Highway

21
HIGHWAY Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemetaan Dosen Mata Kuliah : Sukir Maryanto, PhD Tupa Chandra 115090702111002 Ferdi Alfin Putra 115090702111001 Valda Anggita Kurnia 115090707111001 Cerma Manggala 115090707111003 PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

bsfhshbfsbhfdsgssgsdfasf

Transcript of Highway

Page 1: Highway

HIGHWAY

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemetaan

Dosen Mata Kuliah : Sukir Maryanto, PhD

Tupa Chandra 115090702111002

Ferdi Alfin Putra 115090702111001

Valda Anggita Kurnia 115090707111001

Cerma Manggala 115090707111003

PROGRAM STUDI GEOFISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Highway

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya

sajalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini demi keperluan

kelengkapan tugas mata kuliah Pemetaan , namun juga demikian semoga makalah ini tidak

hanya bermanfaat bagi penulis tetapi juga bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini ditulis

berdasarkan hasil pengumpulan data dari berbagai sumber.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam hal isi

maupun sistematika penulisan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat terbuka untuk

kritik yang membangun guna memperbaiki makalah-makalah berikutnya. Dalam kesempatan ini

penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Terimakasih.

Malang,28 februari 2013

Penulis

Page 3: Highway

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi

(terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan

hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster.

Pengambilan data citra penginderaan jauh melalui media wahana antariksa maupun pesawat

terbang, semakin mudah dikerjakan dengan cepat dan akurat. Metoda yang dikembangkan untuk

mendukung pembangunan di berbagai sektor pertahanan dibutuhkan teknologi yang mampu

menyiapkan maupun memproses dan menampilkan informasi secara cepat akurat dengan biaya

tidak mahal.

Salah satu metode yang dikembangkan dalam tulisan ini adalah metoda tepat guna yang relatif

murah untuk menunjang kepentingan pemetaan terutama di daerah dengan tingkat aktifitas tinggi

dengan hasil yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga program monitoring sumber daya

alam dan lingkungan baik untuk keperluan komersial maupun militer dapat memberikan manfaat

yang lebih baik.

Page 4: Highway

BAB II

DASAR TEORI

a. Pengertian dan jenis Peta

Peta dapat didefenisikan sebagai gambaran dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang

bersifat selektif di atas bidang datar melalui sebuah bidang proyeksi. Peta bersifat selektif artinya

tidak semua kenampakan atau gejala-gejala di permukaan bumi di gambarkan, tetapi dipilih

(diseleksi) gejala-gejala yang di butuhkan saja. Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk

ruang dan hubungan  keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili (Ansari, 2002).

Untuk dapat memenuhi kriteria sebuah peta yang baik, maka harus memenuhi beberapa syarat

tertentu. Antara lain:

1) Peta  tidak boleh membingungkan  

2) Peta itu harus mudah dimengerti atau ditangkap maknanya

3)    Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya

4)    Peta harus indah, rapi, dan bersih.

Peta dapat digolongkan atas beberapa dasar, baik berdasarkan skalanya, isi dan fungsi,

maupun tujuannya.

1)   Jenis peta berdasarkan skalanya

a)    Peta skala besar, yaitu semua peta yang mempunyai skala 1  :  25.000. Contoh: peta topografi

b)   Peta skala sedang, yaitu semua peta yang mempunyai skala lebih dari 1: 25.000 sampai skala 1 :

500.000.

c)    Peta skala kecil, yaitu semua peta yang mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 500.000.

2)   jenis peta berdasarkan isi dan fungsinya.

a)    Peta Umum (General Map), yaitu peta yang memuat kenampakan-kenampakan umum (lebih

dari satu jenis), memuat kenampakan fisis (alamiah) dan kenampakan budaya (telah di campuri

tangan manusia).

b)   Peta Tematik, yaitu peta yang memuat satu jenis kenampakan saja (tema tertentu) baik

kenampakan fisis maupun kenampakan budaya.

Page 5: Highway

c)    Peta Kart, yaitu peta yang di desain untuk keperluan navigasi, nautical, peta kelautan yang

ekivalen dengan peta topografi disebut “Peta Batimetrik”.

3)   Jenis peta berdasarkan tujuan

a)    Peta Geologi, bertujuan untuk menunjukkan formasi batuan atau aspek geologi lainnya di suatu

daerah.

b)   Peta Iklim, bertujuan menunjukkan berbagai macam sifat iklim di suatu daerah.

c)    Jenis-jenis lainnya; peta kadaster, peta tanah, peta kependudukan, peta tata guna lahan, dan

sebagainya.

Untuk menggunakan peta sebagai sumber belajar secara baik perlu tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1)      Tahap membaca peta

Pada tahap pertama ini pengguna hendaknya mengidentifikasi simbol (legenda). Untuk ini

pengguna harus mengetahui terlebih dahulu “bahasa peta”. Bahasa peta yang dimaksud meliputi

judul, nomor lembar (sheet), skala, orientasi, legenda atau keterangan gambar.

2)      Tahap analisis peta

Apabila sudah mengetahui secara baik apa yang terdapat pada peta, langkah selanjutnya adalah

mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur dalam peta tersebut. Pada tahap ini diperlukan

berbagai peralatan untuk membantu menentukan nilai unsur yang bersangkutan (panjang, luas,

volume) misalnya mistar, busur derajat, kaca pembesar (lope, steoroskop), benang, planimeter,

dan lain-lain. Selain pengukuran, tahap menentukan pola keruangan juga merupakan bagian dari

proses analisis. Regionalisasi adalah proses melakukan “klasifikasi” ruang muka bumi (data

spatial); gunanya untuk menyederhanakan agar mudah menafsirkannya. Region adalah hasil

akhir dari analisis data spatial yang digambarkan sebagai peta.

3)      Tahap interpretasi peta

Pada tahap ketiga dalam penggunaan peta yang disebut interpretasi peta, pengguna berusaha

mencari jawaban mengapa di bagian tertentu terdapat suatu karakteristik gejala yang berbeda

dengan kawasan lainnya, atau mengapa di bagian tertentu terjadi pengelompokan yang berbeda

dengan pola di bagian lainnya pada peta yang sama. Untuk itu, diperlukan kemampuan akan

kekayaan konsep dan teori keilmuan yang relevan (Hallaf, 2007).

Page 6: Highway

Penggunaan peta ada beberapa macam dan tergantung bidangnya dan kaperluannya

diantaranya:

1)    Untuk komunikasi informasi ruang,  yaitu peta memberikan informasi kepada pengguna

misalnya bagaimana kondisi suatu daerah baik fisik maupun sosialnya dalam peta.

2)    Untuk menyimpan informasi, dimana peta bisa menggambarkan kondisi suatu daerah dan

otomatis data kondisi suatu daerah tersebut tergambarkan dalam suatu peta.

3)    Digunakan untuk membantu suatu pekerjaan misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi,

perencanaan dan lain-lain,

4)    Digunakan untuk membantu dalam suatu desain, misalnya desain jalan, permukiman, dan

sebagainya.

5)    Untuk analisa data spasial, misalnya perhitungan volume, jarak, kemiringan, dan sebagainya.

b.   Teknik Pemetaan

Pemetaan merupakan suatu kegiatan mengolah data-data nonspasial atau semi-spasial menjadi

sebuah data keruangan (peta), sehingga penangkapan informasi dari sebuah objek wilayah dapat

lebih mudah dipahami karena sifatnya yang lebih efektif dan efisien. Teknik pemetaan ada yang

dilakukan secara manual dan adapula secara digital. Dalam pembuatan peta digital saat ini telah

banyak disediakan berbagai model software pemetaan yang hasilnya dapat lebih akurat, efektif

dan efisien. Adapun macam-macam software tersebut misalnya Software Ermapper, Surfer,

Arcview, ArcGIS dan Mapinfo.

Secara umum, teknik pembuatan peta dengan menggunakan software satu dengan software

yang lain pada hakekatnya hampir sama, yaitu melibatkan proses input data, pengelolaan dan

analisis data, hingga ke proses output data.

1. Proses input data, yaitu kegiatan memasukkan data dan merubah bentuk data asli ke

bentuk jenis data yang dapat diterima dan dipakai oleh perangkat lunak.

2. Proses pengelolaan dan analisis data, yaitu kegiatan pengorganisasian data yang

melibatkan penambahan data, pengurangan data dan pembaharuan data, sehingga dapat

dihasilkan parameter-parameter data yang diinginkan. 

3. Proses output data, yaitu kegiatan menayangkan informasi maupun hasil analisis data

geografis secara kualitatif ataupun kuantitatif, yang dapat berupa peta, tabel, ataupun

arsip elektronik (Nasiah, 2005).

Page 7: Highway

BAB III

ISI

Kemajuan teknologi menjadi sangat cepat selama abad jalan raya modern dan berlanjut

sampai sekarang. Pengetahuan mengenai tanah dan material jalan raya lainnya dan disain yang

menggunakan material tersebut telah sangat luas sehingga material dan desain terserang menjadi

lebih ekonomis dan dapat di percaya. Mungkin persoalan paling sulit yang dihadapi pada

pengatur jalan raya dan transportasi adalah bagaimana menetapkan penempatan jalan raya yang

sesuai dalam perkotaan dan daerah lainnya.

Untuk merencanakan , menempatkan , merancang , membangun , dan memelihara jalan raya

diperlukan pengumpulan , pengolahan , dan pelaporan data yang sangat banyak. Kemudian

disajikan penginderaan jarak jauh yaitu penggunaan foto udara , radar , serta perlengkapan yang

serupa untuk pembuatan peta dan lain – lain.

Penginderaan Jarak Jauh

Fotogrametri yang sering disebut penginderaan jarak jauh , di definisikan sebagai ilmu atau cara

untuk mendapatkan pengukuran dengan cara fotografi dengan meliputi juga prosedur untuk

penafsiran foto dan untuk mengubah foto tunggal kedalam bentuk gabungan (disebut

ortofotograf/mozaik) dan kedalam peta.

Pemakaiannya tidak hanya pada penempatan , tetapi juga pada perencanaan , desaign geometrik ,

daerah milik jalan , penyelidikan lalu lintas , klasifikasi dan identifikasi tanah , pengukuran

pekerjaan tanah , lokasi material dan survey keadaan kekerasan.

Fotogrametri

Fotogrametri adalah suatu teknologi dalam meakukan penyelidikan mengenai bentuk , sifat –

sifat dan lain – lain pada permukaan suatu subyek melalui foto – fotonya , tanpa berhubungan

secara langsung dengan subyek yang sesungguhnya. Secara umum fotogrametri meliputi

pengukuran bentuk geometri permukaan dari suatu subyek dan interpretasi foto untuk

menyelidiki sifat – sifat permukaan dari subyek – subyek tersebut.

Page 8: Highway

Sedangkan secara lebih sempit sesuai dengan lokasi pengambilan fotonya , maka fotogrametri

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Fotogrametri udara

2. Fotogrametri teristris

3. Fotogrametri dibawah permukaan air dsb.

Pengukuran bidang tanah dengan metoda fotogrametrik untuk pendaftaran tanah sistematik maupun sporadik biasanya dilaksanakan untuk daerah terbuka (mudah untuk diidentifikasi).

Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk pengukuran bidang tanah yaitu :1. Peta foto skala 1 : 2500 atau skala 1 : 1000.2. Meteran/pita ukur, untuk mengukur sisi-sisi bidang tanah.3. Jarum prik, untuk menandai titik batas bidang tanah pada peta foto.4. Formulir Gambar Ukur5. Alat-alat tulis dan lain sebagainya.

Hasil pemetaan fotogrametrik yang biasanya digunakan dalam survey lapangan untuk penentuan bidang tanah adalah :

1. Blow up foto udaraBlow up foto udara merupakan perbesaran dari pada foto udara dengan skala pendekatan. Blow up foto udara menggambarkan detail keadaan lapangan dari image citra foto . Blow up foto udara bukan merupakan peta. Blow up foto udara merupakan perbesaran dari pada foto udara dengan skala pendekatan. Pengukuran bidang tanah dilaksanakan dengan cara terrestris atau plotting digital sedangkan blow up hanya digunakan sebagai sket bidang tanah dan untuk mencantumkan data ukuran-ukuran sebagai pelengkap Gambar Ukur.Ciri-ciri blow up foto udara biasanya belum dilengkapi dengan format peta, legenda serta simbol-simbol kartografi. Sedangkan yang ada hanya keterangan tentang saat pemotretan yaitu pada bagian tepinya.

2. Peta FotoPeta foto adalah peta yang menggambarkan detail lapangan dari citra foto dengan skala tertentu. Peta foto sudah melalui proses pemetaan fotogrametri oleh karena itu ukuran-ukuran pada peta foto sudah benar, dengan demikian detail-detail yang ada di peta foto dan dapat didentifikasi dilapangan mempunyai posisi sudah benar di peta. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta foto adalah dengan cara identifikasi batas bidang tanah dan mengukur sisi-sisi bidang tanah dilapangan.

3. Peta GarisPeta garis adalah peta yang menggambarkan detail lapangan dengan garis-garis dan symbol kartografi dengan skala tertentu. Peta garis sudah melalui proses pemetaan fotogrametri oleh karena itu ukuran-ukuran pada peta garis sudah benar, maka detail-

Page 9: Highway

detail yang ada di peta garis yang dapat didentifikasi dilapangan berarti posisinya sudah benar di peta. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan peta garis sebagai peta dasar pendaftaran adalah dengan mengikatkan terhadap detail-detail yang mudah diidentifikasi di lapangan dan di peta garis atau dengan cara mengikatkan terhadap titik dasar teknik terdekat apabila sudah tersedia sekitar bidang tanah yang diukur.

B.1.3. Metoda LainnyaPengukuran bidang tanah untuk pendaftaran tanah sistimatik maupun sporadik bisa juga dilaksanakan dengan metoda lainnya selain metoda terrestrial maupun fotogrametrik, hal tersebut dimungkinkan apabila teknologi pengukuran dan pemetaan metoda tersebut sudah mencapai ketelitian pengukuran batas bidang tanah sesuai dengan ketelitian kedua metoda diatas seperti misalnya; citra satelit, pengukuran GPS dan lain sebagainya.

Dari ketiga metoda diatas prinsip dasar pengukuran bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah adalah harus memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan pemetaan sehingga bidang tanah yang diukur dapat dipetakan dan dapat diketahui letak dan batasnya di atas peta serta dapat direkontruksi batas-batasnya di lapangan.

B.2. SISTEM KOORDINAT

Sesuai pasal 25 ayat 1 semua pengukuran bidang tanah pada prinsipnya harus dilaksanakan dalam sistem Koordinat Nasional dengan cara pengikatan terhadap titik dasar teknik Nasional terdekat sekitar bidang tanah tersebut.

Hal tersebut dapat dilaksanakan apabila perapatan titik dasar teknik orde 3 atau orde 4 sudah tersedia di sekitar bidang tanah tersebut. Pekerjaan perapatan titik dasar teknik secara Nasional sedang berlangsung dilaksanakan, oleh karena itu untuk daerah yang titik-titik dasar tekniknya belum tersedia maka pelaksanaan pengukuran bidang tanah pada pendaftaran tanah sistematik maupun seporadik untuk sementara dapat dilaksanakan dalam sistem koordinat lokal, dimana apabila perapatan titik-titik dasar teknik pada daerah tersebut sudah tersedia harus ditransformasikan ke dalam sistim Koordinat Nasional.Yang harus diperhatikan dalam sistem koordinat adalah :

1. Sistim koordinat yang digunakan dalam pengukuran harus sesuai dengan pemetaannya.2. Keharusan untuk memetakan bidang tanah adalah kedalam peta dasar pendaftaran yang ada terlebih dahulu walaupun masih dalam sistim koordinat lokal.3. Peta dasar pendaftaran dan titik dasar teknik dalam sistim koordinat nasional adalah kondisi yang ideal pada pengukuran bidang tanah.4. Pertimbangan pemakaian sistem koordinat pada pengukuran bidang tanah tergantung kepada

Data yang ada Dipakai

1. Tersedia peta dasar pendaftaran Nasional Sistem Koordinat NasionalTersedia titik dasar teknik Nasional2. Tersedia peta dasar pendaftaran Lokal Sistem Koordinat Lokal

Page 10: Highway

Tidak tersedia titik dasar teknik Nasional3. Tersedia peta dasar pendaftaran Lokal Sistem Koordinat NasionalTersedia titik dasar teknik Nasional4. Tidak tersedia peta dasar pendaftaran Sistem Koordinat NasionalTersedia titik dasar teknik Nasional5. Tidak tersedia peta dasar pendaftaran Sistem Koordinat LokalTidak tersedia titik dasar teknik NasionalUntuk pemakaian sistem koordinat Nasional maupun Lokal, setiap bidang tanah yang telah selesai diukur harus segera dipetakan pada peta pendaftaran baik pada peta pendaftaran dengan lembar peta yang sudah tersedia karena ada bidang tanah lain yang sudah dipetakan terlebih dahulu atau lembar peta baru yang dibuat dengan hanya memuat satu bidang tanah yang baru diukur tersebut.

C. PENGUKURAN TERRESTRIAL

Berdasarkan metoda pengukuran terrestril yang telah diuraikan diatas, pengambilan data ukuran bidang tanah secara terrestrial baik untuk pendaftaran tanah sporadik maupun sistimatik adalah untuk memperoleh data ukuran yang dapat membentuk bidang-bidang tanah secara utuh, artinya setiap bidang tanah dapat dipetakan sesuai bentuk dan ukurannya dilapangan, tidak diperkenankan memaksakan menggambar bidang tanah dengan suatu jarak atau arah perkiraan, harus diambil data ukuran lebih sebagai kontrol hitungan.

Beberapa cara mendapatkan data ukuran terestris untuk menggambarkan bidang tanah dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Dilakukan secara manual; yaitu pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit atau pita ukur, perhitungan koordinat menggunakan kalkulator secara manual dan penggambarannya menggunakan mistar, pena, tachen scale dan mistar skala.2. Semi komputerisasi; yaitu pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur theodolit atau pita ukur, perhitungan koordinat dan penggambarannya dilakukan dengan bantuan komputer dan sofware.3. Komputerisasi penuh; yaitu pengukuran (pengambiln data), perhitungan dan penggambaran dilakukan secara otomasi menggunakana komputer (Total Station).

Dari ketiga cara diatas, dalam pengukuran bidang tanah yang harus tetap dilaksanakan adalah pembuatan gambar ukurnya dengan sket dan catatan langsung di lapangan. Tahapan pengukuran bidang tanah dengan cara terrestrial :

1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran di lapangan.2. Tentukan sistem koordinat yang akan dipakai sesuai dengan data yang tersedia.3. Cari titik dasar teknik terdekat dengan bidang tanah yang tersedia dilapangan berdasarkan informasi dari peta dasar teknik dan buku tugu pada daerah tersebut.4. Tentukan bidang tanah yang telah ditetapkan batas-batasnya.

5. Cantumkan NIB pada d.i. 201nya.6. Ukur bidang tanah dengan suatu atau kombinasi dari metoda pengukuran trrestrial yang paling

Page 11: Highway

sesuai dengan peralatan dan keadaan lapangannya (Misal ; pengukuran bidang tanah sporadik, pengukuran bidang tanah sistematik, pengukuran HGU dan lain sebagainya).7. Buatkan gambar ukurnya.8. Tentukan luas bidang tanahnya.

Pada highway metode untuk pemetaan yang dilakukan adalah metode FOTOGRAMETRI

Pemetaan Dengan Metode Fotogrametri

Pemetaan dengan metode fotogrametri dimaksudkan yaitu dengan menggunakan foto udara dan

penyiapan ortofotografi (mozaik yang dibuat dari foto yang diperbaiki). Sebagai gambaran ,

suatu spesifikasi umum untuk ketepatan peta fotografi menyatakan bahwa 90% dari elevasi harus

tepat dalam setengah interval garis tinggi dan sisanya dalam satu interval garis tinggi. Syarat

lainnya adalah bahwa 90% dari cirri-ciri planimetri harus ditempatkan pada peta dalam

seperempat inchi dari lokasi yang tepat , sisanya seperduapuluh inchi.

Pada pemetaan highway , foto udara vertical yang di ambil dengan kamera yang di arahkan

hamper lurus kebawah adalah yang paling berguna untuk tujuan pemetaan jalan raya. Daerah

yang akan diliput difoto dalam gerak parallel, dimana masing-masing gambar diambil sesuai

dengan arah terbang (endlap) dan diantara gerakan yang berurutan (sidelap).

Beberapa instrument dengan beragam kerumitan untuk melakukan foto udara kedalam peta ,

antara lain multiplex , plotter stereoskopik Kelsh dan Bolplex , otograf Wild , KG2 Kern dan

stereoplanigraf Zeiss. Pada sebagian dari alat tersebut , penggambaran dilakukan secara langsung

dibawah proyektor , pada alat lainnya , seperti otograf Wild , peralatan stereoskopik

mengendalikan suatu koordinatograf jarak jauh yang dipasang pada sebuah meja besar yang

terpisah. Tetapi semuanya menggunakan konsep bahwa jika suatu daerah yang telah terbiasa

dengan sepasang foto yang sesuai dipandang melalui stereoskop , maka topografi akan terlihat

sebagai relief.

Fotogrametri mengahasilkan model medan digital (digital terrain model). Pada model ini , posisi

horizontal dan vertical dari permukaan tanah atau permukaan fotografi lainnya dipindahkan

secara langsung dari foto udara yang dipasangkan ke data computer. Informasi dapat diperoleh

Page 12: Highway

kembali dan pada computer di program untuk mengahasilkan profil , potongan melintang ,

jumlah pekerjaan galian dan timbunan tanah.

Prinsip – Prinsip Penentukan Lokasi HighWay

Untuk jalan utama yang baru , penetuan lokasi harus menggabungkan lengkungan , kelandaian ,

dan unsure – unsure jalan lainnya untuk mneghasilkan arteri lalu lintas yang mudah dilalui dan

mengalir dengan bebas dan berkapasitas tinggi serta memenuhi standar keselamatan , sementara

di lain itu memperkecil pengerusakan – pengerusakan tempat – tempat bersejarah dan purbakala

serta untuk pembangunan kota , industry , usaha , pemukiman , pemandangan , dan rekreasi.

Page 13: Highway

BAB IV

PENUTUP

4.1 kesimpulan

Dari makalah yang telah kami diskusikan dapat kami simpulkan. persoalan bagaimana

menetapkan penempatan jalan raya yang sesuai dalam perkotaan dan daerah lainnya, dapat

diselesaikan dengan melakukan pengumpulan , pengolahan , dan pelaporan data yang sangat

banyak. Kemudian disajikan penginderaan jarak jauh yaitu penggunaan foto udara , radar , serta

perlengkapan yang serupa untuk pembuatan peta dan lain – lain.

Metode fotogeometri dapat digunakan untuk melakukan pemetaan highway. Pemetaan dengan

metode fotogrametri dimaksudkan yaitu dengan menggunakan foto udara dan penyiapan

ortofotografi (mozaik yang dibuat dari foto yang diperbaiki). Fotogrametri mengahasilkan model

medan digital (digital terrain model). Pada model ini , posisi horizontal dan vertical dari

permukaan tanah atau permukaan fotografi lainnya dipindahkan secara langsung dari foto udara

yang dipasangkan ke data computer. Informasi dapat diperoleh kembali dan pada computer di

program untuk mengahasilkan profil , potongan melintang , jumlah pekerjaan galian dan

timbunan tanah.

Page 14: Highway

DAFTAR PUSTAKA

Suyono , Sosrodarsono . 1997 . Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan Ed . Jakarta . PT. Pradnya Paramita .

Clarkson , H. Oglesby dan R. Gary Hicks . 1988 . Highway Engineering , Fourth Edition . New York . John Wiley & Sons, Inc.