GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA …repository.unjaya.ac.id/2180/2/ADE...
Transcript of GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA …repository.unjaya.ac.id/2180/2/ADE...
i
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI DUSUN BANYUURIP SEYEGAN
SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Ade Kurniawan
2213068
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia Dengan Hipertensi di Dusun Banyuurip
Seyegan Sleman Yogyakarta”.
Skripsi ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya
kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku ketua prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
3. Anastasia Suci Sukmawati S.Kep.,Ns. MNg selaku dosen penguji skripsi
yang telah banyak memberikan masukan pada penyusunan ini.
4. Fajriyati Nur Azizah M.Kep.,Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pengetahun.
6. Kepala Dukuh dan Posyandu Bayuurip yang telah memberikan
kesempatan dan menerima dengan baik selama melakukan penelitian.
7. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada semuany
8. Ayah, Ibu, Adik, Nenek dan seluruh keluarga yang telah memberikan
dukungan semangat, doa dan cinta sehingga penulis selalu merasa
termotivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Kepada seluruh sahabat tercinta di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang selalu member dukungan,
bantuan dan motivasi hingga terselesaikanya skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan inayahnya
kepada semua pihak yang terlibat, atas segala amal kebaikan dan bantuannya.
Akhirnya besar harapan penulis semoga karya skripsi ini berguna bagi semua.
Yogyakarta, 24 Agustus 2017
Penulis
(Ade Kurniawan)
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERYATAAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
INTISARI ............................................................................................................ x
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
E. Keaslian Penelitian ............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia ................................................................................................. 10
B. Depresi ................................................................................................ 16
C. Hipertensi ........................................................................................... 25
D. Kerangka Teori ................................................................................... 29
E. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 31
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 31
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 33
E. Definisi Operasional ........................................................................... 33
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data .................................................. 34
G. Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 36
H. Metode Pengolahan Data .................................................................... 37
I. Analisa Data ....................................................................................... 38
J. Etika Penelitian ................................................................................... 39
K. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 44
B. Pembahasan ........................................................................................ 52
C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 60
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 23
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 26
Tabel 3.1 Definisi Operasional 34
Tabel 3.2 Kisi-kisi pertanyaan kuesioner tingkat depresi 35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Usia, Jenis Kelamin, Status Perkawinan,
Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan 45
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hipertensi 46
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tingkat Depresi 47
Tabel 4.4 Uji Tabulasi Silang Jenis Kelamin Dengan Interpretasi
GDS 47
Tabel 4.5 Uji Tabulasi Silang Kategori Lansia Dengan Interpretasi
GDS 48
Tabel 4.6 Uji Tabulasi Silang Status Perkawinan Dengan Interpretasi
GDS 48
Tabel 4.7 Uji Tabulasi Silang Hasil Tingkat Pendidikan Dengan
Interpretasi GDS 49
Tabel 4.8 Uji Tabulasi Silang Status Pekerjaan Dengan Interpretasi
GDS 49
Tabel 4.9 Uji Tabulasi Silang Tingkat Penghasilan Dengan
Interpretasi GDS 50
Tabel 4.10 Uji Tabulasi Silang Stage Hipertensi Dengan Interpretasi
GDS 51
Tabel 4.11 Uji Tabulasi Silang Lama Menderita Hipertensi
Dengan Interpretasi GDS 51
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka teori 29
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Standar Operasional Prosedur Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian Geriatric Depression Scale (GDS)
Lampiran 7. Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 8. Etical Clearance
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik
x
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI DUSUN BANYUURIP SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA
INTISARI
Ade Kurniawan1 , Fajriyati Nur Azizah2
Latar Belakang : Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,
baik yang secara fisik masih mampu maupun tidak, karena sesuatu hal sehingga
tidak mampu lagi berperan aktif dalam pembangunan. Lansia bayak menglalami
perubahan salah satu perubahan itu ialah perubahan sistem organ. Perubahan
sistem organ mengakibatkan penurunan fungsi tubuh dan dapat mengganggu
kehidupan lansia. Dan ini mengakibatkan lansia mempunyai resiko untuk
mengalami penyakit fisik yang berkaitan dengan fungsi organ tersebut. Penyakit
fisik yang sering dialami lansia adalah hipertensi, penyakit jantung, gagal jantung,
osteoporosis, diabetes militus, katarak dan presbiakusis. Perubahan biologis pada
lansia ini dapat mencetuskan masalah psikososial depresi.
Tujuan Penelitian: Diketahui gambaran tingkat depresi pada lansia dengan
hipertensi di Dusun Banyurip, Seyegan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih menggunakan teknik
purposive sampling. Pada penelitian ini sampel berjumlah 55 responden lansia
yang berusia 60 – 80 tahun yang berada di Dusun Banyuurip, Seyegan, Sleman.
Hasil: Lansia hipertensi yang mengalami depresi ringan sebanyak 43,6%, lansia
yang mengalami depresi berat sebanyak 1,8% dan lansia yang tidak mengalami
depresi sebanyak 54,5%..
Kesimpulan: Lansia hipertensi yang mengalami depresi di Dusun Banyuurip,
Seyegan, Sleman, Yogyakarta tergolong rendah terutama pada bagian
karakteristik status perakawinan dan stage hipertensi.
Saran: Diharapkan para lansia dapat lebih aktif lagi dalam keseharianya, ini
bertujuan untuk membuat para lansia terhindar dari resiko terjadinya depresi yang
berkepanjangan.
Kata Kunci: Lansia, Hipertensi, Depresi
______________________
1Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Dosen S1 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xi
DEPRESSION LEVEL OF ELDERLY WITH HYPERTENSION IN
BANYUURIP, SEYEGAN, SLEMAN, YOGYAKARTA
ABSTRACT
Ade Kurniawan1, Fajriyati Nur Azizah2
Background : Older people is a person at the age of 60 years old or above, can
cause the decreasing of organ system which, distrupt the ability of older people on
daily living. This condition puts the elderly in the risk of physical disease related
to the organ function, namely physical diseases hypertension, cardiac disorder,
cardiac failure, osteoporosis, diabetes mellitus, presbycusis. On biological change
elderly may causes psycho-social depression.
Objective : The Describe Depression Level of The Elderly with Hypertension in
Banyuurip, Seyegan, Sleman, Yogyakarta.
Method : The Research method descriptive and quantitative study with cross
sectional approach. Sample was selected using purposive sampling technique.
Samples this study were 55 respondents of the elderly aged 60-80 yeard old living
in Banyuurip, Seyegan, Sleman, Yogyakarta.
Result : The elderly with hypertension who suffered mild depression were as
many as 43,6%, severe depression were as many as 1,8%, without depression
were as many as 54,5%.
Conclusion : The rate of elderly with hypertension who suffered depression in
Banyuurip, Seyegan, Sleman, Yogyakarta, was categorized as low rate especially
in the characteristic of marital status and hypertension stage.
Suggestion : The elderly are supposed to be more active in their daily activities in
order to avoid the risk of persistent depression.
Keywords : Elderly, Hypertension, Depression.
______________________
1Student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health
Science of Yogyakarta 2Lecturer of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of
Health Science of Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk usia tua atau lanjut usia menurut UU RI Nomor 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia adalah mereka yang berumur 60 tahun atau lebih.
Meningkatnya usia harapan hidup mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk
usia lanjut. Penuaan adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua terjadi sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Penuaan merupakan
suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahapan
kehidupan,yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2015).
World Health Organization (2008) dalam Trisnawati (2010) mengatakan
bahwa di benua Asia, khususnya yang berada dikawasan Asia Tenggara, lansia
yang berumur 60 tahun keatas berjumlah ±124 juta orang dan diperkirakan akan
terus meningkat menjadi tiga kali lipat pada tahun 2050 (Trisnawati, 2010).
Jumlah lansia di Indonesia telah memasuki era penduduk struktur lansia, pada
tahun 2009 jumlah penduduk berusia diatas 60 tahun sekitar 8,3% atau 19,3 juta
jiwa (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010). Wilayah dengan jumlah penduduk
lanjut usia paling banyak adalah Pulau Jawa dan Bali, sekitar 7% (Irawan, 2013).
Berdasarkan Provinsi, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lansia
tertinggi yaitu 14,02% dibanding dengan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat dan
Jawa Timur (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010).
Jumlah penduduk lansia pada tahun 2013 sebanyak 18.861.763 jiwa
dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Populasi lansia di Indonesia diprediksi
meningkat sekitar 28,8 juta jiwa atau 11,34% pada tahun 2020 ( Kemenkes RI,
2014). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
menunjukkan bahwa Jumlah lansia di Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2015
sebanyak 218.060 lansia perempuan dan 247.568 lansia laki-laki. Total
keselurahan lansia di Yogyakarta yang tersebar di 5 Kabupaten dan Kota
sebanyak 465.628 jiwa. Kabupaten yang memiliki jumlah lansia terbanyak yaitu
Kabupaten Sleman dibanding dengan 4 Kabupaten lain yang ada di Yogyakarta
2
dengan jumlah lansia sebanyak 156.068 jiwa dan tersebar di 17 Kecamatan
(Ditjen Kependudukan, 2016).
Peningkatan jumlah lansia membutuhkan upaya pemeliharaan serta
meningkatan kesehatan seperti yang disebutkan dalam UU No. 36 tahun 2009 ayat
1 yang menyebutkan bahwa “upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
harus ditunjukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial
maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan” yang mana di Indonesia
baru dalam taraf perintisan. Pada ayat 2 menetapkan bahwa pemerintah wajib
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok
lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri serta produktif secara sosial dan
ekonomis (Maryam, dkk, 2008).
Pemeliharaan kesehatan bagi lansia perlu perhatian penting, karena pada
proses penuaan terjadi perubahan fisik, psikologis, dan sosial. Lansia mulai
kehilangan pekerjaan, kehilangan tujuan hidup, kehilangan teman, resiko terkena
penyakit, terisolasi dari lingkungan, dan kesepian. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya gangguan mental (Papilla, 2009). Salah satu gangguan mental yang
sering ditemukan pada pasien lanjut usia yaitu depresi (Taqui, et al 2007).
Depresi dapat terjadi pada lansia baik yang tinggal dirumah atau institusi
formal lainya. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi merupakan salah satu
karakteristik lansia di Indonesia, yaitu terbagi atas lansia yang tinggal di panti
wredha dan lansia yang tinggal di komunitas. Berdasarkan studi komparasi oleh
Wulandari (2011) terhadap lansia di Semarang, menemukan bahwa proporsi
depresi pada lansia di komunitas 60% lebih besar daripada proporsi depresi pada
lansia di panti wredha yaitu sebesar 38,5%. Lebih lanjut dijelaskan, besarnya
angka depresi lansia di komunitas dikarenakan dukungan sosial yang kurang
maupun isolasi sosial yang merupakan faktor risiko depresi.
Gangguan depresi pada lansia merupakan suatu masalah klinis dan
masalah kesehatan umum yang masih jauh dari sentuhan medis, sosial dan
ekonomi (Saputri dan Indrawati, 2011). Resiko depresi meningkat pada lansia
wanita, terutama yang memiliki riwayat depresi, baru saja kehilangan pasangan
hidup, hidup sendiri, lemahnya dukungan sosial, tinggal dirumah perawatan dalam
3
jangka panjang, penurunan kesehatan, dan keterbatasan fungsional (Dowel, 2006).
Irawan (2013) menyebut prevalensi depresi pada lansia diperkirakan sekitar 1-2%,
untuk wanita 1,4% dan untuk laki-laki sebanyak 0,4%. Penelitian Wardiyah
(2007) menunjukkan bahwa 66,67% lansia mengalami kesepian tingkat sedang
dan 81,67% lansia tergolong dalam depresi tingkat rendah (Irawan, 2013).
Depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada suatu waktu
dalam kehidupan. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan
iritabilitas. Orang yang mengalami distrorsi kognitif seperti mengkritik diri
sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun,
pesimis dan putus asa.Mengalami gangguan tidur, nafsu makan berkurang, begitu
pula dengan gairah seksual (Amir, 2005).
Tingginya angka depresi pada lansia wanita lebih berhubungan dengan
transisi fungsi reproduksi dan hormonal atau menopause (Azizah, 2011).
Terjadinya depresi pada lansia merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor,
biologi, psikologik, dan sosial (Kushariyadi, 2010). Secara umum depresi ditandai
dengan suasana perasaan yang murung, hilang minat terhadap kegiatan, hilang
semangat, lemah, lesu dan rasa tidak berdaya (Varcarolis, 2009). Masalah depresi
pada lansia dapat menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk
beraktivitas sehari-hari. Pada kasus yang parah depresi dapat menyebabkan bunuh
diri (Astuti, 2010). Selain penyakit mental tersebut lansia juga rentan mengalami
berbagai penyakit lainya. Menurut WHO (2010), masalah pada lansia yang paling
utama adalah penyakit jantung dan serangan jantung, dimana salah satu
penyebabnya adalah hipertensi. Hipertensi merupakan faktor risiko utama
terjadinya penyakit kardiovaskuler (Stanley, 2007).
Beberapa faktor diduga memegang peranan dalam genesis hipertensi yaitu:
faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid,
katekolamin, angiotensin, sodium dan air. Hipertensi tidak disebabkan oleh satu
faktor, tetapi sejumlah faktor turut memegang peranan dan saling berkaitan dalam
genesis hipertensi (Syamsudin, 2011). Tekanan darah tinggi sering disebut silent
killer, karena seorang yang mengidap hipertensi selama bertahun-tahun tanpa
menyadarinya sampai terjadi kerusakan organ vital yang cukup berat yang bahkan
4
dapat membawa kematian. Sebanyak 70% penderita hipertensi tidak merasakan
gejala apa-apa sehingga tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi sampai
memeriksa tekanan darahnya ke dokter. Sebagaian lagi mengeluh pusing, kencang
di tengkuk, dan sering berdebar-debar (Adib, 2009).
Masalah hipertensi di Indonesia cenderung meningkat. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (2013), menyebutkan prevalansi hipertensi di Indonesia berada
pada angka kejadian sebesar 31,7%. Prevalansi hipertensi di Daerah Istimewa
Yogyakarta menurut Riskesdas (2013) adalah sebesar 35,8% atau lebih tinggi jika
dibandingkan dengan angka nasional (31, 7%). Prevalansi ini menempatkan DIY
pada urutan ke -5 sebagai provinsi dengan kasus hipertensi tertinggi. Berdasarkan
data dari Dinas kesehatan DIY tahun 2015 didapatkan jumlah kasus hipertensi
pada penduduk DIY yang berusia ≥ 18 tahun di Kabupaten Sleman sebanyak
33,22%.
Mulyono, dkk (2006) menjelaskan pada usia setengah baya dan muda,
hipertensi ini banyak menyerang pria dibanding wanita, namun pada golongan
umur 55-64 tahun, jumlah penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak.
Sedangkan pada usia >65 tahun, penderita hipertensi wanita lebih banyak
dibandingkan pria. Menurut penelitian Muhlisin (2012) tentang faktor stress
terhadap kekambuhan hipertensi, didapatkan hasil bahwa stress berpengaruh pada
kekambuhan hipertensi.
Depresi berhubungan dengan prognosis (mobiditas dan mortalitas)
penyakit kardiovaskuler, dimana dalam satu studi didapatkan gejala depresi pada
orang tua sebagai faktor risiko yang tidak tergantung terhadap penyakit arteri
koroner dan gagal jantung pada pasien tua dengan hipertensi. Kejadian depresi
pada umur <60 tahun telah banyak diteliti terutama tentang faktor-faktor yang
terlibat pada diagnosis depresi seperti gambaran klinis, etiologi yang paling
mungkin dari hubungan penyakit kardiovaskuler ( Sumardika & Diniari, 2012).
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Seyegan yang memiliki
Prevalansi lansia tertinggi dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman.
Jumlah lansia yang ada di kecamatan Sayegan yaitu sebanyak 10.543 jiwa yang
terdiri dari 4.911 lansia laki-laki dan 5.632 lansia perempuan. Dari total 10.543
5
lansia yang berada di kecamatan Seyegan, sebanyak 71,12% lansia Mendapat
pelayanan kesehatan. Kecamatan Seyegan memiliki 1 Puskesmas yaitu Puskemas
Seyegan. Puskesmas Seyegan menaungi 5 Desa yang menjadi wilayah kerjanya.
Dari kelima Desa yang dinaungi Puskesmas Seyegan tersebut 1 Desa yaitu Desa
Margoagung memiliki jumlah lansia paling banyak, dibanding dengan desa lainya
yang ada di Kecamatan Seyegan.
Desa Margoangung sendiri memiliki 13 dusun yang masing-masing
memiliki Posyandu lansia. Penelitian ini dilakukan di Dusun Banyuurip yaitu
salah satu Dusun yang memiliki jumlah lansia yaitu sebanyak 122 lansia dengan
rentang usia 60 – ≤70 tahun. Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 14 mei
2017 di Posyandu Banyuurip didapatkan sebanyak 50 lansia di Dusun Banyuurip
mengalami Hipertensi. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia di posyandu
Banyuurip, dilakukan wawancara terhadap 5 lansia dengan menggunakan
pertanyaan yang diambil dari kuesioner Geriatri Depression Scale.
Wawancara dilakukan pada lansia Perempuan 4 orang dan lansia laki-laki
1 orang, hasil menunjukkan 3 (60%) dari 5 lansia di Dusun Banyuurip mengalami
depresi ringan. GDS ini memiliki sensitivitas 84% dan specificity 95% terdiri dari
30 pertanyaan, semuanya valid dan reliable. Penjelasan terkait kategori dalam
instrument tersebut normal apabila skor 0-9, dikatakan depresi ringan apabila skor
10-19, dan dikatakan depresi berat apabila skor 20-30 (Azizah, 2011). Lansia di
Dusun Banyuurip memiliki aktivitas yang berbeda-beda kebanyakan lansia
perempuan berprofesi sebagai pedagang di pasar dan lansia laki-laki bekerja di
sawah.
Berdasarkan uraian diatas serta dari berbagai permasalahan yang dihadapi
lansia khususnya masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap kesehatan jiwa
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran
Tingkat Depresi Pada Lansia dengan Hipertensi di Dusun Banyuurip Seyegan
Yogyakarta”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dari penelitan diatas maka peneliti
tertarik untuk meneliti, Bagaimana gambaran tingkat depresi pada lansia dengan
hipertensi di Dusun Banyurip, Seyegan, Sleman, Yogyakarta.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran tingkat depresi pada lansia dengan hipertensi di
Dusun Banyurip, Seyegan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran karakteristik tingkat depresi pada lansia di Dusun
Banyuurip ,Seyegan.
b. Diketahui gambaran hipertensi dan depresi pada lansia di Dusun
Banyuurip, Seyegan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Membantu dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya ilmu
pengetahuan di bidang keperawatan jiwa terutama pada lansia hipertensi yang
mengarah kepada kondisi depresi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai masukan dan pertimbangan dalam perencanaan untuk
memberikan pelayanan kesehatan terutama kesehatan jiwa melalui
program kesehatan masyarakat khususnya dalam memberikan edukasi
mengenai kesehatan mental lansia terutama lansia hipertensi agar kualitas
hidup lansia bisa lebih baik lagi.
b. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan terutama tentang
gambaran tingkat depresi pada lansia dengan Hipertensi, dengan adanya
7
penlitian ini peneliti bisa memahami lebih jauh lagi bahwa satu masalah
kesehatan yang dihadapi lansia, cenderung akan menimbulkan masalah
kesehatan lainya dan hal tersebut cenderung saling berhubungan,
meskipun pada kasus depresi dan hipertensi banyak faktor lain yang
mungkin turut mempengaruhi.
c. Bagi Lansia
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan pengetahuan
kepada lansia khusunya lansia yang berada di Dusun Banyuurip Seyegan,
Sleman, Yogyakarta, tentang gambaran tingkat depresi terutama pada
lansia hipertensi sehingga lansia diharapkan berusaha untuk dapat
menyesuaikan terhadap perubahan yang ada pada diri dan menjaga
kondisi psikologis sehingga kemungkinan untuk terdampak depresi
berkurang.
E. Keaslian Penelitian
1. Marzuki, P. (2016). Dengan Judul “Hubungan Antara Tingkat Stres dengan
Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia di Dusun Kanirogo, Rt 01 dan 02
Mancasan, Ambarketawang, Gamping Sleman, Yogyakarta” penelitian ini
menggunakan pendekatan Cross Sectional. Teknik sampling yang
digunakan yaitu Total Sampling, dengan sampel penelitian sebanyak 83
responden pada lansia hipertensi. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner untuk tingkat stress dan pengukuran tekanan darah dengan tensi
meter digital untuk tekanan darah. Teknik analsis data yang digunakan
korelasi Kendall’s. Hasil penelitian ada hubungan tingkat stress dengan
tekanan darah dengan nilai kendall’s tau sebesar 0,684 dan p=0,000 (p <
0,05). Persamaan dengan penelitian ini sama-sama menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Perbedaan dengan
penelitian sebelumnya adalah peneliti hanya ingin mengetahui gambaran
8
depresi pada lansia dengan hipertensi sedangkan penelitian sebelumnya
ingin mengetahui Hubungan antara dua variabel.
2. Prabhaswari, L & Ariastuti Putu, L. N (2015), dengan judul Gambaran
Kejadian Depresi Pada Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Petang I
Kabupaten Badung Bali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dan
melibatkan responden sebanyak 90 orang lansia yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas Petang I, Sampel diambil dengan menggunakan
multistage random sampling. Pada penelitian ini, didapatkan 24,4% sampel
mengalami depresi. Angka depresi pada lansia perempuan ditemukan lebih
tinggi, terdapat kecenderungan peningkatan angka depresi seiring
bertambahnya usia dan rendahnya tingkat pendidikan. Persamaan dengan
penlitian ini adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif cross-
sectional, selain itu penelitian ini juga ingin melihat gambaran tingkat
depresi pada lansia . Sedangkan perbedaanya penelitian ini hanya ingin
mengetahui gambaran tingkat depresi saja sedangkan pada peneliti ingin
mengetahui gambaran tingkat depresi khususnya pada lansia dengan
hipertensi, selain itu tempat dan lokasi penelitian juga berbeda.
3. Aminingsih. A, Yuliati. S. T & Rahmawan. B. T. (2014), dengan judul
“Hubungan Tingkat Depresi dengan Kulitas Tidur pada Lansia di Dusun
Semenharjo Suruhkalang Jatan”. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi data
penelitian ini adalah lansia di Dusun Semenharjo, yaitu sejumlah 53 orang.
Sampel penelitian yaitu 47 orang. Dari hasil uji Chi-Square program SPSS
versi 18.0 dengan α = 5% (0.05) diperoleh p sebesar 0,000 sehingga nilai p
< 0.05, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada hubungan
tingkat depresi dengan kualitas tidur pada lansia di Dusun Semenharjo
Suruhkalang Jaten. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama- sama
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui gambaran
tingkat depresi pada lansia sedangkan penelitian ini ingin mengetahui
hubungan antar variabel, selain itu pada penelitian ini ingin melihat adakah
9
hubungan antara tingkat depresi lansia dengan kulitas tidur, sedangkan
peneliti ingin mengetahui gambaran tingakat depresi pada lansia dengan
hipertensi.
4. Aryawangsa Ngurah, A. A & Ariastuti Putu, L. N (2015) dengan judul “
“Prevalensi dan Distribusi Faktor Risiko Depresi pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali”. Penelitian
merupakan penelitian deskriptif cross-sectional. Data diperoleh dari
responden dengan wanwancara menggunkanan kuesioner terstruktur.
Sampel dalam penelitian adalah lansia berusia 60 tahun keatas dengan
jumlah sampel sebanyak 90 orang yang dipilih secara acak pada desa di
wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar dengan
menggunakan teknik multistage random sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada lansia sebesar 23,3%. Kejadian
depresi cenderung dialami oleh laki-laki (30,6%), kelompok usia ≥ 70 tahun
(30,6%), tingkat pendidikan rendah (24,4%), tidak bekerja (25,4%), tingkat
penghasilan perbulan rendah (41,2%), tidak menikah (50%), memiliki
penyakit kronis >2 (28,6%), dan tidak memiliki riwayat keluarga depresi
(23,9%). Prevalensi lansia dengan depresi cenderung lebih tinggi pada
lansia laki-laki, kelompok usia 70 tahun ke atas, berpendidikan rendah, tidak
bekerja, berpenghasilan perbulan rendah, tidak menikah, memiliki penyakit
kronis >2, dan tidak memiliki riwayat keluarga depresi. Persamaan dengan
penelitian ini sama-sama menggunakan metode deskriptif cross-sectional,
perbedaanya pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui prevalansi dan
distribusi faktor resiko depresi pada lansia, sehingga nantinya penelitian ini
dapat dijadikan acuan dalam peningkatan program promotif dan preventif
khususnya pada lansia sehingga resiko depresi dapat dihindari, sedangkan
pada peneliti hanya ingin mengetahui gambaran tingkat depresi khususnya
pada lansia dengan hipertensi
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dusun Banyuurip merupakan salah satu dusun yang berada di
Kecamatan Seyegan, tepatnya di Kelurahan Margoagung, Kecamatan
Seyegan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dusun
Banyuurip merupakan salah satu dusun yang memiliki jumlah penduduk yang
terbilang cukup banyak di Kelurahan Margoagung. Kelurahan Margoagung
memiliki 13 Dusun, yaitu Dusun Watukarung, Dusun Dukuh, Dusun
Banyuurip, Dusun Ngetal, Dusun Somorai, Dusun Tegalgetan, Dusun
Nganggrung, Dusun Gondang, Dusun Krapyak, Dusun Barepan, Dusun
Klawisan, Dusun Ngino XII, dan Dusun Pasar Ngino. Dusun Banyuurip
memiliki sembilan Rukun Tetangga (RT) dan empat Rukun Warga (RW).
Dusun Banyuurip memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Banyurejo, Kecamatan Tempel, sebelah Utara
berbatasan dengan Dusun Gatak, sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun
Ngino XII, dan sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Gondang. Penduduk
dusun Banyuurip tercatat berjumlah 907 jiwa, yang terdiri dari 475 orang
perempuan dan 432 orang laki-laki.
Sedangkan untuk penduduk lansia yang tercatat di Puskesmas
Seyegan yaitu usia 45 tahun atau lebih berjumlah sebanyak 310 Orang. Untuk
karakteristik lansia sebagian besar lansia di Dusun Banyuurip merupakan
lansia aktif dan masih bekerja untuk memenuhi kebutuhanya sehari-hari.
Karena wilayah Dusun Banyuurip merupakan wilayah pedesaan maka
membuat sebagaian besar masyarakat Dusun Banyuurip khususnya lansia
bekerja sebagai petani, buruh, dan pedagang. Hal inipula yang menyebabkan
rata-rata penduduk Banyuurip khususnya lansia memiliki tingkat penghasilan
berada dibawah UMR Kabupaten Sleman. Kebanyakan lansia di Dusun
Banyuurip memiliki masalah kesehatan berupa tekanan darah tinggi. Dusun
Banyuurip memiliki satu Posyandu Lansia yaitu Posyandu Lansia Banyuurip
45
yang berada dibawah naungan Puskesmas Seyegan. Pelaksanaan Posyandu
lansia rutin dilaksanakan setiap bulan sekali yang di rumah kepala Dusun
tepatnya setiap tanggal 14. Kegiatan Posyandu dilaksanakan oleh kader
Posyandu yang memiliki agenda rutin yaitu: pemeriksaan tekanan darah,
penimbangan berat badan, serta pemberian gizi berupa makanan. Posyandu
Dusun Banyuurip juga rutin melaporkan setiap kegiatan yang dilaksanakan di
Posyandu pada Puskesmas Seyegan, tepatnya saat pertemuan rutin yang
diadakan setiap bulan di Puskesmas Seyegan dengan seluruh kader Posyandu
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Seyegan.
2. Analisa Univariat
a. Gambaran Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil
mengenai gambaran karakteristik responden, yang terdapat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik usia, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman Juli 2017 (n=55) No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
1 Jenis kelamin
a. Perempuan
b. Laki-laki
40
15
72,7
27,3
2 Usia
a. Elderly (60-74 tahun)
b. Old (75-90 tahun)
44
11
80,0
20,0
3 Status Perkawinan
a. Kawin
b. Janda
c. Duda
42
11
2
76,6
20,0
3,6
4 Pendidikan
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SLTP
d. SLTA
e. S1
4
35
6
8
2
7,3
63,6
10,9
14,5
3,6
5 Pekerjaan
a. Tidak Bekerja
b. IRT
c. Petani
d. Buruh
e. Swasta
f. Guru
g. Pensiunan
2
16
19
8
4
1
5
3,6
29,1
34,5
14,5
7,3
1,8
9,1
46
No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
6 Penghasilan
a. >Rp. 1.448.385
b. <Rp. 1.448.385
12
43
21,8
78,2
Sumber Data : Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.1, responden menunjukkan bahwa sebagian
besar adalah berjenis perempuan sebanyak 40 orang (72,7%), untuk
kelompok usia sebagian besar responden merupakan lansia elderly yaitu
sebanyak 44 orang (80,0%). Untuk status perkawinan sebagian besar
responden masih mempunyai pasangan yaitu sebanyak 42 orang (76,6%),
sedangkan pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu
sebanyak 35 orang (63,6%). Pada bagian pekerjaan, sebagian besar atau
mayoritas responden bekerja sebagai petani sebanyak 19 orang (34,5%),
untuk penghasilan sebagian besar responden, sebanyak 43 orang
berpenghasilan <Rp. 1.448.385 (78,2%).
b. Gambaran Hipertensi Pada Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil
mengenai gambaran hipertensi pada responden, yang terdapat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.2.
Distribusi frekuensi Gambaran Responden Berdasarkan Hipertensi di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman pada Bulan Juli 2017 No Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%)
1 Stage Hipertensi
a. Pre-Hipertensi
b. Stage 1
c. Stage 2
8
28
19
14,5
50,9
34,5
2 Lama menderita
a. 1-5 tahun
b. 6-10 tahun
c. 11-15 tahun
40
11
4
72,7
20,0
7,3
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.2, terlihat sebanyak 28 orang (50,9%)
mengalami hipertesnsi stage 1. Dan 40 orang (72,7%) responden telah
menderita hipertensi rata-rata selama 1-5 tahun.
47
c. Gambaran Tingkat Depresi Pada Responden
Berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan Geriatric
Depression Scale (GDS) diperoleh hasil tingkat depresi pada responden
dibawah ini :
Tabel 4.3.
Distribusi frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Depresi di Dusun Banyuurip Seyegan Sleman pada Bulan Juli 2017 Tingkat Depresi Frekuensi Persentase %
Normal
Depresi Ringan
Depresi Berat
30
24
1
54,5
43,6
1,8
Sumber Data : Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.2, responden sebagian besar responden
menujukkan 30 orang (54,5%) mempunyai skor GDS normal, sedangkan
sebagaian responden yaitu sebanyak 24 orang (43,6%) rmengalami depresi
tingkat ringan, 1 orang (1,8%) mengalami depresi tingkat berat
3. Analisa Bivariat
a. Uji Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Interpretasi GDS di Dusun
Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dengan interpretasi GDS
di Dusun Banyuurip, Seyegan, Sleman, disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.4
Uji Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Interpretasi GDS di Dusun
Banyuurip Seyegan Sleman Karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Jenis kelamin F % F % F % f %
Laki-laki 5 9,1 10 18,2 0 0 15 27,3
Perempuan 25 45,5 14 28,5 1 1,8 40 72,7
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100,0
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.4 lansia perempuan lebih banyak mengalami
depresi tingkat ringan yaitu berjumlah 14 orang (28,5%) . Dan 1 orang
(1,8%) orang mengalami depresi tingkat berat. Dibanding lansia laki-laki
yaitu sebanyak 10 orang (18,2%) mengalami depresi tingkat ringan.
48
b. Uji Tabulasi Silang Kategori Lansia dengan Interpretasi GDS di Dusun
Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara kategori lansia dengan interpretasi
GDS di Dusun Banyuurip Seyegan, Sleman, disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Uji Tabulasi Silang Kategori Lansia dengan Interpretasi GDS di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman Karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Kategori lansia F % F % F % f %
Elderly 25 45,5 19 34,5 0 0 44 80,0
Old 5 9,1 5 9,1 1 1,8 11 20,0
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100,0
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.5, lansia elderly lebih banyak mengalami
depresi tingkat ringan yaitu sebanyak 19 orang (34,5%). Sedangkan lansia
old 1 orang (1,8%) mengalami depresi tingkat berat
c. Uji Tabulasi Silang Status Perkawinan dengan Interpretasi GDS di Dusun
Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara kategori lansia dengan interpretasi
GDS di Dusun Banyuurip, Seyegan, Sleman, disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Uji Tabulasi Silang Status Perkawinan Dengan Interpretasi GDS di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman Karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Kategori lansia F % f % F % f %
Duda 0 0 2 3,6 0 0 2 3.6
Janda 7 12,7 4 7,3 0 0 11 20.0
Kawin 23 41,8 18 32,7 1 1,8 42 76.6
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100.0
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.6, sebanyak 18 orang (32,2%) yang berstatus
kawin mengalami depresi tingkat ringan dan 1 orang (1,8) mengalami
depresi tingkat berat. Sedangkan 4 orang (7,3%) yang bersatatus janda
mengalami depresi tingkat ringan dan 2 orang (3,6%) mengalami depresi
ringan.
49
d. Uji Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Interpretasi GDS di Dusun
Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan interpretasi
GDS di Dusun Banyuurip Seyegan, Sleman, disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Dengan Interpretasi GDS di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman Karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Tingkat
pendidikan
f
%
F
%
F
%
F
%
TS 3 3,6 1 1,8 0 0 4 10,9
SD 15 27,3 19 34,5 1 1,8 35 63,6
SLTP 4 7,3 2 3,6 0 0 6 10,9
SLTA 6 10,9 2 3,6 0 0 6 14,5
S1 2 3,6 0 0 0 0 2 3,6
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100,0
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.7, untuk tingkat pendidikan kebanyakan
pendidikan SD mengalami depresi tingkat ringan yaitu sebanyak 19 orang
(34,5%), sementara 1 orang (1,8) mengalami depresi tingkat berat.
e. Uji Tabulasi Silang Status Pekerjaan dengan Interpretasi GDS di Dusun
Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara status pekerjaan dengan interpretasi
GDS di Dusun Banyuurip Seyegan Sleman, disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut
Tabel 4.8
Uji Tabulasi Silang Status Pekerjaan Dengan Interpretasi GDS di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Status Pekerjaan
f
%
F
%
F
%
f
%
Tidak bekerja 0 0 1 1,8 1 1,8 2 3,6
IRT 10 18,2 6 10,9 0 0 16 29,1
Petani 9 16,4 10 18,2 0 0 19 34,4
Buruh 4 7,3 4 7,3 0 0 8 14,5
Swasta 2 3,6 2 3,6 0 0 4 7,3
Guru 1 1,8 0 0 0 0 1 1,8
Pensiunan 4 7,3 1 1,8 0 0 2 5
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100,0
50
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.8, untuk status pekerjaan sebanyak 10 orang
(18,2%) yang bekerja sebagai petani mengalami depresi tingkat ringan.
Untuk pekerjaan ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 6 orang (10,9%)
mengalami depresi tingkat ringan. Sementara itu 4 orang (7,3%) yang
bekerja sebagai buruh mengalami depresi tingkat ringan, untuk yang tidak
bekerja terdapat 1 orang (1,8%) mengalami depresi tingkat berat.
f. Uji Tabulasi Silang Tingkat Penghasilan dengan Interpretasi GDS di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara tingkat penghasilan dengan
interpretasi GDS di Dusun Banyuurip Seyegan Sleman, disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9
Uji Tabulasi Silang Tingkat Penghasilan Dengan Interpretasi GDS di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman Karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Tingkat
penghasilan
f
%
F
%
F
%
f
%
>Rp. 1.448.385 9 38,2 3 5,5 0 0 12 21,9
<Rp. 1.448.385 21 38,2 21 38,2 1 1,8 43 78,2
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100,0
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.9, sebanyak 21 orang (38,2%), yang
berpenghasilan <Rp. 1.448.385 mengalami depresi tingkat ringan dan 1
orang (1,8) mengalami depresi tingkat berat.
g. Uji Tabulasi Silang Tingkat (Stage) Hipertensi dengan Interpretasi GDS di
Dusun Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara tingkat (stage) dengan interpretasi
GDS di Dusun Banyuurip Seyegan, Sleman, disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
51
Tabel 4.10
Uji Tabulasi Silang Tingkat Stage Hipertensi Denga Interpretasi GDS
di Dusun Banyuurip Seyegan Sleman Karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Stage hipertensi F % F % F % f %
Pre-hipertensi 6 10,9 2 3,6 0 0 8 14,5
Stage 1 15 27,3 12 21,8 1 1,8 28 50,9
Stage 2 9 16,4 10 18,2 0 0 19 34,5
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100,0
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.10, untuk karakteristik stage hipertensi
sebanyak 12 orang (21,8%) mengalami depresi tingkat ringan, dan 1 orang
(1,8%) mengalami depresi tingkat berat. Untuk hipertesi stage 2 sebanyak
10 orang (18,2) mengalami depresi tingkat ringan. Sedangkan pada lansia
yang masuk dalam kategori pre-hipertensi terdapat 2 orang (3,6%)
mengalami depresi tingkat ringan. Sebagaian besar lansia atau sekitar 15
orang (27,3%) yang menderita hipertensi stage 1 tidak mengalami depresi.
h. Uji Tabulasi Silang Lama Menderita Hipertensi dengan Interpretasi GDS
di Dusun Banyuurip Seyegan Sleman
Hasil tabulasi silang antara lama menderita hipertensi dengan
interpretasi GDS di Dusun Banyuurip Seyegan, Sleman, disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11
Uji Tabulasi Silang Lama Menderita Hipertensi Dengan Interpretasi
GDS di Dusun Banyuurip Seyegan Sleman Karakteristik Depresi
Total Normal Ringan Berat
Lama hipertensi
f
%
F
%
F
%
f
%
1-5 tahun 24 43,6 16 29,1 0 0 40 72,7
6-10 tahun 6 10,9 5 9,1 0 10 11 20,0
11-15 tahun 0 0 3 5,5 1 1,8 4 7,3
Total 30 54,5 24 43,6 1 1,8 55 100,0
Sumber Data: Primer 2017
Berdasarkan tabel 4.9. Sebanyak 16 orang (29,1%) yang
menderita hipertensi selama 1-5 tahun mengalami depresi tingkat ringan.
Untuk lansia yang telah menderita hipertensi selama 6-10 tahun
ditemukan 5 orang (9,1%) mengalami depresi tingkat ringan, dan pada
lansia yang telah menderita hipertensi selama 11-15 tahun sebanyak 3
52
orang (5,5%) mengalami depresi tingkat ringan dan 1 orang (1,8%)
mengalami depresi tingkat berat. Sementara itu sebagaian besar lansia
yang menderita hipertensi selama 1-5 tahun tidak mengalami depresi yaitu
sebanyak 24 orang (43,6%).
B. Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas gambaran tingkat
depresi pada lansia dengan hipertensi di Dusun Banyuurip, Seyegan, Sleman
dengan membagi kedalam dua kategori pembahasan yang berkaitan langsung
dengan responden penelitian. Untuk dua kategori tersebut yaitu bahasan mengenai
karakteristik responden dengan tingkat depresi dan bahasan mengenai tingkat
hipertensi serta lama menderita hipertensi dengan tingkat depresi pada responden
penelitian. Peneliti membagi dua kategori ini karena melihat meskipun dua
kategori tersebut saling berhubungan, tetapi antara karakteristik responden dan
hipertensi masing-masing menunjukan hasil yang berbeda untuk tingkat
depresinya pada setiap responden. Sehingga untuk memudahkan dan agar lebih
jelas dalam pembahasanya, peneliti melakukan pembagian kategori. Adapun
gambaran karakteristik responden dengan tingkat depresi pemaparanya adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Hasil penelitian terhadap jenis kelamin responden menunjukkan
penderita hipertensi di Dusun Banyuurip, Kecamatan Seyegan, Kabupaten
Sleman, paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 40
lansia, dan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 15 lansia. Amir (2010)
menyebutkan Perempuan lebih sering mengalami depresi, karena perempuan
lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan memilki tingkat ambang
stressor lebih rendah daripada laki-laki. Selain itu adanya depresi karena
berkaitan dengan kesimbangan hormon. Pada penelitian lain yang dilakukan
oleh Colangelo et al (2013) menyebutkan hormon estrogen dan androgen yang
berperan menekan depresi pada wanita akan berkurang saat post menopause,
53
selain itu pada wanita post menopause sistem ovariumnya tidak mampu lagi
merespon sinyal hormonal yang dikirim dari otak, ini menyebabkan hormone
estrogen menjadi berkurang sehingga membuat wanita terutama saat memasuki
masa post menopause lebih rentan terhadap depresi.
Pada penelitian ini sebanyak 24 lansia perempuan mengalami depresi
ringan dan 1 orang mengalami depresi tingkat berat. Sedangkan pada lansia
laki-laki 10 mengalami depresi ringan. Sementara itu, sebagian besar
responden perempuan lainya yaitu sebanyak 25 orang tidak mengalami depresi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Prabashwari & Ariastuti (2015) yang
menyebutkan sebanyak 1 orang lansia perempuan di Wlilayah Kerja
Puskesmas Petang 1, mengalami depresi ringan.
2. Usia
Usia responden pada penelitian ini menunjukkan sebagain besar lansia
yang berusia 60-74 tahun (elderly) yang berjumlah 44 orang lansia. Sedangkan
untuk usia 75-75 tahun atau lansia (old) berjumlah 11 orang. Untuk tingkat
depresi sebagian besar lansia yang mengalami depresi adalah lansia yang
berada di usia elderly yaitu sebanyak 19 orang lansia dengan tingkat depresi
ringan. Sementara itu pada kategori lansia old sebanyak 5 orang mengalami
depresi tingkat ringan dan 1 orang mengalami depresi berat. Ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Silvia (2010, dalam Muna 2013) yang
menyatakan bahwa depresi memiliki korelasi dengan peningkatan usia.
Menurut Kapplan & Saddock (2010), pada proses penuaan akan terjadi
berbagai perubahan dimana perubahan itu akan dimulai dari perubahan fungsi
fisik, kognitif sampai kepada perubahan psikososial yang akan mempermudah
terjadinya depresi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Aryawangsa (2015) yang menyatakan proporsi depresi pada kelompok usia 70
tahun ke atas di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring 1 Kabupaten Gianyar
lebih tinggi dibandingkan dengan dua kelompok usia lainnya serta terdapat
kecenderungan peningkatan angka depresi seiring bertambahnya usia.
54
3. Status perkawinan
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar lansia di Dusun
Banyuurip masih berstatus menikah yaitu berjumlah 42 orang lansia, dan 10
orang berstatus janda sedangkan 2 orang berstatus duda. Hasil Penelitian ini
juga menunjukkan sebanyak 32,7 % lansia yang berstatus kawin atau menikah
mengalami depresi tingkat ringan dan 1,8 % lansia mengalami depresi berat
dan sebanyak 41,8% tidak mengalami depresi. sementara lansia yang berstatus
janda sebanyak 7,3% lansia mengalami depresi ringan sedangkan 3,6% lansia
yang bersatatus duda mengalami depresi tingkat ringan. Sebagian besar
responden pada penelitian ini adalah para lansia yang masih berstatus menikah
sebanyak 42 orang lansia atau sebanyak 76,6% dari jumlah responden. Ini
menyebabkan tidak berimbangnya antara kelompok responden yang menikah
dengan kelompok responden yang berstatus tidak menikah (janda atau duda).
Jika dilihat secara presentase, memang kelompok responden janda atau duda,
tidak sebanyak kelompok responden yang berstatus menikah, tetapi rata-rata
mereka yang berstatus janda atau duda mengalami depresi. Hal ini terlihat
terutama pada responden yang berstatus duda, dari dua orang responden yang
berstatus duda, keduanya mengalami depresi tingkat ringan, sedangkan dari
responden yang berstatus janda dari sebelas orang responden sebanyak empat
orang mengalami depresi tingkat ringan.
Ini sesuai dengan teori Kapplan & Saddock (2010) yang
menyebutkan perceraian atau perpisahan dapat membuat seseorang depresi.
Orang yang tinggal sendiri memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi
dibandingkan orang yang hidup bersama orang lain. Dan hal ini juga sejalan
dengan penelitian Campos (2014) yang menunjukan angka depresi lebih
banyak dialami oleh seseorang yang tidak menikah. Ini disebabkan oleh
karena seseorang yang berstatus tidak menikah atau duda atau janda beresiko
hidup sendiri, dimana hidup sendiri juga merupakan faktor risiko terjadinya
depresi pada lansia.
4. Pendidikan
55
Penelitian ini menemukan sebagian besar pendidikan lansia di Dusun
Banyuurip adalah SD yaitu sebanyak 35 orang. Lievre, Alley & Crimmins
(2010) menyatakan bahwa pendidikan yang rendah berkaitan dengan depresi,
terutama pada lansia usia lanjut, hal ini karena orang-orang dengan pendidikan
rendah akan mencapai usia tua dengan penurunan kognitif dan kesehatan fisik
yang buruk. Hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 19 orang lansia yang
berpendidikan SD mengalami depresi tingkat ringan. Ini sesuai dengan
penelitian Prabhaswari & Ariastuti (2016) yang mengatakan sebanyak 76,6%
lansia di Puskesmas Petang 1 Kabupataen Bandung Bali dengan pendidikan
rendah mengalami depresi. Dan penelitian ini juga di dukung oleh penelitian
Suardana (2011) yang menunjukkan bahwa proporsi depresi lansia
berpendidikan rendah, lebih besar dibanding proporsi depresi pada lansia yang
berpendidikan sedang/menengah dan tinggi.
5. Pekerjaan
Mayoritas lansia di Dusun Banyuurip bekerja sebagai petani yaitu
sebanyak 34,5 % lansia dan IRT sebanyak 29,1% lansia. Beberapa faktor
mempengaruhi lansia dalam bekerja. Perubahan fisik dan mental yang terjadi
pada seorang lansia sangat mempengaruhi produktivitas lansia dalam bekerja.
Gangguan ini cenderung menyebabkan lansia tidak bekerja sehingga
menyebabkan kurangnya perilaku hidup aktif yang berkaitan dengan tingginya
waktu kosong termasuk dalam berinteraksi sosial yang mendorong rasa bosan
dan jenuh sehingga dapat mengarahkan kearah depresi. Dari segi status
pekerjaan angka depresi paling banyak di alami oleh petani sebanyak 18,2%
orang lansia kemudian IRT sebanyak 10,9% orang mengalami depresi tingkat
ringan dan 1,8% orang lansia yang berada di kelompok tidak bekerja
mengalami depresi tingkat berat. Banyaknya petani di Dusun Banyuurip
mengalami depresi disebabkan karena kurang sejahteranya kehidupan mereka,
hal ini terlihat selama pengambilan data penelitian. Rata-rata responden yang
bekerja sebagai petani mengatakan bahwa mereka merasa kurang puas dengan
kehidupanya, terutama dalam hal perekonomian. Dari hasil kuesioner tingkat
depresi juga diketahui sebagian besar reponden yang bekerja sebagai petani
56
menjawab bahwa keadaan orang lain lebih baik keadaanya daripada mereka,
hal inilah yang kemungkinan menyebabkan timbulnya depresi pada mereka
yang bekerja sebagai petani, sehingga meskipun mereka memilki pekerjaan
tetapi mereka merasa kurang puas dengan hasil yang didapatkan.
Setelah pekerjaan sebagai petani, angka depresi tertinggi diikuti oleh
IRT hal ini sudah sesuai dengan teori Kapplan & Saddock (2010) yang
menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
kegiatan sosial. Perilaku hidup aktif merupakan salah satu cara menghindari
depresi, kebanyakan IRT di Dusun Banyuurip adalah mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan dan keseharianya hanya mengurus rumah tangga
sehingga mereka tidak banyak aktif dalam kegiatan sosial yang diadakan.
Sehingga, 6 dari 10 orang yang bekerja sebagai IRT di Dusun Banyuurip
mengalami depresi tingkat ringan. Hal ini sesuai dengan penelitiian
Aryawangsa (2015) yang menyebutkan sebanyak 16 lansia (25,4%) yang tidak
bekerja mengalami depresi lebih tinggi dibanding lansia yang masih bekerja.
6. Tingkat penghasilan
Hasi penelitian menunjukkan tingkat penghasilan responden lansia di
Dusun Banyuurip rata-rata berada di bawah atau <Rp. 1.448.385 yaitu
sebanyak 43 orang lansia. Penentuan besaran penghasilan yang di lampirkan
dalam karakteristik lansia penelitian ini berdasarkan UMR Kabupaten Sleman
tahun 2017. Penghasilan perbulan dibawah garis upah minimum
regional/kabupaten dapat menjadi salah satu faktor risiko timbulnya depresi.
Hal ini dikaitkan dengan sulitnya memperoleh kebutuhan primer dengan
kualitas baik seperti pola makan teratur, sanitasi yang baik, dan perawatan
kesehatan, apabila penghasilan responden berada dibawah garis standar
penghasilan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebanyak 38,2% lansia
yang berpenghasilan dibawah UMR mengalami kejadian depresi tingkat
ringan dan 1,8% lansia mengalami depresi tingkat berat. Hal ini sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Aryawangsa (2015) yang memperoleh hasil
sebanyak 41,2% dari lansia yang berpenghasilan keuarga dibawah UMK
57
mengalami kejadian depresi. Dengan kata lain, pendapatan yang rendah
merupakan faktor resiko terjadinya depresi. Dan sejalan dengan Djernes
(2009) yang menyebutkan depresi cenderung lebih sering ditemukan pada
lansia dengan penghasilan yang rendah, karena lansia tersebut akan
mengalami permasalahan khususnya dalam hal ekonomi yang dapat
menambah beban pikirannya
Sedangkan untuk gambaran tingkat depresi dengan hipertensi pemaparan
dan pembahasanya adalah sebagai berikut:
1. Stage hipertensi
Kebanyakan lansia pada penelitian ini mengalami hipertensi yaitu
sebanyak 50,9% orang lansia dan rata-rata berada pada hipertensi stage 1
dengan tekanan darah sistol 140-159 atau diastol 90-99 mmHg. Responden
pada penelitian ini memang sengaja dipilih para lansia yang mengalami
depresi, karena menyesuikan dengan judul yang diambil oleh peneliti.
Sebenarnya kategori hipertensi pada penelitian ini dibagi kedalam tiga kategori
stage hipertensi, dimulai dari pre-hipertensi, hipertensi stage 1 dan hipertensi
stage 2. Tetapi setelah dilakukan pengambilan data, kebanyakan lansia yang
diambil sebagai responden adalah lansia yang menderita hipertensi stage 1.
Hipertensi merupakan salah satu faktor pemicu munculnya depresi terkait
penyakit fisik yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler (Parsudi,
2009). Penelitian Djaali (2012) juga menyebutkan terdapatnya penyakit
degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, kardiovaskular, stroke, kanker,
dapat menjadi faktor resiko terjadinya depresi. Penyakit seperti hipertensi dan
diabetes juga merupakan risiko terjadinya depresi pada lanjut usia
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 21,8% responden yang
menderita hipertensi stage 1 mengalami depresi tingkat ringan dan 1,8% orang
responden mengalami depresi berat. Sebanyak 18,2 % responden yang
menderita hipertensi stage 2 mengalami depresi tingkat ringan. Jika dilihat
angka presentasenya secara umum antara tingkat depresi dan hipertensi, maka
terlihat lansia di Dusun Banyuurip lebih banyak yang tidak mangalami depresi
yaitu sebanyak 54,5% responden, daripada yang mengalami depresi yang
58
hanya sebanyak 45,4% lansia. Hal ini bisa disebabkan beragamnya
karakteristik responden, sehingga menyebabkan angka yang tidak mengalami
depresi menjadi lebih tinggi dari yang mengalami depresi. Dari hasil
pengamatan selama peneliti melakukan pengambilan data, kebanyakan
responden menjawab mereka tidak terlalu memikirkan hipertensi yang mereka
derita, karena mereka juga tidak merasakan sakit dengan hipertensi tersebut,
tetapi memang ada beberapa responden yang tidak mengetahui jika dirinya
menderita hipertensi, karena memang jarang atau tidak pernah memeriksakan
diri untuk sekedar mengukur tekanan darah. Selain itu kebanyakan responden
juga mempunyai dukungan keluarga yang baik. Penelitian Djaali (2012)
menyebutkan bahwa dukungan sosial telah diidentifikasi sebagai sumber daya
pribadi yang efektif untuk mengurangi gangguan jiwa, dan berguna untuk
mencapai hasil kesehatan mental yang lebih baik.
2. Lama menderita hipertensi
Karena semua responden pada penelitian ini adalah para lansia yang
menderita hipertensi, maka peneliti juga memasukan karakteristik berdasarkan
lama para lansia tersebut menderita hipertensi. Hal ini dilakukan untuk melihat
distribusi depresi lansia di Dusun Banyuurip. Dari penelitian ini ditemukan
sebanyak 72,7% responden menderita hipertensi dengan rentang 1-5 tahun,
dan ini merupakan rentang lama menderita hipertensi terbanyak, diantara 2
kategori rentang lainnya. Peneliti mengelompokkan responden yang menderita
hipertensi tersebut kedalam 3 kategori rentang yaitu rentang 1-5 tahun, rentang
6-10 tahun, dan rentang 11-15 tahun, hal ini dilakukan agar memudahkan
peneliti mengklasifikasikan rata-rata lama menderita hipertensi dari masing-
masing responden selain itu hal ini juga memudahkan pada saat peneliti
mengolah dan memasukkan data responden kedalam perangkat lunak
komputer.
Dari hasil penelitian ditemukan sebanyak sebanyak 18,2% lansia
menderita hipertensi dengan rentang 1-5 tahun mengalami depresi tingkat
ringan. Ini merupakan angka depresi tertinggi dibandingkan dengan dua
kategori rentang yang lainya. Sedangkan sebanyak 43,6% lansia dalam
59
rentang lama menderita hipertensi 1-5 tahun tidak mengalami depresi. Jika
dilihat angka depresi dengan rentag 1-5 tahun memiliki presentase tertinggi
mengalami depresi dibanding 2 kategori rentang yang lain, padahal jika dilihat
rentang 1-5 tahun itu merupakan rentang yang masih bisa dikatakan awal
untuk seseorang yang mengalami hipertensi. Tingginya angka depresi pada
rentang 1-5 tahun ini, bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menjadi
karakteristik responden itu sendiri. Dari hasil observasi selama penelitian
memang kebanyakan ditemukan para responden memilki berbagai macam
masalah kehidupan yang kemungkinan ini bisa mencetuskan timbulnya
depresi. Hal tersebut terutama pada masalah finansial dan ekonomi, banyak
dari mereka mengatakan belum puas dengan keadaanya saat ini, karena masih
banyak hal yang belum tercapai yang menjadi keinginan mereka. Jadi
meskipun mereka menderita hipertensi yang bisa dikatakan masih di tahap
awal tetapi itu tidak mempengaruhi kejadian depresi yang mereka alami. Hal
ini pun di dukung dengan mayoritas responden dari penelitian ini adalah
mereka yang berada di rentang lama menderita hipertensi selama 1-5 tahun.
Mereka yang menderita hipertensi kebanyakan tidak terlalu memikirkan
hipertensi yang dialaminya, sehingga tidak tepat jika langsung menyimpulkan
bahwa depresi itu secara langsung dipengaruhi dari berapa lama seseorang
mengalami hipertensi. Ini berbeda dengan Penelitian Laksita (2016) yang
menyebutkan bahwa ada hubungan signifikan antara lama menderita
hipertensi dengan kecemasan responden. Artinya, semakin lama seorang
menderita hipertensi maka kecemasan dan depresi yang dialaminya akan
semakin tinggi. Tetapi ada juga dari hasil penelitian ini yang mendukung
peryataan dari Laksita (2016) tersebut, hal ini terutama pada responden yang
telah menderita hipertensi selama 11-15 tahun. Hasil penelitian ini
menemukan sebanyak ada 4 orang (7,3%) dari responden yang menderita
hipertensi selama 11-15 tahun sebanyak 5,5% mengalami depresi tingkat
ringan dan 1,8% menglami depresi tingkat berat. Ini berarti dari 4 orang
responden tersebut, 3 dari 4 orang tersebut mengalami depresi tingkat ringan,
dan 1 orang mengalami depresi tingkat berat. ini sesuai dengan penelitian
60
Jonas, et al (2009) yang menyatakan bahwa kecemasan dan depresi
merupakan prediksi kejadian terjadinya penyakit hipertensi. Pada kejadian
kecemasan penderita hipertensi, respon fisiologis terjadinya stres terutama
pada sistem kardiovaskular, stimulasi adrenergik mengakibatkan
vasokonstriksi perifer dan peningkatan tekanan darah sistemik. Kembali lagi
hal ini kemungkinan bisa disebabkan karena faktor-faktor lain yang
mempengaruhi, karena sangat sulit untuk menyimpulkan bahwa lama
mendeita hipertensi mempengaruhi tingkat depresi dari seseorang.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mengalami berbagai keterbatasan dan kendala dalam
penelitian antara lain:
1. Banyak dari lansia yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan meskipun
kuesioner GDS sudah di terjemahkan ke bahasa jawa secara verbal oleh
peneliti dan asisten penelitian, ada beberapa lansia yang harus terus diulang
beberapa kali saat membacakan soal kuesioner sampai lansia tersebut paham
dengan isi kuesioner GDS. Hal tersebut membuat peneliti dan asisten peneliti
harus lebih lama dalam mengambil data penelitian.
2. Peneliti belum secara lengkap meneliti terkait faktor-faktor yang bisa
menyebabkan depresi pada responden. Meskipun pada penelitian ini sudah di
khususkan hanya untuk lansia hipertensi saja, tetapi belum tentu hipertensi
tersebut satu-satunya penyebab depresi yang dialami oleh responden. Karena
memang ada beberapa karakteristik responden ternyata lebih dominan
menyebabkan kejadian depresi pada lansia.
3. Kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) pada penelitian ini tidak
dilakukan uji validitas dan realibilitas lagi karena sudah dilakukan uji validitas
dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya. Alangkah lebih baik lagi jika
kuesioner ini dilakukan uji validitas kembali untuk memastikan keakuratan dari
setiap pertanyaan karena mungkin disetiap tempat penelitian tingkat signifikan
61
dapat berbeda-beda jika dilihat dari karakteristik responden yang bermacam-
macam.
4. Karakteristik responden tidak di bagi secara merata dan ini menyebabkan
tingkat depresi antara karakteristik responden satu dengan yang lainya
mengalami ketidak seimbangan.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran tingkat
depresi pada lansia dengan hipertensi di Dusun Banyuurip, Seyegan Sleman,
Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh lansia hipertensi yang mengalami
depresi ringan sebanyak 43,6%, lansia yang mengalami depresi berat sebanyak
1,8% dan lansia yang tidak mengalami depresi sebanyak 54,5%..
2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran karakteristik responden yaitu
sebagaian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 72,7% yang
tergolong dalam depresi ringan 25,5%, depresi berat 1,8% dan tidak depresi
45,5%. Sebagian besar responden yang tergolong dalam lansia elderly
sebanyak 80,0% dimana, yang mengalami depresi ringan 34,5% dan yang tidak
mengalami depresi 45,5%. Sebagian besar responden berstatus kawin sebanyak
76,4% yang termasuk dalam depresi ringan 32,7%, depresi berat 1,8% dan
yang tidak depresi 41,8%. Sebagian besar responden berpendidikan SD
sebanyak 63,6% yang tergolong dalam depresi ringan 34,5%, depresi berat
1,8% dan yang tidak depresi 27,3%. Sebagain besar responden bekerja sebagai
petani sebanyak 34,5% yang tergolong dalam depresi ringan 18,2% dan yang
tidak depresi 16,4%. Sebagian besar responden berpenghasilan ≤Rp
1.448.385,00 sebanyak 78,2% yang tergolong dalam depresi ringan 38,2%,
depresi berat 1,8% dan yang tidak depresi 38,2%. Sebanyak 43,6% responden
yang terdiri dari kategori pre-hipertensi, stage 1, stage 2 mengalami depresi
tingkat ringan, 1,8% responden lainya yang berada di kategori hipertensi stage
2 mengalami depresi tingkat berat.
3. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran hipertensi pada lansia di
Dusun Banyuurip, Seyegan, Sleman, yang berada berada dalam hipertensi
stage 1 sebanyak 50,9% dan tergolong dalam depresi ringan 21,8%, depresi
63
berat 1,8% dan yang tidak depresi 27,3%. Responden yang berada dalam
hipertensi stage 2 sebanyak 34,5% dan tergolong dalam depresi ringan 18,2%,
dan yang tidak depresi 16,4%. Responden yang berada dalam pre-hipertensi
sebanyak 14,5% dan tergolong depresi ringan 3,6% dan yang tidak depresi
10,9%. Responden dengan rentang lama menderita hipertensi 1-5 tahun
sebanyak 72,7% yang tergolong depresi ringan 29,1% yang tidak depresi
43,6%. Responden dengan rentang lama menderita hipertensi 6-10 tahun
sebanyak 20,0% yang tergolong depresi ringan 9,1% dan yang tidak depresi
10,9%. Responden dengan rentang lama menderita hipertensi 11-15 tahun
sebanyak 7,3% , yang tergolong depresi ringan 5,5% dan depresi berat 1,8%
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Seyegan
Diharapkan lebih memperhatikan Posyandu Lansia yang ada di
wilayah kerja Puskesmas, khususnya untuk Posyandu Lansia yang bearda di
Dusun Banyuurip. Karena para lansia akan lebih tertarik untuk ikut kegiatan
posyandu apabila ada petugas dari puskesmas atau petugas kesehatan yang ikut
serta dalam kegiatan posyandu. Ini dimaksudkan agar kesehatan lansia dapat
terus terpantau, dengan mengikuti program posyandu. Sehingga masalah
kesehatan yang timbul dapat dengan cepat di lakukan penanganan apabila
ditemukan lansia yang mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun
mental.
2. Bagi Lansia dan Keluarganya di Dusun Banyuurip
Diharapkan para lansia yang berada di Dusun Banyuurip Seyegan,
untuk sering melakukan pemeriksaan kesehatan minimal sering ikut dalam
kegiatan posyandu. Hal ini bertujuan agar bisa mendeteksi sedini mungkin
keluhan-keluhan yang terkait dengan masalah kesehatan lansia. Sebaiknya juga
para lansia lebih aktif lagi dalam keseharianya ini bertujuan untuk membuat
para lansia terhindar dari resiko terjadinya depresi yang berkepanjangan.
64
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi dan data
tambahan jika peneliti selanjutnya ingin mengambil topik yang sama dengan
penelitian ini. Peneliti selanjutya diharapkan dapat menggali lebih detail
terkait pola aktivitas dan prilaku lansia yang ingin diteliti, karena belum tentu
jika lansia tersebut hipertensi maka dia mengalami depresi. Diharapkan peneliti
selanjutnya bisa meneliti faktor-faktor yang kaitanya tentang hipertensi dengan
tingkat depresi. Karena tidak cukup apabila penelitian selanjutnya hanya ingin
melihat gambaran saja, karena sekali lagi depresi merupakan masalah
kompleks yang bisa disebabkan oleh beragam faktor yang dapat membuat
seseorang mengalaminya
65
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009),Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan stroke, Dianloka Pustaka, Jakarta.
Adria, K, M. (2013) Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress, dan Pola
Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu
Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya,
Jurnal, Fakultas Kesehatan Masayarakat Univeritas Airlangga
Surabaya.
Amir, N. (2005), Depresi Aspek Neurobilogi Diagnosis dan Tatalaksana., FKUI,
Jakarta.
Aminingsih, S. Yulianti, S, T. and Rahmawan, B, T. (2014), Hubungan Tingkat
Depresi dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Dusun Semenharjo
Suruhkalang Jatan.“Kosala” JIK Vol. 2 No. 1 Maret 2014.
Azizah, L. Ma’rifatul. (2011), Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama, Graha
Ilmu, Jakarta.
Aryawangsa Ngurah, A. A & Ariastuti Putu, L. N (2015), Prevalensi dan
Distribusi Faktor Risiko Depresi pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali, Jurnal Kedokteran
FK Univeritas Udayana, Volume 7 No. 1, Hal 12-23.
Bhayu, A. IGM, Ratep, N, and Westa, W. (2015).Gambaran Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Depresi Pada Lansia Usia Lanjut di Wilayah
Puskesmas Kubu II Januri-Februari 2014. Universitas Udayana.
Campos, Carrera (2014) Prevalence of Depressive Symptoms and Associated
Factors among Institutionalized Elderly.
Colangelo, L.A., Craft, L.L., Ouyang P., Liu, K., Schreiner, P.J., Michos, E.D.,
(2013) Association of Sex Hormones and SHBG with Depressive
Symptoms in Post-menopousal Woman: the Multi Etnic Study of
Atherosclerosis. NIH Public Acces, Author Mansucript,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2010),Pedoman Tata Lakasana Gizi
Usia lanjut untuk Tenaga Kesehatan, Direktorat Gizi Masyarakat
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
Dharma, K. K. (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan, CV. Trans Info
Media, Jakarta.
Djernes, J.K.(2009) Prevalence and Predictors of Depression in Population of
Elderly. Acta Psychiatr Scand, 113(5):372-387.
Djali. (2012), Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Askara
66
Eliopoulus, C. (2010). Gerontological Nursing Seventh Edition, Wolter Kluwer
Health, LWW, Philadelphia.
Elvira, S.D., & Hadisukanto, G. (2010), Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit
fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Hidayat, A. A. A. (2007), Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data, Salemba Medika, Jakarta.
Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi Pada Lanjut Usia Kalimantan Selatan.
RSUD Datu Sanggul.
Jonas B., Frank P., Ingram D. (2009). Are Symptoms Of Anxiety And Risk Factors
ForHypertension. Longitudinal evidence from national health and
nutrition.
Kapplan & Saddock. (2010),Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis. Jilid 1, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2014), Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013,
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Komisi Nasional Lanjut Usia, Profil Penduduk Lanjut Usia 2009, Komnas
Nasional Lanjut Usia; 2010, Jakarta
Kozier & Erb’s. (2010), Fundamental of Nursing, Pearson Australia, Australia
Kushariyadi. (2010), Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia, Salemba
Medika, Jakarta.
Laksita D. L (2016), Hubungan Lama Menderita hipertensi dengan
tingkatKecemasan pada lansia di Desa Praon Nusukan Surakarta,
Naskah Publikasi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lievre A, Alley D., Crimmins.E.M(2010), Educational Differentials in Life
Expectancy With Cognitive Impairment Among the Elderly in the
United States, Journal of Aging and Health
Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Maslim , R, (2012), Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. PT. Nuh Jaya, Jakarta.
Marzuki, P. (2016), Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Tekanan Darah
Tinggi Pada Lansia di Dusun Kanirogo Rt 01 dan 02 Mancasan
Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta, Skirpsi, Stikes Jend. A.
Yani Yogyakarta
67
Mc Dowell, Ian. (2006), Measuring Health: A Guide to Rating Scales and
Questionnaires, Third Edition, United States Of America: Oxford
University Press
Meiner, S. E. & Lueckenotte, A. G. (2006), Gerontologic Nursing Third Edition,
Missouri, Elseiver
Mulyono, N., Pratiwi, S., Krisnawati. (2006). Hubungan Antara Faktor
Demografi dan Kegemukan Pada Orang lanjut Usia dengan Penyakit
Hipertensi di Kabupaten Sleman. Jurnal Kedokteran Yarsi.Volume 14
Nomor 3 Hal.217-222.
Muhlisin. (2012). Analisis Pengaruh Faktor Stres Terhadap Kekambuhan
Hipertensi di Puskesmas Bendosari Sukoharjo.Jurnal.Prosiding
Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan, ISSN 2338-2694.
Muna Nailil, (2013) Hubungan Antara Karakteristik Dengan Kejadian Depresi
pada Lansia di Panti Werda Pelkris Pengayoman Kota Semarang,
Semarang.
Nursalam. (2011), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.
Nugroho, W. (2008), Keperawatan Gerontik. Edisi Kedua, EGC, Jakarta,
___________(2015), Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik Edisi 3, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rhineka Cipta,
Jakarta.
Papilla, S. D., & Feldsman, R. (2009). Human Development Perkembangan
Manusia Edisi 10, Salemba Medika, Jakarta.
Parasari, T.A.G & Lestari, D. L. (2015).Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Kelurahan Sading. Volume 2.
No. 2, 68-77.
Parsudi A.I. (2009), Ginjal dan Hipertensi Pada Usia Lanjut Dalam Geriatri Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut, Edisi 4. Jakarta: FK-UI
Prabhaswari, L & Ariastuti Putu, L. N (2015), Gambaran Kejadian Depresi Pada
Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Petang I Kabupaten Badung
Bali, Jurnal FK Universitas Udayana. Volume 7 No. 1, Hal 47-52.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013), Riset Kesehatan Dasar Riskesdas
2013, Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan Kementrian,
Jakarta.
Silvia, A. (2010), Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi
68
Pada Lansia Di Posyandu Lansia Rimbo Kaduduk Wilayah Kerja
Puskesmas Sintuk Padang Pariaman.http://repository.unand.ac.
id/17406/. diperoleh 10 Agustuts 2017
Stanley, Mickey, and Patricia, G. B. (2011),Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Edisi 2, EGC, Jakarta.
Sumardika, A, W, I. dan Dintari, S, N, K. (2012), Penanganan Depresi Pada
Lansia Dengan Penyakit Kardiovaskuler, Fakultas Ilmu Kedokteran
Univeritas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.
Sugiyono.(2014), Statitiska untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Suardana, I. W. (2011). Hubungan Faktor Sosio Demografi, Dukungan Sosial
Dan Status Kesehatan Dengan Tingkat Depresi Pada Agregat Lanjut
Usia. Majalah Kedokteran Indonesia., 57(7):, 233–8.
Syamsudin. (2011), Buku Ajar Farmakologi Kardiovaskuler dan Renal, Salemba
Medika, Jakarta.
Taqui., A. Itrat,.Qidwai., W. & Qadri., (2007). Depression in the Elderly: Does
Family System Play Role A Cross-Sectional Stud. BMC
Psychiatry.7:57.
Trisnawati, D. (2010), Hubungan Aktivitas Religi Dengan Tingkat Depresi Pada
Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werda Unit Budi Luhur
Yogyakarta, (http://respiratory.stikes-aisyiyah.ac.id). Diakses pada 30
maret .
Varcarolis, M. E. (2009), Essential of Psycchiatric Mental Health Nursing,
Elseiver, Missouri.
Wahyunita . V. D. & Fitrah. (2010), Memahami Kesehatan Pada Lansia, Trans
Info Media, Jakarta.
Wardani. (2016), Gambaran Tingkat Depresi Pada Lansia di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta,
Skripsi, Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta.
Widiodo, G.G, & Ummi A. (2013). Hubungan Interkasi Sosial dengan Tingkat
Depresi Pada Usia Lanjut di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang. Stikes Ngudi Waluyo Ungaran. Diakses
darai: 20 Maret 2017.
Wulandari, A. Y. S. (2011). Kejadian dan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia :
Studi Perbandingan di Panti Whreda dan Komunitas. Naskah tidak
dipublikasikan. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Semarang.
69
Yahya, F. (2010),Terapi hipertensi: Program 8 Mingguan Menurunkan Tekanan
Darah Tinggi dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung dan Stroke
Secara Alami, Quanita, Bandung.
Yosep, I. (2009),Keperawatan Jiwa Edisi Revisi, Refika Aditama, Bandung.
70
LAMPIRAN
72
Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi
73
Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi
79
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian Geriatric Depression Scale (GDS)
KUESIONER TINGKAT DEPRESI
GERIATRI DEPRESSION SCALE (GDS)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Status Perkawinan :
Status Pekerjaan :
Penghasilan : ≤ Rp. 1.448.385/bln ≥Rp. 1.448.385/bln
PETUNJUK PENGISIAN
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan yang anda rasakan dengan tanda (✓) pada
kolom dibawah ini
Ya : jika pertanyaan sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan
Tidak : jika pertanyaan tidak sesui dengan keadaan yang anda rasakan
No
Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda merasa puas dengan kehidupan anda?
2 Apakah anda banyak meninggalkan
kesenangan/minat dan aktivitas anda?
3 Apakah anda merasa bahwa kehidupan anda hampa?
4 Apakah anda sering merasa bosan/jenuh?
5 Apakah anda penuh pengharapan di masa depan?
6 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap
waktu?
80
No
Pertanyaan Ya Tidak
7 Apakah anda diganggu diganggu oleh pikiran-pikiran
yang dapat diungkapkan?
8 Apakah anda merasa bahagia di sebagaian waktu?
9 Apakah anda merasa takut sesuatu akan terjadi pada
anda?
10 Apakah anda merasa seringkali merasa tidak
berdaya?
11 Apakah anda sering merasa gelisah dan gugup?
12 Apakah anda memilih tinggal didalam rumah
daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat?
13 Pakah anda sering kelai merasa khawatir akan masa
depan anda?
14
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
dengan daya ingat anda dibandingkan dengan
kebanyakan orang ?
15 Apakah anda berfikir bahwa hidup ini sangat
menyenangkan sekarang?
16 Apakah anda seringkali merasa merana?
17 Apakah anda merasa kurang bahagia?
18 Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu (kejadian-
kejadian masa lalu) anda?
19 Apakah anda merasakan bahwa hidup ini sangat
menggairahkan?
20 Apakah anda memiliki kesulitan atau merasa berat
untuk memulai hal baru?
21 Apakah anda merasa dalam keadaan penuh
semangat?
22 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan?
81
No
Pertanyaan Ya Tidak
23 Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik
keadaanya daripada anda?
24 Apakah anda seringkali merasa kesal dengan hal-hal
sepele?
25 Apakah anda seringkali merasa ingin menangis?
26 Apakah anda memiliki kesulitan dalam
berkonsentrasi?
27 Apakah anda menikmati tidur?
28 Apakah anda lebih memilih untuk menghindar dari
perkumpulan sosial?
29 Apakah anda mudah mengambil keputusan?
30 Apakah anda mempunyai pikiran yang jernih?
JUMLAH