HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI...
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI …/Hubunga… · KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI...
i
HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN
KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
DIYAH SUBEKTI NIM K8406019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN
KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
DIYAH SUBEKTI NIM K8406019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd Drs. Slamet Subagya, M.Pd NIP. 19530826 198003 1 005 NIP. 19521126 198103 1 002
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :____________
Tanggal :____________
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. T. Widodo, M.Pd ___________
Sekretaris : Dra. Hj. Siti Chotidjah, M.Pd ___________
Anggota I : Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd ___________
Anggota II : Drs. Slamet Subagya, M.Pd ___________
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 1960 0727 198702 1 001
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap
(Alam Nasyroh : 6-8).
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan mereka sendiri”.
(Q. S Ar Rad ayat 11)
vi
ABSTRAK
Diyah Subekti. K8406019. HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI DAN KOHESIVITAS PEER GROUP DENGAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010, (2) hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010, (3) hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari, sejumlah 267 siswa. Sampel yang diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 54 siswa. Teknik pengumpulan data yang utama dilakukan dengan menggunakan teknik angket dan dokumentasi, dan juga observasi dan wawancara sebagai teknik bantu. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, rx1y = 0,626 dan r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar 12,793 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 6,546 %. (2) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, rx2y = 0,668 dan r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01). Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar sebesar 87,207 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 44,626 %. (3) Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, r(x12)y = 0,715 , r = 0,000, dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % (0,000<0,01)dan F = 26,725. Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” diterima. Sumbangan Relatif (SR) sebesar 100 % dan Sumbangan Efektif (SE) sebesar 51,172 %.
vii
ABSTRACT
Diyah Subekti. K8406019. THE RELATIONSHIP BETWEEN OF ORGANIZATIONAL ACTIVITIES AND PEER GROUP COHESIVITY WITH STUDENTS DICIPLINE OF CLASS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI SUKOHARJO, IN THE SCHOOL YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Juli 2010. The objectives of research are to find out: (1) the relationship of organizational activities with students dicipline, (2) the relationship of peer group cohesivity with students dicipline, (3) the relationship of organizational activity and peer group cohesivity with students discipline. The method used in this research is a correlational descriptive one. The population of research are all grade XI students of SMA Negeri 1 Tawangsari, as many as 267 students. The sample was taken by simple random sampling technique, as many as 54 students. Technique of collecting data used questionnaire and documentation as basic technique, and also observation and interview as grating technique. Technique of analizing data used a multiple linear regression corelational statistic analysis. Based on the result of research, it can be concluded that: (1) The result of data analisys is rx1y = 0,626 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between organizational activities with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 12,793 % and Effective Contribution is 6,546 %. (2) The result of data analisys is rx2y = 0,668 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between peer group cohesivity with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 87,207 % and Effective Contribution is 44,626 %. (3) The result of data analisys is r(x12)y = 0,715 and r = 0,000 ( r <0,01). Thus hypothesis stating “There is a positively significant relationship between organizational activities and peer group cohesivity with students dicipline of class XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” is accepted. The Relative Contribution is 100 % and Effective Contribution is 51,172 %.
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
Alm. Bapak (Kardiman) dan Ibu (Sukiyem), tiada kata yang dapat penulis ucapkan
selain terimakasih atas do’a, kasih sayang, nasihat dan maafnya
yang selalu tercurah untuk penulis.
Kakak dan adikku (Asri, Dina) serta keluarga besar di Sukoharjo,
terimakasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.
Teman-teman kost Kaduk Manis (Ika, Lita, Rini, Yunita)
yang telah mengajariku berbagai hal yang baru,
mendampingi kala suka dan duka.
Teman-temanku Pendidikan Sosiologi Antropologi angkatan 2006
(Wiwit, Kade, Eka, Sana, Tari, Candra, Nico, Azis, Dhanar dan lainnya)
terimakasih untuk kebersamaannya.
Almamaterku.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapat gelar Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut
dapat penulis atasi. Untuk itu segala bentuk bantuan, penulis menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. H. MH. Soekarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Yosafat Hermawan, S.Sos., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan
Sosiologi Antropologi FKIP UNS.
5. Drs. A Y Djoko Darmono, M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, dan pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Drs. Slamet Subagya, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan
semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Drs. Darno, selaku Kepala SMA Negeri 1 Tawangsari atas ijin yang
diberikan dan kerjasamanya selama penelitian.
8. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait, khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang Pengajaran
Sosiologi Antropologi.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................... i
PENGAJUAN .................................................................................................... ii
PERSETUJUAN.................................................................................................. iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
MOTTO .............................................................................................................. v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 7
D. Perumusan Masalah ............................................................... 7
E. Tujuan Penelitian………………………………………….... 8
F. Manfaat Penelitian …………………………………………. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………….... 9
1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa ………............... 9
2. Tinjauan Tentang Keaktifan Berorganisasi………….... 28
3. Tinjauan Tentang Kohesivitas Peer Group ………….... 41
B. Penelitian yang Relevan ………………………………….... 56
C. Kerangka Berpikir ………………………………………..... 57
D. Perumusan Hipotesis……………………………………….. 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………. 61
xii
B. Metode Penelitian ………………………………………...... 62
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.............. 67
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 74
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 84
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ……………………………………………... 91
B. Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………. 99
C. Pengujian Hipotesis ………………………………………. 106
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ……………………….… 109
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………. 112
B. Implikasi …………………………………………………. 113
C. Saran ……………………………………………………... 115
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 116
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 119
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian…………………………………………...... 61
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Berorganisasi (X1)................... 94
Tabel 4.2 Deskriptif Data Keaktifan Berorganisasi (X1)................................... 95
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Kohesivitas Peer Group (X2)................... 96
Tabel 4.4 Deskriptif Data Kohesivitas Peer Group (X2)…………………........ 96
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Siswa (Y)........................... 98
Tabel 4.6 Deskriptif Data Kedisiplinan Siswa (Y)............................................ 98
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y.......................................... 101
Tabel 4.8 Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ......................................... 103
Tabel 4. 9 Perhitungan bobot Prediktor-Model Penuh..................................... 108
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir............................................................. 60
Gambar 4.1 Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)........................... 95
Gambar 4. 2 Grafik Histogram Kohesivitas Peer Group (X2).......................... 97
Gambar 4.3 Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (Y).................................... 99
Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Linieritas X1 dan Y........................................... 102
Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji Linieritas X2 dan Y........................................... 103
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ........................................................ 120
Lampiran 2. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Keaktifan Berorganisasi ................ 121
Lampiran 3. Soal Uji Coba Angket Keaktifan Berorganisasi......................... 122
Lampiran 4. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Kohesivitas Peer Group................. 128
Lampiran 5. Soal Uji Coba Angket Kohesivitas Peer Group……………… 129
Lampiran 6. Kisi-Kisi Uji Coba Angket Kedisiplinan Siswa....................... 135
Lampiran 7. Soal Uji Coba Angket Kedisiplinan Siswa............................... 136
Lampiran 8 Tabulasi data Uji Coba (Try Out).............................................. 142
Lampiran 9. Data Skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel
keaktifan berorganisasi............................................................. 145
Lampiran 10. Data skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel
kohesivitas peer group.............................................................. 150
Lampiran 11. Data skor uji coba dan analisis kesahihan butir soal variabel
kedisiplinan siswa ..................................................................... 155
Lampiran 12. Soal Angket Keaktifan Berorganisasi ....................................... 160
Lampiran 13. Soal Angket Kohesivitas Peer Group ....................................... 166
Lampiran 14. Soal Angket Kedisiplinan Siswa............................................... 172
Lampiran 15 Tabulasi Data Penelitian............................................................ 177
Lampiran 16. Sebaran Frekuensi dan Histogram............................................. 183
Lampiran 17. Hasil Uji Normalitas X1, X2 dan Y............................................ 187
Lampiran 18. Hasil uji linieritas X1 dengan Y................................................ 191
Lampiran 19. Hasil Analisis Regresi............................................................... 194
Lampiran 20. Perijinan .................................................................................... 197
Lampiran 21. Curriculum Vitae ...................................................................... 203
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan martabat
manusia Indonesia dapat dilaksanakan secara berhasil bila upaya
pembangunan tersebut dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan seperti itu diperlukan suatu
sistem administrasi pembangunan yang berkemampuan serta memberi peluang
bagi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Sehingga diperlukan sumber
manusia yang handal guna memperlancar pembangunan di negara ini. Kualitas
sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan
pembangunan bangsa Indonesia yang saat ini dilanda krisis multidimensi. Oleh
sebab itu masyarakat perlu memperhatikan dan menggunakan peluang terbuka
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akhir-akhir ini, fenomena
yang terjadi di Indonesia adalah semakin meningkatnya pengganguran yang
diakibatkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Orang yang tidak bekerja atau bisa disebut juga pengangguran merupakan
salah satu masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang
menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum
sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut
budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah
adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu
menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya
kualitas SDM untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. Masalah SDM inilah yang
menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung
oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. (Diazz dalam SDM Indonesia
dalam Persaingan Global, http://www.sdm-indonesia-dalam-persaingan-
global.htm,), diakses tanggal 9 februari 2010 pukul 13.12 WIB.
1
2
Salah satu hambatan yang mengakibatkan rendahnya kualitas SDM menurut
uraian diatas adalah hambatan kultural yaitu hambatan yang menyangkut budaya
dan etos kerja. Untuk menjelaskan hal ini, akan dikutip uraian dari
Koentjaraningrat (1974) dalam bukunya ”Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan”. Menurut ahli budaya ini, mentalitas bangsa kita yang tidak selaras
dengan tuntutan pembangunan berasal dari dua faktor, yakni faktor dari budaya
kita sendiri dan faktor kondisi setelah revolusi. Faktor dari budaya kita sendiri
yaitu mentalitas bangsa Indonesia yang lemah, misalnya saja sifat tidak percaya
kepada diri sendiri , sifat tidak disiplin, dan sifat mengabaikan tanggung jawab.
Jika diamati, sifat-sifat tersebut merupakan mentalitas yang sangat bertentangan
dengan karakter sumber daya manusia yang handal. Sehingga sifat-sifat tersebut
harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari kita.
Cara strategis untuk mengatasi hambatan kultural berupa sikap mental
bangsa Indonesia yang rendah yaitu dengan meningkatkan mentalitas bangsa. Dan
cara yang dapat dilakukan dari bawah ialah dengan menanamkan kedisiplinan
pada setiap aspek kehidupan. Disiplin ialah perilaku yang menunjukkan adanya
ketaatan terhadap norma atau peraturan yang berlaku bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Disiplin tidak hanya di tuntut di
tempat-tempat tertentu misalnya di sekolah ataupun di tempat kerja, melainkan
diperlukan di berbagai tempat dan di setiap aspek kehidupan. Perilaku disiplin ini
akan tampak setiap tindakan yang sesuai dengan norma atau peraturan yang
berlaku dalam kelompok di mana individu itu diidentifikasikan. Disiplin tidak
hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu saja melainkan harus ada pada setiap
warga negara termasuk didalamnya para remaja. Penelitian ini mengupas tentang
peserta didik di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) dimana dalam masa itu
merupakan masa perkembangan bagi anak yaitu masa remaja. Disiplin akan
menjadikan terlaksananya suatu aktivitas dengan baik, sebaliknya tanpa adanya
disiplin akan memungkinkan timbulnya berbagai masalah dan hambatan dalam
kehidupan. Dewasa ini banyak fenomena yang menggambarkan ketidakdisiplinan
remaja, antara lain melakukan hal-hal yang melanggar peraturan yang bentuknya
bermacam-macam, mulai dari tata tertib sekolah, peraturan lalu lintas, norma
3
pergaulan dan etika yang berlaku di masyarakat, bahkan tindakan-tindakan
melanggar hukum seperti tindak kriminal dan penyalahgunaan narkotika dan obat-
obat berbahaya. (Wahdini, 2008:2).
Perilaku disiplin dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari seperti
menjalankan ibadah tepat pada waktunya, berangkat sekolah tidak terlambat,
mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, istirahat teratur, bekerja sesuai aturan.
Hal ini dapat dilihat dan di lakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dirumah
maupun disekolah. Perilaku disiplin di sekolah terutama bagi siswa SMA dapat
dilihat dari kegiatan di sekolah seperti disiplin masuk kelas, mengikuti kegiatan
belajar mengajar, mematuhi peraturan sekolah, mengikuti upacara bendera,
berpakaian rapi. Sikap disiplin memerlukan suatu latihan-latihan dalam
pelaksanaannya, lebih-lebih pada anak dalam suatu lembaga sekolah. Batasan
disiplin dalam penulisan ini merupakan suatu perilaku yang sesuai dengan aturan
yang berlaku di dalam masyarakat baik itu masyarakat sekolah maupun
lingkungan masyarakat di rumah, karena perilaku disiplin dalam kehidupan
merupakan perilaku dalam memenuhi kebutuhan hidup agar sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Perkembangan anak berlangsung di lingkungan keluarga, masyarakat dan
sekolah. Perkembangan anak yang berlangsung di sekolah dan masyarakat, tidak
lepas dari peran organisasi sebagai wadah pembinaan anak. Dengan demikian
organisasi, merupakan wadah yang sangat penting bagi anak karena didalamnya
diajarkan berbagai ketrampilan dan kedisiplinan. kedisiplinan akan terlihat dalam
siswa yang aktif berorganisasi karena sudah terlatih dan menjadi bagian
kesehariannya dalam berorganisasi. Menurut pengalaman yang saya dapat, dengan
seringnya kita bersosialisasi atau berorganisasi dapat memperkaya pengalaman
dan pengetahuan karena kita saling bertukar pikiran antar satu dengan yang
lainnya. Selain itu dengan berorganisasi juga dapat menambah teman, pergaulan,
dan tentunya mempermudah kita untuk mencari informasi karena memiliki
banyak relasi. Jenis organisasi bermacam-macam seperti, Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS), Karangtaruna, dan masih banyak lagi organisasi yang dibentuk
dari ekstrakurikuler sekolah contoh: Pramuka.
4
Aktif mengikuti organisasi dapat membantu siswa dalam bergaul di
lingkungan sekolah, maupun bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sikap
kedisiplinan akan terlihat dalam siswa yang aktif berorganisasi karena sudah
terlatih dan menjadi bagian kesehariannya dalam berorganisasi. Manfaat
berorganisasi yaitu memupuk sikap disiplin, munculnya rasa percaya diri yang
tinggi, bersikap kritis terhadap setiap perubahan yang ada, aktif mengemukakan
ide-ide, timbulnya rasa solidaritas yang tinggi dan menambah teman. (Nurkolis
dalam Manfaat Berorganisasi, http://researchengines.com/nurkolis1.html,) diakses
tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.46 WIB.
Pada dasarnya siswa SMA merupakan remaja yang sedang berkembang
sehingga mempunyai sikap yang ingin menang sendiri, emosional, dan suka
tawuran. Menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Sarlito Wirawan (2004: 43)
“Sikap dan karakteristik remaja yang sering timbul adalah pemalu dan perasa,
munculnya konflik dan emosi yang kuat, muncul tingkah laku radikal dan
memberontak”, untuk itu sering kali siswa SMA mempunyai sikap yang brutal
dan tidak mau patuh terhadap aturan yang berlaku di sekolah seperti : datang
terlambat, baju tidak dimasukkan, merokok di sekolah, rambut panjang bagi siswa
laki-laki, suka membolos, dan tawuran.
Masa remaja adalah masa dimana seorang anak mencari pola hidup yang
sesuai dengan jati dirinya. Seorang remaja akan cenderung memilih untuk
bergaul dengan kelompok teman sebaya (peer group) sebagai wadah penyesuaian
diri. Interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya berdampak pada perubahan
perilaku, gagasan bahkan corak kehidupan kepribadian individu. Kelompok teman
sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial bagi remaja untuk belajar hidup
bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya
merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang
jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja.
Peer group penting bagi siswa SMA yang merupakan usia remaja karena di
usia remaja merupakan usaha mencari identitas, dan hal itu berpengaruh dalam
kehidupan anak dan kedisiplinan anak. Pergaulan peer group merupakan
kelompok sebaya atau mempunyai usia yang hampir sama, biasanya hobi yang
5
dimiliki pun hampir sama, jadi kelompok sebaya merupakan salah satu sarana
bagi remaja yang sedang mencari identitas diri. Adapun fungsi atau peranan yang
di peroleh dari kelompok sebaya ini adalah : mengajarkan mobilitas sosil,
mempelajari peranan sosil yang baru, mengembangkan sosiabilitas dalam diri
remaja (Vembriarto, 1993). Hal ini di lakukan agar mereka merasa diakui dan
dibutuhkan keberadaannya, untuk itu dalam melakukan segala aktivitas dan
kegiatan mereka sangat memegang kedisiplinan agar segala kegiatan dapat
berjalan lancar.
Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan
perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya
menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling
mendukung. Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-
individu yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama
diantara mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa
saja sesuai dengan kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau
pendirian individu bisa dipengaruhi oleh kelompok di mana dia berada. Individu
akan cenderung berperilaku sama atau searah dengan peer groupnya tersebut.
Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah peer groupnya tidak terlepas dari
keinginan untuk diterima sebagai bagian dari kelompoknya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa seorang remaja
telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa cocok dengan kelompok
tersebut maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri remaja. Apabila
teman-teman sebaya (peer group) itu memiliki motivasi yang tinggi, jiwa
kepemimpinan, disiplin bagi teman-teman yang lainnya. Kohesivitas kelompok
merupakan petunjuk penting mengenai seberapa besar pengaruh kelompok secara
keseluruhan atau masing-masing anggotanya. Siswa SMA yang merupakan usia
remaja sangat penting berorganisasi karena pada usia remaja anak mencari
identitas diri. Selain itu dalam berorganisasi juga akan tercipta perilaku disiplin
yang akan membantu siswa terlebih siswa SMA dalam menjalani kehidupan.
6
Kebenaran dari uraian diatas tentu perlu dibuktikan melalui penelitian. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi dan Kohesivitas Peer Group
dengan Kedisiplinan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo
Tahun Ajaran 2009/2010.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang
muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Sikap disiplin memerlukan suatu latihan dalam pelaksanaannya, lebih-lebih
pada peserta didik. Apakah siswa SMA tertanam sikap disiplin?
2. Banyak fenomena yang menggambarkan ketidakdisiplinan remaja, tetapi
kedisiplinan dituntut di organisasi sekolah.
3. Apakah aktif mengikuti organisasi dapat membantu siswa dalam bergaul di
lingkungan sekolah, maupun bersosialisasi dengan lingkungan sekitar?
4. Orang yang suka berorganisasi cenderung memiliki pola pikir yang dewasa
dan sedikit lebih bijak menghadapi suatu permasalahan,di banding yang tidak
gemar berorganisasi.
5. Apakah berorganisasi membuat kita sadar akan pentingnya sikap-sikap mental
yang positif, salah satunya yaitu disiplin?
6. Apakah interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya akan berdampak pada
perubahan perilaku, gagasan bahkan corak kehidupan kepribadian individu?
7. Apabila ada salah satu anggota peer group itu memiliki sikap kedisiplinan
yang tinggi, apakah anggota lain juga termotivasi untuk mengikutinya?
8. Apakah kohesivitas kelompok memberi pengaruh kelompok secara
keseluruhan atau masing-masing anggotanya?
7
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka
permasalahan dibatasi pada :
1. Keaktifan berorganisasi yang dimaksud adalah kegiatan dan kesibukan yang
dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk mencapai
suatu tujuan, meliputi ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan
organisasi dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut.
2. Kohesivitas peer group yang dimaksud adalah tingkat keterikatan atau
keeratan hubungan diantara anggota kelompok anak sebaya yang berinteraksi
antara anggota yang satu dengan yang lain sehingga timbul rasa
ketergantungan dan saling membutuhkan.
3. Kedisiplinan siswa yang dimaksud adalah keadaan tertib dimana siswa harus
menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang
telah ada yang dilakukan dengan senang hati serta dengan kesadaran diri.
Kedisiplinan sebagai alat pendidikan diterapkan dalam rangka proses
pembentukan, pembinaan dan pengembangan sikap dan tingkah laku yang
baik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dibuat perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?.
2. Apakah ada hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?.
3. Apakah ada hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group
dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo?
8
E. Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai
dengan dilakukanya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan
siswa.
2. Untuk mengetahui hubungan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan
siswa.
3. Untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer
group dengan kedisiplinan siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat dalam bidang ilmu Sosiologi dan Psikologi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukkan untuk
penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, untuk mengetahui pentingnya berorganisasi dan kohesivitas
peer group untuk menciptakan perilaku disiplin.
b. Bagi Kepala Sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan akan
pentingnya kedisiplinan siswa sehingga akan mempertahankan kemajuan
organisasi yang ada di sekolahan tersebut dan memberi penyuluhan pada
siswa untuk terus aktif di dalam organisasi.
c. Bagi Guru, dapat memberikan sumbangan untuk lebih mengembangkan
keaktifan berorganisasi siswa dan membantu anak didiknya dalam
berorganisasi dan bergaul dengan teman sebaya dengan baik.
d. Bagi Orang tua siswa, agar lebih cermat mengawasi dan mendidik putra
putrinya agar lebih berdisiplin dengan cara mendorong untuk aktif
berorganisasi dan memilih kohesivitas peer groupnya.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa
a. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan dalam kehidupan merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena kedisiplinan merupakan modal dasar yang harus dimiliki seseorang
untuk mencapai kesuksesan. Apalagi di dunia pendidikan kedisiplinan sangat
mempengaruhi proses pembelajaran. Disiplin menjadi prasyarat bagi
pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan
mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Sekarang ini pengertian
disiplin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga
banyak pengertian disiplin yang berbeda antara ahli yang satu dengan yang
lain. Adapun pengertian disiplin menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1). Menurut Mac Millan dalam Tulus Tu’u (2004:20) ”Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku”
Berdasarkan pernyataan di atas yang dimaksud dengan disiplin
adalah suatu latihan yang bertujuan untuk mengendalikan tingkah laku,
membentuk sikap mental atau karakter moral seorang individu dengan
cara mengikuti dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku.
Sifat pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri setiap
orang. Pengendalian diri di sini dimaksudkan adalah suatu kondisi di
mana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri
sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu
meluap-luap dan berlebih-lebihan. Apabila setiap perbuatan selalu
berada dalam koridor disiplin dan tata tertib, akan tumbuh rasa
kedisiplinan untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan tersebut.
9
10
2). Menurut Mulyasa (2003:108) “disiplin adalah suatu keadaan tertib
dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada
peraturan yang ada dengan senang hati”
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa disiplin merupakan
suatu kepatuhan terhadap aturan atau tata tertib yang berlaku
dilingkungan kehidupan orang yang terkait dan dilakukan dengan
kesadaran diri. Disiplin mengandung asas taat, yaitu kemampuan untuk
bersikap dan bertindak secara konsisten berdasar pada suatu nilai
tertentu. Disiplin merupakan sikap yang harus ditanamkan dan
dikembangkan sejak dini pada setiap diri manusia, karena disiplin
sebagai latihan untuk mengembangkan watak agar dapat mengendalikan
diri dan berperilaku tertib. Aktivitas sehari-hari baik di rumah, di
sekolah maupun lingkungan masyarakat bisa dijadikan sarana efektif
untuk menerapkan kedisiplinan bagi anak usia dini. Anak mulai
dibiasakan agar cuci tangan dan berdoa sebelum atau sesudahnya, serta
tidak diperbolehkan makan dan minum sambil berdiri. Setiap upaya
menerapkan kebiasaan ini pada anak harus diikuti dengan penjelasan
yang mudah dimengerti oleh anak.
3). Menurut Soegeng Prijodarminto (1992:23) “Kedisiplinan adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan atau ketertiban.”
Dari pernyataan di atas yang dimaksud dengan kedisiplinan adalah
keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang
telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu yang berupa peraturan-
peraturan atau kebiasaan dan nilai-nilai. Di dalam kehidupan
bermasyarakat pasti terdapat nilai-nilai dan norma yang dianut dan nilai
tersebut bisa dijadikan pedoman demi terciptanya keteraturan hidup.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat penulis
simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kedisiplinan adalah
kedisiplinan adalah sikap dan kondisi seseorang yang menunjukkan
11
ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan,nilai-nilai dan tata tertib
yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati serta kesadaran diri.
Peraturan tersebut berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan
individu dan kelompok. Perilaku yang menunjukan kedisiplinan dapat
dilihat dari perilaku seseorang yang mengikuti pola-pola tertentu yang
telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu baik persetujuan tertulis,
lisan maupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan.
b. Pengertian Siswa
Seorang anak dapat dibentuk kepribadianya melalui lembaga formal yang
dinamakan sekolah. Sekolah ialah merupakan lembaga pendidikan formal
mempunyai tugas yang tidak lepas dari tugas pendidikan secara umum.
Lingkungan sekolah adalah merupakan keadaan yang ada di sekitar anak,
yang banyak di pengaruhi lingkungan keluarga dan masyarakat. Lingkungan
sekolah berpengaruh bagi perkembangan kepribadian moral anak agar tercipta
hubungan yang baik antara teman-teman sekitar selama proses belajar dan
pendidikan di sekolah. Seorang anak yang menjalani pendidikan di sekolah
biasa disebut dengan siswa. Siswa adalah adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu
Menurut Moeliono (1993) “siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang
melakukan aktifitas belajar”. Dengan demikian siswa adalah orang yang
terlibat langsung dalam dunia pendidikan. Untuk itu siswa merupakan anak-
anak dan remaja yang sedang mengenyam pendidikan formal. Sehingga yang
dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah remaja atau anak yang sedang
belajar mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui proses
pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Semua aktifitas siswa dapat
dilihat dari aktifitas pendidikannya di sekolah, yang juga dikaitkan dengan
kehidupan di lingkungan luar sekolah yaitu aktifitas dalam keluarga dan
aktifitasnya dalam masyarakat.
12
c. Pengertian Kedisiplinan Siswa
Masalah disiplin siswa di sekolah tidak dapat dipisahkan dari masalah
tata tertib sekolah. Sehingga kedisiplinan siswa merupakan cerminan langsung
dari kepatuhan seorang siswa dalam melakukan peraturan-peraturan yang
berlaku di sekolahnya. Kepatuhan siswa dalam melaksanakan tata tertib
sekolah akan mendukung terciptanya karakter dan kepribadian yang baik
sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mulyasa
(2003:103) yang berbunyi “Perlunya disiplin di sekolah adalah mendidik
siswa untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan”. Oleh karena
itu Perilaku disiplin juga sangat dibutuhkan dalam pembinaan perkembangan
siswa untuk menuju masa depan yang lebih baik.
Membentuk karakter anak tidak semudah membalikan telapak tangan.
Memberikan perilaku bijak dan cara memandang suatu permasalahan secara
positif harus ditanamkan sejak dini. Ibarat membuat rumah, harus membuat
pondasi yang kuat agar rumah tidak roboh. Kedisiplinan berperan penting
dalam pencapaian keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan yang
diharapkan karena kedisiplinan itu akan membawa dampak positif bagi siswa.
Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) dari siswa
kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar. Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat
dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang
berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan
keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam
mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang
dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah,
yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
yang dinamakan dengan kedisiplinan siswa adalah keadaan tertib dimana
siswa harus menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau
tata tertib yang telah ada yang dilakukan dengan senang hati serta dengan
kesadaran diri. Berbagai macan aktivitas yang dilakukan berdasarkan atas
13
sikap kedisiplinan, maka kegiatan tersebut dapat terkendali dan terkontrol
secara teratur. Kesadaran untuk mempunyai sikap disiplin di sekolah bagi
setiap anak berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.
Ada anak yang memiliki kesadaran akan disiplin yang rendah sementara yang
lain memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sehingga pada akhirnya siswa yang
memiliki kesadaran akan sikap disiplin yang tinggi, maka mampu berperilaku
sesuai dengan aturan yang berlaku.
d. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena
menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau dari sudut
psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang cenderung
bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh dan tidak patuh,
cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan tersebut dapat
berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana pengoptimalannya.
Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka agar manusia
memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan maka
perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai bentuk
penanaman disiplin dan kepatuhan. Upaya-upaya tersebut baik melalui
pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan yang mengatur
tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan bagi pelaku
dan pengawasan. Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa
berbeda-beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada
siswa yang mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Emile Durkheim dalam
Ratna.S (1990:24-34) adapun faktor yang menyebabkan kedisiplinan yaitu
“tanggung jawab, harapan diri dan harapan orang lain.”
Agar faktor-faktor yang menyebabkan kedisiplinan jelas, maka dapat
penulis uraikan sebagai barikut:
14
1). Tanggung jawab
Seseorang yang diberi tanggung jawab, maka orang tersebut akan
berusaha mengemban tanggung jawab tersebut. Orang yang memiliki
tanggung jawab besar untuk menyelesaikan suatu tugas maka orang
tersebut akan terdorong dan berusaha untuk mengatur dirinya sendiriagar
dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Selain itu orang tersebut juga
akan mengatur orang lain agar bertanggung jawab sesuai dengan tugas
yang diberikan. Misalnya saja, seorang siswa diberi tanggung jawab
untuk memimpin rapat, maka siswa tersebut akan melaksanakan dengan
tanggung jawab dengan datang lebih awal, mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan serta memimpin jalannya rapat.
2). Harapan diri
Seseorang akan cenderung berperilaku disiplin apabila terdorong
oleh adanya harapan dan keinginan untuk memperoleh atau menghindari
sesuatu. Harapan dan keinginan tersebut berasal dari dalam diri seseorang
itu sendiri. Misalnya saja seorang siswa akan berlaku disiplin karena
menghindari hukuman yang diberikan oleh guru kesiswaan apabila
melanggar peraturan yang ada di sekolah. Selain itu ada juga seorang
anak yang berperilaku disiplin karena mengharapkan penghargaan dari
orang lain.
3). Harapan orang lain
Selain tanggung jawab dan harapan diri, ada juga faktor lainnya
yaitu harapan orang lain. Harapan dan kepentingan yang berasal dari
orang lain juga akan menyebabkan dan mendorong seseorang untuk
melakukan perilaku taat dan disiplin. Harapan dan kepentingan itu
biasanya untuk kepentingan bersama serta untuk kemajuan. Misalnya
suatu lembaga sekolah yang akan kedatangan tamu tim penyidik sekolah,
maka kepala sekolah akan menghimbau para siswa untuk berlaku disiplin
di kelas, berpakaian rapi, menjaga kebersihan kelas, bertutur kata yang
baik dan sebagainya.
15
e. Unsur-unsur Kedisiplinan
Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem
nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Perpaduan antara sikap
dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman hidup
mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut
membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau
tidak disiplin. Bila disiplin diharapkan mampu mendidik siswa untuk
berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia
harus mempunyai unsur pokok dalam kedisiplinan. Hurlock dalam
Istiwidayanti (1999:84) menyebutkan empat unsur pokok kedisiplinan ialah
peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.
Agar unsur-unsur pokok itu lebih jelas dapat diuraikan penulis sebagai
berikut:
1). Peraturan
Peraturan dalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola
tersebut mungkin ditetapkan oleh guru, orang tua dan teman bermain.
Tujuan peraturan adalah untuk mewujudkan anak lebih bermoral dengan
membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Peraturan yang jelas dan dapat diterapkan secara efektif akan membantu
anak merasa aman dan terhindar dari tingkah laku yang menyimpang dan
bagi orang tua, berguna untuk memanfaatkan hubungan yang serasi
antara anak dan orang tua. Dalam hal peraturan sekolah misalnya,
peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, lapangan sekolah, kantin.
Peraturan berfungsi mendidik, sebab peraturan memperkenalkan pada
anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. Peraturan juga
membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.
2). Hukuman
Hurlock dalam Istiwidayanti (1999:89) menyatakan bahwa
“hukuman berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu
kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau
16
pembalasan”. Hukuman mempunyai peran antara lain menghalangi
pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, mendidik
anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memberi
motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.
Tetapi hukuman untuk perilaku yang salah hanya dapat dibenarkan bila ia
mempunyai nilai pendidikan dan ketika perkembangan bicara dan bahasa
anak telah baik, penjelasan verbal harus menggantikan hukuman.
3). Penghargaan
Hurlock dalam Istiwidayanti (1999:90) mengistilahkan
“penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang
baik”. Penghargan tidak perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa kata-
kata pujian, senyuman, atau tepukan dipunggung dan belaian. Banyak
orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena
bisa melemahkan motivasi anak untuk melakukan apa yang harus
dilakukannya. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini
menyebabkan anak merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena
itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan
atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Pengargaan
tidak harus berupa piala ataupun piagam. Pujian atau pemberian nilai
yang bagus adalah cukup untuk memberikan penghargaan dari guru
terhadap muridnya sebagai motivasi untuk lebih mengembangkan
kepercayaan diri siswa.
4). Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, keajegan,
atau suatu kecenderungan menuju kesamaan (Hurlock dalam
Istiwidayanti, 1999:91) “Konsistensi tidak sama dengan ketetapan yang
berarti tidak adanya perubahan, sebaliknya artinya ialah suatu
kecenderungan menuju kesamaan”. Konsistensi harus menjadi ciri semua
aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan
sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan ini diajarkan
dan dipaksakan, dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak
17
menyesuaikan pada standar dan dalam penghargaan bagi mereka yang
menyesuaikan. Disiplin tidak mungkin terlaksana tanpa konsistensi.
Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala
hal yang bersifat tetap, sehingga mereka akan termotivasi untuk
melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah.
f. Fungsi Kedisiplinan
Keinginan untuk mempunyai sikap disiplin bagi setiap anak berbeda-
beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Ada anak yang
memiliki disiplin yang rendah sementara yang lain memiliki disiplin yang
tinggi. Keadaan seperti perlu disadari bahwa disiplin bagi anak adalah sebagai
proses perkembangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang datang
dari luar maupun dari dalam diri siswa itu sendiri. Disiplin sangat penting dan
dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan
sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar
seorang siswa sukses dalam belajar. Kedisiplinan dirasakan sebagai sebuah
pengalaman siswa tentang hak pribadi, terutama bagi pribadi yang sedang
dalam konflik. Oleh karena itu, kedisiplinan memberikan fungsi yang sangat
berharga bagi pendidikan. Adapun fungsi kedisiplinan di sekolah menurut
Tu’u (2004:38) ialah menata kehidupan bersama, membangun kepribadian,
melatih kepribadian sikap, pemaksaan, hukuman, dan menciptakan lingkungan
kondusif.
Fungsi dari kedisiplinan tersebut dapat diuraikan oleh penulis sebagai
berikut:
1). Menata Kehidupan Bersama
Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat,
kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Sebagai
makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam
hubungan tersebut diperlukan norma, nilai peraturan untuk mengatur agar
kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan lancar dan baik. Jadi fungsi
disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok
tertentu atau dalam masyarakat.
18
2). Membangun Kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan
masyarakat dan lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-
masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan
kepribadian yang baik. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik, sangat
berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.
3). Melatih Kepribadian Sikap.
Perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak
terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui
suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk
membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. Seorang
siswa apabila dilatih untuk berdisiplin, maka siswa tersebut akan terbiasa
dan lama-kelamaan kebiasaan yang baik itu akan menjadi kepribadian
yang baik pula.
4). Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin
dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Disiplin dapat pula
terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan
terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri,
melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin. Jadi disiplin
berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu.
5). Hukuman
Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus
dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang
melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting
karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati
dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan
dan kepatuhan dapat diperlemah.
19
6). Mencipta Lingkungan Kondusif.
Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan
Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan
melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin
terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi
proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling
menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik, hal itu dicapai dengan
merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi
para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian
diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Apabila kondisi ini
terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan
proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan prestasi siswa akan
mencapai hasil optimal. Untuk sekolah, disiplin itu sangat perlu dalam
proses belajar mengajar, alasannya yaitu: disiplin dapat membantu
kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan
meningkatkan hubungan sosial
Berdasarkan uraian yang telah disampikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa lingkungan sekolah yang teratur, tertib, tenang tersebut memberi
gambaran lingkungan siswa yang giat, gigih, serius, penuh perhatian,
sungguh-sungguh dan kompetitif dalam pembelajarannya. Lingkungan
disiplin seperti itu ikut memberi andil lahirnya siswa-siswa yang berprestasi
dengan kepribadian unggul. Di sana ada dan terjadi kompetisi positif diantara
mereka. Oleh karena itu kedisiplinan mempunyai fungsi untuk membentuk
kepribadian dan karakter sumber daya manusia yang handal.
g. Kedisiplinan di Sekolah
Kedisiplinan adalah suatu keadaan yang selalu menaati peraturan dan tata
tertib yang telah ada. Disiplin dimulai dari diri sendiri, hal ini diperlukan
untuk menciptakan kehidupan yang teratur. Kedisiplinan dapat kita lakukan di
rumah di sekolah dan di masyarakat. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu
keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk
pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah
20
bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi
serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran,
sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian disiplin dapat merupakan bantuan kepada peserta didik agar mampu
berdiri sendiri (help for self help) (Mulyasa, 2003:108).
Menurut Slameto seperti yang dikutip Susilowati (2005:25), ada beberapa
macam disiplin yang hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan
belajarnya di sekolah yaitu disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin dalam
mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan
disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah.
Agar lebih jelas, kedisiplinan di sekolah dapat diuraikan penulis sebagai
berikut:
1). Disiplin siswa dalam masuk sekolah
Disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan dan
ketaatan dalam masuk sekolah. Artinya, seorang siswa dikatakan disiplin
masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak
pernah terlambat serta tidak pernah membolos setiap harinya. Seorang
siswa yang aktif berangkat ke sekolah tidak pernah ketinggalan materi
yang disampaikan oleh guru. Ia akan mengikuti pelajaran secara lengkap
sehingga proses pembelajaran berjalan lancar tanpa hambatan.
2). Disiplin dalam mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
belajar, yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah.
Tujuan dari pemberian tugas biasanya untuk menunjang pemahaman dan
penguasaan mata pelajaran yang disampaikan di sekolah, agar siswa
berhasil dalam belajarnya. Apabila siswa disiplin dalam mengerjakan
tugas, maka materi yang telah disampaikan oleh guru dapat diserap dan
dipahami oleh siswa dengan mudah. Disiplin dalam mengerjakan tugas
misalnya saja, mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, mengerjakan
tugas dengan rasa tanggung jawab dan mengerjakan tugas sungguh-
21
sungguh. Dari kedisiplinan dalam mengerjakan tugas itu, pemahaman
siswa akan tugas tersebut bertambah dan materi dapat diserap dengan
baik dan lancar.
3). Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah
Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut
adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti
pelajaran, yang terarah pada suatu tujuan belajar. Sehingga pada proses
pembelajaran sehari-hari dikelas, suasananya akan terasa hidup. Dengan
adanya kedisiplinan saat mengikuti pelajaran hubungan antara guru dan
siswa berjalan secara interaktif karena didalam pembelajaran tersebut
siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan
menumbuhkan dampak yang positif atas terselenggaranya proses belajar
mengajar.
4). Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah
Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah adalah
kesesuaian tindakan siswa dengan tata tertib atau peraturan sekolah yang
ditunjukkan dalam setiap perilakunya yang selalu taat dan mau
melaksanakan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran. Dengan
adanya kesadaran yang timbul dari jiwa siswa itu sendiri, diharapkan
berbagai macam peraturan yang ada, misalnya: tata tertib sekolah, tata
tertib di kelas, kewajiban dan tugas siswa, selalu ditaati tanpa harus
dipaksa dengan hukuman.
Disiplin merupakan salah satu hal yang menunjang keberhasilan sekolah.
Untuk itu, setiap pihak-pihak yang terkait seperti guru, kepala sekolah harus
membuat peraturan sekolah. Peraturan ini haruslah rinci dan jelas, agar siswa
dapat dengan benar-benar patuh terhadap tata tertib sekolah dan bagi siswa
yang melanggar harus diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran
yang dilakukan. Penerapan kedisiplinan ini harus diterapkan dengan bijaksana
yaitu dengan memberikan sanksi yang sesuai tindakannya. Oleh karena itu,
orang tua dan guru harus menerapkan kedisiplinan yang baik pada anak dan
peserta didik agar membawa anak kearah kemajuan.
22
h. Kedisiplinan di rumah
Anak sebagai generasi baru yang lahir dari suatu keluarga akan sangat
dipengaruhi oleh suasana keluarga dimana ia hidup. Dalam hal ini keluarga
merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan anak karena keluarga
sebagai kelompok primer yang di dalamnya terjadi interaksi di antara para
anggota dan di situlah terjadinya proses sosialisasi. Seperti yang dikemukakan
oleh Soerjono Soekanto (2004:85) yang berbunyi “ salah satu fungsi dari
keluarga adalah sebagai wadah belangsungnya sosialisasi primer, yakni
dimana anak-anak di didik untuk memahami dan menganuti kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat”. Karena hubungan sosial
dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orang tua memainkan peranan
sangat penting terhadap proses sosialisasi anak. Setiap orang tua dalam
keluarga mempunyai cara sendiri-sendiri untuk mengajarkan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah yang ada di masyarakat. Ada orang tua yang bersikap tegas
dalam menerapkan aturan namun ada orang tua yang memberikan kebebasan
bertindak. Semua tergantung dari kebijakan masing-masing orang tua.
Anak yang tumbuh dalam keluarga yang baik, maka akan tumbuh dan
berkembang secara baik pula. Membentuk karakter anak dapat dimulai dari
membentuk kedisiplinan anak itu sendiri. Diawali dengan disiplin di rumah,
mulai dia bangun tidur sampai dia tidur lagi di malam hari sebaiknya dibuat
suatu jadwal kegiatan yang harus dipatuhi anak setiap hari. Misalnya kapan
jam untuk bermain, kapan jam untuk belajar, kapan jam untuk tidur, kapan
jam untuk mandi, kapan jam untuk kegiatan ekstra kulikuler. Dalam membuat
jadwal orang tua harus mengajak diskusi anak menentukan jadwal kegiatan.
Orang tua yang baik adalah orang tua yang membimbing anak dalam
menentukan jadwal kegiatan yang tepat terutama mengenai belajar.
Kegiatan sehari-hari harus dilakukan dengan teratur untuk itu perlu adanya
jadwal kegiatan jadwal kegiatan berguna untuk mengatur waktu sejak bangun
tidur sampai mau tidur lagi. Anak yang baik akan melakukan kegiatan sehari
hari sesuai dengan jadwal yang dibuat dan waktu diatur sesuai kebutuhan.
Waktu belajar digunakan sebaik baiknya untuk belajar serta waktu bermain
23
digunakan untuk bermain. Pengaturan waktu yang baik sangat
menguntungkan diri sendiri. Anak yang pandai mengatur waktu kegiatan
sehari-hari akan melakukan aktivitas sesuai jadwal kegiatan sehingga tidak
banyak waktu yang terbuang. Jadwal kegiatan ini bukan dijadikan suatu
pengekangan tetapi lebih ke pembelajaran karakter, agar anak terbiasa
mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan sesuatu secara terencana dan
maksimal tidak setengah-setengah. Tidak akan ada anak yang bodoh di dunia
ini apabila setiap orang tua menanamkan kedisiplinan pada anaknya sejak
dini. Oleh sebab itu orang tua perlu membuat suatu aturan-aturan yang
berguna untuk menanamkan kedisiplinan pada anaknya.
Komitmen orang tua terhadap aturan yang dibuat akan berpengaruh pada
keberhasilan menerapkan kedisiplinan. Hal ini penting agar orang tua tidak
hanya sekedar berbicara, tetapi juga memberikan keteladanan dari apa yang
dikatakannya. Penerapan konsistensi ini tidak hanya pada saat mengajarkan
kedisiplinan pada anak, tetapi pada semua aktivitas apapun hal ini harus
diutamakan. Orang tua harus konsisten dalam arti ketika aturan-aturan itu
dibuat, maka harus ada kesepakatan-kesepakatan awal terlebih dahulu,
konsekuensi apa yang harus diterima jika kesepakatan itu dilanggar.
Sebaliknya orang tua jangan lupa memberikan reward (penghargaan) kepada
anak jika anak tidak melanggar kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui
bersama.
i. Kedisiplinan di masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan yang mendukung dan memberi
sumbangan terhadap perkembangan kepribadian anak. Dalam kehidupan
masyarakat pasti ada suatu aturan yang mengatur dan mengendalikan
perilaku, baik perilaku seseorang maupun perilaku kelompok. Sebagai
makhluk sosial, manusia hidup berkelompok dan memiliki pergaulan yang
luas dalam masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan kedisiplinan terhadap
peraturan-peraturan di masyarakat agar interaksi diantara anggotanya bisa
berjalan baik. Di kehidupan masyarakat biasanya tidak ada aturan yang
tertulis. Aturan dalam masyarakat biasanya berbentuk norma, baik dan buruk
24
menurut kebiasaan masyarakat. Ada bermacam-macam norma yang ada di
masyarakat. Saptono dan Bambang Suteng (2006:56) mengemukakan ”Secara
sosiologis, beragam norma sering digolongkan menjadi empat macam, yaitu:
folkways, mores, pranata sosial dan hukum.
Penjelasan mengenai empat macam norma di masyarakat akan diuraikan
penulis sebagai berikut :
1). Folkways
Folkways adalah kebiasaan suatu kelompok maupun individu
dalam melakukan suatu hal. Contoh kebiasaan dari masyarakat kita
seperti makan menggunakan tangan kanan, memakai baju batik pada
acara resmi, mengendarai kendaraan di jalur sebalah kiri jalan dan
sebagainya. Norma ini mengatur perilaku sehari-hari warga
masyarakatnya. Apabila ada pelanggaran terhadap peraturan ini, maka
tidak dikenakan sanksi penjara karena hanya menimbulkan sedikit
masalah dan tidak terlalu menggangu kehidupan bersama. Akan tetapi
folkways mempunyai peranan dalam mengatur perilaku keseharian warga
masyarakat.
2). Mores
Mores adalah suatu aturan pada masyarakat yang dilandasi oleh
moral sehingga sering disebut dengan norma moral. Mores merupakan
aturan yang dibutuhkan bagi kesejahteraan masyarakat, karena aturan ini
memuat prinsip-prinsip yang amat dihormati masyarakat. Mores adalah
gagasan yang tentang benar atau salah, yang mendorong dilakukannya
perbuatan-perbuatan tertentu dan melarang perbuatan-perbuatan lainnya.
Aturan ini tidak dibuat secara tiba-tiba namun tumbuh secara bertahap
melalui kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat. Setiap masyarakat
dituntut untuk patuh terhadap mores dan pelanggaran terhadap aturan ini
akan menimbulkan sanksi atau hukuman. Aturan ini bisa berupa larangan
(tabu) di bidang makanan seperti larangan memakan daging babi. Atau
larangan menampilkan diri seperti larangan mempertontonkan aurat dan
sebagainya.
25
3). Pranata sosial
Rangkaian folkways dan mores mengenai kegiatan-kegiatan yang
penting dalam masyarakat biasanya akan diorganisasikan atau dibakukan
ke dalam pranata sosial. Misanya saja rangkaian folkways dan mores
mengenai hidup berkeluarga dan memelihara anak. Dengan demikian
pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang diorganisasikan dan
mengandung nilai-nilai sosial serta prosedur-prosedur tertentu dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Dalam masyarakat
ada lima pokok pranata sosial yaitu keluarga, agama, pemerintah
pendidikan dan organisasi kegiatan ekonomi.
4). Hukum
Hukum adalah norma yang berada dalam masyarakat dan
diresmikan yaitu dirumuskan secara jelas dan tegas serta dipaksakan
berlakunya oleh lembaga yang berwenang. Sehingga norma hukum
adalah serangkaian kaidah atau petunjuk hidup manusia yang dibuat oleh
pejanat yang berwenang, berisi perintah atau larangan bagi manusia
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apabila aturan ini
dilanggar maka akan dijatuhi sanksi oleh yang berwenang. Norma ini
bersifat melengkapi norma-norma hidup bermasyarakat lainnya. Mencuri
dan membunuh adalah contoh tindakan ilegal yang melanggar norma
hukum. Tindakan ini akan dikenakan sanksi dan hukuman yang tegas
dari pihak yang berwenang.
Aturan tersebut pada umumnya tidak tertulis, namun aturan tersebut
merupakan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat, diyakini dan dipatuhi
sebagai aturan yang mengatur kehidupan bersama. Apabila peraturan yang ada
di masyarakat itu dilanggar, maka kita sendiri yang mengalami kerugian.
Selain itu pelanggaran itu dapat menimbulkan sanksi yaitu berupa kucilan
yang datang dari masyarakat terkait. Oleh karena itu peraturan yang ada di
masyarakat itu biasanya ditaati dan dipatuhi karena mengarahkan kepada hal-
hal yang baik dan positif bagi kehidupan bermasyarakat.
26
j. Cara Menanamkan Kedisiplinan
Usaha untuk membina dan menumbuhkan kedisiplinan pada diri anak
menjadi bagian integral dari suatu proses atau kegiatan belajar. Ada beberapa
teknik atau cara untuk menumbuhkan dan membina disiplin. Elizabeth B.
Hurlock dalam Istiwidayanti (2000:93) mengemukakan bahwa cara-cara
menanamkan disiplin dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu cara mendisiplin
otoriter, cara mendisiplin yang permisif dan cara mendisiplin demokratis.
Suatu deskripsi singkat dari ketiga cara menanamkan disiplin akan
menunjukkan ciri-ciri masing-masing dan akan menyorot ciri-ciri baik
buruknya.
Ketiga cara itu antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
1). Cara Mendisiplin Otoriter
Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku
yang diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya
mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar
dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-
tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan.
Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang
wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak,
kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Di sekolah terdapat
aturan atau tata tertib yang tertulis dan setiap siswa harus mentaatinya.
Sedangkan dirumah seorang anak harus mematuhi semua peraturan yang
telah dibuat oleh orang tuanya. Sehingga anak tidak diberi kebebasan
untuk bertindak, semua kegiatan selalu dikontrol oleh orang tua. Di
masyarakat semua kegiatan dikuasai dan diatur oleh ketua kelompoknya.
2). Cara Mendisiplin yang Permisif
Disiplin permisif sebenarnya berarti sedikit disiplin atau tidak
disiplin. Biasanya disiplin permisif tidak membimbing anak ke pola
perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.
Dalam hal ini anak sering tidak diberi batas-batas atau kendala yang
mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diijinkan untuk
27
mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri.
Dalam disiplin ini siswa dibiarkan bertindak menurut keinginannya.
Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak
sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Cara disiplin permisif ini
siswa lebih dituntut untuk mempunyai rasa tanggung jawab sendiri
karena siswa diberi kebebasan. Dengan kata lain, kebebasan disini adalah
kebebasan yang bertanggung jawab. Cara disiplin permisif ini juga bisa
diterapkan di rumah yaitu anak diberi kebebasan untuk bertindak dan
dipercaya namun dibawah pengawasan orang tuanya. Sedangkan pada
masyarakat, anak diberi kebebasan agar berbuat sesuai dengan
keinginannya selama tidak melampaui aturan yang ada di masyarakat.
3). Cara Mendisiplin Demokratis
Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin
daripada aspek hukuman. Disiplin demokratis menggunakan hukuman
dan penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak
berbentuk hukuman badan. Falsafah yang mendasari disiplin demokratis
adalah falsafah bahwa disiplin adalah bertujuan mengajar anak
mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri. Aplikasi disiplin
di sekolah berupa aturan baku yang ditaati bersama. Kesalahan akan
mendapat punishment (hukuman) dan prestasi mendapat reward
(penghargaan). Misalnya, jika siswa terlambat datang ke sekolah, maka
dihukum menyapu halaman sekolah. Sebaliknya jika siswa meraih
prestasi rangking di kelas, akan mendapat penghargaan berupa piagam
atau hadiah. Begitu pula dirumah, setiap keteladanan yang dilakukan oleh
anak patut untuk mendapatkan pujian atau penghargaan yang berupa
hadiah dan setiap pelanggaran yang dilakukan juga perlu diberikan
hukuman yang bersifat mendidik.
28
2. Tinjauan Tentang Keaktifan Berorganisasi
a. Pengertian Keaktifan
Manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari akan melakukan usaha
yang ditandai dengan adanya kegiatan. Dari semua kegiatan manusia tersebut
timbul aktivitas yang mana berupa tindakan-tindakan yang dilakukan manusia
dalam kegiatan sehari-harinya. Keaktifan merupakan kegiatan yang dilakukan
sehari-hari dan ini mengarah pada aktivitas sesuai dengan tujuan dari kegiatan
itu. Keaktifan membantu seorang anak dalam pembentukan watak dan akhlak
dan budi pekerti luhur melalui aktivitas tersebut. Sebelum kita memberikan
definisi tentang keaktifan, maka terlebih dahulu kita meninjau pengertian dari
aktif dan aktivitas.
Keaktifan berasal dari kata ”aktif” dan menurut kamus ilmiah populer
(2001:12) aktif adalah ”giat dalam menjalankan kewajiban, kreatif dan sibuk
(dalam usaha maupun organisasi)”. Jadi yang dimaksud dengan aktif adalah
giat dan kreatif dalam menjalankan kegiatan yang menjadi kewajibanya baik
dalam usaha tertentu atau di dalam organisasi. Orang yang aktif, maka
kewajibannya akan terpenuhi dengan baik karena ia akan selalu melakukan
usaha-usaha agar kewajiban itu dapat dipenuhi.
Sumadi Suryabrata (2001:97-98) mengemukakan ”Aktivitas (activiteit)
adalah banyak sedikitnya orang mengemukakan diri, menjelmakan perasaan,
dan pikirannya dalam tindakan yang spontan”. Jadi aktivitas merupakan
tindakan yang dilakukan seseorang secara spontan melalui kegiatan dengan
mencurahkan segala potensi yang ada didalam diri. Aktivitas ini dilakukuan
agar seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Melalui
aktivitas ini seseorang dapat meraih cita-cita yang diinginkan. Dengan
demikian dapat dikatakan orang yang mempunyai aktivitas yang banyak maka
ia akan semakin dekat dengan tujuan yang ingin dicapainya. Sebaliknya
apabila seseorang tidak mempunyai aktivitas maka ia akan cenderung diam
dan tidak melakukan perubahan pada dirinya. Orang yang seperti ini adalah
orang-orang yang tidak mau mengaktualisasikan dirinya. Dan biasanya tujuan
yang diinginkan tidak akan pernah tercapai.
29
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah ikut
bergeraknya jasmani dan rohani dalam suatu kegiatan dan kesibukan dengan
dituntut untuk berperan dalam kegiatan yang dilakukan dan mencurahkan
segala potensi yang dimiliki melalui pikiran maupun tindakan yang nantinya
akan direalisasikan sesuai dengan kegiatan itu sendiri. Sehingga orang yang
aktif merupakan orang yang ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu.
Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan untuk kepentingan diri sendiri
maupun untuk kepentingan kelompok. Dapat dikatakan bahwa orang yang
aktif merupakan orang yang mempunyai pikiran yang maju. Seseorang yang
aktif adalah seseorang yang mau beraktualisasi diri dan dinamis.
b. Pengertian Organisasi
Pada awal perkembangan jaman, manusia adalah makhluk individu.
Akan tetapi bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat,
membuat manusia mulai merasakan perlu untuk hidup berkelompok dan
bersosialisasi dengan lingkungannya karena adanya tujuan dan cita - cita yang
sama diantara mereka. Di dalam masyarakat sering dijumpai adanya
sekelompok orang-orang yang bekerja, baik bekerja di perkantoran, bekerja di
sebuah lembaga tertentu ataupun bekerja di swasta. Kegiatan yang dilakukan
oleh masing-masing orang tersebut pasti mempunyai tujuan. Begitu juga
dengan seorang anak, khususnya remaja, dalam melakukan aktivitas secara
mandiri dan berkelompok diperlukan adanya suatu wadah yang dinamakan
organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa ahli yang
memberikan definisi tentang organisasi, adapun definisi tersebut adalah
sebagai berikut:
1). Menurut Gibson (2000:5) menyatakan bahwa “an organizations is a
coordinated consisting of at least two people how function to achieve
common goal on set of goal”, yang artinya organisasi adalah suatu unit
terkoordinasi yang terdiri sekurang-kurangnya dua orang atau lebih yang
fungsinya untuk mencapai tujuan bersama atau menentukan beberapa
tujuan.
30
Dari pernyataan diatas memiliki makna bahwa organisasi
merupakan suatu perkumpulan orang yang terkoordinasi yang terdiri dari
dua orang atau lebih dan mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila tujuan yang ingin dicapai
diantara anggota berbeda, maka hal ini bukan organisasi karena suatu
organisasi itu harus mempunyai tujuan yang sama. Dalam organisasi
para anggota tidak bekerja bersama-sama, tetapi bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Tentunya masing-masing anggota mempunyai
tugas yang berbeda untuk mempermudah dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
2). Menurut Ngalim Purwanto (2005:17) mengemukakan “organisasi ialah
aktivitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan
sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud-maksud
dan tujuan-tujuan pendidikan”.
Berdasarkan pendapat di atas mengandung maksud bahwa
organisasi adalah kegiatan-kegiatan yang menyusun hubungan antara
individu yang satu dengan individu yang lain dan membentuk kesatuan
usaha dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu khususnya tujuan
pendidikan. Melalui organisasi diharapkan dapat mendidik seorang anak
dalam membentuk karakter dan kepribadian anak serta melatih sikap
mental yang positif. Seorang anak yang ikut berpartisipasi dalam suatu
organisasi akan terdorong untuk menerapkan sikap-sikap yang positif.
Dengan segala tanggung jawab yang ada di organisasi, seorang anak
dilatih untuk disiplin, jujur, berpikir kritis, dan mampu mengatur waktu.
Selain itu anak juga semakin terlatih untuk berani mengemukakan
pendapat dan membuat suatu keputusan.
3). Menurut Malayu S. P Hasibuan (2005:24-25) “organisasi adalah sistem
perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang
yang bekerja sama dalam tujuan tertentu. Organisasi merupakan alat dan
wadah saja”
31
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa organisasi itu
merupakan suatu alat dan wadah yang dapat mengumpulkan sekelompok
orang secara formal, mempunyai struktur jelas, terkoordinasi dan
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Organisasi ini merupakan
alat atau tempat agar pekerjaan yang diinginkan dapat tercapai. Jika
pekerjaan dikerjakan sendirian, mungkin hasilnya berbeda dengan jika
pekerjaan itu dikerjakan bersama-sama. Organisasi adalah kesatuan dari
berbagai orang yang bekerja untuk satu tujuan. Dari mulai pemunculan
ide, rapat, penyusunan anggaran, eksekusi kegiatan, sampai evaluasi,
semua dipikirkan dan dikerjakan bersama-sama. Terutama jika pekerjaan
itu mempunyai tujuan sama. Oganisasi itu dibentuk karena para anggota
merasa bahwa dengan organisasi hasil kerjanya lebih baik dibandingkan
dengan dikerjakan sendiri-sendiri. Setiap anggota bagai roda mesin yang
saling menggerakkan. Kalau salah satu macet, maka hasil akhirnya bisa
tidak sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas dapat penulis
simpulkan bahwa organisasi merupakan bentuk perkumpulan antara dua
orang/lebih yang bekerja sama, berstrukur dan berkoordinasi dengan
anggotanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Oganisasi itu dibentuk karena para anggotanya merasa bahwa dengan
organisasi hasil kerjanya lebih baik dibandingkan dengan dikerjakan
sendiri-sendiri. Untuk itulah dalam organisasi setiap anggota mempunyai
tugas, wewenang, dan tanggung jawab tertentu yang dapat memberikan
sumbangan kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan. Organisasi ini merupakan alat atau tempat agar pekerjaan
yang diinginkan dapat tercapai. Jika pekerjaan dikerjakan sendiri,
mungkin hasilnya berbeda dengan jika pekerjaan itu dikerjakan bersama-
sama. Suatu organisasi yang baik, perlu memiliki tujuan yang jelas dan
nyata, pembagian kerja yang jelas, pembagian tugas sesuai kemampuan,
keserasian antar anggota yang bertanggung jawab, dan koordinasi semua
bagian.
32
c. Pengertian Keaktifan Berorganisasi
Kehidupan manusia dalam hidup bermasyarakat tidak lepas dengan
organisasi. Setiap aspek kehidupan baik lingkungan kerja, lingkungan rumah,
lingkungan sekolah dan sebagainya akan selalu dekat dengan organisasi.
Dengan aktif mengikuti organisasi, kita mendapat pengalaman berorganisasi.
Bagaimana bekerja dalam komunitas yang terdiri dari individu-individu
majemuk, beraneka ragam latar belakang dan pola pikir. Dengan keaktifan
mengikuti organisasi diharapkan memberikan latihan bagi anak untuk
membentuk sikap mental yang positif dan juga membantu anak berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya.
Keaktifan siswa di sekolah adalah bentuk peran aktif siswa dalam
mencurahkan segala potensi yang ada pada dirinya dalam berpikir atau
bertindak untuk merealisasikan sesuatu terhadap suatu objek dalam wadah
usaha bersama dari sekelompok siswa yang masing-masing anggota
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama, dalam
hal ini keaktifan berorganisasi. Di sekolah siswa mempunyai organisasi seperti
OSIS, Pengurus Kelas, Kelompok belajar dan sebagainya. Dengan organisasi
tersebut diharapkan siswa dapat berlatih berorganisasi di sekolah dengan baik.
Selain di sekolah, anak juga mempunyai organisasi yang berada di
masyarakat misalnya saja organisasi Karang Taruna, Remaja Masjid dan
sebagainya. Dengan adanya organisasi di masyarakat ini dapat membantu
pembentukan karakter seseorang di masyarakat. Dengan aktif pada organisasi
masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup berkelompok di masyarakat.
Selain itu, berorganisasi juga dapat melatih kepemimpinan, bagaimana kita
dapat memimpin diri sendiri khususnya dan memimpin orang lain pada
umumnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang pasti akan jadi
pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri dan di dalam organisasi hal
tersebut bisa kita dapatkan. Masih banyak lagi manfaat-manfaat yang bisa kita
peroleh ketika kita ikut berpartisipasi disebuah organisasi.
33
Dengan demikian keaktifan berorganisasi adalah kegiatan dan kesibukan
yang dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk
mencapai suatu tujuan, meliputi, ikut ber-partisipasi setiap kegiatan yang
dilaksanakan organisasi dan patuh menjalankan peraturan organisasi tersebut.
Orang yang suka berorganisasi cenderung memiliki pola pikir yang dewasa
dan sedikit lebih bijak menghadapi suatu permasalahan,di banding yang tidak
gemar berorganisasi. Berorganisasi juga dapat melatih mental kita. Kegiatan
dalam setiap organisasi membentuk sikap mental positif, misalnya
kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri. Dengan pengalaman
yang kita dapatkan saat berorganisasi, secara sadar maupun tidak, tingkat
kepercayaan diri kita juga meningkat. Kepercayaan diri yang tinggi ini amat
berguna saat kita harus melangkah dan menentukan sesuatu. Bila kita percaya
diri, maka kita akan lebih berani dalam menghadapi segala situasi.
d. Unsur-unsur Organisasi
Banyak hal yang harus ada di dalam organisasi. Semua itu harus dipenuhi
agar tujuan bisa tercapai. Agar tujuan bisa tercapai, unsur-unsur dalam
organisasi harus dipenuhi. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005:27) Unsur-
unsur itu adalah adanya manusia (human factor), tempat kedudukan, tujuan,
pekerjaan, struktur, teknologi dan lingkungan. Semua unsur itu perlu saling
melengkapi agar tercipta organisasi yang baik.
Untuk lebih jelasnya unsur-unsur organisasi tersebut dapat penulis uraikan
sebagai berikut :
1). Manusia (human factor)
Dalam organisasi dibutuhkan adanya anggota yaitu manusia.
Organisasi merupakan alat atau wadah untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan. Organisasi itu merupakan perkumpulan dari beberapa orang,
yang di dalamnya ada pemimpin dan juga anggota. Misalnya sajad di
sekolah, agar tujuan dari tugas yang diberikan oleh guru bisa berjalan
dengan baik, maka dibuatlah organisasi kecil dalam lingkup kegiatan
belajar seperti kelompok belajar.
34
2). Tempat kedudukan
Organisasi baru ada, jika ada tempat kedudukan. Setiap organisasi
selalu memiliki tempat dimana organisasi itu dibuat. Mungkin saja
tempat organisasi itu di dalam kelas. Ada organisasi yang berada di
kantor-kantor, di pemerintahan, ada juga organisasi politik bahkan
banyak pula organisasi yang mempunyai tempat di masyarakat. Semua
organisasi pasti mempunyai tempat.
3). Tujuan
Awal organisasi itu dibentuk karena ada tujuan yang hendak
dicapai. Untuk itulah maka semua organisasi pasti mempunyai tujuan.
Membuat organisasi kelompok belajar misalnya, tujuannya adalah agar
belajar bisa lebih efektif dan hasilnya lebih baik. Apabila organisasi itu
tidak memiliki tujuan, maka organisasi tidak akan berarti apa-apa. Begitu
pula dalam tujuan yang ada tentunya harus sama. Jika tujuannya berbeda,
maka tidak perlu dibuat organisasi.
4). Pekerjaan
Organisasi itu akan ada jika ada pekerjaan/tugas yang dilakukan.
Pada dasarnya dengan organisasi yang ada harapan pekerjaan itu bisa
dikerjakan secara efektif. Pekerjaan itu bisa dikerjakan dengan baik dan
sesuai dengan yang diinginkan. Sebagaimana contoh di atas. Seorang
guru memberikan tugas kepada siswanya secara berkelompok, tentunya
tugas ini tidak dikerjakan sendiri sendiri, tetapi harus dikerjakan secara
berkelompok. Agar pekerjaannya itu bisa sesuai dengan harapan guru,
maka dibentuklah organisasi dalam menyelesaikan tugas bersama. Dan
organisasi ini biasa disebut dengan kelompok belajar.
5). Struktur
Struktur artinya hubungan kerja antar bagian. Dalam organisasi,
ada hubungan kerja antar bagian. Sebuah contoh ada organisasi sekolah,
yang di dalamnya terdapat tugas yang jelas antar masing-masing bagian.
Ada ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, ada bagian kebersihan,
keamanan, keindahan, kekeluargaan, dan lain-lain. Semua menjalankan
35
fungsinya masing-masing. Suatu organisasi akan berjalan dengan baik
jika masing-masing pengurus dan anggotanya mengetahui akan tugas dan
tanggung jawabnya. Semua yang ada dalam struktur organisasi berjalan
sesuai dengan tujuan bersama.
6). Teknologi
Sebuah organisasi akan berdiri jika terdapat unsur-unsur teknis
yang dibutuhkan dalam suatu organisasi. Unsur-unsur tersebut biasanya
berupa teknologi yang berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan
kegiatan organisasi. Tanpa adanya suatu teknologi, maka setiap kegiatan
yang direncanakan dalam organisasi tidak dapat terlaksana dengan baik.
Sehingga teknologi merupakan sarana penunjang dalam kegiatan
organisasi.
7). Lingkungan
Dalam organisasi pasti ada lingkungan yang saling mempengaruhi
misalnya ada sistem kerja sama sosial. Untuk mencapai tujuan yang
nyata, maka dibutuhkan kerja sama. Di dalam kerja sama akan terjadi
interaksi antara anggota yang satu dengan lainnya. Lingkup interaksi
diantara anggota inilah yang disebut dengan lingkungan dalam
organisasi. Dan biasanya dalam lingkungan ini akan terjadi hubungan
yang saling mempengaruhi antar anggota organisasi.
e. Karakteristik Organisasi
Menjalankan sebuah organisasi berapapun besarnya tak pernah akan dapat
terlaksana dengan baik hanya dengan satu orang. Hal ini hanya dapat
diselenggarakan dengan efisien oleh sebuah tim, yang terdiri dari orang-orang
yang bertindak bersama-sama. Organisasi adalah suatu wadah formal dimana
sejumlah orang bekerja sama untuk mencapai maksud yang sama. Sebuah
organisasi harus memiliki karakteristik tertentu. Arni Muhammad (2002:29)
mengatakan ”Di antara karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis,
memerlukan informasi, mempunyai tujuan, dan struktur”.
Uraian dari karakteristik organisasi dapat dijelaskan penulis sebagai
berikut :
36
1). Dinamis
Organisasi sebagai sistem terbuka terus-menerus akan mengalami
perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkunganya
dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu
berubah-ubah tersebut. Perubahan inilah yang akan membawa sebuah
organisasi bisa menjadi baik dan juga dapat mengalami kemunduran.
Oleh karena itu diharapkan setiap perubahan itu bisa membawa pengaruh
yang baik untuk kemajuan sebuah organisasi.
2). Memerlukan informasi
Semua organisasi memerlukan informasi untuk melangsungkan
kegiatan. Tanpa informasi organisasi tidak bisa berjalan. Dengan adanya
interaksi para anggotanya, maka informasi akan diperoleh. Informasi ini
bisa digunakan sebagai bahan diskusi dan juga pertimbangan untuk
membangun sebuah organisasi menjadi maju. Begitu pula sebaliknya
dengan tidak adanya informasi suatu organisasi akan macet.
3). Mempunyai tujuan
Setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Oleh
karena itu antara organisasi satu dengan organisasi lain tujuannya sangat
bervariasi. Namun dalam sebuah organisasi pasti memiliki tujuan yang
sama. Jika tujuan itu jelas dan para anggotanya merasakan ada kesatuan
tujuan, maka di antara anggota itu segera untuk bersatu dalam sebuah
kelompok organisasi. Untuk itu diharapkan setiap anggota mendukung
pencapaian tujuan organisasi melalui partisipasi mereka.
4). Terstruktur
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat
aturan-aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi.
Hal inilah yang dinamakan struktur organisasi. Struktur menjadikan
organisasi membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas.
Dengan adanya struktur organisasi ini akan tercipta koordinasi yang baik.
Koordinasi merupakan hal mengatur organisasi sehingga antara peraturan
dan tindakan dalam organisasi tidak bertentangan.
37
f. Bentuk-bentuk Organisasi
Organisasi akan selalu muncul dalam sebuah kegiatan yang dilakukan
secara berkelompok. Kita bisa mengenal macam-macam organisasi dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk organisasi menurut Eko Winarto
(dalam Kebebasan Organisasi, http://ekowinarto.files.wordpress.com/03/bab-
36.pdf) adalah terdiri dari :
1). Organisasi sekolah
2). Organisasi masyarakat.
a) Berdasarkan proses pembentukan:
(1). Organisasi formal
(2). Organisasi informal
b) Berdasarkan tujuannya :
(1). Organisasi sosial
(2). Organisasi bisnis
c) Berdasarkan hubungannya dengan masyarakat:
(1). Organisasi resmi
(2). Organisasi tidak resmi.
Sedangkan Abdul Azis Wahab (2008:109) mengemukakan ”terdapat dua
jenis organisasi yaitu organisasi formal dan organisasi informal”. Organisasi
formal disusun berdasarkan kebutuhan dalam mengatur tata hubungan yang
ada dalam bentuk struktur yang ditetapkan. Sedangkan organisasi informal
dibentuk secara sukarela oleh anggotanya untuk memperoleh kepuasan
berafiliasi dan tujuannya adalah untuk persahabatan
Dari pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa bentuk-bentuk
organisasi adalah organisasi sekolah dan organisasi masyarakat. Bentuk-
bentuk organisasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1). Organisasi sekolah
Organisasi di sekolah bisa terjadi di dalam kelas maupun di lingkup
sekolah. Organisasi sekolah bisa berupa kelompok belajar, organisasi
pengurus kelas, organisasi kepramukaan dan OSIS. Masing-masing
organisasi dibentuk karena ada kepentingan yang berbeda-beda.
38
a) Belajar Kelompok
Untuk memudahkan mencari data, tentunya setiap kelompok
akan membagi tugas dengan satu ketua. Ada yang menjadi penulis,
ada yang bagian wawancara, ada pula yang bagian pelapor. Jika
penugasan yang diberikan oleh ketua itu jelas, maka masing-masing
anggota yang bertugas akan berjalan dengan baik. Begitu pula
sebaliknya, jika ketua memberikan penugasan yang kurang jelas,
maka hasilnya akan kurang memuaskan.
b) Organisasi Kelas
Di dalam kelas pasti mempunyai struktur organisasi pengurus
kelas. Hal ini diharapkan mempermudah dalam kegiatan di kelas.
Dengan adanya pengurus kelas, urusan-urusan kelas bisa ditangani
oleh siswa. Ada yang bertugas sebagai ketua kelas, wakil, ada pula
bendahara, sekretaris, dan anggota. Dengan pembagian tugas yang
jelas, semua kegiatan bisa berjalan lancar. Dengan adanya
pembagian tugas di dalam kelas, maka yang bertugas itulah yang
mempunyai tanggung jawab dengan dibantu oleh anggotanya. Dan
ini berarti bahwa organisasi ini telah menjalankan fungsinya dengan
baik.
c) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Organisasi ini khusus dibentuk di sekolah dengan tujuan untuk
melatih anak-anak dalam kepemimpinan. Untuk itu tidak heran bila
bagi pengurus ada pembekalan yang disebut dengan Latihan Dasar
Kepemimpinan (LDK). Dalam LDK, siswa dibimbing oleh bapak
dan ibu guru dalam hal berorganisasi yang baik. Ada materi
kepemimpinan (leadership), ada latihan komunikasi, latihan
pemecahan masalah, dan lain-lain. Ini semua untuk membekali
anak-anak supaya kelak menjadi tangguh dalam menghadapi
masalah. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) juga diharapkan
dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Misalnya
melaksanakan bakti sosial, melaksanakan Idul Qurban,
39
melaksanakan pentas akhir tahun, bahkan ikut membantu
memecahkan masalah yang dihadapi oleh teman-temannya.
d) Organisasi Kepramukaan
Kegiatan pramuka dilaksanakan mulai dari tingkat sekolah
sampai tingkat internasional. Kegiatan di dalam pramuka sungguh
sangat menyenangkan. Di pramuka juga dilatih kepemimpinan
dengan cara berorganisasi. Ada yang disebut pimpinan regu, yang
sering disebut dengan Pinru. Pimpinan regu yang sudah ditunjuk
oleh kakak pembina atau kelompoknya ini harus bisa menjadi
panutan, harus bisa membagi tugas kepada anggotanya. Karena
penilaian di dalam kegiatan pramuka ini kebanyakan pada
kekompakan regu, yaitu bagaimana cara mengorganisasikan
kelompok. Dengan mengikuti pramuka, maka kita berlatih belajar
berorganisasi di sekolah.
2). Organisasi di masyarakat
Organisasi akan selalu muncul dalam sebuah kegiatan yang
dilakukan secara berkelompok. Berikut ini adalah macam-macam
organisasi di masyarakat.
a) Organisasi Formal.
Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar
dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disadari pula dan diatur
dengan ketentuan-ketentuan yang formal. Ketentuan-ketentuan yang
ada di dalam organisasi formal diatur dengan Anggaran Dasar (AD)
dan Anggaran Rumah Tanggal (ART). Contoh organisasi formal di
masyarakat misalnya, LKMD, PKK, dan lain-lain.
b) Organisasi Informal.
Organisasi Informal adalah organisasi yang dibentuk tanpa
disadari sepenuhnya, tujuan-tujuannya juga tidak begitu jelas.
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) juga
tidak jelas. Hubungan yang terjalin juga sifatnya pribadi dan
sifatnya tidak formal. Contoh organisasi informal, misalnya
40
organisasi kesenian karyawan. Setiap karyawan mempunyai
keinginan untuk mengembangkan bakat di bidang kesenian. Dari
masing-masing pribadi berkumpul untuk membentuk kegiatan
kesenian, bisa juga arisan, dan lain-lain.
g. Fungsi Organisasi
Menjadi anggota dalam sebuah organisasi merupakan suatu kewajiban
yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang hidup di masyarakat. Banyak
fungsi yang diperoleh apabila kita aktif dalam suatu organisasi baik organisasi
formal, informal dan sosial. Menurut Arni Muhammad (2002:32) ”organisasi
mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok
organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi hasil
produksi dan mempengaruhi orang.”
Uraian mengenai fungsi organisasi dapat dijelaskan oleh penulis sebagai
berikut :
1). Memenuhi kebutuhan pokok organisasi.
Setiap organisasi pasti mempunyai kebutuhan pokok sendiri-
sendiri. Kebutuhan ini ada dalam rangka kelangsungan kehidupan suatu
organisasi. Misalnya semua organisasi cenderung memerlukan gedung
sebagai tempat beroperasinya, uang untuk biaya upah pekerja, atau
fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. Kadang-
kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga,
tenaga kerja, yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap
peralatanya. Semua ini merupakan tanggung jawab perusahaan untuk
memenuhinya.
2). Mengembangkan tugas dan tanggung jawab.
Suatu organisasi harus bekerja sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat dimana organisasi
itu berada. Standar inilah yang memberikan organisasi seperangkat tugas
dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi.
Misalnya saja dalam organisasi pendidikan, maka organisasi tersebut
mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang pendidikan seperti
41
memikirkan perkembangan kemajuan pendidikan demi kesejahteraan
anggota organisasinya.
3). Memproduksi barang atau orang.
Organisasi mempunyai salah satu fungsi yaitu memproduksi
barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi
mempunyai produknya masing-masing. Misalnya saja organisasi
pendidikan guru produksinya adalah calon-calon guru. Para ahli dan
pimpinan organisasi akan memikirkan peningkatan dan penyempurnaan
hasil produksinya.
4). Mempengaruhi dan dipengaruhi orang.
Di dalam organisasi pasti digerakkan oleh orang/manusia. Orang
tersebutlah yang mengkoordinasi, mengelola, membimbing, dan
memngarahkan yang bisa menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang
yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arah yang baru pula.
Orang sebagai anggota organisasi, dipengaruhi oleh organisasi. Misalnya
saja orang yang berprofesi sebagai guru, maka akan sensitif terhadap
tingkah laku anak atau remaja. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan
psikologis dan sosial berhubungan dengan tugas dan jabatan kita.
3. Tinjauan Tentang Kohesivitas Peer Group
a. Pengertian Kohesivitas
Kohesivitas atau Cohesiveness adalah rasa satu kesatuan yang terikat dan
saling mendukung yang menggambarkan adanya kualitas ketergantungan
diantara anggotanya (dalam hal ini adalah kelompok). Dalam kelompok akan
terjadi rasa satu kesatuan dan kedekatan hubungan antara anggota satu
dengan anggota lainnya sehingga menimbulkan ketergantungan. Rasa
ketergantungan ini muncul karena adanya kedekatan dan kecocokan diantara
kelompok tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kohesivitas
dapat menunjukkan hubungan keakraban pada suatu kelompok tertentu.
Berikut ini adalah definisi mengenai kohesivitas dari beberapa sumber :
1). Menurut Kamus Ilmiah Populer (2002:183) yang dimaksud dengan
kohesi adalah ”hubungan yang erat”.
42
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud
dengan kohesi adalah keeratan hubungan antara komponen yang satu
dengan komponen yang lainnya. Dengan demikian kohesivitas adalah
derajat keeratan hubungan diantara komponennya. Kohesivitas biasanya
dianggap sebagai sebuah kekuatan dalam suatu hubungan.
2). Menurut Kurt Lewin (dalam Littlejohn Stephen W L dan Karen A. Foss,
2005:232) ”Cohesiveness is the degree of mutual interest among
members”, yang artinya kohesivitas adalah tingkat ketertarikan
hubungan diantara anggotanya.
Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa kohesivitas merupakan
seberapa besar ketertarikan dan kedekatan hubungan diantara anggota
dalam suatu kelompok tertentu. Sebuah kelompok dikatakan
mempunyai kohesivitas rendah apabila tidak memiliki ketertarikan
interpersonal antar anggota kelompoknya. Begitu pula sebaliknya suatu
kelompok yang mempunyai kohesivitas yang tinggi, maka mempunyai
ketertarikan diantara anggotanya. Dengan kata lain keanggotaan
kelompok saling menarik karena diantara anggotanya saling mendukung
dan saling membantu sehingga menimbulkan rasa ketergantungan.
3). Menurut J.M. Ivan Cevich (dalam Winardi, 2005:), ”Kelompok-
kelompok formal dan informal cenderung memiliki kedekatan atau
keseragaman dalam hal sikap, perilaku dan kinerja. Kedekatan inilah
yang sering disebut dengan kohesivitas”.
Dari pendapat di atas memiliki makna bahwa kohesivitas
merupakan kecenderungan suatu kelompok yang mempunyai kesamaan
sikap, perilaku dan kinerja sehingga menimbulkan kedekatan diantara
anggotanya. Kelompok-kelompok yang sangat kohesif mempunyai
motivasi untuk bersatu, sehingga kinerja kelompok tersebut menjadi
efektif. Kohesivitas bersifat mengikat anggotanya agar tetap berada
dalam kelompok dan menangkal pengaruh yang menarik anggota agar
keluar dari kelompoknya. Kohesivitas dapat memberikan dampak yang
baik apabila setiap anggota kelompok memberikan pengaruh yang
43
berupa sikap mental yang positif sehingga memberikan motivasi kepada
anggota lain untuk bertindak sesuai dengan sikap mental yang positif
tersebut. Selain itu kohesivitas juga dapat meningkatkan hubungan
kebersamaan diantara anggota kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
kohesivitas merupakan tingkat ketergantungan atau kedekatan hubungan
diantara anggota kelompok sehingga memunculkan kesamaan sikap,
perilaku dan kinerja. Seseorang yang telah bergabung dengan suatu
kelompok dan merasa cocok dengan kelompoknya tersebut, maka akan
muncul kohesivitas yang kuat pada diri orang itu. Adanya kohesivitas
dalam suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi
anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara
mereka. Misalnya saja salah satu anggota kelompok mempunyai sikap
disiplin, percaya diri dan semangat yang tinggi, maka anggota yang
lainnya akan termotivasi untuk bersikap seperti itu. Hal ini disebabkan
karena adanya kedekatan dan ketergantungan hubungan yang disebut
dengan kohesivitas.
b. Pengertian Peer Group
Membicarakan mengenai masalah interaksi antara orang yang satu
dengan lainnya, maka tidak lepas dengan adanya suatu kelompok. Demikian
halnya dengan seorang anak yang selalu membuat kelompok-kelompok yang
ada dalam pergaulannya. Salah satu dari kelompok itu adalah kelompok teman
sebaya atau istilah dalam bahasa lain yaitu peer group. Anak memasuki
kelompok sebaya secara alamiah dan bermula sejak dia memasuki kelompok
permainan dengan anak-anak di lingkungan tetangganya. kelompok sebaya
yang lebih besar, yaitu teman-teman sekelasnya. Dalam kelompok sebaya
anak belajar bergaul dengan sesamanya. Anak belajar memberi dan menerima
dalam pergaulannya. Beberapa ahli memberikan definisi tentang peer group
sebagai berikut :
44
1). Menurut Ivor Morrish dalam Abu Ahmadi (2004:191) menyatakan
bahwa “a peer is an equal, and a peer group is a group composed of
individual who are equals.”, yang artinya seorang teman sebaya adalah
teman yang memiliki persamaan, dan sebuah kelompok teman sebaya
adalah sebuah kelompok yang anggotanya mempunyai persamaan dalam
hal umur, sikap, minat, hobi, dan masih banyak lagi persamaan-
persamaan yang lainya.
Dari uraian di atas, mengandung makna bahwa peer group adalah
sebuah kelompok yang merupakan tempat bermain yang terdiri atas
sejumlah individu yang sama dengan tujuan yang sama. Kesamaan itu
terdiri dari persamaan usia, hobi, pendapat, nilai-nilai, posisi sosial dan
persamaan lainnya. Seorang anak akan lebih dekat dengan teman
sebayanya, karena mereka menganggap bahwa teman-teman sebayanya
dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan
waktu bersama dengan teman-teman sebayanya. Persahabatan itu ada
kalanya diteruskan hingga menginjak usia remaja. Karena mereka merasa
bahwa hanya teman-teman dalam kelompoknya saja yang dapat
mengerti, memahami dan merasakan apa yang sedang dialami.
2). Menurut John W. Santrock (2003:186) ”peer are children or adolescent
who are of about the same age ar maturity”, yang artinya kelompok
sebaya adalah anak-anak atau remaja yang diantaranya mempunyai
kesamaan umur atau tingkat kematangan.
Dari pendapat di atas terlihat bahwa peer group merupakan suatu
kelompok anak sebaya yang memiliki persamaan, khususnya adalah
persamaan umur dan tingkat kematangan dalam hal berpikir rasional.
Kelompok sebaya atau sering disebut peer group ialah suatu kelompok
yang di dalamnya terdapat hubungan interaksi antar individu yang
mempunyai persamaan usia dan status atau posisi sosial. Apabila
interaksi tersebut berhasil dalam menjalankan proses sosialisasi, maka
akan berdampak positif bagi perkembangan anak. Teman sebaya itu
mungkin adalah anak tetangga, teman sekelas, atau bahkan anak kerabat.
45
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peer group adalah suatu
kelompok sosial yang terbentuk karena mereka merasa mempunyai
kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan
tujuan yang dapat memperkuat kelompok tersebut. Di dalam peer group
atau kelompok sebaya tersebut yang dipentingkan adalah diantara
anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan
dan kegagalan kelompoknya. Kelompok sebaya atau peer group
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan diri remaja
yaitu sebagai persiapan bagi kehidupan di masa yang akan datang dan
nantinya akan mempengaruhi sikap, perilaku dan pandangannya. Dengan
kata lain peer group juga merupakan salah satu wadah seorang anak
untuk melaksanakan sosialisasi setelah keluarga. Hal ini disebabkan
karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga
dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama,
seorang remaja juga takut kehilangan rasa nyaman yang diperoleh pada
masa kanak-kanaknya karena mereka harus bertindak mandiri dan bebas
dari keluarga mereka.
c. Pengertian Kohesivitas Peer Group
Peer group dengan pengaruh yang cukup kuat merupakan hal penting
dalam masa remaja. Pada kelompok teman sebaya ini melatih remaja atau
anak menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dalam
jalinan yang kuat itu terbentuk nilai, norma, dan simbol-simbol tersendiri,
yang merupakan simbol yang lain atau berbeda dengan yang ada di rumah
mereka masing-masing. Bahkan nilai, norma dan simbol antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lainnya berbeda. Ada istilah khusus yang
yang mereka ciptakan sendiri sehingga hanya anggota kelompoknya yang tahu
tentang istilah tersebut. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok
yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan
apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja. Kuatnya pengaruh teman
sebaya tidak terlepas dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara
46
mereka, sehingga tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka
merupakan suatu kesatuan yang terikat dan saling mendukung.
Dalam kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan lingkungan peer
group (kelompok sebaya) dimana remaja bergabung dari pada dengan orang
tua, karena remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai
yang sama, yang dapat mempercayakan masalahnya dan membahas hal-hal
yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua atau guru. Pengaruh kuat
(kohesi) teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak
dapat diremehkan dalam masa remaja. Remaja mempunyai kewajiban-
kewajiban terhadap kelompok yang memiliki kode-kode tingkah laku yang
mereka tetapkan sendiri dan remaja menghargai dan mematuhinya. Setelah
menyesuaikan dengan minat dan nilai yang ada maka akan muncul rasa kohesi
terhadap lingkungan dimana remaja bergabung. Kohesi adalah suatu bentuk
hubungan persahabatan yang mempunyai ikatan untuk saling membantu dan
saling tolong menolong antar sesama anggota. Kelompok sebaya terbentuk
karena unsur kesengajaan untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain, namun
kadang juga terbentuk karena tidak disengaja.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kohesivitas peer group
adalah tingkat ketertarikan hubungan diantara anggota kelompok anak sebaya
yang berinteraksi antara anggota yang satu dengan yang lain sehingga timbul
rasa ketergantungan dan saling membutuhkan. Adanya kohesivitas dalam
suatu kelompok membuat individu-individu yang menjadi anggotanya akan
bersedia melakukan kegiatan yang sama diantara mereka. Hal ini
memperlihatkan bahwa individu akan berperilaku apa saja sesuai dengan
kehendak kelompoknya, dengan kata lain perilaku atau pendirian individu bisa
dipengaruhi oleh kelompok di mana dia berada. Individu akan cenderung
berperilaku sama atau searah dengan kelompok teman sebayanya tersebut.
Kecenderungan remaja untuk berperilaku searah peer group-nya tidak terlepas
dari keinginan untuk diterima sebagai bagian dari kelompoknya. Bahkan
remaja akan melakukan apapun, agar dapat di masukkan ke dalam anggota.
Dengan demikian seorang remaja telah bergabung dengan suatu kelompok dan
47
merasa cocok dengan kelompok tersebut maka akan muncul kohesivitas yang
kuat pada diri remaja. Karena mereka merasa bahwa hanya teman-teman
dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan merasakan apa
yang sedang dialami.
d. Latar Belakang Terbentuknya Peer Group
Kelompok sebaya terbentuk secara spontan dan anggotanya adalah
individu-individu yang mempunyai usia dan status posisi sosial yang sama.
Kelompok sebaya ini muncul karena setiap anggotanya mempunyai kebutuhan
dan keinginan yang sama. Menurut Slamet Santoso (1999:83) “Latar belakang
munculnya kelompok sebaya yaitu: (1) adanya perkembangan proses
sosialisasi (2) kebutuhan untuk menerima penghargaan (3) perlu perhatian dari
orang lain (4) ingin menemukan dunianya”.
Latar belakang terbentuknya peer group akan penulis uraikan sebagai
berikut:
1). Adanya perkembangan proses sosialisasi
Pada usia remaja, individu mencoba bersosialisasi dalam
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam usia remaja ini mereka sedang
belajar memperoleh kemantapan dalam mempersiapkan diri untuk
menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kawan yang
memiliki perasaan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Dalam
kelompok individu dapat saling berinteraksi satu sama lain, berusaha
mengerti dan memahami satu sama lain agar dapat diterima dalam
kelompok. Dan kelompok yang dimaksud adalah kelompok teman sebaya
(peer group). Melalui peer group ini seorang remaja mendapatkan proses
sosialisasi dari teman-teman sebayanya.
2). Kebutuhan untuk menerima penghargaan
Secara psikologis, individu membutuhkan penghargaan dari orang
lain agar mendapatkan kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh
karena itu individu bergabung dengan teman sebayanya. yang
mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai sebagai
seorang teman. Dengan begitu individu merasakan adanya rasa
48
kebersamaan/kekompakan dalam kelompok teman sebayanya itu. Dan
seorang remaja apabila mempunyai teman sebaya yang akrab, maka
remaja itu akan merasa berharga karena dapat membagi kebahagiaan dan
kesusahan bersama teman sebayanya.
3). Perlu perhatian dari orang lain
Pada masa remaja, seseorang mulai mencari perhatian dari orang
lain dan lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan
seperti dalam kegiatan organisasi remaja di kampung-kampung. Mereka
menginginkan keberadaannya diakui dalam kelompok. Individu
memerlukan perhatian dari orang lain terutama yang merasa senasib
dengan dirinya. Hal ini dapat ditemui dalam kelompok sebaya di mana
individu merasa sejajar dengan yang lain, mereka tidak merasakan
adanya perbedaan status seperti jika mereka bergabung dalam dunia
orang dewasa. Disamping itu, mereka merasa bahwa hanya teman-teman
dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan merasakan
apa yang sedang dialami. Secara tidak langsung seorang remaja akan
mendapatkan perhatian dari teman-teman sebayanya.
4). Ingin menemukan dunianya.
Dalam kelompok sebaya individu dapat menemukan dunia sendiri
yang berbeda dengan dunia orang dewasa dan sesuai dengan persamaan
umur. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan dalam segala bidang,
misalnya pembicaraan tentang masalah pacar, pendidikan, hobi dan hal-
hal yang menarik lain yang tidak dapat mereka bicarakan dengan orang
tua atau orang dewasa lain. Hal ini disebabkan karena ada daya tarik
hubungan interpersonal di antara anggota kelompok teman sebaya. Pada
umumnya adalah adanya kesamaan dalam hal minat, nilai-nilai,
pendapat, hobi dan sifat-sifat kepribadian.
e. Ciri-ciri Peer Group
Kelompok sebaya merupakan suatu kelompok yang dibentuk oleh
individu-individu yang mempunyai persamaan usia dan status sosial.
Kelompok sebaya ini mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan
49
dengan jenis kelompok lain. Ciri-ciri dari kelompok sebaya atau peer group
menurut Slamet Santosa (1999:87) yaitu :”(1) Tidak mempunyai struktur
organisasi yang jelas (2) Bersifat sementara (3) Peer group mengajarkan
individu tentang kebudayaan yang luas (4) Anggotanya adalah individu yang
sebaya.”
Ciri-ciri Peer group dapat penulis jelaskan sebagai berikut :
1). Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
Kelompok sebaya atau peer group terjadi secara spontan, karena
diantara anggota terjadi kecocokan sehingga terbentuklah peer group.
Kelompok ini tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena
semua anggota mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama. Walaupun
begitu, tetap ada satu orang di antara anggota dianggap sebagai seorang
pemimpin yaitu anak yang paling disegani dan paling mendominasi
dalam kelompok tersebut. Pemimpin kelompok inilah yang biasanya
selalu mengatur kegiatan dan mengambil keputusan kelompok. Meskipun
demikian kelompok ini tidak ada struktur yang jelas seperti ketua,
sekertaris, anggota
2). Bersifat sementara
Kelompok sebaya ini bukanlah merupakan suatu organisasi resmi
dan kemungkinan tidak dapat bertahan lama karena tidak ada struktur
organisasi yang jelas, lebih-lebih jika keinginan masing-masing anggota
berbeda-beda dan tidak mencapai kesepakatan. Disamping itu apabila
kebutuhan diantara anggota kelompok sudah berbeda, maka mereka satu
persatu akan memisahkan diri dari kelompoknya. Sehingga kelompok
sebaya ini bersifat sementara. Ada kelompok teman sebaya yang
berlangsung dengan waktu yang singkat, namun banyak pula peer group
yang bertahan sangat lama.
3). Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
Setiap anggota kelompok sebaya mungkin berasal dari lingkungan
yang berbeda dan mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda pula.
Dalam kelompok sebaya mereka akan saling memperkenalkan kebiasaan
50
masing-masing, sehingga mereka dapat saling belajar. Secara tidak
langsung kebiasaan-kebiasaan yang beraneka ragam tersebut dipilih dan
disesuai dengan kelompok, untuk selanjutnya dijadikan sebagai
kebiasaan kelompok. Misalnya saja ada anggota peer group yang berasal
dari sunda dan jawa, maka anggota kelompok sebaya itu otomatis akan
mengerti bagaimana kebudayaa orang sunda dan jawa, bahasa dari orang
sunda dan jawa serta dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan
tersebut dengan seringnya bergaul dengan anggota lainnya.
4). Anggotanya adalah individu yang sebaya
Kelompok sebaya yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan
individu-individu yang memiliki persamaan usia dan posisi sosial.
Contoh konkritnya ialah pada anak-anak TK, SD, SMP atau SMA, di
mana mereka mempunyai tingkat usia, keinginan dan tujuan serta
kebutuhan yang sama. Teman sebaya itu mungkin adalah teman sekelas,
anak tetangga, teman sepermainan, saudara sepupu atau bahkan anak
kerabat. Dan teman sebaya itu memiliki anggota yang memiliki
kesamaan dalam hal umur.
f. Fungsi Peer Group
Kelompok teman sebaya merupakan suatu lingkungan yang penting dan
mendukung perkembangan sosial dan pribadi anak. Partisipasi di dalam peer
group menberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar
sosial. Melalui kelompok sebaya ini anak belajar menjadi manusia yang baik
sesuai dengan gambaran dan cita-cita masyarakat. Menurut Vembriarto
(1990:65-68) mengemukakan “Fungsi kelompok sebaya yaitu: 1) Anak belajar
bergaul dengan sesamanya, 2) Mempelajari kebudayaan masyarakat, 3)
Mengajarkan mobilitas sosial, 4) Mempelajari peran sosial yang baru, 5) Patuh
pada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan yang impersonal pula”
Untuk lebih jelasnya, fungsi Peer group dapat penulis uraikan sebagai
berikut :
51
1). Anak belajar bergaul dengan sesamanya
Di dalam kelompok sebaya, seorang remaja bergaul dengan
sesamanya. Remaja belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai
dengan cita-cita masyarakat. Dengan seringnya remaja bergaul dengan
sesamanya, maka ia akan mudah menyesuaikan pergaulan yang ada di
lingkungannya. Selain itu, remaja yang ikut dalam kelompok teman
sebaya akan mempunyai pengalaman yang banyak yang akan membantu
perkembangan psikologis remaja.
2). Mempelajari kebudayaan masyarakat
Kelompok teman sebaya juga mengajarkan budaya dewasa yang
merupakan bagian dari suku bangsa, agama, kelas sosial, dan budaya
daerah yang tersosialisasi diantara anggotanya. Jadi kelompok sebaya
juga merupakan kelompok yang yang mengajarkan tentang kebudayaan
masyarakat seperti agama, kelas sosial kepada anggota kelompok yang
ada didalamnya, agar kelompok tersebut tercipta toleransi, kerjasama,
dan rasa saling memiliki satu sama lain. Dengan kita menjadi anggota
kelompok teman sebaya, secara tidak langsung kita juga mempelajari
kebudayaan yang ada di masyarakat yang sering kita lupakan dari
kehidupan kita.
3). Mengajarkan mobilitas sosial
Di dalam masyarakat pasti terdapat kelas-kelas sosial yang berbeda
sesuai dengan derajat yang dimiliki. Misalnya ada kelas atas yang terdiri
dari pajabat pemerintah dan pengusaha, namun ada pula kelas bawah
yang terdiri dari buruh-buruh. Di dalam peer group kelas sosial bawah
dapat bergaul akrab dengan kelas sosial menengah atau atas. Remaja
kelas bawah menangkap dan mengadopsi cita-cita, nilai dan pola tingkah
laku remaja kelas sosial menengah atau atas. Sehingga biasanya akan
terjadi mobilitas sosial kelas bawah menjadi kelas sosial menengah atau
atas.
52
4). Mempelajari peran sosial yang baru
Dalam kehidupan sosial, semua orang mempunyai keinginan untuk
dapat bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial, selalu membutuhkan pertolongan dari orang lain
agar dapat mengaktualisasikan diri dalam penyesuaian diri dari
lingkungan masyarakat. Untuk itu proses mempelajari suatu peranan
sosial yang baru harus terus berjalan sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan dari masyarakat, maka individu secara tidak langsung juga
berusaha untuk mempelajari sosial yang baru agar dapat bertahan
didalam lingkungan masyarakat dimana individu itu tinggal.
5). Patuh pada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan yang
impersonal pula.
Dalam lingkungan pergaulan remaja tidak lepas dari kelompoknya,
karena kelompoknya selalu memberikan pengaruh dan motivasi yang
sangat besar. Apabila kelompok tersebut mengajarkan kedisiplinan
terhadap aturan dan kewibawaan, maka kelompok tersebut memberikan
pengaruh yang positif bagi anggota lainnya. Karena didalam peer group
diantara anggotanya saling terjadi ketertarikan dan saling mempengaruhi.
Sehingga apabila aturan sosial yang berada dalam masyarakat ditaati dan
dipatuhi oleh salah satu anggota, maka anggota yang lain juga akan
mengikutinya. Dalam kelompok itu pertama kalinya remaja menerapkan
prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Dengan demikian
kelompok teman sebaya merupakan suatu lingkungan yang penting dan
mendukung perkembangan pribadi dan sosial seorang remaja.
g. Sifat-sifat Kelompok Sebaya
Setiap kelompok sebaya mempunyai aturan baik yang bersifat maupun
yang eksplisit, harapan-harapan terhadap anggotanya, dan cara hidupnya
sendiri. Menurut Abu Ahmadi (2004:195) “kelompok sebaya dibedakan
menjadi kelompok sebaya yang bersifat informal dan kelompok sebaya yang
bersifat formal.”
53
Dari perbedaan sifat-sifat kelompok teman sebaya diatas akan penulis
jelaskan sebagai berikut :
1). Kelompok sebaya yang bersifat informal
Kelompok sebaya ini tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh
peraturan-peraturan, anggaran dasar, serta anggaran rumah tangga yang
tertulis. Kelompok sebaya informal ini dibentuk, diatur dan di pimpin
oleh anak sendiri. Kelompok teman sebaya yang bersifat informal dapat
terbentuk kapan saja dan dimana saja, tanpa adanya suatu peraturan yang
mengikat. Kelompok ini hubungannya intensif dan erat karena adanya
tatap muka yang sering dilakukan dan hubunganya bersifat kekeluargaan.
Yang termasuk kelompok sebaya informal ini adalah kelompok
permainan, geng, klik dan lainnya. Di dalam kelompok sebaya informal
tidak ada bimbingan dan partisipasi dari orang dewasa.
2). Kelompok sebaya yang bersifat formal
Kelompok sebaya yang bersifat formal atau kelompok resmi di
dukung oleh peraturan-peraturan, anggaran dasar serta anggaran rumah
tangga yang tertulis dan untuk mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan
bermasyarakat secara obyektif dan rasional. Didalam kelompok sebaya
bersifat formal ini ada bimbingan, partisipasi, atau pengarahan dari orang
dewasa. Apabila pengarahan dan bimbingan dari orang dewasa itu
diberikan secara bijaksana, maka kelompok sebaya yang formal ini dapat
mejadi proses sosialisasi nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat
dalam masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok sebaya formal
misalnya organisasi siswa baik intra maupun ekstra, perkumpulan
pemuda, perkumpulan olah raga, klub dan masih banyak lainnya.
h. Bentuk-bentuk Peer Group
Kelompok teman sebaya, khususnya pada remaja, mempunyai anggota
yang berbeda. Ada kelompok sebaya yang mempunyai anggota banyak,
namun ada pula peer group yang mempunyai anggota sedikit. Tiap-tiap
bentuk peer group terdiri dari komunitas yang berbeda-beda sesuai dengan
minat dan kesamaan yang dimiliki. Adapun penggolongan kelompok remaja
54
menurut Elizabeth B. Hurlock dalam Istiwidayanti (2005:215) yaitu teman
dekat, kelompok kecil, kelompok besar, kelompok terorganisasi, dan
kelompok geng.
Untuk lebih jelasnya bentuk-bentuk peer group tersebut akan penulis
uraikan sebagai berikut :
1). Teman dekat
Teman dekat biasa disebut dengan sahabat karib, dan biasanya
terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai jenis kelamin, minat
dan kemampuan yang hampir sama. Teman dekat adalah teman yang
biasanya diajak untuk berbagi baik senang maupun susah. Karena teman
dekat adalah teman yang mampu mengerti, memahami dan merasakan
apa yang dialami satu sama lain. Hubungan yang terjadi diantara teman
dekat lebih intensif dan lebih akrab karena mereka lebih sering bersama
dalam kehidupan sehari-hari. Diantara teman dekat biasanya saling
mempengaruhi, baik dalam mengambil keputusan maupun dalam
berperilaku sehari-hari. Selain itu teman dekat juga biasanya sering
memberikan suatu nasehat-nasehat dan saran apabila salah satu diantara
mereka bingung dalam menentukan pilihan.
2). Kelompok kecil
Kelompok kecil merupakan kelompok yang anggotanya terdiri dari
beberapa kelompok teman dekat. Awalnya diantara kelompok tersebut
terdiri dari jenis kelamin yang sama, namun kemudian seiring dengan
perkembangan zaman dan pergaulan yang sangat luas maka kelompok ini
meliputi jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Diantara orang-orang
yang berlainan jenis kelamin tersebut sering kali terjadi hubungan yang
akrab sehingga terbentuklah kelompok kecil ini. Di dalam kelompok ini
biasanya selalu merencanakan kegiatan bersama seperti makan bersama,
pergi bersama dan sebagainya.
3). Kelompok besar
Kelompok besar adalah kelompok yang terdiri dari beberapa
kelompok kecil dan teman dekat. Hubungan yang terjadi dalam
55
kelompok ini kemudian berkembang dengan meningkatkan minat dan
interaksi diantara mereka. Karena kelompok ini anggotanya banyak,
maka penyesuaian minat antar anggota-anggotanya berkurang sehingga
terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara mereka dan terjadi sangat
kompleks. Karena besarnya kelompok ini, maka ada anggota yang
hubungannya begitu dekat namun ada pula yang hubungannya tidak
terlalu akrab bahkan jauh.
4). Kelompok yang terorganisasi
Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atatu susunan
kepengurusan yang jelas dan terwujud dalam sebuah organisasi sekolah
atau masyarakat, dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sosial para
remaja. Sehingga dalam kelompok ini juga terdapat pembagian tugas
pada masing-masing anggota kelompok tersebut. Kelompok ini masih
berada dalam pengawasan dan bimbingan dari orang dewasa yang
berpengalaman, sehingga kadang-kadang anggota yang mengikuti
kelompok ini merasa bosan karena mereka terlalu diatur dan dibatasi
ruang geraknya. Kelompok yang terorganisasi ini misalnya OSIS, karang
taruna (organisasi kepemudaan) dan sebagainya.
5). Kelompok geng
Kelompok geng adalah kelompok yang terdiri dari anak-anak yang
berjenis kelamin sama dan biasanya memiliki minat utama yaitu untuk
menghadapi penolakan teman-teman memiliki perilaku sosial. Dalam
kelompok geng biasanya mempunyai keinginan untuk diperhatikan oleh
orang lain sehingga sering bertindak yang mengundang perhatian orang
lain. Kelompok geng sebenarnya tidak berbahaya asalkan orang dewasa
tetap mengarahkan dan mengawasi tingkah laku mereka. Karena dalam
kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya
kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan,
kebutuhan mencari pengalaman baru, dan kebutuhan rasa aman yang
semuanya tersebut tidak diperoleh dari keluarga dan masyarakat serta
sekolah.
56
B. Penelitian yang Relevan
Secara teoritis, kedisiplinan siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur dan
banyak faktor. Faktor dan unsur ini dapat berupa faktor yang berasal dari dari
dalam maupun dari luar individu. Dalam penelitian ini penulis mengkorelasikan
antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan.
Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini:
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Nawang Wulan tahun 2007
dengan judul ”Hubungan antara Peranan Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
dan Interaksi Siswa dalam Keluarga dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI
MAN 1 Sragen Tahun Ajaran 2006/2007”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
ada hubungan positif yang signifikan antara peranan kelompok teman sebaya
dengan kedisiplinan belajar yakni, rx1y = 0,402 dan p = 0,002 dengan peluang
galat (P<0,01) yaitu 0,002<0,01. Ada hubungan positif yang signifikan antara
interaksi siswa dalam keluarga dengan kedisiplinan siswa yakni, rx2y = 0,404 dan
p = 0,002 dengan peluang galat yaitu (P<0,01) yaitu 0,002<0,01. Dan ada
hubungan yang signifikan antara peranan kelompok teman sebaya dan interaksi
siswa dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar yakni, ry(x1,2) = 0,476 dan p =
0,001 dengan peluang galat yaitu (P<0,01) yaitu 0,001<0,01.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu
Widi Wijayanti tahun 2006 dengan judul ”Hubungan Keaktifan Berorganisasi
Intra Sekolah dan Pergaulan Peer Group dengan Kedisiplinan Siswa Kelas XI
SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2005/2006”. Hasil dari penelitian ini adalah
ada hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dengan
kedisiplinan yakni, rx1y = 0,440 dan p = 0,001 sesuai dengan kaidah uji hipotesis
P<0,01 yaitu 0,001<0,01. Ada hubungan yang signifikan antara pergaulan peer
group dengan kedisiplinan yakni, rx2y = 0,342 dan p = 0,010 sesuai dengan
kaidah uji hipotesis P<0,01 yaitu 0,010=0,01. Dan ada hubungan yang signifikan
antara keaktifan berorganisasi intra sekolah dan pergaulan peer group dengan
kedisiplinan yakni, ry(x12) = 0,229 dengan p = 0,001 sesuai dengan kaidah uji
hipotesis P<0,01 yaitu 0,001<0,01.
57
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, kedisiplinan adalah suatu keadaan
yang yang melibatkan banyak unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun kerangka berfikir penelitian yang penulis lakukan adalah :
1. Hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa.
Keaktifan berorganisasi adalah kegiatan dan kesibukan yang
dijalankan oleh siswa dalam menjalankan sebuah organisasi untuk
mencapai suatu tujuan, meliputi rutin mengikuti rapat organisasi, ikut
berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan dan patuh menjalankan
peraturan organisasi tersebut. Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam
mengikuti organisasi, baik di sekolah maupun di rumah akan memberikan
banyak keuntungan bagi siswa. Keuntungan dari mengikuti organisasi ini
adalah ia memiliki jiwa kepemimpinan, dapat memecahkan masalah secara
rasional itu yang terpenting dalam satu tim, memberi pelajaran dalam
bekerja dalam satu tim, dan masih banyak lagi manfaat yang tanpa disadari
ia dapatkan jika bergabung dengan organisasi. Dengan organisasi dapat
mendidik kita untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang, belajar untuk
menyatukan tujuan bersama. Sikap kedisiplinan akan terlihat dalam siswa
yang aktif berorganisasi karena sudah terlatih dan menjadi bagian
kesehariannya dalam berorganisasi. Sikap disiplin memang sangat di
perlukan sekali untuk mencapai suatu tujuan, dengan sikap disiplin siswa
akan mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan, untuk itu sikap disiplin
harus di pupuk sejak dini supaya dalam melakukan dalam segala hal dapat
tercapai dengan sukses. Siswa yang aktif ikut berorganisasi akan
mendorong terbentuknya sikap kedisiplinan. Jadi keaktifan berorganisasi
(X1) akan terdapat hubungan signifikan yang positif apabila seorang siswa
aktif dalam mengikuti kegiatan keorganisasian karena melatih sikap mental
positif sehingga kedisiplinan siswa (Y) akan meningkat.
58
2. Hubungan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa.
Kelompok teman sebaya (peer group) memberikan pengaruh yang
kuat dalam masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas
dari adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga
tiap anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu
kesatuan yang terikat dan saling mendukung. Kohesivitas peer group adalah
tingkat ketergantungan atau kedekatan hubungan diantara anggota
kelompok anak sebaya di mana ia dapat berinteraksi antara anggota yang
satu dengan yang lain sehingga timbul rasa saling membutuhkan. Apabila
interaksi dalam peer group ini berhasil, maka proses sosialisasi akan
berjalan baik dan mempunyai dampak positif bagi perkembangan anak.
Adanya kohesivitas dalam suatu kelompok membuat individu-individu
yang menjadi anggotanya akan bersedia melakukan kegiatan yang sama
diantara mereka. Individu akan cenderung berperilaku sama atau searah
dengan kelompok teman sebayanya tersebut. Apabila salah satu anggota
menerapkan kedisiplinan, maka anggota lainnya juga akan bertindak sama
dengan anggota tersebut. Jadi kohesivitas peer group (X2) akan terdapat
hubungan yang positif apabila salah satu anggota peer group memberikan
pengaruh yang baik khususnya dalam hal sikap dan kepribadian sehingga
kedisiplinan (Y) akan meningkat.
3. Hubungan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan
kedisiplinan siswa.
Keaktifan siswa di sekolah, rumah dan masyarakat adalah bentuk
peran aktif siswa dalam mencurahkan segala potensi yang ada pada dirinya
dalam berpikir atau bertindak untuk merealisasikan sesuatu terhadap suatu
objek dalam wadah usaha bersama dari sekelompok orang yang masing-
masing anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai
tujuan bersama, dalam hal ini keaktifan berorganisasi. Dengan aktif pada
organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup berkelompok di
masyarakat. Kegiatan dalam setiap organisasi membentuk sikap mental
positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan, kejujuran, dan percaya diri.
59
Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru,
yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang
ada dalam lingkungan keluarga remaja. Dalam jalinan yang kuat itu
terbentuk nilai, norma, dan simbol-simbol tersendiri, yang merupakan
simbol yang lain atau berbeda dengan yang ada di rumah mereka masing-
masing. Dalam kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan lingkungan
peer group (kelompok sebaya) dimana remaja menginginkan teman yang
mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mempercayakan
masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan
orang tua atau guru. Kedekatan inilah yang dapat menimbulkan rasa
ketertarikan dan rasa satu kesatuan yang mengambarkan hubungan yang
saling ketergantungan (atau yang sering disebut dengan kohesivitas)
diantara mereka akan membuat remaja cenderung berperilaku searah
dengan kelompok teman sebayanya. Dapat dikatakan bahwa seorang remaja
telah bergabung dengan suatu kelompok dan merasa cocok dengan
kelompok tersebut maka akan muncul kohesivitas yang kuat pada diri
remaja. Apabila teman-teman sebaya (peer group) itu memiliki motivasi
yang tinggi, jiwa kepemimpinan, disiplin bagi teman-teman yang lainnya.
Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa untuk
mendukung keberhasilan dalam proses belajar. Dengan keaktifan berorganisasi
dan kohesivitas peer group diharapkan seorang remaja mampu meningkatkan dan
memupuk sikap kedisiplinan. Karena kedisiplinan menjadi prasyarat bagi
pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan
mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Dengan demikian dua faktor
tersebut antar keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dimungkinkan
secara bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan kedisiplinan pada
siswa. Hal ini terjadi bila siswa terus aktif dalam mengikuti organisasi dan
kohesivitas peer group lebih ditingkatkan khususnya dalam pengaruh
pembentukan sikap mental positif. Jadi keaktifan berorganisasi (X1) dan
kohesivitas peer group (X2) akan memiliki hubungan yang positif dengan
kedisiplinan siswa (Y).
60
Dari uraian di atas, peneliti menggambarkan pemikiran yang tersusun pada
skema kerangka pemikiran sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan
kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo.
2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group
dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan
kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1
Tawangsari Sukoharjo.
Keaktifan Berorganisasi (X1)
Kedisiplinan siswa (Y)
Kohesivitas Peer Group (X2)
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Tawangsari. Adapun yang melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut adalah:
a. Tersedianya sumber informasi yang menyajikan data-data yang diperlukan
dalam pelaksanaan penelitian ini.
b. SMAN 1 Tawangsari belum pernah dijadikan objek penelitian dengan topik
yang sama dengan penelitian ini sehingga diharapkan akan berguna bagi
sekolah.
c. Adanya ijin dari pihak SMAN 1 Tawangsari.
d. Peneliti adalah alumnus SMAN 1 Tawangsari, sehingga penulis sudah
menjalin relasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang
diinginkan dalam penelitian.
e. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau oleh peneliti.
f. Populasi yang digunakan cocok untuk dijadikan obyek dalam penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan 7 bulan dari bulan Januari 2010 sampai dengan
bulan juli 2010. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
Tabel. 1 : Uraian Waktu Penelitian
Keterangan
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Proposal Konsultasi bab I, II dan perizinan
Konsultasi bab III dan mengumpulkan data
Analisis data Penyusunan laporan
61
62
B. Metode Penelitian
1. Pengertian Metode Penelitian
Untuk memperoleh suatu kebenaran dalam suatu penelitian diperlukan
metode ilmiah yang tepat, agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan. Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk
memperoleh kebenaran secara ilmiah yang dilakukan untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuanseorang peneliti
dituntut dapat memilih dan menetapkan metode yang tepat. Metode penelitian
yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian tidak sesuai dengan
tujuan penelitian. Berikut ini akan penulis paparkan beberapa definisi mengenai
metode penelitian yang dikemukakan oleh para ahli :
a. Menurut Kartini Kartono (1990:20) ”Metode penelitian adalah cara-cara
berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan
penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian”.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa metode penelitian merupakan
cara-cara beripikir dan berbuat yang dipersiapkan untuk mengadakan dan
mencapai tujuan penelitian yaitu memecahkan suatu permasalahan. Sebelum
mengadakan penelitian perlu untuk menetapkan cara yang akan digunakan
untuk mengali kebenaran dalam sebuah penelitian.
b. Menurut Winarno Surakhmad (1994:131) ”Metode merupakan cara utama
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk menguji
hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”.
Maksud dari pendapat di atas adalah bahwa metode dalam penelitian
adalah cara yang paling utama untuk digunakan sebagai alat mencapai tujuan
penelitian. Sehingga dapat dikatakan metode adalah alat untuk
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan suatu permasalahan yang
sedang diteliti.
Dari kedua pendapat di atas, maka penelitian dapat menyimpulkan
bahwa metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang
dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam sebuah penelitian. Melalui
metode ini peneliti dapat mengumpulkan data dan bisa mengali kebenaran
63
dalam rangka memecahkan suatu permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu
sebelum mengadakan penelitian, perlu menetapkan metode yang akan
dipakai dalam penelitian tersebut.
2. Macam-macam Metode Penelitian
Ada berbagai metode yang digunakan dalam penelitian, Consuelo G Sevilla,
Jesus A, O Chave, Twila C. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Uriert yang
diterjemahkan oleh Alimuntu Tuwu et al (1993:40) mengemukakan bahwa :
”metode yang dapat digunakan dalam penelitian ada 5 macam. Metode-metode penelitian yang dimaksud adalah metode penelitian sejarah (historis), metode penelitian deskriptif, metode penelitian eksperimen, metode penelitian expost facto (kausal komparatif), metode penelitian partisipatoris”.
Untuk memperjelas pendapat di atas tersebut, dapat penulis uraikan sebagai
berikut :
a. Metode penelitian sejarah (historis)
Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang menerapkan
pada metode pemecahan yang yang ilmiah dari perspektif historis dalam
suatu masalah. Metode ini merupakan sebuah proses yang meliputi
pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun menemukan gagasan
yang timbul dimasa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna
dalam usaha memahami situasi sekarang dan meramalkan perkembangan
yang akan datang.
b. Metode penelitian deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode penelitian
deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta sebagaimana
keadaan sebenarnya yang bertujuan agar bisa membuat deskripsi, gambar-
gambar atau lukisan secara sistematis, vaktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diseklidiki.
64
Penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis. Menurut Consoule G.
Sevilla et al (1993:73) jenis-jenis penelitian deskriptif antara lain :
1). Studi kasus 2). Survei 3). Penelitian Pengembangan (developmental study) 4). Penelitian Lanjutan (follow up study) 5). Analisis Dokumen 6). Analisis Kecenderungan (trend analysis) 7). Penelitian Korelasi (correlational study)
Secara singkat, jenis-jenis penelitian deskriptif tersebut dapat
dijabarkan penulis sebagai berikut :
1). Studi kasus
Studi kasus merupakan penelitian yang terinci tentang
seseorangatau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu. Pada metode
ini akan melibatkan kita dalam penelitian yang lebih mendalam dan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku individu. Contoh
studi kasus, misalnya penelitian tentang tradisi dalam suatu masyarakat
tertentu, tata pelaksanaan suatu upacara adap, dan lain sebagainya.
2). Survei
Survei merupakan metode yang lebih menekankan pada
penentuan informasi tentang variabel daripada informasi tentang
individu. Metode survei ini digunakan untuk mengukur gejala-gejala
yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada (exist).
Contoh survei antara lain pendataan tentang prestasi akademik siswa,
sensus penduduk.
3). Penelitian Pengembangan (developmental study)
Penelitian perkembangan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan
dan perkembangan suatu variabel yang sejalan dalam kurun waktu
tertentu. Contoh dari studi pengembangan adalah penelitian mengenai
metode pembelajaran yang inovatif dan pengaruhnya terhadap prestasi
siswa, kurikulum, dan sebagainya.
65
4). Penelitian Lanjutan (follow up study)
Penelitian ini bermaksud untuk menyelidiki perkembangan
lanjutan para subjek setelah diberi perlakuan tertentu atau setelah
kondisi tertentu. Penelitian ini biasa digunakan untuk menilai
kesuksesan program-program tertentu. Contoh dari penelitian lanjutan
antara lain penelitian keefektifan metode diskusi terhadap mental siswa
untuk mengemukakan pendapat, keefektifan program Keluarga
Berencana terhadap pengendalian jumlah penduduk dan sebagainya.
5). Analisis Dokumen
Analisis dokuman adalah metode atau cara yang digunakan
apabila kita ingin mengumpulkan data melalui pengujian arsip-arsip dan
dokumen. Contoh dari analisis dokuman yaitu penyelidikan tentang
berapa banyak rubrik pendidikan yang termuat dalam surat kabar
(Koran) setiap hari.
6). Analisis Kecenderungan (trend analysis)
Metode analisis kecenderungan adalah metode yang bertujuan
untuk mencari proyeksi permintaan atau keperluan orang-orang di masa
depan. Analisis kecenderungan dipakai untuk meramalkan suatu gejala.
Contoh dari analisis kecenderungan adalah sekolah swasta dan negeri
harus membuat perencanaan mata pelajaran yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan tenaga kerja pada masa depan.
7). Penelitian Korelasi (correlational study)
Penelitian korelasi adalah penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam
suatu populasi. Melalui penelitian ini kita dapat menentukan apakah ada
dan seberapa kuat hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh dari
penelitian korelasi adalah hubungan antara media pembelajaran yang
dipakai dan kedisiplinan dengan prestasi akademik siswa.
c. Metode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimental dilakukn denagn mengadakan
kegiatan percobaan untuk memperoleh suatu hasil. Tujuan eksperimental
66
adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara
membandingkan berbagai peristiwa dimana terdapat fenomena tertentu.
Metode ini digunakan pada penelitian-penelitian dengan mengadakan
kegiatan percobaan untuk melihat atau memperoleh suatu hasil dan
mempunyai tujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa kondisi terhadap
suatu gejala.
d. Metode penelitian expost facto (kausal komparatif)
Metode penelitian expost facto adalah metode atau cara-cara penelitian
yang dilakukan tanpa eksperimen, artinya variabel bebas atau perlakuan
(treatment) telah terjadi secara apa adanya (alamiah) tanpa dimanipulasi, dan
pengukuran (pengumpulan data) untuk semua variabel dilakukan dalam
waktu yang sama, setelah perlakuan berjalan lanjut.
e. Metode penelitian partisipatoris
Penelitian partisipatoris melibatkan semua partisipan dalam proses
penelitian, mulai dari formulasi masalah sampai dengan diskusi bagaimana
masalah tersebut diatasi dan bagaimana penemuan-penemuan akan
ditafsirkan. Partisipan penelitian harus melihat proses penelitian sebagai
keseluruhan pengalaman masyarakat dimana kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dibangun, dan kesadaran serta kesepakatan dalam masyarakat
ditingkatkan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif korelasional
karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan sifat atau keadaan yang
sementara sedang berjalan dan berusaha meneliti sejauh mana hubungan antara
variabel satu dengan variabel yang lainnya. Penelitian ini tidak hanya berusaha
menggambarkan suatu fenomena yang sesuai dengan fakta yang ada akan tetapi
juga mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti dengan cara
menguji hipotesis. Adapun variabel tersebut adalah variabel bebas yang dalam hal
ini adalah keaktifan berorganisasi yang diberi kode (X1) dan kohesivitas peer
group yang diberi kode (X2) kemudian variabel terikat dalam hal ini adalah
kedisiplinan siswa yang diberi kode (Y).
67
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Dalam sebuah penelitian, tidak akan terlepas dengan adanya penetapan
mengenai populasi dan sampel. Hal ini terjadi karena populasi dan sampel
merupakan subjek penelitian dan keduanya merupakan sumber data dalam sebuah
penelitian.
1. Populasi
Dalam suatu penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu objek penelitian
yang sering disebut dengan populasi. Populasi dalam suatu penelitian merupakan
suatu kelompok individu yang menjadi objek untuk diselidiki. Aspek-aspek yang
diselidiki dalam penelitian ini adalah aspek keaktifan berorganisasi, kohesivitas
peer group dan kedisiplinan siswa. Berikut ini ada beberapa pengertian mengenai
populasi yang disampaikan oleh para ahli :
a. Menurut Sugiyono (2006:55), ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Pendapat diatas dapat diartikan bahwa populasi merupakan wilayah
generalisasi dalam suatu penelitian yang terdiri atas obyek dan subyek yang
mempunyai kesamaan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti. Sehingga
populasi bisa berupa hewan atau tumbuhan dan benda-benda alam lainnya
yang memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik inilah yang digunakan
oleh peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya digeneralisasi.
b. Sutrisno Hadi (2001:102), bahwa ”Populasi adalah sejumlah individu yang
mempunyai sifat yang sama.”
Pendapat tersebut mengandung makna bahwa populasi merupakan
sejumlah individu yang mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik
sehingga dapat dijadikan sebagai obyek dalam penelitian. Dari obyek inilah,
maka akan ditarik kesimpulan.
Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek maupun obyek yang akan
dipelajari dan diteliti. Populasi dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, atau
68
peristiwa lainnya yang mempunyai karakteristik tertentu yang sebelumnya telah
ditetapkan oleh peneliti untuk ditarik kesimpulan. Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Tawangsari tahun
ajaran 2009/2010.
2. Sampel
Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dilibatkan dalam
penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan
dalam diri peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sampel untuk membatasi jumlah
populasi yang dapat mewakili populasi tersebut. Berikut ini ada beberapa
pengertian dari populasi yang disampaikan oleh para ahli :
a. Sugiyono (2006:56), ”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Pendapat diatas mengandung arti bahwa sampel merupakan sebagian
dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat
mewakili populasi tersebut. Sampel inilah yang akan menjadi sumber data
dalam penelitian untuk ditarik kesimpulan.
b. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), ”Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti.”
Pendapat diatas mempunyai makna bahwa sampel bagian atau
sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi yang akan
diteliti. Hasil penelitian dari sampel inilah yang akan mewakili seluruh
populasi penelitian.
Dari beberapa pendapat diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang digunakan untuk
mewakili populasi tersebut dan dijadikan sebagai objek penelitian. Penentuan
sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi, karena nantinya
akan digeneralisasikan kepada populasi. Jadi sampel harus representatif atau
mewakili populasi dalam penelitian tersebut. Mengenai besar kecilnya
pengambilan sampel, pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk
menentukan untuk menentukan ukuran sampel.
69
3. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk memperoleh sampel dalam penelitian, maka digunakan teknik
sampling agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasi yang ada.
Maksudnya adalah agar peneliti mendapatkan sampel yang representatif atau
dapat mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel ini sering disebut
dengan teknik sampling. Banyak para ahli yang mendefinisikan teknik sampling
menurut pandanganya masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menurut Sutrisno Hadi (2000:75) mengemukakan bahwa ” Sampling adalah
cara yang digunakan untuk mengambil sampel”.
Pendapat tersebut mengandung arti bahwa teknik sampling adalah
cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah sampel
yang akan diteliti. Hal ini disebabkan dalam sebuah penelitian jumlah
populasi biasanya tidak dikenai penelitian semua, namun hanya sebagian saja
atau yang sering disebut dengan sampel.
b. Menurut Iqbal Hasan (2002:85) ”metode sampling adalah cara pengumpulan
data yang hanya mengambil sebagian elemen populasi atau karakteristik
yang ada dalam populasi”.
Maksud dari pendapat diatas adalah bahwa teknik sampling merupakan
cara atau upaya pengumpulan data dengan mengambil sebagian dari elemen
dan karakteristik yang ada di dalam populasi atau yang sering kita sebut
sampel. Dengan kata lain tidak semua populasi dikenai penelitian namun
hanya sebagian dari karakteristik populasi saja.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan diatas, maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa teknik sampling adalah teknik atau cara yang
digunakan oleh peneliti untuk menetapkan jumlah sampel yang akan
mewakili jumlah populasi dalam penelitian. Dengan menggunakan cara atau
teknik ini diharapkan dapat mewakili populasi yang ada karena nantinya
hasil penelitian ini yang akan ditarik kesimpulannya dan bisa
menggambarkan keadaan populasi.
70
Pengambilan sampel dalam suatu penelitian memerlukan teknik tersendiri.
Menurut Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu (1993:163-169)
menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi menjadi lima macam,
yaitu:
a. Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampel) 1). Tabel nomer acak 2). Pengambilan sampel melalui undian
b. Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling) c. Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling) d. Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling) e. Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)
1). Pengambilan sampel purposif 2). Pengambilan sampel kuota 3). Pengambilan sampel dipermudah (convenience)
Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling diatas maka
penulis akan menguraikannya sebagai berikut :
a. Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampel)
Dalam teknik ini pengambilan sampel dilakukan secara random atau
tanpa pandang bulu. Dalam random sampling semua individu dalam populasi
baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel atau anggota terpilih sebagai sampel
tidak mempengaruhi peluang anggota yang lain, maka dari itu teknik ini
sering disebut sebagai teknik yang paling baik. Teknik pengambilan sampel
secara acak meliputi :
1). Tabel nomer acak
Teknik ini merupakan teknik yang paling sistematis dalam
perolehan unit-unit sampel melalui acak. Tabel acak berisi kolom-
kolom digit yang umumnya dihasilkan melalui komputer untuk
meyakinkan susunan acak. Hampir semua buku statistika dalam
penelitian membuat tabel-tabel nomor acak.
2). Pengambilan sampel melalui undian
Teknik ini disebut juga dengan fishbowl. Adapun teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel melalui undian dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
71
a) Undian dengan pengembalian (with replacement)
b) Undian tanpa pengembalian (without replacement)
Adapun penjelasan dua teknik undian diatas adalah sebagai berikut
a) Undian dengan pengembalian (with replacement)
Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan cara
mengundi seluruh populasi penelitian sehingga keluar salah satu
sampel, kemudian sampel yang sudah keluar dikembalikan lagi dan
kembali diikutsertakan dalam proses pengundian selanjutnya. Proses
pengundian dengan cara ini lebih baik digunakan karena dengan
teknik ini mempunyai intensitas ketetapan pengembalian sampel
yang tetap.
b) Undian tanpa pengembalian (without replacement)
Teknik ini sering disebut dengan simple random sampling
dimana individu yang telah keluar dalam proses undian maka dia
tidak lagi ikut diundi, maka dari itu tidak akan ada kemungkinan
muncul nama yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel dalam
populasi mempunyai satu kali kesempatan untuk dijadikan sampel.
b. Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling)
Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya
dibolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan keanggotaan
dalam sampel. Yang dimaksud dengan sistem ini dalam hal ini adalah
strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah memulai
pemilihan acak, misalnya memilih nomer genap atau ganjil atau kelipatannya
tertentu dari suatu daftar yang telah disusun.
c. Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling)
Pengambilan sampel strata dilakukan dengan cara populasi atau elemen
populasinnya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.
Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkat harus
mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal
ini proporsi dari jumlah subyek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan dalam
populasi yang harus dicerminkan dalam sampel, sehingga mereka dapat
72
dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini sub-sub
kelompok (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili
dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub analisis dari
anggota sub-kelompok tersebut.
d. Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling)
Dalam teknik pengambilan sampel ini, satuan-satuan sampel tidak
terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau kluster. Sampling
ini dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan terhadap
kluster dipandang lebih murah dan mudah daripada observasi terhadap
individu yang terpencar-pencar.
e. Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)
Dalam pengambilan sampel ini tiap anggota populasi tidak mempunyai
pelluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel dalam penelitian. Beberapa
bagian tertentu dalam semua kelompok secara sengaja tidak dimasukkan
dalam pemilihan untuk mewakili sub-kelompok. Teknik pengambilan sampel
secara non acak meliputi :
1). Pengambilan sampel purposif
Dalam pengambilan sampel ini, pemilihan sekelompok subyek
didasarkan pada atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki
kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu
keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu di ragukan lagi.
Dengandemikian peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok
dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil beberapa
kelompok kunci saja.
2). Pengambilan sampel kuota
Dalam kuota sampling yang harus dan penting untuk dilakukan
adalah penetapan jumlah subyek yang akan diteliti. Kemudian
permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang menjadi
responden diserahkan kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk
mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Ciri utama dari kuota sampling adalah jumlah subyek yang sudah
73
ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut
mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan.
3). Pengambilan sampel dipermudah (convenience)
Dalam pengambilan sampel dipermudah, pengambilan sampel
didasarkan atas kemudahan dari peneliti. Pengambilan sampel ini
dilakukan agar tidak menyulitkan peneliti untuk melakukan teknik
pengambilan sampel.
Untuk menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini, peneliti mengacu
pada pendapat Sutrisno Hadi (1994:221) menyatakan ”Sampel adalah bagian
objek yang diteliti, untuk menetapkan besarnya sampel, langkah-langkah yang
dilakukan adalah apabila subjeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100, maka
sampel yang diambil 20% sampai 25%”. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI di SMAN 1 Tawangsari tahun pelajaran 2009/2010. Populasi
dalam penelitian ini berjumlah 267 siswa. jumlah sampel tersebut diperoleh
berdasarkan perhitungan sebagai berikut : 20% X 267 = 54 siswa.
Dalam penelitian ini akan digunakan teknik simpel random sampling,
alasannya karena setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk menjadi anggota sampel. Anggota dari populasi diseleksi secara bebas
dalam satu waktu, satu kali mereka diseleksi maka tidak ada kesempatan untuk
kedua kali. Keuntungan dari simpel random sampling adalah sampel yang di dapat
tidak biasa dan tanpa banyak menggunakan teknik sulit, maka dari itu semua
anggota populasi mempunyai peluang yang sama menjadi sampel. Untuk itu
teknik simple random sampling peneliti pilih agar lebih cepat dan tidak memakan
waktu banyak. Teknik pengambilan sampel ini, sampel diambil dengan cara
undian satu kali kesempatan. Sampel yang sudah keluar dalam undian tidak lagi
mempunyai kesempatan diundi lagi, sehingga tidak mungkin muncul nama yang
sama, hal ini dilakukan agar tiap individu dalam populasi memiliki kesempatan
yang sama sebagai sampel.
74
Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan lokasi penelitian , yaitu di SMAN 1 Tawangsari
b. Menetapkan populasi penelitian, yaitu kelas XI
c. Seluruh populasi terbagi menjadi 8 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3,
XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4, XI Bahasa
d. Membuat daftar yang berisikan semua subyek dalam populasi
e. Memberi kode angka pada setiap subyek
f. Menuliskan kode angka tersebut pada kertas-kertas kecil
g. Menggulung kertas yang bertuliskan kode itu baik-baik
h. Memasukkan gulungan kertas tersebut pada sebuah kaleng
i. Mengocok kaleng tersebut
j. Mengambil kertas sebanyak sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan
metode simple random sampling atau random sampling dengan teknik
undian tanpa pengembalian pada kelas-kelas sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk
mendapatkan data tentang masalah yang diselidikinya. Data merupakan faktor
penting dalam suatu penelitian, untuk dapat mencapai syarat validitas dan
reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara atau teknik pengumpulan
data yang tepat. Sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan dua teknik yaitu teknik utama dan teknik bantu.
1. Teknik Utama
1. Angket
1). Pengertian Angket
Data merupakan faktor penting dalam suatu penelitian.
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh suatu data atau
keterangan yang benar dan dapat dipercaya. Untuk dapat mencapai syarat
validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian maka diperlukan cara
atau teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik yang digunakan dalam
75
pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode angket. Ada
beberapa ahli yang memberikan definisi tentang angket yaitu sebagai
berikut :
a) Menurut Sanapiah Faisal (2001:122) ”angket adalah angket
pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis
ditujukan kepada subyek atau responden dalam penelitian.”
Maksud dari pendapat di atas adalah bahwa angket
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis dan ditujukan
untuk responden atau subyek dalam suatu penelitian. Sehingga data
yang dikumpulkan adalah berupa jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti.
b) Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128) ”angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang diketahui”.
Dari pendapat tersebut diatas mengandung arti bahwa angket
merupakan daftar pertanyaan tertulis yang dibuat dengan tujuan
memperoleh informasi mengenai data pribadi dan hal-hal yang
diketahui dari responden dalan suatu penelitian. Jawaban dan
tanggapan dari responden juga tertulis dan seperlunya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang berisi
daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada responden/subyek
penelitian untuk mendapatkan informasi. Data yang terkumpul dari
angket yaitu berupa jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan
oleh peneliti.
2). Jenis-Jenis Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis
kepada subjek penelitian yang memperoleh jawaban atau tanggapan
secara tertulis sepenuhnya. Angket pada umumnya meminta keterangan
76
tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai
pendapat dan sikap. Maksud serta tujuan penelitian akan mempunyai
pengaruh terhadap materi serta bentuk pertanyaan yang ada dalam angket
atau kuesioner.
Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Apabila di lihat dari cara penyampaiannya, menurut Kartini Kartono
(1990:224) membedakan angket menjadi dua jenis, yaitu : angket
langsung dan angket tidak langsung. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut :
a) Angket langsung
Angket ini diberikan secara langsung kepada responden yang
diminta informasi tentang dirinya, dapat berupa tanggapan pribadi,
keyakinan, minat dan sebagainya.
b) Angket tidak langsung
Angket ini diberikan kepada responden untuk menilai keadaan
psikis orang lain. Responden tidak memberikan jawaban secara
langsung mengenai keadaan dirinya akan tetapi menjelaskan
keadaan orang lain.
Suharsimi Arikunto (2002:140) mengemukakan macam-macam
angket antara lain :
a) Dipandang dari cara menjawabnya, ada: (1). Angket terbuka, yang memberi kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri. (2). Angket tertutup, yang sudah disediakan jawabanya, sehingga
responden tinggal memilih. b) Dipandang dari bentuknya, angket dapat dibedakan menjadi empat
jenis yaitu : (1). Angket pilihan ganda, sebuah pertanyaan disusun dengan
berbagai kemungkinan jawaban, responden diminta memilih salah satu dari beberapa pilihan jawaban.
(2). Angket isian, sebuah pertanyaan ditulis dalam kalimat pertanyaan atau perumusan dan ada beberapa kalimat yang dihilangkan.
(3). Angket chek list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda cek (ü) pada kolom yang sesuai.
77
(4). Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkat, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Dalam penelitian ini, angkat yang digunakan adalah angket
langsung tertutup dengan bentuk pilihan ganda. Alasan digunakan teknik
ini adalah karena angket akan diberikan langsung kepada responden
untuk diisi. Bentuk pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar
memudahkan responden untuk memilih jawaban yang disediakan dalam
bentuk pilihan ganda yang telah disediakan dengan membatasi jawaban
yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
3). Kelebihan dan Kelemahan Angket
Angket adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Angket juga memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah
sebagai berikut.
Menurut Sutrisno Hadi (2000:157) metode angket banyak
digunakan oleh peneliti berdasarkan anggapan-anggapan sebagai berikut:
a) Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. b) Apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya. c) Interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti.
Anggapan-anggapan tersebut mempunyai beberapa kelemahan,
seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi (2000:157) yaitu :
a) Unsur-unsur yang tidak disadari akan dapat terungkap. b) Besar kemungkinan jawaban-jawaban yang diberikan dipengaruhi
oleh keinginan-keinginan pribadi. c) Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu ditanyakan, misalnya hal-hal
yang memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan.
d) Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasa. e) Ada kecenderungan untuk berkonstruksi secara logis unsur-unsur
yang dirasa kurang berhubungan secara logis.
78
4). Langkah-Langkah Menyusun Angket
Sedangkan langkah-langkah menyusun angket dapat penulis
uraikan sebagai berikut :
a) Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
langsung dan tertutup yaitu berupa angket yang daftar pertanyaanya
langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat,
keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya
sendiri.
b) Kisi-kisi Angket
Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat
ukur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat
ukur ini berupa kisi-kisi angket. Konsep ini dijabarkan ke dalam
variabel dan indikator yang dijadikan pedoman dalam menyusun
item-item angket sebagai instrumen pengukuran.
c) Butir Angket
Penyusunan butir-butir sebagai alat ukur didasarkan pula kisi-
kisi angket yang telah dibuat sebelumnya. Setelah indikator
ditetapkan, kemudian dituangkan kedalam butir-butir angket yang
terdiri butir positif dan butir negatif.
d) Prosedur Penyusunan Angket
Mengenai prosedur yang yang penulis tempuh dalam
penyusunan angket adalah :
(1). Menetapkan tujuan
Dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket ini adalah
untuk memperoleh data tentang keaktifan berorganisasi,
kohesivitas peer group, dan kedisiplinan.
(2). Menetapkan aspek yang ingin diungkap
Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap maka
digunakan kisi-kisi angket. Kisi-kisi instrumen diperlukan
79
untuk memperjelas serta mempermudah pembuatan item-item
instrumen. Pembuatan kisi-kisi dalam instrumen ini
disesuaikan dengan indikator-indikaator yang sudah ditentukan
sebelumnya dan disesuaikan dengan lingkup masalah dan
tujuan yang hendak dicapai.
(3). Menentukan jenis dan bentuk angket
Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket
langsung tertutup. Alasan digunakan teknik ini karena angket
akan diberikan langsung kepada responden untuk diisi. Bentuk
pertanyaanya adalah pertanyaan tertutup agar memudahkan
responden untuk memilih jawaban yang telah disediakan dan
membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden
sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
(4). Menyusun item angket
Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket.
Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah
sebagai berikut :
(a) Membuat item-item pertanyaan.
(b) Membuat surat pengantar angket.
(c) Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket.
(5). Menentukan skor
Setelah angket disusun, maka disusun skor dari masing-
masing jawaban. Dalam penelitian angket ini, setiap item
mempunyai alternatif jawaban dan skor antara 1 sampai 4. dari
alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai sebagai
berikut:
80
Bentuk item positif
(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 4
(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3
(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2
(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 1
Bentuk item negatif
(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1
(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2
(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3
(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4
5). Uji Coba (Try Out) Angket
Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji cobakan
terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try
out. Tujuan diadakan try out ialah agar mendapatkan angket yang benar-
benar valid. Oleh karena itu instrumen penelitian perlu diuji melalui uji
validitas dan reliabilitas sebelum diterapkan di lapangan.
Dalam penelitian ini, try out dilakukan di SMAN 1 Tawangsari
pada kelas XI tahun ajaran 2009/2010 20 siswa. menurut Sutrisno Hadi
(2000:166) maksud diadakan try out adalah sebagai berikut :
a) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
b) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
c) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
d) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maksud peneliti
mengadakan try out angket ini adalah :
a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan tidak
jelas.
b) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak
diperlukan.
81
c) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden.
d) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan
penelitian.
Selain itu, tujuan diadakan try out terhadap angket adalah untuk
mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan
untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam
menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket
tersebut memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.
a) Uji validitas angket
Menurut Nasution (2003:74) ”suatu alat pengukur dikatakan
valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang akan di ukur”. Dengan demikian validitas adalah
kesesuaian antara alat ukur dengan hal yang akan diukur. Penelitian
ini menggunakan teknik validitas internal yaitu korelasi antara skor
dengan skor total untuk menghitung besarnya koefisian korelasi
menggunakan teknik product moment dengan rumus:
xyr = ( )( )( ) ( ){ }{ }2222 YYnXXn
YXXYn
å-åå-å
åå-å
(Saifuddin Azwar, 2002:19)
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Xå = jumlah skor dalam sebaran X
Yå = jumlah skor dalam sebaran Y
XYå = jumlah perkalian skor X dan skor Y yang berpasangan
2Xå = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
2Yå = jumlah skor yang di kuadratkan dalam sebaran Y
n = jumlah subyek
82
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian validitas item
adalah sebagai berikut :
(1). Membuat tabulasi hasil skor angket
(2). Mencari skor untuk variabel x
(3). Mencari skor untuk variabel y
(4). Mencari skor untuk kuadrat x
(5). Mencari skor untuk kuadrat y
Kriteria uji validitas tersebut adalah jika p<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah valid, sebaliknya jika
p>0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak valid.
b) Uji Reliabilitas
Menurut Sudarwan Danim (2000:195) ”reliabilitas instrumen
adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur
meskipun digunakan secara berulang kali pada subyek yang sama
ataupun berbeda”. Dengan demikian reliabilitas merupakan istilah
yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
sampel konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih
bahkan untuk subyek yang sama dan berbeda. Dengan kata lain
reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menghitung
reliabilitas digunakan rumus alpha cronbach sesuai dengan rumus
Saifuddin Azwar (2002:78) sebagai berikut :
11r = ( )úûù
êë
é-1kk
úû
ùêë
é å-
21
2
1ss b
Keterangan :
11r = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal
2bs = Varians butir
21s = Varians total
83
Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika p<0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah reliabel, sebaliknya jika
p>0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak reliabel.
2. Teknik Bantu
1. Dokumentasi
Selain menggunakan metode angket, penelitian ini juga menggunakan
metode dokumentasi yang merupakan teknik bantu. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002:148) yang dimaksud dengan ”Metode dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulan rapat, legger, agenda dan
sebagainya”. Dengan demikian dokumentasi merupakan suatu metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data melalui hal-hal atau variabel mengenai
bukti tertulis. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah
1). Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan
menghemat waktu
2). Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya.
3). Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.
4). Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan.
Metode dokumantasi dalam penelitian ini merupakan metode yang
digunakan untuk memperoleh data yang berupa data tertulis, antara lain
tentang jumlah siswa dan daftar nama siswa yang bisa penulis dapatkan
dikantor TU (Tata Usaha).
2. Observasi
Di dalam pergertian psikologik, observasi atau yang disebut pula
dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu
obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini hanya digunakan
sebagai pendukung saja dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran
umum wilayah penelitian dengan jelas.
84
3. Wawancara
Interview atau yang disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
responden (interviewer). Metode ini sebagai metode bantu dalam penelitian
yang digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang
disusun dalam angket sudah dipahami oleh responden atau belum.
3. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau yang disebut juga variabel eksperimental, atau
variabel X adalah variabel yang diselidiki pengaruhnya. Sebagai variabel
bebas dalam penelitian ini adalah keaktifan berorganisasi (X1) dan kohesivitas
peer group (X2).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau disebut juga variabel kontrol, variabel ramalan,
ataupun variabel Y, adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam
hubungan yang fungsional (atau sebagai pengaruh dari) variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kedisiplinan siswa (Y).
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini data mengenai keaktifan berorganisasi, kohesivitas
peer group dan kedisiplinan siswa diambil dari siswa kelas XI SMA Negeri 1
Tawangsari tahun ajaran 2009/2010.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi multiple dengan dua prediktor yaitu cara atau teknik khusus untuk
mencari hubungan antar dua variabel (sebagai prediktor) dengan variabel lain
(sebagai kriterium). Alasan digunakan teknik ini adalah :
85
1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel
kriterium,
2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus
dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.
Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam
analisis dengan pedoman sebagai berikut :
Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer :
Jika P (probabilitas) <0,01 = sangat signifikan
Jika P (probabilitas) <0,05 = signifikan
Jika P (probabilitas) <0,15 = cukup signifikan
Jika P (probabilitas) <0,30 = kurang signifikan
Jika P (probabilitas) >0,30 = tidak signifikan
Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (Menggunakan Tabel Signifikansi)
Jika P (probabilitas) <0,01 = sangat signifikan
Jika P (probabilitas) <0,05 = signifikan
Jika P (probabilitas) >0,05 = tidak signifikan
Dalam uji butir tes menggunakan signifikansi p<0,05.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji
persyaratan analisis regresi ganda adalah :
1. Menyusun tabulasi data dari keaktifan berorganisasi (X1), kohesivitas peer
group (X2), dan kedisiplinan siswa (Y).
2. Penyajian data statistik (deskripsi data) yang diperlukan
3. Menghitung harga a, b1, dan b2 dari persamaan garis regresi
Rumus persamaan regresi untuk dua prediktor adalah :
Ù
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Ù
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
86
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka
naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu.
4. Pengujian prasyarat analisis data
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu
variabel acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
X 2 = åfh
fhfo 2)( -
(Sutrisno Hadi 2001:346)
Keterangan :
X 2 = koefisien chi kuadrat
Fo = jumlah frekuensi yang telah diperoleh
Fh = jumlah frekuensi yang diharapkan
Jika p>0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal,
sebaliknya jika p<0,05 maka data yang diperoleh tidak berdistribusi
normal.
b. Uji homogenitas populasi
Untuk menguji homogenitas populasi digunakan uji Bortlet yaitu
dengan menggunakan uji chi kuadrat ( 2C ). Apabila Xo<Xt, maka
hipotesis diterima. Oleh karena itu populasi yang diteliti adalah
homogen.
c. Uji linieritas
Uji linieritas variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y adalah untuk
mengetahui tingkat kelinieran data atau untuk mengetahui bahwa setiap
peningkatan variabel X juga diikuti dengan variabel Y. Uji linieritas
dilakukan dengan mengunakan rumus dari Sudjana (2001:332) sebagai
berikut :
87
1). JK (G) = å 1X( )
úúû
ù
êêë
é- åå N
YY
2
2
2). JK (TC) = JK (S) – JK (G)
3). dK(G) = n – K
4). dK (TC) = k – 2
5). RJK (TC) = )(
)(
T Cd f
T CJ K
6). RJK (G) = )(
)(
Gd f
GJ K
7). F hitung = )(
)(
GR J K
T CR J K
Keterangan :
JK (G) = Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
dK (G) = Derajat Kebebasan Galat
dK (TC) = Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJK (G) = Kuadrat Tengah Galad
RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok
Jika p>0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier,
sebaliknya jika p<0,05 maka korelasinya tidak linier.
5. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis ini menggunakan uji regresi
ganda. Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian
ini adalah :
88
a. Uji hipotesis pertama dan kedua
yxr ,1 =
( )( )( ){ } ( ){ }222
12
1
11
YYnXXn
YXYXn
å-åå-å
åå-å
(Sutrisno Hadi, 2001:4)
Keterangan :
n = Menyatakan jumlah data observasi
X = Variabel predictor
Y = Variabel kriterium
yxr ,1 = Koefisien korelasi X1 dan Y
yxr ,2 = Koefisien korelasi X2 dan Y
b. Uji hipotesis ketiga
2
2211
)2,1( Y
YXaYXa
yrå
+ åå=
(Sutrisno Hadi, 2001:225)
Keterangan :
ry(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2
a1 = Koefisien prediktor X 1
a2 = Koefisien prediktor X 2
X1Y = Jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y = Jumlah produk antara X2 dan Y
2yå = Jumlah kuadrat kriterium Y
Jika p> 0,05 maka data yang diperoleh korelasinya signifikan,
sebaliknya jika p<0,05 maka data yang diperoleh korelasinya tidak
signifikan.
89
6. Pengujian signifikansi R.
Langkah selanjutnya adalah mengadakan uji signifikansi atau keberartian
antara kriterium dengan prediktor-prediktornya. Uji signifikansi
menggunakan rumus :
F reg =)1(
)1(2
2
RmmNR
---
Keterangan :
F reg = harga F garis regresi
N = jumlah sampel
R = pengaruh secara bersama-samaX1, X2 terhadap Y
m = jumlah kelompok dalam sampel
7. Pengujian signifikansi koefisien regresi.
Untuk menghitung t dengan rumus :
t = bS
b
jika to > tt , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga yang di uji berarti.
8. Penghitungan Sumbangan Relatif dan sumbangan Efektif.
Mencari sumbangan relatif sumbangan relatif X1 dan X 2 terhadap
Y dengan rumus:
Untuk X1 = ( )%1 0 011 x
regJK
YXa å
Untuk X 2 = ( )%10022 x
regJK
YXa å
(Sutrisno Hadi, 2001: 42)
Untuk mencari sumbangan efektif X1 dan X 2 terhadap Y, dengan rumus:
R 2 =SE = ( )( )
%1 0 0xTJ K
re gJ K
90
a) Mencari sumbangan efektif X1 terhadap Y:
SE% X1 = SR% X2
1 xR
b) Mencari sumbangan efektif X 2 terhadap Y :
SE% X 222 % xRXSR=
(Sutrisno Hadi, 2001: 46)
Keterangan :
SR : Sumbangan Relatif masing-masing prediktor.
SE : Sumbangan Efektif masing-masing prediktor.
R² : Koefisien antara X1 dan X2.
Dimana R 2 = SE adalah efektifitas garis regresi.
9. Penulisan Kesimpulan.
91
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tawangsari adalah salah satu SMA
Negeri yang ada di kabupaten Sukoharjo dan merupakan satu-satunya SMA
Negeri di kecamatan Tawangsari. Secara geografis SMA Negeri 1 Tawangsari
terletak di bagian selatan kabupaten Sukoharjo, tepatnya berada di Jl. Pattimura
No. 105, Tawangsari Sukoharjo. Batas-batas SMA Negeri 1 Tawangsari :
a. Timur : Areal persawahan
b. Selatan : Jalan Pattimura / Lembaga Primagama
c. Barat : Areal persawahan
d. Utara : Perkampungan penduduk.
Sedangkan kondisi fisik sekolah memiliki luas tanah 24.320 2m dan luas
bangunan 3.328 2m . SMA Negeri 1 Tawangsari berdiri tahun 1983, merupakan
salah satu sekolah milik pemerintah.
SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki berbagai fasilitas belajar seperti
ruang kelas sebanyak 24 ruang yang terdiri dari 8 (delapan) ruang untuk kelas X,
8 (delapan) ruang untuk kelas XI yang terbagi dalam 4 (empat) ruang untuk IPS, 3
(tiga)ruang untuk IPA dan 1 (satu) ruang untuk Bahasa. Sedangkan kelas XII
terdiri dari 8 (delapan) ruang yang terbagi dalam 4 (empat) ruang untuk IPS, 3
(tiga) ruang untuk IPA dan 1 (satu) ruang untuk Bahasa. Untuk menunjang
kegiatan praktikum, SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki beberapa ruang
laboratorium, yaitu laboratorium Biologi, laboratorium Kimia, laboratorium
Fisika, laboratorium Bahasa dan laboratorium Komputer.
SMA Negeri 1 Tawangsari memiliki prasarana penunjang KBM seperti
ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang bimbingan dan
konseling, aula, kantin, ruang UKS, ruang multi media, ruang seni musik,
perpustakaan, masjid, parkiran yang luas, lapangan tenis, lapangan basket dan
lapangan sepak bola.
91
92
2. Data Uji Coba (Try-Out)
Uji coba (try-out) dilaksanakan dengan jumlah responden sebanyak 20
siswa. Berdasarkan hasil uji coba tersebut kemudian dilakukan uji validitas dan uji
reliabilitas. Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Uji validitas item dengan menggunakan teknik analisis product
moment. Adapun hasil perhitungan dari uji validitas item pertanyaan sebagai
berikut :
1). Variabel keaktifan berorganisasi
Hasil uji validitas variabel keaktifan berorganisasi (X1) didapatkan
hasil bahwa dari 45 butir item pertanyaan untuk variabel keaktifan
berorganisasi (X1), yang dinyatakan valid terdapat 44 item dan yang
dinyatakan tidak valid ada 1 item yaitu nomor 45. Hasil perhitungan
keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
halaman 145.
2). Variabel kohesivitas peer group
Hasil uji validitas variabel kohesivitas peer group (X2) didapatkan
hasil bahwa dari 50 butir item pertanyaan untuk variabel kohesivitas peer
group (X2), yang dinyatakan valid terdapat 47 item dan yang dinyatakan
tidak valid ada 3 item yaitu nomor 47, 48 dan 49. Hasil perhitungan
kohesivitas peer group selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
halaman 150.
3). Variabel kedisiplinan siswa
Hasil uji validitas variabel kedisiplinan siswa (Y) didapatkan hasil
bahwa dari 45 butir item pertanyaan untuk variabel kedisiplinan siswa
(Y), yang dinyatakan valid terdapat 39 item dan yang dinyatakan tidak
valid ada 6 item yaitu nomor 11, 36, 37, 38, 42 dan 43. Hasil
perhitungan kedisiplinan siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
11 halaman 155.
93
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas item dilakukan dengan menggunakan rumus formula
Alpha Cronbach. Adapun hasil perhitungan reliabilitas item sebagai berikut :
1). Variabel keaktifan berorganisasi
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha
Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai
koefisien alpha (rtt) = 0,966 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 %
yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas
keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
halaman 147.
2). Variabel kohesivitas peer group
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha
Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai
koefisien alpha (rtt) = 0,962 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 %
yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas
kohesivitas peer group selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10
halaman 152.
3). Variabel kedisiplinan siswa
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus formula Alpha
Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh nilai
koefisien alpha (rtt) = 0,962 dan r = 0,000 pada taraf signifikansi 1 %
yang berarti angket tersebut reliabel atau andal. Perhitungan reliabilitas
keaktifan berorganisasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11
halaman 157.
94
3. Deskripsi Data Variabel Penelitian
Penelitian tentang hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dan
Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) Kelas XI SMAN 1
Tawangsari tahun ajaran 2009/2010, meliputi tiga macam data yaitu :
a. Deskripsi Data Tentang Keaktifan Berorganisasi (X1)
Keaktifan berorganisasi dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(X1). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 184.
Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai
berikut :
1). Mean = 142,70
2). Median = 141,50
3). Modus = 141,50
4). SB = 11,34
5). SR = 9,05
6). Nilai tertinggi = 166,00
7). Nilai terendah = 117,00
Distribusi frekuensi data keaktifan berorganisasi disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Keaktifan Berorganisasi (X1)
Variant f fx 2fx f % fk %-naik
156,5-166,5 7 1.132,00 183.122,00 12,96 100,00
146,5-156,5 11 1.681,00 256.975,00 20,37 87,04
136,5-146,5 18 2.529,00 355.503,00 33,33 66,67
126,5-136,5 16 2.122,00 281.576,00 29,63 33,33
116,5-126,5 2 242,00 29.314,00 3,70 3,70
Total 54 7.706,00 1.106.490,00 100,00 _
95
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16
halaman 184 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Deskriptif Data Keaktifan Berorganisasi (X1)
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Keaktifan berorganisasi 166 117 142,70 141,50 141,50 11,34 9,05
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel keaaktifan berorganisasi
maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3
pada interval 136,5-146,5 dengan prosentase 33,33 %, kemudian diikuti oleh
kelas ke-4 pada interval 126,5-136,5 dengan prosentase 29,63 %, kemudian
diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 146,5-156,5 dengan prosentase 20,37 %,
kemudian diikuti lagi oleh kelas ke-1 pada interval 156,5-166,5 dengan
prosentase 12,96 %. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas
ke-5 pada interval 116,5-126,5 dengan prosentase 3,70 %. Penyebaran data
dapat diperiksa dalam histogram berikut ini :
Gambar 1. Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)
Gambar 1. Grafik Histogram Keaktifan Berorganisasi (X1)
Deskripsi Data Keaktifan Berorganisasi
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
116,5-126,5 126,5-136,5 136,5-146,5 146,5-156,6 156,5-166,5
Interval
Fre
ku
en
si
96
b. Deskripsi Data Tentang Kohesivitas Peer Group (X2)
Kohesivitas peer group dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(X2). Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 185.
Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai
berikut :
1). Mean = 152,91
2). Median = 151,88
3). Modus = 149,00
4). SB = 11,16
5). SR = 8,48
6). Nilai tertinggi = 174,00
7). Nilai terendah = 122,00
Distribusi frekuensi data kohesivitas peer group disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Kohesivitas Peer Group (X2)
Variant f fx 2fx f % fk %-naik
165,5-176,5 8 1.354,00 229.238,00 14,81 100,00
154,5-165,5 14 2.239,00 358.163,00 25,93 85,19
143,5-154,5 21 3.156,00 474.494,00 38,89 59,26
132,5-143,5 8 1.128,00 159.094,00 14,81 20,37
121,5-132,5 3 380,00 48.168,00 5,56 5,56
Total 54 8.257,00 1.269.157,00 100,00 _
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16
halaman 185 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4. Deskriptif Data Kohesivitas Peer Group (X2)
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Kohesivitas peer group 174 122 152,91 151,88 149 11,16 8,48
97
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel keaaktifan berorganisasi
maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3
pada interval 143,5-154,5 dengan prosentase 38,89 %; kemudian diikuti oleh
kelas ke-2 pada interval 154,5-165,5 dengan prosentase 25,93 %; kemudian
diikuti lagi oleh kelas ke-1 dan ke-4 pada interval 165,5-176,5 dan 132,5-
143,5 dengan prosentase masing-masing 14,81 %. Sedangkan responden
paling sedikit berada pada kelas ke-5 pada interval 121,5-132,5 dengan
prosentase 5,56 %. Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut
ini :
Gambar 2. Grafik Histogram Kohesivitas Peer Group (X2)
c. Deskripsi Data Tentang Kedisiplinan Siswa (Y)
Kedisiplinan siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).
Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 186.
Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai
berikut :
1). Mean = 130,57
2). Median = 131,85
3). Modus = 134,50
4). SB = 12,49
Deskripsi Data Kohesivitas Peer Group
0
5
10
15
20
25
121,5-132,5 132,5-143,5 143,5-154,5 154,5-165,5 165,5-176,5
Interval
Fre
ku
en
si
98
5). SR = 10,30
6). Nilai tertinggi = 149,00
7). Nilai terendah = 100,00
Distribusi frekuensi data kedisiplinan siswa disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Siswa (Y)
Variant f fx 2fx f % fk %-naik
139,5-149,5 14 2.029,00 294.163,00 25,93 100,00
129,5-139,5 17 2.297,00 310.485,00 31,48 74,07
119,5-129,5 12 1.489,00 184.891,00 22,22 42,59
109,5-119,5 8 931,00 108.393,00 14,81 20,37
99,5-109,5 3 305,00 31.017,00 5,56 5,56
Total 54 7.051,00 928.949,00 100,00 _
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran 16
halaman 186 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6. Deskriptif Data Kedisiplinan Siswa (Y)
Variabel Max Min Mean Median Modus SB SR
Kedisiplinan siswa 149 100 130,57 131,85 134,50 12,49 10,30
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel kedisiplinan siswa maka
dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-2 pada
interval 129,5-139,5 dengan prosentase 31,48 %; kemudian diikuti oleh kelas
ke-1 pada interval 139,5-149,5 dengan prosentase 25,93 %; kemudian diikuti
oleh kelas ke-3 pada interval 119,5-129,5 dengan prosentase 22,22 %;
kemudian diikuti lagi oleh kelas ke-4 pada interval 109,5-119,5 dengan
prosentase 14,81 %. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas
ke-5 pada interval 99,5-109,5 dengan prosentse 5,56 %. Penyebaran data dapat
diperiksa dalam histogram berikut ini :
99
Gambar 3. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (Y)
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Data yang telah tersusun secara sistematis seperti pada lampiran,
selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat
analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data
harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel
terikat.
Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat dijelaskan
dalam uraian sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Jika r >0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, dan
apabila r <0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal.
a. Uji Normalitas Variabel X1
Pada uji normalitas X1 (keaktifan berorganisasi), langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel X1 (lampiran
17 halaman 188). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
Deskripsi Data Kedisiplinan Siswa
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
99,5-109,5 109,5-119,5 119,5-129,5 129,5-139,5 139,5-149,5
Interval
Fre
ku
ensi
100
2X = 6,357
r = 0,704
Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,704 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan
populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 188.
b. Uji Normalitas Variabel X2
Pada uji normalitas X2 (kohesivitas peer group), langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel X2 (lampiran
17 halaman 189). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
2X = 4,873
r = 0,845
Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,845 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan
populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 189.
c. Uji Normalitas Variabel Y
Pada uji normalitas Y (kedisiplinan siswa), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman Variabel Y (lampiran 17
halaman 190). Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 2X = 8,576
r = 0,477
Hasil tersebut menunjukkan bahwa r >0,05 yaitu 0,477 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan
populasi data yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 190.
101
2. Uji Linieritas dan Keberartian
Berdasarkan kaidah yang berlaku, data dalam penelitian dikatakan
memiliki korelasi yang linier apabila r > 0,05 maka data dalam penelitian
memiliki korelasi yang linier, dan apabila r < 0,05 maka data dalam
penelitian korelasinya tidak linier.
a. Uji Linieritas Variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan
Kedisiplinan Siswa (Y)
Berdasarkan hasil uji linieritas antara keaktifan beroganisasi
dengan kedisiplinan siswa, diperoleh r = 0,843 dan F = 0,037. karena
r > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan beroganisasi
dan kedisiplinan siswa diperkirakan mempunyai korelasi yang linier
(lihat pada lampiran 18 halaman 192). Hasil uji linieritas keaktifan
beroganisasi dengan kedisiplinan siswa dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 7. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y
Sumber Derajat 2R db Var F r
Regresi
Residu
ke 1 0,392
0,608
1
52
0,392
0,012
33,467
--
0,000
--
Regresi
Beda
Residu
ke 2
ke 2 - ke 1
0,392
0,000
0,608
2
1
51
0,196
0,000
0,012
16,442
0,037
--
0,000
0,843
--
Korelasinya Linier
Berikut ini gambar hasil uji linieritas keaktifan beroganisasi
dengan kedisiplinan siswa :
102
KEDISIPL
KEAKTIFA
170160150140130120110
150
140
130
120
110
100
90
Observed
Linear
Gambar 4. Grafik Hasil Uji Linieritas X1 dan Y
Berdasarkan gambar di atas disimpulkan sebagai berikut :
1). Variabel X1 dan variabel Y mempunyai hubungan yang cukup
dekat. Hal ini dikarenakan titik-titik yang dihubungkan atau diagram
pencar diperkirakan dekat dengan garis regresi atau tidak jauh dari
garis lurus (titik-titik diperkirakan dengan dekat dengan garis lurus).
2). Variabel X1 dan variabel Y memiliki hubungan yang positif karena
titik-titik yang dihubungkan (diagram pencarnya) menunjukkan
gejala dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas.
3). Mempunyai korelasi yang linier karena titik-titik yang telah
dihubungkan tersebut diperkirakan menunjukkan gejala garis lurus.
b. Uji Linieritas Variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan
Kedisiplinan Siswa (Y)
Berdasarkan hasil uji linieritas antara kohesivitas peer group
dengan kedisiplinan siswa, diperoleh r = 0,532 dan F = 0,551. karena
r > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa kohesivitas peer group
dan kedisiplinan siswa mempunyai korelasi yang linier (lihat pada
lampiran 18 halaman 192). Hasil uji linieritas kohesivitas peer group
dengan kedisiplinan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
103
Tabel 8. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y
Sumber Derajat 2R db Var F r
Regresi
Residu
ke 1 0,446
0,554
1
52
0,446
0,011
41,909
--
0,000
--
Regresi
Beda
Residu
ke 2
ke 2 - ke 1
0,452
0,006
0,548
2
1
51
0,226
0,006
0,011
21,049
0,551
--
0,000
0,532
--
Korelasinya Linier
Berikut ini gambar hasil uji linieritas kohesivitas peer group
dengan kedisiplinan siswa :
KEDISIPL
KOHESIVI
180170160150140130120
150
140
130
120
110
100
90
Observed
Linear
Gambar 5. Grafik Hasil Uji Linieritas X2 dan Y
Berdasarkan gambar di atas disimpulkan sebagai berikut :
1). Variabel X2 dan variabel Y mempunyai hubungan yang cukup
dekat. Hal ini dikarenakan titik-titik yang dihubungkan atau diagram
pencar diperkirakan dekat dengan garis regresi atau tidak jauh dari
garis lurus (titik-titik diperkirakan dengan dekat dengan garis lurus).
104
2). Variabel X2 dan variabel Y memiliki hubungan yang positif karena
titik-titik yang dihubungkan (diagram pencarnya) menunjukkan
gejala dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas.
3). Mempunyai korelasi yang linier karena titik-titik yang telah
dihubungkan tersebut diperkirakan menunjukkan gejala garis lurus
3. Persamaan Garis Regresi
a. Persamaan Regresi Linier Sederhana
1). Persamaan regresi linier antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan
Kedisiplinan Siswa (Y)
Y’ = a + b1X1
Y’ = 0,499 + 0,368 (X1)
Artinya :
a) Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada Keaktifan
Berorganisasi (X1), maka Kedisiplinan Siswa (Y) yang dicapai
siswa sebesar 0,499.
b) Koefisien regresi 0,368 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan
satu unit Keaktifan Berorganisasi (X1) maka akan
meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,368 . Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19
halaman 195.
2). Persamaan regresi linier antara Kohesivitas Peer Group (X2) dengan
Kedisiplinan Siswa (Y)
Y’ = a + b2X2
Y’ = 0,499 + 0,507 (X2)
Artinya :
a) Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada
Kohesivitas Peer group (X2), maka Kedisiplinan Siswa (Y)
yang dicapai siswa sebesar 0,499.
105
b) Koefisien regresi 0,507 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan
satu unit Kohesivitas Peer group (X2) maka akan
meningkatkan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,507. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19
halaman 195.
b. Persamaan Regresi Linier Ganda
Y’ = a + b1X1 + b2X2
Y’ = 0,499 + 0,368 (X1) + 0,507 (X2)
Artinya :
1). Konstanta 0,499 dapat diartikan bahwa bila tidak ada Keaktifan
Berorganisasi (X1) dan Kohesivitas Peer group (X2), maka
Kedisiplinan Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar 0,499.
2). Koefisien regresi 0,368 X, menyatakan bahwa setiap penambahan
satu unit Keaktifan Berorganisasi (X1) maka akan meningkatkan
Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,368 .
3). Koefisien regresi 0,507 X, menyatakan bahwa setiap penambahan
satu unit Kohesivitas Peer group (X2) maka akan meningkatkan
Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 0,507. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata Kedisiplinan Siswa (Y) akan meningkat dan
menurun sebesar 0,499. dalam hal ini setiap peningkatan atau
penurunan satu unit keaktifan berorganisasi (X1) akan meningkatkan
atau menurunkan kedisiplinan siswa (Y)sebesar 0,368. demikian halnya
dengan kohesivitas peer group (X2) akan meningkatkan atau
menurunkan kedisiplinan siswa (Y) sebesar 0,507.
106
C. Pengujian Hipotesis
Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan
analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis regresi ganda menggunakan
komputer seri SPS edisi : Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Menghitung Koefisien Korelasi antara X1 dan Y ; X2 dan Y
a. Koefisien korelasi sederhana antara keaktifan berorganisasi dengan
kedisiplinan siswa
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi
dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari
Sukoharjo.
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan
berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1
Tawangsari Sukoharjo.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195,
selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga
diperoleh :
rx1y = 0,626
r = 0,000
Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan
berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1
Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.
107
b. Koefisien korelasi sederhana antara kohesivitas peer group dengan
kedisiplinan siswa
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer group
dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari
Sukoharjo.
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer
group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1
Tawangsari Sukoharjo.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195,
selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga
diperoleh :
rx2y = 0,668
r = 0,000
Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer
group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari
Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 19 halaman 195.
2. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1, X2 dengan Y
Ha : Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi
dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo.
Ho : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kohesivitas peer
group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari
Sukoharjo.
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 19 halaman 195,
selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh:
108
r(x12)y = 0,715
r = 0,000
F = 26,725
Karena r < 0,01, maka berdasarkan pedoman kaidah uji
hipotesis menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/N dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan
berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.
3. Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Persamaan Regresi
Berdasarkan hasil uji signifikansi diperoleh hasil sebagai berikut :
F reg =)1(
)1(2
2
RmmNR
---
= )715,01(2
)1254(715,0-
-- = 63,973
Jadi harga Fhitung = 63,973. Kesimpulannya Fhitung >Ft yaitu
63,973 > 26,725, maka koefisien korelasi ganda yang di uji signifikansi
pada taraf kesalahan 1 %. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
4. Hasil Perhitungan Sumbangan Masing-masing Variabel X1, X2 dengan Y
Tabel 9. Perhitungan bobot Prediktor-Model Penuh
Variabel
X
Korelasi Lugas Korelasi Parsial Koefisien Determinasi
r xy r r par-xy r SD Relatif % SD Efektif %
1
2
0,626
0,668
0,000
0,000
0,344
0,444
0,002
0,000
12,793
87,207
6,546
44,626
Total -- -- -- -- 100,000 51,172
Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh
tersebut di atas, maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan
relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing prediktor yang bisa
dijelaskan sebagai berikut :
109
a. Sumbangan Relatif (SR) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan
variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 12,793 %. Sedangkan
Sumbangan Efektif (SE) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan
variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 6,546 %.
b. Sumbangan Relatif (SR) variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan
variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 87,207 %. Sedangkan
Sumbangan Efektif (SE) variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan
variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 44,626 %.
c. Sumbangan Relatif (SR) variabel Keaktifan Berorganisasi (X1) dan
variabel Kohesivitas Peer Group (X2) dengan variabel Kedisiplinan
Siswa (Y) sebesar 100 %. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) variabel
Keaktifan Berorganisasi (X1) dan variabel Kohesivitas Peer Group
(X2) dengan variabel Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 51,172 %. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 195.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis maka
pembahasan analisis data sebagai berikut :
1. Hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dengan Kedisiplinan
Siswa (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan
antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima, karena variabel keaktifan
berorganisasi diperoleh rx1y = 0,626 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Keaktifan dalam mengikuti organisasi yang seperti, rutin mengikuti
rapat organisasi, ikut berpartisipasi setiap kegiatan yang dilaksanakan dan
patuh menjalankan peraturan organisasi dapat melatih sikap mental yang
positif bagi siswa.
110
Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam mengikuti organisasi, baik
di sekolah maupun di masyarakat memberikan banyak keuntungan bagi
siswa khususnya dalam hal kedisiplinan. Sikap kedisiplinan dapat dilihat dari
perilaku yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan, nilai-nilai dan
norma yang ada. Kedisiplinan dapat diterapkan oleh siswa di sekolah, di
rumah dan di masyarakat seperti patuh kepada peraturan yang ditetapkan
sekolah, pulang ke rumah tepat pada waktunya dan sebagainya. Siswa yang
aktif ikut berorganisasi mendorong terbentuknya sikap kedisiplinan. Jadi
keaktifan berorganisasi memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan
siswa.
2. Hubungan antara Kohesivitas Peer Group (X2) dengan Kedisiplinan
Siswa (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan
antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima, karena variabel kohesivitas peer
group diperoleh rx2y = 0,668 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Kelompok teman sebaya (peer group) memberikan pengaruh yang kuat
dalam masa remaja. Kuatnya pengaruh teman sebaya tidak terlepas dari
adanya jalinan ikatan perasaan yang kuat diantara mereka, sehingga tiap
anggota kelompoknya menyadari bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
yang terikat dan saling mendukung.
Adanya keakraban dalam suatu kelompok membuat individu-
individu yang menjadi anggotanya bersedia melakukan kegiatan yang sama
diantara mereka. Individu cenderung berperilaku sama atau searah dengan
kelompok teman sebayanya tersebut. Apabila salah satu anggota menerapkan
kedisiplinan, maka anggota lainnya juga akan bertindak sama dengan
anggota tersebut. Kuatnya kohesivitas peer group memberikan dampak yang
baik apabila salah satu anggota peer group memberikan pengaruh yang baik
pula, khususnya dalam hal sikap dan kepribadian sehingga kedisiplinan juga
meningkat. Jadi kohesivitas peer group memiliki hubungan positif dengan
kedisiplinan siswa.
111
3. Hubungan antara Keaktifan Berorganisasi (X1) dan Kohesivitas Peer
Group (X2) dengan Kedisiplinan Siswa (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan
antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan
kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”, diterima,
karena berdasarkan uji hipotesis prediktor diperoleh r = 0,000 karena harga
r lebih kecil dari 0,01 yaitu 0,000 < 0,01. Keaktifan berorganisasi dan
kohesivitas peer group memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan siswa.
Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan tidak bisa terlepas dari kehidupan
siswa. Keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group menjadi sarana
untuk melatih kedisiplinan bagi siswa.
Dengan aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar
hidup berkelompok di masyarakat. Kegiatan dalam setiap organisasi
membentuk sikap mental positif, misalnya kedisiplinan, ketekunan,
kejujuran, dan percaya diri. Disamping itu lingkungan teman sebaya
merupakan suatu kelompok yang bisa membentuk nilai-nilai, norma, dan
simbol-simbol tersendiri, yang merupakan simbol yang lain atau berbeda
dengan yang ada di rumah mereka masing-masing. Apabila interaksi dalam
peer group ini berhasil, maka proses sosialisasi akan berjalan baik dan
mempunyai dampak positif bagi perkembangan anak.
Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa untuk
mendukung keberhasilan dalam proses belajar. Dengan keaktifan
berorganisasi dan kohesivitas peer group, seorang remaja mampu
meningkatkan dan memupuk sikap kedisiplinan. Karena kedisiplinan
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan
berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar.
Dengan demikian dua faktor tersebut antara keaktifan berorganisasi dan
kohesivitas peer group secara bersama-sama mempunyai korelasi yang
positif dengan kedisiplinan pada siswa.
112
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara teoritik hipotesis yang pertama berbunyi “Ada hubungan positif yang
signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kedisiplinan siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”. Dikatakan memiliki hubungan
positif bila seorang siswa semakin aktif berorganisasi, maka akan semakin
tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Setelah dilakukan penelitian
diperoleh rx1y sebesar 0,626 dan r = 0,000 dan hal ini menunjukkan
adanya hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi
dengan kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 1 %
( r <0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada
hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan
kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”
dinyatakan diterima.
2. Secara teoritik hipotesis yang kedua berbunyi “Ada hubungan positif yang
signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”. Dikatakan memiliki hubungan
positif bila semakin baik kohesivitas peer group, maka akan semakin tinggi
pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Setelah dilakukan penelitian diperoleh
rx2y sebesar 0,668 dan r = 0,000 dan hal ini menunjukkan adanya
hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan
kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih kecil dari 1 % ( r <0,01).
Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan
positif yang signifikan antara kohesivitas peer group dengan kedisiplinan
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima.
112
113
3. Secara teoritik hipotesis yang ketiga berbunyi “Ada hubungan positif yang
signifikan antara keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan
kedisiplinan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo”.
Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut terlihat bila kedisiplinan siswa akan
meningkat, apabila seorang siswa semakin aktif berorganisasi dan semakin
baik pula kohesivitas peer group. Setelah dilakukan penelitian diperoleh
r(x12)y sebesar 0,715 , r = 0,000 dan F = 26,725 sehingga menunjukkan
adanya hubungan positif yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dan
kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa dengan peluang galat lebih
kecil dari 1 % ( r <0,01). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara keaktifan
berorganisasi dan kohesivitas peer group dengan kedisiplinan siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo” dinyatakan diterima.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :
1. Keaktifan berorganisasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan
kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif karena semakin aktif seorang
siswa dalam berorganisasi, maka semakin tinggi pula perilaku kedisiplinan
pada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan ide atau
masukan untuk berbagai pihak yang berkaitan dengan siswa, terutama bagi
orang tua dan pihak sekolah. Orang tua harus mendorong anaknya untuk
aktif mengikuti organisasi, baik organisasi yang berada di masyarakat
maupun yang berada di sekolah. Keikutsertaan dan keaktifan siswa dalam
mengikuti organisasi memberikan banyak keuntungan bagi siswa, salah
satunya adalah melatih sikap mental positif terutama kedisiplinan. Selain itu
bagi pihak sekolah harus mengembangkan organisasi yang berada di sekolah
dan memberi penyuluhan pada siswa untuk terus aktif di dalam organisasi
sebagai sarana menumbuhkan sikap kedisiplinan bagi siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
114
2. Kohesivitas peer group memiliki hubungan positif yang signifikan dengan
kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif karena semakin baik
kohesivitas peer group yang terjalin diantara siswa, maka akan semakin
tinggi pula perilaku kedisiplinan pada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini
dapat memberikan ide dan masukan bagi siswa untuk mengembangkan diri
dengan cara memperluas dan memilih pergaulan yang bisa membawa
pengaruh yang baik khususnya dalam hal sikap dan kepribadian. Hal ini
disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam
menjalankan kehidupan dan mengembangkan dirinya dibutuhkan interaksi
dengan sesamanya. Melalui kelompok teman sebaya (peer group), seorang
siswa bisa mengembangkan diri ke arah yang lebih baik selama peer group
itu memberikan dampak yang positif bagi anggotanya. Orang tua maupun
guru harus membantu dan memberikan bimbingan anak didiknya dalam
bergaul dengan teman sebaya dengan baik agar meningkatkan kedisiplinan
dan kepribadian yang lebih baik.
3. Keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group memiliki hubungan
positif yang signifikan dengan kedisiplinan siswa. Memiliki hubungan positif
karena kedisiplinan siswa dapat ditingkatkan melalui seorang siswa semakin
aktif berorganisasi dan semakin baik pula kohesivitas peer group. Dengan
aktif pada organisasi masyarakat anak dilatih untuk belajar hidup tertib dan
hidup berkelompok di masyarakat. Disamping itu, adanya kohesivitas dalam
peer group membuat individu-individu menjadi lebih baik selama proses
sosialisasi yang terjadi terjalin dengan baik pula. Dengan demikian antara
keaktifan berorganisasi dan kohesivitas peer group secara bersama-sama
mempunyai korelasi yang positif dengan kedisiplinan pada siswa. Oleh
karena itu, penelitian ini dapat memberikan ide atau masukan untuk berbagai
pihak yang berkaitan dengan siswa, terutama bagi orang tua dan pihak
sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan. Orang tua dan guru yang
mempunyai peran yang besar dalam hal ini dan harus cermat mengawasi dan
mendidik putra putrinya agar lebih berdisiplin dengan cara mendorong untuk
aktif berorganisasi dan membimbing kohesivitas peer group-nya.
115
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah penulis uraikan di atas,
maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Orang Tua
a. Orang tua hendaknya mendorong anak untuk ikut aktif dalam
organisasi baik organisasi yang berada di sekolah maupun masyarakat.
b. Diharapkan orang tua mampu mendorong anaknya untuk memperluas
dan memilih-milih pergaulan, salah satunya melalui peer group. Selain
itu orang tua juga harus membimbing kohesivitas peer groupnya agar
selalu mengembangkan diri secara positif.
2. Bagi Siswa
a. Siswa diharapkan memiliki kesadaran untuk menaati nilai, norma dan
peraturan, baik yang berada di sekolah, rumah dan masyarakat.
b. Seorang siswa hendaknya mampu melatih kedisiplinan dengan cara
aktif mengikuti organisasi, baik organisasi yang ada di sekolah maupun
di masyarakat.
c. Siswa diharapkan memilih teman sebaya yang bisa memberi motivasi
untuk melakukan hal-hal yang positif dan dapat membawa ke arah yang
lebih baik.
3. Bagi Pihak Sekolah
a. Kepala Sekolah hendaknya memberi penyuluhan pada siswa untuk terus
aktif di dalam organisasi untuk mempertahankan kemajuan organisasi
yang ada di sekolah dan menegakkan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan.
b. Guru hendaknya dapat memberikan motivasi untuk lebih
mengembangkan keaktifan berorganisasi siswa dan membantu anak
didiknya dalam bergaul dengan teman sebaya dengan baik.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan lebih dipelajari lagi apabila ingin dijadikan acuan
peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema yang hampir
sama.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : ALFABETA.
Abu Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan (cetakan kedua). Jakarta : Rineka Cipta. Alimuddin Tuwu. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan dari Sevilla,
Consuelo G,et all judul asli “An Introduction to Research Methods”. Jakarta: UI- Press.
Arni Muhammad. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Diazz. 2009. SDM Indonesia dalam Persaingan Global(http://www.sdm-
indonesia-dalam-persaingan-global.htm, diakses tanggal 9 februari 2010 pukul 13.12 WIB.
Eko Winarto. 2009. Kebebasan Berorganisasi. http://ekowinarto.files.wordpress.
com/03/bab-36.pdf., diakses tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.55 WIB Gibson, Ivoncevich.Donally. 2000. Organizations Behaviour Structure Proses.
USA: Mc. Graw Hill. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia Istiwidayanti 1999. Perkembangan Anak. Terjemahan dari Elizabeth B. Hurlock
Jakarta : Erlangga. Istiwidayanti. 2000. Psikologi Perkembangan. Terjemahan dari Elizabeth
Hurlock. Jakarta : Erlangga. Winardi. 2005. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Terjemahan dari John M.
Ivan Cevich. Jakarta : Erlangga Kartini Kartono. 1990. Pengantar metodologi Riset Nasional. Bandung : Mandar
Maju. Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. http://www.
gramediashop.com/book/detail/9796860058, diakses tanggal 05 Februari 2010 pukul 14.35 WIB.
Littlejohn, W. Stephen dan Karen A. Foss. 2004. Theories of Human
Communication. New York : Thompson Learning.
116
117
Malayu S.P Hasibuan. 2005. Organisasi dan Motivasi (Dasar Peningkatan Produktivitas). Jakarta : Bumi Aksara.
Moeliono.1933. Korelasi Perlakuan Guru Bimbingan dan Konseling dan
Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Samudra http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/1, diakses tanggal 23 Maret 2010 pukul 16.15 WIB.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdya
Karya. Nasution. 2003. Metode Research Jakarta : Bumi Aksara. Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. (Cetakan Keduapuluh). Bandung:
Remaja Rosdyakarya. Nurkolis. 2009 Manfaat Berorganisasi, (http://researchengines.com/
nurkolis1.html.) diakses tanggal 22 Januari 2010 pukul 19.46 WIB Ratna.S. 1990. Pendidikan Moral. Terjemahan dari Emile Durkheim. Jakarta:
Erlangga. Saifuddin Azwar. 2002. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saptono dan Bambang Suteng S. 2006. Sosiologi Kelas XI. Jakarta: Phibeta Aneka
Gama. Sanapiah Faizal. 2003. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindi
Persada. Santrock, J.W. 2003. Adolescence. New York: Mc. Graw Hill. Sarlito Wirawan Sarwono. 2004. Psikologi Remaja: Individu dan Teori Psikologi
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Slamet Santoso. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara. Soegeng Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya
Paramita. Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung
: Tarsito. _______. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
118
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung. ALFABETA Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. 2001. Psikologi Pendidikan.(Cetakan Kesepuluh). Jakarta :
Raja Grafindo Persada Susilowati, Harning Setyo.2005. Pengaruh Disiplin Belajar, Lingkungan
Keluarga dan Lingkungan Sekolah terhadap prestasi Belajar Siswa Kelas X Semester I tahun Ajaran 2004/2005 SMA N I Gemolong Kabupaten Sragen. Skripsi: Universitas Negeri Semarang
Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research Jilid I dan II. Yogyakarta : Andi
Offset ____________ 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta : Andi Offset. Tim Media. 2002. Kamus Ilmiah Populer. : Media Center
Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Vembriarto, ST. 1993. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta : Yayasan pendidikan Paramitha.
Wahdini Nugrahani Sakti. 2008. Hubungan Keaktifan Berorganisasi Intra
Sekolah dan Kohesivitas Peer Group dengan Kedisiplinan Siswa. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Pusat.
Winarno Surachmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, Teknik.
Bandung: Transito.
LAMPIRAN
160
SOAL-SOAL ANGKET I. Petunjuk Pengisian
1. Tulis terlebih dahulu nama, kelas dan nomer absen anda pada tempat yang
telah disediakan.
2. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan
keadaan anda pada jawaban yang telah tersedia.
3. Jawablah dengan jujur, cermat, dan teliti karena jawaban tersebut tidak
mempengaruhi hasil belajar/prestasi anda di sekolah.
4. Telitilah Pekerjaan anda sebelum dikumpulkan.
II. Pertanyaan Tentang Keaktifan Berorganisasi 1. Apakah anda termasuk salah satu anggota organisasi di sekolah anda?
a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
2. Anda selalu menghadiri kegiatan organisasi secara rutin. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apakah anda selalu belajar kelompok jika mendapatkan tugas dari Bp/Ibu guru?. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Saya selalu menolak jika ditunjuk sebagai pengurus dalam suatu organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Apabila ketua organisasi datang terlambat dalam suatu kegiatan, saya juga mengikutinya. a. Selalu
Nama :
Kelas :
No Absen :
161
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Apabila anda ketua kelas, apakah anda bersedia melaksanakan tanggung jawab dengan baik? a. Sangat bersedia b. Bersedia c. Kurang bersedia d. Tidak bersedia
7. Apakah anda selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan OSIS? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Anda sangat senang mengikuti kegiatan Pramuka yang ada di sekolah? a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang
9. Apakah anda aktif mengikuti kegiatan karang taruna didesa anda? a. Sangat aktif b. Aktif c. Kurang aktif d. Tidak aktif
10. Apakah anda mengajak teman lain ikut bergabung organisasi keagaamaan yang ada di masyarakat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
11. Jika ditunjuk sebagai pimpinan regu dalam pramuka, saya selalu menolak. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Kegiatan di dalam OSIS tidak memberikan manfaat bagi kehidupan saya. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
13. Kegiatan yang diadakan organisasi karang taruna di desa kita akan membatasi pergaulan. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju
162
d. Tidak setuju 14. Dengan aktif dalam kegiatan organisasi masyarakat, akan mengurangi waktu
belajar. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
15. Apakah anda saling memberi masukan kepada teman dalam kegiatan organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
16. Apakah anda selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam suatu organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
17. Apakah anda malas untuk memberikan pendapat saat ada rapat organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
18. Apakah anda kurang peduli dengan perkembangan organisasi yang anda ikuti? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
19. Apakah anda selalu melaksanakan tugas yang diberikan organisasi kepada anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
20. Saya akan bertanggung jawab apabila terpilih menjadi ketua organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
21. Anda selalu memberikan ide-ide demi kemajuan organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
163
22. Saya lebih suka bekerja sendiri dari pada harus bekerjasama.
a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
23. Apakah anda selalu mengabaikan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
24. Seberapa besar kemandirian yang anda peroleh dalam organisasi? a. Sangat besar b. Besar c. Kurang besar d. Tidak besar
25. Menurut anda, apakah dengan aktif berorganisasi akan melatih sikap mental positif? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
26. Kegiatan dalam organisasi akan menambah pengalaman kita. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
27. Berorganisasi dapat mengembangkan nilai-nilai kepribadian siswa. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
28. Berorganisasi akan menghambat belajar siswa. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
29. Dengan seringnya kita berorganisasi waktu kita akan banyak terbuang. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
30. Apakah aktif dalam berorganisasi akan mengurangi pergaulan dengan teman-teman kita. a. Sangat benar
164
b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
31. Dengan seringnya kita berorganisasi, akan menambah pengetahuan tentang organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
32. Organisasi membuat kita melakukan kegiatan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
33. Apakah anda lebih senang membicarakan masalah orang lain dari pada masalah organisasi. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
34. Apakah berorganisasi membuat anda menyampingkan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
35. Apakah aktif berorganisasi akan mengembangkan potensi yang ada pada diri kita? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
36. Apakah anda termasuk salah satu anggota organisasi karang taruna di masyarakat? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
37. Saya selalu terlambat saat menghadiri rapat organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
38. Saya selalu berpartisipasi jika ada kegiatan bersih desa yang diselenggarakan oleh karang taruna.
165
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
39. Berorganisasi dapat menghambat kemampuan siswa dalam hal berpikir. a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Kurang setuju
40. Saya lebih senang mengerjakan tugas sendiri dari pada belajar kelompok. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
41. Apakah anda memilih diam saja jika rapat organisasi sedang berlangsung. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
42. Apakah anda lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
43. Kegiatan dalam organisasi akan menambah pengalaman kita. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
44. Apakah anda kurang aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi masyarakat? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
166
Pertanyaan Tentang Kohesivitas Peer Group 1. Apakah anda tidak senang bergaul karena menyita waktu untuk belajar?
a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
2. Apakah anda selalu berharap bersama teman anda terus? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apabila ada teman yang mempunyai pendapat berbeda dengan pendapat anda, anda akan menjauhinya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Apakah anda curhat dengan teman anda tentang masalah anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Apakah anda menolong teman anda yang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Apakah anda selalu dihargai teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
7. Apakah teman anda selalu menegur jika anda melakukan kesalahan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Apabila ada kesulitan belajar, apakah anda selalu bertanya kepada teman yang lebih pandai? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Apakah anda tidak membeda-bedakan status sosial teman dalam bergaul? a. Selalu b. Sering
167
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Apakah anda meniru gaya bicara teman untuk mengikuti trend gaul walaupun maknanya kurang baik? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
11. Apakah anda dalam berperilaku selalu meniru perilaku teman anda yang belum tentu benar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Saya akan senang berteman dengan siapapun. a. Sangat senang b. Senang c. Kurang senang d. Tidak senang
13. Apa yang anda lakukan bila teman anda berbuat salah? a. Memarahi b. Menegur c. Membiarkan d. Ikut-ikutan
14. Apakah anda selalu memilih-milih teman dalam bergaul? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
15. Bagaimana jika anda mempunyai teman yang mempunyai status ekonomi tinggi? a. Bangga b. Biasa saja c. Merendahkan d. Sangat merendahkan
16. Apabila teman memukul anda, apakah anda akan balas memukul? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
17. Bagaimana jika anda mempunyai teman yang mempunyai status ekonomi rendah? a. Bangga b. Biasa saja c. Merendahkan d. Sangat merendahkan
168
18. Apakah teman anda selalu mengajak untuk aktif dalam organisasi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
19. Apakah yang anda lakukan apabila salah satu teman anda memusuhi teman satu kelompok? a. Memarahi b. Menegur c. Membiarkan d. Ikut-ikutan
20. Apakah teman anda sering mengajak anda untuk datang terlambat ke sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
21. Apakah yang anda lakukan sering kali dianggap salah teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
22. Anda selalu mengajak teman untuk datang tepat waktu ke sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
23. Apakah anda selalu mengajak teman untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadand d. Tidak pernah
24. Anda selalu memberikan contoh berpakaian rapi kepada teman anda. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
25. Anda tidak mempunyai hubungan baik dengan teman anda? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
26. Anda gampang terpengaruh dengan teman anda, meskipun teman anda tidak benar. a. Sangat benar b. Benar
169
c. Kurang benar d. Tidak benar
27. Seberapa besar komunikasi yang anda jalin dengan teman anda? a. Sangat besar b. Besar c. Kurang besar d. Tidak besar
28. Apabila ada teman yang rajin, saya selalu mengikutinya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
29. Anda selalu iri melihat teman yang lain memiliki keahlian tertentu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
30. Apakah anda memberitahu keadaan anda kepada teman anda setiap hari? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
31. Apabila teman anda pergi ke perpustakaan, anda selalu ikut? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
32. Apabila ada teman yang mendapatkan penghargaan tertentu, maka anda termotivasi untuk mendapatkan penghargaan juga. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
33. Apakah anda sering mencontoh pekerjaan teman dalam mengerjakan tugas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
34. Apabila teman membolos, anda juga akan ikut bolos. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
170
35. Apakah anda akan belajar dari teman anda apabila teman anda memiliki keahlian olahraga? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
36. Anda tidak akan belajar pada teman yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
37. Apakah anda memperdulikan teman anda apabila sedang mempunyai masalah? a. Sangat peduli b. Peduli c. Kurang peduli d. Tidak peduli
38. Apakah anda sering meluangkan waktu untuk berkumpul dengan teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
39. Apakah anda bersikap acuh tak acuh apabila ada teman yang sedang mengalami kesulitan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
40. Apakah anda kurang terbuka dengan teman-teman terutama masalah pribadi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
41. Apakah anda diam saja jika ada teman yang mendapat masalah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
42. Apakah anda menghargai teman anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
171
43. Saya diam saja jika ada teman yang melakukan kesalahan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
44. Apakah anda membantu teman anda yang tertinggal dalam pelajaran. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
45. Apabila ada teman yang sombong, maka anda akan mengucilkannya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
46. Apakah anda akan belajar dari teman apabila teman anda memiliki keahlian memainkan alat musik. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
47. Apakah anda cenderung diam saja jika mempunyai masalah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
172
Pertanyaan Tentang Kedisiplinan Siswa
1. Apakah anda selalu datang ke sekolah sebelum bel tanda masuk berbunyi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Apakah anda selalu datang ke sekolah secara rutin? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Setelah mendengar bel masuk berbunyi saya langsung masuk kelas. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Apakah anda malas datang ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Apakah anda terlambat masuk kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Apakah anda tepat waktu dalam mengumpulkan PR? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
7. Apakah anda tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru? a. Selalu b. sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Saya selalu melirik tugas teman tanpa meminta ijin terlebih dahulu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Saya selalu mengerjakan tugas tanpa menunda-nunda waktu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
173
10. Apakah anda selalu mengerjakan tugas apabila batas waktu yang ditentukan sudah dekat? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
11. Apakah anda lebih senang mendengarkan guru saat menyampaikan materi pelajaran daripada berbicara dengan teman? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Apakah anda selalu menggunakan seragam secara lengkap? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
13. Apakah anda selalu berbicara dengan teman anda apabila Bp/Ibu guru sedang memberikan materi pelajaran? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
14. Saya selalu aktif bertanya kepada Bp/Ibu guru apabila mengalami kesulitan tentang materi yang diajarkan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
15. Apakah anda lebih suka meminjam peralatan tulis teman dari pada peralatan tulis sendiri? a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
16. Apakah anda tepat waktu dalam membayar iuran koperasi siswa? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
17. Apakah anda menggunakan seragam sesuai dengan hari yang ditentukan oleh sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
174
18. Saya sering pura-pura sakit kemudian ke UKS untuk menghindari upacara bendera yang diselenggarakan oleh sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
19. Apakah anda datang terlambat jika ada giliran piket kebersihan di kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
20. Apakah anda pulang kerumah tepat pada waktunya? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
21. Apakah anda memberi tahu orang tua apabila pulang terlambat karena ada jam tambahan di sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
22. Saya selalu mencari-cari alasan apabila pulang ke rumah terlambat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
23. Apakah anda pamit kepada orang tua apabila akan berangkat ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
24. Saya selalu mampir ke rumah teman terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
25. Setelah pulang dari sekolah saya selalu membantu pekerjaan orang tua di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
175
26. Apakah anda selalu mendiskusikan segala permasalahan dengan orang tua? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
27. Saya kurang perduli dengan kebersihan di rumah walaupun keadaan rumah sangat kotor. a. Sangat benar b. Benar c. Kurang benar d. Tidak benar
28. Saya selalu menunda-nunda untuk belajar di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
29. Apakah anda mengendarai kendaraan di jalur sebelah kiri jalan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
30. Apakah anda selalu makan dengan tangan kanan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
31. Saya selalu memakan makanan yang halal sesuai ajaran agama. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
32. Apakah anda berpakaian kurang sopan jika menghadiri acara resmi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
33. Apakah anda kurang memperhatikan kebersihan di tempat-tempat umum seperti tempat ibadah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
34. Saya selalu mematuhi peraturan yang berlaku di masyarakat. a. Selalu b. Sering
176
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
35. Saya selalu datang lebih awal untuk mengerjakan piket kebersihan kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
36. Saya selalu terlambat membayar iuran koperasi siswa. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
37. Saya lebih senang pulang ke rumah terlebih dahulu sebelum bermain kerumah teman. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
38. Apakah anda lupa memakai helm jika mengendarai sepeda motor? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
39. Saya selalu terlambat pulang ke rumah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah