GAMBARAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN FAKTOR RISIKO …
Transcript of GAMBARAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN FAKTOR RISIKO …
1
GAMBARAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEMATIAN BERDASARKAN
LAPORAN SURVEILANS HIV/AIDS DI DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2013-2014
Rattih Diyan Pratiwi, Renti Mahkota
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Jumlah kasus HIV/AIDS yang meningkat di Provinsi DKI Jakarta menjadi posisi yang pertama dibandingkan daerah lain. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran kematian berdasarkan karakteristik individu dan faktor risiko pada ODHA di Provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Surveilans Penderita HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2014. Sampel berjumlah 1575 responden, merupakan pasien HIV/AIDS yang terlapor dari rumah sakit di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menemukan angka kematian terhadap kasus HIV/AIDS sebesar 11 kematian per 100 kasus, serta didapatkan proporsi kematian tertinggi pada kelompok umur 26-45 tahun, mereka yang bekerja, yang berdomisili di wilayah Jakarta Timur, dan perbandingan laki-laki terhadap perempuan adalah 3:1. Berdasarkan faktor risiko penularan yang tertinggi ialah melalui hubungan heteroseksual, kadar CD4 <200/µl, dan kematian yang disertai dengan infeksi oportunistik. Berdasarkan karakteristik individu dan faktor risiko didapatkan adanya hubungan kelompok umur >45 tahun (PR=4,1; 95%CI:4,03-4,37), kelompok umur 26-45 tahun (PR=2,4; 95%CI:2,03-2,87), kelompok umur 12-25 tahun (PR=2,1; 95%CI:1,88-2,42), penggunaan narkotika suntik (PR=1,6; 95%CI: 1,12-2,23), jumlah CD4<200 (PR=4,1; 95%CI:1,62-10,22), infeksi oportunistik (PR=1,6; 95%CI:1,1-2,37) dengan kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS. Perlu dilakukan adanya program pencegahan dan penanggulangan serta diagnosis dini pada kelompok yang mulai berisiko.
Kata Kunci: Kematian, HIV/AIDS, individu, faktor risiko.
Overview of Individual Characteristics and Risk Factors According to A Report on Surveilance of HIV/AIDS in Health Departement of DKI Jakarta
2013-2014
Abstract
The number of HIV / AIDS is increasing in Jakarta became the first position compared to other regions. This study aims to look at the overview of death based on individual characteristics and risk factors in people living with HIV in Jakarta year 2013-2014. This research is a quantitative research with cross sectional study design using secondary data Surveillance in Health Departement of DKI Jakarta Year 2013-2014. The sample totaled 1575 respondents. This study found the death rate for HIV / AIDS cases by 11 deaths per 100 cases, the highest proportion of deaths in the age group 26-45 years, those who work, live in East Jakarta, and the ratio of men to women is 3: 1, through heterosexual transmission, CD4 count <200 / ml, and death are accompanied by opportunistic infections. There are correlation between age > 45 years (PR = 4.1; 95% CI: 4.03-4.37), age 26-45 years (PR = 2.4; 95% CI : 2.03-2.87), age 12-25 years (PR = 2.1; 95% CI: 1.88- 2.42), IDU (PR=1,6; 95%CI: 1,12-2,23), CD4 <200/ml (PR = 4.1; 95% CI : 1.62-10.22), opportunistic infections (PR = 1.6; 95% CI: 1.1- 2.37) with deaths caused by HIV / AIDS. Needs to be done for prevention and control program, and early diagnosis on start-risk groups.
Keywords: Death, HIV/AIDS, individual, risk factor.
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
2
Pendahuluan
Penyebab kematian penduduk dunia tahun 2030 yang diakibatkan oleh penyakit
menular diestimasikan akan semakin menurun, tetapi kematian yang disebabkan
oleh HIV/AIDS akan terus meningkat(Mathers dan Loncar, 2006 dalam Laksana
dan Lestari, 2010). UNAIDS melaporkan bahwa setiap hari di dunia terdapat 7000
kasus baru infeksi HIV atau sekitar masing-masing 5 pria, wanita, dan anak-anak
per menit.Lebih dari 50% kasus baru infeksi HIV terjadi pada orang yang berumur
15-24 tahun yang disebabkan oleh transmisi seksual. Di akhir tahun 1998,
UNAIDS menyatakan bahwa AIDS merupakan penyakit infeksi yang paling
mematikan di dunia. Sedangkan jika dibandingkan dengan penyebab kematian
lainnya, AIDS menempati urutan ke enam.Peter Piot, pendiri UNAIDS
menyatakan bahwa kejadian ini sangat memperihatinkan dikarenakan penyebaran
infeksi HIV/AIDS masih tidak terkontrol ketika telah diketahui cara untuk
mencegah penyebarannya.Pada akhir tahun 2012 dilaporkan 1,5 juta kasus AIDS
dan 655.000 orang yang meninggal yang disebabkan oleh HIV/AIDS (Stine,
2012).
Pada tahun 2012 sekitar 90% infeksi tersebut berasal dari negara berkembang
yang mana kegiatan pengobatan dan vaksin masih belum berjalan efektif (Stine,
2012).Sementara di Indonesia sejak dilaporkan pertama kali pada tahun 1987,
jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan terus meningkat. Pada tahun 2012
Kemenkes RI mengestimasikan jumlah ODHA (Orang yang hidup dengan
HIV/AIDS) mencapai angka 608.667 kasus dan total infeksi baru HIV sebesar
76.240 kasus.Namun sampai pada akhir September 2014 tercatat sejumlah
150.296 kasus HIV dan 55.799 kasus AIDS (Ditjen PP & PL Kemenkes, 2014).
Angka tersebut dapat menunjukkan fenomena “gunung es” masalah yang mana
jumlah kasus yang terlapor lebih sedikit daripada masalah sebenarnya yang ada.
Pada periode tahun 2005 hingga 2014 jumlah infeksi HIV tertinggi berada di
Provinsi DKI Jakarta sejumlah 31.586 kasus, kemudian diikuti dengan Jawa
Timur dan Papua denganjumlah 18.210 kasus dan 15.686 kasus. Sementara
jumlah AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua sejumlah 10.184 kasus, kemudian
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
3
diikuti oleh Jawa Timur dan DKI Jakarta sejumlah 8.976 kasus dan 7.477 kasus
(Ditjen PP & PL Kemenkes, 2014).
Jakarta merupakan ibukota negara yang diharapkan dapat dijadikan sebagai
contoh bagi daerah lainnya dengan tetap menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan menjadi lebih baik. Berdasarkan laporan surveilans HIV/AIDS Dinas
Provinsi DKI Jakarta terjadi perubahan yang fluktuatif yang mana sejak tahun
2013 hingga 2014 angka kematian yang disebabkan oleh AIDS mencapai lebih
dari 10 kematian per 100 kasus AIDS. Sedangkan secara nasional jumlah
kematian yang disebabkan oleh AIDS berkisar antara 3-5 kematian per 100 kasus.
Berdasarkan penelitian mengenai keterkaitan insidens AIDS dengan kematian di
Inggris, Kanada, dan Kolumbia, rata-rata kematian terjadi pada umur 41 tahun,
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Selain itu infeksi
oportunistik yang muncul paling banyak ialah Pneumocystis jirovecii
peneumonia, kandidiasis yang menyerang saluran pernapasan, wasting syndrome,
serta masih banyak jenis infeksi oportunistik lain yang menyertai kematian yang
disebabkan oleh HIV/AIDS. Pada penelitan tersebut juga dikatakan bahwa
walaupun angka kematian mengalami penurunan di sepanjang waktu, namun ada
faktor-faktor yang masih dapat digunakan untuk mengendalikan epidemi AIDS
untuk mencapai generasi yang bebas HIV/AIDS (Vivian D Lima, 2015). Dalam
penelitan oleh Ruslialdi, 2013 juga menyatakan bahwa terdapat berbagai fakor
yang barkaitan dengan kematian yang diakibatkan oleh AIDS pada pasien
HIV/AIDS di RS Cipto Mangunkusumo berupa faktor individu seperti umur, jenis
kelamin, dan status pekerjaan, faktor risiko penularan, kadar CD4, jumlah infeksi
oportunistik dan penyakit penyerta lainnya, status gizi, hingga kondisi psikologis
pasien.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui besaran masalah kematian yang
disebabkan oleh HIV/AIDS serta hubungannya dengan faktor individu, kadar
CD4, serta infeksi oportunistik dan penyakit lainnya pada pasien HIV/AIDS di
wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan data laporan surveilans
penderita AIDS Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2013- 2014.
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
4
Tinjauan Teoritis
Infeksi HIV merupakan infeksi yang diakibatkan oleh virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV).Sementara AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala keruntuhan kekebalan tubuh dengan gejala
penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu. Virus HIV ditemukan oleh
Montaigner, seorang ilmuwan Perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang
mengisolasi virus dari penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada
waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) (Montaigner L,
1987 dalam Harahap, 1990). Suatu kelompok studi pada analisis retrospektif pada
laporan kasus kematian diantara orang yang dirawat karena HIV/AIDS di
Amerika Utara dan Eropa anatara tahun 1996 hingga 2006 menemukan bahwa
angka kematian terus menurun dari waktu ke waktu dari 58% selama tahun 1996-
1999 menjadi 44% dari tahun 2003-2006.
Terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi progresifitas infeksi HIV
yaitu faktor Host yang meliputi tingkah laku dan keaktifan penderita dalam
menyikapi penyakitnya.Faktor imunologis dinyatakan melalui kerentanan dan
respon imun seseorang, sedangkan faktor virologis dinyatakan melalui jenis virus
HIV yanag menginfeksi. Selain itu nnilai CD4 dan HIV-RNA merupakan tanda
baku untuk melakukan monitoring penyakit. akan tetapi pengukuran parameter ini
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga dibutuhkan marker atau penanda
lain. Penelitian di Durban, Afrika Selatan melaporkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian sebelum mendapatkan ARV adalah CD4 yang rendah,
HIV-RNA yang tinggi, anemia ringan sampai berat, indeks massa tubuh yang
rendah, peningkatan kadar asparate aminotransferase, riwayat infeksi oportunistik
dan depresi serta usia dan stadium penyakit (Cox dan Oakes, 1984).
Tingginya angka kematian AIDS disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya
adalah penanganan penderita yang kurang tepat seperti diagnosis yang terlambat
terhadap gejala dan infeksi oportunistik yang terjadi. Infeksi oportunistik yang
terjadi ialah seperti kandidiasis, ensefalitis, PCP, herpes simpleks,
kriptosporodiosis, histoplasmosis, hingga berbagai infeksi lainnya.HIV sering kali
disertai dengan komplikasi hematologis contohnya anemia.
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
5
Jika dilihat dari harapan hidup seseorang dengan HIV/AIDS dalam sebuah study
dari (Samji, et al., 2013) bahwa harapan hidup tinggi pada orang dengan
kelompok umur dewasa muda. Studi ini juga memperkirakan harapan hidup yang
sebanding untuk masyarakat umum pada usia 20 adalah 59,7 tahun untuk laki-laki
di Kanada 57 tahun untuk laki-laki di Amerika Serikat, 63,9 tahun untuk
perempuan di Kanada dan 16,7 tahun untuk perempuan di Amerika Serikat. Laki-
laki dan perempuan memiliki harapan hidup yang sebanding selama periode studi
ini 53,4 tahun untuk laki-laki dan 47,3 tahun untuk perempuan. Yang artinya ada
pengaruh usia dalam kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS sementara tidak
ada perbedaan yang signifikan dalam harapan hidup berdasarkan jenis kelamin
dan harapan hiudp lebih tinggi pada laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa
sebenarnya ada perbedaan antara harapan hidup antara laki-laki dan
perempuan.Hal tersebut mungkin saja disebabkan oleh karena akses perawatan
HIV yang terlambat serta riwayat penggunaan narkoba suntik.
Selain faktor usia dan jenis kelamin, ras juga mempengaruhi harapan hidup pada
seorang dengan HIV/AIDS. Pada studi tersebut dikatakan bahwa harapan hidup
seorang yang tidak berkulit putih lebih rendah jika dibandingkan dengan orang
yang berkulit putih.Hal tersebut dipengaruhi oleh riwayat penggunaan narkoba
suntik serta jumlah CD4 yang rendah (Samji, et al., 2013).Hal tersebut dapat
mencerminkan perbedaan kondisi sosial
Faktor risiko penularan merupakan faktor yang berkaitan langsung dengan
kejadian penularan HIV/AIDS. Akan tetapi pada kejadian kematian faktor ini
tidak berhubungan secara langsung. Penularan dapat terjadi dengan berbagia cara.
Seperti penularan melalui hubungan seksual, transmisi darah, maupun melui
penularan dari ibu ke anak.Cara penularan seksual terdiri dari berbagai jenis
penularan yaitu hubungan seksual sesama jenis, berbeda jenis, serta biseksual.
Sementara untuk penularan yang melalui transmisi darah data terjadi melalui
transfuse darah, pencangkokan organ, dan kegiatan permedisan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian simanjuntak, 2010 penggunaan narkotika suntik
memiliki risiko lebih tinggi terjadinya HIV/AIDS dibandingkan Faktor tisiko
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
6
lainnya. Akan tetapi cara penularan terbanyak HIV/AIDS ialah melalui
hubunngan heteroseksual (Semba dan Tang, 1999).
Kadar CD4 merupakan faktor penentu dalam kelangsungan hidup seseorang
dengan HIV/AIDS. Jika seseorang telah memiliki CD4< 200/µl menurut
pengkategorian CDC, maka kondisi orang tersebut telah memasuki fase AIDS
tanpa melihat kembali gejala lain ataupun infeksi lainnya. Sel CD4 merupakan sel
penanda akan ketahanan tubuh seseorang yang muncul bila adanya virus HIV
yang masuk ke dalam tubuh seseorang. Kadar CD4 seseorang dipengaruhi oleh
konsumsi obat ARV, kondisi gizi, imunitas, dan viral load. Jika seseornag yang
tidak atau belum mengkonsumsi obat ARV maka kemungkinan kadar CD4 akan
menurun, hal tersebut juga dapat dipengaruhi jika kadar gizi seseorang
memburuk serta imunitas yang menurun. Dengan rendahnya CD4 maka akan
secara langsung dapat mempengaruhi kemtian atau kualitas hidup orang dengan
HIV/AIDS (Dareel E.Ward, 1999).
AIDS akan mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 2 tahun, sebagia
akibat langsung dari salah satu atau lebih infeksi oportunistik. Angka IO sudah
menurun secara dramatis sejak tersedia terapi antiretroviral. Namun IO masih
menimbulkan masalah terutama untuk orang yang diketahui terinfeksi HIV setelah
terdeteksi dengan komplikasi IO (IOM, 2010 dalam Lubis,2012). Banyak orang
yang masih di rawat inap di rumah sakit dengan IO yang berat sperti tuberkulosis.
Jika tidak diobati, maka virus akan menghancurkan sel-sel penting kekebalan
tubuh. Kondisi yang dihasilkan berupa AIDS yang akan meningkatkan
kemungkinan bahwa orang yang terinfeksi akan mendapatkan infeksi yang
mengancam jiwa seperti oleh organisme oportunistik yang biasanya tidak
menyebabkan penyakit (Lubis, 2012).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan disain potong lintang (cross sectional). Desain
tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian untuk mempelajari gambaran dan
hubungan antara karakteristik individu dan faktor risiko dengan dampak yang
dalam penelitian ini adalah kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS dengan
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
7
cara pendekatan observatif atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin
time approach). Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari faktor
individu, faktor risiko, jumlah CD4, dan infeksi oprtunistik serta penyakit
penyerta lainnya. Sedangkan variabel independen adalah kematian pasien yang
disebabkan oleh HIV/AIDS. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang berasal dari data laporan surveilans HIV/AIDS Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien
HIV/AIDS di Jakarta yang terlapor di sistem surveilans HIV/AIDS Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013-2014. Untuk pemilihan sampel,
peneliti menggunakan total sampling pada keseluruhan data terlapor yang terdapat
dalam sistem surveilans HIV/AIDS Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Namun disertai dengan kriteria inklusi merupakan kasus HIV/AIDS yang terlapor
pada sistem surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013-
2014 yang berasal dari luar Jakarta. Akan tetapi tetap diperhitungkan besar sampel
minimum sejumlah 1127, sehingga didapatkan total sampel sebesar 1575
responden.
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi.
Analisis bivariat juga dilakukan untuk melihat proporsi dan hubungan berbagai
faktor risiko yang mampu mempengaruhi kematian pada penderita HIV/AIDS di
wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2014. Proporsi yang digambarkan
antara lain proporsi karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, domisili; faktor risiko penuran; kadar CD4 yang meliputi macam tes
yang dilakukan, hasil tes, dan jumlah limfosit/CD4; serta infeksi oportunistik dan
penyakit lainnya yang meliputi jenis infeksi oportunistik.
Hasil
Dari penelitian ini didapatkan beberapa hasil gambaran karakteristik dan faktor
risiko yang berkaitan dengan kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS
berdasarkan laporan surveilans di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun
2013-2014 seperti berikut:
Tabel.1 Distribusi Kematian Berdasarkan Laporan Surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2014
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
8
Tahun Meninggal Proporsi Kematian terhadap kasus (%) Frekuensi Persentase (%)
2013 155 85,2 11,4 2014 27 14,8 12,2
Berdasasarkan hasil analisis terlihat bahwa jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS pada laporan surveilans Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 sejumlah 85,2% atau 155 orang dan menurun menjadi 14,8% atau 27 orang pada tahun 2014. Akan tetapi proporsi kematian yang disaebabkan oleh HIV/AIDS terhadap kasus di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013 sebesar 11,4 atau dengan kata lain telah meninggal 11 orang dari 100 orang dengan HIV/AIDS. Kemudian pada tahun 2014 angka tersebut meningkat menjadi 12 kematian per 100 kasus.
Tabel.2 Distribusi Kematian Berdasarkan Karakteristik Individu pada Laporan Surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2014
Variabel Meninggal Frekuensi Persentase (%)
Umur Anak-anak (≤11 Tahun) 3 1,6 Remaja (12-25 Tahun 18 9,9 Dewasa (26-45 Tahun) 128 70,3 Lansia (45-65 Tahun) 29 15,9 Manula (>65 Tahun) 4 2,2 Jenis Kelamin Laki-Laki 128 70,3 Perempuan 54 29,7 Pekerjaan Tidak Bekerja 23 17,7 Bekerja 127 82,3 Wilayah (Domisili) Jakarta Pusat 28 15,4 Jakarta Barat 28 15,4 Jakarta Timur 50 27,5 Jakarta Selatan 40 22,0 Jakarta Utara 36 19,8
Berdasarkan hasil ananlisis terlihat bahwa jumlah kematian yang disebakan oleh
HIV/AIDS jika dilihat berdasarkan variabel umur maka proporsi kematian
tertinggi terjadi pada kelompok umur dewasa sekitar 70,3% (128 Kematian)
kemudian diikuti dengan lansia, remaja, manula dan anak-anak dnegan masisng-
masing berjumlah 15,9% (29 kematian), 9,9% (18 kematian), 2,% (4 kematian)
dan 1,6% (3 kematian). Kemudian jika kematian berdasarkan jenis kelamin maka
proporsi laki-laki lebih banyak 70,3% (128 kematian) dibandingkan perempuan
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
9
yang sebesar 29,7% atau sejumlah 54 kematian. Sedangkan jika dlihat
berdasarkan pekerjaan maka akan didapatkan proporsi kematian terbesar pada
orang yang memiliki status bekerja sejumlah 82,3%. Sedangkan pada kelompok
tidak bekerja dan tidak tahu masing-masing sebesar 17,7% (23 kematian) dan
15,7% (32 kematian). Sementara jika dilihat dari wilayah atau domisili pasien
maka proporsi kematian tertinggi terdapat di wilayah Jakarta Timur sebesar 27,5%
(50 kematian) kemudian proporsi Kematian pada Jakarta Selatan dan Jakarta
Utara sebesar 22% (40 kematian) dan 19,8% (36 kematian) sedangkan Jakarta
Pusat dan Jakarta Barat masing-masing sebesar 15,4% (28 kematian).
Tabel.3 Distribusi Kematian Berdasarkan Faktor Risiko, Jumlah CD4, dan Infeksi Oportunistik pada Laporan Surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2013-2014
Variabel Meninggal Frekuensi Persentase (%)
Faktor Risiko Homoseksual 5 2,7 Biseksual 0 0 Transfusi darah/ cangkok organ/ produk darah 2 1,1 Heteroseksual 114 62,6 Perinatal 2 1,1 Pengguna Narkotika suntik (IDU) 59 32,4 Jumlah Limfosit/ CD4 <1000 sel limfosit/ µl (setara dengan CD4<200 sel/µl) 75 93,7 1000-2000 sel limfosit/ µl (setara dengan CD4 200-500 sel/µl)
5 6,3
Gejala Klinis dan Infeksi Oportunistik Ada 36 19,8 Tidak Ada 146 80,2
Berdasarkan hasil analisi terlihat bahwa proporsi faktor risiko pada kematian yang
disebabkan oleh HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2014 tertinggi
ialah pada faktor penulanan melalui heteroseksual sebesar 62,6% (114 kematian),
kemudian melalui faktor risiko pengguna narkotika suntik sebesar 32,4%,
sementara pada faktor risiko penularan melalui homoseksual dan perinatal
masing-masing sebesar 2,7% (5 kematian) dan 1,1% (2 kematian) sedangkan pada
biseksual tidak ada kematian. Kemudian pada variabel jumlah limfosit/CD4
didapatkan proporsi kematian sebesar 93,7% atau 75 kematian dengan jumlah sel
limfosit <100/ µl atau setara dengan CD4<200/ µl sedangkan sebesar 6,3% atau 5
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
10
kematian dengan sel limfosit sebesar 1000-2000 sel limfosit/ µl atau CD4 200-500
sel / µl. Sementara untuk variabel gejala klinis proporsi terbesar terdapat pada
kematian dengan gejala ≤3 sebesar 54,5% (99 kematin). Sedangkan untuk
kematian dengan >3 gejala sebesar 45,6% (83 kematian). Sedangkan untuk
variabel infeksi oportunistik, proporsi kematian tersbesar terjadi pada kategori
tidak ada IO sebesar 80,2% (146 kematian) dibanding dengan ada infeksi
oportunistik sebesar 19,8% (36 kematian).
Tabel.4 Hubungan Kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS dengan Karakteristik Individu Berdasarkan Laporan Surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2013-2014
Variabel Meninggal Hidup PR (CI 95%)
P Value n % n %
Umur Lansia (>45 tahun) 29 17,7 135 82,3 4,1 (4,03-4,37) 0,017
Dewasa (26-45 tahun) 128 11,3 1004 88,7 2,4 (2,03-2,86) 0,041
Remaja (12-25 tahun) 18 9,9 163 90,1 2,1 (1,88-2,42) 0,029
Anak (<12 tahun)
3 5 57 95 1
Jenis Kelamin Laki-laki 128 11,2 1013 88,8 0,9 (0,63-1,24) 0,537 Perempuan 54 12,4 380 87,6 1 Pekerjaan Bekerja 127 11,1 1015 88,9 1,2 (0,55-1,42) 0,728 Tidak Bekerja 23 10 206 90 1
Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat bahwa 17,7% orang dengan HIV/AIDS
yang termasuk lansia meninggal, kemudian pada kelompok umur dewasa yang
meninggal sebesar 11,3%, kelompok umur remaja sebesar 9,9% dan pada
kelompok anak-anak sebesar 5%. Dari hasil analisis didapatkan PR sebesar 4,1
(95%CI: 4,03-4,37) pada kelompok umur lansia yang artinya kelompok umur
lansia berisiko 4 kali untuk meninggal jika dibandingkan dengan kelompok anak-
anak. P value dari uji statistik adalah 0,017 yang artinya ada hubungan antara
kelompok umur lansia dengan kematian. Sedangkan pada kelompok dewasa
didapatkan PR sebesar 2,4 (95% CI: 2,03-2,86) yang artinya kelompok umur
dewasa berisiko 2,4 kali lebih tinggi untuk meninggal dibandingkan dengan anak-
anak. P value dari uji statistik ini adalah 0,041 yang artinya ada hubungan antara
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
11
kelompok umur dewasa dengan kematian. Sementara pada kelompok umur remaja
tdidapatkan PR 2,1 (95% CI:1,88-2,42) yang artinya kelompok umur remaja
berisiko 2 kali untuk meninggal dibandingkan dengan anak-anak. P value daru uji
statistik ini adalah 0,029 yang artinya ada hubungan anatara kelompok umur
remaja dengan kematian.
Hasil analisis berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa 11,2% orang dengan
HIV/AIDS berjenis kelamin laki-laki meninggal, sedangkan pada perempuan
sebesar 12,4%. Dari hasil didapatkan PR 0,9 (95%CI: 0,63-1,24) yang artinya
tidak ada perbedaan risiko dalam kematian diantara orang dengan HIV/AIDS laki-
laki ataupun perempuan. P value uji statistik ini sebesar 0,537 yang artinya tidak
ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dan kematian yang disebabkan oleh
HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2014.
Sedangkan hasil analisis kematian berdasarkan pekerjaan didapatkan 11,1% orang
yang bekerja meninggal dan 10% orang yang tidak bekerja meninggal. Dari hasil
analisis didapatkan PR 1,2 (95% CI: 0,551,1,42) yang artinya tidak ada perbedaan
yang signifikan antara status pekerjaan. P value uji stastik ini sebesar 0,728 yang
artinya tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan kematian yang
disebabkan oleh HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta tahun2013-2014.
Tabel.5 Hubungan Kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS dengan Faktor Risiko, Jumlah CD4, dan Infeksi Oportunistikdi Berdasarkan Laporan Surveilans HIV/AIDS di
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2014
Variabel Meninggal Hidup PR (CI 95%)
P Value n % n %
Faktor Risiko Penularan Penasun/ IDU 59 15,5 322 84,5 1,6(1,12-2,23) 0,007 Bukan Penasun 123 10,3 1071 89,7 1
Jumlah limfosit /CD4 <1000/µl (CD4 <200/µl)
75 93,8 590 78,7 4,1 (1,62-10,22) 0,001
1000-2000/µl (CD4 200-500/µl)
5 6,3 160 21,3 1
Infeksi Oportunistik dan Gejala Klinis
Ada 36 8,3 398 91,7 1,6 (1,10-2,37) 0,013 Tidak Ada 146 12,8 995 87,2 1
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
12
Dari hasil analisis didapatkan sekitar 15,5% orang dengan HIV/AIDS yang
tertular melalui penggunaan narkotika suntik telah meninggal, sementara 10,3%
lainnya meninggal tidak melalui faktor risiko penularan tersebut. Dari hail analisis
diketahui PR 1,6 (95% CI: 1,12-2,23) yang artinya orang dengan faktor risiko
penularan melalui penggunaan narkotika suntuik berisisko 1,6 kali untuk
meninggal daripada yang tidak melalui faktor risiko penularan tersebut. P value
dari uji statistik ini adalah 0,007 yang artinhya ada hubungan antara faktor risiko
penularan HIV/ID melalui penggunaan narkotika suntik dengan kejadian
kematian.
Dari hasil analisis didapatkan sekitar 93,8% orang dengan HIV AIDS yang jumlah
limfosit mencapai kurang dari 1000 sel/µl atau setara dengan CD4 kurang dari
200/µl telah meninggal. Sementara 6,3% meninggal pada orang dengan jumlah
limfosit 1000-2000 sel/µl atau setara dengan CD4 200-500/µl . Dari hasil analisis
didapatkan PR 4,1 (95% CI: 1,62-10,22) yang artinya orang dengan jumlah
limfosit mencapai kurang dari 1000 sel/µl atau setara dengan CD4 kurang dari
200/µl beriiko 4 kali untuk meninggal daripada orang dengan jumlah limfosit
1000-2000 sel/µl atau setara dengan CD4 200-500/µl. P value dari uji statistik ini
adalah 0,001 yang artinya ada huubngan antara jumlah limfosit atau CD4
terhadap kejadian kematian pada orang dengan HIV/AIDS di wilayah Provinsi
DKI Jakarta Tahun 2013-2014.
Dari hasil analisis didapatkan 8,3% orang yang memiliki oportunistik meninggal
sementara 12,8% lainnya meninggal dengan tidak memiliki infeksi oportunistik.
Didapatkan PR 1,6 (95% CI: 1,10-2,37) yang artinya orang yang memiliki infeksi
oprtunistik berisiko 1,6 kali untuk meinggal dibandingkan dengan orang yang
tidak memiliki infeksi oportunistik. P value dari uji statistik ini adalah 0,013 yang
artinya ada hubungan antara infeksi oportunistik dengan kematian yang
disebabkan oleh HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta Ttahun 2013-2014.
Pembahasan
Dari hasil analisis terlihat bahwa proporsi kematian di wilayah Provinsi
DKI Jakarta pada tahun 2013 sebesar 85,2% kemudian menurun pada tahun 2014
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
13
dengan jumlah 14,8%. Sedangkan untuk CFR mengalami peningkatan dari tahun
2013 dengan nilai 11,4 menjadi 12,2. Yang artinya kematian yang disebabkan
oleh yang terjadi diantara orang dengan HIV/AIDS meningkat sebesar 11
kematian menjadi 12 kematian dari 100 kasus. Hal ini sesuai dengan hasil laporan
(Ditjen PP & PL Kemenkes, 2014) untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta. Akan
tetapi proporsi kematian terhadap kasus Provinsi DKI Jakarta lebih tinggi jika
dibandingkan dengan proporsi kematian terhadap kasus nasional sebesar 2
kematian per 100 kasus. Sementara dari hasil analisis terlihat bahwa proporsi
kematian tertinggi terletak pada kelompok umur dewasa sebesar 70,3%. Seperti
pada penelitian yang terjadi di Negara Kolumbia, Kanada dan Inggris tahun 1981
hingga 2013 dikatakan bahwa angka kematian tertinggi ialah pada kelompok usia
30-39 tahun (Vivian D Lima, 2015).
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin sebanyak 70,3% kematian terjadi
pada laki-laki sementara 29,7% lainnya pada perempuan. Hal ini juga sejalan pada
beberapa penelitian seperti (Ruslialdi, 2013); (Vivian D Lima, 2015); (Wolters
Kluwer Health | Lipincott Williams & Wilkins, 2010). Kemudian terjadi kematian
lebih banyak pada yang bekerja khususnya pada jenis pekerjaan tenaga non
profeional. Tingginya jumlah kematian pada kategori bekerja dapat terjadi karena
jenis pekerjaan yang termasuk ke dalam bekerja juga ada kelompok yang berisiko
seperti pekerja seksual. Kematian juga mulai tinggi terjadi pada kelompok ibu
rumah tangga. Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian
yang diakibatkan oleh HIV/AIDS:
1. Umur
Dari hasil penelitan didapatkan adanya hubungan antara umur dengan kematian
yang disebabkan oleh HIV/AIDS. Terlihat risiko kematian semakin tinggi pada
kelompok umur yang semakin tua. Hal ini dapat dikarenakan dengan kondisi
tubuh dari kelompok umur baik secara biologis maupun psikologis. Kelompok
umur yang lebih tua kemungkinan memiliki beban masalah lain yang lebih
besar dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda. Atau hal tersebut
dapat terjadi karena keterlambatan dalam mendiagnosis penyakit. karena
adanya keterlambatan maka proporsi orang dengan HIV/AIDS yang meninggal
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
14
pada kelompok umur lebih tua lebih banyak karena baru terdiagnosis pada
umur yang telah mencapai kategori tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Ruslialdi, 2010 yang mendapatkan risiko kematian pada kelompok
usia lebih dari 30 tahun lebih tinggi daripada orang dengan usia kurang dari 30
tahun. Sementara pada penelitian di wilayah Afrika Selatan didapatkan
kematian yang disbabkan oleh HIV/AIDS tinggi pada usia kurang dari 1 tahun
dan pada kelompok umur dewasa antara 25-60 tahun (Groenewald, et al., 2005)
2. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian ini didapatkan proporsi kematian pada laki-laki yang
tinggi sekitar 70,3%. Namun tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan
kematian pada orang dengan HIV/AIDS. Hal ini berbeda dengan penelitian
Lippincott Williams dan Wilkins, 2010 yang menyatakan bahwa laki-laki
berisiko 1,32 kali terhadap kematian dibandingkan perempuan. Hal tersebut
dapat terjadi kemungkinan dikarenakan aktivitas laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan, sehingga kemungkinan adanya pengaruh lain
yang menyebabkan kematian pada laki-laki. Pada penelitian simajuntak
dikatakan bahwa proporsi laki-laki lebih tinggi namun proporsi perempuan
cenderung meningkat (Simanjuntak, 2010).
3. Faktor Risiko Penularan
Dari hasil analisis terlihat bahwa sebagian besar tidak ada hubungan antar
faktor risiko penularan dengan kematian. Hanya pada faktor risiko penasun
saja yang memiliki hubungan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan faktor risiko
penularan tidak berhubungan langsung dengan kematian melainkan sebatas
terjadinya penularan dari orang yang terinfeksi kepada orang lain. Pada
penelitian ini didapatkan faktor risiko yang berhubungan adalah pada
penggunaan narkotika suntik yang berisiko sekitar 1,6 kali untuk meninggal.
Hal ini kemungkinan adanya pengaruh adiksi yang terdapat pada narkotika
tersebut sehingga mempengaruhi kualitas hidup dari orang dengan HIV/AIDS
tersebut. Oleh karena itu kesinambungan antara penanggulangan HIV/AIDS
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
15
dan narkoba harus sejalan khususnya pada orang dengan HIV/AIDS dan yang
juga mengkonsumsi narkoba (Atmosurkarto, 1993)
4. Jumlah CD4
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kadar CD4 atau Limfosit memiliki
hubungan dengan kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS. Diketahui bahwa
orang yang memiliki kadar CD4<200/µl berisiko 4 kali untuk meninggal. Hal
ini sejalan dengan penelitian Dewina, 2012 dan Ruslialdi, 2014. Namun
dengan adanya pengobatan ARV dapat membantu menjaga kualitas hidup
orang dengan HIV/AIDS dengan menjaga jumlah limfosit atau kadar CD4
pada orang dengan HIV/AIDS agar tidak berkurang dari 200/µl. Obat yang
menyembuhkan HIV sendiri masih belum ditemukan namun dengan adanya
ARV dapat membantu mengurangi risiko mortalitas dan morbiditas yang
disebabkan oleh HIV/AIDS (Oktarina, et al., 2009).
5. Infeksi Oportunistik
Dari hasil peneltian ini didapatkan bahwa adanya hubungan antara keberadaan
infeksi oportunistik dengan kematian yang disebaban oleh HIV/AIDS. Dengan
risiko 1,6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
infeksi oportunistik. Hal ini sejalan dengan penelitian (Wolters Kluwer Health |
Lipincott Williams & Wilkins, 2010) dan (Vivian D Lima, 2015).Pada
penelitian (Somia, et al., 2010) dikatakan bahwa koinfeksi pada seseorang
dengan HIV/AIDS menebabkan dampak saling mempengaruhi. Seperti
contohnya pada infeksi HCV pada penderita HIV akan menyebabkan
peningkaan progresifitas infeksi HIV, mempengaruhi toksisitas obat-obat ARV
hati, menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan mortalitas. Namun
sebaliknya infeksi HIV dilaporkan mempercapat progresifitas infeksi HCV,
meningkatkan kecepatan terjadinya kegagalan hati, dan menimbulkan
keganasan hepatoselular. Namun pada penelitian ini proporsi orang dengan
HIV/AIDS yang memiliki infeksi oprtunistik dan gejala klinis lainnya lebih
sedikit jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki. Hal ini sesuai dengan
penelitian (Atmosurkarto, 1993) yang mana diperkirakan bahwa 5-10 juta
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
16
orang yang mengidap HIV belum menunjukkan gejala. Hal tersebut dapat
menjadi sumber penularan tanpa disadari.Oleh karena itu perlu adanya
diagnosis dini pada kelompok-kelompok yang sudah mulai dianggap berisiko.
Kesimpulan
1. Dari hasil penlitian ini didapatkan proporsi HIV meningkat pada tahun 2013
sebesar 39,4% menjadi 57,% pada tahun 2014. Sementara proporsi AIDS di
propinsi DKI Jakarta menurun pada tahun 2013 sebesar 60,6% menjadi
42,5% pada tahun 2014.
2. Angka kematian kasus HIV/AIDS di propinsi DKI Jakarta Tahun 2013
mencapai 11 orang per 100 kasus dan meningkat menjadi 12 orang per 100
kasus pada tahun 2014 melebihi angka kematian kasus HIV/AIDS secara
nasional.
a. Sebesar 70,3% kematian terjadi pada kelompok umur dewasa.
b. Perbandingan kematian pada laki-laki dan perempuan ialah 3:1
c. Pada orang yang bekerja kematian terjadi lebih tinggi
d. Jika dilihat dari wilayah yang tertinggi ialah pada wilayah Jakarta timur
3. Berdasarkan faktro risiko penularan kematian terjadi lebih banyak pada orang
yang faktor risiko penularannya melalui hungan heteroseksual yang tersebar
di wilayah Provinsi DKI Jakartadan penggunaan Narkotika Suntik yang
distribusi tertinggi pada wilayah Jakarta Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Sementara jika faktor risiko perinatal yang tertinggi ialah di wilayah Jakarta
Utara.
4. Hampir keseluruhan kematian yang terjadi memiliki jumlah kadar CD4
<200/µl.
5. Infeksi Oportunistik dan gejala klinis yang paling banyak dialami pada
kematian orang dengan HIV/AIDS adalaha gangguan respiratori
6. Ada hubungan antara karakteristik individu dengan kematian:
a. Kelompok umur lansia >45 tahun berhubungan dengan kematian
berdasarkan laporan surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan provinsi
DKI Jakarta tahun 2013-2014 (PR=4,1; 95% CI :4,03-4,37)
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
b. Kelompok umur dewasa 26-45 tahun berhubungan dengan kematian
berdasarkan laporan surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan provinsi
DKI Jakarta tahun 2013-2014 (PR=2,4; 95% CI :2,03-2,86)
c. Kelompok umur remaja 12-25 tahun berhubungan dengan kematian
berdasarkan laporan surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan provinsi
DKI Jakarta tahun 2013-2014 (PR=2,1; 95% CI :1,88-2,42)
7. Ada hubungan antara faktor risiko penggunaan narkotika suntik dengan
kematian berdasarkan laporan surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan
provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2014 (PR=1,6; 95% CI :1,22-2,23)
8. Adanya hubungan jumlah Limfosit /CD4 dengan kematian berdasarkan
laporan surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta tahun
2013-2014 (PR=4,1; 95% CI :1,62-10,22)
9. Adanya hubungan infeksi oportunistik dengan kematian berdasarkan laporan
surveilans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta tahun 2013-
2014 (PR=1,6; 95% CI :1,1-2,37).
Saran
1. Bagi Pengambil Kebijakan
a. Diharapkan adanya intervensi pada wilayah Jakarta Utara yang memiliki
faktor risiko penularan HIV/AIDS dengan proporsi kasus dan kematian
yang cukup tinggi ialah melalui perinatal. Sehingga perlu adanya
intervensi kepada ibu rumah tangga terkait pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS.
b. Diharapkan adanya kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di
wilayah Priovinsi DKI Jakarta untuk mengadakan intervensi terkait
pencegahan dan penanggulangan serta diagnosis dini terkait dengan
tingginya proporsi kasus dan kematian pada kelompok pekerja karyawan.
c. Diharapkan adanya kerjasama dengan lembaga permasyrakatan atau
rumah tahanan untuk mengadakan intervensi terkait pencegahan dan
penanggulangan serta diagnosis dini terkait dengan tingginya proporsi
kasus pada kelompok narapidana.
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
d. Diharapkan adanya diagnosis dini pada kelompok-kelompok yang mulai
berisiko, mengingat cukup besar proporsi kasus dan kematian akibat
HIV/AIDS yang tidak memunculkan gejala klinis atau infeksi berisiko.
2. Bagi Peneliti Lain
a. Perlu adanya penelitian lanjutan pada kelompok berikut dalam faktor-
faktor yang mempengaruhi penularan dan kematian yang diakibatkan oleh
HIV/AIDS pada kelompok karyawan dan ibu rumah tangga.
b. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan antara umur dengan
kematian. Apakah memang benar semakin tua umur seorang ODHA maka
akan semakin tinggi risiko untuk meninggal.
c. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan antara faktor risiko pada
saat terjadi penularan melalui penggunaan narkotika suntik dengan
kematian pada seorang ODHA.
d. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan terkait kemunculan
infeksi oportunistik dengan kematian, meski berhubungan namun proporsi
orang yang meninggal tanpa disertai dengan infeksi oportunistik cukup
tinggi.
3. Bagi Orang Dengan HIV/AIDS
a. Diharapkan dapat memantau dan menjaga jumlah CD4 agar tidak menurun
dengan mentaati terapi ARV bagi yang sudah memulai terapi.
b. Diharapkan segera memeriksakan diri jika dirasa telah melakukan kegiatan
berisiko, guna menghindari terjadinya keterlambatan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmosurkarto, K., 1993. Epidemiologi AIDS dan Pemberantasan di Indonesia. Media Litbangkes, Volume 3, pp. 13-17.
BPS, 2015. Badan Pusat Statistik. [Online] Available at: http://www.sirusa.bps.go.id [Accessed Senin Juni 2015].
Chin, J., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dir.PP&PL, 2011. Pedoman Nasional Tatalaksanan Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Ditjen PP & PL Kemenkes, R., 2014. Laporan Perkembangan HIV/AODS Triwulan III Tahun 2014, Jakarta: Kemenkes RI.
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
Groenewald, P. et al., 2005. Identifying Deaths from AIDS in South Africa. AIDS 2005, Volume 19, pp. 193-201.
KBBI, 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), versi online atau dalam jaringan. [Online] Available at: http://www.kbbi.web.id [Accessed Senin Juni 2015].
Laksana, A. S. D. & Lestari, D. W. D., 2010. Faktor-Faktor Risiko Penularan HIV/AIDS pada Laki-Laki dengan Orientasi Seks Heteroseksual dan Homoseksual di Purwokerto. Mandala of Health, pp. 113-123.
Laksana, A. S. D. & Lestari, S. W. D., 2010. Faktor-Faktor Risiko Penularan HIV/AIDS pada Laki-Lakau dengan Orientasi Seks Heteroseksual dan Homoseksual di Purwokerto. Mandala of Health, Volume 4, pp. 113-123.
L, M., 1990. In: Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Lubis, Z. D., 2012. Gambaran Karakeristik Individu dan Faktor Risiko Terhadap Terjadinya Infeksi Oportunistik pada Penderita HIV/AIDS di rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Tahun 2011. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Lubis, Z. D., 2012. Gambaran Karakteristik Individu dan Faktor Risiko Terhadap Terjadinya Infeksi Oportunistik pada Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso Tahun 2011. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Oktarina, Hanafi, F. & Budisuari, M. A., 2009. Hubungan Antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan, Sikap Terhadap HIV.AIDS pada Masyarakat Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Volume 12, pp. 362-369.
Permenkes, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Indonesia, Patent No. 21.
Prawitasar, J. E., Hastjarjo, T. D., Efensi, N. & Nasrorudin, 2008. Pengaruh Psikoterapi Transpersonal Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV dan IADS. Indonesian Pshychological Journal, Volume 24, pp. 1-16.
Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan, 2007. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ruslialdi, M. A., 2014. Determinan Utama Kematian Pasien di Unit Rawat Inap RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2008-2012, Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unniversitas Indonesia.
Samji, A. C. H., HOGG, R. & (NA-ACCORD), e. a., 2013. Clossing The Gapa: Increases in Life Expetancy Among Treated HIV-Positive Indiniduals in he United States and Canada. PLoS ONE, Volume 8(12).
Simanjuntak, E., 2010. Analisis Faktor Risiko Penularan HIV/AIDS di Kota Medan. Jurnal Pemabangunan Manusia, Volume 4.
Sofro, M. A. U., 2014. Terapi Terkini HIV-AIDS. CDK-213, Volume 41, pp. 150-151.
Somia, A., Utama, S., Purwati, T. & Wibawa, I. D. N., 2010. Karakteristik Pasien Ko-Infeksi HIV-HCV di RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam, Volume 11, pp. 77-81.
Stine, G. J., 2012. AIDS Update 2012: An Annual Overview of Acquired Immune Defiiciency Syndrome. New York: The McGraw Hill.
Tanjung, M., 2004. Kenali Kejahatan Narkoba HIV-AIDS. jakarta: Lembaga Terpadu Permasyarakatan Anti Narkoba HIV AIDS.
Tjokronegoro, A., Djoerban, Z. & Matondang, C. S., 1992. Seluk Beluk AIDS yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Utomo, B., 2007. Tantangan Pencapaian Millenium Develepment Goals (MDGs) Bidang Kesehatan di Indonesia. Kesehatan Masyarakat Nasional , pp. 233-239.
Vivian D Lima, L. L. B. Y. R. S. H. P. P. J. S. G. M., 2015. AIDS Incidensi and AIDS-Related Mortality in British, Columbia, Canada, Between 1981 and 2013: A Retrospective Study. Lancet HIV, pp. e92-97.
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015
Wolters Kluwer Health | Lipincott Williams & Wilkins, 2010. Factors associated with specfic causes of death amongst HIV-Positiv Idividuals in tha D:A:D Study. AIDS 2010, Volume 24, pp. 1537-1547.
Gambaran karakteristik..., Rattih Diyan Pratiwi, FKM UI, 2015