Gunung Soputan

15
 6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara Gunungapi Soputan, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Kawah : Soputan, K1 dan K2 Lokasi : a.Koordinat b. Geografi  : : 01 o  06’ 30” LU dan 124  o  43’ BT Kec. Tombatu, Minahasa, Sulawesi Selatan Ketinggian : dml : 1783,7 m Kota Terdekat : Amurang Tipe Gunungapi : Strato Pos Pengamatan Gunungapi : Desa Maliku, Kec. Tombasian, Kab. Minahasa Selatan 95354  Sulawesi Utara. Geografi : 01 o  12’ 13,20” LU dan 124  o  40’ 13,86” BT PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Jalan ke arah puncak dengan mudah kita ketemukan dari beberapa arah lereng gunungapi. Dari Utara yaitu dari Kampung Tombasian Atas Kecamatan Tombasian Dari Kampung Pinebetengan Kecamatan Tompaso. Dalam waktu 2 jam dapat dicapai Kawah Masem, selanjutnya dibutuhkan satu jam lagi untuk mencapai puncak G. Soputan. Dari Timur yaitu dari Kampung Tumaratas atau Kp. Nongan, keduanya di Kecamatan Langoan Dari Selatan atau Barat : Dari Kampung Silian atau Kp. Winorangenan, Kecamatan Tombatu. Perkemahan dapat dilakukan dengan baik dekat hulu sungai Masem, bekas pabrik belerang sebelum perang dunia ke 2. Jarak dari sini ke puncak G. Soputan adalah lk. 5 km. Wisata Gunungapi 

description

Soputan merupakan salah satu gunung aktif di Indonesia. Terletak di Sulawesi Utara.

Transcript of Gunung Soputan

  • 6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

    Gunungapi Soputan, Sulawesi Utara

    KETERANGAN UMUM

    Nama Kawah : Soputan, K1 dan K2

    Lokasi :

    a.Koordinat

    b. Geografi

    :

    :

    01o 06 30 LU dan 124 o 43 BT

    Kec. Tombatu, Minahasa, Sulawesi Selatan

    Ketinggian : dml : 1783,7 m

    Kota Terdekat : Amurang

    Tipe Gunungapi : Strato

    Pos Pengamatan Gunungapi

    :

    Desa Maliku, Kec. Tombasian, Kab. Minahasa Selatan

    95354 Sulawesi Utara.

    Geografi : 01o 12 13,20 LU dan 124 o 40 13,86 BT

    PENDAHULUAN

    Cara Mencapai Puncak

    Jalan ke arah puncak dengan mudah kita ketemukan dari beberapa arah lereng

    gunungapi. Dari Utara yaitu dari Kampung Tombasian Atas Kecamatan Tombasian Dari

    Kampung Pinebetengan Kecamatan Tompaso. Dalam waktu 2 jam dapat dicapai Kawah

    Masem, selanjutnya dibutuhkan satu jam lagi untuk mencapai puncak G. Soputan. Dari

    Timur yaitu dari Kampung Tumaratas atau Kp. Nongan, keduanya di Kecamatan Langoan

    Dari Selatan atau Barat : Dari Kampung Silian atau Kp. Winorangenan, Kecamatan

    Tombatu. Perkemahan dapat dilakukan dengan baik dekat hulu sungai Masem, bekas

    pabrik belerang sebelum perang dunia ke 2. Jarak dari sini ke puncak G. Soputan adalah

    lk. 5 km.

    Wisata Gunungapi

  • Letusan G. Soputan terakhir meletus pada Mei 2000 bersifat freatomagmatis, yang

    ditandai dengan adanya letusan strombolian berupa semburan material pijar di sekitar

    kawah. Fenomena seperti ini tampak menarik jika dilihat pada malam hari. Maka tidak

    mengherankan jika banyak wisatawan yang ingin menyaksikan aktifitas letusan ini dari

    jarah jauh.

    SEJARAH KEGIATAN

    TAHUN KEJADIAN

    1785, 1786, 1819, 1833, 1838, 1845, 1890,

    Letusan dari kawah puncak

    1901 Letusan samping

    1906 17 juni- Sepetember, letusan samping menghasilkan aliran lava. Terbentuk kerucut parasit Aesoput.

    1907 5 23 Juni Letusan di Aesoupt 1908 1909, 1910

    Januari juni, Letusan di Aesoput menghasilkan aliran lava

    1911, 1912 November April, Letusan di Aesoput menghasilkan aliran lava 1913 April Juni, Letusan di Aesoput 1915 April Juni, Terbentuknya kubah lava Aesoput Weru dan aliran lava ke arah tenggara 1917 November, Letusan di Aesoput

    1923 - 1924

    27 November 18 Januari, Letusan di Aesoput

    1925 Tidak ada keterangan

    1947 22 27 Agustus, Letusan di Aesoput 1966 Mei,

    1984 Letusan dari kawah puncak

    1991, 1995, 2000

    Disertai pertumbuhan kubah lava Beberapa jam menjelang letusan 13 Mei 2000, tremor vulkanik terekam secara menerus dengan amplituda berkisar antara 5 - 31 mm. Tremor letusan terekam hingga di stasiun seismik G. Lokon (yang berjarak lk. 25 km utara G. Soputan), dengan amplituda maksimum mencapai 20 mm. Tremor tersebut, yang terekam di pos PGA Lokon hingga tanggal 14 Mei 2000, pukul 19.00, amplitudanya sekitar 1 mm. Hal serupa terjadi berulang-ulang (letusan pada tanggal 1, 6, 25 dan 30 Juli 2000), setiap akan terjadi letusan, selalu didahului oleh tremor vulkanik selama 3 - 6 jam (Foto 20, 21 dan 22). Amplitudanya semakin lama semakin besar hingga beberapa menit menjelangletusan amplitudanya mencapai 45 mm (peak to peak). Setelah kubah lava pertama longsor pada Juli 1995, kemudian diisi dengan kubah lava berikutnya, yaitu kubah lava Mei 2000. Hasil penyelidikan Solihin A. dkk., Mei 2000, pertumbuhan kubah lava (pertambahan volumenya) Mei 2000 ini berlangsung sangat cepat. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, ketinggian (elevasinya) meningkat/naik lebih dari 50 m. Hal ini dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan pada bulan Juli 1999, dimana pada saat itu belum terlihat adanya tonjolan kubah lava baru.

    2007 25 Oktober, menyemburkan abu setinggi lebih dari 1000 m di atas puncak, disertai dengan guguran lava pijar ke arah barat sejauh 1000 m. Kejadian tersebut berlangsung selama 2 minggu. Pada pertengahan November 2007, aktivitas G. Soputan menurun.

    2008 5 Juni Terekam 14 kejadian gempa guguran, 9 kejadian gempa vulkanik dalam (VA) dan 2 kejadian gempa tektonik, secara visual gunung tertutup kabut. 6 Juni

  • Pukul 00.00 10.00 Terjadi peningkatan jumlah gempa yang mencolok, masing-masing terekam 116 kejadian gempa vulkanik dalam (VA) dan 120 gempa guguran. Pukul 08.53 Mulai terekam tremor menerus dengan ampituda antara 5-30 mm. Pukul 11.07Terjadi letusan yang disertai guguran awan panas hampir kesegala arah dengan jarak luncur lk. 1500 m. Tinggi asap letusan mencapai lebih dari 2000 m. Abu letusan tertiup angin ke arah barat, tersebar hingga mencapai Kotamobagu Pukul 17.00 19.00Terlihat sinar api dan kilatan petir di sekitar puncak dengan tinggi lebih dari 250 m. Suara gemuruh dan dentumannya terdengar hingga di Pos Lokon di Tomohon yang berjarak 30 km 7 Juni Tidak terjadi letusan, namun guguran lava masih terjadi. Pada malam hari terlihat titiktitik sinar api di sekitar puncak.

    Tanggal 26 September 6 Oktober Secara visual aktivitas vulkanik yang tampak dari Pos PGA di Maliku berupa hembusan asap kawah berwarna putih tipis setinggi 25 50 meter dari puncak Tanggal 6 Oktober 2008 pukul 00:00 06:00 WITA terekam sebanyak 2 kali gempa Vulkanik-Dalam dengan amplituda antara 5 15 mm dan lama gempa 7,5 10 detik, serta gempa tremor menerus dengan amplituda maksimum antara 0,5 4 mm. Pukul 06:00 12:00 WITA : terdengar suara gemuruh dengan intesitas sedang hingga kuat di Pos PGA Maliku pada pukul 10:10 WITA, kemudian disusul terjadinya letusan abu berwarna kelabu tebal setinggi 1000 meter dari puncak pada pukul 10:45 WITA, letusan ini disertai dengan sinar api setinggi 25 meter. Pada pukul 14:49 WITA terjadi letusan asap berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian antara 1000 1500 meter disertai suara gemuruh sedang kuat. Pada pukul 15:30 WITA kembali terjadi letusan menerus disertai suara gemuruh, warna asap kelabu tebal dengan ketinggian antara 1000 1500 meter dari puncak. Pada pukul 16:45 WITA terekam gempa tremor menerus dengan amplituda antara 0,5 5 mm. Sedangkan suara gemuruh tidak terdengar. Asap kawah teramati berwarna putih tipis setingi 100 meter dari puncak.

    Pukul 18:00-24:00 WITA : Pada pukul 19:00 WITA terekam gempa tremor menerus dengan amplituda maksimum antara 0,5 1 mm. Pada pukul 19:33 WITA terjadi letusan yang disertai suara gemuruh sedang hingga kuat secara menerus, pada saat yang sama terekam gempa tremor menerus dengan amplituda maksimum 40 mm. Ketinggian asap letusan tidak dapat teramati karena saat itu gunung tertutup kabut. Pada pukul 21:08 WITA terjadi letusan abu setinggi 1000 1500 meter dari puncak yang disertai sinar api setinggi 150 meter. Pada pukul 22:02 WITA kembali terjadi letusan yang disertai guguran lava pijar ke arah barat sejauh 1000 meter. Pada pukul 22:37 WITA terjadi letusan strombolian dengan ketinggian antara 100 150 meter dari puncak. Tanggal 7 Oktober 2008 : secara visual teramati asap berwarna putih tebal dengan ketinggian antara 500 1500 meter dari puncak. Sinar api teramati dengan ketinggian 50 150 meter. Guguran lava pijar teramati mencapai jarak luncur 500 meter dari pusat kegiatan ke arah barat dan baratlaut. Dari rekaman seismograf menunjukkan terjadi 7 kali gempa letusan dengan amplituda maksimum antara 7 16 mm dan lama gempa antara 20 65 detik. Gempa tremor menerus terekam dengan amplituda maksimum berfluktuasi antara 0,5 hingga 40 mm.

    Perioda Letusan

    Periode letusan G. Soputan yang terpanjang adalah 47 tahun dan yang terpendek

    adalah 1 tahun. Sifat letusan G. Soputan umumnya dalam satu periode kegiatan terjadi

    beberapa kali letusan dengan selang waktu antara beberapa minggu hingga beberapa

    bulan. Seperti yang terjadi pada tahun 1908, 1913, 1915, 1923, 1982 dan 1984, 2000 dan

    2008

    GEOLOGI

    Morfologi

  • Geomorfologi G. Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga

    satuan morfologi yang meliputi satuan morfologi tubuh gunungapi, satuan morfologi

    perbukitan dan morfologi dataran. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi tersebar di bagian

    timur dan selatan, meliputi tubuh-tubuh Gunung Riendengan, Temboa, Kelelondei dan

    Manimporok, deretan gunung tersebut membentuk sesar normal di sebelah timur G.

    Soputan. Tubuh lain yang termasuk morfologi ini adalah G. Soputan-Aeseput, dan G.

    Kelewung di sebelah selatan. Di puncak G. Soputan terdapat Sub satuan Morfologi Kubah

    Lava yang termasuk dalam Satuan morfologi Tubuh Gunungapi.

    Satuan Morfologi Perbukitan merupakan satuan morfologi yang paling luas

    penyebarannya, menempati bagian sebelah utara, barat, dan baratdaya G. Soputan.

    Satuan ini umumnya membentuk perbukitan yang memanjang dan bergelombang,

    umumnya merupakan bagian kaki dari satuan Morfologi Tubuh Gunungapi.

    Satuan Morfologi Dataran mempunyai penyebaran yang paling kecil yang hanya

    terletak di daerah dataran Pantai Teluk Amurang dan di daerah Pinabetengan Kecamatan

    Tompaso, sebelah timurlaut G. Soputan. Satuan ini memperlihatkan morfologi yang datar

    dengan kemiringan lereng yang rendah sekali (0 50).

    Peta geologi G. Soputan

    GEOFISIKA

    Seismik

  • Kegempaan G. Soputan dari tahun 2008 hingga Oktober 2009 digambarkan

    sebagai berikut :

    Geomagnet

    G. Soputan dan sekitarnya memiliki relief magnetik yang bervariasi. Di bagian barat

    berelief rendah sedangkan relief tinggi menempati bagian tengah - selatan membentuk

    Grafik Harian Gempa Tremor Harmonik G. Soputan 2008 - 2009

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    2008-0

    1-2

    6

    2008-0

    2-2

    1

    2008-0

    3-1

    8

    2008-0

    4-1

    3

    2008-0

    5-0

    9

    2008-0

    6-0

    4

    2008-0

    6-3

    0

    2008-0

    7-2

    6

    2008-0

    8-2

    1

    2008-0

    9-1

    6

    2008-1

    0-1

    2

    2008-1

    1-0

    7

    2008-1

    2-0

    3

    2008-1

    2-2

    9

    2009-0

    1-2

    4

    2009-0

    2-1

    9

    2009-0

    3-1

    7

    2009-0

    4-1

    2

    2009-0

    5-0

    8

    2009-0

    6-0

    3

    2009-0

    6-2

    9

    Ju

    mla

    h G

    em

    pa

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Am

    ax (

    mm

    )Jml Amax

    menerus

    seismograf rusak

    Grafik Harian Gempa Vulkanik B G. Soputan 2008 - 2009

    0

    5

    10

    15

    20

    2008-0

    1-0

    1

    2008-0

    1-1

    62008-0

    1-3

    12008-0

    2-1

    5

    2008-0

    3-0

    12008-0

    3-1

    62008-0

    3-3

    1

    2008-0

    4-1

    52008-0

    4-3

    02008-0

    5-1

    5

    2008-0

    5-3

    02008-0

    6-1

    42008-0

    6-2

    9

    2008-0

    7-1

    42008-0

    7-2

    9

    2008-0

    8-1

    32008-0

    8-2

    82008-0

    9-1

    2

    2008-0

    9-2

    72008-1

    0-1

    22008-1

    0-2

    7

    2008-1

    1-1

    12008-1

    1-2

    62008-1

    2-1

    1

    2008-1

    2-2

    62009-0

    1-1

    02009-0

    1-2

    5

    2009-0

    2-0

    92009-0

    2-2

    42009-0

    3-1

    1

    2009-0

    3-2

    62009-0

    4-1

    02009-0

    4-2

    5

    2009-0

    5-1

    02009-0

    5-2

    52009-0

    6-0

    9

    2009-0

    6-2

    4

    Ju

    mla

    h G

    em

    pa

    seismograf

    rusak

    Grafik Harian Gempa Vulkanik A G. Soputan 2008 - 2009

    0

    5

    10

    15

    20

    2008-0

    1-0

    1

    2008-0

    1-1

    62008-0

    1-3

    1

    2008-0

    2-1

    52008-0

    3-0

    1

    2008-0

    3-1

    62008-0

    3-3

    12008-0

    4-1

    5

    2008-0

    4-3

    02008-0

    5-1

    5

    2008-0

    5-3

    02008-0

    6-1

    42008-0

    6-2

    9

    2008-0

    7-1

    42008-0

    7-2

    9

    2008-0

    8-1

    32008-0

    8-2

    8

    2008-0

    9-1

    22008-0

    9-2

    72008-1

    0-1

    2

    2008-1

    0-2

    72008-1

    1-1

    1

    2008-1

    1-2

    62008-1

    2-1

    1

    2008-1

    2-2

    62009-0

    1-1

    02009-0

    1-2

    5

    2009-0

    2-0

    92009-0

    2-2

    4

    2009-0

    3-1

    12009-0

    3-2

    6

    2009-0

    4-1

    02009-0

    4-2

    52009-0

    5-1

    0

    2009-0

    5-2

    52009-0

    6-0

    9

    2009-0

    6-2

    4

    Ju

    mla

    h G

    em

    pa

    108

    seismograf

    Grafik Harian Gempa Guguran G. Soputan 2008 - 2009

    0

    30

    60

    90

    120

    150

    2008-0

    1-0

    1

    2008-0

    1-1

    62008-0

    1-3

    12008-0

    2-1

    52008-0

    3-0

    12008-0

    3-1

    6

    2008-0

    3-3

    12008-0

    4-1

    52008-0

    4-3

    02008-0

    5-1

    52008-0

    5-3

    0

    2008-0

    6-1

    42008-0

    6-2

    92008-0

    7-1

    42008-0

    7-2

    92008-0

    8-1

    3

    2008-0

    8-2

    82008-0

    9-1

    22008-0

    9-2

    72008-1

    0-1

    22008-1

    0-2

    7

    2008-1

    1-1

    12008-1

    1-2

    62008-1

    2-1

    12008-1

    2-2

    62009-0

    1-1

    0

    2009-0

    1-2

    52009-0

    2-0

    92009-0

    2-2

    42009-0

    3-1

    12009-0

    3-2

    6

    2009-0

    4-1

    02009-0

    4-2

    52009-0

    5-1

    02009-0

    5-2

    5

    2009-0

    6-0

    92009-0

    6-2

    4

    Ju

    mla

    h G

    em

    pa

    seismograf

  • lengkungan tapal kuda ke arah utara. Daerah ini adalah komplek G. Manimporok dan G.

    Riendengan.

    Puncak G. Soputan mempunyai harga anomali berkisar pada 400 nT, yang

    merupakan relief rendah juka dibandingkan dengan komplek G. Manimporok dan G.

    Riendengan yang masing-masing mempunyai harga anomali 1100 nT dan 700 nT. Dilihat

    dari kenampakan morfologi puncak G. Soputan tinggi akan tetapi harga kemagnetannya

    rendah. Hal ini erat hubungannya dengan terbentuknya puncak G. soputan dimana

    material-material baru mempunyai arah remanen magnetik yang berbeda-beda selama

    proses pembentukan puncak tersebut.

    DEFORMASI

    Dari hasil pengukuran Tiltmeter serta hubungannya dengan kejadian letusan,

    terlihat untuk komponen radial dan tangensial tidak jelas perubahannya baik sebelum

    maupun sesudah letusan, yang paling terlihat dari komponen temperatur, dari dua

    kejadian letusan, terjadinya letusan bukan saat temperatur tinggi tetapi setelah temperatur

    tinggi kemudian turun. Munculnya sinar api pada 12 16 Maret 2008 berada pada posisi

    komponen tangensial dan temperatur tertinggi hal ini setelah temperatur turun tidak diikuti

    oleh suatu letusan.

    Dari hasil Tiltmeter nampak pada saat terjadi letusan (Agustus dan Oktober 2007),

    komponen tangensial dan radial tidak memberikan perubahan yang signifikan sebelum,

    sesudah dan pada saat terjadi letusan, yang terlihat terjadi perubahan yang signifikan

    adalah komponen temperatur. Letusan terjadi setelah temperatur mencapai maksimal

    (mendekati angka 50C) lalu turun. Kalau melihat posisi tiltmeter di lapangan yang

    4/18/2007 18:40 7/31/2007 20:32

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    -30

    -20

    -10

    0

    10

    20

    Te

    mp

    era

    tur

    (Cd

    eg

    )

    Januari - September 2007

    Ra

    dia

    l (M

    cra

    d)

    14161820222426283032

    Letusan 11-15 Aug 07

    Ta

    ng

    esia

    l (M

    cra

    d)

    Rekaman Tiltmeter Periode Januari

    September 2007

    Rekaman Tiltmeter periode Oktober 2007 April 2008

    12/11/2007 8:33 2/8/2008 21:46 4/4/2008 11:01

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    -25

    -20

    -15

    -10

    816

    818

    820

    822

    824

    826

    12 - 16 Maret 08

    Sinar ApiLet. 25 Okt 07

    Tem

    pera

    ture

    (C

    Deg)

    Okt 2007 - April 2008

    Radia

    l (M

    cra

    d)

    Tangensia

    l (M

    cra

    d)

  • ditempatkan di puncak Aesoput bahwa panas tertinggi yang terekam yaitu pada jarak

    paling pendek antara sumber panas saat bergerak menuju puncak Gunungapi Soputan.

    Ilustrasi jarak antara Tiltmeter dengan sumber panas

    Dari ilustrasi tersebut bisa dijelaskan bahwa sumber panas bergerak dari D1, D2,

    D3, D4, D5 dan D6. Panas tertinggi terekam pada jarak terpendek yaitu di D4 dan setelah

    itu sumber panas bergerak mendekati puncak menjauh dari tiltmeter sehingga panas yang

    terekam seolah-oleh menurun dan pada saat jarak terpendek juga merupakan tekanan

    tertinggi.

    Potensial Diri

    Penyelidikan anomali potensial diri (SP) oleh E. Kusdinar Abdurahman, pada April -

    Mei 1992 menunjukkan, pada lintasan Tumaratas - Puncak Soputan secara umum di titik-

    titik yang terletak di bagian kaki G. Soputan sampai ketinggian 1145 meter

    memperlihatkan pola anomali negatif jika dibanding dengan harga potensial diri (SP) di

    bagian puncak. Hal ini mungkin akibat adanya resapan air akibat gravitasi karena

    batuannya terdiri dari batuan piroklastik dan efek resapan panas akibat aktifitas G.

    Soputan tidak berpengaruh besar terhadap bagian kaki.

    Pada lintasan Rendengan - Silian, pola profil SP yang dihasilkan variasinya tidak

    banyak - tidak terlihat pola anomali positif yang menonjol. Hal ini diduga resapan air akibat

    gravitasi cukup tinggi, mungkin ada struktur yang mengontrolnya.

    Pada lintasan Puncak Soputan - Silian, anomali posistif terlihat jelas di daerah

    puncak yang terletak pada ketinggian 1675 meter. Pada Lintasan Puncak Soputan - G.

    Kedewung, anomali positif terlihat jelas pada ketinggian 1345 meter, dan di bagian puncak

    menunjukkan pola anomali posistif.

    Lokasi Tiltmeter

  • Secara umum pola anomali positif yang extrim hanya terlihat di bagian puncak G.

    Soputan, kemungkinan besar disebabkan oleh aktifitas G. Soputan itu sendiri. Secara

    teoritis hal ini akibat adanya proses elektro thermal dan elektro kimia.

    GEOKIMIA

    Kimia Batuan

    1. Lava dari ujung aliran lava 1966 di lereng baratlaut G. Soputan basalt porfi (Saefudin,

    1970)

    2. Lava kubah 1966 puncak Soputan : basalt (Saefudin, 1970)

    3. Lava dari ujung lava 1966 di puncak sebelah timur dekat lidah lava lama : olivin basalt

    (Manalu, 1970)

    4. Lava 1966 di lembah antara G. Soputan dengan G. Manimporok basalt porfir

    (Saefudin, 1970).

    Tabel Hasil Analisis Kimia

    Lava 1966 Lava

    1 2 3 4 Mei 2000

    SiO2 Al2O3 Fe2O3 FeO MnO MgO CaO Na2O K2O H2O 100

    oC

    TiO2 P2O5 SO3 Hilang dibakar

    48,42 % 20,35 4,81 5,66 0,03 8,18 4,26 5,00 0,23 0,15 1,06 0,00 0,01 1,55

    49,74 % 20,43 2,96 9,04 0,03 6,76 3,33 5,28 0,21 0,14 1,06 0,03 0,01 1,20

    47,70 % 20,82 2,65 9,95 0,03 7,91 4,41 4,53 0,20 0,12 0,94 0,00 0,01 0,80

    48,79 % 19,73 3,82 8,89 0.03 8,11 3,56 4,89 0,21 0,19 1,09 0,03 0,01 1,40

    49,06 % 17,78 12,07 - 0,20 6,20 10,51 2,54 0,36 0,14 0,94 0,25 -

    Pengamatan Visual dan Geokimia

    Analisis cuplikan dari G. Soputan baik air, gas maupun batuan dilakukan di Balai

    Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Analisis cuplikan

    air dan batuan dilakukan dengan metoda spektrofotometri serapan atom terhadap unsur-

    unsur logam (kation), sedangkan anionnya dianalisis dengan metoda spektrometri warna

    (kolorimetri) ataupun volumetri. Analisis cuplikan gas menggunakan metoda kromatografi

    gas terhadap unsur-unsur gas yang tidak terlarut dalam larutan NaOH, sedangkan unsur-

    unsur gas yang terlarut dalam larutan NaOH dianalisis secara volumetri.

  • Analisa Cuplikan Gas

    Unsur

    Solfatara K. Masem Mei08

    Solfatara K. Masem Juli08

    Solfatara K. Masem Nov08

    Bubble K. Masem Mei08

    Bubble K. Masem Nov08

    H2 0,04 0,02 0,01 1,34 0,045

    O2 + Ar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000

    N2 0,72 0,19 0,003 6,26 0,057

    CO2 1,49 0,71 2,273 74,26 1,121

    SO2 0,18 0,02 0,305 6,04 0,160

    H2S 0,26 0,15 0,66 6,68 0,173

    HCl 0,09 0,02 0,001 5,27 0,001

    HF 0,00 0,00 - 0,00 0,000

    NH3 0,09 0,01 2,381 0,15 0,977

    H2O 97,95 98,88 94,962 0,00 97,466

    Suhu, C

    Hasil analisa cuplikan gas.(Dalam satuan %V)

    Unsur Fumarola Bukit Kasih Mei08

    Fumarola Bukit Kasih Juli08

    Fumarola Bukit Kasih Nov08

    Pinggir Danau Kawah Masem Juli08

    Bualan Bukit Kasih Mei08

    H2 0,00 3,00.E-4 0,001 0,01 0,005

    O2 + Ar 0,06 0,80.E-4 0,000 0,00 2,59

    N2 0,24 0,02 0,017 0,38 12,51

    CO2 1,98 0,84 1,338 1,95 67,90

    SO2 0,06 0,002 0,406 0,10 0,00

    H2S 0,06 0,04 0,151 0,35 2,75

    HCl 0,01 0,01 0,002 0,10 14,18

    HF 0,00 0,00 0,000 0,00 0,00

    NH3 0,002 0,04 0,725 0,21 0,06

    H2O 97,58 99,05 97,360 96,90 0,00

    Suhu, C

    Hasil analisa cuplikan gas.(Dalam satuan %V)

    Analisa Cuplikan Air

    Unsur Kawah Masem Mei08

    Kawah Masem Juli08

    Kawah Masem Nop08

    Kali Masem Mei08

    Kali Masem Juli08

    Kali Masem Nop08

    SiO2 97,92 58,34 51,10 101,96 125,10 123,40

    Al 19,43 15,93 10,82 24,96 101,20 75,20

    Fe 11,03 7,83 5,87 1,53 59,92 7,92

    Ca 43,32 44,83 26,25 40,09 95,65 103,20

    Mg 38,20 28,25 13,51 6,44 45,70 25,70

    Na 10,40 11,29 15,57 13,86 16,24 91,7

    K 0,39 0,41 0,26 0,80 1,11 1,17

    Mn 0,70 0,45 0,22 0,25 1,04 0,59

    NH3 1,50 0,91 0,002 1,28 1,70 0,002

    Cl 7,67 0,00 17,65 57,56 0,00 17,65

  • SO4 527,37 457,20 334,50 454,98 1.966,09 1.116,9

    HCO3 - - - - - -

    CO2 338,95 278,22 27,19 338,95 2.371,26 76,45

    H2S 0,00 4,13 - 3,25 3,44 -

    B 0,00 0,59 - 0,34 0,56 2,72

    pH lab. 2,87 2,74 2,77 3,01 2,00 2,83

    DHL, mhos/cm.

    1400 1000 936 920 3600 1596

    Keterangan: (Kecuali pH dan DHL semua unsur/senyawa dalam satuan mg/L)

    Hasil analisis kima air dari Danau Kawah Masem, Kali Masem di Gunung Soputan dan sekitarnya.

    Unsur

    MAP Bukit Kasih Mei08

    MAP. Bukit Kasih Juli08

    MAP. Bukit Kasih Nop08

    Bukit Kasih (bualan) Mei08

    Bualan di Bukit Kasih Juli08

    Bualan di Bukit Kasih Nop08

    SiO2 256,80 242,10 230,90 315,70 270,80 298,90

    Al 49,06 52,98 25,72 37,01 35,28 36,51

    Fe 15,87 15,21 17,46 27,68 27,63 22,98

    Ca 40,90 46,25 67,60 76,25 96,10 78,80

    Mg 2,05 3,30 11,98 5,43 9,16 9,76

    Na 47,50 118,50 63,25 175,40 199,70 236,60

    K 10,46 12,83 6,82 7,71 9,14 7,34

    Mn 0,32 0,30 0,60 0,61 0,66 0,64

    NH3 1,43 1,62 0,004 2,59 2,94 0,009

    Cl 76,75 9,98 46,05 422,13 0,00 314,68

    SO4 1277,23 1.506,07 967,03 1283,31 1.500,75 1.616,38

    HCO3 - - - - - -

    CO2 1977,23 1.915,09 127,53 2033,72 1.847,29 229,80

    H2S 1,95 6,16 - 0,65 2,28 -

    B 0,07 3,98 3,32 0,31 12,72 5,54

    pH lab. 1,94 2,5 2,19 1,91 3,0 2,01

    DHL, mhos/cm.

    4400 3800 4800 5000 4400 8500

    Keterangan: (Kecuali pH dan DHL semua unsur/senyawa dalam satuan mg/L) Hasil analisis kima air dari Mata Air Panas (MAP) dan bualan di Bukit Kasih

    Hasil Analisis Kimia Batuan

    Hasil analisis kimia batuan dari contoh-contoh batuan lava Gunung Soputan dan

    sekitarnya ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini.

    Unsur Aesoput - I Lava baru 6

    Juni 2008 Aesoput - II

    SiO2 49,29 51,16

    Al2O3 18,78 18,22

  • Fe2O3 10,88 10,74

    CaO 8,68 8,71

    MgO 6,94 5,87

    Na2O 3,17 3,15

    K2O 0,39 0,40

    MnO 0,19 0,19

    TiO2 0,89 084

    P2O5 0,51 0,19

    H2O 0,16 0,20

    HD 0,00 0,00

    Hasil analisis kima batuan lava Gunung Soputan dan sekitarnya, konsentrasi dalam % berat.

    Hasil Analisis Kimia Batuan

    Komposisi kimia batuan lava baru hasil letusan Gunung Soputan 6 Juni 2008 yang

    diambil di puncak Aesoput adalah sebagai berikut (dalam satuan % berat): SiO2 : 49,29

    %, Al2O3 : 18,78 %, Fe2O3 : 10,88 %, CaO : 8,68 %, MgO: 6,94 %, Na2O : 3,17 %, K2O :

    0,39 %, MnO : 0,19 %, TiO2 : 0,89 %, P2O5 : 0,51 %, H2O-

    : 0,16 %, HD : 0 %.

    MITIGASI BENCANA GEOLOGI

    Sistem Pemantauan

    Pemantauan G. Soputan dilakukan secara menerus baik visual maupun

    kegempaannnya dari Pos Pengamatan yang terletak di Desa Maliku, lebih kurang. 12,5

    km sebelah baratlaut G. Soputan

    Visual

    Pengamatan visual dilakukan dengan mengamati cuaca dan aktivitas G. Soputan,

    meliputi tinggi, warna dan tekanan asap yang keluar dari kawah G. Soputan.

    Seismik

    Aktifitas kegempaan G. Soputan dan sekitarnya dipantau secara menerus dari Pos

    PGA Soputan, dengan menggunakan seismograf Kinnemetrics PS-2. Sensor gempa

    (seismometer) L4C vertikal, diletakkan di G. Aesoput (010 07 21,20 LU 1240 44 30,00

    BT) dan di bukit Rindengan sekitar 4,5 km sebelah utara puncak. Gempa dari stasiun

    Rindengan langsung ditransmisikan ke pos G. Lokon (di Kakaskasen - Tomohon) yang

    berfungsi sebagai Pos Regional Center.

    Hasil kegempaan dari stasiun di G. Aesoput, selain dapat direkam di Pos PGA

    Soputan di Maliku juga dapat direkam di Pos PGA Lokon di Tomohon (mulai Mei 2002

    menjadi regional Center untuk wilayah Sulawesi Utara). Hal ini dimaksudkan untuk

    memudahkan pemantauan (terutama kegempaan) dan mempercepat alur komunikasi

  • pemantauan (aktifitas kegempaan G. Soputan) dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

    Bencana Geologi di Bandung, maupun dengan instansi terkait di sekitar Minahasa, jika

    terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan mengenai kegiatan G. Soputan, mengingat

    sarana dan prasarana komunikasi di Pos PGA Lokon lebih lengkap dan yang di luarpun (di

    Tomohon) mudah dijangkau.

    KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI

    Pendahuluan

    Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat

    kerawanan bencana suatu daerah apabila terjadi letusan kegiatan gunungapi. Peta ini

    menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur

    penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini

    disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, hasil penelitian dan studi

    lapangan. Berdasarkan tingkat kegiatan, sejarah kegiatan dan frekwensi erupsinya, G

    Soputan diklasifikasikan sebagai gunungapi yang sering meletus. Berdasarkan

    Standardisasi Nasional Indonesia nomor SNI 13-4689-1998, Peta Kawasan Rawan

    Bencana G. Soputan dibagi dalam tiga tingkatan dari rendah ke tinggi yaitu: Kawasan

    Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana III.

    Kawasan Rawan Bencana III

    Kawasan Rawan Bencana III dibagi dua bagian yaitu kawasan yang berpotensi

    terlanda:

    1. Aliran massa, seperti: aliran lava, guguran lava dan kemungkinan awan panas.

    2. Lontaran, seperti: hujan abu lebat, dan bom gunungapi.

    Kawasan Rawan Bencana II

    Kawasan Rawan Bencana II dibedakan menjadi dua yaitu kawasan yang berpotensi

    terlanda:

    1. Aliran massa berupa: aliran lava, gas racun, kemungkinan awan panas dan lahar

    2. Jatuhan piroklastik termasuk lontaran batu (pijar) dan hasil erupsi freatik.

    Kawasan Rawan Bencana I

    Letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan

    abu dan kemungkinan lontaran batu (pijar).

    Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

  • 1. Kawasan rawan bencana terhadap lahar. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai di

    dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.

    2. Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan

    kemungkinan terkena lontaran batu (pijar).

  • Peta Kawasan Rawan Bencana G. Soputan

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abdurahman E.K., Laporan Penyelidikan Metode Potensial Diri (SP) Gunung

    Soputan, Sulawesi Utara 1992, Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung 1992

    Djuhara A.,Suganda O.K., Pemetaan Daerah Bahaya G. Soputan Kabupaten

    Minahasa Propinsi Sulawesi Utara, Direktorat Vulkanologi, Bandung Juli

    1991

    Hadisantono, R. D dkk, Pemetaan Kawasan Rawan Bencana G. Soputan, Sulawesi

    Utara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2006

    Kusumadinata, K.,. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi,

    Bandung, hal. 648 656.

    Solihin A., dkk, Laporan Pengamatan Kegiatan Letusan G. Soputan, Sulawesi Utara,

    Direktorat Vulkanologi, Bandung Agustus 2000

    Palgunadi S., Laporan Penyelidikan Magnit Gunung Soputan, Sulawesi Utara 1992,

    Arsip Direktorat Vulkanologi, Bandung 1992

    Suganda, O.K., dkk, Laporan Penelitian Deformasi Gunung Soputan, Sulawesi Utara

    Dengan Metode EDM, 1998

    Suganda, O.K., dkk, Laporan Penyelidikan Deformasi G. Soputan (SULUT) dengan

    metode EDM, Januari 1999

    Mawardi R., Wahyuningsih R., Laporan Penyelidikan Petrokimia Gunungapi

    Soputan, Juni 1994

    Solihin A., dkk, Evaluasi Kegiatan G. Soputan, Sulawesi Utara, Bulan Mei 2001,

    Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Juli 2001

    Yohana T., dkk., Laporan Penyelidikan Gayaberat G. Soputan, Arsip Direktorat

    Vulkanologi, Bandung 1992