HIPERSENSITIFITAS
-
Upload
cahya-dwi-lestari -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of HIPERSENSITIFITAS
7/16/2019 HIPERSENSITIFITAS
http://slidepdf.com/reader/full/hipersensitifitas 1/3
TIU 2. Memahami reaksi hipersensitivitas tipe I
TIK 2.1. Menjelaskan definisi reaksi hipersensitivitas tipe I
Reaksi tipe I yang disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi,
timbul segera sesudah tubuh terpajan dengan alergen. Istilah alergi yang pertama kalidigunakan Von Pirquet pada tahun 1906 yang berasal dari alol (Yunani) yang berarti
perubahan dari asalnya yang dewasa. Ini diartikan sebagai perubahan reaktivitas organisma.
TIK 2.2. Menjelaskan etiologi reaksi hipersensitivitas tipe I
Pasien-pasien dengan alergi saluran nafas musiman sebagai akibat inhalasi tepung
sari, serpihan kulit hewan dan spora jamur. Selain itu dapat juga dicetuskan makanan tertentu
seperti buah-buahan, udang, ikan, produk-produk susu, coklat, kacang-kacangan dan obat-
obatan. Bahan tersebut dapat mencetuskan reaksi anafilaksis dengan keluhan yang menonjol
pada sistem kardiovaskular dan gastrointestinal, selain juga menyebabkan urtikaria kronik.
Pencetus urtikaria lainnya yang mungkin adalah rangsangan fisik seperti dingin, panas, sinar
matahari, latihan fisik/olahraga dan iritasi mekanik. Demam, mandi air hangat, atau olahraga
dimana terjadi peningkatan temperatur tubuh dapat mencetuskan urtikaria koligemik. Pemicu
lain hipersensitivitas adalah cahaya, air pada temperatur berapapun dan bahan kimia tertentu.
Bahan-bahan karet alam seperti lateks, merupakan masalah tersendiri bagi pekerja medis.
TIK 2.3. Menjelaskan mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe I
Urutan kejadian reaksi tipe 1 adalah sebagai berikut :
1. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat
silang oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast/basofil.2. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang
spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan
reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan IgE.
3. Fase efektor yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivitas farmakologik.
Mediator primer utama pada hipersensitivitas tipe I
Mediator Efek
Histamin
ECF-A
NCF-A
Protease (triptase,
kimase)
Eosinophil Chemotactic
H1: permeabilitas vaskular meningkat, vasodilatasi, kontraksi otot polos
H2: sekresi mukosa gaster
Aritmia jantung
H3: SSP (regulator?)
H4 : Eosinofil (?)
Kemotaksis eusinofil
Kemotaksis neutrofil
Sekresi mukus bronkial, degradasi membran basal pembuluh
darah, pembentukan produk pemecahan komplemen
Kemotaktik untuk eosinofil
7/16/2019 HIPERSENSITIFITAS
http://slidepdf.com/reader/full/hipersensitifitas 2/3
Factor
Neutrophil Chemotactic
Factor
Hidrolase asam
PAF NCA
BK-A
Proteoglikan
Enzim
Kemotaktik untuk neutrofil
Degradasi matriks ekstraselular
Agregasi dan degranulasi trombosit, kontraksi otot polos paruKemotaksis neutrofil
Kalikrein: kininogenase
Heparin, kondroitin sulfat, sulfat dermatan: mencegah komplemen
yang menimbulkan koagulasi (?)
Kimase, triptase, proteolisis
Mediator sekunder utama pada hipersensitivitas tipe I
Mediator Efek
LTR (SRS-A)
PG
Bradikinin
Sitokin
IL-1 dan TNF-α
IL-4 dan IL-13
IL-3, IL-5, IL-6, IL-10.
TGF-β dan GM-CSFIL4, PMN, demam
TNF-α
FGF
Inhibitor protease
Lipoksin
Leukotrin (LTC4 LTD4
LTE4)
Leukotrin B4, 15-HETE
PAF
Peningkatan permeabilitas vaskular, vasodilatasi, sekresi mukus,
kontraksi otot polos paru, kemotaktik neutrofil
Vasodilatasi, kontraksi otot polos paru, agregasi trombosit,
kemotaktik neutrofil, potensiasi mediator lainnya
Peningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi, kontraksi otot
polos, stimulasi ujung saraf nyeri
Bervariasi
Anafilaksis, peningkatan ekspresi CAM pada sel endotel venul
Peningkatan produksi IgE
Berbagai efek (dapat dilihat pada sitokin)
Aktivasi monosit, eosinofil, demam
Fibrosis
Mencegah kimase
Bronkokonstriksi
Kontraksi otot polos (jangka lama), meningkatkan permeabilitas,
kemotaksis
Sekresi mukus
Kemotaksis, (terutama eosinofil), bronkospasme
TIK 2.4. Menjelaskan manifestasi klinis reaksi hipersensitivitas tipe I
Manifestasi reaksi Tipe I dapat bervariasi dari lokal, ringan sampai berat dan keadaan
yang mengancam nyawa deperti anafilaksis dan asma berat.
a. Reaksi lokal
Reaksi hipersensitivitas Tipe I lokal terbatas pada jaringan atau organ spesifik
yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat alergen masuk. Kecenderungan
untuk menunjukkan reaksi Tipe I adalah diturunkan dan disebut atopi. Sedikitnya
20% populasi menunjukkan penyakit yang terjadi melalui IgE seperti rinitis alergi,
asma dan dermatitis atopi. Sekitar 50%-70% dari populasi membentuk IgE terhadapantigen yang masuk tubuh melalui mukosa seperti selaput lendir hidung, paru dan
7/16/2019 HIPERSENSITIFITAS
http://slidepdf.com/reader/full/hipersensitifitas 3/3
konjungtiva, tetapi hanya 10%-20% masyarakat yang menderita rinitis alergi dan
sekitar 3%-10% yang menderita asma bronkial.
b. Reaksi sistemik – anafilaksis
Anafilaksis adalah reaksi Tipe I yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa
menit saja. Anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas Gell dan Coombs Tipe I ataureaksi alergi yang cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast
dan vasofil merupakan sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat
dipacu berbagai alergen seperti makanan (asal laut, kacang-kacangan), obat atau
sengatan serangga dan juga lateks, latihan jasmani dan bahan diagnostik lainnya. Pada
2/3 pasien dengan anafilaksis, pemicu spesifiknya tidak dapat diidentifikasi.
c. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid
Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik umum yang
melibatkan pelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE.
Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor nonimun. Secara klinis
reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis,
pruritis, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun. Manifestasi klinisnya sering serupa,
sehingga sulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini tidak memerlukan pajanan
terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. Reaksi anafilaktoid dapat ditimbulkan
antimikroba, protein, kontras dengan yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin dan
pelemas otot.
Sumber : Imunologi Dasar Edisi ke 8, Karnen G.B.-Iris Rengganis, FKUI