Fikar (Repaired).docx
-
Upload
fikarrotala-muhammad -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
Transcript of Fikar (Repaired).docx
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
1/45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflamasi merupakan proses yang dimediasi oleh aktivitas mediator inflamasi
atau sel imun untuk menghadapi paparan patogen (Lundberg, 2000). Makrofag
memiliki peran penting dalam beberapa kelainan immunopatologi termasuk
produksi sitokin pro-inflamasi dan mediator inflamasi yang berlebihan, yang
secara umun diaktivasi oleh Inducible Nitrit Oxide synthases (iNOS) dan
siklooksigenase-2 (COX-2). INOS merupakan enzim yang merubah asam amino
L-arginin menjadi Nitrit Oksida (NO). Nitrit oksida merupakan mediator
inflamasi yang muncul akibat respon imun untuk membunuh patogen. Nitrit
oksida dalam jumlah banyak akan mengakibatkan respon inflamasi (Galin and
Synderman, 1999). Produksi mediator inflamasi yang berlebihan oleh makrofag
dapat menyebabkan penyakit salah satunya kanker. Janakiram et al . (2012)
melaporkan iNOS pada inflamasi kronis dapat mengarahkan NO dalam bentuk
reaktif yang dapat mengakibatkan kerusakan DNA, meningkatkan inflamasi dan
berkontribusi dalam karsinogenesis. Maka, penekanan produksi NO yang
berlebihan dapat mengurangi terjadinya inflamasi yang lebih parah.
Penekanan produksi NO dapat dilakukan secara in vitro menggunakan sel
seperti makrofag. Pada penelitian ini digunakan sel RAW 264,7 yang diinduksi
lipopolisakarida (LPS) yang berasal dari dinding sel bakteri gram negatif sebagai
inducer . Sel RAW 264,7 merupakan sel yang menyerupai makrofag yang didapat
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
2/45
2
dari mencit ( Mus musculus ), mirip dengan makrofag yang dihasilkan dari sumsum
tulang belakang (Berghaus et al ., 2009). Respon terhadap paparan LPS sistemik,
akan mengakibatkan interaksi antara monosit, makrofag dan neutrofil melepas
mediator inflamasi seperti NO. Kurkumin dalam temulawak dan kunyit serta
ekstrak jahe dilaporkan memiliki aktivitas sebagai agen antiinflamasi.
Temulawak, kunyit dan jahe merah (Tekuja) diketahui memiliki potensi
sebagai antikanker dan telah diuji secara in vitro dan in vivo. Kombinasi jahe, dan
cabe jawa telah diuji secara in vitro pada sel kanker Widr dapat memicu apoptosis
melalui ekspresi p53 (Ekowati et al ., 2012). Kombinasi Tekuja menunjukkan hasil
sinergis dengan pemberian agen doksorubisin dan 5-FU (Diliwiyani, 2013). Pada
penelitian in vivo , ekstrak tekuja mempunyai efek perlindungan terhadap hepar
karena efek samping kemoterapi pada tikus putih yang diinduksi doksorubisin
(Ekowati et al., 2013). Ekstrak tekuja dalam penelitian lain juga menunjukkan
efek proteksi terhadap ginjal (Harris, 2012) jantung (Hadi, 2012) dan parameter
darah (Andikacitra, 2012). Salah satu karakteristik kanker adalah terjadinya
inflamasi secara terus-menerus. Salah satu potensi Tekuja sebagai antikanker
yaitu sebagai agen antiinflamasi.
Kurkumin pada temulawak dan kunyit dapat meningkatkan produksi dari
sitokin pro-inflamasi pada PBMC ( peripheral blood mononuclear cells ) (Yue et
al., 2010). Selain itu kurkumin pada konsentrasi 5 M, 10 M, dan 20 M
mampu menurunkan produksi NO pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS (Ben
et al ., 2011). Kurkumin dalam kunyit dengan konsentrasi 2 M, 4 M, dan 8 M
mampu menekan produksi NO pada sel primer mikroglial yang diinduksi LPS
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
3/45
3
(Jung et al ., 2006). Agarwal et al . (2005) melaporkan kurkumin dapat menekan
iNOS. Ekstrak jahe pada konsentrasi 0,5 mg/ml mampu menekan ekspresi iNOS
sebesar 5814% pada sel RAW 264,7 (Mueller et al ., 2010). 6-gingerol dan 6-
shogaol pada konsentrasi 1M, 2M, dan 3M mampu menekan produksi NO
pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS (Dugasani et al ., 2010). Kombinasi dari
temulawak, kunyit dan jahe berpotensi sebagai agen anti-inflamasi. Pada
penelitian ini efek antiinflamasi akan diamati melalui penekanan kadar NO pada
sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah dapat berperan
sebagai anti-inflamasi dengan menghambat produksi NO pada sel RAW
264,7 yang diinduksi LPS ?
2. Apakah peningkatan konsentrasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah
dapat meningkatkan aktivitas antiinflamasi dengan menghambat produksi NO
pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS ?
C. Tujuan
1. Mengetahui efek anti-inflamasi kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan
jahe merah dengan menghambat produksi NO pada sel RAW 264,7 yang
diinduksi LPS.
2. Mengetahui efek peningkatan konsentrasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe
merah terhadap peningkatan aktivitas antiinflamasi berdasarkan
penghambatan produksi NO pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
4/45
4
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
aktivitas dari ekstrak kombinasi temulawak, kunyit dan jahe merah pada sel
RAW 264,7. Kegunaan ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah sebagai bahan
obat-obatan alami dapat berkembang sebagai upaya pendayagunaan kekayaan
alam Indonesia.
E. Keaslian Penelitian
1. Menurut Mueller et al. (2010 ), jahe dapat menekan ekspresi iNOS secara in
vitro pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS. Pada konsentrasi ekstrak jahe
0,5 mg/ml produksi NO dapat ditekan sebesar 58 14%.
2. Menurut Yue et al. (2010), kurkumin pada kunyit dan temulawak secara in
vitro dapat meningkatkan produksi dari sitokin (TGF- , TNF -, GM -CSF,
IL-1, IL -5, IL-6, IL-8, IL-10 and IL-13) pada PBMC ( peripheral blood
mononuclear cells ).
3. Menurut Dugasani et al . (2010) 6-gingerol dan 6-shogaol pada konsentrasi
1M, 2M, dan 3M mampu menekan produksi NO pada sel RAW 264,7
yang diinduksi LPS.
4. Menurut Yadav et al. (2005), temulawak secara in vitro dapat meningkatkan
sel NK ( natural killer) dan menghambat produksi NO.
Penelitian tentang potensi anti-inflamasi kombinasi ekstrak temulawak,
kunyit dan jahe merah berdasarkan penurunan kadar NO pada sel RAW 264,7
yang dinduksi LPS belum pernah dilakukan.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yue%20GG%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yue%20GG%5Bauth%5Dhttp://informahealthcare.com/action/doSearch?action=runSearch&type=advanced&result=true&prevSearch=%2Bauthorsfield%3A%28Yadav%2C+V.+S.%29http://informahealthcare.com/action/doSearch?action=runSearch&type=advanced&result=true&prevSearch=%2Bauthorsfield%3A%28Yadav%2C+V.+S.%29http://informahealthcare.com/action/doSearch?action=runSearch&type=advanced&result=true&prevSearch=%2Bauthorsfield%3A%28Yadav%2C+V.+S.%29http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yue%20GG%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
5/45
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorr iza)
Temulawak mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Ravindran and
Babu ,2007):
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Gambar 2.1 Temulawak
Temulawak memiliki kandungan kurkuminoid dan komponen
sesquiterpenoid bioaktif bisabolane. Komponen sesquiterpenoid bisabolane ini
terdiri dari -curcumen, ar-turmeron dan terutama xanthorizol yang mempunyai
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
6/45
6
aktivitas anti-bakteri dan antiinflamasi (Itokawa et al ., 2008). Kurkumin menurut
(Yue et al. , 2010) mempunyai aktivitas imunomodulator. Yadav et al, (2005)
melaporkan bahwa ekstrak temulawak dapat meningkatkan aktivitas NK dan
menurunkan produksi NO. Kurkumin dalam ekstrak temulawak memiliki efek
anti-inflamasi dengan cara meregulasi beberapa faktor transkripsi, sitokin, protein
kinase, molekul adesi dan enzim yang berhubungan dengan inflamasi (Aggarwal
and Harikumar, 2009). Kurkumin pada konsentrasi 5M, 10M, 20M mampu
menekan produksi NO pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS (Ben et al .,
2011). Kurkumin dengan konsentrasi diatas 2 M mampu menghambat produksi
NO dan eskpresi iNOS pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS dengan
menonaktivkan NF- B (Kim et al ., 2008).
B. Tanaman Kunyit (Curcuma longa)
Kunyit ( Curcuma longa ) memiliki klasifikasi sebagai berikut (Ravindran
and Babu , 2007):
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L.
http://informahealthcare.com/action/doSearch?action=runSearch&type=advanced&result=true&prevSearch=%2Bauthorsfield%3A%28Yadav%2C+V.+S.%29http://informahealthcare.com/action/doSearch?action=runSearch&type=advanced&result=true&prevSearch=%2Bauthorsfield%3A%28Yadav%2C+V.+S.%29http://informahealthcare.com/action/doSearch?action=runSearch&type=advanced&result=true&prevSearch=%2Bauthorsfield%3A%28Yadav%2C+V.+S.%29 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
7/45
7
Gambar 2.2 Kunyit
Kunyit ( Curcuma longa L) merupakan tanaman tradisional yang sudah
dikenal luas dan sudah lama digunakan oleh masyarakat. Selain itu kunyit juga
dapat digunakan sebagai agen imunostimulator. Yue et al . (2010) melaporkan
bahwa kurkuminoid dan sesquiterpenoid isolat dari kunyit meningkatkan produksi
sitokin (TGF- , TNF -, GM -CSF, IL- 1, IL -5, IL-6, IL-8, IL-10 and IL-13) pada
PBMC ( peripheral blood mononuclear cells ). Kurkumin juga dilaporkan
menimbulkan sifat anti inflamasi pada mencit yang diinduksi karagen. Pada dosis
tinggi (1000 mg/kg) ekstrak kunyit dapat menekan udem sebesar 78,37% (Rustam
et al ., 2007). Selain itu, ekstrak kunyit juga bermanfat sebagai agen antiinflamasi,
pencegah kanker dan antioksidan (Olivia et al ., 2006). Kurkumin dalam ekstrak
kunyit dilaporkan mampu menghambat respon inflamasi mikrovaskuler hepatik
pada tikus BALB/C (Lukita-Atmadja et al. , 2002). Kurkumin dalam kunyit
dengan konsentrasi 2 M, 4 M, dan 8 M mampu menekan produksi NO dan
menghambat produksi iNOS pada konsentrasi 4 M, dan 8 M pada sel primer
mikroglial yang diinduksi LPS (Jung et al ., 2006).
C. Tanaman Jahe merah ( Zi ngiber offi cinale Var)
Klasifikasi tanaman jahe merah menurut Ravindran and Babu . (2007)
adalah sebagai berikut:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yue%20GG%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yue%20GG%5Bauth%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Yue%20GG%5Bauth%5D -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
8/45
8
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales (Scitamineae)
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Var.
Gambar 2.3 Jahe merah
Dalam rimpang jahe segar, gingerol dan shogaol teridentifikasi sebagai
komponen aktif utama. Kandungan zat aktif lain yang terdapat dalam jahe
adalah monoterpen dan seskuiterpen, kamfen, betafelandren, kurkumin, sineol,
asetat geranil, terfineol, terpen, borneol, geraniol, limonen, linalool, alfa-
zingiberen (30-70%), beta-sesquifelandren (15-20%), betabisabolen (10-15%),
dan alfa farmesen (Yeh et al ., 2014).
Zingiber officinale Var, dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan
antiinflamasi. NO merupakan suatu senyawa yang berperan dalam tranduksi
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
9/45
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
10/45
10
Secara garis besar inflamasi dibagi menjadi dua yaitu inflamasi akut dan
inflamasi kronis. Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah
adanya rangsang antigen. Pada tahap ini terjadi pelepasan plasma dan komponen
seluler darah ke dalam ruang-ruang jaringan ekstraseluler. Termasuk didalamnya
granulosit, neutrofil yang melakukan fagositosis untuk membersihkan debris
jaringan dan mikroba (Mitchel and Cortan, 2003). Inflamasi kronis adalah
inflamasi yang berlangsung secara terus-menerus. Inflamasi kronis dapat
disebabkan karena produksi mediator inflamasi seperti NO dan prostaglandin
secara berlebihan. Produksi NO yang berlebihan akan menyebabkan inflamasi
yang berlangsung lama dan mengawali berbagai penyakit termasuk kanker
(Jayaraman et al ., 2012).
E. Makrofag dan sel RAW 264,7
Makrofag adalah perkembangan sel dari monosit. Dalam sistem imun
makrofag berperan sebagai pertahanan pertama dalam menghadapai serangan
patogen dari luar. Makrofag berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC),
kemudian makrofag memaparkan antigen yang telah di fagositosis yang kemudian
merangsang sel T untuk berproliferasi dan berdiferensiasi (Varin and Gordon,
2009).
Makrofag sebagai sel penyaji antigen APC, mengekspresikan peptida
protein MHC klas II pada permukaan sel dan berikatan dengan reseptor sel T
(Tcr), sel T helper. Makrofag mensekresi Interleukin (IL)- 1, IL -6, IL-8, IL-12,
dan TNF- (Asadullah et al., 2004). Makrofag akan menstimulasi limfosit sebagai
respon terhadap patogen. Respon terhadap endotoksin seperti terhadap
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0171298508001484http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0171298508001484http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0171298508001484http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0171298508001484http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0171298508001484 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
11/45
11
lipopolisakarida (LPS), makrofag melepaskan beberapa sitokin proinflamasi,
seperti interleukin (IL)- 1 , IL -6 dan Tumor nekrosis factor (TNF)- yang akan
mengaktivasi nuclear factor (NF)- B. Makrofag juga akan menginduksi sintesis
nitrit oksida (NO) dan siklooksigenase-2 (COX-2) (Kim et al ., 2012). Salah satu
sel makrofag yang sudah dikultur dari mencit dan bisa dikembangkan adalah sel
RAW 264,7.
Sel RAW 264,7 adalah salah satu sel makrofag yang sudah dikultur dari
mencit dan bisa dikembangkan (Gambar 2.4). Sel RAW 264,7 merupakan suatu
monocyte-macrophage cell line yang didapat dari mencit ( Mus musculus ). Sel ini
tidak memiliki surface immunoglobulin (sIg-), Ia (Ia-) and Thy-1.2 (Thy-1.2-). Sel
RAW 264,7 sangat mirip dengan makrofag yang dihasilkan dari sumsum tulang
belakang, terutama dalam merespon ligan mikroba dan reseptor permukaan sel
yang dimiliki (Berghaus et al ., 2009). Karena itu sel ini banyak digunakan dalam
penelitian terkait dengan sistem imun.
Sel makrofag RAW 264,7 dapat ditumbuhkan dalam media yang
mengandung asam amino non-esensial dan glutamat, serta membutuhkan growth
factor dari foetal calf serum . Suhu inkubator yang digunakan adalah 37o
C dengan
kadar CO 2 5% (ATCC, 2006). Dalam keadaan normal, RAW 264,7 bersifat
adherent , melekat pada plate tempat tumbuh. Sel ini sangat sensitif terhadap
endotoksin lipopolisakarida (LPS) dari bakteri gram negatif. Adanya LPS dapat
berefek besar pada fenotip dan fungsi dari makrofag. Maka dari itu, berbagai
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
12/45
12
larutan yang digunakan dalam penelitian seperti buffer dan media yang digunakan
harus benar-benar steril (Hsueh and Roach, 2003)
Beberapa penelitian imunologi yang menggunakan sel RAW 264,7
dilakukan untuk mengetahui produksi sitokin dan NO pada sel RAW 264,7 dan
human peripheral blood mononuclear cell (hPBMC) yang diinkubasi dengan
berbagai flavonoid (Lyu and Park, 2005); membandingkan respon sistem imun
alami dari primary murine macrophage-lineage cells dengan sel RAW 264.7
(Berghaus et al ., 2009).
Gambar 2.4 Sel RAW 264,7 (CCRC Farmasi UGM)
F. Nitrit Oksida (NO)
Nitrit oksida (NO) disintesis dari asam amino L-argine oleh NO sintesis
enzim (NOS). NOS pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu eNOS yang berada di
sel endotel atau nNOS yang berada di sel neuron dan iNOS yang berada di
makrofag yang muncul akibat paparan patogen. NO adalah molekul penting
dalam pertahanan melawan paparan patogen yang dihasilkan pada sel makrofag.
Respon yang ditimbulkan akibat pemejanan endotoksin seperti LPS dan IFN- , sel
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
13/45
13
akan memproduksi NO dalam jumlah banyak yang akan mengakibatakan aksi
pelawanan terhadap patogen dengan respon inflamasi (Galin and Synderman,
1999).
NO merupakan salah satu efektor sistem imun yang diproduksi oleh
makrofag untuk proses destruksi intraseluler. NO memegang peranan penting
dalam sel-sel imun, termasuk sel dendritik, sel NK, sel mast, makrofag dan sel
fagosit lainnya. Ketika tubuh diserang oleh patogen maka makrofag akan
teraktivasi dan mengeluarkan sitokin pro-inflamasi seperti IL- 1, IL -6 TNF- dan
mediator inflamasi seperti NO (Lee et al ., 2010). Produksi mediator inflamasi
yang berlebihan oleh makrofag dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti
rheumatoid arthritis (Tilg et al ., 1992), dan fibrosis pada paru-paru (Bertolini et
al ., 2001). Janakiram et al . (2012) melaporkan iNOS pada inflamasi kronis dapat
menyebabkan NO berubah dalam bentuk reaktif yang dapat mengakibatkan
kerusakan DNA, meningkatkan inflamasi dan berkontribusi dalam karsinogenesis.
Menekan timbulnya inflamasi yang menyebabkan kanker diperlukan bahan-bahan
yang mampu menekan produksi NO.
G. Lipopolisakarida
Lipopoliskarida (LPS) adalah endotoksin pada bakteri gram negatif pada
membran luar dari dinding sel yang pada keadaan tertentu bersifat toksik pada
inang tertentu. Paparan LPS dapat menginduksi respon imun dengan
meningkatkan produksi dari IL-1, IL-6, IL-8, and TNF- (Solank i et al. , 2013).
Selain itu LPS juga bisa menginduksi produksi NO (Kang et al. , 2013). Respon
terhadap paparan LPS sistemik, akan mengakibatkan interaksi antara monosit,
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
14/45
14
makrofag dan neutrofil melepas mediator inflamasi seperti interleukin (IL), interferon
(IFN), platelet activating factor (PAF), tumor necrosis factor (TNF- ), induci ble nitrit
oxida sintase (iNOS) dan siklooksigenase 2 (COX 2)/ prostaglandin E2 (PGE2) (Ma et
al .,2009).
Pattern recognition receptor (PRR) adalah reseptor yang secara khusus
mengenali patogen tertentu yang dimiliki oleh makrofag. PRR ini mampu
mengenali PAMP, salah satunya adalah lipopolisakarida. LPS mengikat LPS-
binding protein yang beredar dalam darah dan kompleks ini, pada gilirannya,
mengikat molekul reseptor (CD14) yang ditemukan pada permukaan sel-sel
pertahanan tubuh yang disebut makrofag. Hal ini akan dikenali oleh TLR-4, TLR-
4 merupakan reseptor yang ditemukan pada permukaan berbagai sel pertahanan
dan sel lain yang berfungsi mengenali lipopolisakarida (LPS) dari dinding sel
gram negatif (Juskewitch et al ., 2012). TLR-4 yang telah berikatan dengan LPS
akan merespon dengan mengeluarkan sitokin proinflamasi (TNF, IL-1,IL-8,IL-6),
sintesis COX-2, asam arakidonat dan sintesis iNOS serta keluarannya anion super
oksida yang akan memacu keluaranya NO (Galin and Synderman, 1999).
H. Reagen Griess
Nitrit atau nitrat dapat ditetapkan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung mengunakan metode spetrofotometri UV, GC-MS, HPLC, ion-
selectiv electrodes , dan eletroforesis. Akan tetapi metode tersebut mahal,
memerlukan banyak waktu dan keterbatasan sensitivitas metode tersebut. Secara
tidak langsung dapat mengunakan penambahan reagen Griess kemudian diukur
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
15/45
15
nilai absorbansinya. Metode ini lebih sederhana dibndingkan dengan metode
lainya, selain itu metode ini dapat digunakan untuk sempel biologis, saliva, urin
dan sel kultur (Sun et al ., 2003)
Reagen Griess dibuat dari 0,1% N-(1-naphtil)etilediamin dihidroklorid
(NED) dan 1% sulfonilamida dalam 5% phosporic acid (Lee et al. , 2012). Reagen
Griess akan berekasi dengan NO sehingga akan menghasilkan senyawa Azo Dye
yang akan berwarna ungu (Gambar 2.5). Semakin besar intensitas warna ungu
yang dihasilkan semakin banyak NO yang bereaksi dengan reagen Griess .
Gambar 2.5 Reaksi NO dan Reagen Griess (Coneski et al ., 2012)
I. Landasan Teori
Temulawak, kunyit, dan jahe merupakan beberapa tanaman yang
memiliki banyak manfaat dan telah banyak diteliti. Senyawa yang terkandung
pada tanaman-tanaman tersebut memliki banyak kegunaan seperti sebagai
antikanker, antioksidan, anti-inflamasi dan aktivitas imunostimulan yang baik.
Baik secara in vitro maupun in vivo masing-masing ekstrak temulawak, kunyit
dan jahe telah diuji. Kurkumin pada temulawak dan jahe dapat meningkatkan
sitokin seperti (TGF- , TNF -, GM -CSF, IL- 1, IL -5, IL-6, IL-8, IL-10 and IL-
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
16/45
16
13) dan menekan mediator inflamasi seperti NO. Ekstrak jahe dilaporkan dapat
menekan produksi iNOS. Temulawak juga dilaporkan dapat menekan produksi
NO.
Nitrit oksida adalah mediator inflamasi yang disintesis dari asam amino L-
arginin di sel endotel. Pada kondisi inflamasi akut NO dan mediator inflamasi
lainnya berguna untuk melebarkan susunan sel endotel pembuluh darah sehingga
sel-sel imun yang berada dalam pembuluh darah dapat berpindah ke jaringan yang
mengalami infeksi. Tetapi bila kondisi inflamasi ini terus berlangsung maka akan
terjadi inflamasi kronis akan menyebabkan berbagai macam penyakit. Diperlukan
agen yang mampu menghambat produksi NO.
Penghambatan produksi NO dapat dilakukan secara in vitro pada sel RAW
264,7 yang diinduksi LPS. Sel RAW 264,7 merupakan sel yang menyerupai
makrofag. LPS berfungsi sebagai agen pemicu produksi sitokin proinflamsi dan
mediator inflamasi seperti NO. LPS merupakan bagian dari dinding bakteri gram
negatif.
J. Hipotesis
Kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe dapat berperan sebagai
agen antiinflamasi dengan menghambat produksi NO pada sel RAW 264,7 yang
diinduksi LPS. Peningkatan konsentrasi ekstrak akan meningkatkan aktivitas anti-
inflamasi dengan menghambat produksi NO pada sel RAW 264,7 yang diinduksi
LPS.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
17/45
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam Jurusan
Farmasi Universitas Jenderal Soedirman, Laboratorium Terpadu Universitas
Jenderal Soedirman serta Laboratorium Parasitologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta selama 6 bulan.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
Rimpang Temulawak, Kunyit, Jahe merah, etanol 96%, Dimetil sulfosida
(DMSO), medium DMEM, Fetal Bovine Serum (FBS) 10%, penisilin-
streptomisin 3%, fungizon 1%, sel RAW 264,7, etanol 70%, phosphate buffer
saline (PBS), lipopolisakarida (LPS), reagen Griess .
2. Alat Penelitian
Toples maserasi, kertas saring, oven, blender , ayakan B40, neraca analitik ,
corong Buchner, evaporator, water bath, cawan petri, mikrokultur 24 sumuran,
mikropipet, tip, autoklaf, inkubator CO 2, alat-alat gelas yang biasa digunakan di
laboratorium,lemari pendingin, beaker glass 500 mL dan 1 L, screw scapped ,
conical tube , tabung eppendrof, mikroskop cahaya, cover slip , object glass , vortex
dan Elisa reader .
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
18/45
18
C. Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental laboratorium.
Penelitian ini menganalisis kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe
merah sebagai agen anti-inflamasi berdasarkan penghambatan produksi NO
mengunakan sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS dengan reagen Griesse .
2. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas adalah konsentrasi kombinasi ekstrak temulawak,
kunyit, dan jahe merah yaitu 250 g/ml dan 500 g/ml.
b. Variabel terikat adalah kadar NO.
c. Variabel terkontrol adalah jumlah kepadatan sel, konsentrasi LPS
1g/mL, waktu inkubasi dan suhu inkubasi.
D. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Determinasi rimpang temulawak, kunyit dan jahe merah
Determinasi dilakukan di Laboratorium Taksonomi Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto untuk menentukan kebenaran
bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
2. Pembuatan serbuk simplisia
Rimpang temulawak, kunyit dan jahe merah dicuci dengan air mengalir,
dipotong-potong, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada
ruang terbuka tanpa terkena sinar matahari secara langsung. Pengeringan
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
19/45
19
dilanjutkan di dalam oven dengan suhu maksimal 70C. Setelah kering,
simplisia diblender, diayak dengan ayakan ukuran B40 untuk mendapatkan
ukuran serbuk yang homogen.
3. Pembuatan Ekstrak
Serbuk rimpang temulawak, kunyit dan jahe merah ditimbang masing-masing
sebanyak 500 gr. Masing-masing serbuk simplisia tersebut diekstraksi dengan
cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96% selama 3 x 24 jam.
Perbandingan serbuk simplisia dengan etanol 96% adalah 1:6. Ketiga filtrat
disaring lalu diuapkan dengan evaporator hingga didapatkan ekstrak kental.
Masing-masing ekstrak dihilangkan pelarutnya di atas waterbath sehingga
diperoleh ekstrak kental bebas pelarut
4. Uji produksi NO dengan media sel RAW 246,7
a. Pembuatan media DMEM (Gibco) (CCRC, 2000) a
Serbuk media DMEM yang sudah siap dilarutkan dengan akuabides 800
ml dalam beker glass 1 L, ditambah dengan natrium bikarbonat 2 g dan
HEPES 2 g, ditambahkan akuades sampai 1 L, diaduk dengan magnetic
stirer . Larutan dibuat dengan pH antara 7,2-7,4 dengan menambahkan 1 M
NaOH atau 1 M HCl. Larutan dimasukkan ke dalam botol tertutup dan
steril dengan disaring menggunakan filter 0,2 m dalam LAF. Medium
diberi label dan disimpan dalam lemari es suhu 4 oC. Untuk membuat
media MEM serum, sebanyak 100 ml media DMEM ditambah dengan
FBS 10%, antibiotika penisilin-streptomisin 1% dan fungison 1%.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
20/45
20
b. Prosedur kultur dan pertumbuhan sel RAW 264,7 (CCRC, 2000) b
Sel diambil dari tangki nitrogen cair, segera dicairkan dalam pemanas air
370C, kemudian ampul disemprot dengan etanol 70%. Ampul dibuka dan
sel dipindahkan ke dalam tabung conical steril yang berisi medium
DMEM. Suspensi sel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit, supernatan dibuang, diganti media DMEM yang baru, kemudian
disuspensi pelan-pelan. Sel disuspensikan perlahan hingga homogen,
kemudian sel ditumbuhkan dalam beberapa (2-3) buah tissue culture flask
kecil, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 0C dengan aliran 5% CO2.
Setelah 24 jam medium diganti dan sel ditumbuhkan hingga konfluen.
c. Pemanenan sel dan Penghitungan sel (CCRC, 2008)
Sel diambil dari inkubator CO 2. Panen sel dilakukan setelah sel 80%
konfluen . Media dibuang dan sel dibilas 2 kali dengan PBS.
Selanjutnyasel dipanen menggunakan screw scrapped sel diresuspensi
sampai sel terlepas satu-satu. Keadaan sel diamati di bawah mikroskop.
Sel yang telah lepas dipindahkan ke dalam conical steril baru. Kemudian
ditambahkan MK 2-3 mL lalu sel diresuspensi. 10 l panenan sel
dipipetkan ke hemacytometer . Kemudian, sel dihitung di bawah mikroskop
dengan cell counter . Sejumlah sel yang diperlukan dipindahkan ke dalam
conical yang lain dan ditambahkan MK sesuai dengan konsentrasi sel yang
dikehendaki. Jumlah sel yang dibutuhkan untuk uji adalah 2x10 5
sel/sumuran.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
21/45
21
d. Pembuatan Reagen Griess
Reagen Griess dibuat dari 0,1% N-(1-naphtyl)ethylediamine
dihydrocloride (NED) dan 1% sulfonilamida dalam 5% phosporic acid .
NED ditimbang sebanyak 0,1 g dan dilarutkan kedalam air suling 100mL.
Sulfonilamida ditimbang 1g dan dilarutkan dalam 100mL phosporic acid
5%. Ketika akan digunakan larutan 0.1% NED dan 1% sulfonilamida
dicampurkan dalam volume sama banyak (Lee et al. , 2012).
e. Pembuatan kurva baku NaNO 2
NaNO 2 ditimbang sabanyak 69mg dan dilarutkan dalam 500mL air suling
(stok 2mM). Pengenceran bertingkat dibuat dengan konsentrasi 25M,
50M, 75M, 100M, 125M, 150M, 175M dan 200M dengan
mengencerkan larutan stok dengan medium untuk kultur sel. Kemudian
masing-masing konsentrasi dimasukan ke dalam 1 sumuran mikrokultur 96
sumuran dan dibaca absorbansinya mengunakan Elisa reader , nilai
absorbansi yang didapat dimasukan dalam rumus persamaan garis lurus
hingga didapat kurva baku NO.
f. Uji produksi NO dengan media sel RAW 264,7
Sel diambil dari inkubator CO 2 dan diamati kondisinya. Kultur sel yang
digunakan dalam kondisi 80 % konfluen untuk dipanen. Sel dipanen dan
dimasukan kedalam 24 well plate dengan kepadatan sel 2x10 5
sel/sumuran. Setelah itu sel diinkubasi selama 24 jam supaya sel kembali
normal. Setelah sel normal kembali, ekstrak dibuat dengan konsentrasi
250g/ml dan 500g/ml. Adapun perlakuan yang akan dilakukan adalah :
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
22/45
22
Skema pengisian mikrokultur dapat dilihat pada Gambar 3.1
A B C D E F
1 KS KSL SLE1 SLE2
2 KS KSL SLE1 SLE2
3 KS KSL SLE1 SLE2
4
Gambar 3.1. Skema pengisian mikrokulturKS = kontrol selKSL = kontrol LPS diberi lipopolisakaridaSLE1 = kelompok perlakuan diberi lipopolisakarida dan ekstrak 250 gg/mLSLE2 = kelompok perlakuan diberi lipopolisakarida dan ekstrak 500 g/mL
Mikrokultur diambil dari incubator, tambahkan ekstrak Tekuja dan
dibiarkan selama 1 jam. LPS ditambahkan pada masing-masing sumuran
sebesar 1g/mL sampel dan diinkubasi selama 15 jam di dalam inkubator
dengan CO 2 5%. Setelah 15 jam sel diambil dari inkubator. Media diambil
dari masing-masing sumuran 100L dan dipindahkan kedalam 96
mikrokultur ditambah 50L reagen Griess, diamkan selama 5 menit.
Kemudian diukur pada panjang gelombang 595 nm dengan Elisa reader
dan data dimasukkan kedalam kurva baku yang sudah dibuat (Lee et al .,
2012).
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
23/45
23
E. Analisis Data
Absorbansi yang didapat pada sampel kemudian dimasukkan dalam rumus
kurva baku yang sudah didapat, sehingga diperoleh kadar NO.
Keterangany: absorbansi pada elisa readerx: konsentrasi NO
Kadar NO dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA satu jalan,
dilanjutkan dengan uji HSD dengan taraf kepercayaan 95%.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
24/45
24
Gambar 3.2 Skema penelitian
Dimasukan dalam rumus kurva baku
- Ditambah reagan Griess50L per 100L media lalu diukur serapannya595 nm dengan elisa reader
- Di inkubasi selama 15 jam dan diambil media
- dikumpulkan- dideterminasi- dicuci- dikeringkan- dihaluskan menjadi serbuk- dimaserasi etanol 96% (324
jam)- penyaringan- evaporasi
Rimpang temulawak, kunyit danJahe merah
Ekstrak Temulawak Ekstrak Kunyit Ekstrak Jahe Merah
Kombinasi ekstrak 1 : 1 : 1 Lipopolisakarida
Media
Absorbansi
Kadar NO
Sel RAW 264,7
Analisis
Kesimpulan
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
25/45
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Tanaman temulawak, kunyit, dan jahe merah yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman,
Yogyakarta. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Taksonomi Fakultas
Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Determinasi tanaman dilakukan untuk
memastikan kebenaran identitas dari tanaman yang akan digunakan dalam
penelitian dan untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan tanaman.
Hasil dari determinasi diperoleh kepastian bahwa spesies tanaman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Curcuma xanthorrhiza (Lampiran 1),
Curcuma longa L. (Lampiran 2), dan Zingiberofficinale cv. Rubrum (Lampiran
3) yang semuanya berasal dari familia Zingiberaceae.
B. Pembuatan Ektrak Temulawak, Kunyit dan Jahe Merah
Ekstraksi merupakan upaya untuk memperoleh komponen kimia
(metabolit sekunder) pada tumbuhan yang akan diujikan. Ekstraksi yang tidak
tepat dapat mempengaruhi bioktivitas komponen yang diujikan. Oleh karena itu,
dalam ekstraksi perlu diperhatikan pada penggunaan pelarut dan metode ekstraksi
yang sesuai dengan sifat fisika dan kimia komponen yang terkandung dalam
tanaman (Hayouni et al ., 2007). Pembuatan ekstrak tanaman temulawak, kunyit,
dan jahe merah, dilakukan dengan metode maserasi.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
26/45
26
Maserasi dipiih sebagai metode ekstraksi dalam peneitian karena kontak
antara pelarut dengan serbuk simplisia lebih lama sehingga memungkinkan
perpindahan senyawa dari simplisia kedalam pelarut akan lebih optimal, waktu
yang lebih singkat, pengerjaannya mudah dan peralatan yang digunakan relatif
sederhana. Metode maserasi didasarkan pada prinsip perpindahan masa komponen
zat kedalam pelarut, perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka kemudian
berdifusi masuk kedalam pelarut sehingga komponen kimia yang terkandung
dalam simplisia dapat ditarik keluar (Depkes, 2000).
Serbuk temulawak, kunyit, dan jahe merah dimaserasi selama 3x24 jam
dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Etanol dipilih sebagai pelarut karena
etanol merupakan pelarut yang bersifat universal yang relatif baik untuk
melarutkan senyawa dengan perbedaan kepolaran dan relatif kurang toksik
dibandingkan dengan metanol serta dapat menarik senyawa dengan baik yang
bersifat polar maupun non-polar. Etanol juga tidak beracun, lebih selektif, kapang
dan kuman sulit tumbuh, netral, absorbsinya baik, dapat menghambat kerja enzim,
mengendapkan albumin dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit
(Depkes, 1986).
Tabel 4.1. Ekstrak Kental dan Rendemennya
Nama Bahan Bobot SerbukSimplisia (gr)
Ekstrak Etanolik (gram) RendemenEkstrak (%)
Temulawak 500 43,29 8,66
Kunyit 500 57,14 11,43
JaheMerah 500 37,92 7,58
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
27/45
27
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa rendemen dari temulawak,
kunyit dan jahe merah berturut-turut sebesar 8,66%, 11,43%, dan 7,58%.
Rendemen untuk temulawak, kunyit dan jahe merah berturut-turut menurut
Farmakope Herbal Indonesia, yaitu tidak kurang dari 18%, tidak kurang dari 11%
dan tidak kurang dari 6,6% (Depkes RI, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, rendemen temulawak memiliki perbedaan dengan rendemen yang
disebutkan pada Farmakope Herbal Indonesia. Hal ini dikarenakan perbandingan
cairan penyari dengan serbuk temulawak lebih kecil dibandingkan cairan penyari
pada kunyit dan jahe merah.
C. Penetapan kadar NO
Penelitian ini diawali dengan membuat kurva baku NaNO 2. Tingkat
liniearitas dari kurva baku baik karena memilik nilai r = 0,996. Berdasarkan kurva
baku tersebut diperoleh persamaan garis lurus y = -0,0024 + 0,0023x (Gambar
4.1). Pembuatan kurva baku NaNO2 bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
larutan baku NaNO2 dengan absorbansi, yang akan digunakan untuk mengukur
kadar NO pada sampel yang dianalisis. NaNO2 dapat digunakan untuk stadar
karena HNO2 pada larutan NaNO2 dapat bereaksi denagn sulfanilamid menjadi
garam diazonium dan membentuk senyawa kopling dengan NED sama seperti
NO.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
28/45
28
Gambar 4.1 Kurva baku NaNO 2
Uji penetapan kadar NO kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe
merah pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS. menggunakan reagen Griess .
Penggunaan reagen Griess merupakan cara yang mudah dan efisien untuk
mengukur kadar NO secara in vitro . Pemberian reagen Griess dilakukan setelah
sel RAW 264,7 diinkubasi selama 15 jam dengan perlakuan ekstrak. NO akan
bereaksi dengan reagen Griess sehin gga akan menghasilkan senyawa Azo Dye
yang akan berwarna ungu.
Mikrokultur dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595
nm. Konsentrasi hasil sel yang memproduksi NO dapat dilihat pada Tabel 4.2.
00.05
0.10.15
0.20.25
0.30.35
0.40.45
0.5
0 50 100 150 200 250
Aborbans i
Konsentrasi(M)
r = 0,9957
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
29/45
29
Tabel 4.2 Absorbansi dan Konsentrasi NO
Konsentrasiekstrak(g/mL)
Absorbansi AbsorbansiSampel -Media
Konsentrasi NO (M)
Rata Rata SD
0
0,249 0,205 90,17
101,41 8,75
0,255 0,211 92,780,280 0,236 103,650,277 0,233 102,350,284 0,240 105,390,304 0,260 114,09
250
0,243 0,199 87,57
77,13 12,58
0,335 0,191 84,09
0,241 0,197 86,700,211 0,167 73,650,239 0,195 85,830,169 0,125 55,39
500
0,202 0,158 69,74
70,97 10,21
0,180 0,136 60,170,242 0,198 87,130,182 0,138 61,040,203 0,159 70,170,220 0,176 77,57
Tabel 4.3 Rata-rata kadar NO dan SD
Konsentrasi ekstrakkombinasi Tekuja (g/mL) Rata-rata kadar NO (M)
0 101,47 8,75250 77,13 12,58 *500 70,97 10,21 *
*terdapat perbedaan bermakna dengan konsentrasi Tekuja 0g/mL (p
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
30/45
30
Data yang sudah diuji dengan Shapiro-wilk dilanjutkan dengan uji Anova dengan
tingkat kepercayaan 95%. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat
perbedaan bemakna antara kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah
dengan kontrol. Untuk mengetahui perbedaan itu selanjutnya dilakukan uji
lanjutan. Berdasarkan HSD tuckey tidak terdapat perbedaan bermakna antara
konsentrasi 250 g dan 500 g. Tetapi terdapat perbedaan bermakna antara
konsentrasi 0g dan 250 g serta 0g dan 500 g (Tabel 4.3). Pada penelitian ini
produksi NO tidak terukur karena nilai absorbansinya sangat kecil dibawah
rentang kurva baku. Berdasarkan data diatas ekstrak Tekuja dapat menghambat
produksi NO. Produksi NO perlu dihambat karena NO dalam jumlah banyak
dapat menyebabkan inflamasi kronis, inflamasi kronis ini dapat meyebabkan
terjadinya penyakit lainya seperti kanker (Janakiram et al ., 2012).
NO merupakan salah satu mediator inflamasi, NO disintesis dari asam
amino L-argine oleh NO sintesis enzim (NOS). NOS pada dasarnya terbagi
menjadi dua yaitu eNOS yang berada di sel endotel atau nNOS yang berada di sel
neuron dan iNOS yang berada di makrofag yang muncul akibat paparan patogen,
iNOS memproduksi NO paling banyak dibandingkan dengan NOS yang lainnya.
Ekspresi iNOS diregulasi oleh NF- B (Jin et al ., 2010). Diketahui bahwa LPS
mampu menginduksi NF- B sehingga menginduksi peningkatan eskpresi iNOS
sehingga kadar NO meningkat. Ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah
masing-masing dapat menghambat NF- B ( Aggarwal et al ., 2005). Maka
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme downregulation ekspresi
iNOS oleh ekstrak tekuja pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
31/45
31
Kurkumin dapat mempengaruhi berbagai jalur pensinyalan pada sel,
termasuk agen inflamasi (NF- B, TNF, IL -6, IL-1, COX-2 dan 5-LOX)
(Aggarwal et al ., 2005). Mekanisme kurkumin dalam menghambat efek NF- B
dengan cara memblok fosforilasi IK (inhibitor kappa B kinase) dan
mendegradasi IB (inhibitor NF -B) yang menyebabkan NF -B berikatan
dengan IB pada sitoplasma sehingga tidak memungkinkan NF- B
memasuki inti sel untuk mengaktivasi transkripsi gen. Penghambatan NF- B
juga berkaitan dengan penurunan regulasi COX-2 dan iNOS yang merupakan
marker dari inflamasi. Kurkumin dalam kunyit dengan konsentrasi 2 M, 4 M,
dan 8 M mampu menekan produksi NO dan menghambat produksi iNOS pada
konsentrasi 4 M, dan 8 M pada sel primer mikroglial yang diinduksi LPS (Jung
et al ., 2006).
Ekstrak jahe mengandung 1-dehidro-[6]-gingerdion, 6-shogaol, 6-
dehidroshogaol dan heksa hidrokurkumin yang berfungsi sebagai antiinflamasi.
Menurut Li et al . (2012) kandungan pada jahe (1-dehidro-[6]-gingerdion, 6-
shogaol, 6-dehidroshogaol and heksa hidrokurkumin) mempunyai aktivitas
antiinflamasi dengan cara menghambat iNOS, PGE 2/COX-2, TNF- , IL -1 dan
machrophage chemoactractant protein-1 (MCP-1) pada sel RAW 264,7.
Aktivitas 6-shogaol dalam menurunkan iNOS dan COX-2 dengan cara
menurunkan aktivas jalur NF- B dengan cara memblok fosforilasi NF- B,
menghambat aktivas jalur p38 MAPK dan JNK pada sel makrofag yang
distimulasi LPS (Ha et al ., 2012). Selain itu kurkumin pada konsentrasi 5 M, 10
M, dan 20 M mampu menurunkan produksi NO pada sel RAW 264,7 yang
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
32/45
32
diinduksi LPS (Ben et al ., 2011). Kurkumin dalam curcuma longa mampu
menekan produksi NO pada sel mikroglial yang diinduksi LPS (Jung et al ., 2006).
Menurut Mueller et al. (2010) , ekstrak jahe dapat menekan ekspresi iNOS
secara in vitro pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS, pada konsentrasi ekstrak
jahe 0,5 mg/ml produksi NO dapat ditekan sebesar 58 14%. Senyawa aktif 6-
gingerol dan 6-shogaol mempunyai efek antiinflamasi yang terkandung dalam
jahe merah juga mampu menekan produksi NO pada sel RAW 264,7 yang
diinduksi LPS (Lee et al ., 2009; Dugasani et al., 2010).
Kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah mulai konsentrasi
250g/mL mempunyai efek pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS dengan
menekan ekspresi NO. Kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi agen antiinflamasi.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK92775/#ch7_r77 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
33/45
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah pada konsentrasi 250
g/mL dan 500 g/mL mempunyai efek anti-inflamasi dengan cara
menghambat produksi NO pada sel RAW 264,7 yang diinduksi LPS.
2. Peningkatan konsentrasi kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe
merah sebanding dengan penghambatan produksi NO pada sel RAW 264,7
yang diinduksi LPS.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekspresi iNOS pada sel RAW
264,7 yang diinduksi LPS.
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
34/45
34
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K., Santoso, B.H., and Cahaya N., 2013, Penghambatan Radang InfusaDaun Dadap Ayam ( Erythrina vaiegata L.) Pada Mencit jantan yangDiinduksi Karagenin, Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung , 45-52.
Aggarwal, B.B., Kumar, A., Aggarwal, M.S., and Nshishodia, S., 2005, Curcuminderved from turmeric (Curcuma longa): a spice for all season , CRC press,
New York.
Aggarwal, B.B, and Harikumar K.B., 2009, Potential therapeutic effects ofcurcumin, the anti-inflamatory agent, against neurodegenerative,cardiovascular, pulmonary, metabolic, autoimmune and neoplastic diseases,The International journal of Biochemistry and Cell Biology , 41:40-59.
Andikacitra, P., 2012, Efek Proteksi Kombinasi Curcuma xanthorriza, Curcumadomestica , dan Zingiber officinale pada Tikus yang Diinduksi Doksorubisin,Skripsi , Jurusan Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.Tidak dipublikasikan.
Anonim., 2008, Innate immune Resource Guide , BioLegend, San Diego.
Asadullah, K. , Sabat, R. , Friedrich, M. , Volk, H.D. , and Sterry, W. , 2004,Interleukin-10: an important immunoregulatory cytokine with major impacton psoriasis , Curr Drug Targets Inflamm Allergy , 3(2): 185-92.
Baratawidjaja, K.G., and Rengganis I., 2010, Imunologi Dasar edisi IX, BalaiPenerbit FKUI, Jakarta, hal: 557
Ben P. , Liu J. , Lu C. , Xu Y. , Xin Y. , Fu J. , Huang H. , Zhang Z. , Gao Y. , Luo L. ,and Yin Z. , 2011, Curcumin promotes degradation of inducible nitric oxide
synthase and suppresses its enzyme activity in RAW 264.7 cells, Int Immunopharmacol. 11(2):179-186.
Berghaus, L.J., Moore, J.N., Hurley, D.J., Vandenplas, M.L., Fortes, B.P.,Wolfert, M.A., and Boons, G.J., 2009, Innate Immune Responses ofPrimary Murine Macrophage-lineage Cells and RAW 264.7 Cells toLigands of Toll-like Receptors 2, 3, and 4, Comp Immun Microbiol Infect
Dis , 33(5):443-54.
Bertolini, A., Ottani A., and Sandrin, M., 2001, Dual acting anti-inflamatory
drugs: a reapprasial, Pharmacological research, 44:437-450.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Asadullah%20K%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Sabat%20R%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Friedrich%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Volk%20HD%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Sterry%20W%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Ben%20P%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Liu%20J%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lu%20C%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Xu%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Xin%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Fu%20J%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Huang%20H%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Zhang%20Z%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gao%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Luo%20L%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Yin%20Z%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Curcumin+promotes+degradation+of+inducible+nitric+oxide+synthase+and+suppresses+its+enzyme+activity+in+RAW+264.7+cellshttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Curcumin+promotes+degradation+of+inducible+nitric+oxide+synthase+and+suppresses+its+enzyme+activity+in+RAW+264.7+cellshttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Curcumin+promotes+degradation+of+inducible+nitric+oxide+synthase+and+suppresses+its+enzyme+activity+in+RAW+264.7+cellshttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Curcumin+promotes+degradation+of+inducible+nitric+oxide+synthase+and+suppresses+its+enzyme+activity+in+RAW+264.7+cellshttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Yin%20Z%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Luo%20L%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gao%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Zhang%20Z%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Huang%20H%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Fu%20J%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Xin%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Xu%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lu%20C%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Liu%20J%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Ben%20P%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21094287http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Sterry%20W%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Volk%20HD%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Friedrich%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Sabat%20R%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Asadullah%20K%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15180472 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
35/45
35
CCRC, 2000 a, Prosedur Tetap Pembuatan Media , Cancer ChemopreventionResearch Center Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
CCRC, 2000 b, Prosedur Tetap Cell Thawing , 2, Cancer ChemopreventionResearch Center Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
CCRC, 2008, Uji imunositokimia, Protokol in vitro 12. Imunositokimia ,Fakultas farmasi UGM, Yogyakarta.
Coneski, P.N., and Schoen, M.H., 2012, Nitrit oxide release part IIImeasurenment and reporting, Cehem.Soc.Rev, 41:3753-3758.
Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik , Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta, hal: 3-5.
Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat ,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal :5.
Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I , Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, hal: 24, 73 dan 154.
Diliwiyani, S., 2013, Efek sitotosik kombinasi kombinasi ekstrak temulawak,kunyit, dan jah merah pada sel MCF-7 dan pengaruhnya pada induksiapoptosis, Skripsi , Jurusan Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman,Purwokerto. Tidak dipublikasikan.
Dugasani, S., Pichika, M.R., Nadarajah, V.D., Balijepali, M.K., Tandra, S., and Korlakunta, J.N., 2010, Comparative antioxidant and antiinflamatoryeffects of 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol and 6-shogaol, Journal of
Ethnopharmacology , 127: 515-520.
Ekowati, H., Achmad, A., Prasasti, E., Wasito, H., Sri, K., Hidayati, Z., andEkasar, T., 2012, Zingiber officinale, Piper retrofractum and CombinationInduced Apoptosis and p53 Expression in Myeloma and WiDr Cell Lines,
Hayati , 19(3): 137-140.
Ekowati, H., Sarmoko., and Widiastuti, R., 2013, Combination of three species of
Zingiberaceae prevents doxorubicin-induced hepatotoxicity, UNIVERSA MEDICINA, 32(1):11-19.
Gallin, J.I, and Snydermn, R., 1999, Inflamation Basic Principil and ClinicalCarletes Third Edition , Lippincott Willams and Wikin, USA.
Hadi, G.P.S., 2012, Efek Kardioprotektif Kombinasi Curcuma xanthorriza,Curcuma domestica , dan Zingiber officinale terhadap Tikus yangDiinduksi Doksorubisin, Skripsi , Jurusan Farmasi, Universitas JenderalSoedirman, Purwokerto. Tidak dipublikasikan.
Harris, R.A., 2012, Potensi mieloprotektif Kombinasi Curcuma xanthorriza,
Curcuma domestica , dan Zingiber officinale terhadap perubahan biokimia
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
36/45
36
pada tikus yang Diinduksi Doksorubisin dan formulasi sediaannya,Skripsi , Jurusan Farmasi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Tidak dipublikasikan.
Hayouni, E., Abedraba, M., Bouix, M., and Hamadi, 2007, The effect solvent andextraction method on content and biological activities in vitro of TunisianQuereus coccifera L. and Juniperus phonicea L. fruit extracts, FoodChem , 105, 1126-1134.
Hsueh, R., and Roach, T., 2003, Passage Procedure for RAW 264.7Cells , http://www.signaling-gateway.org/data/cgi
bin/ProtocolFile.cgi/afcs_PP00000159.pdf?pid=PP00000159
Ha, S.K., Moon, E., Ju, S.M., Kim, D.H., Ryu, J.H., Oh, M.S., and Kim, S.Y.,2012, 6-Shogaol, a ginger product, modulates neuroinflammation: A newapproach to neuroprotection, Neuropharmacology , 63: 211-223.
Itokawa, H., Shi, Qhi, Akiyama, T., Morrisnatschke, S.L., and Lee, K.H., 2008,Recent advances in the investigation of curcuminoids, Biomed central, 3(11): 1-13.
Janakiram, N.B., and Rao, C.V., 2012, Chemoprevention of Colon Cancer byiNOS-Selective Inhibitors, For Immunopathol Dis Therap, 3(2): 155 167.
Jayaraman, P., Parikh, F., Rivera, E.L., Hailemichael, Y., Clark, A., Ma, G.,Cannan, D., Ramacher, M., Kato, M., Overwijk, W.W., Chen, S.H.,Umansky., and Sikora, G., 2012, Tumor-expressed iNOS control inductionof functional myeloid derived suppressor cell (MDSC) through moduluationof VEGF release, J Immunol , 188(11):5365-5376.
Jin, M., Suh, S.J., Yang, J.H., Lu, Y., Kim, S.J., Kwon, S.Y., Jo, T.J., Kim, J.W., park, Y.I., Ahn, G.W., Lee, C.K., Kim, C.H., Son, J.K., Son, J.H., and Chang, H.W., 2010, anti-inflamatory activity of bark of Dioscorea batatasDECNE through the inhibition iNOS and COX-2 expression in RAW 264,7cells viaNF- B and ERK1/2 inactivation, food and chemical toxicology , 48:3073-3079.
Jung K.K. , Lee H.S. , Cho J.Y. , Shin W.C. , Rhee M.H. , Kim T.G. , Kang J.H. , KimS.H. , Hong S. , and Kang S.Y. , 2006, Inhibitory effect of curcumin on nitricoxide production from lipopolysaccharide-activated primary microglia, LifeSci, 79(21):2022-31.
Juskewitch, J.E. , Platt, J.L. , Knudsen, B.E. , Knutson, K.L. , Brunn, G.J. , andGrande, J.P. , 2012, Disparate roles of marrow- and parenchymal cell-
http://www.signaling-gateway.org/data/cgi%20bin/ProtocolFile.cgi/afcs_PP00000159.pdf?pid=PP00000159http://www.signaling-gateway.org/data/cgi%20bin/ProtocolFile.cgi/afcs_PP00000159.pdf?pid=PP00000159http://www.signaling-gateway.org/data/cgi%20bin/ProtocolFile.cgi/afcs_PP00000159.pdf?pid=PP00000159http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jung%20KK%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lee%20HS%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Cho%20JY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Shin%20WC%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Rhee%20MH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20TG%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kang%20JH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20SH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20SH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Hong%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kang%20SY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Juskewitch%20JE%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Platt%20JL%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Knudsen%20BE%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Knutson%20KL%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Brunn%20GJ%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Grande%20JP%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Grande%20JP%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Brunn%20GJ%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Knutson%20KL%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Knudsen%20BE%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Platt%20JL%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Juskewitch%20JE%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kang%20SY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Hong%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20SH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20SH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kang%20JH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20TG%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Rhee%20MH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Shin%20WC%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Cho%20JY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lee%20HS%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jung%20KK%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=16934299http://www.signaling-gateway.org/data/cgi%20bin/ProtocolFile.cgi/afcs_PP00000159.pdf?pid=PP00000159http://www.signaling-gateway.org/data/cgi%20bin/ProtocolFile.cgi/afcs_PP00000159.pdf?pid=PP00000159 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
37/45
37
derived TLR4 signaling in murine LPS-induced systemic inflammation, Sci Rep , 2:918.
Kang, C.H. , Kim, M.J. , Seo, M.J. , Choi, Y.H. , Jo, W.S. , Lee, K.T. , Jeong, Y.K. ,and Kim, G.Y. , 2013, 5-Hydroxy-3,6,7,8,3'4'-hexamethoxyflavone inhibitsnitric oxide production in lipopolysaccharide-stimulated BV2 microglia via
NF- B, Food Chem Toxicol, 57:119-25.
Kim, S., Shin, S., Hyun, B., Kong, H., Han, S., Lee, A., Lee, S., and Kim, K.,2012, Immunomodulatory Effects of Dioscoreae Rhizome AgainstInflammation through Suppressed Production of Cytokines Via Inhibition ofthe NF- B Pathway, Immune Network , 12(5): 181-188.
Kim K.M. , Pae H.O. , Zhung M. , Ha H.Y. , Ha Y.A. , Chai K.Y. , Cheong Y.K. ,
Kim J.M. , and Chung H.T. , 2008, Involvement of anti-inflammatory hemeoxygenase-1 in the inhibitory effect of curcumin on the expression of pro-inflammatory inducible nitric oxide synthase in RAW264.7 macrophages,
Biomed Pharmacother , 62(9):630-636.
Lee, H.S., Ryu, D.S., Lee, G.S., and Lee, D.S., 2012, Anti- inammatory effectsof dichloromethane fraction from Orostachys japonicus in RAW264.7 cells: Suppression of NF- B activation and MAPK signaling,
Journal of Ethnopharmacology , 140: 271 276.
Lee, P.Y. , Kumagai, Y. , Xu Y. , Li Y. , Barker T. , Liu C. , Sobel E.S. , Takeuchi,O., Akira, S. , Satoh, M. , and Reeves W.H. , 2010, IL- 1 modulatesneutrophil recruitmentin chronic inflammation induced by hydrocarbon oil,
J Immunol . 186(3):1747-54.
Lee, T.Y., Lee, K.C., Chen, S.Y., and Chang, H., 2009, 6-Gingerol inhibits ROSand iNOS through the suppression of PKC- and NF -B pathways inlipopolysaccharide-stimulated mouse macrophags, BBRC , 382:134-139
Li, X., and Xu, W., 2010. TLR4-mediated activation of macrophages by the polysaccharidefraction from Polyporus umbellatus (pers.), Fries. Journalof Ethnopharmacology , 135: 1 6.
Lukita-Atmadja, W., Ito, Y., Baker, G.L., and McCuskey, R.S., 2002. Effect of
curcuminoids as anti-inflammatory agents on the hepatic microvascularresponse to endotoxin. SHOCK . 17 (5): 399 403.
Lundberg, I.E., 2000, The role of cytokines, chemokines, and adhesion moleculesin the pathogenesis of idiopathic inflammatory myopathies, Current
Rheumatology Report, 2:216-224.
Ma, W., Dumont, Y., Vercauteren, F., and Quirion, R., 2009, Lipopolysaccharideinduces calcitonin gene-related peptide in theRAW 264, 7 macrophage cellline, The journal of cell, moleculs, system and technologies , 130, 399 409
Mitchell, R.N, and Cotran, R.S, 2003, Acute and Cronic Inflammation , DalamS.L. Robbins.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kang%20CH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20MJ%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Seo%20MJ%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Choi%20YH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jo%20WS%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lee%20KT%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jeong%20YK%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20GY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20KM%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Pae%20HO%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Zhung%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Ha%20HY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Ha%20YA%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chai%20KY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Cheong%20YK%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20JM%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chung%20HT%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lee%20PY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kumagai%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Xu%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Li%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Barker%20T%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Liu%20C%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Sobel%20ES%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Takeuchi%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Takeuchi%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Akira%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Satoh%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Reeves%20WH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Reeves%20WH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Satoh%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Akira%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Takeuchi%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Takeuchi%20O%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Sobel%20ES%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Liu%20C%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Barker%20T%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Li%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Xu%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kumagai%20Y%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lee%20PY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=21191074http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chung%20HT%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20JM%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Cheong%20YK%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chai%20KY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Ha%20YA%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Ha%20HY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Zhung%20M%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Pae%20HO%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20KM%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=18325727http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20GY%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jeong%20YK%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Lee%20KT%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jo%20WS%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Choi%20YH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Seo%20MJ%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kim%20MJ%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Kang%20CH%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23542513http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23213355http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23213355 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
38/45
38
Mueller, M., Hobiger, S., and Jungbauer, A., 2010, Anti- inammatory activity ofextracts from fruits, herbs and spices, Food Chemistry 122: 987 996.
Olivia F., Alam S., And Hadibroto I., 2006, Seluk Beluk Food Supplement ,Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, p: 166.
Ravindran, P.N, and Babu, K.N., 2005, Ginger The Genus Zingiber , CRC Press, New York.
Rustam, E., Atmasari, I., and Yanwirasti, 2007, Efek Antiinflamasi Ekstrak EtanolKunyit ( Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar,
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi , 12(2), 112-115.
Shim, S., Kim, S., Choy D.S., Ckown Y.B., and Ckown J., 2011. Antiinflamatory
effects of 6-sogaol: Potential roles of HDAC inhibitions and HSP 70induction. Food and chemical toxicology . 49:2734-2740.
Solanki, P. , Aminoshariae, A. , Jin, G. , Montagnese, T.A. ,and Mickel, A. , 2013,The effect of docosahexaenoic acid (DHA) on expression of IL-1, IL-6, IL-8, and TNF- in normal and lipopolysaccharide (LPS) -stimulatedmacrophages, Quintessence Int , 44(6): 393.
Srivastava, R.M., Singh, S., Dubey, S.K., Misra S.K., and Khar, A., 2011,Immunomodulatory and therapeutic activity of curcumin, International
Immunopharmacology , 11: 331-341.
Sun, J., Zhang, X., Broderick, M., and Fein, H., 2003, Review measurement ofnitic oxide production in biological system by using griess reaction assay,Sensor , 3, 276-284.
Tilgh, H., Wilmer, A., Vogel,W., Herold, M., Nolchen, B., Judmaier, G., and Huber, C., 1992, Serum level of cytokines in cronic liver diseases.Gastroenterology , 103:264-274.
Varin, A. , and Gordon, S. ,2009, Alternative activation of macrophages: immunefunction and cellular biology , Immunobiology. 214(7):630-41.
Yadav, V. ,Mallappa, C. ,Gangappa, S.N. , Bhatia, S. , and Chattopadhyay, S. , 2005,A Basic Helix-Loop-Helix Transcription Factor in Arabidopsis, MYC2,Acts as a Repressor of Blue Light Mediated Photomorphogenic Growth, The
Plant Cell Preview, 17(7):1953-66.
Yue, G.G.L., Chan, B.C.C., Hon, P.M., Lee, M., Fung, K.P., Leung, P.C., and Lau,C., 2010, Evaluation of in vitro anti-proliferative and immunomodulatoryactivities of compounds isolated from Curcuma longa, Food ChemToxicology, 48(8-9): 2011 2020.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Solanki%20P%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Aminoshariae%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jin%20G%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Montagnese%20TA%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Mickel%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Varin%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gordon%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Yadav%20V%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Mallappa%20C%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gangappa%20SN%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Bhatia%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chattopadhyay%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Chattopadhyay%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Bhatia%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gangappa%20SN%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Mallappa%20C%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Yadav%20V%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=15923349http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Gordon%20S%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Varin%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=19264378http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Mickel%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Montagnese%20TA%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Jin%20G%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Aminoshariae%20A%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Solanki%20P%5BAuthor%5D&cauthor=true&cauthor_uid=23534044 -
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
39/45
39
LAMPIRAN
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
40/45
40
Lampiran 1. Hasil Determinasi Temulawak
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
41/45
41
Lampiran 2. Hasil Determinasi Kunyit
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
42/45
42
Lampiran 3. Hasil Determinasi Jahe merah
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
43/45
43
Lampiran 4. Absorbansi Kurva Baku NaNO 2
Konsentrasi (M) Absorbansi25 0,05950 0,11275 0,155
100 0,228125 0,282150 0,370175 0,391200 0,448
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
44/45
44
Lampiran 5. Analisis hasil kadar NO kombinasi ekstrak temulawak, kunyit dan jahe merah
Tests of Normality
Tekuja
Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
NO 0 .210 6 .200 * .945 6 .701
250 .328 6 .043 .759 6 .024
500 .198 6 .200 * .928 6 .565
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Shapiro-wiki data terdistribusi normal
ANOVA
NO
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2992.953 2 1496.477 13.230 .000
Within Groups 1696.689 15 113.113
Total 4689.643 17
Berdasarkan uji anova terdapat perbedaan bermakna diantar data diatas
dikarenakan nili p
-
8/11/2019 Fikar (Repaired).docx
45/45
45
Multiple Comparisons
NOTukey HSD
(I)
Tekuja
(J)
Tekuja
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
0 250 22.53333 * 6.14038 .006 6.5839 38.4828
500 30.43500 * 6.14038 .000 14.4856 46.3844
250 0 -22.53333 * 6.14038 .006 -38.4828 -6.5839
500 7.90167 6.14038 .424 -8.0478 23.8511
500 0 -30.43500 * 6.14038 .000 -46.3844 -14.4856
250 -7.90167 6.14038 .424 -23.8511 8.0478
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Berdasarkan uji HSD Tukey index kepercayaan antara konsentrasi 250g dan500g melewati nilai 0 maka tidak terdapat perbedaan bermakna diantarkeduanya. Indek kepercayaan antar konsentrasi 0g dan 250g serta 0g dan500g tidak melewati angka 0 maka terdapat perbedaan bermakna diantarakeduanya