final ppt
-
Upload
septiany-indahsari-djan -
Category
Documents
-
view
5 -
download
2
description
Transcript of final ppt
PERKIRAAN KEMATIAN BERDASARKANCAIRAN SINOVIAL
ANATOMI
Sendi
• Tempat persambungan tulang, baik yang
memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat
bergerak ataupun tidak antara satu dengan
dengan yang lainnya.
Sinartrosis
• Sendi yang tidak memungkinkan tulang-tulang
yang berhubungan dapat bergerak satu sama
lain. Sendi ini dapat dibagi menjadi tiga
• Sindemosis : Diantara persambungan tulang dipisahkan loeh
jaringan ikat misalnya antara gigi dan rahang / antara radius dan
ulna.
• Sinkonrosis : Diantara persambungan tulang dipisahkan oleh
jaringan tulang rawan.
• Sinostosis : Diantara persambungan tulang dipisahkan oleh
jaringan tulang.
Diartrosis
• Persambungan dua tulang atau lebih yang
memungkinkan tulang-tulang bergerak satu sama lain.
Diantara tulang-tulang yang bersendi tersebut terdapat
rongga kavum artikular.
• Diartrosis sendi sinovial yang tersusun atas kapsul
retikuler, bursa dan ligamen.
Amfiartrosis
• Sendi yang memungkinkan tulang- tulang
yang saling berhubungan dapat bergerak
secara terbatas.
• Misalnya sendi- sendi antara corpus vertebra.
Sinovium• bagian penting dari sendi diartrosis• fisiologis berfungsi dalam transpor nutrien• mengeluarkan sisa metabolismenya• stabilitas sendi dan bersifat sebagai low-friction lining
Komponen cairan sendi (sinovial)• Cairan tipis yang mengisi ruang sendi normal • Fx
• Memberikan nutrisi esensial • Membersihkan sisa metabolisme dari kondrosit di dalam rawan
sendi• Pelumas dan perekat
Cairan sendi
• Berwarna kekuningan, bening
• Leukosit
• Tidak mengandung
fibrinogen tidak membeku
• Asam hyaluronat ( disekresi
oleh fibroblast-like B cells)
didalam sinovium viskositas
tinggi
Perubahan-perubahan Setelah Kematian dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya• Perubahan Kulit Muka• Perubahan setelah kematian dapat terlihat perubahan
pada kulit muka akibat berhentinya sirkulasi darah maka darah yang berada pada kapiler dan venula di bawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah sehingga warna raut muka tampak menjadi lebih pucat.
• Pada mayat dari orang yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya keracunan karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat.
• Relaksasi Otot– Relaksasi primer
• Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium itu disebut relaksasi primer. Relaksasi perimortal didapatkan 2 – 3 jam setelah kematian.
– Relaksasi sekunder• Relaksasi sekunder terjadi karena lisis sel otot akibat proses
pembusukan. Hancurnya sel dan jaringan otot membuat tulang-tulang tidak dapat dipertahankan posisinya.
• Perubahan pada mata– Perubahan pada mata yaitu berkurangnya daya lihat dan
ketegangan pada mata menurun secara cepat seperti tekanan arterial. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas. Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati.
• Penurunan Suhu Tubuh• Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan panas
akan terhenti sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu udara atau medium di sekitarnya. Proses penurunan suhu pada mayat terjadi sangat lambat pada jam – jam pertama kemudian penurunan menjadi lebih cepat dan pada akhirnya menjadi lebih lambat kembali. Jika dirata - rata maka penurunan suhu tersebut antara 0,9 sampai 1 ºC atau sekitar 1,5 ºF setiap jam, dengan catatan penurunan suhu dimulai dari 37 ºC atau 98,4 ºF.
• LEBAM MAYAT• Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi
darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed dimana pembuluh–pembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnasi di dalam pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke bawah, ke tempat–tempat yang terendah yang dapat dicapai.
• KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)• Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang
terjadi pada otot yang kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer.
• Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.
• Pembusukan Atau Modifikasinya• Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada
tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme, terutama Clostridium welchii.
• Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair, mengandung lebih banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial.
• Cairan serebrospinal ( CSS )• Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14%
menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar protein kurang dari 5 mg% dan 10mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.
Perubahan Cairan Sendi Setelah Mati
• Cairan synovial terdiri dari :
–Glukosa
–Urea
–Nitrogen
–Asam urat
–Total protein
–Albumin
–Alkaline phosphatase
–Asam laktat dehidrogenase
–Glutamic oxaloacetic
transaminase
• Natrium dan glukosa dalam cairan sinovial pada mayat
• Memiliki perubahan peningkatan yang tidak teratur terhadap waktu
sejak kematian
• Tidak ada korelasi yang signifikan terkait dengan waktu sejak
kematian
• Potasium salah satu analit postmortem yang dipilih untuk
diselidiki.
– Konsentrasi intraselular K+ > konsentrasi K+ dalam plasma (2-40 kali)
– Potassium cairan sinovial meningkat hingga mencapai maksimum pada
48 jam setelah kematian
PROSEDUR
• Dalam posisi telentang, cairan sinovial disedot dengan jarum ukuran 18 pada 10 ml jarum suntik dengan cara menusuk kantong suprapatela dari sisi lateral, tepat di bawah tempurung lutut dan menyedot sekitar 1-1.5 ml cairan.
• Jika analisis hari yang sama tidak mungkin sampel disimpan pada - 80 C.
• Sebelum analisis sampel disentrifugasi pada 3500 rpm selama 10 menit dan kemudian cairan supernatan digunakan untuk analisis. Sampel cairan synovial dianalisis untuk natrium, kalium, klorida, kalsium dan glukosa.
Parameter Metode analisis
Sodium, Potassium Ion selective electrodesa
Chloride Thiocyanate
Calcium O-Cresol phenolphthalein
Glukosa GOD POD (glucose oxidase peroxidase)
Estimasi Na dan K dilakukan pada AVL 9181 berdasarkan ion teknik elektroda selektif. Kisaran estimasi K di mesin ini adalah 1.5-15 mmol / L (AVL 9181 Roche). Jadi, untuk estimasi K dalam cairan sinovial kisaran di atas diencerkan sesuai. Pengenceran dibuat dalam rasio hingga 1: 4 menggunakan air suling tergantung pada sampel bacaan
Hasil• TOD (hours)= 101,504 +[ -0,384 x Sodium( mmol/L)]• TOD (hours)= [4,751 x Potassium (mmol/L) -27,920• TOD (hours)= 52,567 +[- 1,632 x Glucose( mmol/L)]• TOD (hours)= 4,7 x Potassium (mmol/L) – 0,157 x
Sodium (mmol/L) - 4 ,356
• TOD= Time of Death
Kesimpulan • Cairan sinovial merupakan ultrafiltrat atau dialisat plasma. Pada
umumnya kadar molekul dan ion kecilnya sama dengan plasma, tetapi kadar proteinnya lebih rendah. Molekul- molekul dari plasma, sebelum mencapai rongga sendi, harus melewati sawar endotel mikrovaskuler, kemudian melalui matriks subsinovial dan lapisan sinovium. Sawar endotel sangat selektif, makin besar molekulnya makin sulit melalui sawar tersebut, sehingga molekul protein yang besar akan tetap berada dalam jaringan vaskular. Sebaliknya, molekul dari cairan sendi dapat kembali ke plasma tanpa halangan apapun melalui sistem limfatik walaupun ukurannya besar. Rasio protein cairan sendi dan plasma dapat menggambarkan keseimbangan kedua proses diatas.
• Terdapat hubungan linear positif yang kuat antara saat kematian dan konsentrasi kalium cairan sinovial. Namun, ketika Sodium dan konsentrasi glukosa diukur ada hubungan negatif dengan waktu kematian. Perubahan kalium dan natrium konsentrasi cairan sinovial memiliki 71% prediktabilitas waktu kematian hingga 72 jam setelah kematian, tetapi di luar 72 jam perubahan menjadi tidak menentu.
• Relaksasi primer – ( anak-dewasa)• Kenapa potasium?• Sampai kapan uji potasium di pakai TOD?• CSS – indikator rutin/ tidak?• Potasium ningkat maksimal• Sendi yg dipakai• Contoh pemakaian rumus• Range meninggal 48 jam- 72 jam• Atlit sama orang biasa TOD nya sama ga?