Glory Belum Selesai

39
PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia atau bronkopneumonia, 1 Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan benda asing. Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,baik dinegara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Insiden penyakit ini pada Negara berkembang hamper 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun. 2 1

description

glory

Transcript of Glory Belum Selesai

PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan

diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk

Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian

karena ISPA khususnya pneumonia atau bronkopneumonia,1

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa

lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang

disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan benda asing. Infeksi saluran napas bawah

masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,baik dinegara yang

sedang berkembang maupun yang sudah maju. Insiden penyakit ini pada Negara

berkembang hamper 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko

kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13%

dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.2

Menurut hasil penelitian Johnson, dkk di Afrika Barat, dari 323 kasus

pneumonia pada balita ditemukan 127 (39,3%) bronkopneumonia, 39 (12,1%) lobar

pneumonia, dan 23 (7,1%) bronkopneumonia dan lobar pneumonia.3 Data WHO

tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi kematian balita karena saluran pernapasan di

dunia ialah sebesar 19-26%. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir

30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, di

negara berkembang infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah

utama dalam bidang kesehatan.4 Pada tahun 2006, Indonesia menduduki peringkat ke-

1

6 didunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai

enam juta jiwa.5 Menurut Riskesdes 2007 penyakit ini merupakan penyebab kematian

kedua setelah diare, dan selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap

tahunnya difasilitas kesehatan. Tingkat kematian bronkopneumonia sangat tinggi dan

diperkirakan sekitar 4 juta anak meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya akibat

bronkopneumonia.6

Faktor-faktor yang berperan pada kejadian Bronkopneumonia yaitu umur,

status gizi, status imunisasi, faktor polusi udara dalam ruangan atau rumah.7-8

Penyakit Bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan

terjadinya bronkopneumonia meningkatkan daya tahan tubuh serta vaksinasi.1,9

Prognosis bronkopneumonia baik dengan pemberian antibiotika yang tepat dan

adekuat. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat

menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.10

2

LAPORAN KASUS

Identitas penderita

AS, seorang anak perempuan, umur 5 bulan, dengan alamat Tompaso baru, suku

minahasa, bangsa Indonesia, agama islam.

Identitas Orang Tua

Nama ibu : NY DP

Umur : 26 tahun

Pekerjaan/pendidikan : IRT/SMP

Perkawinan : I

Alamat : Tompaso baru

Nama ayah : TN AS

Umur : 40 tahun

Pekerjaan/pendidikan : Buruh/SMA

Perkawinan : I

Alamat : Tompaso baru

Masuk rumah sakit : 28 Juli 2014

3

ALLOANAMNESIS (Ibu Penderita)

Keluhan utama:

Sesak napas sejak ± 2 hari SMRS.

Keluhan tambahan:

Demam sejak ± 1 minggu SMRS, batuk sejak ± 2 minggu SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Penderita datang rujukan dari RSU “Cantia” Tompaso baru dengan diagnosis

bacterial infection. Pasien datang dengan keluhan sesak sejak ± 2 hari SMRS, hilang

timbul dengan sendirinya. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada.

Keluhan ini baru pertama kali dialami. Kebiruan pada bibir dan ujung-ujung jari

disangkal ibu penderita. Pasien demam sumer-sumer naik turun sejak 1 minggu

SMRS. Menggigil (-), kejang (-). Batuk sejak ± 2 minggu SMRS. Batuk disertai

lendir berwarna putih bening dan tidak ada darah,tidak disertai keringat malam.

Selama sakit tidak ada perdarahan pada gusi atau mimisan. Riwayat kontak dengan

orang dewasa di sekitar pasien yang batuk lama disangkal. Muntah disangkal. BAB

dan BAK dalam batas normal. pasien sudah dirawat di RSU “Cantia” 1 hari SMRS.

Di sana pasien mendapat terapi oral : Amoxan sirup, Sanmol sirup dan puyer. Hasil

lab : Leukosit : 42.550/mm3, trombosit : 495.000/ mm3, Hb : 13,4 g/DL, Ht : 32,88%.

4

Riwayat penyakit dahulu:

Morbili : –

Varisela : –

Pertusis : –

Diare : +

Cacingan : –

Batuk/Pilek : +

Riwayat Penyakit Keluarga:

Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.

Riwayat Antenatal dan Kelahiran:

Pemeriksaan kehamilan tidak teratur di Puskesmas. Suntikan TT tidak ada, selama

kehamilan ibu dalam keadaan sehat.

Riwayat kepandaian/ kemajuan bayi:

Pertama kali membalik : 3 bulan

Pertama kali tengkurap : 4 bulan

Pertama kali duduk : -

Pertama kali merangkak : -

Pertama kali berdiri : -

Peratama kali berjalan : -

Pertama kali tertawa : -

5

Pertama kali berceloteh : -

Pertama kali memanggil mama : -

Pertama kali memanggil papa : -

Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang:

ASI : -

PASI : 0-sekarang

Bubur : -

Bubur saring : -

Bubur halus : -

Bubur lembek : -

Imunisasi

BCG : 1 kali

Polio : 2 kali

DPT : 2 kali

Campak : -

Hepatitis : 1 kali

6

Ikhtisar Keluarga:

Penderita

Keadaan sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan:

Penderita tinggal di rumah semi permanen, beratap seng, dinding papan, lantai papan

dengan jumlah kamar 3 buah, dihuni oleh 3 orang, 2 orang dewasa dan 1orang anak.

Sumber air minum dari sumur. Sumber penerangan listrik PLN. WC dan kamar

mandi berada di luar rumah, penanganan sampah dengan cara di buang.

PEMERIKSAAN FISIK

Berat Badan : 5,6 kg

Tinggi badan : 57 cm

Keadaan umum : tampak sakit

Gizi : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital: Tensi : -

Nadi : 150x/m

7

Respirasi : 80x/m

Suhu Badan : 37,9 0 C

Kulit

Warna : sawo matang

Efloresensi : normal

Pigmentasi : tidak ada

Jaringan Parut : tidak ada

Lapisan Lemak : cukup

Turgor kulit : kembali cepat

Tonus : eutoni

Edema : tidak ada

Kepala

Bentuk : mesosefal

Ubun-ubun besar : datar

Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut

Mata : exopthalmus/Enopthalmus: tidak ada

Tekanan bola mata : normal pada perabaan

Konjungtiva : anemis tidak ada

Sklera : ikterik tidak ada

Refleks kornea : ada

Pupil : bulat isokor refleks cahaya +/+, diameter

8

3mm/3mm

Lensa : jernih

Fundus dan Visus : tidak dievaluasi

Gerakan : normal

Telinga:

Sekret : tidak ada

Hidung

Pernapasan cuping hidung : ada

Sekret : tidak ada

Mulut

Bibir : sianosis tidak ada

Lidah : beslag tidak ada

Gigi : karies tidak ada

Selaput mulut : basah

Gusi : perdarahan tidak ada, hipertrofi tidak ada

Bau pernapasan : foetor tidak ada

Tenggorokan

Tonsil : T1-T1, hiperemis tidak ada

Faring : tidak hiperemis

9

Leher

Trakea : letak ditengah

Kelenjar : tidak ada pembesaran KGB

Kaku kuduk : tidak ada

Thoraks

Bentuk : normal

Rachitis rosary : tidak ada

Ruang interkostal : normal

Precordial Bulging : tidak ada

Xiphosternum : tidak ada

Harrison Groove : tidak ada

Pernafasan Paradoksal : tidak ada

Retraksi : ada, subcosta, intercosta, xyphoid

Paru-paru

Inspeksi : simetris kiri sama dengan kanan

Palpasi : stem fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor kiri sama dengan kanan

Auskultasi :suara pernapasan bronkovesikuler kasar,

rhonki +/+, wheezing -/-

10

Jantung

Frekuensi : 140x/menit

Iktus kordis : tidak tampak

Batas kiri : linea mid klavikula sinistra

Batas kanan : linea parasternal dekstra

Batas atas : ICS II-III

Bunyi Jantung : M1>M2, A1>A2, P1<P2

Bising jantung : tidak ada

Abdomen

Inspeksi :datar

Palpasi : lemas

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus normal

Genitalia : perempuan normal

Kelenjar

Pembesaran : tidak ada

Tulang-belulang

Deformitas : tidak ada

Otot-otot

Atrofi/hipertrofi : tidak ada

11

Ekstremitas

Akral : hangat , CRT ≤2’’

Sianosis : ada

Refleks-refleks

Refleks fisiologis normal, refleks patologis ada(babinsky).

RESUME

Seorang anak perempuan, umur 5 bulan, berat badan 5,6 kg, tinggi badan 57cm,

masuk rumah sakit pada tanggal 28 Juli 2014 di Ruang Perawatan Intensif dengan

keluhan utama sesak sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan demam ± 1

minggu serta batuk ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, kemudian pindah

ruangan di Irina E atas tanggal 30 Juli 2014.

Keadaan umum : tampak sakit

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital : Tekanan darah : -

Nadi : 160x/menit

Respirasi : 86x/menit

Suhu badan : 37,9 0C

Kepala : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,

pernapasan cuping hidung ada.

Thoraks : simetris, retraksi ada, subcosta, intercosta, xyphoid

cor : bising tidak ada

12

pulmo: sp.Bronkovesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-

Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.

hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2’’, sianosis ada

Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran

Diagnosis : Bronkopneumonia berat

Penatalaksanaan:

O2 1-2 l/m via nasal kanul

IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips

Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)

Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)

Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT

Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam

Oral aff

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

30 Juli 2014

Leukosit : 3600 mm3

Eritrosit : 71,19x 106/mm3

Hemoglobin : 10,9 g/dl

Hematokrit : 30%

13

Trombosit : 330 x 103/mm3

Creatinin darah : 0,5mg/dl

Ureum darah : 9 mg/dl

SGOT : 65 u/l

SGPT : 22 u/l

Natrium darah : 134 meq/L

Kalium darah : 4,1 meq/L

Chlorida darah : 99 meq/L

Foto Thorax : kesan bronkopneumonia

FOLLOW UP RPI

28 Juli 2014

Keluhan : sesak ada, batuk ada, demam ada

Keadaan Umum : tampak sakit

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital : Nadi : 160x/m

Respirasi : 86x/m

Suhu Badan : 37,7 0C

Kepala : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,

pernapasan cuping hidung tidak ada.Oedema Palpebra tidak

ada

Thoraks : simetris, retraksi ada, SC, IC,xyphoid

14

cor : bising tidak ada

pulmo: sp. Bronkovesikuler kasar, rhonki +/+, wheezing -/-,

Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.

Hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤2’’

Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran

Diagnosis : Bronkopneumonia berat

Penatalaksanaan:

O2 1-2 l/m via nasal kanul

IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips

Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)

Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)

Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT

Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam

29 Jul i 2014

Keluhan : sesak ada, batuk ada berkurang, demam tidak ada

Keadaan Umum : tampak sakit

Kesadaran : kompos mentis

Tanda Vital : Nadi : 120x/m

Respirasi : 40x/m

Suhu Badan : 36,20C

15

Kepala : Pupil bulat isokor ϕ 3mm- 3 mm, RC (+/+), RF (+/+), RP

(-/-), Spatis tidak ada, klonus tidak ada.

CV : bising tidak ada, akral hangat, CRT ≤ 2”, sianosis tidak ada

RT : Simetris, retraksi ada, SC, IC, minimal

Cor : bising tidak ada

Pulmo : sp. Bronkovesikuler kasar, rhonki +/+ berkurang,

wheezing -/-

GIT : datar, lemas bising usus ada normal.

hgepar dan lien tidak teraba

Hemato : konj.an , sclera ikterus (-) akral

Diagnosis : Bronkopneumonia berat

Penatalaksanaan:

O2 1-2 l/m via nasal kanul

IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips

Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)

Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)

Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT

Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam

30 Juli 2014

Keluhan : Demam (-), Batuk (-), Sesak (+) berkurang,

16

Keadaan Umum : tampak sakit

Kesadaran : kompos mentis

Tanda Vital : Nadi : 128x/m

Respirasi : 36x/m

Suhu Badan : 36,50C

Kepala :konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,

pernapasan cuping hidung tidak ada.Oedema Palpebra tidak

ada

Thoraks : simetris, retraksi ada, SC, IC,xyphoid

cor : bising tidak ada

pulmo: sp. Bronkovesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-,

Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.

Hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤2’’

Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran

Diagnosis : Bronkopneumonia berat

Penatalaksanaan:

O2 1-2 l/m via nasal kanul

IVFD KAEN 4A (HS) 25 cc/jam= 25 gtt/m microdrips

Inj Cefotaxime 3x350 mg IV (1)

Inj Gentamisin 1x40 mg IV (1)

Paracetamol 3x 0,6 ml / NGT

17

Nebulisasi Nacl 0,9% 3 cc/8 jam

FOLLOW UP RUANGAN

31 Juli 2014

Keluhan : demam tidak ada, sesak tidak ada, batuk ada,

Keadaan Umum : tampak sakit

Kesadaran : kompos mentis

Tanda Vital : Nadi : 108x/m

Respirasi : 36x/m

Suhu Badan : 36,7 0C

Kepala : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,

pernapasan cuping hidung tidak ada.

Thoraks : simetris, retraksi tidak ada,

cor : bising tidak ada

pulmo: sp. Bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-,

Abdomen : datar, lemas bising usus ada normal.

Hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤ 2’’

Kelenjar Getah bening : tidak ada pembesaran

Diagnosis : Bronkopneumonia

Penatalaksanaan:

O2 1-2 l/m via nasal kanul

18

IVFD KAEN 1 B 23-24 cc/jam= 23-24 gtt/m microdrips

Inj ampicilin 4x150 mg IV (5)

Inj cloramphenicol 4 x 150 mg IV (5)

Paracetamol 3 x ½ Cth (k/p)

1 September 2014

Keluhan : sesak tidak ada, batuk tidak ada,demam tidak ada.

Keadaan Umum : tampak sakit

Kesadaran : kompos mentis

Tanda Vital : Nadi : 135x/m

Respirasi : 36x/m

Suhu Badan : 36,60

Kepala : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,

pernapasan cuping hidung tidak ada.

Thoraks : simetris, retraksi tidak ada, cor pulmo: dalam batas normal

Abdomen : datar, lemas bising usus (+) normal.

Hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : akral hangat, CRT ≤2’’

Kelenjar Getah bening: tidak ada pembesaran

Diagnosis : Bronkopneumonia

Penatalaksanaan:

Paracetamol 3x0,6 cth (k/p)

Cefixime 2x30 mg (pulv)

19

Susu On Demand

PEMBAHASAN

Penderita ini, didiagnosis dengan Bronkopneumonia didasarkan pada anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan penderita

20

berusia 5 bulan, hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana bronkopneumonia lebih

sering dijumpai pada bayi dan anak kecil. Insidens pada anak < 5 tahun di negara

berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun.5,10

Dari anamnesis penderita mengalami batuk beberapa hari sebelum mengalami

sesak napas. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana bronkopneumonia biasanya

didahului dengan infeksi saluran pernapasan akut bagian atas selama beberapa hari.

Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif.5,11 Penderita juga

dikeluhkan demam 7 hari SMRS, panas pada perabaan, hilang timbul tidak disertai

kejang dan menggigil,. Berdasarkan kepustakaan, pada bronkopneumonia sering

diikuti dengan adanya gejala demam yang tinggi dan mungkin disertai menggigil.11

namun pada kasus ini penderita tidak mengalami menggigil.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan demam, pernapasan cuping hidung,

dispnea, takipnea, retraksi otot-otot pernapasan dan suara pernapasan ronkhi basah

halus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan, pada pemeriksaan fisik akan didapatkan

demam, pada setiap nafas terdapat retraksi otot pernapasan, takipnea yaitu pernapasan

lebih dari 50x/menit. Pada auskultasi dapat terdengar ronkhi halus.12 Palpasi: Stem

fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit, perkusi : sonor memendek sampai beda

auskultasi : Suara pernafasan mengeras atau crackles (vesikuler mengeras) disertai

dengan ronki basah halus sampai sedang.13 Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan

fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak

dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah

halus sampai sedang. Bila luas daerah bronkopneumonia menjadi satu (konfluens)

mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada

21

auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.

Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.7

Pemeriksaan penunjang yang didapatkan pada kasus yaitu leukosit 6800 yang

artinya tidak ada peningkatan, serta foto thorax yang menunjukkan adanya infiltrat

difus. Pada kepustakaan untuk mendukung diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang yaitu darah perifer lengkap, C-reaktif Protein (CRP), uji serologis,

pemeriksaan mikrobiologis dan pemeriksaan rontgen thoraks. Pada pemeriksaan

laboratorium tidak terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat

membantu membedakan pneumonia viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal

atau meningkat sedikit, jika disebabkan oleh bakteri leukosit meningkat 15000-

40.000/mm2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.5,13 Kadang–kadang

terdapat anemia ringan dan LED yang meningkat. CRP adalah suatu protein fase akut

yang disisntesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi atau inflamasi jaringan,

produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama IL-6, IL-1 da TNF.

Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam

opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak, secara klinis CRP digunakan sebagai alat

diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus dan

bakteri, atau infeksi superfisial atau profunda. Untuk pemeriksaan mikrobiologik,

spesimen dapat diambil dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus,

darah, punksi pleura atau aspirasi paru.

Usia penderita merupakan peranan penting pada perbedaan dan kekhasan

pneumonia anak terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi

pengobatan. Etiologi pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus grup B dan

22

bakteri gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada

Kepustakaan lain menyebutkan Streptococcus pneumoniae merupakan patogen

tersering penyebab pneumonia pada anak kurang dari 5 tahun di seluruh dunia.15

WHO membagi bronkopneumonia dalam beberapa klasifikasi yang dapat di

lihat pada (tabel 2). 3,16

Tabel 2. Bronkopneumonia berdasarkan WHO 3,16

Bronkopneumonia Sangat

Berat

Bila Terjadi Sianosis Sentral

Anak Tidak Sanggup Minum

Anak Harus Dirawat Dirumah Sakit Dan Diberi Antibiotika

Bronkopneumonia Berat Bila Dijumpai Adanya Retraksi

23

Tanpa Sianosis

Masih Sanggup Minum

Anak Harus Dirawat Dirumah Sakit Dan Diberi Antibiotika

Bronkopneumonia

Tidak Ada Retraksi Tetapi Dijumpao Pernafasan Yang Cepat

> 60 X/Menit Pada Anak Usia < 2 Bulan

>50x/Menit Pada Anak Usia 2 Bulan-1 Tahun

>40x/Menit Pada Anak Usia 1-5 Tahun

Bukan Bronkopneumonia

Hanya Batuk Tanpa Adanya Tanda Dan Gejala Seperti

Diatas,

Tidak Perlu Dirawat Dan Tidak Perlu Diberi Antibiotika

Bronkopneumonia dibagi menjadi dalam 4 kategori yaitu bronkopneumonia sangat

berat, bronkopneumonia berat, bronkopneumonia dan bukan bronkopneumonia. Pada

kasus ini termasuk didalam bronkopneumonia berat. Pada kasus ini, penatalaksanaan

yang diberikan yaitu oksigen 1-2 l/m selama 4 hari, IVFD KAEN 4B untuk

memenuhi kebutuhan cairan, Injeksi Cefotaxime 3x350 mg IV dan injeksi

Gentamisin 1x40 mg IV selama 6 hari, paracetamol 3x1/2 Cth juga diberikan karena

penderita mengalami demam. Sesuai dengan kepustakaan penatalaksanaan

bronkopneumonia terdiri dari tatalaksana umum, dan khusus. Tatalaksana umum

yaitu Oksigen 1-2 liter sampai sesak hilang. Nebulisasi dengan B2 agonis dan/atau

NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance. Tatalaksana Khusus

berupa pemberian obat batuk, antibiotik dan obat panas diberikan hanya pada

penderita suhu tinggi. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab

24

dan manifestasi klinis. Antibiotik yang merupakan drug of choice untuk kuman yang

dicurigai.16,17 Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotika awal (24-72

jam pertama) menurut kelompok usia.4, Rekomendasi UKK respirologi penanganan

bronkopneumonia dapat dilihat pada (tabel 3).5

Tabel 3. Rekomendasi UKK Respirologi6

Neonatus- 2 bulan Ampisilin dan Gentamisin

>2 bulan Lini I: Ampisilin, bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan

dapat ditambahkan Kloramfenikol

25

Lini II: Seftriakson

Kriteria Rawat inap  

Bayi

Saturasi Oksigen <92%, sianosis

Frekuensi napas >60 kali/menit

Distress Pernapasan, apnea intermitten atau grunting

Tidak mau minum/menetek

Keluarga tidak bisa merawat dirumah

Anak:

Saturasi Oksigen <92%, sianosis

Frekuensi napas>50 kali/menit

Distress Pernapasan, apnea intermitten atau grunting

terdapat Tanda dehidrasi

Keluarga tidak bisa merawat dirumah

Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai secara dini

pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan masa kanak-

kanak dapat diturunkan sampai kurang 1% sesuai dengan kenyataan ini morbiditas

yang berlangsung lama juga rendah. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein

dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.10

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan

terjadinya bronkopneumonia ini. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara

memberikan ASI pada bayi sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada

balita.18 Menjaga higens dapat mengurangi terjadinya ISPA. Penelitian menunjukkan

26

cuci tangan menggunakan sabun dan air dapat mengurangi insidens dari ISPA sampai

50 persen.20Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti bernapas menjadi sulit,

pernapasan menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk, jika

terdapat tanda-tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas kesehatan.18

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam

rongga thoraks (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran

bakterimia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah

komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.14 Pada pasien ini tidak

terdapat komplikasi.

Prognosis pada kasus ini baik karena penegakkan diagnosis mulai dari

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dan foto thorax telah

dilakukan dengan cepat dan tepat. Demikian juga dengan penatalaksanaan terapi yang

diberikan sudah sesuai dengan ketentuan. Pasien sudah tidak mengalami keluhan

sesak, demam serta batuk.

27

28