Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Ende-1
Transcript of Gambaran Umum Kondisi Kabupaten Ende-1
GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN ENDE
A. Kondisi Geografis dan Demografi
1) Karakteristik lokasi dan wilayah Kabupaten Ende
a. Batas Administrasi Daerah dan Luas Wilayah
Wilayah Kabupaten Ende seluas 2.046,60 km², memiliki ketinggian kurang dari
500 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 00 - 40 dengan batas-batas
sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores pada 1220 50’ 41” BT dan 80 54’ 17”
LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate (Natural Border);
Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu pada 1210 24’ 27” BT dan 80 54’ 17”
LS di Nangamboa atau 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate (Natural Border);
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sikka dari pantai utara 1210 02’ BT
dan 80 26’ 04” LS di Nangambawe ke arah tengah pada 1210 55’ 44” BT dan 80 43’ 44”
LS di
Nangamanuria ke arah pantai selatan pada 1220 BT dan 80 54’ 27” LS di Ngalu Ijukate
(Artificial Border);
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dari pantai utara 1210 50’ 41”
dan 80 26’ 04” LS di Nanganiohiba ke arah utara pada 1210 26’ 04” BT dan 80 4’ 17”
LS di Sanggawangarowa ke arah pantai selatan pada 1220 24’ 27” BT dan 80 54’ 27”
LS di Nangamboa (Artificial Border).
Pembagian wilayah Administrasi Kabupaten Ende merupakan data wilayah
administratif diluar penetapan desa defenitif dan desa persiapan oleh
pemerintah Kabupaten Ende tahun 2011, sebagaimana terlihat pada tabel 2.1 di
bawah ini.
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kabupaten Ende dirinci Per Kecamatan
No. Kecamatan
Luas
wilayah
J u m l a h
(km2) Desa/Kelurahan Dusun/Lingkungan
1. Ende Selatan 12,65 5 24
2. Ende Utara 48,55 7 39
3. Ende Timur 38,76 6 24
4. Ende Tengah 7,43 4 12
5. Ndona 106,47 14 45
6. Ndona Timur 40,24 6 16
7. Detusoko 194,07 21 76
8. Wolowaru 66,84 15 50
9. Lepembusu Kelisoke 136,2 10 32
10. Kelimutu 58,94 6 30
11. Wolojita 32,90 6 26
12. Wewaria 157,95 17 64
No. Kecamatan
Luas
wilayah
J u m l a h
(km2) Desa/Kelurahan Dusun/Lingkungan
13. Maurole 155,94 9 35
14. Maukaro 102,60 10 33
15. Detukeli 198,81 12 36
16. Kotabaru 179,81 10 39
17. Ende 179,50 18 66
18. Nangapanda 213,17 18 60
19. Pulau Ende 63,03 7 21
20. Lio Timur 46,79 8 33
21. Ndori 5,94 5 18
Sumber data : BPMD Kab. Ende, 2011
b. Topografi
Pembagian wilayah menurut ketinggian dari permukaan laut terdiri atas 79,4 %
luas wilayah berada pada ketinggian kurang dari 500 meter diatas permukaan
laut, dan 20,6% luas wilayah berada pada ketinggian lebih dari 500 meter
diatas permukaan laut. Sementara itu, pembagian wilayah menurut kemiringan
tanah adalah:
3,02 % dari luas wilayah dengan kemiringan 0 - 3 %;
5,85 % dari luas wilayah dengan kemiringan 3 - 12 %;
19,59 % dari luas wilayah dengan kemiringan 12 - 40 %;
71,54 % dari luas wilayah dengan kemiringan 40 %.
c. Geologi
Pembagian wilayah menurut kedalaman tanah efektif, terbagi atas :
52,96 % kedalaman tanah efektif 0 – 30 cm;
11,32 % kedalaman tanah efektif 30 – 60 cm;
30,22 % kedalaman tanah efektif 60 – 90 cm;
5,50 % kedalaman tanah efektif 90
Sedangkan pembagian wilayah menurut tekstur tanah, terdiri atas :
Tekstur tanah sedang = 22,99 % ;
Tekstur tanah kasar = 57,11 % ;
Tekstur tanah halus = 3,70 % ;
Tidak dikategorikan = 16,90 %.
d. Hidrologi
Secara umum kondisi hidrologi di Kabupaten Ende terdiri dari air bawah tanah,
air permukaan dan sungai, dengan kondisi masing – masing sumber air sangat
bergantung pada intensitas curah hujan dan tingkat kerusakan hutan. Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di Kabupaten Ende yaitu Sungai Wolowona,
Sungai Loworea, Sungai Nangapanda dan Sungai Ndondo.
Adapun data mata air yang terdapat di Kabupaten Ende disajikan dalam tabel 2.2
berikut :
Tabel 2.2. Kondisi Debit Mata Air dan Kali Wolowana Kabupaten Ende Tahun 2009
No Uraian Musim Panas Musim Sedang Musim Hujan
Liter/detik Liter/detik Liter/detik
1 Mata air Woloare 4 7 12
2 Mata air Aepana 7 15 18
3 Mata air Aekipa 6 9 14
4 Kali Wolowana 37.5 37.5 37.5
Total BNA 54.5 68.5 81.5
e. Klimatologi
Curah Hujan :
Dari data diperoleh bahwa jumlah curah hujan dan banyaknya curah hujan
tahun 2010 relatif kecil dan bervariasi antara bulan yang satu dengan bulan
yang lainnya. Jumlah curah hujan dan banyaknya hujan lebih besar pada
bulan‐bulan Oktober – April (keadaan tahun 2010). Wilayah-wilayah yang
mendapat hari hujan dan banyaknya hujan lebih tinggi adalah wilayah timur
seperti Kecamatan Wolowaru dan Lio Timur dengan jumlah curah hujan per
tahun 2.169 milimeter dan jumlah hari hujan terbanyak di Kecamatan Ende
Selatan yaitu 104 hari pada tahun 2010.
Cuaca :
Perubahan suhu harian tidak terlalu menonjol antara musim panas dan
musim dingin. Rata-rata amplitudo suhu harian 60 0C dengan rata-rata suhu
siang hari 33,5 0C dan malam hari 23 0C.
2) Potensi Pengembangan Wilayah
A. Potensi Pertambangan
Potensi pertambangan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Ende antara
lain:
a) Panas Bumi
Mutubusa - Sokoria
Manifestasi panas bumi yang muncul di daerah sokoria berupa mata
air panas, fumarol, dan batuan teralterasi. Manifestasi-manifestasi
tersebut secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok
lokasi.
Kelompok pertama di daerah Detusoko terdiri dari air panas Eko
Lowo Ndopo, air panas Petu Podo dan air panas Oka Kamba, yang
muncul dari rekahan lava pada ketinggian sekitar 760 meter dpl,
suhu 37 – 56oC, pH Netral, debit air kurang lebih 60 liter/ menit,
tidak berwarna, dan tidak berbau.
Kelompok kedua di daerah Desa Wolofeo yaitu air panas Lowo Mera,
berupa mata air panas dan sinter silika. Air panas muncul dari
rekahan lava dari ketinggian 800 meter dpl dengan suhu 76oC, pH
Netral, debit air kurang lebih 6 liter/ menit, tidak berwarna dan
tidak berbau.
Kelompok ketiga di daerah Desa Sokoria, berupa mata air panas,
solfatara-fumarola dan alterasi. Manifestasi ini muncul pada
ketinggian 1.215 meter dpl dengan suhu air panas 92oC, pH Asam,
debit air sekitar 600 liter/ menit. Air panas muncul pada lapangan
solfatara-fumarola dengan luas areal kurang lebih 25 m2 terhampar
bongkahan lava dan alterasi berwarna putih, coklat dan kuning,
berupa kawah, bau sulfida pekat.
Lesugolo
Morfologi daerah Lesugolo sebagian besar dicirikan oleh relief
pegunungan kaldera tua dan perbukitan bergelombang. Litologinya
tersusun oleh dua kelompok besar batuan, yaitu kelompok batuan
sedimen Vulkanoklastik Tersier di sebelah selatan dan kelompok
batuan Vulkanik Kuarter di sebelah utara.
Di daerah Lesugolo terdapat tiga kelompok mata air panas yaitu:
mata air panas Ae Dhara, mata air panas Lesugolo dan mata air
hangat Lowo Geru dan Ae Petu, disertai adanya sinter travertin di
sekitar bualan dan semburan air panas. Mata air panas Lesugolo
bersuhu tinggi (94,5 – 98,2oC), termasuk tipe air sulfat netral dengan
kandungan klorida dan bikarbonat cukup tinggi dan dalam posisi
partial equilibrium. Dengan menggunakan geotermometer silika dan
Na/K yang diperoleh perkiraan suhu bawah permukaan berkisar
antara 160o C sampai 180o C.
Sistem panas bumi Lesugolo kemungkinan outflow, sumber panas
terletak di bagian utara pada elevasi yang lebih tinggi, mengalir
secara lateral ke bagian timur pada tekanan dan suhu tinggi. Hal ini
didukung oleh adanya zona tahanan jenis semu rendah (<10Ωm)
yang terletak di bagian barat laut muncul disemua bentangan AB/2.
Pola anomali ini mempunyai lidah mengarah ke mata air panas
Lesugolo dan membuka ke arah barat laut yakni ke daerah
bertopografi lebih tinggi. Estimasi cadangan terduga diperoleh
sebesar 45 MWe.
b) Mn (Mangan) – Fe (Ferro/besi)
Indikasi mineralisasi Mn – Fe ditemukan pada 4 (empat) lokasi, masing-
masing 2 (dua) lokasi di Kecamatan Maukaro dan Kecamatan Ende. Dua
lokasi yang ditemukan di Kecamatan Maukaro indikasinya dalam bentuk
batuan apungan, yaitu di S.Tanangelu, Kp. Bolenggo, Desa Moge dan di S.
Lowombakabita, Kp. Kambaleke, Desa. Boafeo. Sedangkan dua lokasi
indikasi di Kecamatan Ende ditemukan berupa batuan apungan dan
singkapan, yaitu ditemukan di S. Kojagara, Kp. Pemo, Desa Mbotutenda.
Kesemua indikasi tersebut ditemukan dalam lingkungan batuan gunung
api (breksi, lava dan tufa bersifat andesitik – basaltik Formasi Kiro.
c) Tembaga (Cu)
Indikasi mineralisasi tembaga yang ditunjukkan adanya mineral-mineral
pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), malakit (Cu2Co3(OH)2), azurit
(Cu3(Co3)2(OH)2 dan bornit (Cu5FeS4) ditemukan pada singkapan
batuan breksi andesitik-basaltik terubah Formasi Kiro dan float silicified
breccia dengan pirit tersebar dan terlihat adanya barit, keduanya
ditemukan di S. Moluola (Desa Ronokolo, Kecamatan Maurole),
sedangkan malakit terdapat pada breksi hidrotermal pada lingkungan
batuan gunung api Formasi Tanahau, yang ditemukan di Tanjungalebu
Kecamatan Maurole. Hal tersebut ditunjang oleh hasil pemeriksaan
laboratorium fisika mineral, bahwa di bawah mikroskop cahaya pantul,
mineral logam yang teridentifikasi adalah pirit dan malakit. Namun hasil
analisis kimianya menunjukkan kandungan Cu yang rendah.
d) Indikasi Biji Besi (Fe)
Indikasi biji besi yang ditunjukkan oleh float biji magnetit ditemukan di
S. Lowoboa (Kp. Mulawatu, Desa Fatamari, Kecamatan Lio Timur) yang
ditemukan pada lingkungan lava andesitik-basaltik Formasi Tanahau,
berdasarkan peta geologi yang ada keberadaan formasi tersebut
diterobos oleh diorit – granodiorit. Hasil analisis kimia menunjukkan
kandungan magnetit tinggi (Fe3O4): 88,17%, sedangkan hematit
(Fe2O3): 4,53%, SiO2: 0,25% dan S: 0,16% serta Fe total: 68,79%.
Berdasarkan hasil analisis mineragrafi, mineral logam yang
teridentifikasi adalah magnetit (60%) berbutir halus-masif, sebagian
teroksidasi mengikuti retakan menjadi hydrous iron oxides (5%) dan
pada beberapa bagian terubah ke hematit (5%).
e) Indikasi Mineralisasi Pirit – Kalkopirit dan Urat kuarsa
Hasil pengamatan di tempat lainnya baik dari float maupun singkapan
seperti yang terlihat di daerah sekitar Wolowaru – Moni, yaitu singkapan
batuan terubah (silisifikasi – propilitisisasi – argilitisasi) dari tufa
andesitik umumnya menunjukkan piritisasi kuat, yang teramati di
pinggir jalan antara Detosuko – Wolowaru, sedangkan float batuan
terubah silisifikasi – propilitisisasi – argilitisasi dari tufa andesitik
dengan piritisasi kuat yang ditemukan di Sungai Tewa. Namun hasil
analisis kimianya menunjukkan kandungan logam dasar dan logam mulia
yang rendah. Kandungan Cu: 134 ppm, Pb: 71 ppm, Zn: 194 ppm, Ag: 3
ppm. Urat kuarsa berarah barat – timur mengandung pirit, limonit
ditemukan dalam batuan tufa andesitik Formasi Kiro tersingkap di
pinggir jalan dari Detusoko ke arah Detukeli. Hasil analisis kimia Cu: 490
ppm, Pb: 40 ppm, Zn: 85 ppm, Au: 16 ppm dan Ag: 2 ppm. Singkapan
batuan andesitik dengan diseminasi pirit dan kalkopirit di puncak bukit
Kelindati menunjukkan kandungan Cu: 14.880 ppm (1,49% Cu), sehingga
daerah Kelindati dan sekitarnya merupakan daerah prospek tembaga
yang perlu diperhatikan.
f) Zoelith dan Pasir Besi
Kandungan zeolith terdapat di Kecamatan Nangapanda. Sedangkan
kandungan pasir besi terdapat di pesisir pantai selatan Kabupaten Ende.
B. Potensi Perikanan dan Kelautan
a) Kabupaten Ende memiliki pantai di wilayah Utara dan Selatan.Wilayah
Pantai Utara sepanjang 60 mil atau 111.120 Km dan Pantai Selatan
sepanjang 51 mil atau 94.452 Km.
b) Potensial pantai untuk pengembangan budidaya tanaman pantai di Pantai
Utara ±60% (36 mil atau 66,68 Km) sedangkan untuk Pantai Selatan
adalah juga ± 60% (30,60 mil atau 56,68 Km).
c) Luas Perairan pantai (4 mil)
Luas perairan pantai Utara 823,2 Km2
Luas perairan pantai Selatan 700 Km2
Luas seluruh perairan (4 mil) 1.523,20 Km2
d) Luas areal untuk budidaya air laut 1.350 Ha, baru dikelolah 20 Ha.
e) Luas areal untuk budidaya air payau 2.210 Ha, baru dikelolah 86 Ha.
f) Luas areal untuk budidaya air tawar 2.282 Ha, baru dikelolah 7.500 M2
g) Potensi Mangrove (hutan bakau) dengan luasan total 116,5 ha, dengan
rincian seperti tabel 2.3. berikut.
Tabel 2.3. Potensi Mangrove (hutan bakau) di Kabupaten Ende
No.
Kecamatan
Luas
Areal Mangrove
(Ha)
Jenis Mangrove
Rhizopora
(Ha)
Avecenia
(Ha)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ende Selatan Ende Nangapanda Maukaro Wewaria Maurole Kotabaru
- - 5
30 27
22,5 32
- - 5 - - - 9
- - -
30 27
22,5 23
Total 116,5 14 102,5
Sumber data : DKP Kab. Ende, 2010
h) Potensi Terumbu Karang dengan luasan total 172,5 ha, dengan rincian
seperti tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4. Potensi Terumbu Karang di Kabupaten Ende
No. Kecamatan Luas Areal
Terumbu Karang (Ha)
Kondisi Fisik Terumbu Karang
Baik (Ha) Rusak (Ha)
1 2 3 4 5 6
Pulau Ende Lio Timur Maukaro Wewaria Maurole Kotabaru
2,5 2
25 106 26 9
2 1
11 27 16 8
0.5 1
14 79 12 1
Total 172,5 65 107,5
Sumber data : DKP Kab. Ende, Tahun 2010.
i) Potensi lestari sumber daya ikan yang boleh ditangkap adalah 19.299,4
ton/ tahun, yang terdiri dari:
Perairan Utara Kab. Ende : 6.9332,4 ton/tahun
Perairan Selatan Kab. Ende : 12.367 ton/tahun
j) Potensi perairan untuk Budidaya Rumput Laut: 987 ha, Budidaya Mutiara:
251 ha, Budidaya Ikan Kerapu dan Beronang: 150 ha, Budidaya Tripang
112 ha, Budidaya Tambak 1.090 ha.
C. Potensi Kehutanan dan Perkebunan
Kehutanan:
Fungsi Hutan berdasarkan Hasil Pemaduserasian Tata Guna Hutan
Kesepakatan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi: 74.317,54 ha.
a) Kawasan Lindung (31.610,52 ha) terdiri dari :
a. Hutan Lindung : 24.193,72 Ha
b. Cagar Alam : 2.060,30 Ha
c. Suaka Margasatwa : - Ha
d. Taman Buru : - Ha
e. Taman Nasional : 5.356,50 Ha
f. Taman Wisata : - Ha
b) Kawasan Budidaya (42.707,02 ha) terdiri dari :
a. Hutan Produksi : 36.557,02 Ha
b. Hutan Produksi Terbatas : 2.275,00 Ha
c. Hutan Produksi yang Dikonversi (HPK) : 3.875,00 Ha
Kondisi Tegakan Hutan Lebat: 58%, sedangkan sisanya: 42% adalah Lahan
Kritis (Hutan Rawang, Semak Belukar dan Tanah Kosong). Luas lahan kritis
tersebut dapat dilakukan Reboisasi dengan jenis-jenis tanaman kayu-
kayuan serba guna.
Perkebunan:
Kabupaten Ende sama memiliki beberapa jenis komoditas andalan yang
mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif antara lain :
Tanaman Kelapa : 11.821 Ha
Tanaman Kopi : 9.549 Ha
Tanaman Kakao : 5.344 Ha
Tanaman Jambu Mente : 7.161 Ha
Tanaman Cengkeh : 1.198,10 Ha
Tanaman Vanili : 151,40 Ha
Tanaman Marica : 36,50 Ha
Tanaman Pala : 27 Ha
Tanaman Kemiri : 8.068 Ha
Dari potensi wilayah untuk lahan kering seluas 44.884 Ha, yang sudah
dikembangkan seluas 29.204 Ha sedangkan yang belum dikembangkan
seluas 15.680 Ha. Kemungkinan pengembangan adalah :
Tanaman Kopi Arabika (Andung Sari I) : 8.974 Ha
Tanaman Kakao : 1.000 Ha
Tanaman Kelapa : 1.000 Ha
Tanaman Fanili : 500 Ha
Tanaman Pala : 372 Ha
Tanaman Marica : 569 Ha
Pengembangan tanaman perkebunan masih sangat dibutuhkan sesuai
dengan potensi lahan yang tersebut di atas, namun yang perlu
diprioritaskan pelaksanaannya adalah pada pembukaan lahan baru yang
masih kosong seluas 500 Ha. Sesuai rencana akan dikembangkan dengan :
Tanaman Jambu Mete : 100 Ha
Tanaman Kakao : 200 Ha
Tanaman Kopi Andung Sari I : 100 Ha
Tanaman Kelapa Dalam : 100 Ha
Upaya peningkatan terus dilakukan untuk memenuhi pasar lokal, nasional
maupun internasional. Secara teknis peningkatan produksi dapat dilakukan
melalui kegiatan pengembangan untuk meningkatkan produksi per satuan
luas dengan memanfaatkan potensi lahan yang masih tersedia. Untuk
wilayah Kabupaten Ende, sebagian besar berlahan kering dan beriklim
kering. Pengembangan tidak sebatas untuk meningkatkan produksi, tetapi
juga meningkatkan kelestarian lingkungan, sehingga tata air lebih baik
sekaligus mencegah erosi.
D. Potensi Pariwisata
Potensi di bidang kepariwisataan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Ende
meliputi obyek wisata alam, wisata budaya, dan wisata bahari. Secara umum
obyek wisata tersebut belum dikembangkan secara baik dan masih bersifat
lokal.
Satu obyek yang sudah dikembangkan adalah Danau Kelimutu yang dikelola
oleh Taman Nasional Kelimutu. Obyek wisata ini merupakan kebanggaan daerah
ini karena merupakan salah satu keajaiban dunia dengan pesona 3 (tiga)
warnanya.
Secara khusus digambarkan trend kunjungan wisman ke danau kelimutu selama
tahun 2011 mencapai 28.168 kunjungan atau mengalami peningkatan sebesar
0.9 % dibandingkan kunjungan wisman tahun 2010 yang sebanyak 24.815
kunjungan.
Adapun gambaran potensi pariwisata di Kabupaten Ende antara lain :
Tabel 2.5. Potensi Pariwisata di Kabupaten Ende
Jenis Wisata Nama Obyek Lokasi Kecamatan
Wisata Bahari 1. Pantai Maukaro Maukaro
2. Pantai Nangaba Ende
3. Pantai Bitta Ende Timur
4. Pantai Mbuu Ndona
Jenis Wisata Nama Obyek Lokasi Kecamatan
5. Pantai Nggela Wolojita 6. Pantai Maubasa Ndori 7. Pantai Wewaria Wewaria 8. Pantai Bolenggo Wewaria 9. Pantai Ropa Maurole 10. Pantau Waruloo Maurole Wisata Alam 1. Danau Kelimutu Kelimutu 2. Danau Tiwusora Kotabaru 3. Air Panas Liasembe Kelimutu 4. Air Panas Detusoko Detusoko 5. Air Panas Kombandaru Ende 6. Panas Bumi Mutubusa Ndona Timur 7. Panas Bumi Lesugolo Detukeli 8. Air Terjun Murundao Wolowaru Wisata Budaya 1. Perkampungan Adat Moni Kelimutu Nggela Wolojita Wolondopo Detusoko Wologai Detusoko Saga Detusoko Wolotopo Ndona Wolokota Ndona Rada Ara Ndona Tana Eja Nangapanda Orakeri Nangapanda 2. Situs Bung Karno Ende Utara
3) Kawasan Rawan Bencana Alam
Karakteristik Kabupaten Ende dilihat dari berbagai aspek seperti geologi, geografis,
morfologi, topografi, iklim dan jenis tanah adalah daerah yang rawan bencana.
Berbagai jenis bencana, baik Bencana Alam (gempa bumi, letusan gunung api,
banjir, longsor, gelombang pasang, angin puting beliung, debris flow dan
kekeringan) maupun Bencana Non Alam (penyakit/ KLB, penyakit/ hama tanaman,
kebakaran) selalu menjadi ancaman di wilayah Kabupaten Ende.
a) Gempa Bumi
Kabupaten Ende di Provinsi NTT juga dikenal sebagai salah satu lokasi rawan
gempa di Indonesia. Daerah ini mempunyai pertumbuhan penduduk yang
cepat, termasuk bangunan yang ada, khususnya di Kota Ende dan sekitarnya.
Sejumlah gempa bumi yang merusak telah menghantam daerah ini (Gempa
Bumi Maumere tahun 1989 dan 1992). Gempa bumi di wilayah ini umumnya
diakibatkan oleh saling bergeseknya tepia zona subduksi atau jalur patahan
(fault) aktif. Intensitas maksimum suatu gempa bumi dianggap merusak yang
dapat dicatat di daerah ini adalah antara skala VIII dan IX menggunakan skala
Modified Mercalli Intensi (MMI) Scale.
Tabel 2.6.
Kecamatan yang termasuk dalam zona bahaya gempa bumi di Kabupaten Ende
b) Tsunami / Gelombang Pasang
Potensi rawan bencana tsunami/gelombang pasang dapat dirinci sebagai
berikut :
Kecamatan Nangapanda : Desa Bheramari, Desa Raporendu, Desa Ondorea, Desa
Ondorea Barat, Kelurahan Ndorurea, Desa Ndorurea 1, Desa Nggorea, dan Desa
Penggajawa.
Kecamatan Pulau Ende : Desa Puutura, Desa Rorurangga, Desa Rendoraterua, Desa
Aejeti, Desa Ndoriwoy, Desa Redodori dan Desa Paderape.
Kecamatan Ende : Desa Rukuramba
Kecamatan Ende Selatan : Kelurahan Rukun Lima, Kelurahan Mbongawani,
Tetandara, Paupanda dan Kelurahan Tanjung.
Kecamatan Ende Utara : Kelurahan Kotaraja, Kotaratu, Desa Borokanda, dan Desa
Gheogoma.
Kecamatan Ende Timur : Kelurahan Mautapaga
Kecamatan Ndona : Desa Nanganesa, Wolotopo, Desa Wolotopo Timur, Desa
Ngalupolo, Desa Reka, Desa Nila, Desa Kekasewa, Desa Ngaluroga.
Kecamatan Wewaria : Desa Aemuri, Desa Mukusaki, Desa Ekoae, dan Desa
Wewaria.
Kecamatan Maukaro : Desa Magekapa, Desa Kobaleba, Desa Kebirangga, dan Desa
Nabe.
Kecamatan Maurole : Desa Aewora, Desa Watukamba, Desa Ranakolo, Desa
Ranakolo Selatan, Desa Maurole, Desa Mausambi, dan Desa Keliwumbu.
Kecamatan Kotabaru : Desa Loboniki dan Desa Kotabaru.
Kecamatan Wolowaru : Desa Mbuliwaralau
Kecamatan Lio Timur : Desa Hobatua
Kecamatan Ndori : Desa Maubasa, Desa Maubasa Timur dan Desa Serandori.
c) Letusan Gunung Berapi
Daerah Rawan Bencana letusan gunung berapi meliputi Kecamatan Ende
Selatan, Kecamatan Ende Tengah, Kecamatan Ende Utara, Kecamatan Ende
Timur, Kecamatan Ndona Timur, Kecamatan Detusoko, Kecamatan Wolowaru,
Kecamatan Kelimutu dan Kecamatan Wolojita
d) Debris Flow
Debris Flow adalah campuran air dan tanah, bongkahan batu dan kerikil yang
turun meluncur melalui celah-celah aliran. Penyebab terjadinya Debris Flow
selalu dipicu oleh turun hujan yang sangat lebat mengikuti alur jurang, anak
sungai dan dasar aliran. Daerah potensi rawan bencana debris flow menyebar
hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Ende, kecuali : Kecamatan Ende Tengah
e) Banjir
Banjir adalah peningkatan debit air di atas kondisi normal yang melebihi
daya tampung badan alirnya (sungai dan anak sungai) karena terjadinya hujan
yang sangat lebat dan akhirnya melanda daerah yang dekat dengan sungai dan
terletak bagian bawah. Daerah potensi : Sungai Wolowona (± 45 km), Kecamatan Detusoko, Kecamatan Ende Timur dan
Kecamatan Ndona
Sungai Nangaba (± 22,4 km), Kecamatan Ende
Sungai Nangapanda (± 39,2 km), Kecamatan Nangapanda
Sungai Nangakeo (± 7 km),Kecamatan Nangapanda
Sungai Lowobajo/ Nanganioniba (± 22,5 km), Kecamatan Maurole
Sungai Aepai (± 9,1 km), Kecamatan Maurole:
Sungai Lowolande (± 26,8 km), Kecamatan Kotabaru
Sungai Ndondo (± 33,6 km), Kecamatan Kotabaru
Sungai Lowolise (± 23,4 km), Kecamatan Lio Timur
Sungai Ae Bara ± 16,5 km (Wolowaru), Kecamatan Kelimutu dan Kecamatan
Wolowaru
Sungai Lowo Rea (± 33,6 km), Kecamatan Maukaro, Kecamatan Wewaria dan
Kecamatan Maurole
Sungai Lowolaka, Kecamatan Wewaria dan Kecamatan Maurole
Sungai Loworongga (± 14 km), Kecamatan Wewaria
Sungai Lowodaga (± 12 km) dan Loworanda (± 11,2 km), Kecamatan Wewaria
Sungai Ratemangu (± 6,3 km), Kecamatan Wewaria
Sungai Nangamboa (± 14 km), Kecamatan Nangapanda
Sungai Wolotopo (± 7 km), Kecamatan Ndona
Sungai Ngalupolo (± 14 km), Kecamatan Ndona
Sungai Ndori (± 7 km), Kecamatan Ndori.
f) Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak
ke bawah atau keluar lereng. Daerah Potensi : Kec. Nangapanda, Kec. Ende,
Kec. Ende Tengah, Kec. Ende Utara, Kec. Ende Timur, Kec. Ndona Kec. Ndona
Timur, Kec. Detusoko, Kec. Wewaria, Kec. Maukaro, Kec. Detukeli, Kec.
Kotabaru Kec. Wolowaru, Kec. Kelimutu, Kec. Wolojita, Kec. Lio Timur dan
Kec. Ndori.
g) Kekeringan
Kekeringan sering terjadi di wilayah Kabupaten Ende yang merupakan
daerah semiarid yakni musim hujan lebih pendek dan musim kemarau lebih
panjang. Musim hujan berlangsung selama 3-4 bulan (Desember - Maret) dan
musim kemarau selangsung selama 8-9 bulan (April - Nopember). Kekeringan
yang panjang menimbulkan kegagalan panen. Berdasarkan hasil analisis,
kecamatan dengan ancaman kekeringan tinggi yakni: Kecamatan Pulau Ende.
Kecamatan dengan ancaman kekeringan sedang yakni: Kec. Wewaria, Kec,
Maukaro, Kec. Maurole, Kec. Kotabaru, dan Kec. Ndori. Kecamatan dengan
ancaman kekeringan rendah yakni: Kec. Nangapanda, Kec. Ende, Kec. Ende
Selatan, Kec. Ende Utara, Kec. Ende.
h) Angin Ribut
Angin ribut sering terjadi tiap tahun di wilayah Kabupaten Ende. Berdasarkan
hasil analisis, seluruh kecamatan ( 21 kec) di Kabupaten Ende tergolong
dalam ancaman angin ribut rendah. Daerah – daerah yang pernah mengalami
angin ribut yaitu Kecamatan Detukeli, Wewaria, Wolojita, Pulau Ende,
Kelimutu, Ende, dan Maurole.
4) Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Ende tahun 2010 sebanyak 260.605 jiwa, terdiri dari
laki-laki 123.825 jiwa dan perempuan 136.780 jiwa, sebagian besar penduduk
merupakan usia produktif (15-49 tahun) yaitu sebesar 128.955 jiwa atau 49,48
dari total penduduk Kabupaten Ende, dengan komposisi laki-laki 58.720 orang dan
perempuan sebanyak 70.235 orang.
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Ende Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No. Kelompok Usia Jumlah Penduduk J u m l a h
Laki-laki Perempuan
1. 0 – 4 14.705 13.808 28.513
2. 5 – 9 15.171 14.160 29.331
3. 10 – 14 14.894 14.036 28.930
4. 15 – 19 12.242 12.000 24.242
5. 20 – 24 9.500 10.928 20.428
6. 25 – 29 8.597 10.373 18.970
7. 30 – 34 7.717 9.769 17.486
8. 35 – 39 7.483 9.752 17.235
9. 40 – 44 6.810 9.162 15.972
10. 45 – 49 6.371 8.251 14.622
11. 50 – 54 5.474 7.041 12.515
12. 55 – 59 4.222 4.962 9.184
No. Kelompok Usia Jumlah Penduduk J u m l a h
Laki-laki Perempuan
13. 60 – 64 3.423 4.151 7.574
14. 65 – 69 2.888 3.256 6.144
15. 70 – 74 2.110 2.418 4.528
16. 75 + 2.218 2.713 4.931
J u m l a h 123.825 136.780 260.605
Sumber data: BPS Kab. Ende, Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010.
Tabel 28. Jumlah Penduduk Kabupaten Ende yang bekerja (15 Tahun ke atas)
menurut Lapangan kerja
Lapangan Kerja Laki-laki Perempuan Jumlah
Primer 35.533 29.527 65.060
Sekunder 5.481 20.089 25.570
Tersier 19.631 16.449 36.080
Jumlah 60.645 66.065 126.710
Menurut lapangan pekerjaan, kegiatan ekonomi yang paling banyak menyerap
pekerja/tenaga kerja adalah bidang pertanian 51,35 %; kemudian jasa-jasa 28,48
%; dan industri pengolahan 20,18%. Dengan demikian, bidang pertanian atau
sektor primer merupakan sektor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten Ende.
B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap
indikator antara lain: pertumbuhan PDRB, laju inflasi kabupaten Ende, PDRB per kapita,
persentase penduduk di atas garis kemiskinan, angka kriminalitas yang tertangani.
A. Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB
Perekonomian Kabupaten Ende yang digambarkan dengan PDRB atas dasar harga
berlaku secara nominal dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, yaitu dari Rp 467 867,05. pada tahun 2008 menjadi Rp 573
734,1 pada tahun 2010 . Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ende pada tahun 2010
tercatat mencapai 5.30 persen, sedang untuk tahun 2009 berkisar sekitar 5.08
persen dan tahun 2008 berkisar sekitar 4.82%.
Tabel 2.9.
Nilai, Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 200 Kabupaten Ende, Tahun 2008-2010
Keterangan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Sebagai tulang punggung perekonomian Kabupaten Ende, sektor pertanian
(primer) memiliki peranan sebesar 33,64 % pada tahun 2010 bila dilihat dari
kontribusinya pada PDRB. Pembentuk sektor tersier meliputi perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 22,87 %, sektor jasa-jasa yang aktivitasnya baik dari
pemerintah maupun swasta sebesar 22,26 %. Ini menunjukkan struktur
perekonomian Kabupaten Ende masih didominasi sektor pertanian (primer) dan
secara bertahap sudah mengarah kepada struktur jasa (service city). Sisanya
diberikan oleh sektor bangunan dan konstruksi, pengangkutan dan komunikasi
yang cenderung mengalami penurunan berturut-turut sejak tahun 2008-2010.
Tabel 2.10.
Peranan Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Ende Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2008 – 2010
SEKTOR ENDE
2008 2009*) 2010**)
1. Pertanian 34,95 34,46 33,64
2. Pertambangan dan penggalian 1,43 1,39 1,39
3. Industri Pengolahan 1,70 1,65 1,67
4. Listrik dan Air Bersih 0,49 0,48 0,49
5. Bangunan/Kontruksi 7,20 7,02 6,97
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 21,76 22,26 22,87
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,22 6,02 5,72
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,43 4,43 4,58
9. Jasa-jasa 21,81 22,27 22,26
PDRB 100.00 100.00 100.00 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : PDRB Kabupaten Ende menurut Kecamatan 2008-2010
Dari sisi pertumbuhan sektoral, secara umum seluruh sektor mengalami
peningkatan laju pertumbuhan, kecuali sektor Industri Pengolahan serta sektor
Pengangkutan dan Komunikasi yang cenderung fluktuatif. Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi pada tahun 2008 tumbuh sebesar 7,15 persen dan merupakan
yang tertinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor-sektor lainnya di
tahun tersebut. Pada tahun 2009, sektor Jasa-Jasa mengalami laju pertumbuhan
tertinggi hingga 6,91 persen dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya.
Namun, pada tahun 2010, sektor Listrik dan Air Bersih mengalami pertumbuhan
tertinggi hingga 7,60 persen. Percepatan pertumbuhan sektor listrik dan air
bersih didorong juga oleh perluasan jaringan listrik yang hampir merata di semua
wilayah Kecamatan dan penyediaan sarana air bersih melalui program Pro Air di 2
(dua) Kecamatan yakni Maukaro dan Detukeli serta penyediaan sarana air bersih
yang diintervensi melalui program PNPM MP. Demikian pula dengan
pembangunan pusat-pusat bisnis dan penginapan yang dilaksanakan oleh pihak
swasta.
Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2010 pada sektor Jasa-Jasa merupakan yang
kedua tertinggi, yaitu sebesar 7,19 persen. Pertumbuhan sektor ini terus
mengalami peningkatan dari tahun 2008- 2010. Selain kedua sektor tersebut,
sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan cukup besar pada tahun 2010
adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 6,83
persen. Pertumbuhan sektor ini meningkat dari pertumbuhan tahun sebelumnya
yang mencapai 6,18%. Peningkatan ini didorong oleh maraknya penggunaan
telepon seluler. Sektor lain yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi pada tahun
2010 adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Pada tahun 2008
sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,03 persen, menguat menjadi 6,03
persen pada tahun 2009 dan terus menguat menjadi 6,42 persen pada tahun 2010.
Peningkatan ini ditandai dengan hadirnya beberapa jasa perbankan dan perluasan
perbankan pada wilayah Kecamatan. Selain itu pemanfaatan masyarakat atas jasa
lembaga keuangan mikro/koperasi juga mempengaruhi laju pertumbuhan sektor
ini.
Tabel 2.11. Laju Pertumbuhan Ekonomi Ende 2008- 2010
SEKTOR ENDE
2008 2009*) 2010**)
1. Pertanian 3,12 3,51 3,67
2. Pertambangan dan penggalian 3,37 3,69 3,75
3. Industri Pengolahan 4,35 5,24 5,20
4. Listrik dan Air Bersih 2,51 6,78 7,60
SEKTOR ENDE
2008 2009*) 2010**)
5. Bangunan/Kontruksi 3,96 4,16 4,46
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,52 5,68 5,71
7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,15 6,18 6,83
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,03 6,03 6,42
9. Jasa-jasa 6,71 6,91 7,19
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,82 5,08 5,30 Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sumber : Buku PDRB Kabupaten Ende Menurut Kecamatan 2008 – 2010
Dari tabel 2.11. terlihat bahwa sektor yang memiliki pertumbuhan terendah pada
tahun 2010 adalah sektor pertanian, yaitu 3,67 persen dan diikuti oleh sektor
pertambangan dan penggalian yakni sebesar 3,73 persen, sedangkan sektor yang
memiliki pertumbuhan tertinggi adalah sektor Listrik dan Air Bersih, diikuti
sektor Jasa-jasa, dengan tingkat pertumbuhan masing-masing 7.60 persen dan
7,19 persen.
B. PDRB dan Pendapatan Perkapita
Dibandingkan dengan rata-rata tingkat propinsi, PDRB perkapita Kabupaten Ende
lebih baik jika dibandingkan dengan PDRB perkapita propinsi. Hal ini
menunjukkan bahwa secara makro tingkat perekonomian penduduk Ende lebih
baik dari rata-rata propinsi Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2008 PDRB
perkapita Kabupaten Ende sekitar 5,23 juta rupiah, sementara PDRB perkapita
Nusa Tenggara Timur pada tahun yang sama mencapai 4,80 juta rupiah (lihat
Tabel 2.12). Begitu juga untuk tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2009 dan 2010
PDRB perkapita Ende mencapai 5,58 juta rupiah dan 6,54 juta rupiah, sedangkan
PDRB perkapita Nusa Tenggara Timur baru mencapai 5,26 juta rupiah dan 5,92
juta rupiah.
Sama halnya PDRB perkapita, angka Pendapatan Perkapita Kabupaten Ende juga
lebih tinggi dibandingkan dengan Pendapatan Perkapita Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun 2008 pendapatan perkapita kabupaten Ende adalah sebesar 4,97 juta
rupiah dan meningkat menjadi sekitar 5,53 juta rupiah pada tahun 2009 dan
mencapai 6,19 juta rupiah pada tahun 2010. Sementara pendapatan perkapita
Nusa Tenggara Timur adalah 4,5 juta rupiah pada tahun 2008 lalu dan berturut-
turut meningkat pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 4,91 juta rupiah dan 5,52 juta
rupiah.
Tabel 2.12. Rata-Rata PDRB dan Pendapatan Perkapita Ende dan NTT 2008 – 2010
Tahun Kabupaten Ende Provinsi NTT PDRB Per Kapita
(Rp) Pendapatan
Perkapita (Rp) PDRB Per
Kapita (Rp) Pendapatan
Perkapita (Rp) 2008 5 236 107 4 968 246 4 803 981 4 502 908
2009 5 584 831 5 527 704 5 257 497 4 914 835
2010 6 544 172 6 185 362 5 916 368 5 515 943
Sumber : Buku PDRB Kabupaten Ende Menurut Kecamatan 2008 – 2010
PDRB menurut Penggunaan
Berdasarkan harga berlaku, PDRB Kabupaten Ende menurut penggunaan dari
tahun 2008 hingga tahun 2010 terus mengalami kenaikan, hal ini ternyata
didominasi sumbangan dari konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga,
Lembaga Swasta Nirlaba (LNPRT) dan pemerintah, yang seiring dengan kenaikan
PDRB, nilainya juga terus meningkat. Tidak berbeda dengan konsumsi, nilai
investasi yang digambarkan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto dan
perubahan stok/inventori pada kurun tahun 2008-2010 memperlihatkan
kecenderungan meningkat. Jika pada tahun 2008 investasi hanya sebesar
486,4milyar rupiah kemudian pada tahun 2009 meningkat sebesar 14,23 persen
menjadi 555,6 milyar rupiah, dan peningkatan ini terus terjadi dimana pada tahun
2010 meningkat lagi sebesar 17,12 persen menjadisebesar 650,7 milyar rupiah.
Sementara itu neraca perdagangan Kabupaten Ende dari tahun 2008 hingga tahun
2010 mempunyai nilai negatif, hal ini menggambarkan bahwa nilai impor
Kabupaten Ende masih lebih besar dibanding nilai ekspornya, dengan pernyataan
lain barang dan jasa yang berasal dari luar wilayah lebih banyak dibanding yang
dikirim ke luar wilayah Kabupaten Ende. Pada tahun 2008 neraca perdagangan
Kabupaten Ende minus 245,2 milyar rupiah kemudian pada tahun 2009
meningkat sebesar 15,56 persen sehingga menjadi minus 283,4 milyar rupiah, dan
berlanjut pada tahun 2010 meningkat lagi sebesar 10,10 persen sehingga menjadi
minus 312,0 milyar rupiah.
Tabel . 2.13.PDRB Penggunaan Kabupaten Ende Atas Dasar Harga Berlaku,
Tahun 2008-2010 (Milyar Rupiah)
Keterangan: *) angka sementara
**) angka sangat sementara
C. Laju inflasi di Kota Ende (Nilai inflasi rata-rata Tahun 2006 s.d 2010 di Kota
Ende)
Laju inflasi kabupaten Ende dapat dinalisa dari hasil analisis nilai inflasi rata-rata
kabupaten Ende tahun 2006-2010. Laju inflasi kabupaten Ende cukup membaik
pada kurun waktu 2006-2007 karena laju inflasi berangsur-angsur menurun di
bawah dua digit masing-masing sebesar 7,62 persen dan 8,59 persen. Namun pada
tahun 2008 ini laju inflasi meningkat sampai mencapai 13,53 persen atau naik
sebesar 4,94 persen dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2009 kembali normal
lagi menjadi 5,43 persen. Pada tahun 2010 laju inflasi tetap normal yakni 5,06
persen. Secara umum tingkat inflasi kota Ende tahun 2010 menurut bulan, terlihat
bahwa tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan januari sebesar 1,82 persen dan
pada bulan desember sebesar 0,91 persen. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya
berkisar antara 0,02 persen sampai dengan 0,63 persen, dan pada tahun 2010
terjadi deflasi yaitu pada bulan mei dan oktober masing-masing 0,08 persen dan
0,06 persen.
Tabel 2.14.
Inflasi Kota Ende Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2006 – 2010
Sumber : BPS Kab, Ende (dihitung dari perkembangan Harga Bulanan)
Angka inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan yaitu pada bulan januari
dan desember. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya angkainflasi berkisar antara
0,04 persen sampai dengan 1,27 persen. Kelompok bahan makanan yang
mengalami deflasi terjadi pada bulan februari, april, mei, oktober dan november.
Sementara pada kelompok makanan jadi, minuman rokok terjadi inflasi tertinggi
pada bulan juni yakni sebesar 1,52 persen. Angka inflasi ini masih merupakan
inflasi pada standar normal. Hal ini terjadi juga pada kelompok lainnya yakni
kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan dan kelompok
transortasi dan komunikasi. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga
tidak mengalami inflasi maupun deflasi yakni stabil 0,00 persen.
D. Angka Kemiskinan
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Berdasarkan garis-
garis kemiskinan tersebut di atas maka diperoleh jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Ende seperti yang disajikan pada Tabel 2.15. Dari tabel tersebut
tampak bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ende pada periode 2005-
2010 cenderung meningkat, yaitu dari sekitar 47,4 ribu orang atau 20,09 persen
pada tahun 2005 menjadi 56,4 ribu orang atau 21,65 persen terhadap total
penduduk di tahun 2010.
Tabel 2.15. Rata-Rata PDRB dan Pendapatan Perkapita Ende dan NTT 2008 – 2010
Garis Kemiskinan (Rp.000/kap/bulan
Jumlah Penduduk Miskin (000)
Persentase Penduduk Miskin (%)
2005 99,2 47,4 20,09
2006 113,1 53,2 22,43
2007 122,7 46 20,33
2008 156,7 57,5 24,87
2009 182,8 51,7 23,01
2010 206,9 56,4 21,65
Sumber : BPS, Susenas
E. Ratio Beban Ketergantungan
Rasio beban ketergantungan Kabupaten Ende selama kurun waktu tiga tahun
terakhir menunjukkan angka diatas 60, hal ini berarti setiap 100 penduduk usia
produktif (15-49 tahun) selain menanggung dirinya sendiri, harus juga
menanggung 60 orang penduduk usia non produktif. Angka rasio beban
ketergantungan ini hanya merupakan gambaran secara makro saja, karena pada
kenyataanya banyak juga penduduk usia produktif yang tidak “produktif”, hal ini
bisa ditunjukkan dengan angka pengangguran yang cukup tinggi di Kabupaten ini.
F. Angkatan Kerja
Informasi mengenai angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran
terbuka dapat dilihat pada Tabel 2.16. yang menunjukkan bahwa jumlah angkatan
kerja di Kabupaten Ende pada Agustus 2010 mencapai 130.044 orang, yang
menurut jenis kelamin, angkatan kerja perempuan berjumlah 67.061 orang (51,58
persen) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja laki-laki yaitu
62.973 orang (48,42 persen).
Penduduk Kabupaten Ende yang bekerja pada Agustus 2010 sebanyak 126.710
orang atau sekitar 97,44 persen meningkat dari tahun 2009 sebesar 96,15 persen
angkatan kerja yang bekerja. Dari jumlah penduduk yang bekerja, bila dibedakan
menurut jenis kelamin, jumlah penduduk yang bekerja didominasi oleh penduduk
perempuan. Penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 66. 065 orang (52,10
persen), sedangkan penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 60.645 orang
(47,90 persen). Tingginya jumlah penduduk perempuan yang bekerja diakibatkan
semakin terbukanya kesempatan kerja pada kaum perempuan seperti industri
pengolahan dan perdagangan, disamping dorongan ekonomi untuk memperkuat
ketahanan ekonomi keluarga.
Tabel 2.16.
Tabel Angkatan Kerja dan Penduduk Usia kerja di Kabupaten Ende tahun 2009-2010
No Kegiatan selama Seminggu yang lalu
2009 2010 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 Angkatan Kerja 64.502 66.104 62.973 67.071 Bekerja 62.118 63.457 60.645 66.065 Pengangguran 2.384 2.647 2.328 1.006
2 Bukan Angkatan Kerja 15.609 30.968 15.530 27.768 Sekolah 8.703 8.808 8.960 8.167 Mengurus Rumah tangga 1.419 19.347 2.214 16.335 Lainnya 5.487 2.813 4.356 3.266 TOTAL (1+2) 80.111 97.072 78.503 94.839 % Bekerja terhadap Angkatan
Kerja 96,30 95,99 96,30 98,50
Tingkat Pengangguran 3,70 4,00 3,70 1,50 % Angkatan kerja terhadap
Penduduk Usia Kerja (TPAK) 92,47 77,76 80,22 70,72
Sumber : Indikator Ekonomi Kabupaten Ende tahun 2011 (BPS Ende) Berdasarkan publikasi Keadaan Angkatan kerja di Prov NTT Agustus 2009/2010
Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase penduduk usia
kerja yang terjun ke pasar kerja (sebagai pekerja atau pencari kerja/penganggur)
terhadap total penduduk usia kerja. Berdasarkan informasi ketenagakerjaan yang
dikumpulkan dalam Sakernas terlihat bahwa keterlibatan penduduk usia15 tahun
terakhir dalam angkatan kerja selama periode 2009 - 2010 mengalami penurunan,
yakni dari 74,39 persen pada tahun 2009 menjadi 75,02 persen pada tahun 2010.
Data sakernas juga menginformasikan bahwa penduduk laki-laki lebih tinggi
partisipasinya dalam kegiatan ekonomi dibandingkan penduduk perempuan.
Lebih tingginya TPAK laki-laki tampaknya berkaitan dengan nilai-nilai dalam
masyarakat yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah sedangkan
perempuan sebagai pengurus rumah tangga.
Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Ende sebesar 2,56 persen dari total
angkatan kerja tahun 2010. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2009 (3,85
persen). Tingkat pengangguran terbuka ini mengalami peningkatan pada dua
tahun berturut-turut dari tahun 2008 sampai tahun 2009. Namun pada tahun
2010, tingkat pengangguran menurun.
Tabel 2.17. Tabel Partisipasi Angkatan kerja dan Angka pengangguran terbuka Tahun 2008-2010
Jenis kelamin Partisipasi Angkatan kerja
Angka Pengangguran Terbuka
2008 2009 2010 2008 2009 2010 Laki-laki 79,98 92,47 80,22 2,14 3,70 3,70 Perempuan 72,28 77,76 70,72 4,05 4,00 1,50 Jumlah 75,76 84,39 75,02 3,14 3,85 2,56
C. Aspek Pelayanan Umum
Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik
dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan ketentuan perundan-undangan. Indikator variabel aspek
pelayanan umum terdiri dari urusan layanan wajib dan fokus urusan layanan pilihan.
Namun tidak semua bidang urusan berhubungan langsung dengan pelayanan umum
terhadap publik, hanya urusan yang memberikan kontribusi terbesar dalam mengukur
Pelayanan terhadap publik.
1. Pendidikan
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik merupakan syarat mutlak bagi
keberhasilan pembangunan yang dilakukan dalam suatu wilayah. Apalagi dengan
kondisi globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang makin kompetitif di pasar
kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kondisi SDM yang berkualitas
rendah sudah barang tentu akan merugikan pembangunan yang dijalankan oleh
suatu wilayah, yang pada akhirnya berdampak pada masyarakatnya sendiri dengan
tidak tercapainya tujuan pembangunan, yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pendidikan dapat dianggap sebagai sarana investasi yang mampu
membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian tenaga kerja
sebagai modal untuk dapat bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan
penghasilannya di masa datang (Suryadi 1999 dalam Prihastuti 2007).
Angka Melek Huruf
Angka melek huruf penduduk Kabupaten Ende pada tahun 2011 adalah
sebesar 95,35 persen.
Angka Partisipasi Sekolah
Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan
terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya
perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di
sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan
perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah.
Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai
semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula
dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak
diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses
masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau
malah semakin rendah.
Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK) biasanya melebihi dari seratus persen karena
masih banyak siswa yang berusia di luar sekolah yang seharusnya, misalnya
usia SD yang telah ditetapkan adalah usia 7-12 tahun. Namun, masih banyak
siswa SD yang berusia di bawah 7 tahun atau usia di atas 12 tahun. APK SLTA
masih rendah dibandingkan APK SLTP dan APK SD.
Tabel 2.18 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Ende Menurut Jenjang Pendidikan
2009-2011
Jenjang Pendididkan (Kelompok Umur)
2009 (%)
2010 (%)
2011 (%)
SD (7-12 tahun) 121,23 125,35 126,1
SLTP (13-15 tahun) 86,50 98,72 98,8
SLTA (16-18 tahun) 55,38 90,64 91,53 Sumber : BPS, Susenas 2007-2008 dan PPO, 2011
Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Sekolah Murni (APM) juga merupakan indikator daya serap
penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan
APK, Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator daya serap yang
lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di
jenjang pendidikan yang sesuai standar tersebut. Angka Partispasi Murni
(APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Dalam tahun 2009-
2011 terjadi peningkatan APM pada jenjang pendidikan SLTP dan SLTA.
Sebaliknya pada jenjang sekolah dasar (SD), APM mengalami penurunan tetapi
sudah sangat tinggi, sebagai hasil program wajib belajar 6 tahun.
Tabel 2.19.
Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Ende Menurut Jenjang Pendidikan 2009-2011
Jenjang Pendididkan (Kelompok Umur)
2009 (%)
2010 (%)
2011 (%)
SD (7-12 tahun) 93,06 124,34 104,32
SLTP (13-15 tahun) 51,66 64,33 68,86
SLTA (16-18 tahun) 43,81 40,87 57,89 Sumber : BPS, Susenas 2007-2008 dan PPO, 2011
Angka Kelulusan
Angka kelulusan SD/ MI tahun 2010 sebesar 92,91%. Angka kelulusan SMP/
MTs tahun 2010 sebesar 88,93%. Kondisi ini menunjukan bahwa jumlah anak
yang lulus SMP/ MTs makin tinggi. Hal itu disebabkan proses belajar mengajar
serta persiapan UN tingkat SMP/ MTs semakin baik. Angka kelulusan SMA/ MA
tahun 2010 sebesar 72,89%. Kondisi ini menunjukan bahwa lulusan belum
mencapai target dimana jumlah anak yang lulus SMA/MA rendah. Hal itu
disebabkan proses belajar mengajar serta persiapan UN tingkat SMA/ MA
belum optimal serta sarana penunjang berupa buku dan alat peraga yang masih
sangat tebatas. Angka kelulusan SMK tahun 2010 sebesar 78,66%. Kondisi ini
menunjukan bahwa jumlah anak yang lulus SMK belum mencapai target. Hal itu
disebabkan proses belajar mengajar yang berbasis kejuruan masih belum
optimal diterapkan dan sarana penunjang praktik yang masih minim serta
persiapan UN tingkat SMK yang belum optimal. Tahun 2011 angka kelulusan
SD 99,87%, SMP 95,71%, SMA 78,53%, SMK 85,2%.
Banyaknya Sekolah, Guru Dan Murid Menurut Tingkat Sekolah di
Kabupaten Ende.
Ketersediaan Sekolah dan guru terhadap penduduk usia sekolah adalah
indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung
penduduk usia pendidikan. Rasio Murid-Guru merupakan indikator yang
digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar. Indikator
ini juga dapat digunakan untuk melihat tingkat mutu pengajaran di kelas
karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin berkurang tingkat
pengawasan atau perhatian guru sehingga mutu pengajaran cenderung
semakin rendah. Dalam periode tahun ajaran 2009/2010 rasio murid terhadap
guru cukup tingggi pada semua jenjang pendidikan yaitu rata-rata untuk
seorang guru harus menangani 11- 20 murid. Ini menunjukkan jumlah murid
tidak diimbangi dengan pertambahan guru sehingga beban seorang guru
semakin besar dan tingkat perhatian guru kepada individual murid semakin
sedikit.
Hal ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas pendidikan. Pada rasio
murid terhadap sekolah terlihat bahwa rata-rata satu sekolah menampung
125-563 murid. Keadaan ini juga memberikan gambaran bahwa semakin
besarnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya.
Tabel . 2.20.
Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Sekolah dan Perkembangan Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid – Sekolah di Kabupaten Ende Tahun 2010
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kab. Ende, 2009.
2. Kesehatan
Angka Kematian Bayi
Derajat kesehatan juga ditentukan oleh angka kematian bayi. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia yang paling rawan adalah usia bayi (0-11 bulan).
Terjadinya kasus kematian bayi menunjukan bahwa ada fenomena gunung es
permasalahan di tingkat keluarga dan msyarakat. Permasalahan yang ada di
No Tingkat Sekolah
Sekolah Guru Murid Rata-rata Guru per sekolah
Rata-rata Murid per sekolah
1 TKK 96 215 3454 22 35
2 SD 339 3279 42332 10 125
3 SLTP 74 1021 15505 14 210
4 SLTA 22 533 12379 24 563
5 SMK 8 139 1176 17 147
masyarakat bisa berupa masalah kesehatan, sosial budaya, ekonomi maupun
pendidikan. Jumlah kematian bayi di Kabupaten Ende pada tahun 2010 adalah
28 orang dari 5254 Kelahiran Hidup (5,3 KH). Kematian bayi di Kabupaten
Ende pada tahun 2011 berjumlah 29 orang dengan Angka Kematian Bayi (AKB)
5,33 per 1000 Kelahiran Hidup dari 5442 kelahiran hidup, jika dibandingkan
dengan target AKB dalam Renstra Kabupaten Ende di tahun 2011 menetapkan
AKB sebesar 13,39 per 1000 KH, hal ini berarti bahwa kasus kematian neonatal
dapat ditekan kenaikannya, pencapaian AKB Kabupaten Ende di tahun 2011
tidak melebihi angka toleransinya.
Angka Kematian Balita.
Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada anak sebelum mencapai
usia lima tahun. Data menunjukan angka kematian balita sebanyak 3 orang dari
total jumlah balita sebanyak 24.268 orang pada tahun 2010. Untuk kematian
Balita di Kabupaten Ende Tahun 2011 sebanyak 5 orang dari 23.446 balita
(Laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA)
Kabupaten Ende sebesar 0,92 per 1.000 KH Kematian balita terbanyak terjadi
karena penyakit ISPA, malaria dan diare.
Angka Kematian Ibu Melahirkan.
Perbandingan angka kematian ibu melahirkan berdasarkan jumlah kasus untuk
melihat secara spesifik kasus penyebab kematian ibu. Jumlah kematian ibu
melahirkan adalah jumlah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa
kehamilan, persalinan dan nifas. Khusus dalam Indikator ini kematian ibu yang
terjadi sebagai akibat dari kelainan / resiko kehamilan, persalinan dan nifas di
perhitungkan kasus kematian ibu. Angka Kematian Ibu pada tahun 2010
sebanyak 11 kasus dari 5254 Kelahiran Hidup atau 209,4/100.000 Kelahiran
Hidup . Target Indikator Kinerja Kunci (IKK) sesuai Renstra jumlah kematian
ibu tahun 2010 sebesar 8. Hal ini menunjukan bahwa kasus kematian ibu
melahirkan pada tahun 2010 lebih banyak sebesar 3 kasus kematian. Tahun
2011 angka kematian ibu melahirkan sebanyak 9 kasus. Masih tingginya kasus
kematian ibu melahirkan ini disebabkan antara lain oleh pertolongan
persalinan yang masih ditolong oleh dukun dan sebagian besar penyebab
kematian ibu disebabkan karena pendarahan pada saat melahirkan..
Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup adalah suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup
penduduk (dalam tahun) sejak lahir yang dicapai oleh penduduk dalam suatu
wilayah dan waktu tertentu yang dihitung berdasarkan angka kematian
menurut kelompok umur. Data menunjukan Angka Harapan Hidup pada tahun
2011 sebesar 64,5 tahun.
Sarana Kesehatan
Puskesmas, Pustu, Poskedes, Polindes merupakan salah satu sarana penunjang
kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin
banyak jumlah ketersediannya, maka semakin memudahkan masyarakat dalam
menjangkau pelayanan kesehatan.
Tabel 2.21
Ratio Sarana Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk Di Kabupaten Ende Tahun 2011
No. Jenis Sarana Jumlah Ratio Standar Ratio Saat Ini 1. Puskesmas 23 8 : 100.000 9 : 100.000 pddk 2. Pustu 51 5 : 100.000 20 : 100.000 pddk 3. Poskesdes 33 1 : 1 desa 1 : 6 desa 4. Polindes 89 1 : 1 – 3 desa 1 : 2, desa
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kab. Ende, 2010
Dilihat dari standar, maka jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas, Pustu, dan
Polindes mencukupi bahkan untuk Pustu telah melebihi empat kali lipat,
dimana pada peride tahun 2009 dari setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 8
Puskesmas dan 23 Puskesmas Pembantu, sedangkan 1 Polindes melayani 2
desa.
Jika dibandingkan dengan Indikator Kinerja Kunci sesuai Renstra Dinas
Kesehatan Kabupaten Ende tahun 2010 rasio Puskesmas terhadap penduduk
adalah 11.246 artinya satu puskesmas melayani 11.256 penduduk dari target
IKK tahun 2010 11.162 sudah mencapai target. Akan tetapi permasalahannya
adalah peningkatan sarana kesehatan belum diimbangi dengan penambahan
Tenaga Kesehatan sehingga dilakukan motivasi melalui insentif, melengkapi
sarana (Polindes KIT, dan lain-lain) agar Tenaga Kesehatan terutama Dokter
dan Bidan di desa tetap melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab.
D. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing atau keunggulan daerah merupakan kemampuan daerah
menciptakan/mengembangkan dan menawarkan iklim/lingkungan yang paling
produktif bagi bisnis dan inovasi, daya tarik atau menarik “investasi,” talenta
(talented people), dan faktor-faktor mudah bergerak (mobile factors) lainnya, serta
potensi berkinerja unggul yang berkelanjutan. Kondisi dan perkembangan aspek daya
saing daerah tergambar melalui 4 (empat) fokus yaitu kemampuan ekonomi,
ketersediaan infrastruktur, iklim investasi dan kualitas SDM.
1. Kemampuan ekonomi Kabupaten Ende,
Kemampuan ekonomi daerah dapat diIihat pada indikator pengeluaran
konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat
pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT
semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka
konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga
per kapita. Selain itu kemampuan ekonomi daerah dapat ditinjau dari
pengeluaran konsumsi non pangan per kapita, angka ini dihitung berdasarkan
pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah
penduduk, produktivitas total daerah, dan nilai tukar petani.
Tabel 2.22.
Angka Konsumsi RT per Kapita Tahun 2004 -2007, 2009, 2010 Kabupaten Ende
No Uraian 2005 2006 2007 2009 2010
1 Total Pengeluaran RT 8.012.028.260 10.606.595.210 11.190.812.691 17.708.652.950 4.162.224
2 Jumlah RT 53.660 54.107 55.227 57.550 54.763
3 Rasio (1/2) 149.311 196.030 202.633 307.709 76,004
2. Fokus dukungan infrastruktur
Dukungan investasi dari sisi infrastruktur di Kabupaten Ende telah dijamin
dengan ditetapkannya Perda tentang RTRW, yang merupakan dokumen yang
menjamin kesesuaian implementasi tata ruang berdasarkan aspek administratif
dan atau aspek fungsional.
3. Fokus iklim berinvestasi.
Analisis kinerja atas iklim berinvestasi dilakukan terhadap indikator-indikator:
angka kriminalitas, lama proses perijinan, jumlah dan macam pajak dan retribusi
daerah, jumlah perda yang mendukung iklim usaha.
Angka kriminalitas menunjukan bahwa kriminalitas yang terjadi di Kabupaten
Ende secara khusus belum mengancam iklim investasi. Dari data jumlah
narapidana menurut jenis kejahatan seperti tabel 2.23 menunjukan jenis
kejahatan yang terjadi relatif biasa dan dalam jumlah yang relatif kecil.
Tabel 2.23 Banyaknya Tambahan Narapidana Berdasarkan Putusan PN
No. JENIS KEJAHATAN/ PELANGGARAN 2007 2008 2009
A. KEJAHATAN
1 Politik - - -
2 Thd. Kepala Negara - - -
3 Thd. Ketertiban Umum 24 13 34
4 Pembakaran 1 - 1
5 Penyuapan - - -
6 Mata Uang - - -
7 Memalsu Materei/Surat 1 - 1
8 Kesusilaan 9 28 5
9 Perjudian 6 2 14
10 Penculikan - 2 10
11 Pembunuhan 4 50 1
12 Penganiayaan 19 9 29
13 Pencurian 11 13 27
14 Perampokan 1 1 1
15 Memeras/Mengancam - - -
16 Penggelapan - 3 2
17 Penipuan 3 - 2
18 Merusak Barang 1 - 2
19 Dalam Jabatan - - -
20 Penadahan 1 - 4
21 Lain-lain 24 51 54
Jumlah 105 172 187
B. PELANGGARAN
1 Pelanggaran KUHP - - -
2 Pelanggaran Ekonomi - - -
Total A + B 185 331 339
Lamanya Perijinan
Dengan dibentuknya Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu, maka
diharapkan proses perijinan dalam rangka investasi di Kabupaten Ende akan
semakin mudah dan cepat.
Pajak dan retribusi Daerah
Dengan penetapan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan
Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah, yang berdampak pada
semakin banyaknya jumlah dan macam pungutan maka diharapkan akan
terjadi kenaikan pendapatan dari pajak dan retribusi secara significant.
4. Fokus sumber daya manusia
Analisis atas sumber daya manusia dilakukan terhadap indikator persentase
pendidikan yang ditamatkan dan rasio ketergantungan.
Persentase Pendidikan yang ditamatkan
Hasil pendidikan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya proses belajar
mengajar sebagai bagian dari proses pendidikan, yang dapat ditunjukan dari
jumlah penduduk yang berhasil tamat atau jumlah lulusan menurut jenjang
pendidikan tertentu. Hal ini secara spesifik dapat dilihat dari pendidikan
tertinggi yang ditamatkan penduduk berumur 10 tahun ke atas. Komposisi
penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan memberikan
gambaran tentang keadaan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan data
Susenas 2009, pada tabel di bawah ini masih rendahnya tingkat pendidikan
penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Ende. Namun pada tahun 2007-
2009, penduduk berpendidikan SLTP ke atas persentasenya naik, namun
sedikit menurun pada tahun 2009. Ini masih menunjukan adanya peningkatan
kualitas SDM di kabupaten Ende.
Tabel 2.24.
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang dimiliki
T
Tingkat Ketergantungan Penduduk
Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran
besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif
terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia di bawah 15
tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena
secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang
menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap
tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64
tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar
konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung
pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan
semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat menunjukkan keadaan
ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang
No Ijazh Tertinggi yang Dimiliki 2007 2008 2009 Tidak punya 7,5 38,03 41,78 Sekolah Dasar 21,4 25,96 24,72 SLTP 11,81 14,90 13,07 SMU 11,3 11,54 8,93 SMK 4,08 5,60 5,52 Diploma I/II 0,71 1,12 0,98 Diploma III/Sarjana Muda 0,62 0,95 1,54 Diploma IV/S1/S2/S3 2,57 1,89 4,46 SLTP + 31,09 36,00 33,5
berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang
penting. Semakin tinggi persentase dependency ratio maka semakin tinggi
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin
rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Hasil analisis rasio
ketergantungan dapat disajikan dalam tabel 2.20, sebagai berikut:
Tabel 2.25. Rasio Ketergantungan Tahun 2008 s.d 2010 Kabupaten Ende
No Uraian 2008 2009 2010
1 Jumlah Penduduk Usia <15 tahun 33.830 83.431 86.774
2 Jumlah Penduduk usia > 64 tahun 6.250 13.084 15.603
3 Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif
(1) & (2)
40.080 96.515 102.377
4 Jumlah Penduduk Usia 15-64 tahun 59.930 141.680 158.228
5 Rasio ketergantungan (3) / (4) 0.668 0.68 0.647
Sumber BPS Kab. Ende , 2011