurangan Akademik Universitas

islam Indonesia

Ghozali I (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program

SPSS Cetak ke VI Semarang Badan Penerbit Undip

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

39

Hadi S (2004) Metodologi Research Yogyakarta Andi

Halida R (2007) Mayoritas Mencontek Media Indonesia Sampoerna

Foundationhttpsampoernafoundationord191208

Hurlock EB (1973) Development Psychology Mc Graw-Hill Inc

Inggris 1980Diterjemahlan Oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo

PsikologiPerkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan)Jakarta Erlangga

Hendricks B (2004) Academic Dishonesty A Study In The Magnitude

Of And Justification For Academic Dishonesty Among College

Undergraduate And Graduate StudentJournal of college student

development35(march) 212-26

_______2008AcademicDishonestyhttpenwikipediaorgwikiAcade

micDishonesty 311212

Jalaludin (2005) Psikologi Agama Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Josephson I E (2009) What is Academic Dishonesty

httpwwwcharactercountsorg120209

Jess F amp Gregory J (2010) Teori kepribadian Jakarta Salemba

Humanika

Idrus M (2007) Metode penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Yogyakarta UII

Press

IskandarPedukasiKompasiana(2012)httpedukasikompasiacom20

120530kecuranganakademikpadamahasiswakependidikan

htm24 juni 2013

Mangunwijaya Y B(1986) Menumbuhkan Sikap Religiusitas

AnakJakarta Gramedia

Mulyawati H Masturoh I Anwaruddin I Mulyati L Agustendi S

amp Tartila TSS (2010) Pembelajaran Studi Sosial Bandung

Alfabeta

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

40

McCabe D L Trevino LK amp Butterfield KD (2001) Cheating in

Academic Institutions A Decade of research Journal of Ethics amp

Behavior 11(3) 219-132

McCabe D L amp Drinan P (1999) Toward culture of Academic

integrityThe Chronides of Higher Education46 (8) B7

httpimprintuwaterloocaissues110300htm200709

Mc Cown R Drisdoll Mamp Roop P G (1996) Educational

Psychology A learning-centered Approach to classroom

Practice second Edition Massachusets Allyn amp Bacon

Money BS (2008)Academic dishonesty in higher education the

impact of a student development approach Diambil dari

wwwproquestcom[On-line] Diambil pada 21 Agustus 2013

Nur G amp Rini R (2010) Teori ndash Teori Psikologi Yogyakarta Ar-

Ruzz media

Newstead S E Franklyn-Stokes A amp Armstead P (1996)

Individual Differences In Student Cheating Journal of

educational psychology 88 229-241

Rangkuti A A amp Deasyanti (2010) Sikap anti intelektual self

efficacy akademik dan perilaku cheating akademik pada

mahasiswa kependidikan peper presented in temu ilmiah

Nasional dan kogres XI Himpsi solo Jawa Tengah

Rohmawati D Y (2008) Hubungan Antara Religiusitas Dengan

Perilaku Mencontek Pada Siswa Skripsi Yogyakarta Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Siti A R (2009) Hubungan Prokarastinasi Akademis Dan

Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa PsikologiUniversitas

Sumatra utara

Sukaini (2013) Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kejujuran

Akademik Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Skripsi Yogyakarta Universitas Islam Indonesia

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

41

Santrock JW(2007) Remaja ed 11 jilid 1I Jakarta Erlangga

Sujana Y E amp Wulan R (1994) Hubungan Antara Kecenderungan

Pusat Kendali dengan Intense Mencontek Jurnal psikologi tahun

XXI nomor 2 Universitas Gajah Mada Vol54 No4 466-470

Soetjiningsih C H (2012) Perkembangan Anak Sejak Pembuahan

Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir Jakarta Prenada Media

Group

Sugiyono (2007) Statistika Penelitian Bandung Alfabeta

Taylor S E (2006) Health Psychology America New York

McGraw-HillCompanies Sixth Edition

Thouless R (2000) Pengantar Psikologi Agama Jakarta PT Raja

Grafindo Persada

Wahyudin H D (2006) Materi Pokok Pengantar Pendidikan Jakarta

UniversitasTerbuka

Zuriah N (2007) Tujuan Pendidikan Nasional Jurusan Bahasa

Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Malang