Gambar 3 : Lokasi Penelitian berdasarkan peta kawasan TNGMb · 31 B. Waktu Penelitian Penelitian...
Transcript of Gambar 3 : Lokasi Penelitian berdasarkan peta kawasan TNGMb · 31 B. Waktu Penelitian Penelitian...
29
BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung
Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan
Gunung Merbabu, yaitu di sekitar Blok Pandean dan Nglorokan, secara
administrasi berada di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, dan secara
Resort termasuk dalam wilayah kerja Resort Semuncar, Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah I Kopeng
Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan Inventarisasi hasil penelitian
sebelumnya yang menyebutkan bahwa rekrekan ditemukan di kedua blok
tersebut, hasil Survei yang dilakukan pada tahun 2011 oleh Balai Taman
Nasional Gunung di jumpai sebanyak 15 ekor, pada tahun 2012 hasil
Inventarisasi Primata oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu di
jumpai sebanyak 6 ekor dan pada tahun 2013 pada kegiatan Survei
Pendahuluan Rencana Aksi Surili Jawa di jumpai sebanyak 6 ekor; serta
hasil Survei Distribusi dan Populasi Surili Jawa oleh Kasih Putri dkk. pada
bulan Mei 2013 di temukan sebanyak 5 ekor;.
Menurut Satyatama (2008), dari empat buah jalur pendakian yang ada
di TNGMb, yaitu Jalur Tekelan-Puncak, Cuntel-Puncak, Wekas-Puncak,
dan selo-Puncak yang berhasil diinventarisasi dan diinterpretasi, hanya pada
jalur Selo -Puncak terjadi perjumpaan dengan Rekrekan. Lebih lanjut,
menurut Haryoso (2011) dari hasil pengamatan di sekitar jalur Selo-Puncak,
keberadaan rekrekan hanya dapat dijumpai pada blok Pandean dan
Nglorokan. Lokasi penelitian berdasarkan peta kawasan Taman Nasional
Gunung Merbabu tersaji pada gambar 3.
Gambar 3 : Lokasi Penelitian berdasarkan peta kawasan TNGMb
31
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 13 bulan, terhitung mulai Bulan Mei
2014 s/d Mei 2015 dengan rincian kegiatan pada Tabel 3 :
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Uraian Kegiatan Waktu (Bulan)
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 Penyusunan draf
proposal Ѵ
2 Penelitian
pendahuluan Ѵ Ѵ
3 Pengajuan Proposal
Penelitian Ѵ Ѵ
4 Seminar Proposal
penelitian Ѵ
5 Pengambilan data
penelitian Ѵ Ѵ
6 Pengolahan data
dan analisis data Ѵ Ѵ Ѵ
7 Penyusunan draf
hasil penelitian Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
8 Seminar hasil
penelitian Ѵ
C. Tata Laksana Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini secara observasi, deskriptif kualitatif dan
kuantitatif untuk mendapatkan gambaran umum habitat rekrekan (Presbytis
fredericae)
32
2. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang menjadi objek penelitian ini adalah rekrekan dan vegetasi,
sedangkan alat yang digunakan yaitu : Peta kawasan Taman Nasional
Gunung Merbabu, peta topografi, dan citra satelit google earth untuk
menentukan jumlah dan posisi unit sampling, Global Positioning System
(GPS) untuk menentukan keberadaan rekrekan, Meteran untuk mengukur
diameter pohon, kamera digital untuk merekam aktivitas penelitian, kompas
untuk menentukan arah mata angin tally sheet untuk mencatat data
lapangan. tambang plastik untuk menentukan jarak, teropong binokuler
untuk mengamati rekrekan. temperatur untuk mengukur suhu, soiltester
untuk mengukur pH dan kelembaban, serta thally sheet untuk mencatat data
lapangan.
3. Populasi dan sampel penelitian
Berdasarkan hasil inventarisasi terhadap rekrekan maka populasi
rekrekan terjadi penurunan jumlah pada lokasi jalur pendakian Selo (blok
Pandean), hasil Survei yang dilakukan pada tahun 2011 oleh Balai Taman
Nasional Gunung di jumpai sebanyak 15 ekor, pada tahun 2012 hasil
Inventarisasi Primata oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu di
jumpai sebanyak 6 ekor dan pada tahun 2013 pada kegiatan Survei
Pendahuluan Rencana Aksi Surili Jawa di jumpai sebanyak 6 ekor; serta
hasil Survei Distribusi dan Populasi Surili Jawa oleh Kasih Putri dkk. pada
bulan Mei 2013 di temukan sebanyak 5 ekor.
Sedangkan sampel penelitian adalah rekrekan (Prebytis fredericae)
atau monyet yang berukuran antara 42-61cm dengan kepala bulat, hidung
pesek, dan perut besar. Ekor umumnya lebih panjang dari pada tubuhnya.
Monyet ini memiliki tungkai kecil dan ramping serta ekor lebih panjang dari
ukuran kepala dan badannya, memiliki ketebalan ekor seragam dari pangkal
hingga ujung, rambut yang menutupi tubuhnya cukup panjang dan tebal,
33
rambut di kepala membentuk jambul dan berujung runcing, alis meremang
kaku mengarah ke depan (Napier dan Napier, 1967).
4. Variabel penelitian
Variabel yang digunakan untuk vegetasi pada penelitian ini adalah
secara kuantitatif dapat diukur melalui indeks nilai penting (INP), indeks ini
digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya
atau dengan kata lain nilai penting mengambarkan kedudukan suatu
ekologis suatu jenis dalam komonitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif
(FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974;
Soerianegara dan Indrawan, 2005),: dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Kerapatan = Jumlah Individu Suatu Jenis
Luas Petak Ukur
b. Kerapatan Relatif = Kerapatan suatu jenis x 100%
Kerapatan Seluruh Jenis
c. Frekuensi = Jumlah subpetak ditemukannya suatu jenis
Jumlah seluruh subpetak pengamatan
d. Frekuensi Relatif = Frekuensi suatu jenis x 100 %
Frekwensi Seluruh Jenis
e. Dominasi = Jumlah luas Bidang Dasarsatu jenis
Luas areal sampel
f. Dominasi Relatif = Dominasi satu jenis x 100 %
Dominasi Seluruh jenis
34
5. Prosedur pengumpulan data
Prosedur penelitian mengenai Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Merbabu sebagai upaya Konservasi Rekrekan (Presbytis fredericae) di
Taman Nasional Gunung Merbabu dilakukan dengan menghimpun data
primer dan data sekunder.
Data primer yang dihimpun dari lapangan antara lain:
a. Data rekrekan yang terdapat dalam lokasi penelitian
b. Data kondisi vegetasi di Taman Nasional Gunung Merbabu, yang
meliputi jumlah pohon dan tiang, jumlah tumbuhan pakan tingkat
pohon dan tiang, luas bidang dasar tingkat pohon dan tiang, serta
persentase penutupan tajuk.
c. Data Abiotik terhadap populasi rekrekan di Taman Nasional
Gunung Merbabu, meliputi : suhu, kelembaban, ketinggian
tempat, kelerengan, jarak dari sungai (sumber air), jalan setapak
ladang masyarakat, dan aktivitas manusia lainnya.
d. Data quisioner tentang peran serta masyarakat terhadap rekrekan
di Taman Nasional Gunung Merbabu
Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
a. Data hasil penelitian sebelumnya atau hasil Inventarisasi
terdahulu yang menggambarkan perjumpaan Rekrekan sebanyak
5 ekor di blok Pandean kawasan Taman Nasional Gunung
Merbabu.
b. Peta kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu berupa peta
penutupan vegetasi, peta kelerengan, peta ketinggian dan citra
satelit google earth.
35
Prosedur pengambilan data secara primer dapat di uraikan
sebagai berikut :
a. Data rekrekan
Pengambilan data primer terhadap rekrekan di kawasan Taman
Nasional Gunung Merbabu dilakukan secara langsung dengan
penghitungan langsung pada saat ada perjumpaan dengan rekrekan.
Pengumpulan data rekrekan (Presbytis fredericae) dilakukan
menggunakan Metode Kombinasi antara: Metode Garis Transek (Line
Transect) dan Pengamatan Terkonsentrasi (Conncentration count).
Rinaldi (1992) menyatakan bahwa metode ini digunakan untuk
mengetahui struktur kelompok berupa ukuran dan komposisi suatu
kelompok satwa dimana pengamatan atau pencatatan dilakukan secara
langsung pada saat kelompok satwa sedang melakukan aktivitas.
Kelebihan dari metode ini dibandingkan dengan metode-metode
sensus lainya yaitu tidak perlu dilakukan pengamatan pada seluruh
areal wilayah studi, namun hanya melakukan pengamatan pada lokasi-
lokasi yang telah diketahui menjadi tempat berkumpulnya satwa, hal
ini membuat peluang perjumpaan satwa yang tinggi, sehingga nilai
ketelitian pengamatan juga tinggi serta tidak menyebabkan satwa
mengalami stress atau trauma.
Metode ini dilaksanakan secara bersama-sama dengan
pengumpulan data vegetasi. Arah garis transek dan titik pengamatan
ditentukan sama dengan arah dan titik dalam pengumpulan data
vegetasi. Metode kombinasi dipilih agar dapat memperoleh data
rekrekan (Presbytis fredericae) dengan peluang perjumpaan yang
lebih tinggi.
Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, diperlukan
observasi lapangan terlebih dahulu, secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, pelaksanaan observasi lapangan dilakukan
bersamaan dengan kegiatan inventarisasi rekrekan pada bulan mei
2013 dan inventarisasi surili bulan September tahun 2012, secara tidak
36
langsung dilakukan melalui studi literatur hasil-hasil penelitian yang
sesuai dengan tema. Hasil observasi menunjukan lokasi perjumpaan
Rekrekan (Presbytis fredericae) paling sering terjadi pada lereng
bagian Selatan Gunung Merbabu.
Pengamatan perilaku Rekrekan (Presbytis fredericae)
menggunakan metode Terkonsentrasi (Conncentration count), yaitu:
pengamatan terhadap pola aktivitas satwa dalam kelompok atau sub-
kelompok sebagai obyek pengamatan yang dicatat atau dipindai secara
cepat. Metode ini memiliki kegunaan untuk mengetahui pola perilaku
rekrekan. Pengumpulan data secara langsung dilakukan jika terjadi
perjumpaan antara peneliti dengan obyek satwa liar yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya, bentuk Metode Garis Transek (Line
Transect) terhadap rekrekan (Presbytis fredericae), seperti tersaji pada
gambar 4.
Keterangan:
T0 = titik awal jalur pengamatan
Ta = titik akhir jalur pengamatan
P(1;2) = posisi pengamat
S(1;2) = posisi satwa liar
Arah pengamatan
To Ta P1 P2 P3 P4
S2
S1
Gambar 4 : Transek Garis (Line Transect) Pengamatan Satwa
Liar.
37
Pengamatan Terkonsentrasi (Conncentration count) dilakukan
terkonsentrasi pada satu titik yang diduga sebagai tempat dengan
perjumpaan satwa tinggi. Misalnya tempat tersedianya pakan, air
untuk minum dan sebagainya. Data yang diambil meliputi nama jenis,
jumlah individu, dan luasan lokasi pengamatan untuk menduga
kepadatan populasi.
b. Data kondisi vegetasi
Prosedur pengambilan data khusnya vegatasi di Taman Nasional
Gunung Merbabu berdasarkan tipe ekosistem yang ada. Tipe
ekosistem yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu di
klasifikasi menjadi 3 tipe ekosistem yaitu : tipe ekosistem
pegunungam bawah (1.000 – 1.500 m dpl), tipe ekosistem
pegunungam atas (1.500 – 2.400 m dpl) dan tipe ekosistem hutan
pegunungan sub-Alpin (2.400 — 3.000 m dpl). Sehingga lokasi
penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe ekosistem yaitu :
tipe ekosistem pegunungan bawah (1.000 – 1.500 m dpl) dan tipe
ekosistem pegunungam atas (1.500 – 2.400 m dpl)
Pengambilan data vegetasi difokuskan pada tingkat pohon dan
tiang sebagai sumber makanan dan cover bagi rekrekan. Hal ini juga
didasarkan atas karakteristik perilaku rekrekan yang pada aktivitas
harian bersifat arboreal (sebagian besar pada strata pohon).
Kategori pohon dalam penelitian ini adalah tumbuhan yang
mempunyai keliling batang lebih dari 62,8 cm atau diameter setinggi
dada (dbh, 1,3 m dari permukaan tanah) lebih dari 20 cm, dan tiang
adalah dengan keliling batang lebih dari 31,4 cm atau diameter
setinggi dada antara 10 - 20 cm (Kusmana, 1997).
Parameter yang dicari dalam pengukuran komponen biotik
adalah struktur vegetasi, yang meliputi : jumlah tumbuhan tingkat
pohon dan tiang, jumlah tumbuhan pakan tingkat pohon dan tiang,
tinggi pohon dan tiang, diameter setinggi data (dbh), dan persentase
38
penutupan tajuk. Analisis Biotik (vegetasi) mengunakan metode jalur
berpetak, seperti pada gambar 5 berikut ini
Keterangan :
10 m x 10 m : Perhitungan Tingkat Tiang
20 m x 20 m : Perhitungan Tingkat Pohon
c. Data Abiotik terhadap rekrekan
Prosedur pengambilan data abiotik terhadap populasi rekrekan
dalam penelitian ini meliputi suhu, kelembaban, ketinggian tempat,
kelerengan, jarak dari sungai dan jarak dari gangguan.
Untuk mengukur ketinggian tempat pengamatan dan
karakteristik jenis vegetasi yang mendukung aktivitas rekrekan
digunakan GPS, suhu digunakan thermometer celcius sedangkan
kelembaban dan pH digunakan Soiltaster
d. Pengambilan data tentang presepsi masyarakat terhadap
rekrekan
Pengambilan data presepsi masyarakat berupa wawancara dan
pengambilan data quisioner dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
sosial ekonomi dan budaya, serta persepsi masyarakat tentang potensi
Rekrekan (Presbytis fredericae). Lingkup wilayahnya adalah desa
sekitar kawasan hutan Taman Nasional Gunung Merbabu, yaitu Desa
Tarubatang Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Arah pengamatan
10 x 10
20x20
Gambar 5 : Petak Ukur Plot
39
Pengambilan sampel masyarakat menggunakan metode
purposive sampling dengan mempertimbangkan bahwa masyarakat
yang menjadi sampel memiliki informasi yang diperlukan. Terutama
informasi yang berkaitan dengan rekrekan dan kondisi habitat di
Taman Nasional Gunung Merbabu, baik masyarakat yang terlibat
langsung maupun tidak terlibat langsung.
Berdasarkan kondisi masyarakat di lokasi penelitian, maka
dipilih sebanyak lima komponen masyarakat sebagai sampel, yaitu ; 1)
Tokoh masyarakat; 2) Tokoh agama; 3) Aparat desa; 4) Kelompok
pemuda, dan 5) masyarakat umum/petani. Jumlah sampel yang
diambil pada point 1 sampai dengan 5 masing-masing 3 (tiga) orang.
Teknik penelitian untuk memperoleh data primer mengenai
peran serta masyarakat terhadap pengelolaan habitat rekrekan di
Taman Nasional Gunung Merbabu adalah dengan cara wawancara
terstruktur (Structure Interview) menggunakan pertanyaan terbuka.
Artinya, pewawancara membuat daftar pertanyaan tertulis yang telah
disediakan pilihan jawabannya, akan tetapi responden masih diberi
kesempatan untuk menjawab pertanyaan lain yang sudah disediakan.
Instrumen yang berupa daftar pertanyaan ini telah diujicobakan
oleh peneliti sebelumnya (umar, 2009) sehingga wawancara dapat
berjalan lancar dan runtut.
6. Prosedur Analisis data
Analisis Data Vegetasi dengan metode Indeks Nilai Penting (INP),
indeks ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis
lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan
ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif
(FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974;
Soerianegara dan Indrawan, 2005),
40
Indeks Nilai Penting (INP)(%) = KR+FR+DR
Selanjunya dari hasil indeks nilai penting dihitung keanekaragaman
jenis pada berbagai tipe habitat rekrekan, Indeks Keanekaragaman jenis
dengan menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener sebagai berikut :
𝑯′ = − 𝒏𝒊
𝑵𝐥𝐨𝐠
𝒏𝒊
𝑵
Keterangan:
H = indeks keanekaragaman Shannon-Weinner
ni = jumlah individu setiap jenis ke-i
N = jumlah individu seluruh jenis
Untuk menentukan keanekaragaman Habitat Rekrekan digunakan
klasifikasi nilai menurut Shannon-Wiener seperti tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi nilai Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Nilai H Kategori
H > 3 Menunjukan bahwa keanekaragaman spesies
dikategorikan tinggi, Penyebaran jumlah
individu tiap spesies tinggi dan kestabilan
komunitas tinggi
H 1 ≤ H ≤ 3 Menunjukkan bahwa keanekaraman spesies
dikategorikan sedang, Penyebaran jumlah
individu tiap spesies sedang dan kestabilan
komunitas sedang
H < 1 Menunjukkan bahwa keanekaragaman
spesies dikategorikan sedikit atau rendah,
Penyebaran jumlah individu tiap spesies
rendah dan kestabilan komunitas rendah