Herpes Zoster Gufran

10
SMF/Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin Tutorial Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman HERPES ZOSTER Oleh : Muhammad Gufran 1310019001 Setya Girindra W 1310019003 Andi Epri Rangga A L 1310019008 Pembimbing : dr. M. Darwis Toena, Sp. KK, FINSDV, FAADV Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

description

jhfjfjh

Transcript of Herpes Zoster Gufran

SMF/Laboratorium Ilmu Kulit dan Kelamin

Tutorial KlinikFakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

HERPES ZOSTER

Oleh :

Muhammad Gufran

1310019001 Setya Girindra W

1310019003

Andi Epri Rangga A L

1310019008Pembimbing :

dr. M. Darwis Toena, Sp. KK, FINSDV, FAADVDibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas MulawarmanRSUD. Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda

2014

HERPES ZOSTERABSTRAKHerpes zoster adalah penyakit reaktivasi laten infeksi Varisela zoster virus (VZV). Gejala klinis berupa lesi vascular yang terdistribusi unilateral sesuai dengan perjalanan saraf sensori terinfeksi. Diagnosis ditegakkan secara klinis maupun laboratorium. Obat pilihan utama herpes zoster adalah antivirus jenis asiklovir. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi bakteri, perdarahan, dan gangguan saraf.Dilaporkan pasien laki-laki berusia 58 tahun dengan diagnosis herpes zoster. Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bintil kemerahan bewarna merah disertai rasa gatal. Pada pemeriksaan fisik daerah wajah didapatkan multiple papul dan vesikel eritem disertai krusta.

Kata kunci : herpes zoster, virus, infeksi

ABSTRACTHerpes zoster is a latent reactivation of infection disease Varicella zoster virus (VZV). Clinical symptom is unilateral vascular lesions according with the infected sensory nerves. Diagnosis is made clinically and laboratory. Drug of choice is antiviral, acyclovir types. Complications that may occur are a bacterial infection, bleeding, and neurological disorders.

A man, aged 58 years, who diagnosed as varicella zoster, was reported. The diagnosis is made based on history and physical examination. Based on history, there are papules erythematous preceded with itching. On physical examination in facial, showing multiple erythematous papules, vesicles and crusts. Keywords : herpes zoster, virus, infectionPENDAHULUAN

Penyakit cacar air (varisela) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit yang sudah mendunia.1 Varisela merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja, terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi. Herpes zoster merupakan reaktivasi dari virus varisela zoster yang sebelumnya berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepid an ganglion kranialis. Didunia lebih dari 500.000 kasus mucul setiap tahunnya. Di Indonesia, tidak banyak data yang mencatat kasus varisela atau herpes zoster secara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemik cacar air pada daerah tertentu saja. Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehata Lingkungan Dinkes menyatakan pada tahun 2006 mencatat, jumlah penderita penyakit cacar air sebanyak 1.771 orang dan ini sudah menurun daripada tahun sebelumnya.2 berdasarkan data-data tersebut, diperlukan adanya usaha pencegahan dengan vaksinasi yang telah terbukti sangat efektif untuk mengontrol penyebaran penyakit varisela. Vaksin ini mempunyai kemampuan 70-90% untuk mencegah varisela dengan efektifitas 95% dalam mencegah verisela berat.3 Komplikasi yang sering timbul adalah neuralgia post herpetik. LAPORAN KASUSSeorang pasien laki-laki berusia 58 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD. A. Wahab Sjahranie Samarinda degan keluhan utama gatal dan kemerahan yang timbul didaerah wajah.Pasien mengeluhkan keluhan tersebut sejak 3 hari sebelum datang ke rumah sakit. Pertama kali muncul bintil kemerahan pada pipi kanan yang kemudian meluas ke pelipis dan bagian bawah bibir kanan. Bintil merah tersebut kemudian berisi air dan terasa panas. Tidak ada rasa gatal. Pasien tidak mempunyai riwayat keluhan serupa sebelumnya. Riwayat terkena cacar air juga disangkal.Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis dan keadaan umum sehat. Pemeriksaan tanda vital dan status generalis pasien dalam batas normal. Status dermatologis dengan lokasi daerah fasial menunjukkan efloresensi berupa multipel papul dan vesikel eritem disertai krusta.

Foto Klinis Pasien

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis sebagai varisela zoster. Diagnosis banding pada pasien ini adalah varisela dan herpes simplek.Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini berupa terapi medikamentosa yang diberikan berupa asiklovir 5 x 800mg, asam mefenamat 3 x 500mg dan deksametason 3 x 4 mg.Prognosis pada pasien ini secara vitam, sanasionam, dan kosmetikan adalah bonam.PEMBAHASAN

Diagnosis herpes zoster pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan data pasien yang didapatkan dari anamnesis, pasien adalah laki-laki berusia 58 tahun. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan, yakni herpes zoster dapat terjadi pada pria dan wanita terutama yang pernah terkena varisela sebelumnya. Onset usia munculnya gejala yaitu sekitar 66% pada usia lebih dari 50 tahun dan 5% pada anak-anak usia kurang dari 15 tahun. Herpe zoster sering rekuren pada individu yang menglami immunokompromise.5Dari anamnesis, keluhan munculnya bintil pada daerah wajah berawal sejak 3 hari terakhir, gejala seperti demam, lemas, dan sakit tenggorokan disangkal oleh pasien. Hal ini kurang sesuai dengan kepustakaan yang memaparkan bahwa gejala klinis dari herpes zoster terdapat gejala prodromal sistemik yaitu demam selama 2-3 hari, pusing, malaise, dan anoreksia, sedangkan.prodromal lokal yaitu nyeri otot, nyeri tulang, dan gatal. Bagian yang sering mengalami reaktivasi adalah daerah thorakal (>50%), trigeminus (10-20%), lumbosacral dan servikal (10-20%). 4,5Dari pemeriksaan status dermatologis pada regio fasialis menunjukkan efloresensi berupa multipel papul dan vesikel eritem yang disertai adanya krusta. Hal inipun sesuai dengan kepustakaan yang memaparkan bahwa lesi kulit menyebar berdasarkan lesi dermatom dan unilateral. Pada 24 jam pertama akan timul papul yang kemudian berubah menjadi vesikel atau bulla dan berlanjut lagi berubah menjadi pustule dan akhirnya menjadi krusta. Lesi yang baru muncul berturut-turut. Vesikel berisi cairan jernih yang memiliki dasar eritem dan terkadang berisi darah.4,5Pemeriksaan penunjang yang disebutkan dalam kepustakaan adalah pemeriksaan dengan pewarnaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarnai dengan giemsa. Dimana bahan sediaan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.5 Namun pada kasus ini pemeriksaan tersebut dilakukan karena tidak tersedianya alat yang dibutuhkan.Diagnosis banding dari herpes zoster adalah varisela dan herpes simplek. Varisela ditandai dengan bagian yang terkena lesi adalah seluruh tubuh dengan penyebaran lebih ke sentral dan eflorosensinya bersifat polimorfik. Herpes simplek lebih sering terjadi pada bagian labialis dan efloresensinya berupa vesikel dengan dasar yang jernih.4,5 Pada pasien ini penatalaksaaan yang diberikan berupa edukasi dan terapi medikamentosa secara oral. Terapi per oral berupa asiklovir 5 x 800mg sebagai antivirus, asam mefenamat 3 x 500mg sebagai analgetik dan deksametason 3 x 4 mg antiinflamsi untuk mencegah terjadimya neuritis. Pemilihan terapi medikamentosa pada pasien ini telah sesuai dengan kepustakaan yang memaparkan bahwa pengobatan herpes zoster bersifat simtomatik.4,5 Pada pasien ini, prognosisnya secara vitam, sanasionam, dan kosmetikan adalah bonam. Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higine memberi prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit. Menurut studi kepustakaan komplikasi pada herpes zoster yang terjadi adalah neuralgia pasca herpetic.4 PENUTUP

Seorang pasien laki-laki, berusia 58 tahun, datang dengan keluhan utama berupa munculnya bintil merah di daerah wajah yang telah dialaminya sejak 3 hari terakhir. Awalnya bintil muncul didaerah pipi dan menjalah sampai dibawah bibir. Bintil ini berisi air. Dari pemerikasaan status dermatologi tampak multipel papul dan vesikel eritem disertai adanya krusta. Dari anamnesis dan pemeriksaan status dermatologis ditegakkan diagnosa herpes zoster. Penatalaksaan pada pasien ini, diberikan terapi medikamentosa berupa asiklovir 5 x 800mg, asam mefenamat 3 x 500mg dan deksametason 3 x 4 mg. Prognosisnya secara vitam, sanasionam, dan kosmetikan adalah bonam. Secara umum penegakkan diagnosa serta penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini telah sesuai dengan kepustakaan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawan, M., Dessy, N., & Tatang, M. (2007). Tinjauan Pustaka: Varisela Zooster pada Anak (hal. 23-30). Tangerang: FK Universitas Pelita Harapan

2. Handoko, R. (2007). Penyakit Virus Herpes Zoster. dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (hal. 115-116). Jakarta: Balai Penerbit FK UI.3. Wolff, K., & Johnson, R. (2009). Varicella. dalam Fitzpatrick, Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (pp. 837-850). United State: The McGraw-Hill .

4. Etraus, S., Oxman, M., & Sshmader, K. (2008). Varicella and Herpes Zoster. dalam Fitzpatrick, Dermatology in General Medicine (Vol. two, pp. 1885-1899). United State: The McGraw-Hill.

5. Sawitri, Murtiastutik, D., & Ervianti, E. (2005). Herpes Zoster. In Pedoman Diagnosis dan Terapi (pp. 53-55). Surabaya: SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dokter Soetomo.

2