Filsafat Ilmu

34

description

filsafat ilmu

Transcript of Filsafat Ilmu

Page 1: Filsafat Ilmu
Page 2: Filsafat Ilmu

2

Faktor yang mendorong

timbulnya Filsafat dan Ilmu

a. Akal – Budi (Cipta – Rasa - Karsa)

b. Thauma (Rasa Kagum)

c. Aporia (Masalah yang dihadapi oleh Manusia)

a. Akal – Budi (Cipta – Rasa - Karsa)

Kemampuan bersuara - bahasa – berkomunikasi (Homo loquens)

Kemampuan menguasai lambang (animal symbolicum)– berpikir abstrak – konseptual –homo sapien

a. Thauma (Rasa Kagum)

b. Aporia (Masalah yang dihadapi oleh Manusia)

Page 3: Filsafat Ilmu

3

Faktor yang mendorong

timbulnya Filsafat dan Ilmu

b. Thauma (Rasa Kagum)

Rasa ingin tahu – rasa kagum terhadap ciptaan Tuhan (all men by nature disire to know)

Rasa Kagum thd matahari – menerangi bumi

Rasa Kagum thd bulan dan bintang di malam hari .. Timbul hasrat mencari tahu asal-usul alam semesta – (kosmologis)

Ingin tahu tentang asal usul diri, hakekat dan tujuan hidup

Semua itu membawa manusia ke alam filsafat

Page 4: Filsafat Ilmu

4

Faktor yang mendorong

timbulnya Filsafat dan Ilmu

b. Thauma (Rasa Kagum)

Filsafat - hasrat akan kebijaksanaan dianggap mulai bertumbuh bila manusia mulai bertanya disertai rasa kagum dan heran (van Peurson, 1980)

C. Aporia (Masalah yang dihadapi oleh Manusia)

Tiada seorangpun yang melakukan kehidupan luput dari masalah

Hanya jenis, level, intensitas frekuensi yg beda

Atas masalah – manusia beraksi - bereaksi

Page 5: Filsafat Ilmu

5

Faktor yang mendorong

timbulnya Filsafat dan Ilmu

C. Aporia (Masalah yang dihadapi oleh Manusia)

Atas aksi - reaksi itu mereka membawa masalah yg mendambakan pemecahannya

Pemecahan itu pulalah yang akan menjadi biangnya penemuan

Page 6: Filsafat Ilmu

PENDAHULUAN • Filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama:

pendekatan untuk memahami dunia beserta isinya.

• Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya.

• Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ttg asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yg merupakan tujuan hidupnya.

• Tujuan filsafat adalah pemahaman (understanding) dan kebijaksanaan (wisdom).

• Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman ttg moral, estetik dan agama.

6

Page 7: Filsafat Ilmu

ARTI FILSAFAT

• A. Secara etimologis (asal-usul kata )

– “Filsafat” = falsafah (Arab)

= philosophy (Inggris)

=philosophia (latin)

=philosophie (Jerman, Belanda, Perancis).

– Semua istilah bersumber dari Yunani philosophia. – Philein = mencintai,

– Philos = teman,

– Sophos = bijaksana,

– Sophia = kebijaksanaan.

7

Mencintai (berteman

dengan) kebijaksanaan

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai

cakupan paling luas

Page 8: Filsafat Ilmu

• Secara etimologis filsafat mempunyai 2 makna arti sebagai berikut:

– Pertama, mengacu asal kata Philein dan sophos,

artinya mencintai hal-hal yg bersifat bijaksana (bijaksana sbg kata sifat).

– Kedua, mengacu asal kata philos dan sophos,

artinya mencitai kebijaksanaan kebijaksanaan (kebijaksanaan sbg katabenda).

• Philosophos Pythagoras (572-497 SM) , adalah seorang pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom).

8

Asal mula filsafat itu sangat umum: pointnya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence)

Page 9: Filsafat Ilmu

B. Filsafat sebagai suatu sikap • Filsafat adalah suatu sikap thd kehidupan dan alam

semesta.

• Sikap dewasa secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandang.

C. Filsafat sebagai suatu metode • sebagai cara berpikir secara reflektif, penyelidikan yg

menggunakan alasan, berpikir scr hati-hati dan teliti.

• Metode berpikir seperti itu bersifat inclusive (mencakup secara luas) dan synoptic (secara garis besar), oleh karena itu berbeda dg metode pemikiran yg dilakukan oleh ilmu-ilmu khusus.

9

Page 10: Filsafat Ilmu

d. Filsafat sebagai kelompok persoalan

• Pertanyaan-pertanyaan filsafati berbeda dg yg non-filsafati.

• Pertanyaan kefilsafatan misalnya:

– Apakah kebenaran itu?.

– Mengapa manusia ada dalam dunia?

– Apakah segala sesuatu di dunia ini terjadi scr kebetulan atau

merupakan peristiwa yg pasti?

– Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak mudah dijawab sebab

akan menimbulkan pertanyaan susulan terus menerus.

10

Page 11: Filsafat Ilmu

e. Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran

• Sejarah filsafat ditandai oleh pemunculan teori-teori atau system-sistem pemikiran yg melekat dengan besar filosuf terkenal seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Karl Max, dan lainnya.

• Besarnya kadar subjectivitas seorang filsuf dlm menjawab masalah-masalah itu menjadikan kita sulit utk menentukan teori atau system pemikiran yg baku dalam filsafat.

11

Page 12: Filsafat Ilmu

f. Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah

• Tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dg cara menjelaskan arti istilah yg dipakai dlm ilmu pengetahuan dan dalam kehidupan sehari-hari.

• Para ilmuwan khusus hanya membicarakan konsep dasarnya sendiri sejauh hal itu bersangkutan dg tujuan-tujuan khusus.

• Seorang ahli filsafat menganalisis konsep-konsep dasar tsb dlm kaitannya dg konsep-konsep dasar yg berlaku dlm bidang ilmu lainnya. Tinjauan kefilsafatan bersifat umum dan tidak berhenti pada cakupan khusus saja. 12

Page 13: Filsafat Ilmu

g. Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh

pandangan yang menyeluruh

• Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-

kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman

manusia menjadi suatu pandangan dunia yg

konsisten.

• Para filsuf ingin meninjau kehidupan tidak dari

sudut pandang yg khusus (spt yg dilakukan

seorang ilmuwan), tetapi scr menyeluruh sbg

suatu totalitas.

13

Page 14: Filsafat Ilmu

• Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Tetapi kumpulan pengetahuan tidak dapat langsung dikatakan ilmu, sebab setiap bidang ilmu harus memiliki syarat-syarat yaitu objek material dan objek formal.

• Objek material adalah hal yg dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yg diselidiki atau dipelajari. Objek material mencakup apa saja, baik hal yg kongkrit (manusia, tumbuhan, batu) atau yg abstrak (ide, nilai-nilai, kerohanian).

• Objek formal adalah cara memandang, meninjau yg dilakukan seorang peneliti thd objek materialnya, serta prinsip-prinsip yg digunakannya. – Objek formal suatu ilmu memberikan keutuhan suatu ilmu – Suatu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang shg

menimbulkan ilmu yg berbeda-beda. Misalnya objek materialnya adalah “manusia” dan ditinjau dr berbagai sudut pandang shg ada beberapa ilmu yg mempelajari manusia a.l. psikologi, anthropologi, sosiologi.

14

Page 15: Filsafat Ilmu

• objek material = pokok persoalan (subject matter), yg dibedakan atas 2 arti ; – Arti pertama: dimaksudkan sbg bidang khusus dr

penyelidikan factual. • Misalnya penelitian ttg atom termasuk bidang fisika;

penelitian ttg khlorofil termasuk bidang botani atau biokomia.

– Arti kedua: sbg suatu kumpulan pertanyaan pokok yg saling berhubungan. • Anatomi dan fisologi berhubungan dg struktur tubuh.

Anatomi mempelajari strukturnya, fisiologi mempelajari fungsinya. Keduanya mempunyai pokok persoalan yg sama, namun juga dikatakan berbeda jika dikaitkan dg corak pertanyaan yg diajukan. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yg statis, fisiologi mempelajari aspek yg dinamis.

15

Page 16: Filsafat Ilmu

• Ada perbedaan antara filsafat dg ilmu yg bukan filsafat. Juga antar ilmu yg satu dg yg lain.

– Misalnya objek materialnya pohon kelapa.

• Ahli ekonomi akan meninjau (objek formal) pada aspek ekonominya, sedangkan ahli pertanian mempunyai sudut pandang yg khusus sesuai dg keahliannya seperti bgmn membuat tanaman kelapa tumbuh subur dsb. Ahli biologi meninjau ttg unsur-unsur dl slr bagian pohon kelapa. Ahli hukum meninjau dr aspek status kepemilikan pohon dsb.

16

Page 17: Filsafat Ilmu

• Jadi, para ilmuwan yg ahli dibidang disiplin ilmu tertentu, mengarahkan perhatiannya pada salah satu aspek dr objek materialnya.

• Inilah yg disebut otoritas dan otonomi (kemandirian) keilmuan, yaitu wewenang yg dimiliki seorang ilmuwan utk mengembangkan disiplin ilmunya tanpa campur tangan pihak luar.

– Padahal seringkali setiap ilmu khusus menghadapi persoalan yg tidak dapat diselesaikan hanya dg kemampuan ilmu yg dikuasainya.

17

Page 18: Filsafat Ilmu

• Persoalan-persoalan umum yg ditemukan dlm bidang ilmu khusus itu a.l.:

– Sejauh mana batas-batas (ruang lingkup) yg menjadi wewenang masing-masing ilmu khusus itu? Misalnya Ilmu ekonomi pertanian termasuk wewenang fak. Ekonomi atau fak. Pertanian.

– Dimanakah sesungguhnya tempat ilmu-ilmu khusus dalam realitas yg melingkupinya?

– Metode-metode yg dipakai ilmu-ilmu tsb berlakunya sampai dimana? Misalnya, metode yg dipakai ilmu social berbeda dg yg dipakai ilmu kealaman maupun humaniora.

18

Page 19: Filsafat Ilmu

– Apakah persoalan kausalitas (hub sebab-akibat) yg berlaku dlm ilmu kealaman juga berlaku bagi ilmu-ilmu social maupun humaniora? • Misalnya semua logam dipanaskan akan memuai. Penyebabnya

adalah panas. • Gejala kenaikan harga barang belum tentu hanya disebabkan oleh

keanikan gaji PNS, mungkin juga karena inflasi, meningkatnya permintaan, langkanya barang-barang tertentu dll.

• Hal tsb diatas membuktikan bahwa setiap ilmu khusus menjumpai problem-problem yg bersifat umum. Problem-problem itu tidak dapat dijawab oleh ilmu itu sendiri (meskipun muncul dr ilmu itu sendiri) karena setiap bidang ilmu memiliki objek material yg terbatas.

• Dlm hal itu filsafat mengatasi setiap ilmu, baik metode

maupun ruang lingkupnya. Aktivitas filsafat yg demikian ini disebut multidisipliner.

19

Page 20: Filsafat Ilmu

• Awalnya ilmu yg pertama kali muncul adalah filsafat, dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat, sehingga filsafat dikatakan sbg “induk atau ibu” ilmu pengetahuan atau mater scientarium.

• Karena objek material filsafat sangat umum yaitu seluruh

kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek material yg khusus, maka ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.

• Walaupun demikian tidak berarti hubungan filsafat dg ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. – Filsafat berusaha utk menyatupadukan masing-masing ilmu khusus.

Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan pandangan hidup yg didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yg luas. Oleh karena itu filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan scr alami dr mahluk yg berpikir.

2.4. Hubungan Ilmu dengan Filsafat

20

Page 21: Filsafat Ilmu

• Ada hubungan timbal balik antara ilmu dg filsafat.

– Banyak masalah filsafat yg memerlukan landasan (fakta) ilmiah jika pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru.

– Ilmu dewasa ini dapat menyediakan fakta-fakta yg sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yg tepat shg sejalan dg pengetahuan ilmiah.

– Interaksi antara filsafat dg ilmu-ilmu khusus. Filsafat berusaha mengatur hasil-hasil dr berbagai ilmu-ilmu khusus kedalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yg tersatupadukan, komprehensif dan konsisten.

21

Page 22: Filsafat Ilmu

• Secara komprehensif artinya tidak ada sesuatu bidang yg berada diluar jangkauan filsafat.

• Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat yg saling berkontradiksi. – Misalnya, pertentangan antara ilmu fisika (berasas

bhwa semua benda terikat pada kaidah sebab-akibat) dengan ilmu biologi (organisme yg lebih tinggi tidak hanya berproses atau mekanisme tapi juga menunjukkan adanya kegiatan mengarah suatu tujuan atau teleologis). Filsafat mencoba menyusun pandangan yg tersatupadukan (integral) dan komprehensif dlm menjelaskan gejala-gejala alam.

22

Page 23: Filsafat Ilmu

2.5 Persoalan Filsafat • Persoalan filsafat berbeda dg persoalan non-filsafat. Perbedaannya

terletak pada materi dan ruang lingkupnya.

• Ciri-ciri persoalan filsafat adalah : a. Bersifat sangat umum.

– Tidak bersangkutan dg objek-objek khusus. “Apa keadilan itu?” bukan “brp harta yg anda sedekahkan dlm satu bulan?”

b. Tidak menyangkut fakta. Lebih bersifat spekulatif (melampaui batas-batas bidang pengetahuan ilmiah).

Misalnya, ilmuwan dpat memberikan penjelasan scr empiris atau yg dialami (mis ttg hujan), namun dia tidak mempersoalkan maksud dan tujuan hujan, dia juga tdk menanyakan apakah ada “kekuatan” atau “tenaga” yg mampu menimbulkan hujan (karena diluar batas kewenangan ilmiah).

c. Bersangkutan dg nilai-nilai (values). – Bertalian dg pernilaian baik nilai moral, estetis, agama dan social. Nilai dlm

pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yag ada pd suatu hal. Nilai-nilai dapat dimengerti dan dihayati.

– Jadi Nilai-nilai adalah suatu kualitas abstrak yg dapat menimbulkan rasa senang, puas atau bahagia bagi orang yg mengalami dan menghayatinya.

23

Page 24: Filsafat Ilmu

• Hasil-hasil pemikiran manusia ttg alam, kedudukan manusia dalam alam, sesuatu yg dicita-citakan manusia, semuanya itu secara tersirat mengandung nilai-nilai. Misalnya pertanyaan “apakah Tuhan itu?” hal ini memungkinkan jawaban ttg ukuran-ukuran yg harus dipakai manusia dlm menilai tindakan, memberikan bimbingan dan mengadakan pilihan.

d.Bersifat kritis – Merupakan analisis scr kritis thd konsep-konsep dan

arti-arti yg biasanya diterima dg begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan kritis.

e. Bersifat sinoptik – Mencakup struktur kenyataan scr keseluruhan. Filsafat

merupakan ilmu yg membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.

24

Page 25: Filsafat Ilmu

f. Bersifat implikatif

– Persoalan kefilsafatan yg sudah dijawab akan memunculkan persoalan baru yg saling berhubungan.

– Jawaban yg dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yg menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.

25

Page 26: Filsafat Ilmu

2.6 Berfikir secara Kefilsafatan

• Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa

berpikir adalah berfilsafat.

• Berfilsafat adalah termasuk kegiatan berpikir, yaitu berpikir dg ciri-ciri tertentu.

• Ada beberapa ciri berpikir secara kefilsafatan:

– a) Dicirikan secara radikal. Berasal dari kata Yunani “radix”= akar. Berpikir sampai keakar-akarnya. Berpikir sampai ke hakikat, essensi, atau sampai ke substansi yg dipikirkan.

– b)Dicirikan secara universal (umum). Berpikir ttg hal-hal serta proses-proses yg bersifat umum. Cara yg ditempuh utk mencapai sasaran pemikiran dapat berbeda-beda, namun yg dituju adalah keumuman yg diperoleh dari hal-hal yg khusus yg ada dalam kenyataan.

26

Page 27: Filsafat Ilmu

c)Dicirikan secara konseptual . Yang dimaksud dg konsep disini adalah hasil generalisasi (perumuman) dan abstraksi dari pengalaman ttg hal-hal dan proses-proses individual. Berfilsafat tidak berpikir ttg manusia khususmelainkan berpikir ttg “manusia secara umum”.

d)Dicirikan secara koheren dan konsisten. Koheren

artinya sesuai dg kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. Dalam bahasa Indonesia, koheren dan konsisten artinya “runtut”, yaitu bagan konseptual yg disusun itu tidak terdiri dari pendapat-pendapat yg saling berkontradiksi di dalamnya.

27

Page 28: Filsafat Ilmu

– Koheren artinya sesuai dg kaidah-kaidah berpikir (logis).

– Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi. • Dalam bahasa Indonesia, koheren dan konsisten artinya “runtut”,

yaitu bagan konseptual yg disusun itu tidak terdiri dari pendapat-pendapat yg saling berkontradiksi di dala

e)Dicirikan secara sistematik.

– Berasal dari kata sistem. Sistem adalah kebulatan dari sejumlah unsur yg saling berhubungan menurut tata pengaturan utk mencapai suatu maksud atau melaksanakan peranan tertentu.

– Pendapat yg merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan scr teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.

28

Page 29: Filsafat Ilmu

29

Page 30: Filsafat Ilmu

h)Dicirikan dengan pemikiran yang bertanggung jawab.

– Berfilsafat adalah berpikir sambil bertanggung jawab. Pertanggungan jawab yg pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri.

– Ada hubungan antar kebebasan berpikir dalam filsafat dengan etika yg melandasinya. Seorang filsuf seolah-olah mendapat panggilan untuk membiarkan pikirannya menjelajahi kenyataan, kemudian berikutnya bagaimana cara merumuskan pikiran-pikirannya agar dapat dikomunikasikan pada orang lain. Berarti seorang filsuf berusaha mengajak orang lain utk ikut serta dalam alam pikirannya.

30

Page 31: Filsafat Ilmu

2.7 Cabang-cabang Filsafat

• jenis persoalan filsafat bersesuaian dg cabang-cabang filsafat.

• Ada 3 jenis persoalan filsafat yg utama yaitu: persoalan ttg keberadaan, ttg pengetahuan, ttg nilai-nilai.

– a). Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Persoalan ini bersangkutan dg cabang filsafat metafisika.

– b). Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth). Pengetahuan ditinjau dari segi isinya bersangkutan dg cabang

filsafat epistemology. Kebenaran bersangkutan dr segi bentuknya dg cabang filsafat logika.

– c). Persoalan nilai-nilai (values). Nilai-nilai dibedakan menjadi dua, nilai-nilai kebaikan tingkah laku

(Yg bersangkutan dg cabang filsafat etika) dan nilai-nilai keindahan (yg bersangkutan dg cabang filsafat estetika).

31

Page 32: Filsafat Ilmu

CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT

Radikal: sampai ke akar persolan Kritis : tanggap thd persoalan yang berkembang Rassional: sejauh dapat dijangkau akal manusia Reflektif: Mencerminkan pengalaman pribadi Konseptual: hasil konstruksi pemikiran Koheren: Runtut , berurutan Konsisten: berpikir lurus atau tdk berlawanan Sistematis: Saling berkaitan Metodis: ada cara memperoleh kebenaran Komprehensif: menyeluruh Bebas dan bertanggung jawab

Page 33: Filsafat Ilmu
Page 34: Filsafat Ilmu

Supartha’03

Supartha’08