Geometri affine
Click here to load reader
-
Upload
joe-zidane -
Category
Engineering
-
view
199 -
download
14
description
Transcript of Geometri affine
Geometri Affine / 77
BAB 4
PENGENALAN GEOMETRI AFFINE
Janos meninggalkan sekolahnya pada saat kelas 4. Ia
masuk di Perguruan Tinggi Calvinist di
Marosvasarhely pada umur 12 tahun dan selama 3 tahun
lebih ia dijuluki sebagai “a real child genius”. Dan saat
umur 13 tahun dia telah menguasai kalkulus dan analitis,
mekanika dan yang lain. Pada umur 15 tahun, ia telah
menemukan solusi dalam menggunakan salah satu cabang
dari hiperbola xy=c. Ia juga ahli bahasa yang terkemuka
yang menguasai sembilan bahasa asing termasuk Cina dan
Tibet.
Ia belajar di Akademi Rancang-Bangun di kerajaan
Vienna dari tahun 1818 sampai 1822. Setelah itu ia
bergabung di Angkatan Perang Kesatuan Rancang-Bangun
selama 11 tahun. Kemudian pada tahun 1833 ia
dipensiunkan di rangking Kapten karena sering terkena
penyakit. Kemudian ia tinggal di pengasingan dengan
keluarganya di Marosvasarhely tanpa memperoleh informasi
tentang peristiwa ilmiah. Meskipun demikian ia mencapai
hasil penting didalam matematika.
Antara tahun 1820 dan 1824, ia mengembangkan
ilmu ukur non-Euclide-nya yang baru yang berasal dari
solusi permasalahan dalam parallel. Pada saat berusia 21
Janos Bolyai dilahirkan pada
tanggal 15 Desember 1802 di
Koloszvar, sekarang Cluj, bagian
dari Romania Transylvania. Orang
tua dari Janos Bolyai adalah Farkas
Wolfgang Bolyai dan Zsuzsanna
Benko. Ayahnya Farkas Bolyai
mempunyai pekerjaan di Perguruan
Tinggi Calvinist sebagai pengajar
Matematika, Ilmu Fisika dan Ilmu
Kimia.
/Geometri Affine 78
tahun, ia melaporkan temuannya pada ayahnya: “Aku sudah
menemukan hal yang bagus dan aku sangat dikejutkan…
Aku sudah menciptakan sesuatu yang baru, dunia yang lain,
yang keluar dari tidak ada apapun…”. Suatu catatan
tersebut adalah gambaran ilmu ukur kemutlakan yang
disebut ilmu ukur hyperbolic, dan diterbitkan sebagai
catatan tambahan pada buku teks ayahnya yang berjudul
“Tentamen” pada tahun 1832. Judulnya adalah catatan
tambahan, Scientiam Spatii Veram Absolut Exhibens …”,
yaitu “Ilmu Pengetahuan Riil yang Absolut …”.
Melalui ayahnya, ia menerima suatu catatan oleh
Lobachevski berjudul “Geometriche Untersuchungen Zur
Theorie der Parallellinien” (Penyelidikan Geometris
mengenai Teori Garis Sejajar), yang mana catatan tersebut
hampir sama dengan catatan tambahan dan dimana orang
Rusia Ahli Matematik menguraikan Ilmu Ukur non-Euclide
hyperbolic. Pada tahun 1850, Bolyai mulai menyiapkan
suatu naskah yang diberi hak Jerman yang berjudul
“Raumlehre” (Ilmu Pengetahuan Ruang). Ia mencoba untuk
mengembangkan suatu system Geometris lengkap berdasar
pada aksioma, tetapi pekerjaan ini tidak diselesaikan.
Bolyai juga mengembangkan suatu konsep Geometris
kaku tentang angka-angka kompleks sebagai penghembus
dari angka-angka riil. Walaupun ia tidak pernah
menerbitkan lebih dari 26 halaman catatan tambahan,
namun pemikirannya telah dibukukan lebih dari 14.000
halaman naskah mathematical. Dan pada saat itulah ia
meninggal. Ahli Matematika tulen telah ditemukan. Dialah
Janos Bolyai yang sebagian besar menghasilkan teori baru.
Dasar dari Geometri Affine adalah adalah
Geometri Terurut. Bidang Affine dipandang sebagai
keadaan khusus dari bidang terurut. Pengertian
pangkalnya sama yaitu titik dan keantaraan. Aksioma-
aksioma dari geometri terurut yang berlaku adalah
Geometri Affine / 79
Aksioma 3.1, 3.7, 3.8, 3.9
Aksioma 4.1 Ada paling sedikit dua titik
Aksioma 4.2
Jika A B C suatu segitiga, [B C D] dan [C E A], maka
pada garis DE, ada suatu titik F yang memenuhi
[AFB].
Aksioma 4.3 (Dalam ruang dimensi dua)
Semua titik ada dalam satu bidang
Aksioma 4.4
Untuk setiap partisi dari semua titik pada suatu
garis dalam dua himpunan yang tidak kosong,
sedemikian hingga tidak ada titik dari masing-
masing himpunan yang terletak antara dua titik
dari himpunan lainnya, maka ada satu titik dari
satu himpunan yang terletak antara setiap titik dari
himpunan itu dan setiap titik himpunan lainnya.
Aksioma 4.5
Untuk sebarang titik A dan sebarang garis r yang
tidak melalui A ada paling banyak satu garis
melalui A dalam bidang Ar, yang tidak memotong
r.
Aksioma 4.6
Jika A, A’, B, B’ C, C’, O adalah 7 buah titik
berlainan sedemikian hingga AA’, BB’, CC’ adalah 3
buah garis berlainan melalui O dan jika AB//A’B’,
BC//B’C’, maka CA//C’A’.
C
B
A
B1
C1
0
A1
/Geometri Affine 80
Kesejajaran dalam Geometri Affine ini adalah suatu
relasi ekuivalensi. Jadi memenuhi sifat-sifat:
a. refleksi, yaitu setiap garis a sejajar dengan a sendiri
b. simetrik, yaitu jira garis a sejajar denga garis b,
maka garis b sejajar dengan garis a
c. transitif, yaitu jira garis a sejajar dengan garis b dan
garis b sejajar dengan garis c, maka garis a sejajar
denan garis c. Aksioma 2 dapat kita gambarkan
sebagai berkut:
Teorema 4.1
Jika ABC dan A’B’C’ adalah 2 segitiga dengan titik-titik
sudut yang berlainan, diletakkan sedemikian,hingga
BC//B’C’, CA/C’A’ dan AB//A’B’, maka ketiga garis
AA’, BB’ dan CC’ adalah berpotongan pada satu titik
(konkuren) atau sejajar.
Diketahui : BC//B’C’, CA/C’A’, AB//A’B’
Dibuktikan : AA’, BB’ dan CC’ berpotongan pada
satu titik atau sejajar.
Bukti:
Jika ketiga garis AA’, BB’ dan CC’ tidak semuanya
sejajar, dua diantaranya tentu berpotongan,
misalnya AA’ dan BB’ berpotongan di 0 dan 0C
memotong B’C’ di C”. Maka didapat AA’, BB’ dan
CC” berpotongan di 0 dan AB//A’B’, BC//B’C’,
karena C” pada B’C’. Menurut Aksioma 4.6 AC//
A’C”.
0
C
B
A1
A
B1
C1
C”
0
C
B
A’1
A
B’1
C’1
Geometri Affine / 81
C
B
A1
A
B1
C”
Diketahui AC// A’C” , maka C” pada A’C’, C” juga
pada B’C’ (menurut pemisalan). Karena A’B’C’ suatu
segitiga, maka haruslah C” berimpit dengan C’. jadi
AA’, BB’ dan CC’ berpotongan pada satu titik 0, jika
AA’, BB’ dan CC’ tidak semuanya sejajar.
Teorema 4.2
Jika A, A’, B, B’, C, C’, adalah 6 titik berlainan pada 3
garis sejajar berlainan AA’, BB’, dan CC’, diletakkan
sedemikian, hingga garis AB sejajar dengan A’B’. BC
sejajar dengan B’C’, maka CA juga sejajar dengan C’A’.
Diketahui : AA’// BB’//CC’
AB//A’B’ dan BC//B’C’
Dibuktikan : CA// C’A’.
Bukti
Melalui A’ dilukis A’C’’, sejajar
AC, sehingga C’’ terletak pada
B’C’. Maka AB//A’B’, dan
BC//B’C’’ dan AC//A’C’’, jadi
menurut Teorema 4.1, AA’//
BB’//CC’’. Karena diketahui,
bahwa AA’// BB’//CC”, maka
C’’ terletak pada CC’, C’’ juga
terletak pada B’C’. Karena garis-
garis BB’ dan CC’ berlainan,
maka tidak mungkin B’ terletak
pada CC’. jadi dari C’’ pada CC’
dan C’’ pada B’C’ dapat
disimpulkan bahwa
C’’ berimpit dengan C’ dengan demikian CA sejajar
dengan C’A’.
D
A
P
B
C
/Geometri Affine 82
Definisi 4.1
Empat titik A, B, C, dan D yang tidak segaris dikatakan
membentuk suatu jajargenjang ABCD jika AB sejajar
dengan DC dan BC sejajar dengan AD.
A, B, C, dan D adalah titik-titik sudutnya. Segmen-
segmen AB, BC, CD dan DA adalah sisi-sisinya dan
segmen-segmen AC dan BD diagonal diagonalnya.
Karena B dan D pada pihak yang berlainan dari AC,
maka diagonal-diagonal berpotongan di suatu titik
yang disebut pusat jajargenjang.
Definisi 4.2
Suatu dilatasi ialah suatu transformasi yang
mentransformasikan setiap garis ke garis yang sejajar.
Teorema 4.3
Dua segmen yang diketahui AB dan A’B’ pada garis-
garis yang sejajar menentukan dengan tunggal suatu
dilatasi AB A’B’.
Bukti
P1
A1 B
1
C1
P
A
B
C
Geometri Affine / 83
Misalkan P sebarang titik pada bidang. Untuk
melukis bayangan P1 di buat garis melaui A’ yang
sejajar AP dan garis melalui B’ yang sejajar BP. Titik
potong kedua garis ini ialah P1, bayangan dari P.
Garis-garis melalui A’ dan B’ tidak mungkin sejajar,
sebab AP dan BP tidak sejajar. Dengan jalan serupa,
jika C diketahui, maka dapat dilukis C’.
Menurut Teorema 4.1, maka AA’// BB’// PP1. jadi
jika garis-garis sejajar AB dan A’B’ tidak berimpit,
maka garis-garis AA’ dan BB’, CC’ dan PP1 adalah
konkuren atau sejajar, sehingga C’P1 sejajar dengan
CP. Jadi transformasi itu betul suatu dilatasi dan
tunggal.
Jika garis-garis AB dan A1B1 berimpit, maka
transformasi dapat dipandang sebagai AC A1C1.
Sehingga dua segmen sejajar menentukan dengan
tunggal suatu latasi
Definisi 4.3
Invers dari dilatasi AB A’B’ ialah dilatasi A’B’ AB.
Definisi 4.4
Yang dimaksud dengan hasil kali dua dilatasi ialah
suatu dilatasi yang dilanjutkan dengan dilatasi yang
lain.
Maka hasil kali dua dilatasi AB A’B’ dan A’B’
A”B” ialah dilatasi AB A”B”
B1
A’
B
B11
A11
A
/Geometri Affine 84
Hasil kali suatu dilatasi dengan inversnya
adalah identitas AB AB.
Garis-garis yang menghubungkan suatu titik
dan bayangnya adalah garis-garis invarian.
Garis-garis ini berpotongan pada satu titik atau
sejajar.
Jika garis-garis yang menghubungkan titik dan
bayangannya, yaitu yang menghubungkan dua
titik berkorespondensi, berpotongan pada satu
titik, dilatasi disebut dilatasi sentral. Titik
potong garis-garis itu disebut titik pusat dilatasi
0, titik pusat dilatasi ini tunggal.
Jika garis-garis yang menghubungkan dua titik
berkorespondensi sejajar, maka dilatasi itu suatu
translasi.
● A
● A’
●
●
● B
● B’
● C
● C’
Geometri Affine / 85
B1
C
A
D
C1
D1
Jika pada translasi AB A’B’, AA’B’B tidak
berupa jajargenjang dapat ditunjukkan
jajargenjang lainnya seperti pada gambar
berikut.
AB A1B1 sama dengan AC A1C1 dengan AA1 C1C
suatu jajargenjang atau AD A’D’ suatu jajargenjang.
Jika A, A’ dan B diketahui, maka letak B’ tidak
tergantung dari pemilihan C atau D, sehingga terdapat
Teorema berikut
Teorema 4.4.
Sebarang dua titik A dan A’ menentukan dengan
tunggal translasi A A’.
Bukti
Jadi suatu dilatasi adalah suatu translasi bila dan
A1
B
A1
B1
C1
0
A
C1
B
C1
B1
C1
A
A1
B
/Geometri Affine 86
hanya bila tidak mempunyai titik invarian. Translasi A
A’ sama dengan translasi B B’. Jika AA’ B’B suatu
jajargenjang.
A A’.
Teorema 4.5
Dilatasi AB → A’B’ mentransformasikan setiap titik.
Bukti A A’ atau B B’.
Dalam Geometri Terurut, ada Teorema yang
mengatakan, bahwa jika ABC dan A’B’C’
merupakan dua pasangan 3 titik yang segaris
sedemikian, hingga garis-garis AA’, BB’, dan CC’
tidak mempunyai titik potong dan jika [ACB] maka
[A’C’B’]. jika kita misalkan garis AA’ ialah garis A,
garis BB’ ialah garis b dan garis CC’ ialah garis c
maka kita dapat [ACB].
Maka untuk setiap titik C, titik potong C dengan
suatu segmen AB dengan A pada a dan B pada b,
●A
●A’
●B
●P
●A
●A’
●B
●P
●B’
●B ●B
Geometri Affine / 87
berlaku [ACB]. Maka Teorema di atas terbukti.
Jika ABC dan A’B’C’ merupakan 2 pasangan 3 titik
yang segaris pada garis-garis yang berlainan
sedemikian hingga ketiga garis AA’ BB’ dan CC’
mempunyai titik persekutuan O yang tidak terletak
antara A dan A’, tidak terletak antara B dan B’ dan juga
tidak antara C dan C’, dan jika [ACB], maka [A’C’B’].
Hal ini juga mudah dibuktikan mengingat bahwa sinar
OC terletak di dalam sudut AOB sehingga untuk setiap
titik C’, titik potong OC dengan suatu segmen A’B’
dengan A’ pada sinar OA dan B’ pada sinar OB
dipenuhi [A’C’B’].
D
A’ C’
B’
A C B D
A’ C’
B’
A C B
B
a b c
A’ C’ B’
C A
a c b
C B
A
A’
C’
B’
/Geometri Affine 88
Untuk titik-titik A, B dan C yang terletak pada garis
invarian digunakan garis-garis sejajar sebagai
pertolongan untuk menunjukkan kebenaran Teorema
4.5 ini.
[ACB] → [A1CB1] → [A2C’B2] → [A’C’B’]
[ACB] → [A1CB1] → [A2C’B2] → [A’C’B’]
Jadi terbukti, jika [ACB], maka [A’C’B’]
Teorema 4.6
Hasil kali 2 translasi A → B dan B → C adalah translasi
A → C
Bukti
Hasil kali 2 dilatasi adalah suatu dilatasi.
Andaikan hasil kali 2 translasi ini bukan suatu
translasi, maka tentu ada titik invariannya O,
oleh translasi pertama A → B, titik O dibawa ke
O’.
karena titik O titik invarian oleh B → C maka
titik O’ dibawa ke-O
O’ → O adalah invers dari O → O’.
jadi hasil kali dua translasi mempunyai titik
invarian jika yang satu invers dari yang lain,
dan hasil kali ini berupa identitas.
Jadi hasil kali dua translasi adalah suatu
translasi, yaitu dilatasi yang tidak ada titik
A
1
B
1
B C A
a c b a' b
' c'
B
2
A
2
A’ C’
B’
a
A’
0
c b
a'
A C B A’
A2 c'
C’
b'
B’
B2
Geometri Affine / 89
invariannya.
Hasil kali dua translasi ini memenuhi sifat komutatif.
Hal ini mudah dibuktikan,
Misalkan kedua translasi itu tidak menurut dua
garis sejajar. Dengan melukis jajargenjang ABCD,
tampak bahwa A → B sama dengan D → C dan B
→ C sama dengan A → D,
A → C = (A → B) (B → C) = (A → D) (D → C) = (B
→ C) (A → B) (terbukti)
Jika kedua translasi menurut garis yang sama,
misalkan kedua translasi T dan X, misalkan
translasi Y suatu translasi yang tidak menurut garis
yang sejajar dengan translasi-translasi di atas, maka
X dan Y komutatif, demikian pula X dan TY.
T(X Y) = T(Y X) = (T Y)X = X(TY)
(TX)Y = (XT)Y, sehingga TX = XT (terbukti)
Definisi 4.5
Jika 2 titik berlainan, misalnya A dan B ditukar oleh
suatu dilatasi tunggal AB → BA atau A B, maka
transformasi itu disebut setengah putaran.
Jika C sebarang titik diluar garis AB, maka
untuk mencari bayangannya, kita hubungkan C
dengan A dan B, maka titik potong garis yang melalui
B A
C D
/Geometri Affine 90
B sejajar AC dan yang melalui A sejajar BC ialah D,
bayangan dari C.
Jika ACBD adalah suatu jajargenjang. Setengah
putaran itu dapat dinyatakan dengan C D. garis-
garis invarian AB dan CD, karena diagonal-diagonal
suatu jajargenjang, berpotongan di titik O, yang
menjadi titik invarian dari setengah putaran. Titik O
adalah titik pusat jajargenjang. Pada setengah putaran
A B, titik O adalah titik tengah segmen AB.
Untuk melukis bayangan titik T pada garis AB,
dihubungkan T dengan C (atau D) dan kemudian
dilukis garis melalui D (atau C) yang sejajar dengan TC
(atau TD) dan terdapat T’ pada garis AB.
Hasil kali dua setengah putaran dapat dinyatakan
sebagai (A B) atau (B C). andaikan hasil kali ini
mempunyai suatu titik invarian O, maka oleh setengah
putaran A B, O dibawa ke-O’. Jadi A B sama
dengan O O’. oleh setengah putaran B C maka
O’ dibawa ke O, jadi B C sama dengan O’ O. Jadi
ada titik invarian jika A B = B C. dalam hal ini
yang lain tidak ada titik invarian.
D A
B C
T
O T’
Geometri Affine / 91
Teorema 4. 7
Hasil kali 2 setengah putaran A B dan B C adalah
translasi A C.
Bukti :
Jika A B tidak sama dengan B C, maka (A B) (B
C) tidak mempunyai titik invarian. Jadi berupa
translasi. Jika ADBC suatu jajargenjang, maka A B
sama dengan C D dan A D sama dengan C B
Hubungan ini tetap berlaku
jika jajargenjang berubah
menjadi segmen garis
dengan 4 titik yang letaknya
teratur simetrik.
A C D B
Contoh 4.1
1. Diketahui (A B) (B C) = (A C), tunjukkan
bahwa sebarang C yang ditentukan adalah titik
invarian dari suatu setengah putaran, dengan
mengganti A = C dalam persamaan
Penyelesaian
(A B) (B → C) = (A C)
Jika A = C, maka diperoleh
(C B) (B → C) = (C C)
(C C), berarti C suatu titik invarian.
Teorema 4.8
Setengah putaran A B dan C D sama, bila dan
hanya bila translasi A D dan C B sama.
Diketahui A B = C D
D A
B C
O
/Geometri Affine 92
Dibuktikan : A D = C B
Bukti: A D = (A B) (B D)
= (C D) (B D)
= (C D) (D B)
= C B
Diketahui A D = C B
Dibuktikan : A B = C D
Bukti: A B = (A D) (D B)
= (C B) (D B)
= (C B) (B D)
= C D
Jika C dan D berimpit, yang dapat disebut C’, maka
C’ adalah titik tengah AB bila dan hanya bila
translasi A → C’ dan C’ → B sama.
Kemudian dapat dibuat
jajargenjang AC’A’B’ dan
BC’C’A’ dan terdapat ∆
ABC dengan A’, B’ dan C’
sebagai titik-titik tengah
sisi-sisinya. Kemudian
diperoleh Teorema berikut.
Contoh 4.2
Jika ketiga diagonal dari suatu segienam (tidak perlu
konveks) mempunyai titik tengah yang sama, maka
buktikan sebarang dua sisi berhadapan sejajar.
Diketahui: AO = OD, BO = OE, CO = OF
Dibuktikan : 2 sisi berhadapan adalah sejajar.
Bukti:
D A = B E
D E = B A (Teorema 4.8)
A C’ B
B’ A’
C
Geometri Affine / 93
Berarti DE sejajar dengan BA
D A = F C
D → C = F → A (terbukti)
Jadi DC sejajar dengan FA
E B = C F
E → F = C→ B (terbukti)
Jadi EF sejajar dengan CB. Terbukti sisi-sisi yang
berhadapan sejajar.
Teorema 4.9
Garis yang menghubungkan titik-titik tengah
DUA sisi suatu segitiga adalah sejajar dengan
sisi yang ketiga dan
suatu garis yang melalui titik tengah suatu sisi
dan sejajar dengan sisi yang lain akan melalui
titik tengah sisi yang ketiga.
Contoh 4.3
Titik-titik tengah sisi-sisi suatu segi empat sebarang
adalah titik-titik sudut suatu jajargenjang. Teorema ini
ditemukan oleh Pierre Varignon (1654 – 1722).
Diketahui: ABCD segi
empat sebarang P, Q, R
dan S berturut-turut
titik-titik tengah AB, BC,
CD dan DA.
C B A
F D
E
O
C
/Geometri Affine 94
Dibuktikan : PQRS suatu
jajargenjang.
Bukti:
Dipandang ∆ACD dan ACB. Maka SR sejajar
dengan AC dan PC sejajar dengan AC (menurut
Teorema 9). Jadi SR sejajar dengan PQ. Dipandang
∆BDA dan ∆BDC.
Maka PS sejajar dengan BD dan QR
PQRS suatu segiempat yang sisi-sisinya
berhadapan sejajar, jadi PQRS suatu jajargenjang.
LATIHAN 4
1. Buktikan Teorema 4.9
C
B A
D
R
S Q
P