HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN...

34
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH : MEIGA YOSINANDA WIDODO 802010058 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN PERILAKU

PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UNIVERSITAS

KRISTEN SATYA WACANA

OLEH :

MEIGA YOSINANDA WIDODO

802010058

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi
Page 3: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi
Page 4: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi
Page 5: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi
Page 6: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN PERILAKU

PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UNIVERSITAS

KRISTEN SATYA WACANA

Meiga Yosinanda Widodo

Sutarto Wijono

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 7: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Gaya Hidup Brand Minded dan

Perilaku Pembelian Impulsif pada mahasiswi Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah korelasi yang signifikan antara

Gaya Hidup Brand Minded dan Perilaku Pembelian Impulsif pada mahasisiwi.

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

Wacana. Subjek penelitian secara keseluruhan berjumlah 85 orang. Pengambilan sampel

menggunakan metode incidental sampling.

Hasil pengujian korelasi menggunakan Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan

korelasi antara Gaya Hidup Brand Minded dan Perilaku Pembelian Impulsif diperoleh hasil

r = 0,586 dengan sig = 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Gaya Hidup Brand Minded dan Perilaku Pembelian Impulsif. Hal tersebut membuktikan

bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara Gaya Hidup

Brand Minded dan Perilaku Pembelian Impulsif pada mahasiswi Psikologi dapat diterima.

Kata kunci : Gaya Hidup Brand Minded, Perilaku Pembelian Impulsif.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

Abstract

This researh is intend to find out relation between Lifestyle on Brand and Impulse Buying

Behaviour.The hypothesis is there is significant relation between Lifestyle on Brand and

Impulse Buying Behaviour on female student.

The subject of this research are female students of Psychology Faculty at Satya Wacana

Christian University Salatiga. The subject of this research are 85 female students. Sampling

using Incidental Sampling method.

Hypothesis result which using corelation person product moment shows relation between

Lifestyle on Brand and Impulse Buying Behaviour alasysis is r = 0.586 with sig = 0.000 which

mean there is significant relation between Lifestyle on Brand and Impulse Buying Behaviour. By

that result the hypothesis which tell there is significant relation between Lifestyle on Brand and

Impulse Buying Behaviour on student is acceptable.

Keyword : Lifestyle on Brand, Impulse Buying Behaviour.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

1

Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini.

Sebagai salah satu faktor utama terhadap terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas,

kreatif, dan bertanggung jawab, pendidikan di Indonesia seharusnya menjadi perhatian

utama bagi pemerintah. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Gustian (2002)

mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan guna

membentuk pola pikir sehingga dapat menciptakan individu yang kreatif dan bertanggung

jawab. Pertumbuhan, perkembangan, serta perubahan tersebut harus terorganisasi dan

diarahkan sedemikian rupa untuk menuju pada tujuan akhir pendidikan sebagaimana yang

telah ditetapkan.

Universitas, salah satunya UKSW sebagai salah satu lembaga pendidikan di

Indonesia memiliki fungsi menyiapkan manusia muda yang berkualitas dan menyiapkan

warga negara yang baik (Siswoyo, 2007). Suatu lembaga Universitas juga memiliki

beberapa fakultas di dalamnya yang terdiri dari beberapa jurusan. Program studi didalam

Universitas, salah satunya fakultas psikologi sendiri terdapat berbagai macam karakter

mahasiswa dimana selain untuk menuntut ilmu, mahasiswa yang tergolong didalam remaja

akhir juga mencari identitas diri dan berusaha untuk mencapai pola diri yang ideal.

Sejalan dengan itu, Loudon & Bitta (1984) menyatakan bahwa remaja adalah

kelompok yang berorientasi konsumtif, karena kelompok ini suka mencoba hal-hal yang

dianggap baru. Jatman (dalam Rosyid & Salim, 1997) juga mengatakan bahwa remaja

sebagai salah satu golongan dalam masyarakat, tidak lepas dari pengaruh konsumtivisme

ini, sehingga tidak aneh jika remaja menjadi salah satu sasaran berbagai produk perusahaan.

Salah satu yang mempengaruhi perilaku membeli remaja ini adalah munculnya berbagai

macam penawaran produk baik secara langsung maupun melalui media massa. Di kalangan

remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi menengah keatas, terutama bagi

Page 10: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

2

mereka yang hidup di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua bagi mereka.

Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti tren/mode yang sedang

beredar (Tambunan, 2001).

Dalam pengamatan yang dilakukan, hal tersebut juga terjadi pada mahasiswi

psikologi Universitas Kristen Satya Wacana yang cenderung melakukan pembelian produk

seperti pakaian, kosmetik, assesoris, tas, dan sepatu yang dilakukan bukan berdasarkan

pertimbangan akan kebutuhan yang harus dipenuhi tetapi lebih kepada perilaku spontan dan

bersifat emosional ketika melihat suatu produk. Fenomena tersebut sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Reynold (dalam Rosandi, 2004) bahwa remaja putri lebih banyak

membelanjakan uang dibandingkan dengan remaja pria untuk kepentingan penampilan

seperti pakaian, kosmetik, assesoris, tas, sepatu, dan lain sebagainya.

Pada suatu sisi strategi pemasaran lebih ditujukan untuk mempengaruhi konsumen

agar melakukan pembelian. Pada proses pembelian yang sifatnya rasional, konsumen

melakukan pertimbangan yang cermat dan mengevaluasi sifat produk secara fungsional.

Namun tidak selamanya konsumen melakukan pembelian rasional, terkadang muncul

pembelian yang lebih didasari faktor emosi. Seperti yang diungkapkan oleh Hirschman &

Holbrook (dalam Engel, Blackwell, & Miniard, 1995) pembelian ini biasanya bersifat

hedonis, objek konsumsi dipandang secara simbolis dan berhubungan dengan respon emosi.

Banyaknya stimulus dalam suatu toko seperti display barang, informasi menarik

yang ada di setiap produk, potongan harga, promosi dan iklan produk akan mempengaruhi

suatu keputusan pembelian, termasuk di dalamnya yaitu pembelian impulsif. Pembelian

impulsif merupakan pembelian yang terjadi secara spontan karena adanya dorongan yang

kuat untuk membeli dengan segera (Engel, et al 1995). Sementara itu, Rook (1987)

mengatakan bahwa perilaku pembelian implusif merupakan perilaku pembelian yang

didasari pertimbangan emosional, dan cenderung mengabaikan dampak buruk yang

Page 11: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

3

mungkin terjadi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswandari (2005)

terhadap mahasiswi psikologi yang menyimpulkan bahwa 40-50% mahasiswi psikologi

melakukan pembelian secara impulsif terhadap produk pakaian dan aksesoris yang

disebabkan karena model dan warna pakaian serta faktor persepsi diri yang kurang ideal

dalam penampilan.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa mahasiswi dalam hal ini remaja putri cenderung

lebih sering melakukan pembelian impulsif tanpa melakukan pertimbangan terlebih dahulu.

Pernyataan ini ditunjang oleh penelitian yang dilakukan oleh Henrietta (2012) tentang

impulsive buying pada dewasa awal di Yogyakarta yang menyatakan bahwa berdasarkan

perbandingan kecenderungan pembelian impulsif antara pria dan wanita, ditemukan bahwa

wanita lebih impulsif daripada pria.

Dari beberapa penelitian yang ada terdapat hasil yang menunjukkan bahwa ada

remaja yang bisa mengontrol pembelian dengan tidak menjadi impulsif namun ada juga

yang impulsif. Hal ini tergantung pada bagaimana individu menanggapi respon dan stimuli

yang muncul ketika berada didalam situasi tertentu. Seperti yang diungkapkan oleh Park &

Lennon (2006), bahwa kecenderungan pembelian impulsif merupakan sifat perseorangan

yang muncul sebagai respon atas stimuli lingkungan. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Rook & Fisher (1995), menyatakan bahwa konsumen yang memiliki reaksi impulsif yang

tinggi biasanya akan membeli produk secara impulsif.

Adapun pricilia (2010) menambahkan pentingnya melakukan pembelian impulsif

dikarenakan perilaku pembelian dari setiap konsumen tidaklah sama atau dengan kata lain

perilaku konsumen merupakan hal yang statis, sehingga penelitian tentang perilaku

pembelian impulsif menjadi sangat penting dilakukan untuk mengetahui perilaku konsumen

pada wilayah yang menjadi tempat penelitian.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

4

Pembelian impulsif merupakan suatu fenomena psikoekonomik yang banyak

melanda kehidupan masyarakat. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat pembelian

impulsif juga melanda kehidupan remaja yang sebenarnya belum memiliki kemampuan

finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti yang diungkapkan oleh Johnstone (dikutip

Santoso, 1998), bahwa konsumen remaja mempunyai ciri-ciri mudah terpengaruh oleh

rayuan penjual, mudah terbujuk iklan, terutama pada penampilan produk, kurang berpikir

hemat dan kurang realistis, romantis dan impulsif.

Dari data di atas maka muncul beberapa dampak positif yang terjadi dari perilaku

impulsif bagi perusahaan atau produsen yaitu pembelian secara impulsif dapat

meningkatkan penjualan, pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Semuel (2006) yang mengatakan bahwa, 65% keputusan pembelian diseluruh supermarket

dilakukan didalam toko, dan lebih dari 50% merupakan pembelian yang tidak direncanakan.

Sementara dampak negatif pada individu yang melakukan pembelian secara impulsif adalah

pengeluaran yang meningkat yang disertai penyesalan serta kualitas produk yang rendah

(Semuel, 2007). Hal ini dapat terjadi karena individu dengan perilaku pembelian impulsif

mengalami konflik kognitif, seperti tidak mempertimbangkan harga maupun kegunaan

barang, tidak melakukan evaluasi terhadap suatu pembelian, tidak melakukan perbandingan

antara produk yang diinginkan dengan produk yang dibutuhkan, serta berada dalam situasi

emosional seperti timbulnya dorongan untuk melakukan pembelian, dan timbul perasaan

senang dan puas ketika melakukan pembelian (Verplanken & Herabadi, 2001).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan

pembelian secara impulsif. Loundon & Bitta (1993) mengatakan bahwa faktor yang dapat

memicu pembelian secara impulsif yaitu faktor produk, faktor pemasaran, dan karakter

konsumen. Selain itu menurut Engel, et al (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelian impulsif terbagi menjadi faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal

Page 13: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

5

terdiri dari perilaku pembelajaran, motivasi, kepribadian, kepercayaan, usia, sumber daya

konsumen, dan gaya hidup. Faktor lingkungan terdiri dari situasi, kelompok dan budaya.

Gaya hidup sendiri merupakan pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan

melalui aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup juga menggambarkan keseluruhan diri

seseorang dalam berinteraksi terhadap lingkungan (Kotler, 2002). Gaya hidup seringkali

dikembangkan sendiri oleh beberapa kalangan di dalam masyarakat untuk

mencapaitujuannya di dalam lingkungan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh

Krishnan (2011) tentang Lifestyle-A Tool for Understanding Buyer Behavior menunjukkan

bahwa karakteristik pada gaya hidup konsumen memiliki pengaruh pada saat melakukan

keputusan dalam suatu pembelian. Sejalan dengan itu Setiadi (2003) mengatakan bahwa

pentingnya melakukan penelitian tentang gaya hidup terkait keputusan pembelian karena

menurut Setiadi (2003) gaya hidup lebih bersifat dinamis atau relative permanen sehingga

gaya hidup mempunyai dampak yang besar terkait dengan pengambilan keputusan.

Seperti yang kita ketahui bahwa dalam pengambilan keputusan pembelian, pertama-

tama konsumen membentuk kepercayaan tentang sebuah produk, mengembangkan afeksi

terhadap produk tersebut dan kemudian melakukan perilaku relatif terhadap produk tersebut

(Mowen & Minor, 2002). Dalam membentuk kepercayaan konsumen terhadap suatu

produk, merek merupakan indikator yang digunakan oleh konsumen sebagai pertimbangan

dalam melakukan pembelian. Seperti halnya yang dikatakan oleh Chernatony (2001) bahwa

merek yang kuat adalah merek yang dapat memiliki penilaian positif dibenak konsumen

serta mampu memanfaatkan aspek rasional dan irasional dalam benak konsumen. Pola pikir

seseorang terhadap produk-produk komersil yang berorientasi pada merek tertentu atau pada

merek yang ekslusif inilah yang disebut dengan perilaku brand minded atau gaya hidup

brand minded (Mc Neal, 2007).

Page 14: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

6

Seperti yang diungkapkan oleh Munandar (2001), gaya hidup brand minded dapat

mempengaruhi dua aspek penting bagi konsumen. Pertama, gaya hidup brand minded

menjadikan merek sebagai pendorong atau atau motivator untuk membeli dan yang kedua

gaya hidup brand minded dapat menjadikan merek sebagai pertimbangan utama dalam

setiap pengambilan keputusan. Sejalan dengan itu, studi yang dilakukan oleh Anggraini

(2012) tentang pengalaman komunikasi konsumen wanita dengan gaya hidup brand minded

menyimpulkan bahwa sebagian besar wanita menjadikan brand minded sebagai gaya hidup

menjadikan merek sebagai jati diri dan sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan dari

orang lain. Lalu penelitian lain yang dilakukan oleh Bashir (2013) tentang Impact of

Cultural Values and Life Style on Impulse Buying Behavior: A case study of Pakistan

menyatakan bahwa nilai-nilai budaya dan gaya hidup (kepuasan hidup, keuangan, kepuasan,

gaya hidup, kontak kelompok, peran dan kesamanan gender) memiliki dampak yang

signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif konsumen Pakistan. Berbeda dengan Bashir

(2013), penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2014) dengan judul penelitian Impact Of

Sales Promotion, Personal Selling, Lifestyle And Perception Of Suggestion Impulse Buying

menunjukan bahwa variabel gaya hidup tidak memiliki hubungan dan pengaruh terhadap

pembelian secara impulsif.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas dan beberapa hasil

penelitan terdahulu yang memiliki hasil berbeda kepada masing-masing pasrtisipan maka

sangat penting untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup brand minded terhadap

perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Krsiten Satya

Wacana. Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan

antara gaya hidup brand minded terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Tujuan yang ingin di capai dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara gaya hidup brand minded dan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

7

perilaku pembelian impulsif sehingga memiliki manfaat bagi mahasiswa psikologi dalam

pengambilan keputusan dan juga secara teoritis dapat menjadi referensi pada penelitian

berikutnya.

Tinjauan Pustaka

A. Perilaku Pembelian Impulsif (Impulse Buying Behavior)

1. Pengertian Perilaku Pembelian Impulsif

Pemahaman tentang konsep pembelian impulsif dan pembelian tidak direncanakan

(unplanned purchase) oleh beberapa peneliti tidak dibedakan. Seperti yang diungkapkan

oleh Philipps & Bradshow (dalam semuel, 2006), tidak ada perbedaan antara pembelian

tidak direncakanan dan pembelian impulsif. Engel & Blackwell (dalam Semuel, 2006)

mendefinisikan unplanned buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa

direncanakan terlebih dahulu atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam

toko.

Pada suatu kesempatan, Cobb & Hayer (dalam Semuel (2006), mengklasifikasikan

suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau

kategori produk tertentu pada saat masuk ke dalam toko. Ini berarti bahwa pembelian

impulsif merupakan salah satu jenis perilaku konsumen, dimana hal tersebut terlihat dari

pembelian konsumen yang tidak terencana secara rinci.

Thomson (dalam Semuel, 2006), mengemukakan bahwa ketika terjadi pembelian

impulsif akan memberikan pengalaman emosional lebih dari pada rasional, sehingga tidak

dilihat sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka pembelian impulsif lebih dipandang

sebagai keputusan irasional dibanding rasional. Beberapa penelitian lain menganggap bahwa

pembelian impulsif adalah suatu proses yang tidak rasional yang dipaksakan untuk

Page 16: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

8

memuaskan keberhasilan pembelian yang tidak direncanakan diatas pemikiran yang rasional

(Loundon & Bitta, 1993, h.567).

Berdasarkan definisi dari pada ahli dapat disimpulkan bahwa perilaku pembelian

impulsif adalah pengambilan keputusan pembelian konsumen sebagai respon dari stimulus

lingkungan tanpa melakukan pertimbangan harga, kualitas, dan manfaat produk.

1.1 Aspek Pembelian Impulsif

Pada suatu kesempatan, Rook & Fisher (1995) mengungkapkan bahwa pembelian

impulsif memiliki beberapa aspek-aspek, yaitu sebagai berikut :

1. Spontanitas

Tidak diharapkan sebelumnya dan memotivasi konsumen untuk membeli saat itu

juga, serta secara langsung merespon point of sale yang terangsang secara visual.

2. Kekuatan, paksaan, dan perasaan yang hebat

Konsumen termotivasi untuk melakukan pembelian dan bertindak dengan segera.

3. Kegairahan dan stimulasi

Desakan mendadak untuk membeli sering disertai emosi yang dicirikan sebagai

perasaan “gairah”,”sensasi” atau “tidak terkendali”.

4. Mengabaikan konsekuensi

Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang

mungkin negatif diabaikan yang disebabkan oleh pengaruh stimuli seperti

potongan harga serta bentuk ukuran barang.

1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian impulsif

menurut Engel, et al (1995) adalah sebagai berikut :

Page 17: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

9

1. Usia dan Tahap Daur Hidup

Orang berubah-ubah selama hidupnya dalam membeli barang dan jasa yang

sesuai usianya. Individu seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk daur

hidup dan mengembangkan produk yang sesuai dengan usianya.

2. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan yang terjadi pada diri individu yang

memaksa untuk melakukan sesuatu yang disebabkan karena keinginan untuk

mendapatkan suatu produk.

3. Perilaku pembelajaran

Perilaku pembelajaran konsumen dalam memahami suatu produk seringkali

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Perilaku pembelajaran

merupakan suatu informasi mengenai suatu produk yang diingat di dalam

ingatan.

4. Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian adalah organisasi dari faktor biologis dan sosiologis yang

mempengaruhi individu. Kepribadian dapat menjadi variabel yang bermanfaat

untuk menganalisis perilaku membeli seseorang dan berdasarkan hal itu

kepribadian dapat di klasifikasi, dianalisis kuat lemahnya korelasi antara tipe

kepribadian dengan pilihan produk atau merek tertentu.

5. Sumber daya konsumen

Faktor-faktor yang memberikan kemampuan konsumen dalam

mengkonsumsi atau membeli suatu produk.

6. Gaya hidup

Gaya hidup dapat diartikan sebagai pola kehidupan seseorang yang

diwujudkan dalam psikografiknya. Orang yang berasal dari sub budaya, kelas

Page 18: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

10

sosial dan pekerjaan yang sama mungkin memiliki gaya hidup yang berbeda.

Contoh perilaku gaya hidup dapat dilihat pada perilaku kelmpok masyarakat

tertentu yang senang belanja barang bermerek sebagai simbol citra diri.

Gaya hidup merupakan pendorong dasar yang mempengaruhi kebutuhan dan sikap

individu, juga mempengaruhi aktivitas pembelian dan penggunaan produk. Dengan

demikian gaya hidup merupakan aspek utama yang mempengaruhi proses pengambilan

keputusan seseorang dalam membeli produk. Salah satu tipe gaya hidup ini adalah gaya

hidup yang berorientasi pada merek atau dikenal dengan sebutan gaya hidup brand-minded.

B. Gaya Hidup

1. Pengertian Gaya Hidup Brand Minded

Kotler (2006) mendefinisikan gaya hidup sebagai pola hidup seseorang di dunia

yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opini. Pengertian ini sejalan dengan Setiadi

(2003) mengatakan gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang

menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam

lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan

juga dunia di sekitarnya (pendapat). Engel, et al (1995) yang mendefinisikan gaya hidup

sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Hawkins (2007)

menyatakan gaya hidup sebagai bagaimana individu menjalankan proses kehidupan. Gaya

hidup merupakan fungsi dari ciri-ciri dalam diri individu yang terbentuk melalui interaksi

sosial sewaktu individu bergerak melalui daur hidupnya. Gaya hidup merupakan dasar

motivasi yang mempengaruhi sikap dan kebutuhan individu, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi keputusan pembelian. Brand Minded sendiri didefinisikan sebagai pola pikir

seseorang terhadap objek-objek komersil yang cenderung berorientasi pada merek eksklusif

atau terkenal (McNeal, 2007).

Page 19: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

11

Berdasarkan definsi tentang gaya hidup brand minded oleh para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa gaya hidup brand minded merupakan gaya hidup individu yang

berorientasi pada penggunaan produk-produk yang memiliki merek eksklusif atau terkenal

sebagai suatu standar yang dipakai oleh individu sebagai standar kehidupan pribadi dan

sosial. Gaya hidup brand minded juga dapat disimpulkan sebagai gaya hidup yang menaruh

kepercayaan atau nilai serta prestise individu yang bergantung pada barang dengan merek

eksklusif atau terkenal.

2.1 Dimensi pengukuran gaya hidup Brand Minded

Gaya hidup brand minded memiliki beberapa dimensi yang dapat digunakan untuk

mengukur gaya hidup konsumen atau disebut sebagai psikografik (Hawkins, 2007), yaitu :

1. Aktivitas

Dimensi aktivitas ini meliputi apa yang dilakukan oleh konsumen, apa yang

dibeli oleh konsumen dan bagaimana konsumen menghabiskan waktunya.

2. Minat

Dimensi minat ini mencakup preferensi dan prioritas konsumen dalam memilih

produk yang akan dibeli.

3. Opini

Dimensi opini ini terdiri dari pandangan dan perasaan konsumen terhadap

produk-produk yang ada di kehidupannya, baik yang lokal maupun internasional.

4. Nilai

Nilai secara luas mencakup keyakinan mengenai apa yang diterima atau

diinginkan.

5. Demografi

Demografi mencakup usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, struktur

keluarga, latar belakang, budaya, dan gender.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

12

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa remaja memiliki beberapa ciri-ciri tertentu

yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain

masa remaja sebagai periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, masa

remaja juga sebagai usia bermasalah, usia yang menimbulkan ketakutan, sebagai masa

mencari identitas, tidak realistik, dan sebagai ambang masa dewasa.

Pada masa remaja ini terdapat beberapa minat termasuk minat-minat pribadi, salah

satunya adalah minat pada penampilan diri adalah pakaian, perhiasan pribadi, kerapihan,

daya tarik dan bentuk tubuh yang sesuai dengan seksnya. Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan oleh Cross &Cross (dalam Hurlock, 1997) bahwa kecantikan dan daya tarik fisik

sangat penting bagi manusia.

Dari pernyataan diatas tampak bahwa remaja putri sangat memperhatikan

penampilan fisik mereka. Mereka mencari atribut-atribut penampilan yang dapat

menonjolkan identitas diri mereka dalam lingkungan sosial. Mereka berupaya untuk terus

mengikuti mode terutama untuk barang dengan merek-merek yang eksklusif sehingga hal

tersebut dapat mendorong mereka untuk berperilaku impulsif.

D. Hubungan antara perilaku pembelian impulsif dan gaya hidup brand minded

Brand Minded didefinisikan sebagai pola pikir seseorang terhadap objek-objek

komersil yang cenderung berorientasi pada merek eksklusif atau terkenal (McNeal, 2007).

Hasibuan (2010) mengatakan bahwa individu dengan dengan gaya hidup brand minded

sangat memperhatikan mode atau tren yang sedang berlangsung sehingga cenderung

berperilaku impulsif, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0.606 antara

kedua variabel. Selanjutnya Brandon & Forney (dalam Hasibuan, 2010) mengatakan bahwa

Page 21: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

13

gaya hidup brand minded berasal dari nilai-nilai dasar individu yang mendasari perilaku

konsumen yang merefleksikan suatu tren gaya berpakaian dengan menggunakan produk-

produk yang memiliki merek eksklusif dan mahal. Simamora (2003) mengatakan bahwa

merek memiliki nilai-nilai dimana salah satunya adalah nilai ekspresi diri, nilai ekspresi diri

dapat menjadi tolak ukur bagaimana penilaian individu terhadap dirinya maupun orang lain.

Selanjutnya, merek sebagai suatu nilai dari ekspresi diri dapat dilihat pada penelitian yang

dilakukan oleh Astasari dan Sahrah (2009) yang mengatakan bahwa pembelian yang

dilakukan oleh remaja khususnya remaja putri lebih banyak dilakukan untuk pembelian

barang atau produk yang berkaitan dengan penampilan fisik yang didasari pada keinginan

dibanding kebutuhan.

Sebagaimana pembelian impulsif dapat terjadi karena didasari pada keinginan

daripada kebutuhan, maka konsumen dengan gaya hidup brand minded memiliki

kecenderungan dalam melakukan pembelian secara impulsif. Hal ini dapat dilihat dari

penelitian yang dilakukan oleh Dittmar, Beattie & Friesse (2005) yang menyimpulkan

bahwa produk yang dibeli oleh remaja, khususnya putri adalah produk yang berkaitan

dengan penampilan seperti pakaian, aksesoris, dan kosmetik yang dilakukan secara impulsif

ketika berada dalam pusat perbelanjaan.

Hubungan antara perilaku pembelian impulsif dan gaya hidup brand minded di atas

juga sejalan dengan Susianto (1993) yang mengatakan bahwa dalam perkembangannya,

remaja mulai menciptakan suatu standar dalam pergaulan baik dengan menampilkan

maupun mengembangkan gaya hidup tertentu sebagai bentuk kompensasi kesadaran dengan

menggunakan atau memiliki barang-barang yang memiliki merek bergengsi. Sehingga,

sebagai suatu standar yang harus dipenuhi remaja cenderung melakukan pembelian impulsif

terhadap barang dengan merek-merek terkenal. Senada dengan Simamora (2003), Susianto

(1993) juga mengatakan bahwa pembelian impulsif yang terjadi pada remaja juga terjadi

Page 22: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

14

sebagai akibat dari gaya hidup remaja yang menjadikan barang dengan merek terkenal atau

eksklusif sebagai nilai jati diri mereka di mata orang lain.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan kajian teori diatas maka hipotesis

yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara Gaya

Hidup Brand Minded dan Perilaku Pembelian Impulsif.

Metode penelitian

Partisipan

Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana. Partisipan dalam

penelitian ini adalah mahasiswi aktif Fakultas Psikologi. Populasi yang digunakan didalam

penelitian ini adalah 558 mahasiswi Psikologi mahasiswi aktif menurut data yang didapat

dari Biro Administrasi. Dan dalam penelitian ini dari hasil perhitungan jumlah sampel

berdasarkan rumus Slovin adalah sebanyak 85 orang mahasiswi Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana. Dengan pengambilan sampel menggunakan metode incidental

sampling yaitu dengan membagikan data kepada partisipan yang ditemui peneliti dan

dipandang cocok sebagai sumber data, salah satunya yaitu dengan cara melihat penampilan

calon sumber data.

Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan pemngambilan data, dilakukan survei awal

untuk memperleh informasi tentang data mahasiswi Fakultas Psikologi yang melakukan

registrasi pada semester genap tahun 2015. Data diperoleh dari Biro Administrasi

Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 11 Januari 2015. Pengumpulan data dengan

menyebarkan angket dilakukan pada tanggal 6 Februari – 13 Februari 2015, peneliti

Page 23: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

15

membagikan angket atau kuesioner kepada responden yang sesuai dengan kriteria dalam hal

ini subjek yang memiliki penampilan keren/modis.

Pengukuran

Dalam penelitian ini, metode pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data

informasi adalah angket. Angket dalam penelitian ini berdasarkan skala yang telah disusun

oleh peneliti sebagai berikut :

1. Skala Gaya Hidup Brand Minded

Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan skala Gaya Hidup Brand Minded yang

dikembangkan oleh Hawkins (2007) yang telah dibuat sendiri oleh penulis. Skala ini terdiri

dari 30 item yang terbagi ke dalam 5 dimensi Gaya Hidup Brand Minded yaitu, aktivitas,

minat, opini, nilai dan demografi. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 4

pilihan jawaban yang tersedia, yaitu: “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan

“Sangat Tidak Setuju”.

Pada uji daya diskriminasi item angket gaya hidup brand minded putaran pertama,

korelasi antar butir skor bergerak antara 0,164 sampai 0,755, dari 30 item terdapat 29 item

yang memiliki daya beda ≥ 0,30 (Azwar, 1999) dan 1 item yang memiliki daya beda < 0,30.

Pada uji diskriminasi item putaran kedua, setelah item gugur dibuang, korelasi antar butir

skor bergerak antara 0,522 sampai 0,761, terdapat 29 item yang memiliki daya beda ≥ 0,30.

Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,959 (≥ 0,60). Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa semua item pada variabel gaya hidup brand minded ini dikatakan

reliabel atau konsisten.

2. Skala Perilaku Pembelian Impulsif

Skala untuk variabel Perilaku Pembelian Impulsif yang dikembangkan oleh Rook &

Fisher (1998) yang telah dibuat sendiri oleh penulis. Skala ini terdiri dari 30 item total yang

terbagi ke dalam 4 aspek Perilaku Impulsif. Partisipan diminta untuk menjawab berdasarkan

Page 24: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

16

4 pilihan jawaban yang tersedia, yaitu: “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan

“Sangat Tidak Setuju”.

Pada uji daya diskriminasi item angket perilaku pembelian impulsif putaran pertama,

korelasi antar butir skor bergerak antara -0,472 sampai 0,672, dari 30 item terdapat 22 item

yang memiliki daya beda ≥ 0,30 (Azwar, 1999) dan 8 item yang memiliki daya beda < 0,30.

Pada uji diskriminasi item putaran kedua, setelah item gugur dibuang, korelasi antar butir

skor bergerak antara 0,273 sampai 0,736, dari 22 item terdapat 21 item yang memiliki daya

beda ≥ 0,30 dan 1 item yang memiliki daya beda < 0,30. Selanjutnya pada uji daya

diskriminasi item putaran ketiga, setelah item yang gugur dibuang, korelasi antar butir skor

bergerak antara 0,355 sampai 0,739, dari 21 item terdapat 21 item yang memiliki daya beda

≥ 0,30.

Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,889 (≥ 0,60). Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa semua item pada variabel perilaku pembelian impulsif ini

dikatakan reliabel atau konsisten.

Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data uji korelasi Pearson Product

Moment. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas bertujuan untuk mengetahui

apakah data yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan analisis

dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Uji Normalitas yang digunakan adalah uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Anova.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment.

HASIL PENELITIAN

Pengambilan Data

Dalam penelitian ini digunakan sampel sebanyak 85 responden mahasiswi Psikologi.

Penelitian ini dilakukan dengan cara membagi angket pada responden yaitu mahasiswi

Page 25: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

17

fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Angket yang digunakan untuk olah

data dalam penelitian ini yaitu sebanyak 85.

Hasil Uji Asumsi

Hasil Uji Normalitas

Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov yang bertujuan

untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada masing-masing

variabel. Dari hasil uji normalitas yang telah diuji menggunakan SPSS v.21 for windows

menunjukkan bahwa variabel gaya hidup brand minded memiliki koefisien Kolmogorov-

Smirnov Test sebesar 1,310 dengan probabilitas p) atau signifikansi sebesar 0,064,

sedangkan untuk variabel perilaku pembelian impulsif memiliki koefisien Kolmogorov-

Smirnov Test sebesar 1,139 dengan probabilitas p) atau signifikansi sebesar 0,149. Dengan

demikian variabel memiliki distribusi normal yaitu p > 0,05.

Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk menguki integritas hubungan data yaitu variabel bebas

dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk perhitungannya, uji

linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS v.21 for windows yang dapat dilihat pada

tabel berikut.

Berdasasarkan hasil analisis uji linearitas yang menggunakan tabel Anova nilai

Deviation from linearity maka dapat diketahui variabel perilaku pembelian impulsif dan

gaya hidup brand minded diperoleh nilai F beda sebesar 0,967 dengan signifikansi p = 0,533

(p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara variabel gaya hidup brand minded dengan

perilaku pembelian impulsif adalah linier.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

18

Analisis Deskriptif

Gaya Hidup Brand Minded

Tabel 4.

Kriteria Skor Gaya Hidup Brand Minded

No Interval Kategori Mean N Presentase (%)

1. 29 ≤ x ≤ 50,75 Sangat Rendah 0 0

2. 50,75≤ x < 72,5 Rendah 18 21,2%

3. 72.5 ≤ x < 94,25 Tinggi 79,13 58 68,2%

4. 94,25 ≤ 116 Sangat Tinggi 0 10,6%

Jumlah 85 100%

SD = 12,475 Min = 52 Max = 107

Bila dilihat dari data tersebut, menunjukkan nilai terendah (minimum) 52, nilai

tertinggi (maksimum) 107, dengan standar deviasi sebesar 12,475. Dari tabel diatas juga

dapat dilihat bahwa rata-rata skor subjek berada dalam kategori tinggi dengan mean sebesar

79,13 .

Perilaku Pembelian Impulsif

Tabel 5.

Kriteria Skor Perilaku Pembelian Impulsif

No Interval Kategori Mean N Presentase (%)

1. 21 ≤ x ≤ 36,75 Sangat Rendah 2 4,71%

2. 36,75 ≤ x < 52,5 Rendah 52 3 38,82%

3. 52,5 ≤ x < 68,25 Tinggi 51 56,47%

4. 68,25 ≤ 84 Sangat Tinggi 31 0

Jumlah 85 100%

SD = 8,188 Min = 30 Max = 67

Bila dilihat dari data tersebut, menunjukkan nilai terendah (minimum) 30, nilai

tertinggi (maksimum) 67, dengan standar deviasi sebesar 8,188. Dari tabel diatas juga dapat

dilihat bahwa rata-rata skor subjek berada dalam kategori tinggi dengan mean sebesar 52.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

19

Hasil Analisis Data

Perhitungan data analisis dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas

dan uji linearitas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS v.21 for windows.

Hasil korelasi antara gaya hidup brand minded dengan perilaku pembelian impulsif pada

mahasiswi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.

Hasil uji korelasi gaya hidup brand minded dan perilaku pembelian impulsif.

Correlations

Perilaku Pembelian

Impulsif

Gaya Hidup Brand Minded

Pearson Correlation ,586**

Sig. (2-tailed) ,000

N 85

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara gaya

hidup brand minded dan perilaku pembelian impulsif pada mahasiswi sebesar 0,586 dengan

sig = 0,000 (p < 0.05) yang berarti korelasi antara gaya hidup brand minded dan perilaku

pembelian impulsif berada dalam kategori sedang dengan interval koefisien antara 0,40-

0,599 dan korelasi tersebut signifikan karena p < 0,05 (0,000 < 0,05).

Besarnya sumbangan efektif variabel gaya hidup brand minded dan perilaku

pembelian impulsif adalah 34,44% yang diperoleh dari r² x 100, sedangkan sisanya 65,57%

adalah sumbangan dari variabel lain di luar variabel gaya hidup brand minded.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang gaya hidup brand minded dan perilaku pembelian

impulsif menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan dengan tingkat hubungan

Page 28: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

20

pada kategori sedang (r=0,586). Tingkat hubungan koefisien korelasi sedang terletak pada

interval antara 0,40-0,599. Nilai signifikansinya 0,000, dimana p atau signifikansinya lebih

kecil dari 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup brand

minded dan perilaku pembelian impulsif pada mahasiswi psikologi.

Dengan hasil korelasi positif ini dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi gaya hidup

brand minded maka semakin tinggi pula perilaku pembelian impulsif pada mahasiswi.

Sebaliknya jika semakin rendah gaya hidup brand minded, maka semakin rendah pula

kecenderungan perilaku pembelian impulsif mereka. Dengan demikian, dinyatakan dalam

penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima. Karena gaya hidup brand minded memiliki

korelasi positif signifikan dengan perilaku pembelian impulsif.

Sebagian besar mahasiswi psikologi menganggap gaya hidup brand minded sebagai

salah satu bagian dari diri mereka dan juga menjadikan gaya hidup ini sebagai salah satu

faktor untuk meningkatkan citra diri sehingga hal tersebut membuat mahasiswi dalam hal ini

remaja putri berperilaku impulsif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Khrisnan (2011) tentang Lifestyle-A Tool for Understanding Buyer Behavior yang

menunjukkan bahwa karakteristik pada gaya hidup konsumen memiliki pengaruh pada saat

melakukan keputusan pembelian. Seperti yang kita ketahui juga mahasiswi seringkali

menciptakan dan mengembangkan gaya hidup tersendiri. Mereka menggunakan gaya hidup

sebagai sarana untuk mengembangkan diri mereka di dalam lingkungan agar lebih dianggap

up to date. Penelitian yang dilakukan oleh Kotler (2002) menunjukkan bahwa gaya hidup

merupakan gambaran keseluruhan diri seseorang dalam berintereaksi dan untuk mencapai

tujuannya di dalam lingkungan.

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi

perilaku pembelian adalah gaya hidup. Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa gaya hidup brand minded mampu memicu seseorang untuk melakukan

Page 29: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

21

pembelian secara impulsif. Sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Hawkins (2007)

yang mengatakan bahwa gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku pembelian impulsif, dimana dikatakannya gaya hidup seseorang mempengaruhi

kebutuhan, keinginan, serta perilakunya termasuk perilaku membeli. Hawkins (2007) juga

mengatakan bahwa gaya hidup seringkali dijadikan motivasi dasar dan pedoman dalam

membeli sesuatu. Ini berarti, individu dalam membeli suatu produk mengacu pada gaya

hidup yang dianutnya. Sehingga dapat dikatakan gaya hidup brand minded yang dianut oleh

mahasiswi memiliki peranan dalam perilaku pembelian mereka.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Sunarto (2003) yang menyatakan

perilaku membeli termasuk didalamnya perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh gaya

hidup. Semakin tinggi gaya hidup seseorang maka semakin mudah dipengaruhi untuk

melakukan pembelian impulsif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ferrel (2007)

menunjukkan bahwa gaya hidup itu berpengaruh pada pola kehidupan, perilaku pembelian,

dan juga pemilihan merek yang istimewa. Mereka juga cenderung menganggap gaya hidup

sebagai suatu bentuk penyesuaian mereka didalam kelompok yang nantinya akan terus

mereka anut. Sutojo (1998) mengatakan bahwa mahasiswi dalam hal ini remaja menyenangi

pembelian barang yang memiliki merek bergengsi, mahal, dan eksklusif disebabkan karena

merek tersebut dapat memberikan kepuasan pada mereka sebagai suatu bagian dari gaya

hidup. Hal ini membuat mereka akan berupaya terus untuk membeli barang-barang

bermerek terbaru untuk memenuhi keinginan dan kepuasan mereka.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lamarto (dalam Rosandi, 2004) mengatakan

bahwa mahasiswi dalam hal ini remaja putri merupakan pembeli yang potensial untuk

produk-produk seperti pakaian, sepatu, asesoris, tas, dan kosmetik. Hal ini didukung oleh

teori yang diungkapkan oleh Reynold, Scott, dan Warshaw (1973) bahwa remaja putri

membelanjakan uangnya lebih banyak untuk keperluan yang menunjang penampilan diri

Page 30: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

22

seperti : pakaian, sepatu, kosmetik, dan asesoris serta alat-alat yang dapat membantu

memelihara kecantikan dirinya.

Berdasarkan penelitian ini maka didapatkan koefisien determinan (r²) sebesar

(0,586)² yaitu 34,33%. Artinya kontribusi variabel gaya hidup brand minded terhadap

perilaku pembelian impulsif sebesar 34,33% dan ini berarti bahwa masih terdapat 65,67%

variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif selain gaya

hidup brand minded seperti yang diungkapkan oleh Engel, et al (1995), yaitu faktor

lingkungan (budaya, kelompok referensi/konformitas, situasi), faktor pribadi (usia,

motivasi), perilaku pembelajaran, kepribadian dan konsep diri, serta sumber daya

konsumen.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara gaya hidup brand minded dan perilaku

pembelian impulsif pada mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Satya Wacana. Semakin

tinggi gaya hidup brand minded pada mahasiswi maka semakin tinggi pula perilaku

pembelian impulsif yang akan dilakukan.

Saran

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang diperoleh penulis maka dikemukan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Penelitian Mendatang

Bagi penelitian mendatang dapat dijadikan referensi tambahan untuk topik

serupa dan penelitian lain yang tertarik melakukan atau mengembangkan dengan

topik perilaku pembelian impulsif disarankan memperhatikan faktor-faktor lain,

Page 31: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

23

selain gaya hidup brand minded yang mempengaruhi perilaku pembelian

impulsif, seperti faktor kepribadian, motivasi, dan juga konformitas/lingkungan.

Penelitian ini juga bisa dikembangkan dengan meneliti orang-orang yang sudah

bekerja dan berada di kota-kota besar seperti Jakarta karena gaya hidup brand

minded di kota tersebut lebih terlihat jelas sehingga dapat memberikan pengaruh

besar terhadap hasil penelitian.

2. Bagi Mahasiswi

Mahasiswi yang memiliki gaya hidup brand minded dapat melakukan diskusi

untuk membahas tentang dampak-dampak negatif yang mungkin akan terjadi

jika seseorang terus berperilaku impulsif dan brand minded.

Mahasiswi juga dapat mencari informasi melalui media sosial atau buku tentang

akibat-akibat jika seseorang berperilaku impulsif.

3. Bagi Orang Tua

Dari penelitian yang telah dilakukan maka saran yang diajukan kepada orang tua

yang memiliki anak dengan gaya hidup brand minded adalah agar memperlancar

komunikasi dan mengawasi pengeluaran anak supaya tidak melakukan

pembelanjaan secara berlebihan dan memberikan pengertian-pengertian tentang

bagaimana mempergunakan uang dengan baik dan benar.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

24

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E. (2012). Pengalaman Konsumen Wanita dengan Gaya Hidup Brand Minded.

Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Astasari, A & Sahrah, A. (2009). Hubungan Antara Konformitas Dengan Perilaku Membeli

Impulsif Pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Mercu

Buana.

Azwar, S. (1999). Dasar-Dasar Psikometri. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Bashir, S, Zeeshan, M, & Sabbar, S. (2013). Impact of Cultural Values and Lifestyle on

Impulse Buying Behavior : A Case Study of Pakistan. International Review of

Management and Business Research, 2 (1), 193-200.

Brandon, L & Forney, J, C. (2002). Influence of Female purchase motivation and Product

Satisfaction: A Comparison of Causal and Formal Lifestyle and Angalo and

Hispanic Ethnicity. Journal of Family and Consumer Sciences, 94 (1), 54-63.

Chernatony, D, L. (2001). A Model for Strategically Building Brands. Brand Management

Journal, 9 (1), 32-44.

Dittmar, H, Beattie, J & Friesse, S. (2005). Object, Decision Consideration & Self Image in

Mens’s and Woman’s Impulse Purchases. USA.

Engel, J, F, Blackwell, R, D, & Miniard P, W. (1995). Perilaku Konsumen : Jilid 1. Alih

Bahasa: Budjianto. Jakarta : Binarupa Aksara.

Ferrel, O, C. (2007). Marketing Strategy. South Western: Thomson Corporation.

Gustian. (2002). Anak Cerdas Berprestasi Rendah. Jakarta: Gunung Mas.

Hasibuan, (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hawkins, Dei, L, Roger, J, Best & Kenneth, A, C. (2004). Consumer Behavior : Building

Marketing Strategy. Edisi 9. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.

_________________________________________. (2007). Consumer Behavior, Building

Marketing Strategy Tenth edition. New York : McGraw Hill International Edition.

Henrietta, P. (2012). Impulsive Buying Pada Dewasa Awal di Yogyakarta.

https://www.mysciencework.com/publication/read/9359889/impulsive-buying-pada-

dewasa-awal-di-yogyakarta#page-null (diakses pada 20 September, 2014).

Hurlock, E. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Masa. Jakarta:

Erlangga.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

25

Khrisnan, J. (2011). Lifestyle-A Tool for Understanding Buyer Behavior. Int Journal of

Economics and Management, 5 (1), 238-298.

Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. PT. Prehalindo. Jakarta.

Lemme, B, H. (1995). Development in adulthood. United States of America: Allyn &

Bacon.

Loundon, D, L & Bitta, D, N. (1984). Consumer Behavior : Concepts and Application. 2nd

Edition. New York: McGraw-Hill.

________________________. (1993). Consumer behavior, Concepts and Applications.

Fouth edition. Singapore: McGraw-Hill.

Mappiere, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional.

McNeal, J, U. (2007). On Becoming a Consumer Behavior Patterns in Childhood.

Butterworth-Heinemann.

Mowen, J, C & Minor, M. Alih bahasa: Lina Salim. (2002) Perilaku Konsumen. Edisi

Kelima. Jakarta : Erlangga.

Munandar, A, S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:UI-Press.

Nas & Sande, V, D. (2003). Study Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak

Muda. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. Jakarta : Grasindo.

Park, J, & Lennon, S, J. (2006). Psychological and environmental antecedents of impulse

buying tendency in the multi channel shopping context. Journal of Consumer

Marketing, 23 (2), 56-68.

Premananto & Candra, G (2007). Proses pengambilan keputusan pembelian impuls dengan

pendekatan psikologi lingkungan dan rantai kausalitas. Jurnal Antisipasi, 10 (1),

172-184.

Pricilia, Y, W. (2010). Faktor Psikologis Konsumen yang Memengaruhi Perilaku Pembelian

Impulsif (Impulse Buying Tendency) Produk Fashion di Malang Town Square.

Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Reynold, Scott, & Warshaw. (1973). Introduction to Marketing Management. Revisioned

Ed. Ilinois: Hornewood Irvin Inc.

Rosandi, A, F. (2004). Perbedaan Perilaku Konsumtif Antara Mahasiswa Pria dan Wanita di

Universitas Katolik Atma Jaya. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas

Katolik Atma Jaya.

Rook, D, W. (1987). The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research, 14 (2), 189-

199.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP BRAND MINDED DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12949/2/T1_802010058_Full text.pdf · perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa fakultas Psikologi

26

__________ & Fisher, R, J. (1995). Normative Influences on Impulse Buying Behavior. The

Journal of Consumer Research, 22 (2), 55-56.

Rosyid, H & Salim, L. (1997). Perilaku Konsumtif Berdasarkan Locus of Control Pada

Remaja Putri. Psikologika. 4 (2), 5-13.

Santoso, B. (1998). Hubungan Antara Alienasi Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada

Remaja Putri. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Semuel, H. (2006). Dampak Respon Emosi Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian

Impulsif Konsumen Online dengan Sumberdaya yang Dikeluarkan dan Orientasi

Belanja Sebagai Variabel Medias. Jurnal Manajemen Kewirausahaan, 8 (2), 101-

115.

Setiadi, J. (2003). Perilaku Konsumen. Bogor : Kencana.

Siahaan, M. (2014). Impact Of Sales Promotion, Personal Selling, Lifestyle And Perception

Of Suggestion Impulse Buying. Skripsi. Lampung: Fakultas ISIP Universitas

Lampung.

Simamora, B. (2003). Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta : PT Gramedia.

Siswandari, A, D. (2005). Perilaku Membeli Impulsif Pada Remaja Mahasiswa Psikologi.

Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.

Siswoyo, D. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.

Sunarto. (2003). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Yogyakarta : Kampus Kebangsaan Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa.

Susanto. (2001). Potret-potret Gaya Hidup Metropolis. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Susianto, H. (1993). Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak Muda.

Jurnal Psikologi dan Masyarakat (Vol. 1). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sutisna. (2000). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Sutojo, S. (1998). Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran. PT. Pustaka Binaman Presindo.

Tambunan, R. (2001). Remaja dan Perilaku Konsumtif. Jakarta.

Verplanken, B. & Herabadi, A, G. (2001). Consumption Experience of Impulse Buying in

Indonesia : Emotional Arousal and Hedonic Considerations. Asian Journal of Social

Psychology, 12 (1), 20-31.