FP Meningitis
description
Transcript of FP Meningitis
DEFINISI
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang
tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis. (Harsono., 2003)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran atau
selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah ke dalam cairan otak. (Black & Hawk, 2005)
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat.
(Suriadi & Rita, 2001)
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan
piameter dan ruang subarachnoid maupun arachnoid, dan termasuk cairan
serebrospinal (CCS). (Hickey,1997)
ETIOLOGI
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus, Meningococcus,
Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002)
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monositogenes
2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus.
(Japardi, Iskandar., 2002)
EPIDEMIOLOGI
Distribusi Frekuensi Meningitis
a. Orang/Manusia
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya
meningitis. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis
purulenta lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna. Puncak insidensi kasus
meningitis karena Haemophilus influenzae di Negara berkembang adalah
pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi
pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin
untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat, kira-kira 12.000
kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun. Insidens Rate
pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000. Setelah 10 tahun
penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda
(2001-2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per
100.000.
b. Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-
ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp
tentara dan jemaah haji), dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak
terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara
maju. Insidensi tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African
Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke
Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis
dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB
besar secara periodik. Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens
Rate meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per
100.000 penduduk.
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana
kasus-kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan
Amerika utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim
dingin dan musim semi sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi
pada musim kering. Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di
Amerika sering terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih
sering terpapar agen pengantar virus.
Determinan Meningitis
a. Host/ Pejamu
Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering
menyerang bayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam
dibandingkan yang berkulit putih. Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi
pada setiap kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6
bulan sampai 5 tahun dan jarang pada usia di bawah 6 bulan kecuali bila
angka kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi.
Meningitis serosa dengan penyebab virus terutama menyerang anak-
anak dan dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu
orang menderita campak, Gondongan (Mumps) atau penyakit infeksi virus
lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15
tahun dan lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan.
b. Agent
Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Meningitis
purulenta paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus dan
Haemophilus influenzae sedangkan meningitis serosa disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa dan virus. Bakteri Pneumococcus adalah salah
satu penyebab meningitis terparah. Sebanyak 20-30 % pasien meninggal
akibat meningitis hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak
pada bayi dan orang lanjut usia.
c. Lingkungan
Faktor Lingkungan (Environment) yang mempengaruhi terjadinya
meningitis bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b
adalah lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi
kontak atau hidup serumah dengan penderita infeksi saluran pernafasan.
KLASIFIKASI
Meningitis Kriptikokus
adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk
ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering.
Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.
Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 di bawah
100. (Yayasan Spiritia., 2006)
Viral meningitis
termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan umumnya
si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya
meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar
agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis.
Antara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.
Bacterial meningitis
disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah
satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul bercak
kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi
memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh dapat
berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-
tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi
sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak mencekung, gangguan
saraf otak. Penyebabnya yaitu kuman mikobakterium tuberkulosa varian
hominis. (Harsono., 2003)
Meningitis Purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus, kaku kuduk,
kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan
umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi. Penyebabnya yaitu Diplococcus
pneumoniae(pneumokok), Neisseria meningitidis(meningokok), Stretococcus
haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa. (Harsono., 2003)
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RISIKO
1. Faktor predisposisi: laki-laki lebih sering dibanding dengan wanita
2. Faktor maternal: rupture membran fetal, infeksi metrnal pada minggu terakhir
kehamilan
3. Faktor imunologi: usia muda, defisiansi mekanisme imun, defek lien karena penyakit
sel sabit atau asplenia (rentan terhadap S. Pneumoniae dan Hib), anak-anak yang
mendapat obat-obat imunosupresi
4. Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan
dengan system persarafan
5. Faktor yang berkaitan dengan status sosial-ekonomi rendah: lingkungan padat,
kemiskinan, kontak erat dengan individu yang terkena (penularan melalui sekresi
pernapasan)
MANIFESTASI KLINIK
Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah
laku.
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
Sakit kepala
Sakit-sakit pada otot-otot
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata
pasien
Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap
lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak
terdapat pada virus meningitis.
Nausea
Vomiting
Demam
Takikardia
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
Pasien merasa takut dan cemas.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED),
kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, pada
Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT
Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal,
gigi geligi) dan foto dada.
PENATALAKSANAAN
Obat anti inflamasi :
1) Meningitis tuberkulosa :
a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr
selama 1 ½ tahun.
b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali
sehari, selama 3 bulan.
2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a) Sefalosporin generasi ke 3
b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b) Sefalosforin generasi ke 3.
Pengobatan simtomatis :
1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.
2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3) Turunkan panas :
a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b) Kompres air PAM atau es.
Pengobatan suportif :
1) Cairan intravena.
2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.
DAFTAR PUSTAKA
Alpers,Ann.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20.Jakarta:EGC.
Suriadi, Rita Yuliani.2006.Asuhan keperawatan pada Anak Ed.2.Jakarta:Percetakan
Penebar Swadaya
Indah. P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan Meningitis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL.(online)
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm
Diakses pada tanggal 18 November 2014 Pukul 13.49
Mesranti, M.2011.Makalah Meningitis.(online).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf
Diakses pada tanggal 18 November 2014 pukul 13.53
Israr, Yayan A.2008.Meningitis.(online).
http://yayanakhyar.co.nr/2009/01/meningitis.pdf
Diakses pada tanggal 18 November 2014 pukul 13.56