Geliat Pasar Pannampu Adalah Geliat Subuh Hingga Matahari Sepenggalah

4
Geliat pasar pannampu adalah geliat subuh hingga matahari sepenggalah. Di Pannampu, ratusan pagandeng, pedagang dengan sepeda berkeranjang, dari segala penjuru Makassar seakan menetapkan subuh sebagai penanda dimulainya pertemuan rutin mereka saban hari. Setiap hari, kecuali dua lebaran. Mereka, para pagandeng-pagandeng itu berbaur bersama pedagang lainnya; yang bermotor, bergerobak, hingga yang panggul dan pedagang tempatan yang menyewa salah satu rumah di kompleks itu. Menjelang waktu lohor tiba, satu per satu pedagang beranjak dari kompleks. Pulang. Ketika siang hingga malam, kompleks menjadi milik warga lagi. Uniknya, seperti menunjukkan kecenderungan untuk sulit diatur, mereka justru tidak tertarik untuk berjualan di dalam pasar inpres Pannampu yang disediakan pemerintah, tapi berjualan di selasar kompleks di dua sisi pasar Pannampu, dimana saya dan keluarga menempati salah satu dari 200an rumah dempet berlantai dua sejak awal dibukanya. Kompleks pasar, begitu kami menyebutnya, merupakan blok perumahan dua lantai berjejer dengan bentuk yang seragam. Mulai dibangun oleh developer CV Cahaya Rahmat, milik pengusaha Benny Gozal di awal tahun 1980-an. Kompleks ini terdiri dari empat blok perumahan yang mengitari Pasar Inpres Pannampu, pusat niaga lokal di kecamatan Tallo. Blok I atau Blok A terletak di sebelah barat pasar terdiri dari kurang lebih 40 rumah, Blok II atau Blok B yang terletak di sebelah timur pasar dijejeri oleh sekitar 80 rumah, 20 rumah di Blok CC di sebelah selatan pasar dan Blok C yang terakhir, berhadap-hadapan dengan Blok B dan terletak searah tegak lurus blok CC berderet-deret 20 rumah ke selatan. Pasar Inpresnya sendiri saat ini seperti pasar tua yang menunggu diruntuhkan atau direnovasi. Sebahagian besar lods-lods (kios kecil) di pasar Inpresnya yang berjumlah 400-500 dibiarkan kosong, reot dan tak terurus. Di beberapa sisi pasar, genangan bisa setinggi lutut, seperti membentuk kubangan rawa dan ditumbuhi banyak tanaman liar. Yang dibuka oleh para pedagang hanya lods-lods di selasar utama. Itupun juga sepi dari pengunjung, sementara di luar, di jalan depan kompleks, riuh ramai oleh pembeli dan penjual. Sudah sering terdengar kabar bahwa pasar ini akan dipermak sebagaimana pasar- pasar lain di Makassar. Pasar Terong, pasar Sentral, pasar Baru Pattimura, semuanya sudah disulap menjadi apik dan sedap dipandang. reference: Pasar Pannampu

Transcript of Geliat Pasar Pannampu Adalah Geliat Subuh Hingga Matahari Sepenggalah

Page 1: Geliat Pasar Pannampu Adalah Geliat Subuh Hingga Matahari Sepenggalah

Geliat pasar pannampu adalah geliat subuh hingga matahari sepenggalah. Di

Pannampu, ratusan pagandeng, pedagang dengan sepeda berkeranjang, dari

segala penjuru Makassar seakan menetapkan subuh sebagai penanda

dimulainya pertemuan rutin mereka saban hari. Setiap hari, kecuali dua lebaran.

Mereka, para pagandeng-pagandeng itu berbaur bersama pedagang lainnya;

yang bermotor, bergerobak, hingga yang panggul dan pedagang tempatan yang

menyewa salah satu rumah di kompleks itu. Menjelang waktu lohor tiba, satu per

satu pedagang beranjak dari kompleks. Pulang. Ketika siang hingga malam,

kompleks menjadi milik warga lagi.

Uniknya, seperti menunjukkan kecenderungan untuk sulit diatur, mereka justru

tidak tertarik untuk berjualan di dalam pasar inpres Pannampu yang disediakan

pemerintah, tapi berjualan di selasar kompleks di dua sisi pasar Pannampu,

dimana saya dan keluarga menempati salah satu dari 200an rumah dempet

berlantai dua sejak awal dibukanya. Kompleks pasar, begitu kami menyebutnya,

merupakan blok perumahan dua lantai berjejer dengan bentuk yang seragam.

Mulai dibangun oleh developer CV Cahaya Rahmat, milik pengusaha Benny Gozal

di awal tahun 1980-an. Kompleks ini terdiri dari empat blok perumahan yang

mengitari Pasar Inpres Pannampu, pusat niaga lokal di kecamatan Tallo. Blok I

atau Blok A terletak di sebelah barat pasar terdiri dari kurang lebih 40 rumah,

Blok II atau Blok B yang terletak di sebelah timur pasar dijejeri oleh sekitar 80

rumah, 20 rumah di Blok CC di sebelah selatan pasar dan Blok C yang terakhir,

berhadap-hadapan dengan Blok B dan terletak searah tegak lurus blok CC

berderet-deret 20 rumah ke selatan.

Pasar Inpresnya sendiri saat ini seperti pasar tua yang menunggu diruntuhkan

atau direnovasi. Sebahagian besar lods-lods (kios kecil) di pasar Inpresnya yang

berjumlah 400-500 dibiarkan kosong, reot dan tak terurus. Di beberapa sisi

pasar, genangan bisa setinggi lutut, seperti membentuk kubangan rawa dan

ditumbuhi banyak tanaman liar. Yang dibuka oleh para pedagang hanya lods-

lods di selasar utama. Itupun juga sepi dari pengunjung, sementara di luar, di

jalan depan kompleks, riuh ramai oleh pembeli dan penjual. Sudah sering

terdengar kabar bahwa pasar ini akan dipermak sebagaimana pasar-pasar lain di

Makassar. Pasar Terong, pasar Sentral, pasar Baru Pattimura, semuanya sudah

disulap menjadi apik dan sedap dipandang. Belum lagi pasar-pasar dan mall-mall

baru berdiri dimana-mana. Tapi Pasar Pannampu seperti hanya tersentuh issue

belaka, tidak ada realisasi. Padahal dari segi lokasi, pasar Pannampu ini terletak

di koordinat strategis untuk investasi di utara Makassar. Letaknya yang berada di

sisi jalan besar yang menghubungkan Makassar dan Maros, juga kelengkapan

reference: Pasar Pannampu

Page 2: Geliat Pasar Pannampu Adalah Geliat Subuh Hingga Matahari Sepenggalah

infrastrukturnya; terminal, pom bensin, sekolah, pekuburan, dll ada di area ini,

dan posisinya sebagai ibukota kecamatan Tallo, seharusnya sudah cukup

meyakinkan investor. Dari data statistik Bappeda Kota Makassar diketahui

bahwa jumlah jumlah penduduk kecamatan Tallo 128 141, menempati wilayah

sebesar 5,83 Km2, dari jumlah itu 13.622 jiwa mendiami kelurahan Pannampu

yang luasnya sekitar 30 hektar. Pasar Pannampu sendiri memiliki wilayah

bentang sebesar lebih kurang lima hektar.

Ada rumor yang mengatakan bahwa pasar Pannampu inilah yang dianggap

sebagai salah satu area yang menyumbang nilai minus untuk kebersihan dan

ketertiban Makassar. Makassar berada di urutan ke-10 dari 14 kota kota

metropolitan yang dinilai. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) merilis,

Makassar masuk kategori kota terkotor bersama Bekasi, Depok, dan Bandung.

Menurut beberapa kabar yang tidak jelas kebenarannya, penghargaan Adipura

gagal diraih Makassar karena salah satunya adalah ‘kebersihan’ dan ketertiban

pasar Pannampu ini gagal meraih simpati tim penilai dari pusat. Kalau ada yang

menanyakan dimana daerah kumuhnya Makassar, orang banyak menyebut

Pannampu.

Kutukan Tiga Babak

Pada masa awal pembukaan pasar hingga tahun 1986, lingkungan pasar adalah

lingkungan asri. Bersih dan tertib. Para pendatang berdatangan hingga

memenuhi 200an rumah di kompleks perumahan itu. Di belakang kompleks,

terhampar Danau Pannampu yang luas dan dalam. Saat senggang di sore hari,

para penghuni kadang mengisinya dengan memancing di danau itu. Di sisi timur,

ada pekuburan Beroanging yang banyak menampung jazad korban Tampomas II.

Tahun 2000, pekuburan Beroanging ditutup karena sudah kepenuhan, banyak

kubvuran yang tumpang tindih, tak ada diutaranya ada puluhan tambak

pacce’lang (penggaraman) yang memasok garam ke seluruh Makassar.

Tahun 1986, kompleks perumahan Pannampu seperti kena kutuk. Pemerintah

Kodya Makassar menetapkan Pannampu sebagai area TPA, Tempat Pembuangan

Akhir. Seluruh sampah produksi harian warga Makassar dihamburkan di danau

Pannampu dan sekitarnya. Dari awalnya adalah danau yang dalam dan tempat

pemancingan yang banyak ikannya, kemudian hanya dalam setahun berubah

menjadi bukit sampah yang menjijikkan. Segala macam bau busuk menjadi

aroma saban hari bagi warga. Segala jenis lalat dan tikus, cacing dan ulat, siput

dan lintah tumpah ruah menjadi anggota mayoritas ekosistem baru itu, bersama

reference: Pasar Pannampu

Page 3: Geliat Pasar Pannampu Adalah Geliat Subuh Hingga Matahari Sepenggalah

dengan masuknya ratusan pemulung yang menyerbu ke TPA bak semut ketemu

gula.

Di musim hujan, air hujan bercampur sampah dan tikus-tikus menghantar bau

tengik ke dalam rumah, banjir comberan hingga selutut. Ketika musim kemarau,

giliran lalat dan lintah merengsek masuk ke meja makan dan dinding rumah

yang lembab. Jalan di kompleks juga kena tulah. Kubangan raksasa nyaris

terbentuk setiap kali truk-truk sampah melewati jalan tanah, yang sesekali

membagi remah sampah disisi jalan. Warga kemudian menjadi akrab dengan

bau dan penyakit, dan tidak ada kompensasi kesehatan dari pemerintah.

Tahun 1987, sebagai salah satu bentuk protes, warga pasar Pannampu

menjadikan Golkar sebagai pecundang saat pemilu. Warga ramai memilih partai

bintang sebagai pilihan politik, yang kemudian berdampak hingga beberapa

tahun berselang. Pemukiman itu tetap dipertahankan sebagai TPA walau sampah

sudah menggunung, plus penyakit dan bau busuk. Jalan makin berlubang, tanpa

ada perbaikan. Lalu lalang truk sampah dan bau yang mengiringi lambat laun

membuat warga menjadi tidak sabar, kemudian meledak menjadi demonstrasi.

Di tahun 1990, ratusan warga tua dan muda menghadang jalan masuk truk

sampah dengan parang dan badik di tangan. Truk sampah disuruh balik, jalan

masuk di portal dengan balok besar. Aksi ini kemudian mampir dalam liputan

wartawan cetak, masuk koran. Pemerintah Kota kemudian terpaksa menutup

TPA Pannampu. Tapi sampah masih menggunung.

Hanya berselang dua tahun, pemerintah Kota kembali dengan ketetapan yang

baru. Menjadikan pasar Pannampu sebagai tempat penampungan para

pedagang Pasar Terong yang direnovasi. Wajah komplek perumahan kembali

berubah. Pasar Inpres Pannampu rupanya tak sanggup menampung seluruh

pedagang pasar Terong yang jumlahnya ratusan itu.

Saat masa 20 tahun telah lama berlalu, penghuni lama dan penghuni baru masih

setia menjaga geliat pasar, tanpa terusik. Yang ada hanya sekali berhembus

angin penggusuran yang tak pernah pasti, hilang bersama euforia reformasi.

Para penyewa kemudian mentahbiskan diri sebagai pemilik, beramai-ramai

menyewa tenaga partikelir untuk menyihir hak sewa menjadi hak milik. Setelah

bertahun-tahun, belum satu pun yang jadi. Sementara, sang pemilik asli belum

juga muncul, entah sampai kapan.

reference: Pasar Pannampu