Garpu Tala b2
-
Upload
jukmagic-fk -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
description
Transcript of Garpu Tala b2
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL
INDERA PENDENGARAN
Disusun oleh : KELOMPOK B2
No. Nama NPM
1. Tika E Pabidang 10700077
2. I Made Agus Hermanto 10700079
3. Cristophorus N.H 10700081
4. Ahmad Huda 10700083
5. Desy Feryawati 10700085
6. Muhammad Zulbani 10700087
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2011/2012
1
KATA PENGANTAR
Kami penjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah sehingga mendampingi penulis dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat penilaian tugas mata kuliah
Faal Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2010.
Dalam pembuatan makalah ini kami mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan menambah wawasan sehingga pada nantinya dapat berguna untuk kehidupan
masa yang akan datang.
Penulis menyadari tidak ada yang sempurna di dunia ini, demikian pula
dengan pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
yang terdapat dalam makalah ini, baik dari segi pemikiran, isi, dan pengolahan.
Oleh karena itu kiranya para pembaca bersedia memberikan kritik dan saran guna
menyempurnakan makalah ini.
Surabaya, 7 Desember 2011
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori
Indera pendengaran merupakan salah satu sistem sensorik khusus
yang menerima informasi berupa perubahan tekanan atau getaran udara
dari sumber suara yang ditransmisikan ke sistem saraf. Indera pendengar
manusia adalah telinga, selain sebagai indera pendengar telinga berfungsi
sebagai alat keseimbangan.
Telinga manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Telinga Luar
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga dan saluran telinga luar.
Daun telinga tersusun atas tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali
pada ujung paling bawah yaitu cuping telinga tersusun dari
lemak.Daun telinga berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan
suara yang masuk ke dalam telinga.
Saluran telinga luar berfungsi menghasilkan minyak serumen. Saluran
telinga luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan
rambut-rambut halus untuk menjaga agar benda asing tidak masuk,
dan terdapat kelenjar lilin yang berperan menjaga agar permukaan
saluran telinga luar dan gendang telinga tidak kering.
Di bagian akhir saluran telinga luar terdapat membran tipis yang
memisahkan telinga luar dengan telinga tengah disebut membran
timpani (selaput gendang).
2. Telinga tengah
Telinga pada bagian tengah merupakan suatu ruang di dalam tulang
pelipis, yang dilapisi jaringan mukosa.
Pada telinga bagian tengah terdapat :
3
a. Tulang-tulang pendengaran
Yaitu tulang martil (maleus), tulang landasan (inkus), dan tulang
sanggurdi (stapes). Ketiga tulang tersebut saling berhubungan melalui
sendi dan berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang
telinga menuju ke rongga telinga dalam.
b. Saluran eustachius
Saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan faring, saluran
ini berfungsi menjaga keseimbangkan tekanan udara pada telinga luar
dengan telinga tengah.
3. Telinga dalam
Telinga bagian dalam terdiri atas tiga bagian, yaitu jendela (tingkap),
labirin, dan organ korti. Tingkap atau jendela pada telinga ada dua
macam yaitu tingkap oval dan tingkap bulat (jorong). Telinga dalam
terdiri dari rongga yang menyerupai saluran-saluran. Rongga-rongga
ini disebut labirin tulang dan rongga yang dilapisi membran disebut
labirin membran. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian yaitu
vestibula, koklea (rumah siput), dan tiga saluran setengah
lingkaran.Koklea merupakan suatu tabung berbentuk melingkar dan
bergelung seperti cangkang keong serta berisi cairan limfa. Koklea
terdiri atas tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala
timpani.
1.1.1. Proses Pendengaran
Telinga dapat mendengar jika ada gelombang suara, gelombang
suara akan dikumpulkan oleh daun telinga, kemudian disalurkan ke
saluran telinga luar. Gelombang suara akan menggetarkan membran
timpani dan diteruskan ke dalam telinga tengah melalui tulang-tulang
pendengaran. Selanjutnya getaran diteruskan ke telinga dalam melalui
tingkap oval dan menggetarkan cairan perilimfe yang terdapat di dalam
skala vestibuli. Getaran cairan itu akan menggetarkan membran Reissner
dan cairan endolimfe dalam skala media, membran basilaris. Saat
4
membran basilaris bergetar akan menggerakkan sel-sel rambut dan ketika
sel-sel rambut menyentuh membran tektorial maka terjadi impuls yang
akan dikirim ke saraf otak lalu ke korteks otak bagian pendengaran untuk
diinterpretasikan.
Proses kedua suara yang masuk melalui lubang telinga di terima oleh
gendang telinga yang berakibat bergetarnya tiga tulang pendengaran yaitu
maleus,inkus dan stapes(middle Ear). Dan menyalurkan ke cohlea / rumah
siput.
Proses ke tiga di dalam cohlea / Rumah siput terdapat hear sell yang
yang bergetar akibat suara dan getarannya menghasilkan getaran listrik
yang dihasilkan dari energy kinestetik. Sehingga aliran listrik itu
menjadikan sinyal yang menyalurkan ke otak, yang di aliri oleh syaraf
pendengaran, untuk selanjutnya otak yang bekerja mengartikan semua
suara-suara yang masuk tadi.
1.1.2. Kelainan Pendengaran
Masalah kehilangan pendengaran biasanya datang secara berangsur-
angsur dan sangat jarang terjadi dengan Tuli Total. Banyak Kasus yang
menyebabkan kehilangan pendengaran, hal tersebut di bagi menjadi 3
kategori, yaitu :
a. Tuli Konduksi (Conduction deafness)
Disebabkan oleh kerusakan struktur fisik telinga yang menjalarkan suara
ke dalam koklea. Gangguan terjadi karena adanya hambatan konduksi
suara pada meatus acusticus dan telinga tengah.
b. Tuli Persepsi (Perception deafness)
Disebabkan karena adanya kerusakan sebagian atau seluruhnya dari hair
cell / reseptor pendengaran pada organ corti.
c. Tuli Sentral(Central deafness)
Disebabkan karena adanya gangguan pada lintasan saraf pendengaran atau
pada pusat pendengaran di otak.
5
Pemeriksaan Garpu Tala
Prinsip pemeriksaan:
a) Rinne : membandingkan air conduction dengan
bone conduction.
b) Schwabach : membandingkan bone conduction
antara pemeriksa dan orang coba.
c) Weber : memeriksa ada atau tidaknya lateralisasi
(pengerasan suara) pada salah satu sisi telinga.
d) Bing : memeriksa Occlusion Effect pada bone
conduction.
Air conduction (AC) menggunakan telinga luar dan tengah untuk
menghantarkan bunyi ke cohlearis dan seterusnya. Pada bone conduction
(BC) tulang tengkorak dibuat bergetar dengan jalan menempelkan benda
bergetar secara periodic, seperti garpu tala. Normalnya konduksi udara
melalui air conduction lebih baik daripada konduksi melalui tulang (BC).
Jika komponen BC normal, sedangkan seluruh system AC terganggu maka
gangguan diduga akibat kerusakan struktur fisik telinga yang menjalarkan
suara ke dalam koklea. Jika BC lebih peka dari AC maka gangguan total
diduga akibat kerusakan mekanisme koklearis.
Lateralisasi terjadi oleh beberapa kemungkinan:
1. Tuli konduksi kanan apabila sisi telinga kanan mendengar
getaran lebih keras
2. Tuli persepsi kanan apabila telinga kiri mendengar getaran
lebih keras
3. Tuli konduksi dan atau tuli persepsi pada kedua telinga dengan
gradasi berbeda
6
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil pemeriksaan garpu tala dengan metode Rinne?
2. Bagaimana hasil pemeriksaan garpu tala dengan metode Schwabach?
3. Bagaimana hasil pemeriksaan garpu tala dengan metode Weber?
4. Kelainan apa yang dapat ditemukan pada pemeriksaan garpu tala?
1.3 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui hasil pemeriksaan garpu tala dengan metode Rinne
2. Mengetahui hasil pemeriksaan garpu tala dengan metode Schwabach
3. Mengetahui. hasil pemeriksaan garpu tala dengan metode Weber
4. Mengetahui kelainan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan garpu
tala.
7
BAB II
METODE KERJA
PERALATAN:
1. Garpu tala, frekuensi 2048, 1024, 512, 256, 128.
2. Kapas dan air.
3. Stopwacth.
2.1. Dengan Menggunakan Cara Rinne
Tata kerja:
1. Getarkan kedua ujung garpu tala dengan dipukulkan pada telapak
tangan atau mendekatkan kedua ujung garputala kemudian secara
mendadak dilepaskan (seperti mencubit). Jangan dipukulkan kemeja atau
benda keras.
2. Tempelkan dengan sedikit tekanan gagang dari garpu tala pada prosesus
mastoideus pada sisi telinga yang diperiksa sampai orang coba memberi
tanda tidak mendengar.
3. Segera pindahkan garpu tala ke sisi lubang telinga lebih kurang 1,5 cm
dengan kedua ujungnya mengarah keatas pada bidang frontal dan
dengarkan getarannya.
Hasil: Rinne (+) bila orang coba masih mendengar suara setelah
dipindahkan kesisi lubang telinga.
4. Catat waktu (detik) saat pemindahan garpu tala saat orang coba
memberi tanda tidak mendengar lagi. Lakukan pada telinga kanan dan kiri
pada semua garpu tala (5 frekuensi).
5. Lakukan pemeriksaan pada telinga yang sakit atau tiruan dengan
menyumbat salah satu telinga dengan kapas dan lakukan tes rinne pada
telinga yang disumbat (dengan salah satu garpu tala).
8
2.2. Dengan Menggunakan Cara Schwabach
1. Garpu tala yang digetarkan ditempelkan pada prosesus mastoideus sisi
telinga yang diperiksa, sampai orang coba memberi tanda sudah tidak
mendengar lagi.
2. Segera garpu tala dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa
(dengan telinga normal).
Hasil:
- Bila pemeriksa masih mendengar suara getaran, disebut schwabach
memendek (orang coba mendengar dalam waktu lebih pendek dari
pemeriksa).
- Bila pemeriksa sudah tidak mendengar suara getaran, ada
kemungkinan schwabach normal atau memanjang.
Untuk memastikan dilakukan dengan membalik tes yaitu dari pemeriksa
ke orang coba.
3. Lakukan pula pada telinga yang sakit atau tiruan dengan menyumbat
salah satu telinga dengan kapas.
Disini pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan salah satu frekuensi
garpu tala.
2.3 Dengan Menggunakan Cara Weber
1. Garpu tala yang digetarkan ditempelkan pada verteks atau dahi (pada
garis median) orang coba.
2. Tanyakan apakah terdengar sama keras pada kedua telinga.
Hasil:
- Jika terdengar sama keras berarti tidak ada lateralisasi.
- Jika terdengar berbeda berarti ada lateralisasi.
3. Lakukan pemeriksaan pada telinga yang sakit atau tiruan dengan
menyumbat dengan kapas.
Dalam praktikum ini yang disumbat dengan kapas hanya 1 lubang telinga (jangan
berpindah selama praktikum).
9
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Tabel Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara Rinne, Weber, dan
Schwabach
Orang Coba = Tika E P Pemeriksa = Desy F
Frekuensi garpu tala: 288 Hz
Tanpa Sumbatan:
Pemeriksaan kanan kiri
Rinne + 9 s + 10 s
WeberTidak ada
lateralisasi
Tidak ada
Lateralisasi
Schwabach Normal Normal
Kesimpulan : Normal
Keterangan : Gambar hasil praktikum indera pendengaran oleh
mahasiswa coba yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Faal Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya pada tanggal 2 Desember 2011 pada pukul
13.00 WIB
Dengan Sumbatan (di telinga kanan):
Pemeriksaan kanan kiri
Rinne + 4 s + 12 s
WeberLateralisasi
ke kanan
Lateralisasi
ke kanan
Schwabach Memendek Normal
10
Kesimpulan : normal
Keterangan : Gambar hasil praktikum indera pendengaran oleh ketiga
mahasiswa coba yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Faal Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya pada tanggal 2 Desember 2011 pada pukul
13.00 WIB
11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil Praktikum
4.1.1 Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara Rinne
Pemeriksaan dilakukan pada tiga orang coba untuk memperoleh
hasil yang akurat. Pada mahasiswa coba satu yang menggunakan garpu
tala dengan frekuensi 288 Hz diperoleh hasil positif untuk telinga kanan
disumbat maupun tidak disumbat serta telinga kiri tanpa disumbat. Untuk
mahasiswa coba dua dan tiga yang masing-masing menggunakan garpu
tala dengan frekuensi 341,3 Hz dan 512 Hz juga memiliki hasil positif
pada seluruh indicator. Hasil pemerikaan ini menunjukkan bahwa ketiga
mahasiswa coba masih mendengar suara setelah dipindahkan ke sisi
lubang.
4.1.2 Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara Schwabach
Dari pemeriksaan garpu tala dengan cara Schwabach ketiga
mahasiswa coba memiliki hasil yang sama yakni pada telinga kanan dan
kiri tanpa sumbatan menunjukkan hasil negatif yang mengindikasikan
kriteria normal.Ini disebabkan pemeriksa tidak lagi mendengarkan suara
getaran garpu tala setelah dipindah dari telinga mahasiswa coba.
Sedangkan pada telinga kanan dengan sumbatan menunjukkan schwabach
memendek karena orang coba mendengar dalam waktu lebih pendek dari
pemeriksa.
4.1.3 Hasil Pemerikaan Garpu Tala Cara Weber
Pemeriksaan garpu tala dengan cara Weber pada ketiga mahasiswa
coba dengan menggunakan garpu tala dengan frekuensi yang sama seperti
percobaan sebelumnya yakni masing-masing 288 Hz, 341,3 Hz dan 512
Hz diperoleh hasil serupa yakni untuk telinga tanpa sumbatan
menunjukkan tidak ada lateralisasi sementara untuk telinga kanan diberi
sumbatan diketahui bahwa terdapat lateralisasi ke kanan sebab suara yang
12
terdengar berbeda. Perbedaan ini adalah suara terdengar lebih keras pada
telinga kanan.
4.2 Diskusi Pertanyaan
1. Terangkan dasar-dasar dari teori tersebut di atas
Dasar Teori Tes Rinne
Getaran melalui udara dapat didengar dua kali lebih lama
dibandingkan melalui tulang apabila garputala digetarkan.
Normal getaran melalui tulang dapat didengar selama 70 detik,
maka getaran melalui udara dapat didengar selama 40 detik.
Dasar Teori Tes Swabach
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan
oleh :
Getaran yang datang melalui udara (Air Conduction / AC).
Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo
temporale (Bone Conduction / BC).
Hasil dari AC harus selalu lebih baik dari pada BC. Hal ini
dikarenakan getaran yang datang melalui tengkorak, harus
melewati tengkorak yang meredamkan getaran
Dasar Teori Tes Weber
Garpu tala 341,3 Hz digetarkan lalu tangkainya kita letakkan
tegak lurus pada garis median (dahi, verteks, dagu, atau gigi
insisivus) dengan kedua kakinya berada pada garis horizontal.
Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar
lebih keras.
Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras pada
1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika
kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-
sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi atau terjadi
pemanjangan.
2. Kemungkinan kelainan apa saja yang dapat ditemukan bila:
a. Rinne : positif
13
Telinga dalam kondisi normal, dimana orang coba tidak dapat lagi
mendengar getaran garpu tala saat di tempelkan di prosesus
mastoideus namun orang coba masih dapat mendengarkan getaran
dari garpu tala selama beberapa waktu tertentu setelah dipindahkan
pada 1,5 cm didepan lubang telinga. Hal ini menunjukkan bahwa
hantaran AC lebih baik daripada hantaran BC.
Normal = Jika tes Rinne positif.
Tuli konduktif = Jika tes Rinne negatif.
Tuli sensorineural = Jika tes Rinne positif.
b. Weber : tidak ada lateralisasi
Telinga dalam kondisi normal, dimana orang coba mendengar sama
keras pada kedua telinga.
Normal = Jika tidak ada lateralisasi.
Tuli konduktif = Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang
sakit.
Tuli sensorineural = Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga
yang sehat.
Misalnya terjadi lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan
yang bisa terjadi pada telinga pasien, yaitu :
- Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal.
- Telinga kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga
kanan lebih parah.
- Telinga kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan
normal.
- Telinga kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi
telinga kiri lebih parah.
- Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri
mengalami tuli sensorineural.
c. Schwabach : memanjang
Telinga orang coba terlalu peka, ketika orang coba sudah tidak
mendegar getaran garpu tala yang ditempelkan pada prosesus
mastoideusnya kemudian segera garpu tala dipindahkan ke prosesus
14
mastoideus pemeriksa dan pemeriksa juga sudah tidak mendengar lagi,
tetapi sebaliknya percobaan dari pemeriksa ke orang coba, ketika
pemeriksa sudah tidak mendegar getaran garpu tala yang ditempelkan
pada prosesus mastoideusnya kemudian segera garpu tala dipindahkan
ke prosesus mastoideus orang coba, orang coba masih dapat
mendengar getaran garpu tala. Hal ini menunjukkan adanya Tuli
Konduktif.
Normal = Schwabch normal.
Tuli konduktif = Schwabach memanjang.
Tuli sensorineural = Schwabach memendek.
3. Bagaimana hasil pemeriksaan seandainya penderita dengn tuli saraf?
Tuli saraf disebabkan oleh kerusakan koklea atau nervus auidorius.
Orang dengan tuli saraf dengan pengujian konduksi udara dan konduksi
tulang diketahui mengalami penurunan atau kehilangan kemampuan
total untuk mendengar suara. Pada audiogram pemeriksaan tuli saraf
sebagian, tuli terutama untuk suara berfrekuensi tinggi. Apabila terjadi
tuli syaraf / tuli sensori neural maka kemungkinan yang terjadi pada
penderita ialah didapati hasil pemeriksaan antara lain:
1. Dalam pemeriksaan weber terjadi jika pasien mendengar lebih
keras pada telinga yang sehat.
2. Dalam pemeriksaan tes rinne ditemukan rinne Positif.
Dalam pemeriksaan scwabach ditemukan schwabach memendek.
15
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
9. Jakarta:EGC.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta:EGC
16