HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …
Transcript of HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …
i
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN KEJADIAN AMENORHEA SEKUNDER PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA
DI BPS SRI INDRIYATI KABUPATEN MAGELANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun Oleh : Eko Yanti 1308162
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN YOGYAKARTA
2011
iii
iv
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN THE LENGTH OF USAGE KB INJECTABLE DMPA WITH THE EVENT AMENORHEA
SECONDARY ON ACCEPTORS KB INJECTABLE DMPA IN BPS SRI INDRIYATI KAJORAN
DISTRICT MAGELANG IN 2011
EkoYanti1, Esti Nugraheny2, Imroatul Azizah3
Background: Based on studies preliminary conducted by researchers at the BPS Sri Indriyati, to 20 Acceptors KB injectable DMPA, researchers get 13 Acceptors (65%) who use KB injectable DMPA for 1-2 years, said not getting your period again, 1 acceptor (5%) say having periods of excessive amounts, 4 acceptor (20%) said it is still getting your period a little bit or spots, 2 Acceptors (5%) said having cycles menstrual shorter than ever. Objective: Determinant the relationship between duration of use with the incidence of amenorhea secondary on acceptors KB injections of DMPA in BPS Sri Indriyati in 2011. Method: Analytic correlation by design cross sectional, a population of 110 technique sampling using a purposive sampling in getting the sample 55. Analysis of data using chi square statistical test with significance level α <0.05. Results: Soon (1-4x) mostly did not happen amenorhea (32,7%), long (5-8x) entirely amenorhea calculate (36,4%), based test the significant by using the chi square results ² (15,290) > ² table 3.841 with probability 0,000 < 0,05. The coefficient contingency = 0,466 is the interval from 0,400 – 0,599 in the categories of being. Conclusion: There was relationship a significant between the length of usage KB DMPA with the incidence amenorrhea secondary with the value (²) count (15.290) (²) table (3.841) (² count > ² table). Keywords: Amenorhea secondary and the use KB injections DMPA. _________________________ 1 Student of STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Lecturer not fixed of STIKES A. Yani Yogyakarta 3 Lecturers of STIKES A. Yani Yogyakarta
iv
v
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN KEJADIAN AMENORHEA SEKUNDER PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA
DI BPS SRI INDRIYATI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011
EkoYanti1, Esti Nugraheny2, Imroatul Azizah3
Latar belakang: Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di BPS Sri Indriyati, kepada 20 Akseptor KB suntik DMPA, peneliti mendapatkan 13 Akseptor (65%) yang menggunakan KB suntik DMPA selama 1-2 tahun mengatakan tidak mendapatkan haid lagi, 1 Akseptor (5%) mengatakan mengalami haid yang berlebihan jumlahnya, 4 Akseptor (20%) mengatakan masih mendapatkan haid sedikit-sedikit atau flek - flek, 2 Akseptor (5%) mengatakan mengalami siklus haid yang lebih pendek dari sebelumnya. Tujuan: Mengetahui hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati tahun 2011. Metode: Analitik korelasional dengan rancangan cross sectional, jumlah populasi 110 teknik sampling menggunakan purposive sampling di dapatkan sampel 55. Analisa data menggunakan uji statistik chi kuadrat dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Hasil: Tidak lama (1-4x) sebagian besar tidak terjadi amenorhea (32,7%), lama (5-8x) seluruhnya terjadi amenorhea (36,4%), berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan chi kuadrat hasil ² hitung(15,290) >² tabel 3,841 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Nilai koefisien kontigensi = 0,466 berada pada interval 0,400 – 0,599 dalam kategori sedang. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikanantara lama pemakaian KB DMPA dengan kejadian amenorrhea sekunder dengan hasil nilai (²) hitung (15,290) (²) tabel (3,841) (² hitung >² tabel). Kata kunci: Amenorhea sekunder dan pemakaian KB suntik DMPA.
_______________________ 1 Mahasiswa stikes A. Yani Y ogyakarta 2 Dosen tidak tetap Stikes A. Yani Yogyakarta 3 Dosen tetap Stikes A. Yani Yogyakarta
v
vi
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Yogyakarta, Agustus 2011
Penulis
vi
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Lama Pemakaian Dengan Kejadian Amenorhea Sekunder Pada Akseptor KB DMPA Di BPS Sri Indriyati Kajoran Kabupaten Magelang Tahun 2011”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan di STIKES A. Yani Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr.I Edy Purwoko,Sp.B selaku Ketua STIKES A. Yani Yogyakarta. 2. Tri Sunarsih, S.ST., M. Kes. Selaku ketua Prodi Kebidanan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah . 3. Sri Arini S, kep. M, Kes selaku penguji I yang telah bersedia untuk menguji
dan memberikan masukan kepada penulis. 4. Esti Nugraheny S.SiT,M. Kes selaku pembmbing 1 yang telah bersedia untuk
membimbing dan memberi masukan kepada penulis. 5. Imroatul Azizah S.ST selaku pembimbing 2 yang telah bersedia untuk
membimbing dan memberi masukan kepada penulis. 6. bidan Sri Indriyati, Amd. keb yang telah memberi izin dan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian di BPS Sri Indriyati. 7. Suamiku tercinta yang selalu memberikan doarestunya serta memberikan
motivasi, dukungan moril dan materiil untuk segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Kedua orang tuaku yang telah memberi dorongan, dukungan moril dan materiil untuk segera menyelesaikan Kara Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulisi Imiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Yogyakarta, Maret 2011
Penulis
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN....................................................................
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii ABSTRACT....................................................................................................... iv ABSTRAK......................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... vi HALAMAN MOTTO..................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5 E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori............................................................................ 8 B. Kerangka Teori........................................................................... 32 C. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 33 D. Hipotesis .................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian........................................................................ 34 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 34 C. Variabel Penelitian ..................................................................... 34 D. Definisi Operasional ................................................................... 35 E. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 35 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data........................................... 37 G. Metode Pengolahan dan Analisa Data ......................................... 38 H. Jalanya Penelitian ....................................................................... 42 I. Etika Penelitian............................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian................................................................................ 45 B. Pembahasan Penelitian.................................................................... 51 C. Keterbatasan ................................................................................ 58
x
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 59 B. Saran................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi operasional ...................................................................... 35 Tabel 3.2. Pedoman untuk interpretasi terhadap koefisien korelasi ................. 42 Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden ......................... 46 Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden ................ 47 Tabel 4.3. Distribusi frkuensi berdasarkan pekerjaan responden .................... 48 Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan lama pemakaian ......................... 48 Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian amenorhea.................... 49 Tabel 4.6. Tabel silang antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea
sekunder............................................................................................. 50
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian............................................... 32 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian........................................... 33
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Permohonan chek list Lampiran 2 : persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Chek List Lampiran 4 : Jadwal Penyusunan KTI Lampiran 5 : Ijin studi pendahuluan kepada BPS Sri Indriyati Magelang Lampran 6 : Surat balasan dari BPS Sri Indriyati Magelang Lampiran 7 : Ijin penelitian kepada Gubernur DIY Lampiran 8 : Surat balasan dari Gubernur DIY Lampiran 9 : Ijin penelitian kepada Gubernur provinsi Jawa Tengah Lampiran 10 : Surat balasan dari gubernur propinsi jawa tengah Lampiran 11 : Surat balasan dari kesbanglinmas magelang Lampiran 12 : Surat balasan dari BPPT magelang Lampiran 13 : Surat ijin penelitian kepada Dinas Kesehatan Magelang Lampiran 14 : Hasil penelitian
xiv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini keluarga berencana telah hampir dikenal diseluruh dunia.
Dinegara-negara maju, keluarga berencana bukan lagi merupakan suatu
program atau gagasan, tetapi telah merupakan falsafah hidup masyarakatnya.
Sedangkan dinegara-negara berkembang, keluarga berencana masih
merupakan program yang pelaksanaanya harus terus ditingkatkan (Mochtar,
2008).
Di Indonesia terdapat berbagai macam metode keluarga berencana
seperti: alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), susuk atau implant,
kontrasepsi suntikan, kontrasepsi pil, kondom dan kontrasepsi mantap, yang
pada wanita yaitu metode operasi wanita (MOW) dan metode kontrasepsi
pria (MOP), hal ini disesuaikan dengan pilihan Akseptor KB (Manuaba 2001)
Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian, perdarahan inter-
menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalanya waktu,
sedangkan kejadian amenorhea bertambah besar (Hanafi, 2004). Pada
pemakaian DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat) jangka panjang
amenorhea menjadi hal yang menonjol (Glasier, 2005).
Berdasarkan data yang diambil dari BKKBN Jawa Tengah tahun 2010
jumlah Akseptor KB sebanyak 4.849.207 orang, dari total seluruhpeserta
2
tersebut sebagian besar Akseptor KB suntik ada 2.649.722 orang atau
54,64%.
Data dari kantor BKKBN Kabupaten Magelang pada bulan Desember
2010, menunjukkan bahwa pasangan usia subur di Kabupaten Magelang
berjumlah 217.124, sebanyak 85.299 (39,2%) menggunakan kontrasepsi
suntik, 29.702 (13,6%) menggunakan kontrasepsi IUD, 24.752 (11,3%)
menggunakan kontrasepsi pil, 15.566 (7,1%) menggunakan kontrasepsi
implant, 9.841 (4,5%) menggunakan kontrasepsi MOW, 2.689 (1,2%)
menggunakan kontrasepsi kondom, 1.248 (0,5%) menggunakan kontrasepsi
MOP. Salah satu jenis kontrasepsi efektif dan menjadi pilihan kaum ibu
adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah.
Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta
pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan
(Mochtar, R 2008). Namun demikian KB suntik juga memunyai banyak efek
samping, seperti amenorhea (50%), spoting (bercak darah) dan menorargia,
seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainya dan dijumpai pula keluhan
mual, sakit kepala(< 1 – 17%), pusing (90%), perubahan berat badan (7 –
9%) (Hartanto, 2004).Efek samping dari KB suntik DMPA (Depo
Medroksiprogesteron Asetat) yang sering terjadi, antara lain: Amenorhea ini
yang paling banyak terjadi, berat badan yang bertambah, sakit kepala pada
sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, makanan, ada sedikit
peninggian dari kadar insulin dan penurunan ADL kolesterol (Hartanto,
2004). Salah satu masalah pada pemakaian kontrasepsi steroid yang hanya
3
berisi progesteron adalah timbulnya gangguan pola perdarahan sampai
terjadinya amenorhea. Efek ini dipandang sebagai kekurangan oleh banyak
wanita yang menganggap bahwa perdarahan yang teratur merupakan suatu
tanda kesehatan dan haid sebagai indikator bahwa mereka tidak hamil (WHO,
2006). Untuk beberapa wanita pengalaman amenorhea sekunder dapat sangat
membebani. Mendapat menstruasi adalah cara normal wanita mengetahui
apakah mereka hamil atau tidak. (Everett, 2007).Kelainan haid merupakan
sebab utama dari penghentian kotrasepsi suntikan (Hanafi,2004). Sampai
25% akseptor KB DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat) berhenti pada
tahun pertama akibat perdarahan yang tidak teratur. Perdarahan dan spoting
menurun secara progresif seiring setiap satu kali penyuntikan ulang sehingga
setelah lima tahun, 80% pengguna menjadi amenorhea (Sproff, 2003).
Pada penlitian Nur, S. 2007 tentang kejadian efek samping kontrasepsi
Suntikan Progestin di Desa Pagersari dan Desa Bojong Mungkid Magelang
tahun 2007, didapatkan hasil bahwa sebanyak 26 akseptor (85%) dari 40
akseptor mengalami efek samping berupa gangguan siklus menstruasi
amenorhea. Gangguan haid merupakan keluhan yang paling sering
ditemukan, seperti: siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan
bercak, tidak haid sama sekali atau amenorhea (Baziat, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di BPS
Sri Indriyati, Kajoran Magelang pada bulan maret 2011 kepada 20 Akseptor
KB suntik DMPA, peneliti mendapatkan 13 Akseptor (65%) yang
4
menggunakan KB suntik DMPA selama 1-2 tahun mengatakan tidak
mendapatkan haid lagi, 1 Akseptor (5%) mengatakan mengalami haid yang
berlebihan jumlahnya, 4 Akseptor (20%) mengatakan masih mendapatkan
haid sedikit-sedikit atau flek - flek, 2 Akseptor (5%) mengatakan mengalami
siklus haid yang lebih pendek dari sebelumnya. Data ini diperoleh dari
Akseptor yang datang ke bidan Sri Indriyati untuk melakukan penyuntikan
ulang.
Dengan melihat permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Hubungan Antara lama pemakaian dengan
kejadian amenorhea sekunder pada Akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri
Indriyati Magelang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam Karya
Tulis ini adalah”Adakah hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian
amenorhea sekunder diBPS Sri Indriyati Magelang?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian
amenorhea sekunder pada Akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati
Magelang.
5
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya lama pemakaian KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati
Magelang.
b. Diketahuinya kejadian amenorhea sekunder pada Akseptor KB suntik
DMPA diBPS Sri Indriyati Magelang.
c. Menganalisa hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan
kejadian amenorhea Sekunder
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran tentang ilmu pengetahuan kebidanan
khususnya pada pelayanan KB .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Bidan BPS Sri Indriyati
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan
pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam
memberikan konseling mengenaiefek samping KB suntik DMPA
khususnya yang berhubungan dengan kejadian Amenorhea, kepada
Akseptor KB suntik DMPA.
b. Bagi Responden
Menambah dan meningkatkan pemahaman tentang efek
samping KB suntik DMPA khususnya yang berhubungan dengan
Amenorhea sekunder.
6
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi mahasiswa serta pembaca pada umumnya.
d. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan metode penelitian mengenai
KB yang berhubungan dengan efek samping lama pemakaian KB
DMPA dengan kejadian Amenorhea sekunder.
E. Keaslian Penelitian
Penelitiansejenis yang pernah dilakukan tentang kontrasepsi suntik oleh:
1. Diana, D (2008) dengan judul “Hubungan Antara Lama Pemakain KB
Suntik Cyclofem Dengan Kenaikan Berat Badan di BPS Finulia Banjarsari
Surakarta”. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan dengan
cara purposive sampling. Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan
antara lama pemakaian KB suntik cyclofem dengan kenaikan berat badan.
2. Wati, T (2007) dengan judul “Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik
Depo Provera terhadap Perubahan Pola Menstruasi di BPS Worotri
Prabandari Sambirejo Kabupaten Sragen”. Penelitian ini menggunakan
metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
7
ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi Depo Provera terhadap
perubahan pola menstruasi.
3. Maya, F (2008) dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Akseptor Depo Progestin dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang di
RB An-Nissa Kota Surakarta Tahun 2008”. Desain penelitian yang
digunakan adalah observasional analitik, peneliti mencoba untuk mencari
hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung
(efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar
variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya (Taufiqurrohman, 2004).
Pendekatan waktu yang digunakan adalah Cross Sectional. Pemilihan
sampel dilakukan dengan cara quota sampling. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
akseptor depo progestin dengan kepatuhan kunjungan ulang.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Populasi,
waktu, responden, tempat penelitian serta variabel penelitianya.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara lama
pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian amenorhea sekunder yang
dilakukan pada 55 responden di BPS Sri Indriyati Kajoran, Magelang tahun
2011 diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Bidan Praktek Swasta (BPS) Sri Indriyati Kajoran, Magelang. BPS
Sri Indriyati memberikan pelayanan yaitu sebagai berikut: KIA, KB, dan
ANC, dilaksanakan setiap hari kerja pagi dari pukul 06.00 WIB sampai
dengan pukul 07.30 WIB, dan sore dimulai pukul 14.00 WIB sampai
dengan pukul 20.00 WIB. Pemeriksaan ANC dan imunisasi dilayani setiap
hari kecuali imunisasi BCG dan campak setiap tanggal 1 dan 15.
Pemeriksaan darah dilayani setiap hari. Kecuali pertolongan persalinan
dilayani setiap hari selama 24 jam. Sedangkan pelayanan KB dilayani
setiap hari dengan rata-rata kunjungan ulang akseptor KB DMPA adalah
110 orang setiap bulan.
46
2. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden dalam penelitian ini akan disajikan berdasarkan
umur, pendidikan, dan pekerjaan. Deskripsi Karakteristik responden dapat
dilihat sebagai berikut:
a. Umur
Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan umur responden
pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten
Magelang dapat diketahui dalamTabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1.Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
9
43
3
16,4
78,2
5,5
Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer
Berdasarkan usia, Responden terbanyak adalah yang berusia
antara 20 – 35 tahun sebanyak 43 responden (78,2%) dan responden
yang paling sedikit adalah responden yang berusia > 35 tahun sebanyak
3 responden (5,5 %)
47
b. Pendidikan
Berdasarkan tabel hasil analisis frekuensi berdasarkan pendidikan
responden di atas, yaitu akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati
Kabupaten Magelang dapat diketahui dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2.Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
SD
SLTP SLTA
D3
25 14 11 5
45,5 25,5 20 9,1
Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden
berdasarkan tingkat pendidikan yang terbanyak adalah yang
berpendidikan SD sebanyak 25 responden (45,5%) dan responden
yang paling sedikit berpendidikan D3 sebanyak 5 responden (9,1 %),
c. Pekerjaan
Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan pekerjaan
responden, yaitu akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati
Kabupaten Magelang dapat diketahui dalamTabel 4.3 berikut.
48
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
IRT Petani
Wiraswasta Swasta Buruh PNS
25 11 10 5 3 1
45,5 20
18,2 9,1 5,5 1,8
Jumlah 55 100 %
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel di atas responden yang terbanyak bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 25 responden (45,5 %) dan
responden yang paling sedikit bekerja sebagai PNS yaitu hanya 1
orang (1,8%).
3. Analisa univariat
a. Lama pemakaian KB Suntik DMPA
Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan lama pemakaian
KB suntik DMPA, yaitu akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri
Indriyati Kabupaten Magelang dapat diketahui dalam Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan lama pemakaian KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.
Lama Suntik Frekuensi Persentase (%) Tidak Lama
Lama
35 20
63,3 36,4
Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer
49
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 55 responden
yang mempunyai tingkat pemakaian KB suntik DMPA dalam kategori
lama (5 – 8x suntik) 20 responden (36,4%) sedangkan kategori tidak
lama (1 – 4x suntik) yaitu 35 responden (63,3%).
Dari data tersebut disimpulkan bahwa tingkat pemakaian KB
suntik DMPA yang terbanyak yaitu yang dalam kategori tidak lama
b. Amenorhea Sekunder
Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan amenorrhea
sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati
Kabupaten Magelang dapat diketahui dalam Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan amenorrhea sekunder responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.
Amenorhea sekunder
Frekuensi
Persentase (%)
Terjadi
Tidak Terjadi
37 18
67,3 32,7
Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang
tidak mengalami amenorhea sekunder 18 responden (32,7%)
sedangkan yang mengalami amenorrhea sekunder yaitu sebanyak 37
responden (67,3%).
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan responden yang
megalami amenorhea sekunder lebih banyak dari yang tidak
mengalami amenorhea sekunder
50
4. Analisa bivariat
Hasil analisa antara lama suntik dengan kejadian amenorhea
sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten
Magelang tahun 2011 disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 4.6. Hubungan Antara lama pemakaian suntik dengan kejadian amenorrhea sekunder akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang
Kejadian amenorrhea
sekunder Lama pemakaian
Tidak terjadi Terjadi
Total
Lama 0 20 20 Tidak Lama 18 17 35 Total 18 37 55
² = 15,290 p value = 0,000
Analisis hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA
dengan kejadian amenorhea sekunder dapat didistribusikan sebagai
berikut: Responden dengan lama pemakain KB Suntik DMPA 5 – 8x
suntik 20 responden (36,3%) mengalami amenorhea dari total responden
sebanyak 20 (36,3 %). Responden dengan lama pemakaian KB DMPA 1 –
4x suntik 18 responden (32,7%) tidak mengalami amenorhea dan 17
responden (30,9%) mengalami amenorhea dari total responden sebanyak
35 (63,6%).
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara lama suntik dengan
kejadian amenorrhea sekunder akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri
Indriyati Kabupaten Magelang diperoleh ² hitung = 15,290 > ² tabel =3,841
dengan derajat kebebasan (df/dk) 1, tingkat kemaknaan 0,5% p value
0,000 (0,000 < 0,5) . maka Ho di tolak dan Ha diterima, hal ini berarti
51
bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan secara signifikan
dengan kejadian amenorrhea sekunder. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan
secara signifikan dengan kejadian amenorrhea sekunder pada akseptor KB
suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kajoran Magelang.
Berdasarkan analisis data penelitian juga diperoleh nilai koefisien
kontigensi = 0,466. Oleh karena nilai koefisien kontigensi berada pada
interval 0,400 – 0,599 maka dapat dinyatakan bahwa tingkat hubungan
antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea sekunder termasuk
dalam kategori sedang.
B. Pembahasan
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar (78,2%) responden
berumur 20-35 tahun. Menurut Brahm (2007) usia seorang wanita dapat
mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode kontrasepsi
tertentu. Dua kelompok pemakai kontrasepsi yaitu remaja dan premenepouse
perlu mendapatkan perhatian khusus. Dan menurut Hanafi (2004) Pada usia
<20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu, prioritas
penggunaan kontrasepsi pil dan melahirkan, dianjurkan memakai IUD. Pada
usia > 35 tahun fase menghentikan kehamilan, disarankan memakai
kontrasepsi mantap Umur seorang wanita memang mempengaruhi pemakaian
kontrasepsi yang tepat. Untuk usia > 35 tahun disarankan memakai
kontrasepsi mantap dikarenakan jika terjadi kehamilan pada usia itu akan
menjadi kehamilan resiko tinggi yang akan memperbesar kematian dan
52
kesakitan ibu dan bayi. Sedangkan usia < 20 tahun lebih disarankan memakai
pil, IUD hal ini dikarenakan agar kembalinya kesuburan bisa didapatkan
dengan cepat. Sehingga seorang wanita harus benar- benar cermat dalam
mencari metode kontrasepsi yang efektif bagi mereka. Usia seorang wanita
dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode
kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai kontrasepsi yaitu remaja dan
premenepouse perlu mendapatkan perhatian khusus (Brahm, 2007). Dalam
pelayanan KB dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase menunda kehamilan pada usia
<20 th dianjurkan memakai pil, IUD-mini dan metode sederhana dan tidak
dianjurkan memakai suntikan. Fase menjarangkan kehamilan pada usia 20-35
tahun pilihan terbaik adalah menggunakan IUD dan suntikan. Fase
mengakhiri kehamilan pada usia >35 th lebih dianjurkan memakai kontap,
IUD (Hanafi, 2004). KB suntik yang berumur < 20 th dan ibu umur 20 - 35
tahun merupakan pemakai tertinggi. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang
tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut membutuhkan
pertimbangan yang dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional
KB, kurangnya pengetahuan wanita tentang metode kontrasepsi, kesehatan
individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.
Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor,
termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode,
konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga
yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai
53
kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008). Terdapatnya permasalahan
dalam pemakaian KB suntik merupakan salah satu pengaruh dari kurangnya
pengetahuan akseptor tentang KB. Untuk mengatasi permasalahan itu
akseptor membutuhkan konselling yang tepat tentang KB. Tentunya dangan
memperhatikan beberapa aspek, yaitu: kesehatan, agama, dan yang terpenting
adalah pendidikan calon akseptor KB tersebut. Dan dapat menyesuaikan cara
komunikasi sesuai dengan kemampuan penerimaan calon akseptor tersebut.
Tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar (45,5%) responden
berpendidikan dasar (SD). Menurut Muhbiyah (2005) tingkat pendidikan
seseorang merupakan salah satu faktor seseorang dalam memilih kontrasepsi,
orang yang berpendidikan tinggi akan mencari lebih banyak informasi untuk
mencari kontrasepsi yang sesuai. Sedangkan orang yang berpendidikan
kurang dimungkinkan akan cenderung menerima apa saja jenis kontrasepsi
yang disarankan atau mengikuti tetangganya atau temannya dalam memilih
kontrasepsi. Dan menurut Brahm (2007)wanita yang berpendidikan tinggi
memilih KB kalender / alami, hal ini dikarenakan wanita yang berpendidikan
tinggi menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk
mengambil resiko yang terkait dengan sebagian metode kontrasepsi modern.
Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi daya serap dalam menerima
informasi yang baru, khususnya tentang kontrasepsi suntik. Selain itu tingkat
pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangan terhadap sesuatu yang
datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan
tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang
54
berpendidikan rendah. Pendidikan merupakan salah satu cara menyebarkan
informasi tentang KB. Program pendidikan dapat meningkatkan manfaat
Keluarga Berencana (KB) dan membantu calon peserta memilih cara KB
yang paling tepat bagi mereka (Maxwell, 2002). Tingkat pendidikan tidak
saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga
pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode
kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan.
Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga
berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait
dengan sebagian metode kontrasepsi modern.(Brahm, 2007)
Tabel 4.3 terlihat bahwa sebagian besar (45,5%) responden bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan
mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga
dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong
terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap
keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan
yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak
langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi.
Dari tabel 4.4 terlihat mayoritas reponden belum lama menggunakan
KB Suntik DMPA yaitu 63,3%. Akseptor yang menggunakan KB suntik
DMPA dalam kategori tidak lama mengeluhkan mereka sering mengalami
gangguan haid. Gangguan haid dapat terjadi karena perubahan hormon pada
pemakaian KB suntik DMPA yaitu hormon progesteron yang terkandung
55
dalam konsentrasi DMPA menimbulkan perubahan histologi endometrium
sampai pada atrofi endometrium. Pemakaian KB suntik DMPA akan
memberikan pengaruh pada siklus haid, hal ini dikarenakan KB suntik
DMPA merupakan salah satu jenis KB hormonal, sehingga hormon yang
masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi siklus haid akseptor KB suntik
DMPA. Sarwono (2005) menyebutkan bahwa sebagian akseptor KB suntik
DMPA setelah penyuntikan pada tahun pertama tidak mendapatkan haid lagi
setiap bulanya. Efek samping dari KB DMPA menurut Saifudin (2006) dalam
penggunaan jangka panjang DMPA dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, gangguan emosi, nervositas dan jerawat. Perubahan haid yang dialami
wanita yag menggunakan DMPA dimulai dalam bentuk: perdarahan tidak
teratur yang tak dapat diprediksi, bercak darah yang berlangsung selama tujuh
hari atau lebih, perdarahan hebat selama beberapa bulan pertama penggunaan
DMPA, serta DMPA mengakibatkan makin berkurangnya perdarahan dalam
setiap siklus haid. Jika terus digunakan selama lebih dari dua tahun maka haid
akan berhenti (amenorhea).
Dari tabel 4.5 terlihat mayoritas responden mengalami kejadian
amenorhea yaitu 67,3%. Menurut billing (2007) KB DMPA mengakibatkan
makin berkurangnya perdarahan dalam setiap siklus haid. Jika terus
digunakan selama lebih dua tahun maka haid akan berhenti (amenorhea).
Dalam penelitian menunjukkan mayoritas alasan responden mengguakan KB
suntik DMPA karena efektif sehingga responden menggunakan KB suntik
56
DMPA dalam waktu yang lama akibatnya kejadian amenorhea pada
pemakaian KB suntik DMPA juga semakin besar.
Hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea
Berdasarkan hasil penelitian tabulasi silang diketahui bahwa akseptor
yang lama menggunakan KB suntik DMPA banyak yang mengalami
amenorhea. Hal ini disebabkan karena progesteron yang terkandung dalam
kontrasepsi suntik DMPA menimbulkan perubahan histologi pada
endometrium sampai pada atrofi endometrium , DMPA lebih sering
menimbulkan perdarahan bercak dan amenorhea sekunder. Amenorhea
sekunder yang disebabkan karena efek samping DMPA lebih sering terjadi
pada akseptor dengan berat badan tinggi.
Hasil analisis data penelitian menggunakan analisis chi kuadrat
diperoleh ² hitung = 15,290 > ² tabel = 3,841 dengan p value 0,000,
sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan secara signifikan
dengan kejadian amenorrhea sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di
BPS Sri Indriyati. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tingkat hubungan
antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian amenorhea
sekunder termasuk dalam kategori sedang. Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan cukup erat dengan
kejadian amenorhea sekunder.
Amenorhea sekunder yang dialami akseptor KB suntik DMPA dapat
memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu memberikan
57
keuntungan bagi akseptor tidak merasa repot dengan datangnya haid. Dampak
negatif terhadap psiologis akseptor adalah menimbulkan beberapa pertanyaan
apakah KB-nya gagal atau suatu penyakit. Kurangnya pengetahuan tentang
amenorhea sekunder menyebabkan anggapan negatif masyarakat bahwa KB
suntik DMPA merupakan penyebab amenorhea sekunder yang sering
berakibat kegagalan terjadi kehamilan atau bisa menimbulkan penyakit
karena darah haid tidak bisa keluar. Hal ini menyebabkan akseptor KB suntik
DMPA mengalami kecemasan, tidak patuh dengan jadwal penyuntikan ulang,
pindah kontrasepsi atau tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
Merupakan salah satu tugas bidan untuk menanggulangi masalah
tersebut dengan menjelaskan kepada calon akseptor KB suntik, bahwa
amenorhea sekunder adalah salah satu efek samping penggunaan KB suntik
DMPA dan untuk masalah itu tidak memerlukan pengobatan apapun.
Apabila akseptor tidak dapat menerima keadaan amenorhea sekunder maka
menganjurkan kepada akseptor KB suntik DMPA untuk ganti kontrasepsi lain
(kontrasepsi non hormonaid), ada sebagian akseptor KB menyadari
ketidaknormalan pada siklus haidnya, yaitu akseptor tidak mendapatkan haid
pada tiap bulanya.
Hasil penelitian ini membuktikan anggapan negatif masyarakat,
bahwa KB suntik DMPA merupakan penyebab amnorhea sekunder yang
sering berakibat gagal dan terjadi kehamilan atau bisa menimbulkan penyakit
karena darah haid yang tidak bisa keluar tanpa mengkaji lebih dalam terhadap
faktor – faktor lain. Hal ini menyebabkan akeptor KB suntik mengalami
58
kecemasan, tidak patuh dengan penyuntikan ulang, pindah kontrasepsi atau
bahkan tidak menggunakan kontrasepsi apapun.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Diana, D (2008) yang menyimpulkan adanya hubungan antara lama
pemakaian KB untik cyclofem dengan kenaikan berat badan di BPS Finulia
Banjarmasin Surakarta, dan penelitian Wati, T (2007) yang menyimpulkan
ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik Depo Provera terhadap
perubahan pola menstruasi di BPS Worotri Prabandari Sambirejo Kabupaten
Sragen. Penelitian ini juga mendukung penelitian Maya, F (2008) yang
menyimpulkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan akseptor Depo
Progestin dengan kepatuhan kunjungan ulang di RB An-Nissa Kota Surakarta
Tahun 2008.
C. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini antara lain:
1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian hanya sedikit
2. Keterbatasan alat pengumpul data (chek list) akan lebih baik jika didukung
oleh hasil observasi dan pemeriksaan langsung terhadap responden.
59
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis mengenai hubungan antara lama pemakaian
dengan kejadian amenorhea sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS
Sri Indriyati Kabupaten Magelang tahun 2011 dapat disimpulkan :
1. Sebagian besar lama pemakaian suntik akseptor KB suntik DMPA di BPS
Sri Indriyati Kabupaten Magelang dalam kategori tidak lama (1 – 4x
suntik) (63,3 %).
2. Kejadian anemorhea akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati
Kabupaten Magelang sebagian besar mengalami amenorhea, yaitu
sebanyak 67,3 %.
3. Ada hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea
sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten
Magelang Tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan ² hitung (15,290) > ²
tabel (3,841). Nilai koefisien kontigensi = 0,466 berada pada interval 0,400
– 0,599 dalam kategori sedang.
60
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpuan penelitian diatas, maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Bidan BPS Sri Indriyati
Diharapkan dapat meningkatkan pemberian konseling kepada akseptor KB
suntik DMPA mengenai kelebihan, kekurangan, komplikasi serta efek
samping KB suntik DMPA terutama tentang kejadian amenorhea sekunder
sehingga tidak ada kekhawatiran dari akseptor KB DMPA.
2. Bagi Responden
Diharapkan akseptor agar siap menghadapi informasi mengenai
keuntungan, kerugian serta efek amping KB suntik DMPA khususnya
kejadian amenorhea sekunder.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa
diharapkan melakukan penelitian yang bersifat menyempurnakan
penelitian ini baik itu dilihat dari variabel yang digunakan maupun dilihat
dari uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Bagi peneliti
Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan menerapkan
pengetahuan yang dimiliki ke dalam lapangan yang sebenarnya.
61
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: YBPSP
Billing. 2007. Metode Ovulasi Billing. Jakarta: Gramedia
BKKBN, 2004. Program Keluarga Berencana Nasional, BKKBN, Jakarta
Everett, Suzanne. 2007. Kontrasepsi dan Kesehatan Sexual Reproduktif. Edisi 2. Jakarta: EGC
Glasier, A. 2005. Kelurga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Hanafi, H . 2004. Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Hartanto, H, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Kasdu, D. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara
Manuaba, IBG. 2001. Konsep obstetri dan ginekologi sosial Indonesia. Jakarta: EGC
Mochtar, R. 2008. Sinopsis obstetri fisiologi dan patologi, jilid 1, jakarta: EGC
Murdiyanti, P (2007). Perbedaan Siklus Menstruasi antara Ibu yang Menggunakan alat Kontrasepsi IUD dengan Kontrasepsi Suntik. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Diunduh tanggal 21 april 2011
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
62
Nur, S. 2007. Hubungan Penggunaan Jenis Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Amenorhea Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik.di Desa Sawitan Wilayah Kerja Puskesmas Kota Mungkid. Program Studi Kebidanan Magelang. KTI
Rayburn, 2001. Obstetri dan ginekologi. Cet. 1. jakarta: widya medika
STIKES Ahmad Yani Yogyakarta (2010). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.Yogyakarta: Kanisius.
Speroff, L. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta: EGC
Saifudin. 2006. Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kesebelas. Bandung: Alfabeta
Sarwono, P. 2005. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Siswosudarmo, dkk. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press
Susanto, N. 2010. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Digibooks
Soetrisno. 1993. Studi Banding Kontrasepsi Cycloprovera dengan Depoprovera Pola Menstruasi dan Kelangsungan Pemakaian. Berkala Ilmu Kedokteran. Jil. xxv, 4. Diunduh tanggal 21 april 2011
Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1. Jakarta: EGC
Wiknjosasatro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
WHO. 2006. Profil Kesehatan dan Pembangunan Perempuan di Indonesia. Jakarta: WHO