HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI …/Hubungan... · 5 abstrak farah dedi setiawan,...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI …/Hubungan... · 5 abstrak farah dedi setiawan,...
1
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI
BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI
SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
FARAH DEDI SETIAWAN
NIM. K8404024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI
BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI
SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
FARAH DEDI SETIAWAN
NIM. K8404024
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
3
2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Tim
Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Pembimbing I
Dr. Zaini Rohmad, M.Pd
NIP. 195811171986011001
Pembimbing II
Drs. Slamet Subagya, M.Pd
NIP. 195211261981031002
4
PENGESAHAN
Skripsi ini telah Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 29 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. H.MH. Sukarno, M.Pd ……………………..
Sekretaris : Drs. Suparno, M.Si ……………………..
Penguji I : Dr. Zaini rohmad, M.Pd ……………………..
Penguji II : Drs. Slamet Subagya, M.Pd ……………………..
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP 19600727 198702 1001
5
ABSTRAK
Farah Dedi Setiawan, HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN DISIPLIN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara : (1) Pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa, (2) pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa, (3) Motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa, dan (4) Disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa. Penelitian ini mengambil lokasi di kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini menggunakan metode diskriptif korelasional. Populasinya adalah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten, sebanyak 120 siswa. Sampel yang digunakan sebanyak 25% dari keseluruhan populasi yaitu 30 siswa yang terbagi atas 3 kelas. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Proporsional Random Sampling. Metode pengumpulan data dengan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dipakai menggunakan analisis statistik dengan intercorelasi product moment dan regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin baik kualitas pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan dengan adanya disiplin yang tinggi maka prestasi belajar sosiologi siswa akan semakin tinggi pula. (2) Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. (3) Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinggi motivasi belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa. (4) Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi
6
siswa” dapat diterima, artinya bahwa semakin tinngi disiplin belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa.
ABSTRACT Farah Dedi Setiawan, THE RELATION BETWEEN PARENT’S
NURTURE PATTERN, LEARNING MOTIVATION AND LEARNING DISCIPLINE, AND THE SOCIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT IN THE XI GRADERS OF SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, Juni 2010.
The objectives of research are to find out whether there is or not the positive significant relation between: (1) The parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students learning achievement, (2) the parent’s nurture pattern and the students learning achievement, (3) The learning motivation and the students learning achievement, and (4) The learning discipline and the students learning achievement. The research took place in Class XI of SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
In line with the research problem and objective, this research employed a correlational descriptive method. The population was the XI graders of SMA Muhammadiyah 1 Klaten, as many as 120 students. The sample employed was 25% of entire population as 30 students divided into 3 classes. The sampling technique employed was Cluster Proportional Random Sampling. Techniques of collecting data with questionnaire and documentation. Technique of analyzing data employed was statistical analysis with intercorelasi product moment and multiple regression.
Considering the result of research, it can be concluded that: (1) There is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern, learning motivation and learning discipline, and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher quality of parent’s nurture pattern, learning motivation and the higher discipline, the higher is the students’ Sociology learning achievement. (2) There is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the parent’s nurture pattern and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the parent’s nurture pattern, the higher is the students’ Sociology learning achievement. (3) There is a positive significant relation between the learning motivation and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the learning motivation and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the learning motivation, the higher is the students’ Sociology learning
7
achievement. (4) There is a positive significant relation between the learning discipline and the students’ Sociology learning achievement. Thus, the hypothesis “there is a positive significant relation between the learning discipline and the students’ Sociology learning achievement” can be supported, meaning that the higher the learning discipline, the higher is the students’ Sociology learning achievemen.
MOTTO “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
( Q.S. Luqman: 17 )
8
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah
SWT, karya ini dipersembahkan
untuk :
1. Bapak (Sukono) dan Ibu
(Mutmainah) yang telah
membesarkan dan mendidik
dengan penuh kasih sayang.
2. Kakak-kakakku (Mbak Fitri &
Mbak Ana) yang selalu
memberikan motivasi.
3. Almamater
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga pada saat ini peneliti mampu
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Skripsi dengan judul “Hubungan antara Pola Asuh Oang Tua, Motivasi
Belajar, dan Disiplin Belajar Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI
SMA Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010” adalah untuk
memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) di lingkungan
Universitas Sebelas Maret.
Banyak kesulitan yang peneliti temui dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan yang diberikan,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd, ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
3. Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd, ketua Program Studi Sosiologi Antropologi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS
Surakarta.
4. Dr. Zaini Rohmad, M.Pd, dosen pembimbing I skripsi ini.
5. Drs. Slamet Subagya, M.Pd, dosen pembimbing II.
6. Seluruh civitas akademika SMA Muhammadiyah 1 Klaten atas kerjasama
yang baik selama menyelesaikan skripsi ini.
10
7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan
kritik dari pembaca yang budiman sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Surakarta, Juni 2010
Peneliti
11
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................... i
PENGAJUAN ................................................................................................. ii
PERSETUJUAN ............................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 7
D. Perumusan Masalah ............................................................. 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
1. Tinjauan tentang Pola Asuh Orang Tua ......................... 10
2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar ................................. 16
3. Tinjauan tentang Disiplin Belajar .................................. 22
12
4. Tinjauan tentang Prestasi Belajar………………………. 25
B. Kerangka Berfikir ................................................................ 31
C. Perumusan Hipotesis ............................................................ 33
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 34
B. Metodelogi Penelitian .......................................................... 35
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ........... 39
D. Tehnik Pengambilan Data ................................................... 46
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 57
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data ...................................................................... 65
B. Uji Prasyarat Analisis Data .................................................. 75
C. Pengujian Hipotesis............................................................... 78
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .......................................... 83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 91
B. Implikasi ............................................................................... 91
C. Saran ..................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95
LAMPIRAN .................................................................................................... 98
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Waktu Penelitian ........................................................................... 35
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Data Pola Asuh Orang Tua (X1) ................. 72
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar (X2)................................... 72
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Disiplin Belajar (X3) ................................... 73
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (X1) .................... 74
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berfikir ................................................................... 33
Gambar 2 Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten .............. 70
Gambar 3 Grafik Histogram Pola Asuh Orang Tua (X1) ........................ 72
Gambar 4 Grafik Motivasi Belajar (X2) .................................................. 73
Gambar 5 Grafik Disiplin Belajar (X3) ................................................... 74
Gambar 6 Grafik Prestasi Belajar Sosiologi (Y) ...................................... 75
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Uji Coba Angket Pola Asuh Orang Tua, Motivasi
Belajar, dan Disiplin Belajar ................................................ 98
Lampiran 2 Surat Pengantar Angket Penelitian ....................................... 104
Lampiran 3 Angket Penelitian ................................................................. 105
Lampiran 4 Tabulasi Hasil Uji Coba Angket
Pola Asuh Orang Tua (X1), Motivasi Belajar (X2),
dan Disiplin Belajar (X3)...................................................... 112
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas X1 .......................................................... 115
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas X1....................................................... 118
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas X2........................................................... 121
Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas X2....................................................... 124
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas X3........................................................... 127
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas X3....................................................... 130
Lampiran 11 Tabulasi Data Hasil Angket Variabel
Pola Asuh Orang Tua (X1), Motivasi Belajar (X2),
dan Disiplin Belajar (X3)...................................................... 133
Lampiran 12 Data Induk Penelitian............................................................ 136
Lampiran 13 Deskripsi Data....................................................................... 137
Lampiran 14 Uji Normalitas Data X1, X2, dan X3.................................... 140
Lampiran 15 Uji Linieritas X1-Y ............................................................... 143
Lampiran 16 Uji Linieritas X2-Y ............................................................... 144
16
Lampiran 17 Uji Linieritas X3-Y ............................................................... 145
Lampiran 18 Uji Independensi ................................................................... 146
Lampiran 19 Analisis Korelasi ................................................................... 147
Lampiran 20 Analisis Regresi Ganda......................................................... 148
Lampiran 21 Analisis Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ........... 149
Lampiran 22 Denah Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten..................... 150
Lampiran 23 Surat Perijinan....................................................................... 151
Lampiran 24 Curiculum Vitae.................................................................... 158
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan industrialisasi saat ini pendidikan merupakan
salah satu unsur penting bagi masyarakat. Dengan pendidikan diharapkan
masyarakat dapat menerima dan mengusai perkembangan ilmu teknologi secara
cepat dan sesuai dengan tatanan budaya masyarakat setempat. Arus globalisasi
dan modernisasi mengakibatkan perkembangan kebudayaan masyarakat tidak
terkendali, hal ini dikarenakan kita kurang mempunyai filter yang kuat untuk
menerima kebudayaan asing secara bebas masuk ke negara kita. Melonggarnya
standar nilai moral dan norma serta adat istiadat dalam masyarakat mengakibatkan
beberapa golongan tidak dapat menempatkan segala sesuatu ke tempat yang
semestinya.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sekarang ini
beserta teknologinya ternyata bersifat menyeluruh di segala bidang kehidupan
manusia, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Apalagi tuntutan jaman modern
yang semakin kompleks, bidang pendidikan perlu penanganan yang serius. Oleh
karena itu, upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju pencapaian
generasi berkualitas merupakan tanggung jawab bersama. Pembentukan peserta
didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya bukanlah proses yang
mudah.
17
Keluarga adalah unsur penting dalam perkembangan diri siswa
termasuk dalam pencapaian prestasi yang baik untuk menghasilkan generasi yang
berkualitas, karena keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama
bagi anak dalam upaya mengembangkan kepribadian anak. Kita tidak dapat
melepaskan tanggung jawab kita sebagai orang tua, karena remaja bukan dewasa
yang sudah memiliki kemandirian dan kematangan dalam berpikir. Remaja
merupakan pribadi yang unik mereka tidak dapat dikekang maupun dilepaskan
sepenuhnya. Peran orang tua bagi remaja sangat mutlak karena keluarga
merupakan lingkungan primer individu dalam sosialisasi.
Pola asuh orang tua sangat di perlukan bagi perkembangan anak,
dengan tujuan agar dapat mengantar anak menjadi manusia berguna bagi
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sikun Pribadi (1981: 67) mengatakan
bahwa “Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi
kebutuhan, memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan
sehari-hari”. Perilaku orang tua tersebut akan mendatangkan hasil dengan baik
apabila dilakukan dengan benar dan sebaliknya jika perilaku orang tua tersebut
bersifat negatif atau bertentangan dengan keinginan anak, maka tidak dapat
digolongkan sebagai usaha bimbingan. Keberhasilan seorang anak dalam
menghadapi kehidupan kelak tergantung bagaimana orang tua memberikan bekal
hidup anak mereka, seperti pendidikan, pemenuhan kebutuhan, arahan masa
depan, penanaman nilai, norma, adat istiadat, agama, kemandirian, dan beberapa
kebiasaan yang ada dalam masyarakat. Penanaman nilai primordialisme yang
kuat di dalam diri anak akan membantu anak hidup bergaul di lingkungan luar
dengan baik dan tidak mudah mengikuti arus kehidupan luar yang negatif.
Berkaitan dengan pendidikan, orang tua memiliki peranan sangat
penting. Bagaimana perilaku anak tergantung orang tua mendidik dan
mengarahkan anak serta lingkungan sekitar anak tumbuh dan berkembang.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat
dimana ia pertama kali belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial
didalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam kelompok tersebut
individu mengalami suatu proses pembentukan norma-norma sosial, internalisasi
1
18
norma-norma terbentuknaya Frame of reference, sense of belongingness dan lain-
lain. Dalam keluarga anak pertama –tama memegang peranan sebagai makluk
sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan tertentu dalam pergaulannya
dengan orang lain.
Keluarga yang memiliki status sosial ekonomi mapan cenderung lebih
memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Bagi mereka pendidikan yang
berkualitas itu penting bagi anak-anak mereka agar mendapatkan prestasi belajar
yang tinggi dan para orang tua akan melakukukan berbagai cara untuk memenuhi
setiap kebutuhannya. Dengan tingkat pendapatan yang tinggi, pendidikan yang
cukup serta pekerjaan yang mapan para orang tua cenderung lebih banyak
memberikan dorongan atau motivasi kepada anak untuk lebih berprestasi dalam
belajar. Motivasi yang diberikan orang tua dapat berupa suri tauladan yang baik,
lingkungan keluarga yang mendukung pendidikan, sikap mendidik anak,
pemenuhan fasilitas belajar dan lain-lain. Partisipasi orang tua dalam kegiatan
belajar anak secara tidak langsung akan berhubungan dalam pencapaian prestasi
belajar anak hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaryanto dalam
majalah ilmiah ilmu pengetahuan sosial vol.4 no 2 September 2005 halaman237-
245.
Namun pola asuh orang tua tersebut tidak akan ada korelasinya dengan
prestasi belajar manakala dalam diri individu tidak memiliki motivasi untuk
menuju hal yang lebih baik. Seorang siswa kelas menengah atas tidak akan dapat
memperoleh prestasi belajar yang baik apabila dia tidak memiliki motivasi yang
tinggi untuk belajar. Karena motivasi memberikan kekuatan seseorang untuk
berbuat sesuatu sesuai dengan keinginannya. Motivasi merupakan faktor penting
dalam meraih keberhasilan atau prestasi bukan hanya belajar tapi juga dalam
berbagai hal. Karena dengan adanya motivasi atau dorongan seseorang dapat
mencapai sesuatu yang diinginkan. Motivasi belajar adalah merupakan faktor
psikis yang memberikan dorongan, menumbuhkan gairah, merasa senang,
semangat dalam melakukan kegiatan belajar. Dilihat dari uraian tersebut jelas
bahwa motivasi berhubungan dalam proses belajar siswa. Sardiman AM (2001:
83) mengatakan ada 4 fungsi motivasi yaitu: (1) Mendorong manusia untuk
19
berbuat, sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan oleh
seseorang; (2) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbutan apa yang harus
dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan mensisihkan perbuatan –
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut; (3) Menentukan arah
perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai; dan (4) Pendorong usaha dan
pencapaian prestasi.
Selain dengan adanya pola asuh orang tua dan motivasi belajar
tersebut, prestasi belajar yang maksimal juga bisa diraih dengan kedisiplinan
belajar yang tinggi. Dengan kedisiplinan belajar, siswa dapat mencapai prestasi
seperti yang diinginkan. Karena siswa akan mempunyai suatu perasaan patuh dan
taat. Rasa disiplin pertama kali timbul oleh karena pendidikan orang tua. Dalam
proses mendidik kedisiplinan anak, orang tua akan tidak mudah untuk
menanamkan rasa disiplin tersebut pada diri anak. Menanamkan disiplin pada
anak harus dimulai sejak dini, karena dengan dimulai dari kecil diharapkan anak
menjadi terbiasa dan rasa disiplin tersebut berkembang terus menerus sampai anak
menjadi dewasa.
Soegeng Prijodarminto (1992: 23) mengemukakan “Disiplin adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesenian, keteraturan, dan atau
ketertiban”. Nilai-nilai dalam disiplin tersebut sangat menunjang dan penting
dalam menjalani suatu kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari berbagai
kegiatan. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan ataupun
perilaku, maka kita akan memperoleh hasil yang maksimal sesuai yang kita
inginkan. Tanpa adanya sikap disiplin dalam berperilaku, maka hidup yang kita
jalani akan berjalan dengan tidak teratur dan akhirnya kita tidak akan memperoleh
hasil seperti yang kita harapkan.
Disiplin belajar adalah suatu tata tertib yang tercipta dan terbentuk
sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa, menurut ketentuan-
ketentuan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak. Dengan kedisiplinan
dapat tercipta ketertiban dan keteraturan serta dapat menimbulkan perubahan yang
relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan siswa. Seorang
20
siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi akan mengikuti dan
mentaati peraturan sekolah secara baik, dengan kesadaran diri untuk
melaksanakan peraturan tersebut, dan anak melaksanakan hukuman apabila
melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar tidak tumbuh dengan sendirinya,
melainkan adanya bantuan dari pendidikan, baik dari orang tua, guru maupun
masyarakat.
Orang tua sangat berperan penting dalam pembinaan kedisiplinan
belajar anak di rumah yaitu dengan memberikan teladan yang baik bagi anak dan
bertanggung jawab mencukupi kebutuhan anak. Apabila dari kecil anak sudah
diajarkan untuk berlaku disiplin dalam segala hal, semakin lama anak akan dapat
memahami dan menjiwai arti disiplin tersebut. Penanaman kedisiplinan secara
dini kepada anak adalah sangat baik, karena anak tersebut semakin besar semakin
kuat rasa kedisiplinannya, dan khususnya rasa disiplin dalam hal belajar di
sekolah maupun di rumah. Disiplin belajar dalam hal ini tidak hanya dalam taat
dengan waktu belajar yang sudah ditentukan, tetapi juga termasuk dengan
pemanfaatan waktu luang yang ada untuk belajar. Secara otomatis, semakin sering
anak belajar maka pelajaran yang telah diajarkan akan semakin dimengerti oleh
anak tersebut. Perilaku disiplin belajar tersebut tidak hanya berlaku dalam
lingkungan sekolah namun juga berlaku dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Selain lingkungan keluarga yang tidak kalah penting adalah
lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang penting yang memberikan
pendidikan tambahan bagi anak yang tidak dapat diberikan oleh orang tua.
Pendidikan memberikan sumbangan yang besar dalam pembentukan kepribadian
individu. Karena melalui pendidikan individu tersebut tidak hanya diajarkan dari
segi akademis namun juga dari segi non akademis seperti keterampilan dan
keahlian, penanaman nilai, norma, adat istiadat, tingkah laku dan nilai-nilai afektif
lainnya yang mendukung individu dapat bersosialisai dengan baik di lingkungan
masyarakat.
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha untuk memanusiakan
manusia, artinya dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan budi pekerti
21
akal pikiran sehingga dapat mejadi manusia yang purna, yang berguna bagi diri
dan lingkungannya. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada diri siswa
sendiri sebagai subjek dan objek pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Rubino Rubiyanto dkk, 2003: 21). Pendidikan tidak akan berhasil apabila tidak ada kerja sama yang baik
antara pihak sekolah dan pihak keluarga yaitu orang tua. Sekolah sebagai lembaga
formal dengan bantuan tenaga guru sebagai jembatan transfer of learning
memberikan seluruh kemampuannya untuk mendidik dan mengajar dengan baik
kepada siswa, dengan harapan siswa dapat menerima informasi sepenuhnya
dengan baik dan berhasil dalam pendidikan serta mendapat prestasi yang baik.
Prestasi belajar adalah penilaian hasil belajar mengajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Prestasi belajar dapat
dihubungani oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa dan
dari dalam diri siswa. Muhibbinsyah (1995: 320) menyebutkan ada 3 faktor yang
memhubungani prestasi belajar siswa antara lain: (1) Faktor internal siswa (faktor
dari dalam diri siswa) yaitu keadaan atau kondisi jasmani rohani siswa; (2) Faktor
eksternal siswa ( faktor dari luar diri siswa) yaitu keadaan atau kondisi lingkungan
di sekitar diri siswa; dan (3) Faktor pendekatan belajar ( Approach to learning)
yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Prestasi belajar adalah sesuatu yang penting bagi siswa, karena prestasi
belajar mempunyai beberapa fungsi. Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan dalam bidang tertentu saja, tetapi juga sebagai indikator
penentu kualitas pendidikan.
Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi belajar
memiliki 4 fungsi antara lain: (1) Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator
22
dengan daya serap (kecerdasan) anak didik; (2) Prestasi belajar sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik; (3)
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu; dan (4) Prestasi
belajar sebagai bahan informasi dalam invasi pendidikan.
Bertitik dari pemikiran diatas peniliti tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan
disiplin belajar dengan prestasi belajar anak. Sehingga penulis mengambil judul:
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin
Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pola asuh orang tua merupakan unsur penting dalam prestasi belajar anak.
2. Pola asuh orang tua yang berbeda akan menghasilkan prestasi yang
berbeda bagi anak.
3. Motivasi belajar merupakan faktor yang penting dalam menentukan
prestasi belajar siswa, namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah.
4. Keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran dilihat dari bagaimana
prestasi belajar yang di peroleh siswa. Namun saat ini masih banyak siswa
yang masih menganggap remeh prestasi belajar.
5. Disiplin belajar mempengaruhi prestasi belajar anak.
6. Prestasi belajar dipengaruhi dari faktor internal siswa, faktor eksternal, dan
faktor pendekatan belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah
sebagai berikut:
1. Pola asuh orang tua adalah cara, kebiasaan, atau perlakuan orang tua yang
diterapkan untuk menjaga, merawat dan membimbing anak dalam rangka
23
memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan yaitu dengan cara
menunjukkan kekuasaan dan memperhatikan keinginan anak. Pola asuh
orang tua dalam hal ini dibatasi pada pola asuh demokratis, pola asuh
liberal dan pola asuh otoriter.
2. Motivasi belajar yang dimaksud adalah dorongan yang berhubungan
dengan prestasi yang ingin dicapai, yaitu menguasai, memahami serta
mampu mengatasi rintangan rintangan yang ada serta memelihara kualitas
kerja yang tinggi agar mampu bersaing dengan standart keunggulan
tertentu.
3. Disiplin belajar adalah suatu tata tertib yang tercipta dan terbentuk sebagai
pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan
yang ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak, sehingga tercipta ketertipan
dan keteraturan dan menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai
akibat dari upaya-upaya yang dilakukan siswa. Kedisiplinan dalam hal ini
dibatasi pada kedisiplinan dalam hal mengikuti dan mentaati peraturan
sekolah, adanya kesadaran diri untuk melaksanakan peraturan tersebut,
adanya hukuman, adanya alat pendidikan dan adanya konsistensi.
4. Prestasi belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah
melakukan usaha belajar.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan
disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI?
2. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas XI?
3. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas XI?
24
4. Apakah ada hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas XI?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar,
dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI.
3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI.
4. Untuk mengetahui hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas XI.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan pada
umumnya dan proses belajar pada khususnya di bidang ilmu Sosiologi.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberikan masukan kepada pihak sekolah berkaitan dengan peningkatan
kualitas lulusan.
b. Mengajukan wawasan bagi orang tua untuk lebih memperhatikan
perkembangan anak.
c. Memberikan inspirasi kepada siswa untuk lebih memotivasi diri lebih baik
dalam proses belajar sehingga mencapai prestasi yang baik.
d. Dijadikan sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana
Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta oleh peneliti.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pola asuh orang tua
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dan utama bagi
anak yang berfungsi sebagai tempat untuk berinteraksi. Orang tua sebagai
pengasuh dan pembimbing dalam keluarga yang sangat berperan dalam
meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang
tua selalu dinilai dan ditiru oleh anak yang secara sadar atau tidak sadar akan
diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak. Dalam mengasuh anak,
orang tua sangat dihubungani oleh budaya yang ada dilingkungannya dan
diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, mengarahkan
anak yang tercermin dalam pola pengasuhan anak.
a. Pengertian pola asuh orang tua
Sikun Pribadi (1981: 67) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua
adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan
perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Perlakuan
orang tua tersebut akan mendatangkan hasil yang baik apabila dilakukan
dengan benar dan sebaliknya. Perlakuan orang tua yang negative atau
bertentangn dengan keinginan anak, maka tidak dapat digolongkan sebagai
usaha bimbingan. Sears dalam Rohan Aliah (1990: 40) mengatakan bahwa
“Pola asuh orang tua merupakan cerminan orang tua dengan anak.
Komunikasi ini melibatkan sikap, nilai dan kepercayaan orang tua untuk
26
memelihara anaknya”. Pola asuh dalam hal ini merupakan cara yang
digunakan orang tua dalam menjaga, merawat dan membimbing anak
terutama pada sikap, proses pengadilan, pemberian dorongan dan interaksi
dalam mengantarkan anak agar berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Singgih (2000: 55) mengatakan bahwa “Pola asuh merupakan
perlakuan orang tua memperhatikan keinginan anak”. Kekuasaan atau cara
yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang
diterapkan. Lebih lanjut ditegaskan oleh Sam Vaknin (2009) mengatakan
bahwa “parenting is interaction between parent’s and children during their
care”. Pernyataan tersebut dapat diterjemahkan secara bebas bahwa pola asuh
orang tua adalah interaksi antara orang tua dengan anaknya selama
mengadakan pengasuhan. Maksud dari pengertian di atas adalah bahwa pola
asuh orang tua adalah perlakuan atau hubungan interaksi yang terjadi antara
orang tua dengan anaknya. Interaksi ini terjadi antara orang tua dengan anak
dalam proses membimbing, mendidik dan mengasuh. Hubungan di sini dapat
berupa perlakuan yang diberikan orang tua dalam menunjukkan perhatian
kepada anak-anaknya. Dengan kata lain, bagaimana orang tua memahami
keinginan-keinginan anaknya dapat terlihat dari cara orang tua mengasuh
anaknya. Kegiatan pengasuhan ini dapat berupa cara-cara yang dilakukan oleh
orang tua untuk mengatur anak-anaknya yang dapat diwujudkan dengan cara
memberitahukan nilai atau hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orang tua merupakan cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak-
anaknya menjadi manusia yang mandiri dan berguna bagi keluarga,
masyarakat dan Negara. Dalam hal ini mengasuh mengandung pengertian
mendampingi, membimbing, membantu dan melatih anak supaya memiliki
prestasi belajar yang tinggi
b. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua
27
Elizabeth B. Hurlock (1993: 205) mengatakan bahwa ”Orang tua
dalam mengasuh anak-anaknya dapat menggunakan cara otoriter, permesif
atau bebas dan demokratis”.
1) Cara demokratis
Abu Ahmadi (1999: 264) mengemukakan bahwa “Sikap
demokratis dari orang tua menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, tidak takut-
takut, lebih giat dan lebih bertujuan”. Dalam hal ini sikap pribadi anak
lebih banyak menesuaikan diri, mau menghargai pekerjaan orang lain,
menerima kritik dengan terbuka, aktif didalam hidupnya, emosi lebih
stabil dan mempunyai rasa tanggung jawab. Suherman (2000: 10)
mengemukakan bahwa “Orang tua yang mempunyai karakteristik sikap
demokratis adalah orang tua yang memperlakukan anaknya sesuai dengan
tingkat perkembangan usia anak dan memperhatikan serta
mempertimbangkan keinginan-keinginan anak “.
2) Cara otoriter
Suherman (2000: 8) bahwa karakteristik sikap orang tua yang
otoriter adalah:
a) Orang tua yang menentukan segala sesuatu b) Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya c) Keinginan atau cita-cita anak tidak mendapatkan perhatian d) Sikap orang tua dengan prinsip
Berikutnya pendapat dari Probins yang diterjemahkan oleh Abu
Ahmadi (1991: 112) di mana mengemukakan tentang keluarga yang
bersifat otoriter yaitu, “Di sini perkenbangan anak itu semata-mata
ditentukan oleh orang tua“. Abu Ahmadi (1991: 92) juga mengatakan
”Pola asuh otoriter yaitu orang tua yang selalu bersikap otoriter merupakan
sikap yang suka memaksakan kehendaknya kepada anak-anak mereka”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang bersifat otoriter
menngmbarkan komunikasi searah dan orang tualah yang menentukan
segala sesuatu.
3) Cara liberal
28
Probins yang diterjemahkan oleh Abu Ahmadi (1991: 112)
mengemukakan bahwa, “ Keluarga liberal ditandai oleh adanya kebebasan
anak-anak untuk bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini
biasanya agresif, tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar
menyesuaikan diri, emosi kurang stabil dan mempunyai sifat curiga”.
Orang tua yang mempunyai sifat liberal, biasanya menganngap bahwa
anak adalah orang dewasa yang dapat mengambil tindakan atau keputusan
sendiri menurut kehendak tanpa bimbingan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dalam pola asuh liberal tidak adanya komunikasi, anak diberi kebebasan
yang mutlak dalam bertindak dan berbuat serta perilaku anak tidak
mendapat bimbingan dan control dari orang tua. Suherman (2009: 9)
mengatakan bahwa “Pada orang tua yang menunjukan sikap liberal,
biasanya mempunyai anggapan bahwa anak sebagai orang dewasa dapat
mengambil tindakan atau keputusan sendiri menurut kehendaknya sendiri
tanpa bimbingan”.
c. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Anak
Di dalam hal ini, keadaan antara keluarga yang satu dengan keluarga
yang lain adalah berbeda-beda, sehingga akan membawa hubungan yang
berbeda-bada pula dengan motivasi berprestasi anak. Hubungan pola asuh
orang tua tersebut adalah:
1) Hubungan Pola Asuh Demokratis
Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 88) mengungkapkan bahwa
hubungan dari pola asuh orang tua yang demokratis adalah:
a). Anak akan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya;
b). Daya kreatif anak menjadi lebih besar dan daya ciptanya kuat;
c). Sifat kerja sama, hubungan yang akrab, dan terbuka sangat cocok
dengan perkembangan jiwa anak serta besar kemungkinannya untuk
berhasil sesuai dengan kemampuannya;
d). Anak akan menerima orang tuanya sebagai orang tua yang wibawa
29
e). Anak mudah menyesuaikan diri, oleh karena itu disenangi teman-
temannya baik dirumah maupun diluar rumah;
f). Anak merasa aman karena diliputi oleh rasa cinta kasih dan merasa
diterima oleh orang tuanya;
g). Anak percaya kepada diri yang wajar dan disiplin serta sportif;
h). Anak bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya;
i). Anak hidup dengan penuh gairah dan optimis karena hidup dengan
penuh kasih sayang, merasa dihargai sebagai anak yang tumbuh dan
berkembang serta orang tuanya memperhatikan kebutuhan, minat,
cita-cita dan kemampuannya.
Pola asuh dengan cara demokratis ini dapat mengakibatkan anak
mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada
dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri. Apabila
tingkah lakunya tidak berkenan bagi orang lain, maka anak tersebut akan
mampu untuk menunda dan menghargai tuntutan yang ada di
lingkungannya sebagai sesuatu yang berbeda dengan norma-norma yang
ada.
2) Hubungan Pola Asuh Otoriter
Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 89) menguraikan hubungan
perilaku otoriter adalah sebagai berikut:
a). Di dalam rumah tangga, seorang anak memperlihatkan perasaan
dengan penuh rasa ketakutan, merasa tertekan, kurang pendirian,
mudah dihubungani dan sering berbohong khususnya pada orang
tuanya sendiri;
b). Anak selalu sopan dan tunduk pada penguasa, patuh yang tidak pada
tempatnya dan tidak berani mengeluarkan pendapat;
c). Anak kurang berterus terang, disamping sangat tergantung pada orang
lain;
30
d). Anak pasif dan kurang berinisiatif biasanya hanya menerima begitu
saja dari orang tuanya seperti motivasi untuk belajar sangat kurang
sebelum pelajaran diterangkan sejelas-jelasnya oleh guru;
e). Tidak percaya pada diri sendiri karena anak terbiasa bertindak dengan
mendapat persetujuan dari orang tua ;
f). Perilaku orang tua yang kasar menjadikan anak sulit berhubungan
dengan orang lain;
g). Diluar rumah anak cenderung menjadi agresif yaitu suka berkelahi
dan mengganggu teman karena dirumah dikekang dan ditekan;
h). Anak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dalam segala hal sebab
tidak terbiasa mengambil keputusan sendiri;
i). Anak merasa rendah diri dan tidak berani memikul tanggung jawab;
j). Anak bersifat pesimis, cemas dan putus asa;
k). Anak tidak mempunyai pendirian yang tetap karena mudah
terhubungan oleh teman lainnya.
Pola asuh dengan cara otoriter apalagi ditambah dengan sikap keras,
menghukum, mengancam maka dapat menjadikan anak patuh dihadapan
orang tua tetapi dibelakang orang tuanya, anak tersebut akan diperlihatkan
reaksi-reaksi yang menentang atau melawan karena anak tersebut merasa
dipaksa dirumah. Reaksi menentang dan melawan bisa ditampilkan dalam
tingkah laku yang melanggar norma-norma dan menimbulkan persoalan
serta kesulitan baik pada diri sendiri maupun lingkungan pergaulannya.
3) Hubungan Pola Asuh Liberal
Pola asuh yang bersifat liberal biasanya menerapkan disiplin bebas.
Dalam hal ini, orang tua biasanya membiarkan anak untuk bertindak
menurut keinginannya dan tidak memberikan hukuman sehingga bagi anak
akan terasa sulit untuk memilih tindakan yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.
Suherman (2000: 9) mengemukakan bahwa hubungan pola asuh
orang tua yang liberal adalah:
31
a) Tidak mengenal tata tertib atau sopan santun
b) Tidak mengenal disiplin
c) Sering mengalami kecewa
d) Tidak dapat menghargai orang lain
e) Lebih mementingkan diri sendiri (egois)
f) Mempunyai keinginan aneh dan tidak sesuai dengan kemampuannya
g) Hubungan dengan orang lain kurang harmonis
h) Sering menentang norma yang berlaku di masyarakat tempat
tinggalnya
i) Tidak menurut dan sulit diperintah
Salah satu hal yamng ditimbulkan oleh pola asuh orang tua yang
bersifat liberal adalah anak tidak mengenal disiplin. Jika hal tersebut
terbawa dalam kebiasaan dalam belajar yaitu anak tidak disiplin dalam
belajar dan dalam penyelesaian tugas-tugas belajar maka akan berakibat
pada pembentukan motivasi berprestasi anak.
2. Tinjauan Tentang Motivasi belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar.
Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin movere, yang
kemudian menjadi motion, yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak.
Jadi motivasi merupakan daya dorong, daya gerak atau penyebab seseorang
untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu (Abd. Rahman,
1993: 114).
Segala tindakan yang kita lakukan akan didasari oleh motif-motif
tertentu yang mana motif tersebut dapat menguntungkan diri kita. Hal ini
sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wood Worth & Marquis
dalam Abd. Rahman Abror (1993: 144) yang menyatakan bahwa ”Amotive is
asset predisposes the individual of certain activities and for seeking certain
goal”, yang artinya motif adalah suatu asset (kesiapan) yang menjadikan
individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk
32
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi, motif dapat diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi itu sendiri pada dasarnya memiliki definisi yang sangat
beragam. Seperti yang diungkapkan Atkinson dalam Margaret E. Bell
Grendler (1994: 436) yang berpendapat bahwa “motivasi merupakan fungsi
variabel tugas dan disposisi individu untuk berusaha mencapai keberhasilan
atau menghindari kegagalan”. Margon dalam Toetik Sukamto dkk (1992: 42)
“Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorongatau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu”. Selanjutnya
Ngaliman Purwanto (1990: 71) berpendapat bahwa ”Motivasi adalah
pendorong yaitu suatu usaha yang disadari untuk memhubungani tingkah laku
seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak dalam melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”. Senada dengan hal itu Suraja
(1994: 2) berpendapat bahwa “Motivasi adalah suatu tindakan (dorongan,
alasan, kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat atau bertindak
yang tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai”.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
adalah kekuatan yang tersembunyi yang ada dalam jiwa manusia, di mana
kekuatan itu menjadi daya penggerak baik secara sadar maupun tidak
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
menjadi aktif dalam setiap kegiatan sehingga tercapai tujuan yang di
inginkan.
Adapun sebagaimana pendapat dari Slameto (1995: 2) bahwa belajar
adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Wingkel
(1987: 36) “Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam
interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap”.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa maupun di luar diri
33
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi tercapainya tujuan.
Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar
pada mata pelajaran sosiologi.
b. Ciri-ciri Motivasi
Ningsih Paimin (1998: 23), seseorang yang memiliki motivasi akan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan. 2) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin. 3) Tekun menghadapi tugas. 4) Ulet meghadapi kesulitan. 5) Menunjukkan minat dengan berbagai masalah orang dewasa. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Senang mencari dan memecahkan soal-soal senang dan rajin, penuh
semangat serta cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. 8) Mengerjakan tujuan-tujuan jangka panjang. 9) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
Selanjutnya menurut Sardiman AM (1994: 83) mengungkapkan
bahwa terdapat beberapa ciri motivasi yang ada dalam diri setiap orang yaitu:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan berhenti setelah selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak putus asa). 3) Menunjukkan minat dengan bermacam-macam masalah untuk orang
dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, plitik, ekonomi, keadilan, pemberantasan KKN dan lain sebagainya).
4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah.
Apabila siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas maka siswa tersebut
selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri seperti di atas akan sangat
penting dalam kegiatan belajar dan akan dengan mudah dapat mencapai
prestasi yang diinginkan.
c. Macam-macam Motivasi
Menurut Winkel (1999: 94) Motivasi yang mendorong kegiatan atau
perbuatan belajar pada umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu :
34
1) Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktifitas sendiri atau motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
ada perangsang dari luar.
Adapun yang termasuk dalam bentuk motivasi belajar ekstrinsik
adalah sebagai berikut:
a) Belajar demi memenuhi kewajiban.
b) Belajar demi menghindari hukuman dan ancaman.
c) Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
d) Belajar demi meningkatkan status sosial.
e) Belajar demi memperoleh pujian dari orang penting, misalnya guru dan
orang tuanya.
f) Belajar demi tujuan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi
persyaratan kenaikan jenjang atau golongan administratif.
2) Motivasi intrinsik, adalah kegiatan belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara
mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar itu atau tindakan yang digerakkan
oleh suatu sebab yang muncul dari dalam individu. Motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Contohnya: Ada anak yang suka membaca buku, meskipun tidak ada yang
mendorong, dia akan tetap mencari buku-buku untuk membacanya.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa motivasi sangat
bermanfaat bagi siswa dalam menghadapi proses belajar untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi intrinsik merupakan kesadaran
anak untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik perlu juga
ditanamkan pada siswa dengan tujuan untuk membantu munculnya
motivasi intrinsik.
Bagi peserta didik, motivasi dapat digunakan untuk pengembangan
aktifitas dan inisiatif. Oleh karena itu perlu adanya cara-cara menumbuhkan
aktivitas anak didik dengan cara memberikan motivasi, antara lain:
35
1) Memberi nilai. Karena nilai merupakan sasaran bagi siswa, maka siswa
hanya mengejar nilai ulangan agar nilai dalam raportnya bagus.
Sebaiknya guru dapat mengartikan nilai-nilai itu, bukan hanya sekedar
kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotorik.
2) Hadiah. Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, karena dengan
adanya hadiah akan membuat seseorang menjadi tertarik.
3) Saingan. Saingan dapat digunakan sebagai motivasi, sebab persaingan
antar kelompok dalam berprestasi akan menimbulkan dorongan
berprestasi yang baik.
4) Memberikan ulangan atau tes, yang akan menjadikan siswa giat belajar
ketika mengetahui akan ada ulangan.
5) Mengetahui hasil tes atau ulangan. Jika siswa tahu hasil ulangannya
baik, maka belajarnya akan semakin meningkat.
6) Pujian, dengan diberikannya pujian kepada siswa, mereka akan
termotivasi. Dengan memberikan pujian, akan memupuk suasana yang
menyenangkan dan akan meningkatkan gairah belajar, sekaligus
membangkitkan harga diri.
7) Minat. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, karena motivasi
berhubungan dengan minat. Minat dapat dimunculkan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a) Membangkitkan adanya kebutuhan.
b) Menghubungkan adanya pengalaman.
c) Memberi kesempatan untuk memberikan atau mendapatkan hasil
yang baik.
d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
8) Tujuan yang diukur. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima siswa
merupakan alat motivasi yang penting, karena dengan memahami
tujuan yang akan dicapai dirasa sangat menguntungkan, maka akan
muncul gairah untuk belajar.
d. Peranan Motivasi Dalam Belajar
36
Manusia pada prinsipnya adalah makhluk yang dapat berpikir, berbuat,
dan melakukan kegiatan. Dengan adanya motivasi, berperan membantu
mendorong perilaku individu, khususnya dalam kegiatan belajar siswa.
“Ada empat macam peranan motivasi dalam belajar, yaitu : 1) Motivasi dapat menentukan hal-hal yang dijadikan penguat dalam belajar. 2) Motivasi dapat memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. 3) Motivasi dapat menentukan ragam kendali dengan rangsangan belajar. 4) Motivasi dapat menentukan ketekunan belajar
(Roman Natawidjaja, 1995: 59)”.
e. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya
motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses dan akhir, contohnya: setelah
seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan
temannya sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap isi,
maka ia terdorong untuk membacanya lagi.
2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi: Jika terbukti usaha belajar seorang
siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar
dan berhasil.
3) Mengarahkan kegiatan belajar. Sebagai ilustrasi: Jika ia telah mengetahui
bahwa dirinya belum belajar secara serius yang terbukti dengan seringnya
bersendau gurau, maka ia akan merubah perilaku belajarnya.
4) Membesarkan semangat belajar. Sebagai ilustrasi: Jika ia telah merasa
menghabiskan biaya belajar yang besar dan masih ada adiknya yang harus
dibiayai orang tuanya, maka ia berusaha untuk cepat lulus.
5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di
sela-selanya adalah bermain atau istirahat) yang berkesinambungan,
individu dilatih untuk mengunakan kekuatannya sendiri sehingga dapat di
rumah, membantu pekrjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya.
Apa yang dilakukannya diharapkan akan berhasil dengan memuaskan.
37
Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi dengan
manusia yang harus disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari
oleh pelaku, maka suatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar dapat
terselesaikan dengan bagus.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan
dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru,
manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil. Membangkitkan, bila siswa tak bersemangat;
meningkatkan, bila semangatnya telah kuat; dalam hal ini memberikan
hadiah pujian atau dorongan dapat digunakan untuk mengobarkan semangat
belajar siswa.
2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-
macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak memperhatikan, ada yang
bermain, disamping ada yang bersemangat belajar. Diantara yang
bersemangat belajar, ada yang berhasil dan ada yang gagal. Dengan
bermacam ragamnya motivasi belajar tersebut, maka guru dapat
menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.
3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara
bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur,
teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Peran
paedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai dengan perilaku siswa.
4) Memberi peluang guru untuk ”Unjuk kerja” rekayasa paedagogis. Tugas
guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangannya
justru terletak pada “mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi
semangat belajar.
3. Tinjauan Tentang Disiplin Belajar
a. Pengertian Disiplin Belajar
Melayu SP Hasibuan (1994: 212) mengatakan bahwa “Kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
38
perusahaan dan norma-norma yang berlaku”. Jadi menurut Melayu,
kedisiplinan harus dilakukan secara sadar dan dengan kesadaran tanpa adanya
suatu paksaan dan tekanan dari pihak manapun.
Suharsimi Arikunto (1990: 114) mengatakan :
“Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kedisiplinan berkaitan erat dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar melalui pembentukan diri dan watak”.
Seperti yang dikatakan di atas, displin dapat diartikan sebagai sebuah
kesadaran hati yang mengharuskan diri seseorang mengikutinya dengan
melibatkan juga suatu sikap pengendalian yang dapat digunakan sebagai
perilaku atau sikap sadar terhadap pembentukan diri maupun watak individu
itu sendiri.
Kemudian I.G. Woersanto (1985: 147) mengatakan bahwa “Disiplin
adalah suatu sikap ketaatan seseorang dengan suatu aturan atau ketentuan
yang berlaku dalam suatu organisasi itu, atas dasar adanya kesadaran dan
keinsyafan bukan adanya unsur paksaan”. Sedangkan Soegeng Prijodarminto
(1992: 23) mengatakan bahwa “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban”.
Berdasarkan pengertian disiplin tersebut, dapatlah peneliti simpulkan
bahwa kedisiplinan adalah sikap kesadaran, ketaatan, dan kepatuhan seseorang
dengan tata tertib, norma-norma, peraturan dan ketentuan-ketentuan baik yang
dibuat sendiri maupun yang disepakati bersama.
Dalam hal ini disiplin mempunyai tiga aspek yaitu:
1) Disiplin mental (mental attitude), yaitu sikap taat dan tertib sebagai hasil
atau pengembangan dari pelatihan, pengendalian pikiran dan pengendalian
watak.
2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria
dan standart yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut
39
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan
dengan aturan, norma, kriteria dan standart tersebut merupakan syarat
mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).
3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, yang
mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
Slameto (1995: 2) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan Sardiman AM (2001: 23)
mengatakan bahwa “ Belajar merupakan upaya perubahan tingkah laku
dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk menuju perkembangan pribadi
yang seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, dan ranah afektif,
kognitif, dan psikomotorik”.
Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa kedisiplinan belajar adalah
suatu kondisi belajar yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah laku
belajar yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang ditaati oleh
semua pihak secara sadar sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam
belajar, dan dengan tujuan untuk menjadi yang lebih baik
b. Fungsi Kedisiplinan
Dengan belajar disiplin dari kecil, kita akan mendapat keuntungan di
masa depan dengan persaingan kehidupan yang semakin ketat. Dengan disipin
kita akan mendapat banyak keuntungan dalam pergaulan dimasyarakat. Fungsi
utama disiplin adalah untuk mengajarkan pengendalian diri secara baik,
menghormati dan mematuhi perilaku yang otoriter. Sedangkan wujud dari
perilaku disiplin anak sekolah dalam belajar antara lain anak mematuhi
peraturan yang berlaku, mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu,
belajar secara teratur dan mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan.
EB. Hurlock (1993: 97) menyebutkan bahwa fungsi disiplin dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Fungsi yang bermanfaat
40
Fungsi yang bermanfaat ini meliputi: (a) untuk mengajar anak yaitu bahwa
perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti
dengan pujian, (b) untuk mengajar anak tentang suatu tingkatan
penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, dan
(c) untuk membantu anak mengembangkan hati nurani mereka.
2) Fungsi yang tidak bermanfaat
Fungsi yang tidak bermanfaat ini meliputi: (a) untuk menakut-nakuti anak,
dan (b) sebagai pelapisan agresi orang yang mendisiplin.
c. Unsur-unsur Kedisiplinan
Elizabeth B Hurlok (1992: 82) menyebutkan bahwa ada empat unsur
kedisiplinan yaitu:
1) Peraturan: sejumlah aturan-aturan yang telah disetujui oleh anggota
kelompok tersebut.
2) Hukuman: ganjaran atau suatu pembalasan atas suatu pelanggaran yang
berfungsi pengulangan dan untuk mendidik.
3) Penghargaan: suatu janji akan imbalan karena berbuat sesuatu yang
berbentuk kata-kata atau pujian, senyuman maupun bentuk materi yang
berfungsi mendidik dan memotivasi untuk mengulangi perilaku yang
disetujui secara sosial.
4) Konsistensi: tingkat stabilitas pelaksanaan peraturan atau konstan.
Dari beberapa unsur kedisiplinan di atas dapat diketahui bahwa
penerapan kedisiplinan pada para siswa memerlukan berbagai cara,
diantaranya dengan diberlakukannya peraturan yang harus dipatuhi siswa.
Berdasarkan unsur-unsur ini dapat digunakan para pendidik untuk
diberlakukan dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan
proses pembelajaran semacam ini merupakan terapi penanaman kedisiplinan
agar siswa dapat berhasil lebih baik prestasi belajarnya.
4. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
41
Zainal Arifin (1990: 3) mengatakan bahwa “Prestasi adalah
kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu
hal”. Ketut Sukardi (1983: 26) mengatakan bahwa “Prestasi adalah suatu hasil
yang maksimal yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan
mempotensikan diri lewat belajar”. Zainal Arifin (1990: 3) menambahkan
bahwa “Prestasi belajar adalah Suatu masalah yang bersifat perenial dalam
sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentan kehidupannya manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”.
Singgih D. Gunarso (1990: 57) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah
hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar.”
Kemudian Poerwodarminta (2002: 787) mengatakan “Prestasi adalah
penguasaan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang
biasanya ditunjukkan dengan nilai test berupa angka yang diberikan oleh
guru”. Sedangkan Saifudin Azwar (1996: 13) mengatakan “Prestasi belajar
bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa
dalam belajar”.
Dari pengertian-pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil belajar yang selalu dikejar oleh
setiap siswa di sekolah atau merupakan hasil dari usaha belajar dan digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Keberhasilan manusia dalam meraih prestasi belajar, pada tingkat
dan jenis ilmu pengetahuan tertentu dapat memberikan kepuasan pula pada
manusia khususnya yang ada pada bangku sekolah. Oleh karena itu, prestasi
mempunyai beberapa fungsi. Zainal Arifin (1990: 4) menyebutkan kegunaan
prestasi banyak ragamnya, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. 2) Untuk keperluan diagnostik. 3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. 4) Untuk keperluan seleksi. 5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan. 6) Untuk menentukan isi kurikulum.
42
7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah. Selain itu prestasi belajar juga mempunyai fungsi seperti yang
diungkapkan oleh Zainal Arifin (1990: 3) yaitu:
1) Sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
anak didik.
2) Sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu (couriosity) dan merupakan
kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan anak didik dalam
suatu program pendidikan.
3) Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, yang asumsinya
prstasi belajar dijadikan pendorong dan umpan balik (feed back) dalam
meningkatkan mutu pndidikan.
4) Sebagai indikator intern dan extern dari suatu institusi pendidikan.
Indikator intern dijadikan sebagai indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan dan indikator extern dijadikan sebagai tingkat
kesuksesan anak didik di masyarakat.
5) Dapat dijadikan indikator dengan daya serap (kecerdasan) anak didik.
Dalam proses belajar mengajar anak didik diharapkan dapat menyerap
seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam melaksanakan kegiatan belajar sehari-hari, seorang siswa
selalu berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Prestasi
belajar yang dicapai siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai hal yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Zainal Arifin (1989: 23-24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Peserta didik harus melakukan banyak kegiatan, seperti melihat,
mendengar, merasakan, berfikir dan sebagainya.
2) Peserta didik harus rajin latihan dan mengulang kembali pelajaran yang
telah diajarkan.
3) Suasana belajar.
43
4) Peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau tidak
dalam belajar.
5) Pengalaman belajar.
6) Pengalaman masa lalu.
7) Kesiapan belajar.
8) Minat dan usaha.
9) Alat-alat dalam kegiatan belajar mengajar.
10) Keadaan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sumadi Suryabrata (1983: 7) menggolongkan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar menjadi dua yaitu: 1) faktor dari dalam
(intern), dan 2) faktor dari luar (ekstern).
Agar lebih jelas akan peneliti uraikan lebih lanjut mengenai dua
faktor tersebut:
1) Faktor dari dalam
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa merupakan faktor penentu
berhasilnya proses belajar mengajar di sekolah sangat tergantung dari
siswa yang bersangkutan. Diantara faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dari segi anak didik adalah:
a) Faktor fisiologis / jasmaniah
Keadaan jasmani siswa harus diperhatikan dan diusahakan selalu
dalam keadaan baik agar prestasi belajar siswa dapat dicapai secara
optimal. Keadaan jasmani yang penting seperti: pendengaran,
penglihatan, kondisi fisik dan kematangan fisik.
b) Faktor psikologis
Faktor ini sangat berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai siswa,
baik yang bersifat pembawaan maupun yang berasal dari pergaulan
seperti kemampuan belajar, tingkat intelegensi, bakat, unsur
kepribadian tertentu, seperti : sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi,
rasa aman, penyesuaian diri, perhatian, dan kematangan jiwa.
2) Faktor dari luar
44
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan
menjadi dua macam, yaitu:
a) Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
(1) Lingkungan alami, seperti: keadaan suhu, kelembaban udara,
cuaca, dan lain sebagainya.
(2) Lingkungan sosial, seperti: suasana ramai, kehadiran orang lain,
dan lain sebagainya.
b) Instrumen
Untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, faktor instrumen
merupakan penunjang terwujudnya tujuan belajar tersebut. Semakin
lengkap baik sarana belajar yang tersedia, maka kemungkinan
tercapainya tujuan belajar semakin besar.
Instrumen dapat dibedakan menjadi dua kelompok:
(1) Sofware atau instrumen perangkat lunak, yaitu:
kurikulum, guru, program, buku pedoman belajar, dan lain-lain.
(2) Hardware atau instrumen perangkat keras, yaitu:
gedung sekolah, mesin-mesin praktik, perlengkapan belajar, dan
lain-lain.
Sedangkan Drs. Dimyati Mahmud (1989: 84-87) menyebutkan faktor
yang mempengaruhi tingkat prestasi ada dua, yaitu:
1) Faktor internal
a) N.Ach (Need for Achievement) ialah dorongan atau motif untuk
berprestasi. N.Ach ialah suatu usaha instrinsik untuk mencapai
prestasi dalam hal tertentu.
Menurut hasil penelitian Winterbottom (1958), Rosen dan
D’Andrade (1959) remaja-remaja yang mempunyai dorongan kuat
untuk berprestasi berasal dari keluarga-keluarga yang memiliki
standart tinggi dalam berprestasi, yang memberikan imbalan hadiah
dengan keberhasilan berprestasi dan yang memberikan dorongan
45
untuk mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain. Di samping itu,
menurut Shaw dan White (1965) hal tersebut pada umumnya ada
kaitannya dengan hubungan orang tua – anak yang hangat dimana
anak membentuk identifikasi yang kental dengan orang tuanya.
b) Takut gagal
Takut gagal, yang seringkali berupa perasaan cemas seperti
apabila menempuh ujian, mempelajari sesuatu yang baru atau
memecahkan masalah yang sulit, dapat mengganggu dalam
keberhasilan dalam berprestasi. Murid-murid yang merasa sangat
gugup selama menempuh ujian, akan memperoleh hasil yang lebih
buruk daripada mereka yang tenang dan santai.
c) Takut sukses
Takut sukses mungkin lebih karakteristik pada wanita
ketimbang pada pria. Apabila cukup kuat, takut sukses itu dapat
mendorong seseorang dan melahirkan perasaan-perasaan negatif
dengan prestasi yang baik.
2) Faktor eksternal
Banyak perbedaan dalam prestasi akademik (atau prestasi
dalam pekerjaan) bukan disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan
tempat kemampuan dan motif itu ditunjukkan. Lingkungan sekolah
misalnya, sangat bervariasi: gedung, fasilitas fisik lain, peralatan,
perpustakaan, kesempatan untuk memperluas dan memperkaya
pengetahuan, suasana kelas, disiplin, kualitas, dan penghasilan guru-
gurunya. Selain itu prestasi tersebut juga dihubungani oleh lingkungan
yang lain, seperti lingkungan rumah tangga. Kualitas lingkungan
keluarga misalnya: ada tidaknya pesawat TV, kamus, ensiklopedi, surat
kabar, dan sebagainya, sangat berkait dengan tingkat prestasi akademik
para siswa.
46
Selanjutnya Dimyati dan Mujiono (1999: 239) menyebutkan
bahwa proses belajar dihubungani oleh faktor intern dan ekstern, antara
lain:
a) Sikap dengan belajar
b) Motivasi belajar
c) Konsentrasi belajar
d) Mengolah bahan belajar
e) Menyimpan perolehan hasil belajar
f) Menggali hasil belajar yang tersimpan
g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
h) Rasa percaya diri
i) Inteligensi dan keberhasilan belajar
j) Kebiasaan belajar
k) Cita-cita siswa
B. Kerangka Berpikir
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai prestasi belajar banyak
dipengaruhi oleh kondisi yang ada dalam pribadi siswa tersebut (individu), dan
kondisi disekelilingnya. Kondisi tersebut dinyatakan sebagai kondisi internal dan
kondisi eksternal. Faktor internal merupakan faktor penting dan berpengaruh
dalam menentukan prestasi belajar siswa, selain faktor eksternal yang juga
berpengaruh tetapi tidak terlalu besar andilnya dalam keberhasilan siswa dalam
memperoleh prestasi belajar yang bagus.
Pola asuh adalah perlakuan, cara atau kebiasaan orang tua yang
diterapkan untuk menjaga, merawat, dan membimbing anak di dalam lingkungan
keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan yaitu
dengan cara menunjukkan kekuasaan dan memeperhatikan keinginan anak. Sikap,
cara dan kebiasaan orang tua dalam mendidik anak secara konsisten cenderung
mengarah pada pola asuh tertentu sesuai dengan wawasan dan pengalaman orang
tua sebagai pemimpin didalam lingkungan keluarga. Orang tua harus menerapkan
pola asuh yang paling tepat dan sesuai agar anak menjadi manusia yang berguna
bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Setiap orang tua memiliki cara
47
yang berbeda-beda dalm mendidik dan membesarkan anak, yaitu ada yang
menggunakan cara liberal, otoriter, demokratis, dan ada pula yang
menggabungkan ketiganya. Dengan pola asuh tepat dapat memotivasi anak agar
berprestasi, dan sebaliknya pola asuh yang kurang baik mengakibatkan prestasi
belajar anak yang kurang optimal.
Motivasi belajar adalah keinginan yang kuat untuk mencapai
keberhasilan dalam pekerjaan yang ditandai dengan upaya aktualisasi diri,
kepedulian pada keunggulan dalam pelaksanaan tugas yang optimal berdasarkan
perhitungan yang rasional. Motivasi belajar diperlukan untuk mencapai prestasi
yang diinginkan, yaitu dalam hal menguasai, memahami, dan mampu mengatasi
rintangan yang ada, serta dapat memelihara kualitas belajar yang tinggi agar
mampu bersaing dengan standar keunggulan tertentu. Dorongan tersebut dapat
berupa dorongan dari dalam maupun dari luar diri siswa. Mengingat begitu
pentingnya peran motivasi belajar, maka hal tersebut perlu diusahakan dan
dikembangkan, sehingga perlu adanya peran serta guru dan orang tua dalam
pengupayaannya. Peran serta guru sangat diperlukan saat anak sedang belajar
disekolah, sedangkan peran peran orang tua dibutuhkan saat anak berada dalam
pengawasan keluaraga. Pada kenyataannya, kadar tinggi rendahnya motivasi
belajar yang dimiliki setiap siswa juga berbeda antara satu dengan yang lain, yang
disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam maupun
dari luar diri siswa itu sendiri. Meskipun pada dasarnya motivasi yang paling baik
adalah motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri, namun sedikit banyak dorongan
dari pihak luar juga sangat diperlukan untuk perkembangan siswa. Apabila
seorang siswa dalam melakukan setiap kegiatan belajar selalu didasari dengan
motivasi belajar yang tinggi, maka dimungkinkan bahwa hasil belajar yang
dicapaikan lebih maksimal dan sesuai dengan harapan.
Disiplin belajar adalah suatu tata tertib sebagai pola tingkah laku belajar,
sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan dalam belajar serta menimbulkan
perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan
siswa. Kedisiplinan dapat terbentuk melalui perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban. Seseorang dikatakan memiliki
48
kedisiplinan yang tinggi apabila ia mau mengikuti dan mentaati peraturan,
mempunyai kesadaran melakukan peraturan tersebut, dan melaksanakan hukuman
apabila melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar sangatlah penting untuk
memotivasi anak agar berprestasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka model kerangka berfikir antara keempat
variabel tersebut adalah:
X1 : Variabel Bebas
X2 : Variabel Bebas
X3 : Variabel Bebas
Y : Variabel Terikat
C. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis yang dapat dikemukakan sesuai dengan kerangka
pikir yang ada adalah sebagai berikut:
Disiplin belajar ( X3 )
Motivasi belajar ( X2 )
Prestasi belajar
( Y )
Pola asuh orang tua ( X1 )
49
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi
belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas
XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010.
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten
tahun ajaran 2009/2010.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten
tahun ajaran 2009/2010.
4. Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Klaten
tahun ajaran 2009/2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan tujuannnya, penelitian merupakan suatu usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi dengan kebenaran suatu
peristiwa atau suatu pengetahuan, dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Metode-metode ilmiah di dalam suatu penelitian dikelompokkan dalam
metodologi penelitian. Berikut ini akan diuraikan pengertian mengenai
metodologi penelitian agar kita dapat memahaminya dengan jelas. Menurut
Abdurrahmat Fathoni (2006: 98) menyatakan bahwa “Metodologi penelitian
adalah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu
penelitian”. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 4) menyatakan bahwa “Metodologi
Penelitian adalah suatu pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah
untuk research”.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metodologi
penelitian adalah suatu pengetahuan yang membahas tentang prosedur atau cara
yang akan ditempuh oleh seorang peneliti guna mencari kebenaran yang
mencakup teknik-teknik yang akan digunakan dalam suatu penelitian. Metodologi
50
penelitian ini mempunyai ruang lingkup pembahasan yaitu: metode penelitian,
pengambilan sampel, pengumpul dan inventarisasi data serta penyajian dan
analisis data.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang
beralamatkan di JL. Sersan Sadikin No. 89 Girimulyo, Kecamatan Klaten Utara
Kabupaten Klaten. Kemudian yang melatarbelakangi pemilihan lokasi tersebut
adalah:
a. SMA Muhammadiyah 1 Klaten belum pernah dijadikan objek penelitian
dengan topik yang sama dengan penelitian ini sehingga diharapkan akan
berguna bagi sekolah.
b. Tersediannya data yang diperlukan.
c. Adanya ijin dari pihak SMA Muhammadiyah 1 Klaten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan setelah proposal persetujuan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
Tahun 2009 – 2010 Jenis Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Pengajuan judul Proposal Seminar proposal Revisi proposal Perijinan penelitian
Pelaksanaan penelitian
Analisis data Penyusunan laporan
Ujian skripsi
34
51
B. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian keberhasilan ditentukan oleh ketepatan metode
yang digunakan. Yang dimaksud metode penelitian menurut Winarno Surakhmad
(1994: 131) adalah “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa”.
Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 136) berpendapat bahwa “Metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya”. Abdurrahmat Fathoni (2006: 98) menyatakan bahwa “ Metodologi
penelitian adalah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam
melakukan suatu penelitian”. Sutrisno Hadi (2000: 4) “Metodologi Penelitian
adalah suatu pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk
research”.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa
metodologi adalah suatu ilmu yang membahas cara atau metode yang digunakan
dalam kegiatan penelitian ilmiah. Kegiatan tersebut meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian. Ada
berbagai metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Winarno Surakhmad
(1998: 29) mengemukakan ada tiga macam metode penelitian, yaitu “Jenis
pertama digolongkan dalam kategori metode penyelidikan historis, yang kedua
dalam kategori metode penyelidikan deskriptif, yang ketiga dalam kategori
metode penyelidikan experimental”.
Untuk memperjelas ketiga metode penelitian tersebut, akan diuraikan lebih
lanjut sebagai berikut:
1. Metode Penelitian Historis
Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang bertujuan
membuat rekonstruksi masa lalu dengan cara mengumpulkan dan menafsirkan
gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul di masa lampau, untuk
menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami kenyataan-
kenyataan sejarah, memahami situasi sekarang dan meramalkan
perkembangan yang akan datang.
52
2. Metode Penelitian Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang
diselidiki dan menggambarkan keadaan penelitian yang ada pada masa
sekarang. Penelitian deskriptif merupakan istilah penelitian umum yang
mencakup berbagai teknik deskriptif yang meliputi teknik survey, interview,
angket, observasi, atau dengan teknik tes: studi kasus, studi komparatif atau
operasional.
3. Metode Penelitian Eksperimen
Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara
membandingkan dengan peristiwa dengan fenomena tertentu. Metode ini
digunakan pada penelitian dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk
melihat atau memperoleh suatu hasil dan mempunyai tujuan untuk meneliti
hubungan dari beberapa kondisi dengan suatu gejala.
Untuk mendapatkan data penelitian yang tepat, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang didasarkan pada
penarikan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang diolah dengan
menggunakan metode statistik. Metode deskriptif dimaksudkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi yaitu membuat paparan keadaan secara
obyektif dari prestasi belajar sosiologi siswa yang ditinjau dari segi pola asuh
orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar pada siswa kelas XI SMA
Muhammadiyah 1 Klaten.
Winarno Surakhmad (1998: 140) mengemukakan ciri-ciri pokok metode
deskriptif sebagai berikut:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik)
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif
menurut Moh. Nazir (1999: 73) adalah:
53
1. Memilih dan merumuskan masalah yang dikehendaki konsepsi ada
kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari
penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah.
3. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian
deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah
geografis di mana penelitian akan dilakukan. Batasan-batasan kronologis,
ukuran tentang dalam dangkal serta seberapa utuh daerah penelitian
tersebut akan dijangkau.
4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu
dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian
diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasi. Bagi ilmu
sosial yang telah berkembang baik maka kerangka analisa dapat dijabatkan
dalam bentuk-bentuk model matematika.
5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan
masalah yang ingin dipecahkan.
6. Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit
maupun secara implisit.
7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, guna teknik
pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
8. Membuat tabulasi serta analisis statik dilakukan dengan data yang telah
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas
yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
9. Memberikan intepretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi
sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi
khas dengan masalah yang ingin dipecahkan.
10. Mengadakan generalisasi serta dedukasi dari penemuan serta hipotesis-
hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk
kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
54
Sedangkan Sumadi Suryabrata (1998: 19) mengemukakan langkah-
langkah pokok dalam melaksanakan penelitian deskriptif adalah:
1. Definisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Fakta-
fakta dan sifat-sifat apa yang perlu diketemukan?
2. Rancangkan cara pendekatannya. Bagaimana kiranya data akan
dikumpulkan? Bagaimana caranya menentukan sampelnya untuk
menjamin supaya sampel representatif bagi populasinya? Alat atau teknik
observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat? Apakah metode
pengumpulan data itu perlu di try out kan? Apakah para pengumpul data
perlu dilatih terlebih dahulu?
3. Kumpulkan data.
4. Susun laporan.
Langkah-langkah penelitian yang akan peneliti lakukan sejalan dengan
langkah-langkah penelitian deskriptif dari kedua pendapat di atas, yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah.
2. Memilih masalah yang diteliti.
3. Merumuskan masalah yang akan diteliti.
4. Mengadakan pembatasan masalah.
5. Menentukan tujuan.
6. Merumuskan kerangka teori.
7. Merumuskan hipotesis.
8. Menyiapkan instrumen dan memilih teknik pengumpulan data yang tepat.
9. Mengumpulkan data di lapangan.
10. Menganalisis data.
11. Mengadakan generalisasi (membuat kesimpulan).
12. Menyusun laporan.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Slamet Widodo (2004: 52) menyatakan “Populasi adalah semua nilai baik
hasil penilaian maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada
55
karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas”.
Sutrisno Hadi (2000: 220) menyatakan bahwa “Populasi adalah sejumlah
penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”.
Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 115) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian yang minimal mempunyai satu sifat yang
sama yang sifatnya jelas dan lengkap yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini populasi terdiri dari siswa kelas XI IPS SMA
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun ajaran 2009/2010 yang memiliki 3 cluster, yaitu
XI.1, XI.2, dan XI 3 yang semuanya berjumlah 120 siswa.
2. Sampel penelitian
a. Pengertian
Kegiatan penelitian ini dapat dilakukan dengan meneliti seluruh populasi
atau hanya sebagian saja sesuai dengan keperluan. Hal ini mengingat
keterbatasan waktu dan tenaga yang mungkin menjadi kendala dalam kegiatan
penelitian, maka seorang peneliti perlu menetapkan sampel. Dengan kata lain,
dalam suatu penelitian adakalanya tidak semua anggota dari populasi dapat di
amati, oleh karena itu diperlukan sampel. Ada beberapa pendapat yang
mengemukakan pengertian mengenai sample. Kartini Kartono (1992: 115)
menegemukan bahwa “Sampel atau sample adalah contoh, monster,
representant atau wakil dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya”.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2003: 107) mengemukakan “Sampel atau
contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan
individu penelitian”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa sampel merupakan contoh, monster, atau sebagian
individu yang diselidiki dari keseluruhan individu di dalam suatu penelitian.
Pengambilan sampel ini dilakukan karena tidak dimungkinkannya untuk
mengamati seluruh anggota populasi yang sangat besar jumlahnya. Dalam
56
pengambilan sampel perlu memperhatikan syarat yang sangat penting yaitu
sampel harus mewakili populasi. Wakil dari populasi dalam hal ini harus
mencerminkan semaksimal mungkin ciri-ciri atau sifat-sifat dari populasi.
b. Besarnya sampel
Masalah tentang besar kecilnya pengambilan sampel merupakan masalah
yang serius. Pada umumnya orang menentukan besar kecilnya pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan praktis seperti biaya,
kesempatan dan tenaga. Besarnya anggota sampel harus dihitung berdasarkan
teknik-teknik tertentu agar kesimpulan yang berlaku untuk populasi dapat
dipertanggungjawabkan. Di samping itu, dalam pengambilan sampel juga
harus memenuhi teknik sampling seperti yang telah diuraikan tersebut di atas.
Winarno Surakhmad (1990: 100) menyatakan bahwa “Untuk pedoman
umum saja dapat dikatakan bahwa bila populasi cukup homogen dengan
populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50 %, dan di atas
100 dapat diambil sampel sebesar 15-20 %”. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
apabila sampel yang diambil semakin besar, maka hasil yang diperolah juga
semakin valid dan memuaskan. Sebaliknya, apabila sampel yang diambil
hanya sedikit maka hasil yang diperoleh juga kurang valid atau tidak
memuaskan. Hadari Nawawi (1995: 144) mengatakan bahwa “Sampel secara
sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam suatu penelitian”. Donald Ary (1982: 198) menyatakan
bahwa “Besarnya sampel sebaiknya menggunakan sampel yang sebesar
mungkin namun disarankan agar penulis memasukkan sedikitnya tiga puluh
subyek kedalam sampelnya, karena jumlah ini memungkinkan penggunaan
statistik sampel besar. Penelitian deskriptif biasanya menggunakan sampel
yang lebih besar; kadang-kadang dianjurkan untuk mengambil 10 sampai 20
persen dari populasi yang dapat dijangkau”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti mengambil sampel
sebanyak 25% atas dasar pertimbangan keadaan populasi yang homogen yaitu
siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Jadi sampel yang diambil
57
peneliti sebesar 25% x 120 = 30, jadi besarnya sampel dalam penelitian ini
adalah 30 siswa.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, ada
teknik-teknik yang harus dilakukan untuk mengambil sampel dari populasi
yang ada. W. Gulo (2002: 78) mengemukakan “Pengambilan sampel dari
populasi disebut penarikan sampel atau sampling”. Hadari Nawawi (1990:
152) mengemukakan “Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber
data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”.
Sutrisno Hadi (2000: 75) menyatakan bahwa “Sampling adalah cara yang
digunakan untuk mengambil sampel….”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa teknik sampling merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mengambil sampel sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan
sebagai sumber data di dalam suatu penelitian. Dalam pengambilan sampel
tersebut seorang peneliti harus memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran
populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar mewakili populasi.
Sutrisno Hadi (2000: 75) menyebutkan ada dua macam teknik sampling,
yaitu:
1) Teknik Random Sampling Prosedur random sampling meliputi: a) Cara undian, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara undian. b) Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan
tertentu dari suatu daftar yang telah disusun. c) Cara randomisasi dari tabel bilangan random.
2) Teknik Non Random Sampling meliputi: a) Proporsional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari tiap- tiap
sub populasi dengan memperhitungkan sub- sub populasi. b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi
terdiri dari susunan kelompok- kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
58
d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan ada quantum.
e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar.
f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada area.
g) Teknik cluster sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi.
Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling diatas maka
penulis akan menguraikannya sebagai berikut:
1) Teknik Random Sampling
Teknik random sampling adalah pengambilan sampel secara
random atau tanpa pandang bulu. Dalam random sampling semua individu
dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun
cara-cara yang digunakan dalam random sampling adalah sebagai berikut:
a) Cara Undian
Cara ini dilakukan sebagaimana kita melakukan undian. Jika cara
ini dilakukan dengan semua individu dalam populasi maka teknik ini
disebut unrestricted random sampling atau random sampling tak
bersyarat. Akan tetapi sangat sulit untuk melakukan cara ini jika
jumlah subjek dalam populasi sangat banyak atau jika kita belum
mengatahui secara pasti semua individu dalam populasi.
b) Cara Ordinal
Cara ini dilakukan dengan mengambil subjek dari atas ke bawah.
Ini dilakukan dengan mengambil mereka-mereka yang bernomor ganjil
genap, nomor kelipatan angka tiga, lima sepuluh dan sebagainya
tergantung ketentuan yang dibuat oleh peneliti yang sebelumnya telah
disusun.
c) Randomisasi dari Tabel Bilangan Random
Tabel bilangan random umumnya terdapat pada buku-buku
statistik. Cara ini paling banyak digunakan oleh para peneliti. Hal ini
karena selain prosedurnya sangat sederhana, kemungkinan
59
penyelewengan juga dapat dihindari. Randomisasi dapat dikenakan
pada semua subjek atau individu dalam populasi.
2) Teknik Non Random Sampling
Semua sampling yang dilakukan bukan dengan teknik random
sampling disebut nonrandom sampling. Dalam sampling ini tidak semua
individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan
menjadi anggota sampel. Generalisasi dalam nonrandom sampling tidak
dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi kecuali apabila peneliti
memiliki keyakinan dan dapat membuktikan bahwa populasi relatif sangat
homogen. Jenis-jenis nonrandom sampling adalah sebagai berikut:
a) Proporsional Sampling
Proporsional sampel adalah sampel yang terdiri dari sub-sub
sampel yang pertimbangannya mengikuti pertimbangan sub-sub
populasi, artinya adalah bahwa besarnya sampel ditentukan atau
tergantung besar kecilnya dari tiap sub populasi. Individu yang
ditugaskan untuk menjadi sampel diambil secara random dari sub
populasi. Cara ini disebut dengan proporsional random sampling.
b) Teknik Stratified Sampling
Stratified sampling biasa digunakan jika populasi terdiri dari
kelompok-kelompok yang mempunyai susunan bertingkat. Banyaknya
tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkatan harus
mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian.
Dalam hal ini proporsi dari jumlah subjek yang ada dalam tiap-tiap
tingkatan dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel
sehingga mereka dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi.
c) Teknik Purposive Sampling
Dalam purposif sampling pemilihan sekelompok subjek
didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki
kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena
itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan
60
lagi. Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau
kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil
beberapa kelompok kunci saja.
d) Teknik Quota Sampling
Dalam quota sampling yang harus dan penting untuk dilakukan
adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian
permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang
menjadi responden diserahakn kepada sebuah tim. Tim ini bertugas
untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalm
penelitian. Ciri utama dari quota sampling adalah jumlah subjek yang
sudah ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut
mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan.
e) Teknik Double Sampling
Teknik ini sangat baik digunakan apabila penelitian
menggunakan angket yang dikirimkan dengan menggunakan jasa pos
sebagai usaha penampungan bagi mereka yang tidak mengembalikan
angket. Responden yang telah mengembalikan daftar angket
dimasukkan kedalam sampel pertama, sedangkan responden yang tidak
mengembalikan daftar angket dimasukkan ke dalam sampel kedua.
Pengumpulan data dari sampel kedua dapat ditempuh dengan jalan
interview.
f) Teknik Area Probability Sampling
Area probabiliti sampling membagi daerah-daerah populasi
menjadi sub-sub populasi, dan sub populasi ini dibagi lagi kedalam
daerah yang lebih kecil dan apabila diperlukan maka daerah kecil ini
dapat dibagi lagi kedalam daerah-daerah yang lebih kecil lagi. Adapun
besarnya subjek yang akan diteliti dari masing-masing daerah tersebut
tidak dapat ditetapkan secara umum. Hal ini sangat tergantung pada
situasi khusus yang dihadapi oleh peneliti.
g) Teknik Cluster Sampling
61
Dalam cluster sampling satuan-satuan sampel tidak terdiri dari
individu melainkan kelompok-kelompok atau cluster. Sampling ini
dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan
dengan cluster dipandang lebih murah dan mudah dari pada observasi
dengan individu yang terpencar-pencar.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah tehnik cluster
proporsional random sampling. Tehnik cluster proporsional random sampling
adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana populasi terdiri dari berbagai
macam kelompok atau sub populasi yang tiap individu yang dipilih sebagai
sampel memiliki kesempatan yang sama. Alasan dipilihnya teknik ini karena
populasi terdiri dari kelompok-kelompok yang berupa kelas. Tiap kelas-kelas
atau kelompok individu mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi anggota sampel dan dari keseluruhan kelas dapat terwakili secara
proporsional. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Mengambil lokasi penelitian, yaitu di SMA Muhammadiyah 1 Klaten
(2) Menetapkan populasi penelitian, yaitu siswa kelas XI IPS
(3) Seluruh populasi terbagi menjadi 3 kelas yaitu XI 1, XI 2, dan XI 3
(4) Mengambil sampel secara random dari 3 kelas tersebut
(5) Sampel diambil 25% dari jumlah populasi yaitu sejumlah 30 siswa
sebagai responden.
b. Tehnik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan data yang dikumpulkan dari para responden. Untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Angket
a. Pengertian Angket
Dalam penelitian ini teknik pokok yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah menggunakan angket atau kuesioner. Nasution
(2003: 128) mengemukakan “Angket atau questionnaire adalah daftar
62
pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk dijawab dan
dikembalikan atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan peneliti”.
Mardalis (2004: 67) mengemukakan bahwa “Kuesioner atau angket adalah
teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan
informasi yang diperlukan oleh peneliti”. Sedangkan Iqbal Hasan (2004:
25) mengatakan “Penggunaan kuesioner adalah cara pengumpulan data
dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian dengan
objek yang diteliti (populasi dan sampel)”.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa angket
adalah sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis, yang ditujukan kepada
responden untuk dijawab secara tertulis pula dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang hal-hal yang diperlukan dalam penelitian.
b. Jenis-jenis Angket.
Nasution (2003: 129-130) membagi jenis angket menjadi 3
berdasarkan sifat jawaban yang diinginkan oleh peneliti:
1) Angket tertutup, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sehingga responden men-cek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya.
2) Angket terbuka, terdiri atas sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian dan meminta responden untuk menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
3) Kombinasi angket terbuka dan tertutup, terdiri dari angket tertutup yang mempunyai jawaban yang ditambah alternatif terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab di samping/di luar jawaban yang tersedia.
Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 129) mengungkapkan
bahwa berdasarkan bentuknya angket dapat dibagi menjadi empat jenis:
1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah kuesioner tertutup.
2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. 3) Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal
membubuhkan tanda check (V) pada kolom yang sesuai.
63
4) Kolom-kolom yang rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju ke sangat tidak setuju.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2005: 77) membagi macm-
macam angket sebagai berikut:
1. Menurut prosedurnya.
a. Angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada dan
dijawab oleh responden.
b. Angket tidak langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada
seseorang untuk mencari informasi (keterangan) tentang orang lain.
2. Menurut jenis penyusunannya.
a. Angket tipe isian.
Yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan mengisi
format titik pada tiap pertanyaan, angket tipe isian menurut
bentuknya dapat dibedakan lagi menjadi:
1) Angket terbuka, apabila responnya tentang masalah yang
dipertanyakan.
2) Angket tertutup, yaitu angket yang diwajibkan oleh responden
secara oleh faktor-faktor tertentu misalnya faktor subyektivitas
seseorang.
b. Angket tipe pilihan.
Yaitu angket yang harus dijawab oleh responden dengan cara
tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Jumlah
alternatif jawab minimal dua dan maksimal lima dengan maksud
supaya tidak menjemukkan responden.
Berdasarkan jenis-jenis angket yang telah dijelaskan di atas, maka
dalam penelitian ini digunakan jenis angket tertutup, langsung dan
merupakan angket pilihan.
c. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Sebagai suatu teknik pengumpulan data, angket memiliki kelebihan
dan kelemahan. Sumadi Suryabrata (2002: 75) juga mengemukakan
beberapa kebaikan angket, di antaranya sebagai berikut:
64
1) Biaya relatif murah. 2) Waktu mendapatkan data relatif singkat. 3) Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai
perihal yang sedang terjadi. 4) Dapat dilakukan pada sejumlah subjek yang sangat besar. Senada dengan pendapat Sumadi Suryabrata, kelebihan
penggunaan metode angket menurut Suharsimi Arikunto (2002: 129)
yaitu:
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti. 2) Dapat dibagikan serentak 3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-
masing. 4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak
malu-malu menjawab. 5) Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat
diberi pertanyaan yang benar-benar sama Selain memiliki kelebihan-kelebihan seperti yang disebutkan di
atas, angket/kuesioner juga memiliki beberapa kelemahan. Suharsimi
Arikunto (2002: 129) mengemukakan bahwa kelemahan kuesioner adalah
sebagai berikut:
1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2) Seringkali sukar dicari validitasnya 3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan
sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur. 4) Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. 5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang-kadang
ada yang terlalu lama sehingga terlambat. Sedangkan Sutrisno Hadi (2002: 157) mengemukakan bahwa
kelemahan angket sebagai alat pengumpul data di antaranya adalah:
1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap. 2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dihubungani oleh
keinginan-keinginan pribadi. 3) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-
hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.
4) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa. 5) Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-
unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logika.
65
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa penggunaan
metode angket mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus di
perhatikan oleh peneliti.
a. Alasan Penggunaan Angket
Alasan digunakannya angket sebagai alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah:
1) Metode angket sangat praktis, yaitu dalam jangka waktu yang singkat
dapat memperoleh data yang relatif banyak.
2) Menghemat waktu dan biaya.
3) Responden dapat menjawab dengan bebas sesuai dengan keadaan
dirinya.
b. Penyusunan Angket
Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam penyusunan
angket agar hasil yang diperoleh dapat memenuhi target yang diharapkan
yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan tujuan pembuatan angket
Tujuan penyusunan angket adalah memperoleh data tentang Hubungan
antara Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Disiplin Belajar
dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Ajaran 2009/2010.
2) Menyusun kisi-kisi angket
Kisi-kisi angket disusun dengan maksud agar dalam penyusunan
angket yang sesungguhnya tidak mengalami kesulitan. Angket yang
dibuat merupakan hasil dari penjabaran dari kisi-kisi yang telah dibuat
sebelumnya.
3) Menyusun angket
Angket disusun melalui beberapa bagian yaitu: (1) membuat surat
pengantar penyebaran angket, (2) membuat petunjuk pengisian angket,
dan (3) membuat item-item atau butir-butir pertanyaan hasil
penjabaran dari kisi-kisi angket yang telah dibuat.
4) Memberi skor atau penilaian angket
66
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabe terikat. Variabel
bebasnya adalah pola asuh orang tua, motivasi belajar dan disiplin
belajar, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Dalam
penelitian ini alaternatif jawaban beserta skoringnya adalah sebagai
berikut:
a) Variabel pola asuh orang tua (X1)
Jika pertanyaan positif maka pemberian skornya adalah:
(1) Selalu = 4
(2) Sering = 3
(3) Kadang-kadang = 2
(4) Tidak pernah = 1
Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah:
(1) Selalu = 1
(2) Sering = 2
(3) Kadang-kadang = 3
(4) Tidak pernah = 4
b) Untuk variabel motivasi belajar (X2) .
Jika pertanyaan positif, maka pemberian skornya adalah:
(1) Selalu = 4
(2) Sering = 3
(3) Kadang-kadang = 2
(4) Tidak pernah = 1
Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah:
(1) Selalu = 1
(2) Sering = 2
(3) Kadang-kadang = 3
(4) Tidak pernah = 4
c) Untuk variabel disiplin belajar (X3)
Jika pertanyaan positif, maka pemberian skornya adalah:
(1) Selalu = 4
(2) Sering = 3
67
(3) Kadang-kadang = 2
(4) Tidak pernah = 1
Jika pertanyaan negatif maka pemberian skornya adalah:
(1) Selalu = 1
(2) Sering = 2
(3) Kadang-kadang = 3
(4) Tidak pernah = 4
5) Uji coba (try out) angket
Angket yang telah disusun perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu
untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Hadari Nawawi
(1995: 122) menyatakan bahwa tujuan uji coba angket adalah sebagai
berikut:
a) Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang kurang jelas maksudnya bagi responden
b) Memeriksa kemungkinan terdapat kata-kata asing yang dapat memberikan berbagai tafsiran dan bahkan mungkin yang sentimentil
c) Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang terlalu dangkal/masih terdapat faktor-faktor yang perlu diungkapkan ternyata belum ditanyakan
d) Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang tidak relevan dengan masalah penelitian dan perlu dihilangkan.
Jadi tujuan diadakan try out adalah untuk mengetahui kelemahan
angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh
mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan
tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat
validitas dan reliabilitas.
c. Teknik Analisis Item Angket
Analisis item angket dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas alat ukur yang telah dibuat, setelah angket tersebut disebarkan
68
kepada sejumlah kecil responden sebagai subjek uji coba. Analisis item
angket yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Uji Validitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah butir-butir yang diujicobakan
dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya. Saifuddin
Azwar (2000: 5) menyatakan “Validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya”.
Selanjutnya Saifuddin Azwar (2000: 45) menyebutkan ada beberapa
jenis validitas yaitu: a) Validitas Isi, b) Validitas konstruk dan c)
Validitas kriteria.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Validitas Isi
Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana item-item
dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik
apapun melainkan hanya analisis rasional. Validitas isi terbagi
menjadi dua tipe, yaitu:
(1) Validitas Muka (Face Validity) yaitu tipe validitas yang paling
rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian
dengan format penelitian (appearance) tes.
(2) Validitas Logika (Logical Validity), yaitu validitas yang
menunjukkan sejumlah isi tes yang merupakan representasi
dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.
b) Validitas Konstruk (Constuct Validity)
Yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes
mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukurnya.
Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis
statistika yang lebih kompleks.
c) Validitas Berdasar Kriteria (Criterian-Related Validity)
69
Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki
tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes.
Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam
validitas, yaitu:
(1) Validitas Prediktif (Predictif Validity)
Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang besar karena prosedur ini pada dasarnya merupakan
kontinuitas dalam proses pengambilan tes.
(2) Validitas Konkuren
Validitas konkuren merupakan indikasi yang layak ditegakkan
apabila tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan
merupakan validitas yang sangat penting dan situasi diagnostis.
Adapun validitas dalam penelitian ini menggunakan jenis
validitas konstruk (construct validity) yaitu untuk menunjukkan
seberapa jauh tes mengukur sifat atau konstruk tertentu karena item
disusun berdasarkan teori yang relevan serta dalam penelitian ini
angket bertujuan mengungkapkan konstruk teoritik yang hendak
diukur. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam uji validitas
item adalah sebagai berikut:
a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
b) Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah
responden.
c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
d) Menghitung korelasi antar skor tiap item dengan skor total.
Untuk menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
product moment dari Suharsimi Arikunto (2002: 146) yaitu:
Keterangan :
( )( )( ) ( )[ ] ( ) úû
ùêëé-
-=
å åååå åå
2222),(
YYNXXN
YXXYNyxr
70
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah sampel
∑X = skor masing-masing item
∑Y = skor total
Kriteria uji validitas tersebut adalah, jika p > 0,050 maka dapat
disimpulkan bahwa butirr item valid dan sebaliknya jika p < 0,050
maka butir item tidak valid.
2) Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2002: 154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk
pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data”. Artinya bahwa instrumen itu
dapat dipercaya jika mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari
responden yang diukur. Dari hasil pengujian validitas dapat diketahui
item yang valid dan yang tidak. Item yang tidak valid dibuang.
Sedangkan item yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan atau keajegan hasil yang
ditunjukkan oleh alat ukur tersebut.
Ada dua jenis reliabilitas yang dikemukakan oleh Arif Sukadi
Sadiman (1991: 107) yaitu:
a) Reliabilitas Stabilitas
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama/serupa untuks
setiap orang atau unit yang diukur setiap saat mengukurnya.
Menyangkut penggunaan indikator yang sama, definisi operasional
dan prosedur yang berbeda, untuk dapat memperoleh reliabilitas
stabilitas, setiap kali unit diukur skornya haruslah sama pada waktu
yang berbeda.
b) Reliabilitas Ekuivalen
Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan
jenis ukuran yang berbeda dalam waktu yang sama. Definisi
71
konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih
indikator pengumpulan data dan atau pengamat-pengamat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis reliabilitas
stabilitas, karena menggunakan indikator, definisi operasional dan
prosedur pengumpulan data yang sama meski pada waktu yang
berbeda. Uji reliabilitias digunakan untuk keempat variabel penelitian
yaitu pola asuh orang tua (X1), motivasi belajar (X2), disiplin belajar
(X3) dan prestasi belajar (Y).
Sedangkan teknik reliabilitas dapat dibedakan menjadi:
(1) Pendekaatan test-retest (tes ulang)
Pendekatan tes ulang dilakukan dengan menyajikan tes dua kali
pada satu kelompok subyek dengan tenggang waktu diantara
kedua penyajian tersebut.
(2) Pendekatan paralles forms (bentuk paralel)
Pendekatan paralel dalam konsistensi hasil pengukuran yang isi
itemnya baik secara kualitas dan kuantitasnya punya kesamaan
dengan bahasa sederhana mempunyai dua tes yang kembar.
(3) Pendekatan internal consistensy (konsistensi internal)
Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan
satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok
subjek, caranya dengan pembelahan tes.
(Saifuddin Azwar, 2000: 36-42)
Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan
adalah jenis reliabilitas konsistensi internal. Untuk mengukur tingkat
reliabilitas atau keterandalan instrumen dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alpha dari Suharsimi Arikunto, (2002: 168) yaitu
sebagai berikut:
úúû
ù
êêë
é Súûù
êëé=
2i
2b
11 11 -k
k r
ss
72
Keterangan :
r 11 = indeks reliabilitas instrumen
k = banyaknya soal
∑ 2bs = jumlah varian butir
2is = varian total
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keandalan angket apakah
dapat dipercaya atau tidak untuk mengumpulkan data penelitian. Jika
p < 0,050 maka hasil pengukuran reliabel, sebaliknya jika p > 0,050
maka hasil penelitian tidak reliabel.
2. Dokumentasi
Sebagai teknik bantu pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. Hadari Nawawi (1995: 133) berpendapat bahwa “Teknik
dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penyelidikan”.
Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan “Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda dan sebagainya”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi
adalah metode untuk memperoleh data dari dokumen-dokumen yang
digunakan sebagai sumber yang berwujud benda dan tulisan terutama arsip-
arsip, laporan-laporan catatan harian tentang suatu gejala atau peristiwa yang
lalu.
Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah:
a. Lebih mudah mendapatkan data karena sudah tersedia dan menghemat
waktu.
b. Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah mengunakannya.
c. Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.
73
d. Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan.
Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan diambil dari bagian
pengajaran SMA Muhammadiyah 1 Klaten yang berupa profil sekolah dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah yang dapat dipakai sebagai
pelengkap dari hasil penelitian.
c. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah dan
menganalisis data, yang berguna untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Pada tahap inilah data dikerjakan, diolah dan
dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga seorang peneliti berhasil menyimpulkan
kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan
dalam penelitian. Langkah-langkah yang harus diambil dalam pelaksanaan
analisis tersebut peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto (2005: 209) yang
menyatakan bahwa “Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga
langkah yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan
penelitian”. Ketiga hal tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
a. Persiapan
Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah mengecek nama dan
identitas responden, mengecek kelengkapan data dan mengecek pengisian
data. Tujuan dari kegiatan persiapan ini adalah untuk memilih data yang
dipakai sehingga kita tinggal mengadakan pengolahan data lebih lanjut.
b. Tabulasi Data
Langkah yang diambil dalam kegiatan ini adalah pemberian skor
dengan tiap-tiap item yang ada. Kegiatan tabulasi data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menyusun tabulasi data untuk variabel pola asuh orang tua,
motivasi belajar dan disiplin belajar.
c. Penerapan
Penerapan merupakan pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan
penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi ganda
74
(multiple regression). Suharsimi Arikunto (2005: 264) menyatakan bahwa
“Regresi ganda merupakan suatu perluasan dari teknik regresi apabila
terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi dengan
variabel terikat”. Dengan kata lain, teknik regresi ganda digunakan untuk
menggambarkan suatu variabel terikat yang dihubungkan dengan dua atau
lebih variabel bebas. Adapun alasan peneliti menggunakan teknik regresi
ganda adalah sebagai berikut:
1) Dalam penelitian ini ada tiga variabel prediktor dan satu variabel kriterium
a) Variabel terikat / dependen / kriterium: prestasi belajar.
b) Variabel bebas / independen / prediktor: pola asuh orang tua, motivasi
belajar, dan disiplin belajar.
2) Permasalahan yang hendak dicari dalam penelitian ini adalah mencari
hubungan dan menentukan besarnya sumbangan atau kontribusi.
Pengolahan data dilakukan dengan teknik analisa regresi ganda yaitu
dengan menggunakan bantuan komputer seri SPSS 2000. Sesuai teknik yang
digunakan maka dalam mengadakan analisis data, peneliti berpedoman pada
kaidah uji hipotesis via melalui komputer secara otomatis yaitu sebagai
berikut :
Jika P (Probabilitas) < 0,01 maka Sangat Signifikan
Jika P (Probabilitas) < 0,05 maka Signifikan
Jika P (Probabilitas) < 0,15 maka Cukup Signifikan
Jika P (Probabilitas) < 0,30 maka Kurang Signifikan
Jika P (Probabilitas) > 0,30 maka Tidak Signifikan
Kaidah uji normalitas menggunakan P > 0,050 = normal
Kaidah uji hipotesis konvensional (menggunakan tabel signifikasi)
Jika P (Probabilitas) < 0,01 maka Sangat Signifikan
Jika P (Probabilitas) < 0,05 maka Signifikan
Jika P (Probabilitas) > 0,30 maka Tidak Signifikan
Untuk uji butir tes menggunakan signifikasi P < 0,050
1. Uji Persyaratan Analisis
75
Sebelum melakukan analisis data dengan analisis regresi linier
ganda, seorang peneliti terlebih dahulu harus melakukan analisis prasyarat.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan analisis
regresi adalah sebagai berikut:
a) Data harus linier, yaitu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
b) Normalitas, yaitu dilakukan untuk melihat normal atau tidaknya
penyebaran data dari variabel penelitian. Dengan kata lain, normalitas
digunakan untuk melihat subyek yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini dapat mewakili populasi atau tidak.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis
data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Menyusun tabulasi data tentang pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan
disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa.
b) Melakukan uji prasyarat analisa yang meliputi:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini sangat berguna untuk menguji normal atau
tidaknya distribusi data penelitian. Tujuan utama dari uji normalitas
adalah untuk menguji keadaan distribusi sampel yang berasal dari
populasi. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi
Kuadart dari Mardalis (2004: 85) yaitu sebagai berikut:
X2 =å -fh
fhfo 2)(
Keterangan :
X2 = Chi kuadrat
fo = Data frekuensi yang diperoleh dari sampel
fh = Frekuensi yang diperoleh atau diharapkan dalam sampel sebagai
pencerminan dari frekuensi yang diharapkan dalam populasi.
Berdasarkan kaidah uji normalitas Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih Versi: IBM / IN adalah apabila P > 0,050 maka
76
sebarannya normal dan apabila P < 0,050 maka sebarannya tidak
normal.
2) Uji Linieritas
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui data yang akan
dianalisis merupakan data yang berbentuk regresi linier atau tidak.
Dengan kata lain, uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan
yang linier antara X1 dengan Y, untuk uji linieritas variabel X2 dengan
Y dapat menggunakan rumus yang sama hanya saja untuk X1 harus
diganti dengan X2, dan begitu juga untuk uji linieritas variabel X3.
Dalam hal ini uji linieritas dilakukan dengan menggunakan rumus dari
Sudjana (2001: 332) yaitu sebagai berikut:
a) JK (G) = ( )
å å åúúû
ù
êêë
é-
N
YYX
2
21
b) JK(TC) = JK (S) - JK (G)
c) dK (G) = N – K
d) dK (TC) = K – 2
e) RJK (TC) = )()(
TCdkTCJK
f) RJK (G) = )()(
GdkTCJK
g) F hitung = )()(
GRJKTCRJK
Keterangan :
Jk (G) : Jumlah Kuadrat Galat
Jk (TC) : Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
dk (G) : Derajat Kebebasan Galat
dk (TC) : Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJk (G) : Kuadrat Tengah Galat
RJk (TC) : Kuadrat Tengah Tuna Cocok
77
Berdasarkan kaidah uji normalitas Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih Versi: IBM / IN adalah apabila P > 0,050 maka
sebarannya normal dan apabila P < 0,050 maka sebarannya tidak
normal.
3) Uji Independensi
Uji independensi digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas 1X , 2X ,dan X3
( )( )( ){ } ( ){ }å åå å
å åå--
-=
222
121
212121
YYNXXN
XXXXN3xrx x
Keterangan :
21xrx x3 = koefisien korelasi 1X , 2X dan X3
1X = variabel pertama
2X = variabel kedua
X3 = variabel ketiga
N = menyatakan jumlah data observasi
(Suharsimi Arikunto, 2004: 124)
2. Uji Hipotesis
Uji ini menggunakan uji regresi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor
1) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment
antara 1X dengan Y, digunakan rumus:
( )( )( ) ( )å å åå
å åå--
-=
222
121
111
YYNXXN
YXYXNry
2) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment
antara 2X dengan Y, digunakan rumus:
( )( )( ) ( )å å åå
å åå--
-=
222
222
222
YYNXXN
YXYXNry
78
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 245)
3) Menghitung koefisien korelasi sederhana dengan product moment
antara X3 dengan Y, digunakan rumus:
( )( )( ) ( )å å åå
å åå--
-=
2223
23
333
YYNXXN
YXYXNry
4) Menentukan koefisien korelasi dengan regresi ganda antara 1X , 2X ,
X3 dengan Y dengan rumus:
( ) åå å å++
= 2
3322111,2,3y Y
aYXaYXar
YX
Keterangan :
( )1,2,3yr = koefisien korelasi antara Y dengan 1X , 2X , X3
1a = koefisien prediktor 1X
2a = koefisien prediktor 2X
a3 = koefisien prediktor X3
1X Y = jumlah produk antara 1X dan Y
2X Y = jumlah produk antara 2X dan Y
X3 Y = jumlah produk antara X3 dan Y
å 2Y = jumlah kuadrat kriterium Y (Sutrisno Hadi, 2000:
225)
b. Uji signifikansi
Untuk uji signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut:
( )( )1kn
R1kR
F2
2
---
=
Keterangan :
F = harga F garis regresi
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
R = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktornya
79
(Sudjana, 2001: 108)
c. Sumbangan Relatif
Mencari sumbangan relatif 1X , 2X ,dan X3 dengan Y dengan rumus :
Untuk 1X = ( ) x100%regJK
YXa 11å
Untuk 2X = ( ) x100%regJK
YXa 22å
Untuk X3 = ( ) x100%regJK
X3Ya 2å (Sutrisno Hadi, 2001: 42)
d. Sumbangan Efektif
Untuk mencari sumbangan efektif 1X , 2X dan X3 dengan Y, dengan
rumus:
( )( ) %x100TJK
regJKSER 2 ==
1) Mencari sumbangan efektif 1X dengan Y
SE % 1X = SR % 2X x 2R
2) Mencari sumbangan efektif 2X dengan Y
SE % 2X = SR % 2X x 2R
3) Mencari sumbangan efektif X3 dengan Y
SE % 2X = SR % X3 x 2R
Keterangan :
SE = Sumbangan Relatif masing-masing prediktor
SE = Sumbangan Efektif masing-masing prediktor
2R = koefisien antara 1X , 2X dan X3
dimana 2R = SE adalah efektivitas garis regresi
(Sutrisno Hadi, 2001: 46)
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Wilayah Penelitian
a. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 1 Klaten
SMA Muhammadiyah 1 Klaten berdiri di atas areal seluas 15.000 m2,
dengan perincian untuk bangunan gedung seluas 9.000m2, untuk lapangan olah
raga seluas 4.200M2, dan tanah kosong seluas 1.000M2. Kepemilikan tanah
tersebut atas nama Yayasan Muhammadiyah yang telah disertifikasikan.
SMA Muhammadiyah 1 Klaten terletak di jalan Sersan Sadikin No. 89
Klaten Utara. SMA ini berada di daerah pinggiran utara kota Klaten. Jarak dari
pusat kota kurang lebih 3 km ke arah timur laut, tepatnya 150 m ke arah utara
dari GOR (Gedung Olah Raga) Klaten. Sekolah ini sangat mudah dijangkau
baik dengan kendaraan pribadi maupun umum, karena letaknya yang strategis.
b. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Muhamamdiyah 1 Klaten
SMA Muhammadiyah 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 agustus 1955.
Pada masa wal berdirinya, lokasi belajar mengajar berpindah-pindah. Tahun
1955 hingga 1961 kegiatan belajar mengajar dilakukan di belakang beteng
81
(sekarang SD Muhammadiyah depan masjid raya Klaten). Kemudian pada
tahun 1961 sampai tahun 1064, proses belajar mengajar berada di lokasi yang
sekarang. Namun pada tahun ajaran 1964/1965, proses belajar mengajar
berada kembali di belakang beteng Klaten. Tahun 1976 berlokasi di Lingga
Harga Klaten. Tahun ajaran 1968 sampai tahun 1982 berada di Gedung A
Kasum (sekarang dipakai untuk SMA Muhammadiyah Klaten). Sejak tahun
1982 hingga sekarang menempati gedungnya sendiri di Jalan Sersan Sadikin
no. 89 Klaten.
Berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Klaten ini atas prakarsa dan
perjuangan dari tiga anggota persyarikatan Muhammadiyah, yaitu bapak
Dwijosungkoyo (ketua), Bapak Alwi Sudarmo (sekretaris), dan bapak Drs. H.
Marjuki Mahdy (bendahara).
Berkat keuletan para pengurus Muhammadiyah tingkat cabang, pada
tanggal 1 Agustus 1963 SMA Muhammadiyah 1 Klaten mendapat status
bersubsidi dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 28835/bi/1963
tanggal 27 September 1963 yang berlaku terhitung sejak tanggal 1 Agustus
1963.
Kepala sekolah yang pertama adalah Bapak Soetarmanto yang dibantu
Bapak Ma’roef. Pada tahun ajaran 1956/1957 digatikan Bapak Ibrahim
Cokrokartiko, SH, yang dibantu bapak M. Soetardjo. Tahun ajaran 1957/1958
sampai 1958-1959 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Ma’roef dengan
wakilnya Bapak Soetedjo, SH. Tahun ajaran 1959-1960 yang menjadi kepala
sekolah adalah Bapak Ma’roef dengan wakilnya bapak Jalal Suripto.
Tahun ajaran 1960-1961 kepala sekolah untuk sementara dijabat oleh
Bapak Jalal Suripto, sebab Bapak Ma’roef diangkat menjadi kepala sekolah di
SMA Tunas Jaya Klaten. Tahun 1963 sampai 1989 kepala sekolah dijabat
kembali oleh Bapak Ma’roef dibantu Bapak Jalal. Tahun 1989 sampai tahun
1995 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Jalal Suripto dengan dibantu lima
wakil kepala. Tahun 1995 sampai tahun 2000 dijabat oleh Bapak Drs.
Nawiyono, dan pada tahun 2000 sampai 2005 dijabat oleh Bapak Lilik
65
82
Haryanto, MM dengan dibantu lima wakil kepala sekolah. Dari tahun 2005
sampai sekarang kepala sekolah dipegang oleh bapak Drs. H. Muhni.
c. Sistem Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten
Sistem organisasis ekolah menganut sistem yang ditetapkan oleh dinas
pendidikan nasional ditambah dengan sistem pendidikan yang mengacu pada
lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan organisasi
Muhammadiyah. Diantaranya sebagai berikut:
1) Kepala sekolah
Jabatan kepala sekolah mempunyai fungsi dan tugas yaitu sebagai
edukator, manajer, administrator, dan supervisor.
2) Wakil kepala sekolah
Tugas wakil kepala sekolah adalah membantu tugas-tugas kepala
sekolah yang didelegasikan kepadanya. Pada SMA Muhammadiyah 1
Klaten ada lima wakil kepala sekolah, yaitu sebagai berikut:
a) Wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Bagian ini bertugas
menangani kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler, Inservice Training,
administrasi kurikulum, pembagian tugas guru, pengembangan profesi,
pembuatan jadwal, serta evaluasi dan pengayaan.
b) Wakil kepala sekolahurusan sarana dan prasarana. Bagian ini bertugas
mengurusi rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasi
pembiayaan/gaji, mengelola pembiayaan alat-alat pelajaran, menyusun
laporan pelaksanaan sarana dan prasarana sekolah.
c) Wakil kepala sekolahurusan kesiswaan. Bagian ini mempunyai tugas
membina osis, melaksanakan bimbingan pengarahan dan pengendalian
kegiatna siswa dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib
sekolah, serta pengembangan potensi diri siswa.
d) Wakil kepala urusan humas. Bagian ini mempunyai tugas mengtur dan
menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua atau wali siswa,
membina hubungan antar sekolah dengan bp3, membina hubungan
sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial
lainnya.
83
e) Wakil kepala sekolah urusan keMuhammadiyahan. Bagian ini
mempunyai tugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan
peningkatan mutu akademis, wawasan keislaman dan
keMuhammadiyahan, pengajian tafsir/rajih guru dan karyawan,
lembaga kajian keislaman untuk siswa, urusan organisasi
Muhammadiyah dan ortomnya termasuk IRM, pesantren ramadhan,
dan kemakmuran masjid (SK Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1
Klaten no. e.13/730/SMAm1/vii/2001).
3) Wali kelas
Wali kelas bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan
diantaranya yaitu pengelolaan kelas, penyelenggaraan administasi kelas,
pembuatan catatan khusus tentang siswa, pengisian laporan penilaian hasil
belajar, pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.
4) Guru bidang studi
Guru bidang studi mempunyai tugas dan tanggung ajwab antar
alain, membuat program pengajaran yang terdiri dari analisa materi
pelajran, melaksanakn kegiatan pembelajran, menyusun dan melaksanakna
program perbaikan danpengayaan, mengisi daftar nilai siswa,
melaksanakan kegiatan membimbing siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.
5) Guru bimbingan dan konseling
Di antara tugas-tugasnya yaitu menyusun program pelaksanaan
bimbingan dan konseling siswa, melakukan koordinasi dengan wali kelas
dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa
tentang kesulitan belajar.
d. Visi dan Misi sekolah
1) Visi sekolah: beriman dan bertaqwa, tertib, cerdas, dan terampil. Visi
sekolah dirumuskan dlam indikator sebagai berikut:
a) Taat dan patuh perintah allah swt dan menjauhi segala larangan-Nya.
b) Patuh pada peraturan sekolah.
c) Berprestasi dalam belajar.
84
d) Berprestasi dalam olahraga, seni, dan budaya.
e) Memiliki keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Misi sekolah
SMA Muhammdiyah 1 Klaten memiliki misi:
a) Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama
Islam serta berbudi pekerti luhur.
b) Mengoptimalkan kerjasama antar warga sekolah dengan orang tua/wali
siswa, dan masyarakat.
c) Meningkatkan minat baca dan bimbingan pembelajaran.
d) Mengembangkan potensi siswa dalam bidang keterampilan.
e. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten
Struktur organisasi SMA Muhammadiyah 1 Klaten sebagai berikut:
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH KLATEN MAJLIS DIKDASMEN MUHAMMADIYAH
KEPALA SEKOLAH Drs. H. Muhni NBM: 614345
DINAS P & K KAB.
KLATEN
KOMITE SEKOLAH
KEPALA TU Suripto, S.Pd. NBM: 844493
Wakasek.Ur.Sarpras Drs. M. Wisnu S., M. Hum.
NIP. 131835404
Wakasek.Ur.Humas dan Keislaman Drs. M. Wisnu S., M. Hum.
NIP. 131918806
Wakasek.Ur.Kurikulum Drs. Indar Rakhmanto
NIP. 131689673
Wakasek.Ur.Kesiswaan Drs. Agus Anas Fuadi
NIP. 13169895
Staf: 1. Drs. Agus Supriyadi 2. Drs. Aris Munandar 3. Drs. Sami 4. Thomas Yunianto, S.Pd. 5. Ihsan Samchan Otong G., S.Pd
Staf: 1. Suyatno, S.pd. 2. Drs. Hj. Nugraheni W. 3. Raharjo, SE 4. Drs. Umar Hamdan
Staf: 1. Dra. Hj. Dwi Keksi 2. Agus Cahyono, S.Pd.
Staf: 1. Ismiyati, B.Sc. 2. Drs. M. Toyibi Mustofa 3. Drs. Slamet Widada
Koordinator BK Dra. Endang Sri Mulyani
NBM. 552514
Koordinator Perpustakaan Suripto, S.Pd. NBM. 844493
UKS Ir. Hj. Rufaida Istiyati
M. Muslich Dra. Retno Hastutiningsih
SEMUA GURU
WALI KELAS
SISWA SMA MUH. 1 KLATEN
Staf: 1. Dra. Dwi Keksi 2. Ihsan Samchani Otong G S.Pd. 3. Roymiyatun, S.Pd.
i
i
2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini membahas tentang hubungan 3 variabel bebas yaitu pola
asuh orang tua (X1), Motivasi belajar (X2), dan Disiplin belajar (X3) dengan satu
variabel terikat yaitu Prestasi belajar Sosiologi (Y). Data tersebut diperoleh
dengan menggunakan angket dan dokumen. Sebelum angket digunakan, terlebih
dahulu dilakukan try out kepada 20 orang siswa di luar sampel penelitian. Try out
ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya item-item yang tidak valid dan angket
yang tidak reliabel.
Hasil uji validitas angket tentang pola asuh orang tua sebanyak 35 butir
pernyataan, ada 4 pernyataan yang tidak valid yaitu soal nomor 5, 12, 22 dan 33.
Hasil uji validitas angket tentang Motivasi belajar sebanyak 40 butir pernyataan,
terdapat pernyataan yang tidak valid sebanyak 6 yaitu nomor 6, 12, 20, 26, 36, dan
39. Hasil uji validitas angket tentang Disiplin belajar sebanyak 40 butir
pernyataan, terdapat pernyataan yang tidak valid sebanyak 4 yaitu nomor 14, 23,
27, dan 31. Nomor-nomor yang tidak valid selanjutnya tidak digunakan untuk
mengambil data penelitian, karena sudah terwakili oleh item soal yang lain.
Hasil perhitungan reliabilitas angket tentang pola asuh orang tua =
0,973, reliabilitas angket motivasi belajar = 0,932, dan reliabilitas angket disiplin
belajar = 0,938. Karena harga reliabilitas lebih besar dari rtabel (0,444), maka hasil
perhitungan tersebut menunjukkan bahwa angket sudah reliabel.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka angket dalam
penelitian ini sudah teruji dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang
dapat dipercaya. Selanjutnya, angket disebarkan ke responden penelitian untuk
memperoleh data sebagai bahan pengujian hipotesis. Hasil penyebaran angket
kemudian ditabulasi, dijumlah dan diperoleh data induk penelitian. Selanjutnya
dilakukan deskripsi data sebagai berikut
1. Pola Asuh Orang Tua
Data pola asuh orang tua diperoleh dengan cara menyebarkan angket
kepada 30 responden. Data pola asuh orang tua memiliki nilai terendah 89,
tertinggi 116, rata-rata 107,20, median 108,0. Mode 111, dan standar deviasi
6,085. Distribusi data pola asuh orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
ii
ii
Tabel 1. Distribusi Data Pola Asuh Orang Tua
Kelas Interval Frekuensi Prosentase 114 - 118 3 10,00% 109 - 113 11 36,67% 104 - 108 8 26,67% 99 - 103 5 16,67% 94 - 98 2 6,67% 89 - 93 1 3,33%
30 100,00% Sumber: Hasil Angket
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagram
batang di bawah ini:
0
2
4
6
8
10
12
Jum
lah
89-93 94-98 99-103 104-108 109-113 114-118
Pola Asuh Orang Tua
Gambar 2. Histogram Data Pola Asuh Orang Tua
2. Motivasi Belajar
Data motivasi belajar diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada
30 responden. Data motivasi belajar memiliki nilai terendah 93, tertinggi 127,
rata-rata 116,37, median 116,5, Mode 112, dan standar deviasi 7,586. Distribusi
data motivasi belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Distribusi Data Motivasi Belajar
Kelas Interval Frekuensi Prosentase 123 - 128 6 20,00% 117 - 122 9 30,00% 111 - 116 10 33,33% 105 - 110 3 10,00% 99 - 104 1 3,33% 93 - 98 1 3,33%
30 100,00%
Sumber: Hasil Angket
iii
iii
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagram
batang di bawah ini:
0
2
4
6
8
10
Jum
lah
93-98 99-104 105-110 111-116 117-122 123-128
Motivasi Belajar
Gambar 3. Histogram Data Motivasi Belajar
3. Disiplin Belajar
Data disiplin belajar diperoleh dengan menyebarkan angket kepada 30
responden. Data disiplin belajar memiliki nilai terendah 111, tertinggi 134, rata-
rata 124,43, median 125,0. Mode 125, dan standar deviasi 6,072. Distribusi data
disiplin belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Distribusi Data Disiplin Belajar
Kelas Interval Frekuensi Prosentase 131 - 134 6 20,00% 127 - 130 5 16,67% 123 - 126 12 40,00% 119 - 122 2 6,67% 115 - 118 2 6,67% 111 - 114 3 10,00%
30 100,00% Sumber: Hasil Angket
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagarm batang di
bawah ini:
iv
iv
0
2
4
6
8
10
12
Jum
lah
111-114 115-118 119-122 123-126 127-130 131-134
Disiplin Belajar
Gambar 4. Histogram Data Disiplin Belajar
4. Prestasi Belajar Sosiologi
Data prestasi belajar sosiologi diperoleh dari dokumen sekolah. Data
prestasi belajar memiliki nilai terendah 60, tertinggi 90, rata-rata 75,33, median
80,0. Mode 80, dan standar deviasi 9,732. Distribusi data prestasi belajar sosiologi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Distribusi Data Prestasi Belajar Sosiologi
Kelas Interval Frekuensi Prosentase 60 5 16,67% 70 9 36,67% 80 11 30,00% 90 5 16,67%
30 100,00% Sumber: Hasil Angket
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat digambarkan dalam diagarm batang di
bawah ini:
v
v
0
2
4
6
8
10
12
Jum
lah
60 70 80 90
Prestasi Belajar Sosiologi
Gambar 5. Histogram Data Prestasi Belajar Sosiologi
B. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan sebelum uji hipotesis, yang merupakan
uji untuk memberikan keyakinan dengan data yang akan dianalisis. Uji prasyarat
dalam penelitian ini yaitu : Uji Normalitas dan Uji Linearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
diperoleh mempunyai sebaran yang normal, yaitu data sampel dapat mewakili
atau telah mencerminkan populasinya.
a. Uji Normalitas Data Pola Asuh Orang Tua
Hasil perhitungan uji normalitas data variabel pola asuh orang tua
dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 8,400 dan
asymp. Sig. (p) sebesar 0,957. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau
0,957 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data pola asuh orang tua berdistribusi
normal.
b. Uji Normalitas Data Motivasi Belajar
Hasil perhitungan uji normalitas data variabel motivasi belajar dengan
menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 7,333 dan asymp.
Sig. (p) sebesar 0,992. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,992>
0,05, maka disimpulkan bahwa data motivasi belajar berdistribusi normal.
vi
vi
c. Uji Normalitas Data Disiplin Belajar
Hasil perhitungan uji normalitas data variabel disiplin belajar dengan
menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 15,600 dan asymp.
Sig. (p) sebesar 0,552. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau 0,552 >
0,05, maka disimpulkan bahwa data disiplin belajar berdistribusi normal.
d. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Sosiologi
Hasil perhitungan uji normalitas data variabel prestasi belajar sosiologi
dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh harga c2hitung = 3,600 dan
asymp. Sig. (p) sebesar 0,308. Karena harga sig (p) lebih besar dari 0,05 atau
0,308 > 0,05, maka disimpulkan bahwa data prestasi belajar sosiologi
berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan data variabel
bebas diikuti oleh perubahan data variabel terikat secara linier (segaris). Uji
linieritas dilakukan dengan menggunakan uji F. Hasil uji linieritas diperoleh
sebagai berikut:
a. Uji linieritas X1 dengan Y
Hasil uji linieritas X1 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 0,788
dengan signifikansi (p) 0,677. Karena harga signifikansi 0,677 > 0,05, maka
disimpulkan bahwa data X1 linier dengan Y.
b. Uji linieritas X2 dengan Y
Hasil uji linieritas X2 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 0,709
dengan signifikansi (p) 0,748. Karena harga signifikansi 0,748 > 0,05, maka
disimpulkan bahwa data X2 linier dengan Y.
c. Uji linieritas X3 dengan Y
Hasil uji linieritas X3 dengan Y diperoleh harga F hitung sebesar 1,203
dengan signifikansi (p) 0,379. Karena harga signifikansi 0,379 > 0,05, maka
disimpulkan bahwa data X3 linier dengan Y.
3. Uji Independensi
vii
vii
Uji independensi dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
sederhana antar variabel bebas. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Correlations
1 ,101 ,222
,595 ,238
30 30 30
,101 1 ,182
,595 ,336
30 30 30
,222 ,182 1
,238 ,336
30 30 30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pola Asuh Orang Tua
Motivasi Belajar
Disiplin Belajar
Pola AsuhOrang Tua
MotivasiBelajar
DisiplinBelajar
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa harga koefisien korelasi
(rxx) antar variabel bebas sebagai berikut:
rx1x2 = 0,101 sig. = 0,595
rx1x3 = 0,222 sig. = 0,238
rx2x3 = 0,182 sig. = 0,336
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa koefisien korelasi antar
variabel bebas memiliki harga signifikansi lebih besar dari 0,05. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang berarti antara variabel X1
dengan X2, X1 dengan X3, X2 dengan X3. Dengan demikian ketiga variabel bebas
tersebut dapat digunakan untuk meneliti variabel Y.
Berdasarkan hasil uji normalitas, uji linieritas, dan uji independensi di
atas, menunjukkan bahwa uji prasyarat analisis sudah terpenuhi. Karena itu,
dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk membuktikan apakah hipotesis diterima
atau ditolak.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis akan diterima apabila data yang
viii
viii
telah terkumpul dapat membuktikan pernyataan di dalam hipotesis, sebaliknya
hipotesis akan ditolak apabila data yang terkumpul tidak dapat membuktikan
pernyataan di dalam hipotesis.
Langkah-langkah pengujian hipotesis meliputi tiga hal yaitu: 1. Analisis
data, 2. Penafsiran Pengujian Hipotesis, dan 3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis.
1. Analisis Data
Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti terlihat pada
lampiran. Selanjutnya dianalisis untuk membuktikan apakah hipotesis nol/nihil
(Ho) diterima atau ditolak, maka diajukan hipotesis nol (Ho) bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan
prestasi belajar sosiologi. Analisis data dimulai dari langkah sebagai berikut:
a. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana dengan Product Moment
1) Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y
Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
rx1y = 0,437
Sig. (p) = 0,016
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx1y = 0,437 dengan p sebesar
0,016. Karena p < 0,05 berarti variabel X1 berhubungan signifikan dengan
variabel Y.
2) Koefisien Korelasi Sederhana X2 dengan Y
Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
rx2y = 0,430
Sig. (p) = 0,018
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx2y = 0,430 dengan p sebesar
0,018. Karena p < 0,05 berarti variabel X2 berhubungan signifikan dengan
variabel Y.
3) Koefisien Korelasi Sederhana X3 dengan Y
Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
ix
ix
rx3y = 0,526
Sig. (p) = 0,003
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rx3y = 0,526 dengan p sebesar
0,003. Karena p < 0,05 berarti variabel X3 berhubungan signifikan dengan
variabel Y.
b. Koefisien Korelasi Ganda X1, X2, dan X3 dengan Y Menggunakan Regresi
Ganda
Perhitungan koefisien korelasi ganda diperoleh hasil sebagai berikut:
R2 = 0,487
Fhit = 8,213
Sig (p) = 0,001
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 8,213, dan signifikansi
sebesar 0,001. Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara X1, X2, dan X3 dengan Y. Jadi ada hubungan
yang berarti variabel X1, variabel X2, dan variabel X3 dengan variabel Y.
c. Menghitung Persamaan Garis Regresi Linear Multipel
Analisis regresi ganda yang telah dilakukan diperoleh persamaan regresi
linear ganda sebagai berikut:
=Y -106,686 + 0,507 X1 + 0,419 X2 + 0,634 X3
d. Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif X1 dan X2
dengan Y
Perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif diperoleh hasil
sebagai berikut:
1) Sumbangan Relatif
a) Sumbangan relatif X1 dengan Y sebesar 28,38%.
b) Sumbangan relatif X2 dengan Y sebesar 28,86%.
c) Sumbangan relatif X3 dengan Y sebesar 42,76%.
2) Sumbangan Efektif
a) Sumbangan efektif X1 dengan Y sebesar 13,81%.
b) Sumbangan efektif X2 dengan Y sebesar 14,04%.
c) Sumbangan efektif X3 dengan Y sebesar 20,80%.
x
x
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis selanjutnya
dilakukan penafsiran pengujian hipotesis. Penafsiran dengan regresi linear hanya
dapat dipertanggungjawabkan bila nilai Freg yang diperoleh berarti atau signifikan.
Penafsiran pengujian hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Korelasi Antara X1 Dengan Y
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui
keberartian hubungan pola asuh orang tua (X1) dengan prestasi belajar
sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,437 dan signifikansi (p) 0,016.
Karena p < 0,05, dapat ditafsirkan bahwa pola asuh orang tua berhubungan
dengan prestasi belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya
sumbangan relatif pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi
sebesar 28,37% dan sumbangan efektif sebesar 13,81% yang besarnya nilai
sumbangan diperoleh dari aspek-aspek yang terdapat dalam pola asuh orang
tua.
b. Korelasi Antara X2 dengan Y
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui
keberartian hubungan motivasi belajar (X2) dengan prestasi belajar sosiologi
(Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,430 dan signifikansi (p) 0,018. Karena p
< 0,05, dapat ditafsirkan bahwa motivasi belajar berhubungan dengan prestasi
belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif
motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 28,86% dan
sumbangan efektif sebesar 14,04% yang besarnya nilai sumbangan diperoleh
dari aspek-aspek yang terdapat dalam motivasi belajar.
c. Korelasi Antara X3 dengan Y
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui
keberartian hubungan disiplin belajar (X3) dengan prestasi belajar sosiologi
(Y) diperoleh hasil nilai rhit sebesar 0,526 dan signifikansi (p) 0,003. Karena p
< 0,05, dapat ditafsirkan bahwa disiplin belajar berhubungan dengan prestasi
belajar sosiologi. Hubungan ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan relatif
xi
xi
disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 42,76% dan
sumbangan efektif sebesar 20,80% yang besarnya nilai sumbangan diperoleh
dari aspek-aspek yang terdapat dalam disiplin belajar.
d. Korelasi Multipel X1, X2 dan X3 dengan Y
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan untuk mengetahui
keberartian atau hubungan pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin
belajar dengan prestasi belajar sosiologi (Y) diperoleh hasil nilai Fhitung sebesar
8,213 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,001. Jadi p < 0,05, sehingga dapat
ditafsirkan bahwa pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar
secara simultan berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi. Ini berarti
bahwa pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dapat
dihubungkan dengan prestasi belajar sosiologi secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil penelitian nilai R2 = 0,487, hal ini berarti bahwa pola asuh
orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar secara bersama-sama memiliki
hubungan dengan prestasi belajar sosiologi sebesar 48,7 % dan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
e. Persamaan Garis Regresi Linear Multipel
Hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh persaman garis
regresi linear ganda sebagai berikut:
=Y -106,686 + 0,507 X1 + 0,419 X2 + 0,634 X3
Dari persamaan regresi tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa
1) Koefisien regresi X1 sebesar 0,507 berarti rata-rata prestasi belajar
sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,507
untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit pola asuh orang tua.
2) Koefisien regresi X2 sebesar 0,419 berarti rata-rata prestasi belajar
sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,419
untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit motivasi belajar.
3) Koefisien regresi X3 sebesar 0,634 berarti rata-rata prestasi belajar
sosiologi (Y) diperkirakan akan meningkat atau menurun sebesar 0,634
untuk setiap ada peningkatan atau penurunan satu unit disiplin belajar.
xii
xii
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian hipotesis dan penafsiran pengujian
hipotesis, maka selanjutnya dikemukakan kesimpulan pengujian hipotesis.
Kesimpulan pengujian hipotesis yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis 1
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Fhit 8,213 dengan p
sebesar 0,001, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi
5%. Jadi hipotesis pertama berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan
antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun
ajaran 2009/2010”, dapat diterima.`
b. Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,437 dengan p
sebesar 0,016, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi
5%. Jadi hipotesis kedua berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan
antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI
SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.
c. Hipotesis 3
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,430 dengan p
sebesar 0,018, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi
5%. Jadi hipotesis ketiga berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan
antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA
Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.
d. Hipotesis 4
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai rhit 0,526 dengan p
sebesar 0,003, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikansi
5%. Jadi hipotesis keempat berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan
antara disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA
Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.
xiii
xiii
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan kesimpulan hasil analisis data di atas, maka setelah
dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan
pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pola Asuh Orang Tua
Orang tua adalah penanggung jawab dari kehidupan anak-anaknya,
termasuk di dalamnya adalah tanggung jawab masalah pendidikan. Dalam
kehidupan sehari-hari, orang tua mendidik dan mengasuh anaknya sejak lahir.
Pendidikan dan pengasuhan orang tua merupakan lingkungan pendidikan
paling awal yang membentuk pola kehidupan anak-anak. Pola kehidupan ini
akan menentukan bagaimana perilaku anak sehari-hari, termasuk di dalamnya
perilaku dalam belajar. Pola kehidupan tersebut merupakan bentuk dari pola
asuh orang tua dalam tanggungjawabnya dengan anak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sikun Pribadi (1981: 67) yang menjelaskan bahwa pola asuh orang
tua adalah perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberikan
perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Dari pendapat
tersebut jelas bahwa orang tua yang memiliki kewajiban bertanggung jawab
dengan anak-anaknya akan memberikan pengasuhan tersendiri, dan tiap-tiap
keluarga memiliki pola yang berbeda-beda.
Tuntutan pengetahuan dan pendidikan formal tidak memungkinkan
orang tua melakukan pendidikan dengan anaknya sendiri. Orang tua harus
menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan formal, yaitu sekolah.
Menyerahkan anak ke sekolah bukan berarti orang tua lepas tanggung jawab
dalam pendidikan anaknya. Bahkan dapat dikatakan bahwa dengan
menyerahkan anak ke sekolah merupakan bentuk tanggung jawab orang tua
dengan anak di masa depan. Meskipun anak sudah diserahkan pendidikannya
ke sekolah, namun bukan berarti orang tua tidak memberikan pendidikan dan
pengasuhan lagi di rumah. Di sekolah, pendidikan diberikan sebatas kurikulum
formal, sedangkan dalam hal pendidikan tentang kehidupan sosial, orang tua
tetap harus memberikannya di lingkungan rumah.
xiv
xiv
Setiap keluarga memiliki latar belakang sosial yang berbeda-beda.
Karena itu, pola asuh orang tua juga berbeda-beda sesuai dengan latar
belakang sosialnya. Pola asuh inilah yang membentuk sikap anak dalam
belajar, sehingga akan menentukan pula perilaku anak dalam belajar. Perilaku
anak tersebut akan memberikan dampak pada hasil belajar siswa. Karena itu,
pola asuh orang tua memiliki hubungan dengan prestasi belajar siswa.
Perbedaan latar belakang sosial tersebut akan menentukan pola asuh yang
dilakukan dengan anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Elizabeth B.
Hurlock (1993: 205) yang mengatakan bahwa ”Orang tua dalam mengasuh
anak-anaknya dapat menggunakan cara otoriter, permesif atau bebas dan
demokratis”. Cara-cara yang berbeda tersebut tentunya juga akan memberikan
dampak yang berbeda untuk setiap anak, sehingga apa yang dilakukan anak
tergantung dari pola asuh orang tua masing-masing. Dampak dari pola asuh
orang tua dengan anak-anaknya akan menyeluruh dalam segi kehidupannya,
yang dapat menjadikan anak menjadi seseorang yang sangat tergantung,
mandiri, peragu, pemberani, bertingkah kasar, halus, sopan santun, penyayang,
atau pendemdam dan sebagainya. Kesemua perilaku tersebut sedikit banyak
juga merupakan hasil dari pola asuh yang diberikan orang tuanya.
Pola asuh orang tua yang baik, terutama yang terkait dengan kegiatan
belajar akan memberikan efek yang baik, yaitu tercapainya keberhasilan dalam
belajar. Keberhasilan dalam belajar tersebut terwujud dalam prestasi belajar
anak. Dengan pola asuh orang tua yang baik, maka akan menghasilkan prestasi
belajar anak yang baik pula di sekolah.
2. Motivasi Belajar
Seorang individu yang melakukan sesuatu tentunya ada yang
menyebabkan mengapa ia melakukannya. Tanpa ada sebab, maka tidak akan
ada akibat. Karena itu pula seseorang yang bertindak atau melakukan sesuatu
tentu ada penyebabnya. Hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan
suatu tindakan tersebut yang menjadi daya dorong sehingga terjadi sesuatu
karena tindakannya. Daya dorong tersebut merupakan motivasi seseorang
untuk melakukan suatu tindakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wood Worth
xv
xv
& Marquis dalam Abd. Rahman Abror (1993: 144) yang menyatakan bahwa
”Amotive is asset predisposes the individual of certain activities and for
seeking certain goal”, yang artinya motif adalah suatu asset (kesiapan) yang
menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dari pendapat tersebut jelas bahwa
seseorang melakukan suatu tindakan atau kegiatan karena adanya motif-motif
tertentu yang memiliki tujuan tertentu pula. Dengan adanya motif tertentu,
seseorang ingin mencapai tujuan yang dimaksudkan tersebut.
Siswa, sebagai seorang individu juga memiliki motif-motif tertentu
sehingga ia mau melakukan suatu tindakan yang disebut dengan belajar.
Motivasi setiap siswa berbeda-beda, meskipun juga ada yang sama. Karena itu
pula, maka tujuan yang dapat dicapai oleh setiap individu juga berbeda-beda.
Mengenai motivasi, Margon dalam Toetik Sukamto dkk (1992: 42)
menyatakan bahwa “Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu”.
Dari pendapat tersebut menunjukkan secara jelas bahwa motivasi merupakan
tenaga atau daya pendorong yang menjadikan seseorang bertingkah laku yang
memiliki tujuan tertentu pula.
Bagi seorang siswa melakukan kegiatan bukanlah suatu kebetulan saja,
akan tetapi ia melakukan kegiatan belajar karena adanya motif-motif tertentu.
Motivasi tersebut merupakan penyebab mengapa seorang siswa mau
melakukan kegiatan belajar. Dapat dikatakan bahwa jika seorang siswa yang
datang ke sekolah tidak melakukan kegiatan belajar sebagaimana mestinya,
maka berarti ia tidak memiliki motivasi untuk belajar atau hanya memiliki
motivasi yang rendah. Motivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar juga
sangat beragam. Masing-masing siswa memiliki motivasi yang berbeda
dengan siswa lainnya. Hal ini memang beralasan, karena setiap orang memiliki
keinginan atau tujuan tertentu dalam hidupnya. Karena itu pula, maka setiap
siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda karena masing-masing memiliki
keinginan dan tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan motivasi dalam diri setiap siswa dalam kegiatan
pembelajaran merupakan hal yang harus menjadi perhatian utama bagi guru.
xvi
xvi
Seorang guru harus dapat mengetahui motivasi setiap siswa dalam melakukan
kegiatan belajar. Tanpa mengetahui motivasi siswa dalam belajar, maka guru
tidak dapat merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Kegiatan
pembelajaran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk merencanakan kegiatan pembelajaran,
maka seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang latar belakang siswa.
Pengetahuan tersebut tidak hanya sekedar bahwa siswa ingin belajar, akan
tetapi guru harus memahami motivasi setiap siswa. Dengan mengetahui dan
memahami motivasi setiap siswa, maka guru dapat merencanakan metode
yang paling sesuai dengan keadaan siswa dengan harapan dapat berhasil.
Motivasi dapat timbul dari dalam diri siswa (internal motivation) dan
juga dapat berasal dari luar dirinya (external motivation). Motivasi dari dalam
merupakan motivasi yang paling kuat dalam mempengaruhi perilaku siswa.
Motivasi ini timbul karena adanya berbagai faktor seperti keinginan atau cita-
cita untuk meraih sesuatu. Motivasi internal akan sangat kuat pengaruhnya
dalam perilaku belajar siswa. Karena itu, motivasi internal merupakan
motivasi yang paling diutamakan sebagai pendorong utama bagi siswa untuk
belajar. Motivasi internal ini dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Guru
dan orang tua dapat menggali motivasi internal tersebut. Penggalian dilakukan
dengan cara-cara tertentu, terutama yang terkait dengan keinginannya di masa
yang akan datang. Guru atau orang tua tersebut utamanya adalah menyadarkan
akan makna hidup. Jika seorang siswa sudah memahami makna hidup, maka
motivasi internalnya akan tumbuh dan berkembang sehingga akan
memberikan daya dorong yang kuat untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
Motivasi eksternal atau motivasi dari luar juga tidak kalah pentingnya
dalam mendorong perilaku belajar siswa. Motivasi eksternal tersebut berasal
dari lingkungannya, seperti orang tua, guru, teman, saudara, dan lain-lain.
Bahkan situasi lingkungan yang lebih luas juga dapat menjadi motivasi
eksternal bagi siswa, seperti keberhasilan seseorang dalam karirnya. Berbeda
fungsi dengan motivasi internal, seorang guru atau orang tua memberikan
motivasi eksternal dapat dikatakan sebagai motivasi yang memberikan
dorongan secara langsung. Dalam kaitannya dengan motivasi internal, orang
xvii
xvii
tua atau guru bersifat menggugah kesadaran akan arti hidup, sedangkan pada
motivasi eksternal, guru dan orang tua memberikan dorongan berupa
pemberian suatu penguatan kepada siswa agar melakukan tindakan belajar
dengan baik.
Motivasi tidak hanya ditumbuhkan saja, akan tetapi juga perlu
dikembangkan sedemikian rupa, sehingga motivasi yang sudah tumbuh akan
terus berkembang sehingga motivasinya semakin kuat. Siswa yang belum
memiliki motivasi yang jelas tentang kegiatan belajarnya, harus didukung dan
diarahkan agar motivasinya menjadi lebih jelas. Setelah motivasinya jelas,
maka siswa diberi penguatan (reinforcement) agar motivasi tersebut menjadi
lebih kuat. Bagi siswa yang sudah memiliki motivasi, perlu dipelihara agar
motivasinya menjadi lebih konstan atau stabil dan kemudian diberi penguatan
agar motivasinya menjadi meningkat. Demikian pula dengan motivasi siswa
yang sudah kuat, harus dijaga agar tidak menurun sehingga keadaan
motivasinya menjadi stabil.
Dengan motivasi yang kuat, maka siswa akan memiliki perilaku belajar
yang tinggi dan akan terlihat dari prestasi belajarnya. Adanya motivasi internal
dan didukung oleh motivasi eksternal, perilaku yang ditimbulkan juga akan
semakin baik. Jadi, motivasi belajar siswa memiliki hubungan yang berarti
pada prestasi belajarnya.
3. Disiplin Belajar
Seseorang yang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, diperlukan
berbagai persyaratan agar tujuannya dapat tercapai secara maksimal. Namun,
semua persyaratan tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Banyak hal yang
harus dilakukan agar persyaratan tersebut dapat terpenuhi. Salah satu
persyaratan untuk tercapaianya tujuan secara maksimal adalah kedisiplinan.
Kedisiplinan menurut Suharsimi Arikunto (1990: 114) adalah ”Kepatuhan
seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh
adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kedisiplinan berkaitan erat
dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar
melalui pembentukan diri dan watak”. Jadi, kedisiplinan adalah bentuk
xviii
xviii
pemenuhan dengan peraturan atau norma-norma yang ada. Peraturan atau
norma tersebut tidak hanya sebatas peraturan yang bersifat formal, akan tetapi
juga menyangkut dengan peraturan yang secara otomatis terkait dengan suatu
tindakan atau tujuan tertentu. Misalnya, kegiatan belajar untuk mencapai
prestasi yang baik, tidak ada aturan resmi yang menyebutkan harus melakukan
tindakan tertentu. Namun secara otomatis, akan muncul peraturan bahwa
prestasi yang tinggi akan diperoleh jika seseorang belajar dengan tekun, rajin,
teratur, sesuai dengan waktu, dan sebagainya. Jadi, aturan atau norma untuk
mencapai tujuan tertentu terkait dengan tujuan itu sendiri.
Sebagaimana dikemukakan pada urian di atas, belajar dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu. Tercapainya tujuan tersebut secara maksimal
memerlukan syarat atau peraturan tertentu dan salah satunya adalah
kedisiplinan, terutama dari segi waktu. Belajar yang dilakukan dengan disiplin
waktu, akan menjadikan belajar menjadi teratur. Keteraturan dalam belajar
inilah yang akan memberikan efek positif pada hasil belajar. Belajar dengan
disiplin dan teratur, materi yang dipelajaripun juga tidak terlalu banyak.
Dengan kata lain, belajar dengan disiplin dan teratur seperti pepatah ”sedikit
demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Belajar yang dilakukan dengan
disiplin dan teratur, meskipun tidak banyak, lama-lama akan dapat
menyelesaikan seluruh materi pelajaran. Dengan demikian belajar yang
dilakukan dengan kedisiplinan akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.
Jadi, disiplin belajar mempunyai hubungan dengan prestasi belajar.
4. Prestasi Belajar
Prestasi adalah wujud atau hasil dari suatu tindakan tertentu. Prestasi
ini sangat tergantung dari bagaimana seseorang melakukan tindakan tersebut.
Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Zainal Arifin (1990: 3) yang
menyatakan bahwa “Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Jadi, prestasi merupakan hasil dari
tindakan seseorang berdasarkan kemampuan, keterampilan, dan sikapnya
dalam melakukan sesuatu.
Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa, secara umum bertujuan
untuk memperoleh prestasi belajar. Prestasi belajar tersebut akan dapat
xix
xix
diperoleh jika seseorang memiliki kemampuan, keterampilan, dan sikap yang
baik dalam belajar. Karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
tinggi dapat diperoleh dengan syarat adanya kemampuan dan ketrampilan
yang tinggi, serta sikap yang baik dalam melakukan tindakan belajar. Karena
itu, untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, siswa perlu dilatih
kemampuannya, keterampilannya, dan dibina sikapnya sehingga dapat
meningkat dan dapat menghasilkan hasil belajar yang baik.
5. Hubungan antara pola asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar
dengan prestasi belajar
Prestasi belajar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat diperoleh jika
siswa memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap dalam berperilaku.
Kemampuan dan keterampilan serta sikap tersebut tidak dapat diperoleh begitu
saja, akan tetapi perlu diusahakan. Dalam mengusahakan kemampuan,
keterampilan, dan sikap tersebut dilakukan dengan belajar, baik belajar sendiri
maupun diberi pembelajaran. Baik dengan belajar sendiri maupun dengan
pembelajaran, keduanya juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pola
asuh orang tua, motivasi belajar, dan disiplin belajar.
Pola asuh orang tua akan membentuk perilaku siswa dalam belajar,
sehingga bila pola asuh orang tuanya baik, maka perilaku belajarnya juga baik.
Dengan perilaku belajar yang baik, maka akan diperoleh kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang baik yang mendukung tercapainya hasil belajar
siswa yang maksimal. Demikian pula dengan motivasi belajar siswa, sangat
diperlukan untuk mendorong seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Motivasi yang tinggi menjadikan seorang siswa dapat melakukan kegiatan
belajar dengan lebih baik. Karena itulah akan berdampak pada
keberhasilannya dalam belajar yang terwujud dalam prestasi belajar.
Kedisiplinan juga sangat penting bagi seorang siswa, karena dengan
kedisiplinan dapat menjadikan kegiatan belajar menjadi teratur. Kegiatan
belajar yang teratur inilah yang dapat meningkatkan kemampuan,
keterampilan, dan sikap yang baik yang akan berdampak pada hasil belajar.
Untuk itulah, kedisiplinan belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sebagai wujud dari hasil belajarnya.
xx
xx
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari
penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua, motivasi
belajar, dan disiplin belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI
SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua, motivasi belajar,
dan disiplin belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa.
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun
xxi
xxi
ajaran 2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi
pola asuh orang tua maka semakin tinggi pula prestasi belajar sosiologi siswa.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran
2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi motivasi
belajar yang ada pada siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar
sosiologi yang diperoleh siswa.
4. Ada hubungan positif yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Klaten tahun ajaran
2009/2010. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
disiplin belajar yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar
sosiologi pada siswa tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan, maka pada
uraian berikut akan peneliti sajikan implikasi hasil penelitian, sebagai berikut:
Pola asuh orang tua merupakan salah satu pendidikan bagi anak. Pola asuh
orang tua sangat berpengaruh pada perilaku anak, sehingga tingkah laku anak
sangat tergantung pada pola asuh orang tua. Latar belakang sosial orang tua juga
memiliki hubungan yang empiris pada pola asuh orang tua yang diberikan kepada
anaknya. Karena itu, siswa yang memiliki orang tua dengan latar belakang sosial
rendah lebih cenderung memiliki prestasi yang rendah. Untuk itu, dalam usaha
meningkatkan prestasi belajar yang tinggi, salah satunya adalah dengan
meningkatkan kehidupan sosial keluarga. Salah satunya dengan meningkatkan
penghasilan dan juga meningkatkan kesadaran akan pendidikan agar orang tua
memahami pentingnya pendidikan dan mampu memberikan fasilitas yang
menunjang belajar siswa sehingga prestasi belajar yang diraih menjadi maksimal.
Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting bagi seorang siswa.
Motivasi merupakan daya dorong yang menggerakkan siswa melakukan kegiatan
belajar. Rendahnya motivasi belajar dapat menyebabkan hasil belajar siswa juga
rendah. Karena itu, motivasi perlu ditimbulkan dan ditingkatkan pada diri siswa
agar siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Peningkatan motivasi
91
xxii
xxii
belajar merupakan tugas guru dan orang tua. Dengan meningkatkan motivasi pada
diri siswa, maka diharapkan siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi.
Kedisiplinan dalam belajar juga menjadi faktor penting dalam kegiatan
belajar. Kedisiplinan perlu diterapkan dalam belajar agar kegiatan belajar dapat
dilakukan secara teratur. Keteraturan dalam belajar inilah yang menjadikan siswa
dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Dengan pemahaman materi yang
baik tersebut, maka siswa dapat mengerjakan soal-soal tes dengan baik yang
hasilnya adalah prestasi belajar yang baik pula. Jadi, dengan kegiatan belajar
secara disiplin, prestasi belajar dapat meningkat.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran-saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga, guru, siswa maupun peneliti
yang akan datang. Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan adalah
sebagai berikut:
1. Kepada Kepala Sekolah
Kepada kepala sekolah diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan
orang tua, agar pola asuh orang tua dapat diarahkan. Kerjasama tersebut dapat
dilakukan melalui komite sekolah yaitu dengan cara mengadakan pertemuan
orang tua dengan sekolah, membuka kotak saran agar orang tua dapat mengajukan
saran-saran kepada sekolah ataupun keluhan tentang anak-anaknya. Selain itu,
sekolah juga harus meningkatkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara,
antara lain menyarankan guru menggunakan metode pembelajaran yang lebih
banyak mempartisipasikan siswa. Peningkatan kedisiplinan dapat dilakukan
dengan memberikan hukuman kepada pelanggar disiplin dan memberikan hadiah
kepada siswa teladan.
2. Kepada Guru
Kepada guru diharapkan dapat bekerjasama dengan orang tua dengan
melakukan komunikasi orang tua guru melalui Komite Sekolah. Dengan adanya
komunikasi antara orang tua dengan guru, maka kesulitan belajar siswa dapat
terpantau sehingga dapat dicari jalan keluarnya dengan segera. Pemberian
motivasi sangat penting bagi siswa, karena itu guru diharapkan dapat
xxiii
xxiii
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara-cara yang mendidik, seperti
memberikan reward kepada siswa yang memiliki prestasi tinggi. Pendisiplinan
siswa dalam belajar juga sangat penting. Karena itu guru diharapkan dapat
memberikan contoh tindakan disiplin kepada siswa. Untuk meningkatkan disiplin
belajar siswa, guru dapat memberikan tugas yang hasilnya dikoreksi. Dengan
demikian siswa dapat terpacu untuk melakukan kegiatan belajar.
3. Kepada Siswa
Kepada siswa diharapkan dapat memahami orang tuanya masing-masing.
Pola asuh yang diberikan orang tua yang kurang baik tidak perlu diikuti. Siswa
dapat mencari contoh-contoh dari teman yang orang tuanya dapat mengarahkan
anaknya dalam belajar. Motivasi belajar perlu ditingkatkan dengan memahami
dirinya tentang kegiatan belajar dan harapan di masa depan. Usahakan mematuhi
peraturan agar dapat melakukan kegiatan secara disiplin. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat jadwal kegiatan sehari-hari di rumah. Dengan adanya jadwal,
maka ada usaha untuk melakukan kegiatan belajar secara disiplin.
4. Kepada Peneliti Yang Akan Datang
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain
yang akan melakukan penelitian sejenis yang juga berhubungan dengan prestasi
belajar siswa. Sehingga hasil penelitian dapat lebih lengkap dan akurat dibanding
penelitian ini.
xxiv
xxiv
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka
Cipta Abdurrahmant Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Tehnik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: rineka Cipta Arif Sukardi Sadiman. 1991. Metode dan Analisis Mencari Hubungan. Jakarta:
Erlangga Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara Dimyati Mahmud. 1989. Psikologi Pendidikan Jilid 1. Yogyakarata: Raka Press Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Donald Ary. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional Elizabeth B. Hurlock. Perkembangan Anak Jilid II. Alih bahasa oleh dr. Met.
Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press I.G. Wursanto. 1985. Pokok-pokok Perencanaan/Etika komunikasi. Yogyakarta:
Kanisius Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara Kartini Kartono. 1992. Pengantar Metodelogi Research. Yogyakarta: Andi Oofset Ketut Sukardi. 1983. Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta Mardalis. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Buimi Aksara Margaret E. Bell Grendler. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Melayu S.P. Hasibuan. 1991. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: Gunung Agung
95
xxv
xxv
Moh. Nasir. 1993. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia Muhibbinsyah. 1995. Psikologi Penelitian Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya Nasotion. 2003. Metode Risearch. Jakarta: Bumi Aksara Ngaliman Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Poerwodarminto. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Roman Natawidjaja. 1995. Cara Memberikan Motivasi Pada Siswa. Jakarta:
Komunikan Sadirman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja
Grasindo Persada Rohn Aliah. 1990. Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta: Eresco Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar --------------------2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar SamVaknin, Ph.D. 2009. Parenting The Irrational Vocation. Tersedia pada
(http://archive.constantcontact.com/fs056/1101439140372/archive/1102104663935.html). Diakses pada tanggal 23 Februari 2010
Singgih D. Gunarso. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta Slamet Widodo. 2004. Metodelogi Penelitian. Surakarta. UNS Press Soegeng Priyodarminto. 1992. Disiplin Menuju Sukses. Jakarta: Pradya Paramita Sudjana. 2001. Tehnik Analisis Regresi Dan Korelasi Bagi Para Peneliti.
Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta ---------2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi
Aksara Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
xxvi
xxvi
Sumadi Suryabrata. 1998. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada -------------------2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sutrisno Hadi. 2002. Metodologi Research. Jilid 1, 2, dan 3. Yogyakarta: Andi
offset Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Suatu Dasar Metode Tehnik.
Bandung: Tarsito ---------1998. Pengantar Penelitian Suatu Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito Wingkel.W.S 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo W. Gulo. 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Grasindo Zahara Idris dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: Gramedia Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Interaksional Prinsip-Tehnik-Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya