FELSPAR - NAD
Transcript of FELSPAR - NAD
PENYELIDIKAN AWAL TERHADAP FELSPAR UNTUK DIJADIKAN
BAHAN BAKU INDUSTRI KERAMIK
DI KAB. BENER MERIAH – PROV. NANGROE ACEH DARUSSALAM
OLEH:
GANJAR LABAIK
KELOMPOK PROGRAM PENELITIAN MINERAL
S A R I
Felspar merupakan salah satu diantara mineral non logam yang sangat banyak kegunaannya dalam berbagai industry hilir, misalnya industri keramik, kaca, bahan bangunan, kertas, cat, plastik, karet, tekstil, farmasi, kosmetik dan masih ratusan jenis kegunaan yang lainnya. Keberagaman fungsinya itu ditentukan oleh jenis feldspar itu sendiri berdasarkan komposisi kimia dan sifat fisik lainnya.
Dari hasil penyelidikan dilapangan diketahui bahwa endapan feldspar terdapat di dua lokasi, yaitu di daerah Br. Pepara, Kp. Suku Wih Ilang, Kecamatan Bukit (BM 16),
dan di daerah Kp. Bergang, Kec. Ketol ( AT-45), Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kedua lokasi tersebut cukup potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku keramik dengan sumberdaya hipotetik keduanya ± 6.500.000 m3. Sedangkan dari hasil pengujian awal di Laboratorium dengan analisa kimia dan analisa bakar menunjukkan kadar K2O 4,06-4,07%, Na2O: 2,25%; Fe2O3: 0,85-7,29%; CaO: 0,14-0,20% dan TiO2: 0,18 -0,22%. Analisa bakar menunjukkan warna setelah dibakar putih mengkilat, homogenitas leburan merata, tidak terdapat gelembug, massa gelas banyak dan tidak terdapat pori-pori
Mengacu pada SII No. 1275 – 1985 tentang spesifikasi felspar untuk glasir, maka endapan felspar yang terdapat di daerah penyelidikan dapat direkomendasikan untuk dimanfaatkan sebagai bahan glasir kelas-1. Selain itu jika mengacu pada standar industri keramik. dan SII No.1145 - 1984 sebagai stándar sfesifikasi, maka felspar tersebut dapat direkomendasikan untuk bahan Porselen, Saniter, Gerabah halus padat dan gerabah halus tidak padat, walaupun dengan catatan kadar besinya cukup tinggi. Untuk itu masih perlu dilakukan penelitian lanjut, agar diperoleh hasil yang lebih optimal dan akurat baik kualitas maupun kuantitasnya.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Felspar merupakan salah satu diantara mineral non logam yang sangat
banyak kegunaannya untuk berbagai industry hilir, misalnya dalam industri
keramik, kaca, bahan bangunan, kertas, cat, plastik, karet, tekstil, farmasi,
kosmetik dan masih ratusan jenis kegunaan yang lainnya.
1
Perkembangan produksi felspar beberapa tahun terakhir ini sebenarnya
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, walaupun pada umumnya
masih berbentuk “raw material”. Namun demikian yang menonjol justru
aktifitas impor yang semakin tinggi. Negara eksportir yang selama ini
berhubungan dengan Indonesia adalah, China, India, Malaysia dan Turki.
Paling tidak terdapat empat bidang kegiatan yang memanfaatkan
keunggulan sifat fisik dan kimia felspar, yaitu, bidang industri mesin, bahan
Keramik, industri kaca dan industri gelas. Melihat penggunaan seperti itu,
dinasa mendatang permintaan akan felspar akan kian terus meningkat
seiring dengan dinamika pembangunan dan bertambahnya penduduk.
Ditinjau dari sisi pemasokan dan permintaan, bahan galian ini tampaknya
tetap belum mencapai keseimbangan yang berarti, hal ini dikarenakan
kebutuhan domestik belum bisa terpenuhi sepenuhnya. Melihat
kecenderungan akan kebutuhan bahan mentah felspar saat ini maka
dianggap perlu untuk diselidiki lebih iintensip, agar komoditi felspar menjadi
bahan baku unggulan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maksud penelitian dan
pengembangan awal terhadap felspar yang dilakukan di di Kabupaten Bener
Meriah, Provinsi Aceh Nangroe Darussalam adalah untuk mengetahui
kualitas dan kuantitasnya didaerah tersebut, dengan harapan bisa
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk memasok kebutuhan industri hilir
dalam negeri, atau paling tidak untuk mensubstitusi bahan impor. Sedangkan
tujuan dilakukan penelitian tersebut agar dimasa mendatang felspar didaerah
tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi jika dikelola secara profesional.
Selain itu pula hasil penyelidikan ini yaitu untuk memberikan suatu masukan
pada pihak yang berkepentingan mengenai informasi keadaan bahan galian
feldspar tersebut, dengan harapan hasil penyelidikan ini dapat ditindak lanjuti
dengan penelitian yang lebih rinci (pemetaan dan pengeboran) serta
2
ditunjang dengan analisa-anila kimia serta fisika yang lebih komplit, agar
diketahui secara pasti gambaran endapan feldspar tersebut.
1.3. Lokasi Daerah penyelidikan
Kabupaten Bener Meriah merupakan Kabupaten termuda dalam wilayah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Aceh Tengah, Berdasarkan undang- undang No. 41 tahun 2003
tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah
di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Diresmikan oleh Menteri Dalam
Negeri tanggal 7 Januari 2004. Kabupaten yang ber ibu kota di Simpang
Tiga Redelong ini, berbatasan dengan di Kabupaten Aceh Tengah disebelah
barat, disebelah timurnya berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, di
sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen, dan di sebelah
selatan dengan Kabupaten Aceh Tengah.
Secara administratip daerah ini termasuk kedalam wilayah Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam yang terbagi menjadi 7 kecamatan, yang terdiri dari 232
desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Syah Utama dengan luas
1.025,85 km2 atau 54,32% dari luas kabupaten. Sedangkan luas kecamatan
terkecil adalah Kecamatan Wih Pesam dengan luas 43,48 km2 atau 2,3%
dari luas kabupaten. Pada umumnya keadaan infra strukturnya sudah baik.
Secara geografis daerah ini terletak pada posisi koordinat 96o 40’ 15” – 97o
19’ 19” Bujur Timur dan 4o 34’ 42” – 4o 58’ 13” Lintang Utara, dengan luas
daratan ± 3.562,14 km2. (Gambar 1). dengan ketinggian rata-rata 1.000 s/d
2.500 m diatas permukaan laut, suhu rata-rata antara 20 oC. Beriklim tropis
dengan dua musim kemarau pada bulan Maret s/d Agustus dan musim
penghujan dari bulan September s/d Februari.
Keadaan morfologi di daerah penyelidikan, dapat diklasifikasikan menjadi
tiga satuan morfologi, diantaranya : Satuan Morfologi Perbukitan Terjal,
mempunyai kemiringan topografi ≥ 60° dan ketinggian 1300 – 2500 m.
terletak di Kec. Linge. Satuan Morfologi Perbukitan Landai, mempunyai
kemiringan ≥ 30° – 50° dan ketinggian 1200 – 1600 m, terletak di Kec.
3
Jagong Jeget dan Kec. Linge. Satuan Morfologi pedataran, mempunyai
kemiringan antara 5° - 10° dengan ketinggian 900 - 1600 m terletak di Kec.
Pegasing yang tersusun oleh Endapan Aluvium.
Gambar 1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penyelidikan
2. METODOLOGI
Felspar merupakan salah satu komoditi mineral non logam yang cukup
penting dan dicari guna memenuhi kebutuhan di bidang industri keramik.
Mutu felspar ditentukan oleh kandungan Na2O dan K2O yang relatif tinggi (>
6%), oksida Fe2O3 dan TiO2. Pada umumnya pengolahan felspar yaitu
dengan menghilangkan atau menurunkan kadar material atau unsur
pengotornya seperti besi, biotit, turmalin, mika dan kuarsa. Seperti diketahui
bila unsur Fe2O3 terlalu tinggi maka akan mengakibatkan perubahan warna
pada proses pembuatan badan keramik dengan demikian kadar Fe2O3
maksimum 0,50%.
Sebagaimana telah disebutkan diatas, felspar sangat banyak kegunaannya
terutama dalam sektor industri. Namun tentu saja bahan tersebut harus yang
sesuai dengan kriteria atau sfesifikasi dari kebutuhan industri hilirnya. Untuk
itu dilakukan uji kelayakan dengan mengacu pada Standar Industri Indonesia
4
(SII) atau Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan dan ini
merupakan suatu acuan dasar dalam memenuhi pemasokan bahan baku
industri hilir terutama untuk industri di Indonesia.
Untuk keperluan bahan pemasokan industri hilir (Pabrik Keramik), sfesifikasi
felspar mengacu pada beberapa jenis SII diantaranya yaitu :
1. Felspar untuk pembuatan keramik halus, seperti Porselen, Saniter,
Gerabah halus padat, dll. Metoda yang dipakai mengacu pada SII No.
1145 - 84.
2. Felspar untuk pembuatan glasir. Metoda yang dipakai sesuai dengan SII
No.1275 - 85.
3. Felspar untuk pembuatan industri gelas , dll. Metoda yang dipakai
mengacu pada stándar baku hasil penelitian dari PPTM.
Jenis felspar yang digunakan dalam industri keramik adalah jenis
orthoklas/mikroklin dan albit/plagioklas asam (natrium felspar), sedangkan
yang bersifat basa dengan kadar kalium tinggi jarang dipakai, dan memenuhi
persyaratan (Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3).
Tabel 1. Syarat Mutu Feldspar Berdasarkan Komposisi Kimia
KegunaanFeldspar
Komposisi Kimia (%)
Na2O K2O SiO2 CaO MgO Fe2O3 TiO2 Al2O3
Industri gelas Na2O+K2O > 11 68-70 - - 0,1-0,2 - > 17
Gelas amber > 10 2 0,05 > 18
Kaca lembaran > 10 < 0,8 > 18
Tabel 2. Syarat Mutu Felspar Untuk Pembuatan Keramik Halus
(SII. No. 1145-1984)
Komposisi Kimia
Felspar Sebagai Bahan Baku
Porselen SaniterGerabah halus
padatGerabah halus
tidak padat
K2O + Na2O 6,0 – 15,0 % 6,0 – 15,0 % 6,0 – 15,0 % 6,0 – 15,0 %
Fe2O3, maks 0,5 % 0,7 % 0,85 % 1,0 %
Ti2O, maks 0,3 % 0,7 % - -
CaO, maks 0,5 % 0,5 % 1,05 % -
5
Tabel 3. Syarat Mutu Felspar Untuk Glasir (SII No. 1275 – 1985)
Kelas Kadar Na2O (%) Kadar Fe2O3 (%)
1
2
3
4
5
2,00 – 2,99
3,00 – 3,99
4,00 – 4,99
5,00 – 5,99
6,00 – 6,99
Maksimum 0,3 %
Untuk semua kelas
Pengujian sifat fisik perlu dilakukan dengan metoda uji bakar keramik sampai
pada suhu 1400º C, setelah pembakaran dilakukan kemudian diamati
kepadatan, warna dan homogenitas. Sedangkan pengujian komposisi kimia
dilakukan menggunakan analisis kuantitatif dengan metoda basah.
Keberagaman fungsinya itu ditentukan juga oleh jenis feldspar itu sendiri
berdasarkan komposisi kimia dan sifat fisiknya. Jenis felspar yang digunakan
dalam industri keramik adalah jenis orthoklas/mikroklin (KAlSi3O8) dan albit/
plagioklas asam atau Sodium feldspar (Na2O, Al2O3, 6SiO2), sedangkan jenis
plagioklas basa yaitu kalium felspar / sanidine atau potassium feldspar (K2O,
Al2O3, 6SiO2) dengan kadar kalium tinggi jarang dipakai, dan biasanya jenis
felspar ini dimanfaatkan untuk agromineral dalam industri pupuk.
3. DATA LAPANGAN DAN ANALISIS
3.1. Geologi
Wilayah Kabupaten Bener meriah berdasarkan Peta Geologi skala 1 :
250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, menurut N. R.
Cameron, dkk., 1983 termasuk ke dalam liputan Lembar Takengon. Adapun
susunan formasi batuannya dapat disusun urutannya dari yang tertua hingga
termuda sebagai berikut (Gambar 2) :
Formasi Kluet (Puk), berupa batusabak, filit, arenit kuarsa malihan,
batugamping metamorf, berumur Karbon Akhir – Perm Awal. Granit Rusep
(MPir), berupa butiran biotit – muskovit – granit berukuran sedang sampai
kasar, secara tidak selaras di atas Formasi Kluet, berumur Karbon Akhir –
Perm Awal. Granit Daling (MPida), berupa biotit – muskovit – granit
mengandung klorit berwarna merah muda, secara tidak selaras di atas
6
Formasi Kluet, berumur Karbon Akhir – Perm Awal. Granit Bergang
(MPibg), berupa biotit – granit, secara tidak selaras di atas Formasi Kluet,
berumur Karbon Akhir – Perm Awal. Granit Biden (MPibd), berupa muskovit
granit, kuarsa – muskovit – turmalin –granit pegmatite, secara tidak selaras
di atas Formasi Kluet, berumur Karbon Akhir – Perm Awal. Formasi Tawar
Anggota Terumbu (MPtr) /Formasi Tawar (MPt), berupa perubahan
batugamping metamorf atau marmer dari sedimen (MPtr) ke pejal secara
tidak selaras menempati di atas Formasi Kluet (MPt), berumur Perem Akhir –
Trias Akhir. Formasi Batugamping Ujeuen (MPul), berupa batugamping pejal,
secara tidak selaras menempati di atas Formasi Kluet dan di bawah Formasi Bampo,
berumur, berumur Perem Akhir – Trias Akhir.
Gambar 2. Peta Geologi Kabupaten Bener Meriah Provinsi N.A.D
Formasi Bruksah (Tob), berupa batupasir, batulumpur dan batupasir
basal pejal, secara selaras diatas Formasi Bampo dan tidak selaras di
bawah Formasi Peutu Anggota Ramasan, berumur Oligosen Akhir. Formasi
Bampo (Tlb), berupa batulumpur mengandung pirit, batusabak tipis, basal
7
berupa pasir, berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Formasi Peutu (Tmp),
berupa batulumpur berkarbonat di bagian gloukonit, berumur Miosen Awal –
Miosen Tengah. Formasi Peutu, Anggota Ramasan (Tmpr), berupa
batupasir, batulumpur, basal berupa pasir, berumur Miosen Awal – Miosen
Tengah. Formasi Peutu, Anggota Batugamping (Tmpl), berupa karbonat
berfosil. Menempati secara tidak selaras di bawah Formasi Baong, berumur
Miosen Awal – Miosen Tengah. Formasi Peutu, Anggota Bidin (Tmpe),
berupa batupasir berkarbonat, beberapa mengandung gloukonit, menempati
tidak selaras di atas Formasi Keutapang, berumur Miosen Awal – Miosen
Tengah. Formasi Peutu, Anggota Arulsane (Tmpu), berupa lapisan
batupasir pejal, memotong batupasir mikaan, tidak selaras di atas Formasi
Bampo, berumur Miosen Awal – Miosen Tengah. Formasi Baong (Tmb),
berupa batulumpur berkarbonat dan banyak fosil, sedikit batupasir, berumur
Miosen Akhir. Formasi Keutapang (Tuk), berupa batupasir andesit,
konglomerat, berumur Miosen Akhir – Pliosen. Formasi Keutapang,
Anggota Konglomerat Atas (Tuku), berupa andesit pejal, konglomerat, dan
batupasir konglomeratan, secara selaras di atas Formasi Keutapang,
berumur Miosen Akhir – Pliosen.
Formasi Tutut (QTt) berupa batupasir, sedikit konglomerat, berumur Plio –
Plistosen. Satuan Tuan (QTvtu) berupa andesit piroklastik sebagian
mengalami pengendapan ulang, secara selaras dibawah Satuan Enang-
Enang, berumur Plio – Plistosen. Satuan Telong (Qvtg), berupa andesit dan
dasit berbatuapung, berumur Plistosen.
Satuan Enang-Enang (Qvee), berupa andesit hornblende dan piroklastik,
diendapkan kembali mengapit lahar, berumur Plistosen. Satuan Pepanji
(Qvp), berupa andesit piroklastik, berumur Plistosen. Satuan Lampahan
(Qvl), berupa aliran andesit berbatuapung, secara selaras di bawah Satuan
Telong dan di atas Satuan Enang-Enang, berumur Plistosen.
Endapan Alluvium (Qh), merupakan endapan termuda berupa endapan
sungai terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur, berumur Holosen.
8
3.2. Keterdapatan Bahan Galian Felspar
Keterdapatan mineral felspar jenis ini berkaitan erat dengan sebaran batuan
granit yang cukup luas dari Formasi Granit Biden (Mpibd) yang berada di
daerah Kec. Bukit dan Kec. Ketol Kab. Bener Meriah. Dari pengamatan
lapangan, batuan ini berupa muskovit granit, kuarsa – muskovit – turmalin –
granit pegmatite. Dengan mengamati singkapan feldspar diduga berupa
feldspar diagenetik yang terbentuk karena proses diagenesa dan berasal
dari sedimen piroklastik bersifat asam yang terendapkan dalam lingkungan
lakustrin dan umumnya berasosiasi dengan cekungan sedimen Tersier.
Singkapan feldspar dilapangan secara megaskopis, berbutir sedang -kasar,
warna putih kecoklatan sampai putih abu-abu, sebagian berupa kerikil yang
bersifat rapuh. Tebal singkap singkapan 10-15 meter (gambar 3).
Gambar 3. Lokasi Keterdapatan dan penyebaran Felspar di Kab. Bener Meriah, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Felspar di daerah penyelidikan dijumpai di dua lokasi yaitu di daerah Br.
Pepara, Kp. Suku Wih Ilang. Kecamatan Bukit (BM 16), pada posisi titik
koordinat 96,688806o Bujur Timur dan 4,826444 o Lintang Utara.
9
Singkapan Felspar AT-45 di Kp. Bergang, Kec. Ketol
Singkapan Felspar AT-45 di Kp. Bergang, Kec. Ketol
Singkapan Felspar BM-16 di Br. Pepara,
Kp. Suku Wih Ilang Singkapan Felspar BM-16 di Br. Pepara,
Kp. Suku Wih Ilang
LOKASI PENELIDIKAN
LOKASI PENELIDIKAN
SEBARAN FELSPAR DILAPANGAN
Singkapan kedua terdapat di daerah Kp. Bergang, Kec. Ketol ( AT-45),
Kabupaten Bener Meriah, pada posisi titik koordinat 96,892000 o Bujur Timur
dan 4,704583o Lintang Utara. Kedua singkapan tersebut dijumpai dalam
Formasi Granit Biden (Mpibd) yang berumur Karbon Akhir – Perm Awal.
Dari hasil pengamatan dilapangan dan ditunjang degan hasil analisa kimia,
dengan melihat kadar besinya (Fe2O3), ternyata keduanya berbeda. Kadar
besi pada sampel AT-45 sebesar 0,85%, sedangkan feldspar dengan
sampel BM-16 ternyata lebih tinggi kadar besinya yaitu sebesar 7,29%.
Maka dapat disimpulkan bahwa lokasi keterdapatan Felspar tesebut berbeda
pula pada waktu genesanya. Untuk Felspar yang terdapat di daerah Kp.
Bergang, Kec. Ketol ( AT-45) merupakan feldspar diagenetik, sedangkan
yang berlokasi di daerah Br. Pepara, Kp. Suku Wih Ilang. Kecamatan Bukit
(BM 16) merupakan hasil lapukan yang cukup kuat atau hasil rombakan
batuan granit dari Granit Biden (Mpibd).
Dari penafsiran peta tofografi dan berdasarkan pengamatan kenampakan
morfologi dilapangan, maka sumberdaya hipotetiknya adalah 35 juta m3
untuk felspar yang berlokasi di Br. Pepara, Kp. Suku Wih Ilang. Kecamatan
Bukit (BM-16) dan 30 juta m3 untuk felspar yang berlokasi di daerah Kp.
Bergang, Kec. Ketol (AT-45) dengan ketebalan rata-rata 10-15 meter.
3.3. Analisa Laboratorium
Sampel batuan yang telah diberi kode, selanjutnya dikirim ke Laboratorium
untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya. Untuk analisa kimia diperiksa di
Laboratorium Pengujian Kimia Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi,
sedangkan untuk analisa fisik dalam hal ini analisa keramik atau analisa
bakar di lakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Keramik, Bandung..
Dari hasil analisa kimia sebanyak dua conto batuan (AT-45 dan BM-16) di
Laboratorium Kimia Mineral, didapatkan data-data komposisi kimianya
seperti yang tercantum pada tabel 4. Sedangkan dari analisa keramik atau
analisa bakar yang berupa satu sampel batuan yaitu nomor sampel (AT-45)
tercantum pada tabel 5.
10
Tabel 4. Daftar Hasil Analisa Kimia conto batuan
SENYAWAANALISA KIMIA (%)
AT - 45 BM - 16
SiO2 76,03 63,92
Al2O3 12,37 18,17
Fe2O3 0,85 7,29
CaO 0,14 0,20
MgO 0,13 0,12
Na2O 2,25 2,25
K2O 4,07 4,06
TiO2 0,18 0,22
P2O5 0,67 0,31
SO3 0,01 0,00
H2O- 0,60 0,80
HD 3,43 3,33
Tabel 5. Hasil Analisa Bakar Batuan Felspar (AT-45) dengan Metoda Uji
(SNI 15-0257-1989)
Jenis Uji Hasil Uji
Pori-pori : tidak terdapat pori-pori
Massa gelas : banyak
Gelembung: tidak terdapat gelembung
Homogenitas Leburan : merata
Warna sebelum dibakar : krem
Warna setelah dibakar: pitih mengkilat
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan penelitian ini yang dibahas yaitu mengevaluasi hasil
laboratorium mengenai komposisi mineral terhadap contoh batuan dengan
perhitungan menurut Perhitungan Rasional dan juga mengenai komposisi
mineral kaitannya dengan syarat mutu sebagai bahan baku yang telah
11
disesuikan dengan SII/SNI. Dari hasil analisa kimia dua sampel batuan
didapatkan data sbb:
4.1. Pembuatan Keramik
Mutu felspar banyak ditentukan oleh kandungan oksida kimia K2O dan Na2O
yang relatif tinggi (diatas 6%), oksida Fe2O3, dan TiO2. Pada umumnya
pengolahan felspar adalah dengan menghilangkan atau menurunkan kadar
material/unsur pengotor, seperti besi, biotit, turmalin, mika dan kuarsa.
Seperti diketahui bila unsur Fe2O3 terlalu tinggi akan mengakibatkan
perubahan warna pada proses pembuatan badan keramik.
Jenis felspar yang digunakan dalam industri keramik adalah jenis
orthoklas/mikroklin dan albit/plagioklas asam (natrium felspar). Dengan kadar
K2Onya tidak terlalu tinggi.
Felspar untuk pembuatan keramik halus, seperti Porselen, Saniter, Gerabah
halus padat, dll., mengacu pada SII No. 1145 - 84. Acuan ini kemudian
disebandingkan dengan data hasil analisa laboratorium seperti pada tabel
dibawah ini.
Tabel 6. Bahan Felspar untuk Keramik Halus Porselen SII No. 1145 - 84.
Komposisi Kimia Porselen
KODE SAMPEL
AT-45 BM-16
K2O+ Na2O 6,0 – 15,0 % 6,32 6,31
Fe2O3, maks 0,5 % 0.85 7,29
Ti2O, maks 0,3 % 0,18 0,22
CaO, maks 0,5 % 0,14 0,20
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa kedua conto batuan tersebut memenuhi standar
sfesifikasi SII dan bisa dijadikan rujukan sebagai bahan baku porselen.
Dengan catatan harus menurunkan kadar besinya dengan benefesiasi.
Untuk penentuan felspar untuk bahan keramik halus jenis saniter, dilakukan
kesebandingan data laboratorium dengan acuan SII seperti pada tabel
dibawah ini.
12
Tabel 7. Bahan Felspar untuk Keramik Halus Saniter SII No. 1145 - 84.
Komposisi Kimia Saniter
KODE SAMPEL
AT-45 BM-16
K2O+ Na2O 6,0 -15,0 % 6,32 6,31
Fe2O3, maks 0,7 % 0.85 7,29
Ti2O, maks 0,7 % 0,18 0,22
CaO, maks 0,5 % 0,14 0,20
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa kedua conto batuan tersebut memenuhi standar
sfesifikasi SII dan bisa dijadikan rujukan sebagai bahan baku Saniter.
Tabel 8. Bahan Felspar untuk Gerabah Halus Padat SII No. 1145 - 84.
Komposisi Kimia
Gerabah halus padat
KODE SAMPEL
AT-45 BM-16
K2O+ Na2O 6,0 -15,0 % 6,32 6,31
Fe2O3, maks 0,85 % 0.85 7,29
Ti2O, maks - 0,18 0,22
CaO, maks 1,05 % 0,14 0,20
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa kedua conto batuan telah memenuhi standar sfesifikasi
SII dan bisa dijadikan rujukan untuk bahan gerabah halus padat mengingat
kadar K2O+ Na2O berada diantara nilai 6,0 -15,0 %.
Selanjutnya untuk penentuan bahan keramik jenis gerabah halus tidak
padat, dilakukan kesebandingan data analisa kimia felspar dari laboratorium
dengan acuan yang telah ditetapkan SII seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 9. Bahan Felspar untuk Gerabah Halus Tidak Padat SII No. 1145 - 84.
Komposisi KimiaGerabah
halus tidak padat
KODE SAMPEL
AT-45 BM-16
K2O+ Na2O 6,0 -15,0 % 6,32 6,31
Fe2O3, maks 1,0 % 0.85 7,29
Ti2O, maks - 0,18 0,22
CaO, maks - 0,14 0,20
13
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa kedua conto batuan terebut memenuhi standar sfesifikasi
SII dan bisa dijadikan rujukan untuk gerabah halus tidak padat.
4.2. Bahan Industri Glasir
Glasir merupakan pelapis pada keramik, biasanya berwarna dan mengkilat
dan sekalius sebagai pelindung ktubuh keramik tersebut. Untuk pembuatan
Glasir, kualitas felspar dari Kab. Tasik Malaya yang digunakan harus
memenuhi persyaratan SII No. 1275 – 1985. Acuan ini dipakai sebagai
acuan dasar untuk menilai atau mengevaluasi data laboratorium dari sampel
felspar yang telah diteliti. Caranya dengan menyebandingkannya seperti
yang tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 10. Kesebandingan analisa conto Felspar dengan
Syarat Mutu Felspar Untuk Glasir
(SII No. 1275 – 1985)
KelasSyarat Mutu Kadar
Na2O (%)
HASIL ANALISA KIMIA
Kadar Na2O Kadar Fe2O3
AT – 45 BM - 16 AT – 45 BM - 16
1 2,00 – 2,99 2,25 2,25
2 3,00 – 3,99 - -
3 4,00 – 4,99 - -
4 5,00 – 5,99 - -
5 6,00 – 6,99 - -
SEMUA KELAS Syarat Mutu Kadar Fe2O3 ≥ 0,3 % 0,85 7,29
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa semua conto batuan memenuhi standar sfesifikasi SII dan
bisa dijadikan rujukan untuk bahan glasir keramik Kelas 1 mengingat kadar
Na2O-nya terletak diantara 3,00 – 3,99% , akan tetapi kadar Fe2O3 terlalu
besar, (max Fe2O3 > 0,3%) dan hal ini perlu diolah kembali (benefisiasi)
untuk mengurangi zat pengotor tersebut yang bisa mengurangi kualitasnya.
4.3. Bahan Industri Gelas
Di dalam industri gelas lembaran, umumnya feldspar digunakan sebagai
bahan pengisi (filler), sama dengan industri lainnya felspar untuk industria
14
gelas terdapat beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi, yaitu
selain komposisi kimia pada batuan yang bersangkutan seperti kadar SiO2 ,
AI2O3, (K2O + Na2O), dan Fe2O3. Juga sifat fisiknya meliputi ukuran butirnya.
Acuan ini dipakai sebagai acuan dasar untuk menilai atau mengevaluasi data
laboratorium dari sampel felspar yang telah diteliti. Caranya dengan
menyebandingkannya seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel 11. Felspar untuk pembuatan industri gelas
NO. PERSYARATANKODE SAMPEL
AT-45 BM-16
1 Komposisi Kimia :
SiO2 : 68,00 - 69,99% 76,03 63,92
AI2O3 ≥ 17% 12,37 18,17
(K2O + Na2O), ≥11% 6,32 6,31
Fe2O3 : 0,1 - 0,2% 0,85 7,29
2. Ukuran Butir :
+ 16 mesh : 0 (nol)
+20 mesh : 1 %, maks
-100 mesh : 25%, maks
-
-
-
-
-
-
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa semua conto batuan tidak memenuhi standar sfesifikasi
SII dan kurang baik untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan gelas, karena
kadar K2O+ Na2O terlalu kecil dan kurang dari yang dipersyaratkan.
4.4. Bahan Gelas Berwarna Coklat (Gelas Amber)
Di dalam industri gelas berwarna coklat atau disebut juga gelas ambar
terdapat beberapa persyaratan kimia khusus yang harus dipenuhi, begitu
juga sifat fisiknya.
Untuk mengetahui kualitas feldspar tersebut, apakah dapat dijadikan rujukan
untuk pembuatan bahan gelas berwarna coklat atau tidak, maka dilakukan
evaluasi dengan cara melakukan kesebandingan dengan kadar kimia dan
fisika yang telah ditetapkan atau dipersyaratkan seperti yang tercantum pada
table dibawah ini.
15
Tabel 12. Felspar untuk pembuatan industri Gelas Ambar
NO. PERSYARATANKODE SAMPEL
AT-45 BM-16
1 Komposisi Kimia :
Kalium Felspar 99,5% - -
Fe2O3 : 0,05% max 0,85 7,29
K2O ≥ 10 % 4,07 4,06
AI2O3 ≥ 18% 12,37 18,17
CaO : 2 % max 0,14 0,20
SiO2 : 6,00% 76,03 63,92
2. Ukuran Butir : -20 mesh – 95 % - -
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa semua conto batuan tersebut tidak dapat memenuhi
syarat sebagai bahan baku gelas amber, mengingat kadar K2O nya dibawah
batas ambang maksimum yang dipersyaratkan.
4.5. Bahan Industri Kaca Lembaran
Untuk mengetahu sampel batuan dari Kab. Bener Meriah layak dan tidaknya
dijadikan untuk industri kaca lembaran, hasil analisa kimianya
disebandingkan dengan persyaratan tersebut diatas, seperti pada tabel
berikut ini.
Tabel 13. Felspar untuk pembuatan industri Kaca Lembaran
NO. PERSYARATANKODE SAMPEL
AT-45 BM-16
1 Komposisi Kimia :
AI2O3 ≥ 18% 12,37 18,17
Fe2O3 : 0,8% max 0.85 7.29
K2O ≥ 10 % 4,07 4,06
2. Ukuran Butir :
-20 mesh – 10 µm - -
16
Berdasarkan hasil evaluasi komposisi kimia pada tabel diatas, maka dapat
ditunjukkan bahwa semua conto batuan tersebut tidak dapat memenuhi
syarat sebagai bahan baku industri kaca lembaran, mengingat kadar K2O
nya dibawah batas ambang maksimum yang dipersyaratkan.
5. KESIPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Felspar yang berlokasi di daerah Kp. Bergang, Kec. Ketol ( AT-45)
merupakan feldspar diagenetik, mempunyai sumberdaya hipotetiknya
sebesar 30 juta m3.
Felspar yang berlokasi di daerah daerah Br. Pepara, Kp. Suku Wih
Ilang. Kecamatan Bukit (BM 16) merupakan hasil lapukan yang cukup
kuat mempunyai sumberdaya hipotetiknya sebesar 35 juta m3.
Dari hasil analisa kimia dua sampel batuan felspar dari Kab. Aceh
Tengah dan Bener Meria, NAD (tabel 2) dengan mengacu pada SII
No.1275 - 85 sebagai stándar sfesifikasi maka felspar tersebut dapat
dimanfaatkan untuk bahan glasir kelas 1 mengingat kadar Na2O-nya
terletak diantara 3,00 – 3,99% , akan tetapi kadar Fe2O3 terlalu besar,
(max Fe2O3 > 0,3%) dan hal ini bisa diatasi dengan cara pengolahan
kembali ( benefisiasi) agar zat pengotor tersebut yang dapat
mengurangi kualitas vahan bisa dikurangi bahkan dihilangkan.
Dari hasil analisa kimia dua sampel batuan felspar dari Kab. Aceh
Tengah dan Bener Meria, NAD (tabel 2) dengan mengacu pada SII
No.1145 - 1984 sebagai stándar sfesifikasi, maka felspar tersebut
dapat dimanfaatkan untuk bahan Porselen, Saniter, Gerabah halus
padat dan gerabah halus tidak padat , akan tetapi dengan catatan
karena kadar Fe2O3 terlalu besar, perlu diolah terlebih dahulu.
Analisa bakar pada sampel feldspar (AT-45) dengan Metoda Uji (SNI
15-0257-1989) menunjukkan bahwa sampel warna setelah dibakar
17
putih mengkilat, homogenitas leburan merata, tidak terdapat
gelembung, massa gelas banyak dan tidak terdapat pori-pori.
5.2. Saran
Dari hasil evaluasi tersebut untuk menindak lanjuti hasil penyelidikan
ini umumnya conto felspar dari Kab. Bener Meriah, Provinsi N.A.D
pada umumnya tidaklah murni maka sangat diperlukan proses
pengolahan lebih lanjut (benefisiasi) yang bertujuan untuk
menghilangkan atau memisahkan bahan pengotor atau pencampur
yang ada pada felspar tersebut, sehingga pengotor tersebut dapat
mengurangi dari kualitasnya.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan agar diperoleh hasil yang optimal
dan akurat, baik itu jenis analisa laboratoriumnya maupun pemetaan
rinci /detailnya untuk mengetahui bentuk jebakan felspar sekaligus
untuk mengetahui cadangannya.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelidikan Felspar ini merupakan pengembangan dari laporan keproyekan
Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Non Logam di Kab. Aceh Tengah
dan Kab. Bener Meriah, Prov. Nangroe Aceh Darussalam, yang dibiayai
APBN untuk T.A. 2010.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Ir. Koesdarto, Ir. Bambang
Pardianto, saudara Wastoni dan sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu namanya, atas kerjasamanya dan semua pihak yang telah
membantu dari pelaksanaan penelitian hingga penerbitan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Austin, Goerge T. 1984, Shereve’s Chemical Process Industries, The Mc-Graw Hill inc.
2. Barsounan, Michael. 1997, Fundamentals Of Ceramic, The Mc-Graw Hill inc. Singapore.
3. Cameron N.R, dkk., 1983, Peta Geologi Lembar Takengon, skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
18
4. Jafril, N.A., 1995, Bahan galian industri Felspar, B.07.95, PPTM, Bandung.
5. Kusdarto, dkk., 2003, Eksplorasi Felspar di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Direktorat Inventarisasi dan Sumberdaya Mineral, Bandung.
6. Mandalayanto Y., 1997, Felspar, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.
7. Norton, FH., 1957, Elements of Ceramic, Second Printing Addision Wesley Publishing Company, Inc. Massachusetts, USA.
8. Norton, FH., 1961, Fine Ceramic Teknology and Applications, Mc. Graw Hill Book Company, New York, Toronto.
9. Parmele, CW., 1973, Ceramic Glazes, Cohner Publication, Company Boston.
10. Shaw Kenneth, 1971, Ceramic Glazes, Applied Science Publisher Ltd. London.
11. Wastoni CP., 2010, Inventarisasi dan Evalasi Bahan Galian Non Logam di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung.
19