fgd - isi
-
Upload
muhammad-ali-syahrun-mubarok -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of fgd - isi
-
8/19/2019 fgd - isi
1/19
JUDUL SKENARIO
PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA BISSINOSIS
Dokter tuti seorang dokter perusahaan pemintal benang selama lima
tahun, dalam dua bulan terakhir angka absensi dari tenaga kerja meningkat 10%.
Peningkatan angka absensi disebabkan banyaknya tenaga kerja yang sakit
dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas menjangkit tenaga kerja yang telah
bekerja selama lima tahun ke atas berjumlah dua puluh orang. Lima orang dari
bagian gudang, dua belas orang dari bagian produksi, dan tiga orang dari
bagian penjaminan mutu. Sesak nafas dirasakan di awal minggu shift kerja dan
berkurang ketika tenaga kerja libur. Semakin hari dirasakan semakin berat,
sementara tenaga kerja selama berkerja tidak menggunakan alat pelindung diri
dengan alasan kenyamanan. edua puluh orang tenaga kerja tersebut pada
pemeriksaan awal tidak ditemukan gangguan pernafasan maupun riwayat asma
pada rekam mediknya.
-
8/19/2019 fgd - isi
2/19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung
pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun
cara kerja. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam
lima golongan antara lain: golongan fisik (suara (bising), radiasi, suhu
(panasdingin), tekanan yang sangat tinggi, !ibrasi, penerangan lampu yang
kurang baik), golongan kimia"i (bahan kimia"i yang digunakan dalam
proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat
berbentuk debu, uap, gas, larutan, a"an atau kabut), golongan biologis
(bakteri, !irus atau jamur), golongan fisiologis (biasanya disebabkan oleh
penataan tempat kerja dan cara kerja), golongan psikososial (lingkungan
kerja yang mengakibatkan stres).
Kemajuan sektor industri di #ndonesia meningkat dari tahun ke
tahun, peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara.
$engan majunya industri maka terbukalah lapangan kerja buat masyarakat,
daerah di sekitar perindustrian juga berkembang dalam bidang sarana
transportasi, komunikasi, perdagangan dan bidang lain. %emua hal ini akan
meningkatkan taraf ekonomi dan sosial masyarakat. $i lain pihak, kemajuan
ekonomi merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang
lingkup yang lebih luas. &eskipun perkembangan industri yang pesat dapat
meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa terjadi
pada masyarakat. %alah satu dampak negatif adalah terhadap paru para
pekerja dan masyarakat di sekitar daerah perindustrian. 'al ini disebabkan
pencemaran udara akibat proses pengolahan atau hasil industri tersebut.
erbagai at dapat mencemari udara seperti debu silica, batu bara, semen,
-
8/19/2019 fgd - isi
3/19
kapas, asbes, at*at kimia, gas beracun, dan lain*lain. +ergantung dari jenis
paparan yang terhisap, berbagai penyakit paru dapat timbul pada para
pekerja, salah satunya adalah pneumoconiosis. Pneumoconiosis adalah suatu
kelainan yang terjadi akibat penumpukan debu dalam paru dan timbulnya
reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Kelainan akibat pajanan debu silica
(silikosis), asbes (asbestosis), timah (stanosis), penumokoniosis batu bara,
dan debu organik (bissinosis). Pengetahuan yang cukup tentang dampak
debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi
dan melakukan usaha pencegahan.
%alah satu bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh karena
penghisapan debu kapas, hemp atau fla sebagai bahan dasar tekstil adalah
isinosis. $iagnosis bisinosis ditegakkan atas dasar gejala subjektif. $alam
bentuk dini bisinosis berupa dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada
hari kerja pertama sesudah hari libur akhir minggu (selanjutnya disebut hari
%enin). -ejala khas yang hanya ditemukan pada bisinosis itu disebut
&onday feeling, &onday fe!er, &onday morning fe!er, &onday morning
chest tightness atau &onday morning asthma. Keluhan ini diduga karena
terjadi obstruksi saluran napas, obstruksi yang terjadi ini disebut obstruksi
akut. ila pekerja tidak dipindahkan dari lingkungan yang berdebu maka
obstruksi akut yang mula*mula re!ersibel akan menetap. bstruksi yang
dapat ditemukan pada pekerja sebelum mereka bekerja pada hari pertama
setelah istirahat pada hari libur disebut obstruksi kronis. 'al ini dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan fungsi paru. %edangkan jangka "aktu untuk
terjadinya obstruksi kronis tergantung banyak hal seperti kadar debu, lama
paparan, kebiasaan merokok, dan sebagainya.
1.2. RUMUSAN MASALAH
* agaimana mengetahui gejala dan penatalaksanaan penyakit paru
akibat kerja/
* agaimana mendiagnosa penyakit akibat kerja/
* Apa faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat
-
8/19/2019 fgd - isi
4/19
kerja/
* agaimana merencanakan program pencegahan dan penanggulangan
penyakit akibat kerja/
1.3. TUJUAN
1.3.1. TUJUAN UMUM
0ntuk mengetahui pengaruh paparan debu kapas terhadap
kesehatan dan kualitas para pekerja dan hal yang terkait lainnya.
1.3.2. TUJUAN KHUSUS
* 0ntuk mengetahui gejala dan penatalaksanaan penyakit paru
akibat kerja.
* 0ntuk mengetahui bagaimana mendiagnosa penyakit akibat
kerja.
* 0ntuk mengetahui faktor lingkungan kerja yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja.
* 0ntuk dapat merencanakan program pencegahan dan
penanggulangan penyakit akibat kerja.
-
8/19/2019 fgd - isi
5/19
BAB II
ANALISIS KASUS
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
1.2.2. $efinisi
Kata bisinosis berasal dari perkataan 3unani byssos yang
berarti fine fla atau fine linnen yang dihasilkan tanaman fla.
Penyakit isinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan
oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang
kemudian terhisap ke dalam paru*paru. $ebu kapas atau serat kapas
ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil,
perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain
yang menggunakan kapas atau tekstil4 seperti tempat pembuatan
kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya. (2) $alam literatur
lain juga dikatakan bisinosis adalah penyakit paru akibat kerja
dengan karakterisasi penyakit saluran pernafasan akut atau kronis
yang dijumpai pada pekerja pangolahan kapas (1).
0mumnya penyakit paru lingkungan berlangsung kronis
menetap kadang*kadang sulit diketahui kapan mulainya, terpapar
oleh polutan jenis apa atau saat pekerja bekerja di bagian mana dari
tempat kerjanya mendapatkan paparan. +erutama bila pekerja juga
seorang perokok. Pasien umumnya mengeluh sesak napas, batuk*
batuk, mengi, batuk mengeluarkan dahak. Pasien penyakit paru kerja
umumnya mengeluh penyakit paru (asma) timbul atau makin berat
apabila ia berada di tempat kerja dan berkurang lagi apabila keluar
dari tempat tersebut. Karena polutan berefek tidak hanya pada paru
tetapi juga pada organ di luar paru, maka pasien juga bisa mengeluh
akibat proses*proses*di luar paru yang mungkin timbul. (5)
-
8/19/2019 fgd - isi
6/19
1.2.1. Pre!alensi
Pre!alensi asma akibat kerja berbeda antara satu bangsa
dengan yang lain dan bergantung pada lingkungan pekerjaan.
&enurut perkiraan, 16 dari semua asma adalah asma akibat kerja.
$i 7epang diduga bah"a 286 dari semua asma pada pria disebabkan
akibat kerja dan di Amerika 96 dari populasi, yaitu sekitar juta
orang menderita asma akibat kerja. %chilling pernah melaporkan
adanya bisinosis yaitu suatu jenis asma akibat debu kapas pada
sekitar 1;*6. Pekerja yang bekerja pada bagian pembersihan kapas untuk
dipintal, pembersihan mesin*mesin tersebut mempunyai risiko paling
tinggi terjadinya bissinosis.!"#
1.2.9. =tiologi
Penyebab yang sebenarnya tidak diketahui tapi secara umum
diterima bah"a penyakit ini disebabkan pajanan terhadap kapas,
-
8/19/2019 fgd - isi
7/19
rami halus, dan rami. Ada beberapa bukti bah"a debu oni dapat
jugs mengakibatkan keadaan yang sama. Pekerja kapas yang paling
berisiko adalah mereka yang berada di kamar peniup dan penyisir
tempat pajanan terhadap debu kapas mentah paling tinggi. &ereka
yang bertanggung ja"ab untuk membersihkan mesin peniup (#an
mein penyisir, misalnya pembersih dan penggiling memiliki risiko
yang paling tinggi.(1)
1.2.8. Patofisiologi
%esudah debu inorganik dan bahan pertikel terinhalasi akan
melekat pada permukaan mukosa saluran napas (bronkiolus respira*
torius, duktus al!eolaris dan al!eolus) karena tempat tersebut basah
sehingga mudah ditempeli debu.
Pada a"alnya ?paru memberikan respons berupa inflamasi dan
fagositosis terhadap debu tadi oleh makrofag al!eolus. &akrofag
memfagositosis debu dan memba"a partikel debu ke bronkiolus
terminalis. $i situ dengan gerak mukosiliar debu diusahakan keluar
dari paru. sebagian partikel debu diangkut ke pembuluh limfe sampai
limfonodi regional di hilus paru. ila paparan debu banyak, di mana
gerak mukosiliar sudah tidak mampu bekerja, maka debupartikel
akan tertumpuk di permukaan mukosa saluran napas, akibatnya
partikel debu akan tersusun membentuk anyaman kolagen dan fibrin
dan akibatnya paru (saluran napas) menjadi kaku sehingga
$omplian$e paru menurun. Penyakit paru akibat tertimbunnya
debupartikel di paru atau saluran napas disebut pneumoconiosis.
%esudah terjadi pneumokoniosis, misalnya paparan debu sudah
berhenti, maka fibrosis paru yang telah terjadi tidak dapat hilang.(1)
Kelainan paru pada pasien byssinosis berupa bronkitis kronis,
yang kadang*kadang disertai wheeing, diduga erat hubungannya
dengan adanya endotoksin (suatu lipopolisakarida) yang dikeluarkan
oleh bakteri yang mengkontaminasi partikel debu dan kapas.
-
8/19/2019 fgd - isi
8/19
=ndotoksin inilah yang diduga sebagai penyebab timbulnya kelainan
paru tadi. Para ahli telah yakin bah"a endotoksin ini adalah sebagai
penyebabnya dikuatkan oleh percobaan*percobaan simulasi yang
telah dikerjakan pada pekerja atau he"an coba di laboratorium (5)
1.2.>. Klasifikasi
%chilling pada tahun 288 membagi bisinosis secara klinis
yang ditandai dengan huruf @ dalam derajat @l dan @1. Kemudian
%chilling dan atford pada tahun 2>5 menambahkan derajat @21
dan @5, sehingga derajat bisinosis de"asa ini dibagi dalam empat
derajat sebagai berikut:a. $erajat @21: dada rasa tertekan dan atau sesak napas yang
kadang*kadang timbul pada hari %enin b. $erajat @l: dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada
setiap hari %eninc. $erajat @1: dada rasa tertekan dan atau sesak napas pada hari
%enin dan hari kerja lainnyad. $erajat @5: derajat @1 disertai sesak napas yang menetap (8)
1.2.B. -ejala klinis
Penyakit ini memiliki ciri napas pendek dan dada sesak. -ejala
paling nyata dialami pada hari pertama hari kerja seminggu (C%esak
pada senin pagiC). &ungkin disertai batuk yang lama*kelamaan
menjadi basah berdahak. pengukuran fungsi paru (sebelum dan
sesudah giliran tugas) dapat menghasilkan penurunan F=D2
melampaui giliran tugas. Pada sebagian besar indi!idu, temuan ini
akan berkurang atau hilang pada hari kedua bekerja. $engan pajanan
yang berkepanjangan, baik gejala mau pun perubahan fungsi akan
menjadi lebih berat dan mungkin akan menetap selama seminggu
kerja. Pada pekerja yang sudah lama terpajan selama bertahun*tahun,
adanya ri"ayat dispnue saat melakukan kegiatan adalah temuan
yang biasa. +idak ditemukan tanda yang khas pada pemeriksaan
fisik.(1)
-
8/19/2019 fgd - isi
9/19
&asa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 8
tahun. +anda*tanda a"al penyakit bisinosis ini berupa sesak napas,
terasa berat pada dada, terutama pada hari %enin (yaitu hari a"al
kerja pada setiap minggu). %ecara psikis setiap hari %enin bekerja
yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada
serta sesak nafas. Eeaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke
dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala a"al bisinosis.
Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut
biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin
juga disertai dengan emphysema.(2)
1.2.
-
8/19/2019 fgd - isi
10/19
a. Anamnesis
$alam penegakan diagnosis penyakit paru lingkungan atau
penyakit paru kerja, maka anamnesis tentang ri"ayat pekerjaan
atau lingkungan merupakan suatu alat yang amat berguna dalam
menentukan apakah suatu problem respirasi ada hubungannya
dengan suatu paparan debu tertentu. Pertanyaan pada anamnesis
harus sistematis, lengkap, dan kronologis. Anamnesis rneliputi
pertanyaan tentang:
* Ei"ayat penyakit paru dan kesehatan umum.
Adanya keluhan: sesak napas, batuk lama, batuk
berdahak, napas berbunyi (mengi), kesulitan napas.
* Adanya ri"ayat merokok, jenis rokok, jumlah rokok
yang dikonsumsi rerata tiap hari.
* Problem pernapasan sebelumnya, obat*obatan yang
dikonsumsi.
* agi pekerja apakah ada hari*hari tidak dapat masuk
kerja dan apa alasannya.
* Kapan keluhan*keluhan di atas mulai dan apakah
ada hubungan dengan pekerjaan.
* Ei"ayat penyakit dahulu apakah sebelumnya
menderita : asma, atopi, penyakit kardiorespirasi.
* Paparan bahan*bahan yang pernah diterimanya:
kebisingan, getaran, radiasi, at*at kimia"i, asbes
dan sebagainya.
Ei"ayat pekerjaan:
* $aftar pekerjaan yang pernah dialami sejak a"al
(kronologis).
-
8/19/2019 fgd - isi
11/19
* Akti!itas kerja dan material yang digunakan tiap
posisi (bagian tugas).
* ama dan intensitas paparan bahan pada tiap posisi
kerja.
* Alat proteksi kerja yang digunakan (respirator,
sarung tangan, baju pelindung kerja dan
sebagainya).
* Kecukupan !entilasi ruang kerja.
* %elain seorang pekerja apakah pekerja*pekerja lain
juga terkena paparan dan berefek pada
kesehatannya.
* +ugas tambahan lain yang dialami.
* Paparan lain (yang dialami) di luar tempat kerja
* Penyakit*penyakit yang pemah diderita (kronologis)
yang ada hubungannya dengan paparan bahan di
tempat kerja atau lingkungan.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan seluruh tubuh, meliputi:
* Paru: suara mengi, ekspirasi diperpanjang, ronki
kering, ronki basah, dan ada daerah dada yang
retraksi (saat inspirasi)
* 7antung&$oronary artery disease, gagal jantung
kongestif
* ainnya: obesitas, keadaan neuromuskuloskeletal,
dan jari tabuh.
c. Pemeriksaan penunjang
* +hora PA
-
8/19/2019 fgd - isi
12/19
&erupakan tes diagnostik yang amat penting
terutama untuk pneumokoniosis. $alam beberapa
keadaan diagnosis penyakit paru sudah dapat ditegakkan
dengan foto toraks dan ri"ayat paparan yang tepat
(silikosis, coal "orkers? pneumonkoniosis ataupun
asbestosis dengan kelainan pleural), meskipun ada
penumonkoniosis simtomatis tetapi foto toraks normal.
* @+*%can
Penggunaan tes diagnostik ini sekarang meningkat
utamanya untuk deteksi asbestosis. 'al ini karena hasil
deteksi adanya asbestosis dengna foto toraks
kon!ensional kurang sensitif, kesalahan sekitar 2;*286.
ebih tepat lagi hasilnya apabila menggunakan 'igh(
resolution $omputed tomographi$ ('E@+) S$anning,
dapat lebih baik dalam menge!aluasi kelainan pada
pleura maupun parenkim paru.
* +es Faal Paru
+es fungsi paru saat istirahat (spirometri, !olume
paru, kapasitas difusi), merupakan tes diagnostik yang
penting untuk menentukan status fungsi paru pasien
dengan penyakit paru kerja, terlebih pada proses
interstitial. &eskipun hasil tes fungsi paru tidak spesifik
untuk beberapa penyakit paru kerja, tetapi amat penting
untuk e!aluasi sesak napas, membedakan adanya
kelainan paru tipe restriktif atau obstruktif dan
mengetahui tingkat gangguan fungsi paru. %elain itu tes
fungsi paru dapat dipakai untuk diagnosis adanya
kelainan obstruksi saluran napas (adanya hiperreaktif
bronkus dengan tes bronkodilator atau tes pro!okasi
memakai paparan bahan*bahan yang diambil dari tempat
-
8/19/2019 fgd - isi
13/19
kerja atau lingkungannya). +es pro!okasi untuk
menentukan diagnosa asma kerja mengunakan paparan
bahan yang dicurigai sebagai pemicu serangan
merupakan baku emas diagnosis asma kerja. 0ji latih
jantung paru dapat dilakukan untuk menilai gangguan
fungsi dan progresi!itas penyakit pada pasien dengan
penyakit paru kerja tertentu. %elain itu juga dapat dipakai
untuk menentukan penyebab sesak napas. Apakah dari
paru, jantung atau penyebab lainnya.
* ronkoskopi
3ang dilakukan adalah bronkoskopi dengan
transbronkial biopsi atau la!age bronkoal!eolar dapat
membantu dalam diagnosis penyakit paru kerja. iopsi
transbronkial untuk mengambil spesimen untuk
diagnosis pneumonitis atau fibrosis interstitial, proses
granulomatosa interstitial (sarkoidosis, beriliosis,
pneumonitis hipersensitif, proses keganasan dan
sebagainya). ahan dari la!ase bronko*al!eolar dapat
dipakai untuk mendeteksi (jenis) partikel debu penyebab
penyakit paru kerja. (9)
1.2.. Penanganan
isinosis ringan atau dini kemungkinan masih re!ersibel
sedangkan penyakit yang berat dan kronis tidak. Pasien dengan
gejala khas dan menunjukkan penurunan F=D2 2;6 atau lebih harus
dipindahkan ke daerah yang tidak terpajan. Pasien dengan
penyumbatan jalan napas sedang atau berat, misalnya F=D2 lebih
rendah dari >;6 dari nilai yang diperkirakan, juga harus baik tidak
terpajan lebih lanjut.(1)
-
8/19/2019 fgd - isi
14/19
Pengobatan terpenting bagi pasien bisinosis adalah
menyingkirkannya dari lingkungan kerja yang potensial risiko tinggi.
$alam pelaksanaannya biasanya para pekerja dilakukan putar kerja.
0ji faal paru serial perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan faal
paru masing* masing pekerja pada akhir "aktu tertentu. +idak ada
obat spesifik untuk bissinosis dan bila ada tanda*tanda obstruksi
bronkus dapat diberikan bronkodilator.(>)
1.2.2;. Pencegahan
* Kontrol kadar debu dalam lingkungan* Pemantauan medis agar bisinosis dan obstruksi saluran nafas
dapat ditemukan dan dicegah sedini mungkin* &enggunakan alat pelindung diri* kontrol kesehatan rutin.(B)
-
8/19/2019 fgd - isi
15/19
2.2. KAUSA DAN ALTERNATIF KAUSA
AP$ Perilaku
Penggunaan G reg. AP$ $ebu Kapas
Dentilasi
Faktor*faktor lingkungan kerja yang berperan serta dapat menambah
beban kerja seseorang adalah sebagai berikut:
* AP$
Penggunaan alat pelindung diri berperan penting dalam
pencegahan bisinosis.
* Perilaku
Perilaku karya"an terhadap penggunaan AP$ sangat
berpengaruh. Karena jika AP$ telah disediakan, namun
kepatuhan karya"an kurang, maka kejadian bisinosis akan
meningkat.
Material SDM
PAK Bi!!i"#!i!$
Met#%e Ma&'i"e
-
8/19/2019 fgd - isi
16/19
* $ebu Kapas
$ebu kapas merupakan penyebab bisinosis. Penggunaan AP$
sangat disarankan untuk mencegah terjadinya bisinosis.
* Dentilasi
+erkait debu kapas, !entilasi berperan dalam sirkulasi udara di
dalam proses produksi.
2.3. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
erdasarkan analisa penyebab masalah, upaya pencegahan bisinosis
meliputi:
* &enggunakan AP$ saat bekerja dan e!aluasi kepatuhan penggunaan
AP$
* &enciptakan suasana rumah yang bersih untuk menghindari paparan
debu di udara
* &enghimbau untuk olahraga teratur dan tidak merokok
-
8/19/2019 fgd - isi
17/19
BAB III
Ho Kegiatan %asaran +arget Dolume
kegiatan
Eincian
pelaksanaan
okasi
pelaksanaan
+enaga
pelaksana
7ad
2. Penyuluhan Para pekerja
di pabrik
2;;6 dari
7ml
sasaran
2 hari Pemberian
materi
(penggunaan
AP$ dalam
dunia kerja)
Euang
pertemuan
pabrik
$okter 2 tah
1
1. Penga"asan Kader
kesehatan
perusahaan
2;;6 dari
jml sasaran
2 hari =!aluasi
penyerapan
materi
terhadap kader
kesehatan
perusahaan
Euang
pertemuan
pabrik
$okter +iap
bula
REN(ANA PROGRAM
-
8/19/2019 fgd - isi
18/19
BAB I)
KESIMPULAN DAN SARAN
*.1. KESIMPULAN
Pada proses pemintalan, limbah debu kapas paling banyak didapat
pada proses blo"ing dan carding. Penyakit yang akan timbul adalah
byssinosis (penyakit tergolong pneumoconiosis) yang berasal dari limbah
debu kapas kepada pekerja*pekerja dalam industri tekstil. Pencegahan
dengan menggunakan AP$ (alat pelindung diri) seperti: memakai safety
glasses, ear plug, ear muff, respirator dan lain*lain.
*.2. SARAN
* Pengadaan alat pelindung diri (masker) satu minggu sekali.
* %ebaiknya dilakukan pemeriksaan faal paru pada pemeriksaan kesehatan
a"al dan pada pemeriksaan kesehatan berkala sebaiknya dilakukan
pemeriksaan yang berbeda tergantung potensi paparannya.
* Pembersihan debu di tempat kerja sebaiknya jangan dilakukan dengan
sapu atau udara kompresor, tetapi sebaiknya dibersihkan dengan
pembasahan.
* %ebaiknya dilakukan pendidikan dan pelatihan tentang bahaya debu kapas
pada pekerja yang berkesinambungan.
* Perlu dilakukan pemantauan tempat kerja oleh perusahaan dan
pemeliharaan ketatarumahtanggaan yang rutin di tempat kerja.
-
8/19/2019 fgd - isi
19/19
$AF+AE P0%+AKA
2. 'and out, teknologi pengelolaan kesehatan masyarakat, dalam4
""".medicastore*files.com
1. %uryadi, dr. 1;2;. uku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Penerbit uku
Kedokteran =-@. 7akarta.
5. %udoyo, A.4 %etiyohadi, 4 Al"i, #4 %imadibrta, &K4 %etiati, %4 1;;>.
uku Ajar #lmu Penyakit $alam. Fakultas Kedokteran 0ni!ersitas
#ndonesia. 7akarta.
9. arat"idjaja, -K4 'arjono, K+41;;2. uku Ajar #lmu Penyakit $alam
jilid ##, ed. Ketiga. alai Penerbit Fakultas Kedokteran 0ni!ersitas
#ndonesia. 7akarta.
8. arata"idjaja, -K. 1;2;. isinosis dan hubungannya dengan obstruksi
akut: penelitian pada karya"an perusahaan tekstil di 7akarta dan
sekitarnya. $alam http:""".lontar.ui.ac.idopacthemeslibri1detail.
jsp/idI5;GlokasiIlokal. 7akarta.
>. $armanto, $4 1;;. Eespirologi (Eespiratory &edicine). Penerbit uku
Kedokteran =-@. 7akarta.
B. %usanto, $A. 1;2;. isinosis. Fakultas Kedokteran 0ni!ersitas #ndonesia.
7akarta.
http://www.medicastore-files.com/http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detailhttp://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detailhttp://www.medicastore-files.com/http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail