HASIL DA P EMBAHASA Keadaan Umum Kondisi Hewan … · lokomosi ini juga penting untuk menyesuaikan...
Transcript of HASIL DA P EMBAHASA Keadaan Umum Kondisi Hewan … · lokomosi ini juga penting untuk menyesuaikan...
20
HASIL DA� PEMBAHASA�
Keadaan Umum
Kondisi Hewan
Kondisi kancil betina selama penelitian secara keseluruhan dapat dikatakan
baik dan sehat. Kondisi yang sehat dapat dilihat dari bulunya yang mengkilat, cara
berjalannya yang normal, aktivitasnya normal, nafsu makannya lahap, sorot matanya
tajam, feses dan urinnya normal (tidak mencret), serta tubuhnya yang gemuk.
Kondisi Kandang
Kandang kancil dibuat dari kerangka besi berdinding kawat loket sehingga
udara mengalir bebas. Kandang berventilasi baik akan menjamin aliran udara yang
terus menerus melewati kandang dan sekitar hewan (Tillman et al., 1991). Ventilasi
yang baik juga akan mencegah seminimal mungkin debu dan menurunkan kadar
bau-bauan yang berhubungan langsung dengan keadaan kesehatan hewan
(Anggraeni, 2006). Tumbuhan dan pepohonan banyak tumbuh di sekitar kandang,
salah satunya adalah tumbuhan granadila merah (Passiflora coccinea) yang tumbuh
menjalar di atas kandang. Tumbuhan tersebut secara tidak langsung mempengaruhi
suplai oksigen dan mengurangi cekaman suhu di sekitar kandang. Kisaran suhu di
Penangkaran Mamalia selama pengamatan antara 22-31 oC dan kelembaban antara
60-99%. Rataan suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Suhu dan Kelembaban di Penangkaran
Waktu Temperatur (0C) Rh (%)
Pagi 23,75 90,83
Siang 30,13 69,67
Sore 25,08 86,25
Malam 24,04 96,21
Fajar 23,54 96,54
Kondisi suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi dan malam
hari, serta suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari akan
berpengaruh terhadap kondisi dan aktivitas kancil, seperti aktivitas makan, lokomosi,
dan istirahat.
21
Kondisi Lingkungan
Lokasi kandang, tingkat kebisingan, suhu, kelembaban, bau-bauan, dan
aktivitas makhluk hidup lain yang merupakan bagian dari lingkungan sekitar adalah
faktor-faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan selama pengamatan karena
akan mempengaruhi perilaku kancil yang diamati. Mukhtar (1986), menyatakan
perilaku satwa dipengaruhi oleh dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan
rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi
hormon, dan faktor motivasi. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan,
tenaga mekanis, dan rangsangan kimia.
Kancil merupakan hewan nokturnal yang bersifat aktif pada malam hari, tidak
banyak mengeluarkan suara, mudah stres, dan sangat peka terhadap lingkungan
sekitar. Kebisingan maupun cekaman lingkungan lain di sekitar penangkaran
mempengaruhi aktivitas yang diamati. Kebisingan ditimbulkan oleh suara-suara yang
berasal dari lingkungan sekitar seperti suara satwa, suara manusia, dan suara yang
berasal dari kendaraaan bermotor yang lewat di sekitar kandang. Tanggapan kancil
terhadap gangguan ini ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba lari
menuju tempat persembunyian (gorong-gorong) untuk menghindar dari bahaya.
Kancil termasuk hewan yang peka terhadap aktivitas makhluk hidup maupun
benda lain yang berada di sekitar lingkungannya. Kancil mengenali lingkungan dan
memberi tanggapan terhadap kondisi lingkungan dengan menggunakan indra
pendengaran dan indra penciuman. Telinga akan digerak-gerakkan untuk mendeteksi
suara. Bau-bauan dideteksi dengan cara menggerak-gerakkan kepalanya ke atas, ke
bawah, ke kiri, dan ke kanan (seperti gerakan mencari sumber bau atau mencium-
cium). Kancil menoleh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang untuk melihat objek.
Hewan ini sesekali keluar dari tempat persembunyian untuk memeriksa
lingkungannya dengan cara berputar-putar di kandang sambil mengendus-endus dan
menggerak-gerakkan telinga. Jumailah (1999) melaporkan bahwa perilaku
memeriksa situasi dilakukan jika kancil mencurigai sesuatu yang asing atau ingin
mengetahui keadaan sekitarnya. Pemeriksaan dilakukan biasanya dengan cara
mengendus-endus atau kepala didongakkan dan lubang hidung dibuka lebar.
Aktifnya penggunaan indra penciuman ini, menurut Nurhidayat et al. (1992)
dikarenakan kancil mempunyai otot M. Dilatator nares lateralis menuju ke lateral
22
cuping hidung. Otot ini sangat berperan dalam mendilatasikan cuping hidung
sehingga kancil dapat dengan mudah mengendus-endus untuk memeriksa lingkungan
sekitar.
Aktivitas dan Tingkah Laku Kancil
Aktivitas kancil yang diamati terdiri atas tingkah laku yang berhubungan
langsung dengan makan, yaitu: makan, minum, urinasi, dan defekasi. Aktivitas lain
yang diamati adalah tingkah laku yang mempengaruhi pola makan (lokomosi,
grooming, memamahbiak, dan istirahat). Pengamatan kancil dilakukan mulai pukul
06.00 sampai pukul 06.00 WIB pagi berikutnya.
Kancil memulai aktivitasnya dengan berjalan keluar dari gorong-gorong
(bangun tidur) kemudian melakukan aktivitas lokomosi mengelilingi kandang.
Tingkah laku berputar-putar ini bertujuan memeriksa keadaan sekitar. Aktivitas
lokomosi ini juga penting untuk menyesuaikan diri terhadap suhu udara yang dingin
sehingga panas tubuhnya meningkat dan kancil tidak kedinginan. Hewan ini akan
mendekati tempat pakan jika keadaan sekitar dirasa aman. Persentase aktivitas kancil
selama 24 jam disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Persentase Harian Aktivitas Kancil Selama Penelitian
Aktivitas kancil yang paling dominan selama di penangkaran adalah istirahat,
yaitu 36,371% atau sekitar 8,72 jam dari total aktivitas kancil selama 24 jam.
Aktivitas istirahat yang tinggi ini dipengaruhi oleh suhu udara lingkungan sekitar.
Aktivitas lain yang cukup tinggi adalah lokomosi (15,558% atau 3,73 jam). Kancil
merupakan binatang ruminansia yang melakukan aktivitas memamahbiak untuk
mencerna makanannya. Nilai persentase aktivitas memamahbiak adalah 15,312%
23
atau 3,67 jam dari total semua aktivitas. Aktivitas memamahbiak biasanya dilakukan
saat kancil sedang istirahat. Aktivitas lain yang banyak dilakukan kancil dalam
sehari-harinya adalah grooming, yaitu 13,814% atau 3,31 jam sehari. Grooming
memiliki peranan penting sebagai bentuk perawatan tubuh. Aktivitas makan
mempunyai nilai persentase sebesar (12,603% atau 3,03 jam), defekasi (3,058% atau
0,73 jam), urinasi (3,284% atau 0,79 jam), dan minum (0%).
Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Aktivitas Makan Kancil
Aktivitas Makan
Aktivitas makan dimulai dengan proses pemilihan pakan yang diberikan.
Kancil memilih jenis pakan menggunakan indra penciumannya, yaitu dengan
mengendus-endus pakan yang disediakan. Hewan ini mengambil pakan dengan
menggunakan bibir atas dan bibir bawah untuk selanjutnya dikunyah sebentar
menggunakan gigi geraham sebelum ditelan.
Pengunyahan yang dilakukan oleh kancil sedikit berbeda dengan yang
dilakukan oleh hewan ruminansia lainnya. Pakan cenderung seperti di dorong ke
kerongkongan yang diikuti dengan gerakan kepala ke atas dan ke bawah (seperti
gerakan manggut-manggut atau menelan pakan dengan keras). Pakan akan dikunyah
beberapa saat sesuai ukuran, keras lunaknya, dan jenis pakan yang dipilih. Menurut
Nurhidayat et al. (1992), keadaan makan tersebut terjadi akibat otot-otot bibir kancil
relatif kurang berkembang, yang menyebabkan pasifnya gerakan bibir dalam
menangkap pakan. Bibir pada kancil berfungsi untuk mengambil dan menahan pakan
untuk dimasukkan ke dalam mulut. Winarto et al. (1991) menyatakan penggunaan
otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif dibandingkan pada
domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkat pakan, sedangkan
pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. Pakan yang dipotong-potong
menjadi bagian yang kecil dapat memudahkan proses pengambilan, pengunyahan,
dan penelanan pakan oleh kancil.
Aktivitas makan pada kancil biasanya dilakukan ketika keadaan lingkungan
sekitar telah sepi. Kancil merupakan hewan yang sangat peka terhadap gangguan dari
lingkungan luar. Kancil bersifat pemalu dan selalu berusaha untuk tidak terlihat.
Hewan ini akan lari dan bersembunyi di gorong-gorong jika merasa terancam.
Aktivitas makan kancil biasanya dilakukan terpisah dari tempat fesesnya. Kancil
24
akan melanjutkan aktivitas berikutnya seperti grooming, istirahat di gorong-gorong,
defekasi, urinasi, maupun memamahbiak setelah selesai makan.
Aktivitas makan kancil disajikan pada Gambar 7. Secara keseluruhan
intensitas makan kancil terlihat lebih tinggi pada waktu malam hari dibandingkan
dengan siang hari. Kondisi ini sesuai dengan sifat kancil sebagai hewan nokturnal
(aktif pada malam hari). Aktivitas makan tertinggi terjadi pada pukul 18.00-19.00
WIB, yaitu sebesar 9,61% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk makan
dalam sehari. Pada waktu tersebut bertepatan dengan waktu pemberian pakan dan
merupakan waktu pergantian dari siang ke malam. Peningkatan aktivitas makan juga
terjadi pada pukul 23.00-04.00 WIB. Peningkatan aktivitas makan dapat juga
diakibatkan oleh kondisi suhu lingkungan sekitar. Rata-rata suhu udara pada malam
hari sebesar 24,04 oC dan pada waktu fajar 23,54
oC, sedangkan kelembaban pada
malam hari sebesar 96,21% dan pada waktu fajar sebesar 96,54%. Kondisi udara
tersebut cukup dingin. Hewan ini membutuhkan panas yang tinggi untuk menjaga
keseimbangan suhu tubuh sehingga dia akan mengkonsumsi pakan lebih banyak.
Temperatur lingkungan yang tinggi menurunkan konsumsi sedangkan penurunan
temperatur merangsang pusat makan untuk meningkatkan konsumsi pakan (Arora,
1989). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Winarto et al. (1991) yang
melaporkan aktivitas makan kancil yang terendah terjadi pada periode antara pukul
22.00-02.00 WIB.
Gambar 7. Tingkah Laku Makan Kancil di Penangkaran
25
Aktivitas memamahbiak
Aktivitas memamahbiak memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan
aktivitas lain yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan, yaitu sebesar
15,312%. Kancil termasuk golongan hewan ruminansia yang melakukan aktivitas
memamahbiak. Aktivitas memamahbiak ini dilakukan pada saat suasana tenang baik
dalam kondisi kancil duduk, istirahat maupun berdiri. Aktivitas memamahbiak pada
kancil dilakukan dengan mengembalikan pakan yang telah ditelan dan disimpan di
rumen ke dalam mulut (proses regurgitasi), yang kemudian dikunyah kembali (proses
remastikasi) dan setelah proses remastikasi selesai maka pakan akan ditelan kembali
(proses redeglutasi). Pakan tersebut selanjutnya dicerna lagi oleh enzim-enzim
mikroba rumen (microbial attack) seperti pada hewan ruminansia lainnya.
Jumlah kecapan dalam proses memamahbiak tergantung dengan besar
kecilnya pakan dan jenis bahan pakan yang dikonsumsi. Kancil membutuhkan
suasana yang tenang untuk memamahbiak. Suasana yang gaduh akan mngganggu
aktivitas memamahbiak, kancil kadang-kadang akan berhenti memamahbiak jika
merasa dirinya terancam. Aktivitas memamahbiak dilakukan selama ada waktu luang
sehingga pada setiap periode pengamatan ditemukan aktivitas memamahbiak.
Aktivitas memamahbiak tertinggi terjadi pada pukul 07.00-08.00 WIB yaitu sebesar
9,65% lalu menurun dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB dan naik kembali
pada pukul 23.00 WIB seperti yang tampak pada Gambar 8. Jika dibandingkan
dengan aktivitas makan (Gambar 7), tampak bahwa aktivitas memamahbiak
dilakukan setelah aktivitas makan.
Gambar 8. Tingkah Laku Memamahbiak Kancil di Penangkaran
26
Aktivitas memamahbiak terendah terjadi pada pukul 18.00-19.00 WIB
dengan nilai sebesar 0,13% dari keseluruhan total memamahbiak. Nilai yang rendah
ini dimungkinkan karena pada waku tersebut adalah waktu pemberian pakan
sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas lokomosi dan makan.
Aktivitas Minum
Aktivitas minum adalah aktivitas memasukkan air atau cairan ke dalam tubuh
melewati mulut. Selama penelitian tidak ditemukan aktivitas minum pada kancil.
Kancil tidak melakukan aktivitas minum diduga karena kebutuhan akan air sudah
terpenuhi dari pakan yang dikonsumsi. Kondisi kandang yang sejuk dan tingginya
curah hujan diduga juga berpengaruh terhadap aktivitas minum kancil. Menurut
Rosyidi (2005), kancil memiliki dinding sel yang cukup tebal sehingga diduga saat
sel-sel kancil memetabolisme pakan dapat mengefisiensi penggunaan air. Keadaan
ini menyebabkan kancil tahan tidak minum beberapa hari bahkan beberapa minggu,
sehingga kebutuhan minum kancil hanya berasal dari kandungan air yang ada dalam
pakan maupun dari hasil metabolisme tubuh.
Aktivitas Defekasi
Aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk
padat. Kancil termasuk hewan yang bersih, hal ini ditandai jika kancil melakukan
aktivitas defekasi maupun urinasi maka sebagian besar kotoran kancil akan
ditempatkan di tempat yang sama di salah satu bagian sudut atau pinggir kandang
dan kadang-kadang agak terpisah. Jika melihat sifat atau tingkah laku defekasi atau
urinasi kancil maka hewan ini berpotensi untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan
untuk kesenangan (pets) seperti kelinci. Aktivitas defekasi pada kancil rata-rata
diawali dengan aktivitas urinasi. Feses kancil yang normal berbentuk bulat panjang
hampir mirip dengan kotoran domba atau kambing namun ukurannya lebih kecil.
Ukuran feses kancil beragam, besarnya kurang lebih sebesar pentol korek api.
Tingkah laku dan posisi tubuh saat melakukan defekasi pada kancil mirip
domba atau kambing, yaitu dilakukan dengan melebarkan kedua kaki bagian
belakang sehingga menyebabkan bagian punggung belakang agak tertarik ke bawah.
Kancil akan diam berkonsentrasi sebelum mengeluarkan feses dan ketika proses
pengeluaran feses berlangsung ekor diangkat agak ke atas seperti yang ditunjukkan
27
pada Gambar. 9 (a). Ekor kembali diturunkan ke bawah jika proses pengeluaran feses
sudah selesai seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 9 (b). Rosyidi (2005)
menyatakan bahwa dari cara urinasi dapat digunakan untuk membedakan jenis
kelamin pada kancil yaitu kancil betina saat melakukan eliminasi paha kancil dibuka
lebar-lebar serta pantat diturunkan sangat rendah sekali hampir menyentuh lantai
kandang. Hewan jantan pada waktu defekasi paha tidak dibuka lebar-lebar dan pantat
tidak terlalu diturunkan.
(a) (b)
Gambar 9. (a) Kancil pada saat Defekasi (b) Kancil Selesai Defekasi Sumber : Bagus (2009)
Hasil pengamatan menunjukkan aktivitas defekasi tertinggi terjadi pada pukul
24.00-01.00 WIB sebesar 13,42% dari keseluruhan waktu yang diperlukan untuk
defekasi dalam sehari seperti yang terlihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tingkah Laku Defekasi Kancil di Penangkaran
28
Tingginya aktivitas defekasi ini disebabkan oleh hasil metabolisme konsumsi pakan
pada waktu sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh,
sehingga harus dikeluarkan.
Aktivitas Urinasi
Aktivitas urinasi dilakukan untuk membuang kotoran yang berbentuk cair.
Tingkah laku urinasi pada kancil tidak jauh berbeda dengan tingkah laku defekasi.
Total aktivitas urinasi sebesar 3,284% (0,79 jam) dari total aktivitas kancil selama
24 jam seperti yang tampak pada Gambar 11.
Gambar 11. Tingkah Laku Urinasi Kancil di Penangkaran
Nilai ini menempati urutan ketiga terbesar dalam hasil persentase aktivitas
yang berhubungan langsung dengan makan. Aktivitas urinasi kancil pada malam hari
memiliki intensitas lebih tinggi daripada di siang hari (Gambar 11). Keadaan
demikian dikarenakan suhu pada waktu malam hari adalah rendah (24,04oC) dan
kelembaban tinggi (96,21%). Keadaan ini mengakibatkan suhu udara menjadi cukup
dingin. Kondisi udara yang dingin akan merangsang tubuh kancil untuk
memproduksi panas tubuh lebih tinggi, hal ini bertujuan untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tetap stabil. Jumlah urin akan meningkat akibat dari aktivitas tubuh
tersebut sehingga kancil akan banyak melakukan aktivitas urinasi. Jumlah dan
komposisi urin sangat berubah-ubah dan tergantung pemasukan bahan makanan,
berat badan, usia, jenis kelamin, dan lingkungan hidup seperti temperatur,
kelembaban, aktivitas tubuh dan, keadaan kesehatan (Koolman dan Rohm. 2000).
29
Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Kancil
Aktivitas Lokomosi
Bergerak adalah salah satu ciri makhluk hidup. Aktivitas gerak dibagi
menjadi tiga yaitu gerak statis, gerak dinamis, dan gerak kombinasi. Gerak statis
adalah gerakan-gerakan tubuh tanpa proses perpindahan tempat seperti gerakan
mengangkat kaki, grooming, memamahbiak, menggerakkan kepala ke kiri dan ke
kanan, menggerakkan ekor dan lain sebagainya. Gerakan dinamis adalah gerakan
pada hewan yang dilakukan dengan proses perpindahan tempat (lokomosi) seperti
gerakan berjalan lurus tanpa dibarengi gerakan statis. Gerakan kombinasi adalah
gerakan yang dilakukan hewan yang menggabungkan gerakan statis dan dinamis
seperti gerakan menangkap mangsa dan gerakan mengitari daerah teritorial.
Hasil pengamatan menunjukkan kancil lebih aktif pada malam hari
dibandingkan dengan siang hari, hal ini dimungkinkan karena kancil di alam
merupakan hewan malam (nokturnal). Suhu yang tinggi (30,13oC) dan kelembaban
yang rendah (69,67%) di siang hari menyebabkan udara panas. Kondisi ini akan
menyebabkan kancil tidak banyak melakukan aktivitas gerak untuk menjaga
kestabilan suhu tubuhnya agar tetap nyaman. Aktivitas lokomosi kancil tertinggi
terjadi pada pukul 24.00-01.00 WIB sebesar 9,23% seperti tampak pada Gambar 12.
Gambar 12. Tingkah Laku Lokomosi Kancil di Penangkaran
Aktivitas lokomosi yang tinggi pada waktu tersebut terjadi akibat suhu udara
yang rendah (24.04 oC) dan kelembaban yang tinggi (96.21%). Kondisi lingkungan
30
seperti ini akan menyebabkan udara yang sangat dingin, sehingga kancil banyak
melakukan aktivitas lokomosi untuk menjaga panas tubuhnya agar tetap stabil.
Nilai persentase lokomosi kancil pada pukul 18.00-19.00 WIB juga cukup
tinggi sebesar 6,24%, hal ini diarenakan kancil mendapatkan rangsangan dari luar
berupa pakan. Pemberian pakan yang dilakukan membuat kancil harus bergerak
mendekati pakan yang diletakkan di depan gorong-gorong. Aroma pakan dan rasa
lapar membuat kancil terangsang untuk bergerak mendapatkan makanan tersebut.
Menurut Alikodra (1990) tingkah laku mendekati tempat pakan ini disebabkan oleh
adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan
atau lapar).
Hewan ini sangat aktif, kancil akan berjalan kesana kemari untuk melihat
keadaan sekitar. Berdasarkan tingkah laku dari kancil yang sangat aktif maka
kandang untuk memelihara kancil harus cukup luas. Kandang yang luas
memungkinkan kancil bergerak bebas, sehingga hewan ini tidak mengalami stres.
Lantai kandang dari tanah memungkinkan terjadinya penyerapan urin ke tanah lebih
bagus sehingga urin tidak menggenang. Urin yang menggenang dapat menjadi sarang
penyakit sehingga dapat mengganggu kesehatan kancil. Lantai yang berupa tanah
juga dapat mengurangi luka pada kaki kancil yang sangat kecil.
Aktivitas Merawat Diri atau Grooming
Tingkah laku perawatan tubuh (grooming) merupakan tingkah laku yang
sangat penting diperhatikan oleh perawat satwa. Hewan yang sehat dan bahagia akan
memperlihatkan kebiasaan grooming yang memakan waktu cukup banyak. Tingkah
laku perawatan dilakukan oleh hewan seperti menjilati bulu atau rambut, menelisik
(mencari kutu) dan mandi pasir.
Aktivitas grooming pada kancil dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
menempel pada tubuhnya dan untuk merapikan bulu yang kusut agar tampak rapi
dan mengkilap. Hewan ini akan melakukan aktivitas grooming baik dalam posisi
duduk atau rebah maupun berdiri yaitu dengan cara menjilati bulu, kaki, dan anggota
tubuh lainnya dengan menggunakan lidahnya. Kancil juga sesekali menggosok-
gosokkan kepala ke dinding kandang hal ini di dukung oleh penelitian Jumailah
(1999) yang menyatakan bahwa perawatan tubuh pada kancil dilakukan dengan cara
menggosok-gosokkan badannya (punggung dan kepala) ke benda keras. Hewan ini
31
hampir melakukan aktivitas grooming setiap jam selama pengamatan. Kancil
merupakan hewan yang menyenangi kebersihan jika dilihat dari aktivitas yang suka
merawat diri.
Aktivitas grooming pada kancil cukup tinggi, yaitu 13,814% atau 3,31 jam
sehari. Aktivitas grooming yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa kancil merasa
bahagia dan sehat. Aktivitas grooming pada pukul 08.00 dan 11.00 WIB cukup tinggi
sebesar 5,64% dan 5,79% (Gambar 13), hal ini dimungkinkan karena pada jam
tersebut mendekati puncak pertengahan siang hari yang memiliki suhu tinggi
sehingga kancil akan mendinginkan tubuhnya dan merelaksasi otot-ototnya dengan
cara grooming.
Aktivitas grooming pada selang waktu antara pukul 18.00-19.00 WIB
tergolong tinggi yaitu sebesar 16,84%, hal ini dimungkinkan karena pada selang
waktu tersebut terjadi peralihan dari siang ke malam sehingga kancil akan melakukan
adaptasi suhu dan merelaksasi otot-ototnya untuk menghadapi aktivitas malam.
Aktivitas grooming secara umum pada siang hari memiliki nilai persentase yang
lebih tinggi dibandingkan dengan malam hari. Kancil pada siang hari banyak
melakukan aktivitas istirahat sehingga akan lebih banyak memiliki waktu luang
untuk merawat diri atau grooming.
Gambar 13. Tingkah Laku Grooming Kancil di Penangkaran
Aktivitas Istirahat
Aktivitas istirahat ini sangat penting dilakukan untuk memproduksi energi,
mencerna pakan, memamah biak, dan memberikan kesempatan mengendurkan otot-
otot yang tegang akibat aktivitas yang telah dilakukan oleh kancil.
32
Aktivitas istirahat pada kancil dibagi menjadi dua tipe yaitu istirahat total dan
istirahat sementara. Istirahat total artinya kancil tidak melakukan aktivitas apa-apa
yaitu kancil akan duduk dengan cara menekuk keempat kakinya dan kadang-kadang
sambil menutup mata seperti orang mengantuk dengan meletakkan kepalanya di
bawah, namun tetap dalam posisi duduk. Istirahat sementara artinya kancil akan
berdiam beberapa menit untuk melepas lelah biasanya dilakukan dengan posisi tubuh
berdiri.
Kancil lebih suka beristirahat di dalam gorong-gorong (Gambar 14). Hewan
ini menyukai habitat di tempat-tempat rimbun yang banyak jatuhan daun-daun kering
yang diduga sebagai alas tidurnya dan juga di bawah rimbunan pohon-pohon salak
dan umumnya tempat bersarang tidak jauh dari sungai (Farida et al., 2003). Sarang
juga digunakan untuk berteduh dari hujan, berlindung dari teriknya sinar matahari,
dan bersembunyi. Tempat persembunyian diperlukan dalam manajemen
perkandangan kancil karena sifat kancil yang suka bersembunyi di gorong-gorong.
Gambar 14. Kancil Istirahat di Gorong-Gorong Sumber : Bagus (2009)
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kancil lebih banyak melakukan
aktivitas istirahat pada siang dibanding pada malam hari seperti tampak pada Gambar
15. Hal ini diduga karena di alam kancil merupakan hewan malam (nokturnal).
Aktivitas istirahat, memamahbiak, dan grooming cukup tinggi (lebih dari 50%).
Ketiga aktivitas ini membutuhkan tempat yang aman dengan sedikit gangguan dan
tenang. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, dalam kandang kancil sebaiknya
disediakan tempat persembunyian misalnya gorong-gorong.
33
Gambar 15. Tingkah Laku Istirahat Kancil di Penangkaran
Pemilihan Pakan
Pakan diberikan dalam bentuk segar dan diletakkan dalam sebuah wadah,
karena bila pakan sudah dalam keadaan layu dan kotor, maka kancil enggan
memakannya. Rosyidi (2005) menyatakan bahwa kancil menyukai pakan yang segar,
kandungan air tinggi, memiliki daya cerna tinggi, serta kandungan serat kasarnya
rendah. Urutan pemilihan pakan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui
tingkat kesukaan (preferensi) pakan yang diberikan. Church (1976), mengatakan
bahwa satwa memiliki sifat seleksi yang cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia,
sehingga satwa akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya.
Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini ada 12 buah, yang dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok siang dan kelompok malam. Pembagian ini
didasarkan pada kecenderungan pakan yang dikonsumsi kancil pada siang dan
malam hari. Bahan pakan pada kelompok siang adalah ubi jalar merah, jambu biji
merah, oyong, labu siam, labu air, dan buncis. Bahan pakan pada kelompok malam
adalah kecambah, sawi putih, kulit pisang, daun brojo lego, daun jaat liar, dan daun
meniran. Ubi jalar merah, jambu biji merah, oyong, labu siyam, labu air, buncis, sawi
putih, dan kulit pisang dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dengan
ukuran kurang lebih sebesar dadu untuk memudahkan kancil dalam memakan pakan
tersebut. Tumbuhan brojo lego dan jaat liar masing-masing hanya diambil daunnya.
Kecambah diberikan secara langsung. Urutan ranking pakan atau ranking jenis pakan
yang diberikan pada kancil dapat dilihat pada Tabel 4
34
Tabel 4. Urutan Pemilihan Pakan pada Kancil di Siang Hari
Rangking Jenis Pakan
Siang Malam
1 Ubi jalar merah Kulit pisang
2 Labu siam Daun meniran
3 Jambu biji merah Kecambah
4 Oyong Sawi putih
5 Labu air Daun brojo lego
6 Buncis Daun jaat liar Keterangan : Angka 1 sampai dengan angka 6 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari
pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi.
Pakan yang dipilih pertama kali pada pengamatan siang hari adalah ubi. Ubi
dipilih karena sebagian besar umbinya terdiri atas karbohidrat yang mudah dicerna,
sehingga dapat segera dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh, teksturnya
halus, dan kadar serat kasar yang rendah (2,56%) (Rosyidi, 2005). Labu siam
menduduki peringkat kedua karena memiliki kandungan karbohidrat dan kadar air
yang cukup tinggi masing-masing sebesar 6,7 g dan 92,3 g. Labu siam juga memiliki
aroma yang khas dan kadar serat kasar yang rendah (Mahmud et al., 2009). Peringkat
ketiga ditempati oleh jambu biji merah. Buah ini dipilih karena daging buahnya
berbau harum, berkadar air tinggi 86,0 g, berwarna cerah, serta memiliki kandungan
karbohidrat cukup tinggi sebesar 12,2 g (Rukmana, 2008).
Peringkat keempat ditempati oleh oyong. Jenis pakan ini cukup disukai
karena memiliki kandungan karbohidrat sebesar 4,1 g dan air sebesar 94,5 g.
Peringkat kelima ditempati oleh labu air. Jenis pakan ini kurang disukai karena
memiliki kandungan karbohidrat yang cukup rendah yaitu sebesar 3,8 g. Jenis pakan
yang paling tidak disukai pada waktu siang hari adalah buncis. Jenis pakan ini tidak
disukai diduga karena faktor aroma. Hasil pengamatan pemilihan pakan pada siang
hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air tinggi. Pilihan ini
mencukupi kebutuhan air bagi kancil sehingga kancil tidak perlu minum. Hal ini
didukung oleh aktivitas minum kancil yang 0%.
Jenis pakan yang dipilih pertama kali pada periode malam hari adalah kulit
pisang lampung. Pakan ini dipilih karena digunakan sebagai sumber karbohidrat,
beraroma harum, berwarna cerah, dan bertekstur empuk. Jumailah (1999),
melaporkan bahwa bahan pakan yang dipilih kancil pertama kali adalah pisang.
Kecenderungan kancil terhadap pisang berkaitan dengan preferensi. Pisang
35
mempunyai aroma yang wangi, bentuk dan tekstur yang lunak. Hasil pengamatan
Winarto et al. (1991) menyebutkan bahwa pakan yang paling disukai kancil adalah
pisang. Peringkat kedua ditempati oleh daun meniran. Jenis pakan ini cukup disukai
karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi 10,65%. Tekstur daun yang
lembut dan aroma yang khas juga menjadi faktor penyebab pakan ini dipilih.
Peringkat ketiga ditempati oleh kecambah. Kecambah dipilih karena memiliki
kandungan air yang besar (90,4 g) dan protein yang cukup tinggi (3,7 g).
Peringkat keempat ditempati oleh sawi putih. Pakan ini cukup disukai karena
mengandung 1,7 g karbohidrat dan 96,6 g air. Peringkat kelima ditempati oleh daun
brojo lego pakan ini tidak begitu disukai karena kandungan airnya rendah (10,58%)
dan serat kasarnya cukup tinggi (17,44%). Jenis pakan yang paling tidak disukai
adalah daun jaat liar. Jenis pakan ini tidak disukai karena memiliki kandungan air
yang rendah sebesar 9,61% dan serat kasar yang cukup tinggi sebesar 20,02%.
Kancil dalam memilih pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat
kasar dan cukup banyak mengandung air (Jumaliah, 1999). Peringkat selanjutnya
berturut-turut ditempati oleh oyong, labu air, buncis. Hasil pengamatan pemilihan
pakan pada malam hari menunjukkan bahwa kancil memilih pakan berkadar air
rendah dengan kandungan karbohidrat, protein, dan serat kasar agak tinggi. Hal ini
didukung oleh proses ruminasi yang tinggi di malam hari.
Kancil merupakan satwa ruminansia yang memiliki alat pencernaan
sederhana, lambung kancil hanya memiliki 3 ruangan yaitu rumen, retikulum, dan
abomasum (Sigit, 1984) yang tidak mampu mencerna bahan pakan yang kadar serat
kasarnya tinggi sehingga kancil sebaiknya diberikan pakan dengan kadar serat kasar
rendah dan energi cukup tinggi. Jumailah (1999), menyatakan kancil dalam memilih
pakan cenderung pada pakan yang mengandung sedikit serat kasar dan mengandung
cukup banyak air. Pakan pilihan tersebut dapat dikatakan merupakan pakan yang
berkualitas baik. Kancil juga termasuk dalam jenis kelompok satwa peranggas atau
browsers atau concentrate selectors yang menyukai daun-daunan, umbi-umbian, biji-
bijian dan buah-buahan yang mudah dicerna (Kay et al., 1980). Hal ini dilakukan
agar kancil dapat memperoleh nutrisi sesuai dengan habitat aslinya.