HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN NARSISME …eprints.ums.ac.id/32717/21/02. NASKAH...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN NARSISME …eprints.ums.ac.id/32717/21/02. NASKAH...
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN NARSISME PADA
REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
sebagai persyaratan memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
NANIK HANDAYANI
F 100 100 064
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN NARSISME PADA
REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
NANIK HANDAYANI
F 100 100 064
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
v
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN NARSISME PADA
REMAJA PENGGUNA FACEBOOK
Nanik Handayani
Wiwien Dinar Pratisti
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri
dengan narsisme pada remaja pengguna facebook. Hipotesis yang diajukan yaitu ada
hubungan negatif antara kontrol diri dengan narsisme pada remaja pengguna
facebook. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 15-18 tahun dan
memiliki akun facebook yang aktif yang berjumlah 100 orang. Metode pengumpulan
data menggunakan skala kontrol diri dan narsisme. Teknik analisis data yang
digunakan adalah korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis Product
Moment diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,706; p = 0,000 (p < 0,01)
artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan
narsisme pada remaja pengguna facebook. Sumbangan efektif antara variabel kontrol
diri terhadap narsisme pada remaja pengguna facebook sebesar 49,8%. Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan
antara kontrol diri dengan narsisme pada remaja pengguna facebook dan peran
kontrol diri cukup besar terhadap kecenderungan narsisme pada remaja pengguna
facebook.
Keyword: Narsisme, Kontrol diri, Facebook.
1
PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan
teknologi informasi berjalan sangat
pesat. Perkembangan teknologi yang
digunakan oleh remaja tidak hanya
sebatas untuk menambah pengetahuan
dan sumber belajar, namun telah
mempengaruhi proses pembentukan
identitas remaja.
Proses pembentukan identitas
diri remaja berlangsung dalam lingkup
keluarga dan teman sebaya. Keinginan
kuat remaja dalam berhubungan
dengan teman sebaya membutuhkan
berbagai sarana, salah satunya melalui
jejaring sosial facebook. Facebook
telah menjadi tempat bagi remaja
untuk mengungkapkan berbagai
pemikiran dan perasaan yang mereka
alami. Boyd dan Ellison dalam
jurnalnya Social Network Sites
Definition, History and Scholarship
(2007) mengatakan bahwa situs
jejaring sosial mengijinkan orang
untuk membangun profil drinya untuk
umum serta membuat daftar orang-
orang yang menjadi temannya dan
melihat profil orang lain.
Dari survei awal yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
individu memiliki akun jejaring sosial
terutama facebook. Namun intensitas
penggunaan jejaring sosial pada
individu yang berusia antara 14-19
tahun berbeda dengan individu yang
berusia 20-26 tahun, dimana individu
yang berusia antara 14-19 tahun selalu
online dengan jejaring sosial.
Kemudian hal apa saja yang diunggah
atau diperbaharui, dimana individu
yang berusia antara 14-19 tahun dan
yang berusia 20-26 tahun memilih
untuk menggunggah status yang
berkaitan dengan suasana hati (mood).
Hal yang sama juga dapat dilihat pada
manfaat apa saja yang didapat
menggunakan jejaring sosial, individu
yang berusia antara 14-19 tahun dan
yang berusia 20-26 tahun menjawab
dengan adanya jejaring sosial individu
dapat bertukar ataupun menambah
informasi dengan orang lain agar
selalu up to date
Perilaku aktif remaja
menggunakan layanan online dapat
dipengaruhi oleh kegunaan dan
pemuasan kebutuhan pengguna,
2
diantaranya narsisme. Jejaring sosial
telah memunculkan fenomena baru
seperti selfie, juga kebiasaan
memperbaharui status dalam aktivitas
sehari-hari. Survei dari Pew Internet &
American Life Project menyatakan
bahwa 54% pengguna internet
mempunyai kebiasaan mengunggah
hasil jepretan foto dirinya ke dalam
facebook, twitter, instagram dan
berbagai jenis jejaring sosial lainnya
(Agosto & Abbas, 2009). Campbell
(1999) mengatakan bahwa pengguna
facebook lebih narsis daripada orang
yang memiliki website lain tempat
mereka sering mengunggah doto
dirinya, memperbaharui status,
memperbaharui halaman profilnya dan
mengecek jumlah teman atau jumlah
kontak facebook.
Mehdizadeh (2010)
menjelaskan ada beberapa alasan
facebook menjadi wadah
berkembangnya narsisme, diantaranya
facebook menawarkan hubungan sosial
yang dangkal dan terlepas dari
komunikasi emosional serta pengguna
facebook bisa mengontrol apa saja
informasi yang akan disampaikan
kepada orang lain. Narsisme di jejaring
sosial sudah berlaku umum hampir
kalangan masyarakat.
Narsisme adalah cinta diri
dimana memperhatikan diri sendiri
secara berlebihan, paham yang
mengharapkan diri sendiri sangat
superior dan amat penting,
menganggap diri sendiri sebagai yang
paling pandai, paling hebat, paling
berkuasa, paling bagus dan paling
segalanya (Chapplin, 2009). Individu
narsisme memanfaatkan hubungan
sosial untuk mencapai popularitas,
selalu asyik dan hanya tertarik dengan
hal-hal yang menyangkut kesenangan
diri sendiri (Mehdizadeh, 2010).
Dalam Apsari (2012) faktor-faktor
yang mempengaruhi narsisme
diantaranya faktor biologis, faktor
psikologis dan faktor sosiologis.
Berdasarkan DSM-V (APA, 2012)
individu dikatakan narsisme jika
memiliki 5 dari 9 karakteristik berikut
ini: melebih-lebihkan kemampuan
yang dimilik, percaya bahwa dirinya
spesial dan unik, dipenuhi fantasi
tentang kesuksesan, kekuasaan,
kecantikan/ketampanan, memiliki
3
kebutuhan yang eksesif untuk
dikagumi, merasa layak untuk
diperlakukan istimewa, kurang
berempati, mengeksploitasi hubungan,
memiliki rasa iri terhadap orang lain
atau menganggap orang lain iri
kepadanya dan angkuh.
Dalam menggunakan facebook,
hendaknya individu memiliki
kemampuan untuk mengontrol
perilakunya. Orang dengan kepribdian
yang sehat, bisa mengontrol
penggunaan akun yang mempunyai
tanggung jawab sosial, mempunyai
kreativitas dalam membagikan
informasi yang sesuai dengan realitas
diri dan mampu menyaring informasi
yang ada di jejaring sosial. Sebagai
salah satu sifat kepribadian, kontrol
diri pada setiap individu tidaklah sama.
Ada individu yang memiliki kontrol
diri tinggi dan ada pula yang memiliki
kontrol diri rendah. Individu yang
memiliki kontrol diri tinggi mampu
untuk mengubah kejadian dan menjadi
agen utama dalam mengarahkan dan
mengatur perilaku yang membawa
kepada konsekuensi positif.
Menurut Averill (1973),
kontrol diri merupakan variabel
psikologis sederhana yang didalamnya
tercakup 3 konsep tentang kemampuan
mengontrol diri yaitu kemampuan
individu untuk memodifikasi perilaku,
mengelola informasi yang tidak
diinginkan dengan cara
menginterpretasi serta memilih
tindakan berdasarkan suatu yang
diyakini. Aspek-aspek kontrol diri
menurut Averill (dalam Sarafino,
2011), adalah kontrol perilaku,
kognitif, keputusan, informasi dan
keyakinan. Dalam kaitannya dengan
remaja, kemampuan untuk mengontrol
diri dapat membantu remaja
mengendalikan diri dan mengatur
perilakunya agar tidak menyimpang
dari norma yang berlaku. Averill
(1973) mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kontrol diri yaitu
faktor internal (usia, kepribadian,
pengetahuan, motif) dan faktor
eksternal (lingkungan).
Hipotesis penelitian ini
menyatakan terdapat hubungan negatif
antara kontrol diri dengan narsisme
pada remaja pengguna facebook.
4
Semakin tinggi kontrol diri remaja
dalam memanfaatkan facebook maka
semakin rendah narsismenya.
Begitupun sebaliknya, semakin rendah
kontrol diri remaja dalam
memanfaatkan facebook maka
semakin tinggi narsismenya.
METODE
Subjek yang diambil dalam
penelitian adalah 100 pengguna aktif
facebook yang berusia antara 15-18
tahun. Dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel quota sampling
(sampel kuota). Metode pengumpulan
data menggunakan skala kontrol diri
dan skala narsisme. Teknik analisis
data menggunakan korelasi Product
Moment Pearson.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan teknik analisi Product
Moment Pearson diperoleh hasil
koefisien korelasi rxy = -0,706, dengan
sig = 0,000; (p < 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan ada hubungan negatif
yang sangat signifikan antara kontrol
diri dengan narsisme pada remaja
pengguna facebook. Artinya semakin
tinggi kontrol diri remaja dalam
memanfaatkan facebook maka
semakin rendah tingkat narsismenya,
sebaliknya semakin rendah kontrol diri
remaja dalam memanfaatkan facebook,
maka semakin tinggi tingkat
narsismenya. Sehingga hipotesis yang
diajukan peneliti diterima.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widiana, dkk
(2004) yang menunjukkan adanya
hubungan negatif antara kontrol diri
dengan kecenderungan internet,
dimana individu yang mempunyai
kontrol diri tinggi maka akan mampu
mengarahkan dan membatasi perilaku
menggunakan internet dengan
memikirkan manfaat dan dampak yang
ditimbulkan.
Dariyo (2004) mengatakan
individu yang memiliki kontrol diri
baik dalam memanfaatkan facebook,
yaitu individu mampu mengontrol
perilaku aktif menggunakan jejaring
sosial, berusaha untuk mengontrol
mengunggah status atau foto, mampu
mengendalikan pikiran-pikiran yang
5
membuatnya justru tertekan dan
mampu membuat pilihan-pilihan
alternatif dalam hidupnya.
Setiap individu yang
menggunakan internet memiliki
kemampuan kontrol diri yang berbeda-
beda. Individu yang memiliki kontrol
diri baik, mampu mengarahkan,
membimbing dan membatasi
perilakunya ketika menggunakan
facebook dengan memikirkan manfaat
dan dampak yang ditimbulkan.
Sebaliknya, individu yang memiliki
kontrol diri rendah, tidak mampu
mengarahkan, membimbing, dan
membatasi perilakunya ketika
menggunakan facebook tanpa
memikirkan manfaat dan dampak yang
dapat ditimbulkannya.
Sumbangan efektif (SE)
variabel kontrol diri remaja terhadap
narsisme dalam menggunakan
facebook sebesar 49,8% ditunjukkan
oleh koefisien determinasi (r²) sebesar
0,498. Hal ini menunjukkan bahwa
masih ada 50,2% lainnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap narsisme diluar
faktor kontrol diri tersebut, misalnya
faktor sosiokultural dan faktor
biologis.
Berdasarkan hasil analisis
diketahui variabel kontrol diri
mempunyai rerata empirik (RE)
sebesar sebesar 67,81 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 62,5 yang
berarti kontrol diri pada subjek
tergolong sedang. Kondisi ini dapat
dinterpretasikan bahwa subjek
penelitian pada dasarnya memilki
sikap yang terbentuk dari aspek
kontrol diri yaitu subjek cukup mampu
untuk mengontrol kemampuan baik
perilaku, kognitif, dan informasi dalam
menggunakan facebook.
Variabel narsisme mempunyai
rerata empirik (RE) sebesar 82,75 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar 85 yang
berarti narsisme pada subjek tergolong
sedang. Kondisi sedang ini dapat
diartikan bahwa sebagian remaja
mampu menghargai dirinya secara
positif dengan memahami kelebihan
dan kelemahan yang dimilikinya.
6
Selain uji korelasi, berdasarkan
hasil analisis dengan menggunakan t-
test berdasarkan jenis kelamin, dapat
dilihat bahwa ada perbedaan narsisme
antara laki-laki dan perempuan dimana
mean untuk perempuan sebesar 85,96
dan mean untuk laki-laki sebesar
79,54. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Mehdizadeh (2010) yang mengatakan
perempuan mempunyai tingkat
narsisme lebih tinggi dibanding laki-
laki. Untuk hasil analisis dengan
menggunakan t-test berdasarkan
tempat tinggal, dapat dilihat bahwa ada
perbedaan narsisme antara Samarinda
dan Solo dimana mean yang bertempat
tinggal di Samarinda sebesar 93,94 dan
mean yang bertempat tinggal di Solo
sebesar 71,56. Hal ini sama dengan
penelitian yang dilakukan Twenge dan
Campbell (2008), dimana siswa yang
bertempat tinggal di perkotaan lebih
narsis dalam menyampaikan informasi
diri kepada individu lain, baik
informasi pribadi, sosial, karir,
maupun pendidikan, menyatakan
pendapat, dan menyampaikan
perasaan.
Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kontrol diri dengan
narsisme pada remaj pengguna
facebook. Namun, ada beberapa
keterbatasan pada penelitian ini, antara
lain a) Alat ukur atau alat
pengumpulan data yang digunakan
hanya menggunakan skala sehingga
belum mampu mengungkapkan aspel-
aspek karakteristik kepribadian secara
mendalam. Oleh karena itu untuk
peneliti selanjutnya perlu melengkapi
teknik pengumpulan data lain. Misal :
tes kepribadian. b) Terdapat beberapa
aitem yang ditengarai bias gender
(jenis kelamin). Oleh karena itu, untuk
peneliti selanjutnya perlu
memperhatikan aitem-aitem secara
seksama jenis kelamin antara
perempuan dan laki-laki agar dapat
terakomodasi.
SIMPULAN DAN SARAN
a) Simpulan
1. Ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara kontrol
diri dengan narsisme pada remaja
pengguna facebook. Artinya
7
semakin tinggi kontrol diri remaja
dalam memanfaatkan facebook
maka semakin rendah tingkat
narsismenya. Hasil ini ditunjukan
oleh nilai rxy sebesar -0,706,
dengan sig = 0,000; (p < 0,05).
2. Sumbangan efektif (SE) variabel
kontrol diri remaja terhadap
narsisme dalam menggunakan
facebook sebesar 49,8%
ditunjukkan oleh koefisien
determinasi (r²) sebesar 0,498. Hal
ini menunjukkan bahwa masih ada
50,2% lainnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap narsisme
diluar faktor kontrol diri tersebut,
misalnya presentasi diri, harga
diri, kepribadian extraversion,
faktor sosiokultural dan faktor
biologis.
3. Subjek penelitian memiliki
kontrol diri yang tergolong
sedang, ditunjukkan dari hasil
perhitungan rerata empirik kontrol
diri sebesar sebesar 67,81 dan
rerata hipotetik sebesar 62,5.
4. Narsisme subjek tergolong
sedang, ditunjukkan dari hasil
perhitungan rerata empirik sebesar
82,75 dan rerata hipotetik sebesar
85.
b) Saran
Disarankan dapat menjadikan
hasil penelitian ini sebagai kajian
dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang psikologi
dan memberi kontribusi teoritis
khususnya mengenai hubungan
antara kontrol diri dengan
narsisme pada remaja pengguna
facebook. Bagi peneliti
selanjutnya untuk meningkatkan
kualitas penelitian lebih lanjut
khususnya yang berkaitan dengan
kontrol diri dan narsisme pada
remaja pengguna facebook.,
disarankan menyempurnakan
hasil penelitian ini dengan cara
melibatkan variabel-variabel
yang belum diungkap antara lain:
lingkungan sekitar, kondisi sosial
budaya masyarakat, kepribadian
extraversion, presentasi diri.
Daftar Pustaka
Agosto, D., E. & Abbas, J. 2009.
8
Teens and Social Networking:
How Public Libraries are
Responding to The Latest
Online Trend: Public Libraries.
American Psychiatric Association.
2012. Diagnostic and
Statistical Manual of Mental
Disorders, Fifth Edition.
Washington: American
Psychiatric
Publishing diakses tanggal 7
April 2014.
Apsari, F. 2012. Hubungan Antara
Kecenderungan Narsisme
dengan Minat
Membeli Kosmetik Merek
Asing Pada Pria Metroseksual.
Jurnal Talenta
Psikologi Vol. 1 No.2 Bulan
Agustus. Fakultas Psikologi:
Universitas
Sahid Surakarta.
Averill, J. 1973. Personal Control Over
Aversive Stimuli and It’s
Relationship to Stress.
Psychological Bulletin. Vol. 80
No. 4.
Campbell, W. K. 1999. Narcissism and
Romantic Attraction. Journal
of Personality & Social
Psychology. England:
Academic Press.
Chaplin, J ., P. 2009. Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Persada.
Dariyo, A. 2004. Psikologi
Perkembangan Remaja. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Mehdizadeh, S. 2010. Self
Presentation 2.0: Narcissism
and Self-Esteem on Facebook.
Volume 13 Number 4. Journal
Cyberpsychology, Behavior
and
Social Networking.
Sarafino, E,. P. & Smith, T., W. 2011.
Health Psychology:
Biopsychosocial Interactions
Seven Editions. Singapore:
Jhon Wiley & Sons, Inc.
Twenge, J., W & Campbell, W., K.
2008. Narcissism and social
networking web sites.
Personality & Social
Psychology Bulletin.
Widiyana, H., S., Retnowati, S.,
Hidayat, R. 2004. Kontrol Diri
dan Kecenderungan Kecanduan
Internet. Humanitas:
Indonesian Psychologycal
Journal Vol. 1 No. 1. Fakultas
Psikologi UGM: Yogyakarta.