GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA …
Transcript of GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA …
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGAGLIK I SLEMAN YOGYAKARTA
TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
ERMAYANTI
NPM : 1308024
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
YOGYAKARTA
2011
v
ABSTRACT
DESCRIPTION OF LEVEL OF KNOWLEDGE MOTHER ABOUT ISPA OF CHILDREN IN PUSKESMAS NGAGLIK I SLEMAN
Ermayanti1, Atik Badiah2, Eka Ristiana Ariningtyas3
Background: Infections Respiratory Acute (ISPA) is the major cause of disease mortality baby and often ranks first in mortality child. Treatment early of diseases is ISPA proven to reduce mortality. Disease ISPA often occurs in children. Episodes of cough illness in baby in Indonesian is estimated to 3-6 times per year (average 4 times per year). Purpose: Knowledgeable overview level of knowledge mother about ISPA in baby in Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta in year 2011. Methods: This type of study is a descriptive with approach time in cross sectional. The research was conducted at the Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta in 2011 with 80 respondents. Gauge used to use a questionnaire closed. Sample study was determined using technique sampling incidental is the determination of samples based on chance, namely respondents who coincidentally / incidental to meet with investigators and can be used as a sample, if the person who happened to found it suitable as a data source. Test the validity of the used formula correction product moment and the analysis used is the percentage. Results: Results showed the level of knowledge mother about the definition of ISPA toddlers mostly quite as many as 44 people (55%). Level of knowledge mother about the causes of ISPA mostly good as many 77 people (96,3%). Level of knowledge mother about the classification of ISPA largely lacking as many as 51 people (63,8%). Level of knowledge of mothers about factors risk ISPA largely well as 56 people (70%). Level of knowledge mother about the prevention and eradication of ISPA largely quite as much as 49 people (61,3%). Level of knowledge mother about the overall level of knowledge mother about the handling of respiratory largely lacking as many as 54 people (67,5%). Overall level of knowledge of mothers regarding ISPA in baby are mostly quite as many as 62 people (77,5%). Conclusion: The level of knowledge of mothers regarding ISPA in baby are mostly quite as many as 62 people (77,5%). Key words: Infections respiratory tract acute, ISPA in baby, Knowledge of ISPA. _________________________ 1 Students of STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Lecturer of Poltekes KEMENKES Yogyakarta 3 Lecturer of STIKES A. Yani Yogyakarta
vi
ABSTRAK
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGAGLIK I SLEMAN
Ermayanti1, Atik Badiah2, Ristiana Eka Ariningtyas3
Latar belakang : Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka kematian balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan kematian. Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun). Tujuan : Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta tahun 2011. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan waktu secara cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta tahun 2011 dengan menggunakan 80 responden. Alat ukur yang digunakan menggunakan kuesioner tertutup. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik sampling incidental yaitu penentuan sampel yang berdasarkan kebetulan, yaitu responden yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Uji validitas yang digunakan rumus koreksi product moment dan analisis yang digunakan adalah prosentase. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu balita tentang definisi ISPA sebagian besar cukup sebanyak 44 orang (55%). Tingkat pengetahuan ibu tentang penyebab ISPA sebagian besar baik sebanyak 77 orang (96,3%). Tingkat pengetahuan ibu tentang klasifikasi ISPA sebagian besar kurang sebanyak 51 orang (63,8%). Tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko ISPA sebagian besar baik sebanyak 56 orang (70%). Tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan dan pemberantasan ISPA sebagian besar cukup sebanyak 49 orang (61,3%). Tingkat pengetahuan ibu tentang keseluruhan tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA sebagian besar kurang sebanyak 54 orang (67,5%). Secara keseluruhan tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita sebagian besar adalah cukup sebanyak 62 orang (77,5%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita sebagian besar adalah cukup sebanyak 62 orang (77,5%). Kata kunci: Infeksi saluran pernafasan akut,ISPA pada balita, pengetahuan ISPA. ______________________ 1 Mahasiswa Diploma III Kebidanan STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Dosen Poltekes KEMENKES Yogyakarta 3 Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga sanggup menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGAGLIK I SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2011’’.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar ahli madya STIKES A YANI Yogyakarta. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari peran berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan kepada kami dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
2. dr. I. Edy Purwoko, Sp. B Selaku ketua STIKES A YANI Yogyakarta. 3. Eny Retna, SST., M. Kes selaku penguji KTI, terimakasih atas bantuan,
saran dan waktunya serta ilmu yang sudah ibu berikan kepada saya selama ini.
4. Atik Badi’ah, S.Pd.,S.Kp.,M.Kes selaku dosen pembimbing I, terimakasih atas semua bantuan, waktu dan ilmu yang sudah ibu berikan kepada saya. Serta kesabaran ibu dalam membimbing saya selama ini.
5. Ristiana Eka Ariningtyas, SST selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas semua bantuan, waktu dan ilmu yang sudah ibu berikan kepada saya. Serta kesabaran ibu dalam membimbing saya selama ini
6. Kepala Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta, terimakasih telah memberikan saya izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas
7. Seluruh dosen STIKES A YANI Yogyakarta yang telah memberikan ilmu selama saya berkuliah di sini.
8. Orang tua, dan seluruh keluarga kami yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayang.
9. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya.
10. Semua pihak yang telah membatu kami dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwasanya Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan dan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis, juga semua pihak yang membacanya. Amin
Wassalamualaikum Wr.Wb. Yogyakarta, Agustus 2011
Penulis
xi
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Ispa Balita ............. 28
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden di puskesmas Ngaglik I
Sleman Yogyakarta .......................................................................................... 35
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Definisi ISPA 36
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Penyebab ISPA 37
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang klasifikasi ISP 37
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Faktor Resiko ISPA…. 38
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan dan
pemberantasan ISPA ........................................................................................ 39
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan penatalaksanaan ISPA 40
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ISPA pada
balita di Puskesmas Ngaglik Sleman Yogyakarta ............................................ 40
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 21
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 21
xiii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ...................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv ABSTRACT ....................................................................................................... v ABSTRACT ..................................................................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... vii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis ............................................................................. 10
1. Pengetahuan Ibu Tentang ISPA ................................................ 10
2. Definisi ISPA ................................................................................ 14
3. Etiologi ISPA ............................................................................... 15
4. Klasifikasi ISPA .......................................................................... 15
5. Faktor risiko ISPA ...................................................................... 17
6. Penatalaksanaan ISPA ................................................................ 18
7. Pencegahan dan pemberantasan ............................................... 19
B. Kerangka Teori .................................................................................. 21
C. Kerangka Konsep ............................................................................... 21
D. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 22
xiv
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian ......................................................................... 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 23
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 23
D. Definisi Operasional .................................................................... 24
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel ...................................... 25
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data. ....................................... 26
G. Jalannya Penelitian ..................................................................... 30
H. Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 31
I. Etika Penelitian ........................................................................... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 34
B. Pembahasan Penelitian .................................................................. 41
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 47
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 48
B. Saran ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan
peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan
Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan
kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam
kandungan, bayi dan anak balita. Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat
diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal kehidupannya, yaitu
tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia di bawah lima tahun
(Maryunani, 2010).
Bidan sebagai salah satu anggota tim kesehatan berkewajiban untuk
ikut serta dalam upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan
kualitas hidup anak Indonesia. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus
dikuasai seorang bidan berkaitan dengan kesehatan bayi dan balita.
Kelangsungan hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan
balita Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN lainnya. Hal ini perlu
dipahami dan ditindak lanjuti oleh bidan dan petugas kesehatan lainnya,
mengingat Indonesia memiliki beban yang berat karena wilayah yang sangat
luas serta jumlah penduduk yang banyak dan sangat heterogen. Bidan juga
harus berperan aktif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.
2
Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan millennium atau Millenium
Development Goals (MDGs) no -4 (empat), yaitu menurunkan angka kematian
anak sampai dua-pertiganya pada tahun 2015 (Maryunani, 2010).
Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih
diakibatkan oleh pneumonia (ISPA). Angka mortalitas ISPA yang berat
hingga saat ini masih tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita
datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-
penyulit dan kurang gizi. Angka kesakitan (morbiditas) ISPA merupakan
penyakit yang seringkali dilaporkan sebagi 10 penyakit utama di negara
berkembang. Gejala yang sering dijumpai adalah batuk, pilek, dan kesukaran
bernafas (Maryunani, 2010).
Hasil survei Mortalitas oleh Subdit P2 ISPA Depkes RI tahun 2005,
yang dilakukan di 10 Propinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Barat 18,5 %,
Jambi 12,1 %, Sumatera Selatan 18,9 %, Banten 23 %, DI. Yogyakarta 8,2 %,
Jawa Timur 11,1 %, Kalimantan Barat 39,3 %, Kalimantan Timur 21,8 %,
NTB 50,6 %, Sulawesi Tenggara 21,5 %, sehingga secara umum
menunjukkan bahwa pneumonia masih merupakan penyebab kematian
tertinggi pada balita (22,5 %) (Depkes RI 2005).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit utama
penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka
kesakitan balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat
menurunkan kematian. Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode
3
penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun
(rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan
serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Hasil pengamatan
epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih
besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan
tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada
di desa. Kompleksnya masalah ISPA dapat dilihat dengan adanya 300
mikroorganisme penyebab ISPA (termasuk virus, bakteri dan riketsia). Infeksi
dapat terjadi baik pada saluran pernafasan bagian atas maupun saluran
pernafasan bagian bawah (Widoyono, 2008).
Pentingnya peranan ibu tentang pengetahuan ISPA pada balita didasari
berbagai alasan. Pengetahuan ibu tentang ISPA ini dipengaruhi oleh
pendidikan ibu, keterlibatan ibu dalam kesehatan masyarakat dan informasi
tentang ISPA yang pernah diterima oleh ibu (Notoatmodjo, 2010).
Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA perlu dukungan dari
lintas program, lintas sektor serta peran masyarakat termasuk dunia usaha.
Perilaku manajemen penyakit dalam keluarga sering didasari oleh persepsi
pengobatan dalam kompleksitas medis sosial budaya yang pada tahap tertentu
akan dirujuk kepelayanan kesehatan bila mereka menganggap sudah tidak
dapat mengelolanya sendiri. Keterlibatan ibu dalam kegiatan kesehatan
merupakan faktor yang cukup menentukan dalam menunjang pengetahuan ibu
tentang penatalaksanaan ISPA (Kepmenkes RI, 2002).
4
Laporan dari Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta tahun 2010
didapatkan penyakit terbanyak diderita anak balita Kabupaten Sleman
Kecamatan Ngaglik adalah ISPA sejumlah 1209 balita. Berdasarkan studi
pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Ngaglik I Sleman
Yogyakarta tahun 2011 dengan mewawancarai 5 ibu yang memiliki balita
diantaranya 2 masih berpengetahuan kurang dan 3 berpengetahuan cukup
tentang ISPA pada balita.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita di Puskesmas
Ngaglik I Sleman Yogyakarta tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan
penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang
ISPA pada balita yang berobat ke Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta
tahun 2011?”
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita
di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta tahun 2011.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya pengetahuan tentang ISPA balita definisi ISPA
b. Diketahuinya pengetahuan tentang ISPA balita etiologi/penyebab
ISPA
c. Diketahuinya pengetahuan tentang ISPA balita klasifikasi ISPA
d. Diketahuinya pengetahuan tentang ISPA balita faktor risiko ISPA
e. Diketahuinya pengetahuan tentang ISPA balita pencegahan dan
pemberantasan ISPA
f. Diketahuinya pengetahuan tentang ISPA balita penatalaksanaan ISPA
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan khususnya mengenai infeksi saluran pernafasan akut dan
penerapan ilmu yang didapat selama studi.
2. Bagi Dokter, Perawat Dan Bidan Puskesmas Ngaglik I Sleman
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan khususnya
mengenai tingkat pengetahuan masyarakat diwilayah kerjanya tentang
ISPA serta dapat meningkatkan program penyuluhan dan penyebaran
informasi lebih lanjut kepada masyarakat.
3. Bagi Ibu yang memiliki balita sakit ISPA
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
ISPA pada balita dengan mencari informasi melalui berbagai sumber,
seperti: majalah kesehatan, buku petunjuk, media cetak dan elektronik
serta meminta penjelasan dari petugas kesehatan.
4. Bagi Stikes A Yani Yogyakarta
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah
informasi para dosen serta mahasiswa tentang ISPA.
7
E. Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berhubungan
dengan penelitian tentang ISPA yang pernah dilakukan adalah :
1. Rahmawati Leni (2008) KTI “ Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
ISPA dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Kalibawang, Kulonprogo Yogyakarta pada Tahun 2008”. Tujuan dari
penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan antara pengetahuan tentan ISPA
pada balita dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita dipuskesmas
Kalibawang Kulonprogo. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan deskriptif non eksperimen yang menggunakan
metode survei yang berupaya untuk mendiskriptifkan/menggambarkan
keadaan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional
dimana pengukuran variabelnya dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Subyek penelitian ini adalah anak usia 0-5 tahun dengan kriteria inklusi
balita telah didiagnosis menderita ISPA. Sampel penelitian ditentukan
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Lokasi penelitian
dilakukan di puskesmas Kalibawang Kulonprogo Yoyakarta pada bulan
Mei 2008. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (terikat). Penelitian ini menggunakan beberapa
instrument yaitu kuesioner. Pengolahan dan analisa data kuantitatif
dilakukan dengan komputer berupa analisis univariat dan bivariat.
8
2. Styaningsih, Emi (2008) KTI tentang “Hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu dengan penanganan pertama infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) di rumah pada Balita di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
Tahun 2008”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan ibu dengan penanganan pertama ISPA di rumah yang
menyerang anak balita di puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan metode
deskriptif analitik korelasional dan menggunakan cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober terhitung dari tanggal 8
Oktober sampai 27 Oktober 2007. Tempat penelitian dilakukan di
puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah
keluarga yang mempunyai balita menderita ISPA baik pneumonia dan
bukan pneumonia yang berobat ke puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta.
Sampel penelitian ini sebanyak 97 responden. Variabel penelitian
menggunakan variabel independent dan variabel dependent. Instrument
penelitian ini adalah wawancara langsung yang dilakukan peneliti di
puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta dengan menggunakan lembar
kuesioner. Data dianalisis menggunakan teknik uji hipotesis Chi square dan
untuk mengetahui tingkat korelasinya digunakan contingency coefficient
yang digunakan apabila variabel yang dikorelasikan berbentuk kategori
atau gejala ordinal. Hasil penelitian tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu dengan penanganan pertama ISPA dirumah pada balita di
puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta.
9
3. Ambara Angga (2004) KTI tentang “Frekuensi Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) pada balita menurut umur, jenis kelamin dan status gizi di
Kecamatan Kawalu kota Tasikmalaya Jawa Barat Tahun 2002-2003.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Frekuensi Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada balita menurut umur, jenis kelamin dan status
gizi di Kecamatan Kawalu kota Tasikmalaya Jawa Barat Tahun 2002-
2003”. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Pendekatan yang diambil adalah pendekatan
kuantitatif. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah balita di
Kecamatan Kawalu kota Tasikmalaya Jawa Barat. Sampel yang diambil
dari Puskesmas yang ada di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Jawa
Barat pada tahun 2002-2003.
Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitian yaitu
tingkat pengetahuan ibu pada ISPA balita. Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dengan pendekatan waktu secara cross sectional. Alat
ukur yang digunakan menggunakan kuesioner tertutup. Sampel penelitian
ditentukan dengan menggunakan teknik sampling insidental yaitu
penentuan sampel yang berdasarkan kebetulan, yaitu responden yang
secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dan dapat digunakan
sebagai sampel, bila orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data. Uji validitas yang digunakan rumus korelasi productmoment
dan analisis yang digunakan adalah prosentase.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Ngaglik I mempunyai wilayah kerja terdiri dari 3 desa,
yaitu Sindoharjo, Sardonoharjo, Minomartani. Wilayah kerja dari 3 desa
tersebut dibagi lagi menjadi 42 dusun dan 6 RW Perumnas dengan jumlah
penduduk sebesar 45.761 jiwa. Wilayah Selatan berbatasan Desa
Condongcatur, Kecamatan Depok. Utara berbatasan Desa Sukoharjo,
Kecamatan Ngaglik Timur dengan Desa Wedomartani, Kecamatan
Ngemplak. Wilayah Barat dengan Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik.
Luas wilayah lebih kurang 1700 hektar. Jarak Puskesmas Ngaglik I
dengan pusat pemerintahan Kecamatan yaitu 0,5 km, Kabupaten 6 km dan
dengan Propinsi 10 km.
Puskesmas Ngaglik I sebagai pusat kesehatan masyarakat di wilayah
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, berusaha sedapat mungkin
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
mengadakan kegiatan puskesmas kelining (Pusling), posyandu lansia,
polindes dan lain-lain.
2. Karakteristik Responden
Jumlah subyek penelitian ini adalah 80 responden yang berkunjung
ke Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta. Karakteristik responden pada
35
penelitian ini meliputi status Usia, Pendidikan dan Pekerjaan dapat dilihat
pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian Di Puskesmas
Ngaglik I Sleman Yogyakarta
No Karakteristik frekuensi % 1 Usia
15-20 21-35 36-45
3 72 5
3,8 90,0 6,3
Jumlah 80 100 2 Pendidikan
SD SMP SMA PT
5 33 40 2
6,3 41,3 50,0 2,5
Jumlah 80 100 3 Pekerjaan
Pedagang PNS
Wiraswasta Karyawan
IRT
2 2 4 10 62
2,5 2,5 5,0 12,5 77,5
Jumlah 80 100 Sumber : Data Primer Tahun 2011
Berdasarkan hasil analisis dari 80 responden pada Tabel 4.1 bahwa
seluruh responden adalah ibu-ibu tergolong usia 21-35. Tingkat pendidikan
responden terbanyak adalah SMA dan responden merata tidak bekerja berupa
ibu rumah tangga.
36
3. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ISPA pada Balita di Puskesmas
Ngaglik I Sleman Yogyakarta
Pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita meliputi pengetahuan
tentang pengertian ISPA, etiologi/penyebab ISPA, Klasifikasi ISPA, faktor
risiko ISPA, pencegahan dan pemberantasan ISPA dan penatalaksanaan
ISPA. Berikut disajikan hasil pengukuran pengetahuan definisi ibu tentang
ISPA pada balita di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta. Dapat
dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Definisi ISPA
Keterangan Frekuensi Prosentase
Baik 27 33,8 Cukup 44 55,0 Kurang 9 11,3 Jumlah 80 100 Sumber : Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita
tentang definisi ISPA sebagian besar adalah pengetahuan cukup sebanyak
44 orang (55%), disusul pengetahuan baik sebanyak 27 orang (33,8%)
dan berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang(11,3%).
Sedangkan tingkat pengetahuan ibu tentang Etiologi sangat erat
hubungannya dengan pengetahuan untuk mendeskripsikan kategori
tingkat kemampuan ibu tentang faktor penyebab terjadinya ISPA pada
balita. Tingkat pengetahuan ibu tentang Etiologi pada ISPA bisa dilihat
pada tabel 4.3.
37
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Etiologi/
Penyebab ISPA Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta
Keterangan Frekuensi Prosentase Baik 77 96,3 Cukup - 0 Kurang 3 3,8 Jumlah 80 100 Sumber : Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita tentang
penyebab ISPA sebagian besar adalah pengetahuan baik sebanyak 77
orang (96,3%), dan sisanya memiliki pengetahuan kurang sebanyak 3
orang (3,8%).
Pengetahuan ibu sangat penting untuk mengklasifikasikan ISPA
pada balita sehingga akan mempermudah menentukan penyakit dan
mencari solusi utuk mengatasinya. Distribusi frekuensi tingkat
pengetahuan tentang mengklasifikasi ISPA pada Ibu Balita bisa dilihat
pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Klasifikasi
ISPA Pada Ibu Balita Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta
Keterangan Frekuensi Prosentase Baik 10 12,5 Cukup 19 23,8 Kurang 51 63,8 Jumlah 80 100
Sumber : Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita
tentang klasifikasi ISPA sebagian besar adalah berpengetahuan kurang
38
sebanyak 51 orang (63,86%), disusul pengetahuan cukup sebanyak 19
orang (23,8%) dan pengetahuan baik sebanyak 10 orang (12,5%).
Dengan banyaknya persoalan yang terjadi tentang ISPA maka
pengetahuan ibu tentang faktor resiko harus lebih dipahami sehinga bisa
mengurangi ISPA pada balita. Untuk pengetahuan faktor resiko ISPA
maka bisa dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Faktor
Risiko ISPA Pada Ibu Balita Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta 2011
Keterangan Frekuensi Prosentase
Baik 56 70,0 Cukup 19 23,8 Kurang 5 6,2 Jumlah 80 100
Sumber : Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.5 menunjukkan tingkat pengetahuan ibu balita tentang faktor
risiko ISPA sebagian besar adalah baik sebanyak 56 orang (70%), disusul
berpengetahuan cukup sebanyak 19(23,8%) dan yang memiliki
pengetahuan kurang jumlahnya paling sedikit sebanyak 5 orang (6,2%).
Dengan banyaknya tingkat pengetahuan yang baik pada ibu balita
terhadap faktor resiko maka tidak kalah pentingnya pengetahuan tentang
pencegahan dan pemberantasan ISPA pada ibu balita bisa dilihat pada
Tabel 4.6.
39
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan
Dan Pemberantasan ISPA Pada Ibu Balita Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta 2011
Keterangan Frekuensi Prosentase
Baik 12 15,0 Cukup 49 61,3 Kurang 19 23,7 Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita
tentang pencegahan dan pemberantasan ISPA sebagian besar adalah
berpengetahuan cukup sebanyak 49 orang (61,3%), disusul yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 19 orang (23,7%) dan jumlah
pengetahuan yang baik sebanyak 12 orang (15%).
Pengetahuan yang cukup pada ibu balita terhadap pencegahan dan
pemberantasan ISPA sangat berkaitan erat dengan penata laksanaan
harus lebih ditingkatkan sehingga Memberikan bantuan atau pengobatan
secara tradisional yang dibuat sendiri untuk memberikan penangan
kepada balita. Sehingga sangat dibutuhkan frekuensi tingkat pengetahuan
tentang penatalaksanaan ISPA pada ibu balita maka bisa dilihat pada
Tabel 4.7.
40
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang
Penatalaksanaan ISPA Pada Ibu Balita Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta 2011
Keterangan Frekuensi Prosentase Baik 5 6,3 Cukup 21 26,3 Kurang 54 67,5 Jumlah 80 100
Sumber : Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita tentang
penatalaksanaan ISPA sebagian besar adalah kurang sebanyak 54 orang
(67,5%), disusul yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 21(26,3%)
dan yang memiliki pengetahuan baik jumlahnya paling sedikit sebanyak 5
orang (6,3%).
Dalam penanganan tentang ISPA Maka ibu balita harus mengetahui
lebih banyak atau pengetahuan yang tinggi tentang ISPA akan
mempermudahkan untuk mengatasinya. Dengan demikian tingkat
pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita bisa dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
ISPA Pada Ibu Balita Di Puskesmas Ngaglik I Sleman Yogyakarta
Keterangan Frekuensi Prosentase Baik 12 15,0 Cukup 62 77,5 Kurang 6 7,5 Jumlah 80 100
Sumber: Data Primer Tahun 2011
Tabel 4.10 menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada
balita sebagian besar adalah cukup sebanyak 62 orang (77,5%), disusul
41
dengan pengetahuan baik sebanyak 12 orang (15%) dan yang memiliki
pengetahuan kurang jumlahnya paling sedikit sebanyak 6 orang (7,5%).
B. Pembahasan Penelitian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor yang saling berhubungan, antara lain pendidikan, pengalaman,
informasi, budaya, dan pekerjaan. Tingkat pendidikan sangat erat sekali
hubungannya dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang.
Wawan, 2010 menyebutkan Pengetahuan seseorang biasanya
dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan,
budaya Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Notoatmodjo, 2010
menyebutkan pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya).
Pada penelitian Setyaningsih (2008) didapatkan tingkat pengetahuan
ibu di Puskesmas Umbul Harjo I Yogyakarta ini pada tingkat sedang,
kemungkinan di pengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana rata-rata tingkat
42
pendidikan SMA/sderajat dan rata-rata responden tidak bekerja.
Pada penelitian Setyaningsih (2008) jumlah responden yang bekerja
sejumlah 26 responden, tingkat pendidikan diatas SMA yaitu D3 dan S1
sejumlah 20 responden sehingga kemungkinan ada hubungan bermakna
dengan tingkat pengetahuan responden namun pada hasilnya tingkat
pendidikan SMA atau di bawahnya lebih besar sehingga hasilnya berpengaruh
dan mungkin ini pula yang memberikan hasil tidak bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu dengan penanganan pertama ISPA di rumah pada responden
di Puskesmas Umbul harjo I Yogyakarta.
Pada penelitian di Puskesmas Ngaglik I Sleman menunjukkan jumlah
responden yang bekerja sebanyak 18 responden, yang tidak bekerja 62
responden dan tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi sebanyak 42
responden dan dibawah SMA/sederajat sebanyak 38 responden. Tingkat
pengetahuan yang pendidikannya di bawah SMA lebih banyak dan
kemungkinan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA pada
balita.
Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu sebagai
akibat proses pengindraan terhadap obyek tertentu melalui panca indera dan
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan tentang ISPA pada balita didapatkan ibu dari berbagai sumber
seperti penyuluhan dari petugas kesehatan, media cetak/eletronik, serta buku-
buku kesehatan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
43
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Hal ini berarti ibu balita yang memiliki
pengetahuan cukup tentang ISPA pada balita akan melakukan berbagai upaya
untuk mencegah terjadinya ISPA dan segera melakukan pengobatan apabila
mendapati balitanya menderita ISPA.
Pada penelitian di Puskesmas Ngaglik I Sleman meneliti tentang tingkat
pengetahuan ibu tentang ISPA pada balita yang meliputi definisi, penyebab,
klasifikasi, faktor risiko, pencegahan dan pemberantasan, dn penatalaksanaan.
Setelah dianalisis tingkat pengetahuan responden berada pada tingkat cukup
baik, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor internal, yakni karakteristik orang
yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misal tingkat kecerdasan,
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya dan kemungkinan dipengaruhi oleh
faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi,politik dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian di
Puskesmas Ngaglik I Sleman ini terlihat dengan distribusi karakteristik
responden yang diambil adalah ibu-ibu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga dan terbanyak dengan pendidikan SMA sehingga berpengaruh sebagai
faktor internal. Faktor eksternal dapat diketahui juga dari kebiasaan ibu
menangani anaknya jika terserang ISPA yang dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya dengan memberikan penanganan secara tradisional yaitu mengolesi
anak dengan ramuan tradisional bawang merah dan minyak makan juga
ditangani sendiri dahulu dengan membeli obat penurun panas di warung,
44
dikompres baru kemudian jika sakit tidak kunjung sembuh mereka membawa
anaknya ke petugas kesehatan.
Hasil penelitian pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu balita tentang definisi ISPA sebagian besar adalah
pengetahuan cukup sebanyak 44 orang (55%), disusul pengetahuan baik
sebanyak 27 orang (33,8%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 9
orang(11,3%). Tingkat pengetahuan ibu balita disini dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu pengalaman, informasi dan budaya. Pengalaman dapat
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yang merupakan sesuatu yang pernah
di alami seseorang akan menambah pengetahuan dan dapat menjadi sumber
pengetahuan yang bersifat informal. Informasi dapat diperoleh melalui
kenyataan (melihat dan mendengar sendiri) serta melalui surat kabar, radio,
TV dapat menambah pengetahuan agar lebih luas. Budaya yang ada dalam
keluarga dan masyarakat juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang.
Tingkat pengetahuan ibu balita tentang penyebab ISPA sebagian besar
adalah pengetahuan baik. Hasil ini didukung dengan adanya informasi yang
cukup mengenai ISPA balita. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu balita tentang penyebab ISPA sebagian besar adalah
pengetahuan baik sebanyak 77 orang (96,3%), dan sisanya memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (3,8%). Sumber informasi diperoleh
dari berbagai sumber (media cetan & elektronik), teman, orang tua, dan lain-
lain.
45
Tabel 4.4 menunjukkan tentang distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
ibu tentang klasifikasi ISPA pada balita di Puskesmas Ngaglik Sleman
Yogyakarta tahun 2011 yaitu berpengetahuan kurang. Ibu balita kurang begitu
memperhatikan tentang klasifikasi ISPA sehingga disini kebanyakan
didapatkan hasil yang baik hanya sedikit yaitu 10 orang berpengetahuan baik,
19 berpengetahuan cukup dan 51 berpengetahuan kurang.
Tingkat pengetahuan ibu balita tentang faktor risiko ISPA seperti pada
tabel 4.5 yaitu sebagian besar adalah baik sebanyak 56 orang (70%), disusul
berpengetahuan cukup sebanyak 19(23,8%) dan yang memiliki pengetahuan
kurang jumlahnya paling sedikit sebanyak 5 orang (6,2%). Tingkat
pengetahuan ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengalaman diri sendiri,
informasi yang didapat serta orang tua.
Tingkat pengetahuan ibu balita tentang pencegahan dan pemberantasan
ISPA sperti pada tabel 4.6 yaitu sebagian besar adalah berpengetahuan cukup
sebanyak 49 orang (61,3%), disusul yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 19 orang (23,7%) dan jumlah pengetahuan yang baik sebanyak 12
orang (15%). Pengetahuan yang cukup pada ibu balita terhadap pencegahan
dan pemberantasan ISPA sangat berkaitan erat dengan penatalaksanaan harus
lebih ditingkatkan sehingga memberikan bantuan atau pengobatan secara
tradisional yang dibuat sendiri untuk memberikan penanganganan kepada
balita.
Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu balita tentang
penatalaksanaan ISPA sebagian besar adalah kurang sebanyak 54 orang
46
(67,5%), disusul yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 21(26,3%) dan
yang memiliki pengetahuan baik jumlahnya paling sedikit sebanyak 5 orang
(6,3%). Penanganan tentang ISPA Maka ibu balita harus mengetahui lebih
banyak atau pengetahuan yang tinggi tentang ISPA akan mempermudahkan
untuk mengatasinya. Dengan demikian tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA
pada balita
ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di
Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada anak
balita. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6
kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun), artinya seorang balita rata-rata
mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Hasil
pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan di kota
cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh
tingkat kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang
lebih tinggi dari pada di desa. Kompleksnya masalah ISPA dapat dilihat
dengan adanya 300 mikroorganisme penyebab ISPA (termasuk virus, bakteri
dan riketsia). Infeksi dapat terjadi baik pada saluran pernafasan bagian atas
maupun saluran pernafasan bagian bawah (Widoyono, 2008).
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mengalami berbagai keterbatasan yang mengakibatkan
hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:
47
1. Dalam pengisian kuesioner dilakukan secara bersamaan, sehingga ada
kemungkinan responden saling menyontek.
2. Instrumen penelitian yang digunakan kurang bisa mendapatkan data secara
mendalam pengetahuan tentang ISPA pada balita karena hanya
menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen penelitian berupa
kuesioner.
3. Pada waktu pengisian kuesioner ibu balita kurang perhatian/konsentrasi
sepenuhnya karena anaknya rewel .
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa gambaran tingkat pengetahuan
ibu tentang ispa pada balita sebagian besar tingkat pengetahuan ibu adalah
cukup sebanyak 62 orang (77,5%).
1. Tingkat pengetahuan ibu balita tentang definisi ISPA sebagian besar
cukup sebanyak 44 orang (55%).
2. Tingkat pengetahuan ibu tentang penyebab ISPA sebagian besar baik
sebanyak 77 orang (96,3%).
3. Tingkat pengetahuan ibu tentang klasifikasi ISPA sebagian besar kurang
sebanyak 51 orang (63,8%).
4. Tingkat pengetahuan ibu tentang faktor risiko ISPA sebagian besar baik
sebanyak 56 orang (70%).
5. Tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan dan pemberantasan ISPA
sebagian besar cukup sebanyak 49 orang (61,3%).
6. Tingkat pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan ISPA sebagian besar
kurang sebanyak 54 orang (67,5%).
49
B. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan
metode yang lebih mendalam dan menggunakan sumber data yang lebih
baik yaitu data primer. Peneliti lain juga dapat melakukan kajian tentang
sumber-sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu
tentang ISPA pada balita.
2. Bagi Dokter, Perawat Dan Bidan Puskesmas Ngaglik I Sleman
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung upaya bidan perawat dan
dokter Puskesmas dalam pencegahan, deteksi dini dan penanganan ISPA
hendaknya memberikan konseling kepada ibu balita terutama tentang
klasifikasi ISPA dan penatalaksanaan ISPA karena berdasarkan penelitian
tingkat pengetahuan ibu pada ketiga indikator ini masih kurang.
3. Bagi ibu-ibu yang memiliki balita sakit ISPA wilayah Puskesmas Ngaglik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
ISPA pada balita dengan mencari informasi melalui berbagai sumber,
seperti: majalah kesehatan, buku petunjuk, media cetak dan elektronik
serta meminta penjelasan dari petugas kesehatan.
4. Bagi Institusi/perpustakaan Stikes A Yani Yogyakarta
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi Referensi untuk menambah
informasi para dosen serta mahasiswa tentang ISPA pada balita.
DAFTAR PUSTAKA
Angga Ambara, 2004, Frekuensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Menurut Umur, Jenis Kelamin Dan Status Gizi Di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Jawa Barat Tahun 2002-2003, Skripsi Perpustakaan Kedokteran UMY
Anggraeni, Dwi Mekar & Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakart: Rineka Cipta. Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Egc Denim, Sudarwan. 2007. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta :
Pt. Bumi Aksara. Depkes RI. 2005. Derektorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta.
Depkes RI. 2007. Derektorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta.
Dinkes Bantul. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Tahun 2006
Dodi Eko Prasetyo Putro, 2008, Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Ispa Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwantoro I, Skripsi Diakses Pada Tanggal 01 Februari 2011.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Infomedika Keputusan MENKES RI.2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1537.A/
MENKES/ SK/XII/2002 Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita Jakarta: Menkes RI.
Machfoedz, Ircham. 2006. Statistik Deskriptif Dengan Contoh-Contoh Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta : Fitramaya
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : Cv. Trans Info Media.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, E/2. Jakarta : Egc Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta ___________________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta :
Rineka Cipta. ___________________. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ___________________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta Rahmawati Leni, 2008, Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Ispa
Dengan Frekuensi Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Kalibawang Kulonprogo Yogyakarta, Skripsi Perpustakaan Stikes Surya Global Yogyakarta.
Sarwono, S,. 2007, Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,
Gadjah Mada University Perss, Yogyakarta Saryono Dan Dwi, Anggraeni Mekar. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif
Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika Setyaningsih Emi, 2008, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan
Penanganan Pertama Infesi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rumah Pada Balita Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta, Perpustakaan Kedokteran Ugm Yogyakarta.
Sunarsih, Dkk. 2010. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta :
Kanisius
Susanto, Nugroho. 2010. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan Manual Dan Aplikasi Software Open Source (Sampel Size 2.0). Yogyakarta : Digibooks
Triwahyuni, Ita 2008, Hubungan Pemberian Vitamin A Terhadap Kejadian Ispa Pada Baduta Umur 6-24 Bulan, Skripsi Perpustakaan Kedokteran Ugm Yogyakarta.
Wawan, A Dan Dewi. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga