Full page photo - repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/579/1/SKRIPSI PAULUS POKA BOKOL 2.pdf ·...
Transcript of Full page photo - repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/579/1/SKRIPSI PAULUS POKA BOKOL 2.pdf ·...
iv
MOTTO
Jangan pernah meragukan kemampuanmu
(penulis)
Wujud kesuksesan adalah imajinasi yang dituangkan dalam pekerjaan
(penulis)
Di depanmu saya bisa bohong tapi tidak sedikitpun yang tersembunyi bagi Tuhan
(penulis)
Terlalu cepat kalau kamu menyerah saat ini
(Norman Vincent Peale)
Manusia hidup dengan tindakan, bukan dengan gagasan
( Anatole France)
v
PERSEMBAHAN
Bersyukur karena Tuhan menciptakan manusia yang berhati mulia sehingga saya
lahir ditengah keluarga yang sederhana hingga pada akhirnya menjadi bagian dari
Mahasiswa STPMD “APMD” Yogyakarta.
Kepada kedua orangtua Bapak Rehi Teko dan Bunda Billa Gheda yang tercinta
yang selalu mendoakan saya sejak lahir hingga saat ini dan dengan sabar serta
penuh pengorbanan untuk masa depan saya.
Terimakasih buat kaka Riku dan adik-adik saya Agus, Risna, Katrin, Ria, Mahgu,
Mike, dan Bungsu Alexander dan semua keluarga dan tetangga yang menjadi
kekuatan jiwa dan raga saya untuk berjuang hingga memperoleh Gelar Sarjan
Strata 1 (S1)..
Trimakasih buat Bunda Ety dan semua keluarga ranggaroko yang sangat berjasa
dalam hidup saya, kalian adalah bagian dari perjuangan saya.
Trimakasih buat Bunda Imung dan keluarga Hambapraing yang selalu mendoakan
saya dalam proses perjuangan.
Trimakasih juga buat adik-adik perantau yang menjadi teman perjuangan ditempat
rantau serta semua orang yang pernah membantu.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkatNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Proposal ini
yang berjudul Peran Pemerintah Desa dalam Pengembangan Wisata Water Byur
Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten GunungKidul dalam penyusunan
penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan kata-kata,
penggunaan bahasa, namun atas tanggungjawab dan segala keterbatasan penulis
maka menyelesaikan Proposal dengan baik.
Proposal ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi jenjang
pendidikan strata S1 pada Program Studi Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi
Pembagunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta pada tahun 2018.
Dalam penyusunan Proposal ini penyusun telah mendapatkan bantuan dari
berbagai macam pihak, baik langsung maupun tidak langsung.
Maka pada kesempatan ini saya sebagai penyusun mengucapkan limapah
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Habib Mushin, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta dan Bapak/Ibu
karyawan yang tidak disebut satu persatu yang telah memberikan layanan
terbaik dalam proses penyusunan tugas akhir.
2. Bapak Drs. Suharyanto, M.M. selaku Dosen pembimbing yang selalu sabar
menghadapi kesulitan mahasiswa serta bimbingan untuk memberi
pengetahuan tampa pamrih kepada mahasiswa.
vii
3. Kepala Desa Ponjong Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul, serta
perangakat Desa dan masyarakat yang membantu memberi informasi pada
peneliti.
4. Sahabat seperjuangan di STPMD “APMD” Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi.
Penulis mengucapkan limpah terimakasih yang tak terhingga atas bantuan
dukungan serta doa yang mulia hingga dapat menyelesaikan tugas akhir untuk
mendapat Gelar Sarjana Strata 1.
Yogyakarta 23 Oktober 2018
Penulis
( Paulus Poka Bokol )
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
ABSTRAK ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................... 9
D. Kerangka Konseptual .............................................................. 10
1. Pengembangan ................................................................... 10
2. Pengembangan Obyek Wisata Desa .................................. 14
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 16
F. Metode Penelitian ................................................................... 17
1. Jenis Penelitian ................................................................. 17
2. Obyek Penelitian ................................................................ 18
3. Subyek Penelitian .............................................................. 18
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 18
5. Teknik Analisis Data ......................................................... 20
ix
BAB II PROFIL DESA PONJONG DAN BUM DESA HANYUKUPI ..... 23
A. Profil Desa Ponjong ................................................................. 23
1. Sejarah Desa ...................................................................... 23
2. Kondisi Geografis ............................................................. 27
3. Letak Geografis dan Administratif ..................................... 28
4. Keadaan Demografi ........................................................... 30
5. Keadaan Ekonomi ............................................................. 34
6. Kondisi Sarana Dan Prasarana ........................................... 40
7. Kondisi Pemerintahan Desa ............................................... 44
8. Pembagian Wilayah Desa ................................................... 46
9. Struktur Pemerintahan Desa ............................................... 47
B. Profil BUM Desa Hanyukupi ................................................... 51
1. Sejarah BUM Desa ............................................................ 51
2. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa ) .............................. 54
3. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) ........... 57
4. Peningkatan Perekonomian Masyarakat ............................. 61
BAB III ANALISIS DATA ......................................................................... 63
A. Pengembangan Sarana dan Prasarana Wisata Water Byur ........ 63
B. Promosi Obyek Wisata Water Byur ........................................ 72
C. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat ................................... 75
D. Kendala Pengembangan Obyek Wisata Water Byur ................ 78
x
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 83
A. Kesimpulan ............................................................................. 83
B. Saran ...................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Nama-Nama Lurah/Kepala Desa sebelum dan sesudah
berdirinya Desa Ponjong ............................................................ 24
Tabel II-2 Pamong Pembantu Kepala Desa................................................. 24
Tabel II-3 Luas wilayah masing-masing Pedukuhan ................................... 28
Tabel II-3 Jumlah Penduduk Masing-Masing Pedukuhan ........................... 30
Tabel II-4 Kepadatan Penduduk Masing-Masing Pedukuhan ...................... 32
Tabel II-5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan agama Islam
mencapai 99%, kemudian Kristen dan Katholik. ........................ 33
Tabel II-6 Jumlah Penduduk Berdasrkan Mata Pencaharian ....................... 34
Tabel II-8 Komoditas Peternakan Tiap Padukuhan ..................................... 37
Tabel II-9 Komoditas Budidaya Ikan Air Tawar Tiap Padukuhan ............... 38
Tabel II-10 Industri Rumah Tangga ............................................................. 39
Tabel II-11 Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................................... 40
Tabel II-12 Sarana dan Prasarana Kesehatan ................................................ 41
Tabel II-13 Sarana dan Prasarana Olaraga .................................................... 42
Tabel II-14 Prasarana Peribadatan (Muslim) ................................................ 42
Tabel II-15 Prasarana Peribadatan ................................................................ 43
Tabel II-16 Sarana dan Prasarana Lembaga Perekonomian/Usaha Desa ....... 43
Tabel II-17 Sarana dan Prasarana Perdagangan ............................................ 44
Tabel 2.17 Pembagian Wilayah Desa .......................................................... 47
Tabel 2.18 Data Aparat Pemerintah Desa .................................................... 49
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-6 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan
Kepercayaan .......................................................................... 33
Gambar II-19 Struktur Pemerintahan Desa Ponjong Kecamatan Ponjong
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta .......... 48
xiii
INTISARI
Pengembangan Obyek Wisata adalah salah satu sektor yang sangat
strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun Desa
memiliki kendala dalam pengembangan maupun pengelolaan seperti keadaan
wilayah saat ini yang berada pada daerah paling timur yang membuat orang-orang
atau parawisatawan sulit dikunjungi. Kendala selanjutnya kekurangan fasilitas,
terbatasnya lahan untuk mengembangkan oyek Wisata Water Byur, adanya
kecemburuan sosial, terjadinya kepanikan masyarakat akan kehilangan sawah
karena dengan adanya Obyek Wisata Water Byur akan kekurangan air untuk
persawahan warga, harga tiket cukup murah, menurut warga belut mati karena
adanya penggunaan Obat Anti Kuman (OAK), lahan persawahan tidak
diperbolehkan untuk dikelola karena untuk menjaga ketahanan pangan nasional,
dan terbatasnya kreativitas dan inovasi pengelola BUM Desa serta hilangnya
budaya gotong royong, penulis mengambil judul tentang Pengembangan Obyek
Wisata Water Byur Badan Usaha Milik Desa Hanyukupi di Desa Ponjong
Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul.
Skripsi ini memiliki tujuan tersendiri sesuai judul dan fokus penelitian,
yaitu untuk mengentahui kendala Obyek Wisata Water Byur serta bagaiman
meningkat pendapatan masyarakat melalui obyek wisata, karena penelitian ini
difokuskan untuk pembangunan sarana dan prasarana terutama yang menjadi
fokus penelitian maka perlu adanya peran pemerintah dalam pengembangan
Obyek Wisata Water Byur. Setelah melakukan penelitian banyak hal yang yang
ditemui di luar kajian penelitian, artinya untuk melakukan penelitian tidak cukup
hanya dengan satu titik tertentu.
Metode penelitian yang diambil adalah menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, yaitu peneliti medeskripsikan atau mengambarkan tentang
suatu hal secara sistematis terhadap obyek penelitian, seperti yang ada di Desa
Ponjong Kecamatan Ponjong baik itu sosial budaya, pendidikan maupun hal-hal
lain yang berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan yang melekat pada setiap
individu masyarakat dengan cara masing-masing.
Subyek penelitian terdiri dari Pemerintah Desa bersama perangkat Desa,
Sekretaris Desa, Direktur BUM Desa bersama anggota BUM Desa 5-7 orang dan
pengunjung yang ikut meramaikan dan informan yang dapat memberikan data
penelitian sesuai fokus peneliti.
Metode menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari
Observasi, Interview, serta dokumentasi dan teknik analisis data tersebut, yaitu
kualitatif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti merangkum dari awal hingga
pada penarikan kesimpulan, meningkatkan partisipasi masyarakat serta dapat
mengurangi pengangguran melalui jenis-jenis usaha yang saat ini dikelola oleh
BUM Desa bersama masyarakat dan pemerintah Desa.
Kata kunci : Pengembangan Obyek Wisata Water Byur
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang dapat melakukan
pembangunan diberbagai sektor yang berkaitan dengan kepentingan rakyatnya
terutama kekayaan alam bisa dikelola untuk mengembangkan sesuai potensi
dari masing-masing daerah. Pariwisata Indonesia saat ini merupakan sektor
ekonomi terpenting karena pada tahun 2009 pariwisata menempati urutan
ketiga dalam penerimaan Devisa setelah Komoditi Minyak dan Gas Bumi
serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2016 jumlah Wisatawan
Manca Negara yang datang ke Indonesia 11.525.963 juta lebih artinya
wisatawan tersebut megalami pertumbuhan yang begitu besar dari tahun
sebelumnya.
Kekayaan alam Indonesia merupakan komponen penting di bidang
pariwisata, tambah lagi alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis serta
memiliki garis pantai terpanjang ketiga di dunia Uni Eropa. Indonesia juga
merupakan kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Tempat-
tempat wisata Indonesia itu selalu didukung dengan warisan kekayaan budaya
yang dapat mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang
dinamis. Candi Borobudur, Prambanan, dan Yogyakarta dan Bali merupakan
contoh tujuan wisata budaya Indonesia bahkan menjadikan inspirasi untuk
membawa perubahan dalam hal ini pembangunan nasional di sektor pariwisata.
2
Begitu juga dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun
2009 pada Pasal 1 Ayat 1 Tentang Kepariwisataan, menegaskan bahwa wisata
adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara.
Jika kita mengalih pada sumber daya manusia maka tentu di Indonesia
sangatlah banyak yang lulusan doctor dan sarjana-sarjana muda namun yang
menjadi persoalan adalah belum tentu semua orang tersebut memiliki
ketertarikan untuk mengelola potensi wisata disekitarnya. Salah satu contoh
adalah Indonesia Timur sangat luas dan kaya dengan potensi namun tempat
yang dikategorikan sebagai Destinasi wisata belum dikelola secara baik
terutama yang jauh dari pusat pemerintahan tentu kaya akan keidahannya.
Artinya secara intelektual penghuni sekitarnya belum memiliki kemampuan
untuk mengelola dan mengembangkan secara mandiri.
Desentralisasi juga membantu Negara dalam hal ini kemandirian.
Semua orang paham bahwa Desentralisasi merupakan penyerahan urusan
pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas
otonom. Pengertian diatas jelas sesuai pada Undang-Udang nomor 23 Tahun
2014. Otonomi merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun,
mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tampa campur tangan serta
bantuan pemerintah pusat.
3
Adanya Desentralisasi akan berdampak positif bagi daerah-daerah
tertinggal dalam suatu Negara terutama daerah timur saat ini yang masi sangat
tertinggal dalam hal pembangunan. Dari paparan pengertian desentralisasi
diatas sangat membantu penulis untuk menegaskan bahwa dari pusat sampai
pada daerah memiliki kewenangan masing-masing untuk mengatur,
mengelola, dan mengembangkan potensi sesuai kebutuhan masyarakatnya
terutama dalam hal ini pengembangan pariwisata sesuai fokus penelitian
penulis. Artinya daerah bisa mandiri dalam hal apapun bukan hanya di bidang
pariwisata melainkan pada bidang lain juga bisa mengelola dan
mengembangkan sesuai kemampuan dari setiap tingkat pemerintahan.
Desentralisasi akan menjadi pedoman atau menjadi acuan untuk
mengembangkan pariwisata baik itu yang ada di daerah hingga sampai pada
tingkat paling terendah yang disebut Desa.
Penulis menegaskan secara struktur dan fungsi pembangunan, tadinya
dari tingkat paling atas atau dari pemerintah pusat dan tingkat otonom
sekarang kita memaparparkan pada tingkat pemerintahan paling bawah atau
biasa disebut pemerintahan Desa. Untuk memperkuat latar belekang masalah
dalam pengembangan wisata Water Byur penulis mengutip buku karangan
Mentri Dalam Negeri H.Moh.Ma”Ruf, S.E. dalam Undang-Undang Desa No 6
Tahun 2014. Dalam buku tersebut menjelaskan tentang Kewenangan
Pemerintah Desa pada Pasal 19, Meliputi; kewenangan berdasarkan hak asal
usul; kewenangan lokal berskala Desa; kewenangan yang di tugaskan oleh
pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, atau pemerintah Daerah
4
Kabupaten/kota; dan Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah
Daerah Propinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan pada Pasal 22 kewenangan pemerintah Desa meliputi,
penguasaan dari pemerintah Daerah kepada Desa meliputi penyelengggaraan
pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Dari paparan
undang-undang Desa sesuai kewenangan pemerintah Desa maka penulis
memberikan pengertian tersendiri bahwa pemerintah Desa memiliki
kewenangan pula dalam pengelolaan untuk mengembangkan potensi terutama
pada bidang pariwisata. Wisata Water Byur belum dikatakan dinasti wisata
yang mampu menarik perhatian para wisatawan terutama dalam penyediaan
air bersih, kolam pemandian, layanan kesehatan, serta belum dilengkapi hal-
hal yang menunjukan kreatifitas seperti karya buatan yang menjadi daya tarik
wisatawan, begitu pula dengan layanan kesehatan pemerintah Desa yang
memilki peran pengembangan di bidang sumber daya manusia (SDM) untuk
mengantipasi hal-hal yang tidak terduga sehingga para wisatawan tidak ragu
untuk mengunjungi obyek wisata, hal tersebut belum tersedia karena faktor
utamanya adalah Rendahnya sumber daya manusia (SDM).
Wisata sangat menyenangkan diera modern karena saat ini pada gencar
nya wisata alam bahkan menjadi pusat perhatian bagi setiap lembaga
Pemerintahan. wisata merupakan kegiatan bersenang-senang secara bersama-
sama atau sekelompok orang dan bisa juga melalui kegiatan besenang-senang
5
tersebut akan menambah pengetahuan atau bisa diartikan keluar dari
lingkungan kerja yang lebih menyenangkan.Peran penting yang dilakukan
oleh pemerintah desa adalah mengembangkan potensi yang ada diwilayan
pedesaan, untuk memperkuat peran pemerintah desa maka ada Desentralisasi
merupakan bagian dari pengembangan wisata Water Byur karena dengan jelas
semua tingkat kelembagaan pemerintahan suda diberi kewenangan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri sesuai potensi yang dimiliki setiap daerah,
artinya desa juga punyai kewenangan untuk mengembangkan pariwisata yang
ada dengan harapan dapat membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat
sekitarnya. Setiap Desa perlu mengembangkan secara mandiri upaya
menghindari intervensi pemerintah daerah karena pemerintah ditingkat Desa
merupakan perwakilan rakyat yang dipercaya untuk menjadi fasilitator dalam
gerakan pembangunan secara mandiri.
Setiap program pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah tentu
ada satu hal yang tidak terlepas atau menjadi pedoman dalam pengembangan
pariwisata, yaitu otonomi yang merupakan wewenang dan kewajiban otonom
untuk mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan undang-undangan. Dengan
adanya otonomi daerah maka Wisata Water Byur perlu peran Pemerintah Desa
untuk diperhatikan dalam pengembangan untuk memenuhi harapan
masyarakat sekitanya, pengembangan dalam hal ini pengolahan Water Byur
bukan hanya untuk budidaya ikan tapi bisa juga di manfaatkan selain dari ikan
seperti pembuatan waduk lomba pancing, lomba renang, dan banyak hal
6
kreatif yang dilakukan untuk pengembangan wisata tersebut tergantung pada
potensi wisata. Jika dilihat dari luas Wisata Water Byur sudah sangat
mendukung jika diadakan lomba renang antar Desa karena sesuai data yang
ditemui penulis di Water Byur memiliki kedalaman 1,5 Meter sehingga hal ini
menjadi acuan untuk mengembangkan serta menarik perhatian para
wisatawan. Saat ini memiliki kendala, Keadaan Water Byur yang begitu indah
namun pendapatan tersebut tidak sesuai keindahan yang dinikmati para
pengunjung, awalnya Water Byur masi kurang dapat perhatian dari
pemerintah setempat tentunnya bukan karena tidak berpotensi tapi karena
kurangnya pengetahuan dalam pengembangan. Setelah munculnya desa-desa
tetangga yang maju bahkan meberikan inspirasi bagi masyarakat sekitarnya
sehingga desa-desa pun termasuk Ponjong ikut bersaing dalam kemajuan
pariwisata.
Peran pemerintah Desa jelas dalam undang-undang no 6 tahun 2014,
yaitu menyediakan fasilitas sarana dan prasaran yang memadai, akses promosi
dan pemasaran yang luas serta pendanaan yang dapat mendukung, penyediaan
lahan parkir,dan pengelolaan Obyek Wisata yang berkelanjutan upaya
menambah kesejahteraan masyarakat. Untuk menjadi Obyek Wisata Water
Byur membutuhkan Peran Pemerintah Desa untuk membangun potensi
menjadi desa wisata indaman para wisatawan. Dengan adanya pengembangan
maka dinas-dinas terkait, perangkat-perangkat berupa regulasi, perijinan,
pajak dan sebagainya sampai secara hirarkir atau terstruktur akan menjadi
tanggung jawab pemerintah Desa. Model pengembangan yang dilakukan
7
adalah pariwisata yang sejalan dengan dengan pola kehidupan masyarakat
yang mampu memberikan keuntungan secara ekonomi dan menjadi bagian
dari pelestarian lingkungan, pelestarian budaya lokalnya yang mengarah pada
pemeberdayaan masyarakat. Untuk memudahkan dalam pemeberdayaan
masyarakat maka dalam proses pengembangan obyek wisata perlu melibatkan
masyarakat sehingga dapat mempertanggung jawabkan secara aspek sosial,
budaya dan lingkungan hidup dengan menggunakan kerja sama antar
pemerintah dan lembaga penelitian seperti perguruan tinggi.
Wisata petani selatan memang sudah menjadi primadona yang sangat
menarik perhatian para wisatawan Gunungkidul. Namun jika bosan bermain
dengan air laut tidak ada salahnya untuk mampir kesalah satu wahana bermain
air, yaitu Water Byur di Ponjong Gunungkidul. Dari namanya aja sudah bisa
bayangkan segarnya bermain air di daerah yang bisa dibilang minim air.
Sumber Ponjong sendiri awalnya merupakan mata air yang bisa digunakan
warga untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi, cuci maupun untuk
mengairi sawah. Namun kini kesegaran mata air Ponjong mampu mendorong
manusia untuk kreatif sehingga saat ini menjadi destinasi wisata permainan air
yang tentunya menjadi menarik perhatian para wisatawan baik itu dewasa
maupun anak-anak. Water Byur memilki dua kolam dengan spesifikasi yang
berbeda. Kolam pertama diperuntukan orang dewasa dengan kedalaman
mencapai 1,5 meter. Sedangkan kolam kedua memiliki kedalaman mencapai
50 cm untuk anak-anak.
8
Sebuah sorotan terlihat di tengah kolam untuk menambah keseruan
anak-anak bermain begitupun di kolam dewasa yang memiliki pesorotan yang
lebih menantang para wisatawan. Mungkin pengujung akan kwatir akan
keamanan-nya tapi tidak perlu khawatir karena fasilitas sudah Standar
Keamanan. Jika suda lelah bermain atau ingin duduk santai sambil mengawasi
anak-anak bermain, di pinggir-pinggir kolam ada beberapa saung bambu yang
disediakan oleh pengelola untuk sekedar bersanatai dan untuk beristerahat.
Selain kolam renang ada juga wahanan becak air dengan biaya Rp.5000 satu
kali menggunakan. Pengelola juga menyediakan fasilitas outhbond seperti
flyng fox. Ada juga terapi ikan bagi yang ingin memberikan pakan ikan bisa
sambil bersantai-santai sambil relaksasi.
Lokasi Water Byur yang berada di area persawahan sehingga menjadi
bagian dari nilai jual. Sembari menikmati segarnya air Pegunungan,
pengunjung bisa skaligus menyegarkan mata dengan hijaunya pemandangan
persawahan. Mungkin bagi yang belum pernah berkunjung ketempat tersebut
anda akan semakin penasaran, Water Byur berada di Desa Ponjong Kecamatan
Ponjong Kabupaten Gunungkidul.
Yang menjadi tantangan Wisata Water Byur adalah selalu mengalami
penurunan pengunjung artinya pendapatan juga akan ikut turun. Sarto, sebagai
penjaga loket Wisata Water Byur mengatakan setiap tahun baru pengunjung
selalu mengalami penurunan drastis. Awalnya pengunjung suda mencapai
2300 perbulan namun saat ini turun drastis sampai pada angka 80% atau
sekitar 200 pengunjung. Menurut penjaga loket pengunjung didominasi oleh
9
anak-anak dan remaja. mereka bukan hanya dari Gunungkidul saja namun
banyak pengunjung juga dari daerah Wonogiri, Nnglipar, Paliyan, dan
Panggang “lanjutnya”. Terjadinya penurunan pengunjung pun bukan karena
cuaca yang tidak mendukung. Masalah ini yang belum bisa di atasi
Pemerintah Desa, maka penulis meliti tentang bagaimana melakukan
“Pengembangan Obyek Wisata Water Byur” upaya meningkatkan pendapatan
obyek tersebut. Selain persoalan penurunan tingkat pengunjung juga ada
kendala lain yang dihadapi oleh pemerintah Desa dan masyarakat sekitarnya
seperti keterlibatan orang asing dalam pengelolaan Wisata Water Byur, yang
menjadi pertanyaan nya adalah yang memiliki konsep pengembangan Wisata
Water Byur apakah dari pihak orang asing atau dari putera daerah
Gunungkidul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah-nya sebagai berikut:
Bagaimana Peran Pemerintah Desa dalam Pengembangan Obyek
Wisata Water Byur, di Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kebupaten
Gunungkidul ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mendeskripsikan Peran Pemerintah Desa dalam Pengembangan
Wisata Water Byur.
10
b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan wisata
Water Byur.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah sebagai sumber pembelajaran untuk
memperluas pengetahuan serta pengalaman yang diperoleh dari proses
penelitian sehingga dapat menambah wawasan dalam berpikir.
b. Manfaat Bagi Pemerintah Desa
Manfaat penelitian ini bagi pemangku kepentingan terutama
Pemerintah Desa adalah menjadikan penelitian ini sebagai salah satu
sumber untuk mengambil langkah yang lebih baik serta proses yang
tepat untuk pengembangan Wisata Water Byur, Desa Ponjong,
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
c. Manfaat bagi STPMD “APMD”
Secara praktis dalam proses penelitian dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat tentang pengembangan Wisata Water Byur
sehingga penelitian ini dapat di jadikan refrensi selanjutnya.
D. Kerangka Konseptual
1. Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
atau jabatan melalui pendidikan. Jika dikaitkan dengan pendidikan maka
akan mengarah pada keahlian teoritis, konseptual yang bertujuan untuk
11
meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan serta dapat meningkatkan
pengetahuan lebih di luar perusahaan atau luar lembaga. Pengembangan
secara umum adalah suatu proses atau langka-langkah untuk
mengembangkan sesuatu. Menurut seels dan Richey pengembangan
berarti proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan
kedalam bentuk fitur fisik dan pengembangan secara khusus berarti proses
menghasilkan bahan-bahan pembelajaran.(Alim Sumamo, 2012).
Sedangkan menurut AETCT pengembangan adalah proses penterjemahan
spesifikasi desin ke dalam bentuk fisik, yang di dalam nya meliputi : (1)
teknologi cetak; (2) teknologi audio-visual; (3) teknologi berbasis
computer; (4) teknologi terpadu.
Pendapat para Ahli datang dari Gay pada tahun (1990) menurut Nya
pengembangan merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
suatu produk atau sistem, agar menjadi paling efektif untuk dipakai dalam
suatu lembaga, sekolah dan bukan hanya menguji teori. Selain itu menurut
Borg and Gall pada tahun (1983:772) pemgembangan merupaka suatu
proses yang dapat dipakai untuk mengembangkan dan juga memvalidasi
suatu produk dari pendidikan yang lebih tinggi. Menurut undang-undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 pengembana=gan adalah
kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan yang telah
terbukti kebenaranya untuk meningkatakan fungsi, manfaat, dan aplikasi
ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenaranya untuk meningkatkan
fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu.
12
Dari sekian banyak pendapat para ahli tentang pengembangan maka
dapat disimpulkan bahwa pengemgembangan penelitian merupakan suatu
proses yang digunakan untuk mengembangkan serta memvalidasi suatu
produk tertentu yang dapat dipakai dalam sebuah lembaga atau perusahaan
dan sebagainya.
Menurut Edwin B. Flipp, pengembangan merupakan hubungan
untuk meningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan
kita secra menyeluruh, dan jika di definisikan dalam latihan menjadi suatu
usaha peningkatan pengetahuan. Sedangkan Andrew F. Shkula
mendefinisikan pengembangan adalah mengacu pada staf atau personil
dalam suatu prsedur yang sistematis dan terorganisasi dengan pengetahuan
teoritis.
Menurut Nyoman S. Pendit (1999: 42-48) pengembangan di bidang
pariwisata menjadi beberapa jenis yaitu: (1) pengembangan wisata budaya
merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke
tempat lain atau ke luar negeri sert untuk memppelajari kehidupan
masyarakat sesuai kebiasaan dan adat istiadat mereka; (2) pengembangan
wisata kesehatan hal ini dimaksudkan dengan peerjalanan wisatawan
dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan setempat sehari-
hari di mana ia tinggal demi kepentingan kepentingan beristirahat baginya
dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristrahatan,
seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan,
tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau tempat yang
13
memiliki fasilitas kesehatan lain nya; (3) Pengembangan Wisata Olah
Raga yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau
memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam perserta olah
raga; (4) Pengembangan wisata komersial jenis ini termasuk perjalanan
untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan raya yang bersifat
komersial, seperti pameran industry, pameran dagang lainya; (5)
Pengembangan Wisata Industri perjalanan yang dilakukan oleh rombongan
atau oranag –orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian
yang terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud
tujuan untuk mengadakan penelitian; (6) Wisata politik perjalanan yang
dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam
peristiwa kegiatan polotik; (7) Wisata konvensi perjalanan yang di lakukan
untuk melakukan konvensi atau konferensi; (8) Wisata Sosial merupakan
pengorgasasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi
kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar, atau
mahasiswa, petani dan sebagainya; (9) Wisata Pertanian merupakan
pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian,
dan perkebunan. 11) Wisata Cagar Alam Wisata ini biasanya
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan
usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar
alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya. 12)
Wisata Buru Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah ditetapkan
pemerintah Negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan, seperti di
14
Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng. 13)
Wisata Pilgrim Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-
istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat Ini
banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ketempat-tempat suci,
ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat,
tempat pemakaman tokoh atau pimpinan yang dianggap legenda. Contoh
makam Bung Karno di Blitar, Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti
di Candi Borobudur, Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah
dan sebagainya. 14) Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan
perjalanan bagi pasangan-pasangan, pengantin baru, yang sedang berbulan
madu dengan fasilitasfasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan
perjalanan dan kunjungan mereka.
2. Pengembangan Obyek Wisata Desa
Definisi pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan
yang dapat menunjang perkembangan wisata. Pengembangan merupakan
kegiatan yang mengarah pada perubahan wisata sesuai manfaat yang dapat
nikmati banyak orang terutama bagi pengunjung dan masyarakat
sekitarnya. Dalam pengembangan wisata perlu di lihat prospek wisata atau
daya tarik wisata seperti nilai-nilai yang mengandung makna juga menjadi
bagian dari pengembangan wisata. Adapun arah pengembangan adalah
untuk memacu pengembangan ekonomi yang berkelanjutan yang hasilnya
dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar.
15
Payung hukum yang menjadi acuan pengembangan parwisata ada
pada Undang-Undang Republic Indonesia No. 10 Tahun 2009 pada Pasal
3 menjelaskan bahwa kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan
jasmani, rohani dengan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan
perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Begitupun pada pasal 3 memaparkan point penting
dari fungsi pariwisata, yaitu: meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
meningkatkan kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; melestarikan
alam, lingkungan, dan sumber daya; memajukan kebudayaan; mengangkat
citra bangsa; dan memupuk rasa cinta tanah air.
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat maka Peran
Pemerintah Desa Ponjong juga menjadi tolak ukur untuk meningkatkan
Perkembangan Wisata Water Byur. Obyek tersebut yang dapat menarik
perhatian bagi wisatawan serta yang dapat mendukung obyek wisata
adalah : a) Unsur lingkungan hidup yang dapat dikembangkan oleh
pemerintah Desa, seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
juga sumber daya buatan sesuai kemampuan manusia yang menjadi daya
tarik para wisatawan; b) Penyediaan layanan kesehatan; c) Menyediakan
sumber air bersih serta kebersihan lingkungan untuk menjaga kenyamanan
pengujung; d) Menyediakan pusat perbelanjaan; e) Subyek dari wisata
mampu memberikan layanan yang memuaskan bagi pengunjung
wisatawan; f) Pembuatan kolam renang pada semua kalangan; g)
Pengadaan lomba memancing; h) Pengadaan lomba renang yang
16
diadaakan oleh masyarakat sekitar obyek wisata; i) Lomba jalan di atas tali
atau lomba antar tetangga Desa; j) Spot selfi dalam air; k) Lomba tangkap
ikan; l) Penyediaan tempat karaoke; m) Penyediaan fasilitas atau panggung
konser; n) Penyediaan infrastruktur olah raga seperti, voli, futsal, basket,
dan jenis olaraga lainnya yang menjadi daya tarik wisatawan; Perpustakan
yang menyediakan berbagai sumber buku; Layanan jaringan yang cukup;
Keterjangkauan Bank atau tempat penarikan uang; Budaya atau kebiasaan
masyarakat untuk memberi kesan kepada wisatawan; jalan raya dalam hal
ini infrastruktur yang hal penting untuk dapat menjangkau obyek wisata
oleh pengunjung; Sumber listrik; pembuangan kotoran yang mudah
dijangkau; obyek wisata perlu dikendalikan secara hukum sepergti
penyediaan ruang keamanan serta tersedianya tempat Penginapan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penentuan ruang lingkup penelitian menjadi sangat penting bagi penulis
kerena menjadi acuan atau pedoman agar fokus pada masalah dan data yang
dikumpulkan sehingga peneliti menjadi terarah pada data atau informasi yang
dibutuhkan penulis untuk mengambil ruang lingkup:
1. Pembangunan sarana dan prasarana Obyek Wisata Water Byur.
2. Promosi Obyek Wisata Water Byur.
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Wisata Water Byur.
4. Kendala Pengembangan Wisata Water Byur.
17
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian
deskriptif (descriptriptive). Penelitian deskriptif menurut Wardiyanta
(2006 : 5 ), yaitu membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam
secara sistematis, faktual dan akurat. Penelitian yang digunakan tersebut
juga untuk menjawab pertanyaan mengenai pengembangan wisata yang
sedang direncanakan pemerintah. Selain Wardiyanta, Usman (2009 : 4 )
juga menjelaskan penelitian deskriptif bermaksud untuk membuat
deksriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi tentetu. Selanjutnya masi menurut Usman (2009 : 129 )
mengemukakan bahwa penelitian deskpritif bersifat menggambarkan atau
melukiskan tetang suatu hal yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti.
Berdasarkan gambaran para ahli diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa penelitiaan deskriptif adalah memberikan gambaran
secara sistematis terhadap lembaga pemerintahan terutama di tingkat desa
dan juga lembaga studi serta generasi senjutnya, tentang fenomena yang
diteliti sesuai fakta yang bisa dipertangung jawabkan. Dalam penelitian ini
yang akan dideskripsikan adalah Peran Pemerintah Desa dalam
Pengembangan Obyek Wisata Water Byur Desa Ponjong, Kecamatan
Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
18
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah pengelolaan Obyek Wisata Water Byur;
Kendala pengelolaan Obyek Wisata Water Byur di Desa Ponjong
Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkindul.
3. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini untuk menentukan informan menggunakan
purposive sampling technique. Purposive sampling technique adalah
penentuan jumlah informan sebelum penelitian dilaksanakan dengan
menyebut secara jelas siapa yang di jadikan informan serta informasi apa
saja yang diinginkan atau diketahui oleh masing-masing informan.
Adapun subyek penelitian(informan) sebagai berikut :
Tabel I-1
Daftar Informan
No. Nama Umur Tingkat
pendidikan Pekerjaan
Lama
jabatan
1. Arif Alfausi 51 SMA Kades 3 tahun
2. Pak Wahid 42 S1 Sekdes 1 tahun
3. Pak Nurudin 40 S1 Derektur BUM Desa 2 bulan
4. Pak Pujhiman 61 SMP Anggota BUM desa -
5. Pak Legiman 54 PNS Toko masyarakat -
6. Ibu Etik 45 SMP Pelaku usaha -
7. Dwi Artanta 57 Tdk sekolah - -
8. Pengunjung 21 SMA - -
Sumber: Hasil wawancara Oktober 2018
Dari beberapa informan di atas telah memberikan pelayanan
kepada peneliti selama penelitian berlangsung sesuai fokus penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi,
interview, atau wawancara, dokumentasi. Berikutnya adalah penjabaran
teknik pengumpulan data pada penetian ini :
19
a. Observasi
Observasi adalah cara mengumpulkan data berdasarkan pada
pengamatan langsung terhadap gejala fisik obyek penelitian.
Pengamatan terhadap beberapa tindakan terhadap responden yang jauh
lebih efektif dan akurat dari pada menggunakan survei. Dalam
menggunakan teknik observasi yang terpenting adalah mengandalkan
pengamatan dan ingatan tentang suatu fenomena yang dapat dilihat
melalui observasi.
b. Interview atau Wawancara
Interview atau wawancara, yaitu teknik pengumpulan data
melalui wawancara atau percakapan tanya jawab secara lisan yang
dilakukan peneliti antara dua orang atau lebih yang duduk terhadap
secara fisik dan difokukan pada suatu masalah yang ingin diteliti.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara menanyakan secara langsung. Bertanya dilakukan oleh
peneliti kepada informan yang berkopeten seperti perangkat desa yang
paham tentang masalah yang ingin diteliti.Wawancara sangat berguna
untuk mendapatkan data dari tangan pertama, sehingga mengurangi
kasalahan informasi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu pola untuk mengumpulkan data
dari berbagai tempat baik berupa dokumentasi kegistan, yang diberi
table, gambar, serta sumber-sumber lain yang relevan dan terkait
20
dengan permasalan yang di teliti. Data tersebut meliputi yang berkaitan
dengan Peran Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Wisata Water
Byur.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak belum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah
dilapangan. Pada tahap sebelum memasuki lapangan (pra lapangan ),
analisis data kualitatif telah dilakukan peneliti dengan menetukan fokus
penelitian. Fokus penelitian yang dilakukan adalah mendeskripsikan peran
Pemerintah Desa dalam Pengembangan Wisata Water Byur.
Setelah peneliti menetukan fokus penelitian, maka tahap
selanjutnya adalah analisis selama dilapangan. Analisis selama dilapangan
ini, peneliti menggunakan model analisis data kualitatif. Selama terjun ke
lapangan peneliti menggunakan 3 alur kegiatan yang berjalan secara
bersamaan, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
Penjelasan ketiga alur sebagai berikut :
a. Reduksi data
Data yang diperoleh peneliti dilapangan, seperti obsevasi,
wawancara, dan dokumentasi yang dicatat secara akurat, terperinci dan
sistematis yang berkaitan dengan Peran Pemerintah Desa dalam
Pengembangan Oyek Wisata Water Byur. Setiap kali terjun
kelapangan tentu data semakin banyak yang terkumpul, untuk itu maka
21
perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai
dengan subyek penelitian dan mencari fokus penelitian serta
membuang data yang tidak berkaitan dengan Peran Pemerintah Desa
dalam Pengembangan Wisata Water Byur. Data yang sudah direduksi
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil observasi
dan sangat mempermudah peneliti untuk mengupulkan data pada inti
sari penelitian.
b. Display data atau penyajian data
Display data adalah pendiskripsian sekumpulan informasi yang
tersusun untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data-data penting hasil reduksi
kemudian disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Penyajian
data juga dapat terbentuk matrik, grafik dan bagan. Dengan display
data ini peneliti mudah untuk memahami apa yang terjadi dan dapat
merencanakan kerja selanjutnya.
c. Verifikasi data
Verifikasi data merupakan tahapan dalam proses analisis data
selama dilapangan. Dalam tahapan ini peneliti sampai pada verifikasi
data selama dilapangan, baik dari segi makna maupun kebenaran
kesimpulan yang disepakati oleh obyek dalam penelitian ini. Dalam
verifikasi ini kesimpulan masi bersifat sementara karena bisa berubah
apa bila ditemukan bukti-bukti yang kuat. Dalam verifikasi data dapat
digunakan teknik triangulasi yang dapat menggabungkan hasil
22
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jenis triangulasi yang
digunakan adalah triagulasi sumber, yaitu data dapat dari informan
yang berbeda-beda.
Tahap terakhir peneliti kualitatif adalah menyimpulkan data
dari keseluruhan tahap (anasis data), dalam tahap ini peneliti sampai
pada kesimpulan akhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif berupa
deskriptif atau gambaran suatu obyek yang menjadi fokus penelitian
yang awalnya belum jelas sehingga setelah peneliti melakukan
penelitian menjadi jelas.
23
BAB II
PROFIL DESA PONJONG DAN BUM DESA HANYUKUPI
A. Profil Desa Ponjong
1. Sejarah Desa
Sekilas sejarah Desa Ponjong yang dimulai pada tahun 1912
bernama Kademangan dan pada tahun itu juga terjadi peralihan dari
Kademangan berubah nama menjadi Kelurahan Ponjong
Kapenewon/Asisten Ponjong. Adapun pimpinan pada saat itu disebut
dengan sebut Lurah yang dijabat oleh beliau bapak Iro Taruno sampai
pada tahun 1925. Sebagai gantinya pada tahun 1925 sampai tahun 1935
Lurah Desa Ponjong dijabat oleh bapak Projo Atmojo yang kemudian oleh
masyarakat sekitar disebut dengan Bendoro Lurah atau Ndoro Lurah. Pada
tahun 1935 bapak Harjo Atmojo menjadi Lurah Desa Ponjong
menggantikan bapak Projo Atmojo sampai dengan tahun 1946 dan
mendapat gelar Ndoro Dongkol.
Setelah bapak Harjo Atmojo pada tahun 1946 Lurah Desa Ponjong
dijabat oleh bapak Pawiro Yahyo sampai pada tahun 1948 yang kemudian
pada tahun 1949 Lurah Desa Ponjong di jabat oleh bapak Pawiro Suwito
yang dibantu oleh pamong lainnya. Adapun nama-nama Kepala Desa yang
pernah memimpin Desa Ponjong pada table di bawah ini:
24
Tabe II-1
Nama-Nama Lurah/Kepala Desa sebelum
dan sesudah berdidrinya Desa Ponjong
No Periode Nama Lurah/kepala Desa
1. 1912-1925 Iro Taruno
2. 1925-1935 Projo Atmo
3. 1935-1946 Harjo Atmo
4. 1946-1948 Pawiro Yahyo
5. Sd/1949 Pawiro Suwito
Sumber : Profil Desa Ponjong 2018
Kepemimpinan kepala desa Ponjong sangat bervariasi, ada yang 6
tahun,10 tahun atau setara dengan 1 periode dan 2 periode bahakan ada
yang hanya menjabat 2 tahun lalu di ganti. Jika dianalisis secara akademis
maka banyak hal yang membuat terjadinya pergantian kepemimpinan,
salah satunya adalah kualitas kepemimpinan dan loyalitas dalam
pelayanan.
Tabel II-2
Pamong Pembantu Kepala Desa
No. Nama Jabatan
1. Pawio Suwito Lurah
2. Noto Disastro Carik
3. Muh Syahidi Sosial
4. Suro Atmojo Kemakmuran
5. Muh Dasuki Keamanan
6. Muh,Kholil Kaum
Sumber : Profil Desa Ponjong 2018
Masing-masing pamong tersebut diatas pada waktu itu
mempunyai 1 orang pembantu dalam melaksanakan tugasnya. Pembantu
Carik pada waktu itu dijabat oleh bapak Siswo Taruno, pembantu Sosial
dijabat Bapak Pawiro Karto Rukiyo, pembantu Kemakmuran dijabat
bapak Karso Suwarno, pembantu Keamanan Bapak Pawiro Sumariyo
25
sedangkan pembantu Kaum pada saat itu dijabat oleh bapak Muh. Ahlan
yang semua itu adalah sebagai unsur tehnik administrasi sedangkan unsur
kewilayahan diatur sendiri.
Pada tahun 1958 Bapak Noto Disastro yang menjabat carik Desa
Ponjong diangkat menjadi Upas sebutan untuk juru tulis di Kecamatan
Karangmojo, kemudian jabatan Carik Desa ponjong diganti oleh Bapak
Karto Dinomo hingga tahun 1984. Adapun pada tahun 1965 bapak Muh.
Syahidi diangkat sebagai Karateker Lurah hingga tahun 1973, yang
kemudian ditetapkan menjadi Lurah Desa Ponjong hingga tahun 1984.
Dan pada tahun tersebut hingga tahun 1985 Lurah Desa dijabat sementara
(PJS) oleh bapak Hadi Nur Hasyim hingga ditetapkan Lurah Desa Terpilih
Bapak Drs. Sugijono, Bapak Pujo Atmojo menggantikan jabatan Sosial
hingga tahun 1978 dan pada tahun 1978 hingga tahun 1990 untuk Sosial
Desa Ponjong dijabat oleh bapak Hadi Nur Hasyim dan kemudian diganti
oleh bapak Tukiman hingga sekarang.
Bapak Suro Atmojo menjabat Kemakmuran sampai dengan tahun
1973 dan digantikan oleh bapak Noto Sucipto hingga tahun 1993
selanjutnya dijabat oleh saudara Parja hingga sekarang, sedangkan pada
tahun 1990 Bapak Muhamad Dasuki yang menjabat Keamanan digantikan
oleh bapak Hadi Nur Hasyim sampai dengan tahun 2004, kemudian beliau
dilantik menjadi Lurah Desa Ponjong menggantikan bapak Drs.Sugijono
yang telah berakhir masa jabatannya. Bapak Muh. Kholil menjabat Kaum
hingga tahun 1991 kemudian digantikan oleh bapak Jahidi hingga saat ini.
26
Pemerintahan Iro Taruno sampai dengan era Raden Somoatmojo /
Ndoro dongkol berstatus Pangeran Projo. Unsur kewilayahan belum jelas
yang selanjutnya berubah-ubah mengenai batas-batas wilayah dan
jumlahnya.Kemudian sejak era Lurah Pawiro Yahyo mengenai status
berubah dari Pangreh Projo menjadi Pamong Desa / Pamong Kalurahan
yang wilayahnya menjadi 11 wilayah yang dipimpin oleh Pamong
tersebut.
Adapun struktur / pembagian wilayah sebagai berikut :
1. Lurah disampiri wilayah duren di anthekkan kepada bapak Muslim.
2. Carik disampiri wilayah Tembesi di anthekkan kepada bapak Atmo
Pawiro.
3. Sosial disampiri wilayah Serut di anthekkan kepada bapak Cipto Rejo
dan pada tahun 1965 digantikan oleh bapak Wiryono.
4. Kemakmuran bapak Suro Atmojo langsung membawahi sendiri
wilayah Karangijo Kulon.
5. Keamanan disampiri wilayah Kuwon tidak menganthekan hingga
tahun 1965 yang kemudian pada tahun itu dianthekkan kepada bapak
Mustar.
6. Kaum disampiri wilayah Padangan dianthekkan Trisno Wiyono
sampai dengan tahun 1965 dan digantikan oleh bapak Muhkri.
7. Pembantu Carik dasampiri wilayah Karangijo Wetan.
8. Pembantu Sosial disampiri wilayah Ponjong.
9. Pembantu Kemakmuran disampiri wilayah Jaten.
27
10. Pembantu Keamanan disampiri wilayah Sumber Kidul.
11. Pembantu Kaum disampiri wilayah Sumber Lor.
Upah anthek-anthek tersebut yang menanggung adalah pajabat
yang menganthekkan dan tidak ada SK dari Pemerintah Kabupaten
sehingga upah/ bengkok 6 orang anthek tersebut jauh berbeda dengan 5
orang pembantu Kabag. Pada era Pemerintahan Camat bapak Kadiran
dengan Bupati Ir. Darmakun Darmo Kusumo anthek-anthek tersebut
diberi SK Bupati sebagai Pembantu Pamong dan berlaku diseluruh Desa
se Kabupaten Gunungkidul, dengan imbalan upah seperti yang ada / yang
telah diterima.
2. Kondisi Geografis
Desa Ponjong yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Ponjong, dan
salah satu desa yang menjadi Kawasan perencanaan Ibu Kota Kecamatan
(IKK) adalah Ponjong. Dengan potensi yang dimiliki, baik secara
geografis maupun secara kewilayahan, Desa Ponjong mempunyai daya
dukung untuk berkembang. Pontesi Sumber Daya Air, lokasi Densitas
Wisata (DW), pusat aktivitas komersial dan kedekatannya dengan jalur
transportasi Semanu-Karamojo, memberikan dampak untuk percepatan
perkembangan Desa Ponjong.
Dilihat dari tata guna lahan yang ada, secara umum dapat
digambarkan bahwa fungsi wilayah perencanaan masih didominasi ruang
terbuka berupa lahan kering dan lahan pertanian yang dilayani irigasi.
Lahan pertanian ini didukung oleh jaringan irigasi yang sumber airnya
28
diambil dari Sumber Ponjong yang letaknya, berdekatan dengan kantor
Kepala Desa.
3. Letak Geografis dan administratif
Secara geografis Desa ponjong terletak di 3o 52’ 44” dan 7
o 52’
11” atau sebelah Timur Laut Kota Wonosari dengan jarak + 14 KM.
Secara administratif batas wilayah Desa Ponjong adalah :
a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Genjahan dan Desa
Sumbergiri
b) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sumbergiri dan Desa Karang
Asem
c) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sidorejo dan Desa Bedoyo
d) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sidorejo
Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul,
mempunyai luas 628,0420 ha, yang terdiri atas 11 Pedukuhan, dengan luas
wilayah masing-masing sesuai tabel dibawah ini :
Tabel II-3
Luas wilayah masing-masing Pedukuhan
No. Pedukuhan Luas (M2)
1. Karangijo Kulon 484.930
2. Karangijo wetan 517.229
3. Sumber lor 729.337
4. Sumberkidul 538.125
5. Ponjong 520.405
6. Duren 647.910
7. Kuwon 650.355
8. Serut 568.170
9. Jaten 532.130
10. Tembesi 452.369
11. Padangan 639.460
Jumlah 6.280.420
Sumber : Profil Desa Ponjong Tahun 2018
29
Ketinggian tempat atau elevasi ditentukan berdasarkan elevasi
lahan daratan dari permukaan air laut, karena permukaan air laut dianggap
mempunyai elevasi 0 meter. Kecamatan Ponjong terletak pada ketinggian
antara 200-400 M dari permukaan air laut (dpal) dan Topografi Wilayah
dengan kategori datar sampai dengan bergunung. Kondisi berbukit terlihat
pada bagian Timur Laut, Timur, dan Selatan. Dimana Desa Ponjong
terletak di wilayah bagian selatan pada daerah Cekungan Wonosari
dengan ketinggian 200 M dpal.
a. Geomorfologi, Geologi dan Jenis Tanah
Bentuk lahan wilayah Desa Ponjong secara umum berupa
dataran, sebagian kecil bergelombang. Bentang lahan dari utara ke
selatan meliputi : lahan pertanian lahan kering, persawahan dan
permukiman berselang-seling
b. Klimatologi dan Hidrologi
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah.
Komponen pembentuk iklim terdiri dari curah hujan dan temperatur.
Seperti kondisi di Kabupaten Gunung Kidul pada umumnya, Desa
Ponjong mengalami dua musim yaitu musim kemarau (April-Oktober)
dan musim penghujan (Oktober-April).
Berdasarkan data statistik Kabupaten Gunung Kidul, curah
hujan Kabupaten Gunung Kidul dalam tiga tahun terakhir berkisar
1.523-3.827 mm/tahun. Curah Hujan tinggi terjadi pada bulan-bulan
Desember-Januari. Data curah hujan bulanan tertinggi selama tiga
tahun terakhir tercatat 484 mm, pada bulan desember 2007 (sumber :
30
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Gunung Kidul). Kondisi
hidrologi di suatu wilayah dapat ditinjau dari air permukaan dan air
tanah (ground water).
Keberadaan air permukaan di wilayah perencanaan terdistribusi
di Sungai, danau di sebelah utara kantor desa dan kolam-kolam
penduduk. Danau tersebut tidak mengalami kekeringan pada musim
kemarau, airnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk
rumah tangga maupun pertanian. Wilayah Desa Ponjong dilalui
sungai, mengalir dari utara (Desa Genjahan) ke arah selatan.
4. Keadaan Demografi
a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Jumlah penduduk dan distribusinya pada tiap-tiap padukuhan
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel II-3
Jumlah Penduduk Masing-Masing Pedukuhan
No. Pedukuhan Laki-Laki Perempuan
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
1. Karangijo Kulon 330 350 680
2. Karangijo wetan 271 308 579
3. Sumber lor 330 340 670
4. Sumberkidul 226 213 439
5. Ponjong 219 225 444
6. Duren 230 242 472
7. Kuwon 228 249 477
8. Serut 132 134 266
9. Jaten 234 233 467
10. Tembesi 204 205 409
11. Padangan 235 265 500
Jumlah 2639 2764 5403
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
31
Jumlah dan perkembangan penduduk pada kawasan
perencanaan dapat berpengaruh terhadap perencanaan tata bangunan
dan lingkungan, karena dengan perkembangan penduduk dapat
berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan atau
perkembangan area terbangun akan bertambah pada kawasan
perencanaan dan juga untuk kebutuhan sarana dan prasarana juga akan
bertambah. Untuk itu diperlukan arahan mengenai tata lingkungan dan
permukiman pada kawasan perencanaan agar nantinya pertumbuhan
pembangunan pada kawasan perencanaan dapat tertata dan tetap
memperhatikan keseimbangan lingkungan.
b. Jumlah Keluarga
Berdasarkan data kependudukan pada kawasan perencanaan
diketahui jumlah keluarga yang tertinggi pada Pedukuhan Karangijo
Kulon yaitu mencapai 230 keluarga dengan rata-rata penduduk per
Km2 13,02 jiwa, dan jumlah keluarga terendah pada Padukuhan
Sumberkidul, yaitu 53 keluarga dengan rata-rata penduduk per Km2
5,68 jiwa.
Secara rincian jumlah keluarga dan kepadatan penduduk per
Km2 dapat dilihat pada tabel berikut :
32
Tabel II-4
Kepadatan Penduduk Masing-Masing Pedukuhan
No. Pedukuhan
Jumlah
Keluarga
(KK)
Luas
Pedukuhan
(KM2)
Kepadatan
(Jiwa/KM2)
1. Karangijo Kulon 230 48,4700 13,02
2. Karangijo wetan 192 51,8680 10,78
3. Sumber lor 177 72,9100 8,53
4. Sumberkidul 53 53,7245 7,71
5. Ponjong 130 51,6925 7,82
6. Duren 131 64,2840 6,56
7. Kuwon 141 65,0390 7,35
8. Serut 67 56,8170 5,68
9. Jaten 120 54,8170 8,43
10. Tembesi 125 45,1915 8,76
11. Padangan 156 63,8865 8,05
Jumlah 1522 628,7000 8,31
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
c. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Desa Ponjong, mulai dari tingkat
pendidikan dasar sampai Pasca Sarjana. Penduduk yang tidak sekolah
juga cukup tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikannya, tingkat
pendidikan penduduk Desa Ponjong terbanyak adalah Sekolah dasar
(SD) dengan jumlah 1.202 Jiwa dan yang paling sedikit adalah
Akadesi dengan jumlah 3 Jiwa. Untuk lebih rincinya dapat dilihat dari
tabel dan grafik dibawah ini.
33
Tabel II-5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak Sekolah 865
2. TK 283
3. SD 1202
4. SMP 952
5. SMA 1012
6. Akademi 3
7. D2 62
8. D3 129
9. S1 112
10. S2 43
Sumber : Profil Desa Ponjong Tahun 2018
d. Penduduk Berdasarkan Agama dan Kepercayaan
Berdasarkan data kependudukan, pemeluk agama Islam
mencapai 99%, kemudian Kristen dan Katholik.
Gambar II-6
Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Dan Kepercayaan
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
e. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk Desa Ponjong, 80% bermata pencaharian petani.
Dan untuk angka pengganguran yang mencapai 543 Jiwa, ini
merupakan pengangguran tidakmutlak. Dimana pengangguran yang
34
dimaksud adalah cacah jiwa yang masuk dalam kategori usia tidak
produktif.
Tabel II-6
Jumlah Penduduk Berdasrkan Mata Pencaharian
No. Mata pencaharian Jumlah
1. PNS 166
2. Pensiunan 81
3. POLRI 6
4. Petani 941
5. Buruh Tani 490
6. Pegawai Swasta 363
7. Wiraswasta 302
8. Jasa 71
9. Peternakan 111
10. Pengangguran 543
11. TNI 1
Jumlah 3075
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
Berdasarkan data kependudukan diatas, kendala utama adalah
masih tingginya angka pengangguran, maka dari masalah tersesbut
harus di atasi melalui berbagai sektor salah-satunya adalah
pengembangan Obyek Wisata Water Byur upaya menyerap tenaga
kerja.
5. Keadaan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah melihat gambaran
sektor pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha dan
perkembangan penggunaan tanah, dan produktivitas kawasan.
Sektor pendorong kegiatan ekonomi pada wilayah Desa Ponjong
dapat dilihat dari perkembangan ekonomi dengan melihat potensi
perekonomian di kawasan Desa Ponjong. Dimana potensi tersebut dapat
35
dilihat dari usaha yang dikembangkan di masyarakat dan hasil produksi
dari kegiatan usaha yang berkembang tersebut. Dari grafik data
kependudukan di ketahui jumlah penduduk sebagian besar berprofesi
sebagai petani, sehingga dapat disimpulkan usaha pertanian menjadi salah
satu usaha yang berkembang di kawasan Desa Ponjong. Tetapi selain
usaha pertanian, usaha nonpertanian juga sudah menampakkan embrio
perkembangannya. Potensi perekonomian yang berkembang di kawasan
perencanaan adalah bergerak di bidang usaha pertanian, perikanan dan
peternakan, perdagangan, jasa dan industri rumah tangga.
a. Pertanian dan Perkebunan
Penyokong ekonomi utama di Desa Ponjong adalah produk hasil
pertanian, terutama produk tanaman pangan. Desa Ponjong merupakan
salah satu lumbung padinya Kabupaten Gunungkidul. Selain produk
tanaman pangan, hasil pertanian lainnya adalah; holtikultura dan
tanaman lahan kering. Meskipun merupakan lumbung padi Kabupaten
Gunungkidul, namun hasil pertanian terutama dari sawah (beras)
umumnya masih untuk konsumsi sendiri, sedangkan yang dijual masih
relatif sedikit.
Namun hal tersebut tidak terlepas dari berbagai permasalahan
yang menyangkut kegiatan pertanian di Desa Ponjong selama ini,
antara lain:
1. Lahan Basah
Beberapa saluran irigasi belum permanen
36
Sistem Pertaniaan yang masih boros air
Kebocoran saluran irigasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) belum bekerja dengan
maksimal
2. Lahan Kering
Jalan usaha Tani (JALUT) sebagian berupa jalan tanah dan
jalan setapak
Sarana budidaya dan komoditas belum optimal
Masih banyak bukit/ gunung yang tidak terurus (Serut, Kuwon,
Duren)
Dan binatang kera yang ada di bukit Padukuhan Serut, menjadi
hama pengrusak tanaman.
b. Peternakan
Seperti kebanyakan masyarakat Gunungkidul lainnya,
mempunyai hewan ternak dianggap sebagai tabungan dan belum
menjadi usaha utama. Beberapa pedukuhan di Desa ponjong, seperti
Padukuhan Serut, Jaten, Tembesi dan Padangan hampir semua Kepala
Keluarga mempunyai hewan ternak.
Dengan kisaran jumlah hewan ternak; untuk sapi antara 1 ekor
sampai 3 ekor setiap Kepala Keluarga. Untuk kambing 2 ekor sampai
5 ekor setiap Kepala Keluarga. Selain itu, ada jenis ternak lainnya,
jenis ternak yang dipelihara biasanya adalah:
37
Tabel II-8
Komoditas Peternakan Tiap Padukuhan
No Pedukuhan Jenis ternak
Sapi Kerbau Kambing Domba Kelinci
1. Karangijo Kulon 36 - 97 9 -
2. Karangijo wetan 16 - 29 - -
3. Sumber lor 38 - 96 - -
4. Sumberkidul 24 - 36 19 28
5. Ponjong 46 - 69 9 -
6. Duren 49 3 42 18 -
7. Kuwon 50 - 59 - 10
8. Serut 70 - 176 - 9
9. Jaten 46 - 99 12 -
10. Tembesi 56 - 80 10 5
11. Padangan 48 - 117 31 11
Jumlah 479 3 900 108 63
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
Dengan menjadikan hewan ternak sebagai tabungan di masa
depan oleh masyarakat desa, hal tersebut menunjukan semangat untuk
memiliki hewan cukup tinggi hal ini dapat di lihat dalam Tabel II-8
diatas dimana secara keseluruhan dari pedukuhan yang ada telah
memiliki ternak. Berdasarkan tabel tersebut, jenis ternak kambing (900
ekor) dan sapi (479 ekor) menjadi hewan yang lebih banyak di
pelihara sedangkan jenis ternak kerbau sangat sedikit jumlahnya.
c. Perikanan
Perikanan air tawar di desa Ponjong, menjadi potensi tersendiri
untuk dikembangkan. Selain potensi yang dimiliki masyarakat, desa
Ponjong juga memanfaatkan Sumber air Ponjong untuk dikelola dalam
usaha peningkatan perikanan.
Berdasarkan hasil pemetaan swadaya, hasil budidaya ikan di
Desa Ponjong, belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk
38
hasil produksinya pada tiap-tiap padukuhan dapat dilihat pada Tabel 2
II-8 di Desa Ponjong ada dua sistem budidaya ikan air tawar yang
dikembangkan, yaitu sistem kolam biasa dan sistem kolam terpal.
Tabel II-9
Komoditas Budidaya Ikan Air Tawar Tiap Padukuhan
No Padukuhan Produksi (Per-3 Bulan)
Gurameh Tawes Nila Mujair Lele Bawal
1. Karangijo Kulon - - 190 33 31 47
2. Karangijo wetan 112.5 100 540 15 1050 50
3. Sumber lor - - - - 40 -
4. Sumberkidul 974 25 1995.5 942.5 1108 3895
5. Ponjong - 100 60 106 510 -
6. Duren - - - - 12.5 -
7. Kuwon - - - - 35 -
8. Serut - - - - 250 -
9. Jaten - - - - 10 -
10. Tembesi - - 40 - 499 -
11. Padangan 432.5 162.5 7432.5 413 109 3702.5
Jumlah 1519 387,5 10258 1509,5 3654,5 7694,5
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
Dari tabel II-9 masyarakat desa yang tersebar dalam 11
padukuhan tersebut lebih banyak menghasilkan ikan bawal dengan
jumlah 7694,5 kg dan ikan lele 3654,5 kg berdasarkan jumlah tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat padukuhan adalah
pembudidaya ikan bawal dan lele.
d. Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga yang berkembang di Desa Ponjong,
sebagian besar adalah industri makanan. Selain itu terdapat juga
mebel, bambu dan kayu. Hasil produksi Industri Rumah Tangga
terutama makanan, menjadi produk unggulan dan oleh-oleh khas dari
Desa Ponjong.
39
Tabel II-10
Industri Rumah Tangga
No. Komuditas Jumlah
1. Emping (Jagung dan Mlinjo) 6
2. Kacang Bawang 2
3. Kripik (Tempe, Pisang, Telo) 6
4. Rempeyek kacang dan kedelai 2
5. Krupuk 11
6. Makanan Ringan (Roti) 3
7. Tempe 8
8. Tahu 4
9. Jamu 1
10. Kerajinan Bambu 1
11. Kerajinan Kayu 6
12. Kerajinan Gerabah 1
13. Kerajinan Batu 3
Jumlah 54
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat potensi yang ada di
Desa Ponjong, produk-produk industri rumah tangga ini secara
kualitas dapat menjadi produk unggulan yang dapat di kembangkan
guna meningkatkan kesejateraan masyarakat. Dari tabel 2 II-10
tersebut diatas kerupuk menjadi komuditas yang lebih banyak
diproduksi dengan memiliki jumlah 11.
e. Perdagangan dan Jasa
Aktivitas perdagangan Desa Ponjong terutama ditopang oleh
Pasar Ponjong. Pasar Ponjong akan terlihat sangat ramai pada hari
pasaran yaitu hari pasaran Pon dan Legi. Selain itu, untuk mendukung
keberadaan pasar, disekitar pasar terdapat toko, kios dan warung.
Pasar umum yang dikelola oleh Pemda ini, menyediakan
kebutuhan sehari-hari, dari kebutuhan pokok samapai kebutuhan
40
sekunder. Selain itu juga sebagai pusat perdagangan palawija. Desa
Ponjong merupakan salah satu desa pusat perdagangan palawija atau
yang lebih dikenal sebagai pengepul. Dan pengepul ini mempunyai
andil yang cukup besar dalam peningkatan perekonomian di Desa
Ponjong.
6. Kondisi Sarana Dan Prasarana
a. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Keberadaan sarana dan prasarana menjadi instrument penting
dalam ikut menentukan mutu pendidikan serta mencapai sebuah tujuan
yang di kehendaki dalam hal mengejar prestasi. Keberadaan sarana
dan prasarana yang di miliki oleh Desa Ponjong antra lain; 4 buah
gedung Sekolah Dasar (SD), 2 buah gedung SMP, 1 buah gedung
SMA, serta 6 buah gedung taman kanak-kanak (TK) dan 1 buah
gedung perpustakaan desa. Selengkapnya dapat di lihat dalam tabel
berikut.
Tabel II-II
Sarana dan Prasarana Pendidikan
No. Prasarana Jumlah
1. Gedung SD/ sederajat 4
2. Gedung SMP/ sederajat 2
3. Gedung SMA/ sederajat 1
4. Gedung Taman Kanak-kanak 6
5. Gedung Perpustakaan Desa 1
Total 14
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
41
b. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Penyediaan sarana dan prasarana menjadi sebuah instrument
penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat setempat,
selain itu juga masyarakat akan semakin muda untuk menjangkau dan
mendapatkan pelayanan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Keberadaan sarana dan prasarana yang di miliki oleh desa
ponjong dapat di lihat dalam tabel berikut.
Tabel II-12
Sarana dan Prasarana Kesehatan
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Puskesmas Pembantu 1
2. Apotik 1
3. Posyandu 22
4. Rumah Praktek Dokter 1
5. Rumah Bersalin 3
6. Balai Kesehatan ibu dan anak 1
7. Dokter umum 2
8. Dokter spesialis 1
9. Para medis 24
10. Bidan 3
11. Perawat 11
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
c. Sarana dan Prasarana Olaraga
Menjadi salah satu bagian penting yang tidak terlepas dari
aktifitas keseharian masyarakat pada umumnya, menjaga stamina
tubuh agar tetap sehat dan fit menjadi tujuan utama dalam
melaksanakan rutinitas olaraga dapat dijadikan sebagai wadah untuk
dapat berkumpul bersama. Adapun sarana olaraga yang di miliki oleh
desa ponjong hingga saat ini antara lain : 5 lapangan voli, 5 meja
42
pimpong, 5 lapangan bulu tangkis, 1 lapangan sepok bola dan 1
lapangan basket. Berikut rincian lengkap dalam bentuk tabel.
Tabel II-13
Sarana dan Prasarana Olaraga
No Sarana Jumlah
1. Lapangan sepak bola 1
2. Lapangan Bulu Tangkis 5
3. Lapangan Voli 5
4. Meja pimpong 5
5. Lapangan Basket 1
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 201
d. Sarana dan Prasarana Peribadatan
Berdasarkan data kependudukan mayoritas masyarakat desa
Ponjong beragama Muslim atau sebanyak 99%. Dengan memiliki
sarana dan prasarana berupa Masjid yang berjumlah 17 buah dan
Mushola 15 buah. Adapun rincian selengkapnya dapat di lihat pada
tabel berikut.
Tabel II-14
Prasarana Peribadatan (Muslim)
No. Prasarana Jumlah
1. Masjid 17
2. Mushola 15
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
e. Sarana dan Prasarana Transportasi
Membantu memperlancar aktifitas masyarakat dalam
membangun kehidupan sosial serta menghubungkan antara masyarakat
yang satu dengan masyarakat yang lain di suatu daerah yang berbeda
menjadi tujuan penting dari sebuah alat transportasi. Adapun sarana
43
dan prasarana yang dimiliki oleh desa Ponjong dalam meningkatkan
pembangunan, antara lain ; jembatan beton 39 buah, jembatan kayu 2
buah, pangkalan ojek 1 buah, terminal bus 1 bauh, truk umum 23 buah,
dan memiliki ojek 6 orang. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel II-15
Prasarana Peribadatan
No. Prasarana Jumlah
1. Jembatan beton 39
2. Jembatan kayu 2
3. Pangkalan ojek 1
4. Terminal bis/ angkutan 1
5. Truck umum 23
6. Ojek 6
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 20
f. Sarana dan Prasarana Lembaga Perekonomian/Usaha Desa
Keberadaan lembaga perekonomian menjadi wadah yang
penting dalam meningkatkan kesejateraan masyarakat desa. Adapun
lembaga perekonomian yang berada di desa Ponjong antara lain; 1
buah Koperasi Unit Desa, 1 buah koperasi simpan pinjam, 1 BUM
Desa, 4 buah Bank Perkreditan Rakyat, dan 2 buah bank pemerintah.
Selengkapnya dapat terlampir dalam tabel berikut.
Tabel II-16
Sarana dan Prasarana Lembaga Perekonomian/Usaha Desa
No. Sarana Jumlah
1. Koperasi Unit Desa 1
2. koperasi simpan pinjam 1
3. BUM Desa 1
4. Bank Perkreditan Rakyat 4
Bank pemerintah 2
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
44
g. Sarana dan Prasarana Perdagangan
Fasilitas perdagangan merupakan sebuah wadah dimana orang
akan saling melakukan transaksi dalam perdangangan antara penjual
dan pembeli dengan keberdaan fasilitas tersebut dapat meningkatkan
aktifitas perdagangan. Adapun jumlah fasilitas perdangan yang
dimiliki oleh desa Ponjong antara lain adanya. Pasar 1 buah dan juga
toko yang berjumlah 125 serta warung 57 buah menunjukan bahwa
aktifitas perdagangan yang terjadi antara masyarakat dalam upayanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat di jamin oleh Pemerintah
setempat. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel II-17
Sarana dan Prasarana Perdagangan
No. Jenis Jumlah
1. Pasar 1
2. Toko 125
3. Warung 57
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
7. Kondisi Pemerintahan Desa
a. Pengertian Umum
Pemerintahan Desa adalah Penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan BPD dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepala Desa
adalah sebagai pemimpin desa yang dipilih langsung oleh penduduk
desa dan berwenang untuk menyelenggarakan urusan yang berkaitan
45
dengan pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan
pemberdayaan masyarakat dan dibantu oleh pembantunya yang terdiri
dari unsur staf, unsur pelaksana dan unsur wilayah.
Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
Di samping itu, Kepala Desa sebagai penyelenggara dan
penanggung jawab di bidang pemerintahan, keuangan, pembangunan
dan kemasyarakatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta mengembang tumbuhkan jiwa kegotong royongan dalam
melaksanakan pembangunan Pemerintahan Desa.
b. Dasar Hukum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 21 Tahun 2000
tentang Kewenangan Daerah;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 16 Tahun 2006
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan;
46
5. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 17 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintahan Desa;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2006
tentang Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 10 Tahun 2013
tentang Keuangan Desa;
c. Urusan Pemerintahan Desa
Urusan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Desa meliputi:
1. Bidang Pemerintahan
2. Bidang Penyelenggaraan Pembangunan
3. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
4. Bidang Pemberdayaan Kemasyarakatan.
d. Lembaga Desa dan Lembaga Desa Lainnya.
Lembaga Desa yang ada di Desa Ponjong antara lain :
1. LPMD; PKK; Karang Taruna; LPMP; RW; RT; BKM Mandiri;
Orsos. NGUDI RUKUN; Gapoktan; P3A; Poskesdes; Forum
Anak; KSM Peduli Kasih;dan Lembaga Pelestari Budaya.
8. Pembagian Wilayah Desa
Desa Ponjong dibagi menjadi 11 wilayah Padukuhan 11 RW dan
46 RT.
47
Tabel 2.17
Pembagian Wilayah Desa
No Padukuhan Jumlah. RW Jumlah. RT
1. Karangijokulon 1 5
2. Karangijowetan 1 4
3. Sumber Lor 1 5
4. Sumber Kidul 1 4
5. Ponjong 1 4
6. Duren 1 4
7. Kuwon 1 4
8. Serut 1 4
9. Jaten 1 4
10. Tembesi 1 4
11. Padangan 1 4
Sumber: Profil Desa Ponjong Tahun 2018
Setiap padukuhan dipimpin oleh seorang Dukuh sebagai kepala
wilayah dipadukuhan setempat. Dan setiap RW dan RT. Dipimpin oleh
seorang Ketua RW dan RT. Sebagai mitra Dukuh dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Struktur Pemerintahan Desa
Desa Ponjong di pimpin oleh seorang Kepala Desa yang di bantu
oleh beberapa orang Pamong desa yang bertanggungjawab terhadap
jalannya pemerintahan di desa, secara umum kondisi struktur
pemerintahan di desa Ponjong dapat di uraikan sebagai berikut:
48
Gambar II-19
Struktur Pemerintahan Desa Ponjong Kecamatan Ponjong
Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Sumber Data : Profil Desa Ponjong 2018
Kepala Desa
Sekretaris Desa
Kepala
Urusan
Tata
Usaha dan
Umum
Kepala Urusan
Perencanaan
Kepala Seksi
Kesejahteraan
Kepala Seksi
Pemerintahan
Kepala Urusan
Keuangan
Kepala Seksi
Pelayanan
Dukuh
49
50
51
B. Profil BUM Desa Hanyukupi
1. Sejarah BUM Desa
BUM Desa terbentuk pada tahun 2010 ada program dari
Kabupaten untuk pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
karena pada waktu itu salah satu Desa percontohan dalam pembentukan
BUM Desa adalah Desa Ponjong dan lurah yang menjabat pada waktu itu
atas nama Pak Azim dan Kepala Desa tersebut yang dapat Mandat dari
Kabupaten untuk bentuk pertama skali BUM Desa terbentuk dan sekarang
dilanjutkan oleh Kepala Desa yang Baru atas nama Pak Jaiz.
Pada waktu proses awal pembentukan BUM Desa ada modal awal
yang diberikan kepada Desa Ponjong dari Kabupaten jumlah
RP.40.000.000,00, lalu dari modal tersebut Pak Jaiz sebagai Kepala Desa
Ponjong bentuklah pemuda pada saat itu kerena aturan untuk menjalankan
BUM Desa belum terarah karena hampir semua Masyarakat Desa belum
terlalu paham proses dan cara menjalankan BUM Desa, dan anggota
pertama skali berjumlah 5-7 orang sehingga yang di percaya sebagai
direktur utamanya atau ketuanya adalah Mas Anang Sutrisno,
Adiministrasi yang saat ini menjadi direktur BUM Desa atas nama Pak
Nurudin, dan bagian keuangan atas nama Pak Tumio yang saat ini
menjabat sebagai kepala Pedukuhan Kuwon, dan anggota BUMB Desa
Pak Manto sekaligus jadi PNS, kemudian selanjutnya ada yang namanya
Pak Phujiman yang saat ini jadi RT di Pedukuhan Kowon, kemudian ada
Surahman.
52
Sebelum Pembentukan BUM Desa Pemerintah Desa mengadakan
rapat dengan perencanaan untuk menentukan mau usaha apa dan usaha
awal saat itu adalah jasa Foto Copy dari modal awal dari kabupaten
dipergunakan untuk beli mesin foto copy serta perlengkapan yang
berhungan dengan alat foto copy dan alat tulis serta sewa ruang usaha dan
usaha tersebut berjalan sampai 1-2 tahun dan pendapatan tidak bisa
menutupi kebutuhan usaha bahkan untuk gaji karyawan tidak cukup dalam
1 bulan sementara anggota yang lain tidak mengurus kerena usaha tersebut
tidak menghasilakan uang. Suda 2 tahun berjalan akhirnya usaha foto copy
itu fakum. Setelah itu ada lomba Desa Nasional dan salah satu Desa yang
mewakili Daerah Isti Mewa Yogyakarta adalah Desa Ponjong dan pada
akhirnya uang yang sisa dari 40 juta di pinjamkan untuk sukseskan Lomba
Nasional dan pada akhirnya memperoleh juara 3 sehingga dari prestasi
tersebut Desa Ponjong mendapatkan 1 Miliar dari Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) Perkotaan, tapi
yang kelola uang 1 Miliar itu belum BUM Desa yang mengelola tapi ada
Badan Swadaya Masyarakat (BKM) kemudia dari Program 1 Miliar
tersebut di kelola dan akhirnya jadi kolam renang itu bahkan kurang.
Tenaga ahli yang mengelola Water Byur atas nama Mas Anang
yang mencari sponsor tambahan untuk mengembangkan Water Byur
sehingga kolam tersebut sampai benar-benar layak di pake untuk mandi,
ternyata sesuai aturan Lembaga Swadaya Masyarakat tidak mencari profit
atau tidak diperbolehkan usaha dan akhirnya Pemerintah Desa
53
mengadakan rapat dengan tujuan untuk pengelolaan di serahkan sepenuh
nya kepada BUM Desa .dari tahun 2012 BUM Desa mengelo Water Byur
di renovasi secara menerus sehingga Obyek Wisata Water Byur terutama
tetangga Desa, dan jembatan besi yang melewati jalur Desa itu adalah
pembangunan nya digunakan Dana Desa (DD) dan Peran Pemerintah Desa
dalam pengembangan Obyek Wisata Water Byur adalah Proses legalisasi
seperti pengajuan proposal, administrasi Pemerintah Desa selalu support
kerena yang sebenarnya Obyek Wisata Water Byur adalah milik Desa dan
BUM Desa hanya di percayakan untuk mengelolanya. Jika di bandingkan
dengan Wisata alam maka Obyek Wisata Water Byur memiliki tantangan
untuk mengembangkan karena Oyek tersebut bukan potensi alamiah
sehingga benar-benar merangkai dari nol, sehingga dari pihak pengelola
BUM Desa benar-benar berusaha untuk kreatif dan inovasi untuk
membawa Obyek Wisata Water Byur kearah yang lebik baik, dan
tantangan yang berikutnya Ponjong itu adalah daerah paling ujung dan
paling Timur, artinya tempat tersebut bukan daerah persinggahan jadi
orang datang ke tempat tesebut ketika benar-benar ada tujuannya.
Nama BUM Desa adalah HANYUKUPI artinya memiliki harapan
untuk mencukupi terutama untuk masyarakat dan jenis-jenis usaha BUM
Desa HANYUKUPI dalalah:
a. Obyek Wisata Water Byur (Wisata Air )
b. Kandang Sapi Komunal (Ternak )
c. Gedung serba Guna
54
d. Burung Berkicau
e. Mobil pinjam pake dan truck sampah
2. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa )
Badan usah milik Desa adalah Lembaga Usaha Milik Desa yang
dikelola oleh masyarakat dan Pemerintah Desa dalam upaya memperkuat
perekonomia Desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi Desa.
Menurut Peraturan Mentri Desa, pembangunan daerah tertinggal
dan Transportasi Republik Indonesia pada Nomor 4 Tahun 2015, bahwa :
“Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa adalah
Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modal nya dimiliki
oleh Desa melalui peryertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola asset, jasa,
pelayanan, dan usaha lainya untuk sebesar-besarnya kesejateraan
masyarakat Desa.”
Jadi Badan Usaha Milik Desa atau BUM Desa adalah lembaga
yang di kelola oleh masyarakat dan pemrintah Desa dengan kepemilikan
modal sebagian besar atau seluruhnya merupakan kekayaan Desa yang
dipisahkan dan di tetapkan berdasrkan peraturan Desa yang memperkuat
dan meningkatkan pendapatan asli Desa (PADEsa) dan dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi Desa.
a. Maksud dan Tujuan BUM Desa
Program BUM Desa dimaksudkan untuk lembaga ekonomi
desa yang bersumber dari program pemerintah atau sumber lain yang
dikelola oleh masyarakat menjadi Unit Usaha Milik BUM Desa dan
juga sebagai sarana pintu masuk program-program pemerintah/non
Pemerintah. Sedangkan tujuannya adalah sebagai berikut:
55
1) Meningkatkan ekonomi Desa
2) Meningkatkan pendapatan asli Desa
3) Meningkatkan pengelolaan potensi Desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
4) Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
Desa
Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa adalah
perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif Desa yang dilakukan
secara kooperatif, partisipatif, Emantisipatif, Trans paransi, Akuntabel,
dan asaustsniabel. Oleh karena itu perlu upaya serius untuk
menjadikan Badan Usaha Milik Desa dapat berjalan secara mandiri
dan efektif, efisien dan professional.
Guna mencapai tujuan BUM Desa dilakukan dengan cara
memenuhi kebutuhan Produktif dan Konsumtif kepada masyarakat
melalui pelayanan barang dan jasa yang dikelola oleh masyarakat dan
pemerintah Desa. Lembaga ini juga di tuntut untuk mampu
memberikan pelayanan kepda non anggota (pihak luar Desa) dengan
menempatkan harga dan pelayanan sesuai standar pasar. Artinya
terdapat mekanisme kelembagaan yang disepakati bersama, sehingga
tidak menimbulkan distorsi ekonomi pedesaan yang di sebabkan oleh
BUM Desa.
56
Dari paparan di atas BADAN USAHA MILIK DESA
HANYUKUPI memiliki unit-unit usha diantaranya:
a) Program pembuatan Kandang Sapi Komunal
Warga dibelikan sepasang ternak sapi dengan catatan di pinjamkan
lalu di kembangkan, selanjutnya ketika ternak sapi tersebut
berkembang maka dibagikan ke warga yang belum dapat sapi
sampai ternak tersebut berkembang ke seluruh Pedukuhan,
program tersebut menjadi salah satu unit usaha dari BUM Desa.
b) Gedung Serba Guna
Gedung serba guna ini dibantu oleh yayan Korea juga tapi
dipercayakan kepada BUM Desa Hanyukupi untuk megelolanya
c) Water Byur
Water Byur menjadi salah satu Unit usaha dari Hanyukupi yang
dapat membantu meningkatkan PADes dan juga sangat membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar obyek
wisata.
d) Burung berkicau
Jenis usaha ini tidak memiliki keuntungan tetapi jenis usaha
tersebut hanya untuk membatu memperkenalkan Obyek Wisata
Water Byur atau hanya untuk memancing keramaian
e) Foto Copy
Jenis usaha ini tidak memperoleh keuntungan karena tidak sesuai
potensi atau kurang membutuhkan sehingga saat ini tutup.
57
3. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
Pengeloaan BUM Desa harus dijalankan dengan menggunakan
prinsip koopratif, partisipatif, tranparatif, akuntable, dan sustaniabel
dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara
professional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal itu untuk membangun
BUM Desa di perlukan informasi yang akurat dan tepat tentang
karakteristik kelokalan, termasuk sosial budaya masyarakatnya dan
peluang pasar dari produk (barang dan jasa ) yang dihasilkan.
BUM Desa sebagai Badan Usaha yang dibangun atas inisiatif
masyarakat dan menganut asas mandiri, harus mengutamakan perolehan
modal seperti dari pemerintah Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat
pula melakukan pinjaman kepada pihak ke tiga sesuia Peraturan
Perundang-Undangan. Peraturan lebih lanjut mengenai BUM Desa
tentunya akan diatur melalui Peratuaran Daerah(Perda).
BUM Desa didirikan atas tujuan tersebut akan direalisir dengan
cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama
bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon(rente)dan
pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan
meningkatkan pendapatan masyarakat Desa. Hal penting lainnya adalah
BUM Desa harus bisa mendidik masyarakat membiasakan menabung,
dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi
masyarakat Desa secara mandiri. Pengelolaan BUM Desa diprediksi akan
tetap melibatkan pihak ke tiga yang tidak saja berdapak pada masyarakat
58
Desa itu sendiri, tapi juga masyarakat dalam cakupan yang lebih luas
(Kabupaten). Oleh karena itu pendirian BUM Desa yang diisiasi oleh
masyarakat harus mempertibangkan keberadaan potensi ekonomi desa
yang mendukung, dan kepatuhan masyarakat Desa dan kewajibannya,
kesemua ini menuntut keterlibatan pemerintah kabupaten.
Karakteristik masyarakat dan perlu menadapat pelayanan utama
BUM Desa adalala :
1) Masyarakat desa yang dalam mencukupi hidupnya berupa pangan,
sandang, papan, sebagian besar memiliki sektor pertanian di bidang
pertanian dan melakukan kegiatan ekonomi yang bersifat usaha
informal.
2) Masyarakat desa yang menghasilannya tergolong sangat rendah, dan
sulit menyisihkan sebagian penghasilan nya untuk modal dan
mengebangkan usaha selanjutnya.
3) Masyarakat desa yang dalam hal ini tidak dapat mencukupi
kebutuhannya sendiri sehingga banyak jatuh ke tangan pengusaha
yang memilki modal lebih kuat.
4) Masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya yang cenderung di
perburuk oleh sistem pemasaran yang memberi kesempatan kepda
pemilik untuk dapat menekan harga, sehingga mereka cenderung
memeras dan menikmati sebagian besar dari hasil masyarakat desa.
Berdasarkan penjelasan diatas adalah maka dapat disimpulkan
bahwa BUM Desa sangat bermanfaat bagi masyarakat Desa baik yang
59
memikiki usaha produktif maupun yang belum memilki untuk
mengebangkan ekonomi masyarakat desa secara bersama-sama, karakter
BUM Desa sesuai dengan ciri Utamanya, prinsip yang mendasari,
mekanisme dan sistem pengelolaanya :
a) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standar Pelayanan
Minimal)
b) Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan bagi
usaha-usaha produktif upaya mengentaskan kemiskinan, pengangguran
dan peningkatan PADes.
c) Meningakatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat
dalam melakukan penguatan ekonomi di desa.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
BUM Desa memilki peran yang penting dalan memberikan pelayanan
kepada masyarakat dan sebagai pengelola untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Desa sehingga menunjang Program pembangunan di
desa.
Prinsip-prinsip pengelolaan BUM Desa penting untuk dikaloborasi
atau di uraikan agar di pahami atau di persepsikan dengan cara yang sama
oleh pemerintah Desa, anggota atau penyerta modal, BPD, Pemerintah
Kabupaten, dan masyarakat desa, terhadap 6 prinsip Pengelolaan BUM
Desa yaitu :
60
1. Kooperatif
Semua komponen yang terlibat dalam BUM Desa harus mampu
melakukan kerja sama yang baik demi pengembangan dan kelanjutan
hidup usahanya.
2. Semua komponen yang terlibat didalam BUM Desa harus bersedia
secara sukarela atau diminta untuk memberikan dukungan dan
kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUM Desa.
3. Emansipatif
Semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus di
perlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.
4. Tranparansi
Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum
harus di ketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan
terbuka.
5. Akuntabel
Seluruh kegiatan usaha harus dapat di pertangung jawabkan secara
teknik maupun administratif.
6. Sustainable
Kegiatan usaha harus dapat dikebangkan dan dapat di lestarikan oleh
masyarakat dari wadah BUM Desa.
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat di simpulkan bahwa hal
yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat
kerja sama, membangun kebersamaan atau menjalin kebersamaan atau
61
menjalin kedekatan di semua lapisan masyarakat desa, sehingga hal
tersebut menjadi daya dorong dalam upaya pengentasan kemiskinan,
pengangguran dan membuka akses pasar.
4. Peningkatan Perekonomian Masyarakat
Peningkatan ekonomi masyarakat bisa di artikan sebagai
peningkatan daya beli masyarakat dan juga peningkatan pendapatan
masyarakat. Untuk dapat meningkatkan ekonomi masyarakat, perlu
diketahui terlebih dahulu kondisi perekonomian yang rill dengan segala
aspeknya. Artinya harus di ketahui pendapatan perkapita masyarakat,
sumber pendapatan, perilaku budaya, kemampuan usaha, tingkat dan jenis
keterampilan yang disukai, jenis usaha suda ada menjadi keinginan
masyarakat.
Dengan demikian bisa di perkirakan jenis-jenis usaha yang sesuai
untuk diterapkan guna peningkatan ekonomi masyarakat. Pemetaan posisi
dan kondisi ini harus dilakukan jujur dan obyekitif. Sikap suka dan tidak
suka harus benar-benar tinggalkan, tapi sebaliknya juga tidak semua
keinginan masyarakat di turuti. Oleh karena itu yang suda lebih dulu
menguasai pasar atau punya data kebutuhan dan daya serap pasar serta
proses produksi (penigkatan jumlah Produsen, kemampuan pasokan ke
Pasar dan lahan baku) sebaiknya menyarankan dengan pemahaman yang
bemanfaat kepada masyarakat mengenai apa yang sebaiknya di produksi.
Dengan demikian apapun nantinya yang diusahakan oleh masyarakat akan
benar-benar bisa terpasarkan dengan baik.
62
Dari beberpa konsep di atas profil atau sejarah Desa mampu
menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat membantu
penulis untuk menyusun pada teknik selanjutnya.