GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHmpi.uinsgd.ac.id/wp-content/uploads/2018/06/M-Musthafa... · 2018....
Transcript of GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAHmpi.uinsgd.ac.id/wp-content/uploads/2018/06/M-Musthafa... · 2018....
1
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH
(Penelitian di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Disusun Oleh:
MUHAMMAD MUSTHAFA KAMAL
NIM. 1211201052
BANDUNG
2015 M/1436 H
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
UUSPN No. 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai
pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu dan
spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu
mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.
Mutu pendidikan akan tercapai apabila komponen yang terdapat dalam
meningkatkan mutu pendidikan memenuhi syarat tertentu. Komponen yang berperan
dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah tenaga pendidik yang
bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan
bertanggung jawab. Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik, karena itu tenaga
pendidik yang profesional akan melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga
menghasilkan siswa yang lebih bermutu.
3
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki prilaku berbeda terhadap anggotanya,
pemimpin juga diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang menjadi harapan dan tujuan
sang pemimpin. (Hikmat 2009: 247).
Mutu pendidikan akan tercapai apabila komponen yang terdapat dalam
meningkatkan mutu pendidikan memenuhi syarat tertentu. Komponen yang berperan
dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah tenaga pendidik yang
bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan
bertanggung jawab. Untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas mengajar guru,
banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah kepemimpinan kepala
sekolah, karena kepala sekolah merupakan orang yang berperan penting dalam
mengatur aktivitas proses belajar mengajar.
Sesuai di dalam Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dimana kepala
sekolah harus mempunyai tujuh fungsi kepemimpinan sebagai educator, manager,
administrator, supervisi leader, inovator dan motivator. ( Ssudarwan Danim dan Khairil
2013:79)
Peran kepala sekolah cukup besar dalam mengembangkan mutu sekolah, hal ini
karena kepala sekolah tugas dalam tumbuh kembang semangat kerja para guru,
dan karyawan. Menurut Covey yang dikutip oleh Vetzal Rivail, dalam Jaja Jahari
4
dan Amirulloh Syarbini (2013:102) membagi peran kepemimpinan menjadi tiga
bagian, yaitu:
1) Path finding (pencairan alur): peran untuk menentukan visi dan misi yang
pasti.
2) Aligning (penyelarasan): peran untuk memastikan bahwa struktur, sistem
dan proses operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapaian
visi dan misi.
3) Empowering (pemerdaya): peran untuk menggerakan semangat dalam diri
orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas laten
untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip
yang disepakati.
Menurut Sergiovanni, 1987 yang dikutip Abd Kadim Masong & Arfan 2011:161
keberhasilan sekolah tergantung dari kemampuan pemimpinannya dalam
melaksanakan fungsi pokok kepemimpinan baik sebagai leader maupun manager.
Berdasarkan hasil studi sementara di MA Muhammadiyah Kota Bandung tanggal
30 maret 2014, penulis mendapatkan gambaran dan ingin mempelajari tentang gaya
kepemimpinan dikarnakan baik buruknya proses pendidikan di suatu sekolah banyak
ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, sebab kepala sekolah adalah orang
yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya yang sudah, sedang dan yang
akan terjadi di sekolah tersebut. Program adalah salah satu untuk meningkatkan mutu,
menurutnya hasil wawancara pada wakamad kurikulum salah satu program
5
unggulannya adalah hifdzul qur’an tetapi masih belum mencapai target dalam
menghapal juz 28, 29 dan 30 mempunyai target 20 sampei 30% tetapi dari hasil dari
lulusan 2014-2015 hanya mencapat target 10%, Komponen yang berperan dalam
peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah tenaga pendidik dan kepala sekolah
mempunyai pengendalian dan pengawwasan terhadap guru-guru dan program yang
bersangkutan dan Peranan kepala sekolah dalam rangka mutu pendidikan sangat
penting karena dapat mempengaruhi berhasil dan tidaknya mutu pendidikan itu sendiri.
Kepala sekolah sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak
menurut fungsinya sebagai edukator, manager, administrator, supervisi, leader,
inovator dan juga motivator.
Atas dari dasar fenomena seperti diatas dasar pentingnya masalah tersebut untuk
diteliti, maka masalahnya yang akan di teliti dalam bentuk penelitian deskriftif dengan
judul “GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH ” (Penelitian di MA
Muhammadiyah Tegalega Kota Bandung)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar alamiah MA Muhammadiyah Kota Bandung ?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi kepala madrasah di
MA Muhammadiyah Kota Bandung ?
3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam gaya kepemimpinan di
MA Muhammadiyah Kota Bandung ?
6
4. Bagaimana kebutuhan madrasah terhadap gaya kepemimpinan di MA
Muhammadiyah Kota Bandung ?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yaitu :
1. Untuk mengetahui latar alamiah MA Muhammadiyah Kota Bandung
2. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi kepala
madrasah di MA Muhammadiyah Kota Bandung
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam gaya
Kepemimpinan di MA Muhammadiyah Kota Bandung
4. Untuk mengetahui kebutuhan madrasah terhadap gaya kepemimpinan di
MA Muhammadiyah Kota Bandung
b. Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian yang diharapkan dengan penelitian ini
adalah:
1. Dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan Agama Islam,
Memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai gaya-gaya
kepemimpinan di sebuah lembaga pendidikan.
2. Diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan peran dan fungsi
gaya kepemimpinan di suatu lembaga khususnya dalam pengembangan
dalam gaya kepemimpinan di MA Muhammadiyah Kota Bandung.
7
D. Kerangka Pemikiran
Salah satu indikator utama dalam penelitian kualitatif adalah memahami latar
belakang suatu objek secara utuh dan menyeluruh dan latar budaya dengan keadaan
sebenarnya. Menurut Lexi Moleong (2000:8), salah satu ciri penelitian kualitatif adalah
latar alamiah. Dalam hal ini memahami latar belakan madrasah MA Muhammadiyah
dimulai berdirinya sampai sekarang.
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam arti luas terkandung dalam setiap pengalaman
belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan tidak hanya pertumbuhan,
dan tidak terbatas. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup. Dalam arti
sempit tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan
tertentu. Karena itu tujuan pendidikan bertujuan memenuhi seperangkat hasil
pendidikan yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya
kegiatan pendidikan (Syaiful Sagala, 2011:7).
Tujuan pendidikan sesuai yang tertulis pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia (PPRI) Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional pendidikan pasal
26 ayat 1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar:
1) Kecerdasan
2) Pengetahuan
3) Kepribadian
4) Akhlak mulia
5) Keterampilan untuk hidup mandiri
6) Mengikuti pendidikan lebih lanjut. Di kutip dari (Made Pidana 2007:12)
8
Tujuan pendidikan nasional yang hendak dicapai dalam sistem pendidikan
yang berskala nasional. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) oleh Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan
bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Syaiful
Sagala, 2011:7).
2. Kepala Madrasah
Kepala sekolah adalah seorang guru yang diangkat dan memiliki tugas
tambahan untuk memimpin salah satu sekolah, tugas kepalaa sekolah lebih
mempunyai tanggung jawab atas proses belaja menggajar yang terjadi di dalam
sekolah tersebut. (Karna Sobahi, dkk 2010:209)
Dalam peraturan mentri pendiddikan nasional (permendiknas) Nomor 13 tahun
2007 tentang standar kepala Sekolah/Madrasah tertanggal 17 April 2007, dalam
pasal 1 ayat (1) PerMendiknas tersebut ditetapkan bahwa untuk diangkat sebagai
kepala sekolah (termasu madrasah), seseorang wajib memenuhi standar kepala
sekolah, yaitu kopetensi kepala sekolah yang terdiri atas lima kopetensi, yaitu
kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervise, dan social. (Karna Sobahi, dkk
2010:210).
9
Untuk meningkatkan kepala sekolah yang berkualitas diharapkan memiliki
standar mutu, menurut Sujak (2006), standar mutu sekolah terdiri dari: 1, nilai-
nilai dan misi; 2, tata laksana ddan kepemimpinan; 3, kurikulum; 4, pengajaran; 5,
penilaian dan evaluasi; sumber daya; 7, layanan pendukung pembelajaran; 8,
komunikasi jalinan hubungan dengan pemangku kepentingan; 9, kemasyarakatan;
dan 10, peningkatan mutu yang berkelanjutan. (Karna Sobahi, Dkk 2010:221)
3. Kepemimpinan
Intinya kepemimpinan secara bahasa berasal dari bahasa inggris berasal dari
kata leadership asal kata leader artinya pemimpin atau memimpin, menurut Sarros
dan Butchatsky kepemimpinan dapat di definisikan sebagai prilaku dengan tujuan
untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang memberikan manfaat individu dan organisasi, (Karna
Sobahi, dkk 2010:183)
Engkoswara dan Aan Komariah (2012:178) kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi, dan menggerakan prilaku orang lain serta melakukan suatu
perubahan ke arah lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan pendidikan.
Karna Sobari, dkk (2010:184) kepemimpinan memiliki beberapa impikasi 1.
Kepemimpinan melibatkan orang atau pihak lain, yaitu karyawan atau bawahan
(followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemampuan untuk
menerima arahan dari pemimpin. 2. Seorang pemimpin yang efektit adalah
10
seorang yang dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk
mencapai kinerja yang memuaskan. Dan ke 3. Kepemimpinan harus memiliki
kejujuran terhadap diri sendiri (Integritas), sikap bertanggung jawab yang tulus
(compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai keyakinann
(commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidance) dan
kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun
organisasi.
3. Gaya Kepemipinan
Tipe kepemimpinan sering disebut prilaku kepemimpinan atau gaya
kepemimpinan. Menurut Miftah Toha gaya kepemimpinan merupakan norma
prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi prilaku orng lain. (Karna Sobahi Dkk, 2010:189)
Gaya kepemimpinan terdapat delapan gaya kepemimpinan yaitu :
a. Kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang mendasarkan pada suatu
kekuasaan atau kekuatan yang melekat pada dirinya
b. Kepemimpinan demokrasi berasumsi bahwa pendapat orang lain lebih baik
dari pendapatnya sendiri dan adanya partisipasi akan menimbulkan tanggung
jawab bagi pelaksananya.
c. Kepemimpinan Laissez Faire adalah gaya kepemimpinan yang lebih banyak
menekankan pada keputusan kelompok.
11
d. Kepemimpinan Partisipatif kepemimpinan ini hanya sedikit memegang
kendali dalam proses pengambilan keputusan.
e. Kepemimpinan paternalistic adalah gaya kepemimpinan yang bersifat
kebapaan, pemimpin selalu memberikan perlindungan kepada bawahannya
dalam batas-batas kewajaran.
f. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan kepemimpinan ini diharapkan
anggota timnya berfokus pada tujuan agar mencapai hasil atau sasaran.
g. Kepemimpinan militeristik perbedaan dengan kepemimpinan lain – dalam
komunikasi lebih banyak mempergunakan saluran formal, - dalam
menggerakan bawahannya dengan system komando/perintah, baik tulisan
atau lisan, - segala sesuatu bersifat formal, - disiplin tinggi, kadang-kadang
bersifat kaku, - komunikasi berlangsung satu arah, - pemimpin menghendaki
bawahan patuh terhadap semua perintah yang di berikan.
h. Kepemimpinan sitasional asumsinya adalah tidak ada satupun gaya
kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer dalam satu kondisi. (Karna
Sobahi Dkk, 2010 189:191)
Terdapat emapat gaya kepemimpinan yaitu :
1. Otoriter ; adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada kekuasaan dan
kepatuhan anggota secara mutlak.
2. Demokratis ; adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada hubungan
interpersonal yang baik.
12
3. Pseudo Demokratis ; adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada
penciptaan situasi yang memberi kesan demokratis padahal pemimpin sangat
pandai mengiring pikiran/ide anggota untuk mengikuti kehendaknya.
4. Laissez Fair; adalah gaya kepemimpinan yang tidak menunjukan kemempuan
memimpin karena ia memberikan organisasi dan anggotanya melaksanakan
kagiatannya masing-masing tanpa dalam satu arah kebijakan yang jelas dari
pemimpin. ( Engkoswara, dkk, 2012:181 )
Dari beberapa referensi hampir sama dalam penjelasan tentang gaya
kepemimpinan rata-rata 4 gaya kepemimpinan yang terdapat di dalam buku acuan,
yaitu : tipe otoriter, tipe Laissez fair, tipe demokratis dan tipe paseudo demokratis.
Yang banyak di ambil di dalam buku-buku, begitu banyak tipe kepemimpinan
yang terdapat dan setiap orang mempunyai ciri khasnya sendiri untuk cara
memimpin organisasi.
Kepemimpinan merupakan salah satu konsep yang tidak pernah luput dalam
system kehidupan manusia, jauh sebelum manusia itu dilahirkan ke muka bumi,
Allah SWT mengenalkan konsep kepemimpinan dengan mendeklarisan diriNYA
sebagai rabb (pendidik dan pengatur manusia). Jaja Jahari, (2013:115). Miftah
Toha mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk
mempengaruhi prilaku orng lain, atau seni mempengaruhi prilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok, (Jaja jahari Dkk, 2013:100).
13
Menurut Goestch dan davis kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
membangkitkan semangat orng lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab
total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi Karna Sobahi,
Dkk (2010:185). Pada intinya kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi
kelompok agar tercapainya visi misi organisasi yang telah di sepakati.
14
GAMBAR BAGAN 1:
KERANGKA PEMIKIRAN
GAYA KEPEMIMPINAN DI MA MUHAMMADIYAH
DI MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH KOTA BANDUNG
Latar Alamiah
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Bandung
Bagaimana Gaya Kepemimpinan dalam melaksanakan fungsi
kepal madrasah di MA Muhammadiyah Kota Bandung
Gaya Kepemimpinan di MA
Muhammadiyah Kota Bandung ;
1. Bagaimana gaya kepemimpinan
dalam pelaksanaan fungsi kepala
sekolah
2. Peran dalam pelaksanaan gaya
kepemimpinan
Faktor
penunjang Faktor
penghambat
15
E. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitianyang dilakukan dalam penelitian di MA
Muhammadiyah Tegallega Bandung sebagai berikut:
1. Menentukan jenis data
Jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif, yakni data deskriptif
berupa kata-kata tertulis, lisan dari orang-orang, atau perilaku yang dapat diamati.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti (Lexy J. Moleong, 2005:11).
2. Menentukan sumber data
Sumber data dalam penelitian iniakan dibahas dalam dua sumber, yaitu: (a)
lokasi dan (b) sumber data utama (key informan). Adapun sumber data penelitian
ini sebagai berikut:
a. Lokasi Penelitian
Sumber data adalah Madrasah Aliyah Muhammadiyah beralamat di Jalan
Otto Iskandardinata 77b/95 Tegalega, Kelurahan Pelindung Hewan, Kecamatan
Astanaanyar, Kota Bandung. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan,
lembaga ini merupakan lembaga yang populer di kecamatan tersebut.
Lokasinya dapat dijangkau oleh peneliti. Selain itu, madrasah tersebut sudah
memberi izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di madrasah
tersebut, mudah memberi data kepada peneliti.
16
b. Sumber data utama
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.Lexi Moleong
(2012:157) menyatakan kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau
diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis atau rekaman dalam
penelitian merupakan sumber data utama, dengan menggunakan teknik
triangulasi, yaitu dengan cara mewawancarai kepala madrasah sebagai key
informan, yang dapat memberikan keterangan pertama tentang gaya
kepemimpinannya, kemudian di ikuti snow ball process dengan mewawancarai
pihak lain berdasarkan rekomendasi Kepala Madrasah MA Muhammadiyah,
wakasek (wakil kepala sekolah kurikulum) guru-guru tertentu, ataupun pihak
lain yang ada sangkut pautnya dengan gaya kepemimpinan, dan dihentikan bila
terjadi pengulangan informasi.
Selain itu, dalam penelitian ini menggunakan data tambahan berupa
dokumen, arsip, buku-buku referensi, dan sumber data lainnya yang dapat
menunjang terhadap sumber data penelitian tentang gaya kepemimpinan di MA
Muhammadiyah.
3. Menentukan metode dan teknik pengumpulan data
17
Dalam menentukan metode dan teknik pengumpulan data terdapat dua poin,
yaitu, (a) menentukan metode dan (b) teknik pengumpulan data. Untuk penjelasan
poin tersebut, maka dijelaskan sebagai beikut:
a. Menentukan metode
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yakni dengan cara
mengumpulkan, mempelajari, menganalisa serta menafsirkan data-data yang
ada kaitannya dengan objek kajian.
b. Teknik pengumpulan data
Dalam buku Pedoman Penyususnan Skripsi (2012:24) teknik pengumpulan
data adalah uraian mengenai teknik pengumpul data pokok yang digunakan
sesuai dengan jenis penelitian, sumber data, variabel yang diteliti, dan metode
yang digunakan. Untuk mempermudah pengumpulan data yang diperlukan
dalam penelitian ini, dilakukan dengan carayaitu, (1) observasi partisipasi, (2)
wawancara dan (3) menyalin dokumen. Untuk penjelasannya sebagai berikut:
1) Teknik observasi partisipasi (pengamatan terlibat)
Observasi yang dilakukan, yaitu observasi partisipasi. Hal ini dilakukan
dengan cara ikut serta dalam gaya kepemimpinan yang terjadi di madrasah,
Selain itu juga, mengamati data tertulis yang diarsipkan yang ada di lokasi
penelitian, selanjutnya akan diteliti lebih lanjut secara objektif.
18
2) Teknik wawancara
Teknik wawancara dilakukan dengan wawancara secara langsung antara
peneliti dengan narasumber yang berkompeten di lokasi penelitian baik
kepala madrasah maupun dari pihak guru-guru yang terkait di madrasah,
juga baik dari pihak orang tua peserta didik baru, yaitu dengan mangajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan di MA
Muhammadiyah.
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin
atau wawancara tidak terstruktur, yaitu susunan pertanyaan dan susunan
kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara dan
disesuaikan dengan kebutuhan pada saat kondisi wawancara.
3) Teknik dokumentasi atau menyalin
Teknik ini digunakan sebagai pelengkap hasil observasi dan wawancara.
Peneliti melakukan teknik dokumentasi atau menyalin berbagai dokumen
atau arsip.
4. Analisa data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
19
a. Unitisasi, yaitu pemprosesan satuan. Dalam unitisasi ini, terdapat langkah-
langkah yang dilakukan yaitu :
1) Mereduksi data, maksudnya yaitu memilih data dari berbagai sumber
yang relevan dengan data yang diinginkan.
2) Memberi kode, maksudnya memberi Kartu Indeks yang berisi satuan-
satuan, kode-kode dapat berupa penandaan sumber asal satuan seperti
catatan lapangan, penandaan lokasi, dan penandaan cara pengumpulan
data.
b. Kategorisasi data: dalam kategorisasi ini ada beberapa hal yang akan
dilakukan diantaranya.
1) Mereduksi data, yaitu mengelompokan kartu-kartu yang dibuat ke
dalam bagian-bagian isi secara jelas berkaitan.
2) Membuat koding (pengkodean), yaitu memberinama pada satuan yang
telah mewakili entri pertama dan kategori.
3) Menelaah kembali seluruh kategorisasi.
4) Melengkapi data-data yang telah tekumpul, kemudian ditelaah dan
dianalisis.
5) Kategori yang masih memerlukan data lainnya disistematisasikan dan
dilengkapi.
6) Menelaah kembali seluruh kategori untuk memastikan tidak ada data
yang terlewat atau kurang lengkap.
20
c. Penafsiran data
Penafsiran ini dilakukan dengan cara memberi penafsiran-penafsiran yang
logis dan empiris berdasarkan data-data yang sudah dikategorikan. Dengan
tujuan penafsiran adalah deskripsi semata-mata, dengan menggunakan teori
tentang manajemen rekruitmen peserta didik sebagai alat mencari peserta didik
baru.
5. Uji Keabsahan data
Uji keabsahan data yaitu dengan mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan
data-data yang telah terkumpul dengan menggunakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang didasarkan atas kriteria.Kriteria keabsahan data yaitu
credibility (derajat kepercayaan), transferability (keteralihan), dependability
(kebergantungan), dan confirmability (kepastian).
Uraian teknik pemeriksaan uji keabsahan data yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Perpanjangan ikut serta. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan keterasingan
peneliti dan membangun kepercayaan para subjek kepada peneliti selama
dilokasi penelitian, lebih banyak mempelajari banyak hal, sehingga
mendapatkan data yang absah, dan untuk menghilangkan distorsi. Cara yang
dilakukan ialah terlibat langsung dalam setiap pertemuan di lokasi penelitian
21
sebagai pengamat pemeranserta. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga
bulan, dari bulan juni sampai bulan agustus.
b. Triangulasi, yaitu dengan pengecekan hasil wawancara dan pengamatan
kepada sumber yang berbeda serta membandingkan data hasil penelitian
dokumen dengan pengamatan serta dengan melalui wawancara. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan informasi dalam melakukan penelitian
ini.
c. Auditing untuk Kriteria Kepastian. Proses auditing ini dilakukan dengan cara
berkonsultasi dengan auditor (pembimbing) untuk menentukan apakah
penelitian ini diteruskan, diperbaiki, atau dihentikan sesuai dengan lengkap
tidaknya data yang terkumpul.
d. Auditing untuk Kriteria Kepastian. Proses ini dilakukan dengan cara
memeriksakan data atau mengadakan klarifikasi data yang terkumpul kepada
subjek penelitian yaitu kepada kepala madrasah MA Muhammadiyah Kota
Bandung. Setelah itu, hasil dari pemeriksaan data tersebut dibuktikan dengan
surat persetujuan atau pernyataan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan
sebenarnya.
22
6. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan
Telah dikaji beberapa pustaka yang mendukung dan relevan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan, yaitu:
a. Buku “Menjadi Kepala Sekolah Profesional” ; Karangan Dr. E. Mulyasa
2006. Buku ini berisi tentang kepemimpinan Kepala sekolah, fungsi sebagai
kepala sekolah.
b. Buku “Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence” ; Karangan Kadim
Prof. Dr. Abd. Masaong M.Pd dan Drs. Arfan A. Tilome, M.H.I, Buku ini
berisi tentang pengertian gaya kepemimpinan pendidikan hingga macam-
macam gaya kepemimpinan
c. Buku Adminustrasi Pendidikan; karangan Engkoswara, Dkk buku ini berisi
tentang gaya-gaya kepemimpinan.
23
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH
Untuk memahmi lebih lanjut tentang kepemimpinan kepala madrasah tentu kita
harus memahami terlebih dahulu pengertian kepemimpinan hingga kepemimpinan
kepala madrasah, sehingga dapat tercapai makna yang di maksud, kepemimpinan di
suatu lembaga pendidikan disebut dengan kepala sekolah/ madrasah.
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata leadership berasal dari kata leader artinya
pemimpin atau to lead arinya memimpin. Kepemimpinan dapat di devinisikan
berdasarkan penerapannya pada bidang militer, olahraga, bisnis, pendidikan,
industri dan bidang lainnya. (Karna Sobahi, Dkk 2010:183)
Menurut Miftah Toha (2003: 49) dalam Karna Sobahi, Dkk (2010:189) gaya
kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain.
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki prilaku berbeda terhadap anggotanya,
pemimpin juga diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang menjadi harapan dan
tujuan sang pemimpin, pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang
terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan
24
pemegang tanggung jawab utama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
bawahannya. (Hikmat 2009: 247)
Pengertian kepemimpinan menurut para ahli
Menurut Bass (1990) dikutip oleh Engkoswara dan Aan Komariah (2012: 177),
kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suatu kelompok
sehingga pemimpin merupakan agen pembaharu, agen perubahan, orang yang
perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain
yang mempengaruhi mereka, dan kepemimpinan itu sendiri timbul ketika suatu
anggota kelompok mengubah motivasi kepentingan anggota lainnya dalam
kelompok.
Menurut G.R. Terry (2008:152) dalam Badrudin (2013:163), kepemimpinan
merupakan kemampuan mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja sama
dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
pemimpin mereka.
Pendapat Hadari Nawawi (1983:19) kepemimpinan adalah proses
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi fikiran, perasaan
atau tindakan dan tingkah laku orang lain, selain itu, Ngalim Purwanto (1995:86)
menyatakan kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan
sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan
sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan
25
dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela dan
penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. (Heri
Gunawan 2012: 145).
Menurut pendapat Tead (2003:196) kepemimpinan adalah suatu kegiatan
mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan, pendapat lainnya Slamet Santosa (2004:44) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar
mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai
tujuan kelompok yang disepakati, (Karna Sobahi, Dkk 2010: 185).
Pendapat lain Jacobs dan Jacques (1990: 281) mengatakan kepemimpinan
adalah sebuah proses memberi arti (pengarahkan berarti) terhadap usaha kolektif,
dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang di inginkan
untuk mencapai sasaran. (Engkoswara dan Aan Komariah 2012:177).
Kepemimpinan merupakan salah satu konsep yang tidak pernah luput dalam
sistem kehidupan manusia, jauh sebelum manusia itu dilahirkan ke muka bumi,
Allah SWT mengenalkan konsep kepemimpinan dengan mendeklarisan diriNYA
sebagai rabb(pendidik dan pengatur manusia). Jaja Jahari, (2013:115). Miftah
Toha mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk
mempengaruhi prilaku orng lain, atau seni mempengaruhi prilaku manusia baik
perorangan maupun kelompok, (Jaja jahari Dkk, 2013:100).
26
Dapat dikatakan manajemen yang baik harus diaplikasikan oleh seorang
pemimpin yang baik, dan pemimpin yang baik membutuhkan manajemen yang
baik. Dua hal ini saling melengkapi secara sinegis, tidak bisa dipisah-pisahkan (
Jamal Ma’mur Asmani 2009:67)
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
anggotanya agar dapat mencapai tujuan yang akan dicapainya, kepemimpinan
sangalah penting di dalam organisasi, karna menurut beberapa pendapat maju
mundurnya suatu organisasi tergantung dari pemimpinnya.
2. Pengertian Kepala Madrasah
Kata kepala sekolah/ madrasah tersusun dari dua kalimat yaitu kepala yang
dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga, dan
sekolah/ madrasah yaitu suatu lembaga di mana menjadi tempat menerima dan
memberi pelajaran, Karna Sobahi, Dkk (2010:209). Jadi dapat di artikan kepala
sekolah / madrasah adalah pemimpin dari suatu lembaga pendidikan.
Kepala sekolah/ madrasah merupakan personel sekolah yang bertanggung
jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah, kepala sekolah/ madrasah
mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh terhadap penyelanggaraan
seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkunngan sekolah yang dipimpinnya.
(Daryanto 2008: 80).
27
Kepala sekolah/madrasah berperan penuh terhadap kemajuan dan kemunduran
sebuah organisasi yang bernama sekolah, kopetensi, visi yang kuat, tujuan yang
jelas, komitmen dan tanggap terhadap perubahan, menjadi syarat mutlak yang
harus dimiliki para kepala sekolah. Kutipan dari Imam Musbikin (2013:1)
Sama halnya dengan pemimpin ataupun kepala sokolah sebutan pemimpin di
dalam lembaga pendidikan, yang mempunyai peran penuh terhadap maju
mundurnya suatu organisasi, karna menurut Hardi Nawami (1983:19) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah proses menggarahkan, membimbing, mempengaruhi
atau mengawasi fikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain. Dalam
Heri Gunawan (2012 :141).
Dapat disimpulkan pemimpin ataupun kepala sekolah/madrasah mempunyai
peran mempengaruhi bawahannya, dimana mereka terpengaruhi atau tidaknya
tergantung dari kepal sekolah/ madrasah tersebut. Kepala sekolah sebagai
pemimpin di suatu lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab yang lebih
dari tenaga pendidik yang lain, kepala sekolah haruslah mempunyai ke ahlian
seperti di dalam permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi
Kepala Sekolah, dimana ditetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yaitu:
Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. (Heri Gunawan
2012:175).
B. Peran dan Fungsi kepemimpinan
28
1. Peran Kepemimpinan
kepala sekolah atau madrasah mempunyai peran yang cukup besar untuk
pengembangan mutu pendidikan di lembaga sekolah, tumbuh kembangnya kinerja
guru tergantung dari dorongan kepala madrasah dari hal komunikasi dengan
bawahannya, serta kemampuan memimpin kepala madrasah tersebut. (Jaja Jahari
dan Amirulloh Syarbini 2013: 101).
Menurut Davis (1981:127) yang dikutip oleh Engkoswara dan Aan Komariah
(2010:178) membagi peran kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu:
4) Technical skill; diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi dan
menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya. Contohnya
pemimpin pendidikan perlu menguasai cara-cara menyusun renstra,
membuat silabus, memahami kgiatan belajar mengajar, menguasai teknik
penilaian, dan sebagainya.
5) Human skill; kemampuan dalam membangun relasi dan dapat bekerja sama
dengan orang lain adalah kualifikasi yang dipersyaratkan seorang
pemimpin baik dalam situasi formal maupun informal.
6) Conceptual skill; pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang mampu
memberi solusi yang tepat yang timbul dari pemikirannya yang cerdas
tentang suatu persoalan.
Dapat disimpulkan kepala sekolah atau pemimpin mempunyai peran yang
berpengaruh untuk memajukan lembaga pendidikan yang sedang di pimpinnya,
29
peran untuk mendorong kinerja guru agar terlaksananya visi dan misi yang telah
di tetapkannya, komunikasi kepada tenaga pendidik dan lingkungan dari lembaga
tersebut, beran untuk mengontrol agar organisasi tersebut berjalan sesuai mestinya.
2. Fungsi Kepemimpinan dan Kepala Madrasah
Kepemimpinan atau kepala madrasah tidaklah mempunyai perbedaan yang
sangat jauh, karna fungsi kepemimpinan adalah fungsi kepala madrasah di dalam
lingkup lembaga pendidikan, hanya saja kepemimpinan mempunyai pengertian
yang lebih luas di dalam organisasi.
1) Fungsi Kepemimpinan
Fungsi utama pemimpin adalah menjalankan kepemimpinannya dengan baik
dan benar, artinya berdasarkan aturan main yang telah disepakati dan ditetapkan
oleh organisasi. Fungsi-fungsi utama yang dimaksudkan adalah:
a) Pengelola organisasi atau pengendali utama manajemen berorganisasi,
pemimpin yang menjalankan fungsi utama adalah konseptor utama yang
merumuskan visi dan misi serta tujuan organisasi sehingga mulai
perencanaan sehingga pertanggungjawaban diarahkan pada tujuan yang
telah ditetapkan. Hikmat (2009:252), bila menurut Jaja Jahari dan
Amirulloh Syarbini (2013:108) kepala sekolah memberikan pembagian
kerja yang jelas terjadap guru-guru, tata usaha dan karyawan lainnya
30
sesuai susunan organisasi yang telah dibuat, agar memungkinkan
kegiatan sekolah berjalan dengan lancar.
b) Motivator, yaitu orang yang mendorong dan memberikan dukungan
penuh kepada bawahannya untuk bekerja dengan optimal. Hikmat
(2009:252) bila menurut Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini (2013: 107)
karna para pemimpin tidak mencapai visi mereka sendiri dan harus
bersama-sama agar visi tersebut tercapai maka mereka kepala sekolah/
madrasah harus memotivasi orang lain juga untuk meraih visi itu
bersama, para pegawai adalah aset yang paling berharga agar organisasi
itu meraih sasaran-sasarannya, para pemimpin harus terus memotivasi
para karyawan mereka untuk terus maju.
c) Pembuat keputusan yang akan mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan organisasi serta kesejahteraan para anggotanya.
d) Penilaian kinerja karyawan yang akan memberikan penghargaan bagi
seluruh peserta kerja bawahannya.
e) Dinamisator dan katalisator organisasi, yaitu orang yang memajukan
organisasi dan mengendalikan situasi dan kondisi yang akan berpengaruh
terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi.
f) Stabilisator , yaitu orang yang mempunyai kapabilitas terkuat dalam
mempertahankan eksitensi organisasi.
31
g) Supervisior, yaitu yang membina, melatih, mendidik, mengawasi,
menilai, dan memberikan contoh kerja baik bagi seluruh anggota
organisasi yang dipimpinnya. (Hikmat 2009: 252).
Kepemimpinan akan berjalan secara efektif apabila pemimpin dapat
menjalankan dua fungsi utama yaitu (1) yang berkaitan dengan tugas (task-
related) atau fungsi pemecahan masalah, dan (2) berkaitan dengan pembinaan
kelompok atau fungsi sosial (grup maintenance), fungsi utama memudahkan
dan mengkoordinasikan usaha kelompok dan memilih, mendefinisikan dan
memecahkan masalah bersama. Fungsi sosial membantu kelompok berjalan
lebih lancar, mempengaruhi perbedaan pendapat, meredak konflik, dan dapat
memancarkan perasaan hangat dan empathik kepada anggota, dengan begitu
fungsi kepemimpinan akan berjalan dengan efektif. (Ekoswara dan Aan
Komariah 2012: 180).
Bila di kutip dari Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini (2013:106) dan
Daryanto (2008: 82) terdapat 5 fungsi kepala sekolah/ madrasah yaitu:
a) Perencanaan atau merencanakan
Kepala sekolah atau madrasah harus mempu merencanakan/ membuat
perencanaan yang baik, merencanakan dapat dirumuskan sebagai
keseluruhan proses memikirkan dalam memutuskan secara matang terhadap
hal-hal yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan, dalam membuat perencanaan kepala sekolah dapat menempuh
32
beberapa tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) perumusan masalah, (3)
penetapan tujuan. (Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini 2013:106).
Perancanaan pada dasarnya menjawab pertanyaan apa yang harus di
jawab oleh kepala sekolah seperti apa yang dilakukan, bagaimana
melakukannya, di mana melakukannya, oleh siapa dan kapan dilakukan
kegiatan-kegiatan yang mencakup dalam lembaga sekolah tersebut, yang
hars direncanakan oleh kepala sekolah tersebut, hasilnya berupa rencana
tahunan sekolah dan lain-lain. (Daryanto 2008: 82).
b) Pengorganisasian
Menurut Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini (2013:106) kepala sekolah
memberikan pembagian kerja yang jelas terjadap guru-guru, tata usaha dan
karyawan lainnya sesuat susunan organisasi yang telah dibuat, agar
memungkinkan kegiatan sekolah berjalan dengan lancar.
Dengan pembagian kerja yang baik, pelimpahan wewenang dqan
tangguhng jawab yang tepat serta mengingat prinsip-prinsip
pengorganisasian kiranya kegiatan sekolah akan berjalan lancar dan tujuan
dapat tercapai. (Daryanto 2008:83).
c) Pengarahan
Menurut Jaja Jahari dan Amirulloh Syarbini (2013:107) Pengarahan
adalah kegiatan membimbinng karyawan dengan jalan memberi perintah
33
(komando), memberi petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakan
disiplin, memberikan usaha lainnya agar mereka dapat melakukan pekerjaan
mengikuti arah yang telah ditentukan dalam petunjuk, peraturan atau
pedoman yang telah ditetapkan.
Pengarahan adalah kegiatan membimbing anak buah dengan jalan
memberi perintah (komando), memberi petunjuk, mendorong semangat
kerja, menegakan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya agar mereka
dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam petunjuk.
(Daryanto 2008: 83).
d) Pengkoordinasian
Pengkoordinasian adalah kegiatan menghubungkan orang-orang dan
tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan dan keseluruhan keputusan,
kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari timbulnya
pertentangan, kekacauan, kekembaran (duplikasi) dan kekosongan tindakan.
e) Pengawasan
Pengawasan adalah tindakan atau kegiatan usaha agar pelaksanaan
pekerjaan serta hasil kerja sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk atau
ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan. (Daryanto 2008: 83).
34
Kegiatan mengawasi dapat berbentuk memeriksa, mengecek serta usaha
mencegah terhadap kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga bila terjadi
penyelewengan atau penyimpangan dapat ditempuh usaha-usaha perbaikan,
maka dari itu harus ada partisipasi dari personel sekolah lainnya seperti guru,
konselor, supervisior, perwakilan orang tua siswa dan sebagainya. (Jaja
Jahari dan Amirulloh Syarbini 2013: 109).
Dapat di ambil kesimpulan kepemimpinan mempunyai fungsi dalam
keberlangsungan organisasi yang sedang di pimpinnya, mulai dari
keberlangsungan anggota untuk mengawasi, membuat perencanaan, memantau
anggotanya agar tidak keluar dati tujuan, mengarahkan anggotanya ke tujuan
yang telah di tetapkan organisasi, pembuat keputusan yang tidak sedang terjadi
walau dengan mengadakan rapat tetapi tetap keputusan berada di tangan
pemimpin, hingga tugasnya memajukan organisasi yang sedang di pimpinnya.
2) Fungsi kepala Sekolah/ Madrasah
Pemimpin dalam sekolah adalah kepala sekolah, maka tidak jarang
keberhasilan sekolah adalah keberhasian kepala sekolah. Kepala sekolah yang
berhasil adalah kepala sekolah yang mampu memahami organisasi sekolah
organisasi yang kompleks, unik dan khas, serta mampu melaksanakan peran
dan fungsinya sebagai kepala sekolah, sebagai yang diberi tanggung jawab
memimpin sekolah. Heri Gunawan (2012:144). Menurut Mulyasa (2007:98)
kepala sekolah mempunya fungsinya sebagai penanggung jawab di sekolah, ada
35
7 fungsi kepemimpinan yang harus dimiliki kepala sekolah agar terciptanya
lembaga pendidikan yang berkualitas.
a) Fungsi Edukator
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin sebagai educator
(pendidik). Pendidik adalah orang yang mendidik. Sedang mendidik
diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Maka fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai
pendidik, harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan (para guru dan yang lainnya) di
sekolah. Serta mampu menciptakan iklim yang kondusif, memberikan
nasehat kepada setiap warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh
tenaga kepandidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang
menarik, dan mengadakan program akselerasi bagi para peserta didik yang
memiliki kecerdasan di atas normal. ( Mulyasa 2006: 99).
Seperti yang dikatakan diatas kepala sekolah mempunyai fungsi
meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik, hingga menciptakan
menciptakan iklim yang kondusif, kepala sekolah harus mampu
membimbing tenaga kependidikan, membingmbing dan mencontokan dalam
hal mengajar, membimbing peserta didik, mengembangkan kemampuan
tenaga kependidikan kemampuan mengikuti perkembangan ilmu
36
pengetahuan hingga memberi contoh dan model pembelajaran, rangkuman
(Heri Gunawan 2012:147).
b) Fungsi Manajer
Manajemen pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan usaha
anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Mulyasa
2006: 108).
Berkaitan dengan devinisi tersebut, maka ada tiga hal penting yang perlu
diperhatikan, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses,
karena semua manejer dengan ketangkasan dan keterampilan yang
dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Menurut Mulyasa (2006: 104) dalam rangka melakukan tugas dan
fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki starategi yang
tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama
memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga pendidikan.
37
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-
tugas kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam kemampuan
menyusun program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga
kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.
c) Fungsi Administrator
Kepala sekolah mempunyai fungsi sebagai administrator. Sebagai
administrator menurut Mulyasa kepala sekolah memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah.
Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola
kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola admistrasi
personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola
administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan
tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang
produktivitas sekolah. (Heri Gunawan 2012: 152).
Menurut Daryanto (2008:181) Kepala sekolah harus berusaha agar semua
potensi yang ada di sekolahnya, baik potensi yang ada pada unsur manusia
maupun yang ada pada alat, perlengkapan, keuangan dan sebagainya
dimanfaatkan sebaik-baiknya, agar tujuan sekolah dapat tercapai dengan
baik pula, karna kepala sekolah bertanggung jawab sebagai administrator
dalam pendidikan.
38
d) Fungsi Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Olehh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah
sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan. (Mulyasa, 2006: 109)
Secara etimologi istilah supervise berasal dari kata super dan visi yang
sering dimaknai dengan melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan
menilai dari atas, yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas,
kreativitas dan kinerja bawahan. (Heri Gunawan 2012: 154)
Pengertian supervise secara terminology seperti yang diungkapkan
Carter Good’s Dictionary of Education yang dikutip oleh Mulyasa sebagai
berikut, segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga
kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-
gruru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran
dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran. (Heri Gunawan
2012: 156)
39
Supervisi salah satu fungsi dan tanggung jawab sebagai pemimpin
lembaga pendidikan atau kepala madrasah, mengawasi administrasi, tenaga
pendidik agar melaksanakan tugasnya dengan baik dan sepenuh hati, dan
kepala madrasah sebagai supervisi mempunyai penilaian tersendiri terhadap
tenaga pendidik yang sedang menjalankan tugasnya.
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang
berperan sebagai supervisor, tetapi dalam system organisasi pendidikan
modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat
meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya.
(Heri Gunawan 2012: 156)
Supervisi adalah mengawasi untuk mengumpulkan berbagai data, dan
kemudian data-data itu dipergunakan sebagai bahan pengolahan untuk
menemukan masalah-masalah, dan kesulitan-kesulitan yang dapat dipakai
sebagai dasar untuk mencari jalan ke arah perbaikan dan peningkatan.
(Daryanto 2008:181).
Jika supervise dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan
control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah
ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan
40
prefentif untuk mencegah agar tenaga kependidikan tidak melakukan
penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.
(Heri Gunawan 2012: 156).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perkembanga pada setiap guru
oleh kepala sekolah sebagai supervisior kepribadian guru, peningkatan
profesi secara kontinue, proses pembelajaran, penguasaan materi
pembelajaran, keragaman kemampuan guru, keragaman daerah, dan
kemampuan guru dalam bekerja sama dengan masyarakat. (Imam Musbikin
2013: 30).
e) Fungsi Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. (Mulyasa 2006: 144)
Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan
profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan
yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagi leader dapat dianalisis dari
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan
berkomunikasi. (Heri Gunawan 2012:160).
41
f) Fungsi Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan
setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di
sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.
Kepala sekolah sebagai inovator menurut Mulyasa akan tercermin dari
cara dia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, keratif, delegatif,
integrative, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta
adaptable dan fleksibel. (Heri Gunawan 2012:161)
g) Fungsi Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. (Heri Gunawan 2012:162).
Menurut Mulyasa (2006:120) motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui
pengembangan pusat sumber belajar.
C. Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan
42
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan oleh pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Selanjutnya dalam pengertian sederhana, menurut
Mulyasa dalam Heri Gunawan (2012:164) gaya kepemimpinan adalah suatu norma
perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola
perilaku seseorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi yang dipimpinnya,
apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin untuk bertindak
dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan itu berbeda-beda dan setiap yang memimpin mempunyai
gayanya sendiri dalam memimpin, gaya kepemimpinan sangatlah banyak tetapi secara
umum menyebutkan 4 gaya kepemimpinan, menurut Sodang P. Siagian, ada empat
gaya kepemimpinan yaitu: a. Gaya kepemimpinan otokratis; b. Gaya kepemimpinan
militerisitis; c. Gaya kepemimpinan paternalistis; d. Gaya kepemimpinan demokratis,
dikutip dari (Hikmat 2009: 254).
Gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas ingin pekerjaan selesai dengan
memuaskan, tepat waktu, dan sempurna sehingga ia betul-betul mengendalikan
pegawai agar konsisten dan serius dalam pekrjaannya, kadang-kadang pemimpin tidak
mau tahu dengan urusan-urusan pribadi karyawannya, gaya kepemimpinan yang
beroriantasi pada pegawai/anggota organisasi melaksanakan kepemimpinanya dengan
berupaya memberikan dorongan semangat, membimbing dan mengarahkan secara
43
empirik dan memberikan kepercayaan kepada anggota untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dengan karyanya sendiri, (Engkoswara dan Aan Komariah 2012: 180).
Setiap pemimpin pasti mempunyai gaya kepemimpinan yang berdeda-beda karna
pada hakikatnya manusia adalah unik, memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda
begitu pula perannya sebagai kepala madrasah mempunyai gayanya masing-masing
brbeda dalam melakukan tugasnya tersebut.
2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan
a. Kepemimpinan Otokrasi
Otoriter atau otokrat berasal dari kata autos, yang berarti sendiri dan kratos yang
berarti kekuasaan atau kekuatan. Maka secara etimologi otoriter atau otokrat berat
penguasa absolute. Gaya kepemimpinan seperti ini identik dengan seorang
dictator, bahwa memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok.
Penafsirannya, sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi
perintah sehingga ada kesan bawahan atau anggota-anggotanya hanya mengikuti
dan menjalankannya, tidak boleh membantah dan mengajukan saran. (Heri
Gunawan 2012:166).
Kepemimpinan otokrasi disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif,
orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi
dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang
dipengaruhi keputusan tersebut (Tjiptono dan Diana, 2000: 161) dikutip
44
(Engkoswara dan Aan Komariah 2012:189) dan menurut Wursanto (2003:201),
kepemimpinan otokrasi adalah kepemimpinan yangg mendasarkan pada suatu
kekuasaan atau kekuatan yang melekat pada dirinya, dikutip dari (Engkoswara dan
Aan Komariah 2012:189).
Pendapat berikut di utarakan oleh Engkoswara dan Aan Komariah 2012:181
Otoriter adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada kekuasaan dan
kepatuhan anggota secara mutlak, pemimpin menjadi penguasa absolut yang
selalu mendikte anggota untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan keinginannya,
ia tidak senang di debat, tidak suka meminta pendapat anggota, yang ia sukai
adalah anggota melaksanakan tugas-tugas berdasarkan anggota, yang ia sukai
adalah anggota melaksanakan tugas, tugas berdasarkan perintahnya secara patuh
tanpa banyak protes.
Kepemimpinan otokratis dapat dilihat dari ciri-cirinya antara lain:
a) Mengandalkan kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada dirinya.
b) Menganggap dirinya paling berkuasa.
c) Menganggap dirinya paling mengetahui segala persoalan dan orang lain
dianggap tidak tahu.
d) Keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tidak mengenal
kompromi, sehingga ia tidak mau menerima saran dari bawahan, bahkan ia
tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk memberikan saran,
pendapat, atau ide.
e) Keras dalam menghadapi prinsip.
f) Jauh dari bawahan.
g) Lebih menyukai bawahan yang bersikap ABS (Asal Bapak Senang).
h) Perintah-perintah diberikan secara paksa.
i) Pengawasan dilakukan secara ketat agar perintah benar-benar dilaksanakan.
(Bandrudin 2013: 175).
45
Menurut Hikmat 2009:255 ciri-ciri pemimpin otokratis adalah :
a) Menjadikan organisasi sebagai milik sendiri;
b) Menempatkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
c) Memandang bawahan sebagai alat yang tidak berdaya;
d) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
e) Bergantung pada kekuasaan formal yang dimilikinya;
f) Memimpin dengan cara paksa.
Gaya otokrasi dimiliki sepenuhnya oleh pemimpin yang diktatoristik dan
absolut, yang merendahkan arti musyawarah dan menolak partisipasi anak
buahnya dalam pengambilan keputusan.
Dapat disimpulkan gaya otokratis ini sangatlah ingin menguasai organisasi
yang sedang di pimpinnya, tidak memberi peluang untuk anggotanya berkembang
karena menurutnya kebenaran terdapat ditangannya.
b. Kepemimpinan Demokrasi
Menurut asal kata demokratis berarti “rakyat berkuasa” berasal dari kata yunani
yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos/ kratein yang berarti kekuasaan/
berkuasa, jadi demokrasi dapat diartikan sebagai rakyat yang berkuasa (Mariam
Budiardjo 2000:50).
Menurut Indrawijaya (1983) dikutip di Karna Sobahi, Dkk, (2010:190), gaya
kepemimpinan demokrasi pada umumnya berasumsi bahwa pendapat orang
banyak lebih baik daripada pendapat dirinya sendiri dan adanya partisipasi akan
menimbulkan tanggung jawab bagi pelaksananya, asumsi lain bahwa partisipasi
46
akan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk mengembangkan diri
mereka.
Gaya kepemimpinan demokratis ini adalah gaya kepemimpinan yang paling
ideal. Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang kooperatif dan tidak
dictator. Dia selalu menstimulasi anggota-anggota kelompoknya dan selalu
mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. (Heri
Gunawan 2012:169)
Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua anggota diajak berpartisipasi
menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya
demokratis adalah kebalikan dari gaya otokratis. (Hikmat 2009:258).
Gaya kepemimpinan demokrasi adalah gaya kepemimpinan yang menekankan
pada hubungan interpersonal yang baik, ia mengharapkan para anggota organisasi
berkembang sesuai potensi. Untuk itu pemimpin berupaya membimbing,
mengembangkan, dalam mempartisipasikan dalam kegiatan dan mengakui karya
mereka secara proporsional. (Engkoswara dan Aan Komariah 2012: 181).
Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang
melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya, walaupun yang membuat
keputusan akhir adalah pemimpin, setelah menerima masukan dan rekomendasi
dari anggota timnya, gaya demokratis dalam membuat kebijakan dan keputusan
selalu melibatkan kelompok, dalam melaksanakan tugas, tampak pemimpin lebih
47
banyak memberi bimbingan dan bujukan dalam merangsang partisipasi bawahan.
(Badrudin 2013: 170.)
Menurut Purwanto pemimpin yang demokratis memiliki beberapa ciri antara
dari kepemimpinan antara lain sebagai berikut:
a) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat manusia
makhluk termulia di dunia;
b) Selalu berusaha untuk menyingkronkan dan tujuan organisasi dengan tujuan
pribadi;
c) Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan;
d) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan;
e) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan
membimbingnya;
f) Mengusahakan agar bawahan lebih sukses daripada dirinya’ dan
g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Menurut pendapat Soerjono Soekarno (2009:257) Pemimpin demokratis
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau angggota
kelompok ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai
kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b) Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk.
c) Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun dari anggota.
d) Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kelompok.
Dikutip dari Hikmat (2009:258) ciri-ciri pemimpin demokratis sebagai berikut :
a) Pengembangan sumber daya dan kreatifitas karyawan;
b) Pengembangan partisipatif karyawan;
c) Musyawarah dan mufakat;
d) Kaderisasi yang sitematis;
e) Pendelegasian normatif yang konstruktif;
f) Regenerasi kepemimpinan.
48
c. Kepemimpinan Laissez faire
Gaya kepemimpinan bebas atau laissez faire ini diartikan membiarkan orang-
orang berbuat sekehendaknya. Gaya kepemimpinan seperti ini sang pemimpin
praktis tidak memimpin. Pemimpin seperti ini sama sekali tidak memberikan
kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan para bawahan atau anggotanya. (Heri
Gunawan 2012:168).
Kepemimpinan Laissez Faire adalah gaya kepemimpinan yang lebih banyak
menekankan pada keputusan kelompok, Karna Sobahi, Dkk (2010:190), Laissez
Fair; adalah gaya kepemimpinan yang tidak menunjukan kemempuan memimpin
karena ia memberikan organisasi dan anggotanya melaksanakan kagiatannya
masing-masing tanpa dalam satu arah kebijakan yang jelas dari pemimpin. (
Engkoswara, dkk, 2012:181 ).
Gaya ini seolah-olah tidak mengenal struktur, tidak ada atasan dan bawahan,
pembagian tugas yang kabur, dan tidak terjadi proses fungsional maupun struktur.
Hikmat (2009:257).
Pendapat yang dikemukakan Wusanto (2003) dari Badrudin (2013:177) Pada
umumnya tipe laissez faire dijalankan oleh pemimpin yang tidak mempunyai
keahlian teknis, laissez faire mempunyai ciri-ciri antara lain 1) memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada bawahan untuk melakukan tindakan yang dianggap
perlu sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing; 2) Pimpinan tidak ikut
49
berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok; 3) Semua pekerjaan dan tanggung
jawab dilimpahkan kepada bawahan; 4) Tidak mampu melakukan kordinasi dan
pengawasan yang baik; 5) tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak diikuti
apalagi disegani bawahannya; 6) secara praktis pemimpin tidak menjalankan
kepemimpinan, ia hanya merupakan simbol bekas.
d. Gaya Kepemimpinan Pseudo-Demokratis
Istilah pseudo berarti palsu. Maka pseudo demokratis berati bukan atau tidak
demokratis. Gaya kepemimpinan seperti ini sebenarnya otokratis, tetapi dalam
kepemimpinannya ia member kesan demokratis. Seorang pemimpin yang bersifst
pseudo-demokratis sering memakai “topeng”. Ia pura-pura memperlihatkan sifat
demokratis di dalam kepemimpinannya. Ia member hak dan kuasa kepada guru-
guru untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja
dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak. (Heri
Gunawan 2012: 167)
Menurut Engkoswara dan Aan Komariah (2012:181) pseudo demokratis adalah
gaya kepemimpinan yang melakukan pada penciptaan situasi yang memberi kesan
demokratis padahal pemimpin sangat pandai mengiring pikiran/ ide anggota untuk
mengikuti kehendaknya. Sering kali pemimpin mengadakan rapat, diskusi untuk
meminta pendapat anggota padahal ia sudah memiliki pendapat sendiri yang akan
dipakai dalam kebijakannya.
50
e. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional menurut Komariah dan Triatna di kutip oleh Abd
Kadim Masaong dan Arfan A Tilome (2011:175) adalah kepemimpinan yang
menekankan pada tugas yang di emban bawahan, pemimpin adalah seorang yang
mendesain pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seorang yang
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian.
Menurut Abd Kadim Masaong dan Arfan A Tilome (2011:177) kepemimpinan
transaksionan juga dipandang sebagai contingent reinforcement atau dorongan
kontingen dalam bentuk rewed dan punishment yang telah disepakati bersama
dalam kontrak kerja, yaitu manakala para staf menunjukan keberhasilan atau
kemajuan dalam pencapaian sasaran target yang diharapkan, mereka mendapatkan
kontigen positif berupa imbalan, dan sebaliknya bila gagal dan berbagai kesalahan,
yang didapat kontigen negative berupa hukuman yang telah disepakati.
f. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional menurut Abd Kadim Masaong dan Arfan A
Tilome (2011:177) melalui kepemimpinan transformasional, para pengikut
merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap
pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya
diharapkan dari mereka.
g. Gaya Kepemimpinan Visoner
51
Gaya kepemimpinan visioner menurut Goleman, dkk dikutip oleh Abd Kadim
Masaong dan Arfan A Tilome (2011:185) kepela sekolah dengan gaya
kepeimpinan visioner mengartikulasikan arah staf terfokus, memberi kebebasan
staf berinovasi, bereksperimen, dan menghadapi resiko yang sudah
diperhitungkan.
h. Gaya Kepemimpinan Pembimbing
Kepala sekolah yang menganut gaya kepemimpinan pembimbing akan
berusaha melakukan perbincangan mendalam dengan seorang pegawai,
membahas hal-hal yang lebih dari sekedar persoalan tugas sehari-hari dan
menjelajahi kehidupan staf, termasuk impian-impiannya, tujuan hidupnya, dan
harapan kinerjanya. Abd Kadim Masaong dan Arfan A Tilome (2011:186)
i. Gaya Kepemimpinan Afiliatif
Gaya kepemimpinan afiliatif menurut Goleman, dkk dikutif oleh Abd Kadim
Masaong dan Arfan A Tilome (2011:187) saling membagi emosi secara terbuka
merupakan salah satu ciri gaya afiliatif, kepala sekolah dengan gaya ini
mengahargai perasaan stafnya, tidak terlalu menekankan pencapaian hasil dan
tujuan, tetapi lebih menekankan kebutuhan emosi pada staf, mereka berusaha
membuat staf senang, menciptakan harmoni untuk membangun resonasi tim.
j. Gaya Kepemimpinan Penentu Kecepatan
52
Menurut Abd Kadim Masaong dan Arfan A Tilome (2011:189) kepela sekolah
dengan gaya kepemimpinan penentu kecepatan bersikap (1) memegang teguh
dalam melaksanakan standar kinerja yang tinggi, (2) bersikap obsesif bahwa
segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih baik, lebih cepat sehingga meminta hal
yang sama pada semua stafnya, (3) lebih cepat sehingga meminta hal yang sama
pada semua staf, (4) jika staf tidak melakukannya dia sendiri yang akan melakukan
pekerjaan itu.
k. Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Menurut Hikmat (2009:258) gaya kepemimpinan karismatik dibagi menjadi
dua macam yaitu: (1) kewibawaan alamiah, yaitu kewibawaan yang telah ada pada
diri pemimpin, (2) kewibawaan buatan, yaitu kewibawaab yang diciptakan oleh
jabatan dan kekuasaan.
53
BAB III
KAJIAN EMPIRIK GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH
A. Latar Alamiyah Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bandung
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Madrasah Aliyah Muhammadiyah adalah lembaga yang didirikan bareng
dengan Pondok Pesantren Muhammadiyah, yang didirikan pada tahun 1969. Pada
mulanya berdirinya Madrasah Aliyah Muhammadiyah ini berbarengan dengan
pondok pasantren muhammadiyah, berawal dari dorongan ketua pimpinan
Muhammadiyah periode 1962-1968, KH Ahmad Badawi dan beberapa pihak
pimpinan Muhammadiyah daerah Bandung, dan didirikanlah pasantren
muhammadiyah yang di ketuai oleh H. Umar Ahmad G. (alm),Yang pada waktu
itu ingin memenuhi tuntunan agar memperoleh Ijazah dan selain itu juga mendapat
dorongan dari pemerintah maka didirikan pula sekolah Madrasah Aliyah
Muhammadiyah.
Dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan formal yang menyatu dibawah
naungan yayasan pondok pesantren Muhammadiyah, perkembangan Madrasah
Aliyah Muhammadiyah ini setiap tahunnya mengalami peningkatan dan
penurunan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (wawancara dengan kepala
madrasah MA Muhammadiyah tannggal 11 Agustus 2015).
54
2. Letak geografis
Madrasah Aliyah Muhammadiyah adalah salah satu madrasah yang ada dikota
bandung yang berperan memberikan pengajaran dan pendidikan umum dan
keagamaan secara seimbang yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai agama
didaerah tegalega kota bandung. Madrasah Aliyah Muhammadiyah dibangun
diatas tanah seluas 1815 m2, yang terletak di jalan Jl. Oto Iskandardinata 77B/95
Tegallega Barat Kelurahan Pelindung Hewan Kecamatan Astana anyar Kota
Bandung Provinsi Jawa Barat, didirikan pada tahun 1966. sesuai dengan akta
notaris Gouvernement Besluit Tgl. 22 – 8 -1914 No. 81, 16-8-1920 No. 40, Tgl.
2-9-1921 No. 36 Surat Dep. Kehakiman Tgl. 8-9-1971 No. J A 4 / 160 / 4. Surat
Dep. Dalam Negeri Tgl. 10-2-1971 No. Sk 14/ Dda/ 1972 Dan Surat Dep P & K.
Tgl. 24-7-1974 No. 23628/ Mpk / 74 (Dokumen Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Kota Bandung).
3. Visi dan Msi Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Madrasah Aliyah Muhammadiyah sebagai lembaga pendidikan menengah atas
berbasis islam dari mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid dan
masyarakat dalam merumuskan visi madrasahnya. Madrasah Aliyah
Muhammadiyah juga diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa
depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat. Madrasah Aliyah
Muhammadiyah ingin mewujudkan harapan dan respon dalam visi tersebut:
55
a. Visi Madrasah
”Visi Madrasah merupakan pandangan atau wawasan ke depan yang
ditetapkan Madrasah dalam penyelenggaraan pendidikannya” Visi MA.
Muhammadiyah adalah : “Terwujudnya Siswa Yang Berakhlak Mulia, Cerdas,
Terampil dalam menghadapi kehidupan”.
b. Misi Madrasah
Untuk merealisasikan misi di atas, misi MA Muhammadiyah Kecamatan
Astanaanyar menetapkan misi sebagai berikut:
1) Melaksanakan ibadah dengan tertib dan benar berdasarkan Al-Quran
dan Sunnah
2) Dapat membaca dan menulis al-Quran dengan Fasih dan Tartil
3) Berwawasan Keilmuan yang luas sesuai dengan tuntunan zaman
(Dokumen Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bandung).
4. Tujuan Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Tujuan pendidikan di MA. Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
a. Mengantarkan anak didik/siswa menjadi muslim sesuai dengan tujuan
Pendidikan Dasar dan Menengah Atas Muhammadiyah
b. Membentuk kader bangsa yang berkarakter keimanan dan ketakwaan serta
berwawasan ilmu pengetahuan.
56
c. Menghasilkan kader-kader dakwah yang tangguh (hanifiyah) dan murah
hati (samhah)
d. Prioritas dan sekaligus ciri khas MA. Muhammadiyah, agar siswa dapat
membaca dan memahami Al-quran serta berakhlak mulia. (Dokumen
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bandung).
5. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Dalam pengelolaannya, Madrasah tsanawiyah Muhammadiyah memiliki
susunan organisasi sebagai berikut ini:
57
Tabel 3.1
Organigram Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bandung
Sumber: Organigram MA Muhammadiyah
Dikdasmen Pdm
Kepala Pesantren
Wakamad Kurikulum Wakamad Kesiswaan
Perpustakaan Laboratorium BP/BK Ekskul
Guru/Karyawan
Siswa
IPM
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Kepala Madrasah
Majlis Madrasah Tata Usaha
58
6. Keadaan Tenaga Pendidik dan siswa di Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan bagian tata usaha
Madrasah Aliyah Muhammadiyah, sebagai lembaga pendidikan Islam. Tentunya
harus memenuhi syarat dalam standar pendidikan nasional. Salah satu diantaranya
terpenuhinya tenaga pendidik dan kependidikan.
a) Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan
Tenaga pendidik dan kependidikan mempunyai peranan sangat penting.
dalam proses kegiatan belajar mengajar. jumlah tenaga pendidik dan
kependidikan dari mulai kepala madrasah beserta jajaran yang ikut terlibat
dalam pelaksanaan proses pendidikan yang diselenggarakan di Madrasah
Aliyah Muhammadiyah seluruhnya berjumlah 29.
Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat dari daftar tenaga pendidik dan
kependidikan Madrasah Aliyah Muhammadiyah yang terhimpun dibawah ini:
59
Tabel 3.2
Daftar Tenaga pengajar Madrasah Aliyah Muhammadiyah
NO Nama Guru Mapel Jabatan
1 Drs Musa Muhammad Ahmad Quran Hadis, Faoid Kepala MA
Muhammadiyah 2 Dikdik Sutiadi S.Pd.I Fiqih, B. Sunda Wakamad Kurikulum
3 Daniel Ahmad, S.I.Kom TIK Wakamad kesiswaan
4 Dadang Jakaria S.E Ekonomi, Sejarah Wali kelas XII
5 Drs. Udin Jamaludin Nahwu Sharaf Guru
6 Ai Karwati, S.Si. Matimatika Guru
7 Drs, Mu’min Bahasa Indonesia Guru
8 Agus Fahrudin, S.Ag Al-Hadits Guru
9 Drs. Fakhry Fakhruddin Akidah Akhlak,
Kemuhammadiyahan
Kepala perpustakaan
10 Hj. Ratna Indriasari, A Md, S.Pd.I Kimia Guru
11 Ahmad, S.Ag B. Arab, Qiraatul Kutub,
Imla/khat
Guru
12 Rini Kartika Dewi, S.Pd Fisika Guru
13 Drs Fauzi Gharib Ahmad Qiraatul Kutub, ushul Fiqih Kepala perpustakaan
arab 14 Soleh Prihadi, S.Pd Biologi, PLH Guru
15 Drs. H. Ma’mur BP/BK Guru
16 Ine Noviyanti, S.Pd Geografi Guru
17 Maisaroh, S.Pd. B. Inggris Wali kelass XI
18 Irfan Rahman Hakim TIK Guru/Tu
19 Utari Fitria Dewi, S.Pd Sosiologi Guru
20 Rofi Ovy Haefulloh Mulok Tapak Suci Guru
21 Yepi Oktapiani, S.Pd SKI, PKN Guru
22 Riyatun Jauhariyatul Asyiroh, S.Pd B. Indonesia Guru
23 Dadan Supardi Tahsin/Tahfidz, Prakarya Guru
24 Usis Muhammad Ahmad, S.Pd Seni Budaya Guru
25 Yuda Tresna Kusumah, S.Pd. Penjaskes Guru
60
26 Dedi Sukmadi Permana TU TU
27 Lia Dillyati TU/Perpus TU/perpus
28 Imam Syafari Rasyid, S.E TU/Keuangan Tu keuangan
29 Ahmad Sidik Ismail Pesuruh Pesuruh
Sumber: Dokumen Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bandung
Jumlah pendidik dan tenaga pendidik yang terdapat di MA Muhammadiyah
kota bandung terdapat 29 guru beserta pesuruh.
b) Latar belakang pendidikan
Tenaga pengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah terdiri dari lulus UIN
Bandung, UPI dan lain-lain.
c) Jumlah Peserta Didik dan Kelas
Komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan adalah adanya
peserta didik. Peserta didik merupakan objek juga subjek dalam pendidikan.
oleh karena itu, begitu penting, maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat
berjalan, karena dalam kegiatan pembelajaran harus ada objek dan subjeknya.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam lembaga pendidikan formal
tentunya dilaksanakan pada kelas-kelasnya masing-masing sesuai dengan
tingkatan dan ketentuan yang dibuat oleh lembaga pendidikan tersebut. Maka
perlu kita ketahui kondisi peserta didik serta kelas agar dapat mempermudah
dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan.
61
Untuk lebih jelasnya lagi, dapat dilihat dari daftar Jumlah peserta didik
Madrasah Aliyah Muhammadiyah yang terhimpun di bawah ini:
Tabel 3.3
Daftar Jumlah Siswa dan Rombel tiga tahun terakhir Madrasah Aliyah
Muhammadiyah
Sumber: Data siswa MA Muahammadiyah
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2013/2014
berjumlah 70 murid, dan pada tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah
73 siswa, itupun mengalami peningkatan jumlah siswa pada kelas X
yang dari 15 siswa menjadi 29 murid, dan pada tahun ajaran
2015/2016 siswa berjumlah 71 murid.
KELAS
TAHUN AJARAN
2013/2014 2014/2015 2015/2016
L/P Siswa
Rombel
L/P Siswa
Rombel
L/P Siswa
Rombel
X 15 1 29 1 26 1
XI 29 1 15 1 32 1
XII 26 1 29 1 13 1
JUMLAH 70 3 73 3 71 3
62
7. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar
Kondisi sosial masyarakat di sekitar menjalin hubungan dengan Madrasah
Aliyah Muhammadiyah dengan berbagai aktifitas, seperti majlis ta’lim, khotbah
jum’at, Idul fitri, dulul adha, itu adalah salah satu cara madrasah menjalin
hubungan sosial dengan masyarakat sekitar walaupun terkadang masih ada
masyarakat yang kurang peduli terhadap Madrasah Aliyah Muhammadiyah.
Karena menurutnya, madrasah ini berada di tengah kota dan masyarakat
menganggap madrasah ini berbeda dengan sekolah pada umumnya karena hal itu
menyebabkan masih banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya di
sekolah umum. Walaupun madrasah ini berada ditengah kota tetapi madrasah ini
tidak kalah bersaing dengan sekolah umum yang ada disekitarnya madrasah ini
punya kelebihan antara lain yaitu mata pelajaran agama banyak , selain itu mata
pelajaran umum juga banyak . (wawancara dengan kepala madrasah tanggal 8
Agustus 2015)
8. Kondisi Sarana Prasarana
Sebagai lembaga pendidikan Islam Formal yang diakui oleh pemerintah, maka
tentulah identitas lembaga pendidikan sangat penting untuk diketahui, maka
dengan itu perlu mengetahui terhadap identitas dari Madrasah Aliyah
Muhammadiyah tersebut.
63
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah merupakan lembaga pendidikan yang
bercirikan Islam, madrasah ini berstatus sekolah swasta yang bernaung dibawah
yaysana yang bernama yayasan pondok Pesantren Muhammadiyah.
Adapun Identitas Madrasah Aliyah Muhammadiyah, yaitu:
IDENTITAS MADRASAH
PROFIL MADRASAH
1. Nama Madrasah : MA. Muhammadiyah Kota Bandung
2. No. Statistik Madrasah : 131232730009
3. Status Akreditasi : Terakreditasi “B”
4. Alamat Madrasah : Jl. Oto Iskandardinata 77B/95 Tegalleg
Barat Kelurahan Pelindung Hewan
Kecamatan Astanaanyar
Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
5. NPWP Madrasah : 01-691-779-1-422-002
6. Nama Kepala : Drs. Musa Muhammad
7. Telpon : (022) 5204826
8. Nama Yayasan : Muhammadiyah
9. Alamat Yayasan : Jl. Cik Ditiro No. 23 Yogyakarta 55262
Kelurahan Terban
Kecamatan Gondokusuman –Yogyakarta
64
10. No. Telpon Yayasan : 622+ 743 553132
11. No. Akte Pendirian Yayasan :
12. Kepemilikan Tanah : Hibah
a. Surat Kepemilikan Tanah : Hibah, sertifikat No. 28/1986,
no. 3829/1985, no. 9286/1992
b. Luas Tanah : 1815 m2
13. Status Bangunan :MILIKYAYASAN/
PERSYARIKATAN
MUHAMMADIYAH
a. Surat Izin Bangunan Nomor : No.503.642.3/SI/19443-Dpb Tahun 1993
b. Luas Bangunan : 802 m2
Sumber : observasi Dokumen Madrasah Aliyah Muhammadiyah
GOUVERNEMENT BESLUIT TGL. 22 – 8 -1914 NO.
81, 16-8-1920 NO. 40, Tgl. 2-9-1921 No. 36 SURAT
DEP. KEHAKIMAN TGL. 8-9-1971 NO. J A 4 / 160 /
4.
SURAT DEP. DALAM NEGERI TGL. 10-2-1971 NO.
SK 14/ DDA/ 1972 DAN SURAT DEP P & K. TGL. 24-
7-1974 NO. 23628/ MPK / 74
65
Sarana prasarana yang ada di Madrasah Muhammadiyah Kota Bandungpada
umumnya terbagi kedalam dua bagian, ada sarana yang berebtuk bangunan dan
berbentuk barang.
Adapun daftar Sarana Prasarana di Madrasah Aliyah Muhammadiyah seperti
data tabel di bawah ini:
66
Tabel 3.4
Daftar Sarana Prasarana Berupa Bangunan/Gedung
1.1.1 N
o
Jenis Bangunan
Jumlah
Ruang
Jumlah
ruang
kondisi
baik
Jumlah
ruang
kondisi
rusak
Kategori Kerusakan
Rusak
Sedang
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1 Ruang Kelas 3 - - - -
2 Perpustakaan 1
3 R. Lab. IPA - -
4 R. Lab. Biologi - -
5 R. Lab. Fisika - -
6 R. Lab. Kimia - -
7 R. Lab. Komputer 1
8 R. Lab. Bahasa - -
9 R. Pimpinan 1
10 R. Guru 1
11 R. Tata Usaha 1
67
12 R. Konseling 1
13 Tempat beribadah 1
14 R. UKS/Poskestren 1
15 Jamban 12
16 Gudang 1
17 R.Sirkulasi 1
18 Tempat Olahraga 1
19
R.Organisasi
Kesiswaan
1
20 R. Koperasi 1
21
R. Pramuka/
Sanggar
1
22 R. Osis/IPM 1
Sumber: Data Inventaris Sarana Prasarana Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Bandung.
Untuk sarana prasarana di MA Muhammadiyah sudah mendukung kegiatan belajar
mengajar agar nyaman, dengan keadaan baik dan sudah mengikuti setandar yang ada,
68
dikarnakan di MA Muhammadiyah hanya ada jurusan IPS untuk sarana prasarana yang
mendukung kegiatan IPA ditiadakan.
B. Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi kepala madrasah di MA
Muhammadiyah
Setiap pemimpin mempunyai gaya ataupun style tersendiri dalam
kepemimpinannya, begitu pula kepala MA Muhammadiyah yang mempunyai gaya
kepemimpinan dalam menjalankan fungsinya sebagai kepala madrasah, di dapat dari
hasil wawancara kebeberapa guru yang terlibat di dalam lingungan MA
Muhammadiyah tersebut mempunyai pandangan tersendiri terhadap gaya
kepemimpinan kepala madrasah tersebut.
Kepala sekolah sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk
bertindak sebagai pembangkit semangat, mendorong, merintis mempunyai fungsi
sebagai edukator, manager, administrator, supervisi, leader, inovator dan juga
motivator.
1) Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi sebagai edukator
Kepala madrasah dalam melaksanakan tugasnya sebagai edukator atau dalam
mendidik guru menggunakan gaya kepemimpinan demokratis di lihat dari
caranya memberi bimbingan dengan cara interaksi satu lawan satu, dan
mendukung guru-guru untuk meningkatkan profesionalannya, walau masih
sebatas dukungan dan motivasi. Sebagai kepala sekolah sebagai educator
69
memiliki tugas untuk meningkatkan mutu pengajar, salah satunya mengikuti
program-program yang diadakan pemerintah maupun yayasan, menurut Musa
Muhammad meningkatkan mutu guru sudah terencana dalam program kurikulum
2015-2016. (hasil wawancara dengan kepada madrasah Drs Musa Muhammad
Ahmad pada tanggal 26 agustus 2015 dan di dukung dengan data program
kurikulum 2015/2016 )
Tabel 3.5
PROGRAM KURIKULUM MA MUHAMMADIYAH
KOTA BANDUNG TP 2015/2016
NO PROGRAM
KEGIATAN
SASARAN YANG
INGIN DICAPAI
TARGET KEGIATAN YANG
AKAN DILAKSANAKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengadaan kalender
pendidikan.
Pembagian tugas.
Pembuatan jadwal
pelajaran.
Peningkatan mutu
pengajar.
Menyusun KTSP
Kegiatan belajar
mengajar (KBM)
Penyusunan program
dapat terlaksana dengan
baik dan terjadwal.
Semua guru dapat
melaksanakan tugasnya
sesuai dengan bidangnya.
Terlaksananya KBM
dengan lancer.
Semua guru dapat
memahami dan
mengmbangkan, model
metode dan cara mengajar.
Semua guru memahami
konsep KTSP.
Seluruh siswa dapat
menentukan seluruh
kopetensi dasar.
Agar setiap program
kegiatan dapat terencana
dengan baik sesuai
dengan kalender
pendidikan yang ada.
KMB apat berjalan
sesuai dengan kurikulum
yang digunakan (10,11
dan 12) kurikulum 2006.
Awal tahun pelajaran
sudah tersusun jadwal
pelajaran.
Tenaga pengajar lebih
professional.
KBM lebih terencana,
terarah dan terukur.
Tercapainya ketuntasan
belajar sesuai dengan
Penyusunan kalender
pendidikan tahun
2015/2016
-Menginventarisir tenaga
pengajar.
-membagi tugas mengajar
dan tugas lainnya.
Menyusun jadwal pelajaran
tahun 2015/2016.
Mengikuti penataan dan
aktif di MGMP, pelatihan
pelatihan.
Pembuatan KTSP
Melaksanakan KBM sesuai
dengan jadwal pelajaran
yang telah tersusun.
70
7.
8.
9.
10,
11.
12.
13.
14.
Supervisi.
Peningkatan
penguasaan bahasa
asing.
Peningkatan iman
dan taqwa.
Peningkatan nilai
(evaluasi)
Pengisian rapot
semester 1 dan 2.
Ujuan Nasional
-persiapan akademis
-persiapan teknis
Semua guru mata
pelajaran dapa terbina
dalam hal KBM Maupun
dalam administrasi
Semua siswa yang
meningkatkan wawasan
kemampuan berbahasa
asing lebih baik dan
lancer.
Terciptanya siswa
berahlaqul karimah.
Setiap kopetensi dasar
(KD) dapat terukur
ketuntaannya.
Siswa mengetahui hasil
belajarnya yang telah
dicapai.
Seluruh lulusan dengan
nilai yang memuaskan.
Mempesiapkan siswa
menghadapi ujian
nasional.
kurikulum yang
digunakan.
Pelaksanaan KBM di
kelas lebih terkontrol,
terarah dan terukur.
Kemempuan berbahasa
asing siswa lebih
berkembang dan
memperluas wawasan.
Siswa menjadi cager,
bager, pinter, singer tur
bener dan bisa
terlealisasi pada tahun
pelakaran 2015/2016.
Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan
pelaksanaan KBM.
Sebagai sarana motifasi
bagi siswa untuk
meningkatkan prestasi
belajarnya.
Mempertahankan
kelulusan, meningkatkan
nilai rata-rata, NTT,
NTR, dan menaikan
peringkat madrasah.
Tercipta hasil yang
optimal.
Terlaksananya ujian
dengan lancer dan
sukses.
Lebih banyak siswa
yang bisa diterima
sekolah paporit, PTN,
PTK, PTS.
-Menyusun jadwal
Supervisi
-Membuat format supervisi.
-Melaksanakan supervisi.
Mengadakan pisikotes da
mangadakan bimbingan
secara rutin.
-Mengadakan pesat
(pasantren kilat)
-mengadakan PHBI.
-Ulangan harian.
-UTS
-UAS
-Pengayaan/ remedial.
Mengadakan buku Rapot.
Melaksanakan ujian
madrasah/Nasional.
-mengadakan program
pemantapan
-melaksanakan latihan-
latihan soal.
-mengadakan TO.
Mengadakan bimbingan
dan konserling serta
motifasi yang intensif bagi
seluruh siswa.
-menyusun panitia UN
-menyusun UAS
71
15.
16.
17.
Peningkatan mutu
lulusan.
Pengembangan diri.
Studi tour/Studi
Luar Madrasah
Agar pelaksanaan Ujian
Nasional sesuai dengan
ketentuan.
Siswa kelas XII
melanjutkan keperguruan
tinggi.
Seluruh siwa.
Siswa bertambah
wawasan.
Potensi setiap siswa
dapat dikembangkan,
baik dalam bidang seni,
olah raga, bahasa
maupun dalam mata
pelajaran.
Dapat mencontoh dan
menerapkan hasil studi
tour.
-menyusun program kerja
-membuat format ujian
-sosialisasi ujian
-menyusun jadwal ujian
-menyusun pengawas ujian
-menyusun pemeriksaan
ujian
-melaksanakan ujian
-mengumumkan hasil
Membuat laporan.
-info perguruan tinggi
-mengarahkan siswa
-memotifasi dan memberi
bimbingan.
-sosialisasi program
-inventarisir kegiatan
-inventarisir tenaga kerja
-membuat jadwal
pelaksanaan.
-melaksanakan
pengembangan diri.
-melaksanakan studi
banding.
-penelitian ilmiah
-mengunjungi tempat-
tempat yang berhubungan
dengan IPTEK.
Sumber: Program kurikulum 2014/2015 Madrasah Aliyah Muhammadiyah kota Bandung
72
2) Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi manajer
Kepala madrasah dalam melaksanakan tugasnya sebagai manajer
menggunakan gaya demokratis di lihat dalam melaksanakan penyusunan
program lebih di berikan kepada ahlinya dan mengedepankan musyawarah untuk
penyusunan program, baik kepada bidang ahlinya yang bersangkutan maupun
bersama ketua yayasan dapat dilihat di program kerja tahunan kepala rapat rutin
bersama guru dan wakamad salah satunya untuk menyusun program kerja
kurikulum tahunan, dengan memposisikan sebagai manajer kepala madrasah
lebih mengatur agar dapat bekerja kelompok dan dapat bekerja sama dalam
melaksanakan tugasnya, contoh karena keadaan sekarang sedang menghadapai
akreditasi selalu mengedepankan kordinasi agar semua berjalan lebih mudah
dengan bersama (hasil wawancara dari Drs Musa Muhammad Ahmad dan hasil
tinjauan tanggal 26 agustus 2015)
3) Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi administrator
Kepala madrasah dalam melaksanakan tugasnya sebagai administrator
sangatlah penting dikarnakan salah satu tugas kepala sekolah merancang
program-program untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti program kerja
tahunan, dan sebagian mengikuti program yang sudah di tetapkan pemerintahan,
membantu mengelola administrasi keuangan, adminstrasi sarana dan prasarana
73
hingga mengelola administrasi peserta didik ( hasil ketika wawancara dengan Drs
Musa Muhammad Ahmad tanggal 26 Agustus 2015)
4) Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi supervisi
Kepala madrasah dalam melaksanakan fungsinya sebagai supervisi atau
sebagai pengawas melakukan pengawasan kedalam kelas, ketika kondisi
memungkinkan, misalnya bila guru yang bersangkutan belun masuk kedalam
kelas, mengarahkan ketika ada guru terlalu sering terlambat, mengarahkan dan
secara tidak langsung membimbing guru dengan menggunakan interaksi ketika
menegur sapa agar kegiatan KBM terlaksana dengan baik, dikarnakan menjadi
supervise sudah menjadi salah satu kegiatan maupun kewajiban untuk
mengawasi agar kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai tujuan yang telah
direncanakan. (wawancara tanggal 26 agustus 2015 dengan Kepada Madrasah
Drs Musa Muhammad Ahmad dan data di dalam program kurikulum)
5) Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi leader
Kepala madrasah dalam pelaksanaan fungsinya sebagai pemimpin sangatlah
baik di lihat dari caranya berkomunikasi yang baik dengan guru-guru tidak hanya
ketika rapat tetapi ketika ada kesempatan di mulai dari tegur sapa, beribincang
antar individu tidak suasana seperti keadaan formal, membuat nyaman untuk
melaksanakan tugasnya sebagai guru tidak melakukan pemaksaan tetap selalu
melakukan dorongan agar melakukan tanggung jawabnya dengan perbincangan
individu, berjiwa sosial peka terhadap lingkungannya, memberikan arahan tugas
74
yang cukup jelas seperti selalu menjelaskan tujuan visi dan misinya ketika rapat.
(Observasi dan hasil wawancara kepada Ibu Yepi tanggal 12 agustus 2015 dan
kepada Drs Musa Muhammad Ahmad tanggal 26 agustus 2015)
6) Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi inovator
Kepala madrasah dalam pelaksanaan fungsinya sebagai inovator melakukan
gebrakan-gebrakan salah satunya dari program unggulan pada tahun 2014/ 2015
dan 2015/2016 melakukan inovasi yang menarik dalam inovasinya di bidang
program unggulan.
Tahun 2014/2015 2015/2016
Program Unggulan Tahsin Wa Tahfizhul
Qur’an
Bahasa Arab dan
Inggris
Qiratul Kutub
Tahsin Wa Tahfizhul
Qur’an
Qrotul Kutub
Muhadastah
Conversation
Muhadhoroh
Hifdzul Quran (juz
‘Amma
Nahwu sharaf
Faroid/ Mawaris
Sumber : dokumen menyalin MA Muhammadiyah
Tetapi salah satunya program hifdul qur’an yang tidak mencapai targat 20%
sampai 30% hanya sampai target yang terlaksana pada lulusan 2014-2015 hanya
sampai 10%, dan tidak menargetkan kepada peserta didik untuk hapal 3 juz tetapi
dikembalikan lagi kemampuan peserta didik. (hasil wawancara dengan Dikdik
Sutiadi S.Pd.I wakamad kurikulum 11 agustus 2015, dan wawancara dengan
kepala Madrasah Drs Musa Muhammad Ahmad 26 agustus 2015)
75
7) Gaya kepemimpinan dalam pelaksanaan fungsi motivator
Kepala madrasah dalam memberikan komunikasinya sangatlah baik bisa di
sebut menggunakan demokratis di lihat dari caranya memberi komunikasi
melalui obrolan atau berbicara satu lawan satu, memberikan hubungan yang
harmonis dengan komunikasi dan pendekatan secara emosional kepada guru-
guru, dengan menghargai pendapat orang lain dapat memberikan kesan bahwa
kita memang peduli dan akan meningkatkan kinerjanya, mengadakan pasantren
kilat untuk peserta didik agar memotivasi dalam iman dan taqwanya, sesuai
dengan program kurikulum yang telah di rancang, sering mambemberi arahan
dengan baik meminta kerjasamanya, tidak selalu memaksakan kepada bukan
ahlinya. (di tinjau dengan observasi dan dilihat dari program kurikulum dan hasil
wawancara dengan kepala sekolah Drs Musa Muhammad Ahmad pada tanggal
11 dan 26 Agustus 2015)
C. Faktor pendukung dan penghambat dalam gaya kepemimpinan kepala
madrasah
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin pastilah ada pendukung dan
penghambat dalam melakukan kepemimpinannya di MA Muhammadiyah, dalam
kepemimpinannya yang menjadi faktor pendukung adalah guru-guru yang mampu
bekerja sama dengan sepenuhnya agar menciptakan kegiatan belajar mengajar dengan
sebaiknya, lingkungan yang mendukung keberlangsungan MA Muhammadiyah, guru-
76
guru yang mampu sedikit banyaknya mampu bekerja sama dengan mitra kerja, dapat
diberikan arahan dan masukkan.
Terus bekerja sama dan menjalin komunikasi yang baik agar pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan lancar, bekerja sama dengan yayasan Muhammadiyah,
bekerja sama dengan pengawas Muhammadiyah kota Bandung, hingga bekerja sama
dan menjalankan komunikasi yang baik dengan pusat, berkomunikasi dan
berkoordinasi dengan pendidik dan tenaga pendidik dengan baik agar proses kegiatan
proses pembelajaran berjalan dengan baik pula.
Faktor penghambatnya delam kepemimpinannya masih belum mencapai mutu
pendidikan yang di harapkan, keberlangsungan sekolah yang di tengah kota yang
bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan, keberadaan lokasi yang di dalam gang,
ketika rapat berlangsung kurangnya keterbukaan dalam gagasan, keterbukaan ketika
evaluasi, dan dikarnakan dilihat salah satu tujuan Muahammadiyah peserta didiknya
menjadi qur’ani mengadakan program pendidikan salah satunya program hifdul qur’an
akan tetapi belum mencapai hasil yangmaksimal mencapai targat 20% sampai 30%
hanya sampai target yang terlaksana pada lulusan 2014-2015 hanya sampai 10%, dan
tidak memaksakan kepada peserta didik untuk hapal 3 juz semuanya dikembalikan lagi
kepada kemampuan peserta didik, dan tidak ada tekanan dan pemaksaan hanya
memberikan dorongan kembali kepada peserta didik yang menjalankannya.
(wawancara dengan Drs. Musa Muhammad Ahmad selaku Kepala Madrasah pada
tanggal 26 agustus 2015)
77
D. Kebutuhan Madrasah terhadap gaya kepemimpinan
Kepala sekolah / madrasah mempunyai gayanya tersendiri dalam melaksanakan
peran utama dan menjadi penanggung jawab atas semua yang terjadi di dalam
lingkungan madrasah, madrasah menjadi pusat yang di unggulkan dalam mencetak
sumber daya manusia, kepala madrasah adalah orang yang paling bertanggung jawab
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya
(resources) madrasah. Kepemimpinan kepala madrasah merupakan faktor pendorong
untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran madrasah yang dipimpinnya menuju
madrasah yang bermutu.
Madrasah menjadi prioritas utama dalam memajukannya, dan begitu pula kepala
madrasah yang menjadi penanggung jawab atas maju mundurnya suatu lembaga
pendidikan, dapat disimpulkan kepala sekolah atau suatu pemimpin mempunyai
gayanya tersendiri dalam melaksanakan perannya dalam hal memajukan suatu lembaga
pendidikan.
Peran kepala madrasah sangatlah besar untuk meningkatkan mutu madrasah,
tanpa adanya kepemimpinan di suatu lembaga atau organisasi takan pernah berjalan
suatu lembaga tersebut, sebesar itu pula kebutuhan suatu lembaga pendidikan terhadap
kepemimpinan, semuanya saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya,
hanyasaja pemimpin menjadi pendorong agar terlaksana dengan baik visi, misi yang
78
telah di rencanakan. (wawancara dengan kepala madrasah Drs musa Muhammad
Ahman tanggal 26 agustus 2015)
79
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah mengadakan penelitian, penganalisaan dan pengelolaan data melalui
wawancara, observasi, studi dokumen tentang masalah yang diteliti, maka dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Latar alamiah Madrasah Aliyah Muhammadiyah adalah lembaga yang
didirikan bareng dengan Pondok Pesantren Muhammadiyah, yang didirikan
pada tahun 1969. Pada mulanya berdirinya Madrasah Aliyah Muhammadiyah
ini berbarengan dengan pondok pasantren muhammadiyah, berawal dari
dorongan ketua pimpinan Muhammadiyah periode 1962-1968, KH Ahmad
Badawi dan beberapa pihak pimpinan Muhammadiyah daerah Bandung, dan
didirikanlah pasantren muhammadiyah yang di ketuai oleh H. Umar Ahmad G.
(alm), Yang pada waktu itu ingin memenuhi tuntunan agar memperoleh Ijazah
dan selain itu juga mendapat dorongan dari pemerintah maka didirikan pula
sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah.
2. Gaya kepemimpinannya dalam melaksanakan 7 fungsi yang dalam proses
pelaksana Kepala sekolah sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut
untuk bertindak, mempunyai fungsi sebagai edukator, manager, administrator,
supervisi, leader, inovator dan juga motivator, dalam proses pelasanaan
80
gayanya memberikan kewenangan dan juga membuka sangat besar kepada
gurunya agar berkembang sesuai dengan perannya, walaupun belum maksimal
dalam melakukan gaya kepemimpinannya sebagai pengawasan terhadap guru-
guru mupun terhadap programnya, dalam melakukan fungsinya sebagai kepala
sekolah dapat disimpulkan lebih sering memakan dua gaya kepemimpinan yaitu
gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan afiliatif dengan
indicator-indikator seorang pemimpin lebih mengedepankan kerjasama atau
kolaboratif, memiliki pendekatan yang lebih dengan komunikasinya,
memberikan kepercayaan untuk dalam hal bidang ahlinya, lebih sering
melakukan musyawarah dengan guru-guru atau dengan yayasan.
3. Faktor penunjang dan penghambatnya sebagai kepala sekolah pastilah ada
mulai dari faktor pendukung dari yayasan, komunikasi yang baik dengan
pendidik dan tenaga pendidik menjadi kelebihan dari faktor penunjang, begitu
pula faktor penghambatnya yang terjadi di dalam peningkatan mutu pendidikan
dan program yang belum maksimal atau belum menyampai target yang telah di
tetapkan.
4. Kebutuhan madrasah terhadap gaya kepemimpin, atau sebagai kepala sekolah
sangatlah besar pengaruhnya dikarnakan baik buruknya suatu lembaga
pendidikan tergantung dari pemimpinya, dikarnakan seorang pemimpin
mempunyai gayanya tersendiri dalam melaksanakan kepemimpinannya, oleh
karena itu seorang pemimpin harus paham kepada tujuan pendidikan agar
tercapainya mutu pendidikan yang di inginkannya dengan ciri khas gayanya
81
dalam melaksanakan tusanya sebagai pemimpin, menjadi motivator untuk
meningkatkan semangat kinerja guru-guru, menguasai atau bekerja sama
dengan baik, komunikasi dengan baik dengan pendidik maupun tenaga
pendidik, memiliki sosial yang baik dengan bawahannya, agar dapat terciptanya
suasana kerja yang nyaman dengan penih tanggung jawab.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan peneliti ditemukan beberapa implikasi
yang terkandung dari hasil penelitian tersebut diantaranya pemimpin proses pendidikan
di suatu sekolah banyak ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, sebab
kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas segala sesuatunya
yang sudah, sedang dan yang akan terjadi di sekolah tersebut maupun guru-guru dan
programnya adalah baggian dari tanggung jawabnya, atau baik buruknya madrasah
salah satu faktornya di sebabkan oleh gaya kepemimpinannya.
Menurut penulis diharapkan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan dalam
pelaksanaan fungsinya maupun perannya melakukannya secara maksimal atau secara
menyeluruh, ditingkatkan lagi fungsi kepemimpinannya untuk mencapai hasil yang di
inginkan, agar dapat melakukan programnya sampai mendapat hasil yang telah di
targetkan, meningkatkan lagi ke 7 fungsinya dengan gaya kepemimpinannya dengan
maksimal agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan bantuan peran guru yang
berkulitas, oleh karena itu tingkatkan kualitas guru dengan di bimbing, melakukan
pembinaan agar guru dapat berkembang sesuai kemampuannya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto (2008), Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka
Engkoswara (2012), Administrasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, CV
Imam Musbikin (2013) Menjadi Kepala Sekolah yang Hebat Zanapa publishing.
Heri Gunawan (2012) Pendidikan Karakter, Bandung: Alfabeta.
Hikmat (2009) Manajemen Pendidikan Bbandung: Pustaka Setia.
Muhaimin, dkk (2009), Manajemen Pendidikan, Kencana
Jaja jahari dan Amirullah Syarbini, manajemen madrasah, Bandung Alfabeta, 2013
Jamal Ma’mur Asmani (2009) Manajemen pengelolaan dan kepemimpinan pendidikan
professional Jogjakarta: DIVA Press
Jaja Jahari. (2013). Pengelolaan Pendidikan (suatu pendekatan teori dan praktik).
Bandung: Fajar Media
Kadim Masaong dan Arfan A. Tilome (2011) Kepemimpinan Berbasis Multiple
Intelligence Gorontalo: Alfabeta.
Karna Sobahi, dkk (2010) ,Manajemen Pendidikan, Bandung : Cakra
Lexi Moleong. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif (rev ed). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Made Pidana (2007) Landasan Kependidikan Jakarta : Rineka
83
Marian Budiardjo, (2000) Dasar-dasar ilmu politik Jakarta: PT Gramedia pustaka
utama
Muhaimin, dkk (2009), Manajemen Pendidikan, Kencana
Mujamil Qomar (2007) Manajemen Pendidikan Islam Malang: Erlangga.
Mulyasa (2007) Menjadi Kepala Sekolah Profesional Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah.
Soerrjono Soekanto, (2009) Sosiologi Jakarta: Rajawali Pers
Sudarwan Danim dan Khairil (2013) Profesi Kependidikan Bandung: Alfabeta
Syaiful Sagala (2012) Manajemen strategi dalam peningkatan mutu pendidikan,
Alfabet.
Uin Sunan Gunung Djati Bandung, (2012), Pedoman Penulisan Skripsi, Bandung:
Sunan Gunung Djati Press.