GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR...
Transcript of GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR...
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR PUTRI
TENTANG PENGGUNAAN LENSA KONTAK DI SMK NUSANTARA
1 CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
RIZKA NAZHRIYAH
NIM: 1111104000025
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, january 2016
RizkaNazhriyah, NIM: 1111104000025
The Portrayal Knowledge Level of Female Student on The Use of Contact Lensesin SMK Nusantara 1 Ciputat South Tangerang City 2015.
xviii + 71 pages + 7 tables + 2 schemes + 9 appendixes
ABSTRACT
Background. Contact lenses are lenses mounted against the anterior corneal andsclera tissuesto improve visual acuity and cosmetics. Today, the use of contactlenses is very popular with people of all ages, work and educational background.The presence of the contact lens is a lot to help those who are less comfortablewith the glasses, but a lack of understanding on the use of contact lenses can causea negative impact on its user.
Purposes. To know a brief overview of the level of understanding of femalestudents in SMK Nusantara 1 Ciputat on the use of contact lenses. The researchwas conducted in SMK Nusantara 1 Ciputat South Tangerang City. The samplesused were 60 people (total sampling). Methode. This research is a quantitativestudy, with descriptive research design and Cross-sectional studies approach todescribe the problem of research. Descriptive statistics is used as data analysistechniques with the help of a computer program Microsoft Excel and StatisticalPackage for Social Science (SPSS). Results. This study shows that therespondents' level of understandingon the use of contact lenses isin good level asmany as 56 people (93.3%). Researchers suggest that further research is expectedto usemore variables to obtain comparison and connection variables can also bedeveloped in order to produce new concepts and more in-depth discussion.
Keywords: Contact Lens, Knowledge , female student.
References: 59 ( 2001-2015)
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Januari 2016
Rizka Nazhriyah, NIM: 1111104000025
Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang penggunaan LensaKontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tengerang Selatan Tahun 2015
xviii + 71 Halaman + 7 Tabel + 2 Bagan + 9 Lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang. Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel padajaringan anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki ketajaman penglihatan dankosmetik. Saat ini penggunaan lensa kontak sangat digemari masyarakat dariberbagai kalangan usia, latar belakang pekerjaan maupun pendidikan. Kehadiranlensa kontak memang banyak membantu mereka yang kurang nyaman dengankacamata namun kurangnya pengetahuan pemakaian lensa kontak bisamenimbulkan dampak negatif pada pemakinya.
Tujuan. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri di SMKNusantara 1 Ciputat tentang penggunaan lensa kontak. Penelitian ini dilakukan diSMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerng Selatan. Sampel yang digunakansebanyak 60 orang (total sampling). Metode. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif, dengan rancangan penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatanpenelitian Cross-Sectional untuk menggambarkan masalah penelitian. Teknik analisadata menggunakan Statistik Deskriptif dengan menggunakan bantuan programkomputer yaitu Microsoft Exel dan Statistical package for social science (SPSS).Hasil. penelitian ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahun responden tentangpenggunaan lensa kontak dalam kategori baik yaitu sebanyak 56 orang (93,3 %).Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya diharapkan dapatmemperbanyak variabel penelitian untuk mendapatkan perbandingan danhubungan variabel juga dapat dikembangkan agar dapat menghasilkan konsepbaru dan pembahasan yang lebih mendalam.
Kata Kunci: Lensa Kontak, Pengetahuan, pelajar putri
Referensi : 69 ( 2001-2015)
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizka Nazhriyah
Tempat, Tgl lahir : Palembang, 25 oktober 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Mentok komplek SMK 1 Desa Puding Besar, Kec. PudingBesar Propinsi Bangka Belitung
Hp : 089605080182
Email : [email protected]
Fakultas/Jurusan :Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi IlmuKeperawatan
PENDIDIKAN :
1. TK Puding Besar : 1997-1999
2. SD N 3 Puding Besar , Bangka Belitung : 1999-2005
3. SMP 1 Puding Besar , Bangka Belitung : 2005-2008
4. SMAN 2 Kota Pangkal Pinang, Bangka Belitung : 2008-2011
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2011-Sekarang
ORGANISASI :
1. OSIS : 2008-2010
2. Rohis : 2008-2010
3. PSM UIN : 2011-Sekarang
viii
“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)
Skripsi iniAku persembahkan
Untuk Bapak dan Ibuku Tercinta
Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu
Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Bapak
Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku…Ibu
Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam
Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku wahai orang tua ku
Untuk Kakak dan adik tersayang
Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energy baru untukku
Untuk Sahabat – sahabat terbaik
Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadiken angan tak terlupakan
Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku
Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku
Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil
Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran
Ya Allah Ya Rabbi..Sayangilah mereka orang – orang yang kusayang
aamiin
viii
“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)
Skripsi iniAku persembahkan
Untuk Bapak dan Ibuku Tercinta
Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu
Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Bapak
Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku…Ibu
Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam
Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku wahai orang tua ku
Untuk Kakak dan adik tersayang
Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energy baru untukku
Untuk Sahabat – sahabat terbaik
Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadiken angan tak terlupakan
Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku
Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku
Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil
Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran
Ya Allah Ya Rabbi..Sayangilah mereka orang – orang yang kusayang
aamiin
viii
“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)
Skripsi iniAku persembahkan
Untuk Bapak dan Ibuku Tercinta
Setiap tetesan keringat yang jatuh dari keningmu
Menjadi penyemangat untuk menggantikan posisimu di masa depan… Bapak
Setiap lelah yang selalu kau sembunyikan menjadi motivasi untukku…Ibu
Lantunan doa yang kalian panjatkan disetiap shalat malam
Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku wahai orang tua ku
Untuk Kakak dan adik tersayang
Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energy baru untukku
Untuk Sahabat – sahabat terbaik
Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadiken angan tak terlupakan
Terima kasih untuk selalu menjadi penyemangat hidupku
Terima kasih Allah telah Engkau anugerahi mereka untukku
Karena perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil
Sebab kehidupan adalah sebuah pembelajaran
Ya Allah Ya Rabbi..Sayangilah mereka orang – orang yang kusayang
aamiin
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb...
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya kepada-
Nyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam
tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW
berkat perjuangan Beliau kita bisa sampai zaman ini.
Alhamdulillah atas rahmat, karunia dan Ridha Allah sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “GAMBARAN TINGKAT
PENGETAHUAN PELAJAR PUTRI TENTANG PENGGUNAAN LENSA
KONTAK DI SMK NUSANTAR 1 CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2015”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam
memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan
doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan
yang tidak terhingga, kepada:
x
1) Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M. Kesselaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ernawati, S.Kp,
M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan.
4) Ibu Nia Damiati, S.Kep., MNS Selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis
melakukan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5) Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal
penelitian ini.
6) Ibu Ns. Gusrina Komara Putri, S.kep, M.S.N selaku pembimbing II yang
telah membimbing dan memberikan masukan serta support demi
terselesainya penulisan skripsi ini.
7) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang
pendidikan keperawatan, serta staf akademik yang telah memudahkan
dalam proses birokrasi.
8) Ibunda saya tercinta, Ibu Mariyatul Kiptiah yang telah menjadi semangat
dan motivasi terbesar dalam hidup saya, ibu yang selalu sabar, tegar dan
xi
selalu mendukung saya baik moral maupun material serta doanya yang
tidak pernah putus untuk saya.
9) Bapak saya tercinta, Bapak Aminuddin S.pdi yang telah menjadi sumber
energi dan kekuatan batin saya, bapak yang tidak pernah lelah
memberikan nasihat-nasihat yang membangun dan dukungan nya baik
moral maupun material serta doa nya yang selalu mengiringi perjalanan
hidup saya.
10) kakak saya tersayang , Ahmad Rifqy Fuadi S.KM yang selalu menjadi
kakak terbaik untuk saya, menjadi kakak yang selalu memberikan contoh
terbaik untuk saya .
11) Adik saya tersayang, Hiya Wirda Tussiva yang sudah menjadi adik terbaik
untuk saya.
12) Moodboster saya, Dicky Alvisca , yang selalu ada untuk saya, menjadi
kekuatan dan penyemangat saya disaat saya mulai merasa putus asa.
13) sahabat terbaik saya, Silvia Rahmawati, Nur Triningtyas Putri dan Diza
Liane Saputri, yang selalu membuat hari-hari saya lebih berwarna dan
bermakna.
14) Teman-teman PSIK 2011 yang selalu kompak dan menyenangkan selama
menjalani perkuliahan di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhir kata, saya berharap ALLAH SWT berkenan membalas segala
kebaikan untuk semua pihak yang telah membantu, semoga tulisan ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dalam bidang kesehatan.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua
xii
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Wassalamua’laikum Wr.Wb
Jakarta , 7 Januari 2016
Rizka Nazhriyah
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. ii
Abstract ............................................................................................................ iii
Abstrak ............................................................................................................. iv
Pernyataan Persetujuan .................................................................................... v
Lembar Pengesahan ......................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vii
Lembar Persembahan ....................................................................................... viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xvi
Daftar Bagan .................................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Pertanyaan Penelitian......................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian.............................................................................. 9
F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 10
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan...................................................................................... 111. Pengertian Pengetahuan............................................................... 112. Tahapan Pengetahuan ................................................................. 113. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ....................... 134. Pengukuran Pengetahuan............................................................. 17
B. Lensa Kontak .................................................................................... 18`1. Definisi Lensa Kontak................................................................. 182. Fungsi Lensa Kontak ................................................................... 193. Pola Pemakaian Lensa Kontak .................................................... 204. Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Lensa Kontak............. 225. Klasifikasi Lensa Kontak............................................................. 246. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman.......................... 277. Bentuk-bentuk Resiko Gangguan kesehatan Mata Akibat
Lensa Kontak............................................................................... 28
C. Kerangka Teori .................................................................................. 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Penelitian.............................................................. 35
B. Definisi Operasional Penelitian ......................................................... 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................... 38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 39
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 39
D. Besar Sampling .................................................................................. 41
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 41
F. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 43
G. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen.............................................. 44
H. Pengolahan Data ................................................................................ 46
I. Analisis Data ....................................................................................... 48
J. Etika Penelitian ................................................................................... 49
xv
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan............................................................................................................ 51
B. Gambaran Populasi Sampel ............................................................... 53
C. Analisa Univariat ............................................................................... 53
D. Analisa Demografi ............................................................................. 54
BAB VI PEMBAHASAN
A. Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar PutriTentangpenggunaan lensa kontak ................................................................... 58
B. Distribusi Usia Pelajar Putri............................................................... 61
C. Distribusi Riwayat Penggunaan Lensa Kontak.................................. 63
D. Distribusi Alasan penggunaan Lensa Kontak.................................... 65
E. Distribusi Pengetahuan dilihat dari Usia .......................................... 68
F. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 69
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 70
B. Saran................................................................................................... 71
Daftar Pustaka
Lampiran
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.1 Skoring
Tabel 5.1 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.2 Distribusi Gambaran Usia Pelajar Putri
Tabel 5.3 Distribusi Gambaran Riwayat Penggunaan Lensa
Tabel 5.4 Distribusi Gambaran Alasan Penggunaan Lensa
Tabel 5.5 Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Lensa
Kontak di Lihat dari Usia
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian .............................................................. 34
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian........................................................... 35
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informed Consent
Lampiran 2. Kuesioner A
Lampiran 3. Kuesioner B
Lampiran 4. Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 8. Hasil Analisa Univariat
Lampiran 9. Hasil Analisa Data Demografi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya dan
fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf
(Sloane,2004). Mata adalah organ penglihatan yang tidak sama seperti organ
tubuh manusia pada umumnya karena secara anatomis mata memiliki struktur
yang khusus dan kompleks, berperan dalam penerimaan dan pengiriman data
ke korteks serebral (Brunner & Suddarth,2001). Kesehatan mata merupakan
suatu aspek yang penting dan harus dijaga demi memperoleh informasi yang
diperlukan. Namun, banyak manusia yang mengabaikan bahkan tidak peduli
pada kesehatan mata, sehingga dapat menimbulkan gangguan pada mata.
Salah satu dari jalur informasi utama dari panca indera adalah mata.
Adanya kelainan refraksi pada sistem penglihatan akan menurunkan
produktivitas dan menimbulkan keluhan seperti nyeri kepala, penglihatan
kabur dan lain-lainnya yang dapat menghambat kelancaran aktifitas seharian.
Kelainan refraksi ini merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga
pembiasan sinar tidak dapat difokuskan pada retina atau bintik kuning.
Kekuatan pembiasan dari kornea atau lensa yang tidak sesuai akan
menyebabkan sinar difokuskan lebih ke depan retina pada rabun jauh yaitu
miopi dan di belakang retina pada rabun dekat yaitu hipermetropi ataupun
pembiasan sinar terjadi di lebih dari satu titik pada astigmat (Ilyas, 2006).
2
Kebanyakan kelainan refraksi pada mata dapat di atasi dengan koreksi
refraksi. Koreksi kelainan refraksi dapat dilakukan dengan penggunaan alat
bantu penglihatan seperti kacamata. Namun keberadaan lensa kontak untuk
membantu penglihatan serta operasi lasik mulai menjadi alternatif bagi
pengguna kaca mata.
Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan
anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan dan kosmetik
(Kemenkes,2008). Lensa kontak merupakan suatu alat bantu penglihatan
alternatif selain kaca mata. Terdapat kira- kira lebih dari 125 million
pemakai lensa kontak di seluruh dunia (Rumpakis, 2010 dalam
Narainasamy, 2009).
Menurut Chrismer (2010) Lensa kontak adalah alternatif pengganti
kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata yang merupakan suatu hasil
perkembangan teknologi di bidang oftalmologi yang digunakan sebagai ide
pertama sekali pembuatan lensa kontak dikemukakan oleh Leonardo Da Vinci
pada tahun 1508. Perkembangan dan penggunaan lensa kontak semakin pesat,
baik di negara maju maupun negara berkembang. Saat ini, telah tersedia
beragam jenis lensa kontak.
Saat ini penggunaan lensa kontak sangat digemari masyarakat dari
berbagai kalangan usia, latar belakang pekerjaan maupun pendidikan.
Perkembangan ini ditunjang gaya hidup kita, sebagai konsumen, yang semakin
dinamis menuntut alat bantu penglihatan disamping kacamata. Namun, lensa
kontak paling digemari oleh kalangan wanita karena selain bisa menggantikan
fungsi kaca mata lensa kontak juga mampu mempercantik penampilan karena
3
warna-warnanya yang cerah membuat mata tampak lebih indah (American
Academy of Opththalmology,2003).
Penggunaan lensa kontak semakin hari semakin meningkat dengan
rekaan terbaru dari bahan yang digunakan dan disesuaian mengikut setiap
kemauan pengguna. Di laporkan sebanyak 61.2% mengatakan mereka lebih
memilih untuk memakai lensa kontak kerana selesa dan mudah. Antara sebab
pemakaian lensa kontak adalah untuk tujuan kosmetik(42.9%), pembetulan
refraktif, pemakaian terapeutik pada yang mengalami penyakit kelainan mata
(Quraisy, 2009 dalam Amirah,2010). Masalah yang timbul dari pemakaian
lensa kontak bisa berhubungan dengan jenis lensa yang digunakan (soft, rigid,
gas permeable), cara pembersihan dan lain-lain. Antara komplikasi yang
timbul bisa dari masalah minor sehingga ke keratitis (Fatin, 2010).
Berdasarkan American Optometric Association pada tahun 2006 ,
alasan orang memilih menggunakan lensa kontak dari pada kacamata
karena lensa kontak mengikuti pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun
mengurangi lapangan pandang mata, sehingga tidak mengganggu
penglihatan, memperindah penampilan, nyaman, lebih terang, tidak ada
bingkai yang mengganggu pandangan mata, mengurangi distorsi, tidak
berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak menghalangi aktivitas.
Menurut statistik yang dikumpulkan oleh Institute Lensa Kontak pada
tahun 2004, diperkirakan bahwa 125 juta orang (2%) menggunakan lensa
kontak seluruh dunia. Pada 2010, usia rata-rata pemakai lensa kontak secara
global adalah 31 tahun dan dua pertiga dari pemakai adalah perempuan.
Selain itu, pada tahun 2009 suatu penelitian dijalankan dari 18 perguruan
4
tinggi yang berbeda dari coastal Karnataka dengan total mahasiswa adalah
6850. Hasil penelitian menunjukkan 392 mahasiswa yang ditemukan
pengguna saat lensa kontak. Dari total disurvei 79,5% yaitu 295 adalah
perempuan dan mayoritas pengguna lensa kontak adalah orang berada di
kelompok usia 17-22 tahun (Tiarasan,2013).
Lensa kontak yang digunakan dengan tepat sesuai dengan prosedur
yang berlaku dapat membawa dampak positif bagi penggunanya, salah satunya
adalah penggunanya dapat memperoleh keuntungan diantaranya lapang
penglihatan yang jauh lebih baik, terhindar dari kaca mata yang cendrung
mengganggu aktifitas dan lensa tidak berpengaruh pada perubahan suhu (Ilyas,
2004).
Menurut (Ibrahim, 2007 dalam Khaerunnisa, 2012) Kehadiran lensa
kontak memang banyak membantu mereka yang kurang nyaman dengan
kacamata, tapi dari beberapa dampak positif penggunaan lensa kontak belum
banyak yang tahu ternyata hal tersebut juga dapat memicu beberapa efek
samping yang buruk pada mata seperti keratitis. Pemakaian lensa kontak
adalah salah satu penyebab yang paling tinggi terjadinya keratitis di seluruh
dunia terutama pada negara-negara berkembang. Keratitis bisa disebabkan
bakteri, parasit, jamur, trauma dan lain-lain. Hubungan antara keratitis
Acanthamoeba dan pemakaian lensa kontak mencapai angka sebanyak 95%
pada kasus yang telah dilaporkan . Sebelum munculnya populasi yang
memakai lensa, keratitis Acanthamoeba adalah sangat jarang. Pada tahun 2000,
dianggarkan bilangan pemakai lensa kontak adalah sebanyak 80 milyar dan
90% darinya adalah jenis hydrogel soft lenses (Fatin, 2010).
5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wakarie (2010) pada
mahasiswa FK UNSRAT angkatan 2010-2013, Secara keseluruhan diperoleh
sebanyak 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, 15 orang menggunakan
contact-lens (50%), yang berbahan soft contact-lens dengan lama
penggunaan >2 tahun (80%), mayoritas menggunakan jenis pemakaian daily
wear (73,3%). Tujuan penggunaan contact-lens tersebut mayoritas adalah
untuk mengoreksi kelainan refraksi (66,7%). Hasil akhir penelitian
menunjukkan sampe wanita (24 sampel) lebih banyak dari sampel laki-laki (6
sampel) dengan rata-rata umur 19,4 + 2.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winda (2011) di fakultas
kedokteran sumatera utara, bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
pengguna lensa kontak sangat penting sebagai prepalensi untuk tidak terjadinya
komplikasi akibat penggunaan lensa kontak yang salah. Dari hasi penelitian
yang dilakukan Winda (2011) Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 21
responden (36,9%) yang berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang
berpengetahuan sedang, dan tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan
kurang. Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa mayoritas tingkat
pengetahuan Mahasiswa FK USU pengguna lensa kontak terhadap dampak
negatif penggunaannya pada angkatan 2007, 2008, dan 2009 berada pada
kategori sedang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Narainasamy (2012)
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada
mahasiswa/I FKUSU tambuk 2010-2011 pengguna lensa kontak menunjukkan
adanya perilaku buruk terutamanya dalam tidak melakukan pemeriksaan
6
mata secara rutin ke dr mata sepanjang pemakaian lensa kontak. Hal ini
adalah penting sebagai aftercare untuk mendeteksi komplikasi pada mata
sepanjang pemakaian lensa kontak menurut (American Optometric
Association(AOA, 2006). Selain itu dilihat dari distribusi jawaban pada
kuesioner, jawaban terhadap 5 pertanyaan (melepas lensa kontak bila
mandi atau cuci muka, mencuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak,
membersihkan lensa setiap pemakaian, menggunakan kembali larutan
pencuci, membersihkan kotak penyimpanan) adalah sedang. Hal ini perlu
diperhatikan, karena berdasarkan AOA setiap tindakan harus dilakukan
demi pencegahan terhadap infeksi mata.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan
April 2015, dari 676 orang mahasiswi didapatkan 60 orang yang menggunakan
lensa kontak, yang didapat dari beberapa jurusan yaitu : jurusan pemasaran
sebanyak 8 orang, jurusan akutansi sebanyak 17 orang, jurusan multimedia
sebanyak 4 orang, jurusan farmasi sebanyak 18 orang, jurusan Tata boga
sebanyak 3 orang, jurusan APH (akademi perhotelan) sebanyak 4 orang, dan
jurusan RPL (rekayasa perangkat lunak) sebanyak 6 orang. Dari sini maka
peneliti menyimpulkan pengguna lensa kontak sebanyak 10 % dan dari
wawancara yang dilakukan kepada seluruh responden di dapatkan bahwa
penggunaan lensa kontak adalah untuk alasan kosmetik atau kecantikan.
Fenomena diatas menggugah ketertarikan peneliti untuk meneliti
tingkat pengetahuan terhadap penggunaan lensa kontak yang marak sekarang
ini dikalangan masyarakat khusus nya remaja. Sebagai mahasiswa kedokteran
dan ilmu kesehatan, sudah sewajar nya mampu memberikan pendidikan
7
kesehatan bagi masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa
kontak seperti indikasi, kontraindikasi, cara perawatan dan hal-hal yang harus
diperhatikan saat menggunakan lensa kontak sehingga lensa kontak digunakan
dengan alasan yang tepat sehingga mampu mencegah terjadinya resiko
gangguan kesehatan mata.
B. Rumusan Masalah
Kita ketahui bersama penggunaan lensa kontak sedang marak di zaman
modern sekarang ini. Penggunaan lensa kontak semakin hari mengalami
meningkat, baik yang menggunakan untuk memperbaiki kesalahan dalam
refraksi mata atau yang menggunakannya untuk tujuan kosmetik dan
mempercantik penampilan khususnya perempuan. Dari semua hal-hal yang
menuntut mereka untuk menggunakan lensa kontak tersebut tidak sedikit
masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa kontak seperti
indikasi, kontraindikasi, teknik penggunaan lensa kontak yang aman, dan hal-
hal yang harus diperhatikan saat menggunakan lensa kontak, sehingga tidak
menimbulkan dampak-dampak negatif seperti gangguan kesehatan pada mata
akibat penggunaan lensa kontak tersebut. Oleh karena rumusan masalahnya
adalah “Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang Penggunaan
Lensa Kontak Di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun
2015”
8
C. Pertanyaan Penelitian
Melihat rumusan permasaahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah:
1. Gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa
kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
2. Gambaran usia penggunaan lensa kontak di Smk Nusantara 1 Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
3. Gambaran riwayat penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat
Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
4. Gambaran alasan penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat
Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
5. Gambaran pengetahuan dilihat dari usia penggunaan lensa kontak di SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tujuan umum adalah Mengetahui
tingkat pengetahuan pelajar putri SMK Nusantara 1 Ciputat tentang
penggunaan lensa kontak.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri tentang
penggunaan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang
Selatan Tahun 2015 ?
9
b) Mengidentifikasi gambaran usia penggunaan lensa kontak di SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
c) Mengidentifikasi gambaran riwayat penggunaan lensa kontak di SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
d) Mengidentifikasi gambaran alasan penggunaan lensa kontak di SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015 ?
e) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan dilihat dari usia penggunaan
lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan
Tahun 2015 ?
E. Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan mengembangkan
daya nalar, pengetahuan peneliti dalam mempraktikkan teori–teori yang
diperoleh peneliti selama kuliah.
2) Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik
secara teoritis maupun secara metodologis mengenai penelitian terkait
tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak di
smk nusantara 1 ciputat tangerang selatan tahun 2014.
3) Bagi instansi pendidikan keperawatan
Untuk memperkaya kajian-kajian dalam imu kesehatan khususnya
bidang oftalmologi, khususnya bagi profesi keperawatan agarr dapat
mengembangkan teori-teori yang telah ada. Selain itu, bisa digunakan
10
untuk memberikan dasar pertimbangan kepada tenaga kesehatan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan
pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak Di SMK Nusantara 1 Ciputat
Kota Tangerang Selatan tahun 2015 . Populasi penelitian ini adalah Siswi yang
menggunakan lensa kontak diambil dari beberapa jurusan yang ada di Smk
Nusantara ciputat. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik kuantitatif
dan Rancangan penelitian bersifat deskriptif dengan rancangan studi cross-
sectional. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh
dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang akan
dijawab oleh Siswi dan lembar observasi yang diisi oleh peneliti.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginreraan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Natoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari
tahu , dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Oleh karena itu pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.
2. Tahapan Pengetahuan
Menurut Bloom (1956, dalam Budiman dan Riyanto, 2013)
Tahapan pengetahuan menurut ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Tahu (know).
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,
12
prinsip dasar, dan sebagainya. Misalnya ketika seorang
perawat diminta untuk menjelaskan tentang imunisasi campak, orang
yang berada di tahapan ini dapat menguraikan dengan baik dari
definisi campak, manfaat imunisasi campak, waktu yang tepat
pemberian campak, dan sebagainya (Budiman dan Riyanto, 2013).
2. Memahami (comprehension).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar (Budiman dan
Riyanto, 2013).
3. Aplikasi (application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi tersebut secara benar (Budiman dan Riyanto, 2013).
4. Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain (Budiman dan Riyanto, 2013).
5. Sintesis (synthesis).
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru (Budiman dan Riyanto, 2013).
13
6. Evaluasi (evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Budiman
dan Riyanto, 2013).
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Budiman & Riyanto (2013) pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal
maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah
sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.Pendidikan memengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang, makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula.Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
14
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek
juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang
diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
objek tersebut (Budiman dan Riyanto, 2013).
2. Informasi/ media massa.
Informasi adalah “that of which one is apprised or told:
intelligence, news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain
menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui,
namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu
(Undang-Undang Teknologi Informasi). Adanya perbedaan definisi
informasi dikarenakan pada hakikatnya informasi tidak dapat
diuraikan (intangible), sedangkan informasi tersebut dapat dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan
terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui komunikasi.
Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program
komputer, dan basis data. Contohnya: seseorang mendapatkan
informasi dari media cetak mengenai penyakit demam berdarah
disebabkan oleh vektor nyamuk Dengue. Penyebaran penyakit demam
15
berdarah disebabkan karena lingkungan tidak sehat dengan indikator
banyak genangan air yang menjadi perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegepty. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan
menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat
memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut. (Budiman dan Riyanto, 2013).
3. Sosial, budaya, dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu
sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan
seseorang (Budiman dan Riyanto, 2013).
16
4. Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons
sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Budiman dan Riyanto,
2013).
5. Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Budiman dan
Riyanto, 2013).
6. Usia.
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
17
masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada
usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
selama hidup adalah sebagai berikut.
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.
Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang
lain, seperti kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
sejalan dengan bertambahnya usia (Budiman dan Riyanto, 2013).
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat
kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat
kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran,
dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah
18
yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu
ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif.
a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan
b. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang diharapkan.
c. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan
B. Lensa Kontak
1. Definisi Lensa Kontak
Lensa kontak adalah lensa kaca atu plastik yang dipakai dibawah
kelopak mata dalam kontak langsung dengan konjungtiva ( pengganti kaca
mata) untuk tujuan traupetik atau kosmetik (Brooker, 2008). Lensa kontak
merupakan suatu lensa yang digunakan untuk membantu penglihatan cacat
mata. Berbeda dengan kacamata,lensa konntak diletakkan menempel pada
kornea mata. Pada sistem kacamata, mata berada pada jarak beberapa cm
dari lensa sehingga bayangan yang tampak berbeda dengan ukuran
bendanya walaupun pembesaran ini tidakah terlalu penting ( ketika
pertama kali memakai kacamata anda akan melihat dunia tampak lebih
kecil atau lebih besar namun hal ini tidakberlangsung lama karena otak
anda segera dapat menyesuaikan diri). Untuk lensa kontak tidak demikian.
pada sistem lensa ini, bayangan tidak bertambah kecil (Surya, 2009) .
Menurut (Ilyas, 2006) Lensa kontak merupakan lensa tipis yang
diletakkan di depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan
pengobatan. Lensa tipis ini mempunyai diameter 8-10 mm, yang dengan
nyaman dapat dipakai akibat ia terapung pada selaput bening seperti kertas
yang terapung pada air.
19
2. Fungsi Lensa kontak
Menurut Mannis, karla, Ceusa dan Newton (2003) menyatakan bahwa
lensa konta memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Alat bantu penglihatan
Lensa korektif fidesain untuk mengoreksi kelainan refraksi pada
mata dan kelainan ppada mata lainnya, sehingga akan memperbaiki
penglihatan sepperti halnya kacamata. Kondisi-kondisi yag dapat
diperbiki dengan menggunakan lensa kontak adalah miopia,
hipermetropia, astigmatisma dan presbiopia (Mannis, karla, Ceusa dan
Newton, 2003)
2. Kosmetik
Lensa kontak untuk kepentingan kosmetik didesain untuk
mengubah warna dan penmpilan mata. Lensa jenis ini sebenarnya bisa
juga berfungsi untuk memperbiki penglihatan. Namun terkadang
desain maupun warna dari lensa kontak jenis ini bisa saja membuat
pandangan menjadi kabur ataupun tidak jelas. Lensa kontak non-
korektif untuk kepentingan kosmetik ini sering disebut dengan
decorative contact lenses ataupun plano cosmetic.
Lensa kontak kosmetik afektif untuk mengubahwarna dan
penampilan mata dan juga digunakan dalam aplikasi berbagai terapi
seperti perlindungan pada mata. Lensa mata kosmetik juga sering
digunakan untuk menciptakan efek khusus diindustri film . walaupun
untuk kepentingan kosmetik, namun biokomfabilitasnya tetap harus
diperhatikan sama halnya dengan lensa kontak konvensional lainnya
20
karena lensa kontak kosmetik biasanya membuat oksigen yang dapat
masuk ke mata lebih sedikit daripada lensa kontak korektif. Hal tersebut
dapat mengganggu dan menimbulkan kerusakan pada mata (Mannis,
karla, Ceusa dan Newton, 2003)
3. Terapetik
Lensa kontak sering digunakan untuk pengobatan dan
penanganan non-refraksi pada mata. Bebat lensa kontak dapat
melindungi kornea yang sakit atau cedera dari gesekan akibat kedipan
dari kelopak mata terus menerus. Lensa kontak juga berguna pada
pengobatan seperti pada ulkus kornea, erosi kornea, ketitis, mata
kering, edema kornea, descematocele, ektasis kornea, ulkus mooren,
distrofi kornea anterior, bulosa keratopati, dan keratokonjungtivitis
neurotrpik, lensa kontak yang sekaligus juga memberikan obat obat
untuk mata juga telah dikembangkang ((Kalayarasan, 2004)
3. Pola Pemakaian Lensa Kontak
Mnurut Kalayarasan (2004) Pada tahun 1979, pemakaian lensa
kontak mengharuskan pemakai melepas dan membersihkan lensa kontak
setiap malam. Kini pemakaian lensa kontak mempunyai dua macam pola
tergantung pada kadar lalu oksigen masing-masing jenis lensa kontak
sesuai dengan bahan, kadar air, desain dan ketebalannya, yaitu :
1. Pemakaian harian
Pemakaian harian artinya lensa kontak tidak diperbolehkan
dipakai lebih dari 24 jam sehari tanpa lepas. Lensa harus di lepas setiap
malam. Selanjutnya lensa kontak harus dicuci dan direndam dalam
21
larutan untuk perawatan lensa selama beberapa jam, baru kemudian
dapat dipakai lagi (Kalayarasan, 2004).
2. Pemakaian tidak terbatas
Lensa kontak dengan pola pemakaian ini dapat dipakai lebih dri
satu malam tanpa dilepas dan dicuci walaupun saat tidur. Namun, meski
dinamakan sebagai pemkaian tanpa batas , biasanya lensa juga hanya
dapat dipakai selama maksimal 7 hari berturut-turut tanpa dilepas.
Setelah seminggu berturut-turut dipakai, lensa harus dilepas dicuci,
serta direndam dalam larutan beberapa jam. Setelah itu dapat dipakai
kembali (Kalayarasan, 2004).
Menurut Mannis, karla, Ceusa dan Newton (2003) Lensa kontak
didesain menjadi dua bagian, tergantung dari lama penggunaannya,
sebagai berikut :
1. Penggunaan jangka pendek
Lensa kontak jangka pendek ataupun yang biasa disebut lensa
kontak sekali pakai artinya penggunaan lensa kontak hanya
diperbolehkan selama satu hari , seminggu atau beberapa minggu saja.
Setelah itu lensa kontak tersebut harus diganti dengan lensa kontak
yang baru (Mannis, karla, Ceusa dan Newton,2003).
2. Penggunaan jangka panjang
lensa kontak jangka pangjang dapat digunaan selama sebulan,
setahun hingga beberapa tahun sesuai dengan jangka waktu
penggunaan masing-masing lensa kontak. Setelah itu lensa kontak
22
tersebut harus diganti dengan lensa kontak yang baru (Mannis, karla,
Ceusa dan Newton, 2003).
4. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan lensa kontak
Menurut Kharuna (2007), indikasi penggunaan lensa kontak adalah
sebagai berikut :
a. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral,
myopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatima irreguler.
Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki
kelainan refrasi mata dengan tujuan kosmetik.
b. Indikasi teraupeutik, meliputi :
1. Penyakit pada kornea , seperti ulkus kornea non-healing,
keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi
kornea rekuen.
2. Penyakit pada iris mata, seperti anirida, koloboma, albino
untuk menghindari kesilauan cahaya.
3. Pada pasien yang menderita glukoma, lensa kontak digunakan
sebagai alat pengantar obat.
4. Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk
oklusi.
5. Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan
perforasi.
c. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi
forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan
trichiasis.
23
d. Indikasi diagnistik, termasuk selama menggunakan ginioskopi,
elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler,
fundus fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s 3 bayangan.
e. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi geniotomi
untuk glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.
f. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan
mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis
bulbi.
g. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor.
Menurut Kharuna (2007), Penggunaan lensa kontak di
kontraindikasikan:Pada orang yang memiliki gangguan mental dan tidak
ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuen, konjungtivitis
kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenerasikornea mata, penyakit
yang rekuen seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis.
Menurut ilyas (2004), seseorang tidak dianjurkan menggunakan
lensa kontak jika sudah berusia lanjut dimana gerakan sudah kaku, pada
mata yang meradang, masih belum dewasa dan mengerjakan sesuatu
dengan tergesa-gesa,seseorang yang mempunyai kebiasaan menggosok
mata, seseorang yang tidak mengerti arti steril, seseorang yang memiliki
reumatik pada tangan karena sulit saat menggunakan lensa kontak dan
seseorang dengan alergi.
24
5. Klasifikasi Lensa Kontak
Menurut (Eva & whitcher, 2009) Lensa kontak terdiri dari berbagai
bentuk antara lain lensa kontak keras (Hard contact lens), lensa kontak
lunak (Soft contact lens) dan Rigid gas permeable (RGP) lens. Lensa
kontak pertama merupakan lensa sklera kaca berisi cairan. Lensa ini sulit
dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa
tidak enak pada mata. Lensa kornea keras yang terbuat dari
polimetilmetakrilat, merupakan lensa pertama yang benar-benar berhasil
dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan
selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeabel-udara, yang
terbuat dari asetat butiran selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik
dan silikon, dan lensa kontak luna, yang terbuat dari beragam plastik
hidrogel, semuanya memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapo
resiko terjadinya omplikasi lebih besar.
Lensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi kesalahan
refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya
refraksi total merupaka daya yang ditimbulkan oleh kelengkungan
belakanglensa (kelengkungan dasar) bersama dengan daya lensa
sebenarnya disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan
belakang. Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan
lensa kontak. Lensa eras dan lensa permeabel-udara mengatasi
astigmatisme kornea dengan memodifikasi permukaananterior mata
menjadi bentuk yang benar-benar sferis (Eva & whitcher, 2009).
25
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur,
mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya
hanya terdapat pada perbedaan antara kelengkungan depan dan
belakang,dan lensa ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme kornea,
kecuali bia disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.
Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan untuk koreksi
astigmatisme ireguler, seperti pada keratokonus. Lensa kontak lunak
biasanya digunakan untuk terapi kelainan permukaan kornea, tatapi untuk
mengontrol gejala dan bukan untuk alasan refraktif. Semua bentuk lensa
kontak digunakan untuk melakukan koreksi refraktif afakia, terutama
untuk mengatasi aniseikonia afakia nonokuler, dan koreksi miopia tinggi:
lensa-lensa ini menghasilkan kualitas bayangan yang lebih baik daripda
kacamata. Walaupun demikian, sebagaian besar pemakai lensa kontak
adalah untuk koreksi kosmetik kelainan refrasi ringan. Hal ini mempunyai
implikasi penting pasca resiko yang acapkali diterima dalam penggunaan
lensa kontak (Eva & whitcher, 2009).
Menurut (Tan & Rahardja, 2010) jenis-jenis lensa kontak kuno
dibagi dalam tiga jenis , yaitu lensa keras, lensa setengah lembut dan lensa
lembut. Sekarang ini hanya dikenal lensa keras yang berbentuk stabil dan
lensa lembut, termasuk perkembanganterbaru lensa tonis.
a. lensa keras dahulu terbuat dari sejenis zat sintetis perspeks , yang tidak
dapat di tembus oksigen, tetapi kini tidak digunakan lagi karena lambat
laun dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada selaput kornea
26
dan kerusakan mata yang permanen. Lensa keras canggih dibuat dari
material sintesis lain, yang dapat ditembus oksigen, jadi tidak
menutupi mata seluruhnya, lensa ini selah-olah mengambang dalam air
mata, maka di balik lensa dapat tersembunyi kotoran.
b. Lensa lembut lebih besar dan lebih lentur. Juga lebih tipis dari pada
lensa keras dan digunakan langsung pada selaput bening, jadi tanpa
ada ruang di antaranya sehingga jarang sekali terdapat kotoran
dibaliknya. Di buat dari suatu polimer (rantaian zat kimia), yang dapat
menyerap banyak air dan lebih melekat banyak air dan lebih melekat
pada mata. Tetapi juga lebih cepat menjadi kotor karena zat-zat dari
air. Kerugian utamanya adalah pembiayaan yang lebih besar karena
akibat kelembapan yang tinggi dan lensa, kuman pun berkembang
lebih cepat sehingga harus diganti setiap 1-2 minggu. Lagi pula
memerlukan lebih banyak jenis cairan lensa untuk pemeliharaannya.
Keuntungannya adalah nyaman di pakainya, tidak mudah terlepas dari
mata dan ideal bagi olahragawan.
c. Lensa silikon hidrogel merupakann perkembangan baru dari lensa
lembut. Lensa canggih ini lebih mudah lagi ditembus oksigen dan
layak untuk digunakan kontinu untuk waktu yang lama. Bisa sampai
30 hari berturut-turut, bila mata dapat menerimanya (Tan & Rahardja,
2010).
27
4. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman
Menurut (Sugani & Priandarini, 2010) ada beberapa hal yang harus
di perhatikan oleh pemakai lensa kontak, antara lain :
1. Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai
dan layak.
2. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak.
3. Cuci dan disinfeksi lensa kontak setiap kali setelah pemakaian.
4. Cuci dan keringkan tempat lensa kontak setiap hari, cuci dengan air
mendidih seminggu sekali.
5. Simpan wadah lensa kontak ditempat yang lembab dan terlindung dari
sengatan sinar matahari.
6. Gantilah tempat lensa kontak secara teratur setiap 3 bulan sekali.
7. Cairan yang telah dipakai harus segera dibuang , jangan digunakan
untuk kedua kalinya.
8. Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau berendam ar panas.
9. Konsultasi dengan dokter mata sebelum menggunakan obat tetes mata,
karena, ada obat tetes mata (termasuk yang dijual bebas) yang dapat
bereaksi negatif terhadap lensa kontak.
10. Segera hentikan pemakaian jika mata merah atau tidak nyaman saat
pemakaian lensa kontak. Bisa jadi anda mengidap alergi terhadap
larutan pembasah atau pencuci lenasa kontak. Bila masalah berlanjut,
segera datangi dokter mata.
28
11. Konsultasikan juga dengan dokter atau apoteker setiap kali hendak
memakai obat tetes mata. Tidak semua obat tetes mata cocok dengan
lensa kontak yang digunakan.
5. Bentuk-bentuk Resiko Gangguan Kesehatan Mata Akibat Lensa Kontak
Bentuk-bentuk resiko gangguan kesehatan mata dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan external risk. Internal risk
merupakan resiko yang berasal dari dalam misalnya pengetahuan dn
motivasi seseorang terkait penggunaan dna perawatan lensa kontak tersebut.
Sedangkan external risk berasal dari faktor luar misalnya fasilitas informasi
tentang lensa kontak dan kondisi sosial budaya dari pengguna lensa kontak
tersebut (Ventocilla, 2010).
1. Kelopak mata
a. Giant papillary conjunctivitis(GPC) adalah komplikasi yang tersering
timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3
faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama
pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat.
Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas.
Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati
konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di
kelopak mata, dan akan menimbulkan gejala yang relatif
asimptomatik. Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan
mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril.
29
Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan
granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk kista.
b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan
fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea
mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak
mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopa mata. Ptosis juga dapat
timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat (Ventocilla,
2010).
2. Konjungtiva
a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak
akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak.
Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya
injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis.
Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema.
b. GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan
simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret
mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur,
dan pergerakan lensa yang berlebihan.
c. Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-ISLK)
merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi
klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai
warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi
akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil.
30
Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa
terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual(Ventocilla, 2010).
3. Epitelium kornea
a. Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing
yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap
mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea.
Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stres pada epitel
yang kronis. Kerusakan epitel akan memudahkan bakteri menempel
pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus sub
epitel fibrosa tanpa adanya infeksi.
b. Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan
menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya erosi. Larutan
pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri, merah,
fotopobia, dan berair, segera setelah dibersihkannya lensa. Gejala ini
akan hilang dalam 1-2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata,
maka akan timbul gelembung-gelembung gas pada intra-epitel dan
sub-epitel. Gelembung ini terlihat dan penyebabkan hilangnya
penglihatan secara signifikan yang bersifat temporer, dan hidroksi
peroksida juga menyebabkan perubahan refraksi permanen dan larutan
desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat
intermiten.
c. Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena
lapisan lensa kontak mengurangi jumlah oksigen yang masuk.
Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan
31
kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat akan terjadi kematian
sel-sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tidak merasa nyaman,
penurunan penglihatan temporer, dan fotopobia. Salah satu tanda
hipoksia kornea kronis adalah adanya neovaskularisasi superfisial
terutama sepanjang limbus superior. Epitel kornea yang lebih tipis
dibandingkan lensa kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan
menurunkan aktivitas mitosis. Pembentukan sel-sel epitel menurun,
ukurannya membesar, dan memudahkan menempelnya Pseudomonas
aeruginosa pada permukaan sel epitel.
d. Reaksi imun superfisial. Variasi larutan lensa kontak dapat
menimbulkan toksik superfisial atau reaksi imun. Ditandai dengan
adanya keratophati, injeksi konjungtiva, berair, gatal, dan chemosis
(Ventocilla, 2010).
4. Stroma kornea
a. Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya
keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau
leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer
kornea secara tiba-tiba. Berdiameter 0,1-2 mm, tunggal atau
berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel
yang menyebabkan kerusakan epitel. Manifestasi klinisnya adalah
nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan
epitel, kemudian terbentuk ulkus.
b. Infeksi kornea (keratitis).Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa
(acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak
32
mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu
pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata.
Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan
terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada
sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang
mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri
yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini
biasanya berasal dari larutan lensa kontak yang terkontaminasi. Infeksi
bakteri yang akut biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dengan
simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret purulen, dan penurunan
penglihatan. Awalnya infiltrat stroma berwarna putih kekuningan yang
berkembang di bawah sel epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di
anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang
menjadi edema epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di
United State dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki
risiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak
dalam 2 dekade terakhir ini.
c. Acanthamoeba keratitis. merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi.
Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak, dimana tempat
larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manifestasi
klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing,
penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri
yang progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada
33
pemeriksaan dengan senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf
kornea mata. Infeksi ini bersifat progresif, berat, dan bentuk
infiltratnya seperti cincin di sentral.
d. Mata merah akut (tight lens syndrome) Lensa kontak dapat
menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan
reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya adalah rasa nyeri,
fotopobia, injeksi, dan berair baik akut maupun kronik.
e. Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan lensa
kontak akan terjadi perubahan kontur kornea. Corneal warpage
menyebabkan astigmatisma irreguler, dan ini dapat dikoreksi dengan
menggunakan kacamata.
f. Contact lens-induced keratoconus. Hubungan antara keratokonus
dengan lensa kontak masih kontroversi. Persentasi yang tinggi (20-
30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat dari penggunaan lensa
kontak, tetapi bagaimanapun tidak ada penyebab yang berhubungan
langsung dengan penyakit tersebut.
g. Endotel kornea mataPenggunaan lensa kontak juga berhubungan
dengan endotel kornea mata. Pengguna memiliki variasi ukuran sel
endotel (polymegethism) dan peningkatan frekuensi sel non-
heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang menggunakan
lensa kontak (Ventocilla, 2010)
34
C. Kerangka Teori
Sumber : Bloom 1956, dalam Budiman dan Riyanto,2013 ; Arikunto,2006 ;
Surya,2009 ; Brooker, 2008 ; Ilyas,2006 ; Kalayarasan,2004 ;
Mannis, karla, Ceusa dan Newton,2003; Kharuna, 2007 ; Ilyas,
2004 ; Eva & whitcher, 2009 ; Sugani & Priandarini, 2010 ;
Ventocilla, 2010 .
Tahapan pengetahuan
1. Tahu (know).
2.Memahami(comprehension).
3. Aplikasi (application).
4. Analisis (analysis).
5. Sintesis (synthesis).
6. Evaluasi (evaluation).
Lensa Kontak :
1. Definisi lensa kontak.
2. Fungsi Lensa kontak
3. Pola Pemakaian Lensa
Kontak
4. Indikasi penggunaan lensa
kontak.
5. kontraindikasi penggunaan
lensa kontak.
6. Klasifikasi lensa kontak.
7. Teknik penggunaan lensa
kontak yang aman.
8. Bentuk-bentuk resiko
gangguan kesehatan mata
akibat lensa kontak
Faktor-faktor yangmempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan2. Informasi/media massa3. Sosial,budaya dan
ekonomi4. Lingkungan5. Pengalaman6. usia
35
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori serta tujuan dari
penelitian maka kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan sebagai berikut :
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang Penggunaan
Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang
SelatanTahun 2015’’
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan :
1. Pengetahuan Baik2. Pengetahuan Cukup3. Pengetahuan Kurang
Confounding Factor :
Usia Riwayat Penggunaan Alasan Pengunaan
36
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Skala ukur Hasil
Variabel Univariat
Pengetahuan Sesuatu yang dikethui olehpelajar putri yang menjadiresponden peneliti, Meliputi :
Definisi lensa kontak Indikasi penggunaan
lensa kontak kontraindikasi
penggunaan lensakontak
klasifikasi lensakontak
Teknik penggunaanlensa kontak yangaman
bentuk-bentuk resikogangguan kesehatanmata akibat lensa
kontak
Meminta respondenmenjawab 25 itempertanyaan dalamkuesioner B tentanglensa kontak.
Kuesioner Ordinal Dinyatakan dalam tingkatan :
a) pengetahuan baik (skorjawaban respondn 76-100 %)
b) pengetahuan cukup (skorjawaban responden 56-75%)
c) pengetahuan kurang(skor jawaban responden≤ 55%)(Arikunto,2006)
37
Analisa Demografi
Usia Usia responden berdasarkanulang tahun terakhir saatmengisi kuesioner penelitian
Meminta respondenuntuk mengisipertanyaan dalamkuesioner A mengenaidata demografi : Usia
Kuesioner interval Dalam data numerik
Riwayat Penggunaanlensa kontak
Menjelaskan tentang seberapalama responden telahmenggunakan lensa kontak(jangka waktu pendek ataujangka waktu panjang)
Meminta respondenuntuk mengisipertanyaan dalamkuesiner A mengenaidata demografi :riwayat penggunaanlensa kontak
Kuesioner interval Dalam data numerik
Alasan penggunaanlensa kontak
Menjelaskan alasan yangmenyebabkan respondenmenggunakan lensa kontak
Meminta respondenuntuk mengisipertaanyaan dalamkuesioner A mengenaidata demografi :alasan menggunaanlensa kontak
Kuesioner Nominal 1 = Optik (kelainan refraksimata)
0 = kosmetik
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan rancangan
penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan penelitian Cross-
Sectional untuk menggambarkan masalah penelitian. Cross-sectional study
design adalah penelitian yang mendesain pengumpulan datanya dilakukan
pada satu titik waktu (at one point in time): fenomena yang diteliti adalah
selama satu periode pengumpulan data . Cross- sectional study tepat
digunakan untuk menjelaskan status fenomena atau menjelaskan hubungan
fix pada satu titik waktu (Polit and Beck, 2003 dalam Swarjana, 2012).
Definisi lain dari study Cross-sectional adalah studi lapangan yang meneliti
perkembangan subyek, dengan melakukan pengukuran ulang atas
karakteristik yang sama dalam sebuah sampel yang representatif dari
individu pada interval usia yang berbeda-beda (Santoso, 2010). Informasi
dan data pada penelitian ini diperoleh melalui pemberian kuesioner pada
pelajar putri yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat
Kota Tangerang Selatan. Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan
analisis untuk mengetahui tingkat pengetahuan pelajar putri di SMK
Nusantara 1 tentang penggunaan lensa kontak dengan pendekatan
kuantitatif.
39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Nusantara 1 yang berlokasi di
Kota Tangerang Selatan tepatnya di Ciputat. Alasan peneliti memilih
lokasi tersebut karena belum pernah ada penelitian terkait kesehatan mata
khususnya tingkat pengetahuan pelajar tentang penggunaan alat bantu lihat
yaitu lensa kontak. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melakukan
penelitian di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerng Selatan.
2. Waktu penelitian
Dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 dengan melakukan
penyebaran angket kepada pelajar putri yang menggunakan lensa kontak
di SMK Nusantara 1 Ciputat yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari kerja, Senin-Jum’at dengan waktu
pengamatan yang disesuikan dengan keadaan pembimbing lapangan.
Pembimbing lapangan yaitu Guru dan karyawan yang sedang bartugas
pada saat peneliti melakukan kegiatan penelitian.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi daam penelitian adalah subjek (misalnya manusia, klien)
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar putri di SMK Nusantara 1
Ciputat yang menggunakan lensa kontak.
40
2. Sampel
Sampel dapat didefinisikan sebagai suatu bagian yang ditarik dari
populasi. Akibatnya, sampel selalu merupakan bagian yang lebih kecil
dari populasi (Istijanto, 2005). Sampel terdiri dari bagian populasi
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui
sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan dari populasi ( pelajar putri) yang menggunakan lensa
kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan. Sampel
diambil secara non- probability sampling dengan teknik total sampling
,yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil
(Setiadi, 2007).
Adapun kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan
kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian karena berbagai sebab misalnya
subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008).
1. Kriteria inklusi dalam penelitian ini:
a. Pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat yang bersedia untuk
dijadikan sampel penelitian.
b. Pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat yang yang
menggunakan lensa kontak.
41
2. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini :
a. Pelajar putri yang menolak dijadikan responden.
b. Pelajar putri yang tidak menggunakan lensa kontak.
D. Besar Sampling
Penentuan besarnya sampel penelitian dengan memperhatikan data bulan
februari 2015 yang didapat dari SMK Nusantara 1 ciputat , yaitu 60 jumlah
populasi pelajar putri yang menggunakan lensa kontak (dari 7 jurusan).
Dari 60 jumlah populasi yang tersedia, peneliti menetapkan seluruh
populasi yang tersedia diambil menjadi sampel dalam penelitian yaitu 60
responden (Total sampling).
E. Metode Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Alat ukur atau masalah pengukuran dikembangkan dengan
menerapkan dua prinsip, yaitu validitas dan reabilitasnya (Danim, 2003).
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau
angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada
kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Teknik angket (kuesioner)
merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan
memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan-
pertanyaan dapat bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan
sebelumnya sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban
telah disediakan instrumen yang berupa lembar daftar pertanyaan tadi
dapat berupa angket(kuesioner), checklist ataupun skala (Umar, 2011).
42
Pertanyaan disusun sesuai dengan tingkat pengetahuan responden
tentang lensa kontak dan tersusun secara terstruktur berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. instrumen ini terdiri 3
bagian yaitu :
Bagian pertama (A) berisi data demografi seperti usia, jangka waktu
penggunaan lensa kontak, dan alasan penggunaan lensa kontak dengan
mengisi kolom yang telah tersedia.
Bagian kedua (B) berisi variabel pengetahuan terdiri dari 13 pertanyaan
positif dan 12 pertanyaan negatif menggunakan skala Guttman dengan
memberi tanda (√) pada pilihan yang tersedia. Penggunaan skala Guttman,
betujuan untuk mengukur satu dimensi dari variabel yang miliki beberapa
dimensi, selain itu skala ini merupakan bentuk skala kumulatif (Umar,
2005).
Pertanyaan positif terdapat pada pertanyaan nomor
1,3,5,6,9,10,11,14,16,17,18,20,23 dan pertanyaan negatif terdapat pada
pertanyaan nomer 2,4,7,8,12,13,15,19,21,22,24,25 yang disusun secara
acak.
Skoring adalah pemberian skor jawaban responden pada beberapa
pertanyaan dalam kuesioner sehingga dapat digabungkan menjadi satu
variabel. Pada kuesiner B yang berisikan 25 item pertanyaan, untuk
jawaban benar diberikan nilai 1, sedangkan untuk jawaban yang salah
diberikan nilai 0, dengan skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah
0.
43
Pertanyaan positifSKOR
Pertanyaan negatifAlternatif jawaban Alternatif jawaban
Benar 1 SalahSalah 0 Benar
Memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan kuesioner pada
responden terpilih sebanyak 60 orang responden. Kuesioner digunakan
untuk mengetahui pengethuan responden tentang penggunaan lensa kontak
yang terdiri dari Definisi lensa kontak, Indikasi penggunaan lensa kontak
kontraindikasi penggunaan lensa kontak, klasifikasi lensa kontak, Teknik
penggunaan lensa kontak yang aman dan bentuk-bentuk resiko gangguan
kesehatan mata akibat lensa kontak. Setelah selesai diisi oleh responden,
kuesioner diserahkan kepada peneliti.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Proses – proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui
beberapa tahap yaitu:
1. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .
2. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan
dan manfaat penelitian.
3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda tangani
oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.
4. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
5. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti
apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
44
6. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
7. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti untuk diperiksa.
G. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Sebelum kuesioner dibagikan kepada sample yaitu pelajar putri yang
menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat kota Tangerang
Selatan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji Validitas dan reabilitas
kuesioner tersebut.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010). Untuk pengujian
validitas instrumen data pengetahuan yang berupa skor dikotomi digunakan
korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut (Umar, 2011) :
p
p
S
MxM
XPB
1
i
Dimana :
Mi = Mean skor X dari seluruh subjek yang mendapatkan angka 1
pada variabel di kotomi i
M X = mean skor dari seluruh objek
p = Proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada variabel
dikatomi
1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i
XS = Standar deviasi skor X
45
Kriteria validitasnya adalah jika PB 0,30 item pertanyaan valid
dan PB < 0,30 item pertanyaan tidak valid.
Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-
jawaban tertentu. Reabilitas menunjukan pada tingkat keterandalan sesuatu.
Reabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2010).
Sama halnya seperti pengujian validitas data pengetahuan diberi skor yang
berupa skor dikotomi kemudian untuk mencari koefisien reliabilitasnya
digunakan koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20) yang
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (umar, 2011):
KR-20 =
2
.1
1 S
qp
k
k
Dimana :
KR-20 = Koefisien Reliabilitas KR-20
k = Jumlah item dalam ujian
S2 = Varians dari skor
p = Proporsi respon yang benar
q = Proporsi respon yang salah = 1-p
Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20 0,70 maka dimensi kuesioner
reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,70 maka dimensi kuesioner tidak
reliabel.
46
Uji validitas dan reabilitas kuesioner ini dilakukan pada tanggal 15
oktober 2015. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada. Disarankan agar jumlah responden untuk uji validitas dan
reabilitas kuesioner, minimal 20 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih
mendekati kurva normal (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini Uji validitas dan reablitas dilakukan terhadap 20
pelajar putri yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 2 Ciputat
Kota Tangerang Selatan, yang mempunyai karakteristik demografi yang
hampir sama dengan pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota
Tangerang Selatan, dengan kriteria bahwa responden tersebut adalah:
pelajar putri yang menggunakan lensa kontak, dapat berkomunikasi dengan
lancar dan bersedia untuk dijadikan responden.
H. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam
pengujian hipotesis (Hidayat, 2007).
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah- langkah yang harus
ditempuh, diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul
(Hidayat, 2007).
47
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable (Hidayat, 2007).
3. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat
tabel kontingensi (Hidayat, 2007).
4. Processing data
Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga
data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara
memindahkan data dari kuesioner ke paket program komputer
pengolahan data statistic (Hidayat, 2007).
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data
yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke computer (Hidayat,
2007).
48
I. Analisis Data
Analisa data beertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna
agar dapat dipahami (Helmi,2010). Analisa data yang digunakan adalah
analisis univariat dilakukan untuk memberikan gambaran tentang variabel
tingkat pengetahuan, usia, riwayat penggunaan, dan alasan penggunaan lensa
kontak. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu
pengolahan data dan analisis data dengan menggunakan komputer (sotfware
Analisis) yaitu Microsoft Exel dan Statistical package for social science
(SPSS). Pada analisis ini data demografi dan tingkat pengetahuan pelajar putri
tentang penggunaan lensa kontak akan dideskriptifkan dalam bentuk distribusi
frekuensi yang dilakukan dengan menggunkan statistik deskriptif. Statistik
deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data
sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi
dimana sampel diambil (Sugiyono, 2010).
Penilaian dilakukan dengan cara presentasi jawaban diinterpretasikan
dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :
a. pengetahuan baik ( skor jawaban responden 76-100% )
b. pengetahuan cukup ( skor jawaban responden 56-75% )
c. pengetahuan kurang ( skor jawaban responden ≤56% )
dari pengklasifikasian di atas, dapat diketahui bagaimana gambaran
tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak dan akan
disajikan dalam bentuk tabel.
49
J. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2008):
1. Informed Consent (menjelaskan tujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain yakni Partisipasi
pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
komitmen prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,
manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain
(Hidayat, 2008):
2. Anomity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
50
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008):
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2008):
51
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan
SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Merupakan salah
satu Lembaga Pendidikan yang berada di bawah naungan YAN (Yayasan
Aldiana Nusantara). Yayasan Aldiana Nusantara di dirikan oleh Dr. H.
Alimudin Al- Murtala, MM. M.Pd. yang kini menjabat Direktur Perguruan
YAN. Di awal berdiri YAN membuka kursus paket A, B dan C serta kursus
Bahasa Inggris dan Program Perhotelan Diploma 1 (D1) dan D2. Seiring
perkembangan, maka pada tahun 1999, maka YAN resmi didaftarkan di
notaris. Pertama kali, Perguruan YAN berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda,
tepatnya di samping perguruan Triguna Ciputat. Kemudian dibukalah
Akademi Pariwisata Nusantara, SMK Nusantara 1, STT Telematika, SMP
Nusantara Plus, SMA Nusantara Plus, SMK Nusantara 2 dan bersama pihak
lain juga dibuka STIE Ganesha.
SMK Nusantara 1 sendiri telah berdiri sejak tahun 2001 Dengan tujuan
mempersiapkan manusia-manusia yang terdidik serta memiliki bekal
pengetahuan yang luas, beriman dan beakhlak mulia Sehingga terbentuknya
tenaga kerja yang siap pakai dan berkompeten dapat terwujud. SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan kini telah beragreditasi A dan
memiliki fasilitas Untuk menunjang kegiatan SMK Nusantara dilengkapi beberapa
sarana antara lain, masjid, Perpustakaan, Lapangan Futsal, Lapangan Olahraga, Lab.
Front Office, Lab Mini Hotel, Lab Restoran, Lab Kitchen, Lab Swalayan/Pemasaran,
52
Lab Cash register, Lab MYOB, Lab Komputer Jaringan, Lab Komputer
Multimedia, Lab Komputer Perangkat Lunak, Lab Komputer Office, Lab Mini
Studio, Lab IPA (Fisika/Kimia) Lap. Parkir Luas, Kantin.
Tujuan
Dalam rangka menghadapi persaingan global multi di mensi SMK
Nusantara, selain bekerja sama secara aktif dengan industri dalam negeri
juga mempersiapkan On The Job Training keluar negeri Khususnya;
Brunei Darussalam dan Singapore dengan bekal English Tourism dan
Industri secara intensif.
Visi
Menjadikan peserta didik sebagao tenaga kerja terampil, profesionel dan
berakhlak mulia.
Misi
1. Melaksanakan Pendidikan dan Pengajaran yang bersifat teoritas dan
praktis dalam kerangka profesionallitas
2. Mengintegrasikan ilmu umum dengan ilmu agama yang bermoral dan
religius.
3. Mengedepankan pendidikan agama dalam menciptakan tenaga kerja
yang berakhlak mulia.
4. Mendidik tenaga terampil melalui guru industri berpengalaman dan
dapat dipertanggung jawabkan sehingga lulusannya lebih diminati stake
holder dan mampu mandiri.
53
5. Industri pemerintah dan swasta sebagai partner dalam pengembangan
kompetensi siswa/i untuk job training dan penempatan kerja.
6. Setiap alumni di bekali sikap menal dan mampu bersaing dalam
memasuki dunia kerja.
A. Gambaran Populasi Sampel
Peneliti mengambil populasi sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh Pelajar Putri yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1
Ciputat Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini diambil sampel
sebanyak 60 orang Berdasarkan teknik Total Sampling, yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil (Setiadi, 2007).
B. Analisa Univariat
1. Gambaran Tingkat Pengtahuan Pelajar Putri Tentang Penggunaan
Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang dan
mengenai ” Gambaran Tingkat Pengtahuan Pelajar Putri Tentang
Penggunaan Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang
Selatan Tahun 2015” . data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
dan hasilnya sebagai berikut :
54
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengtahuan
Pelajar Putri Tentang Penggunaan Lensa Kontak di SMK
Nusantara 1 Cipuatat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
No Pengetahuan Jumlah Persentase1 Kurang (≤56%) 0 02 Cukup (56-75%) 4 6,73 Baik (76-100%) 56 93,3
Total 60 100%
Dari tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa tingkat pengetahun
responden tentang penggunaan lensa kontak dalam kategori baik yaitu
sebanyak 56 orang (93,3 %).
C. Analisa Demografi
2. Gambaran Usia Pelajar Putri
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pelajar Putri yang
menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2015
Dari tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar pelajar putri
yang menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat adalah
berusia 17 tahun sebanyak 28 orang (46,7 %).
No Usia(Tahun) Jumlah Presentase1 15 19 31.72 16 7 11.73 17 28 46.74 18 6 10.0
Total 60 100 %
55
3. Gambaran Riwayat Penggunaan Lensa Kontak
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Penggunaan
Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan
Tahun 2015
P
Dari tabel 5.3 di atas menunjukan bahwa sebagian besar riwayat
penggunaan lensa kontak pada pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat
adalah selama 12 bulan yaitu sebanyak 20 orang (33,3%).
No Riwayat PenggunaanLensa Kontak
(Bulan)
Jumlah Presentase
1 7 1 1.72 8 1 1.73 9 2 3.34 10 1 1.75 12 20 33.36 13 5 8.37 14 2 3.38 15 2 3.39 16 1 1.710 17 9 15.011 19 1 1.712 24 13 21.713 36 2 3.3
Total 60 100 %
56
4. Gambaran Alasan Penggunaan Lensa Kontak
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Penggunaan
Lensa Kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan
Tahun 2015
Dari tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar alasan
penggunaan lensa kontak pada pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat
adalah dengan alasan optik yaitu sebanyak 33 orang (55,0%).
5. Gambaran Pengetahuan dilihat dari Usia
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tentang Lensa Kontak di Lihat dari Usia Responden di SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
No Alasan Penggunaan Jumlah Persentase1 Kosmetik 27 45.02 Optik 33 55.0
Total 60 100 %
Tingkat PengetahuanUsia
(Tahun)Baik Cukup Kurang Jumlah
f % f % f % F %
15 17 30,3% 2 50% - - 19 31,7%16 7 12,5% 0 - - - 7 11,7%17 27 48,2% 1 25% - - 28 46,7%18 5 8,9% 1 25% - - 6 10,0%
Total 56 100% 4 100% - - 60 100%
57
Pada tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa sebagian besan pelajar putri yang
menggunakan lensa kontak berusia 17 tahun dan tingkat pengetahuan dalam
kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (48,2%).
58
58
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang
tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak di SMK
Nusantara 1 Ciputat kota tangerang selatan tahun 2015. Setelah membahas
tentang Gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri tentang lensa kontak ,
peneliti juga mecantumkan keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.
A. Distribusi Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang
penggunaan lensa kontak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang
penggunaan lensa kontak pada pelajar putri di SMK Nusantar 1 Ciputat. Hasil
penelitian diketahui bahwa dari 60 responden menunjukan tingkat pengetahuan
pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak diSMK Nusantara 1 Ciputat
dalam kategori baik yaitu sebanyak 56 orang (93,3 %). Lensa kontak yang
langsung berhubungan dengan mata terutama kornea perlu diperhatikan cara
penggunaannya secara tepat. Cara perawatan yang tidak benar dan dampak
negatif yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan lensa kontak. Oleh karena
itu pengetahuan merupakan indikator yang penting bagi pengguna lensa kontak,
sehingga dampak negatif dan efek samping yang mungkin terjadi dapat di
hindari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Natoatmodjo (2007) Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
59
perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menimbulkan rasa
percaya diri maupun sikap dan prilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang . Untuk mendapatkan pengetahuan, manusia memulai
kegiatan berfikir, yakni apa objek yang difikirkan (ontologi), bagaimana cara
atau metode memikirkan objek yang ada (epistemologi), dan untuk apa objek
yang dipikirkan tersebut (asiologi) (Juliadi dkk, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khoirunnisa (2012), yang
melaporkan bahwa dari 63 orang responden mayoritas berpengetahuan cukup
(69,8%), dibandingkan responden yang berpengetahuan tinggi (25,4%) atau
responden yang berpengetahuan rendah (4,8%), banyaknya responden yang
berpengetahuan cukup pada penelitian ini disebabkan karena responden yang
menggunakan lensa kontak adalah pelajar seperti siswa maupun mahasiswa yang
mayoritas responden sudah mempunyai pengetahuan terkait lensa kontak hanya
dengan mengakses informasi maelalui internet yang sudah dikenal oleh pelajar
sekarang ini. Hal itu sudah memberikan informasi yang cukup banyak terkait
lensa kontak. Hal tersebut juga di dukung oleh kesadaran mereka tentang
pentingnya perawatan lensa kontak yang baik bagi dirinya sendiri agar terhindar
dari dampak-dampak penggunaan lensa kontak seperti iritasi pada mata yang
bisa disebut mata merah. Pengetahuan yang dimiliki responden berada pada
katagori baik juga dapat dikarnakan oleh beberapa cara memperoleh
pengetahuan itu sendiri. Seperti yang di ungkapkan oleh natoatmodjo (2010)
bahwa cara memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara tradisional atau non
60
ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah,
yakni melalui proses penelitian. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Winda (2011), yang menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan
merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Pada
penelitian ini, pendidikan responden berdasarkan tingkat angkatan, dan didapati
tingkat pengetahuan responden berdasarkan angkatan adalah responden angkatan
2007 memiliki pengetahuan baik sebesar 63,2% dan berpengetahuan sedang
sebesar 36,8% dari 19 responden, responden angkatan 2008 yang memiliki
pengetahuan baik sebesar 66,7% dan berpengetahuan sedang 33,3% dari 18
responden, dan responden angkatan 2009 yang memiliki pengetahuan baik
sebersar 60% dan pengetahuan sedang 40% dari 20 responden, sedangkan
berpengetahuan kategori kurang dari setiap angkatan adalah 0%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2015) didapatkan
bahwa dari 38 responden mayoritas pengetahuan responden tentang lensa kontak
adalah baik sebanyak 15 orang (48,87%) dibandingkan pengetahuan cukup
sebanyak 11 orang (34,38%) atau pengetahuan kurang sebanyak 6 orang
(18,75%) . Hal ini dikarnakan mahasiswa yang mengetahui pentingnya
penggunaan lensa kontak akan cendrung berhati-hati pada saat memakai lensa
kontak, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya iritasi mata atau gangguan
mata lainnya. Ini sejalan dengan penelitian musallina (2014), yang didapatkan
bahwa dari 125 responden sebagian besar pengetahuan mahasiswa tentang
61
perawatan lensa kontak berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 25 responden
(59,5%).
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan tentang cara
menggunakan lensa kontak merupakan suatu yang penting mengingat dampak
negatif yang timbul dari penggunaan lensa kontak karena penggunaan lensa
kontak yang tidak benar. Sebagaimana diketahui sebagian besar responden telah
mempunyai pengetahuan yang baik tentang cara memakai lensa kontak yang
benar tetapi masih ada beberapa hal yang sangat penting masih kurang
diperhatikan pada saat penggunaan lensa kontak sepeti membiasakan mencuci
tangan pada saat akan menggunakan ataupun melepasan lensa kontak.
A. Distribusi Usia Pelajar Putri
Penelitian ini dilakukan pada 60 responden berusia remaja yaitu 15 tahun
hingga 18 tahun bertujuan untuk mengetahui pada usia berapa pelajar putri
banyak menggunakan lensa kontak diSMK Nusantara 1 ciputat. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 17 tahun
sebanyak 28 orang (46,7 %). Hal ini disebabkan karena pelajar putri di SMK
Nusantara 1 Ciputat yang menggunakan lensa kontak berusia > 17 tahun . hanya
sebagian kecil saja yang berusia < 17 tahun yaitu pelajar putri yang duduk di
kelas 1, sedangkan untuk kelas 2 dan 3 sebagian besar sudah berada pada
kategori > 17 tahun. Seperti yang di ungkapkan oleh (Depkes RI, 2009) bahwa
usia merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk baik yang hidup maupun yang mati. Usia remaja adalah dimana
proses kematangan mental, emosional, sosial dan fisik sedang berlangsung. Usia
remaja ini telah dapat mengembangkan pengalaman kognitifnya. Penalaran
62
mereka berkembang, mereka belajar dari lingkungan sekitarnya termasuk dari
orang dewasa. Mereka juga telah memiliki kemmpuan memecahkan masalah.
Sejalan dengan perkembngan usia mereka (stiyoso, 2013).
Remaja merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase
anak dan dewasa ditandai dengan berubahan fisik, prilaku, kognitif, biologis,
dan emosi (Efendi dan Makhfudli, 2009). Kemampuan intelektual dan emosional
pada anak usia sekolah dan remaja akan berkembang sehingga anak-anak lebih
menyadari kekurangan mereka dan bisa sangat keras kepada diri sendiri, Anak
usia remaja juga akan menjadi lebih peduli terhadap penampilan serta anak
perempuan sering terlihat perfeksionis dalam hal citra tubuh mereka oleh karena
itu stres akan menjadi meningkat secara dramatis (Borba, 2009). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah (2011) didapatkan bahwa
penggunaan lensa kontak dari 100 responden lebih banyak pada usia > 18 tahun
(80%), dibandingkan usia < 18 tahun (20%). Hal ini disebabkan karena
mahasiswa pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Syiah Kuala yang
menjadi responden memang lebih banyak yang sudah berusia > 18 tahun. Hanya
sebagian kecil dari mahasiswa tingkat pertama saja yang berusia < 18 tahun
sedangkan untuk mahasiswa tingkat kedua, ketiga dan keempat sudah berusia
>18 tahun.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa responden pengguna
lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat dalam kategori usia remaja yaitu usia
15 hingga 18 tahun, dimana pada usia tersebut Anak usia remaja akan menjadi
lebih peduli terhadap penampilan serta anak perempuan sering terlihat
63
perfeksionis dalam hal citra tubuh mereka salah satunya dengan menggunakan
lensa kontak.
B. Distribusi Riwayat Penggunaan Lensa Kontak
Riwayat penggunaan diperlukan untuk mengetahui seberapa lama responden
menggunakan lensa kontak. Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa
pelajar putri yang menggunakan lensa kontak dengan riwayat 7 bulan sebanyak
1 orang (1,7%), 8 bulan sebanyak 1 orang (1,7%), 9 bulan sebanyak 2 orang
(3,3%) , 10 bulan sebanyak 1 orang (1,7%), 12 bulan sebanyak 20 orang
(33,3%), 13 bulan sebanyak 5 orang (8,3%), 14 bulan sebanyak 2 orang (3,3%),
15 bulan sebanyak 2 orang (3,3%), 16 bulan sebanyak 1 orang (1,7%), 17 bulan
sebanyak 9 orang (15,0%), 19 bulan sebanyak 1 orang (1,7%), 24 bulan
sebanyak 13 orang (21,7%), 36 bulan sebanyak 2 orang (3,3%). hal ini
menyatakan bahwa sebagian besar riwayat penggunaan lensa kontak pada
pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat adalah 12 bulan yaitu sebanyak 20
orang (33,3%), dapat dikatakan bahwa penggunaan lensa kontak pada 60
responden di SMK Nusantara 1 ciputat sebagian besar dengan jangka waktu
penggunaan yang panjang yaitu digunakan dalam beberapa dan lebih dari
setahun.
Penggunaan dalam jangka panjang ini sejalan dengan yang di ungkapkan
oleh Mannis, Kerla, Ceusa dan Newton (2003) bahwa lensa kontak didesain
untuk penggunaan jangka pendek maupun jngka pendek. Lensa kontak pendek
ataupun yang biasa disebut lensa kontak sekali pakai artinya penggunaan lensa
kontak hanya diperbolehkan selama satu hari, seminggu, atau beberapa minggu
saja sedangkan lensa kontak panjang dapat digunakan selama sebulan, setahuan
64
hingga beberapa tahun sesuai dengan jangka waktu penggunaan masing-masing
lensa kontak. Setelah itu lensa kontak tersebut harus diganti dengan lensa kontak
yang baru (Mannis, Kerla, Ceusa dan Newton, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Ardiansyah pada tahun 2011 didapatkan
hasil bahwa dari 100 responden yang menggunakan lensa kontak, terdapat
responden yang menggunakan lensa kontak dengan jangka waktu 1-6 bulanan
(62%) yaitu marupakan jenis yang paling banyak dipakai, selanjutnya lensa
kontak dengan jangka waktu penggunaan > 6 bulan-tahunan (21%), harian
(15%), dan yang paling sedikit adalah lensa kontak dengan jangka waktu
penggunaan 1-3 mingguan (2%). Ini disebabkan karena menurut sebagian besar
responden, alasan mereka memilih menggunakan lensa kontak dengan jangka
waktu penggunaan 1-6 bulanan adalah karena lebih mudah didapat dan lebih
praktis dari pada lensa kontak dengan jangka waktu harian maupun 1-3
mingguan karena tidak perlu terlalu sering membeli lensa kontak baru. Lensa
kontak dengan jangka waktu penggunaan 1-6 bulanan juga lebih aman
digunakan dari pada lensa kontak dengan jangka waktu penggunaan lensa
kontak 6 bulan- tahunan karena semakin lama jangka waktu penggunaan lensa
kontak tingkat kebersihan dan kenyamanan lensa kontak juga akan semakin
rendah.
Pada penelitian ini Ardiansyah (2011) juga menjelaskan tentang pola
penggunaan lensa kontak yang digunakan oleh 100 respondennya tersebut,
bahwa lensa kontak dengan pola penggunaan harian (90%) lebih banyak
dibandingkan dengan pola penggunaan tidak terbatas (1%). Hal ini disebabkan
karena pola penggunaan harian lebih nyaman digunakan dibandingan dengan
65
pola penggunaan tidak terbatas bisa tetap digunakan saat tidur, karena sebagian
responden merasa khawatir jika lensa kontak digunakan pada saat tidur maka
akan melukai mata mereka. Selain itu lensa kontak dengan pola penggunaan
harian juga lebih mudah didapat dibandingkan dengan lensa kontak dengan pola
penggunaan tidak terbatas. Iritasi mata dapat terjadi pada penggunaan lensa
kontak yang terlalu lama atau lensa kontak yang sudah melewati batas
kadaluarsa, kurangnya perawatan lensa kontak, cara pemakaian yang salah,
intolerasi pada cairan pembersih, atapun infeksi sekunder pada akibat pemakaian
lensa kontak (Yunita, 2015).
Dari penjelasan dan data di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lensa
kontak oleh pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat perlu evaluasi dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pola penggunaan dan jangka waktu
penggunaan yang baik dalam penggunaan lensa kontak, dikarnakan jangka
waktu penggunaan lensa kontak yang tergolong dalam jangka waktu panjang.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi efek atau dampak negatif dari penggunaan
lensa kontak tersebut yang disebabkan dari jangka waktu penggunaan lensa
kontak yang terlalu lama.
C. Distribusi Alasan penggunaan Lensa Kontak
Alasan penggunaan ini bertujuan untuk keperluaan apa responden yaitu
pelajar putri di SMK Nusantara 1 ciputat dalam penggunaan lensa kontak.
Berdasaran hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar alasan responden
menggunakan lensa kontak adalah karena alasan optik yaitu sebanyak 33 orang
(55,0%) dibandingkan dengan alasan penggunaan kosmetik sebanyak 27 orang
(45,0%). Hal ini diketahui dari data yang didapatkan saat pengambilan data
66
menggunakan kuesioner, Sebagian besar responden menyatakan bahwa
kebanyakan dari mereka menggunakan lensa kontak karena ada kelainan refraksi
mata seperti myopia dan hiperopia. lensa kontak mereka pilih sebagai alat bantu
penglihatan dikarnakan juga dapat membuat penampilan lebih menarik
dibandingkan saat menggunakan kata mata, selain itu mereka juga mendapat
dukungan dan anggapan yang baik dari teman sebaya untuk menggunakan lensa
kontak. Seperti yang di ungkapkan oleh Wakarie (2013), penggunaan lensa
kontak pada saat ini selain sebagai alat bantu penglihatan pengganti kacamata,
dapat juga sebagai alat kosmetik untuk memperindah mata karena berbagai
macam warna dari lensa kontak. Lensa kontak yang diletakkan lansung di atas
kornea, secara umum mempunyai fungsi yang sama dengan kacamata
konvensional yang berfrime. Namun, perlu diketahui penempatan lensa kontak
yang langsung pada kornea yang sebenar nya barang asing tersebut untuk tubuh
agar tetap aman digunakan tentunya memerlukan cara-cara perawatan yang
tepat, karena tidak jarang cara perawatan yang salah dapat menyebabkan resiko
iritasi bahkan pada mata (Wakarie, 2013).
Menurut wong dan Donna (2008) Lensa kontak adalah pilihan yang
populer, terutama bagi remaja. Beberapa Tipe tersedia, seperti hard lenses,
termauk gas permeabel dan sift lenses yang dapat dirancang untuk permakaian
setiap hari atau lama.
Sejalan dengan penelitian Khoerunnisa (2012), yang menjelaskan
responden yang menggunakan lensa kontak mayoritas mendapatkan dukungan
dari teman sebesar 33 responden (52,4%) lebih banyak di bandingkan dengan
responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga (28,6%) sedangkan 12
67
responden lagi (19,0%) menggunakan lensa kontak karena faktor lain seperti
kebutuhan diri mereka sendiri yang mengharuskan menggunakan lensa kontak.
Menurut (Marquis & Huston, 2010) Pengambilan keputusan merupakan proses
kognitif yang kompleks dan sering didefinisikan sebagai suatu upaya
memutuskan serangkaian tindakan tertentu. Pengambilan keputusan sering
dianggap sinonim dengan manajemen. Ini juga sejalan dengan penelitian
Khoerunnisa (2012), yang menjelaskan bahwa Optik-optik di Ciputat Timur
mayoritas yang menggunakan lensa kontak dipengaruhi oleh lingkungan
eksternalnya seperti lingkungan teman. Hal tersebut dikarenakan teman dalam
satu lingkungan sudah dianggap seperti keluarga karena berperan sebagai
pengganti keluarga dirumah. Responden yang memiliki kedekatan dengan teman
sebayanya secara tidak langsung memiliki ikatan batin yang cukup kuat
sehingga mereka akan mudah dipengaruhi oleh temannya tersebut, seperti
halnya dalam penggunaan lensa kontak. Remaja sering kali merasa tidak senang
dan benci saat diperintah apa yang harus dilakukan sehinga mempertimbangkan
pencarian mereka untuk kebebasan dan menghindari nada merendahkan (Borba,
2009).
Menurut booker (2008), tren penggunaan lensa kontak dikalangan anak
muda yang tidak diresepkan untuk mengubah warna mata mereka, tetapi
individu ini tidak selalu diberi bantuan dan saran tentang bagaimana perawatan
lensa kontak tersebut, tidak jarang hal ini menyebabkan timbulnya dampak
negatif seperti konjungtivitis karena terkontaminasi tempat lensa kontak
tersebut.
68
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa alasan penggunaan lensa
kontak oleh pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat adalah selain untuk
memperbiaki koreksi dari kelainan refraksi mata juga dipengaruhi oleh
dukungan dari teman sebaya yang sebagian besar mengungkapkan bahwa lensa
kontak lebih baik digunakan dibandingkan dengan kacamata karena dapat
mempercantik penampilan penggunanya.
D. Distribusi Pengetahuan dilihat dari Usia
Pengetahuan dilihat dari usia ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh anatara usia dengan tingkat pengetahuan responden tentang
penggunaan lensa kontak atau tidak. Dari hasil penelitian diatas bahwa pelajar
putri dengan tingkat pengetahuan baik yaitu , usia 15 tahun sebanyak 17 orang
(30,3%) , usia 16 tahun sebanyak 7 orang (12,5%), usia 17 tahun sebanyak 27
orang (48,2%), dan usia 18 tahun sebanyak 5 orang (8,9%). Sedangkan pelajar
putri dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu, usia 15 tahun sebanyk 2 orang
(50%) , usia 17 tahun sebanyak 1 orang (25%), dan 18 tahun sebanyak 1 orang
(25%) dari total 4 orang yang berpengetahuan cukup . hal ini menunjukan bahwa
sebagian responden berusia 17 tahun dan tingkat pengetahuan dalam tingkatan
baik yaitu sebanyak 27 orang (48,2%). Hal ini menunjukan bahwa usia
mempengaruhi tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa
kontak. hal ini sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh Budiman & Riyanto
(2013) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah
usia. Usia turut menentukan daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
69
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
(Budiman & Riyanto, 2013).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa usia responden turut
menentukan tingkat pengetahuan seseorang tentang lensa kontak, ini dapat
dilihat dari distribusi tingkat pengetahuan tentang lensa kontak dalam kategori
baik dalam sebagian besar responden yang berusia 17 tahun.
E. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang hanya
menggambarkan variabel yang diteliti, sehingga tidak bisa mencari
penyebab suatu masalah secara keseluruhan.
2. Adanya keterbatasan referensi atau penelitian terdahulu yang terkait tentang
penelitian ini.
3. Faktor informasi atau media massa mempengaruhi pengetahuan, namun
pada penelitian ini faktor ini tidak dapat di homogenkan
4. Terapetik adalah salah satu fungsi dari lensa kontak, namun pada penelitian
ini faktor ini tidak dapat di homogenkan.
70
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik
dari penelitian ini bahwa gambaran tingkat pengetahuan pelajar putri di
SMK Nusantara 1 ciputat kota tangerang selatan tentang penggunaan lensa
kontak memperlihatkan bahwa pengetahuan responden dalam kategori
baik yaitu sebanyak 56 orang (93,3 %). Distribusi usia pelajar putri
memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak menggunakan lensa
kontak adalah pada usia 17 tahun yaitu sebanyak 28 orang (46,7 %).
Distribusi riwayat Penggunaan Lensa Kontak memperlihatkan bahwa
riwayat penggunaan lensa kontak pada pelajar putri di SMK Nusantara 1
Ciputat yang paling banyak adalah 12 bulan sebanyak 20 orang (33,3%).
Dan dari distribusi alasan Penggunaan Lensa kontak meemperlihaatkan
bahwa alasan penggunaan lensa kontak pelajar putri di SMK Nusantara 1
Ciputat paling banyak adalah dengan alasan optik sebanyak 33 orang
(55,0%). Distribusi pengetahuan dilihat dari Usia menunjukan bahwa
sebagian besar responden berusia 17 tahun dan tingkat pengetahuan dalam
kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (48,2%).
71
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, peneliti merekomendasikan beberapa hal
yaitu :
1. Bagi Pelajar Putri
Berdasarkan hasil penelitian ini pelajar putri telah memiliki
pengetahuan yang baik tentang penggunaan lensa kontk, untuk itu
diharapkan dapat terus mempertahankan pemahamannya serta dapat
terus menerapkan tentang penggunaan lensa kontak dengan benar.
2. Bagi SMK Nusantara 1 Ciputat
Berdasarkan hasil penelitian ini SMK Nusantara 1 Ciputat
diharapkan semakin memperhatikan kesehatan siswa didiknya terkait
pencegahan penyakit mata yang disebabkan oleh penggunaan alat
bantu lihat seperti lensa kontak.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
a. Dilakukan penelitian lain tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan pelajar terhadap penggunaan lensa
kontak.
b. penelitian selanjutnya diharapkan perbanyak variabel penelitian
untuk mendapatkan perbandingan dan hubungan variabel juga
dapat dikembangkan agar dapat menghasilkan teori dan konsep
baru.
DAFTAR PUSTAKA
American Optometric Association. Recommendations for Contact LensWearers. America: American Optometric Association. Diambil darifrom:http://www.aoa.org/x5230.xml, 2006.
American Academy of Ophthalmology. Optics, Refraction, and Contact Lenses,Section 3.”Basic and Clinical Science Course” page 181-195, 2003.
Arikunto, suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu: Pendekatan Praktek. EdisiRevisi VI Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2006.
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi2010. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010.
Ardiansyah, Irmaedah Putri. Gambaran Penggunaan Lensa Kontak PadaMahasiswa Pendidikan Dokter di Fakultas kedokteran Universitas SyiahKuala. (skripsi). univeritas Syiah Kuala Banda Aceh, 2011.
Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 3. Jakarta :EGC, 2001.
Budiman dan Riyanto, A. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikapdalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika, 2013.
Brooker Chris. Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta: EGC, 2008.
Budiarto, Eko. Metodelogi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC, 2004.
Borba Michele. The Big Book Of Parenting solutions,101 Answers to Your, 2009.
Chrismer, M. Love Your Eye, Use Contact Lens to Protect Them, 2010.
Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan:sejarah & metodelogi. Jakarta: EGC, 2003.
Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : DepartemanKesehatan, 2009.
Eva ,whitcher. Oftalmologi umum. Jakarta: EGC, 2009.
Efendi, F., Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas ; Teori dan Praktikdalam Keperawtan. Jakarta : Salemba Medika, 2009.
Fatin.A.K. Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa FK USU danKemungkinan Terjadinya Keratitis. (skripsi). Medan : Universitassumatra Utara, 2010.
Farah. Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pada Mahasiswa FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 DenganKelainan Refraksi. (Skripsi).Medan : Universitas Sumatera Utara, 2013.
Hafiz,M.F. Hubungan Dioptri Lensa Kacamata Dengan Jarak Dan LamaMembaca Pada Pelajar FK USU di AUCMS 2011. (Skripsi) Medan :Universitas sumatra utara, 2012.
Hadiwijaya T.H. Perilaku Pemakaian Lensa Kontak Pada Mahasiswa FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010, 2011 Dan2012. (Skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara, 2013.
Hidayat, Alimun. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data .Ed1.Jakarta: Salemba Medika, 2007.
Hidayat, AA. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika, 2008.
Helmi, Sitomorang syafrizal. Analisa Data:Riset Manajemen dan Bisnis. Medan:Usu Press, 2010.
Ilyas, Sidarta. Ilmu Perawatan Mata. jakarta : Sagung Seto, 2004.
Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata, Ed ke-3, Jakarta : Balai Penerbit FKUI,2006.
Istijanto. .Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama, 2005.
Juliadi. A., Irfan., Manurung. S. Metodelogi Penelitian Bisnis. Jakarta : USMUPress, 2014.
Kharuna, A.K. Comprehensive Ophtomology. 4th ed. New Dehli: New AgeInternational limited, 2007.
Kalayarasan. Contact Lens Fitting : AECS Illumination, 2004.
Khaerunnisa. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontakpada pasien dengan gangguan penglihatan. Jakarta : (Skripsi).Universitas Islam Negeri jakarta, 2012.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Standar Profesi RefraksionisOptisien.http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20
No.%20572%20ttg%20Standar%20Profesi%20Refraksionis%20Optisien.pdf, 2008.
Kiat, L.M. Tingkat Pengetahuan Tentang Lensa Kontak Pada MahasiswaStambuk 2012. Medan : (Skripsi).Universitas Sumatera Utara, 2013.
Mannis, M. J., Krla Z., Cleusa, C. G., Newton, K. J. Contact Lenses inOphthalmic Practice. Springer Verlag New York Inc : New York, 2003.
Musallina. Pengetahuan Lensa Kontak Mahasiswa Universitas Syiah Kuala.(Skripsi). Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2014.
Marquis dan Huston. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Teori danAplikasi. Jakarta. Edisi 4. EGC, 2010.
Narainasamy. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dan mahasiswi FakultasKedokteran yang Menggunakan Lensa Kontak tentang Penjagaan yangBenar. Medan : (Skripsi). Universitas Sumatra Utara, 2012.
Natoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta. 2003.
Natoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta, 2007.
Natoatmodjo, soekidjo. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta,2010.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian ilmu keperawatanPedoman Skripsi, Tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta:Salemba Medika, 2008.
Surya Yohanes.Optik. Tangerang: PT Kandel, 2009.
Swarjana, I Ketut. Metodelogi Penelitian Kesehatan.ed 1.Yogyakarta:AND, .
2012.
Sulistianingsih Rizka. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur(WUS) Tentang Keputihan Fisiologis Dan Patologid di Lapas WanitaKelas IIA Kota Semarang Tahun 2011. (Jurnal). Diambil dari:http://jurnal.unimus.ac.id, 2011.
Sugani Surya, Priandarini Lucia. Cara Cerdas Untuk Sehat : Rahasia Hidup SehatTanpa Dokter. Jakarta :Transmedia Pustaka, 2010.
Sloane,Ethel. Anatomi Dan Fisiologi untuk pemula. jakarta :EGC, 2004.
Supartini Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :EGC, 2004.
Setyoso A Thomas. Bukan Arek Mbling. Yogyakarta : Indie Book Corner, 2013.
Sugiono. Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2010.
Santoso, Singgih. Kupas Tuntas Riset Eksperimen Dengan Exel 2007 dan Menitab15. Jakarta: PT Exel Media Komputindo, 2010.
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Ed 1.Yogyakarta : Graha Ilmu,. 2007.
Tiarasan, Muralidran. Tingkat Pengetahuan Pemakaian Lensa Kontak dalamkalangan Mahasiwa FK USU Stambuk 2009 dan 2011. (E-Journal FKUSU, Vol 1 No 1). Medan : Universits Sumatera utara. Diunduh darihttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=51353&val=4098, ,2013.
Tan dan Rahardja Kirana. Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-hari.Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2010.
Umar Husein. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama, 2005.
Umar Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Ed.1-11. Jakarta :Rajawali Pers, 2011.
Ventocilla. M. Contact Lens Complications : Michigan Collage Of Optemetry.Diambil dariOfjAA&url=http%3A%2F%2Femedicine.medscape.com%2Farticle%2F1196459-overview&ret=j&q=Contact+Lens+Complicatons&ei=cunXS-apGILGrAeu442PBW&USG=AFQjCG_71aTTtjr3KH8RbxAxsUvxlospUQ-, 2010.
Winda Finera. Tingkat pengetahuan Mahasiswa FK USU yang menggunakanlensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya angkatan 2007-2009. (Skripsi). Medan : Universitas Sumtera Utara, 2011.
Wakarie Paulus Rocky. Perbandingan produksi air mata pada pengguna lensakontak dengan yang tidak menggunakan lensa kontak. (skripsi). FakultasKedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 2010.
Wong. L,. Donna. Buku Ajar Keperawtan Pediatric. Ed 6. Jakarta : EGC, 2008.
Yunita Silvia. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemakai Lensa Kontak DenganKejadian Iritasi Mata Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FakultasKedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh :(Skripsi). Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 2015.
Lampiran 1
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR PUTRI TENTANGPENGGUNAAN LENSA KONTAK DI SMK NUSANTARA 1 CIPUTAT
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015
Assalamualaikum. WR. WB
Nama : Rizka Nazhriyah
NIM : 1111104000025
Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
sedang melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan
pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan
dengan penelitian. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan dengan segala
kerendahan hati agar kiranya adik-adik bersedia meluangkan waktunya untuk
mengisi kuesioner yang telah disediakan secara sukarela tanpa paksaan dari
siapapun.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya dan apa adanya
sesuai dengan yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan
gambaran yang baik untuk penelitian ini. Kerahasiaan jawaban akan dijaga dan
hanya diketahui oleh peneliti.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan keikutsertaan bapak/ibu dari
Siswa/i dalam pengisian kuesioner ini.
Apakah anda bersedia?
YA/TIDAK
Setelah mendapat informasi tentang penelitian ini, saya menyetujui untuk
ikut serta dalam penelitian. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam
penelitian ini dilakukan secara sukarela.
Tertanda
(Responden)
Lampiran 2
Kuesioner
Gambaran Tingkat Pengetahuan Pelajar Putri Tentang Penggunaan LensaKontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Tanggal Pengisian :
Kuesioner A
Jawablah pertanyaan yang ada di bawah ini dengan mengisi dan melingkaripilihan yang merupakan jawaban anda .
1. Berapakah usia saudara saat ini : ............ tahun2. Riwayat penggunaan lensa kontak (Berapa lama menggunakan lensa
kontak) : ............. hari/bulan/tahun3. Alasan penggunaan lensa kontak : ..................................
a. Kosmetikb. Optik ( kelainan refraksi mata)
Lampiran 3
Kuesioner B
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihanyang tersedia.
No Pertanyaan Benar Salah1 lensa kontak merupakan lensa tipis yang
diletakkan didepan kornea untuk memperbaikikelainan refraksi dan pengobatan
2 lensa kontak dapat digunakan oleh seseorangyang memiliki gangguan mental
3 Sebelum menggunakan lensa kontak saya harusmencuci tangan terlebih dahulu
4 Lensa kontak dapat saya beli dengan bebas dansaya gunakan tanpa konsultasi dengan doktermata terlebih dahulu.
5 Simpanlah wadah lensa kontak ditempat yanglembab dan terlindung dari sinar matahari
6 Rasa gatal, rasa terbakar, kemerahan pada mata,mata berair, dan mata membengkak adalahtanda-tanda terjadi nya alergi yang disebabkanoleh penggunaan lensa kontak yang salah
7 Lensa kontak dapat digunakan ketika akanberenang atau berendam air panas
8 Lensa kontak hanya terdiri dari satu macam sajayaitu lensa kontak lunak (soft contact lens)
9 Seseorang tidak dianjurkan untuk menggunakanlensa kontak jika masih belum dewasa dan tidakmengerti arti steril
10 Tidak semua jenis obat tetes mata cocok denganlensa kontak yang digunakan
11 Infeksi kornea (Keratitis) dapat terjadi padaseseorang yang menggunakan lensa kontak
12 Lensa kontak dapat digunakan bergantiandengan orang lain
13 Seseorang boleh melanjut pemakaian lensakontak jika mata terlihat merah atau tidaknyaman saat pemakaian lensa kontak
14 Lensa kontak dalah alat yang digunakan sebagaialat pengganti kacamata
15 Lensa kontak hanya dapat digunakan untukkelainan mata berupa rabun jauh (hipermetropi)
16 Cuci dan keringkan tempat lensa kontak setiaphari, cuci dengan air mendidih seminggu sekali
17 Gantilah lensa kontak secara teratur setiap 3bulan sekali
18 Lensa kontak dapat digunakan oleh olahragawan, pilot dan aktor untuk menunjang pekerjaannya.
19 Lensa kontak boleh diletakkan lansung di atasmeja
20 Cairan yang telah digunkan harus dibuang ,jangan digunakan untuk kedua kalinya
21 Lensa kontak boleh digunakan lebih dari jangkawaktu yang telah ditentukan
22 Diameter atau ukuran pada semua jenis lensakontak selalu sama
23 Lensa kontak keras (Hard contact lens) adalahsalah satu jenis lensa kontak
24 Membersihkan lensa kontak tidak dapatmenghilangkan kotoran pada lensa
25 Perawatan lensa sama untuk semua jenis lensakontak
Selamat Mengerjakan dan Terima Kasih ☺
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Dari hasil analisis uji validitas diatas dapat dinyatakan bahwa semua itemvalid, maka 25 item tersebut dapat digunakan dalam kuisioner. Dan untuk ujiraliebilitas didapatkan hasil KR-20 nya sebesar 0.860569 > 0,7 artinya bahwakuisioner tersebut reliabel (konsisten) sehingga dapat digunakan untuk prosesanalisis selanjutnya.
Item KoefValiditas
Kriteria
P1 0,405672 ValidP2 0,450144 ValidP3 0,502646 ValidP4 0,761241 ValidP5 0,37984 ValidP6 0,565565 ValidP7 0,565565 ValidP8 0,405672 ValidP9 0,565565 ValidP10 0,502646 ValidP11 0,527091 ValidP12 0,373196 ValidP13 0,405672 ValidP14 0,530939 ValidP15 0,579564 ValidP16 0,513117 ValidP17 0,468687 ValidP18 0,488618 ValidP19 0,433151 ValidP20 0,468687 ValidP21 0,380324 ValidP22 0,361774 ValidP23 0,362769 ValidP24 0,437997 ValidP25 0,304763 ValidKR-20 0,860569 RELIABEL
Lampiran 8
Hasil Analisa Univariat
A. Tingkat Pengtahuan Pelajar Putri Tentang Penggunaan Lensa Kontak
Statistics
pengethuan
N Valid 60
Missing 0
Mean 2.93
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .252
pengethuanCount
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid cukup 4 6.7 6.7 6.7
baik 56 93.3 93.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Lampiran 9
Hasil Analisis Demografi
A. Usia Pelajar Putri
Statistics
usia
N Valid 60
Missing 0
Mean 16.35
Median 17.00
Mode 17
Std. Deviation 1.039
usiaCount
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15 19 31.7 31.7 31.7
16 7 11.7 11.7 43.3
17 28 46.7 46.7 90.0
18 6 10.0 10.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
B. Riwayat Penggunaan Lensa Kontak
Statistics
Riwayat
N Valid 60
Missing 0
Mean 16.30
Median 13.50
Mode 12
Std. Deviation 6.242
RiwayatCount
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 7 1 1.7 1.7 1.7
8 1 1.7 1.7 3.3
9 2 3.3 3.3 6.7
10 1 1.7 1.7 8.3
12 20 33.3 33.3 41.7
13 5 8.3 8.3 50.0
14 2 3.3 3.3 53.3
15 2 3.3 3.3 56.7
16 1 1.7 1.7 58.3
17 9 15.0 15.0 73.3
19 1 1.7 1.7 75.0
24 13 21.7 21.7 96.7
36 2 3.3 3.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
C. Alasan Penggunaan Lensa Kontak
Statistics
alasan
N Valid 60
Missing 0
Mean .55
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .502
alasanCount
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kosmetik 27 45.0 45.0 45.0
optik 33 55.0 55.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
D. Pengetahuan dilihat dari Usia
Case Processing SummaryCount Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia * Pengetahuan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
usia * Pengetahuan Crosstabulation
CountPengetahuan
TotalCukup Baik
usia 15 2 17 19
16 0 7 7
17 1 27 28
18 1 5 6
Total 4 56 60
E. Pengetahuan dilihat dari Riwayat Penggunaan Lensa Kontak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riwayat * Pengetahuan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Riwayat * Pengetahuan Crosstabulation
Count Pengetahuan
TotalCukup Baik
Riwayat 7 0 1 1
8 0 1 1
9 0 2 2
10 0 1 1
12 1 19 20
13 1 4 5
14 1 1 2
15 0 2 2
16 0 1 1
17 0 9 9
19 0 1 1
24 1 12 13
36 0 2 2
Total 4 56 60
F. Pengetahuan dilihat dari Riwayat Penggunaan Lensa Kontak
Case Processing SummaryCount Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Alasan * Pengetahuan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
Alasan * Pengetahuan Crosstabulation
Count Pengetahuan
TotalCukup Baik
Alasan kosmetik 3 24 27
optik 1 32 33
Total 4 56 60