HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
-
Upload
rayhan-ilham -
Category
Documents
-
view
787 -
download
46
Transcript of HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
Hasil Budaya Masyarakat Pada Masa Pra Aksara
KELOMPOK 5
DEVI NURMALASARI
PUTRI RAHMANDA
FAQIH MAHENDRA
DINI KHOIRUNNISA
RAYHAN RABBANI
FATYENI YULIA
KATA PENGANTARPuji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok tentang “Hasil Budaya Masyarakat Pada Masa Pra Aksara”. Penulisan tugas kelompok ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Kani telah berusaha menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa tugas kelompok ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritiknya demi penyempurnaan tugas kelompok ini. Mudah-mudahan dengan adanya tugas kelompok ini dapat diambil manfaatnya bagi siapa saja yang membaca tugas kelompok ini.
Hasil budaya pada masa Praaksara:
Zaman batu
zaman Paleolitikum
Zaman Mesolitikum
Zaman Neolitikum
Zaman Megalitikum
Zaman logam
Zaman Tembaga
Zaman Perunggu
Zaman Besi
Pengertian zaman batuZaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas,
ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan
lain juga digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata.
Istilah ini berasal sistem tiga zaman. Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum,
Megalitikum dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh.
A. KEBUDAYAAN ZAMAN PALEOLITIKUM
a. Kebudayaan Pacitan
b. Kebudayaan NgandongPada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
B. KEBUDAYAAN ZAMAN MESOLITHIKUM
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
1. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
kapak genggam Sumatera adalah kapak genggam yg sudah digosok namun tidak sampai halus. Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels
melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam
bukit kerang tersebut dinamakan dengan
pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak
tersebut berasal batu kali yang dipecah-pecah.
3.Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan
sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah
lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak
pendek.
2. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)
4. Flakes
Flakes berupa alat-alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon. Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi, fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran, flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, dan Mangeruda (Flores).
5. Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
6. Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal)
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum.
7. KEBUDAYAAN BACSON-HOABINH
ada dua kebudayaan Bacson-Hoabinh,
yakni:
-Kebudayaan pebble dan alat-alat
dari tulang yang datang ke Indonesia
melalui jalur barat.
-Kebudayaan flakes yang datang ke
Indonesia melalui jalur timur.
• Kebudayaan ini ditemukan dalam gua-gua dan dalam bukit-bukit kerang di Indo-China, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur. Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu kali, seperti bahewa batu giling. Pada kebudayaan ini perhatian terhadap orang meninggal dikubur di gua dan juga di bukit-bukit kerang. Beberapa mayatnya diposisikan dengan berjongkok dan diberi cat warna merah. Pemberian cat warna merah bertujuan agar dapat mengembalikan hayat kepada mereka yang masih hidup. Di Indonesia, kebudayaan ini ditemukan di bukit-bukit kerang. Hal seperti ini banyak ditemukan dari Medan sampai ke pedalaman Aceh. Bukit-bukit itu telah bergeser sejauh 5 km dari garis pantai menunjukkan bahwa dulu pernah terjadi pengangkatan lapisan-lapisan bumi. Alur masuknya kebudayaan ini sampai ke Sumatera melewati Malaka.
Kebudayaan
Toala
•Menurut catatan sejarah hasil penyelidikan tahun 1893 bahwa manusia yang mendiami daerah ini adalah orang Toala, suatu suku penduduk keturunan langsung dari zaman Prasejara, dan masih sekeluarga dengan suku bangsa Wedda dan Sailan. Orang toala memilih gua sebagai tempat hunian dimungkinkan karena adnanya kesatuan kondisi geologi, ekologi, dan biologi yang saling menunjang dan disediakan oleh sebuah gua. Ketiga kondisi ini memungkinkan manusia dapat bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya untuk melanjutkan hidup dan menangkal sejumlah masalah yan disajikan oleh alam.
C. KEBUDAYAAN ZAMAN NEOLITIKUM
4.
C. KEBUDAYAAN ZAMAN MEGALITIKUM
1. Mehnir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir,
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang.
2. WARUGA 3. DOLMEN
Waruga adalah kubur atau makam leluhur
orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua
bagian. Bagian atas berbentuksegitiga seperti
bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
Dolmen adalah sebuah meja yang terbuat
dari batu yang berfungsi
sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan.
Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar
mayat tersebut tidak dapat
dimakan oleh binatang buas
maka kaki mejanya
diperbanyak sampai mayat tertutup rapat
oleh batu.
Dolmen adalah meja batu
tempat meletakkan sesaji yang
dipersembahkan kepada roh nenek
moyang. Di bawah dolmen
biasanya sering
ditemukan kubur batu
4. Punden berundak 5. Sarkofagus
Punden berundak atau teras berundak adalah struktur
tata ruang bangunan yang berupa teras atau trap berganda yang
mengarah pada satu titik dengan tiap teras semakin tinggi posisinya. Struktur ini kerap ditemukan pada situs kepurbalakan di Nusantara, sehingga dianggap sebagai salah
satu ciri kebudayaan asli Nusantara.
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus
umumnya dibuat dari batu.Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh
karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti.
Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah
makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain
dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah.
6. Arca 7. Kubur batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau
manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet.
Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan
bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang
disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal
dari papan batu.
B. KEBUDAYAAN ZAMAN LOGAM
Pengertian zaman logam Pada zaman Logam orang sudah dapat
membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa karena dalam perundagian masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.
1. Zaman tembaga Di Indonesia khususnya dan Asia
Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.
2. Zaman perunggu
Zaman Perunggu (bahasa Inggris: "Bronze Age") adalah periode perkembangan sebuah peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Secara urut, zaman ini berada di antara Zaman Batu dan Zaman Besi. Sebagian besar perkakas perunggu yang tersisa adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa artefak ritual yang tersisa.
NEKARA PERUNGGU
Nekara adalah semacam genderang dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran besar dan ukuran kecil. Nekara yang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara dalam ukuran besar. Nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini sekarang disimpan di pura Panataransasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat dipuja oleh masyarakat. Tidak semua orang dan setiap waktu orang bisa melihatnya karena nekara ini dianggap barang suci, yang hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan cara ditabuh untuk memanggil arwah atau roh nenek moyang.
Kapak Corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga Kapak Corong atau Kapak Sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Irian dekat Danau Sentani.
KAPAK CORONG
Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang memiliki panjang satu sisi disebut candrasa, bentuknya sagat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval atau juga dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda (double spiral).
Kapak corong
Zaman besi
ZAMAN BESI Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu
±3500°C. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman
logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam
jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi,
ditemukan pada zaman sejarah.
zaman besi