GCS lbm 1.docx
-
Upload
marchela-anaz -
Category
Documents
-
view
106 -
download
6
Transcript of GCS lbm 1.docx
Menyangkut siapa saja
Sifatnya mengancam jiwa perlu penanganan segera secara :
Cermat
Tepat
Cepat
Bila tidak segera ditangani mengakibatkan kematian, kecacatan, kehilangan anggota tubuh
Korban Gawat
JANGAN BERI MINUM
JANGAN BERI MAKAN
JANGAN BERI BANTAL DIBAWAH KEPALA
PERNAFASAN DAPAT TERGANGGU DENGAN BEBERAPA CARA
OBSTRUKSI JALAN NAFAS
PERUBAHAN GAS DALAM PARU-PARU YANG TIDAK NORMAL
KONDISI YANG MEMPENGARUHI FUNGSI PARU-PARU
PRIORITAS PERTOLONGAN PERTAMA
MENGELOLAH ADANYA DISTRES NAFAS
MENGEMBALIKAN DAN MEMPERTAHANKAN PERNAFASAN KORBAN BILA PERLU MELAKUKAN RESUSITASI ( ABC )
MENGATUR DAN MENGHILANGKAN PENYEBAB MASALAH DAN MEMBERIKAN UDARA SEGAR
SEGERA DAPATKAN PERTOLONGAN MEDIK
GAWAT NAFAS DAPAT DIKETAHUI DENGAN CARA
MELIHAT GERAK NAFAS
MENDENGAR SUARA NAFAS
MERABA HAWA NAFAS
PENYEBAB SUMBATAN PADA JALAN NAFAS
DARI LUAR JALAN NAFAS MISAL BENDA ASING, GIGI PALSU, MUNTAHAN
DARI BAGIAN JALAN NAFAS MISAL LIDAH KORBAN YANG BERADA MENUTUP JALAN NAFAS
Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering oleh pangkal lidah Jalan nafas buntu Jalan nafas bebas CARA MENANGANI SUMBATAN PADA JALAN NAFAS
SUMBATAN BENDA PADAT
TERLIHAT AMBIL SEGERA DENGAN SAPUAN JARI / BANTUAN ALAT UNTUK MENARIK, MENJEPIT, MENYENDAK
TIDAK TERLIHAT MISAL TERSEDAK (CHOKING) LAKUKAN BACK BLOW/BACK SLAPS, ABDOMINAL THRUST, CHEST TRUST
SUMBATAN AKIBAT JATUHNYA PANGKAL LIDAH KE BELAKANG LAKUKAN HEAD TILT & CHIN LIFT ATAU JAW THRUST
MEMBEBASKAN JALAN NAFAS
Sumbatan pada jalan nafas segera bebaskan
Sebab 2 sumbatan
Posisi kepala korban yang tertunduk / tertekuk (“ndingkluk”)
Pangkal lidah jatuh ke belakang
Benda asing padat, cair yang menyumbat
Jalan nafas bengkak, tumor pada jalan nafas
Kerusakan jalan nafas oleh karena rudapaksa
Cara mengatasi sumbatan
Head tilt & chin lift (hati 2 pada korban rudapaksa)
Modifikasi jaw thrust
Menarik pangkal lidah ke depan
Menyangga pangkal lidah agar terangkat
Mengeluarkan benda asing :
Diambil
Di hisap
Back blow / slaps
Abdominal thrust
Chest thrust
Memberikan pertolongan pada korban / Melakukan Resusitasi Kondisi Pernafasan
Dapat menjawab, lengkap tidak terputus 2 , tidak tersendat 2 , tidak menggeh 2 ,
-> Fungsi pernafasan baik
b. Bila menjawab terputus 2 , tersendat 2 , menggeh 2
-> Fungsi pernafasan terganggu
c. Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa nafas
-> Pernafasan berhenti
II. Menilai pernafasan dan melakukan nafas buatan
o Cara menilai :
o Yakinkan jalan nafas telah bebas
o Lanjutkan dengan lihat ulang :
Gerak nafas
Dengar ulang suara nafas
Raba ulang hawa nafas
o Bila ada tanda 2 nafas segera nilai kualitas nafas
o Apakah adekuat, tersengal 2 atau berhenti
o Yang dinilai :
Frekwensi nafas
Keteraturan
Besarnya nafas
Tanda 2 sulitnya nafas ada / tidak
Tersengal 2 , megap 2 , sesak
o Sikap :
Bila adekuat diawasi, dijaga, dipertahankan agar tidak menjelek
Bila tidak adekuat dibantu
Bila tidak bernafas beri nafas buatan
Memberikan pertolongan pada korban / Melakukan Resusitasi Buka mulut korban Bersihkan benda asing yang ada didalam mulut korban dengan mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik kain Bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing TERSEDAK ( CHOKING )
ADANYA BENDA MASUK KE DALAM MULUT DAN SECARA MENDADAK MEMBUNTU JALAN NAFAS
TUJUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA TERSEDAK :
o MENCEGAH SESAK BERTAMBAH BERAT
o MENCEGAH KERUSAKAN OTAK ATAU KECACATAN
o MENCEGAH KEMATIAN
CHOKING ( terseda k ) TERSEDAK ( CHOKING ) PADA ORANG DEWASA
TANDA – TANDA :
KESULITAN NAFAS DAN BICARA SERING BERKAITAN DENGAN MAKAN
KORBAN MENUNJUKKAN SIKAP TERCEKIK MEMEGANGI LEHER DAN BERUSAHA BICARA
MUKA DAN LEHER SEMBAB
PANIK, DISTRES
KULIT TERLIHAT ABU – ABU BIRU
TINDAKAN
BERIKAN 5 X PUKULAN MENDADAK PADA PUNGGUNG ( BACK BLOW / BACK SLAPS )
o ANJURKAN BATUK
o TAHAN KORBAN DARI BELAKANG. POSISI KORBAN SEDIKIT CONDONG KE DEPAN.SEGERA BERIKAN HENTAKAN PUKULAN 5 X PADA TITIK SILANG GARIS IMAJINASI TULANG BELAKANG DENGAN GARIS ANTAR BELIKAT
CHOKING Back blows Korban : sadar Lima kali hentakan pada punggung, diantara dua scapula
2. BILA KONDISI BELUM MEMBAIK
o SEGERA PENOLONG BERDIRI DI BELAKANG KORBAN, SATU KAKI PENOLONG LETAKKAN DIANTARA KEDUA KAKI KORBAN. RANGKUL KORBAN DARI BELAKANG
o LETAKKAN GENGGAMAN PADA TITIK HENTAK
o LAKUKAN HENTAKAN 5 X DENGAN CARA MENARIK MENDADAK LENGAN PENOLONG YANG MERANGKUL PINGGANG KORBAN KE ARAH TITIK HENTAK (ABDOMINAL THRUST)
o LAKUKAN BERGANTIAN BACK BLOW DAN ABDOMINAL THRUST HINGGA BERHASIL / TIDAK BERHASIL DAN KORBAN JATUH TIDAK SADAR
CHOKING Heimlich Abdominal trust Korban : sadar Rangkul kurban dari belakang dengan kedua lengan kita, satu tangan mengepal tepat pada ulu hati. Lakukan hentakan mendadak pada ulu hati.
3. POSISI KORBAN TERLENTANG
o KORBAN TERLENTANG
o PENOLONG DISAMPING ATAU DI ATAS KORBAN
o LAKUKAN ABDOMINAL THRUST 5 X
o SEGERA PENOLONG PINDAH KE SAMPING KORBAN :
PERIKSA APAKAH JALAN NAFAS TELAH BEBAS
LAKUKAN HEAD TILT DAN CHIN LIFT, LIHAT DALAM MULUT
TIUPKAN NAFAS MULUT KE MULUT
DADA KORBAN MENGEMBANG JALAN NAFAS TERBUKA
DADA KORBAN TIDAK MENGEMBANG JALAN NAFAS MASIH TERSUMBAT TOTAL ABDOMINAL THRUST
ADA YANG MEMANGGIL BANTUAN
Korban : Tidak sadar Heimlich Abdominal trust TERSEDAK PADA KORBAN ANAK
TANDA – TANDA :
KESULITAN NAFAS DAN BICARA, SERING BERKAITAN DENGAN MAKAN
KORBAN MENUNJUKKAN SIKAP TERCEKIK, MEMEGANGI LEHER DAN BERUSAHA BERBICARA
MUKA, LEHER SEMBAB
KULIT TERLIHAT ABU – ABU BIRU
TINDAKAN
BERIKAN 5 X PUKULAN MENDADAK PADA PUNGGUNG (BACK BLOW / BACK SLAPS)
o POSISI KORBAN SEDIKIT CONDONG KE DEPAN
o BERIKAN HENTAKAN PUKULAN 5 X PADA TITIK SILANG GARIS IMAJINASI TULANG BELAKANG DAN GARIS ANTAR BELIKAT
o CEK DALAM MULUT. BILA ADA BENDA ASING BERSIHKAN/AMBIL DENGAN CARA DI BAWAH PENGLIHATAN LANGSUNG
2. BILA BACK BLOW/BACK SLAPS GAGAL, SEGERA BERDIRI DI BELAKANG ATAU JONGKOK DI BELAKANG KORBAN
o LAKUKAN CHEST THRUST 5 X
o LAKUKAN HENTAKAN TIAP 3 DETIK
3. CEK DALAM MULUT KORBAN
SUMBATAN TETAP BACK BLOW/BACK SLAPS ATAU CHEST THRUST LAGI 5 X
4. CEK ULANG DALAM MULUT KORBAN
SUMBATAN TETAP BACK BLOW/BACK SLAPS ATAU CHEST THRUST LAGI 5 X
5. PANGGIL BANTUAN
TERSEDAK (CHOKING) PADA KORBAN BAYI
TANDA – TANDA
KESULITAN BERNAFAS
MEMERAH (FLUSHING) DI MUKA LEHER
TIDAK DAPAT MENANGIS, TIDAK DAPAT BERSUARA
ADA SUARA – SUARA ANEH, MERINTIH
TINDAKAN
LAKUKAN BACK BLOW/BACK SLAPS 5 X
o TELUNGKUPKAN KORBAN PADA LENGAN PENOLONG. KEPALA KORBAN LEBIH RENDAH
o BACK SLAPS KERAS 5 X
o TERLENTANGKAN DI ATAS LENGAN PENOLONG
2. CEK DALAM MULUT BAYI
LIHAT DAN AMBIL BENDA ASING, JANGAN MENYENTUH TENGGOROKAN
3. BILA SUMBATAN TETAP CHEST THRUST
o LETAKKKAN UJUNG JARI TENGAH DAN TELUNJUK DIATAS TULANG DADA 1 JARI DI BAWAH GARIS IMAJINASI ANTAR PUTING SUSU
o LAKUKAN CHEST THRUST 5 X
4 . CEK LAGI DALAM MULUT
5. ULANGI TINDAKAN PERTOLONGAN SEPERTI DIATAS SAMBIL MEMANGGIL BANTUAN.
BACK BLOWS gagal ? Lakukan CHEST THRUST Tekan tulang dada bayi dengan jari kedua dan jari ketiga. Kira2 pada garis antara kedua puting susu HEAD TILT DAN CHIN LIFT
HEAD TILT
o LETAKKAN SALAH SATU TANGAN PENOLONG MENAHAN DAHI KORBAN
BERSAMA LAKUKAN CHIN LIFT
o DENGAN MENGGUNAKAN JARI TELUNJUK DAN JARI TENGAH PENOLONG MENAHAN TULANG DAGU KORBAN
ATAU LAKUKAN JAW THRUSH
o MENDORONG SUDUT RAHANG BAWAH KIRI DAN KANAN KE DEPAN SEHINGGA BARISAN GIGI BAWAH DI DEPAN BARISAN GIGI ATAS
head tilt chin lift JAW THRUST Tindakan lain untuk membebaskan jalan nafas adalah : Dengan kedua tangan kita dagu korban diangkat sehingga deretan gigi rahang bawah berada didepan deretan gigi rahang atas ( seperti CAKIL ) SUMBATAN BENDA CAIR
POSISIKAN KORBAN TERLENTANG / MIRING, KEPALA LEBIH RENDAH DARI TUNGKAI
BUKA MULUT KORBAN
HISAP DENGAN BAHAN YANG DAPAT MERESAP CAIRAN
HISAP PAKAI MULUT DENGAN BANTUAN PIPA PENGHISAP ATAU HISAP DENGAN PIPA KARET MENGGUNAKAN SEMPRIT PENGHISAP ATAU HISAP DENGAN PIPA KARET MENGGUNAKAN PIPA PENGHISAP MEKANIK/LISTRIK
http://www.slideshare.net/puskesmasmojoagung/penanganan-gawat-napas-presentation GCS (Glasgow Coma Scale) merupakan suatu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Rangsangan yang diberikan berbagai hal dengan memperhatikan 3 reaksi yang terdiri dari reaksi membuka mata (Eye (E)), respon verbal (V) bicara dan gerakan motorik.
Eye (respon membuka mata) :Respon membuka mata ini merupakan respon awal ketika kita bertemu dengan klien. Respon yang diharapkan ada pada pasien ialah bagaimana reflek membuka mata klien. Apakah ia akan spontan membuka mata tanpa harus dipanggil namanya, disentuh atau diberikan cubitan. Untuk nilai dari respon ini kita nilai (4) atau respon spontan. Apabila mata terbuka dengan rangsang suara, seperti kita memanggil nama klien, maka kita kasih nilai respon E nilai (3). Apabila klien dapat membuka mata ketika kita beri rangsang nyeri, (misalkan dengan menekan kuku jari) maka nilai E klien (2). Ketika tidak ada respon sama sekali, maka kita beri nilai E (1), tidak ada respon.
Verbal (respon verbal)Setelah reflek membuka mata kita kaji, maka penilaian selanjutnya ialah bagaimana kita menilai respon verbal klien. Ketika klien dapat mengetahui dimana dia berada, siapa dirinya, kjalimat yang diucapkan baik, orientasi baik, maka kita nilai respon verbal dengan angka (5) . Apabila klien bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-ulang) disorientasi tempat dan waktu, maka nilai respon verbal kita beri nilai (4) . Untuk nilai (3) kita beri ketika klien berbicara tidak jelas (tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat) dan hanya mengungkapkan kata singkat seperti “aduh…, bapak…”. Apabila klien lebih banyak mengerang atau mengeluarkan suara tanpa arti, maka kita nilai respon verbal klien (2). Ketika masih saja tidak ada respon, maka kita beri nilai verbal klien 1.
Motor (respon motorik)
Respon motorik ini harap dibedakan dengan penilaian kekuatan otot ya. Pemeriksaan ini kembali lagi saya ingatkan hanya digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran klien dengan memantau respon motorik klien. Ketika klien diperintahkan untuk melakukan apa yang kita inginkan, seperti memintanya untuk mengangkat tangan, atau ketika kita datang kemudian kita memberikan tangan kita untuk berjabat tangan dengnnya. Kita bisa melihat adakah atau tidak respon klien untuk melakukan hal tersebut (menjabat tangan kita). Apabila ada atau mengikuti perintah yang kita berikan, maka kita nilai respon motorik klien (6).
Kita bisa memberikan sebuah stimulus berupa rangsangan nyeri. Ketika klien mampu untuk melokalisir nyeri dengan cara menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri, maka kita memberikan nilai (5) . Apabila klien menghindar/menarik extremitas atau tubuh yang diberikan stimulus dengan menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri) kita dapat memberi nilai M (4).Untuk pemberian nilai M (3), kita dapat melihatnya ketika klien menghindar/menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri dengan adanya respon flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku di atas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). sedangkan untuk memberikan nilai M (2) didapakan respon klien berupa adanya extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). Ketika klien tidak ada respon, maka kita nilai M (1).
Penilaian GCS1. Hasil pemeriksaan kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…M…V… 2. Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4M6V5 dan terendah adalah 3 yaitu E1M1V1.3. Menilai status kesadaran klienGCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan) GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)< 3 = komahttp://ahmadalfikri.blogspot.com/2009/10/penilaian-gcs.html
Glasgow Coma Scale.Penilaian :* Refleks Membuka Mata (E)4 : membuka secara spontan3 : membuka dengan rangsangan suara2 : membuka dengan rangsangan nyeri1 : tidak ada respon* Refleks Verbal (V)5 : orientasi baik4 : kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan3 : kata-kata baik tapi kalimat tidak baik2 : kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang1 : tidak ada respon* Refleks Motorik (M)6 : melakukan perintah dengan benar5 : mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar4 : dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi.3 : hanya dapat melakukan fleksi2 : hanya dapat melakukan ekstensi1 : tidak ada respon
cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = compos mentis pasti GCSnya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCSnya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X-5-6.Bila ada trakheostomi sedang E dan M normal, penulisannya 4-X-6.Atau bila tetra parese
sedang E dan V normal, penulisannya 4-5-X. GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun. Atau jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :a. Skor 14-15 : compos mentisb. Skor 12-13 : apatisc. Skor 11-12 : somnolentd. Skor 8-10 : stupore. Skor < 5 : koma
Derajat Kesadaran- Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi- Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang.- Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.- Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh menghindari tusukan).- Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.
Kualitas Kesadaran- Compos mentis : bereaksi secara adekuat- Abstensia drowsy / kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.- Bingung / confused : disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu.- Delirium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dan bergerak sesuai dengan kekacauan pikirannya.- Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa.
Gangguan fungsi cerebral meliputi : gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi.
Pengkajian position mental / kesadaran meliputi : GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.
http://www.lenterabiru.com/2010/01/glasgow-coma-scale.htm
tacky com com
Rabu, 23 Februari 2011
tanda-tanda vital
KEADAAN UMUM
A. TINGKAT KESADARAN
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang
terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
B. KEADAAN SAKIT
Nampak sakit berat
Nampak sakit sedang .
Nampak sakit ringan
C. TANDA –TANDA VITAL
Tekanan Darah / Tensi
Tekanan darah, adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding
arteri, Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan
ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah
dan stetoskop.
Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu,
makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.Dua angka dicatat
ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik,
mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa
darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah tekanan diastolik,
mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian
darah. Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air
raksa). Rekaman ini merepresentasikan seberapa tinggi kolom air raksa diangkat
oleh tekanan darah.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi, langsung meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner (serangan jantung) dan stroke (serangan otak). Dengan
tekanan darah tinggi, arteri dapat mengalami peningkatan resistensi terhadap
aliran darah, menyebabkan jantung memompa lebih keras untuk mengedarkan
darah.
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dari National
Institute of Health (NIH), tekanan darah tinggi atau hipertensi bagi orang dewasa
didefinisikan sebagai:
tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi dan tekanan diastolik 90 mm Hg atau
lebih tinggi
Dalam Pembaruan NHLBI pedoman untuk hipertensi pada tahun 2003,
sebuah kategori tekanan darah baru ini ditambahkan disebut prehipertensi
yaitu tekanan sistolik 120 mm Hg - 139 mm Hg dan tekanan diastolik 80 mm Hg -
89 mm Hg
Panduan NHLBI baru sekarang mendefinisikan tekanan darah normal sebagai
berikut:
tekanan sistolik kurang dari 120 mm Hg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mm
Hg
Namun angka-angka ini harus digunakan sebagai pedoman saja. Sebuah
pengukuran tekanan darah tinggi tidak selalu merupakan indikasi dari suatu
masalah. membuat diagnosis hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak hanya dari
pengukuran sekali saja namun perlu melihat beberapa pengukuran tekanan darah
selama beberapa hari atau minggu sebelumnya.
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
- Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg
- Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg
- Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg
- Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg
- Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg
- Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg
- Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg
- Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg
- Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
- Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:
* Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
* Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg
* Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:
- Lengan atas
- Pergelangan kaki
Denyut Nadi
Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per
menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi
juga mengkaji :
irama jantung
kekuatan denyut jantung
Nadi normal untuk orang dewasa yang sehat berkisar 60-100 denyut per menit.
Denyut nadi dapat berfluktuasi dan meningkat pada saat berolahraga, menderita
suatu penyakit, cedera, dan emosi.
Cara mengukur denyut nadi :
Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari
tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari.
Temukan titik nadi ( daerah yang denyutannya paling keras ), yaitu nadi karotis di
cekungan bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di kiri/kanan garis tengah leher ( kira-
kira 2 cm disamping jakun pada laki-laki ), nadi radialis di pergelangan tangan di
sisi ibu jari.
Mengukur Nadi
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah
denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi
dalam 1 menit.
Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis
berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali
permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.
Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan
rumus:
Nadi Max = 80% x (220 - umur )
Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda
adalah 80 % X 180 = 144 kali/menit.
Yang perlu diperhatikan adalah, denyut nadi yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau
tidak beraturan dapat berarti gangguan pada jantung. Segeralah periksakan diri ke
instansi kesehatan terdekat.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi baru lahir : 140 kali per menit
- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit
- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit
- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit
- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit
- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit
- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit
- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit
- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit
- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:
* Untuk mengetahui kerja jantung
* Untuk menentukan diagnosa
* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
- Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
- Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
- Arteri caratis : Pada leher
- Arteri femoralis : Pada lipatan paha
- Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
- Arteri politela : pada lipatan lutut
- Arteri bracialis : Pada lipatan siku
- Ictus cordis : pada dinding iga, 5 – 7
Suhu Tubuh
Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas,
lingkungan, makanan yang dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh
normal, menurut American Medical Association, dapat berkisar antara 97,8 derajat
Fahrenheit, atau setara dengan 36,5 derajat Celsius sampai 99 derajat Fahrenheit
atau 37,2 derajat Celcius.
Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
- Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 - 15 menit
- Anus/ dubur/rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 - 5 menit
- Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 - 3 menit
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC -
37,5oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu
tubuhnya < 36oC
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 oC - 38oC
- Febris : Jika bersuhu 38oC - 39oC
- Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC
PERNAPASAN
Pengertian
Proses menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida,uap air
dan sisa oksidasi dari paru - paru
Pernafasan Menurut Tempat Terjadinya Pertukaran Gas
Pernapasan internal adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.
Pernapasan eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi
antara udara dalam gelembung paru-paru dengan darah dalam kapiler
Proses yang terjadi selama pernafasan
Ventilasi
Pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Udara masuk/keluar dari paru karena
selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik otot
pernafasan. Saat inspirasi tekanan udara di atmosfer lebih besar dari tekanan udara
di alveolus sehingga udara bias masuk ke alveolus. Saat ekspirasi tekanan udara di
alveolus melebihi tekanan atmosfer sehingga udara bergerak keluar dari paru –
paru.
Difusi
Pergerakan gas (O2 dan CO2) melintasi membrane alveolar dan kapiler yang
disebabkan karena perbedaan konsentrasi. Faktor lain yang mempengaruhi proses
ini adalah luas permukaan paru.
Transportasi gas
Proses distribusi O2 kapiler ke jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses tranportasi O2
akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin.
Mekanisme Respirasi
Inspirasi (menarik nafas)
Proses masuk udara luar ke dalam paru-paru melalui saluran nafas selanjutnya
terjadi proses difusi dari membran alveolus ke kapiler sehingga 02 bersenyawa
dengan hemoglobin dan disalurkan ke seluruh tubuh
Ekspirasi
Merupakan proses pasif.
Udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru kempis.
“Satu kali respirasi = satu kali inspirasi + satu kali ekspirasi”
Tipe Respirasi
Pernafasan Dada
Pada waktu seseorang bernafas rangka dada terbesar bergerak. Rongga torak
mengembang dan mengempis sesuai dengan irama inspirasi dan ekspirasi.
Pernafasan Perut /Diafragma / abdominal
Jika waktu bernafas diafragma turun naik. Inspirasi seirama dengan pengembangan
perut dan ekspirasi dengan pengempisan perut.
Faktor yang Mempengaruhi Pernafasan
*Olahraga
Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dan menambah oksigen
*Nyeri Akut
Sebagai akibat stimulasi simpatik sehingga meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernafasan. Klien dapat menghambat pergerakkan dada bila ada nyeri pada area
dada.
*Usia (secara normal kecepatan berbeda)
*Ansietas
*Anemia
*Posisi tubuh
*Medikasi
*Cedera batang otak
Yang Perlu di Perhatikan Dalam Pernafasan
Frekuensi Pernafasan.
Irama nernafasan.
Perbandingan frekuensi nafas dan nadi
Kedalaman.
Karakter atau sifatnya.
Frekuensi Pernafasan
Frekuensi Pernafasan Normal
Bayi baru lahir 40 - 60 x/menit
1 - 11 bulan 30x/menit
2 tahun 25x/menit
4 - 12 tahun 19 – 23x/menit
14 - 18 tahun 16 - 18x/menit
Dewasa 12 - 20x/menit
Lansia ( >65 tahun ) Jumlah respirasi meningkat bertahap
Irama Pernafasan
Keteraturan inspirasi dan ekspirasi pernafasan yang normal. Irama pernafasan
menggambarkan teratur atau tidaknya pernafasan.
Perbandingan antara frekuensi nafas dengan nadi. 1 : 4
Kedalaman
Dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan atau gerakan dinding dada.
Karakter dan Sifat
Pada orang yang normal saat inspirasi dan ekspirasi tidak bersuara, pada orang
yang abnormal dalam bernafas bersuara.
Whezzing (mengi) : secara relative nadanya tinggi, dengan kualitas merintih.
Bila terjadi penyempitan saluran pernafasan.
Ronkhi : Nada rendah, dengan kualitas mendengkur. Dapat disebabkan karena
penumpukan sekret
Gangguan Pernafasan
Takhipnoe : frekuensi pernafasan teratur namun cepat secara tidak normal
Keadaan ini fisiologis terjadi peningkatan pengeluaran tenaga, ketegangan / emosi.
Patologis : Gejala yang menyertai demam penyakit paru dan jantung (>24x/mnt )
Bradipnoe :Frekuensi Pernafasan teratur namun lambat secara tidak normal
( <>Tujuan menghitung pernafasan:
Mengetahui jumlah pernafasan/mnt
Membantu menentukan diagnosa dan prognosa.
Mengetahui keadaan perkembangan pasien.
Pelaksanaan Perhitungan Pernafasan
Secara rutin bersamaan setelah menghitung nadi, terutama pada pasien yang
mengalami gangguan sistem pernafasan ataupun gangguan hematologi.
Sewaktu bila diperlukan.
Atas instruksi dokter.
Pada waktu pasien akan, sedang, sesudah dibedah.
Cara Kerja Menghitung Pernafasan
Persiapan alat:
Jam tangan dengan jarum penunjuk detik.
Pena dan buku catatan.
Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi pernafasan
Pastikan Klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.
Rasional : Ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
Menghitung pernafasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil memegang
pergelangan tangan.
Rasional : Memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan
pernafasan, karena merasa diamati
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
Rasional : Menjamin hitungan mulai dengan siklus pernafasan normal.
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh
Rasional : Menjamin hasil perhitungan lebih akurat
Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal, dalam
atau normal, apakah irama normal
Rasional : Karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus / status
penyakit.
Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan
Rasional : Memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi pasien.
Pertimbangan Pediatrik.
Mengejutkan / membangunkan bayi untuk mengukur RR dapat meningkatkan
frekuensi pernafasan tidak benar.
Bisa dilihat/ di observasi RR pada saat berbaring tenang dengan dada / abdomen
tidak ditutup selimuti.
Pertimbangan Geriatri
Orang dewasa normalnya bernafas 12 sampai dengan 20x / mnt.
Peningkatan usia dapat diikuti dengan peningkatan frekuensi pernafasan karena
peningkatan kekakuan dinding dada.
Pola pernapasan adalah:
- Pernapasan normal (euphea)
- Pernapasan cepat (tachypnea)
- Pernapasan lambat (bradypnea)
- Sulit/sukar bernapas (oypnea)
Saluran pernafasan (conducting airway) :
Berfungsi sebagai saluran udara ke daerah pertukaran gas
Terdiri dari hidung, pharynx, larynx, brokhus, bronkhiolus terminalis.
Saluran pernafasan ini dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang berfungsi
sebagai filter (penyaring), menghangatkan dan melembabkan (humidifikasi)
Saluran Pernafasan Bagian Atas :
1. Hidung
Terdiri atas nares anterior yang memuat kelenjar sebaseus dgn ditutupi bulu kasar.
Fungsi dari hidung: pengatur kondisi udara (air conditioning): Fungsi ini perlu untuk
mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam alveolus paru.
Fungsi ini dilakukan dengan cara: mengatur kelembapan, mengatur suhu,
penyaring dan pelindung
2. Faring
Merupakan jalan persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran pernafasan,
dan merupakan sebuah pipa yang memiliki otot, terletak di belakang nasofaring
(dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan laringofaring
3. Larynx
Merupakan bagian yang terbawah dari saluran nafas bagian atas.
Terdapat pita suara dan epiglotis yang merupakan katup tulang rawan yang
bertugas membantu menutup laring pada saat menelan.
Fungsi dari larynx adalah untuk fonasi dan pelindung saluran pernafasan
(mencegah aspirasi)
4. Trakhe
Trakhea mempunyai tulang rawan
Tempat percabangan trakhea menjadi cabang utama bronkhus kiri dan cabang
utama bronkhus kanan disebut karina
5. Bronkus
Bronkhus mempunyai tulang rawan datar irreguler otot polos dibronkhus tersusun
secara spiral. Bronkhus utama kanan lebih pendek, lebih besar dan hampir vertikal.
Bronkhus utama kiri lebih panjang, sempit dan sudut antara trekhea dan bronkhus
lebih lebar. Bronkhiolus :
Merupakan cabang terkecil dari bronkhus, tidak mempunyai tulang rawan pada
dindingnya tetapi dikelilingi oleh otot polos.
Alveoli :
Fungsi alveoli sebagai saluran akhir dan untuk melakukan pertukaran gas (O2 dan
CO2 ).
Paru-paru :
Paru terletak disebelah dalam dan dilindungi oleh rongga thoraks. Kerangka tulang
ini terdiri dari sternum dan kosta dianterior serta skapula, kolumna vertebralis dan
kosta diposterior
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEKANAN DARAH
Umur
Pada tekanan darah lansia meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas
pembulh darah .tekenan darah normalnya 140/90 mmhg.
Aktivitas
Bila aktivitas tekenan sistolnya meningkat di sebabkan jantung memonpa darah
dengan cepat karna untuk memenuhi kebutuhan O2 pada otot.
Stress
Sensitas, takut, nyeri, dan stres emosi mengakibatkan stimulasi simpatik yang
meningkatkan frekuensi darah ,curah jantung dan tahanan vaskuler perifer efek
stimulasi simpatik meningkatkan tekenan darah.
D. ORGAN
Kepala
Atur paseien dlm posisi duduk (tergantung kondisi & jenis pengkajian yg akan
dilakukan)
Inspeksi:
Kesimetrisan muka, tengkorak
Warna dan distribusi rambut serta kulit kepala
Palpasi
Massa, pembengkakan
Nyeri tekan
Keadaan tengkorak
Mata
Tujuan: mengetahui bentuk dan fungsi mata
Persiapan: - ruangan : terang & gelap
- beritahu pasien → dpt bekerja sama
- Alat → tergantung tujuan pemeriksaan yg dilakukan
Inspeksi:
Kelopak mata : perhatikan bentuk, adanya kelainan.
Caranya:
anjurkan pasien melihat ke depan, bandinkan mata kanan/kiri
anjurkan pasien menutup kedua mata: amati bentuk dan keadaan kulit kelopak
mata, bagian pinggir kelopak mata, misal: ada kemerahan.
perhatikan bila ada dropping atau ptosis kelopak mata.
Konjungtiva
anjurkan pasien melihat lurus ke depan
tarik kelopak mata bagian bawah dg menggunakan ibu jari.
amati: infeksi (konjungtivitis), pucat (anemia)
Sklera
Kekuningan (ikterik)
Pupil
ukuran & bentuk
normal: Isokor
mengecil: miosis
melebar/dilatasi: midriasis
Gerakan bola mata
anjurkan melohat ke depan
amati:
apakah kedua mata tetap diam atau bergerak spontan (nistagmus)
apakah ada salah satu deviasi
amati fungsi 6 otot mata dengan gerakan jari perawat ke 8 arah pada jarak 15-30
cm.
Visus (ketajaman penglihatan)
TELINGA
Alat : auroskop,lampu kepala
Cara:
Inspeksi dan Palpasi
Pinna : Bentuk,warna,lesi,masssa
Tragus : Nyeri tekan
Lubang telinga: Serumen,peradangan,perdarahan
Cara : Tarik aurikel keatas dan kebelakang untuk orang dewasa,tarik aurikel
kebawah untuk anak-anak.
Membran timpani : Bentuk,warna(transparan,kilau),perforasi,cairan/darah
Fungsi pendengaran :
-Test berbisik
-Garputala : -rinne
-weber
-swabach
HIDUNG DAN SINUS-SINUS
Alat :
Ouroskop,Speculum hidung,Lampu,dll.
Cara :
Hidung bagian Luar :
• Pemeriksa duduk menghadap pasien
• Amati sisi depan,samping dan atas
• Warna,pembengkakan
• Kesimetrisan lubang hidung
• Palpasi kulit dan tulang hidung,mobilisasi septum hidung
Sinus :
• Maksilaris
• Frontalis
• Etmoidalis
Apakah ada nyeri tekan??
Hidung bagian dalam :
• Amati bentuk dan posisi septum
• Rongga hidung,Selaput lendir : warna,bengkak,secret
Pengkajian potensi hidung (Dilakukan bila curiga ada sumbatan atau deformitas
rongga hidung)
• Tutup salah satu lubang hidung
• Letakkan cermin dibawah hidung
• Anjurkan menghembuskan udara melalui hidung
• Amati kondensasi udara pada cermin normal seimbang kiri/kanan
MULUT DAN FARING
Alat : Spatel lidah
Cara: Duduk berhadapan
Bagian luar :
• Warna bibir,ulkus,lesi,kelainan kongenital
Bagian dalam :
• Keadaan gigi
• Kebersihan mulut
• Selaput lendir mulut : Warna,bengkak,tumor,peradangan,ulkus
• Lidah : Simetris (anjurkan menjulurkan lidah) simetris,warna,ulkus
• Paring : Kesimetrisan ovula,pembesaran/peradangan tonsil (tekan lidah dengan
menggunakan spatel,anjurkan pasien berkata “ah”)
LEHER
Inspeksi :
• Tiroid
Anjurkan pasien menelan
Normal : Gerakan kelenjar tiroid tidak nampak,kecuali orang kurus
• Leher
Amati bentuk,warna kulit,pembengkakan,massa.
• Vena jugularis :
Amati adanya distensi
Palpasi :
• Kelenjar limfe
Adanya pembesaran(adenopati limfe)
• Kelenjar tiroid
Pembesaran(gondok)
Caranya :
Pemeriksa berdiri dibelakang pasien
Palpasi dengan jari kedua dan ketiga dengan menganjurkan pasien
menelan(determinasi : bentuk,ukuran dan konsistensi)
• Mobilisasi leher :
Antefleksi : Normal 450
Dorsofleksi : Normal 600
Rotasi kekanan/kiri : Normal 700
Lateral fleksi: Normal 400(lakukan secara aktif dan pasif)
DADA DAN PARU-PARU
Inspeksi :
Bentuk dada
Normal : Diameter anterior posterior-transpersal = 1:2ü
Pigeon chest (Sternum menonjol kedepan=dada burung) anterior
posteriorü>transversal
Barrel Chest : Anterior posterior mengecil,Sternum menonjol kedalamü
Ekspansi : Simetris/tidakØ
Sifat pernapasan : Pernapasan dada dan perut
Frekuensi pernapasan : 16-18x/mnt
18-20x/mnt
>20x/mnt = tachypnea
<16x/mnt = bradipnea
Ritme pernapasan
Eupnea : irama normal
Kusmaul : cepat dan dalam
Hiperventilasi ;Pernapasan dalam,kecepatan normal
Blots : cepat dan dalam,berhenti tiba-tiba,kedalam sama kerusakan saraf
Cheyne stoke : Bertahap dangkal-lebih cepat dan dalam-lambat-apnea kerusakan
saraf.
Retraksi interkosta
Orthopnea
Suara batuk : Produkti/non
PALPASI
Nyeri tekan dada
Kesimetrisan ekspansi dada
Caranya :
Letakkan kedua telapak tangan secara datar
Bisa pada anterior,sisi dan posterior
Anjurkan tarik napas
Amati : Normal bila gerakan tangan simetris
Taktil fremitus
Caranya
Letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada
Anjurkan pasien menyebut angka ”tujuh puluh tujuh” atau angka “enam enam”
Rasakan getaran
Kurang bergetar : pleura efusion,pneumotoraks
Getaran lebih jelas : infiltrat
Cat : dinding dada kanan ( bronchus kanan lebih besar)
Lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan,depan,belakang)
PERKUSI
Suara perkusi
Paru normal : Sonor/resonan
Pneumotoraks : Hipersonor
Jaringan padat (jantung,Hepar):pekak/datar
Daerah yang berongga : Tympani
Batas organ :
Sisi dada kiri
Dari atas kebawah ditemukan resonan-tympani : ICS 8(paru-lambung)
Sisi dada kanan
ICS 6 (Paru-hati)
Dinding posterior
Supraskapularis (3-4 jari dipundak) : Batas paru atas
Setinggi vertebratorakal 10 garis skapularis : batas bawah paru
AUSKULTASI
• Suara/bunyi napas :
Vasikuler :
Terdengar disemua lapang paru yang normal
Bersifat halus,nada rendah
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
Bronchovesikuler :
Terdengar disekitar sternum regio ICS 1-2
Nada sedang,lebih kasar dari vesikuler
Inspirasi-ekspirasi
Bronchial :
Terdengar didaerah terghea(leher suprasternal)
Bersifat kasar,nada tinggi
Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
• Suara ucapan(Vokal resonan)
Anjurkan penderita mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang secara berbisik
sesuudah inspirasi
Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan secara sistematik
disemua lapang paru dengan menggunakan stetoskop
Bandingkan bagian kiri dan kanan
• Suara tambahan
Ronchi(ronchi kering)
Suara yang tidak terputus,akibat adanya getran dalam lumen saluran pernapasan
karena penyempitan : ada sekret kenta/lengketü
Rales(ronchi basah)
Sura yang terputus,akibat aliran udara melewati cairan
Terdengar saat inspirasiü
Wheezes-wheezing
Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas
Terjadi penyempitan sehingga ekspirasi dan inspirasi terganggu
Sangat jelas terdengar saat ekspirasi
JANTUNG
Inspeksi
Bentuk dadav
Normal : simetrisü
Menonjol : Pembesaran jantung,efusi pleura,tumor
Denyut jantung :v
Kekuatan denyutan : amati PMI (ICS 5 garis midclavicula)
Denyutan susah nampak bila :
Payudara besar
Berada dibelakang iga
Dinding torak tebal
Gemuk,Emfisema,Efusi perikard
PALPASI
Denyut apeks
Letak kekuatan
Meningkat bila : Curah jantung besar (EA atau IM) hipertropi jantung
PERKUSI
Untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar (lebih jelas foto
rontgen)
Lokasi jantung : Redup
AUSKULTASI
BJ1(S1) penutupan katup mitral dan trikuspidalis=LUP
BJ2(S2) penutupan katup aorta dan pulmonal=DUP
Tempat mendengarkan BJ :
Mitral : linea midklavikula kiri ICS 5
Trikuspidalis : linea sternal kiri ICS 4
Aorta : linea sternal kanan ICS 2
Pulmonalis : linea sternal kiri ICS 2
BJ tambahan
Murmur getaran yang terjadi dalam jantung atau pembuluh darah besar yang
diakibatkan oleh bertambahnya turbulensi darah
BJ3 dan BJ4
PAYUDARA DAN KETIAK
Inspeksi
Anjurkan duduk,kedua tangan disamping
Payudara melekat pada iga 2-6/7
Puting setinggi Ics 4
Palpasi
Keluaran
Nyeri tekan
Caranya :
SAPARI
Posisi tidur terlentang
Tangan dibawah leher
Pemeriksa menekan permukaan,samping,atas,memutar searah jarum jam.
Kelenjar limfe aksila :
Benjolan pada ketiak
Nyeri tekan
ABDOMEN
Rongga berisi :
Lambung
Hati
Limpa
Usus
Ginjal
Urutan pemeriksaan : inspeksi-auskultasi-perkusi-palpasi
Inspeksi
Pembagian perut :
4Ø (kuadran) atau 9 bagian bentuk perut :
Normal : simetris
Penonjolan : Tumor pada ovarium,rongga abdomen,kandung kemih
Pembesaran
Retraksi
AUSKULTASI
Isi perut(suara peristaltik)
Gerakan vaskuler
Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi=gerakan gastrointestinal
meningkat
Gunakan stetoskop :
Baiknya suara usus : dengan diafragma,vaskuler : dengan bell
Suara usus terdengar
o Aorta abdominal : bagian subumbilikalis
o Arteri renal : garis tengah perut bagian atas ki/ka
o Arteri iliaka ; garis tengah perut bagian bawah ki/ka
PERKUSI
Mulai kuadran kanan atas searah jarum jamv
Perkusi hepar :
Batas bawah hepar (Tympani redup)
Normal : Garis mis midklavikula sedikit dibawah tulang rusuk
Perkusi lien
Normal : redup ICS 6-10
Panjang sekitar 7cm orang dewasa
PALPASI
Pada abdomen dilakukan pada akhir pengkajian :
Palpasi hepar :
Berdiri disamping kanan penderita
Tangan kanan pada dinding toraks posterior penderita pada iga 11-12
Tangan keatas(dinding dada terangkat)
Tangan kanan pada batas bawah tulang iga membentuk sudut 450
Penderita ekhalasi : tekan 4-5 cm rasakan batas hepar (sulit teraba pada obesitas)
Palpasi lien :
Anjurkan pasien miring kesisi kanan (agar dekat dengan dinding perut)
Lakukan palpasi sama dengan palpasi hepar
Palpasi ginjal :
Ginjal kanan sejajar iga 12
Ginjal kiri sejajar iga 11
Tebal : sekitar 2,5 cm
Cara :
Tangan kiri dibawah panggul
Elevasikan kearah anterior
Tangan kanan didinding perut anterior garis midklavikula pada tepi bawah batas
kostaØ
Ginjal sukar teraba,kecuali orang sangat kurus
Palpasi kandung kemih
Kandung kemih teraba bila ada distensi (penimbunan urin)
GENETALIA DAN ANUS
Dikaji bila ada keluhan
12. LENGAN DAN TUNGKAI
Otot
Edema
REGIO ABDOMEN
http://tackycomcom.blogspot.com/2011/02/tanda-tanda-vital.html
Pembuluh darah yang mengalir pada tubuh kita, semaki ke daerah akral atau distal semakin kecil, dari jantung kita punya pembuluh darah aorta yang besar, kemudian mempercabangkan beberapa pembuluh arteri yang lebih kecil dan akhirnya mempercabangkan pembuluh darah kapiler yang lebih kecil, semakin kecil pembuluh darah maka jumlah darah yang mengalir kesana semakin kecil, dan satu
lagi, tubuh menganggap bagian akral atau ujung-ujung jari tangan atau kaki bukan merupakan daerah yang vital, kalo terjadi kekurangan cairan atau terjadi pendarahan maka bagian tubuh ini akan dikorbankan oleh tubuh dengan tetap mempertahankan aliran darah yang mengalir ke otak, ginjal dan paru tetap banyak dan aliran darah yang mengalir ke daerah ujung atau kulit akan dikurangi, dengan cara menyempitkan pembuluh darah kapilerakhirnya suhunya akan menjadi dingin
Benar apa yang dikatakan Dewa di atas. Hal-hal tersebut terjadi ketika orang sakit, utamanya temperatur tubuh meningkat di daerah jantung, paru, usus, dan sistem saraf pusat, namun menurun pada ekstremitas.
Dalam dunia medis, temperatur menurun dikarenakan oleh hipoperfusi, jadi menurunnya aliran darah ke daerah-daerah tersebut. Beberapa alasannya sudah disampaikan oleh Dewa.
Namun jika misalnya kita tidak sedang merasa menderita sakit, maksudnya masih bisa beraktivitas dengan baik. Ada beberapa kondisi penyakit yang sebenarnya mungkin terjadi, jika terasa dingin pada akral. Antara lain adalah, atherosclerosis, peripheral vascular disease, aterial embolism, anemia defisiensi besi, dan koartasio aorta.
Hal-hal itu mungkin perlu diwaspadai karena terjadinya secara diam-diam, tidak seperti demam berdarah yang langsung membuat kita terbaring. Sehingga jika ada yang selalu mengeluhkan akral dingin, walau bisa beraktivitas setiap saat, nah konsultasikan segera ke dokter.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091009050738AA4UPqL
ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK
dr. RIA NOVA Sp.AANAMNESISPengertianAnamnesis : pemeriksaan yang dilakukan dg wawancara
Autoanamnesis: langsung ke pasienAloanamnesis : semua keterangan diperoleh selain dari pasiennya sendiriOrang tuaWaliKeterangan dari dokter yang merujukPeran anamnesis Berperan sangat penting dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit anakCara tercepat dan satu-satunya menuju diagnosisMisalnya: kejang demamSering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor yg mungkin menjadi latar belakang penyakit yang berguna dalam menentukan sikap untuk tatalaksana
anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pemeriksaan klinisPeran anamnesisPada semua pasien anak:* mencakup masalah yang berhubungan dengan penyakit sekarang * mencakup riwayat pasien sejak dalam kandungan ibu sampai saat dilakukan wawancara* Harus tergambar status kesehatan dan status tumbuh kembang secara keseluruhanTeknik AnamnesisCiptakan suasana kondusif agar orang tua atau pasien dapat mengemukakan keadaan pasien dg spontan dan wajar
Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dg keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan serta emosi org yang diwawancaraTeknik anamnesisAnamnesis dilakukan dg wawancara secara tatap muka
Keberhasilan anamnesis bergantung pada kepribadian,pengalaman dan kebijakan pemeriksa
Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat mungkin dihindari pertanyaan yg jawabannya “ya” atau “tidak”Langkah – langkah anamnesisSistematikaIdentitas pasienKeluhan utamaRiwayat perjalanan penyakit sekarangRiwayat penyakit dahuluRiwayat pasien dalam kandungan ibuRiwayat kelahiranRiwayat makanan,imunisasi,riwayat TK& keluarga
Identitas PasienMerupakan bagian yang penting dlm anamnesis
Tujuan: memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yg dimaksud dan tidak keliru dg anak lain
Identitas terdiri dariNamaUmur : tgl lahirIdentitas pasienJenis kelamin:Guna: identitas dan penilaian data pem. klinis
Nama OT:Guna: agar tidak keliru dg orang lainAlamatGuna: agar dapat dihubungi, untuk kunjungan rumah,mempunyai arti epidemiologisUmur/pendidikan/pekerjaan OTGuna; identitas,menggambarkan keakuratan data,dapat ditentukan pola pendekatan anamnesisAgama & suku bangsaGuna: memantapkan identitas,berhubungan dg perilaku ttg kesehatan & penyakit Riwayat PenyakitKeluhan Utama
Keluhan atau gejala yg menyebabkan pasien dibawa berobat
Keluhan utama tdk selalu merupakan keluhan yg pertama disampaikan oleh OT
Keluhan utama tidak harus sejalan dg diagnosis utamaRiwayat Perjalanan PenyakitDisusun cerita yg kronologis,terinci dan jelas sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia berobat
Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan,kepada siapa, obat apa yg diberikan dan bagaimana hasilnya
Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatanRiwayat Perjalanan PenyakitPada dugaan penyakit menular, perlu ditanyakan apakah ada anak lain menderita penyakit yg sama
Pada dugaan peny. keturunan ( mis: asma) ditanyakan adakah saudara sedarah ada yg mempunyai stigmata alergi.
Perlu pula diketahui peny. yg mungkin berkaitan dg peny. sekarang (mis; peny. kulit mendahului peny. ginjal) Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejalaLamanya keluhan berlangsungBagaimana sifat terjadinya gejala:Mendadak/perlahan-lahan/terus menerus/berupa bangkitan/hilang timbul/berhubungan dg waktuKeluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya:Menetap/menjalar/menyebar/sifat penyebarannya/berpindahBerat-ringannya keluhan dan perkembangannyaMenetap/cenderung bertambah berat/cenderung berkurangTerdapatnya hal yg mendahului keluhanApakah keluhan tersebut pertama kali atau berulangApakah ada saudara atau tetangga menderita yg samaUpaya yang telah dilakukan
Riwayat penyakit yg pernah dideritaPerlu diketahui karena mungkin ada hubungan dg penyakit sekarang
Misal: dugaan peny campak, bila OT mengatakan anaknya pernah sakit campak beberapa bulan lalu, maka dugaan tsb agaknya meragukanRiwayat Kehamilan IbuBagaimana kesehatan ibu selama hamilUpaya yg dilakukan untuk mengatasi penyakit ibuObat-obatan yg diminum selama kehamilan mudaTalidomid : amelia/fokomeliaInfeksi virus yg terjadi pada TM IVirus Rubella : sindrom rubelaApakah merokok/minuman kerasBayi yang lahir kecilAnamnesis yg cermat mengenai makanan ibuRiwayat KelahiranPerlu ditanyakan teliti:Tanggal dan tempat kelahiranSiapa yg menolongCara kelahiranAdanya kehamilan gandaKeadaan setelah lahirBB dan PB pada waktu lahir
Riwayat makananDapat diperoleh keterangan tentang makanan yg dikonsumsi anak
Dinilai apakah kualitas dan kuantitas adekuat (memenuhi AKG yg dianjurkan)
Pada bayi perlu diketahui susu apa yg diberikan: ASI / PASIRiwayat ImunisasiStatus imunisasi pasien harus secara rutin ditanyakanBCG,DPT,Polio,Hepatitis B
Guna : mengetahui status perlindungan pediatrik yg diperoleh dan dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (mis: polio)
Riwayat pertumbuhan dan perkembanganRiwayat pertumbuhanDapat ditelaah dari kurva BB/U dan PB/U
Kurva PB/U menggambarkan status pertumbuhan sebenarnya. Dari kurva ini dapat dideteksi riwayat penyakit kronik,MEP,penyakit endokrinKurva BB/U : mencerminkan riwayat kesehatan anakRiwayat perkembanganTahapan perkembangan sesuai normal atau ada penyimpanganPerlu ditanyakan beberapa patokan(milestones) dibidang motorik kasar,halus,sosial-personal dan bahasa.Riwayat KeluargaPerlu diketahui dg akurat untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.
Banyak penyebab kesakitan maupun kematian dg latar belakang sosial ekonomi keluarga mis: malnutrisi atau TBC
Pelbagai jenis penyakit bawaan dan keturunan juga mempunyai latar belakang sosial budaya atau kecenderungan familial.Pemeriksaan Fisik pada anakInspeksi (periksa lihat)Palpasi (periksa raba)Perkusi (periksa ketuk)Auskultasi (periksa dengar)InspeksiInspeksi umumLihat perubahan secara umum kesan KU pasienInspeksi lokalLihat perubahan lokalPalpasiPemeriksaan dgn merabaMempergunakan telapak tanganDg palpasi dpt ditentukan:Bentuk cmBesar tajam/tumpulTepi rata / berbenjol-benjolPermukaan lunak/keras/kenyal/kistik/fluktuasiKonsistensi Palpasi abd : fleksi panggul & lututtelapak tangan mendatar dg jari2,3,4 merapat
Perkusidpt ditentukan batas organ/massaTujuan: utk mengetahui perbd suara ketuk Perkusi:Langsung : ujung jari2 atau 3 Tidak langsung: jari 2 atau 3 tangan kiri diletakkan lurus pada bagian tubuh yang diperiksa sedangkan jari lainnya
tdk menyentuh tubuh yg diperiksa ( sbg landasan )Ketuklah jari ini pada falang bagian distal,proksimal kuku dg jari 2 atau 3 tangan kanan yang membengkokKetukan dilakukan dg engsel pergerakan terletak pada pergelangan tangan bukan pada sikuSuara perkusiSonor/pekak/timpaniRedup ( antara sonor dan pekak)Hipersonor ( antara sonor dan timpani )AuskultasiMempergunakan stetostopStetoskop binauralSisi membran: nada tinggiSisi sungkup: nada rendahPemeriksaan umumKeadaan umumKesan keadaan sakit :KesadaranStatus giziTanda vital:Nadi: frekuensi,irama,isi,kualitas,ekualitasTDPernapasanSuhuData antropometrik : BB,TB, Lingk kepala, lingk dada,LLA, tebal lipatan kulit
dapat dinilai bila os tdk tidurKesadaran Tingkatan:Kompos mentis: sadar sepenuhnyaApatik: sadar tapi acuh tak acuhSomnolens : mengantuk,tdk respon thd stimulus ringan, respon thd stimulus agak kerasSopor: tdk ada respons thd stimulusringan/sedang, refleks cahaya masih positifKoma: tdk ada respon thd semua stimulus, refleks cahaya negatifDelirium : kesadaran menurun serta kacau, biasanya disorientasi, iritatif dan salah persepsi
NadiIdealnya dihitung dalam keadaan tenangPosisi berbaring atau dudukBayi/anak kecil: nadi dihitung dg meraba a.brakialis atau a.femoralisAnak besar : nadi dihitung dg meraba a.radialisPerabaan nadi dg ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan sedang ibu jari berada di bagian dorsal tangan anakSebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit penuhNadiFrekuensiTakikardi: frekuensi nadi lebih cepat dari normal
Demam :kenaikan suhu 1 derajat, nadi naik 15-20 kali/menitBradikardi:frek nadi lebih lambat dari normalIrama : raba nadi dan auskultasi jantungNormal : teraturDisritmia Kualitas nadiNormal : cukupPulsus seler: nadi teraba sangat kuat akibat tek.nadi yg besar
NadiPulvus parvus et tardus : nadi dg amplitudo rendah, terdapat pada stenosis aortaPulsus alternans : denyut nadi selang seling kuat dan lemahPulsus paradoksus : nadi teraba lemah saat inspirasi, normal atau kuat saat ekspirasi, pada tamponade jantungEkualitas nadiNormal: teraba sama pada ke 4 ekstremitasKoarktasio aorta: ekstr atas kuat sedangkan bawah lemah/tak terabaTakayasu: sebaliknyaTromboemboli arteri perifer: nadi distal tak teraba
Tekanan darahPosisi : berbaring telentang dg lengan lurus disamping badan atau duduk dg lengan berada setinggi jantunglengan bawah diletakkan diatas meja Cara:Pasang manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dg batas bawah + 3 cm dari siku atau lipat lututDg cepat manset dipompa sampai denyut nadi a.radialis atau dorsalis pedis tidak teraba, kemudian teruskan dipompa sampai 20-30 mmHg lagi.Sambil mendengar dg stetoskop pada a.brakialis ( di fossa cubiti) atau a.poplitea ( di fosa poplitea), kosongkan manometer perlahan dg kecepatan 2-3 cm tiap detik.Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi korotkoffTekanan darahBunyi korotkoff :I : bunyi pertama kali terdengar, berupa bunyi detak perlahanII: seperti K I tetapi disertai bunyi desisIII: seperti K II tetapi lebih kerasIV: bunyi tiba-tiba melemahV : bunyi menghilangTekanan sistolik:Saat mulai terdengar bunyi K INormal: dilengan < 10-15 mmHg dari tungkai ( kecuali bayi < 1th)Tekanan diastolik:
Saat mulai terdengar bunyi K IVPada bayi dan anak bersamaan /hampir sama dg menghilangnya bunyi K VBila melemah dan menghilangnya bunyi tak bersamaan hsl pemeriksaan ditulis keduanya,mis: 100/70/40 mmHg
Tekanan darahIdeal : diukur pada ke 4 ekstremitasLengan atas kananTD sistolik dan diastolik tinggi : kel.ginjalTD sistolik tinggi tanpa peningkatan diast ( tekanan nadi besar ): PDA, AI, fistula, anemia,anxietas ( hiperkinetik)TD sistolik rendah dg tek diast normal ( tek nadi kecil) : stenosis aortaTD sistolik dan diastolik menurun : syok
PernapasanFrekuensiTakipnuBradipnuDispnu : kesulitan bernapas ditandai pernapasan cuping hidung, retraksi subc,ics,suprasternal,sianosisIrama/keteraturanKedalamanTipe/pola pernapasanBayi : abdominal/diafragmaAnak besar : torakalPernapasanFrekuensi pernapasan dapat dihitung dgn cara :Inspeksi:Pemeriksa melihat gerakan napas dan menghitung frekuensinya ( tdk praktis dan tdk dianjurkan )PalpasiTangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada,kmd dihitung gerakan pernapasan yang terasa pada tangan sementara pemeriksa memperhatikan jarum jamAuskultasiDengan stetoskop didengarkan dan dihitung bunyi pernapasan
Semua perhitungan harus dilakukan selama satu menit penuhSuhuDiukur dg termometer badanUmumnya diukur suhu aksillaSebelum termometer dipakai permukaan air raksa diturunkan sampai dibawah 35 CBayi < 2 thn : suhu dpt diukur di rektum ( dg termometer rektal) dg posisi bayi tidur miring dg lutut sedikit dibengkokkanAnak > 6 th : dapat diukur suhu oral ( letakkan termometer dibawah lidah/sublingual)Semua pengukuran suhu harus selama 3 menit
Berat badan
AlatBayi : timbangan bayiAnak : timbangan berdiriCaraSebelum menimbang, periksa alat apakah sudah seimbang ( jarum menunjuk angka 0 )WaktuSampai umur 1 th : tiap bulan1th-3 th : tiap 3 bulan3th-5 th : tiap 6 bulan>5 th : setiap tahunNormal : 4 bln : 2 x BBL1 thn : 3 x BBL
Lingkaran kepalaBayi < 2 th : rutin diukurAlat : pita metal yang fleksibelCara:Letakkan pita menlingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalisNormalLahir : sekitar 35 cmUmur 6 bulan : 43,5 cm1 th : bertambah 12 cm dari waktu lahirUmur 6 th : bertambah lagi 6 cmDewasa : 55 cmLingkaran dadaAlat : pita metalUmumnya diukur hanya pada bayi < 2 thCara:Letakkan pita mengelilingi dada melalui putting susu dalam keadaan ekspirasi maksimalNormal : lingk. Dada BBL adalah 2 cm lebih kecil dari lingkaran kepala.Kemudian lingkaran dada menjadi lebih besar dari kepala karena dada tumbuh lebih cepat
Lingkaran lengan atasAlat :pita pengukur lingkar lengan atasCara :Lingkarkanlah pita pengukur pada pertengahan lengan kiri, antara akromion dan olekranonPada BBLLLA 11 cmUmur 1 th : 16 cmUmur 5 th : 17 cmTebal lipatan kulitAlat : kaliper lipatan kulit ( skinfold calipers )CaraLipatan kulit yang diukur : triseps, subskapular, suprailiakaPengukuran dilakukan dengan mencubit kulit sampai terpisah dari otot dasarnya
Kemudian lipatan kulit tersebut diukur dengan kaliperTinggi BadanAlatBayi: alat pengukur terbuat dari kayu yang salah satu ujungnya memp. Batas tetap sedang ujung lain dapat digerakkanAnak : diukur berdiri tanpa sepatu dan telapak kaki dirapatkanNormal:PBL: 50 cmUmur 1 thn : 1,5 kali PBLUmur 4 thn :2 kali PBLTinggi badan waktu dudukAnak disuruh duduk diatas permukaan yg keras dan bersandar tegak pada dindingUkurlah jarak antara permukaan itu dg ujung kepala. Jarak ini adalah tinggi waktu duduk
Pada waktu lahir tinggi duduk 70% TB. Perbandingan ini menurun sehingga pada umur 2 th menjadi 60% dan pada umur 10 th 52% .Bila tinggi duduk mencapai 50% dikatakan tubuh tipe dewasa. Tubuh dg tipe infantil gangguan pertumbuhanpersisten
Kulit,Rambut dan KGBKulit WarnaSianosisIkterusPaling jelas disklera,kulit serta selaput lendirBilirubin indirek: kuning terangBilirubin direks kuning kehijauanBedakan dg karotenemia : kuning di telapak tangan/kaki,tdk pada skleraPucatPaling baik dinilai pada telapak tangan/kaki,kuku,mukosa mulut dan konjungtiva
KGB: memerlukan perhatian khususYang diperiksa KGB oksipitalKGB retroaurikulerKGB servikal anteriorKGB inguinalRinciUkuran,bentuk, mobilitas, tanda radangKGB teraba sampai 3 mm : normalKGB di servikal/inguinal < 1cm : normalKGB tak teraba : agamaglobulinemia ?Kepala dan LeherMataBercak Bitot : def.vit AMassa putih berbusa berbentuk segitiga dg puncak menghadap ke arah luar kornea
MulutTrismus : kesukaran membuka mulutSebaiknya diukur berapa mm/cm mulut dpt dibuka ( diukur dari ujung gigi seri atas dan bawah)FaringPerhatikan dinding posterior ( hiperemia,edema,abses,post nasal drip )Tonsil : nyatakan besarnya dlm To,T1,T2,T3Leher Tortikolis: kel posisi kepala miring kesatu sisi dan terputar kesisi lain akibat pemendekan m.sternokleidomastoideusUkur tekanan vena yugularis:Posisi pasien telentang dg dada dan kepala diangkat 15-30 derajatLihat batas atas distensi vena yugularis,bila perlu dg mengosongkan terlebih dulu dg menekan bag.kranial vena dan mengurut kearah kaudal,kemudian dilepas
DadaInspeksiDinding dadaBentuk dan besar dadaSimetri dada dalam keadaan statis /dinamisBentuk dadaPektus ekskavatumSternum bagian bawah serta rawan iga masuk ke dalam terutama inspirasiPektus karinatumSternum menonjol biasanya disertai depresi vertikal kostokondralBarrel chestDada berbentuk bulat seperti tongSternum terdorong kearah depan dg iga-iga horizontalParuInspeksi : cukup pada waktu inspeksi dadaPalpasiLetakkan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada dan punggungTentukan:Simetri/asimetri toraks, kel.tasbih,benjolanFremitus suaraMudah dilakukan pada anak yang menangis atau anak yang bisa diajak bicara ( suruh katakan tujuh puluh tujuh)Meninggi : konsolidasiBerkurang:atelektasis, efusi, tumorKrepitasi subkutis ( terdapatnya udara dibawah jaringan kulit)
PerkusiDapat dilakukan dg 2 caraLangsungTidak langsungSuara perkusiNormal: sonor
Abnormal : hipersonor/ redupSuara perkusi berkurang : redup atau pekakDaerah pekak hatiSetinggi iga ke6 garis aksilaris media kananPekak hati menunjukkan peranjakandg gerakanpernapasan yakni menurun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasiPeranjakan berkisar antara 1-2 sela iga, sulit diperiksa pada anak < 2 thPekak hati meninggi : hepatomegali,massaintraabd, atelektasis, kolaps paru kananPekak hati menurun pada asma/emfisema paru
AuskultasiDeteksi suara napas dasar dan tambahanDilakukan diseluruh dada dan punggungStetoskop sebaiknya ditekan dg cukup kuat pada sela igaDimulai dari atas kebawah dan bandingkan kanan dan kiri dadaSuara napas dasar
AuskultasiSuara napas dasarVesikuler : Terjadi karena udara masuk dan keluar melalui jalan napasSaat inspirasi lebih keras dan lebih panjangTerdengar seperti membunyikan ‘ffff’ dan’wwww’BronkialTerdengar inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lebih kerasDapat disamakan dg bunyi ‘khkhkhkh’AmforikMenyerupai bunyi tiupan diatas mulut botol kosongTerdengar pada caverne
Suara napas tambahanRonki basah( rales)Suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yg terjadi karena cairan dlm jln napas dilalui udaraRBH : dari duktus alveolus,bronkiolus,bronkus halusRBS : dari bronkus kecil atau sedangRBK: dari bronkus diluar jaringan paruRB nyaring: berarti nyata benar terdengar karena suara disalurkan melalui benda padat ( infiltrat/konsolidasi)kan melalui media normal ( tdk ada infiltrat/konsolidasi)RB tak nyaring suara ronki disalurRonki kering ( rhonchi)Suara kontinu yg terjadi karena udara melalui jalan nafas yang sempit
Lebih jelas terdengar pada ekspirasi
Jenis ronki kering yang terdengar lebih musikal atau sonor
Wheezing ( mengi )Sering terdengar fase ekspirasiMengi fase inspirasi : obstruksi sal. napas atasMengi fase ekspirasi : obstruksi sal.napas bawah( asma, bronkiolitis)Krepitasi Suara membukanya alveoliNormal dibelakang bawah dan samping pada inspirasi dalamPatologis : pada pneumoniaPleural friction rubBunyi gesekan pleuraSuara gesekan kasar seolah-olah dekat telingaPaling jelas akhir inspirasiBiasanya terdengar di bagian bawah belakang paruJantungPalpasi
PerkusiAuskultasi
AbdomenPada bayi dan anak kecil pem.abdomen seringkali didahulukan dari bagian tubuh lainPada pemeriksaan abdomen palpasi paling berperan. Tapi auskultasi dilakukan lebih dulu (agar interpretasi auskultasi tidak salah karena setiap manipulasi abdomen akan mengubah bunyi peristaltik usus)Hasil pemeriksaan selain dinyatakan dg kata atau angka, dianjurkan untuk digambarkan secara skematis.
AuskultasiNormal : suara peristaltik terdengar sbg suara dg intensitas rendah dan terdengar tiap 10-30 dtkBising usus meningkat : obstruksi (bunyi metalik)Bising usus berkurang/hilang : peritonitis/ileusPerkusiAdanya cairan ( asites)Adanya udaraBatas hatiBatas massa intraabdominal
Cara deteksi asitesDilakukan perkusi sistemik dari umbilikus ke arah lateral dan bawah untuk mencari batas berupa
garis konkaf antara daerah yang timpani dengan daerah pekak yang terdapat bila ada asitesMenentukan daerah redup yang berpindah ( shifting dullness) dg melakukan perkusidari umbilikus kesisi perutuntukmencari daerah redup atau pekak; daerah redup iniakan menjadi timpani bila anak berubah posisi dg cara miringkan pasienTentukan adanya gelombang cairan (fluid wave) atau disebut cara undulasi (bila asites sangat banyak serta dinding abdomen tegang)
Cara undulasi (posisi telentang)Dilakukan pada asites yang sangat banyak serta dinding abdomen tegangCaranya satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi perut pasien, sedangkan jari tangan satunya mengetuk-ngetuk dinding perut sisi lainnya.Sementara itu dg pertolongan orang lain gerakan yg diantarkan melalui dinding abdomen dicegah dg jalan meletakkan satu tangan ditengah abdomen pasien dg sedikit menekan. Pada asites dpt dirasakan gelombang cairan pada tangan pertama atau dpt didengar dg stetoskopPosisi anak tengkurapTentukan daerah redup pada bagian terendah perut dg posisi anak tengkurap dan menungging ( knee chest position)Dilakukan pada anak besar dg asites sedikit ( puddle sign)
Pekak hatiDitentukan dg perkusiPekak hati hilang bila terdapat udara bebas dalam rongga abdomen : disebut pneumoperitoneum (pada perforasi usus/trauma tusuk)Fenomena papan caturPada peritonitis tbc tanpa asitesBerupa daerah redup dan timpani berselang-seling Kelainan ini sulit dideteksi pada bayi atau anak kecilPalpasi HatiDilakukan dg ujung jariPatokan : proyeksi 2 grs ini ( misalnya 1/3-1/2 ) atau dinyatakan dalam cm, lebih jelas bila digambarGaris yang menghubungkan pusat dg titik potong garis midklavikularis kanan dengan arkus kostaGaris yang menghubungkan pusat dg prosesus xifoideusPenilaian Konsistensi, tepi, permukaan, nyeriPalpasi LimpaBesarnya limpa diukur menurut cara schuffnerJarak maksimum dari pusat ke garis singgung pada arkus kosta kiri dibagi 4 bagian yang samaGaris ini diteruskan ke bawah shg memotong lipat paha,garis dari pusat ke lipat paha inipun dibagi menjadi 4 bagian yg samaPembesaran limpa dinyatakan dg memproyeksikan kebagian ini.Limpa yang membesar sampai kepusat dinyatakansbg SIV, sampai lipat paha S VIIIBeda splenomegali dg pembesaran lobus kiri hatiIkut bergerak pada pernapasanInsisura lienalis
Dapat didorong kemedial, lateraal dan atasGinjalNormal : tidak dapat diraba kecuali pada neonatusAbnormal : ginjal dapat diraba dg cara ballotementCara:Letakkan tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh pasien sedemikian sehingga jari telunjuk berada di angulus kostovertebralis.Kemudian jari telunjuk ini menekan organ atau massa keatas, sementara itu tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari anterior dan akan merasakan organ atau massa tersebut menyentuh,lalu ‘jatuh’ kembaliPemeriksaan NeurologisRefleks patologisBabinskyGores permukaan plantar kaki dg alat yg sedikit runcingPositif bila terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dg menyebarnya jari-jari yg lainNormal pada bayi umur sampai 18 blnAbnormal pada lesi piramidalOppenheimTekan sisi medial pergelangan kakiRefleks yg terjadi seperti Babinsky
Refleks patologisRefleks HoffmannDilakukan ketukan pada falang terakhir jari keduaPositif terjadi fleksi jari pertama dan ketigaTerdapat pada lesi piramidal dan tetaniKlonus pergelangan kakiLakukan dorsofleksi kaki pasien dg cepat dan kuat sementara sendi lutut diluruskan dg tangan lain pemeriksa yang diletakkan difossa popliteaPositif terjadi gerakan fleksi dan ekstensi kaki secara terus menerus dan cepatGRMKaku kudukPasien telentangBila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan shg dagu tdk dapat menempel pada dadaBrudzinski I: letakkan 1 tangan pemeriksa dibawah kepala pasien, tangan lain diletakkan didada pasien agar badan tdk terangkat, kemudian kepala pasien difleksi kedada secara pasif. Bila ada GRM maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.Brudzinski II: Pasien telentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut. Kernig: pasien telentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus,kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lututhttp://ilmudokter-aurora.blogspot.com/2010/01/anamnesis-pemeriksaan-fisik-pada-anak.html
Pertolongan pertama kondisi gawat darurat
1. Pingsan
Pingsan merupakan suatu hal yang tidak mengenakkan.Pasalnya jika kita mengalami
pingsan, kita tidak sadarkan diri dan tidak tahu apa yang terjadi. Dalam dunia kedokteran
pingsan adalah hilangnya kesadaran secara mendadak dalam keadaan singkat.
Gejala Pingsan :
Pingsan terjadi dikarenakan karena otak tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen.
Pingsan dapat terjadi karena :
• Berdiri terlalu cepat• Obat tekanan darah tinggi
• Denyut jantung yang tidak menentu• Kelelahan yang luar biasa• Mendengarkan berita yang mengejutkan• Stres yang luar biasa
Pingsan dapat terjadi sewaktu-waktu dengan gejala umum sebagai berikut :
• Kesadaran menurun• Pucat• Berkeringat dingin• Nadi cepat dan hampir tidak teraba
2. Shock
Shock adalah suatu keadaan yang timbul dimana sistem peredaran darah tubuh terganggu
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada keadaan ini alat-alat vital tubuh
akan kehilangan cairan dan zat-zat yang diperlukannya. Penyebab shock sangat banyak dan
bervariasi, koreksi yang benar terhadap penyebabnya akan sangat membantu
pertolongannya.
Gejala Shock
Gejalanya antara lain adalah :
- Kesadaran menurun- Gelisah atau diam- Kulit korban terasa dingin, lembab dan pucat
- Korban merasa mual- Bibir korban certihat kering dan ada keluhan rasa haus- Korban kelihatan lemah dan mengantuk- Mata nampak hampa atau kosong, tidak bercahaya dan manik mata mulai melebar.- Pernafasan tidak teratur, cepat dan dangkal
- Nadi cepat (lebih dari 140 kali per menit), kemudian melemah, lambat dan menghilang.
3. Perdarahan
Kasus perdarahan merupakan kasus yang dapat dimasukkan baik dalam kelompok gawat
darurat umum maupun gawat darurat lokal tergantung jumlah darah yang keluar. Kasus
perdarahan yang termasuk gawat darurat umum adalah kasus perdarahan dimana jumlah
darah yang keluar dari pembuluhrelatif banyak. Perdarahan ini dapat ke dalam maupun ke
luar tubuh.
Langkah-langkah untuk menghentikan pendarahan adalah :
-Baringkan penderita. Jika sudah membaringkan korban maka kita harus memposisikan kepalanya lebih sedikit rendah daripada tubuhnya. Atau kita bisa juga mengangkat kedua kaki korban. Mengapa kepala harus lebih rendah dari kepala? Sebab dengan posisi seperti akan menghindarkan dari pingsan.
-
Bersihkanlah luka korban dan hentikanlah perdarahan. Jika ada kotoran atau serpihan yang terlihat pada luka maka bersihkanlah. Namun perlu diingat janganlah mencabut benda apapun yang tertancap pada luka korban. Jika Anda bisa menghentikan perdarahannya maka lakukanlah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menekan luka dengan perban steril, kain bersih. Jika tidak ada apapun boleh menggunakan sobekan baju atau gunakan tangan. Teruskan hingga perdarahan berhenti. Jika sudah berhenti maka yang harus Anda lakukan adalah membalut luka.
-
Bila perdarahan merembes keluar yang harus dilakukan adalah membebat luka dengan bahan lain dan menekannya. Namun jangan sampai melukai penderita. Jika perdarahannya tidak berhenti maka Anda juga harus menekan arteri utama. Misalnya jika luka berada di lengan atas di sekitar daerah lengan maka tekan juga daerah arteri lengan atas ke arah tulang. Biarkan jari-jari Anda tetap berada di posisi mendatar sementara tangan yang lain terus menekan luka.
4. Ayan / Epilepsi
Penyakit ini timbul karena adanya kelainan pada jaringan otak. Kelainan tersebut bisa jadi
merupakan bawaan sejak lahir maupun terjadi setelah dilahirkan. Gejala utama yang
mungkin timbul antara lain ialah : adanya kejang-kejang pada otot-otot disertai hilang
kesadaran (ayan besar), kadang-kadang penderita hanya mengeluh nggliyer sebentar tanpa
kejang-kejang (ayan kecil).
Ayan ini mudah sekali kambuh bila kondisi tubuh menurun seperti kelelahan, menderita
penyakit tertentu, kurang gizi, dan lain sebagainya. Untuk mencegah kambuhnya penyakit
ini, biasanya dokter akan memberikan obat-obat yang harus diminum secara teratur.Adanya
kambuh mungkin disebabkan oleh kealpaan penderita untuk menkonsumsi obat dari dokter
tersebut.
Gejala yang mungkin timbul pada penyakit ayan diantaranya adalah: tiba-tiba hilang
kesadaran sesaat atau beberapa lama kemudian disertai atau tanpa kejang-
kejang.Pertolongan yang dapat dilakukan antara lain adalah letakkan penderita pada tempat
yang aman, udara segar,dibaringkan terlentang dengan kepala dimiringkan agar bila
muntah dapat langsung keluar tidak menyumbat pernafasan. Bila muka tampak biru berikan
pernafasan buatan. Lidah dijaga jangan sampai tergigit dengan mengganjal mulut korban.
Biasanya akan sembuh kembali, dan kemudian ingatkan untuk selalu berobat dengan
teratur.
5. Tersedak atau keselak
Merupakan gawat darurat atau penyumbat jalan nafas yang disebabkan oleh adanya
sumbatan benda asing pada tenggorokan Gejala tersedak adalah :
• Korban memegangi lehernya
• Mata melotot• Muka membiru pada keadaan yang lanjut• Tidak dapat berbicara.
Tindakan gawat darurat awal :
- Korban didudukkan dengan kepala ditundukkan.
- Tepuk atau pukul korban keras-keras pada daerah diantara kedua tulang belikat korban.
- Pada anak kecil dapat dijungkirbalikkan dan punggungnya ditepuk keras. Bila belum berhasil dicoba dengan cara :
- Peluk korban dari belakang dengan kedua tangan penolong atau pelaku PPPK yang
mengepal terletak pada ulu hati korban.- Bongkokkan punggung korban ke depan dengan posisi kepala agak menggantung.
- Penolong atau pelaku PPPK menekan atau mendorong perut korban ke arah jantung dengan kuat dan menyentak atau mendadak.
- Jangan menekan dengan lengan atau menekan iga korban.
6. Benda asing di dalam kulit
Telapak kaki atau telapak tangan seringkali rawan. benda pipih seperti duri, pecahan kaca
dan. Bisa juga serpihan kayu atau bulu binatang yang bisa menancap di kulit. Apabila
serpihan yang masuk luka yang dalam, khususnya apabila darahnya dapat menyebabkan
infeksi tetanus. Lakukan pertolongan pertama dengan bertanya pada penderita, benda apa
yand terbenam di kulitnya. Apabila serpihan kulit kayu, duri dan sebagainya, maka cukup
teteskan getah pepaya. untuk beberapa saat, kulit akan lebih lunak dan kemudian ambil
benda menggunakan pinset, bahkan akan keluar dengan sendirinya. jika serpihan itu
kaca dan ujungnya penancap,keluarkan dengan pinset. Sebelumnya, panaskan pinset
stein api. Dinginkan dulu sebelum digunakan. Alihkan perhatiannya saat serpihan tersebut
dikeluarkan, supaya mengurangi rasa sakit. Bisa juga dikeluarkan dengan ujung peniti, bila
letaknya di bawah kulit. Olesi betadine, lalu lukai kulitnya sedikit, atau digesek dengan
ujung peniti. Kemudian keluarkan atau cabut serpihan benda tersebut. Setelah itu rtr^ihkan
dengan antiseptik. Seyogyanya jangan dibalut dengan plester. Tetesi bekas luka dengan
obat merah atau psah pohon yodium. Tak berapa lama kemudian, penderita sembuh
kembali.
Perhatian khusus ditujukan apabila benda tersebut masuk ke dalam telapak kaki. Tindakan
gawat darurat sementara adalah dengan mengistirahatkan kaki tersebut. Karena gerakan
kaki dapat mengubah letak benda tersebut semakin ke dalam. Bila mata kail masuk ke
dalam kulit, jangan ditarik kembali. Tindakan gawat daruratnya justru mendorong terus
sampai mata kail tersebut muncul keluar kulit. Kemudian mata kailnya dipotong, sehingga
dapar ditarik keluar dengan mudah.
7. Telinga kemasukan air
Keluhan dan gejalanya :
- Memang benar kemasukan air- Telinga kurang dengar- Telinga mendengar seperti suara berdengung- Telmga kadang-kadang terasa safat di bagian dalam tindakan gawat darurat:- Tuangkan air steril atau matang atau aquadest ke dalam telinga tadi (jangan sekali-
kali memakai air sungai atau kolam renang yang tidak steril)kemudian tumpahkan lagi,dan ulang 3 kali, Ini gunanya untuk memancing air yang ada di dalam telinga agar keluar.
-
Bila gagal memulihkan pendengaran, masukkan lintingan kertas hisap atau tissue atau kapas hisap yang lembut ke dalam telinga sedalam 2 cm. Kalau ini gagal juga, jangan diulang lagi segera bawa korban ke rumah sakit.
http://www.farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Pertolongan_Pertama
BAB V. PEMERIKSAAN DADA (TORAKS)
Topik :A. inspeksi dinding dadaB. palpasi dadaC. perkusi dadaD. auskultasi dada
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.Pada pemeriksaan dada yang perlu diperhatikan antara lain :1. Posisi pasien diusahakan duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau berbaring tergantung bagian mana yang akan diperiksa.2. Daerah dada yang akan diperiksa harus terbuka3. Usahakan keadaan pasien santai dan relaksasi untuk mengendorkan otot-otot, terutama otot pernapasan4. Usahakan pemeriksa untuk tidak kontak langsung dengan pernapasan pasien, untuk menghindari penularan melalui pernapasan, caranya dengan meminta pasien memalingkan muka ke arah samping
A. INSPEKSI DINDING DADA
1. Posisi pasien duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau berbaring2. Bila pasien duduk, pemeriksaan pada dada depan, kedua tangan pasien diletakkan di paha atau pinggang. Untuk pemeriksaan bagian belakang dada, kedua lengan disilangkan didepan dada atau tangan kanan dibahu kiri dan tangan kiri dibahu kanan.3. Bila pasien berbaring posisi lengan pada masing- masing sisi tubuh4. Secara keseluruhan perhatikan bentuk dan ukuran dinding dada, deviasi, tulang iga, ruang antar iga, retraksi, pulsasi, bendungan vena dan penonjolan epigastrium.5. Pemeriksaan dari depan perhatikan klavikula, fossa supra/infraklavikula, lokasi iga pada kedua sisi6. Pemeriksaan dari belakang perhatikan vertebra servikalis 7, bentuk skapula, ujung bawah skapula setinggi v. torakalis 8 dan bentuk atau jalannya kolumna vertebralis
B. PALPASI DADA
1. PALPASI GERAKAN DIAFRAGMA
1. Posisi pasien berbaring terlentang menghadap pemeriksa.2. Posisi lengan pasien disamping dan sejajar dengan badan.3. Letakan kedua telapak tangan pemeriksa dengan merenggangkan jari-jari pada dinding dada depan bagian bawah pasien.4. Letakkan sedemikian rupa sehingga kedua ujung ibu jari pemeriksa bertemu di ujung tulang iga depan bagian bawah.5. Pasien diminta bernapas dalam dan kuat6. Gerakan diafragma normal, bila tulang iga depan bagian bawah terangkat pada waktu inspirasi .
2. PALPASI POSISI TULANG IGA ( KOSTA )
1. Posisi pasien duduk atau tidur terlentang dan berhadapan dengan pemeriksa2. Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan disamping dan sejajar dengan badan.3. Lakukan palpasi dengan memakai jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan4. Palpasilah mulai dari cekungan suprasternalis ke bawah sepanjang tulang dada5. Carilah bagian yang paling menonjol (angulus lodovisi) kira- kira 5 cm dibawah fossa suprasternalis yaitu sudut pertemuan antara manubrium sterni dan korpus sterni dimana ujung tulang iga kedua melekat.6. Dari angulus lodovisi, tentukan pula letak tulang iga pertama kearah atas/ superior dan untuk tulang iga ketiga dan seterusnya kearah bawah/ inferior.
3. PALPASI TULANG BELAKANG ( VERTEBRA )
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang sambil menundukkan kepala dan pemeriksa dibelakang pasien2. Pemeriksa melakukan palpasi dengan jari tangan kedua dan ketiga sepanjang tulang belakang bagian atas (leher bawah)3. Rasakanlah bagian yang paling menonjol pada leher bagian bawah, inilah yang disebut prosesus spinosus servikalis ketujuh.( C7 )4. Dari prosesus servikalis spinosus ketujuh ( C7 ), kearah superior yaitu prosesus spinosus servikalis keenam dan seterusnya. Bila kearah inferior yaitu prosesus spinosus thorakalis pertama, kedua dan seterusnya.
4. PALPASI IKTUS JANTUNG
1. Posisi pasien duduk atau tidur terlentang dan berhadapan dengan pemeriksa2. Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan disamping dan sejajar dengan badan.3. Tentukan ruang antar iga ke-5 kiri yaitu ruang antara tulang iga ke-5 dan ke-6.4. Tentukan garis midklavikula kiri yaitu dengan menarik garis lurus yang memotong pertengahan tulang klavikula kearah inferior tubuh.5. Tentukan letak iktus dengan telapak tangan kanan pada dinding dada setinggi ruang antar iga ke-5 digaris midklavikula6. Apabila ada getaran pada telapak tangan, kemudian lepaskan telapak tangan dari dinding
dada.7. Untuk mempertajam getaran gunakan jari ke-2 dan ke-3 tangan kanan8. Tentukan getaran maksimumnya, disinilah letak iktus kordis.
5. PALPASI SENSASI RASA NYERI DADA
1. Posisi pasien duduk atau tidur terlentang dan berhadapan dengan pemeriksa2. Bila duduk posisi kedua tangan pasien dipaha atau dipinggang, bila tidur terlentang posisi kedua tangan disamping dan sejajar dengan badan.3. Tentukan daerah asal nyeri pada dinding dada4. Dengan menggunakan ujung ibu jari tangan kanan tekanlah dengan perlahan tulang iga atau ruang antar iga dari luar menuju tempat asal nyeri5. Rasa nyeri akan bertambah akibat tekanan ibu jari, nyeri dapat disebabkan fraktur tulang iga, fibrosis otot antar iga, pleuritis local dan iritasi akar syaraf
6. PALPASI PERNAPASAN DADA
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang berhadapan dengan pemeriksa2. Letakkan kedua telapak tangan pemeriksa pada dinding dada pasien sesuai posisi yaitu telapak tangan kanan pemeriksa ke dinding dada kiri pasien, sedangkan telapak kiri pemeriksa pada dinding dada kanan pasien3. Letakkan jari telunjuk dibawah tulang klavikula dan jari- jari lainnya disebar sedemikian rupa sehingga masing- masing berada di tulang iga berikutnya4. Pasien diminta bernapas dalam dan kuat dan perhatikan gerakan jari- jariPada orang muda jari-jari akan terangkat mulai dari atas disusul oleh jari- jari dibawahnya secara berturut-turut seperti membuka kipas. Sedangkan pada orang tua semua jari-jari bergerak bersama-sama
7. PALPASI GETARAN SUARA PARU ( FREMITUS RABA )
1. Posisi pasien duduk untuk pemeriksaan dada depan dan posisi duduk kedua tangan dipaha atau dipinggang.2. Sedangkan posisi pasien tidur miring untuk pemeriksaan dada belakang sesuai dengan keadaan pasien. Pada posisi tidur terlentang / miring kedua tangan disamping dan sejajar dengan badan3. letakkan sisi ulnar tangan kanan pemeriksa di dada kiri pasien dan sebaliknya4. Minta pasien mengucapkan kata- kata seperti satu, dua, … dst berulang- ulang5. Pemeriksaan dilakukan mulai dari dada atas sampai dada bawah6. Perhatikan intensitas getaran suara dan bandingkan kanan dan kiriNormal getaran kedua sisi sama, kecuali apeks kanan karena letaknya dekat dengan bronkus. Fremitus raba meningkat apabila terdapat konsolidasi paru, fibrosis paru selama bronkus masih tetap terbuka . Fremitus suara menurun bila ada cairan/ udara dalam pleura dan sumbatan bronkus
C. PERKUSI DADA
Tujuan untuk mengetahui batas, ukuran, posisi dan kualitas jaringan di dalamnya. Perkusi hanya menembus sedalam 5 – 7 cm, sehingga tidak dapat mendeteksi kelainan yang letaknya dalam. Lakukan perkusi secara sistimatis dari atas ke bawah dengan membandingkan kanan dan kiri.
1. PERKUSI DADA DEPAN
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang dan berhadapan dengan pemeriksa2. Lakukan perkusi secara dalam pada fossa supraklavikula kanan, kemudian lanjutkan kebagian dada kiri .3. selanjutnya lokasi perkusi bergeser kebawah sekitar 2- 3 cm, Begitulah seterusnya kebawah sampai batas atas abdomen4. Mintalah pasien untuk mengangkat kedua lengan untuk melakukan perkusi aksila dari atas kebawah di kanan dan kiri5. Bandingkan getaran suara yang dihasilkan oleh perkusinormal suara dada/ paru adalah sonor. Bila redup kemungkinan adanya tumor, cairan, sekret. Suara hipersonor akibat adanya udara dalam pleura.
2. PERKUSI DADA BELAKANG
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau dipinggang dan membelakangi pemeriksa2. Lakukan perkusi secara dalam pada supraskapula dada belakang kanan, kemudian lanjutkan kebagian dada kiri .3. selanjutnya lokasi perkusi bergeser kebawah sekitar 2- 3 cm, Begitulah seterusnya kebawah sampai batas atas abdomen4. Bandingkan suara yang dihasilkan oleh perkusi dada kanan dan kiriSuara sonor paru kanan bila diperkusi kebawah akan lebih cepat menghilang , karena adanya keredupan hati.
3. PERKUSI BATAS PARU DAN HATI
1. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan disamping tubuh dan berhadapan dengan pemeriksa .2. Lakukan perkusi pada dada kanan depan dari atas kebawah secara sistimatis.3. posisi pasien dirubah sehingga membelakangi pemeriksa, selanjutnya lakukan perkusi pada bagian dada belakang dari atas kebawah secara sistimatis4. Pada daerah batas paru dan hati terjadi perubahan suara, dari sonor menjadi pekak/ redup. Normal batas paru bagian depan terletak antara kosta 5 dan 6, sedangkan paru bagian belakang setinggi prosesus spinosus vertebra torakalis 10 atau 11
http://agungrakhmawan.wordpress.com/2008/08/22/pemeriksaan-fisik-umum-bagi-petugas-kesehatan-bag-v-pemeriksaan-dada/