Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

36
LAPORAN HASIL PRAKTEK KULIAH LAPANGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PERTAMINA RU IV CILACAP TAHUN 2013 Disusun oleh kelompok Mochamad Iqbal G1B009045 Rita Mei Nurahayu G1B011067 Tia Martha Pundati G1B011073 Uswatun Khasanah G1B011074 Lin Ernes Namara G1B011078 Siti Dely Farhani G1B011081 Hernita Yulianna G1B011082 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Transcript of Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

Page 1: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

LAPORAN HASIL PRAKTEK KULIAH LAPANGAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

DI PERTAMINA RU IV CILACAP TAHUN 2013

Disusun oleh kelompok

Mochamad Iqbal G1B009045

Rita Mei Nurahayu G1B011067

Tia Martha Pundati G1B011073

Uswatun Khasanah G1B011074

Lin Ernes Namara G1B011078

Siti Dely Farhani G1B011081

Hernita Yulianna G1B011082

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2013

Page 2: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam sumber

daya alam yang berpotensi besar. Diantaranya adalah minyak bumi, gas alam dan panas

bumi. Sebagai salah satu negara berkembang dengan sumber daya alam yang sangat

besar, tidak mengherankan jika Indonesia menjadi sorotan dunia khususnya ketika

berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang ada dalam usaha melaksanakan

pembangunan.

Perusahaan perminyakan merupakan salah satu industri yang rentan akan adanya

pengaruh negatif akibat dari proses operasionalnya. Sebagai sebuah industry yang

mengolah minyak dan gas sangat rentan menimbulkan pencemaran lingkungan dan udara

di sekitar pabrik. Selain itu, tingkat kesenjangan dalam masyarakat tampak jelas antara

masyarakat sekitar dengan masyarakat perusahaan tersebut. Terutama jika keberadaan

perusahaan yang berada dekat dengan perkampungan nelayan dan daerah perindustrian.

PT Pertamina (Persero) UP IV Cilacap merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang bergerak di bidang produksi minyak dan gas bumi merupakan 7 jajaran

unit pengolahan di tanah air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348 ribu

barrel/hari, dan terlengkap fasilitasnya. Kilang ini brnilai strategis karena memasok 60%

kebutuhan BBM di pulau Jawa. Sebagai perusahaaan besar dan dengan penghasilan hasil

produksi yang besar setiap harinya, pertamina dapat menjalankan produksi dengan baik

serta mensejahterahkan dan memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat di

daerah setempat.

Pertamina Refinery Unit IV Cilacap memiliki tiga kilang yaitu kilang pertama

(Fuel Oil Complex/FOC) yang merupakan kilang pemroses bahan baku minyak mentah

baik BBM maupun non-BBM, kilang kedua (FOC II) yang digunakan untuk mengolah

minyak mentah campuran/cocktail, serta kilang Petrokimia Paraxylene untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku aromatic (setengah jadi).

Pengolahan minyak di kilang pertamina tidak hanya berdampak positif bagi

masyarakat setempat, akan tetapi berdampak negative pula bagi masyarakat. Dampak dari

Page 3: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

ketiga kilang di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap meliputi limbah cair, padat dan gas.

Melihat hal tersebut, pihak Refinery Unit IV Cilacap mengelola limbah sebaik mungkin

agar tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu caranya adalah

dengan penerapan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) serta SRU (Shulphur

Recovery Unit) untuk membakar sulfur H2S sehingga gas di udara tidak lagi mengandung

sulfur yang membahayakan.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengaturan system pembuangan limbah industry.

2. Mengetahui lokasi penempatan industry atau pabrik.

3. Mengetahui pengawasan penggunaan bahan kimia.

4. Mengetahui program penghijauan yang dilakukan Pertamina RU IV Cilacap.

5. Mengetahui upaya Pertamina RU IV Cilacap agar masyarakat peduli terhadap

lingkungan.

6. Mengetahui usaha pemantauan lingkungan.

7. Mengetahui peran serta masyarakat terhadap pengendalian lingkungan.

C. Manfaat

1. Bagi Perusahaan

Mengetahui pengendalian lingkungan yang baik agar tidak menimbulkan masalah

kesehatan dan sebagai bahan evaluasi mengenai pengendalian lingkungan yang telah

dilakukan oleh Pertamina RU IV Cilacap.

2. Bagi Masyarakat

Mengetahui peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan di sekitar

kawasan industry.

3. Bagi Kesehatan Masyarakat

Menambah pustaka atau bahan bacaan dalam bidang Kesehatan Masyarakat

khususnya di bidang Pencemaran Lingkungan mengenai pengendalian lingkungan di

industry atau pabrik.

Page 4: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Limbah

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling

populer di antaranya ialah chemical conditioning, dan incineration (Arief, 2010)

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Concentration thickening, tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur

yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya

digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge.

Beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal

ini.

2. Treatment, stabilization, and conditioning, tahapan kedua ini bertujuan untuk

menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat

dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi.

Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan

bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung

dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan

destruksi.

3. De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan

air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini

umumnya ialah pengeringan dan filtrasi.

4. Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi

sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation, dan composting.

Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,

atauinjection well.

Page 5: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi

pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%

(volume) dan 75% (berat). Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas.

Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen

limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi

memerlukan lahan yang relatif kecil. Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai

kandungan energi (heating value) limbah. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan

untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open

pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari

semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut

dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan (Arief, 2010)

B. Penempatan Industri dengan Pemukiman Kawasan Penduduk

Berkembangnya suatu kawasan industry tidak terlepas dari pemilihan lokasi kawasan

industry yang akan dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor/variabel di wilayah lokasi kawasan. Selain itu dengan dikembangkannya suatu

kawasan industry juga akan memberikan dampak terhadap beberapa fungsi di sekitar

lokasi kawasan. Oleh sebab itu, beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dalam

pemilihan lokasi kawasan industry (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia

No. 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri)

a. Jarak ke Pusat Kota

Pertimbangkan jarak ke pusat kota bagi lokasi kawasan industry adalah dalam rangka

kemudahan memperoleh fasilitas pelayanan baik sarana dan prasarana maupun segi-

segi pemasaran. Mengingat pembangunan kawasan industry tidak harus membangun

seluruh system yang telah ada seperti listrik, air bersih yang biasanya telah tersedia di

lingkungan perkotaan, dimana kedua system ini kestabilan tegangan (listrik) dan

tekanan (air bersih) dipengaruhi faktor jarak, disamping fasilitas banking, kantor-

kantor pemerintahan yang memberikan jasa pelayanan bagi kegiatan industry yang

pada umumnya berlokasi di pusat perkotaan, maka idealnya suatu kawasan industry

berjarak minimal 10 Km dari pusat kota.

Page 6: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

b. Jarak terhadap pemukiman

Pertimbangan jarak terhadap pemukiman bagi pemilihan lokasi kegiatan industry

yaitu :

1. Berdampak positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan aspek

pemasaran produk. Dalam hal ini juga perlu dipertimbangkan adanya kebutuhan

tambahan akan perumahan sebagai akibat dari pembangunan kawasan industry.

Dalam kaitannya terhadap pemukiman di sini harus mempertimbangkan masalah

pertumbuhan perumahan, dimana sering terjadi areal tanah di sekitar lokasi

industry menjadi kumuh dan tidak ada jarak antara perumahan dengan kegiatan

industry.

2. Berdampak negative karena kegiatan industry menghasilkan polutan dan limbah

yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat.

3. Jarak terhadap pemukiman yang ideal minimal 2 Km dari lokasi kegiatan

industry.

(Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 35/M-IND/PER/3/2010

tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri)

C. Pengawasan atas Penggunaan Beberapa Jenis Bahan Kimia yang Berpotensi menjadi

Penyebab dari Pencemaran Lingkungan

Tujuan pembinaan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 antara lain untuk

memasyarakatkan peraturan pengelolaan limbah B3, meningkatkan ketaatan pengelolaan

limbah B3, meningkatkan kinerja pengelolaan limbah B3, dan tercegahnya pencemaran

dan kerusakan lingkungan. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pengelolaan limbah

B3 dilakukan oleh masing-masing instansi pembina yang dikoordinasikan oleh Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD). Untuk kelancaran pelaksanaan

pembinaan dan pengawasan maka dibentuk tim koordinasi yang ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur. Biaya yang dibutuhkan dalam pembinaan dan pengawasan

pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dibebankan pada APBD dan sumber biaya lainnya

yang sah dan tidak mengikat. Setiap orang atau badan usaha yang melanggar ketentuan

dalam peraturan ini dikenakan sanksi administrasi berupa : teguran lisan, teguran tertulis,

Page 7: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

pemberhentian sementara kegiatan, dan pencabutan izin (Peraturan Gubernur Propinsi

DKI Jakarta No.103, 2005).

Pengawasan pengendalian pencemaran air dan udara serta limbah B3 melalui

mekanisme PROPER merupakan satu dari Program Nasional yang dilaksanakan secara

dekonsentrasi. Untuk menstandarkan pelaksanaan dekonsentrasi tersebut perlu disusun

petunjuk teknis yang akan menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Provinsi dalam melaksanakan lingkup penyelenggaraan dekonsentrasi bidang lingkungan

hidup (Deputi BPPLKLH, 2012)

D. Penghijauan Industri

Lahan-lahan bertumbuhan dialihfungsikan menjadi kawasan perdagangan,

kawasan industry, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana kota lainnya.

Akibatnya lingkungan hanya berkembang secara ekonomi, namun menurun secara

ekologi. Padahal keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya

dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian

menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan berupa meningkatnya

suhu udara, pencemaran udara, menurunnya permukaan air tanah, banjir, intrusi air laut

serta meningkatnya kandungan logam berat dalam tanah (Pedoman Pembuatan Tanaman

Penghijauan Kota Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, 2004).

Salah satu alternated untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan

pembuatan tanaman penghijauan kota. Selama ini penghijauan kota belum mendapat

perhatian yang memadai dan tidak seimbang dengan pembangunan industry. Oleh karena

itu, pembangunannya ditumbuhkan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan

Lahan (GNRHL/Gerhan) mulai 2004. Penghijauan kota difokuskan untuk pembangunan

hutan kota sesuai dengan PP No. 63 Tahun 2002 (Permen Kehutanan P03/Menhut V,

2004)

Tipe penghijauan kota disesuaikan dengan fungsi kawasan yaitu:

a. Tipe kawasan pemukiman yang berfungsi sebagai penghasil oksigen, penyerap

karbondioksida, peresap air, penahan angina, dan peredam kebisingan. Komposisi

tanaman berupa jenis pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan tanaman perdu

dan rerumputan.

Page 8: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

b. Tipe kawasan industry yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan kebisingan

yang ditimbulkan dari kegiatan industry.

c. Tipe rekreasi yaitu penghijauan kota yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan

rekreasi dan keindahan.

d. Tipe pelestarian plasma nutfah yang berfungsi sebagai pelestari plasma nutfah.

e. Tipe pengamanan, berfungsi untuk meningkatkan keamanan penggunaan jalan pada

jalur kendaraan dengan membuat jalur hijau dengan kombinasi pepohonan dan

tanaman perdu

E. Penyuluhan dan Pendidikan Lingkungan

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup

dijelaskan bahwa upaya penanganan terhadap permasalahan pencemaran terdiri dari

langkah pencegahan terhadap permasalahan pencemaran terhadap permasalahan

pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian.

Upaya pencegahan adalah mengurangi sumber dampak lingkungan yang lebih berat. Ada

pun penanggulangan atau pengendaliannya adalah upaya pembuatan standar bahan baku

mutu lingkungan, pengaweasan lingkungan dan penggunaan teknologi dalam upaya

mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Secara umum, berikut ini merupakan upaya

pencegahan atas pencemaran lingkungan.

a. Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman penduduk

b. Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran

masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang sesungguhnya.

c. Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan

bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan.

d. Melakukan penghijauan.

e. Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang

mencemari lingkungan

f. Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan

(BLH JaTim, 2013).

Page 9: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

F. Pemantauan Lingkungan

Industri wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai

yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun

2001, kegiatan bidang perindustrian pada umumnya menimbulkan pencemaran air, udara,

tanah, gangguan kebisingan, bau, dan getaran. Beberapa jenis industri menggunakan air

dengan volume sangat besar, yang diperoleh baik dari sumber air tanah ataupun air

permukaan. Penggunaan air ini berpengaruh terhadap sistem hidrologi sekitar. Berbagai

potensi pencemaran, gangguan fisik dan gangguan pasokan air tersebut di atas

menimbulkan dampak sosial, oleh sebab itu perlu dilakukan pemantauan lingkungan

yang berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap mekanisme kerja suatu system pengelolaan

lingkungan (Shoba, 2006).

Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan, pencatatan, pengukuran,

pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standard tertentu terhadap

satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa

parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali

dalam satu siklus waktu tertentu. Diantara berbagai jenis pemantauan lingkungan yang

dikenal sampai saat ini, ada tiga jenis pemantauan lingkungan yang paling banyak

dilakukan yaitu :

1. Pematauan Kualitas Efluen (limbah)

Untuk menjamin limbah yang dilepas ke alam bebas tidak membahayakan makhluk

hidup dan untuk menjaga agar kualitas lingkungan tetap berada dalam batas yang

ditoleransi, pemerintah menetapkan Baku Mutu Limbah yang boleh dilepas ke alam

bebas. Baku mutu adalah ukuran kuantitatif yang menunjukkan batas maksimal kadar

bahan yang dikandung di dalam beberapa parameter tertentu antara lain BOD, COD,

pH dan Lemak.

2. Pemantauan Kualitas Ambien

Ambien adalah komponen lingkungan seperti air, udara, tanah, flora dan fauna.

Sehingga untukmencegah agar tidak terjadi kondisi tercemar, perlu dilakukan

pemantauan rutin terhadap kualitas limbah yang dihasilkan dan badan air penerima.

3. Pematauan Pelaksanaan Rekomendasi RKL dan RPL

Page 10: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

Untuk mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan, seluruh

rekomendasi dan arahan yang terdapat di dalam RKL dan RPL harus dilaksanakan.

Pelaksanaan rekomendasi/arahan RKL dan RPL harus dievaluasi dan jika terdapat

kekeliruan rekomendasi harus diperbaiki. Untuk kepentingan evaluasi tersebut,

instrumen yang sangat berperan adalah pemantauan lingkungan secara rutin.

(Yance, 2011)

G. Peran Serta Masyarakat

Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berperan aktif dalam

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Peran tersebut berupa

pengawasan social, memberi saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan serta

penyampaian informasi atau pelaporan (Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup,

2009)

Peran serta maasyarakat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian dalam PPLH,

meningkatkan kemandirian, menumbuhkan kemampuan, mengembangkan

ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan social serta

mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan local (Pasal 70 RUU PPLH, 2009)

Tugas dan wewenang pemerintah dalam peningkatan peran serta masyarakat

adalah mengembangkan kerjasama, menetapkan kebijakan tata cara pengakuan

keberadaan masyarakat hokum adat, kearifan local dan hak masyarakat hokum adat

terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta memberikan pendidikan,

pelatihan pembinaan dan penghargaan (Pasal 63 RUU PPLH, 2009)

Page 11: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

BAB III

ISI

A. Hasil

1. Pengatur Sistem Pembuangan Limbah Industri

Pengolahan limbah dilakukan karena berorientasi pada akibat yang ditimbulkan dalam

lingkungan terutama pada daerah sekitar industri maupun efek keseluruhan untuk semua

lingkungan. Dengan prinsip pencegahan dan penanggulangan pencemaran harus dapat

menjamin terpeliharanya kepentingan umum dan keseimbangan lingkungan, dengan tetap

memperhatikan kepentingan pihak industri.

Limbah PT. PERTAMINA RU- IV yang dihasilkan ada 3 jenis yaitu :

a. Limbah cair

b. Limbah gas

c. Limbah padat

a. Pengolahan Limbah Cair

Limbah yang dihasilkan industri minyak bumi umumnya mengandung logam-logam

berat maupun senyawa yang berbahaya. Selain logam berat, limbah, atau air buangan

industri, minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat

rawan terhadap bahaya kebakaran.

Unit pengolah air buangan terdiri dari:

1. Proses fisik

Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat dipisahkan secara

fisik. Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam buangan air

hanya diperbolehkan ±25 ppm.

2. Proses kimia

Proses ini dilakukan untuk menetralkan zat kimia berbahaya dalam air limbah.

Senyawa yang tidak diinginkan diikat menjadi padat dalam bentuk endapan

lumpur yang selanjutnya dikeringkan.

3. Proses mikrobiologi,

Page 12: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama dan hanya

dapat mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung senyawa logam

berbahaya. Pada dasarnya proses ini memanfaatkan mahluk hidup (mikroba)

untuk mengolah bahan organik.

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Tujuannya

untuk mengumpulkan dan memisahkan zat padat yang tidak mengendap serta

menstabikan senyawa-senyawa organic. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan

secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien.

Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologi adalah

eksploitasi kemampuan mikroba dalam mendegradasi senyawa-senyawa polutan

dalam air limbah. Pada proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut akan berubah

menjadi senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak berbahaya bagi

lingkungan.

b. Pengolahan Limbah Gas

Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit dan sisanya dibakar di

incinerator (untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon).

c. Pengolahan Limbah Padat

Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak yang

tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan mencemari lingkungan.

Pada sludge selain mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih mengandung

hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam proses. Sludge ini

juga tidak dapat di buang ke lingkungan sebab tidak terurai secara alamiah dalam

waktu singkat.

Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari pencemaran

lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT. PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap

melakukannya dengan membakar sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator)

pada temperature 800ºC. Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk

landfill atau dibuang di suatu area, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.

Page 13: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

2. Penempatan Industri atau Pabrik dari Kawasan Pemukiman Penduduk

PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan (Refinery Unit) IV Cilacap terletak di Jl.

MT Haryono No. 77 Cilacap Tengah 53221. PT Pertmina RU IV berdekatan dengan

kawasan permukiman penduduk kelurahan Donan. Jarak kelurahan Donan ke PT

Pertamina RU IV sekitar 1 KM. Padahal seharusnya jarak terhadap permukiman

penduduk yang ideal yaitu minimal 2 km dari lokasi kegiatan industri atau pabrik, karena

industri atau pabrik mengeluarkan polusi udara dan limbah serta pencemaran air yang

dapat membahayakan penduduk sekitar. Oleh karena itu PT Pertmina RU IV Cilacap

harus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh PT Pertamina RU IV Cilacap dan ikut berpatisipasi dalam pengendalian

lingkungan.

3. Pengawasan atas Penggunaan Beberapa Jenis Bahan Kimia yang Berpotensi menjadi

Penyebab dari Pencemaran Lingkungan

Sebagai suatu prasyarat bagi suatu industri adalah adanya bidang yang menangani

masalah lindungan lingkungan. Fungsi ini yang memantau dan menangani masalah

limbah agar tidak mencemari lingkungan karena itu Unit Pengolahan IV terus

menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) untuk mendukung terjaminnya

kualitas lingkungan. Disamping itu beberapa kali memperoleh penghargaan Sword of

Honor dari British Safety Council, London, dan penghargaan ISO 14001 mengenai

Sistem Manajemen Lingkungan dari PT TUV Jerman. Fungsi ini memiliki sarana sebagai

berikut :

a. Sour Water Stripper, merupakan sarana untuk memisahkan gas-gas beracun dan

berbau dari air bekas processing.

b. CPI atau Corrugated Plate Interceptor, yaitu sarana untuk meniadakan dan

memisahkan minyak yang terbawa air buangan.

c. Holding Bassin, & Waste Water Treatment (WWT) suatu sarana mengembalikan atau

memperbaiki kualitas air buangan, terutama mengembalikan kandungan oxygen dan

menghilangkan kandungan minyak.

d. Flare, adalah cerobong asap/api untuk meniadakan pencemaran udara sekeliling.

Page 14: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

e. Silincer, dibangun sebagai sarana untuk mengurangi kebisingan.

f. Fin Fan Cooler, untuk mengurangi pemakaian air sebagai media pendingin dan

sekaligus mengurangi kemungkinan pencemaran air buangan.

g. Groyne, sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut.

Masing – masing sarana tersebut selalu dipantau dan diawasi system kerjanya agar

tidak terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kurang berfungsinya

sarana tersebut.

4. Penghijauan di Pertamina RU IV Cilacap

Kawasan mangrove di Cilacap, Jawa Tengah, dihijaukan dengan 10.000 bibit.

Bantuan bibit sebanyak 10.000 untuk lahan seluas 1 hektar merupakan bantuan dari

Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap. Penanaman melibatkan Kantor Pengelolaan

Pemberdayaan Segara Anakan (KPPSA) Cilacap dan pencinta alam.

Penghijauan diharapkan bisa memulihkan kondisi hutan mangrove seluas 8.359

hektar. Banyak permasalahan yang dihadapi kawasan mangrove, mulai dari segi jenis

tanaman yang kondisinya terbengkalai sampai tanaman yang rusak parah akibat

pembabatan hutan oleh warga setempat.

Dilakukannya penanaman mangrove di wilayah tersebut, selain mengacu pada

imbauan Presiden RI untuk menggugah warga negara Indonesia untuk peduli terhadap

lingkungan dengan istilah One Man One Tree juga mengingat kerusakan hutan mangrove

di Kawasan Segara Anakan Kampung Laut kondisinya makin memprihatinkan.

Kegiatan Penanaman yang mengambil tema “Save The Mangrove Now” yang

dilakukan oleh Pertamina RU IV Cilacap merupakan bentuk komitmen Pertamina

terhadap lingkungan. Penanaman mangrove tersebut berupaya merehabilitasi hutan yang

rusak dan menghijaukannya kembali. Komitmen ini dapat dilihat dari penghargaan yang

telah diraih Pertamina RU IV Cilacap seperti ISO 14.001 tentang Sistem Manajemen

Lingkungan serta Proper Hijau untuk ketiga kali.

5. Penyuluhan dan Pendidikan Lingkungan untuk Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat

tentang Arti dan Manfaat Lingkungan Hidup

Page 15: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

Penyuluhan dan pendidikan lingkungan yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran

masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup, ntara lain sebagai berikut :

a. Memanfaatkan limbah plastic sebagai gaun pengantin.

Kegiatan ini dapat menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah

sembarangan terutama sampah plastic, karena sampah plastic ini dapat di manfaatkan

sebagai gaun pengantin yang berguna baik secara nilai ekonomis maupun dalam

pemanfaatan lingkungan hidup. Secara tidak langsung hal tersebut dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut melestarikan lingkungan hidup.

b. Penanaman mangrove pada lahan seluas 10.000 Ha

Dalam penanaman mangrove ini, pihak Pertamina RU IV Cilacap mengajak peran

serta masyarakat Segara Anakan dan Pecinta Alam untuk penanaman mangrove. Hal

ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup mereka pada masa mendatang.

6. Pemantauan Lingkungan

Salah satu tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya adalah dengan

melakukan pemantauan secara berkala dan Pertamina sebagai perusahaan yang peduli

akan lingkungan selalu melibatkan tim independen untuk melakukan pemantauan kualitas

air limbah, air pemukiman, air tanah, udara (emisi & ambien), kebisingan, kebauan dan

pemantauan lingkungan sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat.

Pemantauan untuk ambien dan kebauan tidak hanya di area kilang tetapi juga di

wilayah eksternal, seperti Kutawaru, Donan, Gunung Simping, RSPC, dan Lomanis serta

Tritih Golf. Sedangkan untuk memantau kualitas air, maka Pertamina menggunakan

sumur pantau. Sumur pantau ini dibutuhkan untuk memantau air, apakah air tersebut

tercemar atau tidak karena air tersebut akan disalurkan kembali ke masyarakat.

Berdasarkan PP No. 43 tahun 2008 pasal 36 (3) tentang air tanah, Pemantauan air tanah

sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan pada sumur pantau dengan cara:

a. mengukur dan merekam kedudukan muka air tanah;

b. memeriksa sifat fisika, kandungan unsur kimia, biologi atau radioaktif dalam air

tanah;

c. mencatat jumlah volume air tanah yang dipakai atau diusahakan; dan/atau

Page 16: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

d. mengukur dan merekam perubahan lingkungan air tanah seperti amblesan tanah.

CSR yang dilakukan Pertamina terhadap masyarakat baik berupa Community

Development, Community Relationship, dan kemitraan yang hasilnya dirasakan oleh

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan fasilitas umum yang dilakukan,

bidang pendidikan, bantuan modal usaha, dan lain-lain.

7. Peran Serta Masyarakat untuk Pengendalian Lingkungan

Dampak adanya kegiatan penambangan, perkebunan, industry, dan pertanian

tentunya mempunyai dampak negative dan positif terhadap lingkungan, bila tidak

dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik. Undang-Undang yang mengatur

perlindungan dan pengelolaan lingkungan dalah UU No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang ini dikeluarkan akibat

adanya kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam

kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu

dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan

konsisten oleh semua pemangku kepentingan.

Begitu pula dengan industry minyak di Pertamina RU IV Cilacap. Selain

kontribusi yang diberikan oleh perusahaan, masyarakat di sekitar kawasan industry juga

mempunyai peran serta untuk pengendalian lingkungan. Misalnya saja dengan

penghijauan maupun penggunaan LPG seperti yang telah disosialisasikan oleh pihak

Pertamina RU IV Cilacap.

Pertumbuhan penduduk yang sangat besar dan diikuti dengan pendirian kawasan

industry di daerah perkotaan mengharuskan adanya pendirian bangunan yang akan

mengurangi ruang penanaman vegetasi. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya suhu

lingkungan di kawasan perkotaan. Selain itu, penggunaan kendaraan bermotor serta zat-

zat kimia yang berlebihan oleh industry dan penduduk membuat kapasitas pencemaran

semakin tinggi. Oleh sebab itu, masyarakat di sekitar kawasan industri Pertamina RU IV

Cilacap ini ikut berperan serta dalam menjaga keseimbangan ekosistem, yaitu dengan

menanam tanaman di lingkungan rumah. Penduduk yang tinggal di perumahan biasanya

menggunakan pot untuk menanam tanaman akibat kurangnya lahan untuk menanam

Page 17: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

pohon. Hal ini sudah membuktikan bahwa masyarakat sekitar telah aktif dalam

pengendalian lingkungan.

Peran serta masyarakat yang lain adalah penggunaan LPG seperti yang telah

disosilisasikan oleh pihak Pertamina RU IV Cilacap. Penggunaan LPG ini bersih dan

ramah lingkungan karena LPG sebagai bahan bakar alternatif membawa kebaikan

tambahan dalam bentuk emisi gas CO2 (gas rumah kaca dominan) yang lebih rendah

sehingga kebaikan ini dapat menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam rangka

mengurangi konsentrasi polutan udara di daerah perkotaan. Secara tak langsung

pengurangan konsentrasi polutan akan berakibat pada penurunan biaya kesehatan dimana

uang yang tak jadi dipergunakan untuk pemeliharaan kesehatan dapat dipergunakan

untuk kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan konstruktif baik pada tingkat makro

(negara, pemerintahan) maupun pada tingkat mikro (keluarga, individu).

B. Pembahasan

Menurut Arief dalam jurnal Pengolahan Limbah B3, terdapat banyak metode

pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah

chemical conditioning, dan incineration. PT Pertamina menerapkan system

pengkomposan pada limbah padat. Jadi limbah padat dipisahkan berdasarkan kriterianya

ke dalam tempat sampah merah, kuning, hijau dan biru. Setelah sampah dipisahkan maka

sampah diolah menjadi pupuk kompos. Pengolahan limbah gas di Pertamina RU IV

Cilacap sudah cukup baik karena telah menggunakan system incinerator dimana gas H2S

dipisahkan sulfurnya. Kemuadian sulfur diolah untuk dijual kembali sehingga gas yang

keluar sudah tidak mengandung sulfur lagi. Sementara limbah cairnya menggunakan

system IPAL dimana dilakukan ekualisasi baik kualitas maupun kuantitas limbah cair.

tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan

patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia,

fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses

pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara

fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara

pencucian dan destruksi.

Page 18: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

Lokasi industri PT Pertmina RU IV cukup berdekatan dengan kawasan pemukiman

penduduk kelurahan Donan. Jarak kelurahan Donan ke PT Pertamina RU IV sekitar 1

km. Padahal Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-Ind/PER/3

Tentang Pedoman Teknis Kawasan Tahun 2009 menjelaskan bahwa jarak kawasan

industri yang baik adalah minimal berjarak 10 km dari pusat kota dan minimal 2 km dari

pemukiman penduduk. Jadi jarak lokasi industri PT Pertamina Refinery Unit IV dengan

pemukiman penduduk masih kurang memenuhi syarat karena polutan dan limbah yang

dihasilkan oleh industri bisa menimbulkan risiko mencemari dan mengganggu kesehatan

masyarakat di sekitar kawasan penduduk.

Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa Tujuan pembinaan dan

pengawasan pengelolaan limbah B3 antara lain untuk memasyarakatkan peraturan

pengelolaan limbah B3, meningkatkan ketaatan pengelolaan limbah B3, meningkatkan

kinerja pengelolaan limbah B3, dan tercegahnya pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Pertamina Unit Pengolahan IV terus menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML)

untuk mendukung terjaminnya kualitas lingkungan. Disamping itu beberapa kali

memperoleh penghargaan Sword of Honor dari British Safety Council, London, dan

penghargaan ISO 14001 mengenai Sistem Manajemen Lingkungan dari PT TUV Jerman.

Jadi untuk masalah pengawasan bahan berbahaya, Pertamnina RU IV Cilacap sudah

cukup baik.

Berdasarkan Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota Gerakan Nasional

Rehabilitasi Hutan dan Lahan tahun 2004, kawasan industry merupakan salah satu hal

yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem perkotaan berupa

meningkatnya suhu udara, pencemaran udara, menurunnya permukaan air tanah, banjir,

intrusi air laut serta meningkatnya kandungan logam berat dalam tanah. Untuk

menghindari hal tersebut, maka PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap melakukan

kegiatan penanaman mangrove 10.000 bibit di 1 hektar lahan yang bertujuan

merehabilitasi hutan yang rusak dan menghijaukannya kembali. Dilakukannya

penanaman mangrove di wilayah tersebut, selain mengacu pada imbauan Presiden RI,

juga untuk menggugah warga negara Indonesia agar peduli terhadap lingkungan. Hal ini

Page 19: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

sudah sesuai dengan Permen Kehutanan P03/Menhut V, 2004 bahwa penghijauan kota

difokuskan untuk pembangunan hutan kota sesuai dengan PP No. 63 Tahun 2002

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup

dijelaskan bahwa upaya penanganan permasalahan pencemaran terdiri dari langkah

pencegahan terhadap permasalahan pencemaran. Salah satu nya adalah menempatkan

industri atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman penduduk dan melakukan

penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat

tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang sesungguhnya. Penyuluhan yang

dilakukan oleh Pertamina adalah mengenai pemanfaatan limbah sampah rumah tangga

yang dapat diolah menjadi gaun pengantin. Masyarat berpartisipasi aktif dalam program

ini. Program lainnya adalah penanaman 10000 bibit mangrove yang melibatkan peran

serta masyarakat, pecinta alam serta KPPSA Cilacap. Program yang melibatkan

masyarakat ini harus dipertahankan karena menjalin kemitraan dan komitmen perusahaan

terhadap lingkungan.

Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup menyatakan bahwa masyarakat

memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berperan aktif dalam Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Peran tersebut berupa pengawasan social,

memberi saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan serta penyampaian informasi atau

pelaporan. Oleh sebab itu, masyarakat di sekitar kawasan industri Pertamina RU IV

Cilacap ini ikut berperan serta dalam menjaga keseimbangan ekosistem, yaitu dengan

menanam tanaman di lingkungan rumah. Penduduk yang tinggal di perumahan biasanya

menggunakan pot untuk menanam tanaman akibat kurangnya lahan untuk menanam

pohon. Hal ini sudah membuktikan bahwa masyarakat sekitar telah aktif dalam

pengendalian lingkungan.

Shoba (2006) mengemukakan bahwa berbagai potensi pencemaran, gangguan

fisik dan gangguan pasokan air di industry dapat menimbulkan dampak sosial, oleh sebab

itu perlu dilakukan pemantauan lingkungan yang berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap

mekanisme kerja suatu system pengelolaan lingkungan. Menurut Yance (2011) dalam

pelaksanaan program pemantauan lingkungan, ada tiga jenis pemantauan lingkungan,

antara lain pemantauan kualitas efluen (limbah) yaitu untuk menjamin limbah yang

Page 20: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

dilepas ke alam bebas tidak membahayakan makhluk hidup dan menjaga agar kualitas

lingkungan tetap berada dalam batas yang ditoleransi, pemantauan kualitas ambien untuk

mencegah agar tidak terjadi kondisi tercemar, serta pemantauan pelaksanaan rekomendasi

RKL dan RPL yaitu untuk mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.

PT Pertamina Refinery Unit IV telah melakukan pemantauan secara berkala sebagai

wujud tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya. Pemantauan lingkungan

dilakukan secara berkala dengan melibatkan tim independen untuk melakukan

pemantauan kualitas air limbah, air pemukiman, air tanah, udara (emisi & ambien),

kebisingan, kebauan dan pemantauan lingkungan sosial ekonomi budaya dan kesehatan

masyarakat

Peran serta masyarakat yang lain adalah penggunaan LPG seperti yang telah

disosilisasikan oleh pihak Pertamina RU IV Cilacap. Penggunaan LPG ini bersih dan

ramah lingkungan karena LPG sebagai bahan bakar alternatif membawa kebaikan

tambahan dalam bentuk emisi gas CO2 (gas rumah kaca dominan) yang lebih rendah

sehingga kebaikan ini dapat menjadi suatu kebijakan pemerintah dalam rangka

mengurangi konsentrasi polutan udara di daerah perkotaan.

Pertamina RU IV Cilacap secara garis besar telah memenuhi persyaratan industry

seperti yang telah ditetapkan Peraturan Mentri Perindustrian Republik Indonesia. Hal ini

dibuktikan dengan menerapkannya system pengolaan limbah yang baik serta adanya

pelaksanaan pemantauan bahan-bahan kimia berbahaya. Selain itu Pertamina RU IV

Cilacap juga melakukan penghijauan 10000 tanaman mangrove dengan melibatkan peran

serta masyarakat. Komitmen lain yang dilakukan oleh Pertamina RU IV Cilacap adalah

pendidikan dan penyuluhan mengenai lingkungan hidup kepada masyarakat sehingga

masyarakat tersadar akan pentingnya lingkungan hidup. Akan tetapi ada hal yang perlu di

perhatikan, jarak industry dengan pemukiman penduduk sangat dekat. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya permasalahan-permasalahan bagi lingkungan maupun kesehatan

masyarakat.

Page 21: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengolahan limbah di Pertamina RU IV Cilacap dilakukan dengan cara:

a. Limbah Gas diolah di dalam SRU (Sulfur Recovery Unit) dan sisanya dibakar di

incinerator

b. Limbah cair diolah dengan system IPAL dimana dilakukan ekualisasi kualitas

maupun kuantitas yang melalui proses fisik, kimia, dan mikrobiologi

c. Limbah padat tidak dibuang begitu saja namun dilakukan pemusnahan

hidrokarbon terlebih dahulu dengan membakar limbah padat di ruang

pembakaran.

2. Letak Pertamina RU IV Cilacap berdekatan dengan kawasan pemukiman penduduk.

3. Pengawasan yang dilakukakan dalam penggunaan bahan kimia yang berpotensi

mencemari lingkungan meliputi pengawasan terhadap sarana agar fungsinya tidak

berkurang dan bekerja secara optimal

4. Penghijauan yang dilakukan Pertamina RU IV Cilacap adalah penanaman tanaman

mangrove di kawasan Segara Anakan Cilacap sebagai komitmen perusahaan terhadap

lingkungan hidup

5. Penyuluhan dan pendidikan lingkungan yang dilakukan adalah pelatihan mengenai

pemanfaat sampah plastic dalam pembuatan gaun pengantin serta penanaman

tanaman mangrove

6. Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh Pertamina RU IV Cilacap adalah

pemantauan kualitas air limbah, air pemukiman, air tanah, udara (emisi dan ambien),

kebisingan, kebauan serta pemantauan lingkungan social ekonomi budaya dan

kesehatan masyarakat.

7. Peran serta masyarakat terhadap pengendalian lingkungan adalah dengan melakukan

penghijauan dan penggunaan LPG.

Page 22: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

B. Saran

1) Untuk PT. RU IV Cilacap

Telah disebutkan sebelumnya bahwa jarak lokasi industri pengolahan minyak PT

Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berdekatan dengan pemukiman penduduk kelurahan

Donan yaitu, sekitar 1 km. Dalam proses pabrik pasti akan mengeluarkan polusi udara

dan limbah serta pencemaran air yang dapat membahayakan penduduk sekitar. Oleh

karena itu PT Pertmina RU IV Cilacap harus fokus dalam memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PT Pertamina RU IV

Cilacap dan ikut berpatisipasi dalam pengendalian lingkungan.

2) Untuk Praktikum Mata Kuliah Pencemaran Lingkungan

Diharapkan untuk kedepannya koordinasi antara pihak kampus dengan pihak

industri yang akan dijadikan tempat praktikum lebih baik lagi. Misalnya dalam

kesesuaian materi yang disampaikan pihak industri dengan materi kuliah yang sedang

dijalani dan narasumber yang memberikan penjelasan sebaiknya yang benar-benar ahli

dibidangnya, agar mahasiswa mendapat penjelasan dari pihak industri yang sesuai

dengan mata kuliah yang sedang dijalani.

Selain yang telah disebutkan di atas, dalam memilih industri untuk tempat

praktikum pencemaran lingkungan sebaiknya memilih industri yang memperbolehkan

mahasiswa untuk terjun melihat langsung proses pengolahan limbahnya, karena untuk

mengetahui proses pengolahan limbah tidak bisa hanya mendengarkan teori-teorinya saja,

mahasiswa akan lebih paham jika melihat langsung. Pada saat praktikum di Pertamina

RU IV Cilacap memang mahasiswa diajak untuk melihat-lihat lingkungan industrinya,

tetapi yang diperlihatkan itu hanya tempat-tempatnya saja, mahasiswa tidak diperlihatkan

bagaimana proses pengolahan limbahnya. Serta penjelasan yang diberikan pada saat

mengelilingi lingkungan industri itu sebagian besar adalah proses bagaimana minyak itu

diolah sehingga dihasilkan BBM, Non BBM, dan Petrokimia, sedangkan penjelasan

mengenai pengolahan limbahnya hanyak sedikit sekali. Jadi diharapkan untuk praktikum

pencemaran lingkungan tahun yang akan datang lebih dimantapkan mengenai materi dan

praktiknya, agar apa yang didapat dari praktikum sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

mahasiswa.

Page 23: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

DAFTAR PUSTAKA

Rancangan Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (2009).

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 13 tahun 2005

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-Ind/PER/3 Tentang Pedoman Teknis Kawasan (2009).

Arief, M. L. (2010). Pengolahan Limbah B3. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Deputi Menteri Lingkungan Hidup. (2009). Peran Serta Masyarakat dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kementrian Lingkungan Hidup Bidang Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kehutanan. (2004). Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota "Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan" Bagian VI. P03/Men Hut V.

Shoba, A. (2006). Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pada Beberapa Industri. Tangerang.

Soenarno, S. M. (Juli 2011). Pendidikan Konservasi Alam Pengelolaan Limbah. The Indonesian Wildlife Conservation Fondation (IWF).

Yance. (2011). Pelaksanaan Program Pemantauan Lingkungan. Sumatra Utara: USU.

Page 24: Fix Laporan Hasil Praktek Kuliah Lapangan

LAMPIRAN