Hole Problem

28
5.2. Hole Problem Pada Pemboran Pemboran merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan target tertentu. Untuk mencapai reservoir pahat bor akan menembus berbagai batuan yang ada di atas reservoir tersebut yang masing-masing memiliki karateristik yang berbeda-beda. Suatu pemboran pada kenyataannya tidak berjalan lancar sesuai yang dikehendakai ,macam-macam hambatan sering terjadi, yang bissanya disebut sebagai “Hole Problem” Lubang bor dijaga agar tetap stabil dengan cara menyeimbangkan tegangan tanah dan tegangan pori di satu sisi dengan tekanan lumpur pemboran disekitar lubang bor dan komposisi kimia lumpur bor pada stu sisi yang lain. Setiap kali lesetimbangan diganggu akan timbul masalah yang timbul disekitar lubang bor. Masalah- masalah pemboran dapat diklasifikasakan kedalam empat bagian, yaitu : 1. Pipa terjepit (pipe stuck). 2. Shale problem (sloughing shale). 3. Hilang Lumpur (lost circulation ) 4. Kick dan semburan liar. 5.2.1. Pipa Terjepit.(Pipe Stuck).

description

Hole Problem

Transcript of Hole Problem

5

5.2. Hole Problem Pada Pemboran

Pemboran merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan target tertentu. Untuk mencapai reservoir pahat bor akan menembus berbagai batuan yang ada di atas reservoir tersebut yang masing-masing memiliki karateristik yang berbeda-beda. Suatu pemboran pada kenyataannya tidak berjalan lancar sesuai yang dikehendakai ,macam-macam hambatan sering terjadi, yang bissanya disebut sebagai Hole Problem

Lubang bor dijaga agar tetap stabil dengan cara menyeimbangkan tegangan tanah dan tegangan pori di satu sisi dengan tekanan lumpur pemboran disekitar lubang bor dan komposisi kimia lumpur bor pada stu sisi yang lain. Setiap kali lesetimbangan diganggu akan timbul masalah yang timbul disekitar lubang bor. Masalah-masalah pemboran dapat diklasifikasakan kedalam empat bagian, yaitu :

1. Pipa terjepit (pipe stuck).2. Shale problem (sloughing shale).3. Hilang Lumpur (lost circulation )4. Kick dan semburan liar.

5.2.1. Pipa Terjepit.(Pipe Stuck).

Definisi pipa terjepit adalah keadaan dimana bagian dari pipa bor atau selang bor (drill collar ) terjepit (stuck) di dalam lubang bor.

5.2.1.1. Jenis Dan Sebab Jepitan

Ada Tiga jenis utama dari pipa terjepit :

1. Caving,Sloughing.

Seperti yang telah dibicarakan dimuka kita sering menembus formasi yang tidak stabil,terutama pada lapisan shale.

Gejala yang tampak pada problem ini adalah :

Tekanan pompa naik

Serbuk bor bertambah

Adanya sangkutan (drag,bridges)

Torsi naik

Bit balling

Viskositas naik

Air filtrasi naik

Gel strength naik

Sebagai cara pencegahan terhadap masalah ini adalah dengan pemakian mud practice dan drilling practice yang baik seperti telah dibicarakan didepan pembahasan mengenai shale problem. Usaha usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan sirkulasi yang intensif dan dengan cara perendaman (spatting) dengan minyak atau surfactant.

2. Key Seat

Key seat ini dapat terjadi pada ;ubang bor yang miring. Hal ini ini terjadi karena gesekan pipa bor dengan dinding lubangnbor bagian atas dan membentuk semacam lubang kunci. Biasanya jepitan terjadi pada saat pencabutan pipa. Sirkulasi pada waktu itu berjalan dengan normal.

Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan menghindari belokan tajam (dog leg). Pda sumur miring belokan yang disarankan maksimum 3o/100 ft.

Gambar 5.11.

Key Seat3. Differential Pressure

Jenis jepitan ini terjadi bila :

Formasi porous dan permeable

Lumpur terlalu berat sehingga tekanan hidrostatik luimpur jauh melebihi tekanan formasi

Lumpur kurang stabil (water loss tinggi,mud cake tebal).

Dalam hal ini tidak tampak adanya gejala sebelum jepitan. Jepitan ini dapat terjadi pada sumur miring maupun sumur tegak.

Sebagai tindakan pencegahan antara lain :

Kurangi berat lumpur.

Kurangi air filtrat

Pelumasan

Dapat dipakai oil emulation mud atau oil base mud Dipakai stabilizer

Dipakai spiral groved drill collar

Gambar 5.12.

Differential Pressure Sticking10)5.2.1.2. Jenis Operasi dalam Pemancingan

Sebelum kita mulai operasi pembersihan lubang bor dari fish yang tertinggal maka kita harus menentukan dulu perincian serta cirri-ciri dari ikan tersebut, dimana ikan berada serta sebab-sebab mengapa ikan berada didalam lubang bor.

Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan pipa yang terjepit, dengan cara :

Dengan sirkulasi intensif, dan diberi pelumas pada lumpur bor, bil pipa bor terjepit karena endapan atau longsoran pair, shale, atau clay

Bila jepitan karena perbedaan tekanan (diferensial pressure sticking), berat lumpur dapat dikurangi

Perendaman

Bila pipa terjepit, maka perlu dicari tempat jepitan. Biasanya jepitan terjadi karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila demikian dapat dipompakan cairan perendaman pada lokasi tempat jepitan. Sambil direndam, pipa dicoba digerakan naik turun atau diputar, waktu perendaman dapat dipakai minyak, oil base mud, invert oil emulsion mud, asam (HCL), atau oil solueble surfactant (misalnya Pipe Lax) yang dilarutkan dalam diesel oil, dengan jumlah rata-rata 1 gallon surfactant untuk tiap bareel minyak. Dalam hal ini perlu diperhitungkan agar caiaran perendam benar-0benar berada di daerah jepitan.

Titik Jepit

Perlu diketahui pada kedalaman berapa pipa terjepit. Ada dua cara yang dapat dipakai yaitu:

a. Metode tarikan (Strech Method)

Sesuai hukum Hook :

...(4.1)

Dimana :

L = Panjang pipa yang bebas

P = Overload/tarikan

E = Modulus Young

A = Luas Penampang Pipa

L = Regangan/pemanjangan

Selanjutnya dengan memanipulasi rumus tersebut ke dalam satuan Inggris di dapat :

(4.2)

Dimana :

L = Panjang pipa yang bebas

P = Overload/tarikan, lbs

W = Berat pipa, lbs/ft

l = Pemanjangan (strech), inch

b. Free Point Indikator

Ini merupakan jasa dari perusahaan logging seperti Schumberger atau yang lain. Prinsip kerjanya adalah bahwa pipa yang terjepit diangkat atau ditarik, maka yang ditarik hanyalah bagian pipa di atas titik jepit. Jadi bila sensor diturunkan ke dalam pipa bor yang terjepit, kemudian pipa ditarik, sensor akan memberikan indikasi bila sensor berada di atas titik jepit. Pekerjaan ini dapat diulangi beberapa kali samapai sensor berada di daerah jepitan.

Back-off Short dan String Shot

Bila pipa bor yang terjepit tidak dapat dibebaskan, maka adakalanya pipa bor dilepaskan (back-off) atau dipotong diatas titik jepit. Pemotongan dapat menggunakan alat pemotong pipa (pipe cutter) atau dengan string shot, yaitu suatu penembakan keliling pada bidang tegak lurus terhadap pipa. Melepas pipa dengan back-off shot adalah dengan jalan memberikan ledakan pada sambungan yang akan dibuka. Sebelumnya, pipa bor harus diangkat agar pipa tersebut tidak mengalami gaya tarik (merupakan titik netral) dan kemudian diberikan torsi ke kiri.

Pemboran Kurung (Wash Over)

Bila pipa yang tertinggal di dalam lubang bor karena patah atau dipotong sekarang dalam keadaan terjepit, maka jepitan harus dibersihkan dahulu sebelum pipa dapat diangkat. Pembersihan sekiling pipa ini dapat dilakukan dengan jalan pemboran sekilingnya.

Sidetrack dan Abandon

Bila pipa yang terjepit tidak bisa dibebaskan, maka terpaksa lubang bor disumbat dengan semen (plig back), dan kemudian pemboran dilanjutkan ke samping (sidetrack). Kemungkinan lain adalah sumur disumbat lalu ditinggalkan.

Pertimbangan Ekonomi

Bila ikan tidak dapat dipancing pada usaha-usaha yang pertama, timbul pertanyan sampai kapan pemancingan akan diteruskan. Dengan pertimbangan bahwa tidak selalu pemancingan akan berhasil.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan bila ikan akan ditinggalkan dan akan dilakukan sidetrackin antara lain:

Harga atau nilai ikan

Biaya penyumbatan (cement plug), yang menyangkut waktu dan material

Biaya sidetracking, menyangkut waktu, jasa pembelokkan, dan biaya pemboran kembali

Ditambah Nilai kerugian karena sumur tidak vertikal lagi.

Harga atau seluruh nilai kerugian tadi dapat diperhitungkan sebagai N hari sewa rig. Bila ikan akan dipancing, maka biaya pemancingan, terutama akan menyangkut waktu (sewa atau penyusutan harga rig), serta sewa alat pancing dalam hal ini perlu dipelajari dan diperbandingkan angka keberhasilan pemancingan yang pernah ada. Biasanya pemancingan akan dimulai dengan cara serta alat yang paling baik atau memungkinkan keberhasilan yang paling tinggi. Operasi ini biasanya akan memakan waktu paling banyak 1-2 hari yang pertama. Bila usaha ini belum berhasil, kemungkinan akan berhasil pada hari-hari berikutnya makin mengecil, berarti biaya pemancingan akan dapat lebih besar dari nilai sewa rig (N hari), bila dilakukanm sidetracking.

Alat Pancing

Alat pancing secara keseluruhan dapat dikelompokan dalam alat pancing itu sendiri dan alat pembantu untuk melaksanakan operasi pemancingan, termasuk juga sewa alat keselamatan agar rangkaian pipa pemancingan itu sendiri tidak terjepit.

Alat pancing pipa : die collar, overshot (dari luar) dan taper tap, pipe spear (dari dalam)

Alat pancing benda-benda kecil: junk basket, fishing magnet

Alat pancing kabel : cable spear

Alat pemukul : bumper sub, jar (mechanical rotary jar, hydraulic jar, surface jar, jar accelerator)

Alat pemotong pipa : internal cutter, eksternal cutter

Alat penyelamat : safety joint

Lain-lain : milina shoe

Rangkaian Alat Pancing

Untuk pemancingan benda-benda dimana ada kemungkinan tidak dapat terlepas terutama pipa, maka disarankan agar dalam rangkaian alat pancing tersebut dipasang :

Safety joint, sebagai pengaman di atas alat pancing

Jar/ bumper sub, untuk memukul, membantu melepaskan jepitan

Drill collar, sebagai pemberat

Jar accelerator, diperlukan bila jepitan tidak dalam.

4.3.2. Shale Problem

Shale adalah batuan sedimen yang terbentuk oleh deposisi dan kompaksi sedimen untuk jangka waktu yang sangat panjang. Serpih komposisi utamanya adalah lempung (clay), lanau ( silt), air dan sejumlah kecil quart dan feldspar. Berdasakan kandungan airnya, serpih dapat berupa batuan kompak atau batuan yang lunak dan tidak kompak,yang biasanya disebut dengan serpih lempung atau serpih lumpur.

Akibat yang timbul karena lubang bor runtuh atau longsornya shale antara lain :

Lubang bor membesar

Masalah pembersihan lubang

Pipa bor terjepit

Bridges dan Fill0up

Kebutuhan Lumpur bertambah

Penyemanan yang kurang sempurna

Kesulitam dalam pelaksanaan logging

4.3.2.1. Jenis-Jenis Shale

Shale biasanya merupakan hasil endapan marine basin , terutama dari lumpur, silts dan clays. Dalam bentuknya yang lunak, biasanya disebut clay, bila makin dalam, maka tekanan dan temperatur yang tinggi endapan ini akan mengalami perubahan bentuk (consolidation ),dan disebut sebagai shale. Karena perubahan proses metamorfosis disebut shale, phylite atau mica shist. Bila shale banyak mengadung pasir sisebut dengan arenaceous shale. Sedang yang banyak mengandung organic material disebut carbonaceous shale.

4.3.2.2. Sebab dan Cara Penanganan Shale Problem

Penyebab masalah shale ini dapat dikelompokkan dari segi lumpur maupun dari segi drilling practice atau mekanis. Beberapa penyebab dari kelompok mekanis yaitu :

Erosi, karena kecepatan lumpur di annulus yang terlalu tinggi.

Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor.

Adanya penekanan atau penyedotan pada waktu cabut dan amsuk pahat.

Adanya tekanan dari dalam formasi.

Adanya Air filtrasi atau lumpur yang masuk dari dalam formasi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan masalah shale berkaitan dengan dua masalh poko yaitu tekanan formasi dan kepekaan terhadap lumpur atau air filtrasi.

1. Pressure Shale

Shale merupakan batuan endapan, yang biasanya terdapat pada daerah yang luas. Karena proses geologi, terjadi penekanan batuan tersebut oleh lapisan-lapisan yang mengendap berikutnya (overbuden pressure). Pada proses pemadatan ini, maka cairan yang berada dalam batuan tersebut tertekan keluar dan masuk kedalam batuan yang porous dan permeable, biasanya pasir .akibat terperangkap dan tertekan di dalam pasir dan tekanan dapat mencapai tekanan yang relatif tinggi, bahkan dapat menyamai tekanan overbuden itu sendiri.

Selanjutnya pada lapisan tersebut dibor, bias terjadi tekanan lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi. Perbedaan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pada waktu pemboran berlangsung.

Cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menaikkan tekanan pada dasar lubang bor, dalam hal ini menaikkan berat lumpur. Hal lain yang prlu dilakukan adalah menjaga agar lubang tetap terisi penuh oleh lumpur pada waktu masuk dan cabut pahat,serta mengurangi kemungkinan swabbing dengan jalan menurunkan viskositas dan gel strength.

2. Mud Making Shale

Jenis lain daripada shale adalah shale yang sangat sensitife terhadap air atau lumpur.Jenis ini meghisap air , yang terutama adalah bentonotic shale. Cara menghadapi shale ini adalah dengan memakai fluida pemboran yang tidak berpengaruh dengan shale. Jenis lumpur yang dapat dipakai antara lain : lime mud, gyp mud, calcium chloride mud, salt mud dan yang banyak dipakai saat ini lignosulfonate mud serta oil mud.

3. Stressed Shale

Shale jenis ini tidak banyak bereaksi atau berhidrasi dengan air, tetapi mundah runtuh . Problem ini akan semakin membesar bila lapisan miring dan ditambah lagi bila menjadi basah oleh air atau lumpur.

4.3.2.3. Gejala-gejala Yang Timbul Pada Saat Shale Problem

Gejala-gejala yang timbul sering tampak bila sedang mengalami masalah shale antara lain:

Serbuk bor bertambah banyak

Air filtrasi bertambah

Lumpu bor menjadi kental

Bit balling

Torsi bertambah besar

4.3.2.4. Usaha Menaggulangi Shale Problem

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa usaha-usaha untuk menanggulangi masalah shale problem antara lain :

Lumpur bor yang baik ( SG cukup untuk menehan tekanan formasi, pH sesuai, sekitar 8,5 9,5 filtrasi rendah )

Mengurangi kecepatan di annulus

Pipa bor dalam keadaan tegang

Menghindari atau mengurangi kemiringan lubang bor

Menghindari swabbing dan pressure surge pada waktu cabut dan masuk pahat

.

4.3.3. Hilang Lumpur

Hilang lumpur adalah peristiwa hilangnya lumpur pemboran masuk kedalam formasi. Hilang lumpur ini merupakan problem lama di dalam pemboran, yang meskipun telah banyak penelitian, tetapi masih banyak terjadi dimana-mana. Serta kedalaman yang berbeda-beda. Hilang lumpur terjadi karena dua faktor. Yakni : faktor mekanis dan faktor formasi.

4.3.3.1. Sebab-Sebab Hilang Lumpur.

4.3.3.1. Faktor Mekanis

Hilang lumpur terjadi jika tekanan hidrostatik lumpur naik sehingga melebihi tekanan rekah formasi, yang mengakibatkab adanya crack yang memungkinkan lumpur mengalir kedalamnya. Hilang lumpur ini terjadi jika lubang pori lebih besar daripada ukuran partikel lumpur pemboran. Pada praktenya, ukuran lubang pori yang didapat mengakibatkan hilangnya lumpur berdada pada kisaran 0.1 1.00 mm. Pada lubang bagian permukaan, hilang lumpur atau hilang sirkulasi dapat menyebabkan washout yang besar, yang dapat menyebabkan rig pemboran yang digunakan menjadi ambles. Laju penembusan yang tinngi akan menyebabkan kertatan bor yang banyak dan bila terangkat dengan cepat akan menyebabkan kenaikan densitas lumpur yang pada akhirnya akan menaikkan tekanan hidrostatik.

Hilang lumpur juga terjadi sebagai akibat kenaikkan tiba-tiba dari tekanan hidrostatik lumpur yang disebabkan oleh kenaikkan berat lumpur yang mendadak atau gerakan pipa. Penurunan pipa yang cepat akan mengakibatkan fluida memberikan tekanan tambahan di annulus. tekanan total sebagai akibat dari tekanan surge effect dan tekanan hidrostatik lumpur dalam kedaaan tertentu akan menjadi cukup tinggi untuk merekahkan formasi yang belum dicasing. Pada lubang intermediate, kebanyakan kasus hilang lumpur disebabkan karena memasuki zona deplesi dimana tekanan reservoirnya lebih kecil daripada formasi diatasnya, kenaikkan tiba-tiba dari tekanan hidrostatik lumpur sebagai akibat dari surging effect dapat merekahkan formasi yang lemah dan akan menyebabkan hilangnya sirkulasi.

4.3.3.1.2. Faktor Formasi

a. Coarseley Permeable Formation.

Yang dimaksud dengan coarsealy formation adalah formasi permeabel yang terdiri dari butir-butir penyusun yang kasar. Formasi ini menjadi sebab terjadinya lost, karena butir-butir penyusun yang kasar (berarti terdapatnya ruang pori yang sangat besar), maka kemampuan untuk menyerap lumpur juga besar. Apabila kemudian tekanan hidrostatik dari lumpur melebihi ambang batas kehancuran formasi, maka terdapat kemungkinan besar formasi tersebut akan pecah. Terpecahnya formasi akan menyebabkan lumpur mengalir kedalam formasi. Contoh dari formasi ini adalah gravel dan pasir.b. Cavernous Formation

Yang dimaksud dengan cavernous formation adalah formasi yang terdiri dari Cavern (gua-gua), sehingga ruang pori yang cukup besar sebagai tempat mengalirnya fluida pemboran.c. Faults

Yang dimaksud dengan Faults adalah patahan di dalam batuan dimana dapat ditemukan sejumlah perpindahan sepanjang batuan tersebut. Faults dapat menjadi sebab terjadinya lost karena didalam patahan memungkinkan terdapatnya ruang akibat adanya perpindahan batuan, sehingga fluida pemboran dapat mengalir melalui fault tersebut. Terdapat bermacam-macam patahan yang kesemuanya ini dapat menjadi sebab terjadinya lost. Patahan tersebut diantaranya adalah patahan normal, naik, tumbuh dan transversal.

4.3.3.1. Tindakan Pencegahan Hilang Lumpur

Pengamatan menunjukkan bahwa 50% dari hilang Lumpur terjadi karena induced fracture. Dalam hal ini lumpur dapat terjadi dimana-mana dibawah sepatu casing. Untuk itu sebelum terjadi hilang lumpur diupayakan beberapa tindakan pencegahan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya hilang lumpur, anatara lain adalah:

1. Berat lumpur, berat lumpur dijaga agar tetap minimum, sekedar mampu mengimbangi tekanan formasi. Serbuk bor yang berada di annulus juga mengakibatkan kenaikkan berat lumpur. Jadi pembersihan lubang bor harus dilakukan apabila ini terjadi.

2. Viskositas dan gel strength. Gel strength dijaga agar tetap kecil, karena gel strength yang besar memerlukan tenaga yang besar pula untuk memecah gel tersebut. Hal ini sangat berbahaya jika terjadi, karena dapat mengakibatkan pecahnya formasi. Karena disarankan untuk menggerakkan meja putar terlebih dahulu sebelum menjalankan pompa.

3. Pada waktu masuk pahat agar dihindari kemungkinan terjadinya pressure surge untuk mencegah terjadinya pecah formasi. Juga pada saat cabut pipa supaya dihindari terjadinya swabbing.

4. Bila diperkirakan akan terjadi hilang lumpur, lumpur dapat ditambah dahulu dengan bahan penyumbat (Lost Circulation Material, LCM) yang lembut. Misalnya 5 lbs/bbl walnut shells, mika. Bahan-bahan penyumbat yang lembut ini dapat disirkulasikan dengan lumpur dan dapat melewati mud screen.

5. Pada saat dilakukan pemakaian casing protekor harus dipastikan bahwa casing protector tersebut benar-benar dalam keadaan baik, karena penambahan pressure loss di annulus mengakibatkan bertambahnya tekanan pada dasar lubang bor.

4.3.3.3. Cara Mengatasi Hilang Lumpur

Cara mengatasi terjadinya hilang lumpur tergantung dari sebab-sebab terjadinya dan sifat-sifat formasi yang dilalui. Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :

1. Bahan PenyumbatAda beberapa macam bahan penyumbat yang sering digunakan digunakan dilapangan antara lain :

Granular material, seperti nut shell, nut plug, tuff plug.

Fibrous material, seperti leather floc, fiber seal dan cheap sheal Flakes, seperti mika dan cellophone.

Kombinasi dari jenis bahan-bahan diatas.

Heat Ewkspanded material, seperti ekspanded perlite.

Bahan-bahan khusus, seperti High Filter Loss Slurry, Bentonite Diesel Oil Slurry atau Bentonite Diesel Oil Cement Slurry.

2. Seepage Loss

Seepage Losses adalah apabila lumpur hilang dalam jumlah relatif kecil, kurang dari 15 bbl/jam.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan :

Bor terus dan berat Lumpur dikurangi. Diharapkan serbuk bor dapat menyumbat pori-pori tempat hilang lumpur.

Dapat ditambah bahan penyumbat yang halus sekitar 5 lbs/bbl lumpur. Bahan penyumbat ini dapat lewat screen.

Bila belum berhasil, angkat pahat sampai pada casing shoe, dan dapat ditunggu sampai sirkulasi. Dalam periode menunggu ini diharapkan serbuk bor dapat menyumbat.

Kurangi tekanan pompa.

3.Partial Loss

Yang dimaksudkan dengan partial loss adalah hilang lumpur yang agak besar, lebih dari 15 bbl/jam.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan :

Mengurangi berat Lumpur, mengurangi tekanan pompa dan periode menunggu.

Dapat dicoba dengan bahan penyumbat, dengan bact method, caranya :

Siapkan bahan penyumbat dengan Lumpur khusus untuk membawa bahan-bahan tersebut, sekitar 200bbl.

Bahan penyumbat ada dari berbagai macam jenis dan ukuran, sekitar 25-35 lbs/bbl lumpur.

Bila hilang lumpur semakin besar, maka serta bahan ukuran bahan penyumbat juga diperbesar tetapi masih dapat dipompakan.

Bahan penyumbat dipompakan kedalam lubang bor. Pada waktu bahan penyumbat sampai pada p[ahat, pemboran dapat dimulai lagi. Diharapkan sirkulasi dapat pulih.

4. Complete Loss Of Returns

Lumpur yang tidak keluar dari lubang bor, tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat diusahakan antara lain adalah dengan memakai high filter loss slurry seperti di atas, atau dengan menambah soft slug.

5.Lumpur Tidak Sampai ke Permukaan

Keadaan ini sangat berbahaya, karena berarti pengurangan tekanan hidrostatis lumpur dapat mengundang well kick. Usaha yang harus dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air, jumlahnya harus diperhitungkan. Apabila ternyata lubang bor dapat penuh dan mengingat ketinggian kolom air dapat dihitung, maka tekanan hidrostatis seluruh cairan dapat dihitung. Selanjutnya dapat dihitung pula berat lumpur maksimum yang ditahan oleh formasi tersebut dalam keadaan statis.

............................................... (4.3)

Keterangan :

(max= Berat lumpur maksimum, lbs/gal

(mud= Berat lumpur semula, lbs/gal

D

= Kedalaman sumur, ft

h

= Tinggi kolom cairan, ft

6. Blind Drilling

Pemboran yang menembus formasi dengan tekanan yang sangat rendah, bahkan dibawah tekanan hidrostatis air. Untuk mengatasi hal ini antara lain digunakannya lumpur yang sangat ringan, misalnya aerated mud atau mist drilling, sampai formasi yang cukup stabil (consolidated). Kemungkinan yang sulit lagi apabila lumpur tidak dapat mencapai permukaan. Kita dapat melakukan pemboran tanpa sirkulasi balik (blind drilling). Namun hal ini sangat berbahaya dan harus disiapkan dahulu segala sesuatunya untuk setiap saat menutup sumur dan melakukan cement plug bila terjadi kick.

4.3.4. Kick Dan Blow Out

Kick adalah masuknya fluida formasi kedalam lubang sumur. Hal ini dikarenakan lumpur pemboran tidak dapat mengontrol tekanan formasi. Lumpur pemboran memberikan tekanan hidrostatis kepada tekanan formasi. Bila tekanan hidrostatis lebih kecil dari pada tekanan formasi maka terjadilah kick. Fluida formasi (air, minyak, gas) yang sudah masuk kedalam lubang sumur ini mempunyai tekanan yang besar, sehingga fluida ini mengalir ke permukaan jika tidak dapat dikontrol dengan cepat, maka menyemburlah fluida formasi tersebut ke permukaan. Hal ini disebut blow out. Bila yang menyembur minyak dan gas maka akan sangat berbahaya sekali, karena kalau ada sepercik api saja maka akan menimbulkan ledakan.

4.3.4.1. Sebab-Sebab Wellkick

Well kick adalah suatu kejadian dimana fluida formasi masuk ke dalam lubang bor. Bila well kick tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan terjadinya semburan liar. Sebab-sebab terjadinya kick, secara garis besar adalah bila tekanan hidrostatik lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi. Adapun sebab-sebab tekanan hidrostatik lumpur tidak dapat megimbangi tekanan formasi adalah :

1. Berat jenis lumpur pemboran turun.

Dalam hal ini tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi.

Ph = 0.052 x D x w(5.4)

Dimana :

Ph= tekanan hidrostatis lumpur, psi.

D= kedalaman lubang bor, ft.

W= berat jenis Lumpur, lbs/gal.

Berat jenis lumpur turun diakibatkan bercampurnya fluida firmasi dengan lumpur bor. Dengan kata lain masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor akan menyebabkan berat lumpur turun. Masuknya fluida lumpur pemboran dapat disebabkan karena :

a. swabbing effect.

Swab effect terjadi apabila pemcabutan rangkaian peralatan pemboran terlalu cepat, sehingga antara rangkaian peralatan pemboran dan dinding lubang bor laksana piston. Ruang bawah pahat yang ditinggalkan oleh drill string menjadi kosong dan fluida formasi akn terhisap ke dalam lubang sumur.

Ditambah lagi dengan viskositas lumpur yang besar (lumpur kental ), maka gerakan lumpur yang ada di atas pahat terlambat mengisi ruang yang ada di bawah pahat. Akibatnya masuknya fluida formasi masuk ke dalam lubang dan bercampur dengan lumpur bor, menyebabkan berat jenis lumpur akan turun hil ini dapat menurunkan tekanan hidrostatik lumpur bor.

b. Menembus formasi gas.

Pada waktu menembus formasi gas, serbuk bor yang dihasilkan mengandung gas, walaupun pada mulanya tekanan hidrostatik lumpur dapat membendung gas supaya tidak masuk ke dalam lubang sumur, tetapi gas dapat masuk kedalam lubang bor. Kalu hal ini terjadi, maka tekanan hidrostatik lumpur tidak dapat lagi membendung masuknya gas ke dalam sumur secara lebih besar.

2.Tinggi kolom lumpur turun.

Bila formasi pecah atau ada celah-celah pada lapisan di dalam lubang, maka lumpur bor akan masuk ke dalam lapisan yang pecah atau bercalah tersebut. Akibat turunnya tinggi kolom di annulus tersebut, maka tekanan hidrostatik lumpur juga dapat turun.

3. Hilang lumpur.

Hilang lumpur adakalanya terlalu besar sehingga permukaan dalam lubang bor akan turun, dan tekanan hidrostatik lumpur dapat menjadi kecil daripada tekanan formasi. Hilang lumpur ini dapat terjadi karena porositas formasi terlalu besar, formasi yang bergua, mungkin pula karena ada celah-celah atau rekahan di dalam formasi.

4.Abnormal Pressure.

Adakalanya pemboran menembus formasi dengan tekanan sangat tinggi, dan melebihi tekanan hidrostatik lumpur.

4.3.4.2. Peralatan Deteksi Wellkick

Peralatan standard :

1. Pit level indicator, dipakai level-measuring tranduscer pada setiap tangki lumpur, sehingga volume lumpur di tangki selalu dapat dicatat.

2. Pump stroke counter, alat penghitung jumlah langkah pompa ini sangat perlu untuk pengendalian kick atau semburan liar.

3. Flow indicator, pada flow line untuk mengamati adanya atau besarnya aliran pada flow line.

4. Trip tank, untuk mengamati jumlah lumpur yang keluar atau masuk lubang bor pada waktu operasi cabut atau masuk pahat.

5. Gas chromatograph, untuk menganalisa gas.

Dalam hal ini peralatan sembuaran liar akan berfungsi untuk mengatasi kick dan semburan liar. Untuk itu diperlukan peralatan yang baik dan mempunyai tekanan kerja yang sesuai.

_1137965560.unknown

_1137965561.unknown

_1117383740.unknown