GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG SENAM DIABETES MELLITUS...
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG SENAM DIABETES MELLITUS...
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG SENAM DIABETES MELLITUS
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) TIPE 2
DI PUSKESMAS KARANGPANDAN
KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Disusun oleh :
Warsito
NIM. ST 14072
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan Skripsi yang berjudul:
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG SENAM DIABETES MELLITUS
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) TIPE 2
DI PUSKESMAS KARANGPANDAN
KARANGANYAR
Oleh:
Warsito
NIM: ST 14072
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 16 Februari 2016 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
(Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep) (Galih Setia Adi, S.Kep., Ns., M.Kep)
NIK. 200680021 NIK. 201188089
Penguji,
(Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep)
NIK. 201279102
Surakarta, 16 Februari 2016
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
(Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep)
NIK. 200680021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul ”Gambaran Pengetahuan Tentang Senam Diabetes Mellitus Pada Pasien
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar”.
Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, sehingga Skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
2. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta dan Dosen
Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan
dan bimbingan kepada peneliti .
3. Galih Setia Adi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan
kepada peneliti.
4. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Penguji Skripsi yang telah
memberi masukan dalam penulisan Skripsi ini.
5. Dr. Y Iwan Christiawan yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk
pengambilan data awal dalam pembuatan Skripsi.
6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
7. Seluruh responden yang telah berpartisipasi untuk pengisian kuesiner dalam
penulisan Skripsi ini.
8. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Skripsi.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan
penelitian selanjutnya. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
ABSTRAK ....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 6
2.1.1 Pengetahuan ........................................................................... 6
2.1.2 Diabetes Melitus .................................................................... 17
2.1.3 Senam Diabetes ..................................................................... 21
2.1.4 Kepatuhan ............................................................................. 31
2.1.5 Keaslian Penelitian ................................................................ 31
2.2 Kerangka Teori............................................................................. 33
2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 35
3.2 Populasi dan Sampel................................................................. 35
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 37
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional
dan Skala Pengukuran ............................................................. 37
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .......................... 37
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................... 40
3.7 Etika Penelitian ........................................................................ 43
3.8 Jalannya Penelitian .................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat ..................................................................... 46
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ......................................................... 50
5.2 Pengetahuan tentang senam DM ............................................. 52
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 54
6.2 Saran ........................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
2.4 Keaslian Penelitian 31
3.1 Definisi Operasional 37
3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja Perawat 38
4.1 Karakteristik demografi responden berdasarkan
umur
46
4.2 Karakteristik demografi responden berdasarkan
jenis kelamin
47
4.3 Karakteristik demografi responden berdasarkan
pendidikan
48
4.4 Tingkat Pengetahuan tentang Senam DM 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.4 Kerangka Konsep 33
2.5 Kerangka Teori 34
4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur 46
4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin
47
4.3 Karakteristik demografi responden
berdasarkan pendidikan
48
4.4 Tingkat Pengetahuan 49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
1. F01 Usulan Topik Penelitian
2. F02 Pengajuan judul Skripsi
3. Fo4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4. F07 Pengajuan ini Penelitian
5. Jadwal Penelitian
6. Surat studi pendahuluan
7. Surat ijin Penelitian
8. Surat Keterangan Balasan Penelitian
9. Lembar Permohonan Responden
10. Lembat persetujuan menjadi Responden
11. Kuesioner
12. Tabulasi hasil penelitian
13. Hasil SPSS
14. Lembar Konsultasi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Warsito
Gambaran Pengetahuan Tentang Senam Diabetes Mellitus Pada Pasien
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar
Abstrak
Diabetes Mellitus (DM) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber daya manusia.
Senam DM secara umum bermanfaat bagi penatalaksanaan DM, yaitu:
mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe 2, menghambat dan memperbaiki
faktor resiko penyakit kardiovaskuler, menurunkan berat badan, memperbaiki
gejala-gejala muculkeletal.
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini
sampel yang digunakan sebanyak 33 responden dan dilaksanakan pada bulan
Oktober 2015. Variabel penelitian yaitu variabel tunggal yaitu tingkat
pengetahuan tentang senam diabetes mellitus. Instrumen dalam penelitian yaitu
kuesioner. Cara peneliti mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam
penelitian ini diiperoleh dari primer dan data sekunder. Analisis data
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil
tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel.
Tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada pasien diabetes
mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar pengetahuan baik
sebanyak 2 responden (6,1%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 21 responden
(63,6%), tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (30,3%).
Mayoritas tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada pasien
diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganya diketahui
tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 21 responden (63,6%).
Kata Kunci : pengetahuan, senam DM
Dafta Pustaka : 18 literatur (2005-2013)
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2016
Warsito
Overview of Knowledge of Diabetes Mellitus Calisthenics of Type 2 Diabetes
Mellitus Clients at the Community Health Center of Karangpandan,
Karanganyar
ABSTRACT
Diabetes mellitus currently is one of the health problems which have
impacts on productivity and decrease the quality of human resources. Diabetes
mellitus calisthenics in general is useful for the diabetes mellitus management,
namely: to control blood glucose particularly in those with Type-2 diabetes
mellitus, to inhibit and improve the risk factors of cardiovascular diseases, to lose
weight, and to improve musculoskeletal symptoms. The objective of this research
is to investigate the overview of diabetes mellitus calisthenics of Type-2 Diabetes
Mellitus clients at Community Health Center of Karangpandan, Karanganyar.
This research used the descriptive quantitative method and was conducted
in October 2015. Its samples consisted of 33 respondents. The variable of research
used the single variable, namely: the level of knowledge of diabetes mellitus
calisthenics . The data of research were collected through questionnaire. They
consisted of primary and secondary ones, and were analyzed by using the
univariate analysis.
2 respondents (6.1%) had a good level of knowledge of diabetes mellitus
calisthenics, 21 respondents (63.6%) had a fairly good level of knowledge of
diabetes mellitus calisthenics, and 10 respondents (30.3%) had less good level of
knowledge of diabetes mellitus calisthenics. Thus, in majority 21 Type-2 diabetes
mellitus clients (63.6%) at Community Health Center of Karangpandan,
Karanganyar had a fairly good level of knowledge of diabetes mellitus
calisthenics.
Keywords : Knowledge, diabetes mellitus calisthenics
References : 18 (2005-2013)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) pada saat ini merupakan salah satu masalah
kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber
daya manusia. Penderita DM diseluruh dunia pada tahun 2015 berkisar 333
juta orang. Peningkatan terjadi karena bertambahnya populasi penduduk dan
perubahan gaya hidup, mulai dari makan atau jenis makanan yang dikonsumsi
sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini terutama pada kelompok usia
dewasa ke atas pada seluruh status ekonomi, selain itu peningkatan jumlah
kasus DM terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan, peralatan pemantauan
obat-obatan tertentu, serta belum ada keseragaman dalam mengelola pasien
DM oleh dokter di lini depan (Zahtamal, dkk, 2007). Diabetes melitus
merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta berkembangnya komplikasi
makrovaskuler dan neurologis (Riyadi dan Sukarmin, 2008).
Menurut riset prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2012 sebesar
0,7% berdasarkan diagnosis dan sebesar 1,1% berdasarkan diagnosis atau
gejala. Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan doagnosis atau gejala
menurut provinsi tahun 2012. Berdasarkan diagnosis atau gejala, DKI Jakarta
merupakan provinsi dengan prevalensi DM tertinggi yaitu sebesar 2,6%,
diikuti oleh Aceh sebesar 1,7%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi
terendah yaitu Lampung sebesar 0,4% serta Sumatera, Bengkulu, dan Maluku
yang masing-masing memiliki prevalensi DM sebesar 0,5%. Berdasarkan
kategori, terdapat 5 provinsi (15,2%) dengan prevalensi lebih dari 1,5%,
sebanyak 15 provinsi (45,5%) dengan prevalensi 1%-1,5%, dan sebanyak 13
provinsi (39,4%) dengan prevalensi kurang dari 1%. Diabetes mellitus sangat
berkaitan dengan obesitas. Prevalensi obesitas penduduk > 18 tahun di
Indonesia sebesar 11,7%, sebesar 7,8% pada laki-laki dan 15,5% pada
perempuan (Depkes RI, 2014).
Senam DM secara umum bermanfaat bagi penatalaksanaan DM, yaitu:
mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe 2, menghambat dan
memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskuler, menurunkan berat badan,
memperbaiki gejala-gejala muculkeletal. Pada DM tipe 2 olah raga sangat
berkaitan pengontrolan gula darah penderita, tentu saja haru didahului dengan
diet terlebih dahulu. Pada kelompok penderita DMTD obesitas dengan insulin
resitensi dapat meningkat kepekaan insulin, oleh sebab itu apa bila intensitas
latihan diperberat makan menimbulkan hipoglikemia (Santoso, 2010).
Penelitian yang dilakukan Sinaga (2011), hasil uji statistik dengan
menggunakan uji t dependent didapatkan p = 0,000 dengan rata-rata
penurunan kadar glukosa darah sebesar 18.03 mg/dl yang artinya
menunjukkan bahwa senam Diabetes Melitus dapat menurunkan kadar
glukosa darah secara signifikan pada penderita diabetes melitus tipe 2.
Penderita DM harus melakukan monitoring diri, karena dengan monitoring
diri, penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya seperti
keadaan gula dalam darahya, berat badan, dan apapun yang dirasakan.
Pengelolaan diri (self managment) yaitu bagaimana pasien diarahkan agar
dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkkan perilaku kepatuhan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
tempat Puskesmas Karangpandan Karanganyar, jumlah pasien DM dengan
rawat jalan pada bulan Mei 2015 sebanyak 34 pasien. Setelah dilakukan
wawancara terhadap 10 orang, 6 pasien tidak dapat menjawab tentang
pengertian senam diabetes dan 4 pasien dapat menjawab pertanyaan tentang
senam diabetes melitus. Sedangkan dari 10 pasien yang aktif sebanyak 4
pasien melakukan senam 3 kali seminggu dan 6 pasien melakukan senam
kurang dari 3 kali seminggu. Berdasarkan latar belakang di atas penulis
tertarik mengadakan penelitian tentang “Gambaran tingkat pengetahuan
tentang senam diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di
Puskesmas Karangpandan Karanganyar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang senam
diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas
Karangpandan Karanganyar?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang senam diabetes
mellitus pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas
Karangpandan Karanganyar.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mendeskripsikan karakteristik demografi responden di Puskesmas
Karangpandan Karanganyar.
2. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus
pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan
Karanganyar pada tingkat pengetahuan baik.
3. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus
pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan
Karanganyar pada tingkat pengetahuan cukup.
4. Mengetahi tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada
pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan
Karanganyar pada tingkat pengetahuan kurang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
kesehatan serta memberikan upaya promotif dan preventif untuk
pengelolaan penyakit kronis bagi peserta penderita penyakit kronis
khususnya penyakit diabetes mellitus.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perawat dalam upaya memberikan edukasi pada pasien khususya
senam DM.
2. Bagi pasien
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada pasien dalam
upaya penanggulangan DM dengan cara melakukan senam DM
3. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman dan peningkatan ilmu penelitian tentang tingkat
pengetahuan tentang senam diabetes mellitus.
4. Bagi pelayanan kesehatan
Penelitian ini dapat beguna dan memberikan masukan bagi dalam
upaya peningkatan pelayanan bagi puskesmas khususnya pada pasien
DM
5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan, referensi dan tambahan
informasi pengetahuan bagi peneliti lain dalam mengadakan penelitian
yang serupa khususnya pola hidup penderita diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).
Nasir (2011), menyatakan pengetahuan adalah gambaran
subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat atau
penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.
2. Jenis Pengetahuan
Nasir (2011), mengatakan jenis pengetahuan meliputi:
a. Pengetahuan biasa
Pengetahuan biasa disebut juga knowledge of the man in the street
atau ordinary knowledge atau common sense knowledge.
Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya
subyektif artinya sangat terikat pada subjek yang mengenal dengan
demikian pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar
sejauh mana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau
tidak ada penyimpangan.
b. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan yang telah menetapkan objek khas dengan menerapkan
metodologis yang khas pula.
c. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat adalah sejenis pengetahuan yang pendekatannya
melalui metodologi pemikiran filsafat yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis dan
spekulatif.
d. Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah jenis pengetahuan yang terkandung
dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama memiliki sifat
dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan yang telah ditentukan sehingga pernyataan-
pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci pada agama memiliki nilai
kebenaran sesuai dengan keyakinan.
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut dalam buku Notoatmodjo (2011), mengatakan ada 6
tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu. :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan
kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
e. Sintesa (Syntesis)
Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
4. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern
atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
1) Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila
seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya
pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba
ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat terpecahkan.
2) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
3) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada
masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada
masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka
agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan
kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau
ilmuwan.
4) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi
pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
5) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian
hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh
banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks
pendidikan.
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini
harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut
rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para
Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha
penalaran atau penyelidikan manusia.
6) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara
cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa
melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang
diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran
ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang
sistematis.
7) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan
kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut
berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan
deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus
kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum ke khusus.
8) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang
dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan
yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi
pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-
pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian
disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan
seseorang untuk memahami suatu gejala.
9) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses
berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar
secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya
pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk
dalam kelas itu.
b. Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research
metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang
mengembangkan metode berpikir induktif kemudian
dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa
dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat dipungkiri
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah
pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya
pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.
Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang
tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang
baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di
luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu
akan mempuyai pengaruh tehadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat
seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerim informasi
2.1.2 Diabetes Melitus Tipe 2
1. Pengertian Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak
dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Herlambang, 2013).
2. Etiologi dan Klasifikasi
Menurut Herlambang (2013), hal ini dikarenakan berbagai
kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi
terhadap insulin atua jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai
dengana meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Beberapa teori
yang mengutarakan sebab terjadinya resistensi terhadap insulin,
diantaranya faktor kegemukan (obesitas)
Etiologi atau penyebab penyakit diabetes mellitus adalah
kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh atau
terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya jumlahnya cukup.
Kekurangan insulin disebabkan terjadina kerusakan sebagian kecil atau
sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas
yang berfungsi menghasilkan insulin (Sari, 2012),
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), penyebab resitensi pada
diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak
berperan antara lain:
1) Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
penyakit diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes
mellitus akan ikut ditransformasikan pada gen berikutnya terkait
dengan penurunan produksi insulin.
2) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin
pancreas untuk memproduksi insulin.
3) Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
ayang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini
berpengaruh besar terhadap kerja pancreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolism dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pancreas. Beban
yang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga berdampak
pada penurunan insulin.
4) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
risiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pancreas,
sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi
insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat
juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pancreas.
5) Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami
hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin. Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan berat
beban metabolism glukosa pada penderta obesitas untuk
mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
6) Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan berakibat pada penurunan
fungsi pancreas.
3. Gejala Diabetes Mellitus
Menurut Sari (2012), tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dari gejala
klasik diabetes mellitus adalah:
a. Polyuria (banyak kencing)
Hal ini berkaitan dengan kadar gula yang tinggi di atas 160-180
mg/dl, maka glukosa akan sampai ke urin tetapi jika tambah tinggi
lagi ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang. Gula menari air sehingga bagi
penderita akan mengalami polyuria atau kencing yang banyak.
b. Polyphagia
Karena insulin yang bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang akhirnya energi yang dibentuk kurang.
c. Gejala lain
Gejala-gejala lain yang dirasakan seperti:
1) Sering mengamuk
2) Gatal-gatal terutama di daerah kemaluan
3) Pandangan kabur
4) Berat badan berlebih untuk diabetes mellitus tipe 2
5) Mati rasa atau sakit pada bagian tubuh bawah
6) Infeksi kulit, terasa disayat, gatal-gatal khususnya pada kaki.
7) Cepat naik darah
8) Sangat rendah atau cepat lelah
9) Mual-mual dan muntah
10) Terdapat gula pada air seni
11) Peningkatan kadar gula dalam darah.
4. Pengobatan dan penanganan diabetes mellitus
Menurut Herlambang (2013), penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan fokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik.
Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah menjadi kunci program
pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet dan berolah
raga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka
pemberian obat akan diperlukan bahkan pemberian suntikan insulin
diperlukan bila obat tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
Menurut Sari (2013), terdapat 4 pilar pengendalian diabetes
mellitus yaitu:
a. Edukasi
Melakukan pendidikan kesehatan menjadi kewajiban bagi seluruh
tenaga medis untuk membuka mata dan pengetahuan masyarakat
mengenai semua hal yang berkaitan dengan diabetes mellitus.
Pendidikan kesehatan bisa dilakkan lewat media apapun, secara
langsung face to face dengan melakukan seminar atau penyuluhan,
membagi bulletin khususnya kesehatan.
b. Pengaturan makan
Sudah menjadi kewajiban bagi pasien untuk mengontrol setiap
asupan makanan yang akan dikonsumsi. Mengontrol disini
bukanlah melarang tetapi harus lebih cermat memilih setiap
kandungan gizi yang terdapat dalam makanan agar pankreas yang
mengalami gangguan. Mulailah berkonsultasi pada dokter atau ahli
kesehatan untuk menyusun pola diet.
c. Olah raga
Olah raga sangat baik ntuk membantu pengendalian gula darah dan
berat badan. Prinsip olah raga bagi penderita DM yaitu terus-
menerus, berirama, berselang, meningkat dan daya tahan.
d. Obat
Pemberian obat dilakukan untuk mengatasi kekurangan produksi
insulin serta menurunkan resistensi insulin. Obat-obatan di sini
dibagi menjadi dua yakni oral dan injeksi/suntikan sesuai dengan
tipe diabetes mellitus yang diderita.
2.1.3 Senam Diabetes
1. Pengertian
Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis
gerakan menyenangkan tidak membosankan dan dapat diikuti semua
kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-
klub diabetes (Santoso, 2010).
2. Macam Senam diabetes
Menurut Santoso (2010), apabila tidak ada kontra indikasi atau
komplikasi berat maka penderita dimasukkan dalam program olah
raga. Olah raga yang dianjurkan untuk penderita DM adalah aerobic
low impact dan rithmis, yang terdiri dari:
a. Kekuatan
Kelenturan, daya tahan keseimbangan, kelincahan, tenaga dan
akvitas penampilan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, maka
komponen-komponen yang harus ditingkatkan adalah daya tahan
jantung dan sistem peredaran darah, sistem respirasi, daya tahan
otot-otot dan sendi, kekuatan fisik dan kelenturan.
b. Rhymical
Latihan harus dilakukan berirama, melakukan latihan otot
kontraksi dan relaksasi. Gerakan-gerakan berirama tersebu
misalnya jalan kaki, lari, joging, berenang. Jadi gerakan berirama
tersebut teratur dan terus-menerus.
c. Ititerval
senam dilaksanakan terselang-seling kadang cepat, kadang lambat
tetapi kontinyu selam periode latihan. Dimulai jalan lambat
kemudian makin cepat dan kemudian melambat lagi dan
seterusnya berselang-seling.
d. Progresif
Senam harus dilakukan peningkatan secara bertahap dan beban
latihan juga ditingkatkan secara perlahan-lahan. Latihan harus
dimulai dengan pemanasan selama 5 – 10 menit, kemudian olah
raga penuh 30 – 40 menit dan diakhiri dengan pendinginan
(cooling down) 5 – 10 menit dari hri kehari latihan ditingkatkan
bertahap perlahan-lahan.
e. Endurance
Senam untuk meningkatkan kesegaran dan ketahanan sistem
kardiovaskuler dan kebutuhan tubuh penderita DM.
3. Manfaat senam diabetes
Manfaat dari senam diabetes mellitus menurut Santoso (2010) adalah:
a. Mengontrol gula darah, terutama pada diabetes mellitus tipe 2 yang
mengikuti olahraga teratur
Pada DM tipe 2 (DMTD) olah raga sangat berkaitan dengan
pengontrolan kadar gula darah penderita, tentu saja harus didahului
dengan diet terlebi dahulu. Pada kelompok penderita DMTD obese
dengan insulin resisten dapat meningkatkan kepekaan insulin oleh
sebab itu apabila intensitas latihan diperberat maka menimbulkan
hipoglikemia.
b. Menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit
kardiovaskuler yang banyak terjadi pada penderita DM
c. Senam DM dapat memperbaiki profil lemak darah, dan kolesterol
total, serta memperbaiki sirkulasi dan tekanan darah
d. Menurunkan berat badan, pengaturan olahraga secara optimal dan
diet DM pada penderita kegemukan
e. Memperbaiki gejala-gejala muskuloskeletal otot, tulang, sendi,
serta gejala-gejala neuropati perifer seperti kesemutan, dan kebas;
f. Mencegah terjadinya DM yang dini terutama bagi orang-orang
dengan riwayat keluarga DM
g. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan insulin.
4. Porsi latihan
Menurut Santoso (2010), porsi latihan ditentukan supaya maksud
dan tujuan olah raga memberikan manfaat yang baik. Latihan yang
berlebihan akan merugikan kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu
sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan porsi latihan tersebut harus
memperhatikan intensitas latihan. Untuk mencapai kesegaran
kardiovaskuler yang optimal maka idealna berada V02 max, berkisar
50 - 58% ternyata tidak memperburuk komplikasi DM dan tidak
menaikan tekanan darah sampai 180 mmHg. Intensitas latihan dinilai
dengan:
f. Target nadi dengan menghitung target nadi dan area latihan yang
diperbolehkan.
Penderita dapat menghitung denyut nadi maksimal yang
diperbolehkan atau yang harus dicapai selama latihan. Meskipn
perhitungan ini agak kasar tetapi dapat dipakai di lapangan. Pada
waktu senam denyut nadi optimal yang diperbolehkan 60 – 79%.
Area latihan adalah interval nadi yang ditargetkan dicapai selama
latihan segera setelah maksimumnya yaitu antara 60 sampai 79%
dari denyut nadi maksimal.
2.1 Tabel area latihan
Umur penderita
(tahun) Denyut nadi / menit
40 108-142
42 107-141
44 106-139
46 105–137
48 103–136
50 102–134
52 101–133
54 100–131
56 98–130
58 97–128
60 97–120
b. Kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan
Sesudah latihan jasmani kadar gula darah 140 – 180 mg% pada
usia lanjut dianggap cukup baik sedangkan usia muda sampai
140 mg%.
c. Tekanan darah sebelum dan sesudah
Sebelum latihan tekanan darah tidak melebihi 140 mmHg dan
setelah latihan maksimal tidak lebih dari 180 mmHg.
Untuk mencapai efek metabolik makan latihan inti berkisar antara
30 – 40 menit dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5
– 10 menit bila kurang makan efek metabolik sangat rendah
sebaliknya bila berlebihan menimbulkan efek buruk terhadap sistem
mulkuloskeletal dan kardiovaskuler serta sistem respirasi. Untuk
mencapai hasil yang baik latihan dilakukan 35 kali per minggu untuk
penderita DM obese penurunan BB dan gula darah akan mencapai
maksimal bila latihan dilakukan lebih dari 5 kali seminggu. Senam
dapat dilakukan bila tidak ada kontra indikasi hubungan dengan
komplikasi DM yang sudah ada (Santoso, 2010).
5. Gerakan senam diabetes
Menurut Sari (2013), gerakan senam diabetes yaitu:
a. Latihan pemanasan
Sebelum masuk ke dalam gerakan inti, sebaiknya lakukan
pemanasan yang bertujuan sebagai berikut:
1) Adaptasi jantung terhadap seluruh kegiatan senam
2) Memperbaiki jaringan pembuluh darah dan otot yang telah
berubah posisinya.
3) Melancarkan peredaran darah
4) Memperbaiki saraf dalam tubuh terutama bagian tulang
punggung yang merupakan kumpulan jutaan saraf.
5) Melemaskan otot-otot tubuh agar bisa relaksasi.
Gerakan 1 : badan tegap dengan sikap sempurna
Gerakan 2 : kaki berjinjit satu dan kedua tangan disimpan
dipinggang
Gerakan 3
Manfaat : menyiapkan kondisi tubuh baik secara fisiologis dan
psikologis sehingga dapat melakukan senam dengan baik dan
benar. Gerakan dimulai dengan kaki kanan dan hitungan jatuh pada
kaki kanan.
a) Salah satu kaki tarik ke belakang
b) Kepalksan kedua tangan simpan di atas dada dan pinggang
c) Lakukan gerakan jalan di tempat dengan ayunan tangan
Gerakan 4
Manfaat :
Mengatur nafas secara perlahan dan bertahap agar paru-paru dan
jantung bekerja dengan baik selam berlatih. Gerakan dilakukan
dengan jalan di tempat sementara tangan direntangkan dari baian
samping tubuh ke atas lalu berakhir di dada sementara kepala
masih dalam posisi menunduk.
Gerakan 5:
Manfaat : melenturkan persendian otot bagian kiri dan kanan.
Satu tangan direntangkan sementara tangan yang lain disimpan di
dada kepala menoleh bergantian ke kanan dan ke kiri.
Gerakan 6:
Manfaat : melatih dan melenturkan persendian otot kepala
1) Kepala dimiringkan ke kana dan ke kiri
2) Kedua tangan disimpan dipinggang
3) Jalan di tempat
Gerakan 7:
Manfaat: melenturkan persendian otot bahu, punggung baian atas
dan dada.
1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri 1 langkah
2) Tangan mengepal di sisi badan
3) Bahu diangkat dan diputar ke belakang
Gerakan 8:
Manfaat: melenturkan persendian otot bahu.
1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kri 2 langkah
2) Tangan mengepal di sisi badan
3) Bahu diangkat bergantian ke kanan dan ke kiri
b. Latihan inti
1) Tangan kanan lurus ke depan
2) Tangan kiri lurus ke depan
3) Tangan kanan lipat ke bahu kiri
4) Tangan kiri lipat ke bahu kanan
5) Telapak tangan buka, disamping telinga
Gerakan diatas dilakukan untuk mempersiapkan gerakan
selanjutnya dan mengatur pernafasan
Inti 1 :
1) Badan tegak
2) Langkahkan kaki ke kanan ke depan 1 langkah
3) Kepalkan tangan angkat keatas
4) Dengan hitungan angkat dan tarik tangan sejajar dengan bahu.
Gerakan inti 1 bermanfaat untuk melenturkan tangan sebelum maju
kegerakan selanjutnya.
Inti 2
1) Kaki melangkah ke depan
2) Tangan mengepal dari perut di angkat ke atas kepala
3) Lakukan seterusnya
Gerakan inti 2 bermanfaat untuk menguatkan otot dada lengan dan
bahu.
Inti 3
1) Tangan kanan mengepal
2) Badan serong ke kanan
3) Kaki kiri membuka ke samping kiri
Gerakan inti 3 bermanfaat untuk menguatkan otot kaki dan
pinggang
Inti 4 dan 5
1) Melangkah maju 1 langkah
2) Tangan mendorong ke depan
3) Mundur 1 langkah
4) Tangan dorong ke depan kemudian rentangkan ke atas.
Gerakan inti 4 dan 5 bermanfaat untuk meningkatkan otot lengan,
otot paha dan otot dada.
Inti 6:
1) Kedua tangan mengepal kemudian tari ke belakang
2) Kaki kanan melangkah ke depan
3) Lakukan secara bergantian dengan kaki kiri
Gerakan inti 6 bermanfaat untuk menguatkan otot tangan, bahu dan
otot betis.
Inti 7:
1) Langkahkan ke depan kaki kiri
2) Tangan kiri direntangkan, tangan kana simpan di dada.
3) Kedua tangan mengayun ke kanan dan kiri.
Inti 8
1) Angkat kaki kiri ke belakang
2) Kedua tangan bentangkan ke depan
3) Lakukan bergantian dengan kaki kanan
Inti 8 bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menguatkan otot
betis, paha dan otot lengan.
Inti 9:
1) Buka kaki
2) Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri mundur ke
belakang.
3) Telapak tangan di buka, tangan kiri bentangkan kanan simpan
di dada.
4) Ayunkan ke kanan ke kiri
Inti 10
1) Buka kaki
2) Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri mundur ke
belakang.
3) Angkat kedua tangan ke atas.
Gerakan 9 dan 10 bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, betis
dan paha.
Inti 11:
1) Buka kaki kiri ke samping kiri
2) Kedua tangan sejajar dengan dada
3) Rentangkan tangan ke bawah
4) Lakukan bergantian dengan kaki kanan.
Gerakan inti 11 bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, otot
paha dan otot bahu.
Inti 12 :
1) Kaki kiri melangkah ke samping
2) Kedua tangan direntangkan sejajar dengan perut
Gerakan 12 bermanfaatuntuk melatih otot jari tangan, otot bahu
serta otot paha.
c. Relaksasi
Tangan di depan dada
1) Rentangkan bersamaan melangkah ke samping kanan dan kiri.
2) Kedua tangan rentangkan sejajar bahu dengan kedua tangan di
kepal di dada.
3) Kaki langkahkah ke kanan
4) Kedua tangan mengayun ke atas
5) Kaki langkahkan ke kanan dan ke kiri.
6) Sikap sempurna
d. Pendinginan
1) Langkahkan kaki kiri ke samping
2) Lutut kiri ditekuk
3) Kedua lengan direntangkan
4) Kepala ditundukkan
5) Kaki kanan di buka
6) Lengan di depan dada.
7) Tubuh ditarik ke arah dan ditahan beberapa detik
8) Kaki kanan melangkah ke samping
9) Kedua lengan direntangkan ke samping
10) Kedua lutut ditekuk sedikit
11) Sikap sempurna
Gerakan ini bermanfaat untuk relaksasi peregangan.
2.2 Keaslian Penelitian
Tabel 2.2
Keaslian Penelitian
Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Janno Sinaga
2011
Pengaruh Senam
Diabetes Melitus
Terhadap Kadar
Glukosa Darah
Pada Penderita
Diabetes Melitus
Tipe 2 Di
Quasi Eksperimen
dengan
menggunakan
rancangan
penelitian One
Group Pre Test-
Post Test.
Hasil uji statistik
dengan
menggunakan uji t
dependent
didapatkan p=
0,000 dengan rata-
rata penurunan
Wilayah Kerja
Puskesmas
Darusalam
Medan
kadar glukosa
darah sebesar
18.03 mg/dl yang
artinya
menunjukkan
bahwa senam
Diabetes Melitus
dapat menurunkan
kadar glukosa
darah secara
signifikan pada
penderita diabetes
melitus tipe 2
Dimas
Saifunurmazah
2013
Kepatuhan
penderita diabetes
mellitus dalam
menjalani terapi
olahraga dan diet
(Studi Kasus Pada
Penderita DM
Tipe 2 di RSUD
Dr.Soeselo Slawi)
Penelitian
kualitatif dengan
pendekatan studi
kasus (case study)
Hasil penelitian
menunjukan ketiga
dari empat subjek
yaitu subjek HS, R,
SO memiliki sikap
patuh. Mereka
memiliki
kesadaran yang
baik untuk
melakukan
pengobatan,
komunikasi dengan
petugas kesehatan
berjalan lancar,
dukungan sosial
dari keluarga juga
ketiga subjek
dapatkan.
Sedangkan pada
subjek AI
kesadaran akan
pentingnya
melakukan
pengobatan masih
tergolong rendah.
Komunikasi
dengan petugas
kesehatan tidak
berjalan dengan
baik karena AI
sangat jarang
melakukan kontrol
dan chek up.
2.3 Kerangka Teori
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Notoatmodjo (2011) dan Santoso (2010)
Senam DM Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
b. Sosial budaya
1. Pengertian
2. Macam Senam diabetes
3. Manfaat senam diabetes
4. Porsi latihan
5. Gerakan senam diabetes
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Pengetahuan tentang
senam DM pada pasien
DM tipe 2
Baik
Cukup
Kurang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis/desain penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut
Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini.
Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada
data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang
digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil
pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini akan
mendeskripsikan gambaran tingkat pengetahuan tentang senam diabetes
mellitus pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas
Karangpandan Karanganyar.
3.2 Populasi, sampel dan teknik sampling
1. Populasi
Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti
tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,
masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang
semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik
(Silalahi, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 33
penderita DM di Puskesmas Karangpandan Karanganyar.
2. Sampel
Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi
(Silalahi, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien di Puskesmas
Kecamatan Karangpandan Karanganyar berjumlah 33 penderita DM.
Arikunto (2010) menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 33
responden. Dalam penelitian ini menggunakan kriteria eksklusi dan
inklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien diabetes mellitus di Puskesmas Kecamatan Karangpandan
Karanganyar
2) Bersedia menjadi responden
3) Bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian. Dalam
penelitian ini kriteria eksklusi yaitu:
1) Tidak datang saat dilakukan penelitian
2) Tidak menandatangani lembar persetujuan responden.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampling adalah suatu proses seleksi sampel
yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Dalam penelitian
ini menggunakan total sampling. Total sampling adalah cara penentuan
sampel jika jumlah populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2010).
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Karangpandan
Karanganyar pada bulan Oktober 2015.
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam
penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan
tentang senam diabetes mellitus.
3.4.1 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Defisinisi
Operasional Alat ukur Skala Kategori
Variabel Independent :
Pengetahuan
pasien tentang
senam DM
Hasil tahu
dan seberapa
jauh dapat
menjawab
dengan benar
tentang
senam DM
Kuesioner
terdiri dari 25
pernyataan
dengan
jawaban benar
dan salah
Ordinal 1. Baik : 76% – 100%
2. Cukup : 56% – 75%
3. Kurang :< 56
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan
respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup
adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan jawabannya
(Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif
(favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah,
pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan
dengan skor 1 untuk jawaban salah. Dalam kuesioner dalam penelitian
menggunakan skala guttman. Menurut Hidayat (2011), skala guttman
merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan
jawaban yang tegas seperti jawaban ya dan tidak, benar dan salah.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan tingkat pengetahuan
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Soal Favorable Unfavorable
Tingkat
pengetahuan
tentang
senam DM
1. Pengertian 1 2 2
2. Macam Senam diabetes 4,5,7 3,6 5
3. Manfaat senam diabete 8,10,11,13 9,12,13,14 7
4. Porsi latihan 15,17,18 16,19 5
5. Gerakan senam diabetes 20,22,23 21,24,25 6
Total 14 11 25
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. uji
validitas dilakukan di Puskesmas Tasikmadu Karanganyar pada bulan Oktober
2015.
1. Uji validitas
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product
moment (Arikunto, 2010). Suatu item dikatakan valid jika nilai r hitung >
rtabel dan bernilai positif. Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian
ini menggunakan taraf signifikan 0,05 dan rtabel. Setelah dilakukan uji
validitas hasil dari 25 pernyataan didapatkan 2 pernyataan tidak valid,
yaitu nomor 8 dan nomor 23, dikarenakan nilai r hitung < nilai r tabel,
untuk selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan sebagai
kuesioner penelitian.
2. Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus
Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
úû
ùêë
é S-úû
ùêë
é
-=
t
b
k
kr
2
2
11 11 s
s
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2
= Varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria
(0,60) (Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha
cronbach’s sebesar 0,821 > 0,6, sehingga kuesioner cukup dapat dipercaya
sebagai alat pengumpulan data.
3.5.2 Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini diiperoleh dari
primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
pengetahuan tentang DM tipe 2 dan lembar observasi kepatuhan mengikuti
senam diabetes.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder didapatkan dari Puskesmas
Karangpandan Karanganyar yaitu jumlah pasien DM tipe 2.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Pengolahan data
Teknik pengolahan data dan analisa data adalah langkah terpenting
untuk memperoleh hasil atau simpulan dari masalah yang diteliti. Data
yang sudah terkumpul sebelum dianalisis harus selalu melalui pengolahan
data terlebih dahulu. Setelah data terkumpul, maka langkah yang
dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data
(Notoatmodjo, 2012) adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
d. Memasukkan data (data entri) atau processing
Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden
dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau soffware komputer.
e. Pembersihan data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning).
3.6.2 Rencana Analisis data
Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat yaitu menganalisa
terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Penelitian ini hanya
mendeskirpsikan pengetahuan responden tentang tingkat pengetahuan
tentang senam diabetes mellitus.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan digunakan perhitungan
sebagai berikut:
1. Baik : bila jawaban responden benar 76% – 100%
2. Cukup : bila jawaban responden benar 56% – 75%
3. Kurang : bila jawaban responden benar < 56
untuk mendapatkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang
senam diabetes mellitus pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di
Puskesmas Karangpandan Karanganyar digunakan rumus prosentase.
Menurut Silalahi (2012), rumus prosentase yaitu:
fi
P = ––– x 100%
n
P = Prosentase
fi = Jumlah responden dalam kategori
n = Jumlah seluruh responden
3.7 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia.
Menurut Hidayat (2011), etika penelitian meliputi:
1. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui damapaknya, jika subyek bersedia maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Apabila responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut anatara lain
pratisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang
akan terjadi, mafaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan
lain-lain.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2011).
3.8 Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Penyusunan proposal
Sebelum melakukan penyusunan proposal terlebih dahulu peneliti
melakukan survey dan observasi awal di Karangpandan Karanganyar.
b. Permohonan izin tempat penelitian
Mengajukan permohonan surat izin penelitian kepada pihak akademis
yang digunakan sebagai surat tembusan kepada Kepala Puskesmas
Karangpandan Karanganyar.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Meminta data nama dan jumlah pasien di Puskesmas Karangpandan
Karanganyar
b. Mengambil sampel Puskesmas Karangpandan Karanganyar
c. Meminta pasien dibantu peneliti untuk mengisi cheklist tersebut.
3. Tahap Akhir
Setelah seluruh data terkumpul oleh peneliti, kemudian data diolah dalam
bentuk penyajian kategorik dan dianalisis menggunakan bantuan SPSS
dan dilakukan penyusunan bab IV dan V yang berisi hasil dan pembahasan
dan selanjutnya dilakukan seminar skripsi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat
Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel berikut:
4.1.1 Umur responden
Tabel 4.1 Karakteristik demografi responden berdasarkan umur
No Umur f %
1
2
3
33 - 45 tahun
46 – 58 tahun
59 - 71 tahun
6
16
11
18,2
48,5
33,3
Total 33 100
Sumber: Data primer (2015)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui umur 33 – 45 sebanyak 6
responden (18,2%), umur 46 – 58 tahun sebanyak 16 responden (48,5%)
dan umur 59 – 71 sebanyak 11 responden (33,3%), sehingga dapat
diketahui umur responden mayoritas berumur 46 - 58 tahun yaitu sebanyak
16 responden (48,5%).
4.1.2 Jenis kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin F %
1
2
Laki-laki
Perempuan
13
20
39,4
60,6
Total 33 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui jenis kelamin laki-laki sebanyak 13
responden (39,4%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden
(60,6%), sehingga responden mayoritas jenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 20 responden (60,6%).
4.1.3 Pendidikan responden
Tabel 4.3 Karakteristik demografi responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan f %
1
2
3
Pendidikan Dasar (SD+SMP)
Pendidikan Menengah (SMA dan Sederajat
Pendidikan Sarjana
20
12
1
60,6
36,4
3,0
Total 33 100
Sumber: Data primer (2015)
Berdasarkan tabel 4.3 pendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 20
responden (60,6%), pendidikan menengah (SMA dan Sederajat) sebanyak
12 responden (36,4%) dan pendidikan sarjana sebanyak 1 responden (3%).
4.1.4 Tingkat pengetahuan tentang senam DM
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan tentang Senam DM
No Tingkat Pengetahuan f %
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
2
21
10
6,1
63,6
30,3
Total 33 100
Sumber: Data primer (2015)
Berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang senam DM dapat
diketahui tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 21 responden (63,6%),
pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (30,3%) dan pengetahuan baik
sebanyak 2 responden (6,1%).
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan tentang senam diabetes
mellitus pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan
Karanganyar, pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut:
5.1 Karakteristik responden
Berdasarkan karakteristik umur responden dapat diketahui umur 33 –
45 sebanyak 6 responden (18,2%), umur 46 – 58 tahun sebanyak 16 responden
(48,5%) dan umur 59 – 71 sebanyak 11 responden, sehingga dapat diketahui
umur responden mayoritas berumur 46 - 58 tahun yaitu sebanyak 16
responden (48,5%). Kejadian pada lansia penderita DM meningkat, prevalensi
40% pada usia 45 tahun meningkat menjadi 60% pada usia 75 tahun. Umur ≥
60 tahun berkaitan dengan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi
tubuh secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian
glukosa darah yang tinggi kurang optimal.
Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), penyebab resistensi pada diabetes
sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan. Umumnya
manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun
dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko
pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden (39,4%)
dan jenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden (60,6%), sehingga
responden mayoritas jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 20 responden
(60,6%). Menurut penelitian Jelantik Haryati (2014), penyakit Diabetes
Mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-
laki. Hal ini disebabkan karena pada perempuan memiliki LDL atau kolesterol
jahat tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki, dan
juga terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup
sehari-hari yang sangat mempengaruhi kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut
merupakan salah satu factor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus
Berdasarkan karakteristik pendidikan responden dapat diketahui
pendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 20 responden (60,6%), pendidikan
menengah (SMA dan Sederajat) sebanyak 12 responden (36,4%) dan
pendidikan sarjana sebanyak 1 responden (3%).
Menurut Wawan dan Dewi (2011), bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada
akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika
seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-
nilai yang baru diperkenalkan
5.2 Tingkat Pengetahuan tentang senam DM
Berdasarkan tingkat pengetahuan responden dapat diketahui tingkat
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 21 responden (63,6%), pengetahuan
kurang sebanyak 10 responden (30,3%) dan pengetahuan baik sebanyak 2
responden (6,1%). Menurut Notoatmodjo (2010), pada dasarnya pengetahuan
merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud
barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang
dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan
masalah kejiwaan. Sedangkan menurut Nasir (2011), pengetahuan adalah
gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam menurut pendapat
atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.
Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu faktor internal, pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami hal. Tidak dapat
dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula
mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut
terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas pendidkan responden yaitu pendidikan
dasar (SD, SMP) sebanyak 20 responden (60,6%).
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan berdasarkan
pendidikan dapat diketahui tingkat pengetahuan baik terdapat 2 responden
dengan tingkat pendidikan SMA dan sederajat, pengetahuan kurang dengan
pendidikan terdapat 10 responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 7
responden dengan pengetahuan kurang dan tingkat pendidikan SMA terdapat
3 responden dengan pengetahuan kurang
Menurut Wawan dan Dewi (2011), pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal.
Berdasarkan karakteristik umur responden mayoritas umur 46 – 58
tahun sebanyak 16 responden (48,5%). Menurut Wawan dan Dewi (2011),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan
masayarakat seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan kematangan
jiwa. Berdasarkan tingkat pengetahuan responden dapat diketahui tingkat
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 21 responden (63,6%), pengetahuan
kurang sebanyak 10 responden (30,3%) dan pengetahuan baik sebanyak 2
responden (6,1%).
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan kurang terdapat 10
responden pada responden dengan umur 33 – 45 sebanyak 1 orang, umur 46 –
58 tahun dengan pengetahuan kurang sebanyak 7 orang dan umur 59 – 71
tahun terdapat 2 responden. Sejalan pendapat Notoatmodjo (2007), usia lanjut
sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal
yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan
merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Sehingga tidak dapat
mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan
menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.
Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat
sejalan dengan bertambahnya usia.
BAB VI
PENUTUP
Gambaran tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada pasien
diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar dapat
disimpulkan sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Umur responden sebagian besar berumur 46 - 58 tahun yaitu sebanyak 16
responden, sebagian besar jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 20
responden (60,6%), pendidikan responden sebagian besar pendidikan
menengah (SMA dan Sederajat) sebanyak 12 responden (36,4%).
6.1.2 Tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada pasien diabetes
mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar
pengetahuan baik sebanyak 2 responden (6,1%).
6.1.3 Tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada pasien diabetes
mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 21 responden (63,6%).
6.1.4 Tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada pasien diabetes
mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar
pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (30,3%).
6.2 Saran
6.2.1 Bagi perawat / tenaga kesehatan
Diharapkan memberikan memberikan edukasi dengan meningkatkan
penyuluhan-penyuluhan tentang DM dan pencegahannaya pada
masyarakat, sehingga pengetahuan masyarakat akan lebih meningkat dan
dapat mengurangi angka kejadian DM di masyarakat.
6.2.2 Bagi pasien
Diharapkan lebih proaktif dalam mengikuti penyuluhan-penyuluhan dalam
upaya penanggulangan DM dengan cara melakukan senam DM.
6.2.3 Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan bagi pelayanan kesehatan untuk lebih meningkatkan upaya-
upaya preventif dengan lebih meningkatkan program-program pelayanan
dengan khususnya tentang DM dan pencegahannaya pada masyarakat,
sehingga kejadian diabetes melitus pada masyarakat akan berkurang.
6.2.4 Bagi peneliti selanjutnya
Diharapakan pada peneliti lain untuk mengembangkan penelitian yang
sejenis dengan menambah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan sehingga akan didapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemkes.go.id.
Diakses tanggal 20 Mei 2015
Herlambang. (2013). Menakhlukkan hipertensi dan diabetes melitus. Mendeteksi,
mencegah dan mengobatti dengan cara medis dan herbal. Yogyakarta:
Tugu
Hidayat, Alimul Aziz. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik
Mubarak, Wahid Iqbal. (2012). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Nasir. Abd, (2011). Buka Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Medikal Book.
Nototatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nototatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :
Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia
Press
Riyadi dan Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Santoso, Mardi. (2010). Senam Diabetes Indonesia Seri 5 Persatuan Diabetes
Indonesia. Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia (YADINA)
Sari, R. N, (2012). Diabetes Melitus (Dilengkapi Dengan Senam DM).
Yogyakarta: Medika Book.
Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Sinaga, J, (2011). Pengaruh Senam Diabetes Melitus Terhadap Kadar Glukosa
Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Darusalam Medan.
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Wawan dan Dewi (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Medical Book