Harga Diri Ekonomi Wni Perbatasan Kalbar
Transcript of Harga Diri Ekonomi Wni Perbatasan Kalbar
HARGA DIRI EKONOMI WNI DI PERBATASAN KALBAR
I. PENDAHULUAN
Kawasan perbatasan memegang peranan penting dalam kerangka
pembangunan nasional. Kawasan perbatasan dalam perkembangannya
berperan sebagai beranda Negara Keatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang merupakan cermin diri dan tolok ukur pembangunan nasional.
Kedudukannya strategis mejadikan pengembangan kawasan perbatasan
seharusnya menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional.
Wilayah perbatasan, harus dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktifitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Pembangunan harus menggunakan pendekatan kesejahteraan dengan
tidak meninggalkan pendekatan keamanan. Secara umum potret
permasalahan di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar di Indonesia
adalah letak yang jauh dari pemerintahan, keterbatasan sarana
komunikasi dan transportasi, tingkat kesejahteraan dan pendidikan
penduduk yang masih rendah, ketergantungan kebutuhan sehari-hari
pada negara tetangga dan seringnya terjadi kegiatan kejahatan
transnasional seperti trafficking, illegal logging, penyelundupan narkotika
dan lain lain.
Salah satu wilayah Indonesia yang berbatasan dengan negara lain
adalah wilayah Kalimantan Barat yang mempunyai garis batas dengan
wilayah Negara Malaysia yaitu Sarawak. Kawasan perbatasannya berada
di 5 kabupaten yang luasnya 149.295,1 km2, terdiri dari : Kabupaten
Sambas 6.395,7 km2, Kabupaten Bengkayang 5.900,3 km 2, Kabupaten
Sanggau 18.302,0 km2, Kabupaten Sintang 32.297,0 km2 dan Kabupaten
Kapuas Hulu 29.842,0 km2. Panjang garis perbatasan ± 966 km, melintasi
140 desa, 15 kecamatan dan terdapat sekitar 50 jalan setapak
menghubungkan 55 desa di Kalbar dengan kampung di Sarawak.
Ditilik dari keadaan ekonomi, warga Negara Indonesia (WNI) di
perbatasan dengan Sarawak mempunyai kondisi yang cukup membuat
rasa nasionalisme terkoyak. Mereka lebih sering berbelanja di Malaysia,
lebih sering berobat ke Malaysia, lebih sering datang untuk bekerja ke
Malaysia, bahkan mereka lebih sering mendapatkan siaran televisi
Malaysia dibandingkan dengan Indonesia. Sehingga dapat dikatakan
bahwa, mereka, WNI di perbatasan dengan Malaysia lebih sering
berhubungan dengan Malaysia, mereka lebih mengenal Kuching
dibandingkan dengan Jakarta.
Wajah kawasan perbatasan lebih seperti dapur sebuah rumah
tangga pemerintahan, jauh dari jatah kue pembangunan. Kesenjangan
ekonomi begitu terlihat dan terasa. Perbedaan tentang mulus dan tidak
mulusnya jalan, bahan rumah yang pada umumnya berbahan kayu dan
beratapkan seng dengan fasilitas minim hingga fasilitas umum seperti
angkutan umum yang tidak senyaman di Sarawak.
II. PERMASALAHAN
Belum optimalnya pembangunan wilayah perbatasan yang
mengakibatkan timbulnya kesenjangan perekonomian masyarakat
memunculkan permasalahan yang menyangkut harga diri bangsa,
sudahkan Pemerintah berusaha memakmurkan warga negaranya di
daerah perbatasan?
III. PEMBAHASAN
Secara ekonomi, wajar jika warga Negara Indonesia di wilayah
perbatasan dengan Malaysia menggantungkan hidup dari Negara
tetangga. Kesampingkan dahulu nasionalisme, kebutuhan hidup
mengharuskan mereka untuk mencari sumber penghidupan yang lebih
menjanjikan, fasilitas yang lebih nyaman dan pendapatan yang lebih
tinggi.
Pemerintah perlu untuk menerapkan strategi pembangunan yang
tepat guna mengatasi masalah kesenjangan ekonomi tersebut. Jika tidak
wilayah perbatasan akan semakin terpuruk dan mengancam stabilitas
keamanan dalam negeri dan keutuhan Negara kesatuan Republik
Indonesia.
Sebenarnya, pembicaraan mengenai pengembangan kawasan
perbatasan telah dilakukan dalam berbagai kesempatan, mulai dari rapat-
rapat terbatas dan koordinasi antar departemen/instansi pusat dan
daerah, seminar, lokakarya, pembahasan di DPR hingga ke sidang
kabinet. Sejak dibukanya pintu perbatasan di beberapa titik di Kalimantan
termasuk Kalimantan Barat, telah memperlihatkan kepada masyarakat
Indonesia, khususnya di sekitar perbatasan dan masyarakat Indonesia
pada umumnya, bahwa ada kesenjangan sosial, ekonomi dan
kesejahteraan antara masyarakat perbatasan di Indonesia dan di
Malaysia.
Kesan kurangnya perhatian dari Pemerintah terhadap kawasan
perbatasan selalu dikaitkan dengan pendekatan pembangunan yang
digunakan di masa lampau, yang lebih menekankan pada keamanan
disbanding dengan peningkatan kesejahteraan. Apabila kita
memperhatikan kondisi sosial, politik dan keamanan pada masa ini,
terdapat kesan kuat bahwa dalam pengembangan kawasan perbatasan
lebih menekankan aspek dan pendekatan keamanan.
Namun, pada saat ini dimana situasi keamanan yang semakin
kondusif dan adanya proses globalisasi yang ditandai dengan berbagai
kerjasama ekonomi baik regional maupun sub-regional, maka pendekatan
keamanan perlu disertai dengan pendekatan kesejahteraan secara
seimbang. Di pihak lain, beberapa Negara tetangga yang berbatasan
langsung dengan Indonesia telah mengembangkan daerah
perbatasannya sebagai kwasan pertumbuhan ekonomi yang telah maju
dengan berbagai sarana dan prasarana fisik yang lengkap serta
sumberdaya manusia yang berkualitas.
Melalui UU nomor 26 tahun 2007 tentang Penatan Ruang,
Kawasan Perbatasan saat ini ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Nasional dari sudut pandang pertahanan dan keamanan. Penggunaan
istilah ini bukan berarti pengembangan kawasan perbatasan semata-mata
berorientasi kepada pendekatan hankam semata. Pendekatan
kesejahteraan bersama-sama dengan pendekatan hankam dan
lingkungan sosial strategi pengembangan kawasan perbatasan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk menjamin
kedaulatan wilayah NKRI
Yang paling penting adalah komitmen yang kuat dari segenap
bangsa untuk membangun setiap jengkal wilayah kedaulatan negara
Indonesia, sehingga mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian
masyarakat dan bangsa Indonesia, khususnya di wilayah perbatasan
sebagai beranda terdepan NKRI.
1. Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan
Untuk menjadikan kawasan perbatasan sebagai kawasan
beranda depan yang berinteraksi positif dengan Negara tetangga,
diperlukan upaya dan komitmen dari seluruh komponen bangsa,
mulai dari pemerintah pusat dan daerah, legislative, dunia usaha,
masyarakat adat dan sebagainya. Dari pemerintah diperlukan
adanya kebijakan nasional dan strategi pengeambangan serta
investasi sarana dan prasarana fisik dasdar seperti jalan,
pelabuhan, air bersih, listrik dan sebagainya.
Pihak legislative perlu mendukung setiap kebijakan dan
peraturan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan
perbatasan, sedangkan dari dunia usaha diperlukan dukungan
investasi bagi pengembangan pertumbuhan ekonomi seperti
kawasan-kawasan perdagangan, berikat, industri, pariwisata, dan
kawasan lainnya. Bagi masyarakat di sekitar perbatasan seperti
masyarakat adat, perlu diikutsertakan secara aktif dalam setiap
pengambilan keputusan karena mereka merasa memiliki hak-hak
ulayat yang telah ada sejak sebelum Republik berdiri. NAmun
pengorbanan masyarakat adat ini perlu disertai dengan reward
kepada mereka yang diatur secara adil dan transparan.
Strategi pengembangan kawasan perbatasan secara umum
meliputi :
a. menjadikan kawasan perbatasan sebagai pintu gerbang ke
Negara tetangga
b. membangun kawasan perbatasan dengan pendekatan
kesejahteraan (prosperity), keamanan (security) dan
lingkungan (environment) secara serasi
c. mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di
kecamatan-kecamatan yang langsung berbatasan secara
selektif dan bertahap sesuai prioritas dan kebutuhan
d. meningkatkan perlindungan sumberdaya alam hutan tropis
(tropical forest) dan kawasan konservasi, serta perhubungan
dan informasi
e. meningkatkan kerjasama pembangunan di bisang sosial,
budaya, keamanan dan ekonomi dengan Negara tetangga.
Sedangkan strategi pengembangan kawasan erbatasan
secara khusus harus disesuaikan dengan kondisi ptensi dan
masalah di masing-masing kawasan perbatasan. Beberapa model
pengembangan kawasan perbatasan darat yang dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi kawasan
perbatasan yang ada antara lain sebagai pusat pertumbuhan,
transito, stasiun riset dan pariwisata alam, serta agropolitan.
Di dalam masing-masing model tersebut dapa dibangun
beberapa komponen pembentuk kawasan perbatasan, seperti PLB,
pelabuhan darat, kawasan wisata alam/lingkungan dan budaya,
akuakultur, kawasan berikat, kawasan industry dan welcome plaza.
Pengambangan ekonomi kawasan perbatasan perlu
mempertimbangkan beberapa aspek antara lain pasar di Negara
tetangga, potensi komoditas daerah, peluang bagi onestasi swasta,
serta jaminan keamanan, baik di internal maupun yang
berhubungan dengan Negara tetangga.
2. Kebijakan dan Program yang dilaksanakan
Pembangunan kawasan perbatasan merupakan salah satu
komitmen dan kebijakan pembangunan yang telah digariskan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RJPN)
2004 – 2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJM) 2009 – 2014. Dalam RJPN, salah satu arah
kebijakan pembangunan dalam rangka mewujudkan pembangunan
yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di
berbagai wilayah Indonesia dilakukan melalui pengembangan
kawasan perbatasan termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
selama ini luput dari perhatian. Pengembangan kawasan
perbatasan dikemukakan pula secara rinci dalam RJPJMN
khususnya dalam agenda pengurangan ketimpangan antar
wilayah. Salah satu sasaran pengurangan ketimpangan antar
wilayah adalah terwujudnya percepatan pembangunan di wilayah-
wilayah cepat tumbuh dan strategis, wilayah tertinggal, termasuk
wilayah perbatasan dalam suatu system wilayah pengembangan
ekonomi yang terintegrasi dan sinergis.
Di dalam RJPMN, telah ditetapkan Program Pengembangan
Wilayah Perbatasan yang dilaksanakan untuk mencapai dua tujuan
sekaligus, yaitu : (1) menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui
penetapan hak kedaulatan yang dijamin oleh hokum internasional
dan (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan
menggali potensi ekonomi, sosial dan budaya serta keuntungan
lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan dengan
Negara tetangga.
Kegiatan pokok terkait yang dilaksanakan untuk
memfasilitasi pemerintah daerah antara lain :
a. Penguatan pemerintah daerah dalam mempercepat
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui : 1) peningkatan pembangunan sarana dan prasarana
sosial dan ekonomi ; 2) peningkatan kapasitas SDM; 3)
pemberdayaan kapasitas aparatur pemerintan dan
kelembagaan serta 4) peningkatan mobilisasi pendanaan
pembangunan
b. Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan
pembangunan, terutama untuk pembangunan sarana dan
prasarana ekonomi di wilayah-wilayah perbatasan dan pulau-
pulau kecil melalui, antara lain, penerapa berbagai skema
pembiayaan pembangunan seperti : pemberian prioritas dana
alokasi khusus, public service obligation dan keperintisan untuk
transportasi, penerapan universal service obligation untuk
telekomunikasi serta program listrik masuk desa
c. Peningkatan kerjasana masyarakat dalam memelihara
lingkungan dan mencagah penyelundupan barang, termasuk
hasil hutan dan perdagangan manusia, sekaligus
mengupayakan kemudahan pergerakan barang dan orang
secara sah, melalui peningkatan penyediaan fasilitas
kepabeanan, keimigrasian, karantina, serta keamanan dan
pertahanan.
Arah kebijakan lain tertuang di dalam PP No 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). RTRWN telah
telah memprogramkan agar seluruh kawasan perbatasan dapat
dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya dalam aspek
kesejahteraan, hankam dan lingkungan.
IV. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. kawasan perbatasan di Kalimantan Barat secara ekonomi
mempunyai kesenjangan yang begitu terlihat dan terasa dengan
Negara tetangga Malaysia;
b. penyebab dari kesenjangan yang terjadi adalah pembangunan
daerah perbatasan pada masa yang lalu adalah
menitikberatkan pada keamanan tanpa memperhatikan
kesejahteraan;
c. langkah-langkah telah diambil oleh Pemerintah baik pusat
maupun daerah untuk memberdayakan potensi daerah
perbatasan dan mengurangi kesenjangan dengan Negara
tetangga baik melalui RJPN maupun RJMN dengan harapan
dapat meningkatkan harga diri ekonomi warga Negara
Indonesia
2. Saran
Agar semua program yang telah dicanangkan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.