HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI ...eprints.ums.ac.id/32719/22/02. Naskah...
-
Upload
truongkien -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI ...eprints.ums.ac.id/32719/22/02. Naskah...
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA SISWA SMA NEGERI 3 SRAGEN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh :
NUR PRIMA SEPTIANA
F100100025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA SISWA SMA NEGERI 3 SRAGEN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas PsikologiUniversitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai
Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh :
NUR PRIMA SEPTIANA
F100100025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA SMA NEGERI 3 SRAGEN
Nur Prima Septiana Kris Pujiatni
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta
Abstraksi Setiap tahunnya mutu pendidikan semakin mengalami penurunan. Tujuan dari proses
pendidikan adalah menghasilkan siswa yang mampu berprestasi. Demi mencapai prestasi yang didambakan siswa tentu membutuhkan motivasi berprestasi untuk mewujudkannya. Faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, diantaranya adalah konsep diri. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi, serta mengetahui tingkat konsep diri dan motivasi berprestasi siswa SMA Negeri 3 Sragen dan sumbangan efektif konsep diri terhadap motivasi berprestasi. Dengan hipotesis : ada hubungan positif antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMA Negeri 3 Sragen
Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Sragen berjumlah 91 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster sample. Alat ukur yang digunakan adalah skala konsep diri dan skala motivasi berprestasi. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMA Negeri 3 Sragen, ditunjukkan dengan nilai (r) = 0, 475; dan p = 0,00; (p<0,01), berdasarkan nilai yg diperoleh pada motivasi berprestasi rerata empirik (RE) sebesar 116, 24 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 102,5 yang berarti motivasi berprestasi pada subjek tergolong tinggi. Variabel konsep diri mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 90,30 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 75 yang berarti konsep diri pada subjek tergolong tinggi, sumbangan efektif yang diberikan variabel konsep diri terhadap motivasi berprestasi sebesar 22,6%, ditunjukkan oleh koefisien determinasi (r
2) = 0,226 .
Kata Kunci : konsep diri, motivasi berprestasi, siswa
2
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
tonggak untuk membina bangsa yang
intelektual dan cerdas. Pendidikan adalah
salah satu pokok pembicaraan yang tak
pernah lepas untuk dibicarakan, mengingat
pendidikan merupakan komponen yang
sangat penting serta berkaitan dengan
berbagai aspek dikehidupan. Terutama
menyangkut mengenai individu yang
tergabung didalamnya. Semakin
berkembangnya jaman tuntutan akan
kualitas pendidkan semakin tinggi.
Ditambah dengan pesatnya kemajuan
teknologi tidak seimbang jika sumber
daya manusianya tidak mampu menguasai
teknologi tersebut.
Reucher (2014) pada tahun 2014
UNESCO menyatakan, 57 juta anak di
seluruh dunia tidak pergi ke sekolah,
sedangkan 774 juta orang dewasa di
seluruh dunia buta huruf. Dalam laporan
tersebut juga disebutkan bahwa daerah
pedesaan dan negara-negara berkembang
yang sering dirugikan dalam hal
pendidikan. Disini dapat diketahui bahwa
pendidikan menjadi permasalahan yang
dialami di berbagai negara, terutama bagi
negara berkembang. Indonesia sendiri
masih tergolong dalam kategori negara
berkembang dengan permasalahan
pendidikan yang kompleks.
Sementara itu laporan dari Faisal,
(2012) menurut Education For All Global
Report 2012 yang dikeluarkan oleh
UNESCO setiap tahunnya, pendidikan
Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk
pendidikan di seluruh dunia dari 120
negara. Rendahnya kualitas pendidikan
tentu menjadi sorotan yang cukup serius
dimana kualitas pendidikan ditentukan
salah satunya oleh sumber daya manusia,
untuk saat ini maupun untuk masa yang
akan datang. Jika hal ini terus dibiarkan
dikhawatirkan semakin tahun kualitas
sumber daya manusia di Indonesia tidak
cukup mampu bersaing di dunia global.
Permasalahan pendidikan yang ada di
Indonesia ini menuntut berbagai pihak
untuk turut aktif mengembangkan mutu
pendidikan, mulai dari pemerintah, tokoh
masyarakat, guru bahkan siswa itu sendiri.
Membahas mengenai sumber daya manusia
yang ada di Indonesia, Kuncoro (2013)
Indeks Sumber Daya Manusia yang ada di
Indonesia pada tahun 2013 berada di urutan
ke 53 dari 122 negara di dunia hal ini
berdasarkan pengukuran Forum Ekonomi
Dunia Indonesia masih berada cukup
tertinggal dibawah, mulai dari kualitas
pendidikan sampai kualitas sumber daya
manusia.
Keadaan tersebut sejalan seperti
halnya yang telah ditemukan peneliti
melalui wawancara yang dilakukan oleh 3
orang guru dan 3 siswa di SMA Negeri 3
Sragen pada 28 April 2014, DWA (inisial)
seorang guru Biologi yang mengajar di
SMA tersebut selama 17 tahun,
mengungkapkan bahwa dalam bidang
akademik, SMA Negeri 3 bukan tergolong
SMA yang paling favorit. Ditanya
mengenai kualitas akademik siswa yang ada
di sekolah tersebut, guru tersebut
mengungkapkan bahwa setiap tahunnya
prestasi akademik siswa cenderung
menurun. Kurangnya minat bertanya siswa
saat proses belajar mengajar serta pada saat
ulangan hasil yang didapat siswa banyak
yang berada di bawah standar nilai yang
telah ditetapkan. RDU (inisial) yang sudah
mengajar 14 tahun di SMA Negeri 3 Sragen
juga berpendapat sama bahwa setiap tahun
prestasi siswa semakin menurun.
Sementara itu S (inisial) yang baru
mengajar 1 tahun di SMA tersebut
mengungkapkan bahwa kurang adanya
3
minat siswa dalam memperhatikan guru
ketika menerangkan didepan kelas. Dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan
adanya siswa yang tidak begitu
memperhatikan saat pelajaran, kurangnya
minat bertanya pada siswa mengenai
materi yang diberikan, serta pemberian
tugas yang membutuhkan waktu lama
untuk diselesaikan, bahkan melebihi
tanggal jatuh tempo.
Sementara itu dari hasil wawancara
yang dilakukan dengan siswa SMA Negeri
3 Sragen AZA (inisial) siswa kelas 11,
ketika ditanya tentang keinginannya untuk
memperoleh prestasi disekolah siswa
tersebut mengungkapkan kurang begitu
tertarik untuk memperoleh prestasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
temannya. Sedangkan bagaimana individu
tersebut menilai siswa lain yang berada di
sekolah tersebut individu mengungkapkan
bahwa sering melihat teman-temannya
mencontek ketika diberi tugas oleh guru
dan tidak memperhatikan ketika proses
belajar mengajar berlangsung. Dari hasil
belajar yang diberikam siswa merasa sudah
cukup puas dengan hasil yang telah di
dapat. Dari hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan guru dan siswa dapat
ditarik kesimpulan bahwa guru menilai
adanya materi dalam proses belajar
mengajar yang tidak sampai ke diri siswa
sehingga hasil dari proses belajar semakin
menurun setiap tahunnya. Hal itu terjadi
karena siswa kurang memperhatikan saat
proses belajar-mengajar. Serta tidak
adanya dorongan untuk berprestasi dalam
diri siswa agar memiliki hasil yang lebih
unggul.
Prestasi belajar didapatkan dari
proses belajar mengajar, materi yang
disampaikan oleh guru kepada siswa
sangat berpengaruh untuk menunjang hasil
belajar yang tinggi. Sementara itu
diperlukannya dorongan atau motivasi
berprestasi di dalam diri siswa untuk
memperoleh hasil yang baik sehingga
memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
Motivasi merupakan unsur yang sangat
penting dalam pembelajaran, jika dalam diri
siswa sudah tidak memiliki motivasi
tersebut tentunya semakin menanmbah
kemerosotan minat siswa untuk dapat
berprestasi.
Prestasi belajar merupakan hasil
dimana proses belajar mengajar tersebut
sukses dilakukan dari guru oleh siswa serta
penerimaan materi yang dapat diterima
siswa. Perolehan prestasi belajar tersebut
tentunya diperlukannya motivasi berprestasi
dalam diri siswa yang mampu mendorong
siswa untuk memperoleh hasil prestasi yang
baik. Irwanto (2002) menegaskan dalam
proses belajar diperlukan motivasi
berprestasi, supaya tujuan dari
pendidikan bisa terlaksana, sehingga
peserta didik akan berkompetensi untuk
belajar sebaik mungkin, dengan sungguh-
sungguh.
Mc Clelland (dalam Muna, 2012)
mengungkapkan adanya tiga kebutuhan
dasar dalam diri individu, yaitu kebutuhan
berprestasi (motivasi berprestasi/ n-ach),
kebutuhan akan kekuasaan (motivasi
otoritas/ n-pow), dan kebutuhan
berhubungan dengan orang lain (motivasi
afiliasi/ n-affil). Motivasi berprestasi
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
diperlukan oleh seorang individu untuk
mencapai tujuan hidup yang diinginkannya.
Seseorang dengan motivasi berprestasi
tinggi cenderung menghindari hal-hal yang
beresiko rendah, individu tersebut juga
tertantang untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
Menurut kamus lengkap psikologi,
Chaplin (2011) motivasi berprestasi
(achievement motive) adalah kecenderungan
seseorang dalam memperjuangkan
kesuksesan atau memperoleh hasil yang
4
didambakan. Sedangkan menurut (Mc
Clelland & Atkinson, dalam Slavin R,
2011) motivasi berprestasi merupakan
kecenderungan umum yang dimiliki untuk
berjuang demi memperoleh keberhasilan
dan memilih kegiatan keberhasilan/
kegagalan yang berorientasi pada sasaran.
Jika dari dalam diri siswa terdapat
dorongan untuk berprestasi dan mampu
mencapai hasil dari sasaran yang telah
dilakukan hal ini dapat menunjang kualitas
sumberdaya manusia yang dapat
menunjang mutu pendidikan agar dapat
berkembang dengan baik. Akan tetapi
kenyataannya hal tersebut tidak ditemui
oleh sebagian besar siswa. Mutu
pendidikan di Indonesia yang rendah serta
kurangnya motivasi berprestasi dari siswa
menunjukkan perlu adanya pembenahan
dari sisi kualitas perorangan atau kualitas
dari individu tersebut.
Dari data kualitas sumber daya
manusianya jelas sekali motivasi
berprestasi yang dimiliki oleh siswa dalam
mengembangkan prestasi dan bersaing
untuk memperoleh prestasi dapat dikatakan
memiliki kendala. Terbentuknya motivasi
yang dimiliki oleh setiap siswa tidaklah
sama, banyak sekali latarbelakang yang
memungkinkan kondisi dimana setiap
siswa memiliki motivasi yang berbeda-
beda. Apalagi untuk siswa yang telah
memasuki usia remaja, posisi mereka
dimata masyarakat telah berubah bukan
lagi sebagai anak-anak akan tetapi juga
tidak dapat dikatakan dewasa, pada masa
remaja seorang individu mulai
mengembangkan setiap aspek didalam
dirinya. Kondisi lingkungan dimana
seorang individu lahir, tumbuh dan
berkembang pastinya mempengaruhi
bagaimana individu tersebut memandang
dirinya dan pendidikan sebagai bagian dari
hidupnya. Harter (dalam Steinberg, 2002)
menyebutkan bahwa siswa-siswa yang
percaya akan kemampuan diri sendiri
memiliki motivasi berprestasi tinggi yang
akan mempengaruhi penampilan belajar
mereka. Hal ini menunjukkan bagaimana
siswa memandang dirinya sendiri yang akan
membentuk rasa percaya diri sehingga
muncul dorongan untuk berprestasi.
Pendapat lain diungkapkan oleh
Fernald dan Fernald (dalam Rola, 2006 )
bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi individu adalah
konsep diri, apabila seorang individu
meyakini dirinya mampu melakukan suatu
hal maka individu tersebut akan berusaha
keras untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapainya. Hal tersebut berhubungan
dengan konsep diri yang terbentuk oleh
individu terhadap dirinya yang akan
mempengaruhi besar kecilnya motivasi
berprestasi pada individu. Eccles, J.S dan
Wigfied A. (2000) juga menambahkan
bahwa ada kaitannya tentang konsep diri
dengan motivasi berprestasi dimana
keyakinan tentang diri akan mempengaruhi
perilaku dalam belajar dan membentuk
harapan masa depan dan motivasi
berprestasi.
Chaplin (2011) menjelaskan bahwa
konsep diri adalah evaluasi individu
mengenai diri mereka, bagaimana mereka
memberikan penilaian atau penafsiran
terhadap diri mereka sendiri oleh individu
yang bersangkutan. Sedangkan Burns
(dalam Pudjijogyanti, 1995) menjelaskan
konsep diri adalah hubungan antara sikap
yang ditunjukkan individu dan
keyakinananya dalam memandang dirinya
sendiri.
Konsep diri seorang remaja dimana
pada rentang usia tersebut anak berada pada
fase pertumbuhan dan fase pencarian jati
diri. Panuju dan Umami (2005) menjelaskan
pada masa remaja seorang individu
mengalami perkembangan kematangan fisik
kemudian diikuti dengan masa kematangan
5
emosi dan diakhiri oleh perkembangan
intelektual. Dimasa setiap kebutuhan
berkembang seorang remaja yang masih
dalam tahap pencarian jati diri ini mulai
menilai bagaimana diri mereka sendiri,
mulai mengembangkan konsep diri yang
ada pada diri mereka seiring dengan
bertambahnya berbagai pengalaman dan
pengetahuan individu. Keyakinan dari
dalam individu terhadap dirinya tentu akan
membentuk perilaku yang akan ia
kerjakan. Jika individu kurang yakin
dengan kemampuan yang ada dalam
dirinya akan semakin menghambat
dorongan untuk berprestasi. Dari hasil
penelitian Turner, E.A & Chandler, M &
Heffer R.W (2009) menyebutkan bahwa
seorang siswa yang yakin akan berhasil
memiliki kecenderungan benar-benar
berhasil dalam study akademiknya. Nella,
(2009) di dapatkan hasil bahwa konsep diri
memiliki sumbangan efektif terhadap
motivasi berprestasi sebesar 29,1%, dan
selebihnya 70,9% dipengaruhi oleh faktor
lain.
Penelitian ini bertujuan untuk
Menguji hubungan antara konsep diri
dengan motivasi berprestasi, menguji
tingkat motivasi berprestasi dan konsep
diri, serta mengetahui sumbangan efektif
konsep diri terhadap motivasi berprestasi.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
Ada Hubungan positif antara Konsep Diri
dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa
SMA Negeri 3 Sragen
METODE PENELITIAN
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik cluster
sample dengan mengambil 3 kelas dalam
populasi. Pengambilan data dalam
penelitian ini menggunakan dua skala yaitu
skala motivasi berprestasi dan skala konsep
diri.
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa SMA Negeri 3 Sragen yang duduk di
kelas XI IPA dan IPS sebanyak 91 siswa
diambil dari 3 Kelas, yaitu XI IPA 3, XI
IPA 5 dan XI IPS 2.
Pengukuran motivasi berprestasi
dalam penelitian ini menggunakan skala
motivasi berprestasi yang disusun oleh
peneliti. Skala motivasi berprestasi ini
disusun berdasarkan teori tentang motivasi
berprestasi yang dikemukakan oleh Mc
Clelland (dalam Muna, 2012) yaitu ;
tanggung jawab, mempertimbangkan
resiko, umpan balik, kreatif inofatif, waktu
penyelesaian tugas, dan keinginanan
menjadi yang terbaik.
Pengukuran konsep diri dalam
penelitian ini menggunakan skala konsep
diri yang disusun oleh peneliti. Skala
konsep diri ini disusun berdasarkan aspek-
aspek konsep diri menurut Fitts (dalam
Burns 1979) yang mencakup aspek diri fisik
(physical self), diri moral-etik (moral-
ethical self), diri sosial (social self), diri
pribadi (personal self), dan diri keluarga
(family self)
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis product
moment karena penelitian ini untuk menguji
dua variabel apakah ada hubungan variabel
yang diujiakan tersebut.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan perhitungan dengan
teknik product moment dari pearson
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,475; p = 0,00 ( p< 0,01) artinya ada
hubungan positif yang sangat signifikan
antara konsep diri dengan motivasi
berprestasi. Semakin tinggi konsep diri
6
maka semakin tinggi motivasi berprestasi,
sebaliknya semakin rendah konsep diri
maka semakin renah pula motivasi
berprestasi siswa SMA Negeri 3 Sragen.
Dari uraian diatas didapat hasil
bahwa konsep diri sangat berpengaruh
dalam menentukan sikap siswa dalam hal
motivasi berprestasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Moss
dan Kagen (dalam Calhoun dan Acocella,
1990) juga mengatakan bahwa konsep diri
yang dimiliki individu akan mempengaruhi
keinginannya untuk berprestasi. Kemudian
hasil ini diperkuat dengan penelitian yang
telah dilakukan Rola 2006) bahwa terdapat
hubungan positif antara konsep diri dengan
motivasi berprestasi.
Pandangan individu mengenai
bagaimana diri individu merupakan
landasan kepercayaan diri yang dibangun
individu terhadap dirinya sendiri yang akan
mempengaruhi performa individu tersebut
dalam berprestasi. Ketika seseorang
individu yakin akan kemampuannya
tentunya akan mendorong individu untuk
semakin berprestasi. Namun apabila
individu memandang negatif kemampuan
pada dirinya maka individu tersebut akan
merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk
berprestasi sehingga dalam diri individu
tersebut kurang memiliki motivasi
berprestasi.
Seperti yang diungkapkan oleh
Fernald dan Fernald (1999) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi motivasi
berprestasi adalah konsep diri yang
dimiliki individu. jika individu tersebut
menganggap bahwa dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu maka individu tersebut
akan berusaha untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Oleh karena itu konsep diri
memegang peran dalam memunculkan
motivasi berprestasi. Hal ini didorong pula
dengan pendapat yang diungkapkan oleh
Pudjijogoyanti (1995) bahwa konsep diri
atau penilaian terhadap diri akan
memotivasi pencapaian sebuah prestasi.
Selain itu konsep diri juga memiliki peran
dalam mengarahkan seluruh perilaku. Peran
tersebut ditunjukkan dengan adanya
kenyataan bahwa setiap individu selalu
berusaha memperoleh keseimbangan dalam
dirinya, selalu diadapkayang didapatkan
pada pengalaman hidup dan selalu dipenuhi
kebutuhan untuk mencapai prestasi.
Hasil analisis data menunjukkan
bahwa motivasi berprestasi siswa memiliki
rerata empirik (RE) sebesar 116,24 rerata
hipotetik (RH) sebesar 102,5 , sehingga
hasil tersebut menunjukkan bahwa motivasi
berprestasi siswa tergolong tinggi. Dari
hasil kategorisasi motivasi berprestasi
diketahui bahwa tidak ada siswa yang
memiliki tingkat motivasi berprestasi sangat
rendah dan rendah, terdapat 37 siswa yang
memiliki tingkat motivasi berprestasi
sedang, 53 siswa memiliki tingkat motivasi
berprestasi tinggi dan satu orang siswa
memiliki tingkat motivasi berprestasi sangat
tinggi.
Hasil analisis data pada konsep diri
menunjukkan bahwa rerata empirik (RE)
sebesar 90,30, sedangkan rerata hipotetik
(RH) sebesar 75, hasil tersebut
menunjukkan bahwa konsep diri siswa
tergolong tinggi. Hasil kategorisasi konsep
diri siswa menunjukkan tidak ada siswa
yang memiliki konsep diri sangat rendah
dan rendah, terdapat 20 siswa dengan
tingkat konsep diri sedang, 68 siswa dengan
tingkat konsep diri tinggi serta 3 siswa
dengan tingkat konsep diri sangat tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasi penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa :
7
1. Ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara konsep diri dengan
motivasi berprestasi pada siswa SMA
Negeri 3 Sragen.
2. Tingkat konsep diri pada siswa SMA
Negeri 3 Sragen tergolong tinggi.
3. Tingkat motivasi berprestasi siswa
SMA Negeri 3 Sragen tergolong tinggi.
4. Sumbangan efektif (SE) variabel konsep
diri dengan motivasi berprestasi sebesar
22,6%
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti
memberikan sumbangan saran yang
diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:
1. Siswa SMA Negeri 3 Sragen untuk
selalu memilki konsep diri yang positif
sehingga dapat selalu memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi, terlepas ada atau
tidaknya faktor lain yang ada dalam diri
siswa. Hal ini bisa Memberikan apresiasi
pada diri sendiri serta bersyukur atas apa
yang ada dalam diri.
2. Bagi orang tua karena kepribadian
seorang siswa tidak terlepas dari pihak
keluarga peneliti berharap keluarga
memiliki peran penting dalam
meningkatkan konsep diri dan motivasi
berprestasi pada siswa. Keluarga mampu
memberikan dorongan dan memberikan
citra positif dalam diri seorang siswa
sehingga siswa lebih mampu
mengembangkan nilai positif dalam
dirinya dan mampu untuk berprestasi.
Seperti halnya dukungan orang tua berupa
apresisasi yang diberikan siswa ketika
siswa memperoleh hasil belajar yang baik.
3. Bagi pihak sekolah diharapkan guru
mampu menyampaikan materi dengan
metode pembelajaran yang menarik
sehingga siswa terdorong untuk belajar.
Untuk guru BP diusahakan memberikan
pelatihan psikologi motivasi kepada siswa
agar dapat menciptakan semangat belajar.
Dengan diadakannya bimbingan konseling
secara rutin untuk siswa sehingga apa bila
siswa mengalami hambatan dalam belajar
atau kurang termotivasi untuk berprestasi
pihak sekolah akan segera mengatasinya.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian dengan tema yang
berkaiatan dengan tema motivasi berprestasi
dapat mengungkap faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi selain
faktor konsep diri, dapat memperdalam alat
ukur dengan melakukan observasi ataupun
interview . Apabila menggunakan skala
lebih diawasi dalam pengisiannya sehingga
data yang diambil benar-benar apa yang
dialami oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Burns, R.B. (1979). Self Concept In Theory
Measurement Development and
Behavior. New York: Longman
Group Limited New York
Calhoun, J.F. dan Acocella, J.R. (1995).
Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan (edisi ke-3).
(terjemahan oleh Yustinus).
Semarang: IKIP Semarang Press
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap
Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Eccles, J.S dan Wigfied A. (2000).
Expectancy- Value Theory of
achievment Motivation. Journal
Contemporary Educational
psychology, 25, 68-81
Faisal, R. RI Peingkat Ke 64 untuk
Pendidikan. (online)
(http://kampus.okezone.com, diakses
9 Mei 2014 pukul 09:13)
Irwanto. (2002). Psikologi Umum, Jakarta:
PT. Prenhallindo
Kuncoro. Menilik Indeks Sumber Daya
Manusia Indonesia. (online)
8
(http://www.setkab.go.id, diakses
pada 9 Mei 2014 pukul 09:24)
Liu, W.C. dkk. (2005). A Longitudinal
Study Of Students, Academic Self-
Concept In A Streamed Setting: The
Singapore Context. British Journal
of Education Psychology75, 567-
586. The British Psycology Society
Muna, A. R (2012). Hubungan antara
efikasi diri dan motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar pada siswa
kelas VII SMP. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta : Fakultas
Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Nella, R (2009). Hubungan Antara Konsep
Diri dengan Motivasi Berprestasi
Sales PT BAYU GITA KARTIKA
JAKARTA. Skripsi (tidak
diterbitkan). Semarang : Fakultas
Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Panuju, P. dan Umami I. (2005). Psikologi
Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana Pudjijogoyanti, C. R. (1995). Konsep Diri
dalam Pendidikan. Jakarta : ARCAN
Penerbit Umum
Reucher, G. UNESCO Peringkat Krisis
Pendidikan Dunia. (online)
(http://www.dw.de.com, diakses
pada 9 Mei 2014 pukul 09:10)
Rola, F. (2006). Hubungan Konsep diri
dengan Motivasi Berprestasi pada
Remaja. Skripsi. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktik. Jakarta : Penerbit
Indeks
Turner, E.A & Chandler, M & Heffer R.W
(2009). The Influence of Parenting
Styles, Achievement Motivation, and
Self-Efficacy on Academic
Performance in College Students.
Journal of College Student
Development, Volume 50, Number 3,
May/June 2009, pp. 337-346. The
Johns Hopkins University Press