FUNGISIDA NABATI DARI TANAMAN SERAI WANGI...
Transcript of FUNGISIDA NABATI DARI TANAMAN SERAI WANGI...
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1
FUNGISIDA NABATI DARI TANAMAN SERAI WANGI (Cymbopogonnardus) UNTUK MENGHAMBAT PERTUMBUHAN JAMUR PADA
BATANG KARET(Hevea brasillensis Mueli, Arg)
Gusti R. Iskarlia*, Linda Rahmawati* dan Uswatun Chasanah**Staf Pengajar Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Hasnur Banjarmasin
ABSTRACT
The study of biofungicide of serai wangi plant (Cymbogan nardus) to inhibit the fungi
growth on trunk rubber (Hevea brasillensis Mueli, Arg) had been carried out at the
Laboratory of Biological Control, Department of Pests and Plant Diseases, Faculty of
Agricultural, and Laboratory of Chemical, MIPA University of Lambung Mangkurat, South
Kalimantan. The objective of this study is to produce biofungicide from serai wangi leaf
(Cymbopogon nardus) and was used to inhibit stem rot disease on rubber plant. This study
was conducted by took the fungi samples on infected stems rubber to the laboratory. The
samples were growth on the media to isolate the fungi as well as production of biofungicide
from serai wangi leaf. This study was used randomized design and duncan test. The extraction
of serai wangi leaf as biofungicide was used for test at different concentration of 0%, 10%,
20%, 30%, and 40%. The results showed that the increasing of concentration could inhibit
fungi growth on rubber rod, effectively. The higher inhibition from biofungicide was found at
concentration of 40%, where no fungi could growth. The increasing of biofungicide
concentration had significant effect on inhibition.
Keywords: Cymbogan nardus, Hevea brasillensis Mueli, Arg
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 2
PENDAHULUAN
Karet alam merupakan salah satukomoditi perkebunan yang penting bukanhanya dari segi ekonomi tetapi juga darisegi sosial, karena disamping sebagaisumber devisa negara, juga sebagai sumberpenghasilan bagi keluarga petani.
Kalimantan Selatan mempunyaipotensi sebagai produsen karet karenaiklim dan lingkungan yang memenuhisyarat bagi pertumbuhan danperkembangan. Areal yang luas dan tenagakerja yang banyak menjadikan karet sangatberpotensi sebagai primadona devisa diIndonesia pada umumnya. Besarnyapotensi tersebut serta adanyakecenderungan meningkatnya konsumsikaret alam dunia di masa-masa mendatangdan adanya gejala membaiknya hargakaret, merupakan peluang dan tantanganKalimantan Selatan dalam meningkatkanproduksi karet alamnya.
Namun, saat ini perkebunan karetbanyak menghadapi kendala di antaranyapenyakit yang menyerang batang tanamankaret setelah penyadapan. Penyakit padatanaman karet merupakan salah satu faktorpengganggu yang penting dari padamasalah gangguan lainnya, dan bahkanseringkali dapat menggagalkan suatu usahapertanaman. Penyakit tanaman karet dapatdijumpai sejak tanaman di pembibitansampai di tanaman yang telah tua, daribagian akar sampai pada daun. Penyebabpenyakit pada karet umumnya disebabkanoleh cendawan dan sampai saat ini belumdiketahui adanya penyakit yang disebabkanoleh bakteri, virus atau patogen lainnya.Diagnosa penyakit yang tepat dan cepatakan sangat menentukan keberhasilanpenanggulangan penyakit.
Sampai saat ini, cara-carapenanggulangan penyakit karet yangdianjurkan dapat berupa kombinasi dariaspek kultur teknis, manipulasi lingkungan,dan penggunaan pestisida, atau masing-masing aspek tersebut. Khusus dalampenggunaan pestisida, perlu diperhatikanakan dampak negatifnya terhadap manusia,lingkungan, tanaman, dan organismepengganggunya itu sendiri. Pada tanamankaret, beberapa penyakit yang seringmenyerang tanaman dan merugikanpekebunan antara lain penyakit Jamur AkarPutih (JAP) (Rigidoporus microporus),Penyakit batang Kanker Garis(Phytophthora palmivora butl), gugur(Colletotrichum, Corynespora), danpenyakit layu Fusarium (Fusarium sp)pada bibit karet.
Untuk mengatasi permasalahanpenyakit jamur tersebut, perlu solusidengan memanfaatkan bahan-bahan alamiagar tidak menimbulkan dampak negativeterhadap manusia dan lingkungan disekitarnya, bahan alami tersebut mudahditemukan dan yang utama adalahmengandung zat yang dapat mengurangibahkan mematikan jamur pembusuk batangsehingga karet yang dihasilkan berkualitastinggi. Salah satu dari bahan alami tersebutadalah serai wangi (Cymbopogon nardus)dimana serai wangi (Cymbopogon nardus)mengandung sitronela dan geraniol yangsudah terbukti mempunyai sifat antibakteridan antijamur.
Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk menghasilkan fungisida nabati daridaun serai wangi (Cymbopogon nardus),sehingga dapat mengatasi penyakit busukbatang pada bekas sadap tanaman karet.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 3
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulanJuni 2013 sampai Oktober 2013. Bertempatdi Perkebunan Karet Gunung KupangBanjarbaru dan LaboratoriumPengendalian Hayati Fakultas PertanianBanjarbaru.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan diantaranya pisau tajam, blender, saringan,kantong plastik, petridish, botol, timbanganelektrik, autoklaf, mikropipet, erlenmeyer,tabung reaksi, gelas ukur, gelas kimia,evaporator, kain kasa, kertas saring,kamera, pinset, mikrotube, mikroskop,preparat, lampu spiritus, laminar flowkabinet, tissue, aluminium foil, dan ember,sprayer.
Bahan-bahan yang digunakan adalahdaun serai wangi sebanyak 1 kg, rimpanglaos 1 kg, air 1 liter, jamur dari batangkaret dan medium PDA (Potato DextroseAgar).
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel JamurBatang karet yang terinfeksi jamur
dipotong dengan pisau tajam dandimasukkan ke dalam kantong plastikuntuk di analisa di laboratorium.
Pembuatan Media untuk JamurUntuk mengisolasi jamur dari
lapangan, diperlukan media tumbuh yangsesuai. Media yang digunakan adalah PDA(Potato Dextrose Agar), dibuat dari 250 g
kentang, 17 g agar, 25 g gula, dan 1 literair.1. Merajang kentang, lalu direbus dengan
air, kemudian disaring. Air saringantersebut ditambah dengan gula danagar sesuai takaran kemudiandipanaskan sambil diaduk rata.
2. Memasukkan campuran ke dalamtabung Erlenmeyer, ditutup aluminiumfoil kemudian disterilkan denganautoklaf pada suhu 1210C selama 15menit.
3. Menambahkan streptomycin 100 mguntuk menekan pertumbuhan bakterisetelah selesai sterilisasi dan suhumedia turun sampai 400C,
4. Menggoyang-goyang tabung agarbahan tercampur merata.
Pembuatan Fungisida Nabati1. Serai wangi di cuci dengan air
mengalir, dikeringkan kemudiandimasukkan ke dalam amplop dandioven.
2. Memotong-motong bahan keringkemudian diblender sampai halus danmenyaring.
3. Bahan dimaserasi dengan pelarutmethanol selama 48 jam denganpengocokan 5 rpm.
4. Hasil rendaman yang telah disaringdievaporasi dengan alat evaporatorpada suhu 49-500C sampai semuapelarut menguap. Ekstrak pekat yangdiperoleh dikumpulkan dan siap diuji.
Uji Konsentrasi Minimum Daya HambatEkstrak
Uji ini bertujuan untuk menentukankonsentrasi terendah ekstrak serai wangiyang masih menunjukkan daya hambatterhadap jamur. Konsentrasi ekstrak yangdiuji adalah 0%, 10%, 20%, 30%, 40%.Penentuan konsentrasi dilakukan denganrumus sebagai berikut :
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 4
ܭ ݏ ݎݐ ݏ ݎݐݏ
=e
e + a100ݔ %
Keterangan :e : volume ekstrak daun seraiwangidari hasil ekstraksia : volume aquades
Pengujian secara in vitro dilakukan dengancara menuangkan 2 ml ekstrak daunseraiwangi dari masing-masing konsentrasikemudian dimasukkan 10 ml media PDA.Setelah media dingin kemudianditumbuhkan jamur yang sudah dimurnikandan diinkubasi selama 3-5 hari denganmengukur pertumbuhan diameter koloni.
Persentase penghambatan, dihitungdengan rumus sebagai berikut :
=D1 − D2
1ܦ100ݔ %
Keterangan :P = Persentase penghambatanD1 = Diameter pada controlD2 = Diameter tiap perlakuan
Rancangan Perlakuan
Rancangan yang digunakan adalahRancangan Acak Lengkap (RAL).Pengujian dilakukan di laboratorium.Perlakuan yang diuji adalah kombinasiformulasi fungisida nabati 0%, 10%, 20%,30%, 40%. Masing-masing perlakuandiulang sebanyak 3 kali. Sehinggadiperoleh 15 satuan percobaan. Data yangdiperoleh dianalisis menggunakan statistikdengan uji lanjut (DMRT) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Daya Hambat Ekstrak Serai Wangi(Cymbopogon nardus)
Tabel 1. Rata-rata diameter koloni jamurpada berbagai perlakuan dan ulangan
PerlakuanDiameter koloni jamurpada ulangan ke-(mm)
Rata-rata
(mm)
ESW 0% (kontrol) 45.0 44.0 39.0 44.5a
ESW 10% 36.5 41.2 37.5 38.9ab
ESW 20% 33.0 34.0 33.5 33.5b
ESW 30% 31.0 22.0 23.0 26.5c
ESW 40% 24.0 17.0 18.8 20.5c
Keterangan : ESW : Ekstrak Serai Wangi
Presentase Penghambatan Ekstrak SeraiWangi terhadap Pertumbuhan JamurBatang Karet
Tabel 2. Rata-rata persentasepenghambatan pada berbagai perlakuandan ulangan
PerlakuanPersentase
Penghambatan padaulangan ke- (%)
Rata-rata(%)
ESW 0% (kontrol)2.5 2.5 2.5 2.5a
ESW 10%18.9 6.4 12.7 12.6a
ESW 20%26.7 22.7 24.7 24.7b
ESW 30%31.1 50.0 40.4 40.5c
ESW 40%46.7 61.4 53.9 54.0d
Keterangan : ESW : Ekstrak Serai Wangi
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 5
(a) (b)
(c) (d)
(d)
Gambar 1. Ekstrak Serai Wangi TerhadapIsolat Jamur Batang karet pada mediumPDA
Pertumbuhan jamur terlihat setelahdilakukan inkubasi selama 5 hari. Padatabel 1, menunjukkan pertumbuhan jamurpada kontrol lebih baik dan lebih cepatdibandingkan dengan perlakuan pemberianekstrak serai wangi. Berdasarkan uji jarakberganda Duncan, dimana pada perlakuaantersebut pengaruh pemberiaan ekstrak seraiwangi memberikan pengaruh terhadap dayahambat semakin tinggi (40%) maka dayahambat semakin tinggi (20.5%). Berturut-turut dikuti oleh daya hambat 30%, 20%dan 10%. Dari kenyataan ini dapatdiketahui bahwa semakin tinggikonsentrasi yang digunakan, maka dayahambatnya juga semakin tinggi.
Persentase penghambatan dihitunguntuk mengetahui sejauh mana ekstrakserai wangi dapat memberikan pengaruh
penghambatan terhadap pertumbuhandiameter koloni jamur batang karet.Hasilperhitungan persentase penghambatandiperoleh, bahwa semakin besar perlakuankonsentrasi ekstrak serai wangi, memilikipersentase penghambatan yang tinggipula.Semakin besar konsentrasi ekstrakserai wangi yang diberikan, semakin besarpula persentase penghambatan terhadappertumbuhan jamur.
Pada gambar 1 (e) juga terlihatadanya pertumbuhan jamur yang manasemakin tinggi konsentrasi ekstrak seraiwangi maka semakin tinggi juga dayahambatnya.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji daya hambatekstrak serai wangi terhadap jamur padabatang karet terjadi peningkatan zonahambat seiring dengan peningkatankonsentrasi ekstrak serai wangi, dapatdikatakan bahwa peningkatan konsentrasiekstrak berbanding lurus denganpeningkatan zona hambat. Semakin tinggikonsentrasi ekstrak, maka jumlah senyawaanti jamur yang dilepaskan semakin besar(Zuhud dkk, 2001).
Untuk dapat membunuh jamur,senyawa antijamur harus masuk ke dalamsel melalui dinding sel. Kemampuanantibakteri ekstrak serai wangi terhadappertumbuhan jamur pada batang karetdiduga karena adanya kandungan senyawaaktif. Berdasarkan uji fitokimia, ekstrakserai wangi mengandung flavonoid, tanin,saponin dan triterpenoid. Senyawa-
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 6
senyawa tersebut diketahui berpotensisebagai anti jamur.
Aktifnya Formula Pestisida nabatimenekan pertumbuhan koloni Jamur AkarPutih Karet baik dalam bentuk penekanandiameter koloni maupun biomassa koloniJAP Karet dapat dihubungkan dengankemampuan komponen terpenoid yangterdapat pada formula pestisida nabatidalam menghambat proses metabolisme,yaitu dengan cara mengakumulasi globulalemak di dalam sitoplasma sel, mengurangijumlah organel-organel sel terutamamitokondria dan merusak membrannukleus sel jamur (Susiana Purwantisari,1995).
Senyawa terpenoid ini dapat jugamempengaruhi pengambilan nutrien olehsel dari lingkungannya (Larber and Muller,1976 dalam Rice, 1984), sehinggaakibatnya dapat menghambat kebutuhanenergi (ATP) dan selanjutnya pertumbuhandan perkembangan hifa menjadi berkurangdan hifa menjadi pendek-pendek.Akibatnya miselium yang terbentukmenjadi berkurang dan pertumbuhankoloni menjadi tidak normal (SusianaPurwantisari, 1995).
Hasil penelitian Budiyanti (2006)menunjukkan bahwa pemberian ekstrakdaun serai wangi sebanyak 5% mempunyaikemampuan untuk menekan perkembanganjamurScolerotium rolfsii Sacc penyebab rebahkecambah pada tanaman cabai, selanjutnyaMiska (2010) melaporkan bahwa airrebusan daun serai wangi konsentrasi 4%efektif dalam menekan jamurColletotrichum gloeosporioides penyebabpenyakit antraknosa pada papaya secara invitro.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yangtelah dilakukan, maka dapat disimpulkan :1. Semakin meningkatnya formulasi yang
diberikan efektif menghambatperkembangan jamur pada batang karet.
2. Kemampuan menghambat padaformulasi fungisida nabati 40% lebihbesar hingga tidak ada lagi pertumbuhanjamur batang karet.
3. Peningkatan konsentrasi formulafungisida nabati signifikan dengan efekpenghambatan infeksi.
Disarankan untuk melakukanpengujian dengan pemanfaatan pestisidanabati dengan agensia hayatiRhizobacterium mengendalikan penyakittanaman karet di lapangan dilakukan dikebun karet terifeksi penyakit tanamankaret.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios. G.N. 2005. Plant Pathology. FifthEditions. California. Academik Press.922 hal
Alexopaulus. C.J and C. W. Mims. 1979.Introductory to Mycology. ThirdEdition. New York. Jhon Wiley andSons. 632 hal
Andri, Z. 2004. Respon Beberapa VarietasMentimun (Cucumis sativus L.)Terhadap serangan Jamur Erysiphecichoracearum Penyebab PenyakitTepung (Powdery Mildew). [Skiripsi].Padang. Fakultas Pertanian Universitasandalas. 40 hal
[Anonim.2010]. Uji Aktifitas MinyakAtsiri Daun dan Batang Serai Wangi(Andropogon nardus L) Sebagai Obat
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 7
Nyamuk Elektrik Terhadap NyamukAedes Aegypti.
Budiyanti,S. 2006. Pengaruh WaktuPemberian Ekstrak Daun Serai WangiAndropogon Nardus L) TerhadapPerkembangan Penyakit RebahKecambah (Sclerotium rolfsii Sacc.)Pada Persemaian Cabai.[Skiripsi].Padang. Fakultas Pertanian Unand. 38hal
Chrisnawati, Mardinus, Rivai F, danIbrahim S. 1998. Uji Kendali BeberapaPestisida Nabati Fraksi Minyak SeraiWangi Terhadap Fusariumoxysporium f. sp. Vanilla PenyebabPenyakit Batang Vanili Secara InVitro. Padang. Prosiding SeminarPerhimpunan Fitopatologi IndonesiaKomisariat Sumbar, Riau, Jambi. Hal171- 176
Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati.Ramuan dan Aplikasi. PenebarSwadaya. Jakarta. 80 hal Ketaren S.1985. Pengantar Teknologi MinyakAtsiri. PN Balai Pustaka. Jakarta. hal204-220
Miska,Y. 2010. Uji Konsentrasi AirRebusan Daun Serai Wangi(Andoropogon Nardus L.; Graminae)Terhadap Pertumbuhan JamurColletotrichum gloesporioides Penz.Penyebab Penyakit Antraknosa PadaPepaya secara In Vitro. [Skiripsi].Padang.Fakultas Pertanian Unand. 34 hal
Miftakhurohmah. 2008. Potensi SeraiWangi Sebagai Pestisida Nabati.Dalam Warta Penelitian danPengembangan Tanaman Industri, Vol.14 Nomor 3. Desember 2008. Jakarta.Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Pusat Penelitian danPengembangan Perkebunan. 33 hal
Putri, H.S.N. 2001. Uji Efektivitas Ekstrakdari Beberapa Jenis Daun Tanaman
Terhadap Perkembangan PenyakitAntraknosa Disebabkan Oleh JamurColletotrichum capsici (Syd) Butl. EtBisby Pada Buah Cabai Pasca Panen.[Skiripsi]. Padang. Fakultas PertanianUniversitas Andalas. 36 hal
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia MinyakAtsiri. Yogyakarta. Kanisius Media.67 hal.
Silvia, M. 2006. Tingkat serangan PenyakitTepung (Powdery Mildew)Disebabkan Jamur Erysiphecichoracearum DC. Ex Merat PadaEnam Varietas Mentimun (Cucumissativus L). [Skiripsi]. Padang. FakultasPertanian Unand. Padang. 50 hal
Sinaga, M.S. 1989. Biological Control ofSome Soil Borne Fungal PathogenSoyben With Gliocladium spp.Disertasi University of the philiphineat Lass Banos. 170 hal
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 8
ANALISIS STRUKTUR GERBANG BAJA DENGAN METODE SAP 2000
Dewi Yuniar**Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil UVAYA Banjarmasin
Email: [email protected]
ABSTRAK
Untuk menghasilkan gerbang baja yang kuat dan karya arsitektur sebagai landmarkperumahan, perlu didesain dengan menggunakan ukuran dan model baja dengan bahan yangmudah dicari (lokal) serta menyesuaikan dengan karakteristik Banjarmasin yang umumnyatanah rawa. Untuk menganalisis desain gerbang tersebut menggunakan Autocad 2007 danpada struktur gerbang baja menggunakan SAP 2000 sehingga dapat dilihat kekuatannya dansesuai dengan desain yang digunakan.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghitung struktur pintugerbang dengan pipa baja sehingga didapatkan desain struktur yang kuat sesuai dengankarakteristik tanah di Banjarmasin.
Dari hasil desain dan perhitungan, pintu gerbang ini menggunakan perkuatanpancangan galam dia. 10-12 cm panjang 7 m. Pada struktur gerbang samping menggunakanpondasi plat yang mempunyai ukuran 120 x 120 x 25 cm dengan kolom 70/70, sedangkanstruktur gerbang tengah menggunakan pondasi plat ukuran 100 x 100 x 25 cm dengan kolom30/30. Arc decorative gerbang menggunakan frame besi 10 x 20 cm, 40 x 60 cm dan besi pipadia. 8” dengan finish cat brilian white.
Kata kunci: gerbang, struktur baja, SAP 2000.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 9
PENDAHULUAN
Gerbang baja merupakan alternatifyang bagus untuk gerbang komplekperumahan yang memiliki karakteristiksama tetapi komposisi bahan yangdigunakan berbeda. Adapun gaya untukgerbang baja dapat memilih modelberagam dimulai dari gaya klasik danmodel yang paling dekorasi. Hal initergantung pada landmark yang menjadiciri khas perumahan tesebut sehinggamenghasilkan gaya yang unik danpenampilan secara keseluruhan untukmemberikan struktur menyenangkanterpadu dan estetis. Baja memilikikekuatan yang besar untuk menahankekuatan tarik dan tekan tanpamembutuhkan banyak volume danmempunyai sifat-sifat lain yangmenguntungkan sehingga menjadikannyasebagai salah satu bahan bangunan yangsangat umum dipakai dewasa ini.
Untuk menghasilkan gerbang bajayang kuat dan menghasilkan karyaarsitektur sebagai landmark perumahan,perlu didesain sedemikian rupa denganmenggunakan ukuran dan model bajatertentu dengan bahan yang mudah dicari(lokal). Pembangunan gerbang ini harusmenyesuaikan dengan karakteristikBanjarmasin yang umumnya tanah rawasehingga memerlukan desain yang indahdan kuat serta ringan. Untuk menganalisisdesain gerbang tersebut menggunakanAutocad 2007 dan pada struktur gerbangbaja menggunakan SAP 2000 sehinggadapat dilihat kekuatannya dan sesuaidengan desain yang digunakan.
Tujuan yang ingin dicapai daripenelitian ini adalah untuk menghitungstruktur pintu gerbang dengan pipa bajasehingga didapatkan desain struktur yang
kuat sesuai dengan karakteristik tanah diBanjarmasin.
TINJAUAN PUSTAKA
Gerbang baja merupakan alternatifyang bagus untuk gerbang komplekperumahan yang memiliki karakteristiksama tetapi komposisi bahan yangdigunakan berbeda. Adapun gaya gerbangbaja dapat memilih model klasik danmodel yang dekoratif. Tergantung padalandmark yang menjadi ciri khasperumahan tesebut. Pembangunan gerbangbaja tesebut didesain sesuai karakteristikBanjarmasin yang umumnya tanah rawasehingga harus memiliki struktur yanglebih kuat namun dekoratif. Di sampingkekuatannya yang besar untuk menahankekuatan tarik dan tekan tanpamembutuhkan banyak volume, baja jugamempunyai sifat-sifat lain yangmenguntungkan sehingga menjadikannyasebagai salah satu bahan bangunan yangsangat umum dipakai dewasa ini.
Baja memiliki kekuatan tinggi dandaya tahan, dua persyaratan dasar untukitem yang sedang terus-menerus terkenaperubahan suhu dan cuaca dan apabiladidesain dengan baik akan mengahasilkangaya yang unik dan penampilan secarakeseluruhan untuk memberikan strukturmenyenangkan terpadu dan estetis.Penggunaan baja sebagai bahan strukturutama dimulai pada akhir abad kesembilanbelas ketika metode pengolahan bajayang murah dikembangkan dengan skalayang luas. Baja merupakan bahan yangmempunyai sifat struktur yang baik. Bajamempunyai kekuatan yang tinggi dan samakuat pada kekuatan tarik maupun tekan danoleh karena itu baja adalah elemen strukturyang memiliki batasan sempurnayang akan menahan beban jenis
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 10
tarik aksial, tekan aksial, dan lentur denganfasilitas yang hampir sama. Berat jenis bajatinggi, tetapi perbandingan antarakekuatan terhadap beratnya jugatinggi sehingga komponen bajatersebut tidak terlalu berat jikadihubungkan dengan kapasitas muatbebannya, selama bentuk-bentuk strukturyang digunakan menjamin bahwa bahantersebut dipergunakan secara efisien.
Di samping kekuatannya yang besaruntuk menahan kekuatan tarik dan tekantanpa membutuhkan banyak volume, bajajuga mempunyai sifat-sifat lain yangmenguntungkan sehingga menjadikannyasebagai salah satu bahan bangunan yangsangat umum dipakai dewasa ini.Beberapa keuntungan baja sebagai materialstruktur antara lain:
a. Kekuatan TinggiDewasa ini baja bisa diproduksi
dengan berbagai kekuatan yang bisadinyatakan dengan kekuatan tegangantekan lelehnya (Fy) atau oleh tegangantarik batas (Fu). Bahan baja walaupun darijenis yang paling rendah kekuatannya,tetap mempunyai perbandingan kekuatanper-volume lebih tinggi bila dibandingkandengan bahan-bahan bangunan lainnyayang umum dipakai. Hal inimemungkinkan perencanaan sebuahkonstruksi baja bisa mempunyai bebanmati yang lebih kecil untuk bentang yanglebih panjang, sehingga. memberikankelebihan ruang dan volume yangdapat dimanfaatkan akibat langsingnyaprofil-profil yang dipakai.
b. Kemudahan PemasanganSemua bagian-bagian dari
konstruksi baja bisa dipersiapkandi bengkel, sehingga satu-satunya kegiatanyang dilakukan di lapangan ialah kegiatanpemasangan bagian-bagian konstruksiyang telah dipersiapkan. Sebagian besar
dari komponen-komponen konstruksimempunyai bentuk standar yang siapdigunakan bisa diperoleh di toko-toko besi,sehingga waktu yang diperlukan untukmembuat bagian-bagian konstruksi bajayang telah ada, juga bisa dilakukan denganmudah karena komponen-komponen bajabiasanya mempunyai bentuk standar dansifat-sifat yang tertentu, sertamudahdiperoleh di mana-mana.
c. KeseragamanSifat-sifat baja baik sebagai bahan
bangunan maupun dalam bentuk strukturdapat terkendali dengan baik sekali,sehingga para ahli dapat mengharapkanelemen-elemen dari konstruksi baja iniakan berperilaku sesuai dengan yangdiperkirakan dalam perencanaan. Dengandemikian bisa dihindari terdapatnya prosespemborosan yang biasanya terjadidalam perencanaan akibat adanya berbagaiketidakpastian.
d. DaktilitasSifat dari baja yang dapat
mengalami deformasi yang besar di bawahpengaruh teg angan tarik yang tinggi tanpahancur atau putus disebut sifat daktilitas.Adanya sifat ini membuat struktur bajamampu mencegah terjadinya prosesrobohnya bangunan secara tiba-tiba. Sifatini sangat menguntungkan ditinjau dariaspek keamanan penghuni bangunanbila terjadi suatu goncangan yang tiba-tibaseperti misalnya pada peristiwa gempabumi.
Di samping itu keuntungan-keuntungan lain dari struktur baja adalahproses pemasangan di lapanganberlangsung dengan cepat, dapat di las,komponen-komponen struktumya bisadigunakan lagi untuk keperluan lainnya,komponen-komponen yang sudah tidakdapat digunakan lagi masih mempunyainilai sebagai besi tua, struktur yang
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 11
dihasilkan bersifat permanen dengancara pemeliharaan yang tidak terlalu sukar.
Selain keuntungan-keuntungantersebut bahan baja jugamempunyai kelemahan-kelemahan sepertikomponen-komponen struktur yang dibuatdari bahan baja perlu diusahakan supayatahan api sesuai dengan peraturan yangberlaku untuk bahaya kebakaran,diperlukannya suatu biaya pemeliharaanuntuk mencegah baja dari bahaya karat,akibat kemampuannya menahan tekukanpada batang-batang yang langsing,walaupun dapat menahan gaya-gaya aksial,tetapi tidak bisa mencegah terjadinyapergeseran horizontal
Sifat Mekanis Baja
Menurut SNI 03–1729–2002tentang Tata Cara Perencanaan StrukturBaja Untuk Bangunan Gedung, sifatmekanis baja struktural yang digunakandalam perencanaan harus memenuhipersyaratan minimum yang diberikan padaTabel 1 berikut:
Tabel 1. Sifat mekanis baja struktural
Sumber : SNI 03–1729–2002
Tegangan leleh Tegangan lelehuntuk perencanaan (fy) tidak boleh diambilmelebihi nilai yang diberikan Tabel 1 dantegangan putus untuk perencanaan (fu)tidak boleh diambil melebihi nilai yangdiberikan Tabel 1.
Sifat-sifat mekanis lain bajastruktural untuk maksud perencanaanditetapkan sebagai berikut:
a. Modulus elastisitas : E = 200.000 MPab. Modulus geser : G = 80.000 MPac. Nisbah poisson : μ = 0,3d. Koefisien pemuaian : á = 12 x 10 -6 /
o C
Fungsi struktur merupakan faktorutama dalam penentuan konfigurasistruktur. Berdasarkan konfigurasi strukturdan beban rencana, setiap elemen ataukomponen dipilih untuk menyangga danmenyalurkan beban pada keseluruhanstruktur dengan baik. Batang baja dipilihsesuai standar yang ditentukan olehAmerican Institute of Steel Construction(AISC) juga diberikan oleh AmericanSociety of Testing and Materials(ASTM). Pengelasan memungkinkanpenggabungan plat dan/atau profil lainuntuk mendapatkan suatu profil yangdibutuhkan oleh perencana atau arsitek.
Sistem Struktur dengan KonstruksiBaja
Hampir semua sistem konstruksibaja berat terbuat dari elemen-elemenlinear yang membentang satu arah.Berbagai penampang baja profil denganflens lebar yang tersedia dalam berbagaiukuran dapat digunakan. Banyaknyaukuran penampang ini memungkinkanfleksibilitas dalam desain elemen balokdan kolom. Meskipun hubungan sederhana(sendi) umumnya digunakan pada sistemini, kita dapat dengan mudah membuat titikhubung yang mampu memikul momen.Struktur rangka yang titik-titik hubungnyamampu memikul momen, mempunyaitahanan terhadap beban lateral cukupbesar. Kestabilan lateral juga dapatditingkatkan dengan menggunakan dindinggeser atau elemen pengekang diagonal.
Pelengkung kaku dengan berbagaibentuk dapat dibuat dari baja. Pelengkungyang telah dibuat di luar lokasi(prefabricated) dan telah tersedia untuk
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 12
bentang kecil sampai menengah. Telah adapelengkung yang dirancang secara khususdan mempunyai bentang sangat panjang(misalnya bentang 300 ft (90 m) ataulebih). Pelengkung baja dapat dibuat daripenampang masif atau dinding terbuka.
METODE PENELITIAN
1. Studi Literatur dan SoftwareSebelum memulai penelitian ini,
perlu mengkaji literatur yang berhubungandengan desain dan struktur gerbang bajadan mencari kajian karakteristik wilayahBanjarmasin. Metode untuk menganalisstruktur menggunakan SAP 2000 besertapanduan yang mendampinginya.Sedangkan software untuk desainmenggunakan Autocad 2007.2. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, perlu mengetahuikesediaan material dan jenis material yangdigunakan dengan berbagai ukuran danbentuk baja. Desain yang digunakanmenjadi landmark komplek perumahandan dibangun diatas tanah rawa.
3. Pengolahan dan Analisis DataSetelah jenis material, bentuk
landmark, karakteristik wilayah dankesediaan software didapat, kemudiangerbang baja mulai didesain menggunakanAutocad 2007. Setelah itu desain yangdibuat dilakukan tes kekuatan denganmenggunakan SAP 2000.
HASIL PERHITUNGAN DANANALISA
Desain gerbang
Gambar 1. Tampak Gerbang
Gambar 2. Denah Gerbang
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 13
Gambar 3. Denah pondasi
Gambar 4. Pondasi gerbang Item desain
Struktur gerbang
Untuk struktur pondasi gerbangmenggunakan perkuatan pancangan galamdia. 10-12 cm panjang 7 m. Pada strukturgerbang samping menggunakan pondasiplat yang mempunyai ukuran 120 x 120 x25 cm dengan kolom 70/70, sedangkanstruktur gerbang tengah menggunakanpondasi plat ukuran 100 x 100 x 25 cmdengan kolom 30/30. Arc decorativegerbang menggunakan frame besi 10 x 20cm, 40 x 60 cm dan besi pipa dia. 8”dengan finish cat brilian white.
Gambar 5. Design Section dan design typegerbang dalam SAP 2000
Tabel 2. Design section dan design typegerbang dalam SAP 2000
No Design Section Design Type
1 Pipe 8” Brace dan Column
2 Frame 10/20 – 4 Beam dan brace
3 Frame 40/60 – 12 Beam dan brace
Sumber: hasil perhitungan, 2013
Dari hasil analisis data penelitiandan pembahasan, maka dapat disimpulkansebagai berikut:
1. Struktur pondasi gerbangmenggunakan perkuatan pancangangalam dia. 10-12 cm panjang 7 m.
2. Struktur gerbang sampingmenggunakan pondasi plat yangmempunyai ukuran 120 x 120 x 25 cmdengan kolom 70/70.
3. Struktur gerbang tengah menggunakanpondasi plat ukuran 100 x 100 x 25 cmdengan kolom 30/30.
4. Arc decorative gerbang menggunakanframe besi 10 x 20 cm, 40 x 60 cm danbesi pipa dia. 8” dengan finish catbrilian white.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Tata Cara PerencanaanStruktur Baja untuk BangunanGedung SNI 03 -1729-2002 :Departemen Pekerjaan Umum
M., Suparno Sastra. 2007. Excellent withAutocad 2007. PT Elex MediaKomputindo. Jakarta
Pramono. Hardi dan rekan ILT Komputer.2006. 17 Aplikasi RekayasaKontruksi Menggunakan SAP 2000Versi 9. Jakarta. PT Elex MediaKomputindo.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 15
ANALISIS PENGUJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI METODEPENDEKATAN PASAR DALAM MELAKUKAN PENILAIAN PROPERTI RUMAH
TOKO
Adi Susetyo Dermawan*, Gusti Hidayat Noor Gusda*
*Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil UVAYA Banjarmasin
Email: [email protected]
ABSTRAK
Terbukanya peluang pembangunan ruko sebagai obyek investasi di Banjarmasin
semakin meningkat dikarenakan tingkat pengembalian dari ruko dapat mencapai 20% hingga
30% per tahun. Kualitas hasil penilaian tersebut banyak ditentukan oleh ketersediaan informasi
mengenai faktor-faktor yang terlibat di dalam penilaian tersebut, serta kemampuan penilai untuk
melaksanakan penilaian berdasarkan informasi tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi
penilaian property rumah toko dengan menggunakan metode pendekatan pasar.
Obyek yang dipilih untuk penelitian ini adalah ruko-ruko (100 sampel) yang sudah
dibangun dan tersebar di 5 (lima) kecamatan di Banjarmasin yaitu Banjarmasin Selatan, Timur,
Utara, Tengah dan Barat dengan kriteria ruko bertingkat 2 (dua) dengan konstruksi permanen,
berada pada kawasan jasa dan perdagangan dan merupakan harga jual ruko 1 (satu) pintu.
Variabel-variabel pendekatan pasar akan diuji melalui analisis regresi berganda yaitu uji
asumsi klasik, uji T dan F dengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows versi 17.
Hasil penelitian yang didapat adalah terjadinya korelasi antara variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap harga jual ruko seperti luas tanah (X1) dengan korelasi kuat, luas
bangunan (X2) dengan korelasi kuat, jarak ke pusat kota (X3) dengan korelasi sedang, umur
efektif (X4) dengan korelasi sedang dan lebar jalan (X5) dengan korelasi sedang.
Kata kunci: faktor penilaian, ruko, data pasar
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 16
PENDAHULUAN
Penilaian properti dilakukan untukmemperoleh nilai dalam berbagai keperluanseperti penentuan nilai pasar, penjualan,pembelian, penyewaan, penentuan jaminanpinjaman dan asuransi. Harga dapat lebihtinggi dari biaya jika pemilik adakepentingan untuk mendapatkan keuntungandalam keadaan pasar yang memungkinkan.Harga bisa sama dengan biaya jika pemiliktidak ada kepentingan apa-apa untukmendapatkan keuntungan atau suatu sebabyang memaksa pemilik menjual hartanya dantidak ada pengaruh pasar. Dalam konteksini, nilai sebuah properti adalah jumlah yangsepatutnya dibayar oleh seorang pembeli atauditerima oleh seorang penjual dalamtransaksi properti tersebut.
Terbukanya peluang ruko sebagaiobyek investasi memerlukan penilaiannyasecara cermat sebagai properti. Kualitas hasilpenilaian ini banyak ditentukan olehketersediaan informasi faktor-faktor yangterlibat serta kemampuan penilai untukmelaksanakan penilaian berdasarkaninformasi yang demikian. Jumlah faktoryang cukup banyak dapat menjadi hambatanbagi penilai dalam melaksanakan prosedurpenilaian secara sistematis. Dalam situasiyang demikian hasil penilaian dapat menjaditerlalu subyektif dan parsial.
Tujuan dari penelitian ini adalahmenganalisis pengujian faktor-faktor yangmempengaruhi penilaian property rumahtoko dengan menggunakan metodependekatan pasar.
TINJAUAN PUSTAKA
Umum
Properti adalah konsep hukum yangmencakup kepentingan, hak, dan keuntunganyang berkaitan dengan suatu kepemilikan.Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI),2007 properti dikategorikan menjadi propertiriil (real property), properti pribadi (personalproperty), badan usaha (business), dan hakkepemilikan finansial (financial interest).Dalam konteks properti, nilai pasar adalahharga yang paling memungkinkan, padasuatu waktu tertentu, dalam bentuk uang atauyang dapat disamakan dengan uang, di manapenjualan properti tersebut dilakukan melaluisuatu penawaran dalam waktu yangmencukupi pada suatu pasar kompetitif yangmemungkinkan terjadinya transaksi pasarwajar, di mana penjual dan pembelimelakukan transaksi dengan bijaksana dantanpa paksaan.
Prosedur Penilaian Properti
Secara umum prosedur penilaianproperti dijalankan melalui langkah-langkahsebagai berikut identifikasi awal, survey,analisis, dan estimasi nilai.
Pendekatan Berdasarkan Data Pasar
Pendekatan ini dikenal juga sebagaipendekatan penjualan. Batas-batas nilai pasarsuatu properti ditetapkan berdasarkan datapasar dalam bentuk harga yang biasanyadibayarkan untuk properti sejenis. Dasarpemikiran dari pendekatan ini adalah bahwanilai dari suatu properti pembanding adalahnilai yang berlaku pada suatu pasar yangkompetitif. Sehubungan dengan ini penilaiperlu meyakini bahwa transaksi jual beliterjadi antara pihak-pihak yang memiliki
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 17
motivasi yang umum. Harga jual yangmerefleksikan motivasi yang tidak umumdari pelaku pasar, misalnya transaksi daripenjual atau pembeli khusus yang bersediamenerima atau membayar harga transaksi diatas atau di bawah harga pasar untuk propertitertentu, harus dikecualikan. Hal-hal lainyang harus dipertimbangkan adalah hak yangada di dalam properti, waktu transaksi danpembiayaan transaksi.
Persyaratan yang digunakan dalammetode pendekatan data pasar adalah:properti berupa tanah/bangunan terletak padadaerah yang mempunyai peruntukan samadengan data yang tersedia; data yang tersediacukup banyak untuk menganalisa denganmetode pendekatan data pasar; propertiberupa tanah/bangunan yang dinilaimempunyai faktor kesamaan dengan datayang tersedia; data yang tersedia relatif baru.
Metode Analisis Regresi
Analisis regresi di sini digunakanuntuk melakukan prediksi nilai dari suatuvariabel yang tidak diketahui nilainya(variabel tak bebas atau dependent variable).
Tabel 1. Hubungan Koefisien Korelasi danTafsirannya
r Tafsiran
0,00 – 0,19
0,20 – 0,39
0,40 – 0,69
0,70 – 1,00
Hubungan bisa diabaikan
Hubungan yang rendah
Hubungan yang sedang
Hubungan yang kuat
Sumber: Pranowo (1982) dalam F. Radam,Iphan, 2008
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalahruko-ruko yang tersebar di 5 (lima)kecamatan di Banjarmasin yaitu BanjarmasinSelatan, Timur, Utara, Tengah dan Barat.Objek penelitian ini adalah ruko-ruko yangtelah dibangun, bertingkat 2 (dua),konstruksi permanen, bertujuan untukpenjualan dan pembelian ruko, berada padakawasan jasa dan perdagangan, kondisi pasarwajar dan merupakan harga jual ruko 1 (satu)pintu. Penentuan besaran sampel penelitianini menggunakan yaitu
13805,0
9,01,096,12
2
n
dengan demikian besarnya sampel padapenelitian ini adalah 138 ruko.
93,0148
138
p
067,0148
10q atau
q=1-p=1-0,93=0,067
Maka untuk sampel minimumnya adalah
2
2
05,0
067,0.93,0.96,1n = 96.8 dibulatkan
menjadi 97 sampel.
Sehingga di dapat jumlah sampel minimumadalah 97 ruko. Pada penelitian ini, sampelpenelitian yang digunakan sebanyak 100ruko. Dengan demikian dapat dikatakanbahwa jumlah sampel penelitian yangdigunakan telah memenuhi kecukupan data.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 18
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, kuisionerdisebarkan ke sejumlah pemilik/penyewaruko dan mendampingi responden ketikamenjawab pertanyaan lembar kuesioner.Waktu pengumpulan data dilakukan mulaitanggal 02 September 2013 sampai dengan07 September 2013.
Analisis Data
Pengolahan data dianalisa denganmenggunakan Regresi Berganda dan analisaekonometrik (Santosa dan Ashari, 2005),yang meliputi uji normalitas, ujimultikolinearitas, uji autokorelasiheterokedastisitas dan uji linearitas. Setelahitu hasil yang ada akan diuji signifikansinyadengan uji T dan uji F.
Keseluruhan uji asumsi klasik inidilakukan dengan bantuan perangkat lunakSPSS for windows versi 17.Variabel yang di uji adalah:
Luas tanah (variabel bebas)2. Luas bangunan (variabel bebas)3. Umur efektif bangunan (variabel bebas)4. Jarak ke pusat kota (variabel bebas)5. Lebar jalan (variabel bebas)6. Harga jual (variabel tak bebas)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
Tes Multikolinearitas
Dari hasil pengujian multikolinearitasdiperoleh hasil sebagaimana Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil VIF dan Signifikansi Variabel
Model Sig. Keterangan
CollinearityStatistics
Tolerance VIF
1 (Constant) .000 Tidak terjadimultikolinearitas
l.tanah .000 Tidak terjadimultikolinearitas
.664 1.507
l.bang .000 Tidak terjadimultikolinearitas
.639 1.565
jarak .000 Tidak terjadimultikolinearitas
.872 1.147
u.eff .000 Tidak terjadimultikolinearitas
.958 1.044
l.jalan .000 Tidak terjadimultikolinearitas
.896 1.117
Sumber : Hasil olahan, 2013
Dari Tabel 2, hasil VIFmultikolinearitas terhadap variabel bebasberjumlah 5 (lima) variabel setelah melaluiuji multikolinearitas diketahui kelima atributbebas dari gejala multikolinearitas. Atributyang dimaksud adalah luas tanah, luasbangunan, umur efektif bangunan, lebar jalandan jarak kepusat kota. Signifikan variabel <0,05.
Tes Heterokedastisitas
Dari hasil pengujianheterokedastisitas diperoleh hasil sesuaidengan Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Grafik Penyebaran PrakiraanNilai Regresi Data
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 19
Dari hasil Gambar 1 terlihat bahwapenyebaran residual tidak teratur. Haltersebut dapat dilihat pada plot yangterpencar dan tidak membentuk pola tertentudan pola titik menyebar diatas dan dibawahangka 0 pada sumbu Y namun tidakmembentuk pola bergelombang yangmenyebar dan meyempit, sehingga bisadiartikan tidak terjadi gejalaheterokedastisitas.
Tes Normalitas
Pengujian normalitas memperolehhasil sebagaimana Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Grafik Uji Normalitas Plot P-P
Pada tes normalitas pada Gambar 2terlihat bahwa nilai plot P-P terletak disekitar garis diagonal dan tidak menyimpangjauh dari garis diagonal sehingga bisadiartikan bahwa distribusi data harga jualruko adalah normal.
Tes Autokorelasi
Dari hasil pengujian autokorelasidiperoleh hasil sebagaimana Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Model Summary Tes Autokorelasi
Model RR
SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
1 .881a .775 .763 1.57293E8 1.442
a. Predictors: (Constant), Lebar Jalan, UmurEff.bangunan, Luas Tanah, Jarak ke pusat kota, Luasbangunan
b. Dependent Variable: h.jual
Sumber : Hasil olahan, 2013
Hasil analisis Tabel 3, menunjukkannilai Durbin-Watson sebesar 1,442. Untukmengujinya harus mencari nilai Durbin-Watson tabel. Dengan jumlah variabelindependent 5 (lima) dan jumlah sampel 100(seratus), diperoleh nilai dL sebesar 1,254dan dU sebesar 1,772. Dengan hasil tersebutkita lihat bahwa nilai d terletak diantara batasbawah dL dan batas atas dU, yang berartibahwa tidak terjadi gejala autokorelasi.Selain itu, pada uji ini diperoleh angkaDurbin Watson model regresinya adalah1,442 berada antara -2 sampai dengan 2 iniartinya tidak terjadi autokorelasi.
Tes Linearitas
Dari pengujian linearitas diperolehhasil sebagaimana Gambar 3 berikut:
Hubungan Harga Jual Ruko Dengan X1,X2, X3, X4 dan X5
Gambar 3. Linearitas Hubungan Harga JualRuko dengan X1, X2, X3, X4 dan X5
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 20
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwarata-rata variabel independen cenderungmeningkat seiring dengan peningkatan hargajual karena semakin meningkat luas tanah,luas bangunan, umur efektif bangunan danlebar jalan, maka akan semakin meningkatpula harga jual ruko. Sedangkan untuk jarakke pusat kota cenderung menurun(berbanding terbalik) karena semakin jauhjarak ke pusat kota maka akan mengurangiharga jual ruko.
Dari hasil regresi linear bergandadiperoleh suatu model persamaan yangberpengaruh terhadap harga jual.Sebagaimana hasil Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Koefisien Data Regresi LinearBerganda
Model
UnstandardizedCoefficients
B
1 (Constant) -1.145E9
l.tanah 1964379.393
l.bang 4251260.254
jarak -4.629E7
u.eff 2.421E7
l.jalan 3.145E7
Sumber : Hasil Olahan, 2013
2. Uji Korelasi Serentak (Uji F)
Dari uji korelasi serentak (uji F)diketahui bahwa tingkat signifikansinyaadalah 0,00 atau dengan kata lainprobabilitas kesalahannya kurang dari 0,05.Hal ini menunjukkan bahwa luas tanah, luasbangunan, jumlah lantai, tahun pembelian,jarak ke pusat kota dan umur efektifbangunan, secara bersamaan/serentakmempengaruhi terhadap harga jual ruko.
Tabel 4 berikut memperlihatkan hasilperhitungan uji F
Tabel 4 Perhitungan Uji F (ANOVA)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 8.028E18 5 1.606E18 64.896 .000a
Residual 2.326E18 94 2.474E16
Total 1.035E19 99
a. Predictors: (Constant), Lebar Jalan, Umur Eff.bangunan,Luas Tanah, Jarak ke pusat kota, Luas bangunan
b. Dependent Variable: h.jual
Sumber : Hasil Olahan, 2013
Hasil pengujian Anova denganmenggunakan uji F memperlihatkan nilai Fhitung sebesar 64,896 dengan signifikansinyaadalah 0,00. Dengan mencari 1 = 5 dan 2 =94, maka diperoleh nilai F tabel 6,61.Dengan kondisi di mana nilai F hitung lebihbesar daripada F tabel dan nilai signifikansilebih kecil daripada alpha lebih dari (0,05),maka kesimpulan yang dapat diambil adalahH0 ditolak yang berarti H1 diterima(koefisien regresi harga jual ruko signifikandengan setiap variabel bebas).
3. Uji Korelasi Parsial (Uji T)
Hasil Pengujian korelasi parsial (uji T ) bisadilihat pada Tabel 5 berikut:
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 21
Tabel 5 Koefisien uji T
Sumber : Hasil olahan, 2013
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwanilai koefisien konstanta adalah sebesar -1,145×109 dengan t hitung sebesar 4,960,dan nilai signifikansinya sebesar 0,00.Koefisien slope skor luas tanah adalahsebesar 1.964.379,393 dengan t hitungsebesar 3,996 dan nilai signifikansi 0,00;koefisien slope skor luas bangunan adalahsebesar 4.251.260,254 dengan t hitungsebesar 8,418 dan nilai signifikansi 0,00;koefisien slope skor jarak ke pusat kotaadalah sebesar -4,629×107 dengan t hitungsebesar -4,217 dan nilai signifikansi 0,00;koefisien slope skor umur efektif bangunanadalah sebesar 2,421×107 dengan t hitungsebesar 5,563 dan nilai signifikansi 0,00 dankoefisien slope skor lebar jalan adalahsebesar 3,145×107 dengan t hitung sebesar6,581 dan nilai signifikansi 0,00. Nilai t tabeluntuk uji ini adalah 1,725 yang diperolehdengan alpha 5% dan df 99 (n 1). Jikadibandingkan nilai t hitung koefisienkonstanta dan skor variabel independenlainnya dengan t tabel, serta nilai signifikansikonstanta dan variabel bebas < 0,05 makakesimpulan yang dapat diambil adalah H0
ditolak yang berarti H1 diterima (koefisienregresi harga jual ruko signifikan dengansetiap variabel bebas).
PEMBAHASAN
Pada pendekatan pasar ini, data yangdikumpulkan 100 (seratus) ruko yang telahmelebihi uji kecukupan data. Variabel-variabel yang digunakan sesuai denganpembatasan masalah yang telah ditentukan.Setelah dilakukan uji klasik ekonometrikyang dilakukan dengan bantuan perangkatlunak SPSS for windows versi 17 yaitu ujinormalitas, uji heterokedastisitas, ujimultikolinearitas, uji autokorelasi dan ujilinearitas serta uji F dan T, ada 5 (lima)variabel yang signifikan mempengaruhiharga jual ruko yaitu luas tanah, luasbangunan, umur efektif bangunan, jarak kepusat kota dan lebar jalan.
Dari hasil uji klasik ekonometrikdapat diambil kesimpulan bahwa penyebaranresidual tidak teratur, terpencar dan tidakmembentuk pola tertentu dan pola titikmenyebar diatas dan dibawah angka 0 padasumbu Y sehingga bisa diartikan tidak terjadigejala heterokedastisitas. Tidak terjadimultikolinearitas pada variabel yang diujiyang dapat dilihat dari nilai VIF-nya.Sedangkan pada tes normalitas, nilai plot P-Pterletak di sekitar garis diagonal dan tidakmenyimpang jauh dari garis diagonalsehingga bisa diartikan bahwa distribusi data
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.
CollinearityStatistics
B Std. Error BetaToleran
ce VIF
1 (Constant) -1.145E9 2.308E8 -4.960 .000
l.tanah 1964379.393 491574.587 .240 3.996 .000 .664 1.507
l.bang 4251260.254 505048.059 .515 8.418 .000 .639 1.565
jarak -4.629E7 1.098E7 -.221 -4.217 .000 .872 1.147
u.eff 2.421E7 4353081.164 .278 5.563 .000 .958 1.044
l.jalan 3.145E7 4778296.608 .340 6.581 .000 .896 1.117
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 22
harga jual ruko adalah normal. Hasil analisismenunjukkan nilai Durbin-Watson sebesar1,442 yang artinya tidak terjadi autokorelasi(2 s.d -2). Rata-rata variabel independencenderung meningkat seiring denganpeningkatan harga jual karena semakinmeningkat luas tanah, luas bangunan, umurefektif bangunan dan lebar jalan, maka akansemakin meningkat pula harga jual ruko.Sedangkan untuk jarak ke pusat kotacenderung menurun (berbanding terbalik)karena semakin jauh jarak ke pusat kotamaka akan mengurangi harga jual ruko.
Hasil pengujian Anova denganmenggunakan uji F memperlihatkan nilai Fhitung (64,896) lebih besar daripada F tabeldan nilai signifikansinya (0,00) lebih kecildaripada alpha lebih dari (0,05), sehingga H0
ditolak yang berarti H1 diterima (koefisienregresi harga jual ruko signifikan dengansetiap variabel bebas). Sedangkan pada uji t,nilai t hitung koefisien konstanta dan skorvariabel independen lainnya dengan t tabel(1,725), serta nilai signifikansi konstanta danvariabel independent < 0,05 makakesimpulan yang dapat diambil adalah H0
ditolak yang berarti H1 diterima (koefisien
regresi harga jual ruko signifikan dengansetiap variabel bebas).
Dari hasil analisis data penelitian danpembahasan, maka dapat disimpulkankorelasi antara variabel-variabel yangberpengaruh terhadap harga jual rukomeliputi luas tanah (X1) dengan korelasi kuat,luas bangunan (X2) dengan korelasi kuat,jarak ke pusat kota (X3) dengan korelasisedang, umur efektif (X4) dengan korelasisedang dan lebar jalan (X5) dengan korelasisedang.
DAFTAR PUSTAKA
-------. (2007). Standar Penilaian Indonesia(SPI). Jakarta, Indonesia: DepartemenKeuangan.
Radam, I.F. (2008). Bahan Ajar RekayasaLalulintas. Cetakan Pertama. ProgramNon Regular S1 Teknik Sipil FakultasTeknik. Universitas LambungMangkurat. Banjarmasin.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 23
ANALISIS KEAUSAN PAHAT POTONG KARBIDA DITINJAU DARI PERUBAHAN
GAYA PEMOTONGAN DENGAN PENGAMATAN DAYA
MOTOR PADA MESIN BUBUT CNC EMCO TURN 242
Sigit Mujiarto , ST., M.Eng.1) dan Ach. Kusairi S., MT.,MM.2)
Staf Pengajar Politeknik Negeri Banjarmasin 1)
Staf Pengajar Prodi. Teknik Mesin Universitas lambung Mangkurat 2)
e-mail: [email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Proses terjadinya keausan pahat disebabkan oleh gaya potong yang meningkat,dengan demikian terjadi juga peningkatan daya pemotongan. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui proses terjadinya keausan pahat ditinjau dari perubahan gaya potong denganpengamatan daya motor dan waktu yang diperlukan sampai pahat mencapai batas keausan.Parameter yang diamati adalah daya potong (Nc), gaya potong (Fv) dan waktu prosespemesinanan (Tm), serta umur produktif pahat (Tp). Untuk kondisi pemotongan V, f dan akonstan, pahat yang dipergunakan untuk proses pembubutan pahat karbida. Diperolehharga gaya potong teoritis (Fvteo) = 624,56 N, dengan batas keausan kritis VB= 0,2 mm.Keausan pahat terjadi sebelum harga gaya potong Teoritis (Fvte0) terpenuhi. Dengan kondisipemotongan (V = 25 m/menit, f = 0,30 mm/put, a = 1 mm), maka gaya potong aktual =624 N, dengan batas keausan tepi (VB) = 0,2 mm, dan besarnya arus yang mengalir I =1,182 Ampere, serta waktu pemotongan T = 22,49 menit. Hal ini telah menunjukkanbahwa keausan pahat telah nampak pertumbuhan keausan akan semakin cepat dan padasuatu saat ujung pahat sama sekali akan rusak.
Kata Kunci : Keausan pahat, daya motor
ABSTRACT
The process of tool wear causes the cutting forces are increased, then the amount ofcutting power increases. This study aims to determine the occurrence of tool wear in terms ofchanges in cutting forces with the observation of motor power and time needed to chiselreached the limit of tool wear. Parameters were the power cut (Nc), cutting force (Fv) andprocessing time pemesinanan (Tm), as well as productive age Tool (Tp). For the cuttingconditions V, f and a constant, a chisel used for the process of turning carbide tool. Retrievedtheoretical price cutting forces (Fvteo) = 624.56 N, with a limit of critical wear VB = 0.2 mm.Tool wear occurs before the price cut style Theoretical (Fvteo) is fulfilled. With the cuttingconditions (V = 25 m / min, f = 0.30 mm / a put, a = 1 mm), then the actual cutting forces =624 N, with boundary edge wear (VB) = 0.2 mm, and the huge flow flowing I = 1.182 ampere,and the cutting time T = 22.49 minutes. It has been shown that tool wear was visible growthwill wear more quickly and at any time at all nose tool tip will be damaged.
Keywords: Tool Wear , power motor
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keausan pahat potong karbida dalamproses pembubutan merupakan suatufenomina yang sering dijumpai dalam prosespembubutan. Banyaknya macam pahatpotong yang beredar dipasaran dengan tanpamencantumkan kualifikasi kemampuankinerjanya, maka perlu dilaksanakanpenelitian mengenai sifat fisik maupunmekanis serta mampu mesin.
Keausan pahat aka menjalar denganbertambahnya waktu pemotongan hinggapada suatu saat pahat yang bersangkutandianggap tidak dapat digunakan lagi,keausan pahat akan menimbulkan efekyakni :
1. Kenaikan gaya potong.2. Getaran3. Penurunan kehalusan permukaan hasil
permesinan4. Perubahan dimensi
Rumusan Masalah
Keausan pahat potong karbida padaproses pembubutan merupakan fenomenayang sering dijumpai pada pembubutansehingga pada penelitian ini yang menjadipermasalahan adalah :
1. Berapa waktu yang dibutuhkan sampaipahat mencapai batas keausan.
2. Bagaimana perbandingan antara umurpahat teoritis dengan umur pahatsebenarnya.
3. Bagaimana proses terjadinya keausanpahat ditinjau dari perubahan gayapemotongan dengan pengamatan gayamotor.
Batasan Masalah.
Batasan masalah pada penelitian iniadalah :
- Data pemesinan berlaku untuk pahatkarbida.
- Tidak membahas program CNC, Tidakmembahas keausan kawah., Tidakmenggunakan cairan pendingin.
Asumsi :- Spesimen uji adalah pahat potong
karbida,Benda kerja yang digunakanadalah Baja ST;50.
- Menggunakan Mesin Bubut CNCEMCO TURN 242, Mesin bubut yangdigunakan dalam keadaanstandart.Operator bekerja secara optimal
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :untuk mengetahui proses keausan pahatditinjau dari perubahan gaya pemotongandengan pengamatan daya motor serta untukmengetahui waktu yang diperlukan sampaipahat mencapai batas keausan.
Landasan Teori.
Pengertian Proses permesinan
Proses pemesinan adalah Proses yangdigunakan untuk mengubah bentuk suatuproduk dari logam ( komponen mesin )dengan cara memotong.
Adapun proses memotong logam itudapat dikelompokkan menjadi empatkelompok dasar yaitu :
a) Proses Pemotongan dengan mesin Lasb) Proses Pemotongan dengan mesin Press
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 25
c) Proses Pemotongan dengan mesinPerkakas, dan
d) Proses Pemotongan Non –Konvensional ( Electro DischargeMachining, Laser Beam Machining,Chemical Milling, dan sebagainya. )
Elemen Dasar Proses Pemesinan Turning.
Elemen dasar proses pemesinanpembubutan meliputi :
1) Kecepatan Potong ( cutting speed ) ; V(m/min)
2) Kecepatan Makan ( feeding speed ) ; Vf
(mm/min)3) Kedalaman Potong ( depth of cut ) ; a
(mm)4) Waktu Pemotongan ( cutting time ) ; tc
(min)5) Kecepatan Penghasilan Geram ; Z
(cm3/min)
Elemen proses tersebut diatasberdasar pada demensi benda kerja dan ataupahat serta besaran dari mesin perkakas.
Pada proses Bubut (Turning) denganmesin CNC ,harga putaran poros utama ( n' )umumnya dibuat bertingkat dengan aturanyang telah distandarkan, misalnya : 36, 55,75, 105, 130, 185, 250, 370, 630, 920, 1250,dan 2000 rpm.
Untuk mesin CNC dengan putaranmotor variable,ataupun dengan sistemtransmisi variable,kecepatan putaran porosutama tidak lagi bertingkat melainkanberkesinambungan (continue). Begitu jugapada gerak makannya (f) yang tersedia padamesin CNC bermacam-macam dan menuruttingkatan yang telah distandarkan misalnya :…, 0.1, 0.112, 0.125, 0.14, 0.16 (mm/(r).
Kerusakan dan Keausan Pahat
Selama proses pembentukan geramberlangsung,pahat dapat mengalamikegagalan dari fungsinya yang normalkarena berbagai sebab antar lain :
1. Keausan yang secara bertahap membesar( tumbuh ) pada bidang aktif pahat.
2.Retak yang menjalar sehinggamenimbulkan patahan pada mata potongpahat.
3.Deformasi plastik yang akan mengubahbentuk/geometri pahat.
Keausan dapat terjadi pada bidanggeram ( A ) ,dan/atau pada bidang utama (A ) pahat. Karena bentuk dan letaknyayang spesifik ,keausan pada bidang geridangutama/mayor dinamakan sebagai KeausanTepi (Flank Wear)
METODE PENELITIAN
Metodelogi peneltian yang digunakanadalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur2. Perancangan peralatan dan material3. Perancangan dimesnsi benda kerja dan
parameter pemesinan4. Pemograman benda kerja5. Ploting Program6. Pemeriksaan program7. Pembuatan benda kerka dengan
parameter yang ditentukan8. Pengamatan Daya Motor9. Analisis terhadap hasil pengujian
Pengolahan Data dan Pembahasan
Rumus yang dipakai pada proses bubut
Dari hasil Penelitian terhadapkemampuan dari pahat potong karbida
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 26
dalam kasus keausan pahat pada prosespembubutan, dapat dianalisa denganmenggunakan rumus sebagai berikut :
1) Kecepatan Potong :
V =1000
.. nd; m/min
Dimana:
D = diameter rata – rata
D = ( do + dm ) / 2 = do ; mm
2) Kecepatan Makan :Vf = f . n'. ; mm/min.
3) Waktu Pemotongan :tc = lt / vf ; min
4) Tebal geram sebelum terpotongA = f . a ; mm2
5) Gaya PotongFy= Ks. A (N)
6) Daya Potong
NC = )(000.60
.KW
VFv
Data Hasil PercobaanDengan menggunakan mesin bubut
CNC EMCO TURN 242 didapat hasilperhitungan sebagai berikut :- Kecepatan Potong (V) = 25 mm/min- Kecepatan makan (f) = 0,03 mm/put- Kedalaman potong (a) = 1mm- Umur Pahat (T) = 22,49 menit- Umur Pahat Teoritis (Tteo) = 812383,05
menit- Gaya potong (Fv) =624 N- Gaya potong Teoritis (Fvteo)= 624,56N- Daya potong (Nc)= 260 Watt- Tegangan (v) = 220 V- Arus Ideal (Ii) = 0,015 Ampere- Daya Ideal ( Ni) = 3,3 Watt
PEMBAHASAN
Untuk kondisi pemotongan ( v=25m/menit, f = 0,30 mm/put, a = 1 mm )dengan menggunakan pahat karbida didapatharga gaya potong teoritis (Fvteo) = 624,56N, setelah dilakukan percobaan, keausanpahat terjadi sebelum harga gaya potongteoeitis (FVteo) terpenuhi. Keausan pahattersebut terjadi pada harga Fv = 624 N,sehingga terjadi perbedaan harga antaragaya potong teoritik dengan gaya potongsebenarnya, perbedaan harga ini disebabkanantara lain :1. Pada perhitungan gaya potong teoritis
kekuatan material dianggap meratadisemua titik, sedangkan padapercobaan kekuatan material bendakerja yang dipakai belum tentu merata.
2. Pada percobaan, beban kejut yangterjadi sangat besar sedangkan padaperhitungan beban kejut yang terjadidiasumsikan kecil yaitu pada awalpemotongan dan pemotongan tidakterputus-putus.Keausan pahat dapat diamati dari
perubahan gaya pemotongan, apabilakenaikan gaya potong (Fv) sudah mencapaidari harga = 624 N, maka pahat tersebutsudah dinyatakan aus untuk kondisipemotongan ( V= 25 m/menit, f=0,30mm/put, a = 1 mm).
Untuk Gaya Potong (Fv) didapatkanharga batas keausan kritis (VB = 0,2 mm),arus yang mengalir ( I = 1,182 Ampere )serta waktu pemotongan ( T=22,49 menit) .Apabila dalam konsisi tersebut pahat tetapdigunakan maka pertumbuhan keausan akansemakin cepat dan pada suatu saat ujungpahat sama sekali akan rusak. Kerusakanfatal seperti ini tidak boleh terjadi sebabgaya pemotongan akan sangat tinggisehingga dapat merusak seluruh pahat,mesin perkakas, dan benda kerja serta
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 27
membahayakan operator yangmenjalankanmesin tersebut.
Keausan pahat tersebut akanmenimbulkan efek yaitu :
- Efisensi pemesinan akan menurun- Perubahan dimensi/geomitrik
produk- Penurunan kehalusan
PENUTUP
Kesimpulan- Keausan pahat dapat diketahui dengan
mengamati indikator daya sampaibesarnya arus pada ampere metermencapai mencapai harga ; 1,1mampere dan apabila besarnya arus telahmencapai harga tersebut maka pahatpahat sudah dinayatakan aus.
- Dengan melakukan pengamatan dayamotor , untuk kondisi pemotongan (V=25 m/menit, f=0,30 mm/put, a = 1 )keausan pahat potong karbida terjadipada harga 260 watt dan besarnya gayapemotongan yang terjadi sebesar (Fv)= 624 N sedangkan besarnya gayapotong teoritis (Fteo) = 624,56 N.Perbedaan harga antara gaya potongteoritis dan eksperimen disebabkanoleh kekuatan material dan beban kejutyang terjadi antara teoritis daneksperimen tidak sama.
- Waktu yang dibutuhkan sampai pahatmencapai batas keausan adalah (T) =22,49 menit dan umur pahat teritis (Tteo) = 81283,05 menit
Saran- Agar lebih praktis dalam menentukan
keausan pahat , maka skala pada ampermeter perlu diberikan tanda merehpada harga I = 1,18 amper sehinggatidak perlu lagi menggunakan amperedigital.
- Untuk menghindari hal-hal yang tidakdiinginkan seperti : Kerusakan pahat,mesin, benda kerja ) gaya potong yangterjadi pasa kondisi pemotongan ( V =25 m/menit, f = 0,30 mm/put, a =1mm), tidak boleh melebihi 624Newton.
DAFTAR PUSTAKA
Amstead B.H. ( et. All ) 1997.Manufacturing Processes.UnitedStates of America.
Boothroyd G. 1981. Fundamental of MetalMachining and Machining Tools.Singapore.
De Garmo E. Paul (et. All ) 1997. Materialang Processes in Manufacturing, PE.International, London
Lister, E. 1984. Mesin dan RangkaianListrik, Erlanggaa, Jakarta.
Majer. E. 1988. Petunjuk Pelayanan EmcoTU-2A, Austria.
Priambodo, Bambang. 1995, TeknologiMekanik, Erlangga, Jakarta.
Rochim, Taufiq. 2007. Perkakas dan SistemPemerkakasan. ITB Bandung.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 28
SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATANPADA PRAKTIK DOKTER DI APOTEK PERINTIS
Abdul Rozaq[1], Rahimi Fitri[2], Ronny Faslah[3], Muhammad Junaidi[4], Tuti Alawiyah [5]
Program Studi Manajemen Informatika, Jurusan Administrasi BisnisPoliteknik Negeri Banjarmasin
e-mail: [email protected][1], [email protected][2], [email protected][3],
[email protected] [4], [email protected][5]
ABSTRAK
Perkembangan ilmu teknologi saat ini sudah mulai merebak di seluruh negara, tidak
hanya di negara maju, perkembangan ilmu teknologi di negara-negara berkembangpun juga tidak
kalah pesatnya. Peralatan yang canggih, cepat dan serba praktis itulah yang dibutuhkan oleh
sebuah instansi maupun lembaga dan personal sebagai penggunanya saat ini. Pada praktik dokter
di Apotek Perintis pelayanan yang dilakukan selama ini adalah pelayanan yang dilakukan secara
manual baik dalam pemberian nomor antrian pada pasien, pembuatan kartu registrasi pasien dan
pengarsipan data pasien. Sistem ini sudah dianggap tidak efektif dan efisien lagi. Mengingat
pesatnya peningkatan jumlah pasien sehingga pelayanan yang dilakukan menjadi lambat dan
memakan waktu yang lama.
Untuk menguatkan penelitian, diperlukan landasan teori yang bersangkutan dengan judul
penelitian seperti pengertian sistem informasi pelayanan kesehatan pada praktik dokter,
penjelasan DBMS, dan penjelasan tentang aplikasi yang digunakan dalam membuat sistem
informasi tersebut seperti Embarcadero Delphi 2010 dan MySQL 5.0. Metode pengembangan
sistem yang digunakan adalah metode SDLC yang terdiri dari : Perencanaan Sistem, Analisis
Sistem, Perancangan Sistem, Penerapan Sistem, dan Pemeliharaan Sistem. Untuk metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan wawancara, untuk desain sistem terbagi
menjadi dua yaitu desain logis seperti Perancangan DFD, ERD, CDM dan PDM, dan desain
sistem yang kedua yaitu desain fisik.
Hasil dari penelitian yang dilakukan pada praktik dokter di Apotek Perintis adalah sistem
informasi yang dibuat mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh pihak yang
bersangkutan, sehingga membuat pelayanan ke pasien menjadi lebih nyaman dan membuat
pekerjaan yang ditangani oleh asisten dokter menjadi lebih mudah dan cepat.
Kata Kunci : Sistem Informasi, Pelayanan Kesehatan. Apotek Perintis
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 29
PENDAHULUAN
Pemanfaatan teknologi informasi bagi
sebuah perusahaan, instansi maupun personil
di zaman sekarang ini adalah merupakan
sesuatu yang sangat penting hal ini
dimaksudkan agar kebutuhan akan
penyampaian dan pencarian informasi dapat
disajikan dengan cepat dan mudah. Pada
praktik dokter di Apotek perintis sistem yang
dilakukan sekarang ini masih secara manual
dan belum terkomputerisasi sehingga
pengarsipan dan pencarian data menjadi
lambat yang mengakibatkan kualitas
pelayanan ke pasien menjadi menurun.
Melihat dari permasalahan yang terjadi pada
praktik dokter di Apotek Perintis inilah
penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian dalam hal pembuatan Sistem
Informasi terpadu dengan judul “Sistem
Informasi Pelayanan Kesehatan Pada Praktik
Dokter Di Apotek Perintis”. Dan aplikasi
yang akan digunakan yaitu aplikasi berbasis
bahasa pemrograman Embarcadero Delphi
2010, sedangkan untuk membangun
databasenya, penulis menggunakan MySQL
versi 5.0.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1) Bagaimana merancang Sistem InformasiPelayanan Kesehatan pada Praktik Dokterdi Apotek Perintis ?
2) Bagaimana membangun Sistem InformasiPelayanan Kesehatan pada Praktik Dokterdi Apotek Perintis ?
3) Bagaimana mengimplementasikanSistem Informasi Pelayanan Kesehatanpada Praktik Dokter di Apotek Perintis ?
METODE PENELITIAN
Berdasarkan aspek tujuannya metode
yang digunakan dalam meneliti sistem ini
adalah jenis penelitian terapan. Penelitian
terapan adalah salah satu jenis penelitian
yang bertujuan untuk memberikan solusi atas
permasalahan tertentu secara praktis.
Sumber data yang diambil penulis
dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
yaitu sumber data primer (langsung) seperti
wawancara dan saran dari pengguna, dan
sumber data sekunder (tidak langsung) yaitu
berupa bukti, catatan yang telah tersusun
dalam arsip atau data dokumentasi yang
diperlukan untuk penulis dalam penelitian.
Teknik penelitian yang dilakukanyaitu observasi (Pengamatan) langsungterhadap objek yang diteliti di Apotekperintis dan wawancara langsung kepadaassisten dokter tentang data-data yangdiperlukan dalam penelitian.
Dalam pengembangan sistem inimetode pengembagan menggunakan metodeSDLC. Tahapan utama siklus hidupPengembangan Sistem terdiri dari :
1) Perencanaan Sistem (Sistems Planning)2) Analisis Sistem (Sistem Analysis)3) Perancangan Sistem (Sistems Design)4) Penerapan Sistem (Implementasi)5) Pemeliharaan SistemSiklus hidup pengembangan sistem denganlangkah-langkah utamanya adalah sebagaiberikut :
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 30
Gambar 1 Metode SDLC
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kelemahan sistem lama dapat
juga digambarkan menggunakan sistem
flowchat, yaitu sebagai berikut :
Gambar 2 Flowchat Sistem Lama
Adapun Flowchart yang diusulkan
untuk sistem baru pada praktik dokter di
Apotek Perintis adalah sebagai berikut :
Gambar 3 Flowchart Sistem Baru
Setelah membuat perancangan flowchart
yang baru maka setelah itu dilanjutkan
dengan perancangan perangkat lunak dan
hasil perancangannya sebagai berikut :
Gambar 4 PDM (Physycal Data Model)
FK_TABEL_RE_MEMILIKI_TABEL_PA
FK_TABEL_RE_MELAKUKAN_TABEL_PA
FK_TABEL_RE_MENCATAT_TABEL_DO
FK_TABEL_PA_DIMILIKI_TABEL_KO
FK_TABEL_DO_SPESIFIKA_TABEL_SP
FK_TABEL_PE_MEMPUNYAI_TABEL_RE
Tabel_Pasien
id_pasien
id_kota
nama_pasien
alamat_pasien
jenkel_pasien
tgl_lhr_pasien
bln_lhr_pasien
thn_lhr_pasien
umur_pasien
gol_drh_pasien
tinggi_bdn_pasien
berat_bdn_pasienno_telp_pasien
varchar(20)
integer
varchar(30)
varchar(50)
varchar(10)
integer
varchar(10)
integer
integer
enum
decimal(6,2)
decimal(6,2)varchar(20)
<pk>
<fk>
Tabel_dokter
nip_dokter
id_spesialis
nama_dokter
id_spesialis_dokter
kantor_dokter
no_hp_dokter
email_dokter
status_dokter
varchar(25)
integer
varchar(30)
integer
varchar(200)
varchar(50)
varchar(30)
enum
<pk>
<fk>
Tabel_Reservasi
kode_reservasi
id_pasien
tgl_reservasi
no_antrian
status_antrian
integer
varchar(20)
date
integer
integer
<pk>
<fk>
Tabel_Kota
id_kota
nama_kota
integer
varchar(30)
<pk>
Tabel_spesialis
id_spesial is
nama_spesialis
integer
varchar(30)
<pk>
Tabel_Rekammedik
no_rekammedik
id_pasien
nip_dokter
integer
varchar(20)
varchar(25)
<pk>
<fk1>
<fk2>
Tabel_Pemeriksaan
id_pemeriksaan
no_rekammedik
tgl_periksa
keluhan
pemeriksaan
obat
<Undefined>
integer
<Undefined>
<Undefined>
<Undefined>
<Undefined>
<pk>
<fk>
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 31
Setelah selesai melakukan perancangan
perangkat lunak maka desain database dan
pembuatan program dapat dilaksanakan.
Adapun struktur dari menu program tersebut
adalah sebagai berikut :
Gambar 5 Struktur Menu Program
Aplikasi Sistem informasi pelayanan
kesehatan yang dibuat ini dilengkapi dengan
fasilitas form login agar keamanan data yang
rahasia dapat lebih terjaga.
Gambar 6 Form Login
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan form
registrasi pasien yang dapat langsung
mencetak kartu berobat pasien dengan
mudah.
Gambar 7 Form Registrasi Pasien
Selain itu aplikasi yang dibuat ini juga
dilengkapi dengan form reservasi pasien
yang dirancang agar dapat memberikan
nomor antrian pasien yang tepat sehingga
tidak ada pemberian nomor antrian yang
salah.
Gambar 8 Form Reservasi Pasien
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 32
Dan aplikasi juga dilengkapi dengan sistem
back up dan restore untuk keamanan
penyimpanan data apabila komputer atau
aplikasi mengalami masalah atau gangguan.
Pengujian
Setelah dilakukan uji coba oleh
asisten dokter atau admin maka di peroleh
tingkat perbandingan sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan Uji Coba Program
No Kategori SistemLama
SistemBaru
1) Integritas Tidakada, fileterpisah-pisah
Ada, sangatmenunjang
2) Otomatisasidanvalidasi
Kurang Baik, karenaprogram dirancangsedemikianrupamenggunakanmessageboxatau pesanperingatanjika datayangdimasukkantidak sesuai,serta userauthentification ataupenggunaanpasswordsehinggatidak semuaorang bisamengaksesprogramtersebut
3) Teknikalerror
Masihseringterjadi
Jarangterjadi,karenasetiap datasudahmemilikiprimary keyatau kunciutama yangbersifat unik(tidak samadenganprimary keypada datayang lain)
4) HumanError
Belumminimal
Bisadiminimalkan
5) Redudansi Seringterjadi
Tidak terjadilagi
6) Back up Dapatditingkatkan
7) KecepatanPengolahandata
Agaklambat
Lebih cepat
Dengan dibuatnya Sistem Informasi
Pelayanan Kesehatan pada Praktik Dokter di
Apotek Perintis ini, maka permasalahan yang
dihadapi oleh pihak yang bersangkutan dapat
terjawab dan terselesaikan. Sehingga mutu
pelayanan menjadi lebih baik dan pekerjaan
yang dihadapi oleh asisten dokter menjadi
lebih cepat dan mudah.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 33
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R. (2011). Laporan Tugas Akhir
Sistem Informasi Perpustakaan pada
Madrasah Aliyah Siti Mariam dengan
menggunakan Pemrograman Java
Dan Mysql 5.0. Banjarmasin:
Politeknik Negeri Banjarmasin.
Amalia, R., & Wardani, S. (2011). Laporan
Tugas Akhir Sistem Informasi Praktik
Dokter Askes pada Rumah Sakit Puri
Paramita Menggunakan Delphi Versi
7.0. Banjarmasin: Politeknik Negeri
Banjarmasin.
Jainah, A., & Hasanah, U. (2012). Laporan
Tugas Akhir Sistem Informasi
Pendataan Pasien pada Puskesmas 9
November berbasis Client Server.
Banjarmasin: Politeknik Negeri
Banjarmasin.
Kadir, A. (2008). Dasar Perancangan &
Implementasi : Database Relasional.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Maulidah, & Fahriani, R. (2011). Sistem
Informasi P4T Pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional. Banjarmasin:
Politeknik Negeri Banjarmasin.
Moenir, D. H. (2006). Manajemen Umum
Pelayanan di Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nasional, P. B. (2007). Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rimawati. (2013). Health Care and Public
Policy in Community. Malang:
Fakultas Hukum UGM.
Setiawan, W., & Munir. (2006). Pengantar
Teknologi Informasi : Basis Data.
Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Wahyudi, B. (2012). Delphi 2010 dan
Firebird Membuat Aplikasi
Minimarket Client Server (support
barcode scanner). Yogyakarta: Grava
Media.
.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 34
KECERNAAN IN VITRO DAN SERAT KASAR RUMPUT MULATO DAN KALOPOPADA TINGKAT NAUNGAN DAN SISTEM PERTANAMAN YANG BERBEDA
Muhammad Syarif DjayaStaf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary
Banjarmasin
ABSTRACTS
This research was aimed to : 1). knowing interaction shade levels with cropping system toproduction, crude fibre, in vitro digestibility, and carrying capacity mulato grass and kalopo, 2).knowing correct cropping system at shade condition. Attempt taken is factorial with two factor,shade factor of with three levels : without shade (0 %), shade of 25 % and shade of 50 %.Cropping system factor with three levels : monoculture mulato, monoculture kalopo and mixturecropping mulato-kalopo. Attempt use check device divided (split plot design), shade factor placedas split plot and cropping system as sub plot, using environmental device Block RandomizedDesign (BRD) with three replicates.
Result of research show interaction shade level with cropping system of have an effects onreality to production, crude fibre, in vitro digestibility, and the carrying capacity mulato grass andkalopo. Third of cropping system mulato grass and kalopo experience of degradation production,carrying capacity along with the increasing of shading, but improving quality of grasses at theheight of digesting of in vitro and down the crude fibres.
Mixture cropping grass mulato-kalopo at shade condition to give result of dry matters,crude fibre, in vitro digestibility of dry matters and organic matters and carrying capacity whichbetter than monoculture cropping.
Key Words : shade, cropping system, mulato grass, kalopo
PENDAHULUAN
Salah satu kunci keberhasilan dalampeningkatan produksi peternakan adalahtersedianya bahan makanan yang cukup danmempunyai nilai gizi yang tinggi.Ketersediaan bahan makanan untuk ternaktidak selalu dalam keadaan yang memadaiseperti yang diharapkan, baik dari segi mutumaupun jumlahnya. Masalah utama yangdihadapi dalam penyediaan hijauan pakanadalah terbatasnya penggunaan dan
pemilikan lahan, karena pada umumnyapemilikan lahan produktif digunakan untuktanaman pangan dan lahan marginal sepertilahan tepi jalan, selokan dan pinggir hutansebagai tempat tumbuhnya tanaman makananternak tanpa campur tangan manusia.Disamping masalah lahan, rendahnyaproduktivitas dan kualitas hijauan tanamanmakanan ternak yang tumbuh secara alami,juga merupakan kendala dalam upayamenopang produksi ternak ruminansia.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 35
Saat ini pertanaman hijauan dilakukandengan sistem pertanaman murni ataupenanaman pada satu komoditas hijauantertentu misalnya rumput atau leguminosasaja, sementara pertanaman campuran masihjarang dilakukan, padahal bila dibandingkandengan pertanaman murni saja makakeuntungan dari pertanaman campuran salahsatunya adalah dapat meningkatkan produksiternak ruminansia dengan palatabilitas yanglebih baik serta dapat meningkatkan kualitashijauan tanaman makanan ternak.
Luas areal perkebunan di KalimantanSelatan pada tahun 2005 mencapai 156.729ha untuk tanaman kelapa sawit, karet dankelapa (Dinas Perkebunan Prop. Kalsel,2006). Data ini kalau diproyeksikan, makaakan menghasilkan produksi bahan keringhijauan sebesar 4.231.683 – 5.955.702 t ha-1.Dilihat dari luas areal lahan kelapa sawit dankelapa yang begitu besar dan luas lahanperkebunan pada komoditas lain, dirasa perluadanya pemanfaatan dari areal tersebut.Mengingat di lahan perkebunan memilikijarak tanam yang relatif besar, dapatdikatakan merupakan suatu lahan potensialyang belum termanfaatkan dan dibiarkanbegitu saja. Padahal jika ditinjau dari segiagronomis dan zooteknis, di sela-sela lahanpertanaman tersebut dapat diusahakanbudidaya hijauan pakan ternak denganbeberapa spesies tanaman yang tahanterhadap naungan.
Hasil penelitian Tillman, et al. (1989)menunjukkan bahwa rata – rata kandunganserat kasar dan kecernaan in vitro padapertanaman monokultur rumput berbedanyata dibandingan dengan pertanamancampuran rumput – legum. Kandungan seratkasar pada hasil pertanaman campuran lebihrendah sekitar 35 – 100 g kg-1 bahan keringdibandingkan dengan hasil pertanamanmonokultur rumput. Sedangkan kecernaan in
vitro hasil pertanaman campuran lebih tinggisekitar 46 – 80 g kg-1 bahan keringdibandingkan hasil pertanaman monokulturrumput. Kandungan serat kasar hijauanberkorelasi negatif dengan kecernaan in vitronya.
Salah satu dari legum yang seringdipergunakan sebagai penutup tanah di lahanperkebunan adalah kalopo (Calopogoniummucunoides Desv.). Legum ini mempunyaitoleransi yang sedang terhadap naungan dantahan terhadap tekanan penggembalaan(Reksohadiprodjo, 1994). Sedangkan rumputmulato (Brachiaria hybrid cv. Mulato)merupakan spesies yang relatif baru.Rumput mulato adalah sangat superior dalamkualitas dan produktivitas, tahan terhadaptekanan penggembalaan, kemampuanpertumbuhan kembali (regrowth) yang baik,dapat digunakan sebagai rumput potong ataurumput gembala, palatabilitasnya sangat baik(CIAT, 2006).
Tillman et al. (1989) menyatakanbahwa, faktor-faktor yang mempengaruhikecernaan antara lain adalah komposisimakanan, jenis hewan dan jumlah makanan.Selanjutnya dinyatakan bahwa, umur hijauanmakanan ternak juga merupakan salah satufaktor yang sangat berpengaruh terhadaptinggi rendahnya kecernaan. Hijauan yangmasih mudah cenderung lebih dapat dicernadaripada hijauan yang yang sudah tua.Apabila hijauan makin tua, maka proporsisellulosa dan hemisellulosa bertambahsedang karbohidrat yang terlarut dalam airberkurang. Sellulosa dan hemisellulosa tidakdicerna oleh enzim-enzim yang dihasilkanhewan ruminansia, tetapi dicerna oleh jasadrenik. Anggorodi (1984) menyatakan bahwa,perbedaan kecernaan pada hijauandisebabkan terutama karena kadar ligninyang hampir tidak dapat dicerna meskipunoleh ternak ruminansia. Kadar lignin
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 36
tanaman akan bertambah denganbertambahnya umur tanaman, sehingga dayacerna akan semakin menurun denganbertambahnya lignifikasi (Tillman, et al.,1989).
Permasalahan utama pemanfaatan lahanperkebunan untuk budidaya hijauan makananternak adalah adanya naungan dari canopytanaman perkebunan. Menurut Wilson andLudlow (1990), tingkat naungan oleh canopytanaman perkebunan dapat mencapai 80 %,tergantung dari jenis tanaman, jarak tanamdan umur tanaman perkebunan. Naungantersebut mengakibatkan menurunnyatransmisi radiasi matahari yang sampai padapermukaan tajuk hijauan. Sehubungandengan hal tersebut di atas, penulis tertarikuntuk meneliti sistem penanaman rumputmulato dan legum kalopo pada berbagaitingkat naungan dan sistem pertanamansehingga diperoleh hasil kandungan seratkasar, dan kecernaan in vitro
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di JalanSukamaju Kecamatan Landasan Ulin KotaBanjarbaru selama 3 bulan yaitu dari bulanMei 2007 sampai dengan bulan Juli 2007.
Bahan dan Alat
Benih Legum. Benih legum yangdigunakan dalam penelitian ini adalahCalopogonium mucunoides Desv. (kalopo)yang diperoleh dari Fakultas Peternakan IPBBogor.
Rumput. Rumput yang digunakanadalah rumput mulato (Brachiaria hybrid cv.Mulato) diperoleh dari Balai Penyuluh
Pertanian Kecamatan Basarang KabupatenKapuas.
Paranet. Paranet digunakan sebagainaungan, dengan tingkat naungan 25 %dan 50 %.
Penelitian ini merupakan percobaanfaktorial dua faktor, ditata dalam rancanganpetak terbagi (split plot design). Faktor yangdicobakan adalah :
Faktor naungan, ditempatkan sebagai petakutama, terdiri atas tiga taraf, yaitu :
n0 = Tanpa naungan
n1 = 25 % naungan
n2 = 50 % naungan
Faktor sistem pertanaman ditempatkansebagai anak petak, terdiri atas tiga taraf,yaitu :
s1 = monokultur rumput mulato(Brachiaria hybrid cv. Mulato)
s2 = monokultur legum kalopo(Calopoginium muconoides Desv.)
s3 = campuran rumput mulato -legum kalopo 50 : 50
Penanaman rumput dan legumdilakukan dengan menggunakan bahan tanamhasil pembibitan. Jarak tanam yangdigunakan adalah 25 cm x 25 cm.
Paramterer yang diamati adalah seratkasar (%) dan nilai kecernaan in vitrohijauan.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 37
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Serat Kasar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwainteraksi tingkat naungan dengan sistempertanaman berpengaruh sangat nyataterhadap kandungan serat kasar baik padarumput mulato maupun kalopo
Tabel 1. Kandungan serat kasar (%) hasilpengamatan dari pengaruh utamadan interaksi tingkat naungandengan sistem pertanaman
TingkatNaungan
(N)
Sistem Pertanaman (S)
Rata-rata(N)Monokultur
Mulato(s1)MonokulturKalopo (s2)
Campuran
Mulato –Kalopo(s3)
n0 (0 %)
n1 (25 %)
n2 (50%)
30,272f
29,593ef
28,106d
29,249e
27,240c
22,783a
29,927ef
28,553d
25,845b
29,816
28,462
25,578
Rata-rata (S) 29,324 26,424 28.108
Keterangan : Angka rata-rata yang diikutihuruf yang berbeda pada kolom dan barisyang sama menunjukkan berbeda nyataberdasarkan uji DMRT dengan taraf 5 %
Hasil uji beda nilai tengah (Tabel 1)menunjukkan bahwa sistem pertanamanmerespon peningkatan tingkat naungandengan menurunnya kandungan serat kasarsecara nyata.
Pada tingkat naungan 0%, kandunganserat kasar terendah diperoleh pada sistempertanaman monokultur kalopo yakni sebesar29,249 %, berbeda nyata dengan sistempertanaman monokultur mulato (30,272 %),sedangkan pada sistem pertanaman campuran
mulato-kalopo (29,927%) berbeda tidaknyata dengan sistem pertanaman lainnya.
Pada tingkat naungan 25%,kandungan serat kasar pada sistempertanaman berbeda satu sama lain, seratkasar terendah diperoleh pada sitempertanaman monokultur kalopo (27,240%),kemudian sistem pertanaman campuranmulato-kalopo (28,553%) dan tertinggi padasistem pertanaman monokultur mulato(29,593%), sedangkan pada tingkat naungan50% berbeda sangat nyata antar sistempertanaman, dimana kandungan serat kasarterendah diperoleh pada sistem pertanamanmonokultur kalopo (22,783%), sistempertanaman campuran mulato-kalopo(25,845%) dan tertinggi pada sistempertanaman monokultur mulato (28,106%).Hubungan tingkat naungan dengan sistempertanaman terhadap kandungan serat kasarhijauan diillustrasikan seperti pada Gambar 1
Gambar 1. Hubungan antara tingkatnaungan dengan sistem pertanaman terhadapkandungan serat kasar hijauan
Berdasarkan persamaan regresi diatas, menunjukkan adanya hubungan linearnegatif artinya bahwa setiap terjadi
ys1 = -0.0432x + 30.403, R2 = 0.9563
ys2 = -0.1294x + 29.658, R2 = 0.9544
ys3 = -0.0818x + 30.152, R2 = 0.966
20
22
24
26
28
30
32
0 25 50
Se
ratK
asar
(%)
Tingkat Naungan (%)s1 s2 s3Linear (s1) Linear (s2) Linear (s3)
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 38
peningkatan naungan sebesar 1 % akanmengalami penurunan kandungan serat kasarsebesar 0,0432 % pada sistem pertanamanmonokultur mulato, 0,0818 % pada sistempertanaman campuran mulato-kalopo dan0,1294 % pada sistem pertanaman kalopo.
Peningkatan kualitas hijauan yangterjadi adalah adanya penurunan secara nyatakandungan serat kasar seiring denganmneningkatnya taraf naungan, hal ini didugakarena pada kondisi ternaung pembentukandinding sel tanaman lebih sedikit, tanamanlebih sukulen dan kandungan isi sel lebihtinggi. Hasil penelitian ini sejalan denganpendapat Mappaona (1989), bahwa padakondisi tanaman tidak ternaung akanmeningkatkan pembentukan dinding seltanaman terutama silika dan lignin sehinggaserat kasar akan meningkat. Lebih lanjutdilaporkan oleh Ludlow, et al. (1974) bahwaakan terjadi penurunan kandungan serat kasarseiring dengan dengan berkurangnyaintensitas cahaya.
Rendahnya serat kasar pada sistempertanaman monokultur kalopo dibandingpada sistem pertanaman lain lebihdisebabkan karena faktor genetis tanamanlegum yang secara umum memilikikandungan serat kasar lebih rendah daripadatanaman rumput (Stur dan Horne, 1999).Disamping itu, pada kondisi naungan 50 %,sistem pertanaman campuran mulato-kalopomemberikan hasil serat kasar yang lebih baikdaripada pertanaman monokultur rumput, halini diduga karena adanya peranan kalopodalam memberikan sumbangsih N terhadaprumput mulato, sehingga kondisi ini dapatmeningkatkan protein sekaligus menurunkanserat kasar. Menurut Loveles (1987),tanaman polong-polong ketika masihtumbuh, kadang-kadang mengeluarkansebagian (10 – 20 %) nitrogen yang tertambatdalam bintilnya ke tanah sekitarnya. Serat
kasar yang rendah menyebabkan hijauantersebut menjadi tinggi kecernaannya.
Nilai Kecernaan In Vitro Bahan Keringdan Bahan Organik
Kecernaan in vitro bahan kering danbahan organik dari hasil analisis ragammenunjukkan bahwa interaksi tingkatnaungan dan sistem pertanaman berpengaruhsangat nyata terhadap nilai kecernaan in vitrobahan kering dan bahan organic
Tabel 10. Rata-rata nilSyarifaikecernaan in vitro bahan kering dan bahanorganik (%) dari pengaruh utama daninteraksi tingkat naungan dengan sistempertanaman
.................. Kecernaan in vitro bahan kering (%) ........................
TingkatNaungan (N)
Sistem Pertanaman (S) Rata-rata(N)
MonokulturMulato (s1)
MonokulturKalopo (s2)
CampuranMulato-Kalopo
(s3)n0 (0 %)n1 (25 %)n2 (50 %)
57,803a58,097a
59,327c
58,437b60,343c63,620d
57,868a58,426ab60,851c
58,03658,95561,266
Rata-rata (S) 58,409 60,800 59,049................... Kecernaan in vitro bahan organik (%) .....................
n0 (0 %)n1 (25 %)n2 (50 %)
55,629a56,467ab57,130b
57,207b59,013c61,987d
56,411ab57,096b58,635c
56,4257,5359,25
Rata-rata (S) 56,409 59,402 57,381
Keterangan : Angka rata-rata yang diikutioleh huruf yang sama pada kolom atau barisyang sama menunjukkan berbeda tidak nyataberdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 5 %
Hasil uji beda nilai tengah (Tabel 10)menunjukkan bahwa sistem pertanamanmerespon peningkatan tingkat naungandengan meningkatnya hasil nilai kecernaan invitro bahan kering dan bahan organik secaranyata.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 39
ys1 = 0.0306x + 57.645R2 = 0.8903
ys2 = 0.1036x + 58.21R2 = 0.9769
ys3 = 0.0596x + 57.56R2 = 0.8851
52
54
56
58
60
62
64
66
0 25 50
Kecern
aan
Bahan
Keri
ng
(%)
Tingkat Naungan (%)
s1 s2 s3
Pada tingkat naungan 0 %, hasiltertinggi diperoleh pada sistem pertanamanmonokultur kalopo yakni sebesar 58,437 %untuk kecernaan bahan kering berbeda nyatadengan monokultur mulato (57,803 %) danpertanaman campuran mulato-kalopo (57,868%), tetapi kedua sistem pertanaman ini tidakberbeda satu sama lain, sedangkan padakecernaan bahan organik antara pertanamanmonokultur mulato (55,629 %) berbeda nyatanyata dengan pertanaman monokultur kalopo(57,207 %), tetapi keduanya tidak berbedanyata dengan pertanaman cam puran mulato-kalopo (56,411 %).
Pada tingkat naungan 25 %, nilaikecernaan bahan kering dan bahan organikpada pertanaman monokultur mulato (58,097% kecernaan bahan kering dan 56,467 %untuk bahan organik) tidak berbeda nyatadengan sisitem pertanaman campuranmulato-kalopo (58,426 % untuk kecernaanbahan kering dan 57,096 % untuk kecernaanbahan organik), tetapi berbeda nyata denganpertanaman monokultur kalopo (60,343 %untuk kecernaan bahan kering dan 59,013 %untuk kecernaan bahan organik), sedangkanpada tingkat naungan 50 %, nilai kecernaanbahan kering dan bahan organik padapertanaman monokultur mulato (59,327 %kecernaan bahan kering dan 57,130 % untukbahan organik) tidak berbeda nyata dengansisitem pertanaman campuran mulato-kalopo(60,851 % untuk kecernaan bahan kering dan58,635 % untuk kecernaan bahan organik),tetapi berbeda nyata dengan pertanamanmonokultur kalopo (63,620 % untukkecernaan bahan kering dan 61,987 % untukkecernaan bahan organik). Hubungan tingkatnaungan dengan sistem pertanaman terhadapkecernaan bahan kering dan bahan organikdiillustrasikan seperti pada Gambar 2 danGambar 3.
Gambar 2. Hubungan antara tingkatnaungan dengan sistem pertanaman terhadapkecernaan in vitro bahan kering hijauan
Gambar 3. Hubungan antara tingkatnaungan dengan sistem pertanaman terhadapkecernaan in vitro bahan organik hijauan
Berdasarkan persamaan regresi(Gambar 3 dan 4), menunjukkan adanyahubungan linear positif artinya setiap terjadipeningkatan naungan sebesar 1% akanmengalami kenaikan nilai kecernaan bahankering sebesar 0,0306% pada sistempertanaman monokultur mulato, 0,0596%pada sistem pertanaman campuran mulato-kalopo dan 0,1036% pada sistem pertanamankalopo. Hal yang sama terjadi pada
ys1 = 0.03x + 55.66R2 = 0.9952
ys2 = 0.0956x + 57.013R2 = 0.9801
ys3 = 0.0446x + 56.268R2 = 0.9538
52
54
56
58
60
62
64
0 25 50
Ke
cern
aan
Ba
han
Org
an
ik(%
)
Tingkat Naungan (%)s1 s2 s3
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 40
kecernaan bahan organik, dimana setiappeningkatan naungan 1% akan mengalamipenurunan sebesar 0.03% pada sistempertanaman monokultur mulato, 0,0446%pada sistem pertanaman campuran mulato-kalopo dan sebesar 0,0956% pada sistempertanaman monokultur kalopo.
Peningkatan nilai kecernaan in vitrobahan kering dan bahan organik yang terjadiseiring dengan meningkatnya tingkatnaungan sampai 50 % disebabkan karenapada kondisi ternaung tanaman lebih sukulendan kandungan isi sel lebih tinggi, sehinggahijauan akan lebih mudah dicerna akibattidak terlalu banyaknya dinding sel yangterbentuk. Disamping itu, serat kasar yangada pada tanaman akan semakin menurunnyata seiring dengan meningkatnya naungan.
Terdapat korelasi negatif antara seratkasar dengan nilai kecernaan in vitro hijauan,dimana kecernaan bahan kering dan bahanorganik meningkat seiring denganmenurunnya serat kasar. Menurut Berdahl, etal. (2004) dan Sleugh, et al. (2000),kecernaan bahan kering dan bahan organikmeningkat manakala serat kasarnya menurun.Sementara itu, sistem pertanaman campuranpada kondisi naungan 50 % juga menberikanhasil yang lebih baik dibanding pada sistempertanaman monokultur rumput dan mulato,ini disebabkan karena nilai serat kasarnyayang relatif rendah dibanding sistempertanaman monokultur mulato danmonokultur kalopo.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperolehbeberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Terdapat interaksi antara tingkat naungan
dengan sistem pertanaman rumput mulatodan legum kalopo terhadap serat kasardan kecernaan in vitro hijauan.
2. Sistem pertanaman campuran (mulato-kalopo) pada kondisi naungan 50 %merupakan sistem pertanaman yang lebihbaik, karena masih mempunyai nilai seratkasar dan kecernaan in vitro yang lebihbaik dibanding sistem pertanamanlainnya.
Saran
Dianjurkan penanaman campuranrumput mulato dengan kalopo pada lahanperkebunan agar ternak dapat diintegrasikanpada lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Basuno, E. 1995. Integrasi Usaha Peternakandi Kawasan Perkebunan. DariKumpulan Makalah APPATEKTAN.Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor,Bogor. Hal 1-17.
Berdahl, J.D., J.F. Karn and J.R.Hendrickson. 2004. Nutritivequality of cool-season grassmonoculture and binary grass alfalfamixture at late harvest. AgronomyJournal 96 : 951-955.
CIAT. 2006. Tropical Grasses and Legumes: Optimizing genetic diversity formultipurpose use. Annual Report2005.
April 2014, Volume 3, Edisi 1, Nomor 1
PolhaSainsJurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 41
http://www.ciat.cgiar.org/ipra/ingDiakses tanggal 4 Agustus 2006.
Dinas Perkebunan Propinsi KalimantanSelatan. 2006. Statistik PerkebunanKalimantan Selatan Tahun 2005.Dinas Perkebunan PropinsiKalimantan Selatan, Banjarbaru.
Direktorat Bina Produksi Peternakan, 1978.Penuntun Pembuatan Padangpenggembalaan Hijauan MakananTernak. Dirjen Peternakan, Jakarta.
Mappaona. 1989. Pengaruh Naungan danPemberian Nitrogen TerhadapProduksi Bahan Kering danKomposisi Kimia Rumput Brachiariadecumbens STAPF, LaporanPenelitian Faperta IPB, Bogor.
Reksohadiprodjo, S. 1994. ProduksiTanaman Hijauan Makanan TernakTropik. BPFE, Yogyakarta.
Sanchez, P.A. 1993. Sifat dan PengelolaanTanah Tropika. Terjemahan AmirHamzah. Penerbit ITB. Bandung.
Sleugh, B., K.J. Moore. J.R. George and E.C.Brummer. 2000. Binnary Legume-Grass Mixture Improve Forage Yield,Quality and Seasonal Distribution.Agronomy Journal 92 : 24-29.
Sosroamidjojo dan Soeradji. 1981.Peternakan Umum. CV. Yasaguna,Jakarta.
Strüik, W.W., and B. Deinum. 1981. Effectof light intensity after flowering onthe productivity and quality of silagemaize. Neth, J. Agric. Sci. 30: 297.
Wong, C.C., and J.R. Wilson. 1980. Efect ofShading on The Growth andNitrogent Content of Green panic andSiratro in Pure and Mixed SwardsDefoliated at Two Frequncies. Aust.J. Agric. Res. 31:269-285.
Wong, C.C., M.A. Mohd. Sharudin and H.Rahim. 1985. Shade TolerancePotential of Some Tropical Foragesfor Integration With Plantations.
MARDI. Research Bulletin 13: 225-247.
Wong, C.C. 1990. Shade tolerance of tropicalforages: At Review, In: Shelton,H.M., and W.W. Strüik (Eds). Foragefor Plantation Crop. ProcedingACIAR, 32:64